• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Metode Role Play dalam Meningkatkan Minat Belajar PAI Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Metode Role Play dalam Meningkatkan Minat Belajar PAI Siswa"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gealar Sarjana Pendidikan (S.Pd.I)

Disusun Oleh:

SITI HASANATUL MARDIAH NIM: 109011000120

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIFHIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Siti Hasanatul Mardiah, (109011000120) Implementasi Metode Role Playing

dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di SMPN 1 Cimarga Rangkas Bitung Lebak-Banten)

Kata Kunci: Metode Role-Playing dan Minat Belajar PAI siswa.

Penelitian ini berlatar belakang pada kenyataan bahwa dalam pembelajaran PAI, guru masih menggunakan metode ceramah, hal ini membuat siswa bosan dan tidak semangat belajar, sehingga minat belajar siswa sangat rendah. Di dalam kegiatan pembelajaran guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang menarik sehingga proses belajar siswa kurang kondusif.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus, data diambil melalui teknik pengumpulan data berupa data hasil observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan metode role playing, wawancara, dan angket minat belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari setiap siklusnya. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata pada penyebaran angket minat belajar siswa yaitu pada saat pra siklus, siklus I, dan siklus II, rata-rata persentase angket minat belajar PAI siswa, yang jumlah nilai angket minat belajar siswa terendah pada saat pra siklus sebesar 98% dengan jumlah nilai angket 34, untuk siklus I sebesar 106% dengan jumlah nilai angket 37, sedangkan untuk siklus II sebesar 120% dengan jumlah nilai angket 42. Dan untuk rata-rata persentase angket minat belajar PAI siswa, yang jumlah nilai angket minat belajar siswa tertinggi pada saat pra siklus sebesar 152% dengan jumlah nilai angket 53, untuk siklus I sebesar 175% dengan jumlah nilai angket 61, sedangkan untuk siklus II sebesar 183% dengan jumlah nilai angket 64. Sedangkan untuk skor rata-rata nilai terendah mengalami penurunan sebesar 12,8% ketika diterapkan metode role play, dan untuk skor rata-rata nilai tertinggi mengalami peningkatan sebesar 20,6% ketika diterapkannya metode role playing.

Jadi berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode role playing dapat meningkatkan minat belajar PAI siswa kelas VIII A di SMPN 1 Cimarga Lebak– Banten.

(6)

ABSTRACT

Siti Hasanatul Mardiah, (109011000120) Implementation Role Playing Methods in Improving Learning Interest in Islamic Education Students (Class Action Research in SMPN 1 Cimarga Rangkas Bitung Lebak, Banten).

Keywords: Role-Playing Methods and Interest in Learning PAI students.

This research background on the fact that the PAI learning, teachers still use the lecture method, it makes students bored and not the spirit of learning, so that students' interest is very low. In learning activities teachers do not use teaching methods that draw so that students' learning process less conducive.

This research is a classroom action research (PTK), which consists of two cycles, the data retrieved through the technique of data collecting observation data from student activity during the learning process by using role playing, interviews, and questionnaires interest in student learning.

The results showed an increase of each cycle. It is evident from the average value on student interest questionnaire, namely when the pre-cycle, the first cycle, and the cycle II, the average percentage of PAI student learning interest questionnaire, the total value of the lowest student interest questionnaire at the time of pre-cycle of 98% of the total amount of the questionnaire 34, for the first cycle of 106% to the total value of the questionnaire 37, while for the second cycle of 120% with the total value of the questionnaire 42. And to the average percentage interest in learning PAI student questionnaire, which is the total value of student interest questionnaire highest during the pre-cycle of 152% with a total value of 53 questionnaires, for the first cycle of 175% with a total value of 61 questionnaires, while for the second cycle of 183% with the total value of the questionnaire 64. as for the average score of the lowest value decreased by 12.8% when applied method of role play, and to the average score of the highest value increased by 20.6% when applying the method of role playing.

So based on these results it can be concluded that the application of the method of role playing can increase interest in learning PAI A class VIII student at SMPN 1 Cimarga Lebak- Banten.

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas. Shalawat dan Salam senantiasa menyelimuti baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, sahabat, dan pengikut sampai akhir zaman.

Selama penulisan skripsi yang berjudul Implementasi Metode Role Playing dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan

hambatan yang dialami. Namun berkat kerja keras, doa dan kesungguhan hati serta dukungan dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini, semua dapat teratasi. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag, Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Marhamah, Lc, MA, Sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dra. Manerah., Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan dalam membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan skrpsi ini dengan sebaik-baiknya.

6. Rosman Farisi, M.Pd., Kepala sekolah SMP Negeri 1 Cimarga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.

(8)

8. Siswa-siswi kelas VIII A SMP Negeri 1 Cimarga yang telah bersedia sebagai subyek dalam Penelitian Tindakan kelas.

9. Kedua orangtua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan dukungan secara moril dan materil, doa yang tak pernah putus untuk penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang mereka berikan kepada penulis.

10.Kakakku Endang Susmiati, dan Siti Khodijah serta adikku Muhammad Baharudin Azis, kakak ipar ku Deni Setiawan dan Agus Yanto terima kasih atas doa dan dukungannya selama ini,. Dan tidak lupa juga buat semua keponakan ku Luthfansha Agri Femousa Setiawan (sipit), Nafriza Alkhuwarizma (unyu), Siti Lutfi Afifah (jenong), dan juga Namira Septi Handayani (bolem) yang selalu memberikan keceriaan dan yang selalu penulis rindukan dengan tingkah lucunya yang mampu menghilangkan penatku. 11.Keluarga Besar H. Sarkawi, dan ibu Ganis serta semua saudaraku Eva Susanti,

Om Agus, Nur Jannah, Siti Jahronah, Tia, dan Fahmi, terima kasih atas bantuan serta doa kalian semua.

12.Sahabat-sahabat seperjuangan jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2009, kelas PAI-C dan Fiqih-C. Terima kasih atas kebersamaannya, dukungan, bantuan dan motivasi. Tiada hal yang terindah kecuali mengenang masa kita berjuang bersama di kampus tercinta.

13.Sahabat-sahabatku, Hamidah, Faiqotul Hikmah, Reni Kurniawati, Vigina Vanarika, Nurul Fitri (q-nung), Hilda risdayani, Terima kasih atas doa, dukungan, bantuan dan kebersamaan selama ini yang kalian berikan.

14. Susilawati (t’susi) terima kasih karena telah banyak membantu penulis,

sahabatku G_ML (olive, Erni darwati), terima kasih atas dukungan serta bantuan kalian semua.

(9)

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali Jazakumullah Ahsanal

Jazaa” semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT.

Penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca demi memperbaiki karya tulis ini, semoga dapat membawa manfaat bagi para pengkaji/pembaca dan bagi penulis sendiri. Amin Ya Robbal ‘Alamin

Jakarta, 24 April 2015

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

LEMBAR PERSETUJUAN ……… ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ………. iii

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI……… iv

ABSTRAK ………. v

KATA PENGANTAR ……….. vii

DAFTAR ISI ………. x

DAFTAR TABEL ………. xi

DAFTAR GRAFIK ……….. xii

DAFTAR GAMBAR ………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Identifikasi Masalah ……… 5

C. Pembatasan Masalah……… 5

D. Perumusan Masalah ………. 5

E. Tujuan Penelitian ……… 6

F. Kegunaan Penelitian ……… 6

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Metode Pembelajaran Role Playing………. 8

1. Pengertian Metode Role Playing……….. 8

a. Pengertian Metode …………..…………….. 8

b. Pengertian Role Playing………. 9

2. Tujuan Role Playing……….. 11

3. Keunggulan dan Kelemahan Role Playing……… 13

a. Keunggulan Role Playing……… 13

(11)

4. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Role Playing……. 15

B. Minat Belajar Siswa ……… 19

1. Pengertian Minat ………... 19

2. Pengertian Belajar ………. 20

3. Macam-macam Minat ……… 21

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar ………… 23

a. Faktor Internal ………. 23

b. Faktor Eksternal ……….. 24

5. Indikator Minat ………. 27

6. Cara Membangkitkan Minat Belajar Pada Siswa …………. 28

C. Hasil Penelitian yang Relevan ………. 30

D. Hipotesis Tindakan ……….. 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………... 32

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ………….. 32

1. Perencanaan/Planning ……… 32

2. Tindakan dan Pengamatan ………. 33

3. Refleksi ……….. 33

C. Subjek Penelitian ………. 35

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ……….. 35

E. Tahapan Intervensi Tindakan ……….. 36

1. Pra Penelitian ………. 36

2. Siklus I ……….. 36

3. Siklus II ………. 37

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ……… 39

G. Data dan Sumber Data ………. 40

H. Instrument Pengumpulan Data ………. 40

1. Lembar Observasi ………... 40

2. Catatan Tindakan Penelitian ………... 43

(12)

4. Angket Minat Belajar ……… 44

I. Teknik Pengumpulan data ……….. 46

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ……….. 46

K. Analisis Data dan Interpretasi Data ……… 47

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ………... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ……….. 49

1. Profil Sekolah SMPN 1 Cimarga ………... 50

2. Visi dan Misi SMPN 1 Cimarga ……… 50

3. Data Guru SMPN 1 Cimarga ……… 51

B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ……….. 52

1. Penelitian Pendahuluan ………. 52

2. Siklus I ……….. 54

a. Tahap Perencanaan ……….. 54

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ……….. 54

c. Tahap Pengamatan/Observasi ……….. 56

d. Tahap Refleksi ………. 58

3. Siklus II ………. 59

a. Tahap Perencanaan ……….. 59

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ……….. 60

c. Tahap Pengamatan/Observasi ……….. 62

d. Tahap Refleksi ………. 64

C. Analisis Data dan Hasil Temuan Penelitian ……… 64

1. Analisis Data ………. 64

a. Data Observasi Aktivitas Siswa ……….. 64

b. Catatan Observasi Aktivitas Siswa ……….. 65

c. Wawancara ……….. 66

d. Angket Minat Belajar Siswa ……… 66

(13)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ……….. 85

B. Saran ……… 86

DAFTAR PUSTAKA ……… 87

(14)

Tabel 2 Rencana dan Prosedur (PTK) ... 34

Tabel 3 Kategori Aktivitas Belajar siswa ... 39

Tabel 4 Kisi-kisi Instrument Aktivitas Belajar PAI Siswa ... 41

Tabel 5 Kisi-kisi Instrument Aktivitas Guru ... 42

Tabel 6 Kisi-kisi Penskoran Instrument Aktivitas Belajar PAI (untuk Pertanyaan yang Bersifat Positif) ... 43

Tabel 7 Kisi-kisi Penskoran Instrument Aktivitas Belajar PAI (untuk Pertanyaan yang Bersifat Negative) ... 43

Tabel 8 Alternative Jawaban ... 44

Tabel 9 Kisi-kisi Angket ... 45

Tabel 10 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 46

Tabel 11 Profil Sekolah SMPN 1 Cimarga ... ………. ……….. 50

Tabel 12 Jumlah Guru dan Tugas Mengajar SMPN 1 Cimarga ... 51

Tabel 13 Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Memainkan Peran Siklus I………....…… 57

Tabel 14 Persentase Aktivitas Belajar Siswa dalam Memainkan Peran Siklus II……….. 62

Tabel 15 Persentase Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II ... 65

Tabel 16 Siswa Senang dengan Pelajaran PAI………... 67

Tabel 17 Siswa Memperhatikan Guru Ketika Menjelaskan Materi………… 68

Tabel 18 Siswa Merasa Bosan dengan Pelajaran PAI ... 68

Tabel 19 Siswa Mengulangi kembali Pelajaran PAI di Rumah ... 69

Tabel 20 Mengerjakan Tugas yang Diberikan oleh Guru ... 70

Tabel 21 Tetap Belajar PAI Walaupun Guru PAI Tidak Hadir ... 71

Tabel 22 Membawa Buku Paket Ketika akan Dipelajari Pada Harinya ... 71

(15)

Tabel 28 Siswa Belajar PAI Atas Kemauan Sendiri ... 77

Tabel 29 Siswa Siap Jika Guru PAI Mengadakan Ulangan Mendadak ... 77

Tabel 30 Mudah Memahami Pelajaran yang Disampaikan ... 78

Tabel 31 Saya belajar PAI sendiri Tanpa Diperintahkan Orang Tua ... 79

Tabel 32 Angket Minat Belajar PAI Siswa……… 80

Tabel 33 Persentase Angket Minat Belajar PAI Siswa, Jumlah Nilai Angket Terendah……….... 81

(16)
(17)
(18)

Lampiran 2 Instrumen Catatan Observasi Aktivitas Belajar PAI Siswa Siklus II Lampiran 3 Catatan Tindakan Penelitian Siklus I (Pertemuan Pertama)

Lampiran 4 Catatan Evaluasi Tindakan Penelitian Siklus I (Pertemuan Pertama)

Lampiran 5 Catatan Tindakan Penelitian Siklus I (Pertemuan Kedua)

Lampiran 6 Catatan Evaluasi Tindakan Penelitian Siklus I (Pertemuan Kedua) Lampiran 7 Catatan Tindakan Penelitian Siklus II (Pertemuan Ketiga)

Lampiran 8 Catatan Evaluasi Tindakan Penelitian Siklus II (Pertemuan Ketiga) Lampiran 9 Catatan Tindakan Penelitian Siklus II (Pertemuan Keempat)

Lampiran 10 Catatan Evaluasi Tindakan Penelitian Siklus II (Pertemuan Keempat)

Lampiran 11 Lembar Pedoman Wawancara Guru PAI (Pra Penelitian) Lampiran 13 Hasil Wawancara Guru PAI (Pra Penelitian)

Lampiran 14 Lembar Pedoman Wawancara Siswa (Pra Penelitian) Lampiran 15 Hasil Wawancara Siswa (Pra Penelitian-Indri Febriani) Lampiran 16 Hasil Wawancara Siswa (Pra Penelitian-Aldiyansyah)

Lampiran 17 Lembar Pedoman Wawancara Guru PAI (Setelah Diterapkan Metode Role Playing)

Lampiran 18 Hasil Wawancara Guru PAI (Setelah diterapkan Metode Role Playing)

Lampiran 19 Lembar Pedoman Wawancara Siswa (Setelah Diterapkan Metode

Role Playing)

Lampiran 20 Hasil Wawancara Siswa (Setelah diterapkan Metode Role Playing-Indri Febriani)

Lampiran 21 Hasil Wawancara Siswa (Setelah diterapkan Metode Role Playing-Aldiyansyah)

(19)
(20)

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu mekanisme dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan manusia. Pendidikan adalah suatu investasi terhadap sumber daya manusia untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia, terlebih lagi dalam pengembangan ekonomi sangat membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui keunggulan baik dalam kemampuan akademik dan penguasaan teknologi serta sikap mental sehingga dapat menjadi manusia yang handal pada bidangnya.

Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru bertugas membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang cakap, aktif, kreatif, dan mandiri.

(21)

ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya.

Guru adalah faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan di sekolah, karena guru merupakan sumber kegiatan belajar mengajar. Lebih lanjut dinyatakan bahwa guru merupakan komponen yang berpengaruh dalam peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan atau kompetensi profesional seorang guru sangat menentukan mutu pendidikan. Sikap guru terhadap pekerjaan mempengaruhi tindakan guru tersebut dalam menjalankan aktivitas kerjanya. Bilamana seorang guru memiliki sikap positif terhadap pekerjaannya, maka sudah barang tentu guru akan menjalankan fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya seorang guru yang memiliki sikap negatif terhadap pekerjaannya, pastilah dia hanya menjalankan fungsi dan kedudukannya sebatas rutinitas belaka. Untuk itu perlu kiranya ditanamkan sikap positif guru terhadap pekerjaannya.

Namun sayangnya guru pada saat ini hanya bertugas mengajar saja, dia tidak peduli dengan keberhasilan siswa, dan terlebih lagi, guru mengajar tidak menggunakan metode yang variatif, hanya menggunakan metode ceramah yang kemudian ditambah dengan penyampaian guru dalam proses pembelajaran yang monoton dan menempatkan siswa hanya sebagai pendengar, sehingga membuat siswa menjadi malas belajar dan tidak bersemangat, siswa merasa bosan kerena hanya mendengarkan ceramah saja. Pencapaian nilai yang maksimal tentu sangat diinginkan siswa, guru maupun orangtua siswa, karena dalam proses pembelajaran, keberhasilan juga sangat penting.

Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir hayat seseorang, atau perubahan perilaku seseorang akibat pengalaman yang ia dapat melalui pengamatan, pendengaran, membaca, dan meniru.1

1

(22)

Belajar merupakan proses untuk mendapatkan suatu ilmu agar seseorang bisa berubah menjadi lebih baik, dalam hal ini pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), apabila perubahan itu tidak didapat maka tidak tercapai hasil belajar yang maksimal. Sehingga siswa benar-benar jenuh dan bosan dalam menerima materi Pendidikan Agama Islam (PAI), karena proses belajar di sekolah tidak jauh beda dengan mendengarkan ceramah di luar sekolah dan siswa beranggapan semuanya sama dan tidak ada yang baru serta akan menimbulkan penurunan minat siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), bahkan bisa mempengaruhi keaktifan siswa dalam belajar. Maka dari itu, guru harus mengubah pikirannya tentang mengajar adalah hanya sebuah kewajiban, ketika dia sudah mengajar maka selesailah tugasnya, tidak lagi seperti itu. Melainkan seorang guru harus mampu menciptakan proses belajar mengajar yang aktif, efektif, dan menyenangkan serta dapat melibatkan siswa secara langsung dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran dan senang dalam mengikuti proses belajar mengajar, tidak lagi bosan dengan proses pembelajaran, dan tidak hanya menghafal pelajaran, tetapi juga dapat memahami langsung pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru, sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), strategi, metode, dan teknikpun sangat diperlukan. Teknik pembelajaran seringkali disamakan artinya dengan metode pembelajaran. Teknik adalah jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan siswa kearah tujuan yang ingin dicapai. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai langkah-langkah atau prosedur pembelajaran yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan strategi pembelajaran adalah cara-cara yang akan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran.2

2

(23)

Salah satu metode pembelajaran yang menyenangkan dan dapat membuat siswa aktif dalam proses belajar adalah dengan metode pembelajaran bermain peran (role playing). Metode pembelajaran role playing adalah metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bermain peran sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan bermain peran, maka siswa dapat langsung memahami tentang materi yang disampaikan, karena siswa yang memainkan langsung perannya dalam materi tersebut, untuk metode role playing

siswa harus berlatih peran terlebih dahulu dalam beberapa hari sebelum dipentaskan. Dan siswa juga diberi andil untuk mengoreksi dan menambah skenario yang telah dibuat oleh guru. Hal ini tidak hanya membuat siswa menjadi lebih aktif dalam belajar, tetapi juga membuat siswa lebih kritis, dan juga dapat membangun suasana belajar menjadi menyenangkan, karena sesekali diselingi juga oleh gelak tawa dari peserta didik.

Untuk aktifnya pembelajaran, siswalah yang seharusnya berperan aktif dalam belajar. Seharusnya sikap guru hanya mendengar siswa, menghargai kerja keras siswa, dan mengembangkan rasa percaya diri siswa, serta mendorong siswa untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang mereka miliki sehingga mereka berani mengekspresikan pendapatnya. Namun kenyataannya di lapangan menunjukkan lain, aktivitas siswa di kelas masih pasif karena proses pembelajaran yang dilakukan hanya pemberian informasi dari guru ke siswa, yaitu guru menggunakan metode ceramah.

Keadaan tersebut juga terjadi pada pembelajaran PAI di sekolah. Salah satunya terjadi di SMP Negeri 1 Cimarga. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru mata pelajaran PAI diperoleh kenyataan bahwa permasalahan yang seringkali dijumpai dalam pembelajaran PAI adalah bagaimana menyampaikan materi kepada siswa secara baik, menarik, dan tidak monoton. Kurangnya respon siswa ketika proses pembelajaran membuat suasana pembelajaran kurang menyenangkan sehingga membuat siswa kurang berpartisipasi dalam proses belajar mengajar.3

3

(24)

Berdasarkan dari permasalahan di atas tersebut, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan judul “Implementasi Metode Role Playing dalam Meningkatkan Minat Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Siswa di

SMPN 1 Cimarga”.

B.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pada umumnya kurang diminati oleh siswa karena cara mengajar guru yang monoton.

2. Metode dan teknik pembelajaran yang masih konvensional dan terkadang membuat suasana belajar menjadi kurang menyenangkan.

3. Tingkat keaktifan siswa dalam belajar yang masih rendah.

4. Kurangnya respon siswa untuk memperhatikan penjelasan guru ketika proses pembelajaran berlangsung.

C.

Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, terfokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis memfokuskan kepada pembahasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam konteks permasalahan yang terdiri dari:

1. Metode yang digunakan yaitu Bermain Peran (Role Playing).

2. Minat belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

D.

Perumusan Masalah

(25)

1. Bagaimana penerapan metode Role Playing dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam?

2. Bagaimana minat belajar Pendidikan Agama Islam siswa setelah penerapan metode Role Playing?

E.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui penerapan pembelajaran metode Role Playing pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Cimarga

2. Untuk mengetahui minat belajar siswa setelah diterapkan Metode Pembelajaran Role Playing mata pelajaran PAI pada Siswa di SMP Negeri 1 Cimarga

F.

Kegunaan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan agar dapat bermanfaat bagi peneliti, para peserta didik, guru dan komponen pendidikan di sekolah. Manfaat penelitian tersebut adalah:

1. Kegunaan Teoritis

a. Bagi penulis, untuk dapat menambah pengetahuan dan dapat mengembangkan ilmu yang di peroleh selama menjalani perkuliahan. b. Bagi Para Akademisi, dapat menambah ilmu pengetahuan di bidang

pendidikan, sehingga dapat menerapkan metode pembelajaran Role Playing dalam proses pembelajaran, guna meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi para siswa.

(26)

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukan dalam metode pembelajaran sekolah, sehingga proses serta hasil kegiatan belajar mengajar optimal

b. Bagi Guru, di harapkan dapat mengunakan metode variatif, yaitu menggunakan metode yang dapat melibatkan siswa secara aktif , salah satunya adalah metode pembelajaran Role Playing, agar proses belajar mengajar menjadi aktif, efektif dan menyenangkan

(27)

BAB II

KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

INTERVENSI TINDAKAN

A.

Implementasi Metode

Role Playing

1. Pengertian Metode Role Playing

Dalam pembelajaran PAI, hafalan memang diperlukan tetapi tidak sepenuhnya, sebab dalam pembelajaran PAI membutuhkan pemahaman siswa. Konsep-konsep dalam PAI harus dipahami satu persatu agar siswa mampu mencerna dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, maka dari itu perlu diterapkan suatu metode, berikut macam-macam metode menurut para ahli:

Menurut Senn yang dikutip oleh Jujun S. Suriasumantri, metode merupakan suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.1

Menurut Wina Sanjaya, metode adalah upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.2

Sedangkan menurut Pupuh Fathurrahman dan M. Sobry Sutikno, metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3

Dari pengertian metode yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode merupakan cara atau alat yang digunakan seorang guru untuk memudahkan siswanya dalam memahami pelajarannya.

Bermain merupakan bagian terbesar dalam kehidupan anak-anak untuk dapat belajar mengenal dan mengembangkan keterampilan sosial dan fisik, mengatasi situasi yang sedang terjadi. Secara umum bermain sering dikaitkan

1

Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), Cet. VI, h. 119.

2

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2013), Cet. X, h. 126.

3

(28)

dengan kegiatan anak-anak yang dilakukan secara spontan dan dalam suasana senang. Dengan bermain anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya sendiri yaitu tentang kelebihan yang dimilikinya, sehingga dapat membantu pembentukkan konsep diri yang positif, pengelolaan emosi yang baik, memiliki rasa empati yang tinggi, memiliki kendali diri yang bagus, dan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi.

Role playing adalah sebuah permainan dalam sebuah cerita dengan tujuan atau cerita yang jelas sedangkan dalam dunia pendidikan, Role playing

adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik.4

Sedangkan menurut Martinis Yamin role playing atau bermain peran adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang suatu topik atau situasi.5

Adapun menurut Wina Sanjaya role playing adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa actual, atau kejadian yang mungkin akan muncul pada masa mendatang.6

Pembelajaran dengan metode bermain peran (role playing) adalah pembelajaran dengan cara seolah-olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep.7

Jadi kesimpulannya, role Playing merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran yang dimana peserta didik menjadi aktif dalam memainkan peran-peran tertentu, sehingga pada dasarnya role playing atau bermain peran merupakan salah satu sarana yang membantu peserta didik untuk belajar. Melalui kegiatan bermain peran, anak berusaha untuk menyelidiki dan

4

Hisyam Zaini, Bermawy Munthe dan Sekar Ayu Aryani, Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Pustaka Insani Madani, 2008), h. 98.

5

Martinis Yamin, Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2004), cet. 2, h. 76.

6

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. 3, h. 161

7

(29)

mendapatkan pengalaman yang kaya, baik pengalaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun dengan lingkungan disekitarnya.

Metode role playing cocok digunakan pada:

a. Pelajaran dimaksudkan untuk menerangkan peristiwa yang dialami dan menyangkut orang banyak berdasarkan pertimbangan didaktis, seperti mata pelajaran sejarah.

b. Serangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau, sehingga sangat cocok jika memakai metode role playing.

c. Pelajaran tersebut dimaksudkan untuk melatih siswa agar menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat psiologis, karena berhubungan langsung dengan kondisi fisik masing-masing siswa tersebut.

d. Untuk melatih siswa agar dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta permasalahannya.8

Metode Role playing membantu siswa maupun guru dalam memberikan pemahaman yang umumnya sulit dicerna/dipahami oleh siswa, seperti mata pelajaran sejarah. Mata pelajaran sejarah umumnya menerangkan peristiwa-peristiwa atau cerita yang terjadi pada masa lampau, dan biasanya siswa malas sekali membaca cerita yang begitu banyak dan panjang, jadi melalui metode ini, siswa dapat memahami maksud dan tujuan dari cerita tersebut. Selain itu dapat membantu siswa dalam bergaul dengan siswa yang lainnya.

8

(30)
[image:30.595.116.512.107.614.2]

Gambar 2.1

Gambar Role Playing9

2. Tujuan Role Playing

Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk:

a. Menggali perasaannya.

b. Memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya.

c. Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah.

d. Mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun kemasyarakat kelak karena siswa akan mendapatkan diri dalam situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja.10

9

http://portalnyapendidikan.blogspot.com/2012/03/metode-bermain-peran.html, diakses di Wonosobo, 11 Maret 2012.

10

(31)

e. Mengajarkan siswa untuk berempati dengan kasus yang akan dibahas dalam proses pembelajaran dikelas.11

Selain itu, menurut Hamzah B. Uno, tujuan dari role playing adalah untuk membantu siswa menemukan makna (jati diri) didunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran, siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan prilaku dirinya dan orang lain.12

Dalam role playing, siswa dapat menggali perasaannya sendiri untuk mendapatkan pemahamannya terhadap materi/mata pelajaran yang sulit bagi dirinya. Selain itu, dapat mengembangkan imajinasinya dan untuk menghilangkan kebosanan siswa selama belajar serta mendapatkan banyak manfaat yang diperolehnya kelak dilingkungan sekitarnya.

Tujuan bermain peran, sesuai dengan jenis-jenis belajar adalah sebagai berikut:

1) Belajar dengan berbuat 2) Belajar melalui peniruan

3) Belajar melalui balikan, para pengamat mengomentari (menanggapi) perilaku para pemain/pemegang peran yang telah ditampilkan.

4) Belajar melalui penilaian.13

Metode role playing mengajarkan siswa untuk mengembangkan keterampilannya dalam bermain peran, siswa dituntut untuk menirukan gaya seperti seorang aktor ataupun aktris, selain memainkan peran, para siswa lainnya diajarkan untuk menanggapi serta menilai para pemain yang sedang memainkan perannya, jika terjadi kesalahan maka akan diadakan perbaikan keterampilan bermain peran berikutnya.

11

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. I, h. 126.

12

Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 26

13

(32)

3. Keunggulan dan Kelemahan Role Playing

Dengan teknik ini, siswa lebih tertarik perhatiannya pada pelajaran, bagi siswa dengan bermain peran seperti orang lain, maka ia dapat menempatkan diri seperti watak orang lain itu. Ia dapat merasakan perasaan orang lain, dapat mengakui pendapat orang lain, sehingga menumbuhkan sikap saling pengertian, tenggang rasa, toleransi, dan cinta kasih terhadap sesama makhluknya. Juga penonton tidak pasif, tetapi aktif mengamati dan mengajukan saran dan kritik.14

Sedangkan menurut M. Basyiruddin Usman, keunggulan metode bermain peran adalah:

a. Siswa terlatih untuk dapat mendramatisasikan sesuatu dan juga melatih keberanian mereka.

b. Kelas akan menjadi lebih hidup karena menarik perhatian para siswa

c. Siswa dapat menghayati sesuatu peristiwa, sehingga mudah mengambil suatu kesimpulan berdasarkan penghayatan

d. Siswa dilatih dalam menyusun buah pikiran secara teratur.

Keunggulan-keunggulan yang lain dari metode role playing adalah:

a. Siswa melatih dirinya untuk melatih, memahami, dan mengingat isi bahan yang akan diperankan

b. Siswa akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif.

c. Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk, sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni dari sekolah

d. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.

e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan berbagi tanggung jawab dengan sesama.

f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik, agar mudah dipahami orang lain.15

14

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2008), cet. VII, h. 93.

15

(33)

Adapun kelemahan metode ini adalah: a. Banyak menyita waktu atau jam pelajaran b. Memerlukan persiapan yang teliti dan matang

c. Kadang-kadang siswa keberatan untuk melakukan peran yang diberikan karena alasan psikologis, seperti: malu, atau peran yang diberikan kurang cocok dengan minatnya.

d. Bila dramatisasi gagal, siswa tidak dapat mengambil kesimpulan.16

Sedangkan menurut Djamarah, kelemahan dari metode role playing adalah: a. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain peran, mereka menjadi kurang

kreatif

b. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam memahami mata pelajaran, maupun pada pelaksanaan pertunjukan

c. Memerlukan tempat yang cukup luas.

d. Kelas lain menjadi terganggu oleh suara pemain dan para penonton yang kadang-kadang tertawa atupun bertepuk tangan.17

Adapun kesimpulannya dari keunggulan role playing adalah metode

role playing dapat menarik perhatian siswa, karena siswa berperan seperti orang lain, sehingga dia dapat merasakan perasaan orang lain tersebut, selain itu dapat juga melatih siswa dalam berpikir dan bertindak kreatif. Sedangkan kelemahannya yaitu terbatasnya alat-alat yang diperlukan siswa dalam bermain peran, seperti kostum ataupun alat-alat lainnya, juga memerlukan waktu yang lebih lama, selain itu juga siswa yang ditunjuk untuk memainkan sebuah peran dan dijadikan pemain, kebanyakan dari mereka merasa malu untuk melakukan suatu adegan tertentu, Apabila pelaksanaan role playing mengalami kegagalan, itu berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.

16

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam……, h. 51-52.

17

(34)

Adapun cara mengatasi kelemahan metode role playing ini adalah: 1. Usahakan untuk memainkan drama dengan serius, dan dengan kelompok yang

sudah terpilih, jadi tidak semua siswa bisa memainkan drama tersebut, tetapi hanya kelompok terpilih saja, agar mempunyai waktu yang cukup panjang untuk bisa memainkan drama tersebut.

2. Ada baiknya guru beserta siswa bekerjasama dalam hal mempersiapkan alat-alat yang akan dibutuhkan untuk memainkan drama.

3. Usahakan agar siswa fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung, atau tidak ada siswa yang bercanda ataupun mengobrol dengan teman sebangkunya, karena hal ini bisa mengakibatkan siswa tidak bisa mengambil kesimpulan, jadi ajaklah siswa untuk menikmati adegan tiap adegan yang dimainakan oleh temannya yang sedang memainkan peran/memainkan drama tersebut.

4. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Bermain Peran/Role Playing

Adapun langkah-langkah metode bermain peran terdiri dari sembilan langkah, yaitu:

a. Pemanasan

b. Memilih partisipan c. Menyiapkan pengamat d. Menata panggung

e. Memainkan peran (manggung) f. Diskusi dan evaluasi

g. Memainkan peran ulang (manggung ulang) h. Diskusi dan evaluasi kedua

i. Kesimpulan.18

Langkah pertama, pemanasan. Guru menyiapkan sebuah cerita yang akan ditampilkan nanti, atau membacanya didepan kelas yang kemudian

18

(35)

dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan kepada siswa untuk berfikir tentang akhir dari cerita tersebut.

Langkah kedua, memilih partisipan. Guru memilih beberapa siswa untuk dijadikan kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang, tergantung dari jumlah kelas tersebut.

Langkah ketiga, menata panggung. Dalam hal ini, guru berdiskusi dengan siswa tentang penataan panggung, serta apa saja yang dibutuhkan, seperti : kostum, assesoris, dan alat-alat lainnya.

Langkah keempat, memainkan peran. Sebelum peran dimulai, guru menyuruh tiap-tiap kelompok untuk memperhatikan siswa yang sedang bermain peran di kelompoknya, kemudian memberikan selembar kertas pada tiap-tiap kelompok untuk diisi berdasarkan pengamatannya.

Langkah kelima, diskusi dan evaluasi. Pada saat kelompok pertama selesai memainkan peran, maka masing-masing kelompok berdiskusi dan memberikan penilaian serta masukan terhadap drama yang baru saja dilakukan. Begitupun sebaliknya, sampai semua kelompok selesai memainkan drama/peran tersebut.

Langkah keenam, memainkan peran ulang (manggung ulang). Setelah semua kelompok selesai memainkan peran, dan telah dilakukan evaluasi serta penilaian dari masing-masing kelompok, maka diadakan peran ulang atau memainkan peran kedua kalinya, agar diharapkan bisa memainkan peran/drama sesuai dengan yang diharapkan, atau mencapai tujuan pembelajaran.

Langkah ketujuh, diskusi dan evaluasi kedua. Guru dan siswa berdiskusi dan mengevaluasi tentang peran/drama yang dilakukan untuk kedua kalinya.

Langkah kedelapan, kesimpulan. Guru menyuruh tiap-tiap kelompok untuk mengambil kesimpulan dari tiap-tiap peran/drama yang tadi dilakukan, baru setelah semua siswa selesai, kemudian guru memberikan kesimpulan, kritikan dan saran, dan memberikan penilaian terhadap masing-masing kelompok.

(36)

menerapkan langkah-langkah metode pembelajaran role playing adalah sebagai berikut:

1) Buatlah permasalahan yang diangkat dari tempat/setting atau kejadian aktual yang berkembang dimasyarakat dengan materi pembelajaran.

2) Tunjuklah 2 siswa atau lebih untuk memerankan tokoh yang terlibat dalam kejadian tersebut.

3) Mintalah kepada siswa yang memerankan permainan untuk bertindak seperti yang dilakukan oleh para aktor dengan membuat skenario/dialog.

4) Mintalah siswa lain untuk mengamati dan mencatat adegan yang sedang berlangsung untuk dijadikan bahan evaluasi.

5) Mintalah komentar dari para siswa.19

Sedangkan menurut Hamzah B Uno, prosedur role playing terdiri atas Sembilan langkah, yaitu:

1) Pemanasan (warning up)

Guru berupaya memperkenalkan kepada siswa tentang metode role playing

2) Memilih pemain

Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok kemudian guru menyiapkan materi yang akan digunakan nanti.

3) Menyiapkan pengamat (observer)

Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat atas peran yang sedang dilakukan

4) Menata panggung

Dalam hal ini, guru dan siswa berdiskusi tentang peran yang akan dimainkan, apa saja kebutuhan yang diperlukan saat akan melaksanakan role playing. 5) Memainkan peran

Pelaksanaan role playing yang dilaksanakan oleh masing-masing kelompok secara bersungguh-sungguh.

19

(37)

6) Diskusi dan evaluasi

Guru meminta tiap kelompok untuk berdiskusi dan mengevaluasi atau memberi pendapat tentang peran yang telah dilakukan.

7) Memainkan peran ulang

Setelah melakukan diskusi dan evaluasi, maka langkah selanjutnya adalah memainkan peran ulang, agar peran yang kedua ini bisa berjalan lebih baik, dari pemainan peran yang pertama.

8) Diskusi dan evaluasi kedua

Seperti pada tahap pertama, diskusi dan evaluasi pada tahap kedua ini, tidak jauh berbeda, yaitu guru meminta tiap kelompok untuk berdiskusi dan mengevaluasi peran yang sudah dilaksanakan.

9) Berbagi pengalaman dan kesimpulan

Pada tahap ini, siswa diajak untuk berbagi pengalamannya tentang peran yang sudah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.20

Dari uraian diatas, adapun langkah-langkah metode Role playing yang penulis gunakan adalah:

1. Guru membuat bahan atau permasalahan yang terjadi di sekitar/lingkungan yang berhubungan dengan materi pelajaran.

2. Guru menunjuk beberapa orang siswa atau lebih untuk dijadikan kelompok, kemudian masing-masing dari kelompok tersebut membuat skenario/dialog untuk percakapan di dalam role playing.

3. Melakukan drama atau bermain peran.

4. Guru menyuruh siswa yang lainnya untuk mengamati jalannya cerita/drama tersebut, untuk dijadikan bahan kritikan dan mengeluarkan pendapat terhadap kelompok yang telah selesai memainkan peran.

5. Kesimpulan.

20

(38)

B.

Minat Belajar Siswa

1. Pengertian Minat Belajar Siswa

Tiap orang punya kecenderungan, punya minat, bakat dan hobi yang unik. oleh sebab itu jadi variatif dan itu jadi menarik. lebih jauh tentang ketiga hal tersebut. Berikut perbedaannya dalam kamus lengkap bahasa Indonesia

[image:38.595.112.517.178.649.2]

Tabel 2.1

Perbedaan antara minat, bakat, dan hobi.21

Kecenderungan Perbedaan

Minat Keinginan, kehendak, kesukaan

Bakat dasar (kepandaian, sifat, dan keahlian) yang dibawa sejak lahir

Hobi Kegemaran: kesenangan

Salah satu prinsip pembelajaran adalah keaktifan dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk mencapai hal tersebut harus ada minat dan dorongan terlebih dahulu dari dalam diri peserta didik.

Untuk memahami minat lebih mendalam, maka peneliti mengemukakan beberapa pendapat:

a. Menurut Muhibbin syah, minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadapa sesuatu.22

b. Menurut Alisuf Sabri, minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus.23

c. Menurut Slameto, minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan-kegiatan yang diamati

21

M.K. Abdullah, kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru (Jakarta: Sandro Jaya), hal. 254, 60, 164

22

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2005), cet. 19, hal. 136

23

(39)

seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang untuk memperoleh kepuasan.24

d. Menurut Akyas Azhari minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa obyek kegiatan, obyek yang diamati seseorang diperhatikan terus disertai dengan rasa senang.25

e. Menurut H. Carl Witherington yang di terjemahkan oleh M. Buchori mengatakan minat adalah kesadaran seseorang, terhadap suatu obyek, seseorang, atau suatu situasi mengandung sangkutpaut dengan dirinya.26

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan sesuatu atau ketertarikan terhadap sesuatu sebagai pendorong dan penggerak untuk melakukan suatu kegiatan dengan perasaan senang yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui atau mengenal lebih lanjut.

Adapun pengertian belajar menurut para ahli pendidikan adalah: a. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa

raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik.27

b. Menurut Anisah Basleman dan Syamsu Mappa, belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.28

c. Menurut Oemar Hamalik, belajar adalah aktifitas yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui proses belajar, maka seorang siswa akan mendapatkan pengetahuan dari berbagai pengalaman yang dialaminya.

24

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), cet. 5, hal. 57

25

Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama, 1996), cet. 1, hal. 47

26

H. Carl Witherington, Psikologi Pendidikan, Terj. Dari Educational Psychology: Ginn and Company oleh M. Buchori, ( Jakarta: Aksara Baru, 1978), h. 124

27

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), cet. 3, hal 12

28

(40)

“Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman.29

d. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono, belajar adalah suatu proses di mana suatu tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi atau rangsangan yang terjadi.30

e. Menurut W.S. Winkel, belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifaat secara konstan dan berbekas.31

Berdasarkan berbagai pendapat para ahli, dapat disimpulkan belajar yaitu aktivitas atau kegiatan yang dilakukan seseorang secara sadar, untuk menghasilkan perubahan tingkah laku yang berupa penambahan ilmu pengetahuan. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak berminat menjadi berminat. Aktivitas atau kegiatan tersebut bisa juga berupa pengamatan, membaca, meniru, dan lain-lain. Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi belajar merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan.

Jadi, kesimpulan dari minat belajar adalah suatu kemampuan seseorang yang dimiliki untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan secara senang.

2. Macam-macam Minat

a. Berdasarkan timbulnya, dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

Minat primitive: minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringan-jaringan tubuh. Misalnya: kebutuhan akan makan, kebebasan beraktifitas. Pada dasarnya, minat primitive adalah hal-hal yang biasa dilakukan sehari-hari, kebutuhan tersebut tidak bisa ditunda dan digantikan dengan hal apapun itu. Karena itu sudah merupakan kodrat dari dalam diri manusia.

29

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan system, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), hal. 154

30

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 2000), cet. 8, h. 45

31

(41)

Minat kulturil atau minat sosial: minat yang timbul karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita. Misalnya: minat belajar, seorang siswa mempunyai pengalaman bahwa masyarakat akan lebih menghargai orang yang terpelajar dan berkependidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari masyarakat.32

Maka dari hal itu, biasanya minat belajar muncul tanpa disadari dari dalam diri individu tersebut. Biasanya siswa berpikiran bahwa semakin tinggi seseorang itu menuntut ilmu, maka akan semakin di hormati oleh masyarakat, maka dari hal inilah biasanya siswa akan menambahkan semangat belajarnya tersebut.

b. Berdasarkan Arahnya, dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

Minat instrinsik: minat yang langsung berhubungan dengan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Misalnya: seseorang belajar karena memang pada ilmu pengetahuan atau memang karena senang melakukan kegiatan yang ada dalam kegiatan ekstrakulikuler, bukan karena ingin mendapat pujian atau penghargaan.

Setiap orang pasti merasa senang jika mendapat pujian atau penghargaan dari masyarakat, dalam hal ini akan timbul minat dari dalam diri seorang siswa, karena mungkin pada dasarnya siswa melakukan minat tersebut karena ingin mendapat penghargaan ataupun pujian dari orang lain.

Minat ekstrinsik: minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuannya sudah tercapai akan kemungkinan minat tersebut hilang.33 Misalnya ketika seorang siswa akan menghadapi ujian akhir, siswa tersebut belajar secara terus-menerus agar mendapat nilai yang memuaskan pada ujian akhir tesebut, dan ketika setelah ujian akhir selesai, dan siswa tersebut mendapatkan nilai yang memuaskan, kemungkinan minat belajar siswa akan hilang secara spontan karena tujuan dari siswa itu belajar secara terus-menerus

32

Abdurrahman Abrar, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Kencana,1993), cet. 3, hal. 112

33Abdurrahman Abrar,……… h

(42)

adalah agar mendapatkan nilai yang memuaskan, dan ketika nilai tersebut sudah didapatkan, maka minat belajar siswa tersebut akan berkurang atau bahkan hilang dengan sendirinya.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar

Secara garis besar, Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar, dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu: faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar dan faktor eksternal yaitu yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar.34

a. Faktor Internal, meliputi:

1) Faktor Biologis

Faktor yang berhubungan dengan jasmani anak dalam belajar. Misalnya: a) Kesehatan

Kesehatan adalah faktor penting dalam belajar, pelajar yang tidak sehat badannya, tentu tidak dapat belajar dengan baik. Konsentrasinya akan terganggu dan pelajaran sukar masuk, begitu juga anak yang badannya lemah, sering pusing dan sebagainya tidak akan tahan lama dalam belajar dan lekas capai. Maka dari itu, penting sekali bagi seorang guru dalam memerhatikan kesehatan siswanya, begitu pula orang tua, harus senantiasa memerhatikan kesehatan anaknya.

b) Cacat badan

Cacat juga dapat menghambat belajar, termasuk cacat badan, misalnya: setengah buta, setengah tuli, gangguan bicara, tangan hanya satu, dan cacat badan lainnya. Anak-anak seperti ini hendaknya dimasukkan didalam pendidikan khusus atau pendidikan luar biasa.35 Bagi seorang guru, ini merupakan tugas yang paling besar, karenanya jika salah satu siswanya

34

Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT Rineka Cipta), cet. 1, hal. 21

35

(43)

ada yang cacat, maka tugas seorang guru disini adalah menasehati siswa yang lainnya agar tidak mengejeknya maupun menghinanya.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan sendirinya:

a) Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu seperti prestasi yang dimiliki. b) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti

sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.36

Faktor internal sangat penting dan harus diperhatikan dengan baik, karena meliputi faktor biolgis dan faktor psikologis, yang kedua-duanya sangat berpengaruh bagi tercapainya minat belajar siswa.

b. Faktor eksternal terdiri atas:

1) Lingkungan keluarga a) Faktor orang tua

Merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Orang tua yang dapat mendidik anak-anaknya dengan cara memberikan pendidikan yang baik tentu akan sukses dalam belajarnya. Keluarga juga seringkali disebut dengan lingkungan pendidikan informal yang mempengaruhi aspek perkembangan anak. Dalam bentuk keluarga, orang yang dekat dengan siswa adalah orang tua. Oleh sebab itu apa yang diberikan keluarga memiliki pengaruh bagi perkembangan jiwa siswa.

b) Faktor suasana rumah

Suasana rumah yang terlalu gaduh atau terlalu ramai tidak akan memberikan anak belajar dengan baik, misalnya rumah dengan

36

(44)

keluarga besar, atau yang banyak penghuninya. Biasanya suasana rumah yang banyak penghuninya atau yang terlalu ramai sanak saudaranya akan menyulitkan bagi anak untuk belajar, biasanya terkadang anak itu malas belajar, karena kondisi suasana tersebut c) Faktor ekonomi keluarga

Faktor ini juga menentukan anak dalam belajar, misalnya: anak dari keluarga yang mampu dapat membeli alat-alat sekolah yang lengkap, sebaliknya anak-anak dari keluarga yang tidak mampu, tidak dapat membeli alat-alat itu. Dengan kata lain, alat yang tidak lengkap atau serba kurang maka hati anak-anak menjadi kecewa, mundur, putus asa, sehingga minat belajar mereka kurang sekali.37

2) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah juga mempengaruhi minat belajar siswa: a) Metode mengajar

Metode mengajar guru yang kurang baik, akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Misalnya: karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran.38 Maka dari itu mulai sekarang guru harus menggunakan metode-metode dalam mengajar, karena mengajar dengan menggunakan metode akan sangat membantu siswa dalam memahami pelajaran yang diberikan guru tersebut.

b) Hubungan guru dengan siswa

Hubungan antara guru dan siswa yang kurang baik, akan berdampak yang tidak baik pula, biasanya bila anak menyukai gurunya, akan suka pula dengan pelajarannya dan begitupun sebaliknya. Misalnya ada seorang guru yang terkenal galak dalam mengajar, maka siswa pun akan takut dan biasanya akan malas mengikuti mata pelajaran yang guru tersebut berikan, dan akhirnya siswa tersebut sering bolos sekolah.

37

Abu Ahmadi, Teknik Belajar yang Efektif, … hal. 96-99

38

(45)

c) Hubungan siswa dengan siswa

Hubungan siswa dengan siswa yang lainnya yang kurang menyenangkan. Hal ini terjadi pada anak yang diasingkan/dibenci oleh teman-temannya. Anak yang dibenci akan mengalami tekanan batin yang akan menghambat minat belajar siswa. Ia sering tidak masuk sekolah dan kadang-kadang mengalami perlakuan-perlakuan yang kurang menyenangkan.39 Siswa yang mendapat perlakuan seperti dibuli atau yang lainnya, ini lama kelamaan akan menimbulkan permusuhan antar sesamanya dan lama kelamaan akan mempunyai dampak yang lebih besar, seperti tawuran dan lain-lain.

d) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat juga mempengaruhi minat belajar siswa diantaranya:

(1) Mass-Media

Seperti: bioskop, televisi, radio, majalah, dan lain-lain. Semua ini dapat memberi pengaruh yang kurang baik terhadap anak, Untuk itu orang tua harus memerhatikan anaknya ketika akan menonton televisi, seperti acara apa yang sedang di tonton, jika sekiranya acaranya kurang baik, maka tugas orangtua adalah memindahkan acara tersebut dan memberikan nasehat pada anak tersebut, bahwa acara tersebut tidak baik bagi dirinya, begitupun yang lainnya.

(2) Teman bergaul

Teman bergaul yang kurang baik dapat memberikan pengaruh yang kurang baik pula, orang tua sering terkejut bila tiba-tiba melihat anaknya yang belum cukup umur sembunyi-sembunyi merokok atau pergi tanpa tujuan, sehingga tugas sekolah banyak yang ditinggalkan. Minat seorang terhadap sesuatu, dapat pula dipengaruhi oleh pergaulannya, dalam hal ini ialah teman akrab, khusus nya remaja.

39

(46)

Melalui pergaulan itulah mereka memupuk pribadi serta melakukan aktifitas bersama-sama guna mengurangi kebosanan, yang mereka alami. Maka dari itu penting bagi orangtua melihat seperti apa teman bergaul si anak, baik atau tidak baik dia bergaul dengan teman sebayanya itu, dan sering memantau dan menasehati si anak agar tidak terjerumus pada pergaulan yang negatif.

(3) Kegiatan dalam masyarakat

Adanya kegiatan masyarakat seperti: tugas-tugas organisasi, belajar pencak silat, dan lain-lain. Jika tugas-tugas ini dilebih-lebihkan jelas akan mengganggu minat belajar siswa.40 Sebaiknnya siswa cukup mengikuti satu organisasi atau ekstrakulikuler, karena kalau siswa tersebut banyak mengikuti kegiatan organisasi atau ekstrakulikuler akan tidak ada waktu buat dia belajar, sehingga hal ini akan mengganggu minat belajar siswa tersebut.

4. Indikator Minat

Ada beberapa indikator minat siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi, hal ini dapat terlihat melalui proses belajar di kelas maupun di rumah:

a. Perasaan senang

Seorang siswa yang memiliki persaan senang ataupun suka terhadap mata pelajaran agama islam, ataupun mata pelajaran yang lainnya, maka ia akan terus mempelajarinya di rumah maupun di sekolah tanpa ada unsur keterpaksaan.

b. Perhatian dalam belajar

Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat, perhatian dalam belajar merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian dengan mengesampingkan yang lain dari pada yang itu. Seseorang yang memiliki minat belajar pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya,

40

(47)

seorang siswa menaruh minat belajar terhadap pelajaran PAI atau yang lainnya, maka ia akan berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya.

c. Bahan pelajaran dan sikap guru yang menarik

Tidak semua siswa memulai atau menyukai mata pelajaran karena faktor minat belajar sendiri itu ada, yang mengembangkan minat terhadap mata pelajaran tersebut bisa terjadi karena pengaruh dari, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik, dan gurunya. Lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minat belajarnya terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata

d. Manfaat dan fungsi mata pelajaran

Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik, adanya manfaat dan fungsi mata pelajaran (dalam hal ini mata pelajaran PAI) juga merupakan juga merupakan salah satu indikator minat, karena setiap pelajaran pasti memiliki manfaatnnya masing-masing, misalnya: pelajaran PAI banyak memberikan manfaat kepada siswa, bila mata pelajaran PAI tidak hanya dipelajari disekolah, di rumahpun bisa diterapkan didalam kehidupan sehari-hari. Jika tidak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka tidak akan merasakan adanya manfaat mempelajari PAI.41

5. Cara-cara Membangkitkan Minat Belajar pada Siswa

Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh sebab itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar siswa. Anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena tidak adanya minat.

41

(48)

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa diantaranya:

a) Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu berguna untuk kehidupannya.

b) Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa. Biasanya minat akan tumbuh kalau ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar. c) Gunakan berbagai model dan strategi pembelajaran secara bervariasi,

misalnya: diskusi, kerja kelompok, eksperimen, demonstrasi, dan lain-lain.42 Minat dapat dibangkitkan melalui pengalaman, yaitu dengan cara menghubungkan kejadian (pengalaman) masa lalu dengan realita saat ini, melalui cara tersebut maka minat dapat dibangkitkan.

Sedangkan menurut Nasution S, dalam bukunya yang berjudul didaktik asas-asas mengajar, mengemukakan beberapa petunjuk singkat yang dapat digunakan oleh guru untuk meningkatkan minat belajar siswa. Yaitu:

1) Usahakan agar tujuan pembelajaran jelas dan menarik

2) Guru sendiri harus antusias mengenai pelajaran yang diberikan nya. 3) Ciptakan suasana yang menyenangkan.

4) Usahakan agar anak-anak turut serta dalam pelajaran/anak-anak turut aktif. 5) Hubungkan pelajaran dengan kebutuhan anak.

6) Pujian dan hadiah lebih berhasil dari pada celaan/cemohan

7) Pekerjaan rumah/tugas harus sesuai dengan kematangan dan kesanggupan anak.

8) Mengetahui hasil baik menggiatkan usaha murid. 9) Menghargai pekerjaan murid.

10)Pemberian kritik dengan senyuman.43

Selain itu bisa juga diberikan pertanyaan-pertanyaan seputar materi/pelajaran yang masih bisa murid jawab/pecahkan. Karena, diharapkan dapat mendorong minat siswa untuk belajar, tetapi, dalam pemberian

42

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,…….hal. 29-30

43

(49)

pertanyaan tersebut, guru harus bisa mengukur kemampuan anak, jangan sampai guru memberikan pertanyaan yang sulit/yang tidak bisa murid jawab, karena akan berakibat terpecahnya minat belajar siswa itu sendiri.

C.

Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian sebelumnya peneliti mendapatkan data bahwa ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini:

1. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Mia Rosmiati yang berjudul “Penerapan metode bermain peran (role Playing) dalam peningkatan

keterampilan berbicara siswa” Dari pembelajaran menggunakan metode role playing dalam peningkatan keterampilan berbicara siswa ini terdapat pengaruh positif, Berdasarkan hasil penelitian, dengan melihat deskripsi data hasil pengujian hipotesis maka kesimpulan penelitian adalah rata-rata keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode role playing lebih besar dari pada menggunakan metode ceramah dan penugasan saja. Hasil belajar bahasa indonesia dengan materi keterampilan berbicara masih rendah dengan rata-rata 52,6 median 53,5 modus 50,8 nilai minimum 38 dan nilai maksimum 67. Dari data tersebut maka belum mencapai nilai KKM sekolah, sedangkan hasil tes akhir setelah menggunakan metode role playing , didapat hasil belajar belajar siswa rata-rata 70,61 sedangkan median 68,5 dan nilai minimum 60 sedangkan nilai maksimum 85. Dari tes akhir siswa sudah mencapai nilai > 6. 2. Penelitian (skipsi) yang dilakukan oleh Nurlaelah yang berjudul “Upaya

meningkatkan minat belajar siswa dalam pelajaran matematika kelas III di MI

Al-Hashyimiyah melalui model PAKEM” Hasil penelitian menunjukkan

(50)

40,5% menjadi 75,5% pada siklus II. Kesimpulan dari penelitian ini melalui model pembelajaran PAKEM dapat meningkatkan minat belajar siswa.

3. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Adang Saputra yang berjudul “Penerapan metode role playing (bermain peran) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKN” Dari pembelajaran menggunakan metode role playing terdapat peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKN, hal ini dapat dilihat dari hasil siklus yang dilakukan, pada siklus I diperoleh persentasi ketuntasan belajar siswa sebesar 43,82%, menjadi 73,53% sedangkan pada Siklus II persentasi ketuntasan belajar siswa 43,82% menjadi 100%. Ini membuktikan bahwa dengan menggunakan metode role playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran PKN.44

4. Penelitian (skripsi) yang dilakukan oleh Khoirul Zaki yang berjudul “Usaha Guru dalam meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran PAI di SD Muhammadiyah Ngijon I” Hasil penelitian tersebut menerangkan adanya peningkatan minat belajar siswa, hal ini berdasarkan pada hasil angket minat belajar siswa yang penyebarannya dilakukan sebanyak dua kali, hasil angket yang pertama sebesar 65,67%, sedangkan untuk hasil angket yang kedua sebesar 77,23%. Dan dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan minat belajar PAI siswa pada metode dan strategi belajar yang tepat.45

D.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah Penerapan metode Role Playing dapat meningkatkan minat belajar PAI siswa kelas VIII A SMPN 1 Cimarga Rangkas-Bitung Lebak Banten.

44

Sumber Berasal dari Perpustakaan Utama.

45

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Cimarga, yang terletak di Jl. Leuwidamar KM 09 Desa Margajaya, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak Rangkasbitung, Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 yaitu dari bulan Mei sampai bulan Juni 2014.

B.

Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.1

Penelitian ini dil

Gambar

Gambar Gambar 2.1 Role Playing9
Perbedaan antara minat, bakat, dan hobi.Tabel 2.1 21
Gambar 3.1
Tabel 3.3 Kisi-kisi instrument aktifitas belajar siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

pemerintahan atau pejabat yang berwenang melakukan tindakan diskresi harus memenuhi syarat sesuai dengan tujuan diskresi, tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penambahan tepung keong mas dalam ransum sampai taraf 9% dari total ransum mempengaruhi konsumsi

menggunakan model picture and picture yang dilakukan cukup berhasil untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri 06 Jirak Kabupaten

Menurut Remington (Nugroho, 1998) perokok dapat digolongkan sebagai berikut:.. Tipe perokok psikososial, yaitu: 1) Untuk mendapatkan imbalan psikososial, dalam arti dengan

[r]

Pemeriksaan kerokan kulit memiliki sensitifitas bervariasi tergantung lokasi dan cara pengambilan sampel. Skin surface biopsy merupakan metoda pengambilan sampel kulit non

Pertumbuhan mikroba yang baik akan menyebabkan kecernaan pakan juga. menjadi lebih baik

Perlu juga anda ketahui bahwa meskipun penyakit kutil kelamin ini, Umumnya tumbuh di daerah genital tapi juga bisa tumbuh di Anus, Bibir, Mulut dan Tenggorokan atau bagian tubuh