• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Asam Retinoat Dalam Krim Pemutih Wajah Secara Kromatografi Lapis Tipis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Asam Retinoat Dalam Krim Pemutih Wajah Secara Kromatografi Lapis Tipis"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI ASAM RETINOAT DALAM KRIM PEMUTIH WAJAH SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

TUGAS AKHIR OLEH :

VINA BUDI ANDRIYANI NIM 082410032

PROGRAM DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

IDENTIFIKASI ASAM RETINOAT DALAM KRIM PEMUTIH WAJAH SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada

Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

VINA BUDI ANDRIYANI NIM 082410032

Medan, 2011 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

Dra. Fat Aminah, M.Sc.,Apt NIP 195011171980022001

Disahkan Oleh: Dekan,

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan pengetahuan, kekuatan, kesehatan dan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini berjudul ”IDENTIFIKASI ASAM RETINOAT DALAM KRIM PEMUTIH WAJAH SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS” Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Universitas Sumatera Utara.

Selanjutnya penulis mengucapkan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua, juga kepada seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materi serta nasehat kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih terutama dari pihak keluarga Ayahanda Misno dan Ibunda Budiyati sebagai Orang tua penulis yang telah membeikan doa, dukungan secara moril dan materi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Serta mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya untuk berbagai pihak antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

(4)

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., sebagai Koordinator Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Zakiah Kurniati, S.Farm., Apt., sebagai Koordinator Pembimbing Praktek Kerja Lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan.

5. Bapak dan Ibu dosen staf pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara atas semua didikan dan bimbingannya selama ini.

6. Adinda Vebry Dwi Harjuno atas doa dan dukungannya.

7. Sahabat-sahabat yang kucintai Ayu, Fara, Rosy, Andi, Andre, Arman dan teman-teman Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2008, adik-adik stambuk 2009 dan 2010 yang tidak disebutkan namanya, terimakasih atas kebersamaan dan masukannya dalam penyusunan tugas akhir ini.

penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhir kata semoga Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua dan semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat yang sangat berguna bagi kita semua. Amin.

Medan, 2011 Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 2

1.3. Mamfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Krim ... 4

2.1.1. Jenis-Jenis Krim ... 5

2.1.2. Manfaat Krim ... 6

2.2. Krim Pemutih ... 6

2.3. Asam Retinoat ... 7

2.3.1. Kegunaan ... 8

2.3.2. Efek Samping ... 9

2.3.3. Dosis ... 9

(6)

2.4.1. Fase Diam KLT ... 11

2.4.2. Fase Gerak KLT ... 11

2.4.3. Aplikasi (Penotolan Sampel) ... 12

2.4.4. Pengembangan ... 12

2.4.5. Deteksi Bercak ... 13

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat Pengujian ... 14

3.2. Alat-Alat ... 14

3.3. Bahan-Bahan ... 14

3.4. Pembuatan Larutan Pareaksi ... 15

3.4.1. Fase Gerak ... 15

3.4.2. Larutan UJi ... 15

3.4.3. Larutan Baku ... 15

3.5 Cara Identifikasi ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ... 17

4.2. Pembahasan ... 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 19

5.2. Saran ... 19

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menjadi cantik dan menarik merupakan dambaan bagi setiap perempuan. Hampir semua perempuan diberbagai kelompok sosial masyarakat menginginkan hal tersebut. Dengan menjadi cantik seorang perempuan merasa lebih percaya diri dan lebih diterima di masyarakatnya. Kecantikan bukanlah sebuah bentuk fisik yang dapat diukur secara eksak, tetapi kecantikan adalah suatu bentuk sosial yang subyektif dan sangat dipengaruhi oleh budaya dan karakteristik masyarakat. Bahkan dapat dikatakan sangat dipengaruhi oleh tren, mode dan kesukaan temporer banyak orang (Nasiruddin, 2008).

Banyak sediaan kosmetika beredar di pasaran antara lain : kosmetika perawatan, kosmetika pelembab (pemutih), kosmetika pelindung, kosmetika pengharum, dan masih banyak lainnya.

(10)

resep dokter, contohnya hidrokuinon diatas 2% dan asam retinoat (berapa pun kadarnya).

Asam Retinoat di label produk kadang ditulis sebagai tretinoin. Asam retinoat ini dapat menyebabkan kulit kering, rasa terbakar, dan teratogenik (cacat pada janin). Asam retinoat adalah bentuk asam dan bentuk aktif dari vitamin A (retinol). Disebut juga tretinoin. Asam retinoat ini sering dipakai sebagai bentuk sediaan vitamin A topikal, yang dapat diperoleh secara bebas maupun dengan resep dokter. Bahan ini sering dipakai pada preparat untuk kulit terutama untuk pengobatan jerawat, dan sekarang banyak dipakai untuk mengatasi kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari (sundamage) dan untuk pemutih.

