• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran guru agama islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa MTS. Darul Ma;arif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran guru agama islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa MTS. Darul Ma;arif"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

Di susun Oleh :

NURMALINA

106011000146

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

i

MTs. Darul Ma’arif

Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk

Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

NURMALINA 106011000146

Mengetahui

Dosen Pembimbing

Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag 19580918 198701 2 001

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

ii

telah diajukan dalam sidang Munaqosah pada tanggal 16 Maret 2011, skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program

Strata 1 (S1) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 16 Maret 2011

Panitia Sidang Munaqosah

Ketua Panitia

Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M.Ag.

NIP. 1968030.199803.1.002 ... ...

Sekretaris

Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag.

NIP. 19670328.20000 3.1.001 ... ...

Penguji I

Dr. Muhammad Dahlan, M. Hum ... ... NIP. 150.29.4450

Penguji II

Bahrissalim, M.Ag.

NIP. 1968030.199803.1.002 ... ...

Mengetahui : Dekan,

(4)

iii

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta/20 April 1989

NIM : 106011000146

Fakultas :Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan : PAI

Judul Skripsi : Peran Guru Agama Islam dalam Membentuk

Akhlakul Karimah Siswa-Siswi MTs. Darul Ma’arif

Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah M. Ag

Dengan ini saya menyatakan:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk

memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka

saya bersedia menerima sangsi yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 10 Februari 2011

Mahasiswa Ybs.

Materai 6000

Nurmalina

(5)

iv Siswi MTs. Darul Ma’arif

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan apa saja peran guru agama

Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa di MTs. Darul Ma’arif. Guru

adalah orang yang mendidik, membimbing dan ikut bertanggung jawab dalam membantu anak-anak dalam membentuk akhlakul karimah, guru bukan hanya seseorang yang berdiri didepan kelas untuk transfer ilmu, akan tetapi guru juga menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan masyarakat maupun keluarga. Sedangkan peran adalah keseluruhan tingkah laku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.

Untuk mempertahankan dan meningkatkan akhlakul karimah siswa maka penulis menyarankan kepada pihak sekolah untuk menjadikan akhlak sebagai orientasi utama dan pertama didalam penilaian dengan diimbangi oleh kapasitas intelektual anak didik.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif analisis yaitu menganalisa data dan informasi yang penulis peroleh dari hasil penelitian kemudian memaparkannya secara sistematis dan rasional. Aspek dalam penelitian ini adalah peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa di MTs. Darul Ma’arif dan perilaku siswa dalam lingkungan sekolah baik terhadap guru maupun terhadap teman.

Penulis menggunakan tekhnik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam mendeskripsikan hasil wawancara penulis menggunakan observasi dan dokumentasi sebagai penguat terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa.

(6)

v

Puji syukur kehadirat Allah SWT Sang Pencipta dan Penguasa Alam yang

telah melimpahkan kasih sayang, pemberi segala potensi dalam diri manusia.

Shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW seorang yang di

utus oleh Ilahi yang menjadi suri tauladan manusia sepanjang jalan kehidupan.

Dengan cinta dan kasihnya yang tulus Beliau telah menunjukkan kepada jalan

kebenaran dan kebahagiaan yang diridhai-Nya.

Alhamdulillah berkat bantuan dan petunjuk dari semua pihak baik secara

moril maupun materil, penulis dapat menyelesaikan penelitian ini walaupun masih

jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan selesainya skripsi ini, penulis tidak

lupa mengucapkan terima kasih pada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M. A. Dekan Fakultas Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim M. Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. Safiudin Shidiq, M. Ag. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama

Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawarah, M. Ag. Dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. H. Antung Abdullah. Kepala MTs. Darul Ma’arif Jakarta yang telah

memberikan izin dalam penelitian skripsi.

6. Semua pihak yang ada di MTs. Darul Maarif yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang telah membantu sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan.

7. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan

dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua Orang Tua penulis yang

(7)

vi

8. Adik Abu sofyan tercinta dan sepupu-sepupu tersayang, yang telah

memberikan motivasi kepada penulis.

9. Bapak pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan

Fakulatas Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan

kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian

skripsi ini.

10. Ivand Nurdin atas semangat dan dorongan yang tidak pernah berhenti

mengalir, karenanya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Sahabat-sahabat penulis (Rukoyah, Ela, Rara, Ikah, Rika, Fitri) yang telah

memberikan semangat bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.

12. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan

Pendidikan Agama Islam, khususnya kelas D angkatan 2006 yang tidak

disebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala

dari rahmat Allah SWT dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca. Amin ya robbal alamiin.

Jakarta, 10 Maret 2011

(8)

vii

Abstrak ... iv

Kata pengantar ... v

Daftar isi ... vii

Daftar Tabel dan Lampiran . ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ... 1

B. Masalah penelitian ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI MENGENAI PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA A. Guru Agama ... 8

1. Pengertian Guru ... 8

2. Kedudukan dan Peran Guru ... 11

3. Sikap dan sifat guru yang baik ... 14

4. Syarat-syarat Guru ... 16

B. Akhlak ... 19

1. Pengertian Akhlak ... 19

2. Pembentukan Akhlak ... 21

3. Aspek Akhlak ... 24

4. Metode Pembentukan Akhlak di Sekolah ... 25

C. Peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi Penelitian ... 31

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

(9)

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran umum MTs. Darul Ma’arif ... 36

B. Peran Guru Agama Islam dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa ... 45

C. Penyadaran Akhlak Siswa MTs Darul Ma’arif ... 46

D. Akhlak Siswa ... 55

E. Analisis ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(10)

ix

Tabel 2 Data guru dan pelajaran yang di ajarkan ...38

Tabel 3 Status kepegawaian guruMTs. Darul Ma’arif ...38

Tabel 4 Jumlah siswa MTs. Darul Ma’arif ...41

[image:10.595.116.525.81.471.2]
(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Menurut undang-undang Republik Indonesia No. 20 Th 2003 tentang

sistem pendidikan nasional disebutkan pengertian pendidikan sebagai berikut:

“ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Abu Hurairah r.a meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda :

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang berakhlak paling mulia.” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ahmad)1

Ibnu Qayyim menuturkan : keseluruhan isi agama Islam merupakan

akhlak. Jadi, barang siapa yang akhlaknya lebih luhur daripada dirimu, berarti

ia memiliki derajat agama yang lebih tinggi daripada dirimu".

1

(12)

Dari hadist di atas dijelaskan di antara hal yang paling mulia bagi

manusia sesudah iman dan ibadah kepada Allah ialah akhlak yang mulia

(Akhlakul Karimah). Dengan akhlak yang mulia terciptalah kemanusiaan

manusia dan perbedaannya dengan hewan.2

Di dalam undang-undang tersebut dicantumkan juga tentang tujuan

pendidikan nasional sebagai berikut :

Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap, menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Ini usaha dan sekaligus tujuan pendidikan nasional yang menjadikan

tugas dari guru agama sebagai pemegang peran utama, menjadi guru

dibutuhkan kepribadian yang baik dan berakhlakul karimah, guru adalah

ujung tombak dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha

pembentukan akhlakul karimah. Akhlak guru mempunyai pengaruh yang

besar sekali pada akhlak-akhlak siswa. Karena guru menjadi contoh teladan

bagi siswa, sebab itu haruslah guru berpegang teguh dengan ajaran agama,

serta berakhlak mulia, berbudi luhur, dan penyayang kepada siswanya.3

Profesi guru berperan sebagai pendidik. Mendidik itu sebagian

dilakukan dalam bentuk mengajar, memberikan dorongan, memuji,

menghukum, memberi contoh, dan membiasakan. Guru juga bertugas : (1)

wajib menemukan pembawaan yang ada pada siswa dengan berbagai cara

seperti wawancara, observasi, pergaulan dan angket. (2) berusaha menolong

siswa mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan

pembawaan yang buruk agar tidak berkembang. (3) mengadakan evaluasi

2

Sudirman Tebba, Manusia Malaikat, (Yogyakarta : Cangkir Geding, 2005), cet. 1, h. 67 3

