• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Korelasi Konsentrasi Hara N, P, dan K Daun dengan Produksi Senyawa Bioaktif Kemuning (Murraya paniculata (L ) Jack) Akibat Aplikasi Pupuk Kandang Ayam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Korelasi Konsentrasi Hara N, P, dan K Daun dengan Produksi Senyawa Bioaktif Kemuning (Murraya paniculata (L ) Jack) Akibat Aplikasi Pupuk Kandang Ayam"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, DAN K DAUN

DENGAN PRODUKSI SENYAWA BIOAKTIF KEMUNING

(

Murraya paniculata

(L.) JACK) AKIBAT APLIKASI PUPUK

KANDANG AYAM

SITI RAHMAH KARIMUNA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Uji Korelasi Konsentrasi Hara N, P, dan K Daun dengan Produksi Senyawa Bioaktif Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) Akibat Aplikasi Pupuk Kandang Ayam adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

RINGKASAN

SITI RAHMAH KARIMUNA. Uji Korelasi Konsentrasi Hara N, P, dan K Daun dengan Produksi Senyawa Bioaktif Kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack) Akibat Aplikasi Pupuk Kandang Ayam. Dibimbing oleh SANDRA ARIFIN AZIZ dan MAYA MELATI.

Kemuning telah lama dikenal karena peranannya sebagai obat yang mengandung metabolit sekunder yang bermanfaat bagi kesehatan manusia di antaranya sebagai penurun kadar kolesterol darah, anti-obesitas dan memiliki kapasitas antioksidan. Penetapan kadar hara dalam rangka optimasi produksi biomassa dan kadar senyawa bioaktif tanaman kemuning dapat dilakukan dengan uji korelasi konsentrasi hara N, P dan K melalui analisis jaringan daun tanaman. Diduga terdapat perbedaan konsentrasi hara N, P dan K pada berbagai posisi dan umur daun tanaman kemuning akibat aplikasi pupuk kandang ayam.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh dosis pupuk kandang ayam yang optimum bagi produksi, kadar senyawa bioaktif dan konsentrasi hara N, P dan K pada berbagai posisi daun, serta mendapatkan pola hubungan konsentrasi hara N, P, dan K pada jaringan daun pada berbagai posisi daun dengan produksi dan senyawa bioaktif kemuning. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai November 2014, di Kebun Percobaan Organik IPB Cikarawang dengan letak geografi antara 6o30' - 6o45' LS dan 106o30'-106o45' BT, pada 250 m dpl, Bogor, Indonesia. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan dosis pupuk kandang ayam sebagai perlakuan yang terdiri atas 0, 2.5, 5 dan 7.5 kg per tanaman. Pupuk kandang ayam diberikan pada 30 bulan setelah tanam/BST. Pemanenan dilakukan sebanyak dua kali (34 dan 38 BST) dengan tinggi pangkasan 75 cm dari permukaan tanah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis optimum pupuk kandang ayam untuk produksi maksimum bobot basah dan bobot kering daun pada 34 BST masing-masing adalah 3.1 kg dan 6.5 kg per tanaman. Perlakuan pupuk kandang ayam masih mencukupi sampai pemanenan daun pertama (34 BST) tetapi tidak mencukupi untuk pemanenan ke-dua (38 BST). Konsentrasi hara N pada posisi daun dalam tangkai ke-1, ke-3, dan ke-5 pada daun muda dan daun dewasa tidak berkorelasi nyata dengan produksi biomassa dan kadar fitokimia tanaman kemuning pada panen 34 dan 38 BST (P>0.05). Konsentrasi hara K pada posisi daun dalam tangkai ke-1, ke-3, dan ke-5 pada daun muda dan daun dewasa berkorelasi positif dengan bobot kering daun (P<0.01), tetapi berkorelasi negatif dengan kadar flavonoid total (P<0.01) pada panen 34 BST. Konsentrasi hara P berkorelasi negatif dengan bobot kering daun pada daun muda posisi ke-5 dan daun dewasa pada panen 38 BST. Konsentrasi hara N dalam kategori sangat rendah (2.00-2.19%), rendah (2.21-2.33%), dan optimum (2.40-2.52%). Konsentrasi hara P daun tinggi (0.26-0.29%) hingga sangat tinggi (0.30-0.35%). Konsentrasi hara K daun dalam kategori tinggi (1.33-1.84%) hingga sangat tinggi (3.55-4.10%). Daun dewasa posisi ke-5 dapat digunakan sebagai diagnosis hara K pada 34 BST.

(5)

SUMMARY

SITI RAHMAH KARIMUNA. Correlation between Leaf N, P and K Concentration and Leaf Bioactive Production of Orange Jessamine (Murraya paniculata (L.) Jack) Fertilized with Chicken Manure. Supervised by SANDRA ARIFIN AZIZ and MAYA MELATI.

Orange jessamine has long been known as one of the plant containing secondary metabolite that is beneficial to human health due to its role as medicine. It contains secondary metabolite that is beneficial to human health such as lowering blood cholesterol levels, anti-obesity, and has the antioxidant capacity. Nutrient content related to production of biomass and bioactive compounds of M. paniculata optimization can be determined with correlation of leaf N, P and K concentrations through leaf tissue analysis. Persumably, there were differences in the N, P and K concentration in different positions and ages of leaves with chicken manure application.

This research aimed to determine the optimum rate of chicken manure for the production of biomass and bioactive compounds and leaf N, P and K concentrations at different position of the leaves. Another purpose of this study was to obtain the correlation between leaf N, P and K concentration with bioactive compounds due to the application of chicken manure. The experiment was conducted on March to November 2014, at IPB Organic Experimental Station at Cikarawang which geographically located between 6o30' - 6o45' South Latitude and 106o30'-106o45' East Longitude, at 250 m above sea level in Bogor, Indonesia. The study used randomize complete block design with chicken manure rates as treatment, i.e. 0, 2.5, 5 and 7.5 kg per plant. Chicken manure was given at 30 months after planting (MAP). Plants were harvested twice (34 and 38 MAP) by keeping the plant height 75 cm above the soil surface.

The results showed that the optimum rate of chicken manure to produce maximum weight of fresh and dry leaves at 34 MAP was 3.1 kg and 6.5 kg per plant, respectively. The chicken manure applied was sufficient for leaf production at first harvest (34 MAP) but insufficient for the second harvest (38 MAP). N concentration at young leaves and mature leaves and different positions did not significantly correlated with biomass and metabolites production at 34 and 38 MAP (P>0.05). K concentration of leaves at different positions in the plant and leaf age positively correlated with leaf dry weight (P <0.01), but negatively correlated with total flavonoid content (P <0.01). P concentration was negatively correlated with dry weight of young leaves on the fifth position, or mature leaves from all positions.Leaf N concentration was categorized very low (2.00-2.19%), low (2.21-2.33%) and optimum (2.40-2.52%). Leaf P concentration was high (0.26-0.29%) to very high (0.30-0.35%), whereas leaf K concentration was categorized high (1.33-1.84%) and very high (3.55-4.10%). Mature leaves of the fifth position determinate the orange jessamine plant K requirements at 34 MAP.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

UJI KORELASI KONSENTRASI HARA N, P, DAN K DAUN

DENGAN PRODUKSI SENYAWA BIOAKTIF KEMUNING

(

Murraya paniculata

(L.) JACK) AKIBAT APLIKASI PUPUK

KANDANG AYAM

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah budidaya tanaman obat secara organik, dengan judul “Uji Korelasi Konsentrasi Hara N, P, dan K Daun dengan Produksi Senyawa Bioaktif Kemuning (Murraya

paniculata (L.) Jack) Akibat Aplikasi Pupuk Kandang Ayam”.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, MS dan Dr Ir Maya Melati MS, MSc selaku pembimbing, pimpinan dan staf Lembaga Biofarmaka IPB, staf-staf laboratorium Program Studi Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB dan teman-teman seperjuangan mahasiswa pascasarjana AGH Faperta angkatan 2012-2013 serta pihak-pihak yang turut membantu dan mendo‟akan selama studi yang tidak dapat diungkapkan satu per satu. Ungkapan terima kasih penuh cinta dan sayang juga disampaikan kepada ayahanda, ibunda, saudara-saudaraku serta seluruh keluarga yang kubanggakan atas segala motivasi, inspirasi, do‟a dan kasih sayang yang tulus.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 3

Tujuan Penelitian 3

Hipotesis 3

Kerangka Pemikiran 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 6

3 METODE 13

Tempat dan Waktu 13

Bahan dan Alat 13

Metode Penelitian 13

4 HASIL 18

5 PEMBAHASAN 37

6 SIMPULAN DAN SARAN 44

Simpulan 44

Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 51

(13)

