• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kesiapan Pemerintah Desa dalam Pelaksanaan PP Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Anggaran Dana Desa (Studi Kasus: Kabupaten Simalungun)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kesiapan Pemerintah Desa dalam Pelaksanaan PP Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Anggaran Dana Desa (Studi Kasus: Kabupaten Simalungun)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

KUISIONER PENELITIAN

Nama :

Alamat :

Usia :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Jabatan :

Berilah tanda Check List (√) pada jawaban yang sesuai.

Keterangan:

a. STS : Sangat tidak siap

b. TS : Tidak siap

c. CS : Cukup Siap

d. S : Siap

(2)

I. Parameter Komitmen

NO Parameter Komitmen Alternatif Jawaban

STS TS CS S SS

1 Pemerintah desa memiliki petunjuk pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat 2 Pemerintah desa memiliki peraturan

pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat 3 Pemerintah desa menggunakan dana

Desa yang diterima sejak pencairan dana Desa

4 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pembangunan sarana dan prasarana Desa

5 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pengembangan potensi ekonomi lokal

6 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan

(3)

II. Parameter Kesiapan Sumber Daya Manusia NO Parameter Kesiapan Sumber Daya

Manusia

Alternatif Jawaban

STS TS CS S SS

1 Pemerintah Desa memiliki struktur pemerintah Desa yang jelas dan diisi oleh perangkat desa

2 Aparatur Desa mampu menyusun APBDesa yang menjadi acuan penyaluran dana Desa

3 Aparatur Desa mampu menyusun laporan realisasi dana Desa dan sesuai dengan waktu yang ditetapkan

4 Pemerintah Desa mampu menyusun RPJM Desa dan RKP Desa

5 Pemerintah desa menyiapkan informasi terkait pelaksanaan

pembangunan Desa bagi masyarakat melalui media informasi yang dimiliki Desa

6 Pemerintah desa mengikuti pembinaan tentang PP Nomor 60 tahun 2014

(4)

III. Parameter Pengelolaan Laporan Keuangan NO Parameter Pengelolaan Laporan

Keuangan

Alternatif Jawaban

STS TS CS S SS

1 Pengelolaaan keuangan desa dilaksanakan sesuai dengan

permendagri nomor 113 tahun 2014 2 Penyusunan dan penyerahan laporan

keuangan desa dilakukan secara tepat waktu

3 Dalam laporan keuangan Desa tidak terdapat dana SILPA >30% yang merupakan suatu indikasi penggunaan dana Desa belum

sepenuhnya dilaksanakan dengan baik 4 Penyusunan laporan keuangan Desa

dilakukan dengan menggunakan pendekatan akuntansi

(5)

IV Parameter Kesiapan Perencanaan Pembangunan Desa NO Parameter Kesiapan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa

Alternatif Jawaban

STS TS CS S SS

1 Penyusunan APB Desa dilaksanakan tanpa tenaga pendamping/

dilaksanakan secara mandiri

2 Penyusunan APB Desa dilaksanakan dengan memperhatikan potensi dan kebutuhan Desa

3 Perencanaan pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa

4 Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan dengan

menyelanggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara partisipatif

5 RPJM Desa disusun dengan mengacu pada RPJM Kabupaten

(6)

LAMPIRAN 2

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,909 7

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Komitmen 24,30 16,853 ,597 ,910

Komitmen 26,35 16,134 ,774 ,898

Komitmen 24,55 13,945 ,911 ,875

Komitmen 24,25 16,197 ,795 ,897

Komitmen 24,75 12,197 ,813 ,891

Komitmen 24,80 11,853 ,839 ,889

Komitmen 24,40 14,989 ,679 ,900

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,627

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 135,909

df 21

(7)

Communalities

Initial Extraction

Komitmen 1,000 ,522

Komitmen 1,000 ,736

Komitmen 1,000 ,848

Komitmen 1,000 ,690

Komitmen 1,000 ,742

Komitmen 1,000 ,782

Komitmen 1,000 ,594

Extraction Method: Principal

Component Analysis.

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings

Total

% of

Variance Cumulative % Total % of Variance

Cumulative

%

1 4,913 70,191 70,191 4,913 70,191 70,191

2 ,975 13,925 84,116

3 ,578 8,251 92,367

4 ,266 3,797 96,164

5 ,185 2,646 98,809

6 ,061 ,867 99,677

7 ,023 ,323 100,000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Matrixa

Component

1

Komitmen ,722

Komitmen ,858

Komitmen ,921

Komitmen ,831

Komitmen ,861

Komitmen ,884

Komitmen ,770

Extraction Method: Principal

(8)

a. 1 components extracted.

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,890 7

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

SDM 24,25 27,461 ,509 ,894

SDM 25,00 21,053 ,840 ,853

SDM 24,85 22,134 ,779 ,862

SDM 24,95 21,629 ,750 ,866

SDM 24,85 23,082 ,669 ,876

SDM 24,60 24,674 ,642 ,880

SDM 24,90 21,989 ,656 ,880

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,690

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 122,321

df 21

(9)

Communalities

Initial Extraction

SDM 1,000 ,765

SDM 1,000 ,949

SDM 1,000 ,955

SDM 1,000 ,901

SDM 1,000 ,815

SDM 1,000 ,661

SDM 1,000 ,602

Extraction Method: Principal

Component Analysis.

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared

Loadings

Total % of Variance Cumulative % Total

% of

Variance

Cumulative

%

1 4,279 61,128 61,128 4,279 61,128 61,128

2 1,369 19,556 80,684 1,369 19,556 80,684

3 ,722 10,313 90,998

4 ,322 4,596 95,593

5 ,202 2,886 98,479

6 ,088 1,261 99,740

7 ,018 ,260 100,000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Matrixa

Component

1 2

SDM ,610 ,627

SDM ,897 -,381

SDM ,839 -,501

SDM ,834 -,454

SDM ,763 ,483

SDM ,750 ,315

(10)

Extraction Method:

Principal Component

Analysis.

a. 2 components extracted.

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100,0

Excludeda 0 ,0

Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

,878 5

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

Laporan Keu 17,20 8,589 ,629 ,873

Laporan Keu 17,15 7,818 ,884 ,828

Laporan Keu 17,20 7,747 ,913 ,823

Laporan Keu 17,50 6,053 ,736 ,861

Laporan Keu 17,55 6,682 ,656 ,877

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling

Adequacy. ,761

Bartlett's Test of

Sphericity

Approx. Chi-Square 79,78

4

df 10

(11)

Communalities

Initial Extraction

Laporan Keu 1,000 ,526

Laporan Keu 1,000 ,873

Laporan Keu 1,000 ,910

Laporan Keu 1,000 ,737

Laporan Keu 1,000 ,646

Extraction Method: Principal

Component Analysis.

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared

Loadings

Total

% of

Variance

Cumulative

% Total

% of

Variance

Cumulative

%

1 3,693 73,856 73,856 3,693 73,856 73,856

2 ,730 14,598 88,454

3 ,398 7,954 96,408

4 ,115 2,308 98,716

5 ,064 1,284 100,000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Matrixa

Compone

nt

1

Laporan Keu ,726

Laporan Keu ,935

Laporan Keu ,954

Laporan Keu ,859

Laporan Keu ,804

Extraction Method:

Principal Component

Analysis.

a. 1 components

(12)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100,0

Excludeda 0 ,0 Total 20 100,0

a. Listwise deletion based on all

variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of

Items

,845 6

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

APBDES 23,00 6,421 ,616 ,853

APBDES 22,30 9,274 ,681 ,825

APBDES 22,35 8,871 ,793 ,809

APBDES 22,35 8,766 ,836 ,804

APBDES 22,80 6,905 ,580 ,851

APBDES 22,45 8,366 ,927 ,787

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,685

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 123,999

df 15

Sig. ,000

Communalities

Initial Extraction

APBDES 1,000 ,568

APBDES 1,000 ,680

APBDES 1,000 ,762

APBDES 1,000 ,854

APBDES 1,000 ,515

(13)

Extraction Method: Principal

Component Analysis.

