LAMPIRAN 1
KUISIONER PENELITIAN
Nama :
Alamat :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Jabatan :
Berilah tanda Check List (√) pada jawaban yang sesuai.
Keterangan:
a. STS : Sangat tidak siap
b. TS : Tidak siap
c. CS : Cukup Siap
d. S : Siap
I. Parameter Komitmen
NO Parameter Komitmen Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pemerintah desa memiliki petunjuk pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat 2 Pemerintah desa memiliki peraturan
pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat 3 Pemerintah desa menggunakan dana
Desa yang diterima sejak pencairan dana Desa
4 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pembangunan sarana dan prasarana Desa
5 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pengembangan potensi ekonomi lokal
6 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan
II. Parameter Kesiapan Sumber Daya Manusia NO Parameter Kesiapan Sumber Daya
Manusia
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pemerintah Desa memiliki struktur pemerintah Desa yang jelas dan diisi oleh perangkat desa
2 Aparatur Desa mampu menyusun APBDesa yang menjadi acuan penyaluran dana Desa
3 Aparatur Desa mampu menyusun laporan realisasi dana Desa dan sesuai dengan waktu yang ditetapkan
4 Pemerintah Desa mampu menyusun RPJM Desa dan RKP Desa
5 Pemerintah desa menyiapkan informasi terkait pelaksanaan
pembangunan Desa bagi masyarakat melalui media informasi yang dimiliki Desa
6 Pemerintah desa mengikuti pembinaan tentang PP Nomor 60 tahun 2014
III. Parameter Pengelolaan Laporan Keuangan NO Parameter Pengelolaan Laporan
Keuangan
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pengelolaaan keuangan desa dilaksanakan sesuai dengan
permendagri nomor 113 tahun 2014 2 Penyusunan dan penyerahan laporan
keuangan desa dilakukan secara tepat waktu
3 Dalam laporan keuangan Desa tidak terdapat dana SILPA >30% yang merupakan suatu indikasi penggunaan dana Desa belum
sepenuhnya dilaksanakan dengan baik 4 Penyusunan laporan keuangan Desa
dilakukan dengan menggunakan pendekatan akuntansi
IV Parameter Kesiapan Perencanaan Pembangunan Desa NO Parameter Kesiapan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Penyusunan APB Desa dilaksanakan tanpa tenaga pendamping/
dilaksanakan secara mandiri
2 Penyusunan APB Desa dilaksanakan dengan memperhatikan potensi dan kebutuhan Desa
3 Perencanaan pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa
4 Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan dengan
menyelanggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara partisipatif
5 RPJM Desa disusun dengan mengacu pada RPJM Kabupaten
LAMPIRAN 2
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,909 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Komitmen 24,30 16,853 ,597 ,910
Komitmen 26,35 16,134 ,774 ,898
Komitmen 24,55 13,945 ,911 ,875
Komitmen 24,25 16,197 ,795 ,897
Komitmen 24,75 12,197 ,813 ,891
Komitmen 24,80 11,853 ,839 ,889
Komitmen 24,40 14,989 ,679 ,900
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,627
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 135,909
df 21
Communalities
Initial Extraction
Komitmen 1,000 ,522
Komitmen 1,000 ,736
Komitmen 1,000 ,848
Komitmen 1,000 ,690
Komitmen 1,000 ,742
Komitmen 1,000 ,782
Komitmen 1,000 ,594
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings
Total
% of
Variance Cumulative % Total % of Variance
Cumulative
%
1 4,913 70,191 70,191 4,913 70,191 70,191
2 ,975 13,925 84,116
3 ,578 8,251 92,367
4 ,266 3,797 96,164
5 ,185 2,646 98,809
6 ,061 ,867 99,677
7 ,023 ,323 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
Komitmen ,722
Komitmen ,858
Komitmen ,921
Komitmen ,831
Komitmen ,861
Komitmen ,884
Komitmen ,770
Extraction Method: Principal
a. 1 components extracted.
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,890 7
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
SDM 24,25 27,461 ,509 ,894
SDM 25,00 21,053 ,840 ,853
SDM 24,85 22,134 ,779 ,862
SDM 24,95 21,629 ,750 ,866
SDM 24,85 23,082 ,669 ,876
SDM 24,60 24,674 ,642 ,880
SDM 24,90 21,989 ,656 ,880
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,690
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 122,321
df 21
Communalities
Initial Extraction
SDM 1,000 ,765
SDM 1,000 ,949
SDM 1,000 ,955
SDM 1,000 ,901
SDM 1,000 ,815
SDM 1,000 ,661
SDM 1,000 ,602
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared
Loadings
Total % of Variance Cumulative % Total
% of
Variance
Cumulative
%
1 4,279 61,128 61,128 4,279 61,128 61,128
2 1,369 19,556 80,684 1,369 19,556 80,684
3 ,722 10,313 90,998
4 ,322 4,596 95,593
5 ,202 2,886 98,479
6 ,088 1,261 99,740
7 ,018 ,260 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1 2
SDM ,610 ,627
SDM ,897 -,381
SDM ,839 -,501
SDM ,834 -,454
SDM ,763 ,483
SDM ,750 ,315
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
a. 2 components extracted.
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
,878 5
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
Laporan Keu 17,20 8,589 ,629 ,873
Laporan Keu 17,15 7,818 ,884 ,828
Laporan Keu 17,20 7,747 ,913 ,823
Laporan Keu 17,50 6,053 ,736 ,861
Laporan Keu 17,55 6,682 ,656 ,877
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy. ,761
Bartlett's Test of
Sphericity
Approx. Chi-Square 79,78
4
df 10
Communalities
Initial Extraction
Laporan Keu 1,000 ,526
Laporan Keu 1,000 ,873
Laporan Keu 1,000 ,910
Laporan Keu 1,000 ,737
Laporan Keu 1,000 ,646
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared
Loadings
Total
% of
Variance
Cumulative
% Total
% of
Variance
Cumulative
%
1 3,693 73,856 73,856 3,693 73,856 73,856
2 ,730 14,598 88,454
3 ,398 7,954 96,408
4 ,115 2,308 98,716
5 ,064 1,284 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Compone
nt
1
Laporan Keu ,726
Laporan Keu ,935
Laporan Keu ,954
Laporan Keu ,859
Laporan Keu ,804
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
a. 1 components
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0 Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of
Items
,845 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
APBDES 23,00 6,421 ,616 ,853
APBDES 22,30 9,274 ,681 ,825
APBDES 22,35 8,871 ,793 ,809
APBDES 22,35 8,766 ,836 ,804
APBDES 22,80 6,905 ,580 ,851
APBDES 22,45 8,366 ,927 ,787
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,685
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 123,999
df 15
Sig. ,000
Communalities
Initial Extraction
APBDES 1,000 ,568
APBDES 1,000 ,680
APBDES 1,000 ,762
APBDES 1,000 ,854
APBDES 1,000 ,515
Extraction Method: Principal
Component Analysis.
Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues
Extraction Sums of Squared
Loadings
Total
% of
Variance
Cumulative
% Total
% of
Variance
Cumulative
%
1 4,274 71,241 71,241 4,274 71,241 71,241
2 ,851 14,180 85,422
3 ,488 8,129 93,550
4 ,298 4,969 98,520
5 ,077 1,290 99,810
6 ,011 ,190 100,000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Component Matrixa
Component
1
APBDES ,753
APBDES ,825
APBDES ,873
APBDES ,924
APBDES ,718
APBDES ,946
Extraction Method:
Principal Component
Analysis.
a. 1 components
extracted.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Dwipayana AAGN Ari, dkk. 2003. Membangun Good Governance Didesa. Yogyakarta: IRE Press
Erlina. 2008. Metode Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen, Cetakan pertama. Medan: USU Press
Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analitis Multi Variat Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Greenberg, J and Baron, R.A. 1997. Behavior In Organisations, 6th Edition, New
Jersey, Prentice – Hall International
H. Hadari Nawawi. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang
Kompetitif, Cetakan ke 7. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Hamidi. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: Universitas muhammadiyah Malang
Hasibuan, S.P. Melayu. 2002. Organisasi Dan Motivasi. Jakarta: Pt. Erlangga
Indriantoro dan Supomo, 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Gramedia
Jogiyanto, HM. 2001. Analisis Perancangan Sistem Informasi. Yogyakarta: Andi Offset
Kansil.C.S.T. 1984. Desa Kita Dalam Peraturan Tata Pemerintahan Desa. Jakarta: Ghalia Indonesia
Kartohadikusumo, Soetardjo. 1984. Desa. Yogyakarta: PN Balai Pustaka
Miner, John. B. 1992. Indsutrial Organizational Psychology. Singapore: MC Graw – Hill INC
Muchtar, A.M. 2002. Audit Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan
Praketek Aplikasi Bisnis. Edisi ke-1. Yogyakarta: Andi Offset
Saparin Sumber. 1986. Tata Pemerintahan Dan Administrasi Pemerintahan Desa. Jakarta timur: Ghalia Indonesia
Sjabadhyni, B. Graito & Wutun R.R. 2001. Pengembangan Kualitas SDM Dari
Perspektif Psikologi. Depok: Bagian Psikologi Industri dan organisasi
Fakultas Psikologi UI
Soetrisno Loekman, dkk. 1992. Pembangunan Desa Dan Lembaga Swadaya
Masyarakat. Jakarta : CV Rajawali
Sudjatmiko Budiman, Zakaria Yando. 2014. Desa Kuat Indonesia Hebat. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yusada
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Supriyono, R. A. 2006. Pengaruh Variabel Perantara Komitmen Organisasi dan
Partisipasi Penganggaran Terhadap Hubungan Antara Usia dan Kinerja Manajer di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Universitas
Katolik Indonesia Atma Jaya
Susetiawan. 2010. Pembangunan Perdesaan dalam Rangka Peningkatan
Kesejahteraan Masyarakat. Bogor: Pemikiran Guru Besar Perguruan Tinggi
Badan Hukum Milik Negara IPB Press
Widjaja. A. W. 1996. Pemerintahan Desa Dan Administrasi Desa. Jakarta Utara: PT Raja Grafindo Persada
Widjaja. H. A. W. 2001. Pemerintahan Desa/ Marga Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 1999 Tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Widjaja. H. A. W. 2002. Otonomi Daerah Dan Daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Yarnest. 2003. Panduan Aplikasi Statistic Dengan Menggunakan SPSS 17,00. Malang: Penerbit DIOMA
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Jenis
penelitian desktriptif kualitatif bertujuan untuk mengungkap fakta, keadaan,
fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan
menyuguhkan apa adanya. Dengan demikian diharapkan fenomena tentang
kesiapan pemerintah desa serta kendala - kendala yang dihadapi di daerah dapat
dideskripsikan secara gamblang untuk kemudian dianalisis dan diinterpretasikan
untuk menarik suatu kesimpulan.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah desa – desa yang
tersebar di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Adapun pemilihan desa- desa
di Kabupaten Simalungun tersebut adalah karena Kabupaten Simalungun
merupakan salah satu Kabupaten terluas di Sumatera Utara dengan jumlah desa
sebanyak 388 desa. Dengan jumlah desa besar tersebut, tentu Kabupaten
Simalungun mendapatkan jumlah dana desa yang cukup besar dibandingkan
dengan kabupaten – kabupaten disekelilingnya. Hal tersebut menjadi hal yang
menarik untuk menjadi bahan penelitian ini. Dengan metode yang digunakan,
maka peneliti akan menggunakan data-data yang diambil langsung dari informan
digunakan untuk penelitian ini adalah bulan Juli 2015 dimulai dengan pengajuan
judul dan pengesahan judul hingga penyelesaian dan pengesahan skripsi.
3.3 Batasan Operasional
Batasan operasional adalah penentuan batasan yang lebih menjelaskan
ciri-ciri spesifik yang lebih substantif dari suatu konsep. Alasan peneliti menetapkan
batasan operasional adalah untuk menghindari timbulnya salah pengertian atau
salah tafsir terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian. Tujuan dari batasan
operasional adalah agar peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai
dengan hakikat variabel yang sudah didefenisikankonsepnya, maka peneliti harus
memasukkan proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk
kuantifikasi gejala atau variabel yang akan diteliti. Oleh karena itu, batasan
operasional dalam penelitian ini adalah:
1. Daerah yang menjadi objek penelitian adalah Kabupaten Simalungun
2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kesiapan pemerintah desa
dalam melaksanakan PP Nomor 60 Tahun 2014
3. Variabel independen dalam penelitian ini adalah komitmen (X1), kesiapan
SDM (X2), kesiapan laporan keuangan (X3) dan kesiapan Perencanaan
3.4 Defenisi Operasional
Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
dependen dan variabel independen.
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen sering juga disebut dengan variabel output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering juga disebut sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Prof. Dr. Sugiyono: 2007: 40).
Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah kesiapan pemerintah desa.
3.4.2Variabel Independen
Variabel independen sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor,
antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas.
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnnya variabel dependen (terikat)
(Prof. Dr. Sugiyono: 2007: 39). Dalam penelitian ini, variebel independennya
adalah Komitmen (X1), Kesiapan sumber daya manusia (X2), Kesiapan
pengelolaan laporan keuangan (X3) dan kesiapan Perencanaan Pembangunan
Desa (X4).
a. Komitmen
Menurut Porter et.al dalam Miner, (1992:124), komitmen adalah dukungan
yangkuat dari pimpinan dan bawahan satuan kerja termasuk pemerintah
b. Sumber Daya Manusia
Menurut Hasibuan (2000:3), sumber daya manusia adalah semua manusia
yang terlibat dalam pelaksanaan pembangunan desa. Pelaksanaan
pembangunan desa dengan bantuan anggaran dana desa dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan suatu tugas bagi
pemerintah desa untuk menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan terkait dengan
perhitungan jumlah dana per desa hingga pada pelaporan keuangan desa.
Pelaksanaan pembangunan desa tersebut memerlukan SDM yang
benar-benar mampu dalam menjalanan roda pemerintahan desa serta menguasai
setiap tata pemerintahan desa. Perlu adanya upaya untuk menghindari
terjadinya praktik KKN dalam pelaksanaan pemerintahan desa dengan
menempatkan SDM yang baik agar pelaksanaan program pemerintah pusat
dan desa tersebut dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
c. Pengelolaan Laporan Keuangan
Menurut Permendagri nomor 113 tahun 2014 pengelolaan keuangan Desa
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan Desa.