DAFTAR TABEL

1 Standar kecukupan unsur hara pada tanaman jeruk 12

2 Pengamatan karakter agronomi, konsentrasi hara dan kadar fitokimia

jaringan daun tanaman 15

3 Hasil analisis kimia tanah dan pupuk pada awal penelitian (30 BST) 20

4 Hasil analisis tanah pada 8 bulan setelah aplikasi pupuk kandang ayam

(38 BST) 20

5 Rekapitulasi hasil pengamatan akibat aplikasi pupuk kandang ayam 21

6 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap ketebalan daun pada berbagai

posisi daun muda dan daun dewasa pada 38 BST 23

7 Konsentrasi hara N, P, K jaringan daun tanaman pada umur 34 dan 38

BST akibat aplikasi pupuk kandang ayam 24

8 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap konsentrasi N pada posisi

daun muda dan daun dewasa pada 34 BST 25

9 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap konsentrasi kalium pada

berbagai umur dan posisi daun kemuning pada 38 BST 27

10 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap kandungan protein pada

berbagai umur dan posisi daun kemuning pada 38 BST 31

11 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap aktivitas enzim PAL pada

berbagai umur dan posisi daun kemuning pada 38 BST 32

12 Koefisien korelasi antara konsentrasi hara N, P dan K pada variasi posisi dan umur daun dengan bobot kering daun, kadar antosianin, kadar klorofil total, kadar flavonoid total, aktivitas antioksidan,

kandungan protein dan aktivitas PAL pada 34 BST 35

13 Koefisien korelasi antara konsentrasi hara N, P dan K pada variasi posisi dan umur daun dengan bobot kering daun, kadar antosianin, kadar klorofil total, kadar flavonoid total, aktivitas antioksidan,

kandungan protein dan aktivitas PAL pada 38 BST 36

14 Korelasi antara variabel pengamatan fitokimia dan bobot kering

tanaman kemuning pada 34 BST 42

15 Korelasi antara variabel pengamatan fitokimia dan bobot kering

tanaman kemuning pada 38 BST 43

DAFTAR GAMBAR

1 Bagan alir penelitian 5

(14)

3 Skema lintasan biosintesis metabolit primer dan sekunder pada

tumbuhan 8

4 Tanaman M. paniculata yang menunjukkan daun muda dan daun tua

pada tiap posisi daun dalam tangkai 14

5 Curah hujan pada 30-38 BST dan curah hujan rata-rata 1981-2010 18

6 Pengaruh pupuk kandang ayam 22

7 Konsentrasi N, P dan K tanaman kemuning pada 34 dan 38 BST akibat

aplikasi pupuk kandang ayam 24

8 Konsentrasi N daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen

bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST) 26

9 Konsentrasi P daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen

bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST) 26

10 Konsentrasi K daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen

bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST) 27

11 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap produksi flavonoid total, antosianin dan enzim PAL tanaman kemuning pada 34 dan 38 BST 28

12 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap kadar flavonoid total, kadar antosianin, aktivitas antioksidan dan kadar enzim PAL pada panen

umur 34 dan 38 BST 29

13 Kadar klorofil total daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST) 30

14 Kandungan protein daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST) 31

15 Aktivitas enzim PAL daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST) 32

16 Kadar flavonoid total daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST) 33

17 Kadar antosianin daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST) 34

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Denah penelitian 51

2 Analisis konsentrasi hara N, P dan K daun tanaman 51

3 Persiapan contoh untuk analisis protein dan kadar enzim PAL 53

4 Analisis protein 53

5 Analisis kadar enzim PAL 54

6 Persiapan contoh untuk analisis kadar flavonoid total dan aktivitas

antioksidan 54

7 Analisis kadar flavonoid total 54

8 Analisis aktivitas antioksidan 55

9 Penetapan kadar senyawa antosianin dan klorofil daun 55

(16)
(17)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki beberapa anggota dari marga Murraya yang telah dikenal secara luas, terutama M. exotica, M. koenegii dan M. paniculata (kemuning). Daerah persebaran Murraya paniculata di Indonesia berdasarkan data spesimen herbarium di Herbarium Bogoriense dan National Herbarium Leiden, mencakup Jawa (terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur), Sumatera, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi dan Maluku. M.

paniculata juga ditemukan di India, Sri Lanka, Burma, Indocina, Cina, Taiwan,

Semenanjung Malaya, Filipina, Australia, Kaledonia Baru, dan Kepulauan Melanesia (Heyne 1987).

Tanaman kemuning telah lama dikenal dalam farmakologis karena peranannya sebagai obat yang mengandung metabolit sekunder yang bermanfaat bagi kesehatan manusia di antaranya sebagai penurun kadar kolesterol darah (Pane 2010), anti obesitas (Iswantini et al. 2011), dan memiliki daya antioksidan (Rohman dan Riyanto 2005). Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daun. Kandungan kimia daun kemuning antara lain L-cadinene,

methyl-anthranilate, bisabolene, β-caryophyllene, geraniol, carene, 5-guaiazulene,

osthole, paniculatin, tanin, eugenol, citronelled, coumurrayin dan coumarin

derivatives (Kardono et al. 2003). Menurut Farmakope Cina, daun dan tunas M.

paniculata dan Murraya exotica keduanya disebut sebagai "Jiulixiang", obat

tradisional Cina yang biasa digunakan sebagai analgesik, antibakteri, dan agen anti-inflamasi. Penelitian fitokimia sebelumnya pada spesies M. paniculata telah mampu memberikan penjelasan mengenai struktur metabolit yang bervariasi di antaranya kumarin, alkaloid dan flavonoid (Zhang et al. 2012).

Ketersediaan hara tanaman sangat dipengaruhi oleh sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Informasi penting yang perlu diketahui berkenaan dengan ketersediaan unsur hara esensial bagi tanaman adalah jenis tanah dan tingkat kesuburan (ketersediaan hara). Jumlah hara yang cukup perlu dipertahankan di dalam tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah. Jumlah hara ini harus sesuai dengan jumlah yang diperlukan tanaman untuk tumbuh normal (Hardjowigeno 2007). Unsur hara esensial bagi tanaman kemuning di antaranya adalah nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).

Menurut Badan Survei Tanah (1998), tanah Darmaga merupakan Latosol Coklat Kemerahan yang tergolong dalam Oxic Dystrudept. Latosol merupakan jenis tanah yang marjinal dan miskin unsur hara. Latosol memiliki kapasitas tukar kation rendah. Hal ini sebagian disebabkan oleh kadar bahan organik yang kurang dan sebagian lagi oleh sifat liat-hidro-oksida. Beberapa latosol bereaksi sedang bahkan hingga sangat masam tetapi tidak semacam liat silikat dengan persentase kejenuhan basa. Tanah-tanah seperti itu biasanya memberikan respon baik terhadap pemupukan dan pengapuran (Soepardi 1983).

(18)

Pemupukan merupakan tindakan penambahan hara ke dalam tanah apabila tanah tersebut tidak mampu menyediakan hara untuk mendukung pertumbuhan tanaman secara maksimum. Pemupukan tanaman kemuning belum banyak dilakukan, hal ini disebabkan karena belum tersedianya pengetahuan mengenai kebutuhan hara yang optimum untuk mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman. Upaya optimasi dosis pemupukan yang menjamin ketersediaan hara tanaman kemuning serta mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dapat dilakukan melalui uji korelasi hasil analisis hara pada jaringan daun dengan bahan bioaktif. Diharapkan peningkatan produktivitas akan tercapai dengan selalu memperhatikan kelestarian sumberdaya lahan tanpa adanya kelebihan dan polusi unsur kimia di tanah.

Odoemena (2006) mengemukakan bahwa pupuk kandang ayam merupakan sumber yang baik bagi unsur-unsur hara makro dan mikro. Pupuk kandang ayam mampu meningkatkan kesuburan tanah serta menjadi substrat bagi mikroorganisme tanah dan meningkatkan aktivitas mikroba, sehingga lebih cepat terdekomposisi dan melepaskan hara dalam jumlah yang tinggi. Aplikasi pupuk kandang ayam juga diyakini memperbaiki sifat fisik tanah dan meningkatkan daur hara seperti mengerahkan efek enzimatik atau hormon langsung pada akar tanaman sehingga mendorong pertumbuhan tanaman.

Pupuk kandang ayam memberikan hasil optimum terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kemuning. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian Syahadat dan Aziz (2012) bahwa media tanah latosol Darmaga + arang sekam + pupuk kandang kotoran ayam dengan komposisi 1:1:1 (v/v) dan fertigasi pupuk kandang kotoran ayam dengan konsentrasi 1 kg pupuk organik per 5 liter air dan dosis 60 mL per bibit kemuning menunjukkan hasil tertinggi pada parameter jumlah daun, jumlah anak daun, jumlah bunga, jumlah cabang, dan hasil skoring bibit berkualitas baik. Susanti et al. (2008) menyatakan bahwa pada tanaman kolesom, semakin tinggi dosis pupuk kandang ayam akan menurunkan kandungan total bahan bioaktif kualitatif daun dan umbi, kecuali alkaloid. Oleh karena itu, perlu adanya penentuan dosis pupuk kandang kotoran ayam yang tepat bagi produksi dan kualitas bahan bioaktif tanaman kemuning.

