PENGARUH ABU SEKAM PADI DAN ABU BOILER KELAPA
SAWIT SEBAGAI CAMPURAN TERHADAP KEKUATAN
BETON
DISERTASI
Oleh :
KARYA SINULINGGA
088103011/KIM
KONSENTRASI FISIKA-KIMIA
PROGRAM DOKTOR ILMU KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH ABU SEKAM PADI DAN ABU BOILER KELAPA
SAWIT SEBAGAI CAMPURAN TERHADAP KEKUATAN
BETON
DISERTASI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor dalam Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Oleh :
KARYA SINULINGGA
088103011/KIM
KONSENTRASI FISIKA-KIMIA
PROGRAM DOKTOR ILMU KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA & ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN AKHIR DISERTASI
Judul : PENGARUH ABU SEKAM PADI DAN ABU
BOILER KELAPA SAWIT SEBAGAI
CAMPURAN TERHADAP KEKUATAN BETON
Nama : KARYA SINULINGGA
NIM : 088103011
Program : Doktor (S3) Program Studi : Ilmu Kimia Konsentrasi : Fisika – Kimia
Menyetujui Promotor
Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc., M.Phil
Co. Promotor Co. Promotor
Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D Prof. Dr. Zakaria Mohd. Amin
PROGRAM STUDI DOKTOR FAKULTAS MATEMATIKA ILMU KIMIA ILMU PENGETAHUAN ALAM KETUA DEKAN
PROMOTOR
Prof. Dr. Harry Agusnar, M. Sc., M. Phil
Guru Besar Bidang Kimia Lingkungan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sumatera Utara
Co_ Promotor
Prof. Basuki Wirjosentono,Ms,PhD Guru Besar Bidang Kimia Polimer
Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Co_ Promotor
Prof. Dr. Zakaria Mohd. Amin
TIM PENGUJI
Ketua : Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc., M.Phil
Anggota : Prof. Basuki Wirjosentono,Ms,PhD
Prof. Dr. Zakaria Mohd. Amin
Prof. Dr. Jamaran Kaban, MSc
Dr. Hamonangan Nainggolan, MSc
Prof. D. Yanazar Manjang
PERNYATAAN ORISINALITAS
Disertasi ini adalah karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar
Nama : Karya Sinulingga
Nomor Pokok : 088103011
RIWAYAT HIDUP
1. a. Nama : Karya Sinulingga
b. Tempat / Tanggal Lahir : Tanah Karo / 25 Desembar 1960
c. Agama : Kristen Protestan
d. Alamat : Jl. Ngumban Surbakti No. 83
Padang Bulan Medan
e. Pekerjaan : Sebagai Dosen di Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan
f. Nama Istri : Ukurta br. Ginting
g. Nama anak : Winda br Sinulingga, SE Adi Pranata Sinulingga
2. Riwayat Pendidikan
a. Tahun 1972 tamat dari SD Negeri Bintang Meriah Tanah Karo
b. Tahun 1976 tamat dari SMP Swasta Masehi Advent Siabang abang Tanah Karo
c. Tahun 1979 tamat dari SMA Negeri 1 Kabanjahe Tanah Karo
d. Tahun 1984 tamat dari IKIP Negari Medan
e. Tahun 2004 tamat dari Program Magister Bidang Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
karunia-Nya sehingga dapat selesainya penelitian dan penulisan desertasi ini
dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang telah
membantu sehingga selesainya desertasi ini.
Selanjutnya dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih yang tiada terhingga kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, MSc., M.Phil, selaku dosen/promotor
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan
bimbingan penelitian dan penulisan dalam disertasi ini.
2. Bapak Prof. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, PhD, selaku Co_ Promotor
serta ketua Program S3 kimia yang telah banyak memberikan saran,
bimbingan dan dorongan selama mengikuti perkuliahan, penelitian
sehingga selesainya disertasi ini.
3. Bapak Prof. Dr. Zakaria Mohd. Amin, selaku Co_ Promotor yang telah
membimbing, mendorong, dan memberikan saran-saran kepada penulis
selama penelitian sehingga terselesaikannya disertasi ini.
4. Bapak Prof. Dr. Jamaran Kaban, MSc, Dr. Hamonangan Nainggolan,
M.Sc, serta Prof. D. Yanazar Manjang selaku dosen penguji/pembanding
yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran kepada penulis
dalam penyusunan disertasi ini.
5. Kepala Laboratorium Departemen Teknik Sipil Politeknik Negeri Medan
yang telah membantu penulis dalam pembuatan sampel penelitian.
6. Kepala Laboratorium Fisika Unimed yang telah memberikan fasilitas dan
kemudahan untuk menganalisa sebagian sampel penelitian.
7. Kepala Laboratorium Batan yang telah membantu dalam menganalisa
8. Dr. Nurdin Bukit, Msi yang telah banyak mendorong dan memfasilitasi
serta memberikan semangat, motifasi, pengertian serta kesabaran dalam
penulisan disertasi ini.
9. Kepada seluruh teman dan rekan sejawat yang terus memberi dorongan
dan perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini. Semoga
kiranya seluruh kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan ini menjadi
berkat dari Tuhan Yang Maha Esa
Medan, Mei 2014
Penulis,
PENGARUH ABU SEKAM PADI DAN ABU BOILER KELAPA SAWIT SEBAGAI CAMPURAN TERHADAP KEKUATAN BETON
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi ideal penambahan abu sekam padi dalam beton dan penambahan abu kelapa sawit dalam beton, untuk meningkatkan mutu beton melalui penambahan abu sekam padi dan melalui penambahan abu kelapa sawit, untuk mengetahui sifat fisikal seperti kekuatan tekan dan kekuatan tekan beton yang diberi campuran abu sekam padi dan diberi campuran abu kelapa sawit, dan untuk mengetahui penyerapan air dalam campuran beton abu sekam padi dan abu kelapa sawit. Metode penelitian dilakukan dengan menambahkan pencampuran abu sekam padi dan abu kelapa sawit pada komposisi (5%, 10%, 15%, dan 20%) dan dilakukan perendaman dalam jangka waktu (7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, dan 60 hari) pada pembuatan sampel dan pengujian sampel (kekuatan tekan, modulus elastisitas, daya serap air, berat jenis, dan analisis regresi variable terhadap kekuatan beton) serta dari komposisi terbaik dilakukan analisis XRD. Dari hasil penelitian diperoleh dari hasil XRD SiO2 pada abu kelapa sawit 0,831 Wt%, pada abu sekam padi 0,842
Wt%, pada beton 0,918 Wt%, sedangkan pada beton dengan campuran abu sekam padi 5% SiO2 0,903 Wt%, pada campuran abu kelapa sawit 5% 0,885 Wt%, dan
pada campuran abu sekam padi 2,5% dan abu kelapa sawit 2,5% sebesar 0,695 Wt%. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya pencampuran pada beton mengakibatkan kandungan SiO2 pada beton berkurang. Dengan penambahan
campuran terhadap beton menghasilkan kekuatan tekan meningkat, modulus elastisitas meningkat, daya serap air menjadi menurun, dan sedangkan untuk berat jenis meningkat. Dengan penambahan campuran terhadap beton berdasarkan lama perendaman menghasilkan kekuatan tekan meningkat, modulus elastisitas meningkat, daya serap air menjadi menurun, dan sedangkan untuk berat jenis meningkat. Dari data yang menunjukan kuat tekan, modulus elastisitas, daya serap air, dan berat jenis dapat disimpulkan komposisi yang lebih baik pada beton dengan campuran abu sekam padi 5% dan variabel kuat tekan, modulus elastisitas, daya serap air, dan berat jenis disimpulkan sesuai sebagai prediktor dari kekuatan beton. Berdasarkan analisis SEM EDX terlihat bahwa permukaan morfologi campuran abu sekam padi lebih kasar dibandingkan campuran yang lainnya dan dengan morfologi beton tanpa campuran. Hal ini menunjukkan bahwa campuran beton dengan abu sekam padi memiliki kekuatan tekan lebih baik.