Penatausahaan keuangan Desa dilakukan oleh bendahara Desa dengan
wajib mencatat semua penerimaan dan pengeluaran dan melakukan tutup
buku setiap akhir tahun. Selain itu bendahara Desa juga wajib
mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban
yang disampaikan kepada Kepala Desa setiap bulannya atau paling lambat
d. Perencanaan Pembangunan Desa
Perencanaan pembangunan desa adalah kumpulan rencana pembangunan
desa baik dalam jangka waktu enam tahun maupun jangka waktu satu
tahun. Rencana pembangunan desa dalam jangka enam tahun disebut
sebagai rencana pembangunan jangka menengah desa dan untuk jangka
waktu satu tahun disebut sebagai rencana pembangunan tahunan desa atau
yang disebut juga rencana kerja pemerintah desa.
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karaterisitik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar
jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karaktertistik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu” (Sugiyono 2007:
90). Populasi dalam penelitian ini adalah desa yang berada di wilayah Kabupaten
Simalugun, Provinsi Sumatera Utara.
Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut”. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
dengan metode simple random sampling, yaitu pengambilan anggota sampel dari
populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi tersebut. Adapun desa-desa yang menjadi sampel dalam penelitian ini
Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian
No Nama Desa
1 Pamatang Simalungun
2 Bongguron Kariahan
3 Sihubu Raya
4 Janggir Leto
5 Sinar Naga Mariah
6 Sihapalan
7 Silimakuta Barat
8 Purba Dolok
9 Kebun Sayur
10 Marjandi
11 Rambung Merah
12 Totap Majawa
13 Marubun Jaya
14 Dame Raya
15 Ujung Saribu
16 Naga Saribu
17 Saran Padang
18 Sibangun Mariah
19 Saribu Jandi
20 Naga Bosar
Sumber: Hasil Olahan Penulis (2015)
3.6 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data
yang diambil langsung dari responden. Dalam penelitian ini, responden yang akan
menjadi sumber informasi adalah pemerintah desa yang dalam hal ini adalah
kepala desa yang masuk dalam anggota sampel.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yakni dengan melakukan
survey lapangan. Survey ini dilakukan secara lebih mendalam dengan cara
digunakan dalam metode survey dalam penelitian ini adalah kuisioner dan
wawancara. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
tanyajawab dengan pihak-pihak terkait yang bertujuan untuk mendalami informasi
yang belum didapat pada studi kepustakaan sedangkan kuisioner adalah suatu
teknik pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak
memerlukan kehadiran peneliti. Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat
dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuisioner. Teknik ini memberikan
tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan.
(Supomo dan Indriantoro 2009).
3.8 Skala Pengukuran
Skala adalah perangkat ukur yang digunakan untuk mengetahui intensitas, arah
atau tingkat dalam sebuah variabel yang berada pada tingkat pengukuran ordinal.
Penelitian ini menggunakan skala likert, yaitu pengukuran yang memungkinkan
responden untuk merangking seberapa kuat mereka siap atau tidak siap terhadap
pernyataan-pernyataan tertentu. Skala ini mempunyai jarak dari sangat positif ke
sangat negatif terhadap obyek sikap tertentu. Skala likert juga diartikan sebagai
cara pengukuran dengan menghadapkan seorang responden dengan sebuah
pernyataan dan kemudian diminta untuk memberikan jawaban.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari penelitian
kemendagri (2012) dimana skala pengukuran kuisioner menggunakan skala:
1 = sangat tidak siap
2 = tidak siap
3 = cukup siap
4 = siap
3.9 Metode Analisis Data 3.9.1 Uji Instrumen Data
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
validitas data diperoleh dari penyebaran kuisioner. Uji validitas dapat dilakukan
dengan menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan ataupun pernyataan
dengan skor total pengamatan (Arikunto, 2006:202).
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana
suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali
atau lebih (Umar 2003:176). Reliabilitas dapat dikatakan menunjukkan
kekonsistenan dari suatu alat pengukur di dalam mengukur gejala yang sama.
Makin kecil kesalahan pengukuran makin reliabel alat pengukur begitu pula
sebaliknya. Pengujian keandalan alat pengukuran dalam penelitian ini
menggunakan reliabilitas menggunakan metode alpha (α). Metode alpha yang
digunakan adalah metode Cronbanch. Menurut Yarnest (2003; 68) instrumen
dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien reliabilitas diatas 0,6.
Setelah menilai alpha, selanjutnya membandingkan nilai tersebut dengan angka
kritis reliabilitas. Instrumen yang dipakai dalam variabel diketahui handal
(reliabel) apabila memiliki Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2002:42).
3.9.2 Analisis Deskripstif Kualitatif
Teknik yang dipakai dalam menganalisis data adalah analisis kualitatif
Indriantoro dan Supomo (2002:26), merupakan penelitian terhadap
masalah-masalah yang berupa fakta saat ini dari suatu populasi.
Penelitian ini menggunakan deskripsi analisis. Metode analisis untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data untuk memberikan
penjelasan lengkap mengenai penelitian. Metode ini untuk memaparkan sesuatu
dengan cara mendiskripsikan, mencatat, menganalisis, dan menginterpretasikan
kondisi yang saat ini terjadi. Metode analisis deskriptif sesuai dengan hakikatnya
adalah data yang telah terkumpul kemudian diseleksi, dikelompokkan, dilakukan
pengkajian, intepretasi dan disimpulkan. Selanjutnya hasil kesimpulan itu
didesripsikan.
Adapun langkah-langkap analisis deskriptif antara lain:
a. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data,
perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di
luar apa yang ingin digali. Berdasarkan hasil kuisioner, peneliti
melakukan pengelompokan atau distribusi tentang karakteristik
responden seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan jabatan.
Selanjutnya juga dilakukan pengelompokan jawaban responden
kesiapan pemerintah desa terhadap anggaran dana desa.
b. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud,
peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Berdasarkan hasil jawaban
alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan
sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
c. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan
suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan
yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan
data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi
dengan subjek. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari
subjek, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar
permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran
mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan
interprestasi secara keseluruhan, dimana didalamnya mencakup
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Pemerintahan Desa Di Kabupaten Simalungun
Pemerintahan Desa/Nagori adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh pemerintah Nagori dan Maujana Nagori dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat
yang diakui dan dihormati dalam sistim Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Penyelenggaraan pemerintahan Desa dilaksanakan oleh pemeritah Desa
dan badan permusyawaratan Desa (BPD/ Maujana Nagori). Pemerintah Desa
adalah organisasi pemerintah Desa yang terdiri dari: Kepala Desa (Pangulu);
tungkat nagori yang terdiri dari Sekretaris Nagori, pembantu Pangulu urusan
teknis dan kepala-kepala dusun; unsur staf yang terdiri dari sekretaris Nagori dan
kepala-kepala urusan. Dalam penyelenggara pemerintahan Nagori, Pangulu
memimpin penyelenggaraan pemerintahan Nagori berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan bersama Maujana Nagori yaitu berkewajiban untuk memberikan
laporan penyelenggaraan pemerintah Nagori kepada Bupati, memberikan laporan
keterangan pertanggungjawaban kepada Maujana Nagori serta meninformasikan
laporan penyelenggaraan pemerintahan Nagori kepada masyarakat.
Maujana Nagori adalah lembaga yang merupakan perwujudan Demokrasi
dalam penyelenggaraan pemerintahan Nagori sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan Nagori. Maujana Nagori berfungsi menetapkan peraturan Nagori
terdiri dari pemangku adat, golongan propesi, pemuka agama dan tokoh pemuka
masyarakat lainnya.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Deskripsi Proses Pengumpulan Data Kuisioner
Pada bab sebelumnya, disampaikan bahwa besarnya sampel yang
digunakan yaitu sebanyak 20 buah kuisioner yang telah disebarkan kepada
masing-masing pemerintah desa dan telah mendapatkan balasannya.
Tabel 4.1 Deskripsi proses pengumpulan data kuisioner Kuisioner yang disebar
Kuisioner yang kembali
Kuisioner valid
Kuisioner yang tidak memenuhi syarat
20
20
20
0
100%
100%
100%
0%
Sumber: Data diolah
Tabel 4.1 menunjukkan penyebaran dan tingkat pengembalian dengan
jumlah kuisioner yang disebar sebanyak 20 kuisioner, yang kemudian dari jumlah
20 kuisioner yang disebar, kembali sebanyak 20 kuisioner atau 100% dan
seluruhnya dianggap memenuhi syarat.
4.2.2 Deskripsi Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan pemerintah Desa di
a. Usia
Karakteristik pemerintah Desa dilihat dari Usia disajikan dalam tabel
berikut.
Tabel 4.2 Distribusi responden menutur umur
No Umur Jumlah (Orang) Persentase
1 <40 Tahun 3 15%
2 40 – 50 11 55%
3 > 50 Tahun 6 30%
JUMLAH 20 100%
Sumber : Data diolah
Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki umur
antara 40-50 tahun yakni sebesar 11 orang dengan persentase sebesar 55%. Hal ini
menunjukkan umumnya pemerintah desa khususnya kepala Desa di kabupaten
Simalungun merupakan kepala Desa golongan tua dan masih mampu terlibat
dalam urusan pemerintahan Desa.
b. Jenis Kelamin
Karakteristik pemerintah Desa dilihat dari jenis kelamin dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 4.3 Distribusi responden menurut jenis kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase
1 Laki-laki 18 90%
2 Perempuan 2 10%
JUMLAH 20 100%
Sumber : Data diolah
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar jenis kelamin pemerintah
sebesar 90% dari jumlah keseluruhan responden. Sedangkan jenis kelamin
perempuan hanya sebanyak 2 orang atau sebesar 10%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa posisi kepala Desa dominan dipegang oleh laki-laki.
c. Tingkat Pendidikan
Aspek pendidikan sangat penting bagi keberlangsungan suatu
pemerintahan agar dapat berjalan secara efektif dan efisien. Bila dilihat dari
tingkat pendidikan, Karakteristik pemerintah Desa di kabupaten Simalungun
dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.4 Distribusi responden menurut tingkat pendidikan
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase
1 SMP 1 5%
2 SMA 13 65%
3 Diploma 2 10%
4 Sarjana 4 20%
JUMLAH 20 100%
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui bahwa pendidikan pemerintah Desa
khususnya kepala Desa masih dominan lulusan SMA yaitu sebanyak 13 orang
atau sebesar 65%. Pendidikan sarjana sebanyak 4 orang atau sebesar 20% dari
jumlah seluruh responden. Pendidikan diploma sebanyak 2 orang atau sebesar
10% dan juga masih terdapat juga kepala Desa yang merupakan tamatan SMP
4.2.3 Hasil Uji Instrumen Data
a. Uji validitas
[image:30.595.106.548.304.742.2]Uji validitas adalah alat ukur kebenaran suatu penelitian. Sebuah penelitian dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur serta dapat mengungkapkan data dan variabel yang akan diteliti secara tepat. Kriteria validitas dalam penelitian ini dengan analisis faktor (Confimatory Factor Anaysis) yaitu dikatakan valid jika nilai KMO > 0,5 dan Barlett’s Test dengan signifikansi < 0,05. Hasil validitas ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas Data
NO Variabel Nilai KMO Loading factor Barletts test Keterangan 1
X11
0,627
0,722 0,000 Valid
X12 0,858 0,000 Valid
X13 0,921 0,000 Valid
X14 0,831 0,000 Valid
X15 0,861 0,000 Valid
X16 0,884 0,000 Valid
X17 0,770 0,000 Valid
2
X21
0,690
0,610 0,000 Valid
X22 0,897 0,000 Valid
X23 0,839 0,000 Valid
X24 0,834 0,000 Valid
X25 0,763 0,000 Valid
X26 0,750 0,000 Valid
X27 0,748 0,000 Valid
3
X31
0,761
0,726 0,000 Valid
X32 0,935 0,000 Valid
X33 0,954 0,000 Valid
X34 0,859 0,000 Valid
X35 0,804 0,000 Valid
4
X41
0,685
0,753 0,000 Valid
X42 0,825 0,000 Valid
X43 0,873 0,000 Valid
X44 0,924 0,000 Valid
X45 0,718 0,000 Valid
X46 0,946 0,000 Valid
Berdasarkan hasil perhitungan nilai KMO menyatakan nilai KMO > 0,5
dan barlett’s test < 0,05. Sedangkan kriteria valid per indikator menunjukkan nilai
loading factor > 0,5. Dengan demikian setiap item pertanyaan pada kuisioner
memiliki konsistensi internal dan dinyatakan valid.
b. Uji Relibialitas
Untuk menguji relibialitas dilakukan dengan cara mencari angka
relibialitas dari butir-butir pertanyaan masing-masing dalam kuisioner dengan
menggunakan rumus standardized item alpha. Setelah digunakan item α,
selanjutnya membandingkan item tersebut dengan angka kritis relibialitas dapat
ditentukan sebesar 0,60. Sehingga dapat dikatakan reliabel jika nilai α lebih besar
dari angka kritis reliabelitas. Nilai yang dihasilkan merupakan nilai reliabilitas
variabel penelitian. Hasil pengujian reliabilitas terhadap parameter komitmen
(X1), SDM (X2), pengelolaan keuangan (X3) dan Anggaran pendapatan dan
[image:31.595.108.494.525.620.2]belanja desa (X4) ditunjukkan Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Relibialitas Instrumen Penelitian
No Variabel Nilai α Relibialitas Keterangan
1 X1 0,60 0,909 Reliabel
2 X2 0,60 0,890 Reliabel
3 X3 0,60 0,878 Reliabel
4 X4 0,60 0,845 Reliabel
Sumber : Lampiran 2
Berdasarkan tabel 4.6 terlihat bahwa semua nilai relibialitas lebih besar
dari nilai kritis α, sehingga semua pertanyaan dalam satu variabel dapat dipercaya
4.2.4 Hasil Analisis Data
Hasil penililaian kesiapan Pemerintah Desa di Kabupaten Simalungun
dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 dengan melihat indikator:
Komitmen, SDM, pengelolaan laporan keuangan, anggaran pendapatan dan
belanja Desa dijelaskan tabel 4.7 berikut.
a. Parameter Komitmen
Kesiapan pemerintah Desa yang diukur dengan komitmen dapat dilihat
[image:32.595.112.513.340.683.2]dari tabel berikut.
Tabel 4.7 Hasil penilaian parameter komitmen
NO Parameter Komitmen Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pemerintah desa memiliki petunjuk pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat
- - - 40% 60%
2 Pemerintah desa memiliki peraturan pelaksanaan anggaran dana desa yang bersumber dari pemerintah pusat
- - - 45% 55%
3 Pemerintah desa menggunakan dana Desa yang diterima sejak pencairan dana Desa
- - 15% 35% 50%
4 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pembangunan sarana dan prasarana Desa
- - - 35% 65%
5 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pengembangan potensi ekonomi lokal
- 15% 5% 30% 50%
6 Pemerintah desa menggunakan dana Desa untuk pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan
- 15% 10% 25% 50%
7 Pemerintah desa menyampaikan laporan realisasi penggunaan dana Desa secara tepat waktu
- 5% - 35% 60%
Berdasarkan tabel 4.7 tentang penilaian kesiapan pemerintah Desa dari
segi komitmen, dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang diberikan dari
masing-masing indikator. Dari indikator memiliki petunjuk pelaksanaan anggaran dana
Desa, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 12 orang dan 8 orang
menjawab siap. Penilaian dari indikator memiliki peraturan pelaksanaan anggaran
dana Desa, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 11 orang dan 9
orang menjawab siap. Dari indikator menggunakan dana Desa sejak pencairan
dana Desa, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap 7
orang dan menyatakan cukup siap sebanyak 3 orang. Dari indikator penggunaan
dana Desa untuk pembangunan sarana dan prasarana Desa, responden tersebar
menjawab sangat siap sebanyak 13 orang dan siap sebanyak 7 orang. Dari
indikator penggunaan dana Desa untuk pengembangan potensi ekonomi lokal,
responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 6
orang, cukup siap 1 orang serta tidak siap sebanyak 2 orang. Dari indikator
penggunaan dana Desa untuk pemanfaatan sumber daya alam secara
berkelanjutan, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap
sebanyak 5 orang, cukup siap sebanyak 2 orang dan tidak siap sebanyak 3 orang.
Dari indikator yang terakhir dari parameter komitmen yaitu penyaampaian laporan
realisasi penggunaan dana Desa secara tepat waktu, responden terbesar menjawab
12 orang, siap sebanyak 7 orang dan tidak siap sebanyak 1 orang.
b. Parameter Sumber Daya Manusia
Kesiapan pemerintah Desa yang diukur dengan kesiapan sumber daya
Tabel 4.8 Hasil Penilaian parameter sumber daya manusia
NO Parameter Kesiapan Sumber Daya Manusia
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pemerintah Desa memiliki struktur pemerintah Desa yang jelas dan diisi oleh perangkat desa
- - 5% 25% 70%
2 Aparatur Desa mampu menyusun APBDesa yang menjadi acuan penyaluran dana Desa
- 15% 20% 25% 40%
3 Aparatur Desa mampu menyusun laporan realisasi dana Desa dan sesuai dengan waktu yang ditetapkan
- 15% 5% 40% 40%
4 Pemerintah Desa mampu menyusun RPJM Desa dan RKP Desa
- 20% 5% 35% 40%
5 Pemerintah desa menyiapkan informasi terkait pelaksanaan
pembangunan Desa bagi masyarakat melalui media informasi yang dimiliki Desa
- 10% 20% 25% 45%
6 Pemerintah desa mengikuti pembinaan tentang PP Nomor 60 tahun 2014
- 5% 10% 35% 50%
7 Pemerintah desa mendapatkan pendampingan dana Desa
- 20% 10% 20% 50%
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.8 tentang penilaian kesiapan pemerintah Desa ditinjau
dari kesiapan sumber daya manusia dapat dilihat dari jawaban-jawaban yang
diberikan oleh para responden dari masing-masing indikator yang disiapkan. Dari
indikator memiliki struktur pemerintah Desa, responden terbesar menjawab sangat
siap yaitu sebanyak 14 orang dan cukup siap yaitu sebanyak 1 orang. Dari
indikator kemampuan menyusun APBDesa, responden terbesar menjawab sangat
siap yaitu sebanyak 8 orang dan terkecil tidak siap sebanyak 3 orang. Dari
indikator berikutnya yaitu kemampuan penyusunan laporan realisasi dana Desa,
responden terbesar menjawab sangat siap dan siap masing-masing sebanyak 8
sebanyak 3 orang. Dari indikator kemampuan menyusun RPJMDesa dan RKP
Desa, responden terbesar menjawab sangat siap yaitu sebanyak 8 orang, siap 7
orang, cukup siap 1 orang dan tidak siap sebanyak 4 orang. Dari indikator
kesiapan informasi terkait pelaksanaan pembangunan Desa, responden terbesar
menjawab sangat siap yaitu sebanyak 9 orang, siap 5 orang, cukup siap 4 orang
dan tidak siap sebanyak 2 orang. Dari indikator mengikuti pembinaan PP Nomor
60 tahun 2014, responden menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap
sebanyak 7 orang, cukup siap 2 orang dan tidak siap sebanyak 1 orang. Indikator
yang terakhir dari parameter kesiapan sumber daya manusia ini yaitu
mendapatkan pendamping dana desa, responden menjawab sangat siap sebanyak
10 orang, siap sebanyak 4 orang, cukup siap sebanyak 2 orang dan tidak siap
sebanyak 4 orang.
c. Parameter Pengelolaan Laporan Keuangan
Kesiapan pemerintah Desa yang diukur dengan kesiapan pengelolaan
Tabel 4.9 Hasil penilaian parameter pengelolaan laporan keuangan
NO Parameter Pengelolaan Laporan Keuangan
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Pengelolaaan keuangan desa dilaksanakan sesuai dengan
permendagri nomor 113 tahun 2014
- - 5% 45% 50%
2 Penyusunan dan penyerahan laporan keuangan desa dilakukan secara tepat waktu
- - 5% 40% 55%
3 Dalam laporan keuangan Desa tidak terdapat dana SILPA >30% yang merupakan suatu indikasi penggunaan dana Desa belum
sepenuhnya dilaksanakan dengan baik
- - 5% 45% 50%
4 Penyusunan laporan keuangan Desa dilakukan dengan menggunakan pendekatan akuntansi
- 15% 5% 30% 50%
5 Laporan keuangan Desa dapat diakses oleh masyarakat melalui media internet atau media informasi Desa sebagai wujud transparansi keuangan Desa
- 15% - 45% 40%
Sumber : Data diolah
Kesiapan pemerintah Desa juga diukur dari segi kesiapan dalam
pengelolaan laporan keuangan Desa. Kesiapan pemerintah Desa dalam mengelola
laporan keuangan ini dapat dilihat dari tabel 4.9 diatas. Dari indikator yang
pertama yaitu pengelolaan keuangan Desa dilakukan sesuai dengan permendagri
nomor 113 tahun 2014, responden terbesar menjawab sangat siap sebanyak 10
orang, siap sebanyak 9 orang dan cukup siap sebanyak 1 orang. Dari indikator
yang kedua yaitu penyusunan dan penyerahan laporan keuangan dilakukan secara
tepat waktu, responden menjawab sangat siap sebanyak 11 orang, siap sebanyak 8
orang, dan cukup siap sebanyak 1 orang. Dari indikator yang ketiga yaitu tidak
terdapatnya dana SILPA > 30%, responden menjawab sangat siap 10 orang, siap
yaitu penyusunan laporan keuangan dilakukan dengan menggunakan pendekatana
akuntansi, responden menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 6
orang, cukup siap sebanyak 1 orang dan tidak siap sebanyak 3 orang. Dari
indikator yang terakhir dari parameter SDM ini yaitu ketersediaan media
informasi untuk laporan keuangan agar dapat diakses oleh masyarakat, responden
menjawab sangat siap sebanyak 8 orang, siap sebanyak 9 orang dan tidak siap
sebanyak 3 orang.
d. Parameter Perencanaan Pembangunan Desa
Kesiapan Pemerintah Desa yang diukur dari kesiapan perencanaan
[image:37.595.114.512.390.745.2]pembangunan Desa dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.10 Hasil penilaian parameter perencanaan pembangunan desa
NO Parameter Kesiapan Perencanaan Pembangunan Desa
Alternatif Jawaban
STS TS CS S SS
1 Penyusunan APB Desa dilaksanakan tanpa tenaga pendamping/
dilaksanakan secara mandiri
- 20% 10% 20% 50%
2 Penyusunan APB Desa dilaksanakan dengan memperhatikan potensi dan kebutuhan Desa
- - - 25% 75%
3 Perencanaan pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah Desa
- - - 30% 70%
4 Penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan dengan
menyelanggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara partisipatif
- - - 30% 70%
5 RPJM Desa disusun dengan mengacu pada RPJM Kabupaten
- 10% 15% 15% 60%
6 RKP Desa disusun sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah kabupaten yang berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana kegiatan pemerintah daerah provinsi maupun pemerintah kabupaten.
- - - 40% 60%
Penilaian kesiapan pemerintah Desa dari parameter anggaran pendapatan
dan belanja Desa dapat ditunjukkan dari tabel 4.10 diatas. Dari jawaban-jawaban
yang diberikan oleh responden dari masing-masing indikator menunjukkan
bagaimana tingkat kesiapan dari pemerintah Desa tersebut. Dari indikator yang
pertama yaitu penyusunan APBDesa dilakukan tanpa tenaga pendamping,
responden menjawab sangat siap sebanyak 10 orang, siap sebanyak 4 orang,
cukup siap sebanyak 2 orang, dan tidak siap sebnayak 4 orang. Dari indikator
yang kedua yaitu penyusunan APBDesa dilakukan dilaksanakan dengan
memperhatikan potensi dan kebutuhan Desa, responden menjawab sangat siap
sebanyak 15 orang dan siap sebanyak 5 orang. Dari indikator perencanaan
pembangunan Desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah
Desa, responden menjawab sangat siap sebanyak 14 orang dan siap sebanyak 6
orang. Dari indikator penyusunan RPJM Desa dan RKP Desa dilakukan dengan
menyelenggarakan musyawarah perencanaan pembangunan Desa secara
partisipatif, responden menjawab sangat siap sebanyak 14 orang dan siap
sebanyak 6 orang. Dari indikator penyusunan RPJM Desa disusun dengan
mengacu kepada RPJM Kabupaten, responden menjawab sangat siap sebanyak 12
orang, siap sebanyak 3 orang, cukup siap sebanyak 3 orang dan tidak siap
sebanyak 2 orang. Dari indikator yang terakhir yaitu RKP Desa disusun dengan
informasi dari pemerintah daerah Kabupaten dan Provinsi, responden menjawab
4.3 Deskriptif Kualitatif
Penilaian kesiapan pemerintah Desa di kabupaten Simalungun dalam
pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 tentang anggaran dana Desa dengan
melihat indikator: komitmen, SDM, pengelolaan laporan keuangan dan anggaran
pendapatan dan belanja Desa adalah pemerintah Desa di kabupaten Simalungun
dapat dikategorikan sangat siap untuk melaksanakan anggaran dana Desa. Hal ini
didasarkan pada penilaian kesiapan dari masing-masing parameter yang pada
umumnya menjawab siap dan sangat siap.
Pengukuran kesiapan dilihat dari parameter komitmen secara keseluruhan
pada umumnya menyatakan sangat siap dari masing-masing indikator yang
diberikan dengan jawaban diatas 50% dari semua responden. Ketidaksiapan hanya
terdapat pada 3 indikator terakhir dengan persentase dibawah 15%. Pengukuran
kesiapan pemerintah Desa dilihat dari parameter SDM secara keseluruhan pada
umumnya menyatakan sangat siap dari masing-masing indikator yang diberikan
dengan jawaban yang dominan bagi sangat siap. Sementara untuk ketidaksiapan
dari pemerintah Desa bila dilihat dari indikator yang diberikan, masih terdapat
SDM pemerintah Desa yang belum siap dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan
dalam pelaksanaan anggaran dana Desa. Pengukuran kesiapan pemerintah Desa
dilihat dari parameter pengelolaan laporan keuangan pada umumnya menyatakan
sangat siap bila dilihat dari persentase jawaban yang diberikan oleh responden
yaitu rata-rata 50% dari semua responden. Sementara dari segi ketidaksiapan,
responden yang tidak siap berada pada indikator keempat dan kelima dengan
persentase masing-masing 15%. Dari parameter yang terakhir yaitu anggaran
pendapatan dan belanja Desa, dapat dilihat kesiapan pemerintah Desa dari respon
yang diberikan terhadap indikator-indikator yang diberikan. Pada umumnya
2014 dengan rata-rata persentase jawaban sebesar 55%. Untuk ketidaksiapan
hanya terdapat pada indikator yang pertama dan kelima masing-masing
[image:40.595.107.507.201.667.2]persentasenya sebesar 20% dan 10%.
Tabel 4.11 Distribusi Kesiapan Pemerintah Desa
No Nama Desa
Kesiapan Pemerintah Desa Komitmen Sumber
Daya Manusia Pengelolaa n Laporan Keuangan Perencanaa n Pembangun an Desa
1 Pamatang
Simalungun Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 2 Bongguron
Kariahan Siap Siap Siap Sangat Siap
3 Sihubu Raya Siap Siap Siap Siap
4 Janggir Leto Sangat Siap Cukup Siap Cukup Siap Siap 5 Sinar Naga
Mariah Siap Siap Siap Siap
6 Sihapalan Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap
7 Silimakuta
Barat Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 8 Purba Dolok Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 9 Kebun Sayur Sangat Siap Cukup Siap Sangat Siap Sangat Siap 10 Marjandi Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 11 Rambung
Merah Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 12 Totap Majawa Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap 13 Marubun Jaya Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap Sangat Siap
14 Dame Raya Siap Cukup Siap Siap Siap
15 Ujung Saribu Siap Siap Siap Sangat Siap
16 Naga Saribu Cukup Siap Tidak Siap Siap Siap
17 Saran Padang Siap Cukup Siap Siap Siap
18 Sibangun
Mariah Sangat Siap Siap Sangat Siap Sangat Siap
19 Saribu Jandi Cukup Siap Tidak Siap Siap Siap
20 Naga Bosar Cukup Siap Tidak Siap Siap Siap
Sumber : Data diolah
Hasil yang ada sehubungan permasalahan-permasalahan maupun
keluhan-keluhan yang dihadapi oleh pemerintah Desa dalam pelaksanaan PP nomor 60
a. Anggaran dana Desa yang diterima dari pemerintah pusat tidak dapat
dipergunakan untuk operasional pemerintah Desa;
b. Anggaran dana Desa yang diterima tidak dapat dipergunakan untuk
kesejahteraan pemerintah Desa;
c. Masyarakat Desa masih kurang puas terhadap pembangunan yang dilakukan
oleh pemerintah Desa yang dimana hal tersebut terjadi akibat kurangnya
pemahaman dari masyarakat itu sendiri;
d. Terdapatnya potongan dana yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten
terhadap dana yang akan diterima oleh pemerintah Desa;
e. Peraturan pelaksanaan dana Desa dari pemerintah Kabupaten datang setelah
pembangunan dilaksanakan oleh pemerintah Desa;
f. Masih terdapat keterlambatan dalam pencairan dana Desa; dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menguji bagaimana kesiapan dari pemerintah Desa dalam
pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 tentang anggaran dana Desa yang
bersumber dari pemerintah pusat. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20
Nagori (Desa) yang tersebar di beberapa kecamatan yang berada di kabupaten
Simalungun. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesiapan pemerintah Desa dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 yang
diukur dengan parameter komitmen, SDM, pengelolaan laporan keuangan dan
perencanaan pembangunan dapat disimpulkan bahwa pemerintah Desa di
kabupaten Simalungun dilihat dari parameter komitmen, pengelolaan keuangan
Desa dan perencanaan pembangunan adalah sangat siap dan dari parameter
SDM adalah siap.
2. Dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014, pemerintah Desa dikabupaten
Simalungun memiliki keluhan-keluhan maupun permasalahan yang datang dari
eksternal pemerintah Desa tersebut antara lain: tidak adanya dana operasional
bagi pemerintah Desa dalam pelaksanaan pembangunan Desa yang bersumber
dari dana Desa tersebut; tidak adanya alokasi dana untuk kesejahteraan
pemerintah Desa; masyarakat Desa yang belum sepenuhnya mendukung
pemerintah Desa dalam pembangunan Desa; keterlambatan pengesahan
peraturan pelaksanaan dana Desa dari pemerintah Kabupaten; adanya
keterlambatan pencairan dana Desa serta ketidakkonsistenan jumlah dana yang
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan diatas, beberapa saran dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Pemerintah Pusat
Pemerintah pusat diharapkan mampu mengevaluasi dari setiap pelaksanaan
program yang telah berjalan dalam satu tahun untuk menggali kendala-kendala
yang dihadapi oleh pemerintah Desa disetiap Desa dalam pelaksanaan PP
nomor 60 tahun 2014 tersebut karena pada kenyataannya masih terdapat
keluhan-keluhan dan kendala yang dihadapi pemerintah Desa. Selain itu
pemerintah pusat perlu meninjau kesesuaian pelaksanaan dana Desa dari apa
yang telah diatur dalam PP nomor 60 tahun 2014 tersebut dengan apa yang
terjadi dilapangan agar PP nomor 60 tersebut benar-benar efektif dan efisien
untuk mewujudkan pembangunan nasional.
2. Bagi Pemerintah Daerah
Pemerintah daerah kabupaten Simalungun diharapkan mampu mendukung
kelancaran pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 ini sebagai wujud dukungan
dalam pembangunan nasional dengan menciptakan birokrasi yang bersih dan
tidak menjadi suatu ancaman bagi pemerintahan Desa terkait pencairan dana
Desa dari rekening kas daerah ke rekening kas Desa. Pemerintah daerah
tentunya juga dapat membantu pemerintah Desa untuk menjawab setiap
keluhan-keluhan yang dihadapi dalam pelaksanaan PP nomor 60 tahun 2014 ini
3. Bagi Pemerintah Desa
Bagi pemerintah Desa diharapkan lebih mampu memahami apa yang menjadi
tujuan dari pemerintah pusat dalam program pembangunan nasional dari
desa-desa agar pembangunan tersebut dapat sesuai dengan apa yang diharapkan dan
berjalan secara efektif dan efisien. Pemerintah desa tentunya menjadi ujung
tombak dari program pemerintah ini yang menjadi penentu keberhasilan
pembangunan desa-desa di Indonesia secara umumnya sehingga perlu adanya
kesiapan dan perlu adanya keseriusan bagi pemerintah Desa untuk
melaksanakannya.
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat seharusnya turut mengambil andil dalam rangka pembangunan
yang dilaksanakan di Desanya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan memberi
dukungan dan kepercayaan bagi pemerintah Desa yang menjadi motor dalam
pembangunan ini. Masyarakat juga tentunya dapat melakukan pengawasan
terhadap kinerja pemerintah Desa dan memberikan masukan-masukan yang
positif demi mewujudkan masyarakat madani,, terciptanya good governance
dan mengembangkan model pembangunan berkeadilan yang seluruhnya
bermuara pada terciptanya kesejahteraan masyarakat.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya disarankan agar mengambil sampel kabupaten dan kota
yang berbeda diluar kabupaten Simalungun. Hal ini dimaksudkan agar dapat
membandingkan bagaimana kesiapan dari pemerintah Desa di kabupaten/kota
yang lainnya. Diharapkan juga setelah program pemerintah ini berjalan
beberapa tahun kedepan, adanya peneliti yang meneliti bagaimana
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Desa
Kata “desa” sendiri berasal dari bahasa India yakni “swadesi” yang berarti
tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu
kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas
(Soetardjo, 1984:15, Yuliati, 2003:24). Sesuai batasan definisi tersebut, maka di
Indonesia dapat ditemui banyak kesatuan masyarakat dengan peristilahannya
masing-masing seperti Dusun dan Marga bagi masyarakat Sumatera Selatan, Dati
di Maluku, Nagari di Minang, Wanua di Minahasa dan Nagori di Simalungun
sendiri. Pada daerah lain masyarakat setingkat desa juga memiliki berbagai istilah
dan keunikan sendiri baik mata pencaharian maupun adat istiadatnya.
Menurut defenisi umum, desa adalah sebuah aglomerasi permukiman di
wilayah perdesaan (Hardjatno, 2007). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian
wilayah administrative di bawah Kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa.
Menurut Poerwadarminta (1976) Desa adalah sekelompok rumah di luar kota
yang merupakan kesatuan, kampong (di luar kota) dusun atauudik (dalam arti
daerah pedalaman sebagai lawan dari kota). Beradasarkan Undang-Undang nomor
32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, di mana Desa atau yang disebut
dengan nama lain (selanjutnya disebut desa), adalah kesatuan masyarakat hukum
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa adalah sekelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan,
kampong (di luar kota); dusun atau udik (dalam arti daerah pedalaman sebagai
lawan dari kota) (Poerwadarminta, 1976). Desa merupakan suatu daerah hukum
yang merupakan wilayah masyarakat hukum terbentuk atas dasar ikatan tertentu,
antara lain: (1) bentuk genealogis, (2) bentuk “teritorial” dan (3) bentuk campuran
keduanya.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan desa. Pengakuan Desa dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945
pasal 18B ayat 1 dan 2, serta dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah nomor
32 tahun 2004, di mana Desa atau yang disebut dengan nama lain (selanjutnya
disebut desa), adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal
tentang Desa dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa.
2.1.2. Karakteristik Desa
Di Indonesia, wilayah yang disebut desa seharusnya dilihat dalam tahapan
yang tidak sama. Masyarakat yang telah mulai menetap juga memiliki
karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain, antara Jawa dengan
luar Jawa, antara desa dekat kota dengan desa yang jauh dari kota, antara wilayah
dataran tinggi dengan dataran rendah, demikian pula antara pantai dan pedalaman.
Di Indonesia kelihatannya belum ada kajian mendalam tentang hal ini. Secara
umum masyarakat yang telah mulai menetap yang disebut dengan desa, istilah
sebutannya sangat beragam di berbagai suku bangsa. Di Jawa disebut desa, di
Aceh disebut Gapong, di Papua disebut kampong dan masih banyak berbagai
istilah tentangnya. Sangatlah penting mengklasifikasikan penduduk yang telah
mulai menetap. Kalau digolongkan menurut sistem produksinya, ada penduduk
desa yang digolongkan dengan desa subsistensi. Sistem produksi yang
dikembangkan adalah berproduksi untuk kepentingan hidup diri mereka sendiri
dan pemenuhan penduduk desa itu sendiri. Kebudayaan produksi bukan
mengubah alam akan tetapi mengadaptasi alam. Artinya apa yang di dalam alam
sekitarnya itulah sumber kehidupan mereka. Karakter sistem sosialnya bersifat
komunal. Ikatan antar hubungan personal dan pemilikan diatur atas dasar
belum mengenal ekonomi uang, aktivitas ekonominya dilakukan dengan cara
barter (Susetiawan, 2010).
Desa merupakan bentukan dan pengembangan konsep asli bangsa
Indonesia, meskipun ada kemiripan dengan desa di India yang bernuansa Hindu.
Kehidupan masyarakat desa terikat pada nilai-nilai budaya asli yang sudah
diwariskan secara turun menurun dan melalui proses adaptasi yang sangat panjang
dari interaksi intensif dengan perubahan lingkungan biofisik masyarakat. Kearifan
lokal merupakan salah satu aspek karakteristik masyarakat, yang terbentuk
melalui proses adaptasi yang kondusif bagi kehidupan masyarakat, sehingga
nilai-nilai yang terkandung di dalamnya seyogianya dipahami sebagai dasar dalam
pembangunan pertanian dan pedesaan (Sumardjo,2010). Kondisi masyarakat
perdesaan di Indonesia pada saat ini sangat beragam, mulai dari perilaku
berladang berpindah, bertani menetap, desa industri, desa dengan mata
pencaharian dominan sektor jasa sampai desa yang dengan fasilitas modern (semi
urban dan urban) dapat ditemukan di wilayah Indonesia di era milenium ini. Pada
tahun 1952 (Hadikoesoemo, 1965) terkait dengan desa terungkap bahwa
norma-norma daerah hukum masyarakat itu menurut hukum adat: (1) berhak mempunyai
wilayah sendiri yang ditentukan oleh batas-batas yang sah, (2) berhak mengurus
dan mengatur pemerintahan dan rumah tangganya sendiri, (3) berhak mengangkat
pimpinan atau majelis pemerintahannya sendiri, (4) berhak memiliki harta benda
dan sumber keuangannya sendiri, (5) berhak atas tanahnya
sendiri, (6) berhak memungut pajak sendiri. Atas dasar prinsip-prinsip tersebut
nusantara ini. Di Sumatera Barat misalnya, ada nagari yang mempunyai tata
aturan adat yang khas, demikian juga di tempat lain. Desa mengandung sejumlah
kearifan-kearifan lokal (local wisdom) yang apabila dicermati nilai yang
terkandung dalam kearifan tersebut maka dapat menjadi suatu kekuatan untuk
beradaptasi dengan lingkungan dimana suatu masyarakat berdomisili di suatu
wilayah desa. Kearifan tersebut dapat dicermati dari aturan-aturan, norma, tata
krama/ tata susila, bahasa, kelembagaan, nama dan gelaran, teknologi yang
digunakan (konstruksi rumah, tata letak rumah, teknik irigasi, teknik pengolahan
tanah dan peralatannya, teknik membuat jalan/ jembatan, teknik perahu dan
sebagainya). Sekiranya nilai (value) yang terkandung di dalam aspek-aspek
tersebut diperhatikan dalam pengembangan teknologi di era odern ini, meski
menggunakan bahan yang mungkin berbeda, maka keserasian lingkungan dan
daya adaptasi tampaknya menjadi tetap tinggi. Infrastruktur itu alat penting bagi
kemajuan perkembangan masyarakat desa, namun masyarakat paham arti
pentingnya infrastruktur itu jauh lebih penting sebab orang akan bertindak dengan
alat yang dimilikinya karena mereka mengetahui arti pentingnya alat yang
dipunyai. Meskipun infrastuktur perdesaan banyak ditemui di desa, pertanyaannya
apakah infrastuktur yang ada telah dipahami arti pentingnya bagi kehidupan
masyarakat perdesaan. Data statistik tentangnya seperti jalan desa, gedung SD,
Polindes (Poliklinik Desa), kantor pemerintah desa, kendaraan umum dan
infrastuktur lainnya, dapat ditemukan dengan mudah. Jika dilihat dari jumlah yang
ada maka penyebaran infrastuktur tidak merata antardesa di Jawa, apalagi
ada dan menyebarkan secara merata tentang pengadaannya, akan tetapi perlu
analisis infrastuktur mana yang paling penting bagi desa dengan tipologi tertentu,
seberapa besar jumlah yang harus dibutuhkan (Susetiawan,2010).
Infrastuktur pendidikan perdesaan seperti gedung SD harus menjadi
perhatian utama. Kurangnya gedung SD dan bilamanapun ada, kualitas bangunan
yang ada sangat buruk mudah rusak bahkan ambruk. Dalam waktu yang singkat
barangkali Jawa tidak banyak membutuhkan infrastuktur itu, akan tetapi
bagaimana pemeliharaan infrastuktur tersebut. Luar Jawa keadaanya tidak hanya
pada pengadaan infrastuktur bangunan gedung sekolah akan tetapi tenaga
pengajar akan siap melayani pendidikan di pelosok desa pedalaman jauh lebih
penting untuk diperhatikan. Kesehatan dan Gizi masyarakat harus dilihat pada
tipologi desa macam apa. Desa menetap dan berbudidaya di mana penduduk nya
kreatif, ada pertanian yang maju dan ada industri perdesaan yang berkembang,
mereka tidak kesulitan untuk memenuhi gizi. Bagi masyarakat yang telah
memiliki pengetahuan pemenuhan gizi tidak menjadi problematik. Ini terutama
dapat dilihat di desa di Jawa. Desa lain yang berada di luar Jawa juga tidak bisa
dilihat secara kuantitatif semata akan tetapi juga harus dilihat dari sifat kualitatif
penyelenggaraan kesehatan dan gizi. Keadaan seperti itu perlu dilihat lebih teliti
desa mana yang mengalami tingkat kesehatan rendah dan kekurangan gizi. Bagi
masyarakat desa yang telah menetap lama sebagai masyarakat desa persoalan ini
sudah tidak menjadi persoalan serius. Karakteristik wilayah perdesaan sangat
berbeda tipologinya baik karakteristik sosial budaya, keadaan infrasturkur yang
karakteristik kondisi kemiskinannya. Tipologi desa seharusnya
mempertimbangkan keadaan yang berbeda antar masyarakat di Jawa antara Jawa
dan luar Jawa. Kerumitan tipologi dan karakteristik ini tidak mungkin
digeneralisasikan dalam proses pembangunan. Oleh sebab itu, desentralisasi
menjadi prinsip utama dalam proses pembangunan agar pembangunan lebih cepat
untuk menjawab kebutuhan masyarakat perdesaan (susetiawan, 2010).
2.1.3 Alokasi Dana Desa
Pasal 90 ayat 3 dan 5 undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 menyatakan
bahwa penyelenggaraan kewenangan desa dapat ditugaskan oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Kewenangan desa yang ditugaskan oleh pemerintah
pusat didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara. Sedangkan,
kewenangan desa yang ditugaskan oleh pemerintah daerah didanai oleh anggaran
pendapatan dan belanja daerah. Berdasarkan peraturan diatas jelas bahwa setiap
desa akan mendapatkan anggaran dana desa baik dari pusat maupun daerah yang
menjadi sumber keuangan dan kekayaan desa.
Alokasi Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten