Lampiran I
Tim Manajemen dan Redaksi viva.co.id
Chief Executive Officer A. Ardiansyah Bakrie
Chief Business Development Officer R. Bismarka Kurniawan
Chief Finance & Human Capital Officer Santana Muharam
Editor in Chief Maryadi
Redaktur Pelaksana
Umi Kalsum
Renne A. Kawilarang
Kepala Kompartemen
Arinto Tri Wibowo
Arfi Bambani Amri
Edwan Ruriansyah
Antique
Maya Sofia Puspitasari
Asep Ahmad Fauzi
Koordinator Liputan Jakarta M. Eko Priliawito
Koordinator Liputan Daerah Hadi Suprapto
Redaktur
Aries Setiawan
Lutfi Dwi Pujiastuti
Beno Junianto
Zaky Alyamani
Toto Pribadi
Finalia Kodrati
Dedy Priatmojo
Siti Ruqoyah
Siti Nur Aisyah Dewi
Rendra Saputra
Adrianus Berthus Mandey
Ricky Dastu Anderson
Mustakim
Irfan Laskito
Krisna Wicaksono
Harry Siswoyo
Syahdan Nurdin
Daurina Lestari
Rochmawati
Endah Lismartini
Asisten Redaktur
Moh. Arief Hidayat
Suryanta Bakti Susila
Amal Nur Ngazis
Ni Made Kumara Santi Dewi
Syahrul Syaifuddin
Nila Chrisna Yulika Putri Kusuma
Bayu Adi Wicaksono
Video Editor
Deta Ardian
Setyo Andi Saputro
Marito Dilisaputra
Kurnen Permana Putra
Reporter
Luzman Rifqi Karami
Muchammad Syuhada
Anry Dhanniary
R. Jihad Akbar
Tasya Paramitha
Shalli Syartiqa
Arie Dwi Budiwati
Taufik Rahadian
Eka Permadhi
Satria Permana
Aditya Putra Perdana
Fajar Ginanjar Mukti
Rizki Aulia Rahman
Muhammad Wirawan Kusuma
Agus Tri Haryanto
Romys Binekasari
Muhammad Indra Nugraha
Al Amin
M. Fikri Halim
Syaefullah
Linda Sari
Ichsan Suhendra
Reza Fajri
Agus Rahmat
Ade Alfath Azmi
Bayu Januar Nugraha
Dian Tami Kosasih
Fery Gom-gom Hendiray S.
Mitra Angelia
Moh. Nadlir
Nuvola Gloria
Irwandi
Rebecca Reifi Georgina Derru
Mohammad Iqbal
Foe Peace Mayden Day Simbolon
Kholisatussusur
Danar Dono
Rintan Puspita Sari
Fotografer
Ahmad Rizaluddin
Muhammad Solihin
Ikhwan Yanuar
Anhar Rizki Affandi
Web Design
Tri Jaya Daru
Adri Prastowo Elfi
Fitri Rachmawati
David R. Rorimpandey
Andri Daud Halomoan Arifin
Firman Nabawi
Sekretaris Redaksi
Ferri Damayanti
Ulfa Lestari
Viva Blog & Forum
Rizal Maulana
Dian Lestari Ningsih
Sumiyati
M. Eko Nugroho
Agus Adhari
Citizen Journalism
Syahdan Nurdin
R.R Sintia Citra Ayu Koesoema
Elly Rachmawati
Mayla Devia Kurnianingrum
Misa
Business Partnership Christine Natalia Nainggolan
Lampiran II
Artikel Berita Engeline di viva.co.id
1. Artikel Berita 1
NASIONAL
Mengerikan, Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan Rokok
Jasadnya kini masih diautopsi di RSUP Sanglah Denpasar. Rabu, 10 Juni 2015 | 17:08 WIB
Oleh : Harry Siswoyo, Bobby Andalan (Bali)
Petugas kepolisian saat mengevakuasi jasad terduga Angeline di kediamannya, Rabu (10/6/2015) (VIVA.co.id/Bobby Andalan)
VIVA.co.id - Angeline, bocah 8 tahun yang dinyatakan hilang sejak pertengahan
Mei lalu, ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Jasadnya kini tengah diautopsi di RSUP Sanglah Denpasar.
Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana menuturkan, Angeline diduga tewas karena jeratan tali. Sebab ada bekas jeratan dan tali di leher Angeline, saat tubuhnya ditemukan. "Ada jeratan di leher Angeline," kata Sudana, Rabu 10 Juni 2015.
Kini jasad Angeline tengah diautopsi, dipimpin langsung Kepala Instalasi
Forensik RSUP Sanglah Denpasar, dr Dudut Rustyadi SpF dan disaksikan Kabid Dokkes Polda Bali dr Felix Sangkalia dan Kasat Reskrim Polresta Denpasar.
Dari pemeriksaan awal terungkap sejumlah fakta mengerikan. Diketahui di tubuh Angeline, ditemukan banyak sekali luka dan bekas sundutan rokok.
dinaikkan ke kelas 3 oleh sekolahnya itu. Di antaranya luka memar di paha kanan samping luar, pada bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.
Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri samping, dada samping kanan, leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga, leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.
Selain luka memar, pada lengan tangan kanan terdapat bekas luka lecet, pada punggung kanan luka bakar berbentuk bulat, pada punggung kanan bawah bahu terdapat luka bakar akibat di sundut rokok dan pada bagian depan bawah lutut kanan terdapat luka lecet.
Hasil pemeriksaan awal, jasad Angeline dibungkus kain sprei berwarna putih. Jasadnya kotor bercampur tanah. Bersama jasad Angeline juga terdapat kain kemben berwarna merah motif bunga. Ada pula boneka Barbie kesayangan Angeline.
Selain barang-barang tadi, polisi juga menemukan baju kaos warna hitam, celana pendek anak-anak, celana jeans warna biru ukuran orang dewasa.
2. Artikel Berita 2
FOKUS
Tragedi Angeline Jangan Sampai Berbuah Misteri
Polisi harus tuntas mengusut, apakah pelakunya tunggal atau komplotan. Jum'at, 12 Juni 2015 | 00:17 WIB
Oleh : Aries Setiawan, Reza Fajri, Bayu Nugraha, Bobby Andalan (Bali)
Angeline semasa hidup. (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Pencarian bocah perempuan di Bali, Angeline, yang dinyatakan
hilang sejak Sabtu, 16 Mei 2015, berakhir pilu. Dia ditemukan tak bernyawa, Rabu, 10 Juni 2015, sekitar pukul 11.30 WITA.
Tubuhnya dikubur di belakang rumah di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Rumah orangtua angkat Angeline, Margareth Magawe. Kondisinya mengenaskan. Jasad bocah kelas 3 SD itu sudah membusuk.
Berdasarkan hasil autopsi tim forensik RSUP Sanglah, di tubuh gadis cilik itu terdapat banyak luka. Di antaranya memar di paha kanan samping luar, memar di bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.
Luka memar juga terdapat pada tungkai kaki kanan samping luar, tungkai bawah kaki kanan, punggung kaki kanan, paha kiri samping dalam, punggung kaki kiri samping, dada samping kanan.
Selain itu, terdapat luka di leher samping kanan, dahi samping kanan, pelipis kanan, dahi samping kiri, batang hidung, pipi kiri atas, pipi kiri bawah telinga, leher samping kanan dan leher kanan atas bahu.
Kepolisian Resor Kota Denpasar, Bali, dalam kasus ini sudah menetapkan satu tersangka yang diduga sebagai pelaku pembunuhan. Dia adalah Agus Andamai (25 tahun), seorang petugas keamanan di rumah Margareth. Saat ini, Agus ditetapkan sebagai pelaku tunggal.
Kasus kematian bocah perempuan berparas manis itu semakin menyayat hati. Sebab, tak hanya mendapat kekerasan fisik, Angeline juga mengalami kekerasan seks. Kepada penyidik, Agus mengaku telah memperkosa Angeline sebelum menghabisi nyawanya.
"Agus mengakui ia telah memperkosa Angeline. Perbuatan itu dilakukan di lantai dua rumah Angeline," kata Kapolresta Denpasar, Komisaris Besar Anak Agung Made Sudana, di sela rehat penyidikan di Mapolresta Denpasar, Rabu malam, 10 Juni 2015.
Menurut Sudana, aksi pemerkosaan dilakukan Agus pada malam hari. Aksi bejat Agus tak sampai di situ, usai memperkosa dan membunuh Angeline, dalam keadaan tak bernyawa Angeline masih sempat diperkosa lagi.
"Sudah tewas, sudah jadi mayat, Agus masih memperkosa lagi. Jadi, total dua kali dia memperkosa Angeline," ujar Sudana.
Kata Sudana, kecurigaan penyidik kepada Agus cukup beralasan. Apalagi, di tempat kejadian perkara, ditemukan palu dan kaos putih dengan bercak darah. Diduga palu dan kaos tersebut digunakan Agus untuk menghabisi korban. [Baca Ini Motif Agus Tega Bunuh Bocah Angeline]
Lalu, banyak yang menduga, ibu angkat Angeline, Margareth, terlibat atas peristiwa ini. Menyoal itu, Sudana menegaskan, Margareth tidak terlibat dalam kasus pembunuhan Angeline.
"Dia tidak terlibat dalam aksi pembunuhan. Statusnya masih saksi," kata Sudana.
Menurut Sudana, saat Angeline dibunuh, Margareth sedang berada di dalam rumah. Angeline dibunuh persis di depan kamar Margareth. Namun, anehnya Margareth mengaku tidak tahu kejadian pembunuhan anak angkatnya tersebut.
Soal ini, Sudana menjawab, "Dia kan tidak pernah ke luar, di dalam kamar terus."
Sementara itu, kakak angkatnya, Ivon dan Christin, tidak tinggal di rumah itu. Selain Margareth, di rumah itu ada penghuni kos saat Angeline dibunuh.
"Tetapi, penghuni kos-kosan itu tidak pernah di kos. Dia pulang jam 10 (malam), mandi lalu kerja lagi," kata Sudana.
Kendati hasil autopsi forensik menyatakan di sekujur tubuh Angeline terdapat banyak luka bekas siksaan, namun polisi belum menyimpulkan keterlibatan Margareth dalam kasus ini.
"Kami fokus pada peristiwa pembunuhan Angeline dulu. Ibunya (Margareth) tidak terkait itu (pembunuhan Angeline)," kata Sudana. [Baca Fakta Baru, Ibu Angkat Angeline Ternyata Psikopat]
Kapolda Bali, Inspektur Jenderal Ronny F Sompie, mengatakan keluarga Angeline pasti dimintai informasi untuk mencari tahu penyebab dan siapa yang bertanggung jawab atas kematian Angeline.
"Ada yang jadi saksi, mungkin ada yang kita tingkatkan jadi tersangka di antara mereka, atau siapa saja berdasar hasil pengolahan jenazah dan bukti-bukti lain atas penyelidikan ini," ujar Ronny.
Selain itu, lanjut Ronny, kepolisian juga tidak akan melupakan informasi yang diberikan oleh guru-guru Angeline. Sebab, sejauh ini, keterangan mereka yang menjadi petunjuk polisi.
"Hasil autopsi akan membuktikan keterangan tersebut (apakah ada unsur kekerasan). Apakah akan bisa menjadi dasar penempatan pasal pidana yang mentersangkakan terhadap kematian Angeline," tutur dia. [Baca Kebiri Penjahat Seks, Cara Selamatkan Anak Indonesia?]
Korban perdagangan anak?
Kasus ini memunculkan banyak dugaan. Selain ibu angkat yang dinilai bertanggung jawab, salah satunya, Angelina disebut-sebut sebagai korban perdagangan manusia dari jaringan paedofil. [Baca Komnas PA: Pembunuh Angeline Bukan Paedofil]
Ditanya soal kemungkinan adanya jaringan paedofil dalam kasus Angeline, Kapolda Bali Inspektur, Jenderal Ronny F Sompie menjawab singkat.
"Saya kira ini nanti saya bisa jawab ketika hasil penyidikan mendekati maksimal, apakah ada kaitan jaringan fedopil atau tidak. Sementara ini perlu bersabar mendapatkannya," kata Ronny, Kamis 11 Juni 2015.
Namun, Ronny memastikan, penyidik masih mendalami kemungkinan adanya tersangka lain yang terlibat. Baik sebagai penyuruh, atau turut serta melakukan, atau membantu melakukan dalam kasus pembunuhan Angeline.
"Ini masih terus dilakukan pemeriksaan dalam rangkaian penyidikan," kata Ronny.
pasti akan diuji di pengadilan. [Baca Desak Penuntasan Kasus Angeline, Warga Bikin Petisi]
Mantan Kadiv Humas Polri itu menambahkan, bila ada kecurigaan dari masyarakat dan media massa, sebenarnya tidak ada bedanya dengan polisi.
"Bahkan kami lebih terlatih lagi. Sebagai penyidik yang selalu mendasari kecurigaan untuk mengungkap tidak pidana," kata Ronny.
Ronny menegaskan masih ada asas praduga tidak bersalah. Inilah yang menjadikan penyidik harus tetap profesional, proporsional, sesuai dengan prosedur undang-undang.
Sementara itu, General Affair Safe Childhood Foundation, Yuliana, mengatakan dalam kasus Angeline, pihaknya belum melihat ke arah perdagangan anak. Menurut Yuliana, terlalu dini menyebut kasus yang dialami Angeline melibatkan jaringan paedofil.
"Terlalu dini sekali kalau kita menduga ada indikasi perdagangan anak dalam kasus Angeline. Saya kira terlalu jauh," kata Yuliana kepada VIVA.co.id, Kamis 11 Juni 2015.
Yuliana meminta seluruh pihak untuk tidak menduga-duga kasus ini, dan menunggu hasil investigasi pihak kepolisian. "Polisi masih bekerja, semuanya masih bekerja. Kita tunggu sampai selesai hasilnya seperti apa," kata dia.
Hal senada disampaikan Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Rita Pranawati. Kepada VIVA.co.id, Rita juga mengatakan belum melihat kasus ini ke perdagangan anak yang melibatkan jaringan paedofil.
"Saya belum melihat itu. Tapi polisi harus tetap cermat. Pertama, apakah Angeline meninggal karena kekerasan sesaat atau sudah lama. Kedua, apakah kekerasan seksual ini karena ada unsur lain, atau memang ada jaringan paedofil itu. Mudah-mudahan polisi segera membuka kasus ini," ujar Rita.
Tapi, Rita mengaku terkejut dengan penetapan Agus sebagai pelaku tunggal dalam kasus pembunuhan disertai pemerkosaan terhadap Angeline. Pasalnya, dalam kasus hilangnya Angeline, pihak yang disebut-sebut bertanggung jawab sebelumnya adalah keluarga angkat Angeline.
"Saya belum melihat kasus ini ke arah perdagangan anak. Kalau saya melihat dari awal kekerasan itu sudah ada. Tapi kok tiba-tiba ada kekerasan seks," kata Rita.
Komisioner KPAI, Susanto, berharap kepolisian dapat mengungkap kasus ini hingga tuntas. Jika kasus tidak dituntaskan, maka akan menjadi preseden buruk bagi perlindungan anak.
"Kita meminta pihak kepolisian mengusut tuntas kasus ini, agar pelaku utama dan pelaku yang ikut terlibat dalam pembunuhan adik kita Angeline mendapatkan balasan sesuai undang-undang," kata Susanto kepada VIVA.co.id.
Kepekaan harus dibangun
Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 tahun 2002, negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orangtua, wajib dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak.
Tapi, kasus yang dialami Angeline kembali membuka mata kita bahwa anak Indonesia masih terancam. Anak yang seharusnya dilindungi, justru menjadi objek dari kekerasan yang dilakukan orang dewasa.
Kasus yang dialami Angeline bukan kali pertama. Sudah banyak anak Indonesia menjadi korban kekerasan. Baik fisik, psikis, maupun kekerasan seksual, yang dilakukan orang dewasa.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait, melihat kepekaan masyarakat terkait kekerasan terhadap anak masih sangat kurang. Hal inilah yang menyebabkan, peristiwa kekerasan terhadap anak kurang terekspose.
Maka itu, kata Arist, sistem kepekaan di tengah masyarakat harus dibangun sedikit demi sedikit untuk mencegah kasus kekerasan terhadap anak.
"Caranya dengan membuat tim reaksi cepat perlindungan anak di tingkat Desa atau bahkan RT," ujar Arist, Kamis 11 Juni 2015.
Menurutnya, tim reaksi cepat perlindungan anak seharusnya dikoordinasikan oleh pemerintah kota atau kabupaten. Sehingga harus diwajibkan pendiriannya oleh Pemerintah Daerah.
"Apabila sudah terbentuk, maka nanti anggotanya bisa diambil dari pemuda atau pemuda setempat," ujar Arist.
Cara seperti itu, menurut Arist, nantinya pemuda atau masyarakat akan terbentuk kepekaannya terhadap anak. "Mereka bisa melapor setiap saat kepada koordinator soal adanya dugaan kekerasan atau laporan apapun tentang anak yang dalam bahaya."
"Hal ini harus segera dilakukan karena masalah kekerasan anak sudah darurat. Kepekaan masyarakat harus cepat-cepat dibangun," ujar Arist.
Komisioner KPAI, Rita Pranawati, juga menyoroti kepekaan dari masyarakat yang masih kurang. Selain masyarakat, pihak keluarga dan korban juga menjadi faktor kasus kekerasan anak kurang terangkat ke publik.
"Kenapa tidak lapor, karena takut. Ingin disimpan sendiri. Kalau lapor akan merusak harga diri keluarga," kata Rita.
Rita memberi contoh kasus kekerasan anak yang terjadi di Cluster Nusa Dua, Blok E Perumahan Citra Gran Cibubur. Kasus itu terbongkar berkat kepekaan warga sekitar melihat adanya indikasi kekerasan di dalam keluarga. [Baca Lima Warga Ini yang Selamatkan Penelantaran DN]
3. Artikel Berita 3
NASIONAL
Ada Bercak Darah di Kamar Ibu Angkat Angeline
Saat ini bercak darah masih diperiksa di laboratorium. Jum'at, 12 Juni 2015 | 14:54 WIB
Oleh : Bayu Adi Wicaksono, Bobby Andalan (Bali)
Margareth Megawe bersama Angeline (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Polisi menemukan bercak darah di dalam kamar pribadi ibu angkat
Angeline, Margareth dan di kamar tersangka Agustinus Tai Andamai.
Bercak darah ditemukan saat polisi melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) di dalam kamar Margareth di Jalan Sedap Malam, Denpasar dan kamar rumah Agus.
Kapolda Bali Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan, bercak darah itu sudah diamankan dan tengah diperiksa di laboratorium forensik Polri. "Disita dan diperiksa Labfor. Apakah darah manusia, lalu siapa manusianya, untuk
menguatkan pembuktian sebagai tersangka," kata Ronny, Jumat, 12 Juni 2015.
Menurut Ronny, semua benda mencurigakan yang ditemukan polisi di lokasi pembunuhan dan di rumah tersangka akan dijadikan alat bukti untuk mengungkap siapa saja dalang pembunuhan sadis itu. "Semua yang diperoleh di dalam hasil olah TKP harus jadi bahan yang ditingkatkan menjadi alat bukti ketika sudah diperiksa di Labfor," ujarnya menambahkan.
Hingga saat ini, Margareth masih berstatus saksi dan tengah menjalani serangkaian pemeriksaan.
4. Artikel Berita 4
METRO
Ibu Angkat Angeline Jadi Tersangka. Ini Penjelasan Polisi
Dia terbukti telah menelantarkan Angeline Minggu, 14 Juni 2015 | 12:29 WIB
Oleh : Nila Chrisna Yulika, Bobby Andalan (Bali)
Ibu angkat Angeline, Margriet Megawe dan Angeline kecil (VIVA.co.id/facebook.com)
VIVA.co.id - Kabid Humas Polda Bali Komisaris Besar Hery Wiyanto
menyatakan, ibu angkat Angeline, Margareth Megawe telah ditetapkan sebagai tersangka. Sayangnya, ia tak hafal pasal berapa yang dituduhkan kepada Margareth.
"Coba Mas dicek ulang, pasalnya antara pasal 77 atau 80 UU Perlindungan Anak. Intinya tentang penelantaran anak," kata Hery saat dihubungi VIVA.co.id, Minggu 14 Juni 2015.
Ia menjelaskan, berdasarkan keterangan saksi-saksi yang telah digali sebelumnya, Margareth terbukti melakukan tindakan penelantaran terhadap Angeline.
"Angeline terlihat kurus. Soal asupan gizi, tidak memberi makan, itu kan juga masuk dalam penelantaran anak," ujar Hery.
Selain itu, Margareth dianggap tak becus mengurus Angeline. Ia tak
Pada saat yang sama, Margareth juga terbukti melakukan tindak kekerasan
terhadap Angeline. "Hanya untuk kekerasan ini kita menunggu hasil visum. Harus dibuktikan lagi berdasarkan visum," ujarnya.
"Itu yang mendasari kita menetapkan Margareth sebagai tersangka."
Hingga kini, Margareth masih dalam pemeriksaan intensif Polda Bali. Polisi akan memanggil saksi ahli guna mendalami tuduhan yang dialamatkan kepada ibu angkat Angeline ini.
Sebelumnya, Margareth ditangkap tim PPA Polda Bali di vilanya di kawasan Canggu, Kuta Utara pada dinihari tadi. Ia langsung digelandang menuju Polda Bali untuk menjalani pemeriksaan.
Lampiran III
Analisis Framing Gamson dan Modigliani pada Kasus Pembunuhan Engeline
di viva.co.id
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 10 Juni 2015
Judul Core Frame Condensing Symbols
Framing devices Reasoning devices
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015
Judul Core Frame Condensing Symbols
Framing devices Reasoning devices
korban dan
korban itu
sendiri.
Catchphrases:
beban
kepolisian.
Depiction:
darurat
Visual images: -
orang dewasa.
Consequences:
perlunya dibentuk
tim khusus untuk
fokus pada kasus
kekerasan anak
yang terjadi di
lingkungan
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 12 Juni 2015
Judul Core Frame Condensing Symbols
Framing devices Reasoning devices
Framing Artikel Berita Pembunuhan Engeline Edisi 14 Juni 2015
Judul Core Frame Condensing Symbols
Framing devices Reasoning devices
Margareth. mendatangkan
saksi ahli untuk
memeriksa
Margareth dan
penetapannya
sebagai
Lampiran IV
DATA PRIBADI
Nama : Bagus Prakasa
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 24 Februari 1994
Agama : Islam
Alamat : Jalan Kawat 1 Gang Mawar No. 168, Tanjung Mulia Hilir, Medan
Email : bagus_prakasa@yahoo.com
Anak ke- : 3 dari 4 bersaudara
Nama Orangtua
Ayah : Muliadi
Ibu : Kasiani
Pekerjaan Orangtua
Ayah : Karyawan Swasta
Ibu : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : 2000-2006
SD Negeri Inpres 064995 Medan
2006-2009
SMP Swasta Laksamana Martadinata Medan
2009-2012
SMA Swasta Dharmawangsa Medan
2012-2016
S-1 Ilmu Komunikasi USU
DAFTAR REFERENSI
Sumber Buku:
Ardiyanto, Elvinaro & Q-Annes, Bambang. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Bungin, Burhan. 2008. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia. Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Eriyanto. 2001. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.
Hamidi. 2004. Metode Kualitatif. Malang: UMM Pers.
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta. UGM Press
Nurudin. 2004. Komunikasi Massa.Malang: Cespur.
Pohan, Syafrudin. Dkk. 2012. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Proposal
Penelitian. Medan: PT Grasindo Monoratama.
Pujileksono, Sugeng. 2015. Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif. Malang: Intrans Publishing.
Romli, Asep Syamsul. 2012. Jurnalistik Online. Bandung: Nuansa Cendikia.
Saifuddin, Achmad Fedyani. 2005. Antropologi Kontemporer: Suatu Pengantar
Kritis Mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Severin, Werner J. & Tankard, Jr. James W. 2008. Teori Komunikasi: Sejarah,
Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. (Sugeng Hariyanto. Pengalih
Bahasa). Jakarta: Kencana.
Shoemaker, Pamela J dan Stephen D. Reese. 1996. Mediating The Messages:
Theories of Influences on Mass Media Content. Second edition.USA:
Logman Publisher.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotika dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja
Sudibyo, Agus. 2001. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: PT. LkiS Pelangi Aksara.
Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suyanto, Bagong & Sutinah (Ed.). 2008. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Alternatif Pendekatan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Tamburaka, Apriadi. 2013. Literasi Media: Cerdas Bermedia Khalayak Media
Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Usman KS, Ekomant. 2010. Media Pengantar Konsep dan Media. Jakarta Selatan, Indonesia.
Vardiansyah, Dani. 2008. Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Indeks.
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wardhani, Morrison & Andy Corry. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.
Zamroni, Muhammad. 2009. Filsafat Komunikasi; Pengantar Ontologis,
Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: PT. Graha Ilmu
Perundang-undangan
UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas UU Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002
UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Jurnal Ilmiah
Azhari, Marina. 2015. Analisis Framing Kuis Kebangsaan di RCTI. Medan: Jurnal FLOW, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Bakti, Andika 2014. Analisis Framing tentang Konstruksi Melayu Saat Revolusi Sosial Sumatera Timur di Kesultanan Langkat dalam Surat Kabar Pandji Ra’jat. Medan: Jurnal FLOW, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Marini, Ama 2015. Kebebasan Pers Dikaitkan dengan Berita Pemblokiran Situs
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.
Sumber Internet
www.databiografi.com/2015/06/Engeline-kisah-tragis-bocah-mungil.html. diakses
pada 18 Februari 2016, pukul 23.18 WIB.
http://news.viva.co.id/pages/tentangkami/ diakses pada 20 Februari 2016, pukul
09:25 WIB.
www.kpai.go.id. diakses pada 06 Maret 2016, pukul 22.05 WIB.
https://www.vivagroup.co.id. diakses pada 17 Juli 2016, pukul 21.09 WIB.
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/636497-mengerikan-tubuh-angeline-penuh-luka-dan-sundutan-rokok. diakses pada 17 Juli 2016 pukul 21.51 WIB.
http://fokus.news.viva.co.id/news/read/637137-tragedi-angeline-jangan-sampai-berbuah-misteri. diakses pada 17 Juli 2016, pukul 22.02 WIB.
http://nasional.news.viva.co.id/news/read/637387-ada-bercak-darah-di-kamar-ibu-angkat-angeline. diakses pada 17 Juli 2016, pukul 22.17 WIB.
http://metro.news.viva.co.id/news/read/637947-ibu-angkat-angeline-jadi-tersangka-ini-penjelasan-polisi. diakses pada 17 Juli, pukul 22.54 WIB.
http://www.alexa.com/siteinfo/viva.co.id diakses pada 10 Agustus 2016, pukul
20:40 WIB.
www.kbbi.web.id/ngeri. diakses pada 10 Agustus 2016, pukul 23.27 WIB.
www.kbbi.web.id/enasi.mengenaskan diakses pada 11 Agustus 2016, pukul 23.38
WIB.
www.kbbi.web.id/sayat. diakses pada 10 Agustus 2016, pukul 23.55 WIB.
www.kbbi.web.id/dalang. diakses pada 11 Agustus 2016, pukul 21.13 WIB.
www.remotivi.or.id/kupas/245/Hierarki-Pengaruh-dalam-Mediasi-Pesan.html
diakses pada 28 Agustus 2016, pukul 21.05 WIB.
https://movie.co.id/untuk-angeline. diakses pada 28 Agustus 2016, pukul 22.04
WIB
https://tempo.co/read/beritafoto/39626/Ibu-Angkat-Engeline-Divonis-Seumur-Hidup diakses pada 28 Agustus 2016, pukul 22.55 WIB.
https://tempo.co/read/news/2015/06/23/174677446/Kasus-Angeline-Laut-Hitam-Kekerasan-Anak-di-Indonesia. diakses pada 28 Agustus, pukul 23.04 WIB.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Metode Penelitian
Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk
mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Metodologi dengan kata lain
adalah suatu pendekatan umum, untuk mengkaji topik penelitian. Metodologi
dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka
penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan
menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi yang lain.
Sebagaimana perspektif yang merupakan suatu rentang juga dari yang sangat
kuantitatif hingga yang sangat kualitatif (Mulyana, 2003: 145).
Adapun metode yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif dengan paradigma konstruktivis sebagai cara pandang dalam media
meneliti. Metode yang digunakan adalah metode analisis framing Gamson dan
Modigliani, yaitu metode analisis yang melihat wacana sebagai kontruksi realitas
sosial. Analisis framing Gamson dan Modigliani dapat menggunakan pendekatan
paradigma konstruktivisme yang melihat representasi media baik berita maupun
artikel. Perangkat pembingkaian terdiri atas package-package interpretatif yang
mengandung konstruksi makna tertentu.
3.2Objek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah artikel-artikel berita terkait
pembunuhan Engeline di situs berita online viva.co.id selama periode 10 Juni – 16
Juni 2015. Artikel yang diteliti adalah artikel yang memiliki isi sesuai dengan
konteks yang ingin diteliti, yaitu pembunuhan Engeline.
Peneliti memilih empat buah artikel yang isinya terkait dengan pembunuhan
Engeline, di antaranya artikel yang terbit pada tanggal 10 Juni 2015 pukul 17.08
WIB, 12 Juni 2015 pukul 00.17 WIB, 12 Juni 2015 pukul 14.54 WIB, dan 14 Juni
3.3 Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah portal berita
viva.co.id. Viva.co.id merupakan salah satu portal berita yang turut menyajikan
pemberitaan tentang pembunuhan Engeline.
3.3.1 Profil viva.co.id
Viva.co.id sebelumnya bernama vivanews.com merupakan sebuah portal
berita online yang dikelola oleh PT. Viva Media Baru, sebuah anak perusahaan
PT. Visi Media Asia Tbk. yang juga mengelola bisnis penyiaran Antv, tvOne,
Sport One, viva+. Untuk pertama kalinya, situs berita viva.co.id diluncurkan pada
tanggal 17 Desember 2008. Presiden Komisaris dan Chairman dari PT. Visi
Media Asia adalah Anindya Bakrie. Tahun 2010, adik Anindya yaitu Anindra
Ardiansyah Bakrie terpilih menjadi Direktur PT. Visi Media Asia. Selanjutnya
Anindra Ardiansyah Bakrie menduduki posisi Direktur Eksekutif di portal berita
online viva.co.id.
Gambar 1.3 Tampilan portal berita online viva.co.id
(Dikutip dari https//:www.viva.co.id)
Tahun 2012 vivanews.com berubah menjadi viva.co.id. Tidak hanya
berubah pada alamat website saja, melainkan juga pada tampilan. Pemberitaan
viva.co.id ditampilkan secara teks, foto, video, dan suara. Situs viva.co.id dapat
diakses selama 24 jam sehari dan tujuh hari dalam seminggu melalui komputer
pribadi, laptop, telepon seluler, dan Personal Digital Assistant (PDA) yang
oleh wartawan yang bekerja di viva.co.id, situs ini juga menerima informasi dari
pembaca viva.co.id yang berminat melaporkan berita yang mereka anggap penting
melalui fitur U-Report.
Gambar 2.3 Logo viva.co.id
Nama Perusahaan : PT. Viva Media Baru
Alamat : Kawasan Industri Pulogadung, Gedung tvOne
Jalan Rawa Terate II No. 2 Jakarta Timur, 13260,
Indonesia
Telepon : (021) 4601326
Fax : (021) 4601327
Email : redaksi@viva.co.id
Slogan : Indepth, Trusted
3.4 Kerangka Analisis
Analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah fakta dan bukan
untuk menjelaskan fakta tersebut. Analisis kualitatif umumnya tidak digunakan
untuk mencari data dalam arti frekuensi, akan tetapi digunakan untuk
menganalisis makna dari data yang tampak di permukaan (Bungin, 2008: 309).
Penelitian ini menggunakan analisis framing model Gamson dan
Modigliani. Analisis framing yang dikembangkan Gamson dan Modigliani
memahami media sebagai satu gagasan interpretasi (interpretative package) saat
mengkonstruksi dan memberi makna pada suatu isu.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang
berasal dari literatur serta bahan bacaan yang relevan dengan
buku-buku, literatur, serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang
dibahas.
2. Studi dokumen (Document Research)
Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang dianalisis
dari bahan-bahan tertulis pada viva.co.id yang memuat berita tentang
pembunuhan Engeline.
3.6 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis framing Gamson dan Modigliani
untuk menganalisis artikel pemberitaan kasus pembunuhan Engeline pada situs
berita online viva.co.id. Model ini didasarkan pada pendekatan konstruksionis
yang melihat representasi media seperti berita dan artikel, terdiri atas
interpretative package yang mengandung konstruksi makna tertentu. Package ini
di dalamnya terdapat dua struktur, yaitu Core Frame dan Condensing Symbol.
Berikut adalah model analisis framing Gamson dan Modigliani:
Gambar 3.3 Model analisis framing Gamson dan Modigliani
(Diadopsi dari William A. Gamson dan Andre Modigliani,”Media Discourse and Public Opinion
on Nuclear Power A Constructionist Approach”, dalam Azhari, 2015, hlm.48, dalam Sobur,
hlm.177.)
CONDENSING SYMBOL
FRAMING
DEVICES
REASONING
DEVICES
1. Metaphors
2. Exemplaar
3. Catchphrases
4. Depiction
5. Visual Images
1. Roots
2. Appeals to
Principle
3. Consequence MEDIA PACKAGE
Core frame (gagasan sentral) pada dasarnya berisi elemen-elemen inti
untuk memberikan pengertian yang relevan terhadap peristiwa dan mengarahkan
makna isu yang dibangun condensing symbol. Condensing symbol adalah hasil
pencermatan terhadap interaksi perangkat simbolik (framing devices dan
reasoning devices) sebagai dasar digunakannya perspektif.
Struktur framing devices yang mencakup methapors, exemplaar,
catchprhrases, depiction, dan visual images menekankan aspek cara „melihat‟
suatu isu. Framing devices dijelaskan, seperti:
1. Metaphors dipahami sebagai suatu cara memindahkan makna dengan
merelasikan dua fakta melalui analogi, atau memakai kiasan dengan
menggunakan kata seperti ibarat, bak, sebagai, umpama, laksana.
2. Exemplaar mengemas fakta tertentu secara mendalam agar satu sisi
memiliki bobot makna lebih untuk dijadikan rujukan atau pelajaran.
3. Cathphrases adalah istilah, bentukan kata, atau frase khas cerminan
fakta yang merujuk pemikiran atau semangat tertentu.
4. Depiction, penggambaran fakta dengan memaknai kata, istilah,
kalimat konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu.
5. Visual images adalah pemakaian foto, diagram, grafis, table kartun,
dan sejenisnya untuk mengekspresikan kesan, misalnya perhatian atau
penolakan, dibesarkan-dikecilkan, ditebalkan-dimiringkan, serta
pemakaian warna.
Struktur reasoning devices menekankan aspek pembenaran terhadap cara „melihat‟ isu, yakni roots (analisis kausal), appeals to principle (klaim-klaim moral), dan consequences (efek spesifik).
1. Roots (analisis kausal) merupakan pembenaran isu dengan
menghubungkan suatu objek atau lebih yang dianggap menjadi sebab
timbulnya atau terjadinya hal yang lain.
2. Appeals to principle (klaim-klaim moral) adalah pemikiran, prinsip,
klaim moral sebagai argumentasi pembenar membangun berita,
berupa pepatah, cerita rakyat, mitos, doktrin, ajaran, dan sejenisnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2.Hasil
4.1.1.Frame Berita Pembunuhan Engeline
Teks terkait pembunuhan Engeline yang dimuat oleh portal berita
viva.co.id akan dianalisis menggunakan analisis framing dengan merujuk pada
konsep Gamson dan Modigliani. Melalui konsep ini, frame dipandang sebagai
cara bercerita (story line) yang tersusun sedemikian rupa dan menghadirkan
konstruksi makna dari peristiwa yang berkaitan dengan suatu wacana. Pada
rentang waktu dari 10 Juni 2015 sampai dengan 16 Juni 2015, peneliti
menemukan empat teks yang berkaitan dengan pembunuhan Engeline,
masing-masing terbit pada 10 Juni 2015, 12 Juni 2015, dan 14 Juni 2015.
Teks dipilih untuk dilihat framing devices atau perangkat framing
(mengetahui metaphors, catchphrases, exemplar, depiction, dan visual images),
selanjutnya diketahui reasoning devices atau perangkat penalaran (mengetahui
roots, appeals to principle, consequences). Teks akan dideskripsikan dengan
merujuk pada bingkai yang telah dianalisis.
1. Analisis Framing Artikel Berita 1
Judul : Mengerikan, Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan
Rokok
Terbit : Rabu, 10 Juni 2015 | 17:08 WIB
Penulis : Harry Siswoyo
Artikel tersebut merupakan artikel kedua yang muncul pada website
viva.co.id, sesaat setelah Engeline ditemukan dalam keadaan tewas. Artikel berita
ini lebih digambarkan kondisi Engeline saat ditemukan oleh pihak Kepolisian.
Jika diamati pada bagian judul, terlihat bahwa isi berita tersebut mengenai
banyaknya luka dan bekas sundutan rokok pada tubuh Engeline yang ditemukan.
Lewat judul yag diberikan, viva.co.id ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa
kondisi jasad Engeline cukup parah. Hal tersebut dijelaskan dengan penggunaan
„mengerikan‟ merupakan verba, yakni kelas kata yang menunjukkan satu tindakan atau perbuatan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kata „mengerikan‟
sebagai sesuatu menimbulkan rasa ngeri (seram yang menyebabkan berdiri bulu
roma).
Core Frame (gagasan inti) yang terdapat dalam artikel „Mengerikan,
Tubuh Angeline Penuh Luka dan Sundutan Rokok‟ ingin menunjukkan kondisi
jasad Engeline ketika ditemukan. Adanya luka yang cukup banyak di sekujur
tubuh Engeline dan dugaan penyebab tewasnya Engeline menjadi gagasan inti
yang ingin disampaikan oleh viva.co.id melalui artikel berita ini. Selanjutnya,
uraian tentang kondisi Engeline ketika ditemukan mengarah pada condensing
symbol yang terdiri atas framing devices dan reasoning devices.
Framing devices merupakan pembingkai yang didukung oleh pemakaian
simbol-simbol untuk memberi penekanan dan penonjolan apa yang ingin
disampaikan. Simbol-simbol itu berfungsi sebagai ikon yang memberi penekanan
dan penonjolan, agar penafsiran dan pemaknaan akan peristiwa lebih diterima
dan dihayati oleh pembaca. Melalui artikel berita ini, perangkat pembingkai
(framing devices) dapat dilihat melalui metaphors, exemplaar, catchphrases,
depiction, dan visual images.
1. Metaphors
Penggunaan metaphors dalam artikel ini tidak ditemukan oleh peneliti.
Kata dan kalimat yang digunakan dalam artikel ini tidak ada yang
bersifat kiasan, maupun analogi.
2. Exemplaar
Penggunaan exemplaar terlihat pada uraian kondisi jasad Engeline
ketika ditemukan.
“Di antaranya luka memar di paha kanan samping luar, pada bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.”
Exemplaar menunjukkan bahwa viva.co.id ingin menjelaskan Engeline
tewas akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh seseorang. Pada
artikel berita ini, viva.co.id menjabarkan beberapa bagian dari tubuh
membunuh Engeline. Viva.co.id juga ingin menunjukkan seluruh
bagian tubuh Engeline tidak luput dari tindak kekerasan yang
dilakukan pelaku. Peneliti meyakini bahwa bagian-bagian tubuh yang
dijelaskan pada artikel ini merupakan bagian tubuh yang sifatnya
tertutup, antara lain paha, bokong, pinggang dan perut bagian bawah.
Viva.co.id secara tidak langsung menjelaskan kekerasan yang dialami
Engeline bukan hanya terjadi pada bagian tubuh yang mudah dilihat
saja, melainkan bagian tubuh yang biasanya ditutupi orang banyak.
3. Catchphrases
“Dari pemeriksaan awal terungkap sejumlah fakta mengerikan. Diketahui di tubuh Engeline ditemukan banyak sekali luka dan bekas sundutan rokok.”
Melalui kalimat tersebut dapat diketahui viva.co.id menunjukkan
bahwa dilakukan sekali pemeriksaan terhadap jasad Engeline.
Pemeriksaan yang baru dilakukan pada tahap awal tersebut, sudah
menunjukkan kalau tubuh Engeline ditemukan dengan keadaan yang
sangat menyeramkan. Catchphrases yang digunakan pada artikel berita
ini terlihat pada kata „mengerikan‟. Penggunaan kata „mengerikan‟
pada artikel ini disandingkan dengan kata „fakta‟. Peneliti memercayai
bahwa viva.co.id ingin menegaskan pelaku melakukan tindak
kekerasan yang sangat kejam dengan hasil temuan pada tubuh Engeline
tersebut. Hasil temuan itu selanjutnya digambarkan sebagai sesuatu hal
yang benar-benar terjadi dan menimbulkan rasa ngeri bagi pembaca.
4. Depiction
Depiction (dalam Eriyanto, 2001: 263) merupakan penggambaran
atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif dan umumnya
untuk melabeli sesuatu. Pemakaian depiction (label) ditemukan
pada penggunaan kata „bocah‟ yang dapat dilihat dalam teks
berikut:
Konstruksi yang ingin dibangun oleh viva.co.id melalui kalimat ini
adalah menampilkan sosok Engeline yang masih anak-anak sebagai
korban pembunuhan. Kata tersebut seolah-olah ingin menjelaskan
seorang anak yang semestinya mendapat perlindungan dan kasih
sayang justru menjadi sasaran tindak kekerasan, hingga ditemukan
tewas. Artikel berita ini juga mengangkat bahwa Engeline masih duduk
di bangku kelas tiga Sekolah Dasar. Penggunaan label ini
mengingatkan pembaca bahwa Engeline masih sangat muda dan masih
memiliki jenjang pendidikan yang sangat panjang.
5. Visual Images
Jika dilihat dari artikel ini, visual images yang digunakan adalah foto
beberapa petugas kepolisian yang mengevakuasi jasad Engeline di
rumahnya. Jasad Engeline berada di dalam kantong jenazah berwarna
oranye dan terlihat digotong oleh beberapa polisi. Melalui foto tersebut
juga terlihat beberapa petugas kepolisian menggunakan masker.
Gambaran tersebut menunjukkan bahwa jasad Engeline mengeluarkan
aroma yang tidak sedap sehingga harus menggunakan media untuk
menghalau aroma tersebut, yaitu masker.
Selain framing devices, condensing symbol juga dibangun oleh reasoning
devices untuk mencapai maksud dari core frame. Reasoning devices disebut juga
perangkat penalaran merupakan ide atau pemikiran yang dikembangkan dalam
artikel berita untuk menekankan kepada khalayak bahwa „versi berita‟ yang
disajikan dalam artikel adalah benar. Oleh sebab itu, fakta yang dipilih secara
tidak langsung dalam pandangan ini untuk memperkuat bangunan perspektif yang
telah disusun oleh wartawan. Reasoning devices tersebut terdiri dari roots, appeals
to principle, dan juga consecuences.
1. Roots
Penggunaan roots dalam teks terdapat pada kalimat:
Maksud dari roots di atas seolah ingin menunjukkan bahwa Engeline
tewas karena dijerat dengan menggunakan tali di bagian leher.
Viva.co.id ingin menggambarkan bahwa dari banyaknya luka yang
ditemukan di tubuh Engeline, jeratan tali di bagian leher menjadi
dugaan paling kuat tewasnya Engeline. Walaupun proses autopsi
belum dilakukan, namun viva.co.id telah mengkonstruksi penyebab
meninggalnya Engeline dengan menggunakan dugaan kausal tadi.
2. Appeals to Principle
Penggunaan appeals to principle sebagai klaim-klaim moral dapat
dilihat dalam teks:
“Bersama jasad Angeline juga terdapat kain kemben berwarna merah motif bunga. Ada pula boneka Barbie kesayangan Angeline.”
Teks di atas mengarahkan khalayak pada diri Engeline yang
merupakan perempuan dan masih anak-anak. Penggunaan kata-kata
pada teks di atas menggambarkan seperti anak-anak perempuan pada
umumnya, bahwa Engeline juga sering bermain dengan boneka yang
dimiliki. Viva.co.id secara jelas menggambarkan hal tersebut dengan
menempatkan kata „motif bunga‟, „boneka‟, dan „kesayangan‟.
3. Consequences
Penggunaan consequences dalam teks ini mengarahkan pada kasus
pembunuhan Engeline yang dianggap sangat penting, khususnya
tergambar pada penjelasan tentang proses autopsi.
“Kini jasad Angeline tengah diautopsi, dipimpin langsung Kepala Instalasi Forensik RSUP Sanglah Denpasar, dr Dudut Rustyadi SpF dan disaksikan Kabid Dokkes Polda Bali dr Felix Sangkalia dan Kasat Reskrim Polresta Denpasar.”
Penggunaan kata-kata tersebut menunjukkan bahwa proses autopsi
Engeline melibatkan orang-orang penting di bidang forensik dan
kepolisian. Viva.co.id seolah ingin menggambarkan dengan terlibatnya
Engeline seolah merupakan salah satu terbesar terkait kekerasan dan
pembunuhan.
Melalui artikel berita pertama yang peneliti analisis, peneliti menemukan
viva.co.id ingin menggambarkan bahwa kasus pembunuhan Engeline merupakan
kasus yang mengerikan. Hal tersebut terlihat dari cara viva.co.id menguraikan
tentang apa yang dialami pada jasad Engeline secara detil. Viva.co.id menjelaskan
bagian-bagian tubuh Engeline yang diduga menjadi sasaran kekerasan. Lebih
lanjut, viva.co.id turut menguraikan dugaan tewasnya Engeline berdasarkan
adanya jeratan tali di leher. Hal tersebut diuraikan sebelum adanya pemeriksaan
dari pihak Kepolisian. Dengan kata lain, melalui penggambaran banyaknya luka
yang ditemukan pada jasad Engeline, viva.co.id menjelaskan bahwa pelaku
melakukan tindak kekerasan yang membuat pembaca merasa iba dan ngeri. Viva.co.id juga menggunakan kata „bocah‟ untuk menggantikan kata Engeline. Peneliti melihat bahwa viva.co.id menggiring persepsi pembaca bahwa
kekerasan yang dilakukan pelaku, tidak sepantasnya dialami oleh seorang anak
perempuan yang masih kecil dan sedang menempuh pendidikan.
2. Analisis Framing Artikel Berita 2
Judul : Tragedi Angeline Jangan Sampai Berbuah Misteri
Terbit : Jum’at, 12 Juni 2015 | 00:17 WIB
Penulis : Aries Setiawan, Reza Fajri, Bayu Nugraha
Artikel berita ini merupakan artikel kedua yang dipilih oleh peneliti untuk
diketahui frame beritanya. Artikel ini dipilih berdasarkan kelengkapan konten
dalam menggambarkan kronologis pembunuhan Engeline. Selain menjelaskan
tentang cerita pembunuhan Engeline, dalam artikel ini juga terdapat dua sub judul.
Kedua sub judul tersebut selanjutnya masing-masing dinamai „Korban
perdagangan anak?‟ dan „Kepekaan harus dibangun‟. Sesuai dengan sub judul
pertama, di dalam artikel ini dibahas dugaan Engeline sebagai korban
perdagangan anak karena diasuh oleh keluarga angkat. Sub judul kedua lebih
Perlindungan Anak (KPAI) untuk lebih peka dengan kasus kekerasan pada anak
yang terjadi pada lingkungan sekitar.
Peneliti sengaja membagi analisis framing dalam artikel ini ke dalam
bagian-bagian sesuai dengan sub judul yang diberikan. Alasan pembagian ini
adalah untuk menjadikan proses menganalisa lebih terstruktur dan mudah
dipahami. Perbedaan konten dalam masing-masing sub judul juga menjadi
pertimbangan peneliti untuk membagi analisa framing berita tersebut.
Jika ditelusuri dari judul yang diberikan, „Tragedi Engeline Jangan Sampai
Berbuah Misteri‟ menandakan viva.co.id ingin mengingatkan bahwa kasus
Engeline harus diusut sampai tuntas. Para pelaku pembunuhan ini juga diharapkan
viva.coid untuk diselidiki lebih lanjut apakah hanya satu orang atau melibatkan
orang lain.
Core frame dalam artikel berita ini ingin menunjukkan bahwa kasus
Engeline merupakan sebuah kasus besar yang harus diselesaikan sampai akhir.
Pencarian para pelaku harus benar-benar dilakukan secara serius. Pencarian
tersangka ini selanjutnya dapat dimulai dari orang-orang yang paling dekat dengan
kehidupan Engeline. Gagasan inti pada artikel ini juga menduga kemungkinan
Engeline sebagai korban perdagangan anak. Selain hal itu, gagasan inti pada
artikel ini mengungkapkan bahwa kasus Engeline menjadi sorotan dan pelajaran
bagi masyarakat luas. Kasus ini menjadi bukti kongkretnya kasus kekerasan anak
yang terjadi di tengah masyarakat. Oleh karena itu, dibutuhkan rasa peka dan
peduli masyarakat luas terhadap kasus-kasus kekerasan anak yang terjadi di
sekitar lingkungan sosial.
Pada core frame terdapat condensing symbol, yang terdiri atas framing
devices dan reasoning devices. Melalui artikel ini, ditemui framing devices
sebagai berikut:
1. Metaphors
Eriyanto (2001) menjelaskan bahwa metaphors merupakan
perumpamaan dan pengandaian. Jika dilihat pada artikel ini,
penggunaan metaphors terlihat pada kalimat:
Penggunaan kata „menyayat hati‟ menunjukkan bahwa kasus tewasnya
Engeline menjadi sebuah kasus yang memilukan. Jika dilihat dari
Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyayat hati berarti melukai hati,
menyakiti hati, menyedihkan hati. Peneliti percaya bahwa viva.co.id
ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa kasus kematian
Engeline merupakan sebuah kasus yang luar biasa menyedihkan. Kata „menyayat hati‟ menjadi gambaran betapa kejamnya pembunuhan terhadap Engeline.
2. Exemplaar
Exemplaar digunakan untuk menjelaskan kondisi tubuh Engeline
ketika ditemukan. Lebih dari itu juga dijelaskan bagian tubuh Engeline
yang menjadi sasaran kekerasan.
“Berdasarkan hasil autopsi tim forensik RSUP Sanglah, di tubuh gadis cilik itu terdapat banyak luka. Di antaranya memar paha kanan samping luar, memar di bokong kanan, pinggang kanan dan perut kanan bawah.”
Melalui teks tersebut, diuraikan bagian-bagian tubuh Engeline yang
ditemukan banyak luka. Melalui uraian tersebut, viva.co.id seakan
ingin menyentuh perasaan pembaca setelah mengetahui kondisi luka
pada korban. Lebih dari itu, Engeline yang turut digambarkan sebagai
anak perempuan yang masih kecil dengan adanya luka di sekujur tubuh
tentu membuat pembaca menjadi iba.
Exemplaar pada artikel berita ini juga ditemukan pada kalimat,
“Menurut Sudana, saat Angeline dibunuh, Margareth sedang berada di dalam rumah. Angeline dibunuh persis di depan kamar Margareth. Namun anehnya, Margareth mengaku tidak tahu kejadian pembunuhan anak angkatnya tersebut.”
Teks tersebut diuraikan secara mendalam mengenai tempat dibunuhnya
Engeline. Uraian tersebut menjelaskan posisi Margareth ketika
Engeline dibunuh dan menjawab dugaan-dugaan yang sempat
diberikan kepada Margareth sebagai pembunuh Engeline. Viva.co.id
memberikan kalimat yang kontras dengan menjabarkan ketidaktahuan
Viva.co.id mengemas teks tersebut seakan menjadi hal yang tidak
wajar ketika seseorang berada di dalam tempat yang sama dengan
kejadian perkara, dan tidak mengetahui adanya kasus pembunuhan.
Secara tidak langsung, Viva.co.id ingin mendalami fakta bahwa
Margareth menjadi seseorang yang layak untuk diperiksa
keterlibatannya atas kematian Engeline.
3. Catchphrases
Menurut Gamson dan Modigliani (dalam Eriyanto, 2001: 262),
catchphrases terdiri atas frase yang menarik, kontras, menonjol dalam
suatu wacana. Catchphrases digolongkan pada istilah, bentukan kata,
atau frase kata yang merujuk pada pemikiran atau semangat tertentu.
Melalui artikel berita ini, catchphrases terlihat pada,
“Saat ini Agus ditetapkan sebagai pelaku tunggal.”
Peneliti menjadikan „pelaku tunggal‟ sebagai frase yang merujuk pada
pemikiran tertentu. Tunggal dalam hal ini berarti satu orang atau
seorang diri. Hal tersebut menggambarkan bahwa pelaku kekerasan
dan pembunuhan terhadap Engeline adalah satu orang. Portal berita
online, Viva menggunakan kata „pelaku tunggal‟ untuk merujuk pada
Agus sebagai satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas kasus
Engeline dan ditetapkan sebagai tersangka. Selain kata tersebut, „pelaku tunggal‟ disandingkan dengan kata „saat ini‟ yang berarti masih memungkinkan adanya pelaku lain yang terlibat. Sementara
penyelidikan masih berlangsung, maka masih ada kemungkinan
ditetapkannya orang lain sebagai tersangka. Viva.co.id melalui kalimat
tersebut menunjukkan bahwa kasus Engeline masih belum selesai dan
dugaan-dugaan adanya tersangka baru masih mungkin terjadi.
4. Depiction
Azhari (2015) menjelaskan bahwa depiction merupakan cara
menggambarkan fakta dengan memaknai kata, istilah, atau kalimat
konotatif agar khalayak terarah ke citra tertentu. Penjelasan tersebut
“Tubuhnya dikubur di belakang rumah di Jalan Sedap Malam, Denpasar. Rumah orangtua angkat Angeline, Margareth Magawe. Kondisinya mengenaskan.”
Kondisi Angeline digambarkan dengan istilah „mengenaskan‟, yang
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menyedihkan atau
memilukan. Melalui teks ini, viva.co.id ingin menyampaikan kepada
khalayak bahwa tubuh Engeline ketika ditemukan membuat orang lain
merasa sedih atau pilu.
5. Visual Images
Melalui artikel ini, wajah Engeline menjadi foto yang digunakan
viva.co.id. Terlihat bahwa Engeline menggunakan seragam sekolahnya
yang berwarna biru-putih. Lebih dari itu, tergambar jelas Engeline
membawa tas ransel berwarna merah muda dan sepatu berwarna
senada dengan kaki putih. Pembaca dapat melihat wajah Engeline yang
memberikan senyum ketika dirinya difoto, dengan keterangan foto „Angeline semasa hidup‟. Dari penjabaran tersebut, dapat diketahui foto ini diabadikan ketika Engeline akan berangkat sekolah atau telah
pulang dari sekolah. Peneliti menemukan bahwa viva.co.id ingin
menunjukkan bahwa Engeline sebagai korban kekerasan merupakan
seorang anak yang masih kecil dan sedang duduk di bangku sekolah.
Penjelasan pada framing devices tersebut kemudian didukung oleh
pola-pola yang digunakan dalam reasoning devices, di antaranya adalah:
1. Roots
Pada artikel ini menunjukkan bahwa penemuan Engeline yang sempat
dinyatakan hilang dan ditemukan dalam keadaan tewas membuat sedih
banyak pihak. Viva.co.id mengkontruksi dengan menggambarkan
proses pencarian Engeline yang cukup lama dan hasil temuan yang
tidak sesuai dengan yang diharapkan hingga membuat khalayak pilu.
2. Appeals to Principle
Perangkat penalaran pada artikel yang diterbitkan viva.co.id ini terlihat
dengan menggunakan klaim-klaim moral (appeals to principle), seperti
penjelasan berupa penekanan pada frekuensi pemerkosaan yang
dilakukan tersangka Agus kepada Engeline. Di samping itu, kondisi
Engeline yang juga diperkosa ketika sudah dalam keadaan meninggal
turut dijelaskan secara berulang-ulang. Viva.co.id menunjukkan bahwa
kasus pemerkosaan yang dilakukan Agus setelah Engeline wafat
merupakan suatu hal yang sangat tidak lumrah terjadi.
“Sudah tewas, sudah jadi mayat, Agus masih memperkosa lagi. Jadi total, dua kali dia memperkosa Angeline, ujar Sudana.”
3. Consequence
Efek (consequence) dalam artikel ini menunjukkan bahwa proses
investigasi kasus pembunuhan Engeline tidak berhenti sampai tahap
ditetapkannya Agus sebagai tersangka. Melalui narasumber yag dipilih
viva.co.id, Kapolda Bali menunjukkan bahwa pihak Kepolisian juga
akan terus mencari penyebab pasti meninggalnya Engeline. Hal
tersebut ditambah dengan pencarian orang yang bertanggung jawab
atas kematian Engeline. Viva.co.id secara tidak langsung menunjukkan
masih ada kemungkinan keluarga Engeline terlibat dalam kasus
pembunuhan ini.
“Kapolda Bali, Inspektur Jenderal Ronny F Sompie, mengatakan keluarga Angeline pasti dimintai informasi untuk mencari tahu penyebab dan siapa yang bertanggung jawab atas kematian Angeline.”
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam artikel ini juga
terdapat dua sub judul. Sub judul pertama diberikan judul „Korban perdagangan
anak?‟. Jika dilihat dari konten yang ada pada sub judul ini, viva.co.id ingin
menjelaskan kemungkinan Engeline sebagai korban perdagangan anak. Core
frame (gagasan inti) dalam sub judul ini mengarahkan khalayak untuk tidak terlalu
pada sub judul ini juga terdiri atas framing devices dan reasoning devices.
Framing devices dapat terlihat seperti berikut:
1. Metaphors
Peneliti tidak menemukan penggunaan metaphors yang ada pada
artikel ini. Jika dilihat dari isi berita secara keseluruhan, tidak
ditemukan kata atau teks yang menganalogikan dan memberikan
makna tersirat terhadap sesuatu hal.
2. Exemplaar
Jika diamati konten sub judul ini, peneliti melihat penggunaan
exemplaar pada penjelasan tentang adanya kemungkinan orang lain,
yang terlibat dalam kasus pembunuhan Engeline.
“Namun, Ronny memastikan, penyidik masih mendalami kemungkinan adanya tersangka lain yang terlibat. Baik sebagai penyuruh, atau turut seta melakukan, atau membantu melakukan dalam kasus pembunuhan Angeline.”
Peneliti menemukan sekali lagi viva.co.id menguraikan bahwa
kemungkinan adanya orang lain yang turut bertanggung jawab atas
kematian Engeline. Peneliti beranggapan apa yang dicantumkan
viva.co.id bukanlah tanpa tujuan. Dugaan-dugaan yang diberikan lewat
teks pada artikel seolah ingin mengkonstruksi khalayak untuk
mengiyakan adanya tersangka lain. Sementara itu, proses hukum dan
investigasi masih berjalan.
3. Catchphrases
Frase yang menonjol dan digunakan oleh viva.co.id lewat artikel ini
terlihat pada,
Melalui teks tersebut, viva.co.id menggambarkan perasaan narasumber
ketika mengetahui Agus sebagai tersangka tunggal. Penggunaan kata „terkejut‟ oleh viva.co.id yang menjelaskan tentang suatu hal yang sulit dipercayai masyarakat luas secara umum. Kalimat selanjutnya
menunjukkan bahwa kemungkinan adanya tersangka kedua yang
berasal dari pihak keluarga angkat Angeline. Lagi-lagi viva.co.id lewat
teks yang disampaikan dan pernyataan yang diberikan narasumber
menguraikan Agus tidak bertanggung jawab sendiri atas kematian
Engeline.
4. Depiction
Peneliti menemukan pelabelan pada konten berita pada sub judul ini
melalui kalimat,
“Terlalu dini sekali kalau kita menduga ada indikasi perdagangan anak dalam kasus Angeline. Saya kira terlalu jauh, kata Yuliana”
Pada kalimat tersebut dijelaskan bahwa anggapan masyarakat tentang
indikasi perdagangan anak masih terlalu cepat. Lewat kata „terlalu
dini‟, viva.co.id seolah ingin menepis dugaan yang beredar tentang
kaitan terbunuhnya Engeline dan adanya isu perdagangan anak.
5. Visual Images
Sub judul ini tidak menyantumkan foto atau ilustrasi tambahan yang
mendukung isi artikel. Foto atau ilustrasi yang ada merupakan foto
Engeline yang menggunakan seragam sekolah dan sudah dijelaskan
sebelumnya pada analisa di artikel utama.
Framing devices tersebut kemudian didukung oleh roots, appeals to
principle, dan consequence yang tergolong pada reasoning devices.
3. Roots
Melalui sub judul ini, roots menunjukkan bahwa masih ada hal-hal
yang harus dijadikan pertimbangan agar proses penyelidikan kasus
Engeline bersifat profesional, seimbang, dan sesuai dengan aturan
“Ronny menegaskan masih ada asas praduga tak bersalah. Inilah yang menjadikan penyidik harus tetap profesional, proporsional, sesuai dengan prosedur perundang-undangan.”
Peneliti juga menemukan kalimat kausal pada konten sub judul ini,
yaitu,
“Komisioner KPAI, Susanto, berharap kepolisian dapat mengungkap kasus ini hingga tuntas. Jika kasus tidak dituntaskan, maka akan terjadi preseden buruk bagi perlindungan anak.”
Melalui kalimat tersebut, viva.co.id melalui narasumber yang dipilih
ingin menunjukkan bahwa kasus Engeline merupakan suatu cerminan
bagi perlindungan anak. Tuntas atau tidaknya kasus Engeline menjadi
dasar bahwa pihak-pihak terkait juga turut andil dalam hal
perlindungan anak.
3. Appeals to Principle
Klaim-klaim moral yang disematkan pada sub judul ini terletak pada
himbauan untuk khalayak, agar tidak terlalu menduga atas apa yang
sebenarnya terjadi pada kasus Engeline. Himbauan itu juga sesuai
dengan apa yang semestinya dilakukan terhadap kasus-kasus lain pada
umumnya, yaitu menunggu hingga proses penyelidikan selesai oleh
pihak berwajib.
“Yuliana meminta seluruh pihak untuk tidak menduga-duga kasus ini, dan menunggu hasil investigasi pihak kepolisian.”
3. Consequences
Peneliti menemukan efek pada konten sub judul ini yan menjelaskan
bahwa adanya dugaan Engeline sebagai korban perdagangan manusia
dalam jaringan paedofil, harus tetap diselidiki. Viva.co.id menjelaskan
bahwa dugaan yang muncul pada khalayak harus turut didalami lebih
lanjut. Hal tersebut dilakukan juga untuk mengetahui kemungkinan
adanya korban lain, selain Engeline.
melakukan kekerasan seks terhadap Angeline, atau ada korban lainnya.”
Judul „Kepekaan harus dibangun‟ menjadi sub judul kedua pada artikel ini.
Jika dilihat dari konten, viva.co.id turut mengkonstruksi bahwa kasus Engeline
bukan merupakan kasus perdana adanya kekerasan anak di Indonesia. Artikel ini
menjelaskan pula bahwa anak cenderung menjadi objek kekerasan oleh orang
dewasa. Gagasan inti yang ingin disampaikan melalui artikel berita ini adalah
diperlukan peran serta seluruh lapisan masyarakat, untuk lebih peka dalam kasus
kekerasan pada anak yang terjadi di sekitar. Minimnya kepekaan masyarakat
dianggap dapat menaikkan angka kekerasan yang dilakukan pada anak.
Gagasan inti yang digunakan viva.co.id pada sub judul ini diikuti oleh
condensing symbol. Selanjutnya, condensing symbol tersebut diikuti oleh framing
devices dan reasoning devices. Adapun framing devices yang ditemukan dalam
konten sub judul ini adalah:
1. Metaphors
Metaphors telihat digunakan dalam konten sub judul ini. Ungkapan
atau analogi yang digunakan oleh viva.co.id tersebut terdapat pada
kalimat,
“Tapi, kasus yang dialami Angeline kembali membuka mata kita bahwa anak Indonesia masih terancam.”
Penggunaan kata „membuka mata‟ pada kalimat tersebut menunjukkan
bahwa kasus pembunuhan Engeline menyadarkan khalayak terkait
kondisi anak Indonesia. Viva.co.id menggambarkan bahwa adanya
kasus Engeline menjelaskan jika masih ada ditemui kasus kekerasan
pada anak di tengah masyarakat.
2. Exemplaar
Melalui narasumber yang dipilih, viva.co.id mengkonstruksi bahwa
kurang diperhatikannya kasus kekerasan anak oleh publik karena
beberapa faktor. Kepekaan masyarakat yang masih kurang dan pihak
keluarga dan korban dijadikan sebagai penyebab kasus kekerasan anak
tidak terekspos. Peneliti melihat bahwa viva.co.id ingin menjelaskan
jika faktor internal dan lingkungan paling dekat dari korban kekerasan
memiliki andil yang besar agar kasus kekerasan pada anak dapat
disorot publik.
3. Catchphrase
Catchphrase yang digunakan pada isi dari teks ini terlihat penjelasan
untuk mengetahui adanya kasus perlindungan anak, bukan hanya
menjadi beban kepolisian semata.
“Pada akhirnya, kata Arist, beban kepolisian pun akan ringan. Sebab informasi sudah tertampung di tim reaksi cepat perlindungan anak tingkat desa atau RT.”
Viva.co.id seolah menggambarkan bahwa selama ini pihak kepolisian
yang bertanggung jawab penuh atas kasus kekerasan pada anak yang
terjadi di masyarakat. Melalui teks tersebut, viva.co.id menyoroti peran
dan kepekaan dari masyarakat dapat membantu kinerja kepolisian
untuk meminimalisir adanya kasus kekerasan pada anak.
4. Depiction
Label (depiction) yang terlihat dalam teks ini menjelaskan bahwa
kasus kekerasan yang terjadi pada anak di Indonesia, lewat kasus
Engeline sudah dalam kondisi mengkhawatirkan. Kondisi tersebut digambarkan dengan penggunaan kata “darurat” dalam kalimat,