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvalues

Extraction Sums of Squared

Loadings

Total

% of

Variance

Cumulative

% Total

% of

Variance

Cumulative

%

1 4,274 71,241 71,241 4,274 71,241 71,241

2 ,851 14,180 85,422

3 ,488 8,129 93,550

4 ,298 4,969 98,520

5 ,077 1,290 99,810

6 ,011 ,190 100,000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

Component Matrixa

Component

1

APBDES ,753

APBDES ,825

APBDES ,873

APBDES ,924

APBDES ,718

APBDES ,946

Extraction Method:

Principal Component

Analysis.

a. 1 components

extracted.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Dwipayana AAGN Ari, dkk. 2003. Membangun Good Governance Didesa. Yogyakarta: IRE Press

Erlina. 2008. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan pertama. Medan: USU Press

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analitis Multi Variat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Greenberg, J and Baron, R.A. 1997. Behavior In Organisations, 6th Edition, New

Jersey, Prentice – Hall International

H. Hadari Nawawi. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang

Kompetitif, Cetakan ke 7. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas muhammadiyah Malang

Hasibuan, S.P. Melayu. 2002. Organisasi Dan Motivasi. Jakarta: Pt. Erlangga

Indriantoro dan Supomo, 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia

Jogiyanto, HM. 2001. Analisis Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Offset

Kansil.C.S.T. 1984. Desa Kita Dalam Peraturan Tata Pemerintahan Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia

Kartohadikusumo, Soetardjo. 1984. Desa. Yogyakarta: PN Balai Pustaka

Miner, John. B. 1992. Indsutrial Organizational Psychology. Singapore: MC Graw – Hill INC

Muchtar, A.M. 2002. Audit Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan

Praketek Aplikasi Bisnis. Edisi ke-1. Yogyakarta: Andi Offset

(15)

Saparin Sumber. 1986. Tata Pemerintahan Dan Administrasi Pemerintahan Desa. Jakarta timur: Ghalia Indonesia

Sjabadhyni, B. Graito & Wutun R.R. 2001. Pengembangan Kualitas SDM Dari

Perspektif Psikologi. Depok: Bagian Psikologi Industri dan organisasi

Fakultas Psikologi UI

Soetrisno Loekman, dkk. 1992. Pembangunan Desa Dan Lembaga Swadaya

Masyarakat. Jakarta : CV Rajawali

Sudjatmiko Budiman, Zakaria Yando. 2014. Desa Kuat Indonesia Hebat. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yusada

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Supriyono, R. A. 2006. Pengaruh Variabel Perantara Komitmen Organisasi dan

Partisipasi Penganggaran Terhadap Hubungan Antara Usia dan Kinerja Manajer di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Universitas

Katolik Indonesia Atma Jaya

Susetiawan. 2010. Pembangunan Perdesaan dalam Rangka Peningkatan

Kesejahteraan Masyarakat. Bogor: Pemikiran Guru Besar Perguruan Tinggi

Badan Hukum Milik Negara IPB Press

Widjaja. A. W. 1996. Pemerintahan Desa Dan Administrasi Desa. Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada

Widjaja. H. A. W. 2001. Pemerintahan Desa/ Marga Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Widjaja. H. A. W. 2002. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Yarnest. 2003. Panduan Aplikasi Statistic Dengan Menggunakan SPSS 17,00. Malang: Penerbit DIOMA

(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Jenis

penelitian desktriptif kualitatif bertujuan untuk mengungkap fakta, keadaan,

fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan

menyuguhkan apa adanya. Dengan demikian diharapkan fenomena tentang

kesiapan pemerintah desa serta kendala - kendala yang dihadapi di daerah dapat

dideskripsikan secara gamblang untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan

untuk menarik suatu kesimpulan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desa – desa yang

tersebar di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Adapun pemilihan desa- desa

di Kabupaten Simalungun tersebut adalah karena Kabupaten Simalungun

merupakan salah satu Kabupaten terluas di Sumatera Utara dengan jumlah desa

sebanyak 388 desa. Dengan jumlah desa besar tersebut, tentu Kabupaten

Simalungun mendapatkan jumlah dana desa yang cukup besar dibandingkan

dengan kabupaten – kabupaten disekelilingnya. Hal tersebut menjadi hal yang

menarik untuk menjadi bahan penelitian ini. Dengan metode yang digunakan,

maka peneliti akan menggunakan data-data yang diambil langsung dari informan

(17)

digunakan untuk penelitian ini adalah bulan Juli 2015 dimulai dengan pengajuan

judul dan pengesahan judul hingga penyelesaian dan pengesahan skripsi.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional adalah penentuan batasan yang lebih menjelaskan

ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Alasan peneliti menetapkan

batasan operasional adalah untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau

salah tafsir terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian. Tujuan dari batasan

operasional adalah agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai

dengan hakikat variabel yang sudah didefenisikankonsepnya, maka peneliti harus

memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk

kuantifikasi gejala atau variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu, batasan

operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Daerah yang menjadi objek penelitian adalah Kabupaten Simalungun

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesiapan pemerintah desa

dalam melaksanakan PP Nomor 60 Tahun 2014

3. Variabel independen dalam penelitian ini adalah komitmen (X1), kesiapan

SDM (X2), kesiapan laporan keuangan (X3) dan kesiapan Perencanaan

(18)

3.4 Defenisi Operasional

Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

dependen dan variabel independen.

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen sering juga disebut dengan variabel output, kriteria,

konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering juga disebut sebagai variabel

terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Prof. Dr. Sugiyono: 2007: 40).

Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah kesiapan pemerintah desa.

3.4.2Variabel Independen

Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor,

antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnnya variabel dependen (terikat)

(Prof. Dr. Sugiyono: 2007: 39). Dalam penelitian ini, variebel independennya

adalah Komitmen (X1), Kesiapan sumber daya manusia (X2), Kesiapan

pengelolaan laporan keuangan (X3) dan kesiapan Perencanaan Pembangunan

Desa (X4).

a. Komitmen

Menurut Porter et.al dalam Miner, (1992:124), komitmen adalah dukungan

yangkuat dari pimpinan dan bawahan satuan kerja termasuk pemerintah

(19)

b. Sumber Daya Manusia

Menurut Hasibuan (2000:3), sumber daya manusia adalah semua manusia

yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan desa. Pelaksanaan

pembangunan desa dengan bantuan anggaran dana desa dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan suatu tugas bagi

pemerintah desa untuk menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan terkait dengan

perhitungan jumlah dana per desa hingga pada pelaporan keuangan desa.

Pelaksanaan pembangunan desa tersebut memerlukan SDM yang

benar-benar mampu dalam menjalanan roda pemerintahan desa serta menguasai

setiap tata pemerintahan desa. Perlu adanya upaya untuk menghindari

terjadinya praktik KKN dalam pelaksanaan pemerintahan desa dengan

menempatkan SDM yang baik agar pelaksanaan program pemerintah pusat

dan desa tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

c. Pengelolaan Laporan Keuangan

Menurut Permendagri nomor 113 tahun 2014 pengelolaan keuangan Desa

adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan Desa.