Menyadari hal tersebut, bahwa asam retinoat dapat membahayakan para konsumen, maka penulis ingin sekali melakukan identifikasi asam retinoat dalam krim pemutih wajah secara kromatografi lapis tipis. Pengujian dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

Analisa identifikasi Asam Retinoat dalam krim pemutih wajah dapat dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis, dikarenakan analisa dengan KLT penanganannya lebih sederhana, kebutuhan ruangan minimum dan hasil palsu yang disebabkan oleh komponen tidak mungkin terjadi.

1.2 Tujuan

(11)

1.3 Manfaat

(12)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Krim

Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua yaitu krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi. Umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik (Anief, 2000).

Menurut (Ditjen POM,1995) krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau disperse mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal.

(13)

2.1.1 Jenis-Jenis Krim

Jenis-Jenis Krim Menurut Wasitaatmadja (1997) yaitu sebagai berikut: 1. Krim pendingin (cold cream)

Pelembab yang karena kandungan airnya menguap secara lambat menimbulkan rasa dingin pada kulit. Biasanya bentuk sediaannya air dalam minyak namun tidak terlalu lunak dan tidak terlalu lengket, berisi bees-wax, mineral oil, paraffin, dan spermaceti.

2. Krim vitamin (vitamin cream)

Mengandung vitamin B compleks, asam pantotenat, vitamin E, vitamin A, C, D. Kegunaan vitamin secara topikal pada kulit ini diragukan manfaatnya karena permeabilitas kulit yang rendah dan jauh kurang efisien dibanding bila diberikan per oral.

3. Krim urut (massage cream)

Ditujukan untuk memperbaiki kulit yang rusak dan meninggalkan minyak dipermukaan kulit dalam waktu yang agak lama, biasanya berbentuk krim A/M.

4. Krim tangan atau badan (hand and body cream)

(14)

5. Krim mengandung zat makanan (nourishing cream or skin food cream)

Tidak memberi makan kulit tetapi hanya untuk lubrikasi, mengurangi hilangnya kelembaban kulit dan tidak menghilangkan kerut secara permanent. Isi terpenting adalah lanolin, white germ oil, sun flower oil atau corn oil.

2.1.2 Manfaat Krim

Pada kulit kering pada keadaan kelembaban udara sangat rendah, penguapan air dari kulit sangat tinggi, kulit orang tua, atau kelainan kulit tertentu yang menyebabkan kulit menjadi kering dan kasar, krim dapat mengurangi kekeringan kulit dan mengurangi penguapan kulit dengan cara menutupinya (Wasitaatmadja, 1997).

Krim berisi minyak nabati atau minyak hewani, yang terkadang bersifat komedogenik. Tentu saja minyak pengganti tidak dapat sepenuhnya menggantikan peran minyak alamiah yang keluar dari kelenjar palit, namun setidaknya dapat membantu dalam segi fisik proteksi dan pelembut kulit (Wasitaatmadja, 1997).

2.2 Krim Pemutih

Pemutih kulit merupakan suatu bahan yang digunakan untuk mencerahkan atau merubah warna kulit yang tidak diinginkan (Rieger, 2000).

(15)

lapisan terluar kulit dan tidak ada pengurangan pada kadar pigmen kulit yang sebenarnya. Krim pemutih yang mengandung bahan yang dapat mengganggu produksi pigmen merupakan krim yang dianggap paling efektif (Scott et al, 1985).

Berdasarkan cara penggunaanya produk whitening kulit dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Skin Bleaching

Adalah produk whitening yang mengandung bahan aktif yang kuat, yang berfungsi memudarkan noda-noda hitam pada kulit. Cara penggunaan produk tersebut adalah dengan mengoleskan tipis-tipis pada daerah kulit dengan noda hitam, tidak digunakan secara merata pada kulit dan tidak digunakan pada siang hari.

2. Skin Lightening

Adalah produk perawatan kulit yang digunakan dengan tujuan agar kulit pemakai tampak lebih putih, cerah dan bercahaya. Produk whitening katagori ini dapat digunakan secara merata pada seluruh permukaan kulit.

2.3 Asam Retinoat

(16)

Rumus Molekul : C2OH28O2 Berat Molekul : 300,44

Pemerian : Serbuk hablur, kuning sampai jingga muda

Kelarutan : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam kloroform

Asam Retinoat atau Tretinoin adalah bentuk asam dari vitamin A. Fungsi vitamin A asam ini atau disebut dengan Asam Retinoat adalah berperan pada proses metabolisme umum (Hardjasasmita, 1991).

Menurut Menaldi (2003), Asam Retinoat merupakan zat peremajaan non peeling karena merupakan iritan yang menginduksi aktivitas mitosis sehingga terbentuk stratum korneum yang kompak dan halus, meningkatkan kolagen dan glikosaminoglikan dalam dermis sehingga kulit menebal dan padat serta meningkatkan vaskularisasi kulit sehingga menyebabkan kulit memerah dan segar.

2.3.1 Kegunaan

Asam Retinoat mampu mengatur pembentukan dan penghancuran sel-sel kulit. Kemampuannya mengatur siklus hidup sel ini juga dimanfaatkan oleh kosmetik anti aging atau efek-efek penuaan (Badan POM, 2008).

(17)

mengandung Asam Retinoat, antara lain RDL Hydroquinon Tretinoin Baby Face Solution 3 dan Maxi-Peel Papaya Whitening Soap.

2.3.2 Efek Samping

Asam Retinoat atau Tretinoin juga mempunyai efek samping bagi kulit yang sensitif, seperti kulit menjadi gatal, memerah dan terasa panas serta jika pemakaian yang berlebihan khususnya pada wanita yang sedang hamil dapat menyebabkan cacat pada janin yang dikandungnya (Badan POM, 2008).

2.3.3 Dosis

Sediaan topikal dalam bentuk krim, salep, dan gel yang mengandung Asam Retinoat dosis yang digunakan dalam konsentrasi 0,001-0,4%, umumnya 0,1% (Menaldi, 2003).

2.4 Metode Identifikasi Secara Kromatografi Lapis Tipis

Menurut Rohman (2007), Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1983. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat aluminium, atau pelat plastik.

(18)

Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaanya lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga dengan peralatan yang digunakan, dalam kromatografi ini peralatan yang digunakan lebih sederhana.

Keuntungan kromatografi planar adalah:

1. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis

2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar ultra violet 3. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun

(descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi

4. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.

Teknik Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan suatu adsorben yang disalutkan pada suatu lempeng kaca sebagai fase stasionernya dan pengembangan kromatogram terjadi ketika fase mobil tertapis melewati adsorben itu. Seperti dikenal baik, kromatografi lapis tipis mempunyai kelebihan yang nyata dibandingkan kromatografi kertas karena nyaman dan cepatnya, ketajaman pemisahan yang lebih besar dan kepekaannya tinggi (Pudjaatmaka, 1994).

(19)

2.4.1 Fase Diam KLT

Lapisan dibuat dari salah satu penjerap yang khusus digunakan untuk KLT yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan. Panjang lapisan 200 mm dengan lebar 200 atau 100 mm. Untuk analisis totalnya 0,1-0,3 mm, biasanya 0,2 mm. Sebelu digunakan, lapisan disimpan dalam lingkunga yang baik lembab dan bebas dari uap laboratorium (Stahl, 1985).

Penjerap yang umum ialah silica gel, aluminium oksida, kieselgur, selulosa dan turunannya, poliamida, dan lain-lain. Dapat dipastikan silica gel paling banyak digunakan. Silica gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan yang terganyung kepada cara pembuatannya sehingga silica gel G Merck, menurut spesifikasi Stahl, yang diperkenalkan tahun 1958, telah diterima sebagai bahan standar. Selain itu harus diingat bahwa penjerap seperti aluminium oksida dan silica gel mempunyai kadar air yang berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya (Stahl, 1985).

2.4.2 Fase Gerak KLT

Menurut Rohman (2007), Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. System yang paling sederhana ialah campuran 2 pelarut organic karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak:

(20)

2. Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan

3. Untuk pemisahan denga menggunakan fase diam polar seperti silica gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukan nialai Rf. Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non polar seperti metal benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan

4. Solute-solut ionic dan solute-solut polar lebih baik digunakan

campuran pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan methanol dengan perbandingan tertentu. Penambahan sedikit asam etanoat atau amonia masing-masing akan meningkatkan solute-solut yang bersifat basa dan asam.

2.4.3 Aplikasi (Penotolan Sampel)

Larutan contoh yang akan diaplikasikan hendaknya berisi antara 0,1 dan 10 mg kation per cm3 dan dapat bersifat netral dan asam encer sekitar 1 µl larutan ditotolkan dengan sebuah apuit mikro (micro syringe) atau mikropipet didekat salah satu ujung lempeng kromatografi (chromatoplate) (sekitar 1,5-2,0 cm dari pinggir lempeng) dan kemudian dibiarkan kering diudara (Pudjaatmaka, 1994). 2.4.4 Pengembangan

(21)

ganda dapat juga digunakan untuk memprbaiki efek pemisahan yaitu dua kali merambat 10 cm ke atas beturut-turut pada pengembangan dua kali. Lapisan KLT harus dalam keadaan kering diantara kedua pengembangan tersebut, ini dilakukan dengan membiarkan pelat diudara selama 5-10 menit (Stahl, 1985).

2.4.5 Deteksi Bercak

(22)

BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat Pengujian

Identifikasi Asam Retinoat dalam Krim Pemutih Wajah Secara Kromatografi Lapis Tipis, pengujiannya dilakukan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Medan yang bertempat di jalan Willem Iskandar Pasar V Barat NO.2 Medan.

3.2 Alat-Alat

Alat yang digunakan adalah Neraca Analitik, Erlenmeyer, Corong, Gelas Ukur, Beaker Gelas, Penyaring, Botol Vial, Chamber, Plat KLT (Silika Gel 60 F 254 nm), Hot Plate, Kertas saring, Mixer Vorteks, Centrifuge Tubes.

3.3 Bahan-Bahan

Bahan yang digunakan adalah Aseton, n-Heksan, Metanol, Baku Asam Retinoat, Krim Pemutih Wajah.

[image:22.595.108.520.581.685.2]

Sampel yang di uji ada 5 sampel yaitu sebagai berikut: Tabel.1. Sampel yang di uji

Kode Sampel

Nama Buatan

01 J Ling J Whitening Cream Taiwan

02 New Sei Na Whitening Hebetic Cream Taiwan 03 New Sei Na Extraordinary Cream Taiwan

04 Moma Whitening Day Cream Taiwan

(23)

3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.4.1 Fase Gerak

Buat campuran n-Heksan dan Aseton (6:4), saring, jika perlu lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem yang tertera pada kromatografi.

3.4.2 Larutan Uji

Sejumlah 3 gr sampel ke dalam 30 ml Erlenmeyer tutup dengan aluminium foil ditambah 10 ml metanol, diaduk dengan vortex selama 5 menit, didinginkan 15 menit dan disaring dengan kertas saring whatman no.41 atau sejenisnya (A).

3.4.3 Larutan Baku

Sejumlah 1 mg/ml ditimbang tepat 0,01 gr Asam Retinoid dalam labu tentukur 10 ml. dicampur dengan metanol. Asam Retinoid, standar baku primer disimpan dalam nitrogen, terlindung dari cahaya dan temperature ruangan (B). 3.5 Cara Identifikasi

Larutan A dan Larutan B masing-masing disuntikkan secara terpisah dan dilakukan KLT dengan kondisi sebagai berikut:

Fase Diam : Silika gel 60 F 254 Fase Gerak : n-Heksan : Aseton (6:4) Penjenuhan : Dengan Kertas Saring

Volume Penotolan :100µl untuk sampel uji dan 50µl untuk larutan standar baku

Volume Rambat : 10 cm

(24)

Disiapkan plat dengan garis batasnya ± 10 cm, diambil 100µl sampel uji dan 50µl larutan standar baku kemudian ditotolkan pada plat KLT, dimasukkan kedalam FG yang sudah disiapkan terlebih dahulu, ditunggu sampai batas pengembang, kemudian diangkat lalu dikeringkan, setelah dikeringkan dilihat dibawah sinar UV kemudian lihat hasil, digambar kromatogramnya, lalu dihitung harga Rf nya.

Perhitungan Harga Rf =

awal titik dari depan garis Jarak

awal titik dari bercak pusat

(25)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

[image:25.595.110.518.333.449.2]

Pada pengujian identifikasi asam retinoat dalam krim pemutih wajah secara kromatografi lapis tipis, diketahui bahwa krim pemutih wajah yang diuji positif mengandung asam retinoat.

Tabel.2. Hasil Pengujian Kode

Sampel

Hasil Harga Rf

01 (+) 0,61

02 (+) 0,6

03 (+) 0,58

04 (+) 0,64

05 (+) 0,6

06 (+) 0,6

Keterangan:

06 = Baku pembanding

Kromatogram dan perhitungan hasil pengujian dari asam retinoat secara kromatografi lapis tipis dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Pembahasan

(26)

Asam retinoat dalam sediaan krim dapat diidentifikasi dengan cara kromatografi lapis tipis (KLT) karena analisis dengan KLT dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi atau dengan menggunakan radiasi sinar ultra violet.

(27)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian identifikasi asam retinoat dalam krim pemutih wajah secara kromatografi lapis tipis diketahui bahwa sediaan krim yang di uji positif mengandung Asam Retinoat.

5.2 Saran

Sebaiknya pengujian tidak hanya dilakukan pada satu daerah saja melainkan

pada semua daerah yang bertujuan agar sediaan yang beredar dipasaran bener-bener memenuhi persyaratan. Dan diharapkan pengujian juga dilakukan dari sifat fisika dan kimianya agar sediaan itu memang benar-benar aman bila digunakan.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. (2000). Ilmu Meracik Obat, Teori dan Praktik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Halaman 71.

Badan POM RI. (2006). Kosmetik Pemutih (Whitening), Naturoks, Vol. 1 No. 1. Edisi Mei 2006. Jakarta.

_____________. (2008). Bahan Tambahan Kosmetik, Naturoks, Vol III / No. 9. Edisi Nopember 2008. Jakarta.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 6, 800.

Hardjasasmita, Pantjita. (1991). Biokimia Dasar A. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 27.

Joenoes, Nanizar Zaman. (1990). Penulisan Resep yang Rasional. Surabaya : Airlangga University Press. Halaman 122.

Menaldi, Sri Linuwih. (2003). Peremajaan Kulit. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 19.

Nasiruddin. (2008). Kadung Pake Botox, Konstruksi Sosial Tentang Kecantikan.

Pudjaatmaka, A. Hadyana. (1994). Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Halaman 228-229.

(29)

Rohman, Abdul. (2007 ). Kimia Farmasi Analisis . Yogyakarta : Pustaka Pelajar.Halaman 353,359,362.

Scot et al. (1985). The Prentice hall Text Book Of Cosmetology. New Jersey : Prentice hall Inc. Englewood Cliff’s. Halaman 194.

Stahl, Egon. (1985). Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Bandung : ITB. Halaman 4,7,11.

(30)

Lampiran 1.

(31)

Lampiran 2

Perhitungan Identifikasi Asam Retinoat Dalam Krim Pemutih Wajah Secara Kromatografi Lapis Tipis

Perhitungan Harga Rf =

awal titik dari depan garis Jarak awal titik dari bercak pusat k Jarak titi

Keterangan :

01 = Sampel J Ling J Whitening Cream

02 = Sampel New Sei Na Whitening Hebetic Cream 03 = Sampel New Sei Na Extraordinary Cream 04 = Sampel Moma Whitening Day Cream 05 = Sampel Moma Whitening Night Cream 06 = Baku pembanding Asam Retinoat Diketahui :

Jarak titik pusat bercak dari titik awal 01 = 6,1 cm

(32)

Jarak garis depan dari titik awal 01 = 10 cm

02 = 10 cm 03 = 10 cm 04 = 10 cm 05 = 10 cm 06 = 10 cm

Harga Rf 01: 61 , 0 10 1 , 6 =

Harga Rf 02:

6 , 0 10 0 , 6 =

Harga Rf 03: 58 , 0 10 8 , 5 =

Harga Rf 04: 64 , 0 10 4 , 6 =

Harga Rf 05: 6 , 0 10 0 , 6 =

Gambar

Tabel.1. Sampel yang di uji
Tabel.2. Hasil Pengujian

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat yang diperoleh dari identifikasi asam retinoat pada sediaan kosmetik adalah agar dapat mengetahui sediaan kosmetikyang beredar di pasaran tidak mengandung asam retinoat

3.3 Identifikasi Parasetamol dalam Jamu Sari Akar Dewa Secara Kromatografi Lapis Tipis.

Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk keperluan yang luas

Dari analisis identifikasi hidrokuinon pada krim pemutih Selebritis Night Cream yang dilakukan di Balai Besar POM, dimana untuk mengetahui kandungan hidrokuinon tersebut diatas

IDENTIFIKASI SENYAWA OBAT PIROKSIKAM DALAM SEDIAAN PADAT OBAT TRADISIONAL DENGAN METODE.. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN

Manfaat yang diperoleh dari identifikasi senyawa obat Piroksikam dalam. sediaan padat obat tradisional dengan metode kromatografi lapis tipis

telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan yang diakhiri dengan penulisan tugas akhir dengan judul Identifikasi Asam Retinoat pada

Tujuan Penelitian : Untuk menentukan adanya kandungan asam retinoat di dalam sampel krim pemutih wajah yang dijual pada klinik kecantikan di wilayah Purwokerto, menentukan