• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identification Of Retinoic Acid In Face Whitening Cream By High Performance Liquid Chromatography

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identification Of Retinoic Acid In Face Whitening Cream By High Performance Liquid Chromatography"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI ASAM RETINOAT DALAM KRIM PEMUTIH

WAJAH SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA

TINGGI

TUGAS AKHIR

OLEH:

ESRA BERUTU

NIM 102410042

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan berkat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Identifikasi Asam Retinoat dalam Krim Pemutih Wajah secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi” yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App. Sc., selaku koordinator Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU, selaku pembimbing Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., yang telah banyak membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini, Ibu Dr. Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Apt., selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak membantu penulis, Ibu Lambok Octavia, S.Farm., Apt., selaku Koordinator Pembimbing PKL di Balai Besar POM Medan, Bapak dan Ibu beserta seluruh staff di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan, Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staff program studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultasa Farmasi Universitas Sumatera Utara.

(4)

sayangi Togu Berutu dan Betesda Berutu yang tetap setia dalam mendoakan, memberi dukungan baik moril maupun materil selama penyusunan tugas akhir ini sehingga dapat selesai dengan baik. Demikian juga buat sahabat-sahabat penulis Wahyu O.P., Novia, Nurfitriani, Balilibra, Jessica, Petrika, Rina, Jezzi, Tika, Romian, dan Yohanna yang setia memberikan semangat pada penulis agar cepat menyelesaikan tugas akhir ini serta seluruh sahabat dari Diploma III Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2010, junior penulis DIII Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2011 dan 2012.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritiknya yang bersifat membangun. Penulis juga berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, April 2013 Penulis,

(5)

Identification of retinoic acid in Face Whitening Cream by High Performance Liquid Chromatography

Abstract

In cosmetic skin whitening agent is often added for specific purposes. Retinoic acid is one skin whitening agent which is also known as tretinoin. Tretinoin is the active ingredient in cosmetics, in the form of chemical substances, including vitamin A acid to form a working structure or layer of new skin, replacing the damaged outer layers of skin. Purpose of this test is to determine whether the sample face whitening creams containing retinoic acid. Identification of retinoic acid in facial bleaching cream is done by first doing testing using Thin Layer Chromatography stationary phase silica gel GF 254, the mobile phase n-hexane: acetone (6: 4) and n-hexane: 0.33% glacial acetic acid in methanol (90: 10). Then testing followed by High Performance Liquid Chromatography method using a column temperature of 300C her set, flow rate of 1.5 ml / min, 353 nm UV PDA detector, injector volume of 20 mL, runtime 30 with mobile phase of methanol: water: glacial acetic acid ( 85: 15: 0, 5). Tests conducted at the Center for Food and Drug Administration in Medan. The results show that the facial whitening creams containing retinoic acid tested positive using the mobile phase n-hexane: acetone (6: 4) wherein Rf prices for raw retinoic acid is 0.54, while the price of Rf for face whitening cream samples tested is 0 , 56. But by using a mobile phase n-hexane: 0.33% glacial acetic acid in ethanol (90: 10) Rf prices for raw retinoic acid is 0.1 while the price of Rf for face whitening cream samples were tested there. On testing the High Performance Liquid Chromatography, reference standard chromatograms with chromatograms face whitening cream is in the same area with a wavelength of 353 nm. So that positive facial whitening creams containing retinoic acid. The test results showed that the samples of face cream bleach ineligible defined by the FDA RI.

(6)

Identifikasi Asam Retinoat dalam Krim Pemutih Wajah secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Abstrak

Dalam kosmetika seringkali ditambahkan zat pemutih kulit dengan tujuan tertentu. Asam retinoat termasuk salah satu zat pemutih kulit yang dikenal juga dengan sebutan tretinoin. Tretinoin adalah bahan aktif dalam kosmetika, berupa zat kimia yang termasuk vitamin A asam yang berfungsi untuk membentuk struktur atau lapisan kulit baru, mengganti lapisan kulit luar yang rusak. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sampel krim pemutih wajah mengandung asam retinoat.

Identifikasi asam retinoat dalam krim pemutih wajah ini dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pengujian secara Kromatografi Lapis Tipis menggunakan fase diam silika gel GF 254, fase gerak n-heksan : aseton (6 : 4) dan n-heksan : 0,33 % asam asetat glasial dalam metanol (90 : 10). Kemudian pengujian dilanjutkan dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom yang suhu nya diatur 300C, laju alir 1,5 ml/menit, UV detektor PDA 353 nm, volume injektor 20 µl, runtime 30 dengan fase gerak metanol : air : asam asetat glasial (85 : 15 : 0, 5). Pengujian dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa krim pemutih wajah yang diperiksa positif mengandung asam retinoat dengan menggunakan fase gerak n-heksan : aseton (6 : 4) dimana harga Rf untuk baku asam retinoat ialah 0,54 sedangkan harga Rf untuk sampel krim pemutih wajah yang diuji ialah 0,56. Tetapi dengan menggunakan fase gerak n-heksan : asam asetat glasial 0,33 % dalam etanol (90 : 10) harga Rf untuk baku asam retinoat ialah 0,1 sedangkan harga Rf untuk sampel krim pemutih wajah yang diuji tidak ada.

Pada pengujian secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, kromatogram baku pembanding dengan kromatogram krim pemutih wajah berada pada area yang sama dengan panjang gelombang 353 nm. Sehingga krim pemutih wajah positif mengandung asam retinoat. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa sampel krim pemutih wajah tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh BPOM RI.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Kosmetika ... 3

2.1.1 Defenisi Kosmetika ... 3

2.1.2 Penggolongan Kosmetika ... 4

2.1.3 Sediaan Kosmetika untuk Kulit ... 4

2.1.4 Bahan-Bahan Kosmetika ... 6

2.1.5 Manfaat Kosmetika ... 8

2.1.6 Efek Samping Kosmetika Pada Kulit ... 11

2.2 Krim Pemutih ... 12

2.2.1 Pengertian Krim ... 12

2.3 Asam Retinoat ... 13

2.3.1 Defenisi Asam Retinoat ... 13

2.3.2 Kegunaan Asam Retinoat ... 14

2.3.3 Efek Samping Penggunaan Asam Retinoat ... 16

2.3.4 Dosis Asam Retinoat ... 17

2.4 Kromatografi Lapis Tipis ... 17

2.5 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi ... 19

2.5.1 Bagian-Bagian dalam KCKT ... 20

2.5.2 Keuntungan KCKT ... 24

BAB III METODOLOGI ... 25

3.1 Tempat Pengujian ... 25

3.2 Alat ... 25

3.3 Bahan ... 25

3.4 Sampel ... 25

3.5 Prosedur ... 26

3.5.1 Preparasi Sampel ... 26

3.5.2 Prosedur KLT ... 26

3.5.3 Prosedur KCKT ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil ... 28

4.2 Pembahasan ... 28

(8)
(9)

DAFTAR GAMBAR

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Bagan Kerja Identifikasi Asam Retinoat dalam krim pemutih

wajah ... 32 Lampiran 2. Hasil Kromatogram Identifikasi Asam Retinoat pada Krim

Pemutih Wajah Fase Gerak I... 36 Lampiran 3. Perhitungan Harga Rf dengan Fase Gerak I ... 37 Lampiran 4. Hasil Kromatogram Identifikasi Asam Retinoat pada Krim

Pemutih Wajah Fase Gerak II ... 38 Lampiran 5. Perhitungan Harga Rf dengan Fase Gerak II ... 39 Lampiran 6. Hasil Pengukuran Waktu Retensi Baku Pembanding Asam

Retinoat secara KCKT ... 40 Lampiran 7. Hasil Pengukuran Waktu Retensi Sampel Krim Pemutih

(11)

Identification of retinoic acid in Face Whitening Cream by High Performance Liquid Chromatography

Abstract

In cosmetic skin whitening agent is often added for specific purposes. Retinoic acid is one skin whitening agent which is also known as tretinoin. Tretinoin is the active ingredient in cosmetics, in the form of chemical substances, including vitamin A acid to form a working structure or layer of new skin, replacing the damaged outer layers of skin. Purpose of this test is to determine whether the sample face whitening creams containing retinoic acid. Identification of retinoic acid in facial bleaching cream is done by first doing testing using Thin Layer Chromatography stationary phase silica gel GF 254, the mobile phase n-hexane: acetone (6: 4) and n-hexane: 0.33% glacial acetic acid in methanol (90: 10). Then testing followed by High Performance Liquid Chromatography method using a column temperature of 300C her set, flow rate of 1.5 ml / min, 353 nm UV PDA detector, injector volume of 20 mL, runtime 30 with mobile phase of methanol: water: glacial acetic acid ( 85: 15: 0, 5). Tests conducted at the Center for Food and Drug Administration in Medan. The results show that the facial whitening creams containing retinoic acid tested positive using the mobile phase n-hexane: acetone (6: 4) wherein Rf prices for raw retinoic acid is 0.54, while the price of Rf for face whitening cream samples tested is 0 , 56. But by using a mobile phase n-hexane: 0.33% glacial acetic acid in ethanol (90: 10) Rf prices for raw retinoic acid is 0.1 while the price of Rf for face whitening cream samples were tested there. On testing the High Performance Liquid Chromatography, reference standard chromatograms with chromatograms face whitening cream is in the same area with a wavelength of 353 nm. So that positive facial whitening creams containing retinoic acid. The test results showed that the samples of face cream bleach ineligible defined by the FDA RI.

(12)

Identifikasi Asam Retinoat dalam Krim Pemutih Wajah secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Abstrak

Dalam kosmetika seringkali ditambahkan zat pemutih kulit dengan tujuan tertentu. Asam retinoat termasuk salah satu zat pemutih kulit yang dikenal juga dengan sebutan tretinoin. Tretinoin adalah bahan aktif dalam kosmetika, berupa zat kimia yang termasuk vitamin A asam yang berfungsi untuk membentuk struktur atau lapisan kulit baru, mengganti lapisan kulit luar yang rusak. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah sampel krim pemutih wajah mengandung asam retinoat.

Identifikasi asam retinoat dalam krim pemutih wajah ini dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pengujian secara Kromatografi Lapis Tipis menggunakan fase diam silika gel GF 254, fase gerak n-heksan : aseton (6 : 4) dan n-heksan : 0,33 % asam asetat glasial dalam metanol (90 : 10). Kemudian pengujian dilanjutkan dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi menggunakan kolom yang suhu nya diatur 300C, laju alir 1,5 ml/menit, UV detektor PDA 353 nm, volume injektor 20 µl, runtime 30 dengan fase gerak metanol : air : asam asetat glasial (85 : 15 : 0, 5). Pengujian dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa krim pemutih wajah yang diperiksa positif mengandung asam retinoat dengan menggunakan fase gerak n-heksan : aseton (6 : 4) dimana harga Rf untuk baku asam retinoat ialah 0,54 sedangkan harga Rf untuk sampel krim pemutih wajah yang diuji ialah 0,56. Tetapi dengan menggunakan fase gerak n-heksan : asam asetat glasial 0,33 % dalam etanol (90 : 10) harga Rf untuk baku asam retinoat ialah 0,1 sedangkan harga Rf untuk sampel krim pemutih wajah yang diuji tidak ada.

Pada pengujian secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, kromatogram baku pembanding dengan kromatogram krim pemutih wajah berada pada area yang sama dengan panjang gelombang 353 nm. Sehingga krim pemutih wajah positif mengandung asam retinoat. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa sampel krim pemutih wajah tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh BPOM RI.

(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kosmetika merupakan suatu komponen sandang yang sangat penting peranannya dalam kehidupan masyarakat karena berperan untuk keindahan kulit wajah. Sediaan kosmetika akan ditambahkan suatu zat ikutan atau tambahan yang akan menambah nilai artistik dan daya jual produknya, salah satunya dengan penambahan bahan pemutih. Banyak produsen yang tidak mementingkan kesehatan para konsumen dengan mengesampingkan kualitas. Artinya, banyak produk yang kini beredar di pasaran mengandung beberapa zat yang tidak memenuhi syarat kelayakan pemakaian (Suhartini, 2013).

Bahan aktif yang sering ditambahkan ke dalam kosmetika antara lain vitamin, asam alpha hidroksil, merkuri, tretinoin, hidrokinon, dan hidrogen peroksida. Bahan aktif tersebut dapat diserap oleh kulit dan berkhasiat pada kulit (Rasyid, 2012).

Asam Retinoat di label produk ditulis sebagai tretinoin. Asam retinoat dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin). Asam retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol). Asam retinoat dipakai sebagai bentuk sediaan vitamin A topikal, yang dapat diperoleh secara bebas maupun dengan resep dokter. Bahan ini digunakan pada preparat untuk kulit terutama untuk pengobatan jerawat, dan mengatasi kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari (sundamage) dan pemutih (Andriyani, 2011).

(14)

pemutih wajah secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan terlebih dahulu melakukan pengujian secara Kromatografi Lapis Tipis terhadap sampel krim pemutih wajah yang beredar di kota Medan.

Identifikasi asam retinoat dilakukan secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dikarenakan hasil pengujian yang lebih akurat dan memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan kromatografi lain.

Kelebihan metode KCKT dibanding metode lain yaitu mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran, mudah melaksanakannya, kecepatan analisis dan kepekaan yang tinggi, dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis, resolusi yang baik, dapat digunakan bermacam-macam detektor, kolom dapat digunakan kembali, dan mudah melakukan "sample recovery" (Putra, 2004).

1.2Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah krim pemutih wajah mengandung asam retinoat.

1.3Manfaat

(15)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetika

2.1.1 Defenisi Kosmetika

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Defenisi kosmetika sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasiatatmadja, 1997).

(16)

Kosmetika dicampur dengan bahan-bahan yang berasal dari obat tropikal yang dapat mempengaruhi struktur dan faal kulit. Bahan-bahan tersebut misalnya anti jerawat (sulfur, resorsin), anti jasad renik (heksaklorofen), anti pengeluaran keringat (aluminium klorida), plasenta, atau hormon (estrogen). Bahan-bahan inilah yang dikenal sebagai kosmedik atau kosmeto-medik (Wasiatatmadja, 1997). 2.1.2 Penggolongan Kosmetika

Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI yang dikutip dari berbagai karangan ilmiah tentang kosmetika membagi kosmetika dalam :

1. preparat untuk bayi; 2. preparat untuk mandi; 3. preparat untuk mata; 4. preparat wangi-wangian; 5. preparat untuk rambut;

6. preparat untuk rias (make up); 7. preparat untuk pewarna rambut; 8. preparat kebersihan mulut; 9. preparat untuk kebersihan badan; 10.preparat untuk kuku;

11.preparat untuk cukur;

12.preparat untuk perawatan kulit;

13.preparat untuk proteksi sinar matahari (Wasitaatmadja, 1997). 2.1.3 Sediaan Kosmetika untuk Kulit

(17)

a. cold cream, untuk mendinginkan kulit b. cleansing cream, untuk membersihkan kulit

c. vanishing cream, untuk digunakan pada siang hari yang tidak akan terlihat jika digosokkan pada kulit (Sartono, 2002).

2. Face powder atau bedak muka

a. covering power atau daya menutupi kulit, untuk menutupi warna(pigmen) dan kejelekan kulit. Zat yang digunakan yaitu seng oksidasi, titanium oksidasi, magnesium karbonat, atau pati.

b. adhesiveness atau daya lekat pada kulit, digunakan magnesium stearat, seng stearat, dan aluminium stearat.

c. slip atau sifat dapat menyebar rata di atas kulit, untuk itu digunakan talek (Sartono, 2002).

3. Face lotion atau losion muka

Maksud penggunaan losion muka adalah untuk membasahi kulit muka dengan air. Karena pemberian air menyebabkan rasa segar pada kulit muka, maka losion muka disebut juga skin refreshner atau skin tonic. Selain itu, karena losion muka juga digunakan untuk menghapus sisa-sisa krim, maka disebut juga cream remover (Sartono, 2002).

4. Hand lotion atau losion tangan

(18)

5. Antiperspiran dan deodoran

Antiperspiran mencegah pengeluaran keringat dengan mengkerutkan kelenjar keringat. Bahan-bahan yang biasa digunakan antara lain senyawa garam aluminium, yaitu aluminium klorida, aluminium sulfat, dan lain-lain. Sedangkan deodoran, mempunyai daya kerja antiseptik untuk mencegah bakteri menguraikan keringat. Bahan-bahan yang mempunyai daya antiseptik antara lain formaldehid, asam benzoat, asam salisilat, dan seng peroksida.

6. Depilatori

Depilatori digunakan untuk menghilangkan rambut terutama rambut ketiak dan rambut yang tumbuh di kaki. Bahan yang biasa digunakan garam sulfida dari barium, kalsium dan stronsiumdan natrium.

7. Sunscreen

Sunscreen digunakan dengan maksud mengubah kulit yang putih menjadi warna coklat, tanpa kulit terbakar oleh sinar matahari. Sediaan sunscreen mengandung bahan-bahan yang menahan sinar matahari terutama sinar matahari dengan gelombang antara 290-320 milimikron yaitu gelombang matahari yang membakar kulit. Bahan atau zat yang menahan sinar tersebut antara lain asam p-aminobenzoat, etil p-p-aminobenzoat, isobutil p-p-aminobenzoat, metil salisilat, dan benzil salisilat.

(19)

Bahan dasar sebagai pelarut atau merupakan tempat dasar bahan lain sehingga umumnya menempati volume yang jauh lebih besar dari bahan lain. Bahan dasar kosmetika terdiri dari :

a. air atau campurannya dengan bahan dasar lain seperti alkohol, aseton, minyak, dan bedak.

b. alkohol atau campurannya dengan dengan air atau minyak. c. vaselin atau campurannya dengan lanolin, gliserin atau talk.

d. minyak atau garam minyak dengan campurannya dengan air atau alkohol. e. talkum atau campurannya dengan air, minyak atau vaselin (Wasitaatmadja,

1997). 2. Bahan aktif

Merupakan bahan kosmetika terpenting yang mempunyai daya kerja dalam kosmetika. Konsentrasi bahan aktif kosmetika pada umumnya kecil namun dapat pula tinggi apabila bahan aktif kosmetika tersebut sekaligus berperan sebagai bahan dasarnya, misalnya bahan aktif preparat pembersih muka (cleansing cream). Contoh bahan aktif yaitu PABA, sulful, PPDA, hidrogen peroksida dan aluminium klorida (Wasitaatmadja, 1997).

3. Bahan yang menstabilkan campuran (Stabilizer)

Bahan-bahan yang menstabilkan campuran (stabilizer) sehingga kosmetika tersebut dapat bertahan lebih lama baik dalam warna, bau dan bentuk fisik. Bahan-bahan tersebut adalah :

(20)

memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan kedua cairan tersebut (surfactant). Misalnya lanolin, gliserin, alkohol, lilin lebah, gliseril monostearat, dan trietanol amin (Wasitaatmadja, 1997).

b. pengawet yaitu bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat :

i. anti kuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil. Misalnya asam benzoat, alkohol, dan formaldehid.

ii. anti oksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi yang juga dapat menstabilkan kosmetika. Misalnya natrium sulfat (Wasitaatmadja, 1997). c. Pelekat (adhesive) yang dapat melekatkan kosmetika ke kulit terutama pada

kosmetika yang tidak lengket ke kulit semacam bedak. Misalnya seng dan magnesium stearat (Wasitaatmadja, 1997).

d. Bahan pelengkap kosmetika

Sebagai bahan pelengkap kosmetika yang berupa pewangi (perfumery), maksudnya agar kosmetika segar baunya bila dipakai dan pewarna (coloring), agar kosmetika enak dipandang mata sebelum dan sewaktu dipakai (Wasitaatmadja, 1997).

2.1.5 Manfaat Kosmetika

(21)

a. pemeliharaan dan perawatan kulit

Pemeliharaan berarti usaha pencegahan terhadap timbulnya kelainan-kelainan atau penyebab dari kelainan-kelainan tersebut. Usaha perawatan berarti mempertahankan keadaan yang sekarang baik agar tidak berubah menjadi buruk (Wasitaatmadja, 1997).

b. pembersih

Beberapa macam kosmetika pembersih yang dikenal dewasa ini, yaitu : i. kosmetika pembersih dengan bahan dasar air , misalnya air mawar.

ii. kosmetika pembersih dengan bahan dasar air dan alkohol, misalnya astringen.

iii. kosmetika pembersih dengan bahan dasar air dan garam minyak, misalnya sabun.

iv. kosmetika pembersih dengan bahan dasar minyak, misalnya cleansing oil. v. kosmetika pembersih dengan bahan dasar air dan minyak, misalnya

cleansing cream (Wasitaatmadja, 1997). c. pelembab

(22)

d. pelindung

Pada keadaan tertentu, kulit memerlukan perlindungan tambahan. Pertama, pada polusi yang bersifat iritan sangat kuat misalnya di dalam lingkungan kerja pabrik kimia atau gas. Perlindungan tersebut dapat dilakukan dengan kosmetik dasar (foundation cream). Kedua, pada pajanan sinar matahari yang mengandung sinar ultraviolet secara langsung dan lama, perlindungan kulit dapat dilakukan dengan menggunakan kosmetika tabir surya (Wasitaatmadja, 1997).

e. penipisan

Penipisan kulit kadang-kadang perlu dilakukan pada keadaan kulit menebal dan agak kasar, misalnya pada gangguan keratinisasi kulit, pada keadaan kulit kotor dan berminyak sehingga lapisan tanduk tidak mudah terlepas, atau pada tempat terjadi gesekan kulit sehingga keratinisasi kulit bertambah cepat. Penipisan kulit dapat dilakukan oleh penipis yang biasanya mengandung zat dengan partikel kasar (Wasitaatmadja, 1997).

f. rias atau dekoratif

(23)

g. wangi-wangian (Parfum)

Parfum diperlukan untuk menambah penampilan dan menutupi bau badan yang mungkin kurang sedap untuk orang lain. Seperti juga warna pada rias, parfum mempunyai tingkat resiko yang tinggi bagi kulit yang mungkin sensitif terhadap zat kimia yang terdapat dalam salah satu komposisinya (Wasitaatmadja, 1997).

h. kosmetik medik

Selain sebagai penambah kecantikan, kosmetik dapat pula berperan sebagai obat sehingga kosmetik diformulakan kosmetik mengandung zat yang dapat bekerja lebih dalam dan biasa digunakan sebagai obat, misalnya sulfur, heksaklorofen, hormon, dan merkuri (Wasitaatmadja, 1997).

2.1.6 Efek Samping Kosmetika Pada Kulit

Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetika yang dikenakan pada kulit dapat berupa :

1. dermatitis

Akibat kontak kulit dengan bahan kosmetik yang bersifat alergik atau iritan, misal PPDA (paraphenyl diamine) pada cat rambut, natrium laurilsufat atau heksaklorofen pada sabun, hidrokuinon pada pemutih kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2. akne kosmetika

(24)

3. fotosensitivitas

Akibat adanya zat yang bersifat fototoksik atau fotoalergik dalam kosmetika, misalnya PPDA dalam pewarna rambut, klormerkaptodikarboksimid dalam sampo anti ketombe, PABA (para amino benzoic acid), beta-karoten, sinamat atau sinoksat pada tabir surya (Wasitaatmadja, 1997).

4. pigmented cosmetic dermatitis

Merupakan kelainan mirip melanosis Riehl yang kadang-kadang terasa gatal, timbul akibat pewarna jenis ter batubara terutama briliant lake red dan turunan fenilazonaftol (Wasitaatmadja, 1997).

5. Granuloma

Akibat garam zirkonium dalam deodoran, merkuri dalam pemutih dan metal dalam tato (Wasitaatmadja, 1997).

2.2 Krim Pemutih 2.2.1 Pengertian Krim

(25)

Krim adalah suatu salep yang berupa emulsi kental mengandung tidak kurang 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada yang A/M dan M/A. Sebagai pengemulsi dapat berupa surfaktan anionik-kationik dan nonionik. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lain-lain. Krim tipe M/A mudah dicuci air (Anief, 1994).

Pemutih kulit adalah produk yang mengandung bahan aktif yang dapat menekan atau menghambat melamin yang sudah terbentuk sehingga akan memberikan warna kulit yang lebih putih (Saputri, 2010).

2.3 Asam Retinoat

2.3.1 Defenisi Asam Retinoat

Sifat fisika dan kimia Asam Retinoat adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Asam Retinoat Rumus Molekul : C2OH28O2

Berat Molekul : 300,44

Pemerian : Serbuk hablur, kuning sampai jingga muda

(26)

Asam vitamin A (retinoic acid) hanya dapat memenuhi fungsi metabolisme umum dan tidak menunjukkan aktivitas pada proses melihat dan proses reproduksi. Bentuk vitamin A lainnya sanggup berperan dalam ketiga fungsi di atas. Ini terjadi karena asam vitamin A tidak dapat di konversi menjadi bentuk lain tetapi bentuk lain dapat diubah menjadi asam vitamin A (Sediaoetama, 2008).

Asam Retinoat merupakan zat peremajaan non peeling karena merupakan iritan yang menginduksi aktivitas mitosis sehingga terbentuk stratum korneum yang kompak dan halus, meningkatkan kolagen dan glikosaminoglikan dalam dermis sehingga kulit menebal dan padat serta meningkatkan vaskularisasi kulit sehingga menyebabkan kulit memerah dan segar (Andriyani, 2011).

2.3.2 Kegunaan Asam Retinoat

(27)

menyebabkan kulit mengelupas dan muncul kulit baru, tetapi tidak semua kulit tahan menerimanya, sehingga malah kulit menjadi rusak, kulit jadi kemerah-merahan (Rasyid, 2012)

Pada kulit sensitif, pemakaian tretinoin harus dimulai dengan dosis paling rendah yakni 0,05 persen dengan pemakaian setiap dua malam sekali. Bila kulit mulai kuat dan tidak timbul reaksi radang, rasa terbakar, secara perlahan, dosisnya dapat ditambah atau ditingkatkan dan pemakaiannya pun dapat dipakai setiap malam. Kosmetik berbahan dasar aktif tretinoin tidak boleh dipakai pada siang hari, karena paparan sinar matahari dapat memperkuat efek sampingnya. Pada kulit normal, efek kemerahan karena peradangan, akan mereda setelah pemakaian tretinoin dihentikan (Rasyid, 2012).

Penggunaan asam retinoat bentuk all-trans (tretinoin) untuk pengobatan melasma dapat secara kombinasi maupun tersendiri. Konsentrasi tretinoin untuk pengobatan melasma adalah 0,05 % atau 0,1 % sedangkan bila secara kombinasi, dapat disertai dengan hidrokuinon 2-5 % dengan/tanpa kortikosteroid topikal. Kombinasi tretinoin dan hidrokuinon dengan/tanpa kortikosteroid bertujuan untuk meningkatkan kemanjuran dan mengurangi efek samping (Sawitri, 2000).

(28)

pengobatan selama 40 minggu dengan tretinoin 0,1 % diperoleh gambaran penebalan epidermis disertai pengurangan pigmen sebanyak 36 % namun tidak dijumpai adanya kerusakan melanosit (Sawitri, 2000).

Penelitian menggunakan tretinoin topikal 0,1 % selama 40 minggu menunjukkan hasil baik bervariasi pada 68-73 % penderita, namun perbaikan yang nyata baru nampak setelah pengobatan 24 minggu. Sebaliknya, penelitian tretinoin 0,1 % pada 15 penderita melasma di Jepang menunjukkan tidak adanya perbaikan dan dijumpai efek samping yang berat (Sawitri, 2000).

Pada tahun 1975, Kligman dan Willis mengusulkan penggunaan kombinasi hidrokuinon 5 %, tretinoin 0,1 % dan deksametason 0,1 % yang kemudian dikenal sebagai formula Kligman. Preparat ini harus selalu dibuat baru, tidak lebih dari 1 bulan, karena bila hidrokuinon teroksidasi, akan berubah warna dan kehilangan potensinya. Formula kligman ini kemudian banyak ditiru dan dilakukan berbagai variasi, misalnya hidrokuinon 2 % + tretinoin 0,05 %-0,1 % atau hidrokuinon 5 % + asam salisilat 2-3% + desonid 0,05 %. Pada penelitian Gano dan Garcia yang melakukan pengobatan kombinasi tretinoin 0,05 % dengan hidrokuinon 2 % dan betametason valerat 0,1 % selama 10 minggu diperoleh hasil baik pada penderita. Pathak dkk menyatakan bahwa kombinasi terbaik untuk melasma adalah hidrokuinon 2 % dan tretinoin 0,05 % atau 0,1 % dalam cairan alkohol (Sawitri, 2000).

2.3.3 Efek Samping Penggunaan Asam Retinoat

(29)

2.3.4 Dosis Asam Retinoat

Sediaan topikal dalam bentuk krim, salep, dan gel yang mengandung Asam Retinoat dosis yang digunakan dalam konsentrasi 0,001-0,4%, umumnya 0,1% (Andriyani, 2011).

2.4 Kromatografi Lapis Tipis

Pada kromatografi lapis tipis, zat penjerap merupakan lapis tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata, umumnya digunakan lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada adsorbsi, partisi, atau kombinasi kedua efek, tergantung dari jenis zat peyangga, cara pembuatan, dan jenis pelarut yang digunakan (Depkes RI, 1995).

(30)

Kromatografi lapis tipis merupakan suatu proses pemisahan dimana fase geraknya adalah berupa zat cair sedangkan fase diamnya berupa zat padat. Pada kromatografi lapis tipis untuk pemisahan secara kualitatif yang cepat sering digunakan gelas mikroskop (mikroskop slide). Kebanyakan alat-alat dijual dalam bentuk plat kaca dengan ukuran 20 x 5 cm atau 20 x 20 cm, dua ukuran ini dianggap sebagai “standart”. Hal yang penting yaitu bahwa permukaan dari plat harus rata (Ningsih, 2009).

Cara menempatkan cuplikan pada lapis tipis seperti cara-cara yang digunakan pada kromatografi kertas tetapi pipa kapiler atau mikro pipet adalah yang baik. Pelarut cuplikan harus sedapat mungkin merupakan pelarut yang mudah menguap dan juga sedapat mungkin mempunyai polaritas yang rendah. Penempatan noda di atas plat kira-kira 1 cm dari salah satu ujungnya dimana ujung ini nanti dicelupkan dalam pelarut. Untuk plat kaca yang mempunyai ukuran 20 x 20 cm, penempatan noda kira-kira 1,5 cm dari ujung bawah dan dimulai dan diakhiri kira-kira 0,5 cm dari samping kaca dan noda-noda diteteskan masing-masing pada jarak kira-kira 1 cm dari masing-masing pusat noda. Garis awal dapat diberi tanda pada ujung dari plat dengan pensil dan garis akhir dapat dibuat di bagian atas dengan menggoreskan pensil, dan disebabkan goresan ini aliran pelarut akan ditahan bila permukaan pelarut sampai pada garis (Ningsih, 2009).

(31)

kekuatan pada lapisan, dan menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat yang digunakan kebanyakan kalsium sulfat (Ningsih, 2009).

Harga Rf dapat didefenisikan sebagai berikut :

Harga Rf = Jarakyangdigerakkanolehsenyawadarititikasal

Jarakyangdigerakkanolehpelarutdarititikasal

Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-harga standart. Senyawa standart biasanya memiliki sifat-sifat kimia yang mirip dengan senyawa yang dipisahkan pada kromatogram (Ningsih, 2009).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam Kromatografi Lapis Tipis yang juga mempengaruhi harga Rf yaitu :

1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan. 2. Sifat dari penjerap dan derajat aktifitasnya.

3. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap. 4. Pelarut (dan derajat kemurniannya)/ fase gerak.

5. Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang digunakan.

6. Teknik percobaan.

7. Jumlah cuplikan yang digunakan. 8. Suhu.

9. Kesetimbangan (Ningsih, 2009).

2.5 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

(32)

menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Metode ini dikenal sebagai kromatografi cair kinerja tinggi (Depkes RI, 1995). 2.5.1 Bagian-Bagian dalam Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

1. Pompa

Fase gerak dalam KCKT sudah tentu zat cair dan untuk menggerakkannnya melalui kolom diperlukan alat. Ada dua jenis utama pompa yang digunakan yaitu tekanan-tetap dan pendesakan-tetap. Pompa pendesakan tetap dapat dibagi dalam lagi menjadi pompa torat dan pompa semprit. Pompa torat menghasilkan aliran yang berdenyut, jadi memerlukan peredam denyut atau peredam elektronik untuk menghasilkan garis alas detektor yang stabil jika detektor peka terhadap aliran. Kelebihan utamanya ialah tandonnya tidak terbatas. Pompa semprit menghasilkan aliran yang tak berdenyut, tetapi tandonnya terbatas (Johnson, 1991).

2. Injektor

Cuplikan harus dimasukkan ke dalam pangkal kolom (kepala kolom), diusahakan agar sesedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom. Ada tiga jenis dasar injektor, yaitu :

a. aliran-henti

Aliran dihentikan, penyuntikan dilakukan pada tekanan atmosfer, sistem ditutup, dan aliran dilanjutkan lagi (biasanya sistem aliran utama tetap pada tekanan kerja). Cara ini dapat dipakai karena difusi di dalam zat cair kecil, jadi umumnya daya pisah tidak dipengaruhi.

(33)

Ini adalah injektor langsung pada aliran yang sama dengan injektor yang lazim dipakai pada kromatografi gas. Injektor tersebut dapat dipakai pada tekanan sampai sekitar 60-70 atmosfer. Setpum tidak dapat dipakai pada semua pelarut kromatografi cair

c. katup jalan-kitar

Biasanya dipakai untuk menyuntikkan volum yang lebih besar dari 10 mikro liter dan sekarang dipakai dipakai dalam sistem yang diotomatkan (Johnson, 1991).

3. Kolom

Kolom merupakan jantung kromatograf. Keberhasilan atau kegagalan analisis bergantung pada pilihihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi dua kelompok :

a. kolom analitik

Garis tengah dalam 2-6 mm. Panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan mikropartikel berpori biasanya 10-30 cm

b. kolom preparatif

Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dan panjang 25-100 cm (Johnson, 1991).

4. Detektor

(34)

senyawa. Detektor yang merupakan tulang punggung kromatografi cair kecepatan tinggi modern ialah detektor UV 254 nm (Johnson, 1991).

5. Elusi landaian

Elusi landaian ialah peningkatan kekuatan fase gerak selama analisis kromatografi. Hasil elusi landaian ialah perpendekan waktu tambat senyawa yang ditahan dengan kekuatan dalam kolom. Dasar-dasar elusi landaian diuraikan oleh Snyder. Elusi landaian mempunyai beberapa keuntungan yaitu :

a. waktu analisis keseluruhan dapat dikurangi secara berarti

b. daya pisah keseluruhan per satuan waktu campuran ditingkatkan c. bentuk puncak diperbaiki (pembentukan ekor lebih kecil)

d. kepekaan efektif ditingkatkan karena bentuk puncak kurang beragam (Johnson, 1991).

6. Fase Gerak

Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah satu peubah yang mempengaruhi pemisahan. Berbagai macam pelarut dipakai dalam semua ragam KCKT, tetapi ada beberapa sifat yang diinginkan yang berlaku umum. Fase gerak haruslah:

a. murni, tanpa cemaran;

b. tidak bereaksi dengan kemasan; c. sesuai dengan detektor;

d. dapat melarutkan cuplikan; e. mempunyai viskositas rendah;

(35)

g. harganya wajar

Pada umumnya pelarut dibuang setelah dipakai karena tata kerja pemurnian memakan waktu dan mahal (Jayanti, 2011).

Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar dari pada fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut. Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik adalah campuran larutan buffer dengan methanol atau campuran air dengan asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut-pelarut jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan fase terbalik (Jayanti, 2011).

7. Wadah Fase Gerak

(36)

pelarut untuk fase gerak, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut, buffer, reagen dengan kemurnian yang sangat tinggi, dan lebih terpilih lagi jika pelarut-pelarut yang akan digunakan untuk KCKT berderajat KCKT ( HPLC grade ). Adanya pengotor dalam dapat terkumpul dalam kolom atau dalam tabung yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau tabung tersebut. Karenanya, fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu untuk menghindari partikel kecil ini (Jayanti, 2011).

2.5.2 Keuntungan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

Kromatografi Cair Kinerja Tinggi mempunyai banyak keuntungan jika dibandingkan dengan kromatogarafi tradisional yaitu :

a. cepat.

b. daya pisah baik.

c. peka dan detektor unik. d. kolom dapat dipakai kembali. e. ideal untuk molekul besar dan ion.

(37)

BAB III METODOLOGI

3.1 Tempat Pengujian

Identifikasi Asam Retinoat dalam krim pemutih wajah secara Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi pengujiannya dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan yang bertempat di jalan Willem Iskandar Pasar V Barat I No.2 Medan.

3.2Alat

Alat yang digunakan adalah plat KLT 20 cm x 20 cm, UV 254 nm, botol penyemprot, vortex, refrigenerator kulkas, syringer, alat KCKT.

3.3Bahan

Bahan yang digunakan adalah silika gel GF 254, n-heksan, metanol, etanol, asam fosfomolibdat dalam metanol, asam asetat glasial, larutan baku tretinoin, n-heksan : asam asetat glasial 0,33 % dalam metanol (90 : 10), n-n-heksan : aseton (60 : 40).

3.4 Sampel

Nama contoh : Ovale facial cream Tanggal daluarsa : November 2014

Pabrik : PT Kinocare Era Kosmetindo

(38)

buthylparabenoctyl methoxycinnamate, phenoxyethanol, niacinamide.

3.5Prosedur

3.5.1 Preparasi sampel

Sampel di timbang kira-kira 5 g. Dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan di tutup dengan aluminium foil. Kemudian ditambahkan 10 ml metanol ke dalam erlenmeyer dan di vortex selama 5 menit. Dinginkan dalam pendingin selama 15 menit dan saring dengan kertas saring Whatman no.41, diperoleh filtrat uji.

3.5.2 Prosedur KLT

Plat KLT disiapkan dan buat garisnya kira-kira 10 cm dan buat batas penotolan 2 cm. Ditotolkan sebanyak 5 µl filtrat uji pada plat KLT pada masing-masing titik penotolan. Demikian juga dengan larutan baku pembanding tritenoin. Kemudian di elusi plat KLT dengan fase gerak n-heksan : 0,33% asam asetat glasial dalam metanol ( 90:10 ). Setelah itu angkat dan keringkan plat KLT setelah noda naik hingga batas elusi. Di lihat dan ditandai noda nya di bawah sinar UV 254 nm. Plat KLT disemprot dengan penyemprot asam phospomolibdat dalam metanol. Bentuk dari biru gelap berhubungan dengan harga Rf. Menunjukkan adanya tretinoin. Kipas dengan udara yang hangat. Warna hijau menunjukkan adanya asam retinoat.

3.5.3 Prosedur KCKT

(39)

Larutan uji dibuat dengan menimbang 1 g sampel, di masukkan ke dalam tube centrifuge, bungkus dengan aluminium foil, ditambahkan 10 ml metanol, vortex selama 5 menit, dinginkan selama 15 menit dan saring pada aliqunt 0,45 µm.

(40)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Pada pengujian identifikasi asam retinoat dalam krim pemutih wajah secara Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, diperoleh hasil bahwa krim pemutih wajah yang diperiksa positif mengandung asam retinoat dengan menggunakan fase gerak n-heksan : aseton ( 6 : 4 ) dimana harga Rf untuk baku asam retinoat ialah 0,54 sedangkan harga Rf untuk sampel krim pemutih yang diuji ialah 0,56. Tetapi dengan menggunakan fase gerak N-heksan : asam asetat glasial 0,33 % dalam etanol ( 90 : 10 ) harga Rf untuk baku asam retinoat ialah 0,1 sedangkan harga Rf untuk sampel krim pemutih yang diuji tidak ada.

Pada pengujian secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, kromatogram baku pembanding dengan kromatogram sampel krim pemutih wajah berada pada area yang sama dengan panjang gelombang 353 nm. Sehingga sampel krim pemutih wajah positif mengandung asam retinoat.

Bentuk kromatogram (hasil kromatografi), perhitungan harga Rf serta hasil pengukuran waktu retensi baku pembanding asam retinoat dan krim pemutih wajah secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Pembahasan

(41)

aseton (6 : 4) diperoleh harga Rf untuk baku asam retinoat ialah 0,54 sedangkan harga Rf untuk sampel krim pemutih yang diuji ialah 0,56. Tetapi dengan menggunakan fase gerak n-heksan : asam asetat glasial 0,33 % dalam etanol (90 : 10 ) harga Rf untuk baku asam retinoat ialah 0,1 sedangkan harga Rf untuk sampel krim pemutih yang diuji tidak ada.

Menurut Rohman (2007) penggunaan dua sistem pengembang bertujuan untuk meyakinkan suatu identifikasi suatu senyawa. Pengamatan bercak dengan nilai Rf yang diperoleh dengan cara membagi jarak yang ditempuh zat terlarut dengan jarak yang ditempuh pelarut. Suatu senyawa yang mengandung asam retinoat akan mudah diamati. Dibawah penyinaran lampu UV akan berfluoresensi memberikan bercak gelap (Suhartini, 2013).

Pengujian dilanjutkan dengan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan menggunakan metanol : air : asam asetat glasial (85 : 15 : 0,5) sebagai fase gerak, diperoleh hasil bahwa kromatogram baku pembanding dengan kromatogram krim pemutih wajah berada pada area yang sama dengan panjang gelombang 353 nm. Sehingga sampel krim pemutih wajah positif mengandung asam retinoat.

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995) bahwa asam retinoat akan memberikan serapan pada panjang gelombang 352 nm (Suhartini, 2013).

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian identifikasi asam retinoat dalam krim pemutih`wajah secara Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Cair Kinerja Tingggi krim pemutih wajah yang diuji posif mengandung asam retinoat. Oleh karena itu, sampel krim pemutih wajah yang diuji tersebut tidak memenuhi syarat.

5.2 Saran

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Andriyani, V.B. (2011). Identifikasi Asam Retinoat dalam Krim Pemutih Wajah Secara KLT. Tugas Akhir. Medan: USU.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta: Depkes RI. Hal 6, 1002.

Jayanti, D.I. (2011). Analisis Kadar Asam Salisilat Dalam Produk Kosmetik Mecco Acne Lotion Secara Kromatografi Cair kinerja Tinggi (KCKT). Tugas Akhir. Medan: USU.

Johnson, E.L., dan Stevenson, R. (1991). Dasar Kromatografi Cair. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 4-9.

Ningsih, A.U. (2009). Identifikasi Hidrokuinon dalam Krim Pemutih Selebritis Night Cream dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis. Tugas Akhir. Medan: USU.

Putra, E.D.L. (2004). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dalam Bidang Farmasi.

Rasyid, A.E.W. (2002). Konsep Dasar Kosmetologi. tanggal : 4 April 2013.

Saputri, D. (2011). Berbagai Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Pemutih Kulit Wajah (Skin Bleaching) pada Pengunjung Salon Kecantikan di Kota Medan. Tugas Akhir. Medan: USU

Sartono. (2002). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika. Hal. 122-126 Sawitri, R.(2000). Uji Banding Penggunaan Asam Kojik 4 % dengan

Hidrokuinon. Skripsi. Semarang: FK UNDIP.

Sediaoetama, A.D. (2008). Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat. Hal. 111. Suhartini, S., Fatimawali, Citraningtyas, G. (2013). Analisis Asam Retinoat pada

Kosmetik Krim Pemutih yang Beredar di Pasaran Kota Medan. Pharmacon UNSRAT. 1 (II) : 2-7.

(44)

Lampiran 1. Bagan Kerja Identifikasi Asam Retinoat dalam Krim Pemutih Wajah

a. Preparasi Sampel

ditimbang kira-kira 5 g

dimasukkan ke dalam erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil

ditambahkan 10 ml metanol ke dalam erlenmeyer dan di vortex selama 5 menit dinginkan dalam pendingin selama 15 menit disaring dengan kertas saring Whatman no.41

Krim pemutih wajah

(45)

b. Prosedur KLT

ditotolkan pada plat KLT yang sudah dibuat garisnya kira-kira 10 cm dan batas penotolannya 2 cm pada masing –masing titik penotolan sebanyak 5 µl

dielusi plat KLT dengan fase gerak I heksan : aseton (6 : 4) dan fase gerak II n-heksan : 0,33% asam asetat glasial dalam metanol (90:10) hingga batas elusi.

diangkat plat dan dikeringkan

dilihat dan ditandai nodanya di bawah sinar UV 254 nm

disemprot dengan penyemprot asam phospomolibdat dalam metanol

dikipas dengan udara yang hangat

dihitung harga Rf nya Noda warna biru

gelap

Noda warna hijau

(46)

c. Prosedur KCKT

ditimbang 0,05 g

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml ditambahkan 50 ml pelarut metanol disonikasi selama 2 menit

ditimbang 1 g sampel

dimasukkan ke dalam tube centrifuge dibungkus dengan aluminium foil ditambahkan 10 ml metanol di vortex selama 5 menit didinginkan selama 15 menit disaring pada aliquant 0,45 µm Baku asam retinoat

Larutan B

Krim Pemutih Wajah

(47)

diinjeksi ke alat KCKT dengan terlebih dahulu mengatur temperatur kolom 300C, laju alir 1,4 ml/menit, UV detektor 353 nm, volume injektor : 20 µl, runtime 30

dibandingkan waktu retensi dan spektrum dari larutan B dan C.

Larutan C Larutan B

(48)

Lampiran 2. Hasil Kromatogram Identifikasi Asam Retinoat pada Krim Pemutih Wajah Fase Gerak I

(49)

Lampiran 3. Perhitungan Harga Rf dengan Fase Gerak I

Fase Gerak : n-heksan : aseton (6:4)

Harga Rf : Jarakyangdigerakkanolehsenyawadarititikasal

Jarakyangdigerakkanolehpelarutdarititikasal

Baku Asam retinoat : 5,4

10 = 0,54

Sampel Krim Pemutih Wajah : 5,6

(50)

Lampiran 4. Hasil Kromatogram Identifikasi Asam Retinoat pada Krim Pemutih Wajah Fase Gerak II

(51)

Lampiran 5. Perhitungan Harga Rf dengan Fase Gerak II

Fase Gerak : n-heksan : asam asetat glasial 0,33 % dalam etanol (90:10)

Harga Rf : Jarakyangdigerakkanolehsenyawadarititikasal

Jarakyangdigerakkanolehpelarutdarititikasal

Baku Asam retinoat : 0,1

10 = 0,1

(52)
(53)

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Asam Retinoat

Referensi

Dokumen terkait