EFFECT OF RICE HUSK ASH AND BOILER ASH AS A MIXTURE OF PALM OIL STRENGTH CONCRETE
ABSTRACT
This study aimed to obtain the ideal composition of the addition of rice husk ash in concrete and the addition of palm oil boiler ash in concrete, to improve the quality of concrete through the addition of rice husk ash and boiler ash through the addition of palm oil, to determine the physical properties such as compressive strength and compressive strength of concrete were given a mixture of rice husk ash and boiler ash were mixed palm oil, and to determine the absorption of water in the concrete mix rice husk ash and boiler ash palm. Methods of research done by adding mixing rice husk ash, and palm oil in the boiler ash composition (5%,10%,15%,and 20%), and carried out within a period of immersion (7 days, 14 days, 21 days , 28 days, and the 60 days) in the sample preparation and testing of samples (compressive strength, modulus of elasticity, water absorption , weight density, and variable regression analysis of the strength of concrete ) as well as of the best compositions performed XRD analysis. From the research results obtained by the addition of a mixture (Rice Husk Ash , Abu Boiler Oil Palm , and both) in concrete is an ideal addition to the composition of a mixture of 5%. This suggests that the presence of the concrete mixing SiO2 content resulted in
reduced concrete and by the addition of a significant content of SiO 2 content of
SiO2
KEY WORDS : Conrete, Compressive Strength, Modulus of Elasticity, Water Absorption, Weight density
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan Dasar 5
1.3. Rumusan Masalah 6
1.4. Tujuan Penelitian 6
1.5. Manfaat penelitian 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1. Beton 8
2.2. Komposisi Beton 12
2.3. Abu Sekam Padi 23
2.4. Abu Boiler Kelapa Sawit 25
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN 27
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 27
3.2. Penyediaan Bahan Baku 27
3.3. Alat yang Digunakan 27
3.4 Menghitung Kebutuhan Bahan Dasar Beton 28
3.5 Diagram Alir Penelitian 29
3.6 Komposisi Campuran Beton 30
3.7 Analisis Data 30
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 36
4.1. Hasil Penelitian 36
4.2.2.2. Uji Modulus Elastisitas 69
4.2.3. Hasil Analisis Fisis 72
4.2.3.1. Uji Daya Serap Air 72
4.2.3.2. Uji Berat Jenis 75
4.2.4.1 Hasil Analisis SEM Beton 78
4.2.4.2 Hasil Analisis SEM Abu Sekam Padi 79
4.2.4.3 Hasil Analisis SEM Abu Boiler Kelapa Sawit 80 4.2.4.4 Hasil Analisis SEM Beton dan Sekam Padi 81 4.2.4.5 Hasil Analisis SEM Beton dan Kelapa Sawit 82 4.2.4.6 Hasil Analisis SEM Beton Dengan Campuran Sekam Padi
dan Kelapa Sawit 84
4.2.5 Hasil Analisis XRF 85
4.2.5.1 Hasil Analisis XRF Abu Sekam Padi 85
4.2.5.2 Hasil Analisis XRF Abu Boiler Kelapa Sawit 85 4.2.5.3 Hasil Analisis XRF Beton dengan campuran Abu
Sekam Padi 5% 86
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 87
5.1 Kesimpulan 87
5.2 Saran 88
DAFTAR PUSTAKA 89
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Perbandingan Kuat Tekan Antara Silinder Dan Kubus 10
2.2. Jenis-Jenis Semen Portland Berdasarkan Komposisi Kimianya (%) 14 2.3. Susunan Besar Butiran Agregat Kasar (ASTM, 1991) 18
4.3. Hasil Analisa Daya Serap Air Beton 50
4.4. Hasil Analisa Berat Jenis Beon 57
4.5. Descriptive Statistics Uji Kuat Tekan 66
4.6 Correlations Uji Kuat Tekan 67
4.7. Model Summaryb
4.8. Anova
4.10. Descriptive Uji Modulus Elastisitas 69
Uji Kuat Tekan 68
4.11. Correlations Uji Modulus Elastisitas 69
4.12. Model Summaryb 4.13 Anova
Uji Modulus Elastisitas 70
b
4.14.Coefficients
Uji Modulus Elastisitas 71
a
4.15.Descriptive Statistics Uji Daya Serap Air 72
Uji Modulus Elastisitas 71
4.16. Correlations Uji Daya Serap Air 72
4.20. Descriptive Statistics Uji Berat Jenis 75
4.21.Correlations Uji Berat Jenis 75
4.22. Model Summaryb 4.23. Anova
Uji Berat Jenis 76
b
4.24 Coefficients
Uji Berat Jenis 76
a
4.25 Senyawa Unsur Kimia Abu Sekam Padi 85
Uji Berat Jenis 77
4.26 Senyawa Unsur Kimia Abu Boiler Kelapa Sawit 85
4.27 Senyawa Unsur Kimia Beton dengan Campuran 86
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 4.1 Grafik Hubungn Kekuatan Tekan terhadap Lama
Perendaman dengan bahan Beton 37
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Kekuatan Tekan terhadap Lama
Perendaman pada campuran Abu Sekam padi 37
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Kekuatan Tekan terhadap Lama
Perendaman pada campuran Abu kelapa sawit 38
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kekuatan Tekan terhadap Lama
Perendaman pada campuran Abu Sekam padi dan
Abu kelapa sawit 38
Gambar 4.5.Grafik Hubungan Kekuatan Tekan terhadap
Komposisi Campuran pada Perendaman 7 hari 39
Gambar 4.6.Grafik Hubungan Kekuatan Tekan terhadap
Komposisi Campuran pada Perendaman 14 hari 39
Gambar 4.7. Grafik Hubungan Kekuatan Tekan terhadap
Komposisi Campuran pada Perendaman 21 hari 40
Gambar 4.8. Grafik Hubungan Kekuatan Tekan terhadap
Komposisi Campuran pada Perendaman 28 hari 40
Gambar 4.9. Grafik Hubungan Kekuatan Tekan terhadap
Komposisi Campuran pada Perendaman 60 hari 41
Gambar 4.10 Grafik Kuat Tekan Berdasarkan Penambahan
Dalam 5% Komposisi 41
Gambar 4.11 Grafik Kuat Tekan Berdasarkan Penambahan
Dalam 10% Komposisi 42
Gambar 4.12 Grafik Kuat Tekan Berdasarkan Penambahan
Dalam 15% Komposisi 42
Gambar 4.13 Grafik Kuat Tekan Berdasarkan Penambahan
Dalam 20% Komposisi 43
Gambar 4.15 Grafik Hubungan Modulus Elastis Beton Dengan
Campuran Sekam Padi Berdasarkan Usia 44
Gambar 4.16 Grafik Hubungan Modulus Elastis Beton Dengan
Campuran Kelapa Sawit Berdasarkan Usia 45
Gambar 4.17 Grafik Hubungan Modulus Elastis Beton Dengan
Campuran Sekam Padi Dan Kelapa Sawit Berdasarkan 44
Gambar 4.18 Grafik Modulus Elastis Berdasarkan Penambahan
Dalam 7 Hari 46
Gambar 4.19 Grafik Modulus Elastis Berdasarkan Penambahan
Dalam 14 Hari 46
Gambar 4.20 Grafik Modulus Elastis Berdasarkan Penambahan
Dalam 21 Hari 47
Gambar 4.21 Modulus Elastis Berdasarkan Penambahan
Dalam 28 Hari 47
Gambar 4.22 Grafik Modulus Elastis Berdasarkan Penambahan
Dalam 60 Hari 48
Gambar 4.23 Grafik Modulus Elastis Berdasarkan Penambahan
Dalam 5% Komposisi 48
Gambar 4.24 Grafik Modulus Elastis Berdasarkan Penambahan
Dalam 10% Komposisi 49
Gambar 4.25 Grafik Modulus Elastis Berdasarkan Penambahan
Dalam 15% Komposisi 49
Gambar 4.26 Grafik Modulus Elastis Berdasarkan Penambahan
Dalam 20% Komposisi 50
Gambar 4.27 Grafik Daya Serap Air Beton Berdasarkan Usia 51
Gambar 4.28 Grafik Hubungan Daya Serap Air Beton Dengan
Campuran Sekam Padi Berdasarkan Usia 51
Gambar 4.29 Grafik Hubungan Daya Serap Air Beton Dengan
Campuran Kelapa Sawit Berdasarkan Usia 52
Gambar 4.30 Grafik Hubungan Daya Serap Air Beton Dengan
Campuran Sekam Padi Dan Kelapa Sawit
Gambar 4.31 Grafik Daya Serap Berdasarkan Penambahan
Dalam 7 Hari 53
Gambar 4.32 Grafik Daya Serap Berdasarkan Penambahan
Dalam 14 Hari 53
Gambar 4.33 Grafik Daya Serap Berdasarkan Penambahan
Dalam 21 Hari 54
Gambar 4.34 Grafik Daya Serap Berdasarkan Penambahan
Dalam 28 Hari 54
Gambar 4.35 Grafik Daya Serap Berdasarkan Penambahan
Dalam 60 Hari 55
Gambar 4.36 Grafik Daya Serap Berdasarkan Penambahan Dalam
5% Komposisi 55
Gambar 4.37 Grafik Daya Serap Berdasarkan Penambahan Dalam
10% Komposisi 56
Gambar 4.38 Grafik Daya Serap Berdasarkan Penambahan Dalam
15% Komposisi 56
Gambar 4.39 Grafik Daya Serap Berdasarkan Penambahan Dalam
20% Komposisi 57
Gambar 4.40 Grafik Berat Jenis Beton Berdasarkan Usia 58
Gambar 4.41 Grafik Berat Jenis Beton Dengan Campuran Sekam
Padi Berdasarkan Usia 58
Gambar 4.42 Grafik Hubungan Berat Jenis Beton Dengan
Campuran Kelapa Sawit Berdasarkan Usia 59
Gambar 4.43 Grafik Hubungan Berat Jenis Beton Dengan
Campuran Sekam Padi Dan Kelapa Sawit
Berdasarkan Usia 59
Gambar 4.44 Grafik Berat Jenis Berdasarkan Usia Dalam 7 Hari 60
Gambar 4.45 Grafik Berat Jenis Berdasarkan Usia Dalam 14 Hari 60
Gambar 4.46 Grafik Berat Jenis Berdasarkan Usia Dalam 21 Hari 61
Gambar 4.47 Grafik Berat Jenis Berdasarkan Usia Dalam 28 Hari 61
Gambar 4.49 Grafik Berat Jenis Berdasarkan Penambahan Dalam 62
5% Komposisi
Gambar 4.50 Grafik Berat Jenis Berdasarkan Penambahan Dalam
10% Komposisi 63
Gambar 4.51 Grafik Berat Jenis Berdasarkan Penambahan Dalam
15% Komposisi 63
Gambar 4.52 Grafik Berat Jenis Berdasarkan Penambahan Dalam 20%
Komposisi 64
Gambar 4.53 Grafik XRD Abu Kelapa Sawit 64
Gambar 4.54 Grafik XRD Sekam Padi 65
Gambar 4.55 Grafik XRD Beton 65
Gambar 4.56 XRD Sekam Padi 5% 65
Gambar 4.57 XRD Abu kelapa Sawit 5% 66
Gambar 4.58 XRD Sekam Padi + Kelapa Sawit 5% 66
Gambar 4.59 Morfologi Beton 78
Gambar 4.60 Spektrum Beton 78
Gambar 4.61 Morfologi Abu Sekam Padi 79
Gambar 4.62 Spektrum Abu Sekam Padi 80
Gambar 4.63 Morfologi Abu Boiler Kelapa Sawit 80 Gambar 4.64 Spektrum Abu Boiler Kelapa Sawit 81 Gambar 4.65 Morfologi Beton dan Abu Sekam Padi 81 Gambar 4.66 Spektrum Beton dan Abu Sekam Padi 82 Gambar 4.67 Morfologi Beton dan Abu Boiler Kelapa Sawit 82 Gmabar 4.68 Spektrum Beton dan Abu Boiler Kelapa Sawit 83 Gambar 4.69 Morfologi Beton dengan Campuran Abu Sekam Padi
dan Abu Boiler Kelapa Sawit 83
Gambar 4.70 Spektrum Beton dengan Campuran Abu Sekam padi
dan Abu Boiler Kelapa Sawit 84
Gambar 4.71 Hasil Analisis XRF Abu Sekam Padi 84 Gambar 4.72 Hasil Analisis XRF Abu Boiler Kelapa Sawit 85 Gmabar 4.73 Hasil Analisis XRF Beton dengan Campuran Abu
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Dokumentasi
Lampiran 2 : Hasil Analisis XRD Lampiran 3 : Hasil Analisis SEM Lampiran 4 : Hasil Analisis XRF
PENGARUH ABU SEKAM PADI DAN ABU BOILER KELAPA SAWIT SEBAGAI CAMPURAN TERHADAP KEKUATAN BETON
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi ideal penambahan abu sekam padi dalam beton dan penambahan abu kelapa sawit dalam beton, untuk meningkatkan mutu beton melalui penambahan abu sekam padi dan melalui penambahan abu kelapa sawit, untuk mengetahui sifat fisikal seperti kekuatan tekan dan kekuatan tekan beton yang diberi campuran abu sekam padi dan diberi campuran abu kelapa sawit, dan untuk mengetahui penyerapan air dalam campuran beton abu sekam padi dan abu kelapa sawit. Metode penelitian dilakukan dengan menambahkan pencampuran abu sekam padi dan abu kelapa sawit pada komposisi (5%, 10%, 15%, dan 20%) dan dilakukan perendaman dalam jangka waktu (7 hari, 14 hari, 21 hari, 28 hari, dan 60 hari) pada pembuatan sampel dan pengujian sampel (kekuatan tekan, modulus elastisitas, daya serap air, berat jenis, dan analisis regresi variable terhadap kekuatan beton) serta dari komposisi terbaik dilakukan analisis XRD. Dari hasil penelitian diperoleh dari hasil XRD SiO2 pada abu kelapa sawit 0,831 Wt%, pada abu sekam padi 0,842
Wt%, pada beton 0,918 Wt%, sedangkan pada beton dengan campuran abu sekam padi 5% SiO2 0,903 Wt%, pada campuran abu kelapa sawit 5% 0,885 Wt%, dan
pada campuran abu sekam padi 2,5% dan abu kelapa sawit 2,5% sebesar 0,695 Wt%. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya pencampuran pada beton mengakibatkan kandungan SiO2 pada beton berkurang. Dengan penambahan
campuran terhadap beton menghasilkan kekuatan tekan meningkat, modulus elastisitas meningkat, daya serap air menjadi menurun, dan sedangkan untuk berat jenis meningkat. Dengan penambahan campuran terhadap beton berdasarkan lama perendaman menghasilkan kekuatan tekan meningkat, modulus elastisitas meningkat, daya serap air menjadi menurun, dan sedangkan untuk berat jenis meningkat. Dari data yang menunjukan kuat tekan, modulus elastisitas, daya serap air, dan berat jenis dapat disimpulkan komposisi yang lebih baik pada beton dengan campuran abu sekam padi 5% dan variabel kuat tekan, modulus elastisitas, daya serap air, dan berat jenis disimpulkan sesuai sebagai prediktor dari kekuatan beton. Berdasarkan analisis SEM EDX terlihat bahwa permukaan morfologi campuran abu sekam padi lebih kasar dibandingkan campuran yang lainnya dan dengan morfologi beton tanpa campuran. Hal ini menunjukkan bahwa campuran beton dengan abu sekam padi memiliki kekuatan tekan lebih baik.
EFFECT OF RICE HUSK ASH AND BOILER ASH AS A MIXTURE OF PALM OIL STRENGTH CONCRETE
ABSTRACT
This study aimed to obtain the ideal composition of the addition of rice husk ash in concrete and the addition of palm oil boiler ash in concrete, to improve the quality of concrete through the addition of rice husk ash and boiler ash through the addition of palm oil, to determine the physical properties such as compressive strength and compressive strength of concrete were given a mixture of rice husk ash and boiler ash were mixed palm oil, and to determine the absorption of water in the concrete mix rice husk ash and boiler ash palm. Methods of research done by adding mixing rice husk ash, and palm oil in the boiler ash composition (5%,10%,15%,and 20%), and carried out within a period of immersion (7 days, 14 days, 21 days , 28 days, and the 60 days) in the sample preparation and testing of samples (compressive strength, modulus of elasticity, water absorption , weight density, and variable regression analysis of the strength of concrete ) as well as of the best compositions performed XRD analysis. From the research results obtained by the addition of a mixture (Rice Husk Ash , Abu Boiler Oil Palm , and both) in concrete is an ideal addition to the composition of a mixture of 5%. This suggests that the presence of the concrete mixing SiO2 content resulted in
reduced concrete and by the addition of a significant content of SiO 2 content of
SiO2
KEY WORDS : Conrete, Compressive Strength, Modulus of Elasticity, Water Absorption, Weight density
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beton adalah bahanbangunan yang paling luas dipakai di dunia.
Produksinya secara global berkisar 4 milyar m3
Menurut data dari Portland Cement Association dalam Nugraha dan
Antoni (2007) negara produsen semen terbesar didunia saat ini adalah Cina,
disusul Jepang dan Amerika Serikat. Pabrik semen pertama di Indonesia mulai
beroperasi pada tahun 1911, dengan kapasitas 22,9 ton/tahunnya. Dalam setahun
terakhir, permintaan semen di Indonesia meningkat tajam. Bahkan harus diimpor
dari luar Indonesia. Kondisi itu menunjukkan perekonomian Indonesia mengalami
peningkatan dengan meningkatnya sektor pembangunan. Ketua Umum Asosiasi
Semen Indonesia (ASI) Urip Timuryono mengatakan umumnya impor semen
dilakukan dalam bentuk klinker atau bahan baku semen. Impor itu dilakukan oleh
pabrik-pabrik semen di luar Jawa untuk memenuhi kenaikan permintaan semen
hingga 17% dalam tempo 10 bulan dalam tahun 2011 saja.
setahunnya, dengan semen sekitar
1,25 milyar ton setahun (Nugraha dan Antoni, 2007). Beton merupakan campuran
dari semen agregat halus dan kasar, pasir serta air, dengan adanya rongga-rongga
udara. Sebagai material komposit sifat beton sangat bergantung pada interaksi
antara material pembentuknya. Semen adalah unsur kunci dalam beton, meskipun
jumlahnya hanya 7-15 % dari campuran.
Saat ini sembilan produsen semen yang beroperasi di Indonesia terdiri dari
5 perusahaan milik pemerintah, yaitu Semen Gresik Group (SGG) yang
menguasai sekitar 45% pangsa pasar semen, serta 4 perusahaan lainnya milik
swasta, yaitu Indocement yang menguasai 30% pangsa pasar, Holcim Indonesia
yang menguasai 15% pangsa pasar, dan produsen semen lainnya yang terbagi atas
Semen Andalas, Semen Baturaja, Semen Bosowa, dan Semen Kupang, menguasai
10% pangsa pasar secara total. Dilihat dari penguasaan pangsa pasar tersebut,
terdapat dua pelaku usaha yang mempunyai pangsa pasar sebagai market leader,
Semen Portland mulai dikenal pada tahun 1824, yang ditemukan oleh
Joseph Aspdin yang diperoleh dari pembakaran tanah liat dan batu kapur, yang
kemudian dia sebut semen portland. Dinamai begitu karena warna dan kekuatan
hasil akhir olahannya mirip batu kuasi
inilah yang sekarang banyak dipajang di toko-toko bangunan.
Dari 1880 hingga 1996, konsumsi semen Portland tahunan dunia
meningkat dari 2 juta ton menjadi 1,3 milliar ton. Karena permintaan akibat
pembangunan di banyak negara maka harga semen pun turut meningkat, hal ini
mendorong penyelidikan menggunakan bahan campur (additive) dan bahan
tambah (admixture) seperti Abu Sekam Padi yang mampu menurunkan cost
pengeluaran, juga merupakan material yang lebih ringan karena mengurangi biaya
‘cerucok’ serta merupakan semen baru dengan ciri-ciri khusus atau spesial.
Penggunaan bahan pengganti sebagian semen (SCM) melalui komposisi
campuran yang inovatif akan mengurangi jumlah semen yang digunakan sehingga
dapat mengurangi emisi gas-gas rumah kaca dan penggunaan konsumsi energi
fosil bumi pada industri semen (Bakri, 2009).Penggunaan perekat atau matriks
keramik atau anorganik untuk serat alami mulai dikembangkan di berbagai negara
termasuk penggunaan serat alami Abu Sekam Padi dan Abu Boiler Kelapa Sawit.
Mortar yang menggunakan Abu Boiler Kelapa Sawit yang berasal dari Malaysia
(Salihuddin, 1993, dalam Muhardi, dkk, 2004) dan Thailand (Hussin, 1997 dalam
Muhardi dkk, 2004) sebagai pengganti sebagian semen menunjukkan bahwa kuat
tekan maksimum diperoleh pada kadar Abu Boiler Kelapa Sawit 20 % dan 30 %.
Beton ringan mungkin dapat dibuat dari Abu Sekam Padi karena sifat serat Abu
Sekam Padi pada campuran beton dapat mengurangi kerapatan beton
Abu Sekam Padi merupakan residu pertanian dari proses penggilingan
padi. BPS (2011) melaporkan bahwa produksi padi tahun 2011 berdasarkan
ARAM I‐2011 diperkirakan sebesar 67,31 juta ton GKG naik 895,86 ribu ton
(1,35 persen) dibanding tahun 2010 sebesar 66,41 juta ton GKG. Sekitar 20 %
dari total produksi menghasilkan abu Sekam(Maura, et. al., 2009). Hal ini berarti
bahwa Indonesia menghasilkan 13.462 ton Abu Sekam Padi pada tahun 2011. (Jauberthie
Sumatera utara memiliki lahan perkebunan Abu Boiler Kelapa Sawit
seluas ± 855.333,00 Ha, dengan total produksi ± 12.070.507,81 (TBS)
(Departemen pertanian, 2012). Penggunaan Abu Sekam Padi pada komposit
semen dapat memberikan beberapa keuntungan seperti meningkatkan kekuatan
dan ketahanan, mengurangi biaya bahan, mengurangi dampak lingkungan limbah
bahan, dan mengurangi emisi CO2
Pembakaran Abu Sekam Padi dengan metode konvensional seperti
fluidisel bed combustors menghasilkan emisi CO antara 200-2000 mg/Nm (Bui, et. al., 2005). Dengan penambahan Abu
Boiler Kelapa Sawit dalam persentase tertentu dari berat semen diharapkan dapat
meningkatkan kwalitas mortar, yaitu dapat menghasilkan kuat tekan dan serapan
air yang baik, serta dapat mengurangi dampak negatif limbah Abu Boiler Kelapa
Sawitterhadap lingkungan.
3 dan
emisi NOx antara 200-300 mg/Nm3 (Armesto et al., 2002 dalam Xie et.al. 2007).
Metode pembakaran Abu Sekam Padi yang dikembangkan oleh COGEN-AIT
mampu mengurangi potensi emisi CO2 sebesar 14.762 ton, CH4 sebesar 74 ton
dan NO2
Abu Sekam Padi merupakan bahan berlignosellulosa seperti biomassa
lainnya namun mengandung silika yang tinggi. Silika Abu Sekam Padi dalam
bentuk kristalin (quartz dan opal) dan amorf terkonsentrasi pada permukaan luar
dan sedikit dipermukaan dalam (Bakri dan Baharuddin, 2009). Kandungan kimia
Abu Sekam Padi terdiri atas 50 % sellulosa, 25-30 % lignin, dan 15-20 % silika
(Ismail dan Waliuddin, 1996). Porositas Abu Sekam Padi yang sangat tinggi
menyebabkan Abu Sekam Padi dapat menyerap air dalam jumlah banyak
(Kaboosi, 2007).
sebesar 0,16 ton pertahun dari pembakaran Abu Sekam Padi sebesar
34.919 ton pertahun (Mathias, 2000).
Reaktifitas antara silika dalam Abu Sekam Padi dengan Kalsium
hidroksida dalam pasta semen dapat berpengaruh dalam peningkatan mutu beton
(Harsono, 2002). Abu Samah (1985) dan Asri (1990) dalam Zakaria (1991),
menyatakan bahwa semen yang dicampur Abu Sekam Padi bukan saja
memberikan kekuatan yang sebanding dengan semen biasa, tetapi juga
mempunyai ketahanan terhadap serangan bahan-bahan kimia seperti SO4, HCl
kehalusan Abu Sekam Padi akan meningkatkan kekuatan campuran beton, ini
karena peningkatan aktivitas pozzolanik dan karena Abu Sekam Padi bertindak
sebagai mikrofiller dalam matriks beton.
Abu Boiler Kelapa Sawit bakar abu merupakan limbah agro-akibat
pembakaran residu minyak sawit pabrik Abu Boiler Kelapa Sawit industri.
Malaysia, Indonesia dan Thailand adalah utama produsen minyak sawit, yang
merupakan kas pertanian terkemuka tanaman di negara-negara tropis (Safiuddin,
et.al.,2010). Setelah pembakaran, abu yang dihasilkan, yang dikenal sebagai
POFA (Palm oil Fuel Ash), umumnya dibuang di lapangan terbuka, sehingga
menciptakan masalah lingkungan dan kesehatan. Dalam rangka untuk mencari
solusi untuk masalah ini, beberapa studi telah dilakukan untuk memeriksa
kelayakan menggunakan POFA dalam konstruksi bahan.
Untuk membantu pembuangan limbah dan pemulihan energi,cangkang dan
serat ini digunakan lagi sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap pada
penggilingan minyak sawit. Setelah pembakaran dalam ketel uap, akan dihasilkan
5% abu (oil palm ashes) dengan ukuran butiran yang halus. Abu hasil pembakaran
ini biasanya dibuang dekat pabrik sebagai limbah padat dan tidak dimanfaatkan.
Abu Boiler Kelapa Sawit dari sisa pembakaran cangkang dan serabut buah
Abu Boiler Kelapa Sawit mengandung unsur kimia Silika (SiO2) sebanyak 31,45
% dan unsur Kapur (CaO) sebanyak 15,2 %. Jika unsur silika (SiO2) ditambahkan
dengan campuran beton, maka unsur silika tersebut akan bereaksi dengan kapur
bebas Ca(OH)2 yang merupakan unsur lemah dalam beton menjadi gel CSH baru.
Gel CSH merupakan unsur utama yang mempengaruhi kekuatan pasta semen dan
kekuatan beton.
1.
Komposisi campuran Abu Sekam Padi dan Abu Boiler Kelapa Sawit
dalam beton yang tepat diperlukan untuk memperoleh kekuatan beton yang
maksimal. Penelitian ini diharapkan dapat :
2.
Menjadikan Abu Sekam Padi dan Abu Boiler Kelapa Sawit sebagai bahan
pengganti sebagian semen yang digunakan sebagai campuran beton
Diperoleh nilai komposisi konsentrasi Abu Sekam Padi dan Abu Boiler
Kelapa Sawit pada camburan beton yang memiliki kekuatan beton
3. Mencari jumlah Abu Sekam Padi dan Abu Boiler Kelapa Sawit yang
optimum untuk digunakan, sehingga dihasilkan beton dengan kualitas
yang baik.
1.2. Permasalahan Dasar
Beton dapat dibuat
Al khalafand Yousif(1984)melaporkan
dengan berbagai macam mutu. Mutu beton dipengaruhi
oleh berbagai faktor antara lain perbandingan semen/air, jenis semen yang
digunakan, ada atau tidaknya bahan tambahan, agregat yang digunakan,
kelembaban, suhu, pengeringan, umur beton dan kecepatan pembebanan.
Penggunaan Abu Sekam Padi dan Abu Boiler Kelapa Sawit pada beton akan
mempengaruhi fungsi air untuk agregat dan semen, air yang semula untuk
pelumas akan berubah fungsi karena diserap oleh Abu Sekam Padi. Hal ini akan
mengakibatkan turunnya FAS (faktor Air Semen), yang mengakibatkan
peningkatan kuat tekannya. Namun FAS yang terlalu rendah justru akan
memberikan kesulitan dalam pemadatan beton. Umumnya nilai FAS minimum
yang diberikan berkisar antara 0.4-0.65 (Mulyono, 2004). Oleh sebab itu
diperlukan suatu komposisi yang ideal dalam campuran beton.
bahwa sampai
denganpenggantian40% semen dengan Abu Sekam Padi
Mortar yang menggunakan Abu Boiler Kelapa Sawit yang berasal dari
Malaysia sebagai pengganti sebagian semen menghasilkan kuat tekan maksimum
pada penambahan Abu Boiler Kelapa Sawit 20 % (Salihuddin, 1993, dalam
Muhardi, dkk, 2004). Campuran mortar dengan Abu Boiler Kelapa Sawit yang
berasal dari Thailand menunjukkan bahwa kuat tekan maksimum diperoleh pada
kadarAbu Boiler Kelapa Sawit 30 % (Hussin, 1997 dalam Muhardi dkk, 2004). dapat dibuatdengan tidak
ada perubahansignifikan dalamkuat tekandibandingkan dengancampurancontrol
(beton tanpa Abu Sekam Padi). Lebih lanjut Rashid et.al. (2010) menyatakan
kekuatan danporositas mortar yang menggunakan Abu Sekam Padi lebih baik
1.3. Rumusan Masalah
1.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
2.
Bagaimana pengaruh penambahan Abu Sekam Padi dan melalui
penambahan Abu Boiler Kelapa Sawit terhadap peningkatan mutu dan
komposisi beton
3.
Bagaimanapengaruh penambahan Abu Sekam Padi dan melalui
penambahan Abu Boiler Kelapa Sawit terhadap sifat fisikal seperti
kekuatan tekan dan Modulus Elastisitas
Bagaimana pengaruh penambahan Abu Sekam Padi dan melalui
penambahan Abu Boiler Kelapa Sawit terhadap penyerapan air
1.4. Tujuan Penelitian
1.
Objektifitas penelitian ini adalah mencari komposisi yang ideal dalam
meningkatkan mutu beton melalui penambahan Abu Sekam Padi dalam material
penyusunnya. Adapun ruang lingkup penelitian yang akan dilakukan adalah :
2.
Untuk mengetahui pengaruh penambahan Abu Sekam Padi dan melalui
penambahan Abu Boiler Kelapa Sawit terhadap peningkatan mutu dan
komposisi beton
3.
Untuk mengetahui pengaruh penambahan Abu Sekam Padi dan melalui
penambahan Abu Boiler Kelapa Sawit terhadap sifat fisikal seperti
kekuatan tekan dan Modulus Elastisitas
Untuk mengetahui pengaruh penambahan Abu Sekam Padi dan melalui
penambahan Abu Boiler Kelapa Sawit terhadap penyerapan air
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah :
1.
Pemanfaatan limbah pertanian berupa Abu Sekam Padi dan Abu Boiler Kelapa
Sawit sebagai bahan pengganti campuran Semen pada beton
2.
Mendapatkan komposisis ideal penambahan Abu Sekam Padi dalam beton
Mendapatkan komposisis ideal penambahan Abu Boiler Kelapa Sawit
3.
4.
Meningkatkan mutu beton melalui penambahan Abu Sekam Padi
5.
Meningkatkan mutu beton melalui penambahan Abu Boiler Kelapa Sawit
6.
Menyelidiki Kekuatan tekan dan Modulus Elastisitas beton yang diberi
campuran Abu Sekam Padi
7.
Menyelidiki Kekuatan tekan dan Modulus Elastisitasbeton yang diberi
campuran Abu Boiler Kelapa Sawit
8.
Menyelidiki penyerapan air pada beton yang diberi campuran Abu Sekam
Padi
Menyelidiki penyerapan air pada beton yang diberi campuran Abu Boiler
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Beton
Beton terhasil dari material-material pembentuk beton, yaitu terdiri dari
campuran agregat (kasar dan halus), semen, air, dan pula ditambah dengan bahan
campuran tertentu apabila dianggap perlu. Bahan air dan semen disatukan akan
membentuk pasta semen berfungsi sebagai bahan pengikat, sedangkan agregat
halus dan agregat kasar sebagai pengisi (Nugraha danAntoni, 2007). Beton adalah
campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus,
agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk masa
padat (SNI 03-2847- 2002).
Sesuai dengan perkembangan teknologi, keperluan beton yang kukuh dan
kuat mempunyai kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan
kemajuan, dengan tingkat mutu itu beton yang berhasil dicapai. Pada tahun
1950an, beton dengan kuat tekan 30 MPa sudah dikategorikan sebagai beton mutu
tinggi. Pada tahun 1960an hingga awal 1970an, kriterianya lebih lazim menjadi 40
MPa. Saat ini, disebut mutu tinggi untuk kuat tekan diatas 50 MPa, dan 80 MPa
sebagai beton mutu sangat tinggi, sedangkan 120 MPa bisa dikategorikan sebagai
beton bermutu ultra tinggi (Pujianto, dkk , 2009).
Sifat-sifat positif dari beton antara lain relatif mudah dikerjakan serta
dicetak sesuai dengan keinginan, tahan terhadap tekanan, dan tahan terhadap
cuaca. Sedangkan sifat-sifat negatifnya antara lain tidak kedap terhadap air
(permeabilitas beton relatif tinggi), kuat tarik beton rendah, mudah terdesintegrasi
oleh sulfat yang dikandung oleh tanah (Murdock, 1991). Sifat positif dan negatif
dari beton tersebut ditentukan oleh sifat-sifat material pembentuknya,
perbandingan campuran, dan cara pelaksanaan pekerjaan (Sudipta dan Sudarsana,
2009).
Menurut Metha ahli beton berkebangsaan India (1986) bahwa beton dapat
dibedakan berdasarkan berat isi beton dan kuat tekan beton. Terhadap isi beton
1. Beton Ringan ( Light Weight Concrete/LWC )
Beton ringan mempunyai berat 1800 kg/m3
2. Beton Normal (Normal Weight Concrete)
. Pada beton ini terdapat
banyak sekali agregat yang diterapkan misalnya agregat sintesis
(agregat alam) yang diproses atau dibentuk sehingga berubah
karakteristik mekanisnya.
Beton yang mempunyai berat2400 kg/m3
3. Beton Berat (Heavy Weight Concrete)
dan mengandung pasir, kerikil
alam dan batu pecah sebagai agregat.
Beton ini selalu digunakan sebagai pelindung terhadap radiasi yang
beratnya > 3200 kg/m3
Sifat-sifat beton yang telah mengeras mempunyai arti yang penting selama
masa pemakaiannya. Sifat-sifat penting dari beton yang telah mengeras antara
lain: kekuatan tekan beton dan kekuatan tarik belah beton. Perilaku mekanik beton
keras merupakan kemampuan beton di dalam memikul beban pada struktur
bangunan. Kinerja beton keras yang baik ditunjukkan oleh kuat tekan beton yang
tinggi, kuat tarik yang lebih baik, perilaku yang lebih daktail, kekedapan air dan
udara, ketahanan terhadap sulfat dan klorida, penyusutan rendah dan keawetan
jangka panjang.
.
1. Kuat Tekan Beton
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan
persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah
struktur. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki,
semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Pengujian kuat tekan
dilakukan untuk mengetahui kuat tekan hancur dari benda uji. Pengukuran
kuat tekan (Compressive Strength) berdasarkan SNI 03. 1974.1990, dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
f (saat pengujian) = �
�
Dimana :
f (saat pengujian) = kuat tekan saat pengujian (kg/cm2)
P = Beban tekan (kg)
Testing Strength :
Kekuatan beton yang utama adalah kuat tekannya. Nilai kuat tekan beton
meningkat sejalan dengan peningkatan umurnya dan pada umur 28 hari, beton
mencapai kekuatan maksimal. Nilai kuat tekan beton diukur dengan membuat
benda uji berbentuk silinder atau kubus. Pembacaan kuat tekan pada benda uji
kubus dan silinder relatif berbeda. Perbandingan kuat tekan silinder dan kubus
menurut ISO Standard 3893 – 1977 disajikan pada Tabel2.1
Tabel 2.1. Perbandingan Kuat Tekan antara Silinder dan Kubus
Kuat tekan
2. Kuat Tekan Beton
Cara yang digunakan untuk mengukur kuat tekan beton adalah dengan
pengujian kuat tekan belah sesuai SK SNI M-60-1990-03 (SNI 03-2492-1991).
Spesimen yang digunakan adalah silinder dan ditekan oleh dua plat paralel pada
arah diameternya.
Kuat tekan beton berkisar seperdelapan belas kuat tekannya pada umur masih
muda dan berkisar seperduapuluh pada umur sesudah matang. Nilai kuat tekan
dan tekan bahan beton tidak berbanding lurus. Suatu perkiraan kasar dapat dipakai
bahwa nilai kuat tekan bahan beton normal hanya berkisar antara 9% - 15% dari
kuat tekannya. Nilai pendekatan yangdiperoleh dari hasil pengujian berulangkali
mencapai kekuatan 0.50 – 0.60 kali √f’c, sehingga untuk beton normal digunakan
Kuat tekan belah dihitung dengan rumus :
f'ct = 2P/π LD
keterangan : fct = kuat tekan belah (MPa)
P = beban uji maksimum (N)
L = Panjang benda uji (mm)
D = Diameter benda uji (mm) (Kartini, 2007).
3. Modulus Elastisitas
Modulus Elastisitas beton dipengaruhi oleh jenis agregat, kelembaban benda uji
beton, faktor air Beton, umur beton,dan temperaturnya. Secara umum peningkatan
kuat tekan beton seiring dengan peningkatan modulus Elastisitasnya. Menurut
pasal 10.5 SNI-03 2847 (2002) hubungan antara nilai modulus Elastisitas beton
normal dengan kuat tekan beton adalah Ec = 4700 √f c. Setiap benda yang
menahan gaya akan mengalami deformasi. Deformasi ini tergantung pada
besarnya gaya dan modulus Elastisitas dan dipengaruhi oleh faktor tegangan dan
remangan. Modulus Elastisitas tergantung kepada umur beton, sifat-sifat dari
agregat dan Semen, kecepatan pembebanan, jenis dan usuran benda uji tersebut.
Karena memperlihatkan deformasi yang tetap (permanen) sekalipun dengan beban
kecil, maka untuk beton perlu diadakan pengujian untuk mengetahui modulus
Elastisitasnya. Disamping mendapatkan nilai modulus Elastisitas,juga untuk
membandingkan batas Elastisitas/plastis pada beton dengan nilai Elastisitas/plastis
pada keluli.
4. Penyerapan Air
Uji penyerapan air di lakukan dengan tujuan untuk mengetahui persentase
penyerapan air oleh benda uji. Uji penyerapan air (water absorbtion) di lakukan
dengan menggunakan benda uji berbentuk silinder.Untuk mengetahui besarnya
penyerapan air dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
�� =mb−mk
�� x 100%
(Sumber : Van Vlack, 1994)
keterangan :
WA =Water Absorption (cc/jam) WA
mb = Massa basah dari benda uji (gram)
Ada beberapa faktor utama yang bisa menentukan keberhasilan
pengadaanbeton bermutu tinggi, diantaranya adalah :
a. Faktor air Beton (fas, w/c) yang rendah.
b. Kualitas bahan penyusun beton yang baik.
c. Penggunaan admixture, baik itu admixture kimia ataupun
admixturemineral dalam kadar yang tepat.
d. Prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi
beton.
e. Pengawasan dan pengendalian yang ketat pada keseluruhan prosedur
dan mutu pelaksanaan, yang didukung oleh koordinasi operasional yang
optimal.
2.2. Komposisi Beton a. Semen Portland
Fungsiutama semen adalah sebagai bahan perekat.Bahan-bahan semen
terdiri dari batu kapur (gamping) yang mengandung senyawa: Calsium Oksida
(CaO), lempung atau tanah liat (clay) adalah bahan alam yang mengandung
senyawa: Silika Oksida (SiO2), Aluminium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3
a. 3CaO.SiO2 (tricalcium silikat) disingkat C3S (58% - 69%), senyawa ini
dapat mengeras dalam beberapa jam dan disertai dengan pelepasan sejumlah
energi panas. Kuantitas senyawa yang terbentuk selama proses pengikatan
berlangsung mempengaruhi kekuatan beton dan umur awal pada 14 hari
pertama.
)
dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk klinker. Klinkerkemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gipsum (Abdul Rais,2007). Fungsi utama dari
semen adalah untuk mengikat partikel agregat yang terpisah sehingga menjadi
satu kesatuan. Bahan dasar pembentuk semen adalah :
b. 2CaO.SiO2 (dicalciumsilikat) disingkat C2S (8% - 15%) reaksi berlangsung
sangat lambat dan disertai sdengan pelepasan sejumlah energi panas secara
lambat. Senyawa berpengaruh terhadap perkembangan kekuatan beton dari
C2S yang cukup banyak ketahanan terhadap agresi kimia dan penyusutan
kering relatif rendah dan memberikan kontribusi terhadap awet beton.
c. 3CaO.Al2O3 (tricalcium aluminate) disingkat C3A (2% - 15%) senyawa
C3A mengalami proses hidrasi dengan cepat dan disertai dengan pelepasan
sejumlah energi panas. Senyawa ini mempengaruhi proses pengikatan awal
tetapi kontribusinya terhadap kekuatan beton kecil. Dan kurang tahan
terhadap agresi kimia dan paling berpeluang mengalami disintegrasi
(perpecahan) oleh sulfat yang dikandung air tanah dan kecenderungan yang
tinggi mengalami keretakan akibat perubahan volume.
d. 4CaO.Al2O3.Fe2O3 (tetracalcium alummoferrit) disingkat C4AF(6-14%)
sekalipun proporsinya C4AF cukup besar dari semen, kontribusi terhadap
sifat-sifat beton tidak ada. Senyawa C4AF dapat merubah reaksi kimia C2F
menjadi C4AF.
Berdasarkan Peraturan Beton 1989 (SKBI.4.53.1989) membagi semen
portland menjadi 5 jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu :
1. Tipe I (Normal portland cement), semen portland yang dalam
penggunaannya tidak memerlukan persyaratan khusus seperti jenis-jenis
lainnya. Digunakan untuk bangunan-bangunan umum yang tidak
memerlukan persyaratan khusus.
2. Tipe II (hifh – early – strength portland cement), semen portland yang
dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas
hidrasi sedang. Digunakan untuk konstruksi bangunan dan beton yang
terus-menerus berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau untuk
pondasi yang tertahan di dalam tanah yang mengandung air agresif
(garam-garam sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang
berhubungan langsung dengan rawa.
3. Tipe III (modified portland cement), semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan kekeuatan awal yang tinggi dalam fase
permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen jenis ini digunakan pada
daerah yang bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang mempunyai
4. Tipe IV (low heat portland cement), semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan panas hidrasi yang rendah. Digunakan untuk
pekerjaan-pekarjaan yang besar dan masif, uMPamanya untuk pekerjaan
bendung, pondasi berukuran besar atau pekerjaan besar lainnya.
5. Tipe V (Sulfate resisting portland cement), semen portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat.
Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air
buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia
yang agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah
yang mengandung sulfat dalam persentase yang tinggi.
6. Portland Pozzolan Cement (PPC), adalah campuran dari semen tipe I biasa
dengan pozzolan.
Komposisi bahan kimia yang terdapat dalam semen dijabarkan padaTabel
2.2
Tabel 2.2. Jenis-jenis Semen Portland berdasarkan komposisi kimianya (%)
Tipe
Menurut (SK.SNI T-15-1990-03:2), semen portland pozollan dihasilkan
dengan mencampurkan bahan semen portland dan pozollan (15-40% dari
berat total campuran), dengan kandungan SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 dalam
pozollan minimum 70% (Mulyono,T.,2004).
1. Hidrasi semen
Hidrasi semen adalah reaksi antara komponen-komponen semen dengan air.
Untuk mengetahui hidrasi semen maka harus mengetahui hidrasi
senyawa-senyawa penyusun semen (C2S, C3S, C3A, C3
a. Hidrasi senyawa Kalsium silikat (C
AF).
2S, C3
kalsium silikat dalam air akan terhidrolisa menghasilkan kalsium hidroksida
(Ca(OH)
Kalsium silikat hidrat (CSH) adalah silikat dalam kristal yang tidak
sempurna, bentuknya padatan berongga disebut tobermorite gel. Adanya Kalsium
hidroksida (Ca(OH)
2
2), menyebabkan pasta semen bersifat basa kuat (pH 12,5) dan
menjadi sensitif terhadap asam. Kalsium hidroksida Ca(OH)2 yang dihasilkan
pada reaksi hidrasi C3S, adalah 40 %, sedangkan pada hidrasi C2S 18 %. Dlam
reaksi yang sama didapat bahwa C3S memerlukan 24 % air dan C2
b. Hidrasi senyawa Trikalsium Aluminat (C
S 21 % air
(Amin dan Asri, 1991).
3
Hidrasi trikalsium aluminat (C
A)
3A) yang berlebih pada suhu 30ºC akan
menghasilkan kristal kalsium alumina hidrat (3CaO. Al2O3. 3H2O) yang
berbentuk kubus yang stabil dan kurang larut. Penambahan gipsum akan
menghasilkan reaksi yang berbeda. Mula-mula C3
3CaO. Al
A akan bereaksi dengan gipsum
membentuk sulfo aluminat yang kristalnya berbentuk jarum, namun pada akhirnya
gipsum akan bereaksi seluruhnya sehingga terbentuk Kalsium Aluminat Hidrat
(CAH).
A dengan penambahan gipsum
2O3. + 3CaSO4 + 32 H2O 3CaO. Al2O3. 3CaSO4.32H2
Penambahan gipsum pada Semen bertujuan untuk menunda pengikatan, hal
ini disebabkan karena terbentuknya lapisan ettringite pada permukaan kristal
C
O
c. Hidrasi Tetrakalsium Aluminoferit (C4
Reaksi Tetrakalsium Aluminoferit (C AF)
4AF) dengan air tidaklah secepat
trikalsium aluminat. Hasil hidrasi yang diperoleh adalah kristal heksagonal yang
dikelilingi oleh ferri oksida terhidrasi atau amorf (ᾳ- Fe2O3
4CaO.Al
). Kadar penghidratan
akan naik bila kandungan alumina dinaikkan.
2O3. Fe2O3+2Ca(OH)2 +
10H2O3CaO.Al2O3.6H2O+3CaO.Fe2O3.6H2O
2. Setting dan Hardening
Setting dan hardening adalah pengikatan dan pengerasan semen yang
terjadisetelah reaksi hidrasi. Semen bila dicampur dengan air akan menghasilkan
pasta yang plastis, dan dapat dibentuk (workable), yang berlangsung beberapa
waktu fase ini disebut fase dorman (periode tidur). Pada tahapan selanjutnya
semen mulai mengeras, walau pun masih ada yang lemah, namun sudah tidak
dapat dibentuk (unworkable), periode ini disebut initial set. Selanjtnya pasta
semen melanjutkan kekuatannya sehingga didapat padatan yang utuh dan bias
yang disebut hardened semen pasta. Kondisi ini disebut final set. Selanjutnya
semen meneruskan kekuatannya proses ini disebut dengan hardening.
Reaksi pengerasan Semen:
C2S + 5H2O C2S.5H2
3. Panas hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang dilepaskan selama semen mengalami
proses hidrasi. Panasnya tergantung pada tipe semen, kehalusan semen dan
perbandingan antara semen dan air. Kekerasan awal semen yang tinggi dan panas
posfor yang terbentuk sukar dihilangkan sehingga terjadi proses pemuaian pada
proses pendinginan.
4. Penyusutan
Ada 3 jenis penyusutan yang terjadi dalam Semen, yaitu:
1. Drying shringkage (penyusutan akibat pengeringan)
2. Hyderation shringkage (penyusutan akibat hidrasi)
3. Carbonation shringkage (penyusutan akibat karbonasi)
Diantara ketiga penyusutan diatas yang paling berperan adalah drying shringkage
(penyusutan akibat pengeringan). Penyusutan ini terjadi selama proses setting dan
hardening. Penyusutan ini dipengaruhi oleh kelembaban dan kadar C3A.
5. Kelembaban
Kelembapan ini disebabkan oleh penyerapan air dan kandungan CO2
sehingga terjadi penggumpalan. Semen yang menggumpal akan menurunkan
karena bertambahnya Loss on Ignition (LOI) dan menurunnya spesifik gravity,
sehingga kekuatan semen menurun, pengikatan dan pengerasan makin lama dan
terjadi false set.
6. Agregat
Agregat merupakan komponen utama beton. Agregat adalah butiran
mineral alami yang berfungsi sebagai bahan komposit dalam campuran beton.
Agregat ini kira-kira meneMPati 60% - 75% volume beton. Sifat yang paling
penting dalam agregat adalah kekuatan hancur dan berupa kerikil, pecahan kerikil,
batu pecah, terak tanur tiup atau beton semen hidrolis yang dipecah dan limbah
marmer. Diisyaratkan dalam penggunaan agregat kasar ini sesuai dengan SII 0052
– 1980 dan ASTM C 33 – 90. Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
agregat kasar dan agregat halus.
a. Agregat kasar
Agregat disebut agregat kasar apabila ukurannya sudah melebihi ¼ in.(6
tahannya terhadap disentegrasi beton, cuaca dan efek-efek perusak lainnya.
Agregat kasar mineral ini harus bersih dari bahan-bahan organik dan
harusmempunyai ikatan yang baik dengan gel semen. Jenis agregat agregat kasar
yang umum adalah:
1. Batu pecah alami. Bahan ini diperoleh dari cadas atau batu pecah alami
yang digali. Batu ini dapat berasal dari gunung berapi, jenis sedimen, atau
jenis metamorf. Meskipun dapat menghasilkan kekuatan yang tinggi
terhadap beton, batu pecah kurang memberikan kemudahan pengerjaan
dan pengecoran dibandingkan dengan jenis agregat kasar lainnya.
2. Kerikil alami. Kerikil diperoleh dari proses alami, yaitu dari pengikisan
tepi maupun dasar sungai oleh air sungai yang mengalir. Kerikil
memberikan kekuatan yang lebih rendah daripada batu pecah, tetapi
memberikan kemudahