• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Mediator Dalam Sengketa Perceraian Menurut Perma No.1 Tahun 2008 (Studi Di Pengadilan Negeri Stabat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Mediator Dalam Sengketa Perceraian Menurut Perma No.1 Tahun 2008 (Studi Di Pengadilan Negeri Stabat)"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Literatur

Abbas, Syahrizal. 2009. Mediasi Dalam Presfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional Kencana. Jakarta.

Asmin, 1986 , Status perkawinan antar agama ditinjau dari Undang-undang Perkawinan No. 1/74,Dian Rakyat, Jakarta, cetakan pertama.

HadikusumaHilman ,1986, Hukum perkawinan di Indonesia, Mandar maju, Bandung.

HadikusumaHilman , 2007 , Hukum Perkawinan Di Indonesia Menurut Perundangan, Hukum Adat, Hukum Agama, Mandar Maju, Bandung. HarahapM. Yahya, 2007, “Beberapa tinjauan mengenai sistem peradilan dan

penyelesaian sengketa”, PT Citra Aditya bakti, Bandung.

Nurnianingsih , 2011, Mediasi alternatif penyelesaian sengketa perdata di pengadilan, Rajawali pers.

ProdjodikoroR. Wirjono, 1960 , Hukum perkawinan di Indonesia, Sumur Bandung , Jakarta.

RahmanBakri A. dan Ahmad Sukardja, 1982 , Hukum Perkawinan menurut Islam Undang-Undang Perkawinan dan Hukum Perdata/BW, Hidakarya Agung, Jakarta.

SembiringJimmy Joses, 2011 , Cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan, Visi media, Jakarta.

SimanjuntakP.N.H.,2007, Pokok-Pokok Hukum Perdata Indonesia, Djambatan, Jakarta.

SitumorangVictor M., 1993 ,Perdamaian dan perwasitan dalam hukum acara perdata, PT rineke Cipta, Jakarta.

Sudarsono, 1991, Lampiran UUP Dengan Penjelasannya, Rineka Cipta, Jakarta. SukadanaMade, 2012, Mediasi Peradilan Mediasi dalam Sistem Peradilan

Perdata Indonesia Dalam Rangka Mewujudkan Proses Peradilan yang Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan, Prestasi Pustaka, Jakarta Cetakan Pertama.

SusiloBudi, 2007, Prosedur gugatan cerai, Pustaka yustisia,Jakarta.

ThalibSayuti, 1986, Hukum Kekeluargaan Indonesia, UI-Press,Jakarta,Cetakan kelima.

Winarta Frans Hendra , 2012 , Hukum penyelesaian sengketa arbitrase nasional indonesia dan internaisonal, Sinargrafika, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-Undangan

(2)

Peraturan Mahkamah Agung No.1 Tahun 2008 “Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan”.

C. Artikel internet

http://id.wikipedia.org/wiki/Perceraiandiakses pada 12 juli 2013.

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-mediasi-dalam-hukum-positif.html,diakses pada 15 juli 2013.

http://yoegipradana.blogspot.com/2013/05/bab-i-pendahuluan-a.html,diakses pada 15 juli 2013. (http://id.wikipedia.org/wiki/Mediasi),diakses pada 15 juli 2013.

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-mediasi-dalam-hukum-positif.html, diakses pada 16 juli 2013.

http://yoegipradana.blogspot.com/2013/05/bab-i-pendahuluan-a.html,diakses pada khattab.html, diakses pada 14 juli 2013.

http://sahabathawa.com/hal-inilah-yang-biasanya-jadi-alasan-perceraian/,diakses pada 2 Oktober 2012.

http://kevinevolution.wordpress.com/2011/11/01/perceraian-menurut-uu-no-1-tahun-1974/,diakses pada 15 juli 2013.

http://www.sarjanaku.com/2013/01/penyebab-perceraian-pengertian-dampak.html, diakses pada 12 juli 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perceraian#Kristen.2FKatolik,diakses pada 12 juli 2013.

http://artikelbuddhist.com/2011/05/pandangan-buddhis-mengenai-perkawinan-dan-perceraian.html,diakses pada 12 juli 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Mediasidiakses pada 11 Juli 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Perkawinandiakses pada 11 Juli 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pernikahan_dalam_Islamdiakses pada 11 Juli 2013.

http://www.sarjanaku.com/2013/01/pengertian-perkawinan-makalah-masalah.htmldiakses pada 11 Juli 2013.

http://kuliahade.wordpress.com/2010/03/30/hukum-perdata-syarat-syarat-perkawinan/diakses pada 11 juli 2013.

(3)

http://www.hsbc.co.id/1/2/miscellaneous_in_ID/others/mediasiperbankan diakses pada tanggal 13 januari 2014

http://www.hukumtenagakerja.com/mediasi-hubungan-industrial/ diakses pada tanggal 13 januari 2014

http://waktuterindah.blogspot.com/2012/04/sebuah-catatan-tentang-mediasi-di.html diakses pada tanggal 13 januari

http://urais-klaten.blogspot.com/2010/03/uu-no-1-th-1974.html diakses pada tanggal 13 januari 2014

http://lily-ahmad.blogspot.com/2009/04/kaukus-dalam-perkara-mediasi.html diakses pada tanggal 14 januari 2014

http://www.pn-stabat.go.id/userfiles/file/Mediasi/tahapan.pdf diakses pada tanggal 14 januari 2014

http://www.badilag.net/component/content/article/315-berita-kegiatan/17616-kenapa-mediasi-begitu-sukses-di-australia.htmldiakses pada tanggal 14 januari

(4)

BAB III TUJUAN MEDIASI A.Pengertian Mediasi

Proses penyelesaian sengketa yang sudah dikenal sejak lama adalah

melalui proses litigasi di pengadilan. proses litigasi cenderung menghasilakn

masalah baru karena sifatnya yang win-lose, tidak resposif , time consuming

proses berperkaranya, dan terbuka untuk umum. Seiring perkembangan zaman,

proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan pun ikut berkembang.40

Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini para pihak cenderung

menggunakan alternatif penyelesaian sengketa, hal ini disebabkan oleh jangka

waktu untuk menyelesaiakan sengketa di pengadilan yang lama sehingga

dipandang tidak praktis dan membutuhkan biaya besar. Alternatif penyelesaian

sengketa merupakan salah satu pilihan bagi para pihak yang hendak menyelesaian

sengketa mereka dengan tidak melalui pengadilan maupun arbitrase. Pilihan

tersebut sepenuhnya bergantung pada keinginan dari masing masing pihak yang

bersengketa.41

Alternatif Dispute Resolution (ADR) merupakan lembaga lembaga

penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para

pihak, yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,

mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli. ADR khususnya mediasi sebagaimana

yang kita kenal di Indonesia, sudah populer di Amerika ( United states) di akhir

40

Frans hendra winarta , hukum penyelesaian sengketa arbitrase nasional indonesia dan internasional , Sinargrafika, Jakarta, 2012,halaman : 9.

41

(5)

tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an. Alasan yang sangat mendesak adanya

ADR di USA adalah sebagai koreksi terhadap lambatnya serta tingginya biaya

penyelesaian sengketa di Pengadilan, seperti yang dikemukakan oleh Lim Lan

Yuan “...The every reason for the emergency of ADR in the US, namely, the high

legar cost and undue dalays for the settlement of the court case...”42

Yang membuat alternatif penyelesaian sengketa lebih di inginkan para

pihak adalah karena penyelesaian sengketa diluar pengadilan bersifat tertutup

(close door session ) dan kerahasiaan para pihak terjamin (confidentiality), proses

beracara lebih cepat dan efisien.proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan

menghindari kelambatan yang diakibatkan prosedural dan administratif

sebagaimana beracara di pengadian umum dan win-win solution.43

Di dalam penyelesaian sengketa alternatif kita mengenal adanya mediasi.

sebelum membahas tentang mediasi,ada baiknya jika kita mengetahui dahulu

definisi dari mediasi. Mediasi merupakan kosakata atau istilah yang berasal dari

kosakata Inggris, yaitu mediation. Para sarjana Indonesia kemudian lebih suka

mengindonesiakannya menjadi “mediasi”. Mediasi merupakan suatu prosedur penengahan dimana seseorang bertindak sebagai “kendaraan” untuk

berkomunikasi antarpara pihak, sehingga pandangan mereka yang berbeda atas

sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin dapat dipahami dan mungkin

42

Made Sukadana, Mediasi Peradilan Mediasi dalam Sistem Peradilan Perdata Indonesia Dalam Rangka Mewujudkan Proses Peradilan yang Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan, Prestasi Pustaka, Jakarta, Cetakan Pertama, 2012, halaman : 9.

