• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas penerapan strategi pembelajaran cooperatif tipe jigsaw learning pada bidang studi aqidah akhlak di MTs Ibnu Hajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas penerapan strategi pembelajaran cooperatif tipe jigsaw learning pada bidang studi aqidah akhlak di MTs Ibnu Hajar"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

AQIDAH AKHLAK DI MTS IBNU HAJAR

Oleh

Cici Rina Yuningsih NIM: 1810011000062

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

(2)

EFEKTIVITAS PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE JIGSAW LEARNING PADA BIDANG STUDI

AQIDAH AKHLAK DI MTS IBNU HAJAR SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

Cici Rina Yuningsih NIM. 1810011000062

Dosen Pembimbing

Drs. A. Basuni, M.Ag NIP. 194911261979011001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi berjudul Efektivitas Penerapan Strategi Pembelajaran Cooperatif Tipe Jigsaw Learning Pada Bidang Studi Aqidah Akhlak diMts Ibnu Hajar Disusun oleh Cici Rina Yuningsih, NIM.1810011000062, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh Fakultas.

Jakarta, 20 Oktober 2014

Yang Mengesahkan,

Dosen Pembimbing

(4)
(5)

Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul

Efektivitas Penerapan Strategi Pembelajaran Cooperatif Tipe Jigsaw Learning Pada Bidang Studi Aqidah Akhlak diMts Ibnu Hajar Disusun oleh Cici Rina Yuningsih, NIM.1810011000062, Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh pembimbing skripsi pada tanggal 20 Oktober 2014.

Jakarta, 20 Oktober 2014

Dosen Pembimbing Skripsi

(6)
(7)

ii

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga dan sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “ Efektivitas penerapan strategi pembelajaran cooperatif

tipe Jigsaw Learning pada bidang studi Aqidah akhlak di MTs. Ibnu Hajar ” ini merupakan salah satu syarat mencapai gelar sarjana pada jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sebagaimana yang diharapkan, meskipun waktu, tenaga dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesainya skripsi ini. Namun, kiranya hasil penelitian yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Dalam penulisan skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu untuk terwujudnya skripsi ini, ucapan terimakasih penulis tak lupa tujukan kepada :

1. Direktur Pendidikan Agama Islam (DITPAIS), Direktorat Jenderal

Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia yang telah memberikan bantuan dan beasiswa sampai penulis menyelesaikan studi; 2. Nurlena Rifai Ph.D, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta beserta seluruh jajarannya, baik bapak/ibu dosen yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan, maupun para staf yang telah membantu kelancaran administrasi;

3. Dr.H.Abdul Majid khon M.Ag, Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam

(8)

iii

4. A. Basuni,Drs.M.Ag dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya,

pikiran dan kesabaran yang teramat tulus disela-sela kesibukannya yang luar biasa untuk memberikan bimbingan kepada penulis selama menyelesaikan skripsi. Terima kasih Bapak.

5. Para Dosen yang telah memberikan pengalaman dan ilmunya kepada penulis dengan ikhlas dan sabar selama masa kuliah.

6. Drs. H. U. Salahuddin selaku kepala sekolah MTs. Ibnu Hajar yang telah

memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Seluruh dewan guru dan staf tata usaha MTs. Ibnu Hajar yang telah

membantu penulis melaksanakan penelitian ini.

8. Siswa-siswi MTs Ibnu Hajar khususnya kelas IX yang telah bersedia

menjadi subjek dalam penelitian ini.

9. Orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan dukungan

secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan cinta yang meraka berikan kepada penulis.

10. Suami saya tercinta, terimakasih atas doa dan dukunganya selama ini. 11. Seluruh teman yang seperjuangan dan sepenanggungan, yaitu anak PAI Dual

Mode System. Terima kasih banyak dan sukses selalu.

Tiada daya dan kekuatan melaikan milik Allah semata, segala kekurangan dan kesalahan yang telah penulis buat dalam penyelesaian skripsi ini, mohon dimaafkan. Semoga ini semua dapat bermanfaat hingga kedepannya.

Jakarta, 5 November 2014

(9)

iv

Efektivitas Penerapan Strategi Pembelajaran Cooperatif Tipe Jigsaw Learning Pada Bidang Studi Akidah Akhlak di MTs. Ibnu Hajar. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.

Kata kunci: Efektivitas Penerapan Strategi Pembelajaran cooperatif Tipe Jigsaw Learning Pada Bidang Studi Akidah Akhlak.

Kesadaran akan kebutuhan pendidikan kini cenderung meningkat. Pengembangan potensi kemanusiaan secara utuh dan penanaman nilai-nilai sosial budaya diyakini oleh sebagian kelompok masyarakat. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Karenanya pemilihan strategi pembelajaran harus diutamakan. Dengan menerapkan strategi pembelajaran yang efektif menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup. Faktor keaktifan siswa sebagai subyek belajar sangat menentukan hasil pembelajaran.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas penggunaan metode Jigsaw Learning pada pembelajaran bidang studi Akidah Akhlak di MTs. Ibnu Hajar kabupaten Bogor.

Metode analisis data yang digunakan adalah metode one group pretest dan posttest desain dengan taraf 5%. Data tentang efektivitas penggunaan metode Jigsaw dalam pembelajaran aqidah akhlak diperoleh hasil ulangan yang di isi oleh siwa/I di MTs. Ibnu Hajar Bogor. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus uji t diperoleh t hitung sebesar 2,84. Kemudian hasil tersebut dibandingkan dengan t table dengan taraf signifikan 5% adalah 2,02, berarti t hitung lebih besar dari pada t table. Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan metode Jigsaw dapat meningkatkan pembelajaran aqidah akhlak dengan nyata di MTs. Ibnu Hajar Bogor diterima.

(10)

v LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR UJI REFERENSI

LEMBAR PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Efektivitas Strategi Belajar Mengajar ... 6

1. Pengertian Efektivitas ... 6

2. Strategi Pembelajaran ... 7

3. Definisi Belajar ... 9

4. Teori Belajar ... 9

5. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar . ... 10

6. Prinsip Belajar ... 11

7. Tujuan Belajar ... 12

(11)

vi

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 13

2. Model Pembelajaran Cooperatif Learning Teknik Jigsaw ... 14

3. Pengertian Pembelajaran Koopertatif Model Jigsaw ... 15

4. Langkah- Lngkah Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw . 16 C. Bidang Studi Aqidah Akhlak ... 20

1. Pengertian Aqidah ... 20

2. Pentingnya Aqidah dan Ketetapannya ... 21

3. Pendidikan Aqidah ... 22

4. Tujuan Bidang Studi Aqidah Akhlak ... 22

5. Ruang Lingkup Bidang Studi Aqidah Akhlak ... 23

6. Pengertian Ilmu Akhlak ... 23

7. Macam- Macam Akhlak ... 24

8. Tujuan Mempelajari Akhlak ... 30

9. Penerapan Akhlak ... 31

D. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 31

E. Pengajuan Hipotesis ... 32

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Metode Penelitian ... 33

D. Variabel Penelitian ... 34

E. Populasi dan Sampel ... 34

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

(12)

vii

A. Gambaran umum MTs Ibnu Hajar ... 38

1. Sejarah Singkat Berdirinya MTs. Ibnu Hajar ... 38

2. Profil MTs. Ibnu Hajar ... 39

3. Visi dan Misi MTs. Ibnu Hajar ... 40

4. Keadaan umum MTs Ibnu Hajar ... 42

5. Keadaan Siswa dan Guru di MTs Ibnu Hajar ... 42

B. Deskripsi Data Penelitian ... 46

1. Pelaksanaan Penelitian ... 46

2. Pelaksanaan Metode Jigsaw Pada Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs bnu Hajar ... 48

C. Hasil Belajar Siswa Sebelum dan Sesudah Diterapkan Metode Jigsaw Learning ... 49

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

(13)

1

A.

Latar Belakang

Kesadaran akan kebutuhan pendidikan kini cenderung meningkat. Pendidikan secara universal dapat dipahami sebagai upaya pengembangan potensi kemanusiaan secara utuh dan penanaman nilai-nilai sosial budaya yang diyakini oleh sebagian kelompok masyarakat agar dapat mempertahankan hidup dan kehidupan secara layak. Secara lebih sederhana, pendidikan dapat dipahami sebagai suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan keseimbangan dan kesempurnaan dalam mengembangkan manusia.1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Lebih jauh, UU RI No. 20/2003 tentang Sisdiknas menegaskan secara jelas bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

Berhasil atau tidaknya sebuah pembelajaran, tergantung strategi pembelajaran yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar. Karenanya pemilihan strategi pembelajaran harus diutamakan, mengingat hal tersebut yang akan menentukan keberhasilan atau kegagalan pembelajaran yang hendak dicapai.

1

Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik bagi Anak Usia Dini TK/RA dan

Anak Usia Kelas Awal SD/MI, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), Cet. ke-1, hlm. 3.

2

(14)

Dalam permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian dan profesional. Pada kompetensi profesional untuk guru sekolah dasar mengandung tuntutan diantaranya adalah menerapkan berbagai pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif.

Dalam permendiknas RI No. 41 tahun 2007 disebutkan pula proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi, peserta didik untuk

berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.3

Mengajar dalam konteks standar proses pendidikan tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam proses belajar mengajar siswa harus dijadikan sebagai pusat dari kegiatan. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk watak, peradaban, dan meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar.4

Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah sehari-hari. Maka pendidikan islam adalah sebuah proses dalam membentuk manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimiliknya

3

Abdul Rozak, Ibid….hal, 489

4

(15)

untuk mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah Swt. Baik kepada tuhannya, sesama manusia dan sesama makhluk lainnya.5

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.

Hal ini menuntut perubahan- perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar- mengajar, maupun sikap dan

karakteristik guru dalam mengelola proses belajar- mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajar- mengajar, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi belajar- mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar- mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan- tujuan pendidikan yang harus mereka capai.

Untuk memenuhi hal tersebut di atas guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena memang siswalah subjek utama dalam belajar.6

Semua guru dapat mencoba mencari cara untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan menerapkan strategi pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup. Faktor keaktifan siswa sebagai subyek belajar sangat menentukan hasil pembelajaran. Proses pembelajaran searah dimana guru yang lebih mendominasi sementara siswa hanya duduk diam dan mendengarkan ceramah, menjadikan pembelajaran berjalan tidak proposional dan cenderung membosankan. Guru sangat aktif sedangkan sisiwa menjadi pasif, sehingga sisiwa tidak bisa mengembangkan potensi dan kreatifitasnya.

Kenyataan tersebut juga terjadi dalam proses pembelajaran aqidah akhlak.

Sehingga dapat dipahami bahwa salah satu faktor yang menyebabkan prestasi

5

Armai Arief, Pengantar Ilmu Dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, Juli 2002), hlm. 40-41

6

(16)

belajar menjadi rendah adalah kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran, hal tersebut lebih disebabkan oleh penggunaan vareasi pembelajaran yang belum sesuai dengan situasi kelas dan materi pelajaran. Oleh sebab itu kiranya perlu bagi guru yang bersangkutan untuk memilih menerapkan strategi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran aqidah akhlak.

Dan dari latar belakang diatas peneliti ingin melakukan studi kasus yaitu

dengan judul “ Efektivitas Penerapan strategi Pembelajaran Coorperatif Tipe

Jigsaw Learning Pada Bidang Studi Aqidah Akhlak Di MTs. Ibnu Hajar .

B. Identifikasi masalah

Adapun indentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Guru belum dapat menerapkan berbagai pendekatan, model,strategi, metode,

dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif. 2. Guru hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran.

3. Guru kurang memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam

meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memeperbaiki kualitas mengajarnya.

4. Guru belum menerapkan strategi pembelajaran yang dapat menciptakan

suasana belajar menjadi lebih hidup.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah sebagaimana yang diungkapkan diatas, jelas bahwa permasalahan yang timbul sangat luas, mengingat keterbatasan penulis dari segi waktu, tenaga dan biaya maka permasalahan dibatasi sebagai berikut:

1. Penerapan strategi pembelajaran cooperative tipe jigsaw learning yang dimaksud adalah untuk menciptakan suasana belajar menjadi aktif, serta

proses pembentukan dan perubahan sikap siswa menjadi cinta ilmu, gemar membaca, kreatif, disiplin, mandiri, ingin tahu, dan kerja sama.

2. Pada bidang studi akidah akhlak dimaksud untuk mengetahui pentingnya

(17)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana tersebut di atas, maka rumusan permasalahannya adalah:

Bagaimana Efektivitas penerapan strategi pembelajaran cooperatif tipe “

Jigsaw Learning” pada bidang studi Aqidah Akhlak di MTs. Ibnu Hajar.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui efektifitas penerapan strategi pembelajaran cooperative tipe

Jigsaw Learning” pada bidang Akidah akhlak di Mts. Ibu Hajar Bogor.

2. Mengetahui pelaksanaan belajar siswa pada pembelajaran Akidah Akhlak di

Mts. Ibnu Hajar Bogor

3. Menerapkan strategi “Jigsaw Learning” pada bidang studi Akidah akhlak di

Mts. Ibnu Hajar Bogor. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan pengembangan teori pembelajaran dalam meningkatkan belajar mandiri siswa, hasil belajar aqidah akhlak, dan bahan referensi bagi peneliti lain.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran,

menumbuhkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab dan mengembangkan sikap berani,terampil berbicara sesuai dengan tingkat pemahamannya.

b. Bagi guru, dapat menambah wawasan keterampilan dalam memilih dan menerapkan teknik pembelajaran yang tepat kepada peserta didik, dan meningkatkan keberhasilan dalam mengajar.

c. Bagi Madrasah, dengan penerapan model pembelajaran tipe “Jigsaw

(18)

6

A. Efektivitas Strategi Belajar Mengajar 1. Pengertian Efektivitas

Hal yang diharapkan dalam sebuah lembaga pendidikan adalah tercapainya suatu efektivitas dalam menjalankan sebuah kegiatan. Dalam memaknai efektivitas setiap orang memberi arti yang berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan yang dikehendaki. Sesuai yang dikemukakan

oleh Chung dan Maginson (1981)” effectiveness means different to different

people”.1 Dalam kamus bahasa Indonesia efektif berarti pengaruh, ada

pengaruhnya akibatnya.2 Jadi efektivitas adalah bagaimana suatu organisasi itu berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam mewujudkan tujuan operasional.3

Dari definisi tersebut suatu kegiatan yang dilakukan secara efektif

maka akan membawa hasil yang berguna.

Secara umum strategi belajar mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar. Strategi bisa diatikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Ada Empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut 4:

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan

tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

1

Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah,(Bandung : Rosdakarya,2002), hal.82

2

Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap (Surabaya: Apollo), hal . 181

3

Mulyasa. Op.cit., 4

(19)

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan

pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar

yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria

serta standar keberhasilan seehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang

selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

2. Strategi pembelajaran

Pada mualnya istilah strategi digunakan dalam dunia milier yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Seorang yang berperan dlam mengatur strategi, untuk memenangkan peperangan sebelum melakukan suatu tindakan, ia akan menimbang bagaimana kekuatan pasukan yang dimilikinya baik dilihat dari kuantitas maupun kualitas; misalnya kemampuan setipa personal, jumlah dan kekuatan persenjataan, motivasi pasukannya, dan lain sebagainya. Selanjutnya juga ia akan mengumpulkan informasi tentang kekuatan lawan, baik semuanya diketahui, baru kemudia ia akan menyusun tindakan apa yang harus dilakukannya, baik tentang siasat peperangan yang harus dilakukan, taktik dan teknik peperangan maupun waktu yang pas untuk melakukan suatau serangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian dalam menyusun strategi perlu memperhitungkan berbagai factor, baik kedlam maupun keluar.

Dalam dunia pendidikan strategi diartikan sebagai a plan method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (J. R. David,

(20)

Ada dua hal yang patut kita cermati dari pengertian diatas. Pertama,

strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan ( rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/ kekuatan dalam pembelajaran. Ini berati penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah- langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar

semuanya diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah rohnya dalam implementasi suatu strategi.

Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Bagaimana upaya mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal, ini yang dinamakan dengan metode. Dengan demikian, bias terjadi suatu strategi pembelajaran digunakan beberapa metode. Misalnya, untuk melakasanakan strategi ekspositori bias digunakan metode ceramah sekaligus metode tanya jawab atau bahkan diskusi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia termasuk menggunakan media pembelajaran.5

Kesimpulan dari uraian diatas bahwa terkait dengan strategi pembelajaran yaitu sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Penyusuanan langakah-langkah pembelajaran, penggunaan metode untuk merealisasikan strategi sangat dibutuhkan untuk keberhasilan sebuah tujuan pembelajaran, serta pemanfaatan

berbagai fasilitas sangat menunjang untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh semua guru. Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien

5

(21)

3. Definisi Belajar

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangata vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusa tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya. Bayi yang baru dilahirkan telah membawa beberapa naluri atau insting dan potensi- potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Akan tetapi, naluri dan potensi- potensi tersebut tidak akan berkembang baik tanpa pengaruh dari luar, yaitu campur tangan manusia lain.6

Belajar atau yang disebut juga dengan learning, adalah perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses belajar inilah manusia bertahan hidup (survive).

Belajar adalah proses dari belum mampu menjadi mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu.7

Dengan demikian belajar adalah perubahan hidup manusia dari belum mampu menjadi mampu.dari belum pintar menjadi pintar dan itu membutuhkan proses dalam jangka waktu tertentu

4. Teori belajar

Teori ialah pendapat yang dikemukakan oleh para ahli. Teori belajar sangat banyak dan beraneka ragam. Setiap teori menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam belajar, dan setiap teori yang dijadikan dasar akan mewarnai proses pembelajaran yang berlangsung. Setiap teori belajar dirumuskan berdasarkan kajian tentang perilaku individu dalam proses belajar. Kajian itu pada intinya

menyangkut dua hal8:

6

Muhammad Thobroni & Arif mustofa, Belajar dan pembelajaran, (Jogjakarta: AR- Ruzz Media,2011), hal.16

7

Zikri Neni Iska, psikologi, (Jakarta: Kzi Brothers,2006), hal.82

8

(22)

a. Konsep yang menganggap bahwa otak manusia terdiri atas sejumlah

kemampuan potensial (daya-daya), seperti menalar, mengingat, menghayal, yang dapat dikembangkan dengan latihan.

b. Konsep yang menganggap bahwa manusia merupakan suatu sistem energi

yakni suatu sistem tenaga yang dinamis yang berupaya memelihara keseimbangan dalam merespon sistem energi ini meliputi respon terhadap stimulus, motivasi, dan proses penalaran.

Dengan demikian bahwa teori-teori belajar yang dimaksud diartikan

bahwa dengan konsep-konsep belajar dan aspek-aspek yang menjelaskan tentang belajar.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar a. Faktor Internal

1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainnya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar.

2) Faktor Psikologis

Faktor kedua dalam faktor internal adalah faktor psikologis. Setiap manusia atau anak didik pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, tentunya perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing.

Dengan demikian faktor internal tersebut sangat mempengaruhi hasil belajar siswa baik secara fisik maupun kejiwaan.

b. Faktor Eksternal 1) Faktor Lingkungan

(23)

2) Faktor Instrumental

Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan.9

Dengan demikian faktor eksternal tersebut juga sangat mempengaruhi hasil belajar siswa baik tempat atau lingkungan yang nyaman dan fasilitas sekolah yang memadai. Semua faktor tersebut berperan penting untuk

meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik.

6. Prinsip Belajar

Prinsip- prinsip belajar terdiri dari tiga hal. Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil belajar yang memiliki cirri- cirri sebagai berikut:

a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental, yaitu perubahan yang

disadari.

b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya. c. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

d. Positif atau berakumulasi.

e. Aktif sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.

f. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Wittig, belajar

sebagai “any relatively permanent change in an organism’s

behavioral repertoire that accurs as a result of experience.

g. Bertujuan dan terarah.

h. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena dorongan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang

dinamis, konstruktif, dan organic. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.

9

(24)

Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dan lingkungannya.

7. Tujuan Belajar

Tujuan belajar yang ekplisit diuasakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional yang dinamakan Instructional effects, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajarinstruksional disebut nurturant effects. Bentuknya

berupa kemampuan berfikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainnya. Tujuan ini merupakan konsekuensi

logis dari pesrta didik “menghidupi” (live in) suatu system lingkungan belajar

tertentu.

8. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan. Nilai- nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut.

a. Informasi herbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupn tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi symbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.

b. Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis- sintetis fakta-konsep, dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual

merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c. Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas

(25)

d. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak

jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan

penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nillai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai strandar perilaku.10

B. Pembelajaran kooperatif

1. Pengertian pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Seperti diungkapkan oleh Lie , bahwa “ Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

Lie menyatakan bahwa jigsaw merupakan salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Banyak riset telah dilakukan berkaitan dengan pembelajaran kooperratif dengan dasar jigsaw. Riset tersebut secara konsisten menunjukan bahwa siswa yang terlibat didalam pembelajaran model kooperatif model jigsaw ini memperoleh prestasi lebih baik, mempunyai sikap yang lebih baik dan lebih positif terhadap pembelajaran, disamping saling menghargai perbedaan dan pendapat orang lain.

Jhonson and Jhonson melakukan penelitian tentang pembelajaran

kooperatif model jigsaw yang hasilnya menunjukan bahwa interaksi kooperatif memiliki berbagai pengaruh positif terhadap perkembangan anak. Pengaruh positif tersebut adalah:

10

(26)

a. Menigkatkan hasil belajar; b. Meningkatkan daya ingat;

c. Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi; d. Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsic (kesadaran individu);

e. Meningkatkan hubungan antar manusia yang heterogen; f. Meningkatkan sikap anak yang positif terhadap sekolah;

g. Meningkatkan sikap positif terhadap guru; h. Meningkatkan harga diri anak;

i. Meningkatkan perilaku penyesuaian social yang positif; dan j. Meningkatkan keterampilan hidup bergotong royong.11

Pembelajaran koorperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa, terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa serta memiliki pengaruh positif terhadap perkembangan anak.

2. Model Pembelajaran Coorperatif Learning Teknik Jigsaw

Model pembelajaran coorperative learning teknik jigsaw ini pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins.

Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai metode Coorperative learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

Dalam teknik ini, guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan

pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa berkerjasama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

11

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,

(27)

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.12

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satusama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali kepada tim/ kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang

lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran koorperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari bebrapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

3. Pengertian Pembelajaran Koorperatif Model Jigsaw

Arti Jigsaw dalam bahasa Inggris adalah gergaji ukir dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah Puzzle yaitu sebuah teka-teki menyusun potongan gambar. Pebelajaran koorperatif model jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.13

Dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam

12

Sofan Amri &Lif Khoiru ahmadi, Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya,2010)., hal. 94

13

(28)

kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/ subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik atau bisa disebut juga kelompok ahli, membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.

4. Langkah- Langkah pembelajaran kooperatif model jigsaw

Pada dasarnya, dalam model ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa kedalam kelompok belajar koorperatif yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggung jawab terhadap penguasaan setiap komponen/ subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya. Siswa dari masing-masing kelompok yang bertanggung jawab terhadap subtopik yang sama membentuk kelompok lagi yang terdiri atas dua atau tiga orang.

Siswa-siswa ini bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kooperatifnya dalam: (a) belajar dan menjadi ahli dalam subtopik bagiannya; (b) merencanakan bagaimana mengajarkan subtopik bagiannya kepada anggota kelompoknya semula. Setelah itu, siswa tersebut kembali lagi kekelompok masing-masing

sebagai “Ahli” dalam subtopiknya dan mengajarkan informasi penting dalam

subtopic tersebut kepada temannya. Ahli dalam subtopiuk lainnya juga bertindak serupa. Sehingga seluruh siswa bertanggung jawab untuk menunjukan penguasaannya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru. Dengan demikian, setiap siswa dalam kelompok harus menguasai topic secara keseluruhan.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

a. Siswa dikelompokan dengan anggota kurang lebih 4 orang; b. Tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda;

c. Anggota dari tim yang berbeda dengan penugasan yang sama membentuk

(29)

d. Setelah kelompok ahli berdiskusi, tiap anggota kembali kekelompok asal dan

menjelaskan kepada anggota kelompok tentang subab yang mereka kuasai; e. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi;

f. Pembahasan;

g. Penutup.14

Langkah-langkah dalam penerapan teknik jigsaw adalah sebagi berikut 15:

a. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4-6 siswa dengan kemampauan yang berbeda.

Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dengan kelompok yang disebut kelompok ahli (counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali kekelompok asal. Kelompok asal ini oleh Arenson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji). Misal suatu kelas dengan jumlah 40 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 40 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 8 siswa dan 8 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali kekelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.

14

Ibid., hal. 217-218 15

(30)
[image:30.595.100.579.126.669.2]

Gambar contoh pembentukan kelompok jigsaw

b. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal,

selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.

c. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.

d. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan

berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berrikutnya.

e. Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran.

f. Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtun serta cukup

sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dalam pelaksanaan pembelajaran disekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut:

(31)

1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Coorperative Learning.

2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru

terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.

3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran

Coorperative Learning.

4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.

5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang

dapat mendukung proses pembelajaran.

Agar pelaksanaan pembelajaran Coorperative Learning dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model Coorperative

Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. 2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan

kelas heterogen.

3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran

Coorperative Learning.

4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.

5. Mensosialisasikan kepada siswa agar pentingnya sistem teknologi dan

informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.

Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa dengan guru akan menghasilkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupan di masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktip dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik pembelajaran Coorperative Learning

dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas siswa.

(32)

Sampai saat ini pembelajaran Coorperative Learning terutama teknik jigsaw belum banyak diterapkan dlaam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.

Sudah saatnya para pengajar mengevaluasi cara mengajarnya dan menyadari dampaknya terhadap anak didik. Untuk menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja sama dengan sesamanya dalam pembelajaran disekolah, model pembelajaran Coorperative Learning perlu lebih sering digunakan karena suasana positif yang timbul akan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mencintai pelajaran dan sekolah/ guru. Selain itu, siswa akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan berfikir.

C. Bidang Studi Aqidah Akhlak 1. Pengertian Aqidah

Kata „Aqidah berasal dari kata Bahasa Arab. Secara bahasa, Aqidah berarti

sesuatu yang mengikat. Kata ini, sering juga disebut dengan „aqa’id, yaitu kata

plural (jama) dari „aqidah yang artinya simpulan. Kata lain yang sempurna adalah

i’tiqod, mempunyai arti kepercayaan yang tersimpul dalam hati. Hal ini seperti

ditegaskan oleh Ash Shiddieqy, bahwa’aqidah adalah sesuatu yang dipegang teguh dan terhujam kuat didalam lubuk jiwa dan tidak dapat beralih dari padanya.

Disebut ilmu i,tiqad/ aqa’id karena ilmu ini membahas masalah-masalah

yang berhubungan dengan keyakinan yang terpatri dalam hati .. walaupun, pada

masa Rasulullah SAW, „Aqidah bukanlah sebuah disiplin ilmu tersendiri, karena

masalahnya sangat jelas dan tidak terjadi perbedaan-perbedaan faham, kalaupun terjadi, maka akan langsung diterangkan oleh beliau.

Kata Aqidah ini, dalam pertumbuhannya, sejenis dengan kata tauhid, dan kalam. Demikian juga dalam konteks keilmuannya, yakni ilmu aqidah sejenis

dengan ilmu tauhid, ilmu kalam atau teologi Islam.16

Adapun yang dimaksud dengan Aqidah Islam, ialah perkara-perkara yang dipercayai dan diyakini kebenarannya dalam islam berdasarkan dalil Al-Qur’an

16

(33)

dan Sunnah Rasul. Dalam penjabarannya, aqidah meliputi rukun iman yang ke enam dan mempercayai segala masalah gaib yang diutarakan dalam Al-Qur’an dan Hadits saheh. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aqidah islam ialah keyakinan dan kepercayaan terhadap segala ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad SAW. 17

Dengan demikian Aqidah adalah keteguhan hati yang dipegang seseorang dalam hal kepercayaan atau keyakinan yang melekat kuat didalam hati.

2. Pentingnya Akidah dan ketetapannya a. Pentingnya Aqidah

Ciri khas hewan yang paling menonjol terletak pada insting biologis, yang kekuatannya sebatass kebutuhan dan kemaslahatan jasmaninnya. Jika hewan merasa kenyang. Maka ia akan menyudahi aktivitas pemenuhan insting tersebut. Sangat sedikit hewan yang memenuhi kebutuhan biologisnya melebihi batas kemaslahatan sehingga berdampak negatif terhadapnya. Kalaupun ada, maka yang demikian merupakan keburukan fitrah biologisnya.

