DAYA HASIL DAN KUALITAS JAGUNG MANIS GENOTIPE
SD3 DENGAN EMPAT VARIETAS PEMBANDING DI
KABUPATEN BANDUNG
MUHAMMAD HILAL
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Daya Hasil Jagung Manis Genotipe SD3 dengan Empat Varietas Pembanding di Kabupaten Bandung adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing skripsi dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013
ABSTRAK
MUHAMMAD HILAL. Daya Hasil dan Kualitas Jagung Manis Genotipe SD3 dengan Empat Varietas Pembanding di Kabupaten Bandung. Dibimbing oleh MEMEN SURAHMAN.
Produktivitas jagung manis rendah karena penggunaan benih tidak unggul oleh petani. Benih jagung manis hibrida unggul harganya mahal. Benih jagung manis non hibrida murah belum tersedia. Varietas SD3 (varietas bersari bebas) dirakit sebagai benih yang lebih murah bagi petani. Tujuan penelitian ini adalah menguji daya hasil, kualitas, dan penampilan jagung manis genotipe SD3 dengan empat varietas pembanding (Super Sweet, Bonanza, Sweet Boy, dan SG 75). Penelitian dilaksanakan pada 30 Juni sampai dengan 1 Oktober 2012 menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak dengan satu faktor dan empat ulangan di Desa Banjaran, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung. Berdasarkan penelitian, genotipe SD3 lebih unggul dibandingkan dengan Super Sweet (varietas bersari bebas) pada jumlah baris biji dan kadar padatan terlarut total, sedangkan jika dibandingkan dengan Bonanza dan Sweet Boy (varietas hirbida), genotipe SD3 masih belum bisa bersaing. Bonanza lebih unggul dibandingkan SD3 pada diameter tongkol, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa kelobot dan produktivitas. Sweet Boy lebih unggul dibandingkan SD3 pada panjang dan diameter tongkol. Genotipe SD3 dibandingkan dengan SG 75 (varietas hibrida) tidak ada perbedaan pada seluruh peubah kecuali pada peubah vegetatif yaitu tinggi tanaman dan tinggi tongkol utama.
Kata kunci : daya hasil, jagung manis, kualitas, SD3 ABSTRACT
MUHAMMAD HILAL. Sweet Corn Quality and Yield Genotype SD3 with Four Comparison Varieties in Bandung. Supervised by MEMEN SURAHMAN.
The productivity of sweet corn is low caused by not using superior seed. The hybrid sweet corn seed price is expensive. The cheap of non-hybrid sweet corn seed is not available in the market. SD3 (open-pollinated variety) assembled to share a cheaper seed for farmers. The objective of this research was to evaluate yield, quality and performance of sweet corn genotype SD3 compared to four varieties (Super Sweet, Bonanza, Sweet Boy, and SG 75). The experiment was conducted from 30 June to 1 Oktober 2012 using a Randomized Complete Block Design with one factor and four replications at Banjaran, Cimaung sub district, Bandung regency. Based on research result, genotype SD3 is higher than Super Sweet (open-pollinated variety) for kernel row number and total soluble solid level. Meanwhile, when compared to Bonanza and Sweet Boy (hybrid variety), genotype SD3 can not compete. Bonanza is higher than SD3 for ear diameter, ear weight with cornhusk, ear weight without cornhusk and productivity. Sweet Boy is higher than SD3 for ear length and ear diameter. Genotype SD3 is the same as SG 75 (hybrid variety) in all variables except for vegetative variable, those are plant height and main ear height.
ii
DAYA HASIL DAN KUALITAS JAGUNG MANIS GENOTIPE
SD3 DENGAN EMPAT VARIETAS PEMBANDING DI
KABUPATEN BANDUNG
MUHAMMAD HILAL
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
iv
Judul Skripsi : Daya Hasil dan Kualitas Jagung Manis Genotipe SD3 dengan Empat Varietas Pembanding di Kabupaten Bandung
Nama : Muhammad Hilal NRP : A24080172
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Memen Surahman, MScAgr Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
v
PRAKATA
Segala puji bagi Allah Swt atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi berjudul “Daya Hasil dan Kualitas Jagung Manis Genotipe SD3 dengan Empat Varietas Pembanding di Kabupaten Bandung”. Penulisan skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar sarjana di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Memen Surahman MSc Agr, selaku dosen pembimbing, Pak Rahmat yang telah banyak memberikan saran dan ikut membantu pelaksanaan penelitian, Pak Nandang yang membantu menyiapkan lahan dan pemeliharaan tanaman di lapang, Ahmad Syaifudin yang telah membantu pengolahan data dan masukan untuk pengolahannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada orang tua (Sri Latifah dan Sudibyo Soepardi) dan saudara atas motivasi, nasihat, dan doa-doanya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
Hipotesis 2
TINJAUAN PUSTAKA 3
Jagung Manis 3
Syarat Tumbuh dan Budi Daya Jagung Manis 4
BAHAN DAN METODE 5
Waktu dan Tempat Penelitian 5
Bahan dan Alat 5
Metode Penelitian 6
Pelaksanaan Penelitian 6
Pengamatan 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Karakter Agronomi 9
Daya Tumbuh, Tinggi Tanaman, Tinggi Tongkol Utama, dan
Diameter Batang 9
Panjang Daun, Lebar Daun, Tanaman yang Dipanen, dan Bobot
Tajuk Atas 10
Panjang Tongkol, Diameter Tongkol, Bobot Tongkol Berkelobot
dan Bobot Tongkol Tanpa Kelobot 11
Jumlah Baris Biji dan Jumlah Biji dalam Baris 12
Indeks Panen, Produktivitas, dan Kadar PTT 12
PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF 14
Bentuk Batang, Bentuk Ujung Daun Pertama dan Warna Daun 14
Bentuk Tongkol dan Warna Biji 14
SIMPULAN DAN SARAN 15
DAFTAR PUSTAKA 15
RIWAYAT HIDUP 17
vii
DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi hasil uji F pada taraf 5% genotipe SD3 dengan empat
varietas komersial pembanding 9
2 Nilai tengah daya tumbuh, tinggi tanaman, tinggi tongkol utama, dan diameter batang genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai
pembanding 10
3 Nilai tengah panjang daun, lebar daun, tanaman yang dipanen, dan bobot tajuk atas genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai
pembanding 11
4 Nilai tengah panjang tongkol, diameter tongkol, bobot tongkol berkelobot, dan bobot tongkol tanpa kelobot genotipe SD3 dengan empat varietas
komersial sebagai pembanding 12
5 Nilai tengah jumlah baris biji dan jumlah biji dalam baris genotipe SD3
dengan empat varietas komersial sebagai pembanding 12 6 Nilai tengah indeks panen, produktivitas, dan kadar PTT genotipe SD3
dengan empat varietas komersial sebagai pembanding 13 7 Bentuk batang, bentuk ujung daun pertama, dan warna daun genotipe SD3
dengan empat varietas komersial sebagai pembanding 14 8 Bentuk tongkol dan warna biji genotipe SD3 dengan empat varietas
komersial sebagai pembanding 14
DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi sementara jagung manis genotipe SD3 18
2 Deskripsi jagung manis varietas Super Sweet 19
3 Deskripsi jagung manis varietas Bonanza 20
4 Deskripsi jagung manis varietas Sweet Boy 21
5 Deskripsi jagung manis varietas Sugar 75 22
6 Tata letak penelitian di lapang 22
7 Hasil sidik ragam daya tumbuh utama genotipe SD3 dengan empat
varietas komersial sebagai pembanding 23
8 Hasil sidik ragam tinggi tanaman genotipe SD3 dengan empat varietas
komersial sebagai pembanding 23
9 Hasil sidik ragam tinggi tongkol utama genotipe SD3 dengan empat
varietas komersial sebagai pembanding 23
10 Hasil sidik ragam diameter batang genotipe SD3 dengan empat varietas
13 Hasil sidik ragam bobot tongkol berkelobot genotipe SD3 dengan empat
varietas komersial sebagai pembanding 24
14 Hasil sidik ragam bobot tongkol tanpa kelobot genotipe SD3 dengan
viii
15 Hasil sidik ragam panjang tongkol genotipe SD3 dengan empat varietas
komersial sebagai pembanding 24
16 Hasil sidik ragam diameter tongkol genotipe SD3 dengan empat varietas
komersial sebagai pembanding 24
17 Hasil sidik ragam jumlah baris biji genotipe SD3 dengan empat varietas
komersial sebagai pembanding 25
18 Hasil sidik ragam jumlah biji per baris genotipe SD3 dengan empat varietas
komersial sebagai pembanding 25
19 Hasil sidik ragam tanaman yang dipanen genotipe SD3 dengan empat varietas
komersial sebagai pembanding 25
20 Hasil sidik ragam bobot tajuk atas SD3 dengan empat varietas komersial
sebagai pembanding 25
21 Hasil sidik ragam kadar PTT genotipe SD3 dengan empat varietas komersial
sebagai pembanding 25
22 Hasil sidik ragam indeks panen tongkol tanpa berkelobot genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding 26 23 Hasil sidik ragam produktivitas genotipe SD3 dengan empat varietas
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan komoditas pertanian yang sangat digemari karena rasanya yang manis, mudah diolah, mengandung sedikit protein dan lemak. Biji jagung manis mengandung banyak sukrosa, sedikit glukosa, fruktosa, maltosa dan pati (Rubatzky dan Yamaguchi 1995). Jagung manis mempunyai tekstur dan aroma yang khas sehingga dapat dibuat berbagai jenis makanan olahan. Pengolahan jagung manis paling sederhana adalah dibakar atau direbus (Armansyah et al. 2010). Salah satu olahan jagung manis adalah susu jagung manis. Susu jagung manis mengandung pati dan lemak yang rendah. Kadar protein susu jagung manis yang dicampur kacang hijau mempunyai kadar protein mendekati susu sapi (Setyani et al. 2009).
Berbeda dengan jagung biasa, jagung manis dipanen muda (immature fruit) sebelum mempunyai tingkat kematangan penuh (Sulastrini et al. 1996). Jagung manis yang dipanen ketika masak bijinya menjadi keriput, sehingga kurang menarik konsumen. Keriputnya biji jagung manis disebabkan kandungan pati lebih rendah dan perbandingan amilopektin terhadap amilosanya lebih tinggi dibandingkan jagung biasa (Rubatzky dan Yamaguchi 2009). Jagung manis harus segera dipasarkan setelah panen agar rasa manis tidak berkurang. Sukrosa dalam biji jagung manis akan dihidrolisis menjadi glukosa dan sukrosa dan selanjutnya menjadi substrat dalam proses respirasi (Sulastrini et al. 1996).
Penanaman jagung manis mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di pasaran dan dapat ditanam secara luas di Indonesia. Jagung manis dapat ditanam dalam kisaran sejauh 50 oLintang dari khatulistiwa (Rubatzky dan Yamaguchi 1995), sedangkan Indonesia terletak pada 60 oLintang Utara (LU) dan 110 oLintang Selatan (LS). Tanaman jagung manis dapat ditanam dengan olah tanah atau dengan tanpa olah tanah. Tanaman jagung manis dapat ditanam di lahan sawah (Armansyah et al. 2010) atau di perkotaan dengan diberi pupuk kompos sampah kota (Lestari et al. 2010). Tanaman jagung manis umumnya dipanen 18-24 hari setelah penyerbukan (Rubatzky dan Yamaguchi 1995) atau sekitar 70 hari setelah tanam. Umur yang relatif pendek ini memungkinkan frekuensi penanaman yang lebih intensif dibandingkan dengan menanam jagung biasa. Sisa brangkasan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak karena masih hijau saat dipanen. Tongkol jagung sekunder dapat dijadikan sebagai jagung semi.
Pengembangan budi daya jagung manis di Indonesia memiliki beberapa permasalahan. Kegiatan bercocok tanam yang dilakukan masih tradisional sehingga prduktivitasnya rendah (Armansyah et al. 2010). Produksi yang rendah disebabkan oleh rendahnya mutu benih dan kurangnya modal untuk membeli benih bermutu, pestisida, dan pupuk. Harga benih jagung manis unggul bermutu yang mahal menyebabkan petani menggunakan benih dari hasil panen sebelumnya. Selain itu daya simpan dan mutu benih jagung manis secara umum lebih rendah dibandingkan benih jagung biasa. Pemipilan benih jagung manis dengan mesin saat kadar air masih tinggi dapat merusak benih (Mukhlis 2002).
2
meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan benih jagung manis dalam negeri, Indonesia masih mengimpor benih dengan volume yang melebihi ekspor. Volume impor benih jagung manis pada tahun 2010 adalah 282.3 ton, sedangkan volume ekspor benih di tahun yang sama 31.6 ton (Deptan 2011). Akibat impor yang besar, jumlah dana yang digunakan untuk membayar impor benih lebih besar dibandingkan dana yang diperoleh dari ekspor benih jagung manis. Nilai Impor benih jagung manis pada tahun 2010 adalah USD 2 540 808 dan nilai ekspor benih di tahun yang sama adalah USD 379 200 (Deptan 2011). Perusahaan swasta bersaing untuk menciptakan varietas-varietas jagung manis yang disukai oleh petani dan konsumen.Varietas yang dirilis oleh perusahaan benih swasta adalah varietas jagung manis hibrida yang relatif mahal. Varietas hibrida yang sudah dirilis yaitu, Sweet Boy, Bonanza, Super Sweet, SG 75, Talenta, Pertiwi, Golden Sweeter, Bisi Sweet 3, Bisi Sweet 4, dan Jambore.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dari penelitian ini adalah produktivitas tanaman jagung manis masih rendah, sedangkan permintaan pasar nasional dan internasional cenderung meningkat. Salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas adalah penggunaan benih unggul yang rendah oleh petani. Hal ini terjadi karena harga benih jagung manis hibrida yang dapat berproduksi tinggi di pasaran harganya sangat mahal. Sementara itu, benih jagung manis non hibrida yang harganya murah masih belum tersedia secara memadai dan belum dapat bersaing dalam hal produktivitas dengan benih hibrida. Fred Rumawas, peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB), merakit varietas SD3 (Seleksi Dramaga 3) yang merupakan varietas bersari bebas untuk menyediakan benih yang lebih murah bagi petani. Penelitian ini menguji genotipe SD3 dengan varietas lainnya dalam hal daya hasil, kualitas, dan penampilan di ketinggian (altitude) sedang (Banjaran, Bandung).
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan uji daya hasil, kualitas, dan penampilan jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) genotipe SD3 dengan empat varietas komersial lainnya di Kabupaten Bandung.
Hipotesis
3
TINJAUAN PUSTAKA
Jagung Manis
Jagung manis merupakan tanaman herba monokotil dan tanaman semusim (Rubatzky dan Yamaghuchi 1995). Berdasarkan tipe pembungaan jagung termasuk tanaman monoceous yang memiliki bunga stamin dan pitsil yang terpisah pada satu tanaman. Berdasarkan tipe penyerbukan, jagung termasuk tanaman menyerbuk silang dengan presentase penyerbukan silang sebesar 95%. Berdasarkan tipe fotosintesisnya, jagung termasuk tanaman C4.
Biji-biji jagung menempel erat pada tongkol, sedangkan pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga keluar dari pembungkus (kelobot). Setiap tanaman jagung terbentuk satu sampai dua tongkol. Biji jagung memiliki bermacam-macam bentuk dan bervariasi. Perkembangan biji dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas tanaman, ketersediaan hara di dalam tanah dan faktor lingkungan seperti sinar matahari dan kelembaban udara. Biji jagung manis yang masih muda mempunyai ciri bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca sedangkan biji yang telah masak dan kering akan menjadi keriput atau berkerut.
Perkecambahan pada jagung diawali dengan pembentukan sistem perakaran dan struktur daun (Aldrich dan Leng 1966). Menurut Mac Gilivary (1961) perakaran jagung manis biasanya dangkal dan berserabut. Akar koronal dan akar udara muncul pada buku di bawah atau di atas permukaan tanah pada lima sampai enam buku pertama. Jumlah daun pada jagung 8 – 48 helai, dengan rata-rata 12 – 18 helai daun. Panjang daun jagung 30 – 50 cm dengan lebar bisa lebih dari 15 cm (Berger 1962)
Batang tanaman jagung manis yang tumbuh normal mempunyai ketinggian 1.5-2.5 m dan terbungkus pelepah daun yang berselang-seling (Rubatzky dan Yamaguchi, 1995). Percabangan umumnya terbentuk pada pangkal batang. Percabangan adalah batang sekunder yang berkembang pada ketiak daun terbawah dekat permukaan tanah. Tongkol yang terbentuk pada batang sekunder ini jarang yang produktif sehingga lebih disukai tanaman yang berbatang tinggi.
Jagung manis mulanya berkembang dari tipe jagung dent (tipe gigi kuda) dan tipe jagung flint (tipe mutiara). Jagung manis mengandung lebih banyak gula pada endospermanya sehingga pada proses pematangan, kadar gulanya semakin tinggi. Menurut Rubatzky dan Yamaghuci (1995), pengisian endosperma pada jagung manis berawal dari penimbunan gula. Seiring dengan bertambahnya umur tanaman, patilah yang akhirnya tertimbun. Gula endosperma utama adalah sukrosa dengan sedikit glukosa, fruktosa, dan maltosa. Komponen terbesar pati endosperma adalah amilosa dan amilopektin.
4
sehingga rasa manis yang ada pada jagung manis yang memiliki alel ini relatif lebih bertahan lama. Rasa manis pada jagung juga dapat ditingkatkan dengan adanya alel se (sugary enhance) yang berada dalam keadaan homozigot resesif. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995), gen sh-2 menghasilkan kandungan gula tertinggi (50% bobot kering biji) dan gen se-1 memiliki kulit permukaan yang paling halus. Meskipun mampu mempertahankan kemanisan dalam jangka waktu yang lama, biji jagung manis yang memiliki gen sh-2 memiliki kandungan pati yang paling sedikit sehingga perkecambahan biji dan pertumbuhan awal bibit lemah serta memerlukan perwatan yang intensif.
Gen-gen lain yang secara tidak langsung mempengaruhi kualitas jagung manis anatara lain : gen yang mempengaruhi kualitas endosperma adalah remah-1 (bt-1-brittle-1), keras tetapi mudah pecah dan remah-2 (bt2-brittle-2), kandungan amilosa yang lebih banyak, gen yang mempengaruhi kandungan amilosa yang lebih banyak (ae1-amylose extender-1), gen yang mempengaruhi kekusaman biji (du1-dull-1) dan gen yang mempengaruhi adanya lilin (wx1-waxy-1) (Rubatzky dan Yamaguchi 1995).
Syarat Tumbuh dan Budi Daya Jagung Manis
Jagung manis mempunyai daerah adaptasi terhadap iklim yang luas (Thompson dan Kelly 1957). Menurut jagung manis dapat tumbuh pada 58o LU - 40o LS dengan ketinggian sampai 12 000 kaki (±3 000 m dpl). Suhu, kelembapan udara, intensitas cahaya, dan panjang hari untuk pertumbuhan optimum jagung manis tidak jauh berbeda dengan kondisi optimum yang diperlukan oleh jagung biasa. Rubatzky dan Yamaguchi (1995) menyatakan jagung manis tidak beradaptasi dengan baik pada kondisi tropika basah. Jagung manis mempunyai keragaman daya adaptasi terhadap perbedaan iklim tergantung varietasnya.
Thompson dan Kelly (1957) menyatakan bahwa suhu yang hangat merupakan kondisi terbaik untuk perkembangan tanaman jagung manis. Banyak tanaman jagung manis yang ditumbuhkan pada daerah dingin. Suhu yang tinggi dapat mempercepat perkembangan tanaman jagung manis. Pertumbuhan jagung manis yang baik memerlukan suhu yang hangat hingga kurang lebih satu minggu sebelum panen. Cuaca dingin diperlukan pada saat menjelang panen karena diperlukan untuk meningkatkan kualitas jagung manis. Suhu yang tinggi dapat mempercepat perubahan gula menjadi pati yang dapat mengurangi kualitas jagung manis. Perkecambahan benih optimum terjadi pada suhu antara 21 – 27 oC. Perkecambahan akan sangat lambat atau gagal berkecambah pada suhu di bawah 10 oC. Setelah berkecambah, kisaran suhu yang terbaik adalah 21 – 30 oC (Rubatzky dan Yamaguchi 1995)
5
menguntungkan untuk produksi daun yang lebih banyak dan produksi karbohidrat yang lebih tinggi. Oleh karena itu, pemulia tanaman telah mengembangkan kultivar yang beradaptasi terhadap fotoperiode yang beragam.
Tanaman jagung manis dapat tumbuh hampir pada semua tipe tanah, dengan syarat berdrainase baik. Kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan adalah 5.5-7.0 (Thompson dan Kelly 1957), sedangkan menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1995), tanaman jagung manis peka terhadap tanah masam dan tumbuh baik pada pH 6.0 sampai dengan 6.8.
Budi daya tanaman jagung manis pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan cara budi daya tanaman jagung biasa. Pemanenan untuk mendapatkan kualitas terbaik dilakukan pada fase masak susu (Thompson dan Kelly 1957). Pemanenan dilakukan pada saat tongkol terisi sempurna, yang ditandai dengan rambut yang mengering, keketatan kelobot, dan kekerasan tongkol ketika digenggam. Waktu pemanenan yang paling baik adalah pada waktu dini hari atau pada malam hari karena dapat membantu menurunkan panas lapangan dan mengehemat waktu dan energi untuk pendinginan pasca panen (Rubatzky dan Yamaguchi 1995).
Kualitas tongkol dapat ditentukan dengan membuka kelobot dan memeriksa penampilan dari biji. Tongkol yang baik adalah tongkol yang terisi penuh dan mengkilap, biji yang matang susu namun cukup kuat saat ditekan.
Hama dan penyakit yang bisa menyerang pertanaman jagung manis tidak jauh berbeda dengan hama penyakit yang menyerang tanaman jagung biasa. Hama yang paling merusak tanamanan jagung manis adalah ulat tongkol. Penyakit yang paling sering menyerang saat cuaca hujan adalah hawar daun (Helminthosporium) dan virus kerdil (Mortensen dan Bullard 1970).
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Cimaung, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung pada 30 Juni sampai dengan 1 Oktober 2012. Kabupaten Bandung terletak pada koordinat 107.5 BT dan 7.0 LS dengan ketinggian tempat 809 m dpl, beriklim tropis yang dipengaruhi oleh iklim munson dengan curah hujan rata-rata antara 1500 mm sampai dengan 4000 mm per tahun. Suhu udara 12-24 oC dengan kelembaban udara 78% pada musim hujan (Pemkab Bandung 2011).
Bahan dan Alat
Bahan tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah satu genotipe jagung manis, yaitu: SD 3. Jagung manis varietas Super Sweet (varietas bersari bebas), Bonanza, Sweet Boy, dan Sugar 75 (varietas hibrida) digunakan sebagai varietas pembanding.
6
penelitian ini adalah pestisida berbahan aktif Carbofuran dan Metalaxyl 35% dengan dosis 2 gram/kg benih dan 2 gram/l air sebagai fungisida.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan budi daya tanaman standar, timbangan, jangka sorong, meteran, dan refraktometer untuk mengukur kadar Padatan Total Terlarut (PTT) pada biji jagung manis.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal yaitu varietas jagung manis dengan empat ulangan. Faktor perlakuan (varietas) terdiri atas 5 taraf yaitu 1 genotipe jagung manis (SD3) dan 4 varietas pembanding (Super Sweet, Sweet Boy, Bonanza, SG 75). Setiap satuan percobaan terdiri atas petak berukuran 4 m × 5 m.
Uji F digunakan untuk menganalisis pengaruh perlakuan. Jika perlakuan berpengaruh nyata, dilakukan perbandingan nilai tengah SD3 dengan varietas pembanding dengan uji Dunnett pada taraf 5% dengan software Minitab 16.
Pelaksanaan Penelitian
Lahan diolah satu minggu sebelum penanaman dengan diberikan kapur dan pupuk kandang, kemudian diratakan dan dibagi menjadi empat blok. Masing-masing blok terdiri atas lima petak. Setiap petak berukuran 4 m × 5 m. Jarak antar blok 1.5 m. Dalam satu petak terdapat lima baris tanaman dengan jarak tanam 76 cm antar baris dan 25 cm dalam baris. Benih yang ditanam yaitu 2 benih/lubang. Sebelum ditanam, benih diberi perlakuan fungisida berbahan aktif Metalaxyl 35% dengan dosis 2 g/kg benih. Pupuk dasar diberikan satu minggu setelah tanam dengan dosis setengah dosis pupuk Urea serta seluruh dosis pupuk KCl dan SP 36. Pemberian pupuk dilakukan dengan sistem tugal berjarak 5–7 cm dari lubang tanaman.
Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi pengairan, pembumbunan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama serta penyakit. Pengairan diberikan dua kali setiap minggu dengan cara menggenangi parit-parit di antara petak percobaan. Tanaman jagung manis dibumbun pada saat 3 MST. Pemupukan kedua yaitu pemberian Urea dilakukan saat tanaman berumur 4 MST. Pengendalian hama yaitu dengan pemberian pestisida berbahan aktif Carbofuran ± 5 butir/lubang tanam saat penanaman.
Pengamatan
7
Bobot 10 tongkol tanpa kelobot
Bobot tajuk atas 10 tanaman + bobot 10 tongkol tanpa kelobot 10 000 m2 luas per petak yang mencerminkan keragaan tanaman di lapangan, pertumbuhan vegetatif dan generatif, kuantitas, dan kualitas hasil. Peubah-peubah kuantitatif yang diamati adalah:
1 Daya tumbuh, dihitung dari tanaman yang tumbuh pada 1 MST.
2 Tinggi tanaman, diukur dari atas permukaan tanah sampai dasar malai pada 9 MST.
3 Tinggi tongkol utama, diukur dari atas permukaan tanah sampai buku di mana tongkol teratas berada pada 9 MST.
4 Diameter batang, diukur pada batang 10 cm di atas permukaan tanah pada 9 MST.
5 Panjang daun, diukur dari buku tempat melekatnya daun sampai ujung daun. Pengukuran daun pada daun di atas tongkol (yang paling atas) pada 9 MST. 6 Lebar daun, diukur pada daun yang sama yang digunakan untuk mengukur
panjang daun, diambil dari titik tengah panjang daun pada 9 MST. 7 Tanaman yang dipanen.
8 Bobot tajuk atas, diambil dari 10 tanaman contoh.
9 Bobot per tongkol berkelobot, tongkol ditimbang beserta seluruh kelobotnya. 14 Jumlah biji dalam baris.
15 Kadar Padatan Terlarut Total (PTT) pada biji dari 2 jagung manis contoh selain 10 tanaman contoh per petak.
16 Indeks panen Rumus =
17 Produktivitas (ton/ha)
Rumus = bobot tongkol tanpa kelobot per petak (kg) × 80% ×
Kadar PTT dalam biji jagung manis diukur dengan cara mencacah biji jagung manis kemudian diambil sarinya dan diteteskan pada prisma refraktometer. Kadar PTT terbaca pada alat tersebut dan dinyatakan dalam oBriks.
Peubah-peubah kualitatif yang diamati adalah: 1 Bentuk batang.
2 Warna daun.
3 Bentuk tongkol, diamati pada tongkol paling atas /tongkol utama
mengerucut,
silindris mengerucut,
8
putih,
krem,
kuning muda,
kuning,
oranye,
ujung putih.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan dilakukan di Desa Cimaung, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Bandung. Penanaman dilakukan pada bulan 30 Juni 2012 dan panen pada 1 Okober 2012. Benih ditanam dua butir per lubang tanam. Jarak tanam yang rapat, tajuk yang bertemu, dan kondisi mendung setiap sore membuat tanaman jagung penelitian kekurangan cahaya. Beberapa tanaman jagung yang mempunyai tongkol diatas daun keempat mengalami roboh. Beberapa tanaman jagung yang berada di pinggir tumbuh melengkung karena mencari cahaya. Kondisi tanaman jagung manis di lahan penelitian terlihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Kondisi Lahan dan Tanaman Jagung Manis di Lahan Penelitian. (A) Lahan penelitian sebelum ditanami (B) Beberapa tanaman jagung manis yang diikat menjadi satu. (C) Tanaman jagung manis yang roboh. (D) Tanaman pinggir yang melengkung karena mencari cahaya
A B
9
Karakter Agronomi
Hasil analisis ragam menunjukan bahwa genotipe atau varietas berpengaruh terhadap peubah, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap.
Tabel 1 Rekapitulasi hasil uji F pada taraf 5% genotipe SD3 dengan empat varietas komersial pembanding
9 Bobot tongkol berkelobot 9.02* 0.002 10 Bobot tongkol tanpa kelobot 5.47 0.013
11 Panjang tongkol 10.27* 0.002
Berpengaruh nyata dengan uji F pada taraf 5%.
Daya Tumbuh, Tinggi Tanaman, Tinggi Tongkol Utama, dan Diameter Batang
Daya tumbuh genotipe SD3 tidak berbeda nyata dengan empat varietas Sweet Boy (Tabel 3). Daya tumbuh adalah peubah jagung manis yang berhubungan dengan produksi. Perwitasari (2001) melaporkan bahwa daya tumbuh terkait jumlah tongkol. Jumlah tongkol terkait bobot pipilan hasil. Daya tumbuh genotipe SD3 melebihi 80%, artinya produksi genotipe SD3 dalam keadaan maksimal untuk dilihat potensi hasilnya.
10
Made (2010) melaporkan bahwa tinggi tanaman jagung manis yang ditanam tiga butir per lubang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman jagung manis yang ditanam dua butir atau satu butir per lubang. Tanaman jagung manis genotipe SD3 diduga mempunyai tinggi yang lebih pendek jika ditanam satu butir per lubang. Tanaman diharapkan mempunyai batang kokoh dengan penanaman satu butir per lubang sehingga tanaman yang roboh dapat dikurangi. Tanaman jagung manis akan utuh pada akhir penelitian, sehingga produksi maksimal genotipe SD3 dapat diketahui. Tinggi tanaman jagung manis tidak berpengaruh terhadap jumlah daun. Perwitasari (2001) melaporkan bahwa tinggi tanaman jagung manis menyebabkan perbedaan jumlah daun. Hal yang berbeda diungkapkan Muhsanati et al. (2008) perbedaan tinggi tanaman jagung manis disebabkan oleh perbedaan panjang antar ruas, bukan perbedaan jumlah ruas. Zainudin (2005) menambahkan bahwa perbedaan jumlah daun tanaman jagung manis ditentukan oleh pemberian pupuk.
Tinggi tongkol utama SD3 lebih tinggi dari Sweet Boy dan SG 7 tetapi lebih rendah dari Super Sweet (Tabel 3). Tinggi tongkol tidak berhubungan dengan tinggi tanaman (Sufiani 2002). Tinggi tongkol lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dibandingkan lingkungan (Admaja 2006).
Tabel 3 Nilai tengah daya tumbuh, tinggi tanaman, tinggi tongkol utama, dan diameter batang genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding
Berbeda nyata dengan verietas SD3 dengan uji Dunnet pada taraf 5%.
Panjang Daun, Lebar Daun, Tanaman yang Dipanen, dan Bobot Tajuk Atas
11
Tabel 4 Nilai tengah panjang daun, lebar daun, tanaman yang dipanen, bobot tajuk atas genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding
Varietas Panjang daun (cm)
Lebar daun (cm) Tanaman yang dipanen (%)
Berbeda nyata dengan verietas SD3 dengan uji Dunnet pada taraf 5%.
Panjang Tongkol, Diameter Tongkol, Bobot Tongkol Berkelobot dan Bobot Tongkol Tanpa Kelobot
Diameter tongkol genotipe SD3 berbeda nyata dengan semua varietas pembanding kecuali SG 75, sedangkan panjang tongkol tidak berbeda nyata (Tabel 5). Diameter tongkol SD3 lebih kecil dibandingkan dengan varietas Super Sweet, Bonanza, dan Sweet Boy. Peubah panjang dan diameter tongkol lebih dipengaruhi oleh faktor genetik dibandingkan faktor lingkungan Admaja (2006) dan Muhsanati (2008). Setiawan (2003) melaporkan bahwa peubah panjang tongkol dan diameter tongkol tidak dipengaruhi jarak tanam. Made (2010) melaporkan bahwa panjang dan diameter dapat dipengaruhi oleh pemupukan dan jumlah tanaman per lubang. Iriany et al. (2011) melaporkan bahwa gen aditif dan dominan berperan penting dalam menentukan diameter tongkol. Efek resiprokal berperan dalam menentukan panjang dan diameter tongkol.
12
Tabel 5 Nilai tengah bobot tongkol berkelobot dan bobot tongkol tanpa kelobot genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Panjang
Berbeda nyata dengan verietas SD3 dengan uji Dunnet pada taraf 5%.
Jumlah Baris Biji dan Jumlah Biji dalam Baris
Jumlah baris biji genotipe SD3 berbeda nyata dengan Super Sweet, sedangkan jumlah biji dalam baris tidak berbeda nyata. Jumlah baris biji pada tongkol SD3 berbeda nyata dengan varietas Super Sweet, tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding lainya (Tabel 6). Jumlah baris biji pada tongkol SD3 lebih banyak dibandingkan varietas Super Sweet. Made (2010) melaporkan bahwa jumlah biji per tongkol dipengaruhi oleh dosis pupuk Urea dan jumlah butir per lubang. Jumlah biji per tongkol pada penanaman satu butir per lubang lebih banyak dibandingkan dengan dua atau tiga butir per lubang. Semakin tinggi dosis Urea, semakin banyak jumlah biji yang dihasilkan. Diduga, jumlah baris biji pada tongkol dan jumlah biji dalam baris SD3 dapat ditingkatkan dengan penambahan dosis Urea atau penanaman satu baris per lubang.
Tabel 6 Nilai tengah jumlah baris biji dan jumlah biji dalam baris genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding Varietas Jumlah baris biji Jumlah biji dalam baris
SD3 15,1 35.2
Berbeda nyata dengan verietas SD3 dengan uji Dunnet pada taraf 5%.
Indeks Panen, Produktivitas, dan Kadar PTT
13
ditunjukkan oleh peubah bobot pipilan kering. Santoso (2004) melaporkan bahwa curah hujan minimum dapat menurunkan produksi jagung manis. Muhsanati (2008) melaporkan bahwa hasil jagung manis per hektar dipengaruhi oleh kandungan hara dan dosis pupuk. Selanjutnya Iriany et al. (2011) melaporkan bahwa efek resiprokal tidak berpengaruh nyata pada hasil produksi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh gen ekstrakromosomal pada kerakter-karakter tersebut.
Kadar PTT diukur empat hari setelah panen. Selama empat hari, jagung manis disimpan dalam kertas amplop warna coklat. Kadar PTT genotipe SD3 berbeda nyata dengan Super Sweet, tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding lainnya (Tabel 7). Kadar PTT genotipe SD3 lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Super Sweet. Pengukuran kadar PTT empat hari setelah panen menyebabkan kandungan PTT dalam jagung manis berubah. Sulatrini (1996) melaporkan bahwa respirasi jagung manis dapat dihambat oleh kombinasi suhu dingin dan pembungkus plastik. Muhsanati et al. (2008) melaporkan bahwa kadar PTT menurun setelah disimpan selama 2 minggu, sehingga jauh dibawah 13-14%.
Sufiani (2002) melaporkan bahwa kadar PTT jagung manis tidak selalu sejalan dengan kadar kemanisan. Hal ini karena PTT juga menghitung pati dan bentuk gula yang tidak manis. Tingkat kemanisan juga ditentukan oleh ketebalan perikarp. Setiawan (2003) dan Zainudin (2005) melaporkan bahwa kadar PTT jagung manis dipengaruhi oleh pupuk tetapi tidak dipengaruhi jarak tanam. Surtinah (2012) melaporkan bahwa kadar PTT jagung manis ditentukan oleh jam pemanenan. Kadar PTT tertinggi didapat saat jam pemanenan 17.00 dan terendah saat jam pemanenan 10.00 (Setyani et al. 2009). PTT merupakan seluruh padatan yang terkandung pada produk seperti gula, asam, serat. Semakin tingi PTT makin stabil produk susu jagung manis. Secara tidak langsung jumlah total padatan terlarut mempengaruhi stabilitas emulsi susu jagung dan kacang hijau (Setyani, et al. 2009).
Tabel 7 Nilai tengah bobot tajuk atas, indeks panen, dan produktivitas genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding
Varietas Indeks panen Produktivitas (ton ha-1)
14
PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF
Bentuk Batang, Bentuk Ujung Daun Pertama dan Warna Daun
Berdasarkan pengamatan visual bentuk batang genotipe SD3 menunjukkan bentuk pipih, tidak berbeda dengan varietas pembanding lainnya (Tabel 9).Untuk pengamatan warna daun digunakan standar bagan warna daun (BWD). Berdasarkan pengamatan tampak bahwa peubah warna daun genotipe SD3 dengan varietas pembanding tidak menunjukkan perbedaan. Warna daun SD3 dan varietas pembanding adalah hijau tua.
Tabel 9 Bentuk batang dan warna daun genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding
Varietas Bentuk batang Warna daun
SD3 pipih hijau tua
Bentuk tongkol merupakan salah satu kriteria kualitas jagung manis.Berdasarkan hasil uji preferensi terhadap bentuk tongkol, bentuk tongkol kerucut lebih disukai (80%) daripada cerutu (silindris) (Sufiani 2002). Peubah bentuk tongkol diamati dengan membandingkan lingkar tongkol bagian pangkal, tengah, dan ujung tongkol dengan lingkar bagian tengah. Hasil pengamatan visual menunjukkan bahwa genotipe SD3 memiliki kecenderungan bentuk tongkol silindris, tidak berbeda dengan varietas pembanding (Tabel 10).
Warna biji genotipe SD3 dan varietas SG 75 memiliki warna biji yang oranye, sedangkan tiga verietas pembanding lainnya memiliki warna kuning muda. Perbedaan warna biji di dalam penelitian dan di deskripsi varietas kemungkinan karena efek metaxenia. Warna biji genotipe SD3 dan Sweet Boy adalah kuning muda, sedangkan deskripsi varietas Super Sweet, Bonanza, SG 75 berwarna kuning.
Tabel 10 Bentuk tongkol dan warna biji genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding
Varietas Bentuk tongkol Warna biji
SD3 silindris oranye
Super Sweet silindris kuning muda
Bonanza silindris kuning muda
Sweet Boy silindris kuning muda
15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Genotipe SD3 belum mampu bersaing dengan varietas bersari bebas pembanding. Genotipe SD3 lebih unggul dibandingkan dengan Super Sweet (varietas bersari bebas) pada jumlah baris biji dan kadar padatan terlarut total, sedangkan jika dibandingkan dengan Bonanza dan Sweet Boy (varietas hirbida), genotipe SD3 masih belum bisa bersaing.
Saran
Perlu diadakan penelitian dengan penanaman satu benih per lubang untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Perlu diadakan penelitian kadar padatan terlarut total setelah disimpan dengan interval waktu yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Armansyah, Warnita, Kristina N. 2010. Sosialisasi penanaman jagung manis di kota Padang. Warta Pengabdian Andalas. 16(24):9-20.
Bilman WS. 2001. Analisis pertumbuhan tanaman jagung manis (Zea mays saccharata) pergeseran komposisi gulma pada beberapa jarak tanam. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 3(1):25-30.
[Deptan] Departemen Pertanian (ID). 2012. Volume ekspor impor benih sayuran [Internet]. [diunduh 2013 Maret 06]. Tersedia pada: hasil persilangan dialel. J Agron Indonesia: 39(2): 103-111.
Kementan RI. 2000. Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 45/ Kpts/ TP.240/ 2/ 2000. [Internet]. [diunduh 2013 Februari 3]:. Tersedia pada: http://litbang.deptan.go.id.
Kementan RI. 2005. Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor 456/ Kpts / Sr. 120/ 12/ 2005. [Internet]. [diunduh 2013 Februari 3]:. Tersedia pada: http://litbang.deptan.go.id.
16
Kumalasari NR, Abdullah, Jayadi S. 2005. Pengaruh pemberian mulsa Chromolaena odorata (L.) Kings and Robins pada kandungan mineral P dan N tanah latosol dan produktivitas hijauan jagung (Zea mays L.). Media Peternakan. 28(1):29-36.
Made U. 2010. Respons berbagai populasi tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) terhadap pemberian pupuk Urea. J Agroland. 17(2):138-143.
Mortensen E, Bullard ET. 1970. Handbook of Tropical and Subtropical Horticulture. Honolulu(US): University Pr.
Muhsanati, Syarif A, Rahayu S. 2008. Pengaruh beberapa takaran kompos tithonia terhadap pertumbuhan dan hasil jagung manis (Zea mays saccharata). Jerami. 1(2):87-91.
Mukhlis A. 2002. Pengaruh tingkat kadar air benih dan metode perontokan terhadap viabilitas benih jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Pemkab Bandung] Pemerintah Kabupaten Bandung (ID). 2011. Peta dan topografi [Internet]. [diunduh 2013 Maret 14] . Tersedia pada: http://www.bandungkab.go.id/arsip/19/peta-dan-topografi
Perwitasari A. 2001. Uji daya gabung umum galur-galur jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) yang berasal dari populasi SD2 [skripsi].Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rubatzky VE, Yamaguchi M.1995. Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi, dan Gizi. Jilid ke-1. Herison C, penerjemah. Bandung (ID): ITB Pr. Terjemahan dari: World Vegetables: Principles, Production, and Nutritive Values.
Santoso MB. 2004. Efesiensi energi dan produktivitas pada tumpangsari jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) dan berbagai kerapatan kacang hijau (Vigna radiata L.) dengan pengolahan tanah yang berbeda [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Setiawan A. 2003. Pengaruh dosis pupuk dan jarak tanam terhadap produksi dan mutu benih jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Setyani S, Medikasari, Astuti WI. 2009. Fortifikasi jagung manis dan kacang hijau terhadap sifat fisik, kimia, dan organoleptik susu jagung manis kacang hijau. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian. 14(2):107-119.
Sufiani R. 2002. Evaluasi karakteristik empat genotipe jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) di kebun percobaan IPB Tajur Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sulastrini, Widia W, Agung IGN. 1996. Laju repirasi dan metabolisme gula pada jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) . Majalah Ilmiah Teknologi Pertanian. 2(1):13-17.
Surtinah. 2012. Waktu panen yang tepat menetukan kandungan gula biji jagung manis (Zea Mays saccharata). Jurnal Ilmiah Pertanian 4(2):1-4.
Thompson HC, Kelly WC. 1957. Vegetable Crops. New York (US): McGraw-Hill Book Company Inc.
17
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada Jumat, 03 Agustus 1990 sebagai anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Sudibyo Supardi dan Sri Latifah. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Pesantren Unggul Al Bayan Sukabumi dan pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNM PTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).
Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam organisasi kampus. Di Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis tergabung dalam BKIM IPB (Badan Kerohanian Mahasiswa). Pada tahun berikutnya penulis menjadi staf Jaringan Dakwah Kampus (JDK) di BKIM IPB. Sebagai anggota BKIM IPB, penulis sempat terlibat sebagai panitia berbagai training, seminar, dan talk show diantaranya Seminar Nasional Pendidikan Islam dan Kongres Mahasiwa Islam Nasional. Penulis aktif di kegiatan PKM P (Program Kreativitas Mahasiswa
18
LAMPIRAN
Lampiran 1 Deskripsi sementara jagung manis genotipe SD3
Nama Seleksi Darmaga 3 (SD3)
Sifat Jagung manis
Asal Hawaii Super Sweet yang disilangkan dengan galur-galur jagung IPB tahan penyakit bulai dan hawar daun. Tempat seleksi di kebun percobaan IPB, Darmaga, Bogor
Warna daun Hijau tua
Warna rambut Putih-kuning-muda
Warna malai Putih-kuning-muda
Tinggi tanaman 82-128 cm
Jumlah daun 12-13 helai
Umur panen (tongkol muda) 73-75 hari (di Darmaga, 240 m dpl)
Kelobot Menutup
Jumlah baris biji 14-18
Warna biji Kuning cerah
Derajat manis (brix) 15-18
Populasi tanaman 60.000 biji/ha atau sekitar 6-7 kg/ha Potensi Produksi 15 ton tongkol muda
Ketahanan penyakit Tahan penyakit bulai (3-5% serangan) Tahan penyakit hawar daun
Tahan penyakit layu stewartii
Pemulia Fred Rumawas
19
Lampiran 2 Deskripsi jagung manis varietas Super Sweet Nama Varietas Super Sweet
Kategori Jagung manis
SK 45/Kpts/TP.240/2/2000
Tahun 2000
Tetua Introduksi dari Thailand
Rataan Hasil 14,8 ton/ha berkelobot; 11,3 ton/ha tanpa kelobot Potensi Hasil 12,7 ton/ha berkelobot; 9,7 ton/ha tanpa kelobot
Pemulia None
Golongan Bersari bebas
Umur 50% keluar rambut 54 hari di dataran rendah; 74 hari di dataran tinggi Umur panen segar 72 hari di dataran rendah; 107 hari di dataran tinggi
Batang Sedang, tegap dan seragam
Warna batang Hijau
Klobot Menutup biji dengan baik
Warna biji Kuning
Baris biji Lurus dan rapat Jumlah baris/tongkol 14-16 baris Ketahanan terhadap
penyakit
Tahan terhadap karat daun, toleran terhadap bulai Daerah adaptasi Beradaptasi baik di dataran rendah maupun di dataran
tinggi
20
Lampiran 3 Deskripsi jagung manis varietas Bonanza
Peubah Keterangan
Asal East West Seed Thailand
Silsilah G-126 (F) X G-133 (M)
Bentuk tanaman Tegak
Tinggi tanaman 220-250 cm
Kekuatan akar Kuat
Ketahanan terhadap rebah Tahan
Bentuk batang Bulat
Warna batang Hijau
Diameter batang 2-3 cm
Ruas pembuahan 5-6 ruas
Bentuk daun Panjang agak tegak
Ukuran daun Panjang 85-95 cm, lebar 8.5-9 cm
Tepi daun Rata
Bentuk ujung daun Lancip
Warna daun Hijau tua
Permukaan daun Berbulu
Bentuk malai (tassel) Tegak bersusun Warna malai (anther) Putih bening
Warna rambut Hijau muda
Umur keluar bunga betina 55-60 hari setalah tanam
Umur panen 82-84 hari setelah tanam
Betuk tongkol Silindris
Ukuran tongkol Panjang 20-22 cm, diameter 5.3-5.5 cm Berat per tongkol berkelebot 467-495 g
Berat per tongkol tanapa kelobot 300-325 g Jumlah tongkol per tanaman 1-2 tongkol Tinggi tongkol dari atas tanah 80-115 cm
Warna kelobot Hijau
Jumlah baris biji 16-18 baris
Berat 1000 biji 175-200 g
Daya simpan tongkol berkelobot suhu kamar
3-4 hari setelah panen Hasil tongkol berkelobot 33-34.5 ton/ha
Jumlah populasi per hektar 53000 tanaman (2 benih per lubang) Kebutuhan benih per hektar 9.4-10.6 kg
Ketinggian Beradaptasi baik di dataran tinggi (900-1200 mdpl
21
Lampiran 4 Deskripsi jagung manis varietas Sweet Boy
Peubah Keterangan
Golongan varietas Hibrida silang tunggal F 2139 X M 2139 Umur mulai berbunga ± 45 hari setelah tanam
Bentuk tanaman Tegak
Tinggi tanaman 184 cm
Tinggi togkol 89 cm
Kerebahan Tahan
Batang Hijau kokoh
Warna daun Hijau gelap
Bentuk daun Agak terkelai
Bentuk malai (tessel) Agak terkulai Warna sekam (glume) Hijau pucat Warna malai (anther) Kuning pucat
Warna rambut Kuning pucat
Ukuran tongkol Panjang = 18,9 cm dan diameter = 4,8 cm Jumlah tongkol per tanaman 2
Warna biji Kuning cerah dan mengkilat
Baris biji Lurus terisi penuh
Jumlah baris biji 14- 16 baris
Kadar gula 14.1 0brix
Berat 1000 biji 124.5 gram
Hasil 18.0 ton /ha
Ketinggian Beradaptasi baik di dataran rendah sampai sedang
Pengusul/ peneliti PT Benihinti Suburintani / Nasib W.W,Putu Darsama dan Setiogir
22
Lampiran 5 Deskripsi jagung manis varietas Sugar 75
Peubah Keterangan
Asal Syngenta Thailand Co.Ltd., Thailand
Silsilah SF 8717 (F) x 1035 (M)
Golongan varietas Hibrida silang tunggal Umur mulai panen ± 75 hari setelah tanam Tinggi tanaman 160 – 170 cm Bentuk malai tegak dan agak terbuka
Warna malai Putih
Jumlah baris biji 18 baris
Warna biji Kuning
Kadar gula 14.12 0brix
Berat 1000 biji ± 130 g
Hasil 19 – 21 ton/ha
Ketinggian dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian 100 – 1200 m dpl
Pengusul PT. Syngenta Indonesia
Pemulia Taweesak (Syngenta Thailand Co. Ltd.) dan Harjono (PT. Syngenta Indonesia)
Sumber : Lampiran Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 174/Kpts/Sr.120/3/2006 tanggal 6 Maret 2006 (http://litbang.deptan.go.id).
Lampiran 6. Tata letak penelitian di lapang
23
Lampiran 7 Hasil sidik ragam daya tumbuh genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding
24
Lampiran 12 Hasil sidik ragam lebar daun genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding
25
Lampiran 18 Hasil sidik ragam jumlah biji per baris genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding
26
Lampiran 22 Hasil sidik ragam indeks panen genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding
SK DB JK KT F hitung Peluang
Perlakuan 4 0,007067 0,001541 1,13 0,394
Ulangan 3 0,004496 0,001499 1,10 0,393
Galat 10 0,013584 0,001358
Total 17 0,025148
Lampiran 23 Hasil sidik ragam produktivitas genotipe SD3 dengan empat varietas komersial sebagai pembanding
SK DB JK KT F hitung Peluang
Perlakuan 4 74595171 18772995 5,47 0,013
Ulangan 3 4378803 1459601 0,43 0,739
Galat 10 34302166 3430217