43

(6)

didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu perdamaian tetap

berada ditangan para pihak sendiri44

Penyelesaian sengketa dengan mediasi, pada saat ini dibatasi hanya untuk

sengketa di bidang keperdataan saja. Hal ini disebabkan oleh pandangan bahwa

sengketa tersebut tidak merugikan masyarakat secara umum. Di indonesia

terdapat beberapa sengketa yang dapat diselesaikan dengan mediasi, yakni

sengketa di bidang perbankan, konsumen tenaga kerja, dan sengketa di

pengadilan. Adanya altenatiff penyelesaian sengketa ini diharapakan dapat

menekan jumlah perkara yang semakin menumpuk di pengadilan dan dapat

memberikan rasa keadilan bagi masyarakat.45

Secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa latin, mediare yang

berarti berada ditegah. Pengertian mediasi ini menunjukkan pada peran yang

ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator dalam menjalankan tugasnya

menengahi dan menyelesaikan perkara antara para pihak. “Berada di tengah” juga

bermakna mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam

menyelesaikan perkara. Mediator harus mampu menjaga kepentingan para pihak

yang berperkara secara adil dan sama, sehingga membutuhkan kepercayaan dari

para pihak yang berperkara. Secara terminologi, pengertian mediasi adalah proses

pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pihak dengan dibantu oleh

pihak ketiga sebagai mediator. Secara luas, pengertian mediasi sebagai

penyelesaian perkara yang dilakukan baik oleh pihak ketiga, di luar sistem

44Ibid

, halaman : 15-16.

45

(7)

peradilan maupun di dalam sistem peradilan, yang dilaksanakan di luar sistem

peradilan ialah: mediasi, arbitrasi, dan lainnya.46

Pengertian mediasi menurut Perma No.1 Tahun 2008 mendefenisikan

mediasi sebagai cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk

memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator.47 Dan ada juga beberapa pengertian mediasi menurut beberapa ahli yaiti

1. Prof. Takdir Rahmadi, mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa

antara dua pihak atau lebih melalui perundingan atau cara mufakat dengan

bantuan pihak netral yang tidak memilih kewenangan memutus48

2. Pengertian mediasi menurut Priatna Abdurrasyid yaitu suatu proses damai

dimana para pihak yang bersengketa menyerahkan penyelesaiannya

kepada seorang mediator (seseorang yg mengatur pertemuan antara 2

pihak atau lebih yg bersengketa) untuk mencapai hasil akhir yang adil,

tanpa biaya besar besar tetapi tetap efektif dan diterima sepenuhnya oleh

kedua belah pihak yang bersengketa. Pihak ketiga (mediator) berperan

sebagai pendamping dan penasihat49

3. Menurut John W. Head, yang dikutip dari bukunya Gatot Soemartono,

pengertian mediasi adalah prosedur penegah seorang bertindak sebagai

“kendaraan” untuk berkomunikasi antara para pihak, sehingga pandangan

mereka yang berbeda atas perkara tersebut dapat dipahami dan sedapat

46

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-mediasi-dalam-hukum-positif.html, diakses pada tanggal 15 Juli 2013 pada pukul 09.12 WIB.

47

Frans hendra winarta , Op,cit, halaman : 16.

48

http://yoegipradana.blogspot.com/2013/05/bab-i-pendahuluan-a.html, diakses pada tanggal 15 Juli 2013 pada pukul 09.15 WIB.

49

(8)

mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu

perdamaian tetap berada ditangan para pihak sendiri.50

Dari beberapa pengertian ahli tentang mendefeenisikan pengertian

mediasi, mediasi merupakan penunjukan seorang yang dianggap netral bagi ke

dua belah pihak dan dianggap mampu unurk menengahi sengketa yang para pihak

alami

B.Pengaturan Mediasi Di Indonesia.

Sejarah penyelesaian konflik (perkara) secara damai telah dipraktikkan

dalam kehidupan masyarakat Indonesia berabad-abad yang lalu. Masyarakat

Indonesia merasakan penyelesaian perkara secara damai telah mengantarkan

mereka kepada kehidupan yang harmonis, adil, seimbang dan terpeliharanya dari

nilai-nilai kebersamaan (komunalitas) dalam masyarakat. Mengupayakan

penyelesaian perkara masyarakat secara cepat dengan menjunjung tinggi

kebersamaan dan tidak merampas atau menekan kebebasan individual.51 Jika melihat proses mediasi, akar-akar penyelesaian sengketa melalui cara ini sudah

dikenal jauh sebelum kemerdekaan, dimana seseorang yang terlibat dalam

persengketaan, cara menyelesaikan perkara penyelesaiannya dilakukan dengan

cara damai dan melibatkan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut biasanya adalah

tokoh masyarakat, tokoh agama atau pimpinan adat. Sebagai contoh dalam adat

karo jika terjadi permasalahan dalam suatu perkawinan maka “anak beru” akan

50

http://www.referensimakalah.com/2012/09/pengertian-mediasi-dalam-hukum-positif.html, diakses pada tanggal 16 Juli 2013 pada pukul 12.04 WIB.

51

(9)

bertugas sebagai penengah untuk menyelesaikan masalah perkawinan tersebut.

Sebenarnya Di Indonesia penyelesaian konflik rumah tangga diselesaikan melalui

Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4). Lembaga yang

menjadi mitra Departemen Agama sejak tahun 1960 pada dasarnya adalah

lembaga mediasi khusus sengketa rumah tangga. Suami dan istri yang sedang

bersengketa diharapkan menggunakan BP4 sebelum mereka mendaftarkan

perkaranya di pengadilan. Tetapi terdapat perbedaan antara BP4 dan lembaga

mediasi. .

Dalam proses penyelesaian sengketa BP4 lebih cenderung menasehati dan

mendoktrin pasangan rumah tangga yang berkonflik. Berbeda dengan mediasi,

dimana mediator hanya sebagai fasilitator, tidak boleh menasehati, adil dan tidak

memihak. Para pihak sebagai penentu untuk menyelesaikan masalahnya dan

mencari solusinya. Proses mediasi pertama kali diperkenalkan oleh pemerintahan

Hindia Belanda melalui Reglement op de burgerlijke Rechtvordering atau disingkat Rv pada tahun 1894. Disamping itu pemerintah Indonesia juga telah

mengeluarkan beberapa aturan melalui surat edaran, peraturan-peraturan, dan

perundangan-undangan. Tentang beberapa aturan tersebut dapat dibaca pada

uraian tentang landasan yuridis mediasi di Indonesia. Penyelesaian non litigasi ini

telah dirintis sejak lama oleh para ahli hukum. Kemudian berkembang dan

menjadi Undang-Undang No. 30 Tahun 1999. Pengaturan mengenai mediasi

dapat kita temukan dalam ketentuan Pasal 6 ayat 3 , 4, dan 5 Undang-Undang No.

30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Perkara adalah

(10)

para pihak menurut ketentuan Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang 30 tahun 1999

tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Perkara. Mahkamah Agung sebagai

lembaga tinggi negara merasa paling bertanggungjawab untuk merealisasikan

undang-undang tentang mediasi. MA menggelar beberapa Rapat Kerja Nasional

pada September 2001 di Yogyakarta yang membahas secara khusus penerapan

upaya damai di lembaga peradilan. Hasil Rakernas ini adalah SEMA No. 1 tahun

2002 tentang Pemberdayaan Pengadilan Tingkat Pertama Menerapkan Lembaga

Damai.

MA juga menyelenggarakan temu karya tentang mediasi pada Januari

2003. Hasil temu karya tersebut adalah Perma No. 2 tahun 2003. Semangat untuk

menciptakan lembaga mediasi sudah ada sejak Ketua Mahkamah Agung Republik

Indonesia, Bagir Manan menyampaikan pidatonya pada 7 Januari 2003 dalam

temu karya mediasi. Bagir Manan mendorong pembentukan Pusat Mediasi

Nasional (National Mediation Center). Delapan bulan kemudian, tepatnya 4

September 2003 Pusat Mediasi Nasional resmi berdiri, sesaat sebelum Mahkamah

Agung mengeluarkan Perma No. 2 tahun 2003. Hukum tertulis lainnya yang

mengatur tentang mediasi adalah UU RI No. 14 Tahun 1970 jo UU RI No. 4

Tahun 2004 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman mengenai

penyelesaian perkara perdata di luar pengadilan atas dasar perdamaian. Peraturan

Mahkamah Agung mengenai mediasi ini mengalami perubahan yakni dengan

diterbitkannya Perma RI No. 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan yang berlaku sampai saat ini.

(11)

Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya penyelesaian

sengketa alternatif melalui mediasi hanya dibatasi untuk kasus perdata yang tidak

menggangu kepentingan orang banyak, seperti bidang perbankan, konsumen,

tenaga kerja, dan sengketa di pengadilan. Pada sengketa sengketa ini saja mediasi

dapat dilakukan.

Saat ini dalam bidang tertentu, mediasi sudah mulai diterapkan untuk

menyelesaikan suatu sengketa sebagai berikut

1. Mediasi diluar pengadilan

a. Mediasi perbankan

Dunia perbankan memiliki peranan pentin bagi masyarakat.

Peranan tersebut adalah sebagai penyimpan dan penyalur dana bagi

masyarakat. Suatu bank tentunya memiliki sistem yang sudah standar

terhadap nasabahnya. Namun, tidak tertutup kemungkinan pelayanan yang

diberikan bank kepada nasabahnya tidak memberikan hasil yan

memuaskan bagi nasabahnya sehingga sering kali nasabah merasa

dirugikan. Nasabah sering kali menjadi tidak berdaya pada saat harus

berhadapan dengan bank di pengadilan dan hanya bisa pasrah apabila

bersengketa dengan bank.

