PERBANDINGAN SIKAP AKTIVIS MUSLIMAH NU DAN
AKTIVIS MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA
TERHADAP POLIGAMI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
uョャv・jセェ{ャャャォisャ。ョャGnゥャqm
SYARIFhidayセゥuiN[laヲi JAKARl"A
{IゥエヲGイェョセ -, セ
Ijari :..•···•····..
··-_····t···!···..·_-fgl :
セセZ|ヲZゥᄋᄋセᄋGRZᄋᄋ
"0. I",lul< :
17
Oleh: , ..,ifa,,,,\ :
.
Ihsan AzikriNIM :
203070001471
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
!"EFtPUSTAI<MN UT
JWA
UIW SYAl.HID JAl(AJ!lTA . Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh: IHSAN AZIKRI NIM : 203070002471
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
I
PembimbingII
Prof. Dr. Abdul Mujib M.Ag NIP. 196806141997041001
Gazi, M.si NIP.150389379
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Poligami telah
diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatuiliah Jakarta Pada Tanggal 17 juni 2009 skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Jakarta, 25 juli 2009
Sidang Munaqasyah
Dekan/
Ketua Merangkap Anggota
Jahja,Umar Ph.D NIP. 130885522
Penguji I
(
-Bamban Su di Ph.D
NIP.150326892
Pembimbing I
Prof. Dr. Abdul Mujib M.Ag NIP. 196806141997041001
Pembantu Dekan Sekretaris Merangkap Anggota
Q:.
Dra. adhilah Surala M.Si
NIP. 195612231983032001
Anggota
Penguji II
Pembimbing II
';.Gozi,M.Si
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama: Ihsan Azikri NIM : 203070001471
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Perbandingan Sikap Aktivis Muslimah NU dan Aktivis Muslimah HTI Terhadap Poligami" adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan pla9iat dalam penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan Undang-Undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, 17 Juni 2009
uJCat
セ
1fOAa
uJCat
セ
etnta
H"JANGAN DENGAR
KATAMEREKA
YANG TAK INGIN KITA
SATU-LAKUKAN SAJA
(menganugerahkan kepada mereka) "akhlak" yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat"
AI anafaal 66
Sekarang Allah telah meringankan kepadamu dan dia telah mengetahui
bahwa padamu ada kelemahan. Maka jika ada diantaramu seratus orang
yang sabar, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang
kafir; dan jika diantaramu ada seribu orang (yang sabar), niscaya
mereka akan dapat mengalahkan dua ribu orang, dengan seizin Allah.
Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.
1(flrya ini al{,u persem6alil{,an
vョエオャサLセサオイサェ。
tercinta
Salia6at Setia{u
(C) Ihsan Azikri
(D) Perbandingan Sikap Aktivis Muslimah NU dan Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia Terhadap Poligami.
(E) 73 halaman
(F) Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons (Saifuddin Azwar : 2003). Fenomena muslim fundamentalis telah kita dekati dari sisi ideologisnya. Sebab mereka mengaku bahwa faktor keimanan atau ideologi agamalah epistemologi dan motor penggerak pikiran dan tindakan mereka. Dari pendekatan tersebut teraih sebuah kesimpulan bahwa tindakan radikal muslim fundamentalis timbul dari pikiran radikal. Dan pikiran radikal mereka muncul dari suatu landasan berpikir yang didekati dengan metode berpikir ekstrim.
Jadi, kemunculan kelompok muslim fundamentalis tak hanya timbul karena faktor ideologis saja, seperti yang disebutkan muslim
fundamentalis. Faktor realitas sosial juga punya andil besar dalam 'mengorbitkannya'. Bahkan ia mungkin mendahului faktor ideologis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap Aktivis Muslimah NU dan Aktifis Muslimah HTI terhadap Poligami.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian komparatif. Penelitian dilaksanakan di gandaria
selatan untuk NU dan ciputat untuk HTI dari 60 orang, 30 Aktivis NU dan 30 Aktivis HTI, yang diambil dengan teknikRandom Sampling(sampel acak). Instrumen pengumpul data yang digunakan adalah skala model Likert. Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa statistik yang meliputi korelasi Product Moment Pearson untuk meguji validitas item, Alpha Cronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data, dan T-test untuk pengujian hipotesis penelitian. Jumlah'item valid untuk skala sikap terhadap seks pra-nikah sebanyak 35 item. Reliabilitas skala sikap terhadap seks pra-nikah adalah 0.8748. Berdasarkan uji T-test, diperoleh hasil thilung (0,434)<ttabel (2,000), tidak
terdapat perbedaan yang signifikan sikap Aktivis Muslimah NU dan Aktifis Muslimah HTI terhadap Poligami
Pada penelitian selanjutnya jumlah sampel dapat ditambah agar mendapatkan hasillebih baik, serta dapat rnewakili jumlah sampel dan luas wilayah sampelnya. Diduga hasil penelitian ini tidak cukup
menggambarkan fakta yang sebenarnya. Untuk itulah pada penelitian selanjutnya, sebaiknya dicari sampel yang lebih beragam.
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia serta segala petunjuk yang telah diberikan-Nya. Shalawat dan salam,
semoga Allah melimpahkan kepada Nabi Muhammad saw., para kelual'ga,
sahabat dan pada pengikutnya hingga akhir zaman,
Penulis bersyukur telah menyelesaian skripsi yang diajukan sebagai salah
satu syarat dalam menempuh gelar di Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul "PERBANDINGAN SIKAP
AKTIVIS MUSLIMAH NU DAN AKTIVIS MUSLIMAH HIZBUT TAHRIR
INDONESIA TERHADAP POLIGAMI"
Dalam setiap tahap penyusunan skripsi ini begitu banyak bantuan,
bimbingan, dorongan serta perhatian yang diberikan oleh berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja
Umar Ph.D.
Z,
Pembimbing Akademik Bapak Abdurrahman Saleh M Si, atasmenyelesaikan skripsi ini.
4. Gazi, M.Si, selaku pembimbing 2 yang senantiasa memberikan
bimbingan, saran, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bambang Suryadi, Ph.D, selaku penguji, atas saran dan arahan sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Para dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah yang dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan untuk memberikan i1mu kepada penulis.
7. Segenap jajaran Badan Pengurus NU dan HTI, Jakarta, yang telah
memberikan fasilitas kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Pimpinan dan segenap jajaran pengurus Perpustakaan Utama dan
Perpustakaan Fakultas Psikologi yang telah memberikan fasilitas kepada
penulis untuk meneari data referensi.
9. Keluarga tercinta, Abi Djayadih, Umi Zubaidah, serta abang Wahyu
Zulfikti, Adik kembar Idham Bayazik, Fitrah Zubaidi, dan yang tersayang
yang telah tiada Fidia Fauzia, motivasi terbesar yang tak pernah leJ:las
dan lupa dengan segala do'a, kasih sayang dan pengorbanannya
sehingga tidak henti-hentinya memberikan motivasi material dan
dukungan semangat pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Rekan-rekan Psikologi angkatan 2003 Non Reg mau pun Reguler,
senasib dan seperjuangan, Adi waskito, Zaki Maulana, M. Amirudir.
AI-Furkon, Lutfi nanda Rasadi, M Abduh RH Muhamad, Dewi fujianti, Risqi,
Diah Rositawati, Tia, dan ternan-ternan yang tidak lepas dari ingatan
penulis.
12. Rekan-rekan Alumni MANARATUL ISLAM, Iswara Yusup, Hamjah
Fansuri, H. Ahmad faujan, M andi Hakim, Habibi, Mansur, M laili Sy'bani,
M Irfan Setiawan, Taisir, M Yazid Ali Efendi, M Tofik, Muiz, K Yuli dan Siti
Kholilah.
Semoga bantuan, bimbingan, dorongan serta perhatian yang diberikan oleh
mereka mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis pribadi dan pembaca pada umumnya. Amiin.
Jakarta, Juni2009
Penulis
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Hidup di tengah-tengah kota metropolitan yang memiliki beragam tata nilai
(nilai sosial dan agama), latar belakang sosial dan budaya yang berbeda,
kesenjangan ekonomi yang semakin melebar dan tingkat persaingan hidup
cukup tinggi, hal ini merupakan salah satu potensi pemicu terjadinya konflik
keluarga, berbagai pemicu konflik lainnya yang sering terjadi seperti tidak
terpenuhinya kebutuhan (psikologis/sosial) seseorang, harapan yang terlalu
besar.
Sebagian besar dari muslimah akan bersikap terhadap suatu objek yang
melahirkan perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun
perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfaforable) pada objek
tersebut. Secara lebih spesifik, (Saifuddin Azwar : 2003).memformulasikan
sikap sebagai derajat afek positif atau negatif terhadap suatu objek
psikologis.
Sikap mempunyai peranan penting karena apabila sudah terbentuk pada diri
seseorang berperilaku terhadap objeknya. Adapun wanita akan bersikap
ketika mengetahui suaminya mempunyai keinginan untuk menikah lagi.
Sebagian lagi langsung marah ketika suaminya mengajak berembug untuk
poligami. Sebagian lagi benar-benar menolak poligami. Sebagian lagi
mengkampanyekan anti poligami. Bahkan sebagian lagi yang menyatakan
tidak apa-apa jajan yang penting tidak menikah lagi, Sebuah i1ustrasi berikut
menggambarkan ketakutan kaum nuslimah terhadap poligami.
Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam kesiapan untuk
bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan
bahwa kesiapan yang dimaksud merupakan kecenderungan potensial untuk
bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu
stimulus yang menghendaki adanya respons (Saifuddin Azwar : 2003).
Menurut Mustafa AI-Siba'i Terdapat beberapa faktor pendorong laki-Iaki
berpoligami adalah:
1. sang istri mandul, sementara daia sendiri menginginkan keturunan
karena mencintai anak adalah salah satu sifat alamiah manisia. Dalam
kondisi seperti ini suami dihadapkan pada dua pilihan yaitu mencerai
atau memadu isrinya,
2. istri menderita penyakit akut atau menular yang tidak memungkinkan
3. suami tidak lagi menyukai isrinya dimana cara pengadilan dan talak,
baik yang pertama maupun yang kedua serta massa iddah yang
berlangsung selama kurang lebih dari tiga bulan untuk masing-masing
serai sudah tidak lagi menyelesaikan masalah.
4. tuntutan profesi memaksa suami sering berpergian jauh kenegri asing,
bahkan terkadang memaksa tinggal beberapa bulan tinggal disana.
Sementara itu kondisi tidak memungkinkan membawa anak dan
isrtinya, dengan kondisi seperti itu dia tidak mampu hidup sebatang
karadalam perjalanan panjang.
5. Suami mempunya kekuatan libido Oima') yang membuatnya tidak
cukup hanya dengan satu istri, baik karena usia istri yang meranjak tua
atau karena banyaknya hari yang "non efektif' untuk melakukan
hubungan suami isri, seperti hari-hari haid, kehamilan, nifas. Sakit atau
sejenisnya.
(http://poligamLblogspot.com).
Dari faktor diatas selayaknya menjadi acuan seorang aktivis muslimah
NU
dan Hizbut Tahrir Indonesia menjadi pertimbangan adanya poligami yang
marak tejadi di kalangan para laki-Iaki yang ingin berpoligami, poligami
merupakan konteks untuk melihat respon dari perbedaan sikap aktivis
Oari fenomena poligami tersebut, anemo masyarakat muslim di Indonesia
seakan-akan muncul dua kutub kekuatan dalam persepsinya (poligami). Yaitu
masyarakat muslim yang setuju (pro) dengan poligami, dan masyarakat yang
menolak (kontra) dengan poligami.
Oalam hal ini penulis hanya akan membatasi pada sejumlah komunitas
aktivis muslimah NU, dengan Hizbut Tahrir Indonesia, karena Penulis melihat
adanya perbedaan latar belakang pemahaman agama antara aktivis
muslimah NU dengan aktivis muslimah Hizbut Tahrir Indonesia.
Oari perbedaan latar belakang antara aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir
Indonesia mempunyai sudut pandang yang berbeda, dalam menanggapi
isu-isu agama. Berawal dari inilah penulis tertarik untuk menulis tema kasus
poligami yang terjadi di Indonesia.
Penulis mencotohkan kasus poligami paling populer di negeri ini, yakni
poligami yang dilakukan oleh Kyai kondang pengasuh Pesantren Oarul
Tauhid Abdullah Gymnastiar yang dikenal dengan sebutan A'a Gym. Oi mana
"Kasus Aa Gym mendorong sikap melawan poligami"begitulah beberapa
artikel yang muncul seperti yang diberitakan media Perspektif Online 10
Oesember 2006. diberitakan bahwa setelah adanya berita tersebut ada dua
perempuan masuk berita akhir-akhir ini, mereka sangat lemah sekali. Ada
yang mendukung poligami suaminya, dan ada yang melarangnya.
Sementara itu dalam media lain, memberitakan "Terlibat Poligami,
Perempuan NU Tolak Katering Wong Solo" berita tersebut memberitahukan
bahwa setelah pengusaha catering terlibat poligami dan kekerasan seksual,
para perempuan peserta Muktamar NU ke-31 di Boyolali, Jawa Tengah
menolak Pesanan kateringnya hal ini disampaikan oleh istri Gus Our
secara tersirat aktifis muslimah NU menolak sikapnya terhadap poligami.
(detik.com, 28/11/2004).
Berita lain menginformasikan sejumlah massa Hizbut Tahrir Indonesia Kota
Medan menggelar unjukrasa dalam rangka menyongsong peringatan Hari Ibu
yang jatuh pada 22 Oesember. Pada kesempatan itu mereka mengusung
sejumlah spanduk dan poster-poster yang berisi penolakan mereka atas
Mereka mengkampanyekan slogan-slogannya, diantara spanduk dan
poster-poster yang mereka bawa bertuliskan "Awas KKG! KKG=Kerusakan dan Kehancuran Generasi", "Poligami Halal Vs Free Sex Haram",
UU
PKDRT=UU
Penghancuran Keluarga dan Rumah Tangga", "Mengharamkan Poligami=
Menentang Hukum Allah", dan "Kami Bangga Menjadi Ibu GenerasiMuslim". (GATRA, Nomor 23 Beredar Senin 21 April 2003).
Berbeda dengan gerakan aktifis muslimah NU, justru Hizbut Tahrir Indonesia
seakan-akan sangat mendukung adanya poligami dalam masyarakat muslim
Indonesia. Menurut masa Hizbut Tahrir Indonesia poligami adalah salah satu
anjuran dalam islam, sementara itu dalam pandangan akivis muslimah NU,
justru poligami hanya akan merendahkan derajat kaum perempuan karena
kehidupan sekarang sudah sangat berbeda dengan zamannya Nabi.
Dengan demikian dari fenomena poligami tersebut, seseorang akan
memunculkan sikap yang berbeda dalam menanggapinya, apakah seseorang
itu cenderung bersikap positif ataukah negative. Menurut J.P. Chaplin (1999)
mengartikan sikap atau attitude sebagai satu predisposisil kecenderungan
yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku dan
bereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap pribadi lain, objek, lembaga,
Dari dahulu sampai sekarang, kehidupan manusia tidak lepas dari proses
berpikir. Hal itu merupakan sesuatu yang alamiah ada dalam dirinya.
Manusia merupakan satu dari beberapa mahluk yang diciptakan Tuhan
dengan suatu nilai tambah yaitu akal pikiran. Sejak lahir manusia dituntut
untuk langsung berpikir, dimana seorang bayi harus mengetahui siapa orang
tuanya. Tingkah laku manusia merupakan hasil konkrit dari pikiran manusia.
Dalam psikologi, ilmu yang memberi pengertian yang lebih baik mengenai
sebab-sebab orang melakukan sesuatu dan akan memberikan gambaran dan
pandangan tentang sifat dan reaksinya sendiri. Pikiran termasuk suatu
pendekatan dalam melihat suatu manusia. Manusia dianggap sebagai
pengelola informasi yang masuk dari interaksi lingkungan sekitar. Bahkan
menurut Psikologi, pikiran dijadikan konsepsi dasar dalam melihat manusia.
Dari sudut pandang inilah kemudian penulis mencoba menelusuri sikap yang
ditampilkan oleh para aktivis muslimat NU dan muslimah Hizbut Tahrir
Indonesia. Sikap dalah respon evaluatif individu jika dihadapkan pada suatu
stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual dalam bentuk nilai,
baik-buruk, positif-negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan yang
1995,15) Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul "Perbedaan Sikap aktivis muslimah NU dan muslimah Hizbut
Tahrir terhadap Poligami".
1.1
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasikan
masalah-masalah yang relevan dengan penelitian, yaitu:
1. Apakah ada perbedaan sikap pada aktivis muslimah NU dan Hizbut
Tahrir Indonesia terhadap poligami?
2. Katagori apa saja yang memiliki perbedaan sikap pad a aktivis
muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia terhadap poligami?
1.2
Batasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Batasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya kerancuan dalam permasalahan yang diteliti,
maka penulis mencoba membatasi permasalahan pada:
1. Sikap diartikan sebagai kecenderungan untuk berespon secara positif dan
negatif terhadap sesuatu.
2. Muslimah NU adalah wan ita muslimah yang tumbuh dalam lingkungan
Islam dan memiliki bekal pengetahuan agama yang berasaskan Islam
kalangan masyarakat pedesaan (pribumi) yang mempunyai landasan
yang kuat dan hidup dalam Iingkungan tradisi yang ketat. Sedangkan
aktivis muslimat Hizbut Tahrir Indonesia merupakan sekelompok
muslimah yang mempunyai kegiatan dawah islamiyah yang bersumber
murni dari AI-Qur'an saja, gerakan dawah ini merupakan gerakan yang
dibawa dari Palestina.
3. Poligami adalah perbuatan seorang laki-Iaki mengumpulkan dalam
tanggungannya dua sampai empat orang istri, tidak boleh lebih darinya.
1.2.2 Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
Apakah ada perbedaan sikap aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir
Indonesia terhadap poligami?
1.3
Tujuan dan Manfaat Pene/itian
1.3.1 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka maksud dan tujuan dari
penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan sikap pada
aktivis muslimah NU dan muslimah Hizbut Tahrir Indonesia terhadap
1.3.2 Manfaat
Manfaat Teoritis:
Dapat memperkaya khasanah keilmuan yang bisa dijadikan Iiteratur
tambahan pada berbagai bidang di psikologi, khususnya psikologi sosial.
Manfaat Praktis:
DJj)arapkan dari hasil penelitian ini sedikit banyaknya dapat memberikan
masukan dan gambaran kompeksitas problematika keluarga sehingga dapat
dijadikan masukan dalam pengambilan kebijakan baik dalam intansi
1.4 Sistematika Penulisan
Teknik penulisan dalam skripsi ini mengacu pada buku Pedoman
Penyusunan dan Penulisan SkripsiAPA Style yang diadaptasikan di Fakultas
Psikologi UIN Syahid Jakarta tahun 2005, dengan Sistematika penulisan
sebagai berikut:
BAB 1 : PENDAHULUAN meliputi; Latar belakang masalah, Identifikasi masalah, Batasan dan rumusan masalah, Tujuan dan manfaat
penelitian, dan Sistematika penulisan.
BAB2 : KAJIAN PUSTAKAmeliputi: Sikap, Definisi sikap, Komponen sikap, Proses pembentukan dan perubahan sikap, pengukuran
sikap, pengertian poligami, hukum poligami syarat-syarat poligami,
tinjauan psikologis terhadap poligami, kerangka berfikir.
BAB 3 : METODE PENELITIAN meliputi: Jenis penelitian, Identifikasi variabel penelitian, Subjek dan populasi penelitian, Metode
pengumpulan data, Prosedur penelitian dan Teknik analisa data.
BAB 4: HASIL PENELITIAN meliputi; Gambaran umum responden
penelitian, Deskripsi hasH penelitian, Presentasi data, dan Analisa
hasil penelitian.
2.1 Sikap
2.1.1. Pengertian Sikap
J.P. Chaplin (1999) mengartikan sikap atau attitudesebagai satu
predisposisil kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus
menerus untuk bertingkah laku dan bereaksi dengan suatu cara tertentu
terhadap pribadi lain, objek, lembaga, atau personal tertentu.
Sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu
terhadap hal-hal tertentu. Sikap dapat bersifat positif, dan dapat pUla bersifat
negatif. Dalam sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyenangi, mengharapkan objek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif
terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, dan tidak
menyukai objek tertentu. (Sarwono, 1996)
Crow & Crow (1958) sikap adalah perasaan yang dihasilkan dari suatu
pengalaman individu dan kebiasaan Iingkungannya.
Disimpulkan bahwa sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif
atau negatif terhadap obyek atau situasi secara konsisten. Atau dapat
dikatakan, sikap adalah konsep yang membantu kita untuk memahami
pencerminan atau manifestasi dari sikap yang sama. Sikap selalu
menggambarkan hubungan antara subyek dengan obyek. Tidak ada sikap
yang tanpa obyek. Obyek ini bisa berupa benda, orang, ideologi, nilai-nilai
sosial, lembaga masyarakat, dan sebagainya.
Oari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sikap adalah kesiapan
untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada
stimulus yang menghendaki adanya respon.
2.1.2 Komponen Sikap
Allport (1993) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen,
antaralain:
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3. Kecenderungan untuk bertindak
Mengikuti Konsepsi skema triadik struktur sikap terdiri atas komponen yang
saling menunjang yaitu komponen kognisi, afeksi, dan konasi/perilaku.
1. Komponen kognisi, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
benar bagi objek sikap yang mengandung pikiran,
kepercayaan/pengetahuan seseorang tentang objek sikap. Oi dalamnya
dalam pikiran dan sangat sulit menerima perubahan), rasionalisasi, dan
evaluasi mengenai hal tertentu
2. Komponen afeksi; emosi, perasaan/mood yang berhubungan dengan
objek sikap. Hal ini bisa dinyatakan dengan sukaltidak suka,
favorabel/unfavorabel dan negatif/positif.
3. Komponen konasi/perilaku, merupakan kesiapsediaan untuk bertingkah
laku/berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek
sikap yang dihadapinya. Termasuk didalamnya ada niat untuk bereaksi
yang tidak perlu diekspresikan dalam overt behavior. Sikap positif
terhadap objek tertentu menimbulkan kesiapsediaan untuk mendekati
objek tersebut dan juga sebaliknya.
Ketiga komponen sikap yang telah disebutkan diatas merupakan suatu
kesatuan yang akan dimunculkan berkaitan dengan adanya rangsangan yang
diterima individu. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan
perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Kecenderungan berperilaku
secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk
sikap individual, karena itu adalah logis untuk mengharapkan bahwa sikap
seseorang akan dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku terhadap objek
Tabel2.1
Konsepsi skema triadik mengenai sikap (diadaptasi dari Fishbein & Ajzan, 1975)
Variabel independen yang dapaf diukur Variable intervening Variable dipenden yang dapat diukur j---,
: KOGNISI セ
セMMMMMMMMMMMMMMセ STIMULI (individu, situasi, sosial, kelompok sosial, objek lainl1ya isyu dan sikap j---,
: AFEK :
イMMMMMMMMMMMMセ セ
1 l セ
,,
,
,,,,
,
,
,
1---..1--- ...: SIKAP
i
Mセ I
セMMMMMMLNN I
,,
---,
,
,
MMMMMMMMMMMMMセ PERlLAKU
:..--セMMMMMMMMMMMMMMセ
Respol1 syarat sirnpatik Pemyataan !isan tentang afek Respons perseptual Pemyatan !isan tel1tang keyakinan Tindakan yang tampak Pemyataan !isan mengel1ai perilakuBerdasarkan uraian definisi sikap diatas, maka definisi sikap yang digunakan
pada penelitian ini adalah definisi sikap dari kelompok pemikiran ketiga.
Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan
konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan
berperilaku terhadap suatu objek. Munculnya fenomena sikap untuk menjadi
afektif, dan konatif. Dalam hal ini sikap seseorang terhadap suatu tindakan,
yaitu sikap poligami. Melihat betapa pengaruhnya istri yang di poligami itu,
sehingga tertanam dalam benak seseorang istri untuk cenderung mempunyai
sikap pada suami yang berpoligami, peTtarnapada tingkatan kepercayaan
terhadap poligami, kedua mengadakan evaluasi terhadap poligami yakin dan
percaya bahwa poligami pada dasar nya itu mengandung unsur persuasif
berupa realitas yang dapat dipercayai dan untuk melakukan penilaian
(evaluasi) terhadap poligami itu sendiri, maka tingkatan akhir pada perilaku
poligami yaitu maksud untuk menyikapi suami yang berpoligami.
Semakin kompleksnya situasi dan kondisi, semakin banyak pula faktor yang
menjadi pertimbangan bagi seseorang untuk bisa percaya sekaligus
mengevaluasi, dan mengartikan sesuatu terhadap objek sikap.
Inferensi atau penyimpulan mengenai sikap harus didasarkan pada suatu
fenomena yang diamati dan diukur. Fenomena ini berupa respon terhadap
poligami pada sikap aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia,
objek sikap dalam berbagai bentuk. Analisis terhadap berbagai respon
Tabel. 2.1.2 Respon penyimpulan sikap
(dari Rosenberg & Hovland, 1960 dalam Ajzen, 1988)
Kategori respon Tipe respon
Kognitif Afektif Konatif
Verbal Pernyataan Pernyataan Pernyataan
keyakinan perasaan terhadap intensi perilaku
mengenai objek objek sikap
sikap
Non-Verbal Reaksi perseptual Reaksi fisiologis Perilaku-tampak
terhadap objek terhadap objek sehubungan
sikap sikap dengan objek
sikap
Respon kognitif verbal merupakan pernyataan mengenai apa yang dipercayai
dan diyakini mengenai objek sikap. Dan respon kognitif yang non verballebih
sullt untuk Cliungkap disamping informasi tentang sikap yang diberikan lebih
bersifat tidak langsung. Untuk mengungkap bagaimana sikap seseorang
terhadap prilaku maka perlu memperhatikan reaksinya terhadap sikap itu
Respon afektif verbal dapat dilihat pada pernyataan verbal perasaan
seseorang mengenai suatu objek sikap. Respon afektif non verbal berupa
reaksi fisik seperti ekspresi/mimik wajah, tersenyum, gerakan tangan, dan
lain -lain, sebagainya yang dapat menjadi indikasi perasaan seseorang
apabila dihadapkan pada objek sikap.
Respon konatif pada dasarnya merupakan kecenderungan untuk berbuat.
Dalam bentuk verbal, intensi sikap terungkap lewat pernyataan keinginan
melakukan/kecenderungan untuk melakukan.
Bila konsistensi sikap aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia
terhadap poligami dan perilaku dilihat dari arti korelasional antara keduanya,
maka hasil studi akan memperlihatkan bahwa adanya hubungan sikap dan
perilaku poligami, apabila pengukuran sikap itu berkaitan erat dengan macam
atau jenis perilaku yang bersangkutan.
Kaitan perbedaan individual dalam memahami sikap, maka sikap dapat
memiliki fungsi yang berbeda bagi setiap orang. Pertama, sikap memiliki
fungsi pengetahuan (knowledge function). Dengan sikapnya seseorang akan
mampu mengorganisasikan dan menginterpretasikan berbagai macam
informasi yang ia terima. Kedua, sikap memiliki fungsi ekspresi diri (self
atau keyakinannya. Ketiga, sikap dapat berfungsi sebagai sarana
peningkatan harga diri (self esteem), dapat menentukan komunikasi dan
penerimaan yang tepat dengan memberikan pesan persuasi yang berisi
informasi yang relevan bagi fungsi sikap yang bersangkutan.
2.1.3 ProsesPembentukan dan Perubahan Sikap
Menurut Sarwono (1996) proses pembentukan dan perubahan sikap dapat
terbentuk atau berubah melalui empat macam cara:
1. Adopsi
Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan
terus-menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu
dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap
2. Diferensiasi
Berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan
bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis,
sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. Terhadap objek tersebut
dapat terbentuk sikap
3. Integrasi
Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai
pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu, sehingga akhirnya
4. Trauma
Pengalaman tiba-tiba, mengejutkan, kesan mendalam pada jiwa orang yang
bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga
menyebabkan terbentuknya sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap (Sarwono, 1996) yakni:
1. Faktor Intern
Yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti
selektifitas. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsang dari luar melalui
persepsi kita, oleh karena itu kita harus memilih rangsang-rangsang mana
yang akan kita dekati dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh
motiv-motiv
dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita. Karenaharus memilih inilah kita menyusun sikap positif terhadap suatu hal dan
membentuk sikap negatif hallainnya.
2. Faktor ekstern
Selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri, rnaka pembentukan
sikap ditentukan pula oleh faktor-faktor yang berada di luar, yaitu:
a. Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap
b. Kewibawaan orang yang mengemukakan
c. Sifat orang·orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
e. Siluasi pada saat sikap ilu dibentuk.
Dalam halini faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan
sifat menurut Azwar (2007) :
Hal-hal yang berperan dalam pembentukan sikap yakni:
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang dialami oleh seseorang akan ikul membentuk
dan mempengaruhi penghayatannya terhadap stimulus sosia!.
Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses
komplek dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkulan,
siluasi dimana tanggapan itu terbenluk dan Giri-ciri objeklif yang dimiliki
oleh stimulus. Sikap akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
yang terjadi dalam situasi yang melibalkan faktor emosi.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penling
Orang lain yang berada disekitar merupakan salah satu dianlara
komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap. Apalagi ketika
seseorang yang berada disekitar itu dianggap penling dan diharapkan
perselujuannya. Biasanya orang yang dianggap penling bagi individu
adalah orang lua, orang yang slalus sosialnya lebih linggi, lemen sebaya,
leman dekal, suami dan istri.
Pembentukan sifat juga sangat dipengaruhi oleh kebudayaan. Ketika
budaya dalam suatu tempat mempunyai peraturan norma yang longgar,
maka budaya kebebasan akan semakin besar. Begitu juga ketika budaya
dalam suatu tempat itu mempunyai peraturan norma yang ketat, maka
budayakebebasan akan semakin sempit. Tetapi seberapapun besarnya
pengaruh kebudayaan terhadap sikap, kepribadian individu yang telah
mapan dan kuatlah yang mendominasi pembentukan sikap individual.
4. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, media massa berpengaruh besar
membentuk opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi,
media massa membawa pesan-pesan dan sugesti yang mengarahkan
opini seseorang. Informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup
kuat akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga
terbentuklah arah sikap tersebut.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Kedua lembaga tersebut mempunyai pengaruh dalam pembentukan
sikap, sebab keduanya meletakan dasar pengertian dan konsep moral
dalam individu. Konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan
gilirannya konsep tersebut berpatisipasi dalam pembentukan sikap
individu terhadap suatu hal.
6. Faktor emosional. Terkadang sikap merupakan pernyataan yang disadari
oleh ernosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustrasilpengalihan
bentuk rnekanisme pertahanan ego. Suatu saat sikap sementara bisa
berubah menjadi permanen. Contoh bentuk sikapfairyang didasari oleh
faktor emosi adalah prasangka dan prasangka didefinisikan sebagai sikap
yang tidak toleran, tidakfairl tidak favorabel terhadap sekelompok orang.
Studi Hovland dkk. (1981) beranggapan bahwa efek suatu komunikasi pada
suatu pesan dalam hal tertentu berupa perubahan sikap tergantung pada
sejauh mana komunikasi itu bisa mempengaruhi sikap seseorang untuk
dapat berespon/merubah sikap yang sudah ada.
Skema 2.1.3.
Langkah-Iangkah perubahan sikap (model Hovland dalam Deaux, 1981)
Stimulus
"
7Perhatian
Pemahaman
,
Penerimaan Respons - Perubah an Sikap
Suatu prilaku poligami yang persuasif akan lebih efektif bila ada perhatian,
pemahaman, dan penerimaan pada stimulus yang ada terhadap objek sikap
yang berupa respon. Gordon W. Allport (1935, dalam buku Bahasan Dasar
Psikologi) dan David Krech beserta Richard S. Cruthfield. Allport melihat
sikap sebagai:
"amental and neural state of readiness, organized through experience,
exerting
a
directive or dynamic influence upon the individual'sresponse to all objects and situations with which it is related".
"Status kesiapan mental dan neural, terorganisir melalui pengalaman,
menghasilkan pengaruh direktif atau dinamis atas respon individu kepada
semua objek dan situasi yang saling berhubungan"
Dalam memandang atau mengetahui asal usul sikap aktivis muslimah NU
dan Hizbut Tahrir Indonesia diperlukan unsur perhatian, pemahaman, dan
penerimaan yang akan menghasilkan uraian sikap sebagai respon, baik
perubahan sikap dari negatif ke positif, atau sebaliknya yang terjadi akibat
stimulus yang diberikan.
2.1.4 Pengukuran Sikap
Sikap merupakan konstruk hipotesis yang harus diinferensikan dari
observasi langsung, sikap hanya dapat diukur berdasarkan inferensi yang
didapat dari respon-respon individu terhadap objek.
Skala sikap merupakan cara paling umum yang digunakan untuk mengukur
sikap. Dalam skala sikap, seseorang menyatakan persetujuan atau
ketidaksetujuannya terhadap sejumlah pernyataan dalam beberapa skala
point berkisar antara "sangat setuju" sampai "sangat tidak setuju". Dengan
cara ini respon terhadap tiap pernyataanlitem mengindikasikan arah dan
derajat sikap.
Ada beberapa skala sikap dalam tipe maupun metode konstruksinya, tetapi
tujuan selalu sama, yaitu menempatkan individu kedalam posisi numerik
dalam suatu kontinum. Adapun pengembangan skala sikap membutuhkan
seleksi item-item relevan yang harus membedakan antara individu dengan
posisi sikap yang berbeda. HUbungan diagnostik antara item dengan
manifest content yang langsung berhubungan dengan objek sikap.
Tetapi dapatjuga dibuat item sisa yang tidak mengandung hubungan
langsung dengan objek sikap dari individu yang cenderung akan
mempengaruhi penilaian terhadap berbagai hal yang hanya berhubungan
tidak langsung dengan objek sikap yang ingin diukur. Karena sifat
mempengaruhi penilaian terhadap berbagai hal yang hanya berhubungan
tidak langsung dengan obyek sikap yang ingin diukur. (Azwar,2007).
2.2
POLIGAMI
2.2.1 Pengertian Poligami
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian
poligami adalah "Ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau
mengawinibeberapa lawan jenis dalam waktu yang bersamaan dan
berpoligami berarti menjalankan (melakukan) poligami".
Khozin Abu Faqih Le, (2006) menyatakan bahwa poligami adalah perkawinan
yang dilakukan seorang laki-Iaki lebih dari satu istri dengan batasan sampai
empat. Dari beberapa pendapat seeara keseluruhan konsep poligami telah
ada sejak zaman nabi sebelum Nabi Muhammad Saw, beberapa tahun silam
(sebelum datang zaman) dijazirah arab poligami adalah suatu kebebasan,
dimana seseorang pemimpin suku biasa memiliki lebih dari satu isteri bahkan
bisa puluhan.
Khozin Abu Faqih Le, (2006) berpendapat bahwa "Ta'addud az-Zauja
tanggungannya dua sampai empat orang istri, tidak boleh lebih darinya.
Sesuai Firman Allah.
"Bismillahirrahmanirahim"
"Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adi/ terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi:dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adi/[265], Maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya".
Berlaku adil terhadap para istri adalah syarat utama untuk dibolehkannya
poligami, maka seorang suami harus yakin akan kemampuannya dalam
berbuat adil sebelum memutuskan untuk poligami.
Poligami pada hakekatnya merupakan bentuk pengunggulan kaum laki-Iaki
dan penegasan bahwa fungsi istri dalam perkawinan adalah hanya untuk
melayani suami. Ini bisa terlihat dari alasan yang dapat dipakai oleh
Pengadilan Agama untuk memberikan izin suami melakukan poligami
(karena istri cacat badan, tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri
dan tidak dapat melahirkan keturunan).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bawa sikap tentang
poligami dalam berbagai penjelasan dan sikap dapat dilihat kembali dalam
hukum agama Islam poligami itu di perbolehkan oleh Allah tentu karena
dan ukhrowi manusia. Allah lebih mengetahui apa yang baik untuk manusia
dari pada pengetahuan manusia terhadap dirinya sendiri.
2.2.2 Hukum Poligami
Hakikat prinsip pernikahan dalam Islam adalah monogami, sedangkan
poligami hanyalah pintu darurat yang sewaktu-waktu dapat terbuka jika
memang sangat diperlukan. Menurut pendapat Arij Abdur Rahman as-Sanan
(2003:25), hukum poligami sama seperti halnya nikah, ada wajib, sunah, atau
makruh, sesuai dengan keadaan seseorang.
Pada dasarnya poligami itu hukumnya mubah (boleh) seperti yang
disyaratkan ayat 3 surat Anisa. Ayat ini menjelaskan kehalalan poligami
dengan syarat dapat berlaku adil. Jika syarat ini tidak dipenuhi, dimana
seorang suami yakin bahwa ia akan terjatuh kepada kedzoliman dan
menyakiti istri-istrinya, maka poligami menjadi haram. Namun jika ia yakin
akan terjatuh perbuatan zinah jika tidak berpoligami, maka poligami menjadi
wajib.
2.2.3 Syarat-syarat Poligami
Pad a dasarnya syarat poligami sama dengan monogami namun utamanya
adalah:
Islam hanya memperbolehkan seorang laki-Iaki melakukan poligami
dengan empat orang istri.
2. Adil terhadap semua istri
Allah telah memerintahkan lelaki yang ingin berpoligami agar berlaku
adil. Jika kamu khawatir tidak dapat berlaku adil terhardap empat istri,
nikahilah tiga saja, jika kamu tidak mampu, dua saja, dan jika tidak
sanggup, nikahilah satu istri saja atau hamba-hamba sahaya yang kamu
miliki.
Adil yang harus dimiliki oleh laki-Iaki ketika berpoligami adalah bukan
cuma adil dalam pembagian harta, melainkan juga dalam membagi giliran
(batiniyah). Pria yang beristri lebih dari satu juga tidak boleh menyatakan
cenderung cintanya pada salah seorang diantara mereka secara
mencolok sehingga menimbulkan kecemburuan.
3. Mampu memberikan nafkah
Artinya sudah mempunyai penghasilan yang cukup apabila dibagikan
kepada para istri.
2.2.4 Tinjauan Psikologis Terhadap Poligami
Bertutur tentang poligami, maka kaum lelaki yang paling bersemangat
menyampaikan argumen dan pembenaran. PadahaI dari contoh yang
dilakukan Rasulullah hampir semua isteri yang dinikahi Rasulullah sebagai
Menejelaskan terjadinya proses poligami dari sisi psikologis. Rasionalitasnya
dalam menyampaikan contoh sangat menggelitik. Salah satu contohnya
adalah : amati foto di rumah makan Ayam Bakar "Wong Solo", maka anda
akan mengamati expressi wajah Puspowardoyo yang tersenyum, namun
keempat istrinya murung.
Dalam proses bercinta, orang akan melewati proses sensasi psikologis,
hingga sampai ke tataran obsesi. Jadi untuk memutuskan menikahi
seseorang, proses ini akan selalu dilewati. Jadi mungkinkah seorang
berpolygami hanya semata-mata alasan untuk membantu janda-janda
terlantar.
Poligami menimbulkan permusuhan, kebencian, dan pertengkaran antara
para istri dan anak. Efek psikologis bagi anak-anak hasil pernikahan poligami
sangat buruk: merasa tersisih, tak diperhatikan, kurang kasih sayang, dan
dididik dalam suasana kebencian karena konflik itu. Suami menjadi suka
berbohong dan menipu karena sifat manusia yang tidak mungkin berbuat
adil.
Dalam kerangka psikologi, maka locus of controlapa yang bekerja pada diri
atau umat yang menjalani suatu keyakinan Internal atau eksternal, setiap diri
Tidak ada rumus baku dalam kategori insani, yang berlaku adalah
kecenderungan yang relatif stabil hingga membentuk suatu atribusi, ketika
kita cenderung menyalahkan banyaknya jajanan yang berentet di tengah hari,
maka locusofcontroleksternallah yang mewujud. (sumber: Harian Kompas,
Senin, 21 September 2004.)
Fenomena muslim fundamentalis telah kita dekati dari sisi ideologisnya.
Sebab mereka mengaku bahwa faktor keimanan atau ideologi agamalah
epistemologi dan motor penggerak pikiran dan tindakan mereka.
.
Dari pendekatan tersebut teraih sebuah kesimpulan bahwa tindakan radikal
muslim fundamentalis timbul dari pikiran radikal. Dan pikiran radikal mereka
muncul dari suatu landasan berpikir yang didekati dengan metode berpikir
ekstrim.
Jadi, kemunculan kelompok muslim fundamentalis tak hanya timbul karena
faktor ideologis saja, seperti yang disebutkan muslim fundamentalis. Faktor
realitas sosial juga punya andil besar dalam 'mengorbitkannya'. Bahkan ia
mungkin mendahului faktor ideologis.
faktor psikologis merupakan faktor lain yang cukup berperan dalam
memunculkan fenomena muslim fundamentalis di samping beberapa faktor
Keanggotaan kelompok adalah faktor yang penting sekali bagi Iingkungan
sosial individu baik aktivis muslimah NU dan aktivis muslimah Hizbut Tahrir
Indonesia. Diantara karakteristik individu yang ditemukan berkaitan dengan
perlawanan terhadap pengaruh kelompok pada perilaku adalah harga diri
yang tinggi, nilai-nilai kuat yang mengatasi norma kelompok, dan rasa
percaya diri sendiri terhadap pengetahuan dan kemampuan pribadi.
Pada dasarnya kekuatan psikologis yang menyebabkan seseorang
memenuhi atau menyesuaikan diri dengan suatu norma adalah gabungan
yang rumit antara motivasi individu dan harapan kelompok. Karakteristik
individu tertentu, jika digabungkan dengan faktor situasi tertentu
menghasilkan tanggapan yang ingin bebas atau bahkan anti penyesuaian
terhadap usaha pengaruh kelompok.
Studi klasik yang dilakukan Schachter ( 1951 ) menunjukkan adanya pola
tertentu, dimana selama waktu tertentu si penyimpang menjadi pusat
perhatian kelika anggota kelompok mencoba mempengaruhinya untuk
mematuhi norma kelompok.
Membahas akan bagaimana sikap aktivis muslimah NU dan aktivis muslimah
secara kasat mata, Sebagai muslimah terkadang tidak mudah untuk
menerima suami menduakan diri ini dengan yang lain, bahkan sampai tiga
atau empat istri. Karena memang kodrat wan ita untuk menyayangi suami
sepenuh jiwa dan raganya. Namun sebagai muslimah, wan ita pun
sepenuhnya harus menyadari bahwa hukum Allahlah yang terbaik untuk
manusia itu sendiri.Sedangkan wanita dipengaruhi sifat emosional yang
dapat dipakai sebagai modal untuk melaksanakan tugas yang menuntun
ketabahan dan melakukan segala sesuatu untuk dapat menjadi seorang ibu
untuk suami dan anak-anaknya. Wan ita pun bersifat penuh kesabaran
ketelitian, perasaan yang halus dan sifat sifat inilah yang dibutuhkan merawat
dan membesarkan anak mulai dari lahir sampai menjadi manusia.
Maslow mengemukakan dalam teori nya yang dikenal dengan teori
kebutuhan Maslow; bahwa manusia pada prinsipnya memiliki lima tingkatan
kebutuhan, dari kebutuhan psikologi (psikological needs) seperti : sandang,
pangan, papan sampai kebutuhan untuk pengaktualisasian diri
(self-actualization needs).
Dengan adanya pOligami masalah yang timbul (dampak negatif pOligami)
2.3 Kerangka Berpikir
Poligami hingga saat ini masih menjadi salah satu pembahasan yang menjadi
kontraversi antara aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia,
perbedaan pendapat dan pemahaman seperti ini tetap menjadi landasan dari
masing-masing argument untuk memberi pernyataan sikap terhadap
poligami, bagaimana keduanya lebih cenderung pada sikap untuk
membolehkan poligami atau tidak.
Muslimah yang mendukung dan muslimah yang tidak mendukung adanya
poligami merupakan pro dan kontra dalam kehidupan era zaman moderen ini.
Beberapa pendapat yang mendukung poligami adalah melakukan berdasar
pada hukum-hukum yang menjelaskan hal ini dalam Islam, dan beberapa
golongan yang kurang mendukung adalah mengambil gambaran dari
bukti-bukti nyata dalam kehidupan yang menghasilkan kisah-kisah tidak baik
dengan adanya proses poligami, bagaimana keduanya lebih cenderung pada
sikap menerima untuk memperbolehkan poligami atau tidak.
Dimata masyarakat tidak sedikit kehidupan rumah tangga yang melakukan
poligami, baik itu kehidupan rumah tangga tetap baik atau pun mengalami
perubahan kearah positif atau berubah menjadi yang buruk. Tentu dari
dengan pebedaan karakter yang berbeda dari seorang aktivis muslimah yang
menpunyai pandangan berbeda terhadap poligami.
Dengan berdasrkan pendapat tersebut, kami penulis berusaha untuk meneliti
faktor-faktor apa saja kiranya yang berhubungan dengan sikap aktivis
muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia terhadap poligami, sehingga
kiranya mengetahui perbandingan sikap aktivis muslimah NU dan Hizbut
Tahrir Indonesia pada poligami.
Dalam hal ini penulis akan menjelasakan yang berkaitan dengan sikap,
norma sUbjektif dan intensi mau dipoligami, dijelaskan bahwa sikap adalah
keyakinan seseorang terhadap suatu objek sikap. Sikap ini merupakan dapat
berupa persetujuan atau tidak kesetujuan aktivis muslimah NU dan Hizbut
Tahrir Indonesia terhadap poligami.
Hal ini merupakan proses intrgrasi yang didapat dan disertai evaluasi oleh
aktivis muslimah NU dan Hizbut Tahrir Indonesia terhadap poligami, oleh
karena itu sikap poligami yang cenderung positif dapat menjadikan
Muslimah
NU
Perbedaan Sikap
Muslimah
HTI
2.4 Hipotesis
Terhadap Poligami
Hipolesis dalam penelilian ini adalah :
Ha :Ada perbedaan sikap aklivis muslimah NUdan allivis muslimah HTI
yang signifikan lerhadap poligami.
Ho : Tidak ada perbedaan sikap aklivis muslimah NU dan alIivis muslimah
3.1. Jenis Pene/itian
3.1.1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelilian ini adalah pendekatan kuantitatif, di mana
penelitian bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau
nilai, peringkat, atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan
statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya
spesifik
3.1.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode deskripsi korelasi, yaitu metode
penelitian yang diadakan untuk menaksir dan melihat perbandingan sikap
pada 1 variabel, yaitu pada variabel aktivis muslimah NU dan Hizbut tahrir.
3.2. Variabel Penelitian 3.2.1. Definisi Variabel
Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau
sifat yang berdiri sendiri-sendiri. Kerlinger (1973, dalam Sevilla, dkk, 1993)
menyebutkan bahwa variabel sebagai konstruk atau sifat yang diteliti. Dalam
penelitian ini dilibatkan dua jenis variabel yaitu, variable bebas(independent
variable) dan variabel terikat(dependent variable). Yang menjadi variabel
bebas dalam penelitian ini adalah sikap terhadap poligami. Sedangkan
variabel terikatnya adalah aktivis muslimah NU dan Hizbut tahrir .
3.2.2. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini definisi operasional yang dipakai untuk kedua variabel
adalah sebagai berikut :
Definisi Operasional sikap terhadap poligami
Dalam arti yang sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental,
skor yang di dapat dari responden Aktivis muslimah NU dan HTI terhadap
poligami yang di ukur dengan katagori di bawah ini:
Fakta dari hasil penelitian berdasarkan dengan teori Allport (1993) yang
menyatakan bahwa sikap di bentuk oleh banyak hal seperti :
1. Pembentukan sikap tidak terjadi begitu saja, melainkan melalui kontak
sosial terus-menerus antara individu dengan individu lain di sekitarnya.
Dalam hubungan ini, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap
adalah:
1. Faktor Intern, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu,
seperti selektivitas. Penyelesaian (selektivitas) diperlukan karena
rangsang yang datang dari luar (lingkungan) tidak seluruhnya diserap oleh
mana yang akan "diperdalam" dan rangsang-rangsang mana yang tidak
ingin "diperdalam". Pemilihan-pemilihan ini biasanya dipengaruhi oleh
motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri
seseorang.karena harus memilih maka seseorang harus
mengembangkan sikap yang positif terhadap suatu hal, dan
mengembangkan sikap yang negatif terhadap hallainnya.
2. FaktorEkstern, adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu.
Faktor-faktor ini antara lain:
a. Sifat obyek yang dijadikan sasaran sikap.
b. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap.
c. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut.
d. Media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan sikap.
e. Situasi pada saat sikap itu dibentuk.
2. Seperti yang dikemukakan Allport (1993) dalam buku Bahasan Dasar
dalam Psikologi, sikap memiliki komponen utama, yaitu :
a. Komponen Kognitif.
pengetahuan, ataupun keyakinan dari subyek terhadap obyek sikap.
b. Komponen Afektif.
Komponen afektif dari suatu sikap meliputi emosi ataupun perasaan
subyek terhadap obyek sikap, dengan adanya komponen ini sikap
dapat dirasakan sebagai suatu hal yang menyenangkan atau bahkan
tidak menyenangkan.
c. Komponen Perilaku.
Sedangkan sikap tentang poligami sendiri merupakan masalah dari respon
individu yang didapat dari fenomena atau kejadian sekitar wilayah tentang
poligami, bemacam pendapat dan menyikapi permasalahan tentang poligami,
penulis sangat ingin mengetahui beberapa pendapat yang berbeda darl
aktivis muslimah NU dan Hizbut tahrir terhadap poligami.
3.3.
Pengambilan Sampel3.3.1.
Populasi dan SampelGay (1976) mendefinisikan populasi sebagai kelompok dimana peneJiti akan
menggeneralisasikan hasil penelitiannya (Sevilla, 1993). Sedangkan mi:lOurut
Kerlinger seperti yang dikutip Sevilla bahwa populasi adalah keseluruhan
Dalam penelitian ini populasinya yaitu aktivis muslimah NUdan aktivis muslimah Hizbut Tahrir Indonesia, untuk NU di Gandaria selatan dan untuk Hizbut Tahrir Indonesia di Ciputat.
Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang didapat dari
populasi (Sevilla,
1993).
Sampel penelitian ini adalah aktivis muslimah NU dan Hizbut tahrir yang sudah berkeluarga dan dapat menjawab angket ataukomunikatif (bisa baca tulis), berusia antara 30 sampai dengan 50 tahun,
adapun jumlah populasi sempel yang akan di teliti 60 yang dibagi 30 untuk
aktivis muslimah NU dan 30 untuk Hizbut tahrir.
3.3.2. Teknik Pengambilan Sampel
Proses yang meliputi pengambilan sebagian dari populasi, melakukan
pengamatan pada populasi secara keseluruhan disebut dengan
sampling/pengambilan sampel (Sevilla, 1993).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini secara randomatau acak yaitu
suatu metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap
anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan
penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang
Teknik yang dipakai dengan undian.
Fox
(1969) menyebutnya denganFishbowl (Sevilla, 1993). Menurut Husain Usman dan Purnomo Akbar (2000: 181) ciri utama sampling ini setiap unsur dari keseluruhan populasi
mempunyai kesempatan yang sarna untuk dipilih. Kelebihan dari teknik ini
adalah anggota sampel mudah dan cepat diperoleh, sedangkan
kelemahannya adalah terkadang tidak mendapatkan data yang lengkap dari
populasinya. Tekniknya dilakukan dengan menuliskan seluruh nama"nama
anggota populasi kemudian mengundinya tanpa pengembalian, artinya nama
.
anggota yang sudah diambil tidak dikembalikan kembali ke dalam kotak
undian.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan skala berbentuk pertanyaan tertutup (Close
Question). Pertanyaan tertutup merupakan pertanyaan yang pilihan
jawabannya tersedia. Kemungkinan jawaban dipersempit dan diberi pola atau
kerangka susunan terlebih dahulu. Hal ini dapat berfungsi untuk memperjelas
dimensi apa yang dicari dalam penelitian, sehingga akan mendorong sampel
untuk memutuskan pilihan jawaban ke satu arah saja. Selain itu keuntungan
lainnya adalah hasilnya dapat dengan mudah dan cepat dianalisa
(Koentjaraningrat, 1994 : 185). Adapun skala yang dipakai dalam penelitian
Tabel3.1
Skala sikap terhadap poligami
No
Faktor Indikator1 Kognitif
•
Respon2 Afektif
•
Emosional3
Konatif•
kecenderunganPada masing-masing skala-skala tersebut terdapat pertanyaan yang
mendukung (favorable) dan pertanyaan yang tidak mendukung (unfavorable).
Pengukuran tersebut berdasarkan Skala Likert dari empat kategori jawaban,
yaitu: sangat setuju, setuju,tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk lebih
[image:53.544.39.445.358.676.2]jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel3.2
Tabel skoring jawaban : Alternatif
Favorable
UnfavorableJawaban
Sangat setuju
4
1Setuju
3
2Tidak setuju 2
3
Tabel3.3
Skala sikap aktivis muslimah terhadap poligami
Pernyataan Jumlah
No Faktor Indikator
Fav Unfav To V
1 Kognitif
•
Dapat berkomunikasi 1,* 2, 3, 6*, 7*,dengan bermacam- 4,5* 8* ,9,
macam orang 10*
•
Memiliki orientasi 11*, 12*, 16*, 17,aktif terhadap 13*, 14, 18*,19*,
kehidupan 15*,26*, 20, 21
•
Bertindak dengan 27,28, 22*,23*,cara yang dihargai 29*,30* 24*,25
2
Afektif•
Memberikan 31*,32, 36,37,informasi tentang diri 33*,34*, 38*,39,
•
Kepercayaan 35, 43*, 40*,41, [image:54.522.18.475.125.541.2]3 Konatif
•
Memberikan 46, 47*, 51*,52,perhatian dalam 48, 49*, 57,58*
mendengar
•
Melakukan 50, 53*, 59*, 55parapharase 44, 54*,
•
Tidak memotongpembicaraan
•
Berespons secaratepat 56*, 60*,
Jumlah
30
30
60
Oari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 60 item skala sikap aktivis
muslimah terhadap Poligami terdapat 39 item yang valid, yaitu nomor 1,2, 3,
4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,23,24,25, 26, 29, 33, 34,
36, 38, 39, 42, 43, 44, 46, 50, 59, 61, 62, 63, 64, 66,67,68, 70. Ke-39 butir
pernyataan yang valid tersebut selanjutnya digunakan sebagai item
penelitian.
3.5. Teknik Uji Instrument
Oi dalam penelitian harus digunakan alat ukur yang valid dan reliable, agar
kesimpulan dalam penelitian yang diperoleh tidak memberikan gambaran
validitas dan reliabilitas dari kedua alat ukur dalam penelitian ini dilakukan
sebelum diadakan pengambilan data. Pengujian alat ukur ini dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana dapat mengungkapkan hal-hal yang
semestinya diukur dari suatu variabel.
3.5.1.
Uji Validitas SkalaValiditas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi
ukurnya Suatu alat ukur dapat dikatakan mempunyai validitas tinggi, apabila
alat tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur
yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Untuk
menguji validitas skala psikologi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik analisa KoreJasi Product Moment Pearson Koefisien KoreJasi Product
Moment Pearson:
=
Angka indeks korelasi product momentN
L: XY
L:X
L:Y
=
Jumlah sampel=
Jumlah asli perkalian antara X dan Y=
Jumlah seluruh skor itemUji coba terhadap 60 item dan instrumen orientasi religius menghasilkan 39
item yang valid. Sedangkan 21 item lainnya tidak valid. Seluruh item valid
digunakan sebagai alat ukur penelitian. Adapun nomor-nomor item valid yang
digunakan terdapat dalam tabel dibawah ini.
Tabel3.4
HasH Uji Instrumen Skala Sikap Aktivis Muslimah Terhadap Poligami
No./tem rhltung rlabel Ketera No./tem rhllung rtabel Keterang
ngan an
Item 1 3.533 0.254 valid Item 31 3534 0.254 valid
Item 2 -4783 0.254 Tidak Item 32 1026 0.254 Tidak
valid valid
Item 3 .2559 0.254 Valid Item 33 5437 0.254 Valid
Item 4 .2124 0.254 Tidak Item 34 5532 0.254 Valid
valid
Item 5 .5678 0.254 Valid Item 35 2539 0.254 Valid
Item 6 .4290 0.254 Valid Item 36 -0329 0.254 Tidak
valid
Item 7 .4301 0.254 Valid Item 37 -.4370 0.254 Tidak
valid
[image:57.548.28.469.177.713.2]Item 9 .2816 0.254 Valid Item 39 2445 0.254 Tidak
valid
Item 10 .6073 0.254 Valid Item 40 4629 0.254 Valid
Item 11 .3872 0.254 Valid Item 41 0572 0.254 Tidak
valid
Item 12 3742 0.254 valid Item 42 2441 0.254 Tidak
valid
Item 13 4025 0.254 valid Item 43 5390 0.254 Valid
Item 14 1983 0.254 Tidak Item 44 -1383 0.254 Tidak
valid valid
Item 15 6066 0.254 Valid Item 45 5152 0.254 Valid
Item 16 4760 0.254 valid Item 46 1775 0.254 Tidak
valid
Item 17 2473 0.254 Tidak Item 47 3551 0.254 Valid
valid
Item 18 3752 0.254 valid Item 48 0066 0.254 T!dak
valid
Item 19 4766 0.254 valid Item 49 6153 0.254 Valid
Item 20 0021 0.254 Tidak Item50 2771 0.254 valid
valid
valid
Item 22 5639 0.254
valid
Item 52 2634 0.254Valid
Item 23 6146 0.254
valid
Item 53 3800 0.254valid
Item 24 3238 0.254
Valid
Item 54 4480 0.254Valid
Item 25 1177 0.254
Tidak
Item 55 1573 0.254Tidak
valid
valid
Item 26 5534 0.254
valid
Item 56 4549 0.254valid
Item 27 0051 0.254
Tidak
Item 57 1738 0.254Tidak
valid
valid
Item 28 0741 0.254
Tidak
Item 58 5076 0.254valid
valid
Item 29 5344 0.254
Valid
Item 59 3933 0.254valid
Tabel3.5
Revisi Blue Print Skala Sikap Aktivis Muslimah Terhadap Poligami
No Faktor Indikator Item Total
Favorable Unfavorable
1
Kognitif Dapat1,3,5
6,7,8,9,10
berkomunika
8
sidengan
bermacam-macam
orang
11,12,13,
16,18,19
8
Memiliki15,26
orientasi
aktif
terhadap
kehidupan
Bertindak
yang dihargai
2
Afektif Memberikan38
4
31,33,34
informasitentang diri
Kepercayaan
40
4
35,43,45
terhadaporang lain
3
Konatif Memberikan47,49
51,52,58
5
perhatian
dalam
mendengar
Tidak
53,
59,54
3
memotong
pembicaraan
Berespons
iセ
QセQY
13.
I
3.5.2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya,
maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok sampel yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Saifuddin
Azwar, 2002).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan ukuran reliabilitas denganAlpha
Cronbach.
Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach.
a
=
2(1-
s
セ ウセ
s
i )
== Varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2
==Varians skor skala
Untuk mengetahui reliabilitas skala sikap poligami dapat di Iihat pada
kaidah reliabilitas Guilford, seperti tabel dibawah ini:
Kriteria Koefisien Reliabilitas
Sangat Reliabel >
0,9
Reliabel
0,7 -0,9
CUkup Reliabel
0,4 - 0,7
Kurang Reliabel
0,2 - 0,4
Tidak Reliabel <
0,2
3.6.
Teknik Analisa DataPenelitian yang dilaksanakan ini adalah bersifat kuantitatif dan pengolahan
yang dengan analisis statistik, yakni menggunakan Untuk menentukan
besarnya validitas item-item yang telah diuji cobakan,
dari skala motif achievement, motif afiliasi dan motif power ini dilakukan
dengan menggunakan rumusAlpha Cronbach.
Dengan rumus :
a -
2 [1 - S
12+
S
22]- 2
Sx
a
=
Koefisien reliabilitasS12 dan S22 = Varians skor belahan 1 dan 2
Dan menggunakan teknik uji
t
untuk menghitung perbedaan (t-test) antarkelompok dengan penghitungan menggunakan perangkat lunak
SPSS 13,0
for Windows. Dengan rum us:
s- -
XI_X2t
=Perbedaan mean antar kedua kelompokXI =Mean (rata-rata) sampel1 (aktivis muslimah NU)
X 2
=
Mean (rata-rata) sampel 2 (aktivis muslimah Hizbut Tahrir Indonesia)s
-Xl-X,
=
Simpangan baku perbedaan rata-rata hitung sampel 1 dan 23.7 Prosedur Penelitian
3.7.1 Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penentuan variabel penelitian, perumusan masalah,
dan pelaksanaan studi pustaka untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teori yang tepat mengenai varia bel penelitian. Selanjutnya dilakukan
penyusunan instrumen penelitian dan dilakukan uji coba instrumen (try out)
un!uk menghasilkan instrumen yang valid dan reliabel.
3.7.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
instrumen kepada sampel yang telah ditentukan. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis dan diolah sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan
BAB4
HASIL PENELITIAN
4.1
Garnbaran Urnurn Responden
Berikut ini peneliti uraikan mengenai gambaran umum responden
berdasarkan usia. Responden dalam penelitian ini adalah aktivis muslimah
NU dan Hizbut tahrir sikap terhadap poligami.
4.1.1 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia
Dalam penelitian ini, sebanyak 60 Aktivis muslimah sebagai responden, 30
Aktivis Muslimah NU dan 30 Aktivis Muslimah HTI dapat dilihat dalam tabel
berikut:
Tabel4.1
Tabel Distribusi Sam pel Berdasarkan Usia
Aktivis NU Aktivis HTI Jumlah
USIA
N
% N % N %21 - 30 14 23% 15 25% 29 48%
31 - 40 10 17% 9 15& 19 32&
[image:66.534.36.435.70.524.2]Dilihat berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa Aktivis NU yang
berada pada usia 21 - 30 tahun sebanyak 14 orang (23%), usia 31 - 40
tahun sebanyak 10 orang (17%), dan usia 41 - 50 tahun sebanyak 6 orang
(10%). Keniudian diperoleh gambaran secara umum aktivis HTI yang berada
pada usia 21 - 30 tahun sebanyak 15 orang (25%), usia 31 - 40 tahun
sebanyak 9 orang (15%), dan usia 41 - 50 tahun sebanyak 6 orang (10%).
Bardasarkan table diatas terlihat bahwa untuk Aktivis NU yang berusia 21
-30 tahun (23%)lebih banyak dibandingkan usia yang lainnya. Sedangkan
untuk Aktivis HTI21 - 30 tahun sebanyak 15 orang (25%) lebih banyak
dibandingkan usia yang lainnya.
4.2
Penyajian dan Analisis Data
4.2.1 Uji Instrumen Penelitian
Uji persyaratan adalah syarat untuk melakukan analisa data yang lebih
mendalam. Uji persyaratan yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dengan
menggunakan SPSS versi 11.5.
4.2.2 Uji Normalitas
Jika data yang dianalisis berskala interval pada umumnya mengikuti asumsi
distribusi normal. Namun tidak mustahil suatu data tidak mengikuti asumsi
sudah bisa dikatakan normal atau mendekati normal (Singgih Santoso,
2008). Uji normalitas sampel atau menguji normal tidaknya sampel adalah
dengan mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang
akan dianalisis (Suharsimi, 2005). Dengan demikian, uji normalitas data dan
uji varians adalah hal yang lazim dilakukan sebelum sebuah metode statistik
diterapkan.
Adapun uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
Shapiro-Wilk. Uji Shapiro-Wilk adalah salah satu cara untuk menguji goodness offit
(keselarasan). Dalam hal ini digunakan untuk menentukan apakah distribusi
frekuensi pengamatan dari suatu variabel secara signifikan berbeda dari yang
diharapkan atau distribusi frekuensi teoritis. Sehingga hipotesis statistiknya
adalah distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi
frekuensi harapan (teoritis) (Sevilla, 1993). Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk
Gambar 1
Q-Q Plot Sikap Aktivis Muslimah Terhadap Poligami
3 . . - - - ,
i • 2
,
,
,
, 1
o
-1
-2