• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Pengujian Nuklir Korea Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Pengujian Nuklir Korea Utara"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Sumber Buku

- Akhadi, Mukhlis, (2000), Dasar-Dasar Proteksi Radiasi, (Jakarta : PT. Rineka Cipta)

- ________, (1997),Pengantar Teknologi Nuklir, (Jakarta : PT Rineka Cipta)

- Ali, Achmad, (2015),Menguak Tabir Hukum, (Jakarta : Penerbit Prenadamedia Group)

- Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (1989),Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka)

- Djatikoesoemo, G.P.H., (1956),Hukum Internasional tentang Damai, (Jakarta: Penerbit N.V. Pemandangan Jakarta)

- Kantor Penerangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, (1993), Perserikatan

Bangsa-Bangsa dan Indonesia, (Jakarta)

- Kusumaatmadja, Mochtar, (2003), Pengantar Hukum Internasional, (Bandung : Penerbit P.T. Alumni)

- Murugeshan, R., and Sivaprasath, Kiruthiga, (2008), Modern Physics, (New Delhi : S. Chand and Company Ltd.,)

- Mustofa, Agus, (2006), Indonesia Butuh Nuklir, (Padma Press, Padang Makhsyar)

- Park, Ki Tae, (2010), Analyzing North Korea’s Decision-Making Process on its Nuclear Weapons Programs with the Rational Choice and Cognitive

Models, (Santa Monica: Pardee Rand Graduate School)

- Perserikatan Bangsa-Bangsa, (1986),Berbagai Konsep Keamanan, (New York)

(2)

- Starke, J.G., (2008), Pengantar Hukum Internasional 1, terjemahan Bambang Iriana Djajaatmadja, (Jakarta : Sinar Grafika)

- Suryokusumo, Sumaryo, (1987),Organisasi Internasional, (Jakarta: UI Press)

- Suryowinoto, Moeso, (1990),Tenaga Atom, Pemanfaatannya dalam

Biologi dan Pertanian, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius)

- Tim Peneliti/Penulis pada Pusat Kajian Pasifik Universitas Hasanuddin, (1990),ProspekDidirikannyaSoutheast Asian Nuclear Weapon Free Zone. (Ujung Pandang)

- Walisiewicz, Marek, alih bahasa : Dwi Satya Palupi, (2003), Essential Science : Energi Alternatif - Panduan ke masa depan teknologi energi,

(Jakarta : Penerbit Erlangga)

- White, N.D., (1997), “Keeping the Peace : The United Nations and the

Maintenance ofInternational Peace and Security”, (Oxford: Manchester

University Press)

- Wirengjurit, Dian, (2002),Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir, (Bandung : PT. Alumni)

- Wiyatmo, Yusman, (2006), Fisika Nuklir dalam Telaah Semiklasik dan

(3)

B. Makalah, Karya Ilmiah, Artikel dan Jurnal

- Ariyadi, Reaksi Pemerintah Cina Terhadap Kepemimpinan Kim Jong Un

di Korea Utara, eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Vol. 1 No. 1

- International Risk,North Korea’s Nuclear Test : The Logic Behind the Leadership’s

Action and Likely Future Development,12 Oktober 2006

- Jo, Dong Joon, and Gartzke,Erik, Determinants of Nuclear Weapon

Proliferation, dalam The Journal of Conflict Resolution, vol. 51 no.1

(Sage Publication Inc. pp.167-194, 2007)

- Leviza, Jelly,“Pengenalan Konvensi Peraturan Internasional

Ketenaganukliran”, makalah disampaikan dalam seminar tentang

ketenaganukliran tanggal 27 November 2007 di Universitas Sumatera Utara, Medan

- Pinkston, DA, North Korean Motivations for Developing Nuclear

Weapons, dalam cns.miis.edu/north_korea/dprkmotv.pdf, 2002

- Purwono, Andi, dan Zuhri,Ahmad Saifuddin,Peran Nuklir Korut Sebagai Instrumen

Diplomasi Politik Internasional, Spektrum : Jurnal Ilmu Politik Hubungan

Internasional Vol. 7 No. 2 Tahun 2010

- Sagan, Scott D., Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in

Search of a Bomb : Internasional Security, Vol. 21,No. 3. (Winter,

1996-1997)

- Zaitsu, Yuku, United Nations General Assembly Resolutions on Select Nuclear Weapons Issues (2001-2011) – A Briefing Paper for the 67th

Session of the United Nations General Assembly, disampaikan tanggal 25

(4)

C. Konvensi

- Charter of The United Nations 1945

- Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty Anti-Ballistic Missile Treaty of

1972

- Convention on Nuclear Safety of 1994

- Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty of 1996

- Geneva Protocol of 1925

- IAEA Statue of 1956

- Intermediate Nuclear Forces Treaty of 1987

- Non-Proliferation Treaty of 1968

- Partial Test Ban Treaty of 1963

- Peaceful Nuclear Explosions Treaty of 2013

- Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone Treaty (Treaty of Bangkok) of

1995

- Threshold Test Ban Treaty of 1974

- Treaty for the Prohibition of Nuclear Weapons in Latin America

(Tlateloco Treaty) of 1967

D.Resolusi Dewan Keamanan PBB

- Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1695 Tahun 2006 - Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1718 Tahun 2008 - Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 1874 Tahun 2009 - Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2087 Tahun 2013

(5)

E. Website

- https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi

- http://kbbi.web.id/internasional, terakhir diakses pada tanggal 14 Mei 2016 pukul 11.28 WIB

- http://kamus.cektkp.com/uji-coba/ - https://id.wikipedia.org/wiki/Nuklir - https://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Utara

- https://id.wikipedia.org/wiki/Serangan_bom_atom_di_Hiroshima_dan_Na gasaki

- https://id.wikipedia.org/wiki/Senjata_nuklir

- http://www.pesona.co.id/article/mengenang-bencana-radiasi-nuklir-chernobyl--1-

- http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_nuklir - http://id.wikipedia.org/wiki/Fusi_nuklir - http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_nuklir

- http://www.infonuklir.com/read/detail/198/sejarah-perkembangan-nuklir-di-dunia

- https://id.wikipedia.org/wiki/Karbon-14

- http://www.astaqauliyah.com/blog/read/13/nuklir-di-bidang-kesehatan-dan-kedokteran.html

- http://health.kompas.com/read/2011/11/25/16550627/lebih.dekat.dengan.k edokteran.nuklir

- https://en.wikipedia.org/wiki/Positron_emission_tomography - https://id.wikipedia.org/wiki/Pencitraan_resonansi_magnetik - https://id.wikipedia.org/wiki/Tomografi_terkomputasi - https://id.wikipedia.org/wiki/Radioterapi

- https://areknerut.wordpress.com/2012/12/09/pemanfaatan-teknologi-nuklir/

(6)

- http://www.beritaunik.net/techno/10-senjata-monster-pemusnah-massal-yang-pernah-diciptakan.html

- http://halosehat.com/penyakit/sumber-penyakit/bahaya-radiasi-nuklir - https://en.wikipedia.org/wiki/Chernobyl_disaster

- http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Umum_Perserikatan_Bangsa-Bangsa - https://en.wikipedia.org/wiki/United_Nations_General_Assembly_resoluti

on

- http://www.un.org/Docs/sc/

- http://www.iaea.org/About/history.html - http://www.iaea.org/About/about_statute.html

- http://avalon.law.yale.edu/20th_century/decad026.asp

- https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_states_with_nuclear_weapons -

https://nusantaranews.wordpress.com/2009/04/22/30-negara-pengguna-nuklir-terbesar-dunia/

- https://skiasyik.wordpress.com/2008/04/02/sreategi-nuklir/ -

http://gri.co.id/berita-145-dampak-positif-dan-negatif-teknologi-nuklir.html

- http://en.wikipedia.org/wiki/International_Nuclear_Event_Scale

-http://www.oxfordreference.com/view/10.1093/oi/authority.20110803100 306400

- http://frenndw.wordpress.com/category/international-law-principles-and-analysis-study/

- http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/kim/etc/cron.html - https://id.wikipedia.org/wiki/Juche

- http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/16/01/11/o0 s25r377-cina-pantau-dampak-radiasi-uji-coba-nuklir-korut

- http://world.kbs.co.kr/indonesian/event/nkorea_nuclear/news_02.htm -

http://jurnalhukum.blogspot.co.id/2006/10/resolusi-1718-dewan-keamanan-pbb.html

(7)

- http://internasional.kompas.com/read/2009/06/13/18522877/korut.diringku s.embargo.senjata.dan.keuangan

- http://permalink.gmane.org/gmane.culture.media.mediacare/89834 -

http://print.kompas.com/baca/2016/01/06/Korea-Utara-Uji-Senjata-Nuklir%2c-Picu-Gempa-Bermagn

- http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/01/160106_live_korea_utara -

http://www.voaindonesia.com/a/dunia-kecam-peluncuran-roket-korea-utara/3181397.html

- http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/16/01/07/o0j r12382-uji-nuklir-korea-utara-tuai-kecaman-dunia

(8)

BAB III

INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL BERKAITAN DENGAN PENGGUNAAN NUKLIR DAN DAMPAKNYA

A. Instrumen Hukum Internasional Mengenai Nuklir

Instrumen diartikan sebagai landasan atau dasar dari sesuatu. Sedangkan instrumen hukum Menurut Mochtar Kusumaatmadja adalah suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat yang harus mencakup lembaga institusi dan proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan. Hukum internasional ialah keseluruhan kaidah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara, antara negara dengan negara, negara dengan subjek hukum lain bukan negara satu sama lain. Instrumen hukum internasional dalam hal ini berarti landasan dan alat daripada hukum internasional untuk mengatur mengenai nuklir dalam perkembangan hubungan antar negara.

Instrumen hukum internasional yang mengatur mengenai penggunaan nuklir diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Piagam PBB

Berakhirnya Perang Dunia II yang ditandai dengan menyerahnya Jepang terhadap sekutu pasca serangan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang memakan banyak korban nyawa dan rusaknya lingkungan akibat radiasi zat radioaktif menimbulkan ketakutan masyarakat dunia akan bahaya senjata pemusnah massal yang dapat memicu timbulnya perang nuklir di masa mendatang.

(9)

nuklir, menghentikan dan mengurangi pacuan senjata nuklir dan mencegah berkembangnya senjata nuklir. Sementara itu, harus pula diambil langkah-langkah lain yang ditujukan untuk mencegah pecahnya perang nuklir dan mengurangi bahaya ancaman atau penggunaan senjata nuklir, mengingat bahwa bahaya tersebut hanya dapat disingkirkan melalui pemusnahan total senjata-senjata nuklir. Negara-negara bersenjata nuklir lainnya telah menyatakan bahwa mereka hanya akan menggunakan senjata nuklir dalam rangka membalas serangan.

Piagam PBB dapat dijadikan salah satu instrumen internasional yang berkaitan dengan nuklir saat ini. Piagam PBB (Charter of The United Nations) ditandatangani pada tanggal 26 Juni 1945 di San Francisco pada akhir Konferensi PBB tentang Organisasi Internasional, dan secara resmi dinyatakan mulai berlaku pada tanggal 24 Oktober 1945. Piagam PBB menjadi cikal bakal lahirnya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Setelah Perang Dunia II, pendapat umum cenderung lebih menginginkan suatu pengaturan mengenai menjaga perdamaian dan keamanan internasional yang menjadi tanggungjawab bersama negara-negara. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan dengan tujuan utama untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional, dan untuk itu untuk mengambil tindakan bersama yang efektif untuk pencegahan dan penghapusan ancaman.54

Dalam sejarah kelahiran PBB ini, Konferensi San Francisco bukanlah merupakan satu-satunya peristiwa yang mendasari lahirnya Piagam PBB. Ada beberapa peristiwa lain yang sangat penting yang melatarbelakangi lahirnya Piagam PBB, diantaranya :

Terbentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai induk organisasi internasional dapat mencegah persengketaan atau konflik bersenjata yang mewarnai hubungan internasional.

55

a. Piagam Atlantik (Atlantic Charter) yang dideklarasikan oleh presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt, dan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill pada tanggal 14 Agustus 1941. Dari isi piagam ini

54Charter of The United Nations, Chapter I, Article 1(1) 55

(10)

memuat beberapa prinsip bersama dalam menjalankan kebijaksanaan- kebijaksanaan nasional dua negara serta pernyataan kehendak untuk melaksankan kerjasama sepenuhnya antara semua bangsa di lapangan ekonomi dengan tujuan menetapkan bagi semua orang perbaikan standar harga kemajuan ekonomi dan jaminan social.

b. United Nations Declaration yang ditandatangani pada tanggal 1 Januari 1945 di Washington DC oleh 26 negara peserta. Isi Deklarasi ini pada intinya menyokong prinsip yang terdapat pada Atlantic Charter. Istilah PBB muncul dari usulan presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt.

c. Konferensi Moskow, yang diadakan pada tanggal 19 sampai dengan 30 Oktober 1943. Konferensi ini membicarakan masalah peperangan, masalah Polandia dan masalah kerja sama setelah perang, juga membicarakan tentang organisasi internasional umum yang berdasarkan prinsip kesamaan kedaulatan dari semua negara dalam rangka untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional. d. Konferensi Teheran, yang diadakan pada tanggal 1 Desember 1943,

dimana Presiden Roosevelt, Presiden Stalin dan PM Churchill mengeluarkan deklarasi yang berbunyi : “Kami mengakui sepenuhnya tanggung jawab yang luhur atas pundak kami dan atas semua bangsa yang bersatu untuk mewujudkan suatu perdamaian yang akan meliputi kehendak rakyat seluruh dunia dan menghalau bencana dan terror peperangan bagi generasi-genarasi”.

(11)

f. Konferensi Yalta, pada tanggal 4 sampai dengan 11 Februari 1945. Konferensi ini menyetujui untuk mengadakan pembicaraan lebih lanjut tentang masalah pembentuk organisasi perdamaian dunia (PBB) yang rencananya akan diadakan di Amerika pada bulan April 1945.

g. Konferensi San Francisco, diadakan pada tanggal 25 April 1945 sampai dengan 26 Juni 1945, menghasilkan piagam PBB.

Piagam PBB ini merupakan traktat multilateral yang bersifat terbuka, yakni penuangan kesadaran masyarakat internasional dalam memelihara perdamaian dan keamanan adalah secara kolektif serta memberikan kesempatan kepada negara-negara lain yang pada awalnya tidak turut melakukan perjanjian untuk menjadi anggota Piagam PBB tersebut. Maka Piagam ini secara hukum menciptakan kewajiban yang mengikat bagi semua negara yang menjadi anggota PBB.

Negara-negara yang telah menjadi anggota PBB berkewajiban memenuhi ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Piagam PBB. Terdapat prinsip-prinsip dasar dalam Piagam PBB yang diakui sebagai ketentuan dan norma hukum bagi perilaku internasional di kalangan negara-negara serta sebagai prinsip-prinsip hukum internasional yang dapat diterapkan pada semua negara. Sesuai dengan isi pasal 2 Piagam PBB, tujuan didirikannya PBB adalah :56

a. Memelihara perdamaian dan keamanan.

b. Mengembangkan hubungan persahabatan antara bangsa-bangsa berdasarkan penghargaan atas asas persamaan hak-hak dan penentuan nasib sendiri dari bangsa-bangsa, dan mengambil tindakan-tindakan lain yang tepat guna memperkokoh perdamaian dunia.

c. Mewujudkan kerja sama internasional dalam memecahkan masalah-masalah internasional yang bercorak ekonomi, sosial, kebudayaan atau kemanusiaan, dan dalam memajukan dan mendorong penghargaan

56

(12)

terhadap hak-hak manusia dan kebebasan-kebebasan dari dan bagi semua orang tanpa membedakan bangsa, kelamin, bahasa atau agama. d. Menjadi pusat untuk menyerasikan tindakan-tindakan bangsa-bangsa

dalam mencapai tujuan bersama. Organisasi ini dan yang dinyatakan di atas, akan bertindak sesuai dengan asas-asas yang berikut :

• Organisasi ini didasarkan atas asas persamaan kedaulatan dari semua anggotanya.

• Semua anggota, dengan maksud untuk menjamin bagi dirinya masing-masing semua hak dan manfaat yang timbul dari keanggotaannya akan memenuhi dengan jujur kewajiban yang diterimanya sesuai dengan piagam ini.

• Semua anggota akan menyelesaikan dengan jalan damai sengketa- sengketa internasional mereka sedemikian rupa, sehingga perdamaian dan keamanan internasional dan keadilan tidak terancam.

• Semua angota dalam hubungan internasional mereka akan menghindarkan diri dari ancaman atau penggunaan kekerasan terhadap keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik sesuatu Negara atau dengan cara apapun yang bertentangan dengan tujuan PBB.

• Semua angggota akan memberikan setiap bantuan kepada PBB dalam tindakan apapun yang diambilnya sesuai dengan piagam ini dan tidak akan memberikan kepada negara manapun, yang oleh PBB sedang ditindak secara prefentif atau dengan kekerasan

(13)

• Tidak satu ketentuan pun dalam piagam ini dapat memberi kuasa kepada PBB untuk mencampuri urusan yang pada hakikatnya termasuk yurisdiksi dalam negeri suatu negara atau yang dapat menurut anggota-anggota mengajukan penyelesaian urusan tersebut menurut anggota-anggota mengajukan penyelesaian urusan tersebut menurut piagam ini.

PBB dikatakan sebagai organisasi jenis istimewa karena kedudukan PBB yang unik (sui generis). PBB tidak hanya memiliki legal personality dan

municipal legal personality tetapi juga subjective personality dan objective

personality.57

Piagam PBB merupakan ungkapan tertinggi hukum internasional yang merupakan dokumen konstitusional yang mendistribusikan kekuasaan dan fungsi di antara berbagai organ PBB. Dengan sepenuhnya menghormati dan mematuhi Piagam PBB dan seluruh badan hukum internasional, maka untuk mencapai keamanan internasional yang merupakan nyawa PBB akan dapat diperoleh dan dapat ditingkatkan dengan lebih lagi. Hukum internasional tersebut yang dapat diterapkan dalam pertikaian-pertikaian bersenjata memuat sejumlah prinsip yang relevan dengan perencanaan militer dan perumusan doktrin-doktrin strategis. Bila hukum humaniter internasional mengenai konflik bersenjata dan penggunaan

Dikatakan memiliki kepribadian subyektif karena kepribadian tersebut diterima dan diakui oleh semua negara yang berdasarkan perjanjian telah mendirikan organisasi tersebut atau menjadi anggota organisasi internasional itu, sehingga secara subyektif terikat padanya. Sedangkan pihak ketiga yang tidak mempunyai ikatan dengan organisasi internasional tersebut tidak terkena akibat dari adanya perjanjian itu. Dan dikatakan memiliki kepribadian obyektif karena legal personality-nya sebagai organisasi internasional telah diterima dan diakui secara obyektif oleh semua pihak, baik anggota maupun bukan anggota, karena sudah tidak dapat dibantah dan dipungkiri lagi, karena memang sudah demikian seharusnya.

57

(14)

senjata konvensional maupun non-konvensional sepenuhnya dihormati oleh semua pihak, maka pihak-pihak yang saling bermusuhan akan lebih saling mempercayai komitmen masing-masing untuk tidak menggunakan kekuatan senjata, termasuk kategori senjata pemusnah massal dalam situasi yang bertentangan dengan PBB.

Hukum humaniter internasional telah menetapkan hal-hal yang diperbolehkan dan dilarang untuk diterapkan pada metode peperangan internasional. Hukum internasional tradisional yang berkaitan dengan pertikaian bersenjata memiliki pengaturan mengenai beberapa prinsip umum yang sebenarnya tidak membenarkan praktek-praktek tertentu untuk dilakukan di dalam perang. Sejalan dengan hal ini termasuk pula antara lain prinsip-prinsip pembedaan antara sasaran-sasaran militer dan sipil, larangan kegiatan yang menyebabkan kerusakan yang tidak perlu, dan larangan untuk melakukan serangan-serangan yang melampaui kegunaan militer yang nyata dan langsung.58

Senjata nuklir memperkenalkan dimensi yang baru dan secara kualiatif berbeda dengan nuklir itu sendiri. Sulit untuk bisa dipahami bahwa senjata nuklir dapat digunakan dalam situasi yang sejalan dengan prinsip-prinsip yang diatur dalam hukum humaniter. Usaha-usaha lebih lanjut yang harus dilakukan adalah agar hukum internasional juga memuat pelarangan menyeluruh dan pemusnahan total semua senjata nuklir, dan juga pelarangan yang jelas dan menyeluruh dalam hal pengembangan, percobaan, pembuatan, penimbunan, dan penggunaan senjata-senjata nuklir.

58

(15)

2. Resolusi Majelis Umum PBB

Majelis Umum PBB atau Sidang Umum PBB adalah salah satu dari enam badan utama PBB. Majelis Umum merupakan badan permusyawaratan yang terdiri dari semua negara anggota PBB yang diwakilkan (setiap wakil mempunyai satu hak suara) dalam melakukan pertemuan setiap tahun dibawah pimpinan seorang Presiden Majelis Umum PBB yang dipilih dari wakil-wakil setiap negara anggota. Pertemuan yang pertama kali diadakan adalah pada tanggal 10 Januari 1946 di Ruang Utama Tengah Westminster di London dan termasuk wakil dari 51 negara.59

Menurut Anggaran Rumah Tangga PBB, sidang Majelis Umum berkumpul pada hari Senin antara tanggal 10 dan 16 September.60

a. pelaksanaan perdamaian dan keamanan internasional;

Pertemuan akan berakhir pada pertengahan Desember. Pertemuan khusus dapat diadakan atas permintaan dari Dewan Keamanan.

Majelis Umum sebagai badan utama PBB memiliki tugas dan kekuasaaan yaitu berkaitan dengan :

b. kerja sama di lapangan perekonomian dan masyarakat internasional;

c. sistem perwakilan internasional;

d. keterangan-keterangan mengenai daerah-daerah yang belum mempunyai pemerintah sendiri;

e. urusan keuangan;

f. penerapan keanggotaan dan penerimaan anggota; g. perubahan piagam;

h. hubungan dengan alat-alat perlengkapan lain;

59

“Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa” sebagaimana dimuat dalam

http://id.wikipedia.org/wiki/Majelis_Umum_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, terakhir diakses pada tanggal 8 Juni 2016 pukul 09:31 WIB

60

(16)

Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Majelis Umum membentuk berbagai badan, seperti komite, komisi, konferensi dan agensi. 75 Komite Prosedur; Pengadilan administratif; Komisi Perlucutan Senjata (dengan Dewan Keamanan); Badan Tenaga Atom Internasional (dengan mendengar pendapat Dewan Keamanan dan Dewan Ekonomi Sosial); Pasukan PBB; Badan penampung pengungsi di Palestina; Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan; Dana anak-anak PBB/UNICEF (dengan Dewan Ekonomi dan Sosial); Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk pengungsi-pengungsi; Usaha patungan PBB dan FAO untuk urusan pangan sedunia; Program pembangunan PBB; Organisasi pembangunan industri PBB; Lembaga PBB untuk latihan dan penelitian; Program lingkungan PBB; Universitas PBB; Tujuh komite utama, yang terdiri dari :

1. Panitia pertama: tugasnya di bidang politik dan keamanan termasuk soal-soal pengaturan persenjataan.

2. Panitia kedua: tugasnya khusus untuk politik.

3. Panitia ketiga: tugasnya di bidang ekonomi dan keuangan.

4. Panitia keempat: tugasnya di bidang sosial, kemanusiaan dan kebudayaan.

5. Panitia kelima: tugasnya dibidang dekolonisasi (daerah-daerah yang tidak berpemerintahan sendiri).

6. Panitia keenam: tugasnya di bidang administrasi dan anggaran. 7. Panitia ketujuh: tugasnya di bidang hokum.

Majelis Umum juga dibantu badan-badan dan program khusus seperti: 1. Dewan Hak Asasi Manusia

2. UNRWA: Badan Bantuan dan kerja untuk pengungsi Palestina di Timur Tengah

(17)

Dalam pelaksanaan perdamaian dan keamanan internasional, Majelis Umum mengusahakan setiap negara-negara tidak melakukan tindakan-tindakan dengan menggunakan kekuatan bersenjata yang dapat mengancam perdamaian dan keamanan internasional serta tidak mengakui hak untuk mengancam dengan perang atau dengan melanggar isi perjanjian-perjanjian berkaitan dengan perdamaian dan keamanan internasional. Seperti halnya dengan penggunaan teknologi nuklir tidak untuk tujuan damai ataupun melakukan ujicoba senjata nuklir dapat menimbulkan keadaan internasional yang tidak aman. Hal tersebut akan menimbulkan kecurigaan pada negara lain akan digunakannya nuklir untuk tujuan perang dan menimbulkan perang. Untuk hal tersebut Majelis Umum dapat memberikan solusi berupa usul tentang cara-cara penyelesaian atau tentang syarat-syarat penyelesaian untuk mengurangi potensi terjadinya ancaman terhadap perdamaian dan keamanan internasional.

Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations

General Assembly Resolution) adalah sebuah keputusan resmi dari Majelis Umum

PBB yang diperoleh dari semua negara anggota dari PBB di dalam tubuh Majelis Umum PBB dan diadopsi ke dalam tubuh PBB. Keputusan-keputusan dalam Resolusi Majelis Umum biasanya dicapai melalui suatu mayoritas sederhana yaitu 50% dari semua suara ditambah satu. Namun, jika Majelis Umum menentukan bahwa terdapat suatu masalah yang sangat penting yang tidak dapat diselesaikan dengan suara mayoritas sederhana, maka diperlukan mayoritas dua pertiga. Hal yang sangat penting yang dimaksud adalah masalah-masalah yang secara signifikan berhubungan dengan pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional, pengakuan atas anggota baru untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa, penangguhan hak-hak dan hak keanggotaan, pengusiran anggota, pengoperasian sistem perwalian, atau pertanyaan anggaran.61

Pemungutan suara dalam Majelis Umum PBB merupakan cara penting bagi sebuah negara untuk mengekspresikan sikap tentang isu-isu yang menjadi

61“United Nations General Assembly Resolution” sebagaimana dimuat dalam

(18)

perhatian. Sementara resolusi yang diadopsi oleh Majelis Umum PBB bersifat tidak mengikat.62Majelis Umum berhak untuk membicarakan dan membuat rekomendasi mengenai semua masalah yang berada pada jangkauan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Walaupun keputusan Dewan tidak memiliki kekuatan yang mengikat secara hukum, namun dia mencerminkan bobot opini dunia mengenai masalah-masalah internasional yang penting dan merupakan kekuatan moril dari masyarakat dunia.63

3. Resolusi Dewan Keamanan PBB

Majelis Umum dalam mengeluarkan resolusinya dapat juga berkaitan dengan pengadopsian perjanjian internasional yang dirasa layak dan penting untuk dijadikan resolusi untuk dapat ditindaklanjuti oleh anggota PBB dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan cepat. Meskipun Resolusi Majelis Umum umumnya tidak mengikat terhadap negara-negara anggota, resolusi internal dapat mengikat pengoperasian itu sendiri. Misalnya Konvensi tentang Pelarangan Penggunaan Senjata Nuklir (Convention on the Prohibition of the Use of Nuclear

Weapons) untuk pertama kalinya diadopsi oleh Majelis Umum PBB pada tahun

1982, Traktat Pelarangan Menyeluruh Ujicoba Nuklir (Comprehensive

Nuclear-Test-Ban Treaty/ CTBT) dimana perjanjian diadopsi oleh Majelis Umum PBB

pada tahun 1996.

Dewan Keamanan PBB (The United Nations Security Council /UNSC) adalah salah satu dari enam organ utama PBB yang memiliki 15 negara anggota. Lima di antaranya, yaitu Republik Rakyat Cina, Perancis, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat, merupakan negara anggota tetap. Sepuluh anggota lainnya dipilih oleh Majelis Umum untuk masa dua tahun. Masing-masing anggota memiliki satu suara. Di bawah Piagam PBB, semua negara anggota wajib

62

Yuku Zaitsu, United Nations General Assembly Resolutions on Select Nuclear Weapons Issues (2001-2011) – A Briefing Paper for the 67th Session of the United Nations General Assembly, disampaikan tanggal 25 September 2012

63

(19)

mematuhi keputusan dewan. Tanggung jawab utama dari Dewan Keamanan PBB adalah memelihara perdamaian dan keamanan internasional.

Berdasarkan Piagam PBB, fungsi dan kekuasaan daripada Dewan Keamanan adalah :64

1. Mempertahankan perdamaian dan keamanan internasional sesuai dengan prinsip dan tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2. Menyelidiki setiap pertikaian atau keadaan yang mungkin menyebabkan perselisihan internasional.

3. Merekomendasikan metode penyelesaian terhadap pertikaian seperti itu atau syarat-syarat bagi penyelesaiannya.

4. Menentukan tentang adanya ancaman terhadap perdamaian atau tindakan agresi dan merekomendasikan tindakan apa yang harus dilakukan.

5. Menyerukan kepada anggota untuk melaksanakan sanksi-sanksi ekonomi dan langkah-langkah yang lain yang tidak melibatkan penggunaan kekuatan untuk mencegah atau menghentikan agresi.

6. Melakukan tindakan militer terdahap aggressor.

7. Merekomendasikan penerimaan anggota-anggota baru dan ketentuan mengenai Negara mana yang boleh menjadi pihak dari Statuta Mahkamah Internasional dan,

8. Merekomendasikan kepada Majelis Umum mengenai pengangkatan Sekretaris Jenderal dan bersama-sama dengan Majelis, memilih hakim untuk Mahkamah Internasional.

Mengenai tugas dan wewenang Dewan Keamanan PBB terdapat di dalam Piagam PBB, termasuk wewenang dalam pembentukan peacekeeping operations, pemberian sanksi dan perizinan atas kegiatan militer. Kekuasaannya tersebut dilakukan melalui resolusi Dewan Keamanan PBB.

64

(20)

Dalam pelaksanaan tugas utamanya dalam memelihara perdamaian dan keamanan internasional, Dewan Keamanan mengawasi setiap tindakan-tindakan Negara yang berhubungan dengan hal yang mengancam stabilitas keamanan global. Termasuk di dalamnya mengenai pengawasan pemanfaatan teknologi nuklir yang ditujukan untuk pengembangan senjata nuklir dimana kegiatan tersebut dapat menimbulkan situasi internasional yang tidak stabil dan tidak aman. Situasi yang demikian menimbulkan kekhawatiran negara-negara akan timbulnya bahaya perang nuklir. Dalam hal ini, Dewan Keamanan mempunyai hak untuk dapat memberikan solusi yang perlu disepakati lebih lanjut tentang cara-cara penyelesaian untuk menanggulangi kondisi tersebut serta mengatur mengenai sanksi-sanksi yang diterima oleh negara yang telah mengancam perdamaian dan keamanan internasional.

Resolusi PBB adalah ekspresi formal pendapat atau kehendak organ Perserikatan Bangsa-Bangsa. Resolusi PBB umumnya terdiri dari dua bagian yang jelas: Pembukaan dan bagian operasi. Pembukaan umumnya menyajikan pertimbangan atas dasar mana tindakan yang diambil, pendapat diungkapkan atau arahan yang diberikan. Bagian operasi menyatakan pendapat organ atau tindakan yang akan diambil.65

65

“Security Council Resolutions” sebagaimana dimuat dalam

http://www.un.org/Docs/sc/, terakhir diakses pada tanggal 8 Juni 2016 pukul 14:42 WIB

(21)

Resolusi dianggap sebagai tindakan yang mempunyai kekuatan moral dan politis yang pada hakikatnya tidak mempun yai kekuatan mengikat tetapi lebih bersifat rekomendatif.66

4. Statuta Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)

Statuta Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy

Agency/IAEA) telah disetujui pada tanggal 23 Oktober 1956 oleh Konferensi

Statuta Badan Energi Atom Internasional, yang diselenggarakan di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat. Statuta IAEA mulai berlaku pada tanggal 29 Juli 1957. Pemberlakuan statuta ini merupakan cikal bakal pembentukan International Atomic Energy Agency (IAEA). Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) adalah sebuah organisasi independen yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bermarkas di Wina, Autria dan beranggotakan 137 negara.67

Salah satu fungsi IAEA adalah menerapkan pengamanan untuk menjamin bahwa bahan dan peralatan nuklir yang dimaksudkan untuk tujuan damai, tidak Sesuai dengan Statuta IAEA, ada dua tujuan utama IAEA, yaitu berupaya untuk meningkatkan dan memperluas sumbangan tenaga atom untuk perdamaian, kesehatan dan kemakmuran di seluruh dunia. Dan sedapat mungkin menjamin bahwa bantuan yang diberikannya, berdasarkan permintaan atau di bawah pengawasannya, tidak dipergunakan untuk tujuan militer apapun.

IAEA membantu dan memberikan petunjuk bagi pengembangan tenaga atom untuk maksud-maksud damai, menyusun standar keselamatan nuklir dan perlindungan lingkungan, membantu negara-negara anggota lewat kerjasama teknis, dan membantu pertukaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi tenaga nuklir.

66

Sumaryo Suryokusumo, Organisasi Internasional, (Jakarta: UI Press, 1987) hlm. 23

67“A Short History of IAEA” sebagaimana dimuat dalam

(22)

dibelokkan untuk tujuan militer. Sistem pengamanan IAEA terutama didasarkan pada pembukuan bahan nuklir yang disahkan oleh inspektur IAEA.68

Statuta telah diubah tiga kali, dengan penerapan prosedur yang ditetapkan dalam paragraf A dan C Pasal XVIII. Pada 31 Januari 1963 beberapa perubahan kalimat pertama kemudian ayat A.3 Pasal VI mulai berlaku, Statuta sebagai demikian diubah diamandemen lebih lanjut pada Juni 1973 oleh berlakunya sejumlah amandemen paragraf A ke D dari pasal yang sama (melibatkan remunerasi sub-paragraf dalam ayat A), dan pada 28 Desember 1989 amandemen di bagian pendahuluan dari ayat Al diberlakukan. Semua perubahan tersebut telah dimasukkan dalam teks Statuta, yang akibatnya menggantikan semua statuta yang telah ada sebelumnya.

Informasi mengenai hampir semua aspek ilmu pengetahuan dan teknologi nuklir dikumpulkan dan disebarkan oleh IAEA melalui International Nuclear Information System di Wina. Kebijaksanaan dan program IAEA diarahkan oleh Konferensi Umum, yang terdiri dari semua Negara Anggota IAEA, yang mengadakan pertemuan tahunan, dan Dewan Direktur yang terdiri dari 35 orang.

69

1. The Court, whose function is to decide in accordance with international

law such disputes as are submitted to it, shall apply:

Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy

Agency/IAEA) sebagai badan internasional pengawas penggunaan tenaga nuklir

membuat perangkat-perangkat hukum internasional berupa konvensi internasional. Kata konvensi berasal dari bahasa Inggris “convention”. Istilah

“convention” digunakan dalam pasal 38 Statuta Mahkamah Internasional :

a. International conventions, whether general or particular, establishing

rules expressly recognized by the contesting states;

68

Kantor Penerangan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Op.Cit. hlm. 75

69“Statute of the IAEA” sebagaimana dimuat dalam

(23)

b. International custom, as evidence of a general practice accepted as

law;

c. The general principles of law recognized Hi civilized nations;

d. Subject to the provisions of Article 5~ judicial decisions and the

teachings of the most highly qualified publicists of the various nations,

as subsidiary means for the determination of rules of law.

2. This provision shall not prejudice the power of the Court to decide a

case en aequo et bono, if the parties agree thereto.70

Istilah konvensi digunakan untuk perjanjian multilateral yang beranggotakan banyak negara yang bersifat multilateral, regional maupun bilateral. Istilah konvensi juga digunakan untuk perangkat-perangkat hukum yang dibuat oleh organisasi internasional termasuk IAEA, seperti :71

a. Konvensi Dibawah Pengawasan IAEA

1. Agreement on the Privileges and Immunities of the IAEA

2. Vienna Convention on Civil Liability for Nuclear Damage

3. Optional Protocol Concerning the Compulsory Settlement of

Dispute

4. Convention on the Physical Protection of Nuclear Material

5. Amendment to the Physical Protection of Nuclear Material

6. Convention on Early Notification of a Nuclear Accident

7. Convention on Assistance in the Case of a Nuclear Accident or

Radiological Emergency

70

“Statute of the International Court of Justice, June 26, 1945” sebagaimana dimuat dalam http://avalon.law.yale.edu/20th_century/decad026.asp, terakhir diakses pada tanggal 8 Juni 2016, pukul 15.02 WIB

71Jelly Leviza, “Pengenalan Konvensi/ Peraturan Internasional Ketenaganukliran”,

(24)

8. Joint Protocol Relating to the Application of the Vienna

Convention and the Paris Convention

9. Convention on Nuclear Safety

10.Joint Convention on the Safety of Spent Fuel Management and on

the Safety of Radioactive Waste Management

11.Protocol to Amend the Vienna Convention on Civil Liability for

Nuclear Damage Convention on Supplementary Compensation for

Nuclear Damage

12.Revised Supplementary Agreement Concerning the Provision of

Technical Assistance by the IAEA (RSA)

13.Third Agreement to Extend the 1987 Regional Co-operative

Agreement for Research, Development and Training Related to

Nuclear Science and Technology (RCA)

14.African Regional Co-operative Agreement for Research,

Development and Training Related to Nuclear Science and

Technology (AFRA) – (Third Extension)

15.Co-operative Agreement for Research, Development and Training

Related to Nuclear Science and Technology in Latin America and

the Caribbean (ARCAL)

16.Co-operative Agreement for Arab States in Asia for Research,

Development and Training Related to Nuclear Science and

Technology in (ARASIA)

17.Agreement on the Establishment of the ITER International Fusion

Energy Organization for the Joint Implementation of the ITER

Project

18.Agreement on the Privileges and Immunities of the ITER

International Fusion Energy Organization for the Joint

(25)

b. Konvensi IAEA

1. Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT)

2. Treaty for the Prohibition of Nuclear Weapons in Latin America

(Tlateloco Treaty)

3. The African Nuclear Weapon Free Zone Treaty (Pelindaba Treaty)

including Annexes and Protocols; and Cairo Declaration

4. South Pasific Nuclear Free Zone Treaty (Rarotonga Treaty); dan

protokol-protokolnya

5. Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone Treaty (Treaty of

Bangkok)

6. Agreement between the Republic of Argentina, the Federative

Republic of Brazilian, the Brazilian-Argentine Agency for

Accounting and Control of Nuclear Materials (ABACC) and the

IAEA for the Application of Safeguards

7. Verification Agreement between the IAEA and the European

Atomic Energy Community (EURATOM)

8. Convention on the Prevention of the Marine Pollution by Dumping

of Wastes and other Matter (London Dumping Convention)

(Depositary: International Maritime Organization, London)

9. International Convention for the Safety of Life at Sea (Depositary:

International Maritime Organization, London)

10.Convention Relating to Civil Liability in the Field of Maritime

Carriage of Nuclear Materials (Depositary: International

Maritime Organization, London)

11.Treaty Banning Nuclear Weapons Test in the Atmosphere, in Outer

Space and Under Water

12.Paris Convention on Third Liability in the Field of Nuclear Energy

Brussels Convention Supplementary to the Paris Convention

(26)

berbagai konvensi internasional tentang nuklir guna menciptakan regulasi yang integratif dan penuh kepastian. Beberapa diantaranya telah diratifikasi Indonesia dan berlaku secara nasional, yaitu :

1. Non-Proliferation Treaty (NPT), diratifikasi melalui UU Nomor 8 Tahun

1978 tentang Pengesahan Perjanjian Mengenai Pengcegahan Penyebaran Senjata-Senjata Nuklir;

2. Convention on Physical Protection of Nuclear Material and its

Amendment, diratifikasi melalui Keppres Nomor 49 Tahun 1986 tentang

Pengesahan Convention On The Physical Protetion Of Nuclear Material;

3. Convention on Early Notification of A Nuclear Accident, diratifikasi

melalui Keppres Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pengesahan Convention On Early Notification Of A Nuclear Accident;

4. Convention on Assistance in the Case of a Nuclear Accident or

Radiological Emergency, diratifikasi melalui Keppres Nomor 82 Tahun

1993 tentang Pengesahan Convention On Assistance In The Case Of Nuclear Accident Or Radiological Emergency;

5. Treaty on the Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone, diratifikasi

melalui UU Nomor 9 Tahun 1997 tentang Pengesahan Treaty On The South East Asia Nuclear Weapon Free Zone (Traktat Kawasan Bebas Senjata Nuklir Di Asia Tenggara);

6. Convention on Nuclear Safety, diratifikasi melalui Keppres Nomor 106

Tahun 2001 tentang Pengesahan Convention On Nuclear Safety (Konvensi Tentang Keselamatan Nuklir);

7. Comprehensive Nuclear Test-Ban Treaty (CTBT), diratifikasi melalui UU

Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pengesahan Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir (Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty);

8. Joint Convention on the Safety of Spent Fuel Management and the Safety

of Radioactive Waste Management, Protocol to Amend the Vienna

Convention, dan Supplementary Compensation for Nuclear Damage,

Bilateral cooperation and supply agreement(s), yang belum diratifikasi

(27)

Dalam kerangka global, semua konferensi internasional menyangkut energi nuklir yang diadakan sejak akhir Perang Dunia II pada dasarnya diarahkan atau ditujukan pada dua hal, yaitu pertama, mengawasi dan menghapuskan

“atoms for war” dan kedua, mempromosikan dan mengupayakan “atoms for

peace”.72 Konferensi mengenai pelucutan dan pengawasan senjata nuklir tersebut

tidak hanya dimaksudkan untuk mengadakan pengawasan terhadap senjata nuklir semata tetapi juga untuk dapat mencegah proliferasi atau penyebarannya ke negara-negara lain baik mencegah proliferasi di antara kelima negara yang menandatangani perjanjian Non-Proliferasi yang diketahui atau dipercayai memiliki senjata nuklir adalah: Amerika Serikat, Rusia, Britania Raya, Perancis dan Republik Rakyat Cina.73

B. Sebab Suatu Negara Menggunakan Nuklir

Ketika teknologi nuklir pertama ditemukan, hal yang paling utama dari penggunaan energi nuklir adalah untuk digunakan sebagai energi alternatif pengganti bahan bakar fossil (batu bara dan minyak bumi). Namun seiring berjalannya waktu perkembangan nuklir bergeser dikarenakan adanya pengaruh lain yang muncul disuatu negara yang menggunakan nuklir. Diantara negara pengguna nuklir terbesar didunia adalah sebagai berikut :74

No Negara

Jumlah Reaktor Nuklir

% PLTN

Jumlah MW

72

Dian Wirengjurit, Kawasan Damai dan Bebas Senjata Nuklir, (Bandung : PT. Alumni, 2002), hlm.11

73

“List of States With Nuclear Weapon’ sebagaimana dimuat dalam

https://en.wikipedia.org/wiki/List_of_states_with_nuclear_weapons, terakhir diakses pada tanggal 8 Juni 2016, pukul 15:25 WIB

74“Daftar Negara Pengguna Nuklir Terbesar di Dunia” sebagaimana dimuat dalam

(28)

1 Amerika S 104 101,119 19%

2 Prancis 59 63,473 77%

3 Jepang 53 46,236 28%

4 Rusia 31 21,743 16%

5 Jerman 17 20,339 26%

6 Korea Selatan 20 17,716 35%

7 Ukraina 15 13,168 48%

8 Kanada 18 12,652 15%

9 Inggris 19 11,035 15%

10 Swedia 10 9,016 46%

11 China 11 8,587 2%

12 Spanyol 8 7,448 17%

13 Belgia 7 5,728 54%

14 India 17 3,779 3%

15 Rep. Czech 6 3,472 30%

16 Switzerland 5 3,220 43%

17 Finlandia 4 2,696 29%

18 Bulgaria 2 1,906 32%

19 Brazil 2 1,901 3%

20 Afrika Selatan 2 1,842 6%

21 Hungaria 4 1,826 37%

(29)

23 Meksiko 2 1,310 5%

24 Romania 2 1,310 13%

25 Lithuania 1 1,185 64%

26 Argentina 2 935 6%

27 Slovenia 1 696 42%

28 Belanda 1 485 4%

29 Pakistan 2 400 2%

30 Armenia 1 376 44%

Keterangan :

Jumlah MW : jumlah unit reaktor nuklir untuk PLTN MW : Megawatt

%PLTN : persentase pengguna energi nuklir untuk kebutuhan domestik listrik negara bersangkutan

(30)

Alasan suatu negara menggunakan nuklir bermacam ragam. Banyak ahli berpendapat bahwa negara akan berusaha untuk mengembangkan nuklir jika mereka tidak memiliki alternatif lain dalam menghadapi sebuah ancaman militer yang sangat serius bagi keamanan mereka. Jika hal tersebut tidak terjadi maka negara-negara tersebut merasa lebih baik untuk tidak mengembangkan nuklir sama sekali. Argumen tersebut menempatkan nuklir sebagai sebuah instrumen keamanan internasional namun isu nuklir tidak hanya mengenai permasalahan militer tetapi juga mengenai konsensus politik dari berbagai kelompok kepentingan di dalam negerinya sendiri dan juga menjadi sebuah simbol modernitas dan identitas di dunia internasional.75

Secara mendalam, Scott D. Sagan dalam artikelnya memaparkan ada 3 alasan atau pendekatan yang dapat dipakai untuk menjelaskan fenomena tersebut. Pertama, the security model yang berfokus pada upaya negara untuk meningkatan keamanan nasionalnya dari ancaman pihak asing terutama dari ancaman nuklir. Dasar dari pendekatan ini adalah pemikiran realis yang menyatakan bahwa setiap negara harus mampu menjaga kedaulatannya serta keamanan nasionalnya sendiri. Hal ini dikarenakan oleh ancaman terhadap daya rusak yang dapat ditimbulkan oleh senjata nuklir mendorong setiap negara untuk meningkatkan kemampuannya guna mengimbangi negara lain yang mengembangkan nuklir dengan menimbulkan deterrence.76

75

Scott D. Sagan, Why Do States Build Nuclear Weapon?: Three Models in Search of a Bomb : Internasional Security, Vol. 21,No. 3. (Winter, 1996-1997), hlm. 54-86

76Secara umum, deterrence dapat diartikan sebagai ancaman yang berpotensi

menimbulkan lebih banyak kerugian dibandingkan keuntungan apabila suatu pihak melakukan serangan, sehingga membuatnya memutuskan untuk tidak melakukan serangan tersebut. Penciptaan kondisi deterrence ini sangat terasa dalam relasi Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam

era perang dingin. Sebagaimana dimuat dalam https://skiasyik.wordpress.com/2008/04/02/sreategi-nuklir/, terakhir diakses pada tanggal 15 Juni

2016, pukul 12.00

(31)

pada keikutsertaan dalam bentuk aliansi negara-negara yang memiliki nuklir. Bagi beberapa negara, tergabungnya dengan suatu aliansi akan menjaganya dari kehancuran. Hal ini mengacu pada kondisi yang deterrence.

Kedua, the domestic politics model yang menekankan pada pemanfaatan nuklir sebgai alat politik serta tarik-menarik kepentingan antar elit politik di dalam negeri. Ketika suatu kelompok elit mampu mempengruhi arah kebijakan suatu negara unutk menggunakan nuiklirnya demi kepentingan kelompok tersebut. Dalam hal ini setiap aktor selalu aktif dalam memaksakan kepentinganya sehingga seringkali terjadi benturan antar kepentingan.

Ketiga, the norms model berfokus pada penggunakaan nuklir sebagai sebuah simbol modernitas serta identitas suatu bangsa di dunia internasional. Pengambilan keputusan mengenai penggunaan nuklir mencerminkan perilaku negara di dunia internasional karena lewat proses pengambilan keputusan ini membentuk identitas dan simbolisasi tertentu bagi negara tersebut. Dalam hal ini arah kebijakan suatu Negara tidak ditentukan oleh pemimpin bangsa atau elit politik tapi oleh norma yang berlaku.77

Ketiga alasan tersebut yang akhirnya mendorong sebuah Negara mempergunakan nuklir sebagai sebuah instrumen politik. Kemampuan negara dalam mengembangkan nuklir tidak bisa lepas pada adanya konflik kepentingan yang terjadi pada masyarakat domestiknya.

77

(32)

C. Dampak Yang Ditimbulkan Dari Penggunaan Nuklir

Tidak dapat dipungkiri lagi kebutuhan energi terus tumbuh sementara minyak dan gas tidak akan dapat mempertahankan andil mereka dalam memasok begitu jauh di masa depan. Peningkatan dua kali tuntutan energi dunia dengan penggunaan minyak dan gas dipertahankan pada level sekarang akan memerlukan tiga setengah kali lipat peningkatan dari sumber-sumber lain. Jadi, akan ada suatu keperluan energi ekstra yang meningkat yang hanya dapat hadir dari batubara, nuklir atau sumber-sumber energi terbarukan, dan mungkin dari percampuran ketiganya. Namun dengan adanya pengganti dari sumber energi terbarukan ini maka akan ada dampak positif dan negatif dari hal tersebut. Begitupula dengan nuklir. Berikut adalah dampak positif dan negatif yang muncul dari penggunaan nuklir.78

a. Dampak Positif

1. Penggunaan energi nuklir akan berdampak pada penghematan bahan bakar fossil dan perlindungan lingkungan. Pembangkitan listrik bertanggungjawab atas 25% konsumsi bahan bakar fossil dunia. Dengan menggunakan energi nuklir untuk menghasilkan listrik akan mengurangi perlunya membakar bahan bakar ini, sehingga cadangannya dapat bertahan lama.

2. PLTN secara langsung memberi manfaat kepada negara-negara berkembang. Makin besar sumbangan nuklir, makin rendah laju peningkatan harga-harga bahan bakar fossil. Karena, biaya energi yang tinggi berarti bahwa makin banyak usaha diberikan dalam mendapatkan energi dan makin sedikit dihasilkan barang dan jasa. Sumber daya yang

78“Dampak Positif dan Negatif Nuklir” sebagaimana dimuat dalam

(33)

telah dibebaskan dapat digunakan untuk menghasilkan barang-barang atau untuk tujuan-tujuan sosial-ekonomi.

3. Dalam operasi normal PLTN sangat sedikit menyebabkan kerusakan lingkungan dan bermanfaat bila mereka menggantikan pembangkit-pembangkit yang mengemisi CO2, SO2 dan NOx. Dalam kaitan ini mereka akan membantu mengurangi hujan asam dan membatasi emisi gas rumah kaca.

4. Energi nuklir telah memainkan peran signifikan dalam suplai listrik dunia dan sumber utama listrik di sejumlah negara. Produksi listrik dunia dari nuklir tumbuh cepat dan kini menyumbang hampir seperlima listrik yang dibangkitkan di negara-negara industri atau 17% pada produksi listrik dunia, dan berkisar 5% konsumsi energi primer dunia.

5. Kebijakan non-nuklir akan mendorong peningkatan harga-harga energi, menyebabkan kerentanan ekonomi, membuat industri kurang kompetitif, mengurangi standar-standar kehidupan dan menimbulkan risiko pengangguran lebih tinggi.

6. PLTN telah terbukti dan mempunyai potensial paling besar dalam sumber-sumber daya yang menawarkan prospek jangka panjang untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan energi dunia sambil tetap menjaga harga energi mendekati tingkat yang sekarang. Harga listrik nuklir tidak perlu bertambah secara signifikan di atas yang sekarang dialami karena biaya-biaya bahan bakar adalah merupakan bagian yang paling kecil dari biaya total produksinya, terutama dalam reaktor cepat.

7. Pada eksplorasi minyak dan gas, penggunaan teknologi nuklir berguna untuk menentukan sifat dari bebatuan sekitar seperti porositas dan litografi. Teknologi ini melibatkan penggunaan neutron atau sumber energi sinar gamma dan detektor radiasi yang ditanam dalam bebatuan yang akan diperiksa.

(34)

dan beton. Biasanya digunakan cesium-137 sebagai sumber energi nuklirnya.

9. Aplikasi medis dari teknologi nuklir dibagi menjadi diagnosa dan terapi radiasi, perawatan yang efektif bagi penderita kanker. Pencitraan (sinar X dan sebagainya), penggunaan Teknesium untuk diberikan pada molekul organik, pencarian jejak radioaktif dalam tubuh sebelum diekskresikan oleh ginjal, dan lain-lain.

b. Dampak Negatif

1. Reaktor nuklir sangat membahayakan dan mengancam keselamatan jiwa manusia. Radiasi yang diakibatkan oleh reaktor nuklir ini ada dua. Pertama, radiasi langsung, yaitu radiasi yang terjadi bila radio aktif yang dipancarkan mengenai langsung kulit atau tubuh manusia. Kedua, radiasi tak langsung. Radiasi tak langsung adalah radiasi yang terjadi lewat makanan dan minuman yang tercemar zat radio aktif, baik melalui udara, air, maupun media lainnya

(35)

Mengenai masalah dampak dari pada kebocoran reaktor nuklir, International Atomic Energy Agency (IAEA) telah memperkenalkan 8 level skala kejadian kecelakaan nuklir yang dikategorikan berdasarkan tingkatan pengaruh/ efek baik dalam PLTN itu sendiri maupun keluar PLTN.79

79“International Nuclear Event Scale” sebagaimana dimuat dalam

http://en.wikipedia.org/wiki/International_Nuclear_Event_Scale, terakhir diakses pada tanggal 15 Juni 2016 pukul 13:10 WIB

Delapan level skala kecelakaan nuklir tersebut adalah :

1. Level 7. Level ini mengkategorikan kecelakaan nuklir yang mengakibatkan efek yang sangat besar terhadap kesehatan dan lingkungan di dan sekitar PLTN. Yang termasuk dalam level ini adalah kecelakaan Chernobyl dan kecelakaan PLTN Fukushima Daiichi tahun 2011. Level ini bisa disamakan dengan kasus kecelakaan non-nuklir di India yang dikenal dengan Bhopal Disaster59 pada tahun 1984 ketika tangki penyimpanan meledak dan melepaskan 50-100 ton limbah radioaktif tingkat tinggi yang mengakibatkan puluhan ribu orang dikabarkan meninggal dunia.

2. Level 6. Pada level ini, kecelakaan nuklir diindikasikan dengan keluarnya radioaktif yang cukup signifikan, baik PLTN maupun kegiatan industri yang berbasis raioaktif. Contohnya adalah kecelakaan di Mayak yang lebih dikenal dengan istilah Kyshtym Disaster.

3. Level 5. Level ini mengindikasikan kecelakaan yang mengeluarkan zat radioaktif yang terbatas, sehingga memerlukan pengukuran lebih lanjut. Contoh dari level ini yaitu The Windscale Fire di Inggris pada tanggal 10 Oktober 1957.

(36)

a. Sellafield (Inggris), terjadi sebanyak 5 insiden (1955-1979)

b. SL-1 Experimental Power Station (Amerika Serikat), tahun 1961, reaktor mencapai kekritisan cepat, menewaskan tiga operator.

c. PLTN Saint-Laurent (Perancis), tahun 1969, krisis inti parsial tahun 1980. d. Buenos Aires (Argentina), tahun 1983 kecelakaan kekritisan selama

batang penataan ulang bahan bakar menewaskan satu operator dan melukai 2 lainnya.

e. Jaslovské Bohunice (Cekoslowakia) tahun 1977, kontaminasi gedung reactor.

f. PLTN Tokaimura (Jepang ) tahun 1999, tiga operator berpengalaman di fasilitas pemrosesan kembali menyebabkan kecelakaan kekritisan, dua diantaranya meninggal dunia.

5. Level 3. Kecelakaan yang dikelompokkan dalam level ini yaitu kecelakaan yang mengakibatkan efek yang sangat kecil terhadap masyarakat dan lingkungan dimana paparan lebih dari sepuluh kali batas tahunan wajib bagi pekerja yang dampak kesehatan bersifat deterministik (misalnya, luka bakar) dan tidak bersifat mematikan akibat radiasi dengan probabilitas rendah paparan publik yang signifikan, namun tidak ada perangkat keselamatan yang memadai. Contoh dari kecelakaan level ini yaitu :

a. THORP Plant Sellafield (United Kingdom) – 2005.

b. PLTN Paks (Hungaria), 2003; kerusakan batang bahan bakar dalam membersihkan tangki.

c. PLTN Vandellos (Spanyol), 1989; kebakaran menghancurkan sistem kontrol banyak, reaktor ditutup.

d. Stasiun Pembangkit Nuklir San Onofre (Amerika Serikat), 2011; kebocoran amonia. Tidak ada perintah evakuasi.

(37)

memenuhi syarat syarat keselamatan yang seharusnya ada. Contoh kecelakaan dalam level ini adalah kecelakaan pada :

a. PLTN Blayais (Prancis) Desember 1999;

b. Asco Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (Spanyol) April 2008; kontaminasi radioaktif;

c. PLTN Forsmark (Swedia) Juli 2006, kegagalan generator cadangan, dua dari empat generator sedang beroperasi tapi karena kesalahan menyebabkan keempatnya gagal;

d. PLTN Gundremmingen (Jerman) 1977; disebabkan hubungan arus pendek dari kabel listrik tegangan tinggi dan cepatnya reaktor mati;

e. PLTN Shika (Jepang) 1999; kejadian kekritisan disebabkan oleh batang kendali turun, menutupi sampai 2007. “Enhancing Operational Experience Feedback: Regulatory control during outages and refueling” at Senior Regulators’ Meeting 20 September 2007. Hlm. 4

7. Level 1. Pada level ini, dikategorikan kecelakaan yang merupakan anomali dari pengoperasian sistem namun pengaturan untuk melaporkan peristiwa kecil kepada masyarakat berbeda dari satu negara ke Negara dan sulitnya memastikan konsistensi yang tepat dalam kegiatan penilaian antara INES Level 1 dan Level 0. Contoh kecelakaan dalam level ini adalah kecelakaan pada Penly (Seine-Maritime, Prancis) pada tanggal 5 April 2012, Gravelines (Nord, Prancis) tanggal 8 Agustus 2009, TNPC (Drôme, Perancis) pada bulan Juli 2008.

(38)

BAB IV

UJI COBA NUKLIR KOREA UTARA DI MASA REZIM KIM JONG UN DAN KAITANNYA DENGAN HUKUM INTERNASIONAL

A. Ujicoba Nuklir Sebagai bentuk Kedaulatan Negara Korea Utara

Tidak dapat dipungkiri lagi bagi seluruh negara didunia, bahwasanya dalam hukum internasional ataupun dalam pergaulan internasional secara umum kita mengenal suatu adagium yang melegenda yang berbunyi “Par Imparem Non

Hebet Imperium” yang berarti bahwa para pihak (negara) yang sama

kedudukanya tidak mempunyai yuridiksi terhadap pihak lainya.80 Menurut Hans Kelsen, Prinsip “Par in parem non habet imperium”, memiliki beberapa pengertian. Pertama suatu negara tidak dapat melaksankan jurisdiksi melalui pengadilanya terhadap tindakan tindakan negara lain, kecuali negara tersebut mengijinkanya.Kedua, Suatu pengadilan yang dibentuk berdasarkan perjanjian internasional tidak dapat mengadili tindakan suatu negara yang bukan merupakan anggota atau peserta dari perjanjian Internasional tersebut. Ketiga, Pengadilan suatu negara tidak berhak mempersoalkan keabsahan suatu tindakan negara lain yang dilaksanakan dalam wilayahnya.81

80“In public international law, the principle that one sovereign power cannot exercise

jurisdiction over another sovereign power”, sebagaimana dimuat dalam

http://www.oxfordreference.com/view/10.1093/oi/authority.20110803100306400, terakhir diakses pada tanggal 18 Juni 2016, pukul 13.00 WIB

81“International Law Principles and Analysis Study” sebagaimana dimuat dalam

http://frenndw.wordpress.com/category/international-law-principles-and-analysis-study/, terakhir diakses pada tanggal 18 Juni 2016, pukul 13.10 WIB

(39)

Utara yang jdalam hal ini merasa tidak ada masalah jika mereka melakukan uji coba nuklir diwilayah negaranya sendiri.

Penggunaan senjata-senjata yang dapat menyebabkan maut tanpa pandang bulu (lethal weapons) seperti senjata kimia, biologi dan nuklir, yang mampu menghancurkan musuh tanpa memerlukan pasukan atau peralatan perang (tank, meriam, pesawat tempur) dalam jumlah yang besar, tetapi mempunyai daya musnah yang jauh lebih efektif dan efisien. Dengan bantuan teknologi komputer, posisi penyerang dengan menggunakan senjata penghancur dapat mengakibatkan lawan mendapat tekanan psikologis dalam peperangan.82

Ada faktor-faktor yang mendorong suatu negara mengembangkan nuklir. Pertama, kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Suatu negara yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, cenderung akan juga melakukan pengembangan dalam bidang nuklir. Dalam hal ini lantaran nuklir merupakan sumber energi yang terbilang sangat ekonomis, bila dibandingkan dengan sumber-sumber energi yang lain, serta disaat yang sama menghasilkan daya yang sangat besar. Kedua yakni kemampuan dan kapabilitas suatu negara dalam mengelola pengembangan nuklir tersebut. Untuk melakukan pengembangan nuklir, suatu negara perlu memiliki teknologi yang mutakhir, dan tentulah biaya yang diperlukan juga besar. Faktor ketiga, kapasitas negara dalam membuat kebijakan dan peraturan dalam pengelolaan bahan baku nuklir. Pengembangan nuklir termasuk salah satu proyek pengembangan paling berisiko, sehingga kemampuan suatu negara dalam mengatur kebijakan-kebijakan terkait dengan proyeknya tersebut menjadi faktor utama dalam mendorong kelanjutan suatu negara dalam pengembangan nuklir.83

Kebanggaan suatu negara terhadap modernisasi persenjataan yang dimilikinya merupakan prestasi tersendiri terhadap suatu negara. Hal tersebut dijadikan sebagai sebuah identitas suatu bangsa di dunia internasional yang dapat

82

Tim Peneliti/ Penulis pada Pusat Kajian Pasifik Universitas Hasanuddin. Prospek Didirikannya Southeast Asian Nuclear Weapon Free Zone. (Ujung Pandang: 1990), hlm. 43

83Dong Joon Jo and Erik Gartzke, Determinants of Nuclear Weapon Proliferation, dalam

(40)

menimbulkan kepercayaan diri terhadap modernitas senjata yang dimiliki. Dengan postur militer yang dimiliki tentu negara lain akan memperhitungkannya. Apalagi didukung dengan personil militer yang terampil dalam menggunakan senjata. Dalam kasus Korea Utara, program pengembangan nuklir untuk tujuan militer telah menelan dana anggaran keuangan negara habis-habisan. Maka tidak heran jika militer memiliki kendali yang kuat atas pembuatan kebijakan nasional negaranya.

Di tengah desakan internasional untuk melakukan proliferasi nuklir, Korea Utara masih terus melakukan pengembangan dan percobaan nuklir. Korea Utara memberi indikasi bahwa nuklirnya tidak sekadar digunakan untuk memenuhi kebutuhan non-senjata seperti energi, melainkan juga untuk senjata. Betapapun kerugian yang dialami Korea Utara ketika secara terbuka mendeklarasikan diri sebagai negara bersenjata nuklir, ada strategi yang logis di balik deklarasi Korea Utara sebagai negara berkekuatan nuklir. Korea Utara percaya tindakan ini akan memberikan keuntungan strategis, simbolis, dan teknologi yang dibutuhkan dalam jangka panjang untuk mewujudkan Korea Utara yang kuat dan makmur.84Apa yang perlu diketahui dalam hal ini adalah rasionalitas Korea Utara dalam pengembangan nuklirnya. Rasionalitas itu yang akan membawa pemahaman tentang faktor-faktor yang menjadi alasan Korea Utara tetap bertahan dengan kebijakannya. Faktor pertama dalam rasionalitas pengembangan nuklir Korea Utara adalah model kepemimpinan yang ada. Dengan kediktatoran seorang pemimpin, proses pengambilan keputusan dilakukan secara individual.85

84

International Risk. “North Korea’s Nuclear Test : The Logic Behind the Leadership’s Action and Likely Future Development”. 12 Oktober 2006

85Ki Tae Park, Analyzing North Korea’s Decision-Making Process on its Nuclear

Weapons Programs with the Rational Choice and Cognitive Models, (Santa Monica: Pardee Rand Graduate School, 2010), hlm. 9

(41)

sesuatu yang penting bagi kepentingan nasional, juga bagi citra pemimpin yang karismatik.

Pengembangan nuklir dimulai dengan membangunan kompleks fasilitas nuklir di Yongbyon atas inisiasi Kim Il Sung. Kelanjutannya semakin meningkat hingga sekarang nuklir Korea Utara juga digunakan sebagai basis persenjataan. Di masa pemerintahan Kim Jong Il, ancaman nuklir Korea Utara dinilai IAEA meningkat sehingga Amerika Serikat memutuskan untuk merespon melalui militernya.86 Akan tetapi, itu tidak menghentikan langkah Korea Utara untuk terus melanjutkan proyek nuklirnya. Desakan proliferasi IAEA dan ancaman sanksi dari Dewan Keamanan PBB tidak membuat Korea Utara gentar. Setelah suksesi kepresidenan dari Kim Jong Il menuju Kim Jong Un, Korea Utara semakin berani menunjukkan kekuatan nuklirnya. Pada Februari 2013, Korea Utara telah melakukan percobaan nuklir yang ketiga. Pamer kekuatan nuklir seperti itu bisa dikatakan sebagai ambisi pemimpin Korea Utara untuk menunjukkan kekuatannya sebagai supreme leader.87

Faktor kedua dalam rasionalitas Korea Utara mengembangkan nuklirnya adalah masalah sejarah. Latar belakang historis semenanjung Korea memperlihatkan bahwa ancaman keamanan akan selalu ada. Tidak hanya dari negara tetangga yang kekuatannya semakin besar, tetapi juga dari negara-negara lain di luar kawasan Asia Timur. Terdapat fakta sejarah bahwa Korea menjadi tempat proxy war antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet di masa Perang Dingin. Hal ini membuat Korea terpisah dan masih memunculkan kekhawatiran Korea Utara terhadap Korea Selatan. Ditambah lagi dengan negara-negara komunis yang dianggap sebagai axis of evil yang harus dijinakkan oleh Amerika Serikat. Hal ini menjadi ancaman besar bagi Korea Utara sehingga memunculkan kebijakan Korea Utara agar militer diperkuat. Itu disebut sebagai

Military First Politics yang dimulai sejak tahun 1990-an.88

86

“Kim’s Nuclear Gamble” sebagaimana dimuat dalam

http://www.pbs.org/wgbh/pages/frontline/shows/kim/etc/cron.html, terakhir diakses pada tanggal 18 Juni 2016, pukul 14.17 WIB

87

Michael J. Seth, Op. Cit., hlm. 441

88

(42)

Pertahanan militer kuat yang diinginkan Korea Utara tidak lepas dari persenjataan yang kuat pula. Pemerintah di Pyongyang pun memiliki pertimbangan untuk membangun kekuatannya melalui nuklir. Fokus yang dikembangkan adalah senjata nuklir dan misil balistik, meskipun tidak menutup potensi pada pengembangan roket juga. Pengembangan nuklir itu dijadikan sebagai deterrence terhadap intervensi militer AS di masa mendatang.89

Faktor ketiga yang mendasari rasionalitas Korea Utara dalam mengembangkan nuklir adalah kepentingan ekonomi. Hal ini awalnya hanya menjadi dugaan tentang alasan Korea Utara melakukan pengembangan nuklir. Namun, jika dilihat latar belakang kondisi domestik Korea Utara maka faktor tersebut bisa saja berpengaruh. Setelah Perang Korea berakhir, kemiskinan di Korea Utara mulai masif, sedangkan pemerintah masih menjalankan kolektivisasi lahan sehingga rakyat tidak bisa leluasa melakukan produksi. Hal ini menjadikan rakyat kesulitan dalam mengakses kebutuhan dasar terutama makanan, bahkan industrialisasi tidak membantu perbaikan taraf hidup penduduknya karena hanya mengutamakan heavy indsutries. Kebijakan untuk mengutamakan militer pun semakin memperparah kemiskinan. Ditambah lagi dengan tidak berjalannya pemikiran Juche. Juche didefiniskan sebagai bentuk dari sosialisme nasionalis khas Korea Utara yang berjuang untuk mencapai kemerdekaan dan

self-reliance dalam berbagai bidang kehidupan. Apabila dikaitkan dengan konsep aksi

reaksi, pemerintah Korea Utara mengembangkan senjata nuklirnya karena bereaksi terhadap keadaan di sekitar. Sebagaimana yang diketahui bahwa kawasan Asia Timur merupakan kawasan yang penuh dengan konflik, persaingan antar

Pada akhirnya Amerika Serikat dan aliansinya justru ingin lebih ikut campur dalam hal proliferasi nuklir Korea Utara. Akan tetapi, setidaknya pengembangan nuklir itu menjadi rasional bagi Korea Utara untuk melindungi keamanan nasionalnya. Fasilitas nuklir terus dibangun sebagai benteng terhadap kemungkinan Korea Utara menjadi sasaran pre-emptive nuclear strike oleh AS.

89 DA Pinkston, 2002. North Korean Motivations for Developing Nuclear Weapons,

(43)

negara, seperti Cina dengan Taiwan, Cina dengan Jepang, Korea Selatan dengan Jepang dan Korea Utara dengan negara tetangganya, Korea Selatan. Kondisi tersebut semakin diperparah dengan kedatangan Amerika Serikat yang beraliansi dengan Jepang dan Korea Selatan semakin menimbulkan kecurigaan di kawasan. Melihat hal tersebut, kemudian Korea Utara memutuskan untuk mengembangkan senjata nuklirnya dengan dalih menjaga keamanan dan kedaulatan negara dari ancaman-ancaman asing.90Ketika Uni Soviet lambat laun mengurangi bantuannya pada 1990-an, kemiskinan di Korea Utara semakin parah yang juga sebagai dampak banjir bandang.91

B. Dampak Uji Coba Nuklir Korea Utara Terhadap Negara-Negara Di Dunia

Otoritas Korea Utara pada hari Rabu tanggal 6 Januari 2016 mengonfirmasi telah melakukan uji coba senjata nuklir keempat. Dalam pernyataan itu, mereka juga menegaskan akan terus memperkuat program nuklir mereka dengan alasan untuk melindungi diri dari kebijakan bermusuhan Amerika Serikat. Pernyataan itu menurut kantor berita Korea Utara diungkapkan setelah negara itu melakukan uji coba nuklir keempat. Dalam pernyataan itu, otoritas Korea Utara menjanjikan akan menjadi negara nuklir yang bertanggung jawab dan bersumpah untuk tidak menggunakan senjata nuklir mereka kecuali jika kedaulatan mereka dilanggar. Mereka pun bersumpah tidak akan mentransfer kemampuan nuklir mereka kepada pihak lain.

Uji senjata nuklir hidrogen mini itu digelar pada rabu pagi. Guncangan akibat ledakan uji coba nuklir itu terdeteksi sebagai gempa bumi bermagnitudo 5,1. Pyongyang mengatakan, uji coba itu berhasil dilaksanakan pada Rabu pukul 10.00 waktu Pyongyang. Disebut-sebut, ledakan yang dipicu oleh bom hidrogen

90 “Juche” sebagaimana dimuat dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Juche, terakhir

diakses pada tanggal 18 Juni 2016, pukul 16.50 WIB

91

(44)

menghasilkan reaksi berantai yang menghasilkan ledakan jauh lebih kuat daripada ledakan yang dihasilkan oleh bom uranium atau plutonium saja.

Bulan lalu, pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un telah menyarankan agar Pyongyang mengembangkan bom hidrogen meskipun klaim itu disambut dengan keraguan oleh para ahli internasional. Sebelumnya, Korea Utara memang mengisyaratkan bahwa mereka memiliki bom nuklir yang jauh lebih kuat. Namun, pernyataan Kim itu diyakini sebagai rujukan langsung yang memastikan bahwa Korea Utara memang memiliki bom hidrogen.

Awalnya, uji coba bom hidrogen itu diketahui dari kecurigaan para seismolog yang mendeteksi adanya gempa berkekuatan 5,1 skala Richter tak jauh dari situs uji coba nuklir Korea Utara. Situs Pusat Gempa Tiongkok menggambarkan aktivitas seismik itu sebagai "diduga ledakan", sementara Pemerintah Jepang mengatakan gempa bumi yang tercatat di Korea Utara mungkin disebabkan oleh uji coba nuklir. "Mengingat kasus terakhir, ada kemungkinan bahwa ini mungkin uji coba nuklir oleh Korea Utara," kata Kepala Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga.

Ia menambahkan para pejabat senior dari lembaga pemerintah terkait berkumpul di kantor perdana menteri untuk berbagi dan menganalisis data. Jepang telah mengambil langkah-langkah dalam beberapa tahun terakhir untuk

meng-upgrade kemampuan pengumpulan-intelijen, termasuk meluncurkan satelit untuk

memantau Korea Utara yang telah melakukan uji coba nuklir dan secara rutin mengancam Jepang.

Di Seoul, Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan telah mengkaji laporan tentang dugaan uji coba nuklir itu. Kantor Berita Yonhap mengatakan Menteri Luar Negeri Yun Byung-se telah mengadakan pertemuan darurat. Otoritas Korea Selatan menduga gempa itu sebagai buatan manusia.92

92“Korea Utara Uji Senjata Nuklir, Picu Gempa Bermagnitudo 5,1” sebagaimana dimuat

Referensi

Dokumen terkait

Dari data status hara tanah sawah di Kabupaten Bengkulu Selatan maka diperoleh rekomendasi pupuk N, P dan K dalam bentuk Urea, SP-36 dan KCl untuk padi sawah

¾ Sebagai contoh kompilator lintas tunggal sederhana adalah kompilator yang digunakan untuk menerjemahkan suatu ekspresi matematika yang ditulis dalam notasi infix menjadi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat tentang pemanfaatan air untuk rumah tangga, irigasi, dan listrik dari kawasan hutan, serta menghitung nilai ekonomi air

Syarikat Hindia Timur Inggeris (SHTI) diberikan kuasa oleh kerajaan British untuk menjalankan perdagangan antarabangsa dan meluaskan tanah

Alma 2006 juga menjelaskan promosi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mempengaruhi konsumen agar mereka dapat menjadi kenal dengan produk yang ditawarkan sebuah perusahaan

[r]

Sejarah ini dapat diartikan sebagai keberhasilan strategi Kerajaan Islam Jeumpa Aceh Sejarah ini dapat diartikan sebagai keberhasilan strategi Kerajaan Islam Jeumpa Aceh yang kala

Pengaruh Suplementasi Daun Katuk Terhadap Ukuran Tampilan Produksi Telur Ayam Burgo (Heri D. Putranto). Penggunaan Ekstrak Daun Katuk Minyak Ikan Lemuru dan Vitamin