Analisis jaringan tanaman lebih praktis dilakukan untuk mengetahui status hara pada tanaman, karena status hara pada jaringan tanaman juga merupakan gambaran status hara dalam tanah. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah (Wijaya 2008). Jaringan tanaman yang digunakan untuk analisis hara dalam penelitian ini adalah daun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hermanto et al. (2012), tanaman pegagan menunjukkan bahwa konsistensi dan keeratan korelasi antar konsentrasi hara N, P atau K daun dengan produksi terna kering dan bobot senyawa bioaktif asiatikosida serta pertimbangan efisiensi aplikasinya, maka jaringan tanaman yang terbaik untuk dijadikan bahan diagnosis penetapan kebutuhan pupuk N, P dan K untuk tanaman pegagan adalah daun pada posisi ke-1 umur 5 BST.

(19)

posisi daun ke-5-6 dan produksi buah berikutnya (Thamrin et al. 2014). Menurut Embleton et al. (1973), analisis daun merupakan petunjuk yang praktis untuk menduga kebutuhan pupuk pada tanaman jeruk. Selain itu, analisis senyawa bioaktif berdasarkan penentuan posisi daun pada beberapa spesies basil menunjukkan bahwa Ocimum sanctum L. mengandung fenolat yang tinggi di semua posisi daun tetapi daun O. basilicum L. kaya akan flavonoid dari daerah atas dan tengah tanaman yang kemungkinan berkaitan dengan tingginya nilai aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH tetapi tidak pada kemampuan pengkelat ion besi. Sebaliknya, bagian bawah daun O. citriodorum Vis. memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas DPPH tertinggi sedangkan daun tengah tanaman ini memiliki aktivitas tertinggi pengkelat ion besi (Wongsen et al. 2013).

Penentuan posisi daun dalam menganalisa hara berupa N, P dan K dan senyawa bioaktif diduga tidak cukup untuk melengkapi informasi diagnosis status tanaman. Oleh karena itu, dibutuhkan pula penentuan umur daun tanaman. Dilaporkan oleh Ahmad et al. (2012) pada beberapa spesies bunga potong seperti

Celosia cristata L., Cosmos bipinnatus Cav., Helianthus annuus L., dan Zinnia

elegans L. menunjukkan bahwa sampel daun muda yang dikumpulkan di awal musim memiliki konsentrasi hara nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan dengan posisi daun yang sama di pertengahan atau akhir musim. Peningkatan pemupukan N juga meningkatkan konsentrasi N daun pada semua spesies. Gamon dan Surfus (1999) juga melaporkan bahwa kadar antosianin cenderung tinggi pada daun muda pohon ek (Quercus agrifolia) yang juga memiliki laju fotosintesis yang rendah. Sementara itu, penelitian mengenai uji korelasi konsentrasi hara N, P, dan K pada jaringan daun dengan produksi senyawa bioaktif kemuning akibat aplikasi pupuk kandang ayam pada berbagai posisi daun dalam tangkai dan umur daun belum dilakukan.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk: (1) memperoleh dosis pupuk kandang ayam yang optimum bagi produksi, kadar senyawa bioaktif dan konsentrasi hara N, P dan K pada berbagai posisi daun dalam tangkai, dan (2) mendapatkan pola hubungan konsentrasi hara N, P, dan K pada jaringan daun pada berbagai posisi daun dalam tangkai dengan produksi dan senyawa bioaktif kemuning.

Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat dosis pupuk kandang ayam yang optimum bagi produksi, kadar senyawa bioaktif dan konsentrasi hara N, P dan K pada berbagai posisi daun dalam tangkai.

(20)

Kerangka Pemikiran

Kemuning umumnya digunakan sebagai tanaman obat dan tanaman hias serta biasanya dijual dalam bentuk tanaman dalam polybag dan daun potong, simplisia, daun basah, dan dalam bentuk kapsul. Selain itu, coumurrayin dari daun kemuning juga dijual khusus. Daun tanaman kemuning mengandung berbagai jenis senyawa metabolit sekunder. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa

kandungan ekstrak metanol daun kemuning yaituμ 4‟-hidroksi-3,5,6,7,3‟,5‟

-heksametoksi flavon. Hasil penelitian Zhang et al. (2012) menunjukkan bahwa daun dan pucuk M. paniculata mengandung flavonoid polymethoxylated. Tanaman kemuning bermanfaat bagi kesehatan manusia di antaranya sebagai penurun kadar kolesterol darah (Pane 2010), anti obesitas (Iswantini et al. 2011), dan memiliki daya antioksidan (Rohman dan Riyanto 2005).

Kandungan fitokimia kemuning yang berpengaruh terhadap aktivitas antioksidannya tidak hanya ditentukan oleh faktor lingkungan (seperti panjang hari, curah hujan dan temperatur) dan genetik (variasi di dalam spesies), namun juga ditentukan oleh masukan (input) yang diberikan. Pemanfaatan pupuk organik merupakan langkah yang tepat dalam pengembangan pertanian organik dan menghasilkan kualitas bahan obat yang baik. Akan tetapi penelitian mengenai pemupukan terutama penggunaan pupuk kandang ayam sebagai pupuk organik pada tanaman kemuning untuk meningkatkan produksi dan kadar senyawa bioaktif belum banyak dilakukan. Oleh karena itu, perlu adanya penentuan dosis pupuk kandang ayam yang tepat bagi produksi dan kualitas bahan bioaktif tanaman kemuning.

Penetapan kadar hara dalam rangka optimasi produksi biomassa dan kualitas bahan senyawa bioaktif tanaman kemuning dapat dilakukan dengan uji korelasi konsentrasi hara daun melalui analisis jaringan daun tanaman. Hara yang dapat diuji berupa unsur N, P dan K sebagai hara esensial bagi tanaman kemuning. Status hara nitrogen, fosfor dan kalium pada jaringan daun jeruk lebih akurat mencerminkan konsentrasi hara yang berhubungan dengan perubahan dalam produksi. Pengambilan sampel pasca panen dilakukan pada daun posisi ke-3-4 dan ke-5-6 dari cabang atas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun ke-ke-3-4 memiliki korelasi tertinggi dengan produksi awal buah dibanding posisi daun ke-5-6 dan produksi buah berikutnya (Thamrin et al. 2014). Menurut Embleton et al. (1973), analisis daun merupakan petunjuk yang praktis untuk menduga kebutuhan pupuk pada tanaman jeruk. Namun penelitian dalam penetapan posisi daun dengan variasi dosis pupuk kandang ayam untuk menentukan konsentrasi hara N, P, dan K daun tanaman kemuning dalam optimasi pemupukan belum ada sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

Ruang Lingkup Penelitian

(21)

Gambar 1 Bagan alir penelitian “Uji Korelasi Konsentrasi Hara N, P, dan K Daun dengan Produksi Senyawa Bioaktif Kemuning (Murraya

paniculata (L.) Jack) akibat Aplikasi Pupuk Kandang Ayam”

Tanaman kemuning umur 30-38 bulan setelah tanam (BST)

Pemberian pupuk kandang ayam petelur dan pemangkasan 75 cm dari

permukaan tanah

Produksi

Konsentrasi hara N, P dan K Analisis jaringan daun posisi dalam

tangkai ke-1, ke-3 dan ke-5 pada:

daun muda daun dewasa

Kadar senyawa bioaktif: - Klorofil total

- Protein

- Kadar enzim PAL - Flavonoid total - Antosianin

- Aktivitas antioksidan

Korelasi konsentrasi hara N, P, dan K daun dengan produksi senyawa bioaktif kemuning akibat aplikasi pupuk kandang ayam

(22)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik dan Kegunaan Tanaman Kemuning

Kemuning (Murraya paniculata (L). Jack) sering digunakan sebagai tanaman hias pagar karena morfologi tajuknya yang lebar dan memiliki nilai estetika dari bunga berwarna putih dan beraroma harum (Mattjik 2010). M. paniculata termasuk dalam famili Rutaceae yang memiliki habitus yang bervariasi mulai dari semak hingga berbentuk pohon; tinggi mencapai lebih dari 5 m. Percabangan sedikit (0 – 4 buah); dekat dengan permukaan tanah, namun ada juga yang agak jauh dari permukaan tanah. Daun majemuk dengan 3 – 5 (jarang 7) anak daun yang terletak berseling. Anak daun membundar dan bulat panjang (2.0 – 9.5 x 1.1 – 4.8 cm) dengan bagian terlebar umumnya berada di pertengahan atau bagian atas pertengahan panjang daun; ujung daun meruncing; tidak berbulu pada kedua belah permukaannya. Bunga berbentuk tunggal atau berkelompok 3 – 4 kuntum. Bunga putih agak besar (panjang 2.0 – 2.6 cm). Buah berbentuk bulat panjang (diameter 0.8 – 1.2 cm, panjang 1.9 – 2.4 cm), dengan warna orange. Biji setengah bulat panjang sampai bulat panjang dengan bulu yang jelas (Lugrayasa et al. 2009).

Gambar 2 Tanaman kemuning berumur 30 bulan setelah tanam

(23)

Kemuning mengandung 23 senyawa flavonoid (flavon, flavonol, flavanon, flavononol, khalkon) yang termetoksilasi; 33 senyawa kumarin sederhana (7-oksigenasi, 5,7-di(7-oksigenasi, 6,7-dioksigenasi dan 7,5-dioksigenasi); beberapa senyawa alkaloid indol dan karbazol, senyawa sinamat dan sterol. Kandungan

ekstrak metanol daun kemuning yaituμ 4‟-hidroksi-3,5,6,7,3‟,5‟-heksametoksi

flavon (Windono 2002). Hasil penelitian Zhang et al. (2012) menunjukkan bahwa daun dan pucuk M. paniculata mengandung flavonoid polymethoxylated.

Produksi Senyawa Metabolit Sekunder Tanaman Kemuning

Antosianin berfungsi sebagai antioksidan yang berperan penting baik bagi tanaman itu sendiri maupun bagi kesehatan manusia. Peranan antosianin dalam tanaman antara lain adalah memberikan sifat-sifat yang khusus, yaitu memberikan warna pada buah dan sayuran, sebab itu juga dapat memberikan daya tarik bagi serangga dan burung yang sangat membantu proses penyerbukan bunga dan pembentukan biji. Warna yang disebabkan oleh adanya antosianin tergantung beberapa faktor, yaitu konsentrasi, pH dari media atau adanya pigmen lain (Winarno 2002). Antosianin merupakan produk metabolisme sekunder yang menyebabkan warna merah jambu, ungu dan biru. Antosianin dibentuk dari asam amino phenylalanine melalui lintasan sikimat di sitoplasma dan ditimbun dalam vakuola sel parenkim dewasa. Phenylalanine ammonia lyase (PAL) merupakan enzim kunci dalam metabolisme, aktivitasnya meningkat seiring dengan umur daun dan berhubungan dengan proses penuaan (Noh dan Spalding 1998, Buchanan et al. 2000).

(24)

Gambar 3 Skema lintasan biosintesis metabolit primer dan sekunder pada tumbuhan. Garis putus-putus menunjukkan senyawa yang dibentuk melalui berbagai tahapan yang dikatalisis dengan berbagai enzim. Modifikasi dari Cseke dan Kaufman (1999) dan Cseke et al. (2006)

Asetil koenzim A Metabolisme Primer

(Metabolisme Karbon)

Eritrosa 4-fosfat Glukosa

Asam piruvat Fosfoenolpiruvat

Siklus asam trikarboksilat Lintasan asam shikimat

Asam amino alifatik (glutamat, dll)

Tetrapirol Klorofil

Asam amino aromatik (fenilalanin, triptofan,

tirosin)

Protein

Lintasan asam malonat

Aktivitas PAL

Lintasan Fenilpropanoid

Kelompok senyawa fenolik

Kelompok senyawa flavonoid

(anthocyanins, chalcones, flavanones, dihydroflavonol,

anthocyanidins)

(25)

Pemupukan dan Peranan Unsur Hara N, P dan K

Pemupukan pada umumnya diartikan sebagai penambahan unsur hara tanaman ke dalam tanah meskipun dalam arti luas sebenarnya pupuk ialah bahan-bahan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Pupuk diberikan pada tanaman dengan tujuan menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Umumnya unsur hara telah tersedia di dalam tanah, tetapi karena secara terus menerus diserap dan digunakan oleh tanaman maka kandungannya akan berkurang. Unsur hara dalam tanah terus berkurang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga perlu tambahan dari luar. Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan, unsur hara terdiri atas unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah banyak atau unsur makro (N, P, K, Ca, S dan Mg) dan unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit atau unsur mikro (Cl, Mn, Fe, Cu, Zn, B, dan Mo) (Hardjowigeno 2007).

Unsur hara N, P, dan K di dalam tanah tidak cukup tersedia dan terus berkurang karena diambil untuk pertumbuhan tanaman dan terangkut pada waktu panen, tercuci, menguap dan erosi. Kekurangan unsur hara N, P dan K dapat dicukupi dengan pemupukan. Jumlah pupuk yang diberikan berhubungan dengan kebutuhan unsur hara tanaman, kandungan unsur hara yang ada dalam tanah, serta kadar unsur hara yang terdapat dalam pupuk. Penambahan unsur hara akan meningkatkan pertumbuhan tanaman, yang berarti pengangkutan unsur hara oleh tanaman akan terus meningkat (Leiwakabessy dan Sutandi 1998).

Nitrogen (N) merupakan unsur hara terpenting yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman dan bersifat mobil dalam tanaman sehingga gejala kekurangan pertama kali tampak pada daun tua. N berada dalam bentuk inorganik dan organik dalam tanaman. Jika N berkombinasi dengan C, H, O dan S maka akan membentuk asam amino, amino enzim, asam nukleat, klorofil, alkaloid, dan basa-basa purin (Jones 1998). Tanaman umumnya menyerap N dalam bentuk amonium (NH4+) dan nitrat (NO3-). Sebagian besar amonium bergabung dengan senyawa organik dalam akar, sedangkan nitrat bergerak dengan mudah dalam xylem dan dapat pula disimpan dalam vakuola akar, pucuk, dan organ-organ penyimpan. Akumulasi nitrat dalam vakuola sangat penting untuk keseimbangan kation-kation (Marschner 2012). Menurut Dubey dan Pessarakli (1995) nitrat setelah diserap tanaman tidak langsung digunakan dalam sintesis asam amino. Bentuk nitrat harus diasimilasikan ke bentuk amonium oleh enzim nitrat reduktase dan nitrit reduktase. Reduksi nitrat dapat berlangsung pada akar dan tajuk. McIntyre (1997) dan Li (2000) menyatakan pengaruh nitrat pada perkembangan tanaman dipengaruhi oleh waktu dan metode pemupukan, kombinasi efek osmotik pada pengambilan air, serta efek hara pada sintesis protein. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi penggunaan N pada tanaman adalah dengan cara menghindari pemberian pupuk N yang berlebih (Kanampiu et al. 1997).

(26)

crystalline aluminium, besi fosfat pada tanah masam dan kalsium fosfat pada tanah alkalin. Jumlah P terlarut yang tersedia tergantung pada pH, tingkat kelarutan dan difusi dari P dalam bentuk padat, waktu reaksi, kandungan bahan organik, temperatur, dan tipe dari liat (Mosali et al. 2005).

Fosfor diserap akar tanaman dalam dua bentuk anion, masing-masing dihidrogen fosfat (H2PO4-) dan monohidrogen fosfat (HPO42-) (Jones 1998). Mobilitas anion fosfat dalam tanah sangat rendah karena retensinya dalam tanah sangat tinggi. Oleh sebab itu, efisiensi dari pupuk P sangat rendah antara 10-30 %, sisanya 70-90 % P tertinggal dalam bentuk immobil kalau tidak hilang karena erosi (Leiwakabessy dan Sutandi 1998). Unsur P bersifat mobil di dalam tanaman. Fungsi P yang paling penting pada tanaman adalah penyimpan dan transfer energi dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) dan adenosin difosfat (ADP), serta merupakan komponen struktural penting dalam penyusunan asam nukleat, kofaktor enzim, fosfolipid dan nukleotida (Jones 1998, Mosali et al. 2005).

Kalium (K) pada tanaman berperan sebagai aktivator enzim, mempertahankan vigor tanaman, merangsang pertumbuhan akar dan sebagai katalisator (Xi et al. 1989, Pettigrew 2008). Selain itu K juga berperan dalam proses pembentukan karbohidrat, translokasi gula dan metabolisme protein (Leiwakabessy dan Sutandi 1998). Kalium dalam mempertahankan vigor tanaman berperan dalam proses pemeliharaan status air tanaman, tekanan turgor dalam sel, serta proses membuka dan menutupnya stomata (Marchsner 1995, Jones 1998). Berdasarkan ketersediaan K dalam tanah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu (1) bentuk K tidak dapat dipertukarkan, (2) bentuk K dapat dipertukarkan, dan (3) bentuk K larut. K dalam bentuk tidak dapat dipertukarkan banyak terdapat di dalam tanah yang merupakan K cadangan. K dapat dipertukarkan adalah K yang tersedia, bentuk ini ada yang cepat tersedia dan ada yang lambat tersedia. K yang mudah diserap tanaman adalah K dalam bentuk larutan tanah (Reddy et al. 2000).

Kalium adalah unsur yang mobil, sehingga akan terjadi translokasi dari bagian tanaman yang tua ke bagian yang lebih muda bila terjadi kekurangan K pada tanaman. Oleh karena itu, gejala kekurangan K mulai tampak pada bagian tanaman yang tua terlebih dahulu, lalu diikuti pada bagian tanaman yang lebih muda (Tisdale et al. 1985, Reddy et al. 2000).

Pupuk Organik

Pupuk adalah bahan untuk diberikan kepada tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung, guna mendorong pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi atau memperbaiki kualitasnya, sebagai akibat perbaikan nutrisi tanaman (Leiwakabessy dan Sutandi 2004). Kotoran ayam yang dijadikan pupuk organik cukup baik karena rasio C/N relatif rendah yaitu 1-3 (Sutanto 2002).

Menurut Eliyani (1999) bahwa pupuk kandang ayam dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan memiliki pengaruh yang baik terhadap tanah melalui perbaikan fisik, biologi, dan kimia tanah. Pupuk kandang ayam mengandung unsur hara lebih tinggi dibanding pupuk kandang lainnya. Hasil penelitian Susanti

et al. (2008) menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam 15 ton ha-1 merupakan

(27)

senyawa bioaktif daun dan umbi menurun oleh peningkatan dosis pupuk kandang ayam.

Korelasi Kadar Hara Daun dan Bahan Bioaktif Tanaman

Beberapa pendekatan agar pemberian pupuk diberikan secara tepat yaitu dengan analisis tanah, analisis tanaman, percobaan di rumah kaca (green house) atau pot, mengamati gejala defisiensi dan melakukan percobaan lapang. Analisis jaringan tanaman lebih praktis dilakukan untuk mengetahui status hara pada tanaman, karena status hara pada jaringan tanaman juga merupakan gambaran status hara dalam tanah. Hal ini didasarkan pada prinsip bahwa konsentrasi suatu unsur hara di dalam tanaman merupakan hasil interaksi dari semua faktor yang mempengaruhi penyerapan unsur tersebut dari dalam tanah (Lozano 1990).

Mooney (1992) menyatakan bahwa jaringan tanaman yang umumnya dianalisis adalah jaringan daun. Hal ini karena daun menjadi tempat terjadinya fotosintesis dan metabolisme lainnya yang sangat aktif. Daun juga merupakan salah satu tempat penyimpanan karbohidrat dan mineral. Hara yang ada pada daun tidak hanya berperan dalam proses fotosintesis tetapi juga menggambarkan status hara aktual dalam tanaman, selain itu daun menjadi salah satu jaringan tanaman yang tersedia dalam jumlah yang banyak dan mudah didapatkan. Menurut Schroth et al. (2002) bahwa pada salah satu analisis yang dapat dilakukan untuk mengetahui status hara tanaman tahunan baik buah-buahan maupun tanaman agroforestry adalah dengan menggunakan analisis jaringan daun, namun demikian perlu diketahui jaringan daun yang paling tepat berkorelasi terhadap produksi tanaman tersebut.

Hasil penelitian Hermanto et al. (2012) menunjukkan bahwa sampel daun yang tepat sebagai bahan diagnosis status hara dalam penetapan kebutuhan pupuk N, P dan K bagi tanaman pegagan adalah posisi daun ke-1 umur 5 bulan untuk analisis hara N, P dan K. Selain itu, hasil analisis jaringan daun tanaman pegagan menunjukkan bahwa kandungan senyawa asiatikosida semakin meningkat dengan semakin meningkatnya umur tanaman dan kandungan bioaktif asiatikosida pada daun ke-3 lebih tinggi dibandingkan yang terdapat pada daun ke-1 dan daun ke-2.

Nilai uji tanah dan tanaman tidak akan berarti apabila tidak ada hasil penelitian korelasi dan kalibrasi (Nursyamsi et al. 2002). Dikemukakan oleh Leiwakabessy (1996) melalui data penelitian kalibrasi maka data analisis tanah dan jaringan tanaman dari laboratorium serta produksi relatif tanaman dimanfaatkan dalam membuat rekomendasi pemupukan rasional yang berimbang dengan takaran optimum untuk menduga produksi tanaman.

(28)

Tabel 1 Standar kecukupan unsur hara pada tanaman jeruk

Unsur Sangat

rendah

Rendah Optimum Tinggi Sangat

tinggi

N (%) <2.2 2.2-2.3 2.4-2.6 2.7-2.8 >2.80

P (%) <0.09 0.09-0.11 0.12-0.16 0.17-0.29 >0.30 K (%) <0.40 0.40-0.69 0.70-1.09 1.10-2.00 >2.30

Ca (%) <1.6 1.6-2.9 3.0-5.5 5.6-6.9 >7.00

Mg (%) <0.16 0.16-0.25 0.26-0.6 0.7-1.1 >1.20

S (%) <0.14 0.14-0.19 0.2-0.3 0.4-0.5 >0.60

B (ppm) <21.0 21-30 31-100 101-260 >260

Fe (ppm) <36.0 36-59 60-120 130-200 >250

Mn (ppm) <16.0 16-24 25-200 300-500 >1000

Zn (ppm) <16.0 16-24 25-100 110-200 >300

Cu (ppm) <3.60 3.6-4.9 5-16 17-22 >22

Mo (ppm) <0.06 0.06-0.09 0.1-3.0 4.0-100 >100

Li (ppm) <3 3-35 >35

As (ppm) <1 1-5 >5

F (ppm) <1-20 25-100 >100

(29)

3 METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Organik Cikarawang, Institut Pertanian Bogor, secara geografik terletak antara 6o30' - 6o45' LS dan 106o30'-106o45' BT pada 250 m di atas permukaan laut. Jenis tanah pada lahan penelitian adalah Latosol. Analisis tanah dan hara daun dilaksanakan di Balai Penelitian Tanah, Kampus Penelitian Pertanian Cimanggu. Pengamatan destruktif (berupa bobot basah dan bobot kering daun), pengamatan kadar klorofil, antosianin, kandungan protein dan kadar enzim PAL dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Pengamatan vegetatif berupa ketebalan daun dilaksanakan di Laboratorium Mikroteknik, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Uji Fitokimia lainnya berupa kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan dilaksanakan di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai November 2014.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas tanaman kemuning berumur 30 bulan setelah tanam (BST), pupuk kandang ayam petelur serta bahan-bahan kimia untuk analisis konsentrasi N, P, K jaringan daun dan senyawa bioaktif. Peralatan yang digunakan merupakan peralatan untuk mengukur produksi biomassa, analisis hara dan senyawa bioaktif.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok lengkap dengan satu faktor yaitu dosis pupuk kandang ayam petelur sebagai perlakuan, yaitu 0, 2.5, 5 dan 7.5 kg per tanaman, yang diberikan pada 30 BST. Setiap unit percobaan terdiri atas 2 tanaman dan diulang sebanyak 4 kali sehingga total tanaman yang digunakan adalah 32 tanaman (Lampiran 1).

Pelaksanaan Percobaan

Persiapan Tanaman

(30)

Pemeliharaan Tanaman

Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi kegiatan penyiangan, pembumbunan, penyiraman dan pemberantasan hama penyakit yang dilakukan sesuai kondisi tanaman. Pemeliharaan tanaman dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu, pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis perlakuan yang digunakan yaitu 0, 2.5, 5 dan 7.5 kg per tanaman yang diaplikasikan pada 30 BST.

Panen

Tanaman dipanen dengan mempertahankan ketinggian 75 cm di atas permukaan tanah pada 34 dan 38 BST, kemudian dipisahkan antara daun muda dan daun dewasa (Gambar 4).

Gambar 4 Tanaman M. paniculata yang menunjukkan daun muda dan daun tua pada tiap posisi daun dalam tangkai

Pengamatan

(31)

dan bobot kering daun dilakukan sebanyak 2 kali yaitu 34 dan 38 BST. Pengamatan yang dilakukan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Pengamatan karakter agronomi, konsentrasi hara dan kadar fitokimia jaringan daun tanaman kemuning

No. Parameter Deskripsi

Karakter agronomi dan konsentrasi hara 1. Bobot basah dan

kering daun

Bobot basah dan bobot kering daun diperoleh dengan panen pangkasan 75 cm dari permukaan tanah (Gambar 4). Hasil panen dipisahkan antara batang dan daun, bagian yang hanya digunakan adalah daun. Bobot kering daun diperoleh dengan cara menimbang hasil panen pangkasan yang telah mengalami proses pengeringan dalam oven (600C, ± 3 hari).

2. Ketebalan daun Mengamati ketebalan daun bagian daun muda dan dewasa pada posisi daun ke-1, ke-3 dan ke-5 3. Analisis hara tanah Analisis hara tanah dilakukan sebelum dan

setelah penelitian untuk mengetahui kadar hara dalam tanah.

4. Analisis hara pupuk Analisis hara pupuk dilakukan sebelum penelitian untuk mengetahui kadar hara dalam pupuk kandang ayam.

5. Analisis konsentrasi hara pada jaringan tanaman (N, P, dan K)

Penentuan N dilakukan dengan menggunakan metode Semi-mikro Kjeldahl. Penentuan P dan K dengan metode pengabuan kering (Anderson 1968). Konsentrasi P diukur dengan Hitachi Spectrophotometer U-2010 dan K diukur dengan Atomic Absorption spectrophotometer Agilent 240 FS AA (Lampiran 2)

Kadar Fitokimia 6. Analisis kandungan

protein

Analisis protein menggunakan metode Lowry (Waterborg 2002) (Lampiran 4).

7. Analisis kadar enzim phenylalanin

ammonia liase (PAL)

Analisis menggunakan metode Camm dan Towers (1973) dalam Dangcham et al. (2008) dengan sedikit modifikasi (Lampiran 5).

8. Analisis kadar flavonoid total

Analisis flavonoid total menggunakan metode Chang et al. (2002) dengan sedikit modifikasi (Lampiran 7).

9. Analisis kadar

antosianin dan klorofil total daun

Analisis kadar antosianin dan klorofil daun menggunakan metode analisis Sims dan Gamon (2002) (Lampiran 9).

10. Analisis aktivitas antioksidan

(32)

Pengamatan faktor lingkungan tumbuh berupa suhu (0C) dan kelembapan (%), intensitas cahaya matahari (kal cm-2 menit-1), lama penyinaran (%) dan curah hujan (mm per bulan) selama percobaan diambil dari stasiun Klimatologi Darmaga Bogor.

Analisis Data

Data hasil pengamatan dianalisis dengan uji F, jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf nyata 5%. Analisis statistik menggunakan program SAS Windows 9.1. Model linear yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

Yij = µ + τi + βj + ɛij

Keterangan:

i = Perlakuan dosis pupuk kandang ayam (0, 2.5, 5, 7.5 kg per tanaman)

j = Kelompok (1,2,3,4)

Yij = Nilai pengamatan dari perlakuan dosis pupuk kandang ayam ke-i dan kelompok ke-j

µ = Rataan umum

τi = Pengaruh perlakuan ke-i βj = Pengaruh kelompok ke-j

ɛij = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j

Data perlakuan pada berbagai dosis pupuk kandang ayam yang optimal dengan produksi diperoleh dengan menggunakan analisis regresi dengan bentuk persamaan:

Y = a + bX + cX2

Data perbandingan hasil analisis daun ke-1, ke-3 dan ke-5 di bagian daun muda dan daun dewasa tanaman diperoleh dengan uji t-student. Perhitungan produksi senyawa bioaktif dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Produksi senyawa bioaktif = bobot kering daun (g per tan) x kadar senyawa bioaktif daun (%)

Uji korelasi linier sederhana dilakukan masing-masing pada peubah pengamatan pada (a) konsentrasi hara (N, P, atau K) pada daun ke-1, ke-3, atau ke-5 pada bagian daun muda dan daun dewasa pada 34 dan 38 BST dengan produksi (yakni bobot kering daun) dan kadar senyawa bioaktif; dan (b) antar variabel pengamatan kadar senyawa bioaktif dan bobot kering daun. Model regresi linear sederhana yang digunakan adalah:

Ŷ = a + bX

Sebagai teladan penerapan uji regresi antara konsentrasi hara N daun ke-5 dengan produksi, sebagai berikut:

Ŷ = Kadar antosianin yang dihasilkan dari pangkasan kemuning (produksi) pada konsentrasi hara N daun ke-5.

(33)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen (Y) yang didasarkan pada perubahan variabel independen (X). Jika positif (+) arah garis naik, dan bila negatif (-) maka arah garis turun.

X = Konsentrasi hara N daun ke-5

Uji korelasi antara konsentrasi setiap hara (N, P, atau K) daun dengan produksi (daun hasil pangkasan atau kadar senyawa bioaktif tanaman), bertujuan untuk mendapatkan hubungan yang paling baik dari kadar suatu unsur hara dalam daun pada umur tertentu dengan hasil yang dapat dijual. Korelasi antar konsentrasi hara N, P atau K daun dengan produksi dilakukan dengan analisis korelasi linier sederhana. Berdasarkan uji korelasi, maka konsentrasi hara N, P, K daun yang mempunyai nilai korelasi positif tinggi dan paling konsisten di posisi daun yang sama pada bulan yang berbeda akan ditetapkan sebagai daun sampel untuk tanaman kemuning yang merupakan bahan diagnosis penetapan kebutuhan pupuk kandang ayam untuk tanaman kemuning. Analisis korelasi linier sederhana menurut Carl Pearson (Sunyoto 2011):

n∑Xi Yi–(∑Xi)(∑Yi)

rxy = ---

√[n∑Xi2– (Xi)2][ n∑Yi2– (Yi)2]

Keterangan:

i = Perlakuan dosis pupuk kandang ayam (0, 2.5, 5, 7.5 kg per tanaman) pada berbagai posisi daun dalam tangkai dan umur daun n = Jumlah pengamatan sampel

Xi = Konsentrasi hara N, P atau K pada berbagai posisi daun dalam tangkai dan umur daun

Yi = Produksi biomassa dan kadar fitokimia rxy = Koefisien korelasi linier

(34)

4 HASIL

4.1 Kondisi Umum

4.1.1 Kondisi Iklim

Data iklim selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5a. Selama penelitian terjadi fluktuasi curah hujan pada tiap bulan menyebabkan kelembaban tinggi sedangkan temperatur rata-rata rendah yang ditandai dengan intensitas matahari dan lama penyinaran yang cukup tinggi.

Gambar 5 Curah hujan pada: a) 30-38 BST dan b) curah hujan rata-rata 1981-2010. Tanda panah menunjukkan waktu pemanenan daun tanaman dan tanda panah putus-putus menunjukkan waktu pemupukan.

337.4

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

m

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOV DES

(35)

Curah hujan pada lahan penelitian ini mempunyai pola curah hujan monsoon. Berdasarkan klasifikasi Oldeman, bulan basah ditunjukkan dengan kriteria >200 mm per bulan dan bulan kering ditunjukkan dengan kriteria <100 mm per bulan serta bulan lembab berkisar 100-200 mm per bulan (Bayong 2004).

Pemangkasan dengan ketinggian yang sama (75 cm) dilakukan pada bulan Maret (30 BST). Pengamatan dan panen pertama dilakukan 4 bulan setelahnya yaitu bulan Juli saat tanaman berumur 34 BST. Panen ke-dua (38 BST) dilakukan pada bulan November. Kondisi tanaman setelah pemupukan dan perataan tinggi tanaman mengalami peningkatan pertumbuhan pada bulan Maret hingga Juli (30-34 BST). Namun ketika memasuki bulan September dan Oktober pertumbuhan tanaman mengalami penurunan karena memasuki bulan kering dan hujan mulai turun kembali di bulan November (38 BST). Tanaman kemuning umumnya baru mulai tumbuh dengan mengeluarkan daun-daun muda ± 3 minggu setelah menunjukkan bahwa bulan April merupakan bulan kering menurut kategori Oldeman yakni <100 mm per bulan. Akan tetapi, curah hujan rata-rata menunjukkan nilai yang berbeda dengan curah hujan selama penelitian, yakni curah hujan tertinggi pada pengamatan terjadi pada bulan November yaitu sebesar 673.2 mm per bulan dan terendah pada bulan September yaitu sebesar 21.8 mm per bulan.

4.1.2 Kimia Tanah dan Pupuk

Hasil analisis kimia tanah menunjukkan bahwa pH tanah pada lahan percobaan tergolong agak masam dan memiliki kandungan bahan organik tergolong rendah. Pupuk kandang yang digunakan memiliki kadar C-organik, nitrogen dan unsur Fe yang sangat tinggi (Tabel 3). Kotoran ayam mengandung N tiga kali lebih besar daripada pupuk kandang lainnya. Kandungan unsur hara dalam kotoran ayam adalah yang paling tinggi, karena bagian cair (urine) tercampur dengan bagian padat (Hardjowigeno 2007). Kadar nitrogen pada pupuk kandang ayam tujuh kali lebih besar dibandingkan kadar nitrogen pada tanah atau sebesar 86.73%. Kadar fosfor pada pupuk kandang tergolong sangat rendah, namun bagi pertumbuhan tanaman untuk kebutuhan hara P dapat ditunjang dengan kadar P yang sangat tinggi yang terkandung pada tanah.

Pemberian pupuk kandang ayam pada lahan percobaan memberikan pengaruh yang baik yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan pH tanah dari agak masam (Tabel 3) menjadi netral (Tabel 4). Kondisi ini cukup mendukung bagi kelangsungan hidup tanaman berikutnya. Pada umumnya unsur hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air (Hardjowigeno 2007). Sementara itu, kadar kalium pada awal penelitian tergolong sangat rendah dan mengalami perubahan setelah penambahan pupuk kandang ayam menjadi sangat tinggi yaitu berkisar 64-145 mg 100 g-1 (Tabel 4).

(36)

Tabel 3 Hasil analisis kimia tanah dan pupuk pada awal penelitian (30 BST)

Peubah kimia Metode Nilai

Tanah Kriteria 1

Nilai pupuk Kriteria1 Extract 1:5

berdasarkan kriteria penilaian dari literatur Hardjowigeno (2007)

Tabel 4 Hasil analisis tanah pada 8 bulan setelah aplikasi pupuk kandang ayam (38 BST)

Peubah Kimia Perlakuan pupuk (kg per tanaman)

(37)

4.2 Hasil

Hasil analisis ragam pada variabel pengamatan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang berbeda yaitu tidak nyata hingga sangat nyata akibat aplikasi pupuk kandang ayam. Akan tetapi, data dengan perbedaan yang tidak nyata tidak disajikan dalam Tabel 5. Berdasarkan posisi daun dalam tangkai menunjukkan bahwa posisi daun muda ke-1 merupakan posisi daun yang lebih dipengaruhi oleh pupuk kandang ayam, sedangkan berdasarkan kadar fitokimia ditunjukkan pada posisi daun dewasa ke-3. Berdasarkan peranannya, daun muda merupakan sink, sedangkan daun dewasa merupakan source bagi tanaman (Marschner 2012).

Tabel 5 Rekapitulasi hasil pengamatan akibat aplikasi pupuk kandang ayam

(38)

dosis pupuk kandang 7.5 kg per tanaman, sedangkan bobot basah daun pada 34 BST yang tertinggi adalah dosis pupuk kandang 2.5 kg per tanaman. Dosis optimum pupuk kandang ayam untuk produksi maksimum bobot basah dan bobot kering daun pada 34 BST masing-masing adalah 3.1 kg dan 6.5 kg per tanaman.

Gambar 6 Pengaruh pupuk kandang ayam pada: a) bobot basah daun pada 34 BST, b) bobot kering daun pada 34 BST, c) bobot basah daun pada 38 BST, dan d) bobot kering daun pada 38 BST, dengan dosis pupuk kandang ayam 0, 2.5, 5 dan 7.5 kg per tanaman

(39)

kemungkinan disebabkan oleh adanya perbedaan pola sebaran curah hujan. Jumlah curah hujan selama 30-34 BST adalah 1522.4 mm, sedangkan selama 34-38 BST jumlah curah hujan adalah 1762.7 mm (Gambar 5a). Walaupun jumlah curah hujan selama periode 34-38 BST lebih tinggi daripada periode 30-34 BST, tetapi terdapat 2 bulan kering (September dan Oktober) dengan jumlah curah hujan kurang dari 200 mm selama 34-38 BST. Distribusi curah hujan memungkinkan untuk pertumbuhan cepat dari daun muda menjadi dewasa selama periode 30-34 BST. Adanya dua bulan kering tersebut selama periode 34-38 BST menghambat pertumbuhan daun menjadi daun dewasa, sehingga panen pada 38 BST memiliki daun muda yang lebih banyak dan kadar air yang lebih tinggi dibandingkan panen pada 34 BST. Fase pembentukan pucuk daun setelah pemangkasan berlangsung selama 3 minggu dan kemudian mengalami fase vegetatif membentuk daun dewasa dengan warna daun hijau gelap.

Ketebalan daun pada masing-masing posisi daun dalam tangkai menunjukkan perbedaan yang tidak nyata antar berbagai dosis pupuk kandang pada 34 BST. Namun, pada pengamatan 38 BST menunjukkan perbedaan yang nyata pada posisi daun muda ke-1 dan dosis terbaik ditunjukkan pada dosis 5 kg per tanaman (Tabel 6). Hal ini menandakan bahwa daun muda lebih dipengaruhi oleh pupuk kandang ayam dan daunnya lebih tebal dibanding dengan daun dewasa.

Tabel 6 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap ketebalan daun pada berbagai posisi daun muda dan daun dewasa pada 38 BST

Pupuk

287909 308401 280395 276490 270384

2.5 258880

ab

313166 348029 293257 297873 312864

5 273555

a

305001 296012 285683 281542 259020

7.5 225159

c

299489 309841 270272 296329 311074

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α 0.05 (P<0.05); tan: tanaman.

4.2.2 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap konsentrasi hara N, P dan K jaringan daun tanaman kemuning pada umur 34 dan 38 BST

Konsentrasi hara nitrogen pada daun tanaman kemuning mengalami penurunan pada 38 BST dibanding dengan 34 BST dan konsentrasi hara kalium mengalami penurunan secara drastis tetapi masih dalam kategori konsentrasi tinggi. Konsentrasi hara fosfor mengalami peningkatan dengan pemberian pupuk kandang ayam, kecuali yang tanpa perlakuan (0 kg per tanaman) (Gambar 7).

(40)

kualitas daun; serta sebagai penyusun asam amino, protein, klorofil, asam-asam nukleat dan koenzim (Munawar 2011). Semakin menurunnya konsentrasi nitrogen di dalam jaringan menyebabkan kandungan protein dan klorofil total juga menurun (Tabel 9 dan 10). Konsentrasi N, P dan K daun tanaman kemuning pada 34 dan 38 BST akibat aplikasi pupuk kandang ayam disajikan pada Tabel 7 dan Gambar 7.

Tabel 7 Konsentrasi hara N, P, dan K daun tanaman kemuning pada umur 34 dan 38 BST akibat aplikasi pupuk kandang ayam

(41)

Gambar 7 Konsentrasi N, P dan K tanaman kemuning pada 34 dan 38 BST akibat aplikasi pupuk kandang ayam; garis lurus menunjukkan umur 34 BST dan garis putus-putus menunjukkan umur 38 BST.

Nitrogen (N)

Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh nyata pupuk kandang ayam terhadap konsentrasi N pada posisi daun muda ke-1 dan dewasa ke-5 pada 34 BST, sedangkan konsentrasi N pada posisi daun lainnya tidak berbeda nyata pada 34 BST dan semua posisi daun pada 38 BST (Tabel 8). Terdapat pola hubungan antara dosis pupuk kandang ayam dengan konsentrasi hara nitrogen pada daun muda ke-1 dan daun dewasa ke-5. Konsentrasi N pada daun muda ke-1 berkurang dengan penambahan dosis pupuk kandang ayam. Sebaliknya, pada daun dewasa ke-5 terjadi peningkatan.

Tabel 8 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap konsentrasi N pada posisi daun muda dan daun dewasa pada 34 BST

Pupuk berdasarkan uji DMRT pada α 0.05 (P<0.05); tan: tanaman.

Konsentrasi N daun tanaman kemuning saat panen bulan Juli (34 BST) dan November (38 BST) selain dipengaruhi oleh pemberian pupuk kandang ayam juga posisi daun. Berdasarkan uji t-student, nilai yang cenderung berbeda nyata pada posisi daun muda ke-5 dibandingkan dengan daun dewasa ke-1 dan posisi daun muda ke-1 dibandingkan dengan daun dewasa ke-5 (Gambar 8).

(42)

Gambar 8 Konsentrasi N daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST); garis-garis menunjukkan hasil uji t-student antar pasangan perlakuan; **: berpengaruh sangat nyata; *: berpengaruh nyata; tn: berpengaruh tidak nyata.

Fosfor (P)

Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap konsentrasi hara fosfor pada posisi daun ke-1, ke-3, dan ke-5 pada daun muda dan daun dewasa tanaman kemuning dengan menggunakan uji t-student menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata. Konsentrasi P tertinggi ditunjukkan pada pengamatan bulan November (38 BST) dibandingkan bulan Juli (34 BST) yaitu terdapat pada daun muda ke-1 dengan nilai sebesar 0.33%, sedangkan konsentrasi P daun terendah pada posisi daun dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) (Gambar 9).

(43)

Kalium (K)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap konsentrasi K daun pada posisi daun ke-1, ke-3 dan ke-5 pada daun muda dan daun dewasa pada 38 BST, kecuali daun muda ke-5 dan semua posisi daun pada 34 BST. Dosis 7.5 kg per tanaman merupakan dosis pupuk kandang ayam tertinggi pada berbagai umur dan posisi daun berdasarkan uji lanjut Duncan (Tabel 9).

Tabel 9 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap konsentrasi kalium pada berbagai umur dan posisi daun kemuning pada 38 BST

Pupuk kandang ayam

(kg per tan)

Konsentrasi K (%)

Muda Dewasa

ke-1 ke-3 ke-5 ke-1 ke-3 ke-5

0 1.57 c 1.18 b 1.22 1.12 b 1.41 b 1.45 b

2.5 1.92 ab 1.39 b 1.66 1.32 ab 1.77 a 1.68 ab

5 1.73 bc 1.26 b 1.54 1.57 a 1.82 a 1.89 a

7.5 2.04 a 1.80 a 1.83 1.65 a 1.96 a 1.92 a

Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α 0.05; tan: tanaman.

Konsentrasi K daun pada panen bulan November (38 BST) mengalami penurunan 54.75% atau lebih dari 50% dibandingkan bulan Juli (34 BST). Konsentrasi K daun tertinggi yaitu panen pada bulan Juli (34 BST) yang ditunjukkan pada daun muda ke-1 yakni 4% dan terendah pada posisi daun muda ke-3 pada panen bulan November (38 BST) yakni 1.41% (Gambar 10).

(44)

4.2.3 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap produksi dan kadar fitokimia daun tanaman kemuning pada umur 34 dan 38 BST

Produksi fitokimia berupa produksi flavonoid total, antosianin dan enzim PAL pada 34 dan 38 BST pada berbagai dosis pupuk kandang menunjukkan hasil tertinggi masing-masing pada dosis 7.5, 7.5 dan 2.5 kg per tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan produksi fitokimia seiring dengan bertambah dosis pupuk kandang ayam yang disebabkan oleh adanya hubungan selaras antara produksi fitokimia dengan produksi bobot kering dan kadar fitokimia tanaman kemuning. Produksi fitokimia tanaman kemuning berupa produksi flavonoid total, antosianin dan enzim PAL pada 34 dan 38 BST ditunjukkan pada Gambar 11.

(45)

Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap produksi metabolit sekunder berupa kadar flavonoid total, antosianin dan aktivitas antioksidan menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata (P>0.05), tetapi pengamatan pada kadar enzim PAL menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada 38 BST (P<0.05, Tabel 5). Selain itu, kadar flavonoid total tertinggi ditunjukkan pada dosis 5 dan 7.5 kg per tanaman, kadar antosianin tertinggi pada pada dosis 0 dan 5 kg per tanaman, aktivitas antioksidan tertinggi pada dosis 0 kg per tanaman, serta kadar enzim PAL tertinggi pada dosis 2.5 kg per tanaman (Gambar 12).

(46)

Klorofil total

Kadar klorofil total daun tanaman kemuning akibat perlakuan pupuk kandang ayam menunjukkan nilai yang lebih tinggi pada panen bulan Juli (34 BST) dibandingkan dengan panen pada bulan November (38 BST). Kadar klorofil total tertinggi yakni sebesar 2.4265 mg g-1 BB pada daun dewasa ke-3 dan dewasa 5 pada bulan Juli, sedangkan kadar klorofil yang terendah pada daun muda ke-1 pada bulan November (38 BST). Kadar klorofil total tanaman kemuning dengan pemberian pupuk kandang meningkat seiring dengan bertambahnya umur daun tanaman yaitu daun dewasa yang memiliki kadar klorofil total lebih tinggi dibanding daun muda (Gambar 13).

Gambar 13 Kadar klorofil total daun kemuning pada posisi daun muda 1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST); garis-garis menunjukkan hasil uji t-student antar pasangan perlakuan; **: berpengaruh sangat nyata; *: berpengaruh nyata; tn: berpengaruh tidak nyata.

Kandungan protein

(47)

Tabel 10 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap kandungan protein pada berbagai umur dan posisi daun kemuning pada 38 BST

Pupuk kandang ayam

(kg per tan)

Kandungan protein (mg BA g-1 BB)

Muda Dewasa

ke-1 ke-3 ke-5 ke-1 ke-3 ke-5

0 0.01075 0.01075 0.00975 0.00675 0.00550 b 0.00700 2.5 0.01275 0.01225 0.01225 0.01075 0.00975 a 0.01275 5 0.00925 0.01075 0.01600 0.00850 0.00900 a 0.01000 7.5 0.00925 0.01150 0.01075 0.01050 0.01050 a 0.00875 Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α 0.05; tanμ tanaman; BA: Bouvine Albumin; BB: bobot basah.

Kandungan protein daun kemuning pada panen bulan Juli (34 BST) memiliki nilai tertinggi pada posisi daun muda ke-1 dan berdasarkan uji t-student posisi daun muda ke-1 berbeda nyata dengan daun muda ke-5, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5. Sementara itu, kandungan protein pada panen bulan November (38 BST) mengalami penurunan yang sangat drastis dibandingkan dengan bulan Juli yaitu sebesar 99.62% (posisi daun muda ke-1) (Gambar 14).

Gambar 14 Kandungan protein daun kemuning pada posisi daun muda 1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST); garis-garis menunjukkan hasil uji t-student antar pasangan perlakuan; **: berpengaruh sangat nyata; *: berpengaruh nyata; tn: berpengaruh tidak nyata.

Kadar enzim PAL

(48)

Tabel 11 Pengaruh pupuk kandang ayam terhadap kadar enzim PAL pada berbagai umur dan posisi daun kemuning pada 38 BST

Pupuk kandang ayam

(kg per tan)

Kadar enzim PAL (x 10-5 U CA mg-1protein)

Muda Dewasa

ke-1 ke-3 ke-5 ke-1 ke-3 ke-5

0 0.06175 0.08325 0.07650 0.04025 0.03725 b 0.07225 2.5 0.06125 0.07400 0.06700 0.09125 0.04075 b 0.07875 5 0.07925 0.05825 0.09050 0.05825 0.06350 ab 0.06250 7.5 0.06675 0.05925 0.09400 0.07925 0.08825 a 0.04125 Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α 0.05; tanμ tanaman; U: unit; CA: Cinnamic Acid.

Kadar enzim PAL pada panen bulan Juli (34 BST) dengan perlakuan pupuk kandang ayam menunjukkan pengaruh yang berbeda tidak nyata pada berbagai umur dan posisi daun berdasarkan uji t-student. Kadar enzim PAL yang tertinggi ditunjukkan pada posisi daun muda ke-1 pada bulan Juli yaitu sebesar 0.1315 x 10-5 U CA mg-1 protein. Sementara itu, kadar enzim PAL pada bulan November hanya terdapat 1 posisi daun yang berbeda nyata yaitu daun muda ke-5 dibandingkan dengan daun dewasa ke-3 (Gambar 15).

Gambar 15 Kadar enzim PAL daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST) ; garis-garis menunjukkan hasil uji t-student antar pasangan perlakuan; *: berpengaruh nyata; tn: berpengaruh tidak nyata.

Flavonoid total

(49)

periode 34-38 BST memiliki bulan kering lebih banyak dibanding periode 30-34 BST (Gambar 5).

Hasil uji t-student menunjukkan bahwa kadar flavonoid total yang relatif berbeda nyata pada panen bulan Juli dan November yaitu pada daun muda ke-1 dibandingkan dengan daun muda ke-5 dan daun dewasa ke-5. Selain itu, terdapat pula pada daun muda ke-3 dibandingkan dengan daun muda ke-5, dewasa ke-1, dan dewasa ke-5 (Gambar 16).

Gambar 16 Kadar flavonoid total daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST); garis-garis menunjukkan hasil uji t-student antar pasangan perlakuan; **: berpengaruh sangat nyata; *: berpengaruh nyata; tn: berpengaruh tidak nyata.

Antosianin

(50)

Gambar 17 Kadar antosianin daun kemuning pada posisi daun muda ke-1, muda ke-3, muda ke-5, dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 pada panen bulan Juli (34 BST) dan bulan November (38 BST); garis-garis menunjukkan hasil uji t-student antar pasangan perlakuan; **: berpengaruh sangat nyata; *: berpengaruh nyata; tn: berpengaruh tidak nyata.

Aktivitas antioksidan

Hasil uji t-student terhadap aktivitas antioksidan pada berbagai posisi daun tanaman kemuning menunjukkan aktivitas yang cenderung berbeda nyata pada panen bulan Juli dan November yaitu pada posisi daun muda ke-1 dibandingkan dengan daun dewasa ke-1, dewasa ke-3 dan dewasa ke-5 serta daun muda ke-5 dibandingkan dengan daun dewasa ke-3 dan ke-5. Selain itu, aktivitas antioksidan pada bulan Juli relatif sama dengan bulan November dengan perbedaan sebesar 8.22%, dengan aktivitas antioksidan tertinggi terdapat pada daun muda ke-1 pada bulan Juli (34 BST) (Gambar 18).

Gambar

Gambar 1 Bagan alir penelitian “Uji Korelasi Konsentrasi Hara N, P, dan K
Gambar 2 Tanaman kemuning berumur 30 bulan setelah tanam
Gambar 3 Skema lintasan biosintesis metabolit primer dan sekunder pada
Tabel 1 Standar kecukupan unsur hara pada tanaman jeruk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada data di atas, tokoh Aku menunjukan bahwa kesunyian yang dialaminya pada saat kejayaan sudah menjauh darinya merupakan merupakan sutu tanda bahaya yang

Hal ini terlihat pada anak usia 5-6 tahun didominasi kategori terbanyak yaitu pada aspek menulis hal ini berdasarkan data dan pengamatan peneliti karena anak

Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi Selaku Kelompok Kerja Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun

MEMENUHISYARAT - MEMENUHISYARAT MEMENUi-fiSYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHlSYARAT MEMENIJI!IISYARAT MEMENIJHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUt-11 SYARAT MEMENUHI SYARAT

Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi Selaku Kelompok Kerja Pekerjaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Tengah pada Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah Dana APBD Tahun

Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Dan Kegiatan Pendampingan Kegiatan DAK Infrastruktur Irigasi Pekerjaan Paket 12 Rehabilitasi Sarana Irigasi DI Kutu Ds

MEMENUHI SYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHI SYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT MEMENUHISYARAT

Misalnya kelompok I mencuci keempat botol mereka yang berisi perlakuan yang berbeda-beda dengan menggunakan air panas, sedangkan kelompok II mencuci dengan menggunakan