Agar nasabah dapat terlindungi hak-haknya, dibentuklah mediasi

perbankan yang berfungsi sebagai lembaga penyelesaian sengketa. Pada

(12)

bertujuan agar nasabah dapat telindungi hak-haknya sebagai nasabah.52 Dan mediasi ini Sesuai Peraturan Bank Indonesia No. 8/5/PBI/2006

tentang mediasi perbankan, penyelenggaraan mediasi dilakukan apabila

sengketa antara nasabah dengan Bank yang disebabkan tidak dipenuhinya

tuntutan finansial nasabah oleh Bank dalam penyelesaian pengaduan

nasabah dapat diupayakan penyelesaiannya melalui mediasi perbankan.53 b. Mediasi hubungan industrial

Hubungan yang terjadi antara pengusaha dan pekerja adalah

hubungan yang bersifat labil. Dalam arti sangat mudah terjadi

pertentangan antara pengusaha dan pekerja yang disebabkan oleh berbagai

macam hal yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Berdasarkan Pasal 1

angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial (“UU PHI”), yang dimaksud perselisihan

hubungan industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan

pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan

pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya

perselisihan mengenai hak perselisihan kepentingan, perselisihan

pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat

buruh dalam satu perusahaan. Apabila terjadi perselisihan hubungan

industrial, maka ada 2 (dua) cara untuk menyelesaikan perselisihan

hubungan industrial tersebut yaitu dengan perundingan bipatrit

52

Jimmy Joses Sembiring, Cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan ,Visi media , Jakarta, 2011, halaman : 30

53

(13)

(perundingan antara pekerja atau serikat perkerja dengan pengusaha) dan

perundingan tripatrit. Jika ternyata penyelesaian perselisihan hubungan

industrial tidak dapat diselesaikan melalui perundingan bipatrit, maka

tahap yang dipakai untuk menyelesaikan perselisihan adalah penyelesaian

melalui tripatrit yaitu secara mediasi54

Seringkali pihak pekerja ketika berhadapan dengan pengusaha

berada dalam posisi yang lemah yang di sebabkan oleh berbagai macam

faktor. Oleh karena itu, diperlukan suatu cara yang dapat mengakomodasi

kepentingan suatu keputusan yang dapat diterima oleh masing masing

pihak sehingga dibentuklah mediasi untuk perselisihan hubungan

industrial.55

c. Mediasi asuransi

Saat ini masyarakat sudah semakin paham manfaat dari asuransi,

sehingga secara tidak langsung ikut menjadi peserta pada program yang

diselenggarakan oleh asuransi, baik asiransi kesehatan , asuransi

kebakaran, maupun jenis asuransi lainnya. Asuransi berperan untuk

mengalihkan resiko yang seharusya ditanggung oleh nasabah asuransi

Sering terjadinya peristiwa yang mewajibkan asuransi untuk

membayar klaim, tetapi perusahaan asurasi menolak untuk membayar

klain tersebut dengan berbagai macam alasan. Akubatnya, menimbulkan

54

http://www.hukumtenagakerja.com/mediasi-hubungan-industrial/ diakses pada tanggal 13 januari 2014 pada pukul 10.56 WIB

55

(14)

sengketa antara perusahaan asuransi dan nasabahnya. Masyarakat

seeriingnya mengetahui asuransi hanya dari sisi manfaatnya, tetapi tidak

mengetahui secara detail akan asuransi itu sendiri dan sering kali

mengakibatkan terjadinya sengketa yang berbeli-belit antara

perusaahannya asuransi dan nasabahnya

Agar sengketa dalam bidang asuransi dapat diselesaikan dengan

baik dan dapat mengakomodasi kepentingan dari masing masing pihak,

dibentuklah lembaga mediasi asuransi dengan harapan masing masing

pihak dapat menerima keputusan yang dianggap adil.56 2. Mediasi di pengadilan

Mediasi di pengadilan sudah sejak lama dikenal. Para pihak yang

mengajukan perkaranya ke pengadilan, diwajibkan untuk menempuh prosedur

mediasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaan pokok perkara.

Mediasi diharapkan sebagai salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih

cepat dan murah, serta dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para

pihak menemukan penyelesaian yang memuaskan dan memenuhi rasa

keadilan. pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan

dapat menjadi salah satu instrumen efektif mengatasi masalah penumpukan

perkara di pengadilan serta memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga

pengadilan dalam penyelesaian sengketa di samping proses pengadilan yang

bersifat memutus (ajudikatif).57

56

Jimmy Joses Sembiring, Cara menyelesaikan sengketa diluar pengadilan ,Visi media , Jakarta, 2011, halaman : 31.

57

(15)

Perkara yang menumpuk di pengadilan semakin hari semakin banyak.

Akibatnya, sering kali para pihak yang mengajukan sengketa di pengadilan

harus menunggu dalam jangka waktu yang lama untuk mendapatkan putusan

Sebagaimana diketahui prosedur beracara di pengadilan tidak menentukan

jangka waktu untuk dapat menyelesaikan suatu perkara, mengakibatkan proses

pemeriksaan suatu perkara dari pendaftaran, pemeriksaan, hingga putusan

memakan waktu yang sangat lama. Untuk mangurangi banyaknya perkara yang

ditangani oleh pengadilan, pada saat ini dibuat suatu proses, yakni proses

mediasi.

Proses mediasi di pengadilan berdasarkan pasal 7 ayat (1) peraturan Mahkamah Agung Nomor 1tahun 2008 tentang prosedur Mediasi di pengadilan Mahkamah Agung republik Indonesia (peraturan Mahkamah Agung Nomor 1tahun 2008) merupakan proses yang wajib dijalankan para pihak yang

berperkara. Pasal ini menentukan bahwa “pada hari sidang yang telah ditentukan

yang dihadiri kedua belah pihak, hakim mewajibkan para pihak untuk menempuh mediasi.”

Pada pasal 130 ayat (1) HIR menentukan bahwa “jika pada hari yang

ditentukan itu kedua belah pihak datang maka pengadilan negeri dengan pertolongan ketua mencoba akan memperdamaikan mereka.” Hal mengenai

(16)

perdamaian. Sehingga Surat Edaran ini dianggap hampir sama dengan Pasal 130

HIR, yang hanya menyarankan para pihak untuk dapat berdamai.

Berdasarkan hal diatas, surat edaran tersebut kemudian diganti oleh

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan ()Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003). Berlakunya peraturan tersebut membuat upaya perdamaian di pengadilan, sehingga tidak lagi

hanya mampu bertumpu pada Pasal 130 HIR. Peraturan tersebut mengalami

perubahan dengan diterbitkan nya Peraturan Mahkamah Agung Tahun

2008tentang prosedur Mediasi di pengadilan Mahkamah Agung Republik

Indonesia.

Pada hari sidang yang telah ditentukan dan para pihak hadir di persidangan

makan terlebih dahulu hakim akan menanyakan persoalan yang akan terjadi dan

menyaran kan para pihak untuk menempuh upaya mediasi terlebih dahulu58 Sebelum mediasi dilaksanakan, para pihak hadir di persidangan telebih

dahulu hakim akan menanyakan persoalan yang terjadi dan menyarankan para

pihak untuk menempuh upaya damai. Hakim kemudian menyarankan para pihak

untuk menempuh upaya mediasi terlebih dahulu.

Sebelum mediasi dilaksanakan, para pihak terlebih dahulu harus memilih

mediator merupakan hak para pihak. Selain berhak memilih mediator, para pihak

juga dapat menentukan menggunakan hanya satu mediator, hal ini ditentukan pada

Pasal Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 sebagai berikut.

1. Para pihak berhak memilih mediator diantara pilihan pilihan berikut:

58

(17)

a. Hakim bukan pemeriksa perkara pada pengadilan yang bersangkutan;

b. Advokat atau akademisi hukum;

c. Profesi bukan hukum yang dianggap para pihak menguasai atau

berpengalaman dalam pokok sengketa;

d. Hakim majelis perkara;

e. Gabungan antara mediator yang diseut dalam butir a dan d, atau

gabungan butir b dan d, atau gabungan butir c dan d;

2. Jika dalam sebuah prses mediasi terdapat lebih dari satu orang

mediator, Pembagian tugas meditor ditentukan oleh para mediator

sendiri.

Mediator yang jadi penengah dalam suatu perkara yang sedang diperiksa

di pengadilan yang ada di pilih oleh para pihak berdasarkan daftar

mediator yang ada di setiap pengadilan.

Tidak setiap orang dapat menjadi mediator di pengadilan. Persyaratan

yang harus di penuhi agar seseorang dapat bertindak sebgai mediator diatur pada

pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008

sebagai berikut.

1. Kecuali keadaan sebagai mana dimaksud pada pasal 9 ayat (3) dan pasal

11 ayat (6), stiap orang yang menjalankan fungsi mediator, pada asasnya

wajib memiliki sertifikat mediator yang di peroleh setelah mengikuti

pelatihan yang diselenggarakan oleh lembaga yang telah memperoleh

(18)

2. Jika dalam wilayah sebuah pengadilan tidak ada hakim, advokat,

akademisi hukum dan profesi bukan hukum yang bersertifikat mediator,

hakim dilingkungan pengadilan yang bersangkutan berwenang

menjalankan fungsi mediator.

Dari ketentuan pasal ini, dapat diketahui bahwa mediator terdiri atas

mediator hakim dan non hakim. Mediator nonhakim terlebih dahulu harus

mengikuti pelatihan untuk mendapatkan sertifikasi sebagai mediator dari

lembaga yang sudah terakreditasi oleh Mahkamah Agung. Persyaratan

yang harus dipenuhi agar suatu lembaga dapat memperolehakreditasi dari

Mahkamah Agung. Persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu lembaga

dapat memperoleh akrditasi dari mahkamah Agung sebagai berikut.

a. Mengajukan permohonan kepada Ketua Mahkamah Agung Republik

Indonesia.

b. Memiliki instruktur atau pelatih yang memiliki sertifikattelah

mengikuti pendidikan atau pelatihan mediasi dan pendidikan atau

pelatihan sebagi instruktur untuk pendidikan atau pelatihan mediasi.

c. Sekurang-kurangnya telah dua kali melaksanakan pelatihan mediasi

bukan utuk mediator bersertifikat di pengadilan.

Para pihak yang bersengketa di pengadilan dan sengketa tersebut dalam

proses mediasi memiliki tenggat waktu dalam memilih dan menentukan mediator.

Para pihak dalam jangka waktu dua hari berunding untuk menentukan mediator

yang akan menengahi perkara yang sedang terjadi. Apabila dalam jangka waktu

(19)

tersebut kepada majelis hakim. Atas pilihan mediator tersebut , ketua majelis

hakim memberitahukan kepada mediator yang terpiih untuk segera melaksanakan

tugasnya pada perkara yang sedang diperiksa.

Sebaiknya apabila para pihak tidak dapat menentukan hakim mediator

yang menagani perkara tersebut, mereka wajib menyampaikan hal tersebut kepada

ketua majelis hakim. Dengan adanya kegagalan dalam memilih mediator, ketua

majelis hakim akan segera menunjuk hakim yang bukan menangani perkara dan

hakim tersebut memiliki sertifikat sebagai mediator untuk menjadi mediator.

Apabila dalam suatu pengadilan tidak terdapat hakim yang tidak memiliki

sertifikat sebagai mediator, ketua majelis akan memilih hakim pemeriksa untuk

menjalankan perkara untuk menjalankan fungsi sebgai mediator.

Setelah mediator yang akan menangani perkara telah dipilih, para

pihakyang bersengketa akan menempuh proses mediasi. Tahap tahap dari proses

mediasi yang akandijalankan oleh para pihak adlah sebgaimana yang ditentukan

pada pasal 13 Perma No 1 tahun 2008.59

1. Dalam waktu paling lama lima hari kerja setlah para pihak menunjuk

mediator yang disepakati, masing-masing pihak dapat menyeerahkan

resume perkara kepada satu sama lain dan kepada mediator.

2. Dalam waktu paling lama lima hari kerja setelah ppara pihak gagal

memilih mediator, masing-masing pihak dapat menyerahkan resume

perkara kepada hakim mediator yang ditunjuk.

59

(20)

3. Proses mediasi yang berlangsung paling lama empat puluh hari kerja

sejak mediator dipilih oleh pihak atau ditunjuk oleh ketua majelis

hakim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11ayat 5 dan 6

4. Atas dasar kesespakatan para pihak, jangka waktu mediasi dapat

diperpanjang paling lama empat belas hari kerja sejak berakhir masa

empat puluh hari sebagai mana dimaksud dalam ayat 3.

5. Jangka waktu proses meediasi tidak termasuk jangka

waktupemeriksaan perkara .

6. Jika diperlukan dan atas dasar kesepakatan para pihak, mediasi dapat

dilakukan secara jarak jauh dengan menggunakan alat komunikasi

Mediasi yang dijalankan oleh para pihak, dapat dilaksanakan di pengadilan

atau diluar pengadilan. Hal ini bergantung pada kehendak dari para pihak yang

erperkara. Namun, kebebeasan untuk melaksanakan mediasi ini tidak sepenuhnya

dapat ditentukan oleh para pihak karena apabila mediator yang menangani perkara

tersebut adalah hakim pengadilan ,proses mediasi harus dipengadilan.

Pada saat menjalankan fungsinya, mediator memiliki kewenangan untuk

menyatakan bahwa mediasi yang sedang dijalakan dinyatakan gagal dengan

mendasarkan alasan kegagalan tersebut pada hal-hal sebagai berikut.60

1. Jika para pihak atau kuasa hukumnya telah dua kali berturut turut tidak

menghadiri pertemuan mediasi meskipun telah dipanggil secara patut

60

(21)

2. Mediator memahami bahwa dalam sengketa yang sedang diperiksa

melibatkan aset, harta kekayaan atau kepentingan yang nyata-nyata

berkaitan dengan pihak lain yang tidak disebutkan dalam surat gugatan

sehingga para pihak dianggap tidak llengkap

Tugas-tugas mediator dam menjalan kan fungsinya dalam proses mediasi

adalah sebgai mana yang ditentukan dalam Perma No 1 Tahun 2008 sebagai

berikut.

a. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal pertemuan mediasi kepada

para pihak untuk dibahas dan di sepakati.

b. Mediator wajib mendorong para pihak untuk seccara langsung berperan

dalam proses mediasi.

c. Apabila dianggapperlu mediator dapat melakukan kaukus

d. Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali

kepentingan dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi

para pihak.

Sengketa bisa terjadi disebabkan oleh kurangnya pemahaman dari para

pihak akan transaksi ataupun hubungan hukum yang terjadi diantara para pihak

sehinggga dengan adanya ketidakpahaman atas hubungan tersebut pendapat dari

orang lain yang dianggap sebagai ahli dalam hal hubungan hukum ataupun

transaksi yang terjadi di antara para pihak.

Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya, mediasi merupakan cara

(22)

dianggap wajar apabila pihak lain dilibatkan dalam suatu sengketa yang sedang

terjadi. Pihak lain dalam hal ini adalah mereka yang merupakan ahli di bidang

perkara yang sedang melalui proses mediasi tersebut. Pasal 16 Perma No 1 tahun

2008 mengatur tentang di perbolehkan nya ahli dilibatkan dalam proses mediasi,

yang mengatur sebagai berikut.

1. Atas persetujuan atau kuasa hukum mediator dapat mengundang seorang ahli

atau lebih ahli hukum dalam bidang tertentu untuk memberikan penjelasan

atau pertimbangan yang dapat membantu menyelesaikan perbedaan pendapat

di antara para pihak

2. Segera setelah menerima pemberitahuan tersebut, hakim melanjutkan

pemeriksaan perkara sesuai ketentuan hukum acara yang berlaku.

3. Pada tiap tahapan pemeriksaan perkara, hakim pemeriksa perkara tetap

berwenang untuk mendorong atau mengusahakan perdamaian hingga sebelum

pengucapan putusan.

4. Upaya perdamaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berlangsung paling

lama 14 (empat belas) hari kerja sejak hari para pihak menyampaikan

keinginan berdamai kepada hakim pemeriksa perkara yang bersangkutan.

Gagalnya proses mediasi tentu menyebabkan para pihak harus menjalani

proses persidangan. Dalam proses persidangan para pihak akan mengajukan bukti

bukti dan saksi-saksi yang dipergunakan sebagai sarana memperkuat

(23)

mengajukan bukti buti yang diperoleh dari proses mediasi. Hal ini secara tegas

diatur pada pasal 19 Perma No1 tahun 2008 sebgai berikut

1. Jika para pihak gagal mencapai kesepakatan, pernyataan dan pengakuan

para pihak dalam proses mediasi tidak dapat digunakan sebagai alat bukti

dalam proses persidangan perkara yang bersangkutan atau perkara lain.

2. Catatan mediator wajib dimusnahkan.

3. Mediator tidak boleh diminta menjadi saksi dalam proses persidangan

perkara yang bersangkutan.

4. Mediator tidak dapat dikenai pertanggungjawaban pidana maupun perdata

atas isi kesepakatan perdamaian hasil proses mediasi.

Apabila para pihak telah gagal untuk bersepakat dalam mediasi,para pihak

menjalankan proses berperkara di pengadilan , dengan dijalankan nya proses

berperkara di pengadilan, bagi para pihak telah tertutup upaya untuk berdamai.

D.Fungsi Mediasi Dalam Penyelesaian Sengketa Perceraian.

Penggunaaan mediasi sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa

dengan damai ini dilatar belakangi oleh banyak faktor, seperti mengurangi

menumpuknya perkara di pengadilan, kecenderungan manusia untuk

menyelesaikan masalahnya dengan cara damai (win-win solution), mempercepat

proses penyelesaian sengketa dan lain sebagainya. Sehingga dengan cara mediasi

kepentingan dan keinginan para pihak dapat terkompromikan dengan

(24)

pada dasarnya mediasi dapat laksanakan di luar proses persidangan di pengadilan.

Namun dalam masalah perceraian tidak mungkin harus menggunakanan

sistem penyelesaian sengketa di luar pengadilan secara menyeluruh, akan tetapi

mau tidak mau harus tetap mengikuti tahapan proses beperkara di persidangan

pengadilan, Asas mempersulit perceraian Untuk memungkinkan terjadinya

perceraian harus ada alasan-alasan terntentu dan harus dilakukan di depan sidang

pengadilan.61 Untuk proses pelaksanaan perceraian sendiri harus dilaksanakan di pengadilan bukan di tempat lain.

Walapun demikian dalam sengketa perceraian, kewajiban mendamaikan

para pihak bersifat imperatif, dan Majelis Hakim harus memberi kesempatan para

pihak untuk melakukan upaya damai di luar persidangan. Bentuk perdamaian

dalam sengketa yang menyangkut hukum kebendaan (zaken recht), akan dengan

sendirinya menghentikan sengketa, dan perdamaian yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak dapat dikukuhkan dengan putusan perdamaian yang

mempunyai kekuatan eksekutorial.

Hal ini juga untuk menghindari tidak diterimanya perkara (NO; Niet

Onvankelijk Verklaat) berdasarkan azas nebis in idem.2 Berdasarkan

pertimbangan sebagaimana tersebut di atas, maka kesepakatan yang ingin dicapai

adalah kesepakatan untuk rukun dan damai, bukan kesepakatan untuk melakukan

61

(25)

perceraian secara damai. Untuk itu, dalam mewujudkan keinginan perdamaian

dalam perkara perceraian adalah dengan jalan mencabut perkara tersebut62

Mediator sebagai pihak ketiga di dalam menyelesaikan penyelesaian

sengketa alternatif memilki beberapa fungsi. Menurut Fuller, fungsi mediator

yakni sebagai katalisator, pendidik, penerjemah, narasumber, penyandang berita

jelek,agen realitas, dan sebagai kambing hitam (scapegoat).

1. Fungsi sebagai “katalisator”, diperlihatkan dengan kemampuan

mendorong lahirnya suasana yang konstruktif bagi dialog atau

komunikasi diantara para pihak dan bukan sebaliknya, yakni

menyebarkan terjadinya salah pengertian dari polarisasi diantara para

pihak;

2. Sebagai “pendidik”, dimaksudkan berusaha memahami kehendak,

aspirasi, prosedur kerja, keterbatasan politis, dan kendala usaha dari

para pihak;

3. Sebagai “penerjemah”, mediator harus berusaha menyampaikan dan merumuskan usulan pihak yang satu kepada pihak lainnya melalui

bahasa, atau ungkapan yang enak didengar oleh pihak lainnya, tetapi

tanpa mengurangi maksud atau sasaran yang hendak dicapai oleh

sipengusul.

4. Sebagai “narasumber”, mediator harus mampu mendayagunakan dan melipatgandakan kemanfaatan sumber-sumber informasi yang tersedia.

62

Pasal 83 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Pasal 32 Peraturan Permerintah

Nomor 9 Tahun 1975.

(26)

5 . Sebagai “penyandang berita jelek”, mediator harus menyadari bahwa para pihak dalam proses perundingan dapat bersikap emosional, maka

mediator harus siap menerima perkataan dan ungkapan yang tidak enak

dan kasar dari salah satu pihak

6. Sebagai “agen realitas”, mediator harus memberitahu atau memberi pengerian secara terus terang kepada satu atau para pihak, bahwa

sasarannya tidak mungkin atau tidak masuk akal untuk dicapai melalui

sebuah proses perundingan.

7. Sebagai “kambing hitam”, mediator harus siap menjadi pihak yang

dipersalahkan apabila orang-orang yang dimediasi tidak merasa

sepenuhnya puas terhadap prasyarat-prasyarat dalam kesepakatan.63

Ini fungsi dari mediasi menurut fuller, Berbeda dengan perkara yang

menyangkut status seseorang (personal recht) seperti dalam hal perkara

perceraian, maka apabila terjadi perdamaian tidak perlu dibuat akta perdamaian

yang dikuatkan dengan putusan perdamaian, karena tidak mungkin dibuat suatu

perjanjian / ketentuan yang melarang seseorang melakukan perbuatan tertentu,

seperti melarang salah satu pihak meninggalkan tempat tinggal bersama,

memerintahkan supaya tetap mencintai dan menyayangi, tetap setia, melarang

supaya tidak mencaci maki dan lain sebagainya, karena hal-hal tersebut apabila

diperjanjikan dalam suatu akta perdamaian dan kemudian dilanggar oleh salah

satu pihak, maka akta perdamaian tersebut tidak dapat dieksekusi, selain itu akibat

63

(27)

dari perbuatan itu dan tidak berbuatnya, tidak akan akan mengakibatkan

terputusnya perkawinan, kecuali salah satu pihak mengajukan gugatan baru untuk

perceraiannya.

Ini lah yang dianggap sebagai fungsi dalam mediasi dalam perceraian

dimana mediator dituntut untuk dapat menengahi sengketa yang terjadi dan

khususnya dalam sengketa perceraian dimana pencabutan perkara adalah ujung

(28)

BAB IV

PERANAN MEDIATOR DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERCERAIAN

A. Proses Penyelesaian Sengketa Perceraian Oleh Mediator

Secara institusional proses mediasi di pengadilan dilembagakan melalui

Peraturan Mahkamah Agung No. 2 tahun 2003 tentang Proses Mediasi Di

Pengadilan, yang kemudian disempurnakan dengan Peraturan Mahkamah Agung

No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan, dengan tujuan

memperkuat dan memaksimalkan mediasi yang terkait dengan proses berperkara

di pengadilan untuk menemukan penyelesaian yang memuaskan, dan memenuhi

rasa keadilan, serta memaksimalkan fungsi lembaga pengadilan dalam

menyelesaikan sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus.

Untuk itu lah dalam proses mediasi sudah diatur dalam Peraturan Mahkamah

Agung No. 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan sebagai

berikut:

TAHAPAN PROSES MEDIASI

1.Pernyataan Pembukaan oleh mediator.

a. Ucapan selamat datang;

b. Perkenalkan diri;

c. Penjelasan peran mediator; membantu proses dan tidak berpihak;

Menerangkan urutan kejadian, Meyakinkan para pihak yang masih ragu,

Menerangkan peran mediator dan para pihak, Menegaskan bahwa para pihak

(29)

Menyusun aturan dasar dalam menjalankan tahapan, Member kesempatan

mediator untuk membangun kepercayaan dan menunjukan kendali atas

proses, Mengonfirmasi komitmen para pihak terhadap proses.

d. Penjelasan proses; sifat tidak formal, kesepakatan aturan-aturan mediasi

1) tidak boleh menyerang pribadi,

2) kerahasiaan, segala sesuatu dalam mediasi tidak dapat menjadi alat bukti

litigasi, dan

3) melakukan kaukus.

Kaukus adalah pertemuan yang dilakukan oleh mediator yang

dimana pertemuan ini dilakukan secara terpisah antara tergugat dan

penggugat. Pertemuan ini dilakukan untuk mendengar pendapat dari

kedua bela pihak. Dengan kaukus, persoalan yang dead lock, diharapkan

ada titik temunya. Karena dengan kaukus, pihak-pihak lebih leluasa untuk

menyatakan pendapat, karena pada saat "kaukus" pihak lawan tidak hadir

dan mendengar pembicaraan. Pada saat kaukus, pihak yang mengadakan

pertemuan, juga bisa secara terbuka mengungkapkan "kepentingan yang

tersembunyi", sehingga lebih mudah mediator mendorong pihak-pihak

untuk menemukan solusi pemecahan dari mereka.64 Kaukus merupakan salah satu ciri utama yang membedakan proses mediasi dari proses litigasi.

Kaukus merupakan teknik pendekatan yang sering kali digunakan dalam

proses mediasi. Kaukus merupakan pengecualian dari prinsip umum yang

64

(30)

mengharuskan setiap pertemuan mesti dihadiri para pihak yang

berperkara.65

2.Pernyataan Pembukaan Para Pihak.

a. Mengungkapkan riwayat masalah / sengketa

Pengungkapan semua masalah yang terjadi dalam rumah tangga agar

dicatat oleh mediator sebagai penengah dalam sengketa perceraian, agar

dapat dijadikan poin-poin untuk mendamaikan para pihak sengketa

perceraian. Dan juga salah satu peran yang penting bagi mediator adalah

mengidentifikasi hal-hal yang telah disepakatiantara para piahk sebagai

landasan untuk melanjutkan proses negosiasi.

b. Mengungkapkan posisi-posisi dan kepentingan

Pengungkapan masalah yang terjadi apabila perceraian benar-benar terjadi,

biasanya tentang harta, dan hak asuh anak serta hal lain yang berhubungan

dengan perkawinan dan harus diatur ulang bila perceraian itu benar terjadi.

3.Merancang Proses Pemecahan Masalah.

a. Menyusun jadwal.

Menyatukan jadwal antar para pihak yang bersengketa agar dapat hadir

bersamaan dalam mediasi yang dilakukan oleh pengadilan, agar mediasi

tidak sia-sia dilaksanakan akibat tidak hadirnya para pihak yang

bersengketa

(31)

b. Menyusun agenda (masalah-masalah yang harus diperundingkan)

disimpulkan dari pernyataan para pihak.

Mediator perlu membuat suatu “struktur” dalam pertemuan mediasi yang

meliputi masalah-masalah yang sedang diperselisihkan dan sedang

berkembang. Dikonsultasikan dengan para pihak, sehingga tersusun

“daftar permasalahan” menjadi suatu agenda. Dan membuat kesimpulan

masalah-masalah yang terjadi dalam sengketa perceraian dicatat dan

didapatkam dari keluhan-keluhan para pihak selama menjalani perkawinan

dan dijadikan poin untuk bertindak untuk menyelesaikan sengketa

perceraian.

c. Menyusun rencana pembahasan untuk tiap masalah.

4.Pemecahan Masalah.

a. Mengetahui dan mengkaji posisi dan kepentingan para pihak.

b. Menggali berbagai opsi untuk tiap masalah.

c. Membahas tiap opsi.

d. Memilih opsi terbaik dari berbagai opsi.

5.Tawar Menawar.

a. Mengadakan perubahan-perubahan dari opsi.

b. Kesepakatan awal.

c. Trade off, mengembangkan rencana, pelaksanaan.

6.Penyiapan Draft.

(32)

b. Bahas ulang draft, perubahan jika perlu.

7.Kesepakatan Akhir

Formalisir :Serahkan kepada majelis hakim untuk dijadikan akta

perdamaian.66 Setelah menyelesaikan tugasnya,mediator kemudian melaporkan kepada majelis hakim yang memeriksa perkara, dan menyerahkan laporan hasil

tersebut berupa laoran tertulis, serta melampirkan hasil kesepakatan kedua bela

pihak yang telah ditandatangani kedua bela pihak jika proses mediasi itu berhasil

dilaksanakan. Hasil proses mediasi di pengadilan yang menghasilkan kesepakatan

perdamaian dituangkan dalam bentuk tertulis seperti yang diatur dalam Pasal 17

ayat (1) dan ayat (2) PERMA Nomor 1 Tahun 2008 yang menyatakan jika mediasi

menghasilkan kesepakatan perdamaian, para pihak dengan bantuan mediator

wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani

oleh para pihak dan mediator. Ayat (2) jika dalam proses mediasi para pihak

diwakili oleh kuasa hukum, para pihak wajib menyatakan secara tertulis

persetujuan atas kesepakatan yang terjadi.

Dengan adanya kesepakatan perdamaian secara tertulis tersebut, maka

terdapat bukti tertulis bahwa di antara para pihak yang bersengketa tersebut telah

mencapai kesepakatan perdamaian melalui mediasi, sehingga tidak ada pihak

yang dapat mengingkari adanya kesepakatan damai tersebut.

Tetapi sedikit berbeda dengan perkara yang menyangkut status seseorang

seperti dalam hal perkara perceraian, perdamaian tidak perlu dibuat akta

perdamaian yang dikuatkan dengan putusan perdamaian, karena tidak mungkin

66

(33)

dibuat suatu perjanjian yang melarang seseorang melakukan perbuatan tertentu,

seperti melarang salah satu pihak meninggalkan tempat tinggal bersama, harus

setia, memerintahkan supaya tetap mencintai dan menyayangi, dan lain

sebagainya, karena hal-hal tersebut apabila diperjanjikan dalam suatu akta

perdamaian dan kemudian dilanggar oleh salah satu pihak, maka akta perdamaian

tersebut tidak dapat dieksekusi, selain itu akibat dari perbuatan itu dan tidak

berbuatnya, tidak akan akan mengakibatkan terputusnya perkawinan, kecuali jika

salah satu pihak membuat gugatan baru untuk perceraiannya.67

B.Hambatan Yang Di Hadapi Mediator Dalam Menyelesaikan Sengketa Perceraian.

Mediasi adalah suatu cara untuk menyelesaikan suatu sengketa dimana

mediator yang sebagai penengah dalam suatu sengketa tersebut. Untuk mensukses

kan suatu jalanya mediasi banyak hambatan yang terjadi dimana ketika penulis

mengadakan wawancara dengan salah seorang hakim yang ada di pengadilan

stabat yang bernama darminto SH yang juga sebagai salah seorang mediator di

pengadilan stabat

Mahkamah agung RI dengan keputusan Mahkamah Agung RI

No:KMA/059/SK/2003 yang berlaku sejak 30 Desember 2003 dan berlaku efektif

sejak 18 september-nobember 2004, telah menunjuk beberapa pengadilan negeri

yang perlu dibina dan diamati secara khusus dalam rangka penerapan PERMA

67

(34)

No.2 tahun 2003 yaitu pengadilan Negeri Surabaya, pengadilan Negeri bengkalis

dan pengadilan Negeri batusangkar. Keempat Pengadilan Negeri tersebut bertugas

menjalankan kegiatan mediasi berupa:

1. Mengadakan pelaksanaan dan sosialisasi program percontohan mediasi.

2. Mengadakan pelatihan bagi Hakim-Hakim, wakil advokat, pemuka adat,

wakil pengusaha, dan para dosen mengenai pelaksanaan mediasi, dan

3. Hal lain yang dipandang perlu.

Dengan berakhirnya masa pembinaan tersebut, ternyata terdapat hambatan yang

dijumpai dalam pelaksanaan mediasi berdasarkan Perma No.2 Tahun

2003tersebut.68

Dalam perma menimbang baik Pasal 130 HIR maupun Pasal 154 RBg,

mendorong para pihak untuk menempuh proses perdamaian yang dapat

diintensifkan dengan cara mengintegrasikan proses mediasi ke dalam prosedur

berperkara di Pengadilan Negeri, dan dalam Perma no 2 tahun 2003 itu masih

dilakukan tetapi tidak bersifat memaksa , tetapi hanya bersifat disarankan supaya

para pihak berdamai69 kemudian lahir lah Perma no. 1 tahun 2008 yang diharap kan dapat mengatasi kekurangan Perma no. 2 tahun 2003. Akan tetapi , meski

peraturan telah diganti, hambatan pelaksanaan tetap ada sebagai sebagai mana

dibawah ini beberapa yang menghambat pelaksanaan mediasi

1. Ketidakadaan Mekanisme yang dapat memaksa salah satu pihak atau para

pihak yang tidak menghadiri pertemuan mediasi

68

Nurnianingsih , Mediasi alternatif penyelesaian sengketa perdata di pengadilan , Rajawali Pers, 2011, halaman: 154.

69

(35)

Memang dalam PERMA No1 tahun 2008 ada perubahan yang betul-betul

membuat proses mediasi dalam pelaksanaan menjadi suatu hal yang wajib

dilaksanakan tidak seperti dalam 130 HIR dan 154 RBg dan juga dalam PERMA

no2 tahun 2003 yang hanya menyarankan para pihak untuk berdamai. Dalam

PERMA no 11 tahun 2008 jika dalam suatu proses peradilan perdata tidak ada

dilakukan upaya mediasi maka, putusan dari peradilan tersebut batal demi

hukum.70 Dalam proses persidangan biasa jika salah satu pihak tidak hadir pada sidang pertama setelah dipanggil secara patut maka hakim dapat menjatuhkan

putusan verstek, yang mengalahkan pihak yang tidak hadir. Ketentuan ini mendorong bagi para pihak untuk memenuhi panggilan di pengadilan.71 Tetapi tidak ada yang menjamin atau membuat suatu mekanisme dimana para pihak

harus hadir dalam proses mediasi. oleh karena salah seorang atau para pihak tidak

hadir dalam mediasi maka proses peradilan akan berlanjut sesuai dengan

ketentuan yang reguler tentunya , dengan demikian proses mediasi dinyatakan

gagal72 jadi dalam proses mediasi bila ada para pihak yang tidak hadir setelah ditentukan pertemuan mediasi, berarti ia sebenarnya tidak berkehendak untuk

berdamai, sehingga mereka sengaja bermain main dengan waktu empat puluh hari

yang diwajibkan untuk proses mediasi.73

2. Jumlah mediator dan jumlah hakim yang terbatas

(36)

Hal ini mempengaruhi pula terhadap pelaksanaan mediasi di pengadilan.

Lembaga penyedia jasa yang ada di Indonesia masih sangat minim, padahal

jumlah perkara perdata yang diajukan ke pengadilan terbilang banyak dan

memerlukan mediator. Sampai saat ini jumlah mediator yang terdaftar di

pengadilan masih sangat sedikit, bahkan tidak ada. Oleh karena itu guna

pemberdayaan PERMA tersebut, maka jumlah tenaga mediator harus

ditingkatkan yang didukung pula oleh lembaga penyedia jasa mediator.