(13)

setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan siswa berjalan dengan

baik.4

Ironisnya, selama ini pelaksanaan pendidikan akhlak masih terbatas

hanya pada aspek kognisi untuk pembekalan pengetahuan siswa. Hal ini

nampak jelas pada proses pembelajaran maupun pada evaluasi pendidikan

yang lebih terbatas pada penyerapan pengetahuan. Guru di depan kelas lebih

banyak mengajarkan pengetahuan, belum sampai pada menciptakan situasi

pendidikan yang mendorong tertanamnya nilai-nilai untuk membentuk akhlak

siswa. Padahal sebenarnya tugas guru bukan hanya sebatas itu, akan tetapi ia

juga harus dapat memperbaiki pendidikan akhlak yang telah diterima siswa,

baik dalam keluarga maupun masyarakat sekitarnya, sekaligus mengadakan

pendidikan ulang (re-education) terhadap apa yang telah diterima siswa

dimasa sebelumnya. Tugas tersebut merupakan kewajiban utama guru, karena

ajaran agama Islam membimbing manusia agar memperbaiki akhlak diri

pribadi dan masyarakatnya. Lingkungan masyarakat yang rusak agar segera

diubah akhlaknya, sehingga perbuatan dan perilakunya baik.

Masalah pembentukan akhlak sama dengan berbicara tentang tujuan

pendidikan, karena banyak dijumpai pendapat para ahli yang mengatakan

bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak. Ada pula pendapat

yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan,

pembinaan dan perjuangan keras yang sunguh-sungguh.

Pada kenyataannya di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak

melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode

terus dikembangkan, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa

terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah

dan Rasulnya, hormat kepada Ibu-Bapak, sayang kepada sesama makhluk

Tuhan.

Dewasa ini telah terjadinya dekadensi akhlak siswa, tata kesopanan

peserta didik yang kurang dan perilakunya tidak sesuai dan bertentangan

4

(14)

dengan nilai-nilai moral yang berlaku di sekolah. Seperti melecehkan

gurunya, berkata buruk, mencela, mengejek dan melawan guru (fisik atupun

non-fisik), melanggar disiplin sekolah, merokok, berambut gondrong,

membolos, berkelahi, pacaran, narkoba yang terus mengalami peningkatan

yang tajam terutama dalam lingkungan sekolah jumlahnya mencapai 45 %,5

tawuran antar sekolah, dan tindakan-tindakan yang bersifat kriminalitas

lainnya. Oleh sebab itu perlunya peran aktif dari berbagai kalangan terkait,

untuk bersama-sama mengentaskan problematika akhlak siswa, tentu dalam

hal ini guru di tuntut lebih berperan ekstra dalam proses pembentukan akhlak

siswa agar mereka tidak terperangkap dalam jurang bencana yang teramat

dalam, Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina.6

Salah satu peran guru, terutama guru agama adalah memberikan

contoh dan teladan yang baik kepada para siswanya. Contohnya dalam hal

memberikan pelajaran kepada siswa, sikap guru dan penyampaiannya yang

baik tentu akan membuat siswanya nyaman dalam proses belajar mengajar di

sekolah. Kenyamanan tersebut memberikan efek positif, misalnya siswa

mudah menangkap pelajaran, siswa tidak bosan dengan penyampaian guru,

atau siswa akrab dengan guru. Sebaliknya sikap dan cara penyampaian guru

yang tidak baik, tidak ramah, bermuka masam bahkan marah-marah tentu

akan mengganggu proses pembelajaran siswa, terlebih lagi guru menjadi

tidak berwibawa, dibenci dan dijauhkan, maka sikap dan penyampaian

seorang guru sangat berpengaruh pada proses pembelajaran dan pembentukan

akhlak siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk

meneliti dan membahas masalah akhlak tersebut di dalam skripsi dengan

judul : “PERAN GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK AKHLAKUL KARIMAH SISWA-SISWI MTS. DARUL MA’ARIF.”

5

______, Keadaan Darurat atau Siaga Remaja Jakarta Pemakai Narkoba, (Jakarta: Koran anak Indonesia, 2006)

6

(15)

B.

Masalah Penelitian

1.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis

dapat mengidentifikasi beberapa masalah yang terdapat pada judul di atas,

antara lain :

a. Kurang efektifnya rumpun pelajaran Agama Islam dalam

pembelajaran akhlakul karimah.

b. Aspek tujuan pembelajaran akhlak belum tercapai secara afektif dan

psikomotorik, tetapi masih terkonsentrasi pada aspek kognitif.

c. Kemauan dan kemampuan guru dalam membentuk akhlakul karimah

siswa.

d. Belum optimalnya pembelajaran budaya Islami di lingkungan sekolah.

e. Peran guru dalam membentuk akhlakul karimah bagi siswa.

f. Masih ditemukan beberapa pelanggaran moral dikalangan siswa.

g. Faktor pendukung dan penghambat dalam upaya pembentukan akhlak

siswa.

2.

Pembatasan Masalah

Untuk menghindari perbedaan persepsi serta pengarahan

permasalahan yang terlalu meluas maka permasalahan dalam penelitian ini

peneliti batasi sebagai berikut :

a. Peranan guru :

a) Pendidik yang mengarahkan siswa agar dapat membentuk perilaku

yang baik.

b) Pembimbing yang berkewajiban memberikan contoh yang baik

kepada siswa supaya mereka dapat mempertinggi perilaku yang baik.

c) Pengajar dengan cara mengajar, memberi dorongan, memberi

contoh, memuji dan membiasakan siswa.

d) Kemauan dan kemampuan seorang guru dalam membina akhlak

siswa.

(16)

3.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas dan

untuk memfokuskan kajian permasalahan dalam skripsi ini penulis

membatasi permasalahannya adalah :

a. Apa saja peran yang dilakukan guru agama Islam dalam membentuk

akhlakul karimah siswa?

b. Bagaimana akhlak siswa dalam berinteraksi dengan guru dan teman di

sekolah?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan dari penulisan skrpsi ini adalah sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan peran guru dalam membentuk akhlakul karimah

siswa.

b. Mendeskripsikan tingkat keefektifan peran yang dilakukan guru dalam

membentuk akhlakul karimah bagi siswa.

2. Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

a. Diharapkan skripsi ini dapat memberikan dorongan kepada semua

lembaga-lembaga pendidikan untuk lebih memberikan perhatian kepada

mata pelajaran Agama Islam khususnya tentang akhlakul Karimah.

b. Untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis dan sebagai

bahan rujukan bagi mereka yang ingin membahasa topik yang berkaitan

dengan masalah ini.

c. Bagi guru agar mengetahui tugas dan tanggung jawab yang diembannya

dalam membentuk akhlakul karimah siswa.

d. Sebagai bahan sumbangan pemikiran dalam rangka turut serta

mempersiapkan generasi yang memiliki pribadi yang berpola pikir

islam, berakhlakul karimah serta berguna bagi agama nusa dan bangsa.

Dalam usaha untuk memperoleh data-data dan informasi mengenai

(17)

dengan menggunakan penelitian lapangan (Feld Research), yakni

mengadakan penelitian lapangan untuk mengumpulkan dan mendapatkan data

yang jelas.

Adapun untuk menjelaskan permasalahan dalam skripsi ini penulis

menggunakan metode deskriftif analisis, yaitu menganalisa data dan

informasi yang penulis peroleh dari hasil penelitian kemudian

(18)

8

BAB II

LANDASAN TEORI MENGENAI PERAN

GURU AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK

AKHLAKUL KARIMAH SISWA

A.

Guru Agama

Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kondisi yang sengaja

diciptakan, dan gurulah yang menciptakan guna membelajarkan siswa. Dari

kedua belah pihak ini akan lahir interaksi edukatif dengan mempersiapkan

siswa agar beriman kepada Allah dan berakhlak mulia, membimbingnya

untuk mencapai kematangan berfikir dan keseimbangan psikis, serta

mengarahkannya agar membekali diri dengan berbagai ilmu dan keterampilan

yang bermanfaat. maka semua komponen diperankan secara optimal guna

mencapai tujuan pendidikan, maka untuk mencapai kesuksesan yang

diharapkan, peran guru amatlah penting di samping harus ada usaha dari

siswa itu sendiri.

Berikut akan penulis jelaskan mengenai pengertian guru agama Islam

serta perannya dan pembinaan akhlak siswa.

1

. Pengertian Guru Agama

Dalam kamus bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang

pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar.1 Kata Guru yang dalam

1

(19)

bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam Bahasa inggris teacher itu

memang memiliki arti sederhana, yakni seseorang yang pekerjannya

mengajar orang lain.2

Menurut Ahmad Tafsir pendidik adalah siapa saja yang bertanggung

jawab terhadap perkembangan anak.3 Menurut WJS Poerwadarminta yang

dikutip oleh Abuddin Nata guru adalah orang yang mendidik.4 Pengertian

ini memberikan kesan bahwa pendidik adalah orang yang melakukan

kegiatan dalam bidang mendidik.

Abudin Nata mendefinisikan guru adalah seseorang yang

memberikan bimbingan, arahan dan ajaran.5 Tugas pendidik dalam

pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan

perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotorik,

kognitif maupun potensi afektif.6

Dalam undang-undang No 14 tahun 2005 dijelaskan bahwa : Guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan

dasar, dan pendidikan menengah.7

Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa guru

adalah orang yang mendidik, membimbing dan ikut bertanggung jawab

dalam membantu anak-anak dalam membentuk akhlakul karimah. Guru

bukanlah sekedar orang yang berdiri di depan kelas untuk menyampaikan

materi pengetahuan tertentu, akan tetapi merupakan anggota masyarakat

yang harus ikut aktif dan berjiwa bebas serta kreatif dalam mengarahkan

2

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, suatu pendekatan baru, (Bandung: Remaja Rosdakrya offset, 1996), cet 3, h. 223

3

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001) cet 4, h.74

4

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005) h.113 5

Abudin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,2001), h. 84

6

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, h.74

7

(20)

perkembangan anak didiknya menjadi dewasa dan menjadi anggota

masyarakat yang bertanggung jawab.

Orang yang menerima amanat orang tua untuk mendidik anak itu

disebut guru. Namun guru bukan hanya penerima amanat dari orang tua

untuk mendidik anaknya, melainkan dari setiap orang yang memerlukan

bantuan untuk dididiknya. Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung

jawab atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah swt menjelaskan :

                                            

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.

Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat”.(Qs.

An-nisa : 58)8

Jadi predikat guru yang melekat pada seseorang didasarkan atas

amanat yang diserahkan orang lain kepadanya. Tanpa amanat itu,

seseorang tidak akan disebut guru.

Sedangkan pengertian agama adalah kebenaran yang bersumber

dari wahyu Tuhan mengenai berbagai hal kehidupan manusia dan

lingkungannya. Agama dapat mempertinggi akal pikiran perseorangan dan

memimpin supaya berfikiran waras dan cerdas tentang kejadian alam

semesta. Agama adalah obor yang menerangi seseorang untuk menempuh

jalan kebaikan serta mengatur perhubungannya dengan Khaliknya, dan

perhubungan dengan keluarga dan masyarakatnya.9 Secara terminologi

dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, agama di artikan aturan atau tata

8

Al-qur’an dan terjemahnya

9

(21)

cara hidup hubungan manusia dengan Tuhan dan sesamanya.10 Dalam

kamus besar Bahasa Indonesia agama adalah kepercayaan kepada Tuhan.11

Menurut Abdurrahman An-Nahlawi Islam berarti berserah diri kepada

Allah.12

Dengan demikian agama Islam adalah Agama Allah yang

disampaikan kepada Nabi Muhammad saw, untuk diteruskan kepada umat

manusia mengenai berbagai hal tentang kehidupan manusia dan

lingkungannya. Serta agama fitrah dan agama amalan, agama rohani dan

perasaan, agama logika dan fikiran, agama masyarakat dan peraturan.13

Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa guru agama Islam

adalah tenaga pengajar yang memiliki tugas dan tanggung jawab bidang

agama yang tidak hanya mengajar tetapi berfungsi sebagai pendidik dan

seseorang atau pendidik yang bertanggung jawab dalam membimbing anak

untuk membentuk akhlakul karimah. Selain itu, guru agama mempunyai

peran yang penting dalam membentuk akhlak siswa bukan hanya sekedar

menyampaikan materi yang diajarkan akan tetapi, seorang guru juga harus

dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa dapat

melihat contoh dari guru tersebut.

2. Kedudukan dan Peran guru agama

Dalam rangka ini guru tidak semata-mata sebagai pengajar, tetapi

juga sebagai pendidik dan sekaligus sebagai pembimbing yang

memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar. Salah satu hal

yang menarik pada ajaran Islam yaitu penghargaan Islam yang sangat

tinggi terhadap guru.

Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan

kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul, dikatakan

seperti itu karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan, sedangkan

Islam amat menghargai pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar

10

______, definisi-pengertian agama, dalam blogspot.com 11

Muhammad Ali, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern , h.3 12

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah, sekolah, dan masyarakat, (Jakarta : Gema Insani, 1995), h. 24

13

(22)

dan mengajar, yang belajar adalah calon guru, dan yang mengajar adalah

guru. Karena itu, Islam memuliakan guru.

Dalam mengajar guru memiliki tujuan, hal ini meliputi

perkembangan aspek-aspek akhlakul karimah yang diharapkan terjadi pada

peserta didiknya, seperti : pengetahuan, pengertian, sikap, kebiasaan,

keterampilan, budi pekerti, dan cita-cita.14

Peranan (role) guru artinya keseluruhan tingkah laku yang harus

dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.15

Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah,

keluarga maupun masyarakat. Di sekolah guru berperan sebagai pengajar

dan pendidik, di dalam keluarga guru berperan sebagai family educator

sedangkan di masyarakat guru berperan sebagai social developer (pembina

masyarakat), dan social motivator (pendorong masyarakat).

Di bawah ini ada beberapa pendapat mengenai peran seorang guru :

Menurut Abdurrahman An-nahlawi dalam bukunya yang berjudul

Pendidikan Islam di rumah, sekolah dan masyarakat mengatakan bahwa

guru memiliki dua fungsi yaitu : 1) Fungsi penyucian: artinya seorang guru

pembersih diri, pemelihara diri, pengembang serta pemelihara fitrah

manusia, 2) Fungsi pengajaran: artinya seorang guru berfungsi untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan agar siswa menerapkan seluruh

pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.16

Menurut Abuddin Nata peran yang dilakukan guru demikian luas,

guru di tuntut agar berperan sebagai informator, motivator, instruktur.17

Menurut Adams dan Dickley peran guru di sekolah sesungguhnya sangat luas, meliputi: 1. Guru sebagai pengajar (Teacher as an instructor), 2. Guru sebagai pembimbing (Teacher as a counsellor), 3. Guru sebagai ilmuwan (Teacher as a scientist), 4. Guru sebagai pribadi (Teacher as a person), 4. Guru sebagai

14

Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Jakarta, 2005), h. 36

15

Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), h. 165

16

Abdurrahman An-nahlawi, Pendidikan Islam di rumah,sekolah dan masyarakat, (Jakarta : Gema Insani, 1995), h. 170

17

(23)

penghubung (Teacher as a communicator), 5. Guru sebagai pembangun (Teacher as a constructor).18

Peran guru dapat digambarkan melalui bagan berikut :

Bagan Tugas Guru

Sumber : Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Rosdakarya.1990), h.6

Bagan di atas tampak bahwa guru mempunyai peranan yang sangat

penting dalam upaya membentuk, mengarahkan dan membina siswa

18

Departemen Agama, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, h. 71

Tugas Guru Meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup

Mendidik

Profesi

Meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi Mengajar

Mengembangkan keterampilan dan penerapannya Melatih

Menjadi orang tua kedua

Kemanusiaa Transformasi diri

Auto identifikasi

Mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral pancasila

Kemasyarakatan

(24)

sehingga ia mampu membentuk akhlakul karimah siswa baik di sekolah

maupun di masyarakat.

Menurut S. Nasution tugas guru sebagai pendidik profesional

adalah: a) guru sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan b)

guru sebagai model, guru tersebut menjadi contoh dalam kehidupan

sehari-hari, bagaimana guru bersikap dalam lingkungan sekolah, keluarga dan

masyarakat. c) guru menjadi model sebagai pribadi, apakah ia berdisiplin,

cermat berfikir dan mencintai pelajarannya.19

Menurut Ag. Soejono tugas guru adalah: a) Wajib menemukan

pembawaan pada siswa dengan berbagai cara seperti pendekatan guru

kepada siswa. b) Berusaha menolong siswa mengembangkan pembawaan

yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak

berkembang. c) memberikan bimbingan jika siswa menemui kesulitan

dalam mengembangkan potensinya.20

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi

guru tidak hanya membimbing siswa saja, melainkan mendidik, mengajar,

serta menjadi contoh bagi siswa. Mampu mengembangkan potensi siswa,

menjadi informator dan motivator siswa dan menjadi sosok yang baik

dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.

3.

Sikap dan Sifat-Sifat Guru yang Baik

Mengajar adalah suatu usaha yang sangat kompleks, sehingga

sukar menentukan bagaimanakah sebenarnya mengajar yang baik. Ada

guru yang mengajar baik kepada Taman Kanak-kanak akan tetapi

menemui kegagalan di kelas-kelas tinggi SD, dan sebaliknya ada guru

besar yang pandai mengajar kepada mahasiswa akan tetapi tidak sanggup

menghadapi murid-murid di kelas SD. Sikap Guru yang baik dikutip oleh

Prof. Dr. S. Nasution adalah :

1. Guru yang baik memahami dan menghormati murid.

2. Guru yang baik menghormati bahan pelajaran yang diberikannya. Ia harus menguasai bahan itu sepenuhnya jangan

19

Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, h.115 20

(25)

hanya mengenal isi buku pelajaran saja. Melainkan juga menyukainya serta mangetahui pemakaian dan manfaatnya bagi kehidupan anak dan manusia umumnya.

3. Guru yang baik menyesuaikan metode mengajar dengan bahan pelajaran.

4. Guru yang baik menyesuaikan bahan pelajaran dengan kesanggupan individu.

5. Guru yang baik memberi pengertian dan bukan hanya kata-kata belaka. Salah satu penyakit yang terbesar di sekolah ialah verbalisme, yakni anak mengenal kata-kata tetapi tidak menyelami artinya, anak dapat mengatakan pelajaran di luar kepala, akan tetapi tidak memahami isinya.

6. Guru menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan murid.21

Menurut Parker dalam bukunya yang berjudul keberanian mengajar dijelaskan bahwa guru yang baik memiliki kapasitas untuk menjalin hubungan yang utuh di antara mereka sendiri, pelajaran mereka, dan siswa-siswa mereka.22

Menentukan apakah guru itu baik sangat sukar, oleh sebab itu

mengajar baik ditentukan oleh macam-macam faktor yang setiap kali

berlainan. Walaupun seorang guru mengajar baik di satu kelas, anak-anak

setiap tahun berbeda dari tahun-tahun yang lalu, sehingga tidak dapat

dipakainya setiap tahun cara-cara yang sama.

Untuk menjamin terselenggaranya pendidikan, setiap guru

berkewajiban mencintai tugasnya yang mulia dengan kesadaran

pengabdian hidupnya terhadap manusia, bangsa dan negara yang diridhai

oleh Allah SWT.

Untuk mencapai hal-hal tersebut, maka di bawah ini tata cara yang

wajib diamalkan oleh seorang guru dalam jabatannya.

Hubungan guru dengan murid :

1. Guru selaku pendidik, hendaknya selalu menjadikan suri teladan bagi

siswa.

21

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara) h. 8-11

22

(26)

2. Berikanlah pujian karena pujian menyebabkan siswa memahami guru

sebagai seorang yang sangat berperikemanusiaan dan untuk itu

selayaknya dihargai.23

3. Menyayangi dan memperingatkan siswanya bahwa tujuan menuntut

ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.24

Ciri-ciri guru yang paling disukai peserta didik, di dalam buku Didaktik Asas-asas Mengajar dijelaskan, Seorang guru profesional harus: (1)Suka membantu dalam pekerjaan sekolah, menerangkan pelajaran dan tugas dengan jelas serta mendalam dan menggunakan contoh-contoh sewaktu mengajar. (2)Riang, Gembira, mempunyai perasaan humor dan suka menerima lelucon atas dirinya. (3)Bersikap akrab seperti sahabat, merasa seorang anggota dalam kelompok kelas. (4)Menunjukkan perhatian pada murid dan memahami mereka. (5)Berusaha agar pekerjaan sekolah menarik, membangkitkan keinginan belajar. (6)Tegas, sanggup menguasai kelas, membangkitkan rasa hormat pada murid.(7)Tidak pilih kasih, tidak mempunyai anak kesayangan. (8)Tidak suka memarahi, mencela, mengejek, menyindir. (9)Betul-betul mengajarkan sesuatu kepada murid yang berharga bagi mereka.(10)Mempunyai pribadi yang menyenangkan.25

Jadi dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri guru yang baik adalah

seorang guru yang dapat memahami dan menghormati murid, tidak suka

mengomel, mempunyai pribadi yang menyenangkan dan dewasa. Serta

dapat menunjukkan perhatian kepada murid.

1.

Syarat-Syarat Guru

Kalau kita perhatikan apa yang telah diuraikan tentang pengertian

guru agama Islam, sifat-sifat guru, serta peran sebagai seorang guru

tidaklah mudah. Menurut Abdurrahman An-nahlawi, ada beberapa syarat

seorang guru yang perlu diperhatikan guru, yaitu:

1) Seorang guru hendaknya mengajarkan ilmunya dengan sabar. 2) Seorang guru ketika menyampaikan ilmunya kepada anak didik,

seorang guru harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang dia ajarkan dalam kehidupan pribadinya.

23

Thomas Gordon, Guru yang Efektif, (Jakarta : Rajawali, 1986) cet.2., h. 4 24

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persefektif Islam, h.83 25

(27)

3) Seorang guru senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan, dan kajiannya.

4) Seorang guru dituntut cerdik dan terampil dalam menciptakan metode pengajaran yang variatif serta sesuai dengan situasi. 5) Seorang guru dituntut mampu bersikap tegas dan meletakkan

sesuatu sesuai proporsinya sehingga dia akan mampu mengontrol dan menguasai siswa.

6) Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak, psikologi perkembangan, dan psikologi pendidik sehingga ketika guru mengajar, dia akan memahami dan memperlakukan ana didiknya sesuai kadar intelektual dan kesiapan psikologisnya.

7) Seorang guru dituntut untuk peka terhadap fenomena kehidupan sehingga dia mampu memahami berbagai kecenderungan dunia beserta dampak dan akibat bagi peserta didik, terutama dampak dalam pola pikir mereka.26

Soejono menambahkan syarat guru yang dikutip oleh Ahmad

Tafsir, adalah : (1) Umur harus sudah dewasa, (2) tentang kemampuan

mengajar, (3) ia harus ahli, dan (4) harus berdedikasi tinggi.

Sebagaimana pula dijelaskan pada peraturan pemerintah Republik Indonesia No 14 tahun 2005 tentang kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:

a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b. Pemahaman terhadap peserta didik

c. Pengembangan kurikulum atau silabus d. Perancangan pembelajaran

e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

g. Evaluasi hasil belajar, dan

h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian, kemampuan pribadi ini meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Beriman dan bertakwa b. Berakhlak mulia c. Arif dan bijaksana

26

(28)

d. Demokratis e. Mantap f. Berwibawa g. Stabil h. Dewasa i. Jujur j. Sportif

k. Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, dan

l. Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

a. Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun

b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional

c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik

d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku, dan

e. Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Kompetensi professional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan

b. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu.27

Menurut Al-Ghazali pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang

terhadap siswa, melakukan aktifitas karena Allah swt, mampu membrikan

nasehat yang baik kepada siswa, mampu mengarahkan siswa kepada hal

yang positif, mengetahui intelektualitas siswa, dan mampu menumbuhkan

kegairahan siswa terhadap ilmu yang dipelajarinya.28

27

Peraturan Pemerintah RI nomor 74 Tahun 2008, Guru, (Jakarta: BP. Cipta Jaya, 2009) 28

(29)

Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa seorang

guru di harapkan memiliki syarat-syarat, ada beberapa syarat yang harus

dimiliki seorang guru, diantaranya kemampuan dalam mengajar siswa,

karena jika guru tidak memiliki kemampuan dalam mengajar di

khawatirkan akan menjerumuskan siswa kepada hal-hal yang negatif, guru

diharapkan mempunyai sifat kasih sayang terhadap siswa, karena sifat

kasih sayang ini pada akhirnya akan melahirkan keakraban dan

ketentraman belajar selain itu harus memiliki kompetensi guru menurut

Undang-undang No 14 tahun 2005 yaitu kompetensi pedagogik,

kepribadian, profesional dan sosial..

B.

Akhlak

1.

Pengertian Akhlak

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jama dari “khuluqun” ( )

yang menurut bahasa diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku atau

tabiat. Dan akhlakul karimah adalah budi pekerti mulia atau tingkah laku

mulia.29

Ibnu Atsir mendefinisikan akhlak berarti dien, tabiat dan sifat,

hakikatnya adalah batin manusia, yaitu jiwa dan kepribadiannya.30

Secara istilah (terminologis ) Imam Al-Ghazali mendefinisikan :

“akhlak sebagai sifat yang tertanam di dalam jiwa yang menimbulkan

bermacam-macam perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran

dan pertimbangan”.31

29

Asmaran As, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), cet 3, h.1 30

Fariq bin Qasim Abnuz, Bengkel Akhlak, (Jakarta: Darul Falah, 2003), cet 2, h. 13 31

(30)

Ada beberapa pendapat ahli dalam mendefinisikan akhlak sebagai

berikut:

Al-Jahizh mengatakan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa

seseorang yang selalu mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa

pertimbangan ataupun keinginan.32

Tebba mengutip pendapat Hamzah ya’qub dalam bukunya Manusia

Malaikat :

1. Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara yang baik dan

buruk, antar yang terpuji dan yang tercela dan tentang perkataan atau

perbuatan manusia lahir dan bathin.

2. Pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik dan buruk

serta ilmu yang mengatur pergaulan manusia dalam bermasyarakat.33

Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak adalah kebiasaan

kehendak. Kehendak adalah ketentuan dari beberapa keinginan manusia

setelah bimbang, sedangkan kebiasaan merupakan perbuatan yang

diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, jika kehendak itu dibiasakan

melakukan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak.34

Pendapat seorang filosof muslim yang bernama Ibnu Maskawaih,

mendefinisikan akhlak secara luas sebagai berikut:

“akhlak adalah kondisi kejiwaan saat seorang manusia tergerak

melakukan sesuatu dengan tanpa berfikir terlebih dahulu. Dan ini terbagi

dua bagian yaitu : tabiat dan kebiasaan”.35

32

Mahmud Al-Mishri Abu Ammar, Ensiklopedia Akhlak Muhammad saw, (Jakarta : Pundi Akasara, 2009), cet 1, h. 6

33

Sudirman Tebba, Manusia malaikat, (Yogyakarta : Cangkir Geding, 2005), cet. 1, h. 66 34

Ahmad Amin, Ilmu Akhlak, Terj Farid Ma’ruf (Jakarta : Bulan Bintang, 1975) cet. viii, h. 62

35

(31)

Betapapun semua definisi akhlak di atas berbeda rumusannya,

tetapi sebenarnya tidak berjauhan maksudnya yaitu sifat, perangai, tabiat,

perilaku yang tertanam dalam diri seseorang, yang dapat membedakan

antara yang baik dan buruk. serta sebagai media yang memungkinkan

adanya hubungan baik antara Khaliq dengan makhluk dan antara makhluk

dengan makhluk.

2.

Pembentukan Akhlak

Pribadi manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha

pembentukan melalui kebiasaan. Jika manusia terbiasa berbuat jahat, maka

ia akan menjadi orang yang jahat. Sebaliknya jika manusia membiasakan

diri dengan cara bertingkah laku yang mulia, maka ia dapat membentuk

pribadi yang mulia.

Pendidikan Akhlak adalah roh dan tujuan utama pendidikan Islami.

Ketika memberikan pendidikan akhlak terhadap anak-anak, berarti kita

membiasakan anak untuk berakhlak mulia dan menjauhkannya dari akhlak

tercela dan mengembangkan anak supaya menjadi manusia yang sempurna

akhlaknya, dimana ia akan menjadi kunci pembuka kebaikan dan kunci

penutup kejahatan.36

Dalam hal membentuk dan membina tingkah laku dan etika anak

merupakan suatu kewajiban agama yang lazim bagi setiap pendidik

berdasarkan dalil dari Al-Qur’an dan Allah memerintahkan baik berbentuk

pengajaran, perlindungan dan peribadatan.37

Menurut sebagian ahli bahwa akhlak tidak perlu dibentuk, karena

akhlak adalah insting yang dibawa manusia sejak lahir. Dengan pandangan

seperti ini, maka akhlak akan tumbuh dengan sendirinya, walaupun tanpa

dibentuk dan diusahakan. Selanjutnya ada pula pendapat yang mengatakan

36

Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Seni Mendidik Anak 2, ( Kairo : Dar At-Tauzi wa

An-Nasyar Al-Islamiyah, 2001), cet.1, h. 50 37

(32)

bahwa akhlak adalah hasil dari pendidikan, latihan, pembinaan, perjuangan

keras dan sungguh-sungguh.

Kelompok yang mendukung pendapat yang kedua ini umumnya

datang dari ulama-ulama Islamyang cenderung pada akhlak. Ibnu

Miskawih, Ibnu Sina, Al-Ghazali dan lain-lain termasuk kepada kelompok

yang mengatakan bahwa akhlak adalah hasil usaha.

Akhlak adalah bagian integral dari Islam, sebagaimana halnya iman

dan ibadah. Artinya orang yang beriman harus beribadah dan berakhlak

mulia. Seorang muslim tidak lengkap keislamannya bila hanya beriman

dan beribadah, tetapi tidak berakhlak mulia. Sebaliknya, kalau orang

berakhlak tanpa iman, maka akhlaknya mempunyai dasar yang kuat.

Tanpa iman orang tidak memiliki pegangan hidup dalam menjalankan

akhlaknya.38

Di dalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari Iman.

Iman merupakan pengakuan hati, sedangkan akhlak pantulan dari Iman

berupa perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah maknawi, sedangkan

akhlak butuh keimanan dalam perbuatan yang dilakukan dengan kesadaran

dan hanya karena Allah swt.

Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan

pelaksanaan rukun Iman dan rukun Islam, karena ajaran Islam tentang

keimanan sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal

saleh dan perbuatan yang terpuji. Sedangkan mengenai rukun Islam sudah

jelas mengandung konsep pembinaan akhlak. Di antaranya ialah tunduk

kepada Allah dan Rasul-Nya sebagai pengamalan dari rukun Islam yang

pertama, shalat dapat mencegah perbuatan yang keji dan munkar,

mengeluarkan zakat dapat membersihkan diri dari sifat kikir, puasa dapat

melatih kesabaran, dan haji dapat menghindarkan diri dari kejahatan dan

permusuhan.

38

(33)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi anak dalam proses

pembentukan akhlak siswa. Faktor yang mempengaruhi pembentukan

akhlak pada diri seseorang adalah:

Pertama, faktor pembawaan dari dalam yang bentuknya dapat

berupa kecenderungan, bakat, akal, keturunan/keluarga merupakan

pendidikan yang utama bagi pembentukan akhlak anaknya. Yang

dilakukan oleh orang tuanya biasanya si anak mengikutinya. Oleh karena

itu peran orang tua sangat mempengaruhi watak dan karakter

anak-anaknya dan jika seseorang sudah memiliki pembawaan atau

kecenderungan kepada yang baik maka dengan sendirinya orang tersebut

akan menjadi baik.

Kedua, faktor dari luar, yaitu faktor lingkungan, lingkungan

masyarakat maupun lingkungan sekolah. Dari kedua faktor ini faktor

pergaulan/lingkunganlah yang sangat dominan pengaruhnya dalam

pembentukan karakter atau akhlak. Jika pembinaan yang diberikan kepada

anak itu baik, maka baiklah anak itu. Begitu juga sebaliknya, jika

pendidikan yang diberikan kepada anak itu tidak baik, maka buruklah

akhlak anak itu, seperti orang tua dahulu bilang siapa yang bergaul dengan

penjual minyak wangi maka akan dapat wanginya dan siapa yang bergaul

dengan tukang las maka akan terkena percikan apinya.

Ahmad amin dalam bukunya yang berjudul Ilmu Akhlak

berpendapat bahwa faktor lingkunganlah yang sangat berpengaruh dalam

mempengaruhi seseorang yakni sampai 80%.

Singgih D. Gunarsa mengutip pendapat Anastasih dalam bukunya

yang berjudul Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, di katakan

bahwa kadang-kadang lingkungan sangat kecil pengaruhnya tapi ada

masa-masa dimana pengaruhnya sangat besar. Seperti peristiwa traumatis

(goncangan jiwa), terjadi dalam waktu yang singkat akan tetapi,

menimbulkan reaksi dan akibat yang mungkin lama.39

39

(34)

Maka dapat disimpulkan bahwa faktor keturunan saja tidak

menentukan munculnya suatu ciri tingkah laku seorang anak, karena masih

ada faktor lain yaitu lingkungan yang paling berpengaruh dalam

pembentukan tingkah laku seorang anak.

3.

Aspek Akhlak

Akhlak merupakan kebiasaan kehendak. kehendak adalah

ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah bimbang, sedangkan

kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah

melakukannya, jika kehendak itu bila dibiasakan sesuatu maka

kebiasaannya itu disebut akhlak.

Yang termasuk kedalam aspek akhlak adalah:

1. Batiniyah, merupakan akhlak yang tidak tampak yaitu :

a. Instinct: suatu sifat yang dapat menimbulkan perbuatan untuk

mencapai tujuan tertentu dengan berfikir terlebih dahulu tanpa

adanya latihan. Misalnya seorang ibu yang berusaha menjaga

anaknya dan membesarkannya dengan memberikannya sandang,

pangan dan papan. Instinct disini yaitu kekuatannya mendorong hal

yang baik yaitu menjaga dan membesarkan anaknya.40

b. Kehendak: sebagai penggerak manusia sehingga akan timbul

perbuatan dari hasil kehendak tersebut. Kehendak ini kadang

menjadi pendorong dan kadang menjadi penolak yakni mendorong

manusia supaya berbuat terkadang mencegah kekuatan tersebut.

Misalnya ketika seorang anak sedang menulis, lalu ia merasakan

lapar, seketika itu juga ia berhenti menulis dan menuju ke meja

makan untuk makan. Kehendak disini yaitu ketika anak tersebut

merasa lapar dan ingin makan.

c. Suara hati: kekuatan untuk memerintahkan melakukan kewajiban

dan melarang melakukan suatu perbuatan. Misalnya seorang abid

terfikir untuk mencuri, akan tetapi ia menyadari bahwa mencuri itu

40

(35)

perbuatan dosa, maka kekuatan dalam hatinya melarang melakukan

pencurian, jadi disini suara hati itu adalah larangan mencuri.

2. Dzahiriah, merupakan akhlak yang nampak yaitu: Kebiasaan, suatu

perbuatan yang di ulang-ulang sehingga menjadi mudah dikerjakan. Hal

ini terjadi karena adanya faktor kesukaan hati melakukan perbuatan

tersebut sehingga dapat melahirkan perbuatan yang diinginkan.

Dapat disimpulkan bahwa suara hati itu terbentuk karena adanya

kehendak, dan kehendak tersebut timbul karena adanya instinc, ketiga hal

ini akan terbentuk menjadi akhlak (perilaku), dan semua ini dapat

terbentuk apabila seseorang yang memiliki iman. Karena dikatakan bahwa

orang mu’min yang sempurna imannya pasti memiliki akhlak yang paling

mulia.

4.

Metode Pembentukan Akhlak di Sekolah

Mendidik akhlak termasuk pekerjaan yang sangat penting, karena

anak-anak adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Jika anak dibiasakan

melakukan kebaikan maka baiklah dia, jika anak itu dibiasakan melakukan

keburukan maka anak tersebut menjadi buruk pula.

Anak-anak mempunyai pikiran yang terbatas, pengalaman yang

sedikit dan percobaan yang kurang. Mereka hidup dengan akal pikirannya

dalam alam yang nyata, yang dapat mereka ketahui dengan salah satu

panca indera. Mereka belum dapat memikitkan soal maknawi,

soal-soal abstrak dan hukum-hukum yang umum. Bahkan mereka belum dapat

memikirkan dalil-dalil dan teori yang dalam seperti Ilmu kalam dan

Filsafat.

Anak-anak itu sangat perasa, mempunyai perasaan halus, mudah

terpengaruh begitu juga sifat anak-anak yang suka mencontoh dan meniru.

Ditirunya apa-apa yang dilihatnya, dicontohnya kelakuan orang tuanya

atau teman sejawatnya.

Pendidikan agama khususnya akhlak yang akan diberikan kepada

(36)

sifat-sifatnya, berikan pendidikan agama dalam bidang yang praktis, berupa

amal perbuatan dan akhlak yang mulia dan kelakuan yang baik, sebaiknya

diberikan berupa kisah-kisah, seperti cerita keagamaan, riwayat

pembesar-pembesar Islam dan sebagian kisah-kisah Al-Qur’an yang mudah

dimengerti oleh mereka serta sesuai pula dengan kebutuhannya.41

Perhatian Islam yang demikian terhadap pembinaan akhlak ini

dapat pula dilihat dari perhatian Islam terhadap pembinaan jiwa yang harus

didahulukan daripada pembinaan fisik, karena dari jiwa yang baik inilah

akan lahir perbuatan-perbuatan yang baik yang pada tahap selanjutnya

akan mempermudah menghasilkan kebaikan dan kebahagiaan pada seluruh

kehidupan manusia lahir dan bathin. Perhatian Islam dalam pembinaan

akhlak selanjutnya dapat dianalisis pada muatan akhlak yang terdapat pada

seluruh aspek ajaran Islam. Ajaran Islam tentang keimanan misalnya

sangat berkaitan erat dengan mengerjakan serangkaian amal salih dan

perbuatan terpuji. Iman yang tidak disertai dengan amal salih dinilai

sebagai iman yang palsu, bahkan dianggap sebagai kemunafikan. Allah

berfirman :











Dan antara manusia (orang munafik) itu ada yang mengatakan: "Kami

beriman kepada Allah dan hari kemudian," padahal mereka itu

sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Baqarah : 8)

Ayat di atas menunjukkan dengan jelas bahwa iman yang

dikehendaki Islam bukan iman yang hanya sampai pada ucapan dan

keyakinan, tetapi iman yang disertai dengan perbuatan dan akhlak yang

mulia, seperti tidak ragu-ragu menerima ajaran yang dibawa Rasul, mau

memanfaatkan harta dan dirinya untuk berjuang di jalan Allah. Ini

menunjukkan bahwa keimanan harus membuahkan akhlak dan juga

41

(37)

memperlihatkan bahwa islam sangat mendambakan terwujudnya akhlak

yang mulia.

Pembinaan akhlak dalam Islam juga terintegrasi dengan

pelaksanaan rukun Islam. Hasil analisis Muhammad Al-Ghazali terhadap

rukun Islam yang lima telah menunjukkan dengan jelas, bahwa dalam

rukun Islam yang lima itu terkandung konsep pembinaan akhlak.

Rukun Islam yang pertama adalah mengucapkan dua kalimat

syahadat, yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan bersaksi

bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Orang yang tunduk dan

patuh pada aturan Allah dan Rasul-nya sudah dapat dipastikan akan

menjadi orang yang baik.

Rukun Islam yang kedua adalah mengerjakan shalat lima waktu.

Shalat yang dikerjakan akan membawa pelakunya terhindar dari perbuatan

yang keji dan munkar.

Rukun Islam yang ketiga, yaitu zakatjuga mengandung didikan

akhlak, yaitu agar orang yang melaksanakannya dapat membersihkan

dirinya dari sifat kikir, mementingkan diri sendiri, dan membersihkan

hartanya dari hak orang lain, yaitu hak fakir miskin. Muhammad

Al-Ghazali mengatakan bahwa hakikat zakat adalah untuk membersihkan jiwa

dan mengangkat derajat manusia ke jenjang yang lebih mulia.

Islam juga mengajarkan ibadah puasa sebagai rukun Islam yang

keempat, bukan hanya sekedar menahan diri dari makan dan minum dalam

waktu yang terbatas tetapi lebih dari itu merupakan latihan menahan diri

dari keinginan melakukan perbuatan keji yang dilarang.

Rukun Islam yang kelima adalah ibadah haji. Dalam ibadah haji

inipun nilai pembinaan akhlaknya lebih besar lagi dibandingkan dengan

nilai pembinaan akhlak yang ada pada ibadah dalam rukun Islam lainnya.

Hal ini bisa dipahami karena ibadah haji ibadah yang dalam Islam bersifat

komprehensif yang menuntut persyaratan yang banyak, yaitu disamping

(38)

bersabar dalam menjalankannya dan mengeluarkan biaya yang tidak

sedikit, serta rela meninggalkan tanah air, harta kekayaan dan lainnya.

Ada beberapa cara dalam pembentukan akhlakul karimah, Yaitu :

1. Pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus

menerus. Imam Ghazali mengatakan bahwa manusia itu pada dasarnya

dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan. Jika

manusia terbiasa berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang yang jahat,

begitupun sebaliknya jika manusia dibiasakan berbuat baik, maka ia

akan menjadi orang yang baik.

2. Melalui keteladanan, akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya

dengan pelajaran, instruksi dan larangan. Menanamkan sopan santun

memerlukan pendidikan yang panjang. Pendidikan itu tidak akan sukses

jika disertai pemberian contoh teladan yang baik dan nyata.42

Al-Ghazali juga menekankan tentang metode dalam membentuk

akhlakul karimah, ia menganjurkan agar anak-anak dijauhkan dari

temannya yang berperangai buruk, karena dikhawatirkan anak tersebut

juga berperangai buruk. Seorang anak juga tidak boleh dibiasakan manja,

bersenang-senang, memperoleh kelezatan hidup, karena dampaknya akan

tidak baik di kemudian hari.

Cara agar anak tidak bermain yang tak berguna atau hanya

bersenda gurau adalah membiasakan anak pada waktu senggang untuk

membaca, terutama membaca Al-Qur’an dan riwayat-riwayat hadist,

menghafalkan syair-syair yang mengandung kecintaan kepada orang yang

berhak dicintai. Membiasakan melakukan peribadatan seperti bersuci,

shalat, berpuasa pada bulan Ramadhan, diajarkan tentang ilmu syariah, dan

diajarkan bahwa dunia ini tidak kekal, akhirat lah yang mempunyai

kekekalan abadi.

Seorang anak harus dibiasakan rendah hati dan memuliakan setiap

orang yang bergaul dengannya, tutur katanya lemah lembut, tidak meludah

dihadapan orang lain, tidak meletakkan kaki di atas kakinya, tidak

42

(39)

meletakkan telapak tangan di bawah dagunya, tidak menaruh kepala pada

lengannya, karena hal ini menunjukkan sifat malas. Mendengarkan dengan

baik tatkala orang lain yang lebih tua berbicara, berdiri untuk orang yang

derajatnya lebih tinggi dan diberinya tempat yang lapang.

Dapat dilihat dari metode di atas bahwa metode pendidikan akhlak

itu dapat mendidik anak sebagai perangai pribadinya, watak dan

kebiasaan-kebiasaannya sebagai individu bahkan meletakkan dasar-dasar

yang wajib dilaluinya dalam interaksinya dengan orang lain.

C.

Peran Guru Agama Islam dalam Pembentukan Akhlakul

Karimah Siswa

Guru agama Islam memiliki peranan khusus yang signifikan, peran

yang dilakukan guru yaitu sebagai:

a. Pembimbing: guru sebagai pembimbing siswa dalam hal membentuk

akhlak dengan cara penyadar jiwa siswa, jika siswa melakukan kesalahan

peran guru adalah membimbing siswa agar tidak melakukan kesalahan

lagi dan memeri tahu dampak yang terjadi jika melakukan kesalahan.

b. Pendidik: guru mendidik siswa dengan cara meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai hidup, seperti nilai-nilai akhlak dalam

kehidupan, bersikap baik terhadap orang lain, menghormati yang lebih

tua dan menghargai yang lebih muda.

c. Teladan: guru sebagai teladan atau contoh bagi siswa, perilaku yang guru

lakukan merupakan teladan, maka guru tidak boleh membiasakan siswa

melakukan atau berperilaku buruk. Ini perlu disadari oleh guru sebab

perilaku guru akan mempengaruhi anak didik.

d. Pembiasaan: Metode pembiasaan berjalan bersama-sama dengan metode

keteladanan, sebab pembiasaan itu dicontohkan oleh guru. Guru sebagai

tokoh teladan dalam mencontohkan sikap teladannya, seperti

(40)

pengulangan, jika guru setiap masuk kelas mengucapkan salam, itu dapat

diartikan sebagai usaha membiasakan.

e. Pengawas: guru juga berperan sebagai pengawas, mengawasi siswa yang

berada di luar kelas maupun di dalam kelas. Jika siswa melakukan

kesalahan maka guru seharusnya menegur dan menasehati, apabila

kesalahn tersebut terulang kembali maka guru patut memberikan sanksi

sesuai dengan kesalahan siswa tersebut.

f. Pengajar: selain menjadi pembimbing, teladan dan pengawas peran guru

paling penting yaitu menjadi pengajar, guru melakukan transformasi ilmu

baik ilmu umum maupun ilmu agama, guru dapat melakukan penanaman

nilai akhlak dalam diri siswa dalam proses pembelajaran, dengan cara

bertutur kata lembut, tidak memaki siswa, menghormati siswa, dan

mengucap salam ketika masuk kelas.

Dengan demikian dapat disimpulkan peranan keteladanan guru,

pembimbing, pembiasaan, pengawasan dan pengajaran berpengaruh besar

terhadap perilaku siswa sebagai penerus bangsa. Melalui poses yang kontinyu

(41)

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai masalah dan hal-hal yang berkaitan dengan

pelaksanaan penelitian yang meliputi metodologi penelitian, waktu dan tempat

penelitian, aspek penelitian, tekhnik pengumpulan data, dan tekhnik pengolahan

analisa data.

A.

Metodologi Penelitian

Segala sesuatu untuk mencapai target yang diinginkan memerlukan

metode. Demikian halnya dengan penelitian, juga memerlukan metode agar

cara kerja yang ingin dihasilkan terarah dengan baik. Adapun penelitian ini

menggunakan metode diskriftif analisis, yaitu memaparkan secara mendalam

dengan apa adanya secara obyektif sesuai dengan data yang dikumpulkan.

Menurut Moleong, data dalam penelitian deskriftif adalah data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka. Hal ini

disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif. Selain itu, semua yang

dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah

diteliti.1

1

(42)

Untuk mendapatkan data-data dalam penulisan ini, tekhnik yang

digunakan oleh peneliti antara lain :

1. Penelitian Lapangan (Field Research): yakni untuk memperkuat data

secara teoritis untuk memperoleh informasi pada responden yang terkait

dengan judul sehingga diperoleh data yang valid dan dapat dipertanggung

jawabkan.

2. Studi kasus, Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu

masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang

mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi berupa dokumen,

catatan-catatan selam proses penelitian.

B.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Mts. Darul ma’arif, Jl. Fatmawati,

Kelurahan Cipete-Selatan, Kecamatan Cilandak, Kota Jakarta, dan waktu

penelitian ini dilangsungkan pada bulan Januari-Februari 2011

C.

Aspek Penelitian

Aspek dalam penelitian yang berjudul “Peran Guru Agama Islam

dalam Membentuk Akhlakul Karimah Siswa MTs. Darul Ma’arif” adalah sebagai berikut:

1. Peran guru agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa di

MTs. Darul Ma’arif.

2. Perilaku siswa dalam lingkungan sekolah baik terhadap guru maupun

terhadap teman.

Adapun definisi dari kedua variabel dari penelitian ini adalah:

Peran guru yang dimaksud mencakup proses penyelenggaraan

pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas. Selanjutnya dilakukan

anlisis terhadap peran guru berdasarkan indikator-indikator berikut ini:

a. Keteladanan guru didalam kelas maupun luar kelas.

(43)

c. Perilaku yang dibiasakan guru didepan siswa

Sedangkan perilaku siswa yaitu dalam kesadaran siswa terhadap:

1. Kemauan melakukan pembiasaan yang dilakukan guru.

2. Kesadaran menerapkan perilaku baik dalam lingkungan sekolah.

3. Ketepatan waktu ketika datang kesekolah.

4. Kemauan melaksanakan tata tertib yang sudah dibuat pihak sekolah.

Berdasarkan definisi tersebut, maka aspek peran guru dalam

membentuk akhlakul karimah siswa diukur dari data-data yang diperoleh

melalui wawancara dengan kepala sekolah dan guru agama Islam mengenai

proses membentuk akhlakul karimah. Adapun aspek perilaku siswa dalam

berperilaku diukur melalui wawancara kepada siswa dan pengamatan penulis.

D.

Sumber Data

Data-data dalam penelitian ini didapat dari sumber-sumber data berikut:

1. Fenomena peran yang dilakukan oleh guru agama Islam dalam membentuk

akhlakul karimah siswa

2. Kepala sekolah

3. Guru agama Islam

4. Siswa

5. Dokumen

E.

Tekhnik Pengumpulan Data

Suatu penelitian memerlukan data dan informasi yang berguna untuk

bahan pemecahan masalah yang ditemukan dalam penelitian tersebut, untuk

itu diperlukan tekhnik pengumpulan data yang tepat agar penelitian mencapai

tujuan yang diinginkan.

Untuk memperoleh data dari penelitian ini penulis menggunakan

(44)

1.

Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan

pengamatan langsung secara sistematis terhadap obyek yang sedang

diteliti. Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan data yang berkaitan

dengan keadaan lokasi obyek penelitian, yaitu pelaksanaan kegiatan

siswa-siswi MTs. Darul Ma’arif.

2.

Wawancara

Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara dari

terwawancara dalam mengumpulkan data dan informasi dengan cara

memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk lisan secara terstruktur

dan sistematis.2

Wawancara digunakan oleh peneliti untuk memperoleh informasi

langsung dari sumbernya. Informasi tersebut didapat dari komunikasi

dengan sumber data melalui dialog secara lisan secara langsung. Dalam

peneliltian ini peneliti mewawancarai kepala sekolah untuk mendapat

informasi data tentang sejarang berdirinya sekolah, visi-misi, keadaan

sekolah, keadaan guru dan hal lain seputar masalah yang menyangkut

dalam penelitian ini.

Selain itu, peneliti mewawancarai guru agama Islam untuk

memperoleh informasi data mengenai perannya dalam membentuk

akhlakul karimah siswa dan kegiatan yang berhubungan dengan upaya

peningkatan akhlakul karimah siswa. Peneliti juga mewawancarai

beberapa siswa untuk mendapatkan informasi data tentang keselarasan

data yang didapat dari sumber data lainnya.

3.

Dokumen

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan da

Gambar

Tabel  1 Pendidikan guru .......................................................................38
Tabel 2
Status Kepegawaian Guru MTs. Darul Ma’arif Tabel  3 3
Jumlah Siswa MTs. DTabel 4 arul Ma’arif dua tahun terakhir4
+3

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah (1) Bagaimana peran guru akidah akhlak sebagai pembimbing dalam membentuk akhlakul karimah siswa di MAN

Peneliti juga mewawancarai Dwi Susanti kelas XI IIS 1, mengenai seberapa pentingkah peran guru akidah akhlak sebagai motivator dalam membentuk akhlakul karimah

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : upaya guru pendidikan akhlak dalam menerapkan metode role playing untuk membentuk akhlakul karimah siswa SMP

Penelitian ini ingin melihat usaha-usaha yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam dalam rangka membentuk akhlakul karimah pada para siswa SMP Negeri 1 Ngunut

perilaku siswa yang lebih baik dan bagi guru pendidikan agama islam adalah. telah berhasil membentuk akhlakul karimah siswa dengan strategi

pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlakul karimah siswa, saran. tersebut

Skripsi tentang ‚Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dalam Membentuk Akhlakul Karimah Peserta Didik di SD Negeri 72 Lembang Kecamatan Enrekang‛ bertujuan

Tujuan penelitian: (1) Untuk mengetahui bagaimana peran guru pendidikan agama islam dalam membentuk Akhlak disiplin pada siswa di SMPN 2 Sumbergempol Tulungagung. (2)