Penatausahaan keuangan Desa dilakukan oleh bendahara Desa dengan

wajib mencatat semua penerimaan dan pengeluaran dan melakukan tutup

buku setiap akhir tahun. Selain itu bendahara Desa juga wajib

mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban

yang disampaikan kepada Kepala Desa setiap bulannya atau paling lambat

(20)

d. Perencanaan Pembangunan Desa

Perencanaan pembangunan desa adalah kumpulan rencana pembangunan

desa baik dalam jangka waktu enam tahun maupun jangka waktu satu

tahun. Rencana pembangunan desa dalam jangka enam tahun disebut

sebagai rencana pembangunan jangka menengah desa dan untuk jangka

waktu satu tahun disebut sebagai rencana pembangunan tahunan desa atau

yang disebut juga rencana kerja pemerintah desa.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karaterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,

tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar

jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karaktertistik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu” (Sugiyono 2007:

90). Populasi dalam penelitian ini adalah desa yang berada di wilayah Kabupaten

Simalugun, Provinsi Sumatera Utara.

Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

dengan metode simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari

populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi tersebut. Adapun desa-desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini

(21)

Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian

No Nama Desa

1 Pamatang Simalungun

2 Bongguron Kariahan

3 Sihubu Raya

4 Janggir Leto

5 Sinar Naga Mariah

6 Sihapalan

7 Silimakuta Barat

8 Purba Dolok

9 Kebun Sayur

10 Marjandi

11 Rambung Merah

12 Totap Majawa

13 Marubun Jaya

14 Dame Raya

15 Ujung Saribu

16 Naga Saribu

17 Saran Padang

18 Sibangun Mariah

19 Saribu Jandi

20 Naga Bosar

Sumber: Hasil Olahan Penulis (2015)

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data

yang diambil langsung dari responden. Dalam penelitian ini, responden yang akan

menjadi sumber informasi adalah pemerintah desa yang dalam hal ini adalah

kepala desa yang masuk dalam anggota sampel.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yakni dengan melakukan

survey lapangan. Survey ini dilakukan secara lebih mendalam dengan cara

(22)

digunakan dalam metode survey dalam penelitian ini adalah kuisioner dan

wawancara. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan

tanyajawab dengan pihak-pihak terkait yang bertujuan untuk mendalami informasi

yang belum didapat pada studi kepustakaan sedangkan kuisioner adalah suatu

teknik pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak

memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat

dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuisioner. Teknik ini memberikan

tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan.

(Supomo dan Indriantoro 2009).

3.8 Skala Pengukuran

Skala adalah perangkat ukur yang digunakan untuk mengetahui intensitas, arah

atau tingkat dalam sebuah variabel yang berada pada tingkat pengukuran ordinal.

Penelitian ini menggunakan skala likert, yaitu pengukuran yang memungkinkan

responden untuk merangking seberapa kuat mereka siap atau tidak siap terhadap

pernyataan-pernyataan tertentu. Skala ini mempunyai jarak dari sangat positif ke

sangat negatif terhadap obyek sikap tertentu. Skala likert juga diartikan sebagai

cara pengukuran dengan menghadapkan seorang responden dengan sebuah

pernyataan dan kemudian diminta untuk memberikan jawaban.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari penelitian

kemendagri (2012) dimana skala pengukuran kuisioner menggunakan skala:

1 = sangat tidak siap

2 = tidak siap

3 = cukup siap

4 = siap

(23)

3.9 Metode Analisis Data 3.9.1 Uji Instrumen Data

a. Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

validitas data diperoleh dari penyebaran kuisioner. Uji validitas dapat dilakukan

dengan menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan ataupun pernyataan

dengan skor total pengamatan (Arikunto, 2006:202).

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana

suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali

atau lebih (Umar 2003:176). Reliabilitas dapat dikatakan menunjukkan

kekonsistenan dari suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.

Makin kecil kesalahan pengukuran makin reliabel alat pengukur begitu pula

sebaliknya. Pengujian keandalan alat pengukuran dalam penelitian ini

menggunakan reliabilitas menggunakan metode alpha (α). Metode alpha yang

digunakan adalah metode Cronbanch. Menurut Yarnest (2003; 68) instrumen

dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien reliabilitas diatas 0,6.

Setelah menilai alpha, selanjutnya membandingkan nilai tersebut dengan angka

kritis reliabilitas. Instrumen yang dipakai dalam variabel diketahui handal

(reliabel) apabila memiliki Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2002:42).

3.9.2 Analisis Deskripstif Kualitatif

Teknik yang dipakai dalam menganalisis data adalah analisis kualitatif

(24)

Indriantoro dan Supomo (2002:26), merupakan penelitian terhadap

masalah-masalah yang berupa fakta saat ini dari suatu populasi.

Penelitian ini menggunakan deskripsi analisis. Metode analisis untuk

mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data untuk memberikan

penjelasan lengkap mengenai penelitian. Metode ini untuk memaparkan sesuatu

dengan cara mendiskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan

kondisi yang saat ini terjadi. Metode analisis deskriptif sesuai dengan hakikatnya

adalah data yang telah terkumpul kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan

pengkajian, intepretasi dan disimpulkan. Selanjutnya hasil kesimpulan itu

didesripsikan.

Adapun langkah-langkap analisis deskriptif antara lain:

a. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data,

perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di

luar apa yang ingin digali. Berdasarkan hasil kuisioner, peneliti

melakukan pengelompokan atau distribusi tentang karakteristik

responden seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan jabatan.

Selanjutnya juga dilakukan pengelompokan jawaban responden

kesiapan pemerintah desa terhadap anggaran dana desa.

b. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,

peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Berdasarkan hasil jawaban

(25)

alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan

sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

c. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan

suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah

kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan

yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan

data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi

dengan subjek. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari

subjek, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar

permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran

mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan

interprestasi secara keseluruhan, dimana didalamnya mencakup

(26)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Desa Di Kabupaten Simalungun

Pemerintahan Desa/Nagori adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan

oleh pemerintah Nagori dan Maujana Nagori dalam mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat

yang diakui dan dihormati dalam sistim Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Penyelenggaraan pemerintahan Desa dilaksanakan oleh pemeritah Desa

dan badan permusyawaratan Desa (BPD/ Maujana Nagori). Pemerintah Desa

adalah organisasi pemerintah Desa yang terdiri dari: Kepala Desa (Pangulu);

tungkat nagori yang terdiri dari Sekretaris Nagori, pembantu Pangulu urusan

teknis dan kepala-kepala dusun; unsur staf yang terdiri dari sekretaris Nagori dan

kepala-kepala urusan. Dalam penyelenggara pemerintahan Nagori, Pangulu

memimpin penyelenggaraan pemerintahan Nagori berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama Maujana Nagori yaitu berkewajiban untuk memberikan

laporan penyelenggaraan pemerintah Nagori kepada Bupati, memberikan laporan

keterangan pertanggungjawaban kepada Maujana Nagori serta meninformasikan

laporan penyelenggaraan pemerintahan Nagori kepada masyarakat.

Maujana Nagori adalah lembaga yang merupakan perwujudan Demokrasi

dalam penyelenggaraan pemerintahan Nagori sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan Nagori. Maujana Nagori berfungsi menetapkan peraturan Nagori

(27)

terdiri dari pemangku adat, golongan propesi, pemuka agama dan tokoh pemuka

masyarakat lainnya.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Deskripsi Proses Pengumpulan Data Kuisioner

Pada bab sebelumnya, disampaikan bahwa besarnya sampel yang

digunakan yaitu sebanyak 20 buah kuisioner yang telah disebarkan kepada

masing-masing pemerintah desa dan telah mendapatkan balasannya.

Tabel 4.1 Deskripsi proses pengumpulan data kuisioner Kuisioner yang disebar

Kuisioner yang kembali

Kuisioner valid

Kuisioner yang tidak memenuhi syarat

20

20

20

0

100%

100%

100%

0%

Sumber: Data diolah

Tabel 4.1 menunjukkan penyebaran dan tingkat pengembalian dengan

jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 20 kuisioner, yang kemudian dari jumlah

20 kuisioner yang disebar, kembali sebanyak 20 kuisioner atau 100% dan

seluruhnya dianggap memenuhi syarat.

4.2.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan pemerintah Desa di

(28)

a. Usia

Karakteristik pemerintah Desa dilihat dari Usia disajikan dalam tabel

berikut.

Tabel 4.2 Distribusi responden menutur umur

No Umur Jumlah (Orang) Persentase

1 <40 Tahun 3 15%

2 40 – 50 11 55%

3 > 50 Tahun 6 30%

JUMLAH 20 100%

Sumber : Data diolah

Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki umur

antara 40-50 tahun yakni sebesar 11 orang dengan persentase sebesar 55%. Hal ini

menunjukkan umumnya pemerintah desa khususnya kepala Desa di kabupaten

Simalungun merupakan kepala Desa golongan tua dan masih mampu terlibat

dalam urusan pemerintahan Desa.

b. Jenis Kelamin

Karakteristik pemerintah Desa dilihat dari jenis kelamin dapat dilihat

dalam tabel berikut.

Tabel 4.3 Distribusi responden menurut jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase

1 Laki-laki 18 90%

2 Perempuan 2 10%

JUMLAH 20 100%

Sumber : Data diolah

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kelamin pemerintah

(29)

sebesar 90% dari jumlah keseluruhan responden. Sedangkan jenis kelamin

perempuan hanya sebanyak 2 orang atau sebesar 10%. Hal tersebut menunjukkan

bahwa posisi kepala Desa dominan dipegang oleh laki-laki.

c. Tingkat Pendidikan

Aspek pendidikan sangat penting bagi keberlangsungan suatu

pemerintahan agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Bila dilihat dari

tingkat pendidikan, Karakteristik pemerintah Desa di kabupaten Simalungun

dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.4 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan

No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase

1 SMP 1 5%

2 SMA 13 65%

3 Diploma 2 10%

4 Sarjana 4 20%

JUMLAH 20 100%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pendidikan pemerintah Desa

khususnya kepala Desa masih dominan lulusan SMA yaitu sebanyak 13 orang

atau sebesar 65%. Pendidikan sarjana sebanyak 4 orang atau sebesar 20% dari

jumlah seluruh responden. Pendidikan diploma sebanyak 2 orang atau sebesar

10% dan juga masih terdapat juga kepala Desa yang merupakan tamatan SMP

(30)

4.2.3 Hasil Uji Instrumen Data

a. Uji validitas

[image:30.595.106.548.304.742.2]

Uji validitas adalah alat ukur kebenaran suatu penelitian. Sebuah penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur serta dapat mengungkapkan data dan variabel yang akan diteliti secara tepat. Kriteria validitas dalam penelitian ini dengan analisis faktor (Confimatory Factor Anaysis) yaitu dikatakan valid jika nilai KMO > 0,5 dan Barlett’s Test dengan signifikansi < 0,05. Hasil validitas ditunjukkan dalam tabel berikut.

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Data

NO Variabel Nilai KMO Loading factor Barletts test Keterangan 1

X11

0,627

0,722 0,000 Valid

X12 0,858 0,000 Valid

X13 0,921 0,000 Valid

X14 0,831 0,000 Valid

X15 0,861 0,000 Valid

X16 0,884 0,000 Valid

X17 0,770 0,000 Valid

2

X21

0,690

0,610 0,000 Valid

X22 0,897 0,000 Valid

X23 0,839 0,000 Valid

X24 0,834 0,000 Valid

X25 0,763 0,000 Valid

X26 0,750 0,000 Valid

X27 0,748 0,000 Valid

3

X31

0,761

0,726 0,000 Valid

X32 0,935 0,000 Valid

X33 0,954 0,000 Valid

X34 0,859 0,000 Valid

X35 0,804 0,000 Valid

4

X41

0,685

0,753 0,000 Valid

X42 0,825 0,000 Valid

X43 0,873 0,000 Valid

X44 0,924 0,000 Valid

X45 0,718 0,000 Valid

X46 0,946 0,000 Valid

(31)

Berdasarkan hasil perhitungan nilai KMO menyatakan nilai KMO > 0,5

dan barlett’s test < 0,05. Sedangkan kriteria valid per indikator menunjukkan nilai

loading factor > 0,5. Dengan demikian setiap item pertanyaan pada kuisioner

memiliki konsistensi internal dan dinyatakan valid.

b. Uji Relibialitas

Untuk menguji relibialitas dilakukan dengan cara mencari angka

relibialitas dari butir-butir pertanyaan masing-masing dalam kuisioner dengan

menggunakan rumus standardized item alpha. Setelah digunakan item α,

selanjutnya membandingkan item tersebut dengan angka kritis relibialitas dapat

ditentukan sebesar 0,60. Sehingga dapat dikatakan reliabel jika nilai α lebih besar

dari angka kritis reliabelitas. Nilai yang dihasilkan merupakan nilai reliabilitas

variabel penelitian. Hasil pengujian reliabilitas terhadap parameter komitmen

(X1), SDM (X2), pengelolaan keuangan (X3) dan Anggaran pendapatan dan

[image:31.595.108.494.525.620.2]

belanja desa (X4) ditunjukkan Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Relibialitas Instrumen Penelitian

No Variabel Nilai α Relibialitas Keterangan

1 X1 0,60 0,909 Reliabel

2 X2 0,60 0,890 Reliabel

3 X3 0,60 0,878 Reliabel

4 X4 0,60 0,845 Reliabel

Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa semua nilai relibialitas lebih besar

dari nilai kritis α, sehingga semua pertanyaan dalam satu variabel dapat dipercaya

(32)

4.2.4 Hasil Analisis Data

Hasil penililaian kesiapan Pemerintah Desa di Kabupaten Simalungun

dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 dengan melihat indikator:

Komitmen, SDM, pengelolaan laporan keuangan, anggaran pendapatan dan

belanja Desa dijelaskan tabel 4.7 berikut.

a. Parameter Komitmen

Kesiapan pemerintah Desa yang diukur dengan komitmen dapat dilihat

[image:32.595.112.513.340.683.2]

dari tabel berikut.

Tabel 4.7 Hasil penilaian parameter komitmen

NO Parameter Komitmen Alternatif Jawaban

STS TS CS S SS

1 Pemerintah desa memiliki petunjuk pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat

- - - 40% 60%

2 Pemerintah desa memiliki peraturan pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat

- - - 45% 55%

3 Pemerintah desa menggunakan dana Desa yang diterima sejak pencairan dana Desa

- - 15% 35% 50%

4 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pembangunan sarana dan prasarana Desa

- - - 35% 65%

5 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pengembangan potensi ekonomi lokal

- 15% 5% 30% 50%

6 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan

- 15% 10% 25% 50%

7 Pemerintah desa menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana Desa secara tepat waktu

- 5% - 35% 60%

(33)

Berdasarkan tabel 4.7 tentang penilaian kesiapan pemerintah Desa dari

segi komitmen, dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan dari

masing-masing indikator. Dari indikator memiliki petunjuk pelaksanaan anggaran dana

Desa, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 12 orang dan 8 orang

menjawab siap. Penilaian dari indikator memiliki peraturan pelaksanaan anggaran

dana Desa, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 11 orang dan 9

orang menjawab siap. Dari indikator menggunakan dana Desa sejak pencairan

dana Desa, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap 7

orang dan menyatakan cukup siap sebanyak 3 orang. Dari indikator penggunaan

dana Desa untuk pembangunan sarana dan prasarana Desa, responden tersebar

menjawab sangat siap sebanyak 13 orang dan siap sebanyak 7 orang. Dari

indikator penggunaan dana Desa untuk pengembangan potensi ekonomi lokal,

responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 6

orang, cukup siap 1 orang serta tidak siap sebanyak 2 orang. Dari indikator

penggunaan dana Desa untuk pemanfaatan sumber daya alam secara

berkelanjutan, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap

sebanyak 5 orang, cukup siap sebanyak 2 orang dan tidak siap sebanyak 3 orang.

Dari indikator yang terakhir dari parameter komitmen yaitu penyaampaian laporan

realisasi penggunaan dana Desa secara tepat waktu, responden terbesar menjawab

12 orang, siap sebanyak 7 orang dan tidak siap sebanyak 1 orang.

b. Parameter Sumber Daya Manusia

Kesiapan pemerintah Desa yang diukur dengan kesiapan sumber daya

(34)
[image:34.595.108.523.114.461.2]

Tabel 4.8 Hasil Penilaian parameter sumber daya manusia

NO Parameter Kesiapan Sumber Daya Manusia

Alternatif Jawaban

STS TS CS S SS

1 Pemerintah Desa memiliki struktur pemerintah Desa yang jelas dan diisi oleh perangkat desa

- - 5% 25% 70%

2 Aparatur Desa mampu menyusun APBDesa yang menjadi acuan penyaluran dana Desa

- 15% 20% 25% 40%

3 Aparatur Desa mampu menyusun laporan realisasi dana Desa dan sesuai dengan waktu yang ditetapkan

- 15% 5% 40% 40%

4 Pemerintah Desa mampu menyusun RPJM Desa dan RKP Desa

- 20% 5% 35% 40%

5 Pemerintah desa menyiapkan informasi terkait pelaksanaan

pembangunan Desa bagi masyarakat melalui media informasi yang dimiliki Desa

- 10% 20% 25% 45%

6 Pemerintah desa mengikuti pembinaan tentang PP Nomor 60 tahun 2014

- 5% 10% 35% 50%

7 Pemerintah desa mendapatkan pendampingan dana Desa

- 20% 10% 20% 50%

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel 4.8 tentang penilaian kesiapan pemerintah Desa ditinjau

dari kesiapan sumber daya manusia dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang

diberikan oleh para responden dari masing-masing indikator yang disiapkan. Dari

indikator memiliki struktur pemerintah Desa, responden terbesar menjawab sangat

siap yaitu sebanyak 14 orang dan cukup siap yaitu sebanyak 1 orang. Dari

indikator kemampuan menyusun APBDesa, responden terbesar menjawab sangat

siap yaitu sebanyak 8 orang dan terkecil tidak siap sebanyak 3 orang. Dari

indikator berikutnya yaitu kemampuan penyusunan laporan realisasi dana Desa,

responden terbesar menjawab sangat siap dan siap masing-masing sebanyak 8

(35)

sebanyak 3 orang. Dari indikator kemampuan menyusun RPJMDesa dan RKP

Desa, responden terbesar menjawab sangat siap yaitu sebanyak 8 orang, siap 7

orang, cukup siap 1 orang dan tidak siap sebanyak 4 orang. Dari indikator

kesiapan informasi terkait pelaksanaan pembangunan Desa, responden terbesar

menjawab sangat siap yaitu sebanyak 9 orang, siap 5 orang, cukup siap 4 orang

dan tidak siap sebanyak 2 orang. Dari indikator mengikuti pembinaan PP Nomor

60 tahun 2014, responden menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap

sebanyak 7 orang, cukup siap 2 orang dan tidak siap sebanyak 1 orang. Indikator

yang terakhir dari parameter kesiapan sumber daya manusia ini yaitu

mendapatkan pendamping dana desa, responden menjawab sangat siap sebanyak

10 orang, siap sebanyak 4 orang, cukup siap sebanyak 2 orang dan tidak siap

sebanyak 4 orang.

c. Parameter Pengelolaan Laporan Keuangan

Kesiapan pemerintah Desa yang diukur dengan kesiapan pengelolaan

(36)
[image:36.595.110.513.115.430.2]

Tabel 4.9 Hasil penilaian parameter pengelolaan laporan keuangan

NO Parameter Pengelolaan Laporan Keuangan

Alternatif Jawaban

STS TS CS S SS

1 Pengelolaaan keuangan desa dilaksanakan sesuai dengan

permendagri nomor 113 tahun 2014

- - 5% 45% 50%

2 Penyusunan dan penyerahan laporan keuangan desa dilakukan secara tepat waktu

- - 5% 40% 55%

3 Dalam laporan keuangan Desa tidak terdapat dana SILPA >30% yang merupakan suatu indikasi penggunaan dana Desa belum

sepenuhnya dilaksanakan dengan baik

- - 5% 45% 50%

4 Penyusunan laporan keuangan Desa dilakukan dengan menggunakan pendekatan akuntansi

- 15% 5% 30% 50%

5 Laporan keuangan Desa dapat diakses oleh masyarakat melalui media internet atau media informasi Desa sebagai wujud transparansi keuangan Desa

- 15% - 45% 40%

Sumber : Data diolah

Kesiapan pemerintah Desa juga diukur dari segi kesiapan dalam

pengelolaan laporan keuangan Desa. Kesiapan pemerintah Desa dalam mengelola

laporan keuangan ini dapat dilihat dari tabel 4.9 diatas. Dari indikator yang

pertama yaitu pengelolaan keuangan Desa dilakukan sesuai dengan permendagri

nomor 113 tahun 2014, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10

orang, siap sebanyak 9 orang dan cukup siap sebanyak 1 orang. Dari indikator

yang kedua yaitu penyusunan dan penyerahan laporan keuangan dilakukan secara

tepat waktu, responden menjawab sangat siap sebanyak 11 orang, siap sebanyak 8

orang, dan cukup siap sebanyak 1 orang. Dari indikator yang ketiga yaitu tidak

terdapatnya dana SILPA > 30%, responden menjawab sangat siap 10 orang, siap

(37)

yaitu penyusunan laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan pendekatana

akuntansi, responden menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 6

orang, cukup siap sebanyak 1 orang dan tidak siap sebanyak 3 orang. Dari

indikator yang terakhir dari parameter SDM ini yaitu ketersediaan media

informasi untuk laporan keuangan agar dapat diakses oleh masyarakat, responden

menjawab sangat siap sebanyak 8 orang, siap sebanyak 9 orang dan tidak siap

sebanyak 3 orang.

d. Parameter Perencanaan Pembangunan Desa

Kesiapan Pemerintah Desa yang diukur dari kesiapan perencanaan

[image:37.595.114.512.390.745.2]

pembangunan Desa dapat dilihat dari tabel berikut.

Tabel 4.10 Hasil penilaian parameter perencanaan pembangunan desa

NO Parameter Kesiapan Perencanaan Pembangunan Desa

Alternatif Jawaban

STS TS CS S SS

1 Penyusunan APB Desa dilaksanakan tanpa tenaga pendamping/

dilaksanakan secara mandiri

- 20% 10% 20% 50%

2 Penyusunan APB Desa dilaksanakan dengan memperhatikan potensi dan kebutuhan Desa

- - - 25% 75%

3 Perencanaan pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa

- - - 30% 70%

4 Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan dengan

menyelanggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara partisipatif

- - - 30% 70%

5 RPJM Desa disusun dengan mengacu pada RPJM Kabupaten

- 10% 15% 15% 60%

6 RKP Desa disusun sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten yang berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah kabupaten.

- - - 40% 60%

(38)

Penilaian kesiapan pemerintah Desa dari parameter anggaran pendapatan

dan belanja Desa dapat ditunjukkan dari tabel 4.10 diatas. Dari jawaban-jawaban

yang diberikan oleh responden dari masing-masing indikator menunjukkan

bagaimana tingkat kesiapan dari pemerintah Desa tersebut. Dari indikator yang

pertama yaitu penyusunan APBDesa dilakukan tanpa tenaga pendamping,

responden menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 4 orang,

cukup siap sebanyak 2 orang, dan tidak siap sebnayak 4 orang. Dari indikator

yang kedua yaitu penyusunan APBDesa dilakukan dilaksanakan dengan

memperhatikan potensi dan kebutuhan Desa, responden menjawab sangat siap

sebanyak 15 orang dan siap sebanyak 5 orang. Dari indikator perencanaan

pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah

Desa, responden menjawab sangat siap sebanyak 14 orang dan siap sebanyak 6

orang. Dari indikator penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan dengan

menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara

partisipatif, responden menjawab sangat siap sebanyak 14 orang dan siap

sebanyak 6 orang. Dari indikator penyusunan RPJM Desa disusun dengan

mengacu kepada RPJM Kabupaten, responden menjawab sangat siap sebanyak 12

orang, siap sebanyak 3 orang, cukup siap sebanyak 3 orang dan tidak siap

sebanyak 2 orang. Dari indikator yang terakhir yaitu RKP Desa disusun dengan

informasi dari pemerintah daerah Kabupaten dan Provinsi, responden menjawab

(39)

4.3 Deskriptif Kualitatif

Penilaian kesiapan pemerintah Desa di kabupaten Simalungun dalam

pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 tentang anggaran dana Desa dengan

melihat indikator: komitmen, SDM, pengelolaan laporan keuangan dan anggaran

pendapatan dan belanja Desa adalah pemerintah Desa di kabupaten Simalungun

dapat dikategorikan sangat siap untuk melaksanakan anggaran dana Desa. Hal ini

didasarkan pada penilaian kesiapan dari masing-masing parameter yang pada

umumnya menjawab siap dan sangat siap.

Pengukuran kesiapan dilihat dari parameter komitmen secara keseluruhan

pada umumnya menyatakan sangat siap dari masing-masing indikator yang

diberikan dengan jawaban diatas 50% dari semua responden. Ketidaksiapan hanya

terdapat pada 3 indikator terakhir dengan persentase dibawah 15%. Pengukuran

kesiapan pemerintah Desa dilihat dari parameter SDM secara keseluruhan pada

umumnya menyatakan sangat siap dari masing-masing indikator yang diberikan

dengan jawaban yang dominan bagi sangat siap. Sementara untuk ketidaksiapan

dari pemerintah Desa bila dilihat dari indikator yang diberikan, masih terdapat

SDM pemerintah Desa yang belum siap dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan

dalam pelaksanaan anggaran dana Desa. Pengukuran kesiapan pemerintah Desa

dilihat dari parameter pengelolaan laporan keuangan pada umumnya menyatakan

sangat siap bila dilihat dari persentase jawaban yang diberikan oleh responden

yaitu rata-rata 50% dari semua responden. Sementara dari segi ketidaksiapan,

responden yang tidak siap berada pada indikator keempat dan kelima dengan

persentase masing-masing 15%. Dari parameter yang terakhir yaitu anggaran

pendapatan dan belanja Desa, dapat dilihat kesiapan pemerintah Desa dari respon

yang diberikan terhadap indikator-indikator yang diberikan. Pada umumnya

(40)

2014 dengan rata-rata persentase jawaban sebesar 55%. Untuk ketidaksiapan

hanya terdapat pada indikator yang pertama dan kelima masing-masing

[image:40.595.107.507.201.667.2]

persentasenya sebesar 20% dan 10%.

Tabel 4.11 Distribusi Kesiapan Pemerintah Desa

No Nama Desa

Kesiapan Pemerintah Desa Komitmen Sumber

Daya Manusia Pengelolaa n Laporan Keuangan Perencanaa n Pembangun an Desa

1 Pamatang

Simalungun Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 2 Bongguron

Kariahan Siap Siap Siap Sangat Siap

3 Sihubu Raya Siap Siap Siap Siap

4 Janggir Leto Sangat Siap Cukup Siap Cukup Siap Siap 5 Sinar Naga

Mariah Siap Siap Siap Siap

6 Sihapalan Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap

7 Silimakuta

Barat Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 8 Purba Dolok Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 9 Kebun Sayur Sangat Siap Cukup Siap Sangat Siap Sangat Siap 10 Marjandi Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 11 Rambung

Merah Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 12 Totap Majawa Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 13 Marubun Jaya Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap

14 Dame Raya Siap Cukup Siap Siap Siap

15 Ujung Saribu Siap Siap Siap Sangat Siap

16 Naga Saribu Cukup Siap Tidak Siap Siap Siap

17 Saran Padang Siap Cukup Siap Siap Siap

18 Sibangun

Mariah Sangat Siap Siap Sangat Siap Sangat Siap

19 Saribu Jandi Cukup Siap Tidak Siap Siap Siap

20 Naga Bosar Cukup Siap Tidak Siap Siap Siap

Sumber : Data diolah

Hasil yang ada sehubungan permasalahan-permasalahan maupun

keluhan-keluhan yang dihadapi oleh pemerintah Desa dalam pelaksanaan PP nomor 60

(41)

a. Anggaran dana Desa yang diterima dari pemerintah pusat tidak dapat

dipergunakan untuk operasional pemerintah Desa;

b. Anggaran dana Desa yang diterima tidak dapat dipergunakan untuk

kesejahteraan pemerintah Desa;

c. Masyarakat Desa masih kurang puas terhadap pembangunan yang dilakukan

oleh pemerintah Desa yang dimana hal tersebut terjadi akibat kurangnya

pemahaman dari masyarakat itu sendiri;

d. Terdapatnya potongan dana yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten

terhadap dana yang akan diterima oleh pemerintah Desa;

e. Peraturan pelaksanaan dana Desa dari pemerintah Kabupaten datang setelah

pembangunan dilaksanakan oleh pemerintah Desa;

f. Masih terdapat keterlambatan dalam pencairan dana Desa; dan

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini menguji bagaimana kesiapan dari pemerintah Desa dalam

pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 tentang anggaran dana Desa yang

bersumber dari pemerintah pusat. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20

Nagori (Desa) yang tersebar di beberapa kecamatan yang berada di kabupaten

Simalungun. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesiapan pemerintah Desa dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 yang

diukur dengan parameter komitmen, SDM, pengelolaan laporan keuangan dan

perencanaan pembangunan dapat disimpulkan bahwa pemerintah Desa di

kabupaten Simalungun dilihat dari parameter komitmen, pengelolaan keuangan

Desa dan perencanaan pembangunan adalah sangat siap dan dari parameter

SDM adalah siap.

2. Dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014, pemerintah Desa dikabupaten

Simalungun memiliki keluhan-keluhan maupun permasalahan yang datang dari

eksternal pemerintah Desa tersebut antara lain: tidak adanya dana operasional

bagi pemerintah Desa dalam pelaksanaan pembangunan Desa yang bersumber

dari dana Desa tersebut; tidak adanya alokasi dana untuk kesejahteraan

pemerintah Desa; masyarakat Desa yang belum sepenuhnya mendukung

pemerintah Desa dalam pembangunan Desa; keterlambatan pengesahan

peraturan pelaksanaan dana Desa dari pemerintah Kabupaten; adanya

keterlambatan pencairan dana Desa serta ketidakkonsistenan jumlah dana yang

(43)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan diatas, beberapa saran dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat diharapkan mampu mengevaluasi dari setiap pelaksanaan

program yang telah berjalan dalam satu tahun untuk menggali kendala-kendala

yang dihadapi oleh pemerintah Desa disetiap Desa dalam pelaksanaan PP

nomor 60 tahun 2014 tersebut karena pada kenyataannya masih terdapat

keluhan-keluhan dan kendala yang dihadapi pemerintah Desa. Selain itu

pemerintah pusat perlu meninjau kesesuaian pelaksanaan dana Desa dari apa

yang telah diatur dalam PP nomor 60 tahun 2014 tersebut dengan apa yang

terjadi dilapangan agar PP nomor 60 tersebut benar-benar efektif dan efisien

untuk mewujudkan pembangunan nasional.

2. Bagi Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah kabupaten Simalungun diharapkan mampu mendukung

kelancaran pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 ini sebagai wujud dukungan

dalam pembangunan nasional dengan menciptakan birokrasi yang bersih dan

tidak menjadi suatu ancaman bagi pemerintahan Desa terkait pencairan dana

Desa dari rekening kas daerah ke rekening kas Desa. Pemerintah daerah

tentunya juga dapat membantu pemerintah Desa untuk menjawab setiap

keluhan-keluhan yang dihadapi dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 ini

(44)

3. Bagi Pemerintah Desa

Bagi pemerintah Desa diharapkan lebih mampu memahami apa yang menjadi

tujuan dari pemerintah pusat dalam program pembangunan nasional dari

desa-desa agar pembangunan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan dan

berjalan secara efektif dan efisien. Pemerintah desa tentunya menjadi ujung

tombak dari program pemerintah ini yang menjadi penentu keberhasilan

pembangunan desa-desa di Indonesia secara umumnya sehingga perlu adanya

kesiapan dan perlu adanya keseriusan bagi pemerintah Desa untuk

melaksanakannya.

4. Bagi Masyarakat

Masyarakat seharusnya turut mengambil andil dalam rangka pembangunan

yang dilaksanakan di Desanya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memberi

dukungan dan kepercayaan bagi pemerintah Desa yang menjadi motor dalam

pembangunan ini. Masyarakat juga tentunya dapat melakukan pengawasan

terhadap kinerja pemerintah Desa dan memberikan masukan-masukan yang

positif demi mewujudkan masyarakat madani,, terciptanya good governance

dan mengembangkan model pembangunan berkeadilan yang seluruhnya

bermuara pada terciptanya kesejahteraan masyarakat.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya disarankan agar mengambil sampel kabupaten dan kota

yang berbeda diluar kabupaten Simalungun. Hal ini dimaksudkan agar dapat

membandingkan bagaimana kesiapan dari pemerintah Desa di kabupaten/kota

yang lainnya. Diharapkan juga setelah program pemerintah ini berjalan

beberapa tahun kedepan, adanya peneliti yang meneliti bagaimana

(45)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Desa

Kata “desa” sendiri berasal dari bahasa India yakni “swadesi” yang berarti

tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu

kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas

(Soetardjo, 1984:15, Yuliati, 2003:24). Sesuai batasan definisi tersebut, maka di

Indonesia dapat ditemui banyak kesatuan masyarakat dengan peristilahannya

masing-masing seperti Dusun dan Marga bagi masyarakat Sumatera Selatan, Dati

di Maluku, Nagari di Minang, Wanua di Minahasa dan Nagori di Simalungun

sendiri. Pada daerah lain masyarakat setingkat desa juga memiliki berbagai istilah

dan keunikan sendiri baik mata pencaharian maupun adat istiadatnya.

Menurut defenisi umum, desa adalah sebuah aglomerasi permukiman di

wilayah perdesaan (Hardjatno, 2007). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian

wilayah administrative di bawah Kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa.

Menurut Poerwadarminta (1976) Desa adalah sekelompok rumah di luar kota

yang merupakan kesatuan, kampong (di luar kota) dusun atauudik (dalam arti

daerah pedalaman sebagai lawan dari kota). Beradasarkan Undang-Undang nomor

32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, di mana Desa atau yang disebut

dengan nama lain (selanjutnya disebut desa), adalah kesatuan masyarakat hukum

(46)

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan

masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui

dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa adalah sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan,

kampong (di luar kota); dusun atau udik (dalam arti daerah pedalaman sebagai

lawan dari kota) (Poerwadarminta, 1976). Desa merupakan suatu daerah hukum

yang merupakan wilayah masyarakat hukum terbentuk atas dasar ikatan tertentu,

antara lain: (1) bentuk genealogis, (2) bentuk “teritorial” dan (3) bentuk campuran

keduanya.

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama

lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan desa. Pengakuan Desa dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945

pasal 18B ayat 1 dan 2, serta dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah nomor

32 tahun 2004, di mana Desa atau yang disebut dengan nama lain (selanjutnya

disebut desa), adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal

(47)

tentang Desa dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa.

2.1.2. Karakteristik Desa

Di Indonesia, wilayah yang disebut desa seharusnya dilihat dalam tahapan

yang tidak sama. Masyarakat yang telah mulai menetap juga memiliki

karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, antara Jawa dengan

luar Jawa, antara desa dekat kota dengan desa yang jauh dari kota, antara wilayah

dataran tinggi dengan dataran rendah, demikian pula antara pantai dan pedalaman.

Di Indonesia kelihatannya belum ada kajian mendalam tentang hal ini. Secara

umum masyarakat yang telah mulai menetap yang disebut dengan desa, istilah

sebutannya sangat beragam di berbagai suku bangsa. Di Jawa disebut desa, di

Aceh disebut Gapong, di Papua disebut kampong dan masih banyak berbagai

istilah tentangnya. Sangatlah penting mengklasifikasikan penduduk yang telah

mulai menetap. Kalau digolongkan menurut sistem produksinya, ada penduduk

desa yang digolongkan dengan desa subsistensi. Sistem produksi yang

dikembangkan adalah berproduksi untuk kepentingan hidup diri mereka sendiri

dan pemenuhan penduduk desa itu sendiri. Kebudayaan produksi bukan

mengubah alam akan tetapi mengadaptasi alam. Artinya apa yang di dalam alam

sekitarnya itulah sumber kehidupan mereka. Karakter sistem sosialnya bersifat

komunal. Ikatan antar hubungan personal dan pemilikan diatur atas dasar

(48)

belum mengenal ekonomi uang, aktivitas ekonominya dilakukan dengan cara

barter (Susetiawan, 2010).

Desa merupakan bentukan dan pengembangan konsep asli bangsa

Indonesia, meskipun ada kemiripan dengan desa di India yang bernuansa Hindu.

Kehidupan masyarakat desa terikat pada nilai-nilai budaya asli yang sudah

diwariskan secara turun menurun dan melalui proses adaptasi yang sangat panjang

dari interaksi intensif dengan perubahan lingkungan biofisik masyarakat. Kearifan

lokal merupakan salah satu aspek karakteristik masyarakat, yang terbentuk

melalui proses adaptasi yang kondusif bagi kehidupan masyarakat, sehingga

nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seyogianya dipahami sebagai dasar dalam

pembangunan pertanian dan pedesaan (Sumardjo,2010). Kondisi masyarakat

perdesaan di Indonesia pada saat ini sangat beragam, mulai dari perilaku

berladang berpindah, bertani menetap, desa industri, desa dengan mata

pencaharian dominan sektor jasa sampai desa yang dengan fasilitas modern (semi

urban dan urban) dapat ditemukan di wilayah Indonesia di era milenium ini. Pada

tahun 1952 (Hadikoesoemo, 1965) terkait dengan desa terungkap bahwa

norma-norma daerah hukum masyarakat itu menurut hukum adat: (1) berhak mempunyai

wilayah sendiri yang ditentukan oleh batas-batas yang sah, (2) berhak mengurus

dan mengatur pemerintahan dan rumah tangganya sendiri, (3) berhak mengangkat

pimpinan atau majelis pemerintahannya sendiri, (4) berhak memiliki harta benda

dan sumber keuangannya sendiri, (5) berhak atas tanahnya

sendiri, (6) berhak memungut pajak sendiri. Atas dasar prinsip-prinsip tersebut

(49)

nusantara ini. Di Sumatera Barat misalnya, ada nagari yang mempunyai tata

aturan adat yang khas, demikian juga di tempat lain. Desa mengandung sejumlah

kearifan-kearifan lokal (local wisdom) yang apabila dicermati nilai yang

terkandung dalam kearifan tersebut maka dapat menjadi suatu kekuatan untuk

beradaptasi dengan lingkungan dimana suatu masyarakat berdomisili di suatu

wilayah desa. Kearifan tersebut dapat dicermati dari aturan-aturan, norma, tata

krama/ tata susila, bahasa, kelembagaan, nama dan gelaran, teknologi yang

digunakan (konstruksi rumah, tata letak rumah, teknik irigasi, teknik pengolahan

tanah dan peralatannya, teknik membuat jalan/ jembatan, teknik perahu dan

sebagainya). Sekiranya nilai (value) yang terkandung di dalam aspek-aspek

tersebut diperhatikan dalam pengembangan teknologi di era odern ini, meski

menggunakan bahan yang mungkin berbeda, maka keserasian lingkungan dan

daya adaptasi tampaknya menjadi tetap tinggi. Infrastruktur itu alat penting bagi

kemajuan perkembangan masyarakat desa, namun masyarakat paham arti

pentingnya infrastruktur itu jauh lebih penting sebab orang akan bertindak dengan

alat yang dimilikinya karena mereka mengetahui arti pentingnya alat yang

dipunyai. Meskipun infrastuktur perdesaan banyak ditemui di desa, pertanyaannya

apakah infrastuktur yang ada telah dipahami arti pentingnya bagi kehidupan

masyarakat perdesaan. Data statistik tentangnya seperti jalan desa, gedung SD,

Polindes (Poliklinik Desa), kantor pemerintah desa, kendaraan umum dan

infrastuktur lainnya, dapat ditemukan dengan mudah. Jika dilihat dari jumlah yang

ada maka penyebaran infrastuktur tidak merata antardesa di Jawa, apalagi

(50)

ada dan menyebarkan secara merata tentang pengadaannya, akan tetapi perlu

analisis infrastuktur mana yang paling penting bagi desa dengan tipologi tertentu,

seberapa besar jumlah yang harus dibutuhkan (Susetiawan,2010).

Infrastuktur pendidikan perdesaan seperti gedung SD harus menjadi

perhatian utama. Kurangnya gedung SD dan bilamanapun ada, kualitas bangunan

yang ada sangat buruk mudah rusak bahkan ambruk. Dalam waktu yang singkat

barangkali Jawa tidak banyak membutuhkan infrastuktur itu, akan tetapi

bagaimana pemeliharaan infrastuktur tersebut. Luar Jawa keadaanya tidak hanya

pada pengadaan infrastuktur bangunan gedung sekolah akan tetapi tenaga

pengajar akan siap melayani pendidikan di pelosok desa pedalaman jauh lebih

penting untuk diperhatikan. Kesehatan dan Gizi masyarakat harus dilihat pada

tipologi desa macam apa. Desa menetap dan berbudidaya di mana penduduk nya

kreatif, ada pertanian yang maju dan ada industri perdesaan yang berkembang,

mereka tidak kesulitan untuk memenuhi gizi. Bagi masyarakat yang telah

memiliki pengetahuan pemenuhan gizi tidak menjadi problematik. Ini terutama

dapat dilihat di desa di Jawa. Desa lain yang berada di luar Jawa juga tidak bisa

dilihat secara kuantitatif semata akan tetapi juga harus dilihat dari sifat kualitatif

penyelenggaraan kesehatan dan gizi. Keadaan seperti itu perlu dilihat lebih teliti

desa mana yang mengalami tingkat kesehatan rendah dan kekurangan gizi. Bagi

masyarakat desa yang telah menetap lama sebagai masyarakat desa persoalan ini

sudah tidak menjadi persoalan serius. Karakteristik wilayah perdesaan sangat

berbeda tipologinya baik karakteristik sosial budaya, keadaan infrasturkur yang

(51)

karakteristik kondisi kemiskinannya. Tipologi desa seharusnya

mempertimbangkan keadaan yang berbeda antar masyarakat di Jawa antara Jawa

dan luar Jawa. Kerumitan tipologi dan karakteristik ini tidak mungkin

digeneralisasikan dalam proses pembangunan. Oleh sebab itu, desentralisasi

menjadi prinsip utama dalam proses pembangunan agar pembangunan lebih cepat

untuk menjawab kebutuhan masyarakat perdesaan (susetiawan, 2010).

2.1.3 Alokasi Dana Desa

Pasal 90 ayat 3 dan 5 undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan

bahwa penyelenggaraan kewenangan desa dapat ditugaskan oleh pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah. Kewenangan desa yang ditugaskan oleh pemerintah

pusat didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara. Sedangkan,

kewenangan desa yang ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran

pendapatan dan belanja daerah. Berdasarkan peraturan diatas jelas bahwa setiap

desa akan mendapatkan anggaran dana desa baik dari pusat maupun daerah yang

menjadi sumber keuangan dan kekayaan desa.

Alokasi Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

Gambar

Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian No
Tabel 4.1 Deskripsi proses pengumpulan data kuisioner Kuisioner yang disebar
Tabel 4.2 Distribusi responden menutur umur
Tabel 4.4 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan No Jenis Kelamin Jumlah (Orang)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana penerimaan teknologi e- commerce pada UMKM kain tenun songket Kota Palembang dengan menggunakan model TAM dan

A PLIKASI G RAF PADA D ESKRIPSI MCL Pada graf sistem lokalisasi ini, simpul yang berbentuk persegi tumpul menunjukkan bahwa sistem sedang berada di suatu state yang

Pembahasan dalam karya ilmiah ini lebih ditekankan pada upaya untuk mencari solusi yang tepat terhadap berbagai masalah yang dihadapi masyarakat-khususnya umat Islam- di

[r]

Pada penulisan ilmiah ini, Penulis menguraikan tentang perancangan ensiklopedia dinosaurus serta teori-teori dasar pemrograman Microsoft Visual Basic yang akan diterapkan

[r]

Data-data yang masuk nantinya akan disimpan secara otomatis di database dengan bantuan Microsoft Access dalam bentuk sebuah tabel, dan tentunya hal ini dilakukan oleh pihak

[r]