Didalam pengadilan stabat ada dua ketentuan mengenai pengaturan

tentang mediasi yaitu hakim yang telah mendapatkan sertifikat mediator dari

mahkamah agung dan jika tidak ada hakim yang memiliki sertifikat dalam suatu

pengadilan maka semua hakim berhak untuk menjadi hakim dalam proses mediasi

tersebut. Dan yang kedua adalah dari golongan non hakim dimana didalam nya

terdapat kalangan dosen dan pengacara atau pun praktisi praktisi hukum yang

telah mendapatkan sertifikat mediator tersebut,

Tetapi di pengadilan stabat sendiri dari 15 hakim yang betugas , yang

memiliki sertifikat mediator tersebut hanya ada satu hakim yang memilikinya

yaitu pak Sohe SH MH selaku mediator hakim dalam pengadilan negeri stabat.74 Dengan adanya PERMA no 1 tahun 2008, pasal 8 ayat (1), mediator pada

setiap pengadilan berasal dari kalangan hakim dan bukan hakim yang memiliki

sertifikat. Hakim diberi tugas sebagai seorang mediator dimana mereka juga peru

mendapatkan pelatihan mengenai mediasi. Hakim mediator dapat berupa hakim

pemeriksa perkara dan hakim bukan pemeriksa perkara. Hanya saja timbul

74

(37)

kendala bahwa akankah berhasil pelaksanaan mediasi yang mediatornya adalah

hakim pemeriksa perkara hal tersebut mustahil karena tentu hakim mediator tidak

akan sungguh sungguh mengupayakan perdamaian karena akan mengurangi

pekerjaanya, sebab terdapat juga kalangan hakim yang tidak berminat

mewujudkan perdamaian para pihak.75 3. Itikad baik para pihak

Itikad baik sangat penting guna keberhasilan proses mediasi agar tercapai

kepakatan win-win solution. Apabila para pihak tidak mau melihat kebutuhan

mereka dan hanya mengejar keuntungan, maka perdamaian melalui mediasi akan

sulit di tercapai76

Tercapai atau tidaknya kesepakatan sangat tergantung dari itikad baik para

pihak untuk menyelesaikan sengketa dalam proses mediasi. Jika tidak ada itikad

baik dalam proses mediasi dari kedua belah pihak, kesepakatan tidak akan pernah

tercapai dan konflik pun tidak dapat terselesaikan. Selain itu dalam proses mediasi

harus dimunculkan informasi yang cukup sebagai bahan perundingan.

Informasi-informasi yang disampaikan oleh kedua belah pihak menjadi sangat penting bagi

mediator untuk dapat segera memberikan pendapatnya terhadap konflik yang

tengah terjadi. Selain itu kedua belah pihak harus memberikan kewenangan yang

cukup bagi mediator untuk menjadi penengah dalam konflik yang sedang dihadapi

oleh kedua pihak. Kepatuhan para pihak dalam menaati kesepakatan yang dibuat

dan pengaruh mediator dalam proses mediasi sangat mempengauhi kesepakatan

75

Nurnianingsih, Opcit, halaman : 156

76

(38)

yang akan dicapai oleh pihak-pihak yang bersengketa.77 Tetapi jika melihat melihat mediasi dari pembahasan perceraian yang alasan-alasan perceraian itu

sendiri biasanya adalah ketidak cocokan hubungan , kdrt, mempunyai wanita atau

pria lain , masalah ekonomi karena menyangkut juga sengketa hati yang cukup

dalam rasa nya cukup sulit untuk para pihak agar berdamai karena masing masing

pihak sudah tidak ada itikad baik untuk berdamai, ini yang membuat sulit

mediator untuk mendamaikan kedua belah pihak.

4. Dukungan para hakim

Para hakim pengadilan negeri berpendapat bahwa tgas pokok mereka

adalah menyelesaikan sengketa secara memutus. Gaji yang diterima merupakan

imbalan atas pelaksanaan tugas pokok itu. Pemberian tugas sebagai mediator

intinya adalah mendamaikan adalah berbeda dari tugas pokok, dengan kata lain

tugas tambahan, sehingga mereka berhak atas insentif. Hal ini terjadi karena

hakim belum memiliki kesadaran idealis seperti itu. Tanpa dukungan dari hakim,

maka penerapan mediasi yang diwajibkan itu tidak akan pernah berhasil.78

Dukungan dari hakim kurang untuk memediasi para pihak agar berdamai

bisa jadi hakim tidak menjiwai mediasi dan hanya untuk sekedar formalitas tapi

bukanya untuk menggali apa yang menjadi pokok permasalahan agar perceraian

dapat dimediasi, tetapi hanya dilakukan secara formalitas sehingga mediasi yang

hanya sekedarnya saja tidak akan berhasil tanpa hakim yang menjiwai perkara

tersebut dan memberikan dukungan-dukungan kepada para pihak untuk

77

http://yoegipradana.blogspot.com/2013/05/bab-i-pendahuluan-a.html

78

(39)

meelanjutkan perkawinan mereka.79 Oleh karenanya perlu upaya penciptaan insentif yang jelas dan transparan bagi para hakim yang sukses mendamaikan,

sehingga para hakim mendukung sepenuhnya proses mediasi. Memang dalam

pasal 25 ayat (1) PERMA ini diatur bahwa hakim yang berhasil menjalankan

fungsi mediator akan diberi insentif dan mahkamah agung menyediakan sarana

yang dibutuhkan bagi proses mediasi, akan tetapi hingga tahun 2011 pengaturan

tersebut belum terealisasi, hanya sekedar peraturan diatas kertas sehingga tidak

meningkatkan kesadaran hakim untuk mendamaikan.80 5. Ruangan mediasi

Tersedianya ruangan khusus mediasi merupakan faktor penting untuk

mendukung pelaksanaan mediasi tersebut. Disamping faktor kerahasiaan nya yang

harus dijaga, rasa nyaman juga perlu diperhatikan agar para pihak lebih leluasa

mengungkapkan masalahnya didengar orang lain.81 Hal ini juga yang telah dipikirkan oleh ketua pengadilan negeri langkat sehingga ,pengadilan negeri

langkat tersebut memiliki ruangan mediasi yang cukup baik dan dapat menjaga

privasi dari para pihak yang sedang bersengketa terlebih jika sengketa perceraian

yang merupakan aib bagi suami maupunisteri82

6. Dukungan pengacara dalam proses mediasi Masalah pemberian honorarium

(40)

hubungan antara pengacara dan kliennya sehingga tidak perlu dicampuri

oleh mahkamah agung. Akan tetapi karena dukungan atau penolakan pengacara

untuk menganjurkan klienya bermediasi akan berpengaruh pada pelaksanaan

perma ini, hal ini perlu dibahas sebagai satu mata rantai yang saling berkaitan83 Pak darmito juga mengatakan ada juga hubungan antara proses mediasi

dengan pengacara dimana pengacara mempunyai peran penting sebagai penasehat

hukum bagi klienya yang seharusnya dapat digunakan secara maksimal tetapi jika

itu dilakukan maka pengacara akan kehilangan atau kekuragan honor yang akan

didapatnya tetapi pak darminto tidak ingin membahas terlalu dalam karena itu

bukan bagian langsung dari tanggung jawab dia sebagai hakim.84

Pola honorarium terbagi atas tiga pola, yaitu : pertama pengacara

mempunyai klien tetap dan menerima honor yang biasanya pertahun atau

perbulan, kedua pengacara menerima honor berdasarkan penanganan kasus hingga

selesai dan ketiga pengacara menerima honor dari klien berdasarkan jam kera atau

frekuensi kunjungan ke persidangan. Pola yang terakhir ini lah yang menyebabkan

pengacaracenderung untuk bersikap negatif terhhadap upaya pelembagaan

mediasi di pengadilan negeri.karena jika kasus selesai dengan cepat, maka

honornya kecil.

C. Keberhasilan dalam penyelesaian sengketa perceraian melalui mediasi

Keberhasilan pelaksanaan suatu mediasi di Pengadilan pada dasarnya

bergantung pada para pihak yang bersengketa, karena pihak lain diluar dari pada

83

Nurnianingsih, Opcit, hal 159

84

(41)

pihak yang bersengketa hanya bertugas sebagai fasilitator dalam proses mediasi.

Mengenai tentang bagaimana suatu mediasi bisa berhasil, apa saja yang

diinginkan para pihak yang bersengketa sebagai jalan tengah yang diterima oleh

para pihak, oleh karena itu di dalam hukum acara perdata diatur bahwa pada

persidangan pertama bahwa hakim ketua wajib menegaskan kepada para pihak

yang bersengketa untuk melakukan mediasi terlebih dahulu. Pelaksanaan mediasi

merupakan kewajiban dalam hukum acara perdata, semua sengketa perdata wajib

menjalankan mediasi kecuali perkara niaga, pengadilan hubungan industrial,

keberatan atas putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dan Komisi

Pengawasan Persaingan Usaha.85 Berhasil atau tidaknya mediasi mencapai kesepakatan damai dalam menyelesaikan sengketa perdata merupakan akhir dari

pelaksanaan mediasi.

Tapi jika dibandingkan dengan mediasi di Negara lain, Australia

contohnya, tepatnya di negara bagian New South Wales, mediasi yang dijalankan

oleh Community Justice Center (CJC). Tingkat keberhasilan mediasi lembaga ini

sangat tinggi, mencapai angka 80 %. CJC bukan bagian dari pengadilan tapi

merupakan lembaga independen yang didirikan pemerintah bagian New South

Wales. CJC secara penuh didanai oleh pemerintah. Sejak resmi berdiri pada tahun

1983, lembaga ini secara konsisten menunjukkan tingkat keberhasilan mediasi

yang tinggi. Tingkat kepuasan masyarakat atas pelayanan yang diberikan juga .

85

(42)

Lantas, faktor apa sebenarnya yang membuat mediasi begitu sukses di

Australia? Sedikitnya ada empat faktor yang memberikan kontribusi atas

tingginya tingkat kesuksesan mediasi itu.

Pertama, pelayanan mediasi secara cuma-cuma. Dari sejumlah lembaga

pelaksana mediasi yang dikunjungi, semuanya memberikan jasa pelayanan

mediasi secara gratis. Lembaga-lembaga ini semuanya memang didanai oleh

negara dan negara menentukan bahwa jasa yang diberikan harus bebas dari

pungutan biaya.

Dengan gratisnya pelayanan mediasi yang diberikan, masyarakat

benar-benar menjadikan mediasi dan juga konsiliasi menjadi alternatif penyelesaian

sengketa yang sesungguhnya. Apalagi jika dihubungkan dengan faktor kedua,

yakni mahalnya biaya berperkara di pengadilan Australia. Belum lagi jika harus

membayar jasa pengacara yang mahal.

Masyarakat tentu akan memilih jasa pelayanan yang gratis dengan hasil

yang sesuai dengan harapan mereka karena berdasarkan kesepakatan daripada

harus „menang dan kalah‟ oleh putusan pengadilan yang membutuhkan biaya

tinggi dan kemungkinan waktu yang cukup lama.

Ketiga, keterlibatan penuh dari eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Pemerintah Australia terlibat penuh dalam usaha tersedianya lembaga yang

menangani alternatif penyelesaian sengketa. Baik di tingkat federal maupun di

negara bagian, keterlibatan dan kepedulian pemerintah sangat nyata.

Hal itu dapat dilihat dari banyaknya lembaga penyelesaian alternatif

(43)

publik maupun swasta. Alternatif penyelesaian sengketa menjadi sesuatu yang

sangat familiar di telinga masyarakat.

Begitu juga dengan keterlibatan legislatif yang mendukung dengan

dibuatkannya peraturan perundang-undangan yang mendukung komitmen

pemerintah dan masyarakat. Yudikatifnya juga begitu, banyak bentuk alternatif

penyelesaian sengketa yang dijalankan sebelum perkara disidangkan, tidak hanya

mediasi.

Faktor terakhir adalah kultur masyarakat, aturan yang jelas dan

penegakkan hukum yang baik. Budaya masayrakat yang rata-rata patuh pada

hukum juga sangat mempengaruhi keberhasilan mediasi. Ditambah dengan aturan

yang jelas dan penegakannya (law enforcement) yang begitu kuat.86

Berbicara soal tingkat keberhasilan di Indonesia tentu saja tidak melulu

mengenai kegagalan. Buktinya, selama tahun 2011, tidak sedikit perkara yang

berhasil diselesaikan melalui mediasi. Berdasarkan data yang diolah badilag.net

dari Laporan Tahunan Badilag 2011, perkara yang masuk ke PA/MS berjumlah

363.041. Sebanyak 68.538 perkara dimediasi. Dari jumlah itu, mediasi yang

berhasil berjumlah 2.924. Dengan demikian, prosentase keberhasilan mediasi

selama 2011 adalah 4,26 persen.

Dari segi jumlah, mediasi yang paling banyak menuai keberhasilan terjadi

di PA-PA di Jawa Timur. Selama tahun 2011, mediasi yang berhasil di wilayah

PTA Surabaya berjumlah 1.404 dari total 22.011 perkara yang dimediasi. Alhasil,

keberhasilannya mencapai 6,38 persen. Diikuti PTA Semarang berjumlah 12.084

86

(44)

perkara dan 316 yang berhasil. Mediasi yang keberhasilannya paling sedikit

terjadi di wilayah PTA Ambon dan PTA Kupang. PA-PA di kedua wilayah itu

hanya berhasil memediasi 3 perkara. Bisa dimaklumi, perkara dimediasi juga

tidak banyak. Selama 2011, PA-PA di wilayah PTA Ambon hanya memediasi 65

perkara dan PA-PA di wilayah PTA Kupang hanya memediasi 84 perkara.

Sementara itu, dari segi prosentase, PA-PA di wilayah Bangka Belitung

berada di rangking pertama. Di wilayah ini, selama 2011 perkara yang dimediasi

berjumlah 410 dan mediasi yang berhasil berjumlah 50. Dengan demikian,

keberhasilan mediasi di wilayah PTA Bangka Belitung mencapai 12 persen.

Diikuti PTA Maluku Utara yang menerima perkara sejumlah 283 perkara, 22 yang

berhasil di mediasi dan alhasil mencapai prosentase 7,78 %.

Berikut ini data Menurut hasil mediasi dari penelitian yang dilakukan oleh

penulis berrikut ini adalah nomor perkara perceraian masuk ke pengadilan Negeri

stabat dari tahun 2011 sampai dengan 2013

No. 16/Pdt.G/2011/PN STB

Purnawati Br Tambunan Spd (penggugat)

manangan harianja (tergugat)

keterangan : perkara ini gugur (karena para pihak tidak pernah datang pada

persidangan selanjutnya tidak pernah datang)

No. 21/Pdt.G/2011/PN STB

Romi wiliater sialoho (penggugat)

(45)

keterangan : perkara ini N.O (karena pihak tergugat tidak pernah datang pada

persidangan selanjutnya tidak pernah datang)

No. 22/Pdt.G/2011/PN STB

Lesti epidonta Br ginting (penggugat)

Toni (tergugat)

keterangan: dikabulkan untuk bercerai

No. 24/Pdt.G/2011/PN STB

Dessy astuti Br sembiring (penggugat)

Surya darma perangin-angin (tergugat)

keterangan: dikabulkan untuk bercerai

Dari 25 perkara yang masuk ke PN stabat 4 adalah kasus perceraian

No. 02/Pdt.G/2012/PN STB

Mei lina wijaya(penggugat)

Tuan harahap(tergugat)

keterangan:di kabulkan untuk bercerai

No. 03/Pdt.G/2012/PN STB

Laidiah (penggugat)

B liong alias andy (tergugat)

keterangan:di kabulkan untuk bercerai

No. 10/Pdt.G/2012/PN STB

Dima enda ria tarigan(penggugat)

Edli syahputra sitepu (tergugat)

(46)

No. 13/Pdt.G/2012/PN STB

Winny widya (penggugat)

Hendra (tergugat)

keterangan:di kabulkan untuk bercerai

No. 14/Pdt.G/2012/PN STB

Suryangen (penggugat)

Susanto chia cita (tergugat)

keterangan:di kabulkan untuk bercerai

No. 21/Pdt.G/2012/PN STB

Mnutur sinaga (penggugat)

Rosmen Br damanik (tergugat)

keterangan:N.O

No. 34/Pdt.G/2012/PN STB

Esther Br ginting (penggugat)

Rusmin sembiring (tergugat)

keterangan:gugatan dicabut (tetapi telah melewati proses mediasi yang gagal dan

perkara dilanjutkan tetapi gugatan dicabut)

Dari 37 perkara yang masuk ke PN stabat 7 adalah kasus perceraian

No. 05/Pdt.G/2013/PN STB

Naberi Br ginting (penggugat)

Darmawan siitepu (tergugat)

Referensi

Dokumen terkait

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada

Registrasi Member baru dibuat pada halaman awal sehingga mempermudah user baru untuk membuat akun.Sedangkan movie order tetap ditampilkan tetapi user dipaksa untuk

Kuratko, Donald and Hodgetts, Richard (2007), Enterpreneurship theory, process and practise, seven edition, Thomson

Secara keseluruhan aktivitas pembelajaran matematika melalui pendekatan metaphorical thinking menunjukkan hasil yang positif baik dilihat dari sikap siswa

Data primer di dapat dari hasil observasi dan wawancara 8 orang informan dan data sekunder di peroleh dari dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian

Hasil Belajar Pesera Didik Kelas I MI Nurul Huda Dawuhan Trenggalek Melalui Penerapan Model Make a Match Mata Pelajaran Aqidah Akhlak ... 159

model pembelajaran Creative Problem Solving lebih tinggi dari pada kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam berkomunikasi mahasiswa yang dibelajarkan dengan

Periodisitas yang muncul menunjukkan bahwa perubahan dalam kecepatan angin Matahari dan indeks Dst selama aktivitas Matahari minimum lebih dominan disebabkan oleh