Sementara itu, insting biologis, syahwat, dan hawwa nafsu manusia terletak dibawah kekuasaan kehendak bebas. Manusia juga dianugrahi akal pikiran sehingga ia dapat mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak, serta dapat mengarahkan keinginannya dan menggerakan emosinya. Setiap saat, keinginannya selalu dikendalikan oleh akalnya sehingga segala perkara alkan terselesaikan dengan benar dan baik. Perilakupun menjadi istiqomah. Sebaliknya, jika akal dan pikirannya selallu mengikuti hawa nafsu dan syahwatnya, maka tidak pelak lagi ia tidak berbeda dengan binatang, bahkan lebih sesat darinnya.

Dengan demikan aqidah sangatlah penting yang harus ditanamkan pada

diri setiap manusia agar semua hal yang dilakukan terarah sesuai dengan yang ajarkan agama. Karena apabila seseorang telah memantapkan dalam dirinya

17

(34)

sebuah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dia akan takut untuk melakukan perbuatan tercela.

b. Aqidah dan ketetapannya

Kita merassa yakin tentang keberadaan berbagai zat atau sifat dialam ini. Hati kita merasa tentram dengan keyakinan tersebut dan tidak merasa ragu sedikitpun. Hal ini sama dengan keyakinan kita akan keberadaan berbagai benda dijagat raya ini, termasuk keberadaan zat kita dan sifat-sifat kita. Sekalipun orang lain dengan berbagai upaya berusaha menumbuhkan keraguan dan menggoyahkan

keyakinan kita, ia tidak akan berhasil, sebab sifat pengetahuan kita telah meningkat, dari sekedar pengetahuan menjadi keyakinan yang meresap kedalam akal pikiran. Hal ini disebabkan oleh seringnya kita melakukan kegiatan mengenal berbagai hal wujud disekitar alam nyata.

Dengan demikian keyakinan akan aqidah membuat seseorang merasa yakin akan kepercayaan yang dia pegang. Sehingga tidak akan tergoyahkan oleh hal apapun bersifat keduaniawian.18

3. Pendidikan Aqidah

Pendidikan Aqidah perlu dirancang secara baik sebagai fundamen dalam pendidikan islam. Segala jalur yang dewasa ini dikenal sebagai pendidikan formal, non formal, dan informal, perlu ditempuh dalam pembinaan akidah umat.

Pendidikan informal sudah dimulai dirumah oleh pihak orang tua dengan menanamkan keimanan dan ketakwaan kedalam pribadi anak-anak, semenjak anak itu mulai mengenal alam ini.19

4. Tujuan Bidang Study Aqidah Akhlak

Bidang studi Aqidah akhlak, bertujuan untuk 20:

18

Abdurahman Habanakah,Pokok-Pokok Aqidah Islam(Jakarta: Gema Insani,1998),cet ke-1 hal.33-34

19Hamzah ya’qub , Op.cit....,

hal.76. 20

DEPAG RI, Model kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Madrasah Tsanawiyah (MTs), sesuai dengan peraturan mentri Agama Republik Indonesia No.2 tahun 2008,

(35)

a. Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupuka, dan

pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengamalan peserta didik tentang aqidah islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.

b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari

akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai Akidah Islam.

5. Ruang Lingkup Bidang Study Aqidah Akhlak

Ruang lingkup mata perlajaran Aqidah Akhlak di madrasah Tsanawiyah, meliputi:

a. Aspek Akidah, terdiri atas dasar dan tujuan Akidah Islam, sifat-sifat Allah,

Al-Asma al-Husna, Iman kepada Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul, hari akhir serta Qadha Qadar.

b. Aspek Akhlak terpuji, yang terdiri dari bertauhid, Ikhlas, taat, khauf, taubat,

tawakal, ikhtiyar, sabar, syukur, qana’ah, tawudhu’, khusnu dzon,tasamuh, ta’awun berilmu, kreatif, produktif dan pergaulan remaja.

c. Aspek akhlak tercela, terdiri dari: kufur, syirik, riya, nifak, ananiyah, putus

asa, ghadhab, tamak, takabur, hasad, dendam, ghibah, fitnah dan namimah.

6. Pengertian ilmu akhlak

Dari sudut kebahasaan akhlak berasal dari bahasaArab, yaitu Isim mashdar

(bentuk infinitif) dari kata Akhlaqa, yukhliqu, ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi majid af ala, yuf ilu, if alan yang berarti al- sajiyah (perangi),

ath-thabi’ah(kelakuan, tabi’at, watak dasar), al- adat( kebiasaan , kelaziman), al-

maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).

Namun kata akhlak dari akhlaqa sebagaimana tersebut diatas tampaknya kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlaq tetapi ikhlaq.

(36)

yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut mememang sudah demikan adanya. Kata Akhlaq adalah jamak dari kata Khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana telah disebutkan diatas. Baik kata akhlaq atau khuluq kedua-duanya dijumpai pemakaiannya baik dalam Al-Quran, maupun al- Hadits.21

Dengan demikian arti akhlaq atau khuluq secara kebahasaan berarti budi

pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala sesuatu yang sudah menjadi

tabi’at.

7. Macam-macam Akhlak a. Akhlak Al - Karimah

Akhlak Al- Karimah atau akhlak yang mulia amat banyak jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dapat dibagi kepada tiga bagian. Pertama, akhlak mulia kepada Allah, kedua akhlak mulia terhadap diri sendiri, dan ketiga akhlak mulia terhadap sesama manusia. Ketiga akhlak mulia ini dapat dikemukakan sebagai berikut 22:

1). Akhlak terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan mampu menjangkau hakikat-Nya.

Banyak alasan mengapa manusia harus berakhlak baik terhadap Allah. Diantaranya adalah hal-hal sebgai berikut:

a). Karena Allah telah menciptakan manusia dengan segala keistimewaan dan kesempurnaannya. Sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya manusia

berterima kasih kepada yang menciptakannya.

21

Abudin Nata, akhlak Tasawuf (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), cet ke-11, hal.1-2

22

(37)

Seorang muslim menyaksikan dan menyadari, betapa Maha Halus dan Bijaksana Allah SWT Terhadap urusannya, limpahan rahmat kasih sayang-Nya dan maha pemurah terhadap makhluk ciptaan-nya, yangs sangat dibutuhkanya dengan tanpa henti-hentinya. Maka karenanya lalu memusatkan dan memurnikan ketaatannya dengan hati yang setulus-tulusnya berdoa dan memohon kepada Allah mendekatkan diri kepada-Nya dengan perantaraan Asmaa’-Nya dan ucapan zikir dan dia dipanjatkan kepada Allah SWT, ia melakukan perbuatan amal perbuatan yang shaleh atau baik, sebagai perwujudan tanda-tanda sopan santun seorang

muslim terhadap Allah, maha pemelihara dan pencipta-Nya. Sebab tidaklah sopan dan tidak pula patut apabila seseorang tidak mengharapkan kabajikan yang melimpah melalui segala sesuatu atau bersifat putus asa terhadap nikmat keutamaan yang meliputi seluruh makhluk dan putus harapan terhadap kasih sayang dan rahmat-Nya.

b). Karena Allah telah memberikan perlengkapan pancaindra hati nurani dan

naluri kepada manusia. Semua potensi jasmani dan rohani amat tinggi nilainya, karena dengan potensi tersebut manusia dapat melakukan berbagai aktifitas dalam berbagai bidang kehidupan yang membawa kepada kejayaannya.

Firman Allah SWT:











Artinya :” Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak

mengetahui sesuatau apapun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan

dan hati, agar kamu bersyukur”. (Q.S. An-Nahl,78).

Kata- kata agar kamu bersyukur yang disebutkan oleh Allah setelah Allah menjelaskan tentang penciptaan manusia dengan segala kelengkapannya itu, dapat

(38)

2). Akhlak Yang Baik Terhadap Diri Sendiri

Selaku individu, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan segala kelengkapan jasmaniah dan rohaniahnya. Ia diciptakan dengan dilengkapi rohani seperti akal pikiran, hati nurani, naluri, perasaan dan kecakapan batiniah atau bakat. Dengan kelengkapan rohani ini manusia dapat memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya secara konseptual dan terencana, dapat menimbang antara baik dan salah, dapat memberikan kasih sayang, yang selanjutnya dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan peradaban yang

mengangkat harkat dan martabatnya.

Disamping itu, seorang muslim juga beriman dan percaya, bahwa yang dapat membersihkan jiwa dan menyelamatkannya ialah iman yang baik dan amal shaleh, sedangkan yang mengotori dan merusaknya ialah dampak negatif dari kekafiran dan perbuatan dosa maksiat.

Firman Allah:







Artinya :” sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang mereka kerjakan itu,

telah menutup (mengotori) hati mereka”. (Q.S. Al- Muthafifin,14).23

Akhlak baik, meliputi antara lain:

a) Bertaubat (Al-Taubah), yaitu suatu sikap yang menyesali perbuatan buruk

yang pernah dilakukan dan berusaha menjauhinya, serta melakukan perbuatan baik.

Seperti firman Allah:















Artinta:“Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada Kami,

23

(39)

pastilah Kami akan bersedekah dan pastilah Kami Termasuk orang-orang yang saleh.””(QS. At-Taubah [9] : 75).

b) Bersabar (Al-Sabru), yaitu suatu sikap yang betah atau dapat menahan diri

pada kesulitan yang dihadapinya. Tetapi tidak berarti bahwa sabar itu langsung menyerah tanpa upaya untuk melepaskan diri dari kesulitan yang dihadapi oleh manusia. Maka sabar yang dimaksudkannya adalah sikap yang diawali dengan ikhtiyar, lalu diakhiri dengan sikap menerima dan ikhlas, bila seseorang dilanda suatu cobaan dari Tuhan.

Seperti firman Allah:









Artinta: “Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar.”(QS. Hud [11] :11).

c) Bersyukur (Al-Shukru), yaitu suatu sikap yang selalu ingin memanfaatkan dengan sebaik-baiknya, nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT kepadanya, baik yang bersifat fisik maupun non-fisik. Lalu disertai dengan

peningkatan pendekatan diri kepada Yang memberi nikmat, yaitu Allah SWT. Seperti firman Allah:











Artinya: “Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu

bersyukur.”(QS. Al-Baqarah [2] :52).

d) Rasa persaudaraan (Al-Ikha’), yaitu sikap jiwa yang selalu ingin berhubungan

baik dan bersatu dengan orang lain, karena ada keterikatan batin dengannya. e) Memberi nasehat (An-Nasihah), yaitu suatu upaya untuk memberi

petunjuk-petunjuk yang baik kepada orang lain dengan menggunakan perkataan, baik ketika orang yang dinasehati telah melakukan hal-hal yang buruk, maupun belum

f) Memberi pertolongan (An-Nashru), yaitu suatu upaya untuk membantu orang

(40)

g) Sopan santun (Al-Hilmu), yaitu sikap jiwa yang lemah lembut terhadap orang

lain, sehinnga dalam perkataan dan perbuatannya selalu mengandung adab kesopanan yang mulia.

h) Ikhlas (Al-Ikhlas), yaitu sikap menjauhkan diri dari riya’ (menunjuk

-nunjukkan kepada orang lain) ketika mengerjakan amal baik. Maka amalan seseorang dapat dikatakan jernih apabila dikerjakan dengan ikhlas.24

Seperti Firma Allah:













Artinya: “Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu)

dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata Dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf [12] : 24).

3). Akhlak Yang Baik Terhadap Sesama Manusia

Manusia adalah sebagai makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Untuk itu, ia perlu berkerja sama dan saling tolong menolong dengan orang lain. Oleh karenannya ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu dan lainnya saling

berakhlak yang baik, diantarannya mengiringi jenazah, mengabulkan undangan, dan mengunjungi orang sakit.

Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa dalam ikut serta mendewasakan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya didapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan, menghargainya dan sebagainya.

b. Akhlak Al- Mazmumah

Ahlak yang tercela (Akhlak Al- Mazmumah) secara umum adalah sebagai lawan atau kebalikan dari akhlak yang baik sebagaiman tersebut diatas. Namun

24

(41)

ajaran islam tetap membicarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara-cara menjauhinya.

Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam Akhlak yang tercela diantaranya:

1) Berbohong

Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya. Berdusta/bohong ada tiga macam : berdusta dengan perbuatan, berdusta dengan lisan, berdusta dalam hati. Apabila

kita hendak membangun masyarakat Islam maka pertama-tama yang harus kita lakukan ialah memberantas prasangka-prasangka dan membuang jauh-jauh keraguan/ syak wasangka, serta berpegang teguh dalam kejujuran.

Pertanyaan diatas memberikan penjelasan bahwa apabila seseorang suka berdusta maka ia adalah oarang munafik. Maka ia akan ditulis disisi Allah sebagai orang munafik, dan ia akan dibebani dosa dirinya dan dosa orang-orang yang meniru perbuatannya.

2) Takabur

Takabur adalah salah satu akhlak yang tercela pula. Arti takabur ialah merasa atau mengaku diri besar, tinggi, mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa diri serba hebat.

Takabur ada tiga macam, yaitu takabur kepada Tuahn, berupa sikap atau tidak mau memperdulikan ajaran-ajaranTuhan. Takabur kepada Rasul-Nya berupa sikap dimana oarng merasa rendah dirinya kalau mengikuti dan mematuhi Rasul tersebut. Dan takabur terhadap sesama manusia, menganggap dirinya lebih hebat dari orang lain.

Kemudain kalau orang yang sombong tidak segera bertaubat, kembali kejalan Allah, niscaya sifat takabur berkembang subur pada dirinya.

3) Dengki

Dengki atau kata Arabnya “Hasad” jelas termasuk akhlak Al-Mazmumah.

(42)

4) Bakhil

Bakhil artinya kikir. Oarang yang kikir ialah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya demikian sangat dan sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang lain.

Pada umumnya sifat bakhil dihubungkan dengan hak milik berupa harta benda. Karena itu orang bakhil, maksudnya ialah bakhil harata benda. Kebakhilan termasuk sifat yang buruk, jadi termasuk kelompok Akhlak Al-Mazmummah

(tercela).25

8. Tujuan Mempelajari Akhlak

Akhlak merupakan pondasi (dasar) yang utama dalam pembentukan pribadi manusia yang seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya pribadi berakhlak, merupakan hal yang pertama yang harus dilakukan, sebab akan melandasi kesetabilan kepribadian manusia secara keseluruhan.26

Tujuan dari pendidikan akhlak tersebut adalah untuk menyiapkan manusia (peserta didik) agar memiliki sikap dan prilaku yang terpuji. Baik ditinjau dari segi norma-norma agama maupun norma-norma sopan santun, adat kebiasaan, dan tatakrama yang berlaku di masyarakatnya.27

Adapun tujuan mempelajari nilai-nilai akhlak yaitu untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk.28 Selain itu juga secara efektif dapat membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Diketahui bahwa manusia memiliki jasmani dan rohani. Jasmani dibersihkan secara lahiriah melalui fiqh, sedangkan rohani dibersihkan secara batiniah melalui akhlak. Jika tujuan tersebut dapat tercapai,

25

Moh. Ardani, op.cit., hal. 57-59

26

Ramayulis Tuanku Khatib, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hal. 87.

27

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III

“Pendidikan Disiplin Ilmu”, (Jakarta: PT. Imperial Bhakti Utama, 2007), cet. Kedua, hal. 29.

28

(43)

maka manusia akan memiliki kebersihan batin yang pada gilirannya melahirkan perbuatan yang terpuji.29

Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan mempelajari ilmu akhlak itu, ialah un

Gambar

Gambar contoh pembentukan kelompok jigsaw
Tabel 2 Penyebaran peserta didik berdasarkan kelas
Tabel 4 Sarana dan prasarana MTs Ibnu Hajar
Tabel 5 HASIL ULANGAN
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah penentuan tarif pengiriman barang di PT Supra Raga Transport tepat karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan

Tabel 4.3 Distribusi Karakteristik Demografi Pendidikan Ibu yang Memiliki Bayi Usia 7 – 12 Bulan di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta Tahun

[r]

Huraian Sukatan Pelajaran ialah dokumen yang memperincikan Sukatan Pelajaran yang bertujuan untuk memenuhi cita-cita murni dan semangat Falsafah Pendidikan Kebangsaan, dan

Berdasarkan hasil pengamatan penulis dengan beberapa karyaw an diperoleh informasi bahw a sejumlah fakt or lain yang diprediksi t urut mempengaruhi kinerja pegawai

st rengt h of brand associat ions, dan Uniqueness of brand associat ions (Fat lahah, 2013); (2) Kepuasan pelanggan, indikat ornya adalah kepuasan t erhadap kemampuan unt uk

(1) Asisten Administrasi Pembangunan dan Kesejahteraan Rakyat mempunyai tugas pokok melaksanakan pembinaan dan mengkoordinasikan penyusunan pedoman dan petunjuk teknis

Dilinux sendiri sama seperti OS yang lain bisa menambahkan lebih dari 1 user untuk menggunakan komputer. User itu sendiri dibuat untuk membagi tugas kepada masing- masing orang