• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan sikap aktivis muslimah NU dan aktivis muslimah Hizbut Tahrir Indonesia terhadap poligami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan sikap aktivis muslimah NU dan aktivis muslimah Hizbut Tahrir Indonesia terhadap poligami"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PERBANDINGAN SIKAP AKTIVIS MUSLIMAH NU DAN

AKTIVIS MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA

TERHADAP POLIGAMI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

uョャv・jセェ{ャャャォisャ。ョャGnゥャqm

SYARIFhidayセゥuiN[laヲi JAKARl"A

{IゥエヲGイェョセ -, セ

Ijari :..•···•····..

··-_····t···!···..·_-fgl :

セセZ|ヲZゥᄋᄋセᄋGRZᄋᄋ

"0. I",lul< :

17

Oleh: , ..,ifa,,,,\ :

.

Ihsan Azikri

NIM :

203070001471

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

!"EFtPUSTAI<MN UT

JWA

UIW SYAl.HID JAl(AJ!lTA . Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh: IHSAN AZIKRI NIM : 203070002471

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing

I

Pembimbing

II

Prof. Dr. Abdul Mujib M.Ag NIP. 196806141997041001

Gazi, M.si NIP.150389379

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Poligami telah

diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatuiliah Jakarta Pada Tanggal 17 juni 2009 skripsi ini telah

diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Jakarta, 25 juli 2009

Sidang Munaqasyah

Dekan/

Ketua Merangkap Anggota

Jahja,Umar Ph.D NIP. 130885522

Penguji I

(

-Bamban Su di Ph.D

NIP.150326892

Pembimbing I

Prof. Dr. Abdul Mujib M.Ag NIP. 196806141997041001

Pembantu Dekan Sekretaris Merangkap Anggota

Q:.

Dra. adhilah Surala M.Si

NIP. 195612231983032001

Anggota

Penguji II

Pembimbing II

';.Gozi,M.Si

(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama: Ihsan Azikri NIM : 203070001471

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Perbandingan Sikap Aktivis Muslimah NU dan Aktivis Muslimah HTI Terhadap Poligami" adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan pla9iat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.

Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, 17 Juni 2009

(5)

uJCat

1fOAa

uJCat

etnta

H

"JANGAN DENGAR

KATAMEREKA

YANG TAK INGIN KITA

SATU-LAKUKAN SAJA

(6)

(menganugerahkan kepada mereka) "akhlak" yang tinggi yaitu selalu

mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat"

AI anafaal 66

Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui

bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang

yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang

kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya

mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah.

Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.

1(flrya ini al{,u persem6alil{,an

vョエオャサLセサオイサェ。

tercinta

Salia6at Setia{u

(7)

(C) Ihsan Azikri

(D) Perbandingan Sikap Aktivis Muslimah NU dan Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Poligami.

(E) 73 halaman

(F) Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons (Saifuddin Azwar : 2003). Fenomena muslim fundamentalis telah kita dekati dari sisi ideologisnya. Sebab mereka mengaku bahwa faktor keimanan atau ideologi agamalah epistemologi dan motor penggerak pikiran dan tindakan mereka. Dari pendekatan tersebut teraih sebuah kesimpulan bahwa tindakan radikal muslim fundamentalis timbul dari pikiran radikal. Dan pikiran radikal mereka muncul dari suatu landasan berpikir yang didekati dengan metode berpikir ekstrim.

Jadi, kemunculan kelompok muslim fundamentalis tak hanya timbul karena faktor ideologis saja, seperti yang disebutkan muslim

fundamentalis. Faktor realitas sosial juga punya andil besar dalam 'mengorbitkannya'. Bahkan ia mungkin mendahului faktor ideologis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap Aktivis Muslimah NU dan Aktifis Muslimah HTI terhadap Poligami.

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian komparatif. Penelitian dilaksanakan di gandaria

selatan untuk NU dan ciputat untuk HTI dari 60 orang, 30 Aktivis NU dan 30 Aktivis HTI, yang diambil dengan teknikRandom Sampling(sampel acak). Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala model Likert. Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik yang meliputi korelasi Product Moment Pearson untuk meguji validitas item, Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data, dan T-test untuk pengujian hipotesis penelitian. Jumlah'item valid untuk skala sikap terhadap seks pra-nikah sebanyak 35 item. Reliabilitas skala sikap terhadap seks pra-nikah adalah 0.8748. Berdasarkan uji T-test, diperoleh hasil thilung (0,434)<ttabel (2,000), tidak

terdapat perbedaan yang signifikan sikap Aktivis Muslimah NU dan Aktifis Muslimah HTI terhadap Poligami

Pada penelitian selanjutnya jumlah sampel dapat ditambah agar mendapatkan hasillebih baik, serta dapat rnewakili jumlah sampel dan luas wilayah sampelnya. Diduga hasil penelitian ini tidak cukup

menggambarkan fakta yang sebenarnya. Untuk itulah pada penelitian selanjutnya, sebaiknya dicari sampel yang lebih beragam.

(8)

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karunia serta segala petunjuk yang telah diberikan-Nya. Shalawat dan salam,

semoga Allah melimpahkan kepada Nabi Muhammad saw., para kelual'ga,

sahabat dan pada pengikutnya hingga akhir zaman,

Penulis bersyukur telah menyelesaian skripsi yang diajukan sebagai salah

satu syarat dalam menempuh gelar di Fakultas Psikologi Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul "PERBANDINGAN SIKAP

AKTIVIS MUSLIMAH NU DAN AKTIVIS MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR

INDONESIA TERHADAP POLIGAMI"

Dalam setiap tahap penyusunan skripsi ini begitu banyak bantuan,

bimbingan, dorongan serta perhatian yang diberikan oleh berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja

Umar Ph.D.

Z,

Pembimbing Akademik Bapak Abdurrahman Saleh M Si, atas
(9)

menyelesaikan skripsi ini.

4. Gazi, M.Si, selaku pembimbing 2 yang senantiasa memberikan

bimbingan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bambang Suryadi, Ph.D, selaku penguji, atas saran dan arahan sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Para dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan

penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan i1mu kepada penulis.

7. Segenap jajaran Badan Pengurus NU dan HTI, Jakarta, yang telah

memberikan fasilitas kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Pimpinan dan segenap jajaran pengurus Perpustakaan Utama dan

Perpustakaan Fakultas Psikologi yang telah memberikan fasilitas kepada

penulis untuk meneari data referensi.

9. Keluarga tercinta, Abi Djayadih, Umi Zubaidah, serta abang Wahyu

Zulfikti, Adik kembar Idham Bayazik, Fitrah Zubaidi, dan yang tersayang

yang telah tiada Fidia Fauzia, motivasi terbesar yang tak pernah leJ:las

dan lupa dengan segala do'a, kasih sayang dan pengorbanannya

sehingga tidak henti-hentinya memberikan motivasi material dan

(10)

dukungan semangat pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Rekan-rekan Psikologi angkatan 2003 Non Reg mau pun Reguler,

senasib dan seperjuangan, Adi waskito, Zaki Maulana, M. Amirudir.

AI-Furkon, Lutfi nanda Rasadi, M Abduh RH Muhamad, Dewi fujianti, Risqi,

Diah Rositawati, Tia, dan ternan-ternan yang tidak lepas dari ingatan

penulis.

12. Rekan-rekan Alumni MANARATUL ISLAM, Iswara Yusup, Hamjah

Fansuri, H. Ahmad faujan, M andi Hakim, Habibi, Mansur, M laili Sy'bani,

M Irfan Setiawan, Taisir, M Yazid Ali Efendi, M Tofik, Muiz, K Yuli dan Siti

Kholilah.

Semoga bantuan, bimbingan, dorongan serta perhatian yang diberikan oleh

mereka mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi

penulis pribadi dan pembaca pada umumnya. Amiin.

Jakarta, Juni2009

Penulis

(11)

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah

Hidup di tengah-tengah kota metropolitan yang memiliki beragam tata nilai

(nilai sosial dan agama), latar belakang sosial dan budaya yang berbeda,

kesenjangan ekonomi yang semakin melebar dan tingkat persaingan hidup

cukup tinggi, hal ini merupakan salah satu potensi pemicu terjadinya konflik

keluarga, berbagai pemicu konflik lainnya yang sering terjadi seperti tidak

terpenuhinya kebutuhan (psikologis/sosial) seseorang, harapan yang terlalu

besar.

Sebagian besar dari muslimah akan bersikap terhadap suatu objek yang

melahirkan perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun

perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfaforable) pada objek

tersebut. Secara lebih spesifik, (Saifuddin Azwar : 2003).memformulasikan

sikap sebagai derajat afek positif atau negatif terhadap suatu objek

psikologis.

Sikap mempunyai peranan penting karena apabila sudah terbentuk pada diri

(12)

seseorang berperilaku terhadap objeknya. Adapun wanita akan bersikap

ketika mengetahui suaminya mempunyai keinginan untuk menikah lagi.

Sebagian lagi langsung marah ketika suaminya mengajak berembug untuk

poligami. Sebagian lagi benar-benar menolak poligami. Sebagian lagi

mengkampanyekan anti poligami. Bahkan sebagian lagi yang menyatakan

tidak apa-apa jajan yang penting tidak menikah lagi, Sebuah i1ustrasi berikut

menggambarkan ketakutan kaum nuslimah terhadap poligami.

Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk

bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan

bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk

bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu

stimulus yang menghendaki adanya respons (Saifuddin Azwar : 2003).

Menurut Mustafa AI-Siba'i Terdapat beberapa faktor pendorong laki-Iaki

berpoligami adalah:

1. sang istri mandul, sementara daia sendiri menginginkan keturunan

karena mencintai anak adalah salah satu sifat alamiah manisia. Dalam

kondisi seperti ini suami dihadapkan pada dua pilihan yaitu mencerai

atau memadu isrinya,

2. istri menderita penyakit akut atau menular yang tidak memungkinkan

(13)

3. suami tidak lagi menyukai isrinya dimana cara pengadilan dan talak,

baik yang pertama maupun yang kedua serta massa iddah yang

berlangsung selama kurang lebih dari tiga bulan untuk masing-masing

serai sudah tidak lagi menyelesaikan masalah.

4. tuntutan profesi memaksa suami sering berpergian jauh kenegri asing,

bahkan terkadang memaksa tinggal beberapa bulan tinggal disana.

Sementara itu kondisi tidak memungkinkan membawa anak dan

isrtinya, dengan kondisi seperti itu dia tidak mampu hidup sebatang

karadalam perjalanan panjang.

5. Suami mempunya kekuatan libido Oima') yang membuatnya tidak

cukup hanya dengan satu istri, baik karena usia istri yang meranjak tua

atau karena banyaknya hari yang "non efektif' untuk melakukan

hubungan suami isri, seperti hari-hari haid, kehamilan, nifas. Sakit atau

sejenisnya.

(http://poligamLblogspot.com).

Dari faktor diatas selayaknya menjadi acuan seorang aktivis muslimah

NU

dan Hizbut Tahrir Indonesia menjadi pertimbangan adanya poligami yang

marak tejadi di kalangan para laki-Iaki yang ingin berpoligami, poligami

merupakan konteks untuk melihat respon dari perbedaan sikap aktivis

(14)

Oari fenomena poligami tersebut, anemo masyarakat muslim di Indonesia

seakan-akan muncul dua kutub kekuatan dalam persepsinya (poligami). Yaitu

masyarakat muslim yang setuju (pro) dengan poligami, dan masyarakat yang

menolak (kontra) dengan poligami.

Oalam hal ini penulis hanya akan membatasi pada sejumlah komunitas

aktivis muslimah NU, dengan Hizbut Tahrir Indonesia, karena Penulis melihat

adanya perbedaan latar belakang pemahaman agama antara aktivis

muslimah NU dengan aktivis muslimah Hizbut Tahrir Indonesia.

Oari perbedaan latar belakang antara aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir

Indonesia mempunyai sudut pandang yang berbeda, dalam menanggapi

isu-isu agama. Berawal dari inilah penulis tertarik untuk menulis tema kasus

poligami yang terjadi di Indonesia.

Penulis mencotohkan kasus poligami paling populer di negeri ini, yakni

poligami yang dilakukan oleh Kyai kondang pengasuh Pesantren Oarul

Tauhid Abdullah Gymnastiar yang dikenal dengan sebutan A'a Gym. Oi mana

(15)

"Kasus Aa Gym mendorong sikap melawan poligami"begitulah beberapa

artikel yang muncul seperti yang diberitakan media Perspektif Online 10

Oesember 2006. diberitakan bahwa setelah adanya berita tersebut ada dua

perempuan masuk berita akhir-akhir ini, mereka sangat lemah sekali. Ada

yang mendukung poligami suaminya, dan ada yang melarangnya.

Sementara itu dalam media lain, memberitakan "Terlibat Poligami,

Perempuan NU Tolak Katering Wong Solo" berita tersebut memberitahukan

bahwa setelah pengusaha catering terlibat poligami dan kekerasan seksual,

para perempuan peserta Muktamar NU ke-31 di Boyolali, Jawa Tengah

menolak Pesanan kateringnya hal ini disampaikan oleh istri Gus Our

secara tersirat aktifis muslimah NU menolak sikapnya terhadap poligami.

(detik.com, 28/11/2004).

Berita lain menginformasikan sejumlah massa Hizbut Tahrir Indonesia Kota

Medan menggelar unjukrasa dalam rangka menyongsong peringatan Hari Ibu

yang jatuh pada 22 Oesember. Pada kesempatan itu mereka mengusung

sejumlah spanduk dan poster-poster yang berisi penolakan mereka atas

(16)

Mereka mengkampanyekan slogan-slogannya, diantara spanduk dan

poster-poster yang mereka bawa bertuliskan "Awas KKG! KKG=Kerusakan dan Kehancuran Generasi", "Poligami Halal Vs Free Sex Haram",

UU

PKDRT=

UU

Penghancuran Keluarga dan Rumah Tangga", "Mengharamkan Poligami

=

Menentang Hukum Allah", dan "Kami Bangga Menjadi Ibu Generasi

Muslim". (GATRA, Nomor 23 Beredar Senin 21 April 2003).

Berbeda dengan gerakan aktifis muslimah NU, justru Hizbut Tahrir Indonesia

seakan-akan sangat mendukung adanya poligami dalam masyarakat muslim

Indonesia. Menurut masa Hizbut Tahrir Indonesia poligami adalah salah satu

anjuran dalam islam, sementara itu dalam pandangan akivis muslimah NU,

justru poligami hanya akan merendahkan derajat kaum perempuan karena

kehidupan sekarang sudah sangat berbeda dengan zamannya Nabi.

Dengan demikian dari fenomena poligami tersebut, seseorang akan

memunculkan sikap yang berbeda dalam menanggapinya, apakah seseorang

itu cenderung bersikap positif ataukah negative. Menurut J.P. Chaplin (1999)

mengartikan sikap atau attitude sebagai satu predisposisil kecenderungan

yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan

bereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga,

(17)

Dari dahulu sampai sekarang, kehidupan manusia tidak lepas dari proses

berpikir. Hal itu merupakan sesuatu yang alamiah ada dalam dirinya.

Manusia merupakan satu dari beberapa mahluk yang diciptakan Tuhan

dengan suatu nilai tambah yaitu akal pikiran. Sejak lahir manusia dituntut

untuk langsung berpikir, dimana seorang bayi harus mengetahui siapa orang

tuanya. Tingkah laku manusia merupakan hasil konkrit dari pikiran manusia.

Dalam psikologi, ilmu yang memberi pengertian yang lebih baik mengenai

sebab-sebab orang melakukan sesuatu dan akan memberikan gambaran dan

pandangan tentang sifat dan reaksinya sendiri. Pikiran termasuk suatu

pendekatan dalam melihat suatu manusia. Manusia dianggap sebagai

pengelola informasi yang masuk dari interaksi lingkungan sekitar. Bahkan

menurut Psikologi, pikiran dijadikan konsepsi dasar dalam melihat manusia.

Dari sudut pandang inilah kemudian penulis mencoba menelusuri sikap yang

ditampilkan oleh para aktivis muslimat NU dan muslimah Hizbut Tahrir

Indonesia. Sikap dalah respon evaluatif individu jika dihadapkan pada suatu

stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual dalam bentuk nilai,

baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan yang

(18)

1995,15) Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul "Perbedaan Sikap aktivis muslimah NU dan muslimah Hizbut

Tahrir terhadap Poligami".

1.1

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasikan

masalah-masalah yang relevan dengan penelitian, yaitu:

1. Apakah ada perbedaan sikap pada aktivis muslimah NU dan Hizbut

Tahrir Indonesia terhadap poligami?

2. Katagori apa saja yang memiliki perbedaan sikap pad a aktivis

muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia terhadap poligami?

1.2

Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Batasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya kerancuan dalam permasalahan yang diteliti,

maka penulis mencoba membatasi permasalahan pada:

1. Sikap diartikan sebagai kecenderungan untuk berespon secara positif dan

negatif terhadap sesuatu.

2. Muslimah NU adalah wan ita muslimah yang tumbuh dalam lingkungan

Islam dan memiliki bekal pengetahuan agama yang berasaskan Islam

(19)

kalangan masyarakat pedesaan (pribumi) yang mempunyai landasan

yang kuat dan hidup dalam Iingkungan tradisi yang ketat. Sedangkan

aktivis muslimat Hizbut Tahrir Indonesia merupakan sekelompok

muslimah yang mempunyai kegiatan dawah islamiyah yang bersumber

murni dari AI-Qur'an saja, gerakan dawah ini merupakan gerakan yang

dibawa dari Palestina.

3. Poligami adalah perbuatan seorang laki-Iaki mengumpulkan dalam

tanggungannya dua sampai empat orang istri, tidak boleh lebih darinya.

1.2.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Apakah ada perbedaan sikap aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir

Indonesia terhadap poligami?

1.3

Tujuan dan Manfaat Pene/itian

1.3.1 Tujuan

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka maksud dan tujuan dari

penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap pada

aktivis muslimah NU dan muslimah Hizbut Tahrir Indonesia terhadap

(20)

1.3.2 Manfaat

Manfaat Teoritis:

Dapat memperkaya khasanah keilmuan yang bisa dijadikan Iiteratur

tambahan pada berbagai bidang di psikologi, khususnya psikologi sosial.

Manfaat Praktis:

DJj)arapkan dari hasil penelitian ini sedikit banyaknya dapat memberikan

masukan dan gambaran kompeksitas problematika keluarga sehingga dapat

dijadikan masukan dalam pengambilan kebijakan baik dalam intansi

(21)

1.4 Sistematika Penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini mengacu pada buku Pedoman

Penyusunan dan Penulisan SkripsiAPA Style yang diadaptasikan di Fakultas

Psikologi UIN Syahid Jakarta tahun 2005, dengan Sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN meliputi; Latar belakang masalah, Identifikasi masalah, Batasan dan rumusan masalah, Tujuan dan manfaat

penelitian, dan Sistematika penulisan.

BAB2 : KAJIAN PUSTAKAmeliputi: Sikap, Definisi sikap, Komponen sikap, Proses pembentukan dan perubahan sikap, pengukuran

sikap, pengertian poligami, hukum poligami syarat-syarat poligami,

tinjauan psikologis terhadap poligami, kerangka berfikir.

BAB 3 : METODE PENELITIAN meliputi: Jenis penelitian, Identifikasi variabel penelitian, Subjek dan populasi penelitian, Metode

pengumpulan data, Prosedur penelitian dan Teknik analisa data.

BAB 4: HASIL PENELITIAN meliputi; Gambaran umum responden

penelitian, Deskripsi hasH penelitian, Presentasi data, dan Analisa

hasil penelitian.

(22)

2.1 Sikap

2.1.1. Pengertian Sikap

J.P. Chaplin (1999) mengartikan sikap atau attitudesebagai satu

predisposisil kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus

menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan suatu cara tertentu

terhadap pribadi lain, objek, lembaga, atau personal tertentu.

Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu

terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif, dan dapat pUla bersifat

negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif

terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak

menyukai objek tertentu. (Sarwono, 1996)

Crow & Crow (1958) sikap adalah perasaan yang dihasilkan dari suatu

pengalaman individu dan kebiasaan Iingkungannya.

Disimpulkan bahwa sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif

atau negatif terhadap obyek atau situasi secara konsisten. Atau dapat

dikatakan, sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami

(23)

pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama. Sikap selalu

menggambarkan hubungan antara subyek dengan obyek. Tidak ada sikap

yang tanpa obyek. Obyek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai

sosial, lembaga masyarakat, dan sebagainya.

Oari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sikap adalah kesiapan

untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada

stimulus yang menghendaki adanya respon.

2.1.2 Komponen Sikap

Allport (1993) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen,

antaralain:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak

Mengikuti Konsepsi skema triadik struktur sikap terdiri atas komponen yang

saling menunjang yaitu komponen kognisi, afeksi, dan konasi/perilaku.

1. Komponen kognisi, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang

benar bagi objek sikap yang mengandung pikiran,

kepercayaan/pengetahuan seseorang tentang objek sikap. Oi dalamnya

(24)

dalam pikiran dan sangat sulit menerima perubahan), rasionalisasi, dan

evaluasi mengenai hal tertentu

2. Komponen afeksi; emosi, perasaan/mood yang berhubungan dengan

objek sikap. Hal ini bisa dinyatakan dengan sukaltidak suka,

favorabel/unfavorabel dan negatif/positif.

3. Komponen konasi/perilaku, merupakan kesiapsediaan untuk bertingkah

laku/berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek

sikap yang dihadapinya. Termasuk didalamnya ada niat untuk bereaksi

yang tidak perlu diekspresikan dalam overt behavior. Sikap positif

terhadap objek tertentu menimbulkan kesiapsediaan untuk mendekati

objek tersebut dan juga sebaliknya.

Ketiga komponen sikap yang telah disebutkan diatas merupakan suatu

kesatuan yang akan dimunculkan berkaitan dengan adanya rangsangan yang

diterima individu. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan

perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku

secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk

sikap individual, karena itu adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap

seseorang akan dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek

(25)
[image:25.528.36.459.148.519.2]

Tabel2.1

Konsepsi skema triadik mengenai sikap (diadaptasi dari Fishbein & Ajzan, 1975)

Variabel independen yang dapaf diukur Variable intervening Variable dipenden yang dapat diukur j---,

: KOGNISI セ

セMMMMMMMMMMMMMMセ STIMULI (individu, situasi, sosial, kelompok sosial, objek lainl1ya isyu dan sikap j---,

: AFEK :

イMMMMMMMMMMMMセ セ

1 l セ

,,

,

,,

,,

,

,

,

1---..1--- ...

: SIKAP

i

Mセ I

セMMMMMMLNN I

,,

---,

,

,

MMMMMMMMMMMMMセ PERlLAKU

:..--セMMMMMMMMMMMMMMセ

Respol1 syarat sirnpatik Pemyataan !isan tentang afek Respons perseptual Pemyatan !isan tel1tang keyakinan Tindakan yang tampak Pemyataan !isan mengel1ai perilaku

Berdasarkan uraian definisi sikap diatas, maka definisi sikap yang digunakan

pada penelitian ini adalah definisi sikap dari kelompok pemikiran ketiga.

Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan

konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan

berperilaku terhadap suatu objek. Munculnya fenomena sikap untuk menjadi

(26)

afektif, dan konatif. Dalam hal ini sikap seseorang terhadap suatu tindakan,

yaitu sikap poligami. Melihat betapa pengaruhnya istri yang di poligami itu,

sehingga tertanam dalam benak seseorang istri untuk cenderung mempunyai

sikap pada suami yang berpoligami, peTtarnapada tingkatan kepercayaan

terhadap poligami, kedua mengadakan evaluasi terhadap poligami yakin dan

percaya bahwa poligami pada dasar nya itu mengandung unsur persuasif

berupa realitas yang dapat dipercayai dan untuk melakukan penilaian

(evaluasi) terhadap poligami itu sendiri, maka tingkatan akhir pada perilaku

poligami yaitu maksud untuk menyikapi suami yang berpoligami.

Semakin kompleksnya situasi dan kondisi, semakin banyak pula faktor yang

menjadi pertimbangan bagi seseorang untuk bisa percaya sekaligus

mengevaluasi, dan mengartikan sesuatu terhadap objek sikap.

Inferensi atau penyimpulan mengenai sikap harus didasarkan pada suatu

fenomena yang diamati dan diukur. Fenomena ini berupa respon terhadap

poligami pada sikap aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia,

objek sikap dalam berbagai bentuk. Analisis terhadap berbagai respon

(27)
[image:27.526.22.439.180.513.2]

Tabel. 2.1.2 Respon penyimpulan sikap

(dari Rosenberg & Hovland, 1960 dalam Ajzen, 1988)

Kategori respon Tipe respon

Kognitif Afektif Konatif

Verbal Pernyataan Pernyataan Pernyataan

keyakinan perasaan terhadap intensi perilaku

mengenai objek objek sikap

sikap

Non-Verbal Reaksi perseptual Reaksi fisiologis Perilaku-tampak

terhadap objek terhadap objek sehubungan

sikap sikap dengan objek

sikap

Respon kognitif verbal merupakan pernyataan mengenai apa yang dipercayai

dan diyakini mengenai objek sikap. Dan respon kognitif yang non verballebih

sullt untuk Cliungkap disamping informasi tentang sikap yang diberikan lebih

bersifat tidak langsung. Untuk mengungkap bagaimana sikap seseorang

terhadap prilaku maka perlu memperhatikan reaksinya terhadap sikap itu

(28)

Respon afektif verbal dapat dilihat pada pernyataan verbal perasaan

seseorang mengenai suatu objek sikap. Respon afektif non verbal berupa

reaksi fisik seperti ekspresi/mimik wajah, tersenyum, gerakan tangan, dan

lain -lain, sebagainya yang dapat menjadi indikasi perasaan seseorang

apabila dihadapkan pada objek sikap.

Respon konatif pada dasarnya merupakan kecenderungan untuk berbuat.

Dalam bentuk verbal, intensi sikap terungkap lewat pernyataan keinginan

melakukan/kecenderungan untuk melakukan.

Bila konsistensi sikap aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia

terhadap poligami dan perilaku dilihat dari arti korelasional antara keduanya,

maka hasil studi akan memperlihatkan bahwa adanya hubungan sikap dan

perilaku poligami, apabila pengukuran sikap itu berkaitan erat dengan macam

atau jenis perilaku yang bersangkutan.

Kaitan perbedaan individual dalam memahami sikap, maka sikap dapat

memiliki fungsi yang berbeda bagi setiap orang. Pertama, sikap memiliki

fungsi pengetahuan (knowledge function). Dengan sikapnya seseorang akan

mampu mengorganisasikan dan menginterpretasikan berbagai macam

informasi yang ia terima. Kedua, sikap memiliki fungsi ekspresi diri (self

(29)

atau keyakinannya. Ketiga, sikap dapat berfungsi sebagai sarana

peningkatan harga diri (self esteem), dapat menentukan komunikasi dan

penerimaan yang tepat dengan memberikan pesan persuasi yang berisi

informasi yang relevan bagi fungsi sikap yang bersangkutan.

2.1.3 ProsesPembentukan dan Perubahan Sikap

Menurut Sarwono (1996) proses pembentukan dan perubahan sikap dapat

terbentuk atau berubah melalui empat macam cara:

1. Adopsi

Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan

terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu

dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap

2. Diferensiasi

Berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan

bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis,

sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut

dapat terbentuk sikap

3. Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai

pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga akhirnya

(30)

4. Trauma

Pengalaman tiba-tiba, mengejutkan, kesan mendalam pada jiwa orang yang

bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga

menyebabkan terbentuknya sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap (Sarwono, 1996) yakni:

1. Faktor Intern

Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti

selektifitas. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsang dari luar melalui

persepsi kita, oleh karena itu kita harus memilih rangsang-rangsang mana

yang akan kita dekati dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh

motiv-motiv

dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita. Karena

harus memilih inilah kita menyusun sikap positif terhadap suatu hal dan

membentuk sikap negatif hallainnya.

2. Faktor ekstern

Selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri, rnaka pembentukan

sikap ditentukan pula oleh faktor-faktor yang berada di luar, yaitu:

a. Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap

b. Kewibawaan orang yang mengemukakan

c. Sifat orang·orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut

(31)

e. Siluasi pada saat sikap ilu dibentuk.

Dalam halini faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan

sifat menurut Azwar (2007) :

Hal-hal yang berperan dalam pembentukan sikap yakni:

1. Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang dialami oleh seseorang akan ikul membentuk

dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosia!.

Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses

komplek dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkulan,

siluasi dimana tanggapan itu terbenluk dan Giri-ciri objeklif yang dimiliki

oleh stimulus. Sikap akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

yang terjadi dalam situasi yang melibalkan faktor emosi.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penling

Orang lain yang berada disekitar merupakan salah satu dianlara

komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Apalagi ketika

seseorang yang berada disekitar itu dianggap penling dan diharapkan

perselujuannya. Biasanya orang yang dianggap penling bagi individu

adalah orang lua, orang yang slalus sosialnya lebih linggi, lemen sebaya,

leman dekal, suami dan istri.

(32)

Pembentukan sifat juga sangat dipengaruhi oleh kebudayaan. Ketika

budaya dalam suatu tempat mempunyai peraturan norma yang longgar,

maka budaya kebebasan akan semakin besar. Begitu juga ketika budaya

dalam suatu tempat itu mempunyai peraturan norma yang ketat, maka

budayakebebasan akan semakin sempit. Tetapi seberapapun besarnya

pengaruh kebudayaan terhadap sikap, kepribadian individu yang telah

mapan dan kuatlah yang mendominasi pembentukan sikap individual.

4. Media massa

Sebagai sarana komunikasi, media massa berpengaruh besar

membentuk opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi,

media massa membawa pesan-pesan dan sugesti yang mengarahkan

opini seseorang. Informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan

landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup

kuat akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga

terbentuklah arah sikap tersebut.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Kedua lembaga tersebut mempunyai pengaruh dalam pembentukan

sikap, sebab keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral

dalam individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan

(33)

gilirannya konsep tersebut berpatisipasi dalam pembentukan sikap

individu terhadap suatu hal.

6. Faktor emosional. Terkadang sikap merupakan pernyataan yang disadari

oleh ernosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustrasilpengalihan

bentuk rnekanisme pertahanan ego. Suatu saat sikap sementara bisa

berubah menjadi permanen. Contoh bentuk sikapfairyang didasari oleh

faktor emosi adalah prasangka dan prasangka didefinisikan sebagai sikap

yang tidak toleran, tidakfairl tidak favorabel terhadap sekelompok orang.

Studi Hovland dkk. (1981) beranggapan bahwa efek suatu komunikasi pada

suatu pesan dalam hal tertentu berupa perubahan sikap tergantung pada

sejauh mana komunikasi itu bisa mempengaruhi sikap seseorang untuk

dapat berespon/merubah sikap yang sudah ada.

Skema 2.1.3.

Langkah-Iangkah perubahan sikap (model Hovland dalam Deaux, 1981)

Stimulus

"

7

Perhatian

Pemahaman

,

Penerimaan Respons - Perubah an Sikap

(34)

Suatu prilaku poligami yang persuasif akan lebih efektif bila ada perhatian,

pemahaman, dan penerimaan pada stimulus yang ada terhadap objek sikap

yang berupa respon. Gordon W. Allport (1935, dalam buku Bahasan Dasar

Psikologi) dan David Krech beserta Richard S. Cruthfield. Allport melihat

sikap sebagai:

"amental and neural state of readiness, organized through experience,

exerting

a

directive or dynamic influence upon the individual's

response to all objects and situations with which it is related".

"Status kesiapan mental dan neural, terorganisir melalui pengalaman,

menghasilkan pengaruh direktif atau dinamis atas respon individu kepada

semua objek dan situasi yang saling berhubungan"

Dalam memandang atau mengetahui asal usul sikap aktivis muslimah NU

dan Hizbut Tahrir Indonesia diperlukan unsur perhatian, pemahaman, dan

penerimaan yang akan menghasilkan uraian sikap sebagai respon, baik

perubahan sikap dari negatif ke positif, atau sebaliknya yang terjadi akibat

stimulus yang diberikan.

2.1.4 Pengukuran Sikap

Sikap merupakan konstruk hipotesis yang harus diinferensikan dari

(35)

observasi langsung, sikap hanya dapat diukur berdasarkan inferensi yang

didapat dari respon-respon individu terhadap objek.

Skala sikap merupakan cara paling umum yang digunakan untuk mengukur

sikap. Dalam skala sikap, seseorang menyatakan persetujuan atau

ketidaksetujuannya terhadap sejumlah pernyataan dalam beberapa skala

point berkisar antara "sangat setuju" sampai "sangat tidak setuju". Dengan

cara ini respon terhadap tiap pernyataanlitem mengindikasikan arah dan

derajat sikap.

Ada beberapa skala sikap dalam tipe maupun metode konstruksinya, tetapi

tujuan selalu sama, yaitu menempatkan individu kedalam posisi numerik

dalam suatu kontinum. Adapun pengembangan skala sikap membutuhkan

seleksi item-item relevan yang harus membedakan antara individu dengan

posisi sikap yang berbeda. HUbungan diagnostik antara item dengan

manifest content yang langsung berhubungan dengan objek sikap.

Tetapi dapatjuga dibuat item sisa yang tidak mengandung hubungan

langsung dengan objek sikap dari individu yang cenderung akan

mempengaruhi penilaian terhadap berbagai hal yang hanya berhubungan

tidak langsung dengan objek sikap yang ingin diukur. Karena sifat

(36)

mempengaruhi penilaian terhadap berbagai hal yang hanya berhubungan

tidak langsung dengan obyek sikap yang ingin diukur. (Azwar,2007).

2.2

POLIGAMI

2.2.1 Pengertian Poligami

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian

poligami adalah "Ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau

mengawinibeberapa lawan jenis dalam waktu yang bersamaan dan

berpoligami berarti menjalankan (melakukan) poligami".

Khozin Abu Faqih Le, (2006) menyatakan bahwa poligami adalah perkawinan

yang dilakukan seorang laki-Iaki lebih dari satu istri dengan batasan sampai

empat. Dari beberapa pendapat seeara keseluruhan konsep poligami telah

ada sejak zaman nabi sebelum Nabi Muhammad Saw, beberapa tahun silam

(sebelum datang zaman) dijazirah arab poligami adalah suatu kebebasan,

dimana seseorang pemimpin suku biasa memiliki lebih dari satu isteri bahkan

bisa puluhan.

Khozin Abu Faqih Le, (2006) berpendapat bahwa "Ta'addud az-Zauja

(37)

tanggungannya dua sampai empat orang istri, tidak boleh lebih darinya.

Sesuai Firman Allah.

"Bismillahirrahmanirahim"

"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adi/ terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi:dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adi/[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya".

Berlaku adil terhadap para istri adalah syarat utama untuk dibolehkannya

poligami, maka seorang suami harus yakin akan kemampuannya dalam

berbuat adil sebelum memutuskan untuk poligami.

Poligami pada hakekatnya merupakan bentuk pengunggulan kaum laki-Iaki

dan penegasan bahwa fungsi istri dalam perkawinan adalah hanya untuk

melayani suami. Ini bisa terlihat dari alasan yang dapat dipakai oleh

Pengadilan Agama untuk memberikan izin suami melakukan poligami

(karena istri cacat badan, tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri

dan tidak dapat melahirkan keturunan).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bawa sikap tentang

poligami dalam berbagai penjelasan dan sikap dapat dilihat kembali dalam

hukum agama Islam poligami itu di perbolehkan oleh Allah tentu karena

(38)

dan ukhrowi manusia. Allah lebih mengetahui apa yang baik untuk manusia

dari pada pengetahuan manusia terhadap dirinya sendiri.

2.2.2 Hukum Poligami

Hakikat prinsip pernikahan dalam Islam adalah monogami, sedangkan

poligami hanyalah pintu darurat yang sewaktu-waktu dapat terbuka jika

memang sangat diperlukan. Menurut pendapat Arij Abdur Rahman as-Sanan

(2003:25), hukum poligami sama seperti halnya nikah, ada wajib, sunah, atau

makruh, sesuai dengan keadaan seseorang.

Pada dasarnya poligami itu hukumnya mubah (boleh) seperti yang

disyaratkan ayat 3 surat Anisa. Ayat ini menjelaskan kehalalan poligami

dengan syarat dapat berlaku adil. Jika syarat ini tidak dipenuhi, dimana

seorang suami yakin bahwa ia akan terjatuh kepada kedzoliman dan

menyakiti istri-istrinya, maka poligami menjadi haram. Namun jika ia yakin

akan terjatuh perbuatan zinah jika tidak berpoligami, maka poligami menjadi

wajib.

2.2.3 Syarat-syarat Poligami

Pad a dasarnya syarat poligami sama dengan monogami namun utamanya

adalah:

(39)

Islam hanya memperbolehkan seorang laki-Iaki melakukan poligami

dengan empat orang istri.

2. Adil terhadap semua istri

Allah telah memerintahkan lelaki yang ingin berpoligami agar berlaku

adil. Jika kamu khawatir tidak dapat berlaku adil terhardap empat istri,

nikahilah tiga saja, jika kamu tidak mampu, dua saja, dan jika tidak

sanggup, nikahilah satu istri saja atau hamba-hamba sahaya yang kamu

miliki.

Adil yang harus dimiliki oleh laki-Iaki ketika berpoligami adalah bukan

cuma adil dalam pembagian harta, melainkan juga dalam membagi giliran

(batiniyah). Pria yang beristri lebih dari satu juga tidak boleh menyatakan

cenderung cintanya pada salah seorang diantara mereka secara

mencolok sehingga menimbulkan kecemburuan.

3. Mampu memberikan nafkah

Artinya sudah mempunyai penghasilan yang cukup apabila dibagikan

kepada para istri.

2.2.4 Tinjauan Psikologis Terhadap Poligami

Bertutur tentang poligami, maka kaum lelaki yang paling bersemangat

menyampaikan argumen dan pembenaran. PadahaI dari contoh yang

dilakukan Rasulullah hampir semua isteri yang dinikahi Rasulullah sebagai

(40)

Menejelaskan terjadinya proses poligami dari sisi psikologis. Rasionalitasnya

dalam menyampaikan contoh sangat menggelitik. Salah satu contohnya

adalah : amati foto di rumah makan Ayam Bakar "Wong Solo", maka anda

akan mengamati expressi wajah Puspowardoyo yang tersenyum, namun

keempat istrinya murung.

Dalam proses bercinta, orang akan melewati proses sensasi psikologis,

hingga sampai ke tataran obsesi. Jadi untuk memutuskan menikahi

seseorang, proses ini akan selalu dilewati. Jadi mungkinkah seorang

berpolygami hanya semata-mata alasan untuk membantu janda-janda

terlantar.

Poligami menimbulkan permusuhan, kebencian, dan pertengkaran antara

para istri dan anak. Efek psikologis bagi anak-anak hasil pernikahan poligami

sangat buruk: merasa tersisih, tak diperhatikan, kurang kasih sayang, dan

dididik dalam suasana kebencian karena konflik itu. Suami menjadi suka

berbohong dan menipu karena sifat manusia yang tidak mungkin berbuat

adil.

Dalam kerangka psikologi, maka locus of controlapa yang bekerja pada diri

atau umat yang menjalani suatu keyakinan Internal atau eksternal, setiap diri

(41)

Tidak ada rumus baku dalam kategori insani, yang berlaku adalah

kecenderungan yang relatif stabil hingga membentuk suatu atribusi, ketika

kita cenderung menyalahkan banyaknya jajanan yang berentet di tengah hari,

maka locusofcontroleksternallah yang mewujud. (sumber: Harian Kompas,

Senin, 21 September 2004.)

Fenomena muslim fundamentalis telah kita dekati dari sisi ideologisnya.

Sebab mereka mengaku bahwa faktor keimanan atau ideologi agamalah

epistemologi dan motor penggerak pikiran dan tindakan mereka.

.

Dari pendekatan tersebut teraih sebuah kesimpulan bahwa tindakan radikal

muslim fundamentalis timbul dari pikiran radikal. Dan pikiran radikal mereka

muncul dari suatu landasan berpikir yang didekati dengan metode berpikir

ekstrim.

Jadi, kemunculan kelompok muslim fundamentalis tak hanya timbul karena

faktor ideologis saja, seperti yang disebutkan muslim fundamentalis. Faktor

realitas sosial juga punya andil besar dalam 'mengorbitkannya'. Bahkan ia

mungkin mendahului faktor ideologis.

faktor psikologis merupakan faktor lain yang cukup berperan dalam

memunculkan fenomena muslim fundamentalis di samping beberapa faktor

(42)

Keanggotaan kelompok adalah faktor yang penting sekali bagi Iingkungan

sosial individu baik aktivis muslimah NU dan aktivis muslimah Hizbut Tahrir

Indonesia. Diantara karakteristik individu yang ditemukan berkaitan dengan

perlawanan terhadap pengaruh kelompok pada perilaku adalah harga diri

yang tinggi, nilai-nilai kuat yang mengatasi norma kelompok, dan rasa

percaya diri sendiri terhadap pengetahuan dan kemampuan pribadi.

Pada dasarnya kekuatan psikologis yang menyebabkan seseorang

memenuhi atau menyesuaikan diri dengan suatu norma adalah gabungan

yang rumit antara motivasi individu dan harapan kelompok. Karakteristik

individu tertentu, jika digabungkan dengan faktor situasi tertentu

menghasilkan tanggapan yang ingin bebas atau bahkan anti penyesuaian

terhadap usaha pengaruh kelompok.

Studi klasik yang dilakukan Schachter ( 1951 ) menunjukkan adanya pola

tertentu, dimana selama waktu tertentu si penyimpang menjadi pusat

perhatian kelika anggota kelompok mencoba mempengaruhinya untuk

mematuhi norma kelompok.

Membahas akan bagaimana sikap aktivis muslimah NU dan aktivis muslimah

(43)

secara kasat mata, Sebagai muslimah terkadang tidak mudah untuk

menerima suami menduakan diri ini dengan yang lain, bahkan sampai tiga

atau empat istri. Karena memang kodrat wan ita untuk menyayangi suami

sepenuh jiwa dan raganya. Namun sebagai muslimah, wan ita pun

sepenuhnya harus menyadari bahwa hukum Allahlah yang terbaik untuk

manusia itu sendiri.Sedangkan wanita dipengaruhi sifat emosional yang

dapat dipakai sebagai modal untuk melaksanakan tugas yang menuntun

ketabahan dan melakukan segala sesuatu untuk dapat menjadi seorang ibu

untuk suami dan anak-anaknya. Wan ita pun bersifat penuh kesabaran

ketelitian, perasaan yang halus dan sifat sifat inilah yang dibutuhkan merawat

dan membesarkan anak mulai dari lahir sampai menjadi manusia.

Maslow mengemukakan dalam teori nya yang dikenal dengan teori

kebutuhan Maslow; bahwa manusia pada prinsipnya memiliki lima tingkatan

kebutuhan, dari kebutuhan psikologi (psikological needs) seperti : sandang,

pangan, papan sampai kebutuhan untuk pengaktualisasian diri

(self-actualization needs).

Dengan adanya pOligami masalah yang timbul (dampak negatif pOligami)

(44)

2.3 Kerangka Berpikir

Poligami hingga saat ini masih menjadi salah satu pembahasan yang menjadi

kontraversi antara aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia,

perbedaan pendapat dan pemahaman seperti ini tetap menjadi landasan dari

masing-masing argument untuk memberi pernyataan sikap terhadap

poligami, bagaimana keduanya lebih cenderung pada sikap untuk

membolehkan poligami atau tidak.

Muslimah yang mendukung dan muslimah yang tidak mendukung adanya

poligami merupakan pro dan kontra dalam kehidupan era zaman moderen ini.

Beberapa pendapat yang mendukung poligami adalah melakukan berdasar

pada hukum-hukum yang menjelaskan hal ini dalam Islam, dan beberapa

golongan yang kurang mendukung adalah mengambil gambaran dari

bukti-bukti nyata dalam kehidupan yang menghasilkan kisah-kisah tidak baik

dengan adanya proses poligami, bagaimana keduanya lebih cenderung pada

sikap menerima untuk memperbolehkan poligami atau tidak.

Dimata masyarakat tidak sedikit kehidupan rumah tangga yang melakukan

poligami, baik itu kehidupan rumah tangga tetap baik atau pun mengalami

perubahan kearah positif atau berubah menjadi yang buruk. Tentu dari

(45)

dengan pebedaan karakter yang berbeda dari seorang aktivis muslimah yang

menpunyai pandangan berbeda terhadap poligami.

Dengan berdasrkan pendapat tersebut, kami penulis berusaha untuk meneliti

faktor-faktor apa saja kiranya yang berhubungan dengan sikap aktivis

muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia terhadap poligami, sehingga

kiranya mengetahui perbandingan sikap aktivis muslimah NU dan Hizbut

Tahrir Indonesia pada poligami.

Dalam hal ini penulis akan menjelasakan yang berkaitan dengan sikap,

norma sUbjektif dan intensi mau dipoligami, dijelaskan bahwa sikap adalah

keyakinan seseorang terhadap suatu objek sikap. Sikap ini merupakan dapat

berupa persetujuan atau tidak kesetujuan aktivis muslimah NU dan Hizbut

Tahrir Indonesia terhadap poligami.

Hal ini merupakan proses intrgrasi yang didapat dan disertai evaluasi oleh

aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia terhadap poligami, oleh

karena itu sikap poligami yang cenderung positif dapat menjadikan

(46)

Muslimah

NU

Perbedaan Sikap

Muslimah

HTI

2.4 Hipotesis

Terhadap Poligami

Hipolesis dalam penelilian ini adalah :

Ha :Ada perbedaan sikap aklivis muslimah NUdan allivis muslimah HTI

yang signifikan lerhadap poligami.

Ho : Tidak ada perbedaan sikap aklivis muslimah NU dan alIivis muslimah

(47)

3.1. Jenis Pene/itian

3.1.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan dalam penelilian ini adalah pendekatan kuantitatif, di mana

penelitian bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau

nilai, peringkat, atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan

statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya

spesifik

3.1.2 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskripsi korelasi, yaitu metode

penelitian yang diadakan untuk menaksir dan melihat perbandingan sikap

pada 1 variabel, yaitu pada variabel aktivis muslimah NU dan Hizbut tahrir.

3.2. Variabel Penelitian 3.2.1. Definisi Variabel

Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau

sifat yang berdiri sendiri-sendiri. Kerlinger (1973, dalam Sevilla, dkk, 1993)

menyebutkan bahwa variabel sebagai konstruk atau sifat yang diteliti. Dalam

(48)

penelitian ini dilibatkan dua jenis variabel yaitu, variable bebas(independent

variable) dan variabel terikat(dependent variable). Yang menjadi variabel

bebas dalam penelitian ini adalah sikap terhadap poligami. Sedangkan

variabel terikatnya adalah aktivis muslimah NU dan Hizbut tahrir .

3.2.2. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel

adalah sebagai berikut :

Definisi Operasional sikap terhadap poligami

Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental,

skor yang di dapat dari responden Aktivis muslimah NU dan HTI terhadap

poligami yang di ukur dengan katagori di bawah ini:

Fakta dari hasil penelitian berdasarkan dengan teori Allport (1993) yang

menyatakan bahwa sikap di bentuk oleh banyak hal seperti :

1. Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui kontak

sosial terus-menerus antara individu dengan individu lain di sekitarnya.

Dalam hubungan ini, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap

adalah:

1. Faktor Intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu,

seperti selektivitas. Penyelesaian (selektivitas) diperlukan karena

rangsang yang datang dari luar (lingkungan) tidak seluruhnya diserap oleh

(49)

mana yang akan "diperdalam" dan rangsang-rangsang mana yang tidak

ingin "diperdalam". Pemilihan-pemilihan ini biasanya dipengaruhi oleh

motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri

seseorang.karena harus memilih maka seseorang harus

mengembangkan sikap yang positif terhadap suatu hal, dan

mengembangkan sikap yang negatif terhadap hallainnya.

2. FaktorEkstern, adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu.

Faktor-faktor ini antara lain:

a. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap.

b. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap.

c. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut.

d. Media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sikap.

e. Situasi pada saat sikap itu dibentuk.

2. Seperti yang dikemukakan Allport (1993) dalam buku Bahasan Dasar

dalam Psikologi, sikap memiliki komponen utama, yaitu :

a. Komponen Kognitif.

(50)

pengetahuan, ataupun keyakinan dari subyek terhadap obyek sikap.

b. Komponen Afektif.

Komponen afektif dari suatu sikap meliputi emosi ataupun perasaan

subyek terhadap obyek sikap, dengan adanya komponen ini sikap

dapat dirasakan sebagai suatu hal yang menyenangkan atau bahkan

tidak menyenangkan.

c. Komponen Perilaku.

Sedangkan sikap tentang poligami sendiri merupakan masalah dari respon

individu yang didapat dari fenomena atau kejadian sekitar wilayah tentang

poligami, bemacam pendapat dan menyikapi permasalahan tentang poligami,

penulis sangat ingin mengetahui beberapa pendapat yang berbeda darl

aktivis muslimah NU dan Hizbut tahrir terhadap poligami.

3.3.

Pengambilan Sampel

3.3.1.

Populasi dan Sampel

Gay (1976) mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana peneJiti akan

menggeneralisasikan hasil penelitiannya (Sevilla, 1993). Sedangkan mi:lOurut

Kerlinger seperti yang dikutip Sevilla bahwa populasi adalah keseluruhan

(51)

Dalam penelitian ini populasinya yaitu aktivis muslimah NUdan aktivis muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, untuk NU di Gandaria selatan dan untuk Hizbut Tahrir Indonesia di Ciputat.

Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang didapat dari

populasi (Sevilla,

1993).

Sampel penelitian ini adalah aktivis muslimah NU dan Hizbut tahrir yang sudah berkeluarga dan dapat menjawab angket atau

komunikatif (bisa baca tulis), berusia antara 30 sampai dengan 50 tahun,

adapun jumlah populasi sempel yang akan di teliti 60 yang dibagi 30 untuk

aktivis muslimah NU dan 30 untuk Hizbut tahrir.

3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel

Proses yang meliputi pengambilan sebagian dari populasi, melakukan

pengamatan pada populasi secara keseluruhan disebut dengan

sampling/pengambilan sampel (Sevilla, 1993).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara randomatau acak yaitu

suatu metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap

anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan

penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang

(52)

Teknik yang dipakai dengan undian.

Fox

(1969) menyebutnya dengan

Fishbowl (Sevilla, 1993). Menurut Husain Usman dan Purnomo Akbar (2000: 181) ciri utama sampling ini setiap unsur dari keseluruhan populasi

mempunyai kesempatan yang sarna untuk dipilih. Kelebihan dari teknik ini

adalah anggota sampel mudah dan cepat diperoleh, sedangkan

kelemahannya adalah terkadang tidak mendapatkan data yang lengkap dari

populasinya. Tekniknya dilakukan dengan menuliskan seluruh nama"nama

anggota populasi kemudian mengundinya tanpa pengembalian, artinya nama

.

anggota yang sudah diambil tidak dikembalikan kembali ke dalam kotak

undian.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan skala berbentuk pertanyaan tertutup (Close

Question). Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang pilihan

jawabannya tersedia. Kemungkinan jawaban dipersempit dan diberi pola atau

kerangka susunan terlebih dahulu. Hal ini dapat berfungsi untuk memperjelas

dimensi apa yang dicari dalam penelitian, sehingga akan mendorong sampel

untuk memutuskan pilihan jawaban ke satu arah saja. Selain itu keuntungan

lainnya adalah hasilnya dapat dengan mudah dan cepat dianalisa

(Koentjaraningrat, 1994 : 185). Adapun skala yang dipakai dalam penelitian

(53)
[image:53.544.46.446.61.336.2]

Tabel3.1

Skala sikap terhadap poligami

No

Faktor Indikator

1 Kognitif

Respon

2 Afektif

Emosional

3

Konatif

kecenderungan

Pada masing-masing skala-skala tersebut terdapat pertanyaan yang

mendukung (favorable) dan pertanyaan yang tidak mendukung (unfavorable).

Pengukuran tersebut berdasarkan Skala Likert dari empat kategori jawaban,

yaitu: sangat setuju, setuju,tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk lebih

[image:53.544.39.445.358.676.2]

jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel3.2

Tabel skoring jawaban : Alternatif

Favorable

Unfavorable

Jawaban

Sangat setuju

4

1

Setuju

3

2

Tidak setuju 2

3

(54)

Tabel3.3

Skala sikap aktivis muslimah terhadap poligami

Pernyataan Jumlah

No Faktor Indikator

Fav Unfav To V

1 Kognitif

Dapat berkomunikasi 1,* 2, 3, 6*, 7*,

dengan bermacam- 4,5* 8* ,9,

macam orang 10*

Memiliki orientasi 11*, 12*, 16*, 17,

aktif terhadap 13*, 14, 18*,19*,

kehidupan 15*,26*, 20, 21

Bertindak dengan 27,28, 22*,23*,

cara yang dihargai 29*,30* 24*,25

2

Afektif

Memberikan 31*,32, 36,37,

informasi tentang diri 33*,34*, 38*,39,

Kepercayaan 35, 43*, 40*,41, [image:54.522.18.475.125.541.2]
(55)

3 Konatif

Memberikan 46, 47*, 51*,52,

perhatian dalam 48, 49*, 57,58*

mendengar

Melakukan 50, 53*, 59*, 55

parapharase 44, 54*,

Tidak memotong

pembicaraan

Berespons secara

tepat 56*, 60*,

Jumlah

30

30

60

Oari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 60 item skala sikap aktivis

muslimah terhadap Poligami terdapat 39 item yang valid, yaitu nomor 1,2, 3,

4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,23,24,25, 26, 29, 33, 34,

36, 38, 39, 42, 43, 44, 46, 50, 59, 61, 62, 63, 64, 66,67,68, 70. Ke-39 butir

pernyataan yang valid tersebut selanjutnya digunakan sebagai item

penelitian.

3.5. Teknik Uji Instrument

Oi dalam penelitian harus digunakan alat ukur yang valid dan reliable, agar

kesimpulan dalam penelitian yang diperoleh tidak memberikan gambaran

(56)

validitas dan reliabilitas dari kedua alat ukur dalam penelitian ini dilakukan

sebelum diadakan pengambilan data. Pengujian alat ukur ini dimaksudkan

untuk mengetahui sejauh mana dapat mengungkapkan hal-hal yang

semestinya diukur dari suatu variabel.

3.5.1.

Uji Validitas Skala

Validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi

ukurnya Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi, apabila

alat tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur

yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Untuk

menguji validitas skala psikologi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik analisa KoreJasi Product Moment Pearson Koefisien KoreJasi Product

Moment Pearson:

=

Angka indeks korelasi product moment

N

L: XY

L:X

L:Y

=

Jumlah sampel

=

Jumlah asli perkalian antara X dan Y

=

Jumlah seluruh skor item
(57)

Uji coba terhadap 60 item dan instrumen orientasi religius menghasilkan 39

item yang valid. Sedangkan 21 item lainnya tidak valid. Seluruh item valid

digunakan sebagai alat ukur penelitian. Adapun nomor-nomor item valid yang

digunakan terdapat dalam tabel dibawah ini.

Tabel3.4

HasH Uji Instrumen Skala Sikap Aktivis Muslimah Terhadap Poligami

No./tem rhltung rlabel Ketera No./tem rhllung rtabel Keterang

ngan an

Item 1 3.533 0.254 valid Item 31 3534 0.254 valid

Item 2 -4783 0.254 Tidak Item 32 1026 0.254 Tidak

valid valid

Item 3 .2559 0.254 Valid Item 33 5437 0.254 Valid

Item 4 .2124 0.254 Tidak Item 34 5532 0.254 Valid

valid

Item 5 .5678 0.254 Valid Item 35 2539 0.254 Valid

Item 6 .4290 0.254 Valid Item 36 -0329 0.254 Tidak

valid

Item 7 .4301 0.254 Valid Item 37 -.4370 0.254 Tidak

valid

[image:57.548.28.469.177.713.2]
(58)

Item 9 .2816 0.254 Valid Item 39 2445 0.254 Tidak

valid

Item 10 .6073 0.254 Valid Item 40 4629 0.254 Valid

Item 11 .3872 0.254 Valid Item 41 0572 0.254 Tidak

valid

Item 12 3742 0.254 valid Item 42 2441 0.254 Tidak

valid

Item 13 4025 0.254 valid Item 43 5390 0.254 Valid

Item 14 1983 0.254 Tidak Item 44 -1383 0.254 Tidak

valid valid

Item 15 6066 0.254 Valid Item 45 5152 0.254 Valid

Item 16 4760 0.254 valid Item 46 1775 0.254 Tidak

valid

Item 17 2473 0.254 Tidak Item 47 3551 0.254 Valid

valid

Item 18 3752 0.254 valid Item 48 0066 0.254 T!dak

valid

Item 19 4766 0.254 valid Item 49 6153 0.254 Valid

Item 20 0021 0.254 Tidak Item50 2771 0.254 valid

valid

(59)

valid

Item 22 5639 0.254

valid

Item 52 2634 0.254

Valid

Item 23 6146 0.254

valid

Item 53 3800 0.254

valid

Item 24 3238 0.254

Valid

Item 54 4480 0.254

Valid

Item 25 1177 0.254

Tidak

Item 55 1573 0.254

Tidak

valid

valid

Item 26 5534 0.254

valid

Item 56 4549 0.254

valid

Item 27 0051 0.254

Tidak

Item 57 1738 0.254

Tidak

valid

valid

Item 28 0741 0.254

Tidak

Item 58 5076 0.254

valid

valid

Item 29 5344 0.254

Valid

Item 59 3933 0.254

valid

(60)
[image:60.537.42.446.176.702.2]

Tabel3.5

Revisi Blue Print Skala Sikap Aktivis Muslimah Terhadap Poligami

No Faktor Indikator Item Total

Favorable Unfavorable

1

Kognitif Dapat

1,3,5

6,7,8,9,10

berkomunika

8

sidengan

bermacam-macam

orang

11,12,13,

16,18,19

8

Memiliki

15,26

orientasi

aktif

terhadap

kehidupan

Bertindak

(61)

yang dihargai

2

Afektif Memberikan

38

4

31,33,34

informasi

tentang diri

Kepercayaan

40

4

35,43,45

terhadap

orang lain

3

Konatif Memberikan

47,49

51,52,58

5

perhatian

dalam

mendengar

Tidak

53,

59,54

3

memotong

pembicaraan

Berespons

(62)

iセ

QセQY

13.

I

3.5.2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya,

maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap

kelompok sampel yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Saifuddin

Azwar, 2002).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ukuran reliabilitas denganAlpha

Cronbach.

Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach.

a

=

2(1-

s

セ ウセ

s

i )

== Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2

==Varians skor skala

Untuk mengetahui reliabilitas skala sikap poligami dapat di Iihat pada

kaidah reliabilitas Guilford, seperti tabel dibawah ini:

(63)

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat Reliabel >

0,9

Reliabel

0,7 -0,9

CUkup Reliabel

0,4 - 0,7

Kurang Reliabel

0,2 - 0,4

Tidak Reliabel <

0,2

3.6.

Teknik Analisa Data

Penelitian yang dilaksanakan ini adalah bersifat kuantitatif dan pengolahan

yang dengan analisis statistik, yakni menggunakan Untuk menentukan

besarnya validitas item-item yang telah diuji cobakan,

dari skala motif achievement, motif afiliasi dan motif power ini dilakukan

dengan menggunakan rumusAlpha Cronbach.

Dengan rumus :

a -

2 [1 - S

12

+

S

22]

- 2

Sx

a

=

Koefisien reliabilitas

S12 dan S22 = Varians skor belahan 1 dan 2

(64)

Dan menggunakan teknik uji

t

untuk menghitung perbedaan (t-test) antar

kelompok dengan penghitungan menggunakan perangkat lunak

SPSS 13,0

for Windows. Dengan rum us:

s- -

XI_X2

t

=Perbedaan mean antar kedua kelompok

XI =Mean (rata-rata) sampel1 (aktivis muslimah NU)

X 2

=

Mean (rata-rata) sampel 2 (aktivis muslimah Hizbut Tahrir Indonesia)

s

-Xl-X,

=

Simpangan baku perbedaan rata-rata hitung sampel 1 dan 2

3.7 Prosedur Penelitian

3.7.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penentuan variabel penelitian, perumusan masalah,

dan pelaksanaan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan

teori yang tepat mengenai varia bel penelitian. Selanjutnya dilakukan

penyusunan instrumen penelitian dan dilakukan uji coba instrumen (try out)

un!uk menghasilkan instrumen yang valid dan reliabel.

3.7.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

(65)

instrumen kepada sampel yang telah ditentukan. Data yang diperoleh

kemudian dianalisis dan diolah sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan

(66)

BAB4

HASIL PENELITIAN

4.1

Garnbaran Urnurn Responden

Berikut ini peneliti uraikan mengenai gambaran umum responden

berdasarkan usia. Responden dalam penelitian ini adalah aktivis muslimah

NU dan Hizbut tahrir sikap terhadap poligami.

4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia

Dalam penelitian ini, sebanyak 60 Aktivis muslimah sebagai responden, 30

Aktivis Muslimah NU dan 30 Aktivis Muslimah HTI dapat dilihat dalam tabel

berikut:

Tabel4.1

Tabel Distribusi Sam pel Berdasarkan Usia

Aktivis NU Aktivis HTI Jumlah

USIA

N

% N % N %

21 - 30 14 23% 15 25% 29 48%

31 - 40 10 17% 9 15& 19 32&

[image:66.534.36.435.70.524.2]
(67)

Dilihat berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa Aktivis NU yang

berada pada usia 21 - 30 tahun sebanyak 14 orang (23%), usia 31 - 40

tahun sebanyak 10 orang (17%), dan usia 41 - 50 tahun sebanyak 6 orang

(10%). Keniudian diperoleh gambaran secara umum aktivis HTI yang berada

pada usia 21 - 30 tahun sebanyak 15 orang (25%), usia 31 - 40 tahun

sebanyak 9 orang (15%), dan usia 41 - 50 tahun sebanyak 6 orang (10%).

Bardasarkan table diatas terlihat bahwa untuk Aktivis NU yang berusia 21

-30 tahun (23%)lebih banyak dibandingkan usia yang lainnya. Sedangkan

untuk Aktivis HTI21 - 30 tahun sebanyak 15 orang (25%) lebih banyak

dibandingkan usia yang lainnya.

4.2

Penyajian dan Analisis Data

4.2.1 Uji Instrumen Penelitian

Uji persyaratan adalah syarat untuk melakukan analisa data yang lebih

mendalam. Uji persyaratan yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dengan

menggunakan SPSS versi 11.5.

4.2.2 Uji Normalitas

Jika data yang dianalisis berskala interval pada umumnya mengikuti asumsi

distribusi normal. Namun tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi

(68)

sudah bisa dikatakan normal atau mendekati normal (Singgih Santoso,

2008). Uji normalitas sampel atau menguji normal tidaknya sampel adalah

dengan mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang

akan dianalisis (Suharsimi, 2005). Dengan demikian, uji normalitas data dan

uji varians adalah hal yang lazim dilakukan sebelum sebuah metode statistik

diterapkan.

Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji

Shapiro-Wilk. Uji Shapiro-Wilk adalah salah satu cara untuk menguji goodness offit

(keselarasan). Dalam hal ini digunakan untuk menentukan apakah distribusi

frekuensi pengamatan dari suatu variabel secara signifikan berbeda dari yang

diharapkan atau distribusi frekuensi teoritis. Sehingga hipotesis statistiknya

adalah distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi

frekuensi harapan (teoritis) (Sevilla, 1993). Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk

(69)
[image:69.522.24.423.161.491.2]

Gambar 1

Q-Q Plot Sikap Aktivis Muslimah Terhadap Poligami

3 . . - - - ,

i • 2

,

,

,

, 1

o

-1

-2

Gambar

Tabel2.1Konsepsi skema triadik mengenai sikap
Tabel. 2.1.2
Tabel3.2Tabel skoring jawaban :
SkalaTabel3.3 sikap aktivis muslimah terhadap poligami
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan di desa Kalabeso dengan peningkatan IP, di mana padalahan sawah diperlukan sebanyak 49,0 HOK (9,5% dari petani) dan pada lahan tegalan sebanyak 92,1 HOK (17,7%

Suparmoko, Metode Penelitian Praktis (Yogyakarta: BPFE, 1995), hal. Moleong, Metodologi penelitian kualitatif, hal.. menganalisa data tersebut. Analisa yang dilakukan untuk

Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh sampah plastik adalah dengan membuat material plastik yang dapat didegradasi, antara

Penguji Berkualifikasi harus menyampaikan Laporan Hasil Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3) kepada Tenaga Ahli paling lama 10 (sepuluh)

Besarnya angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 untuk Wajib Pajak badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, kecuali Wajib Pajak bank

Perancangan sistem simulasi separator closed loop adalah sistem yang dirancang untuk mengendalikan ketinggian dari level liquid berupa air dan minyak, serta

Pada duct terjadinya blocking , kemudian menyebabkan semen yang mengalir pada chamber tersebut vacum sehingga dapat menghentikan proses system loading semen curah dari

Persepsi Negara Asal dan Pengetahuan Produk terhadap Minat Beli Ponsel Pintar Lenovo ”, maka terdapat beberapa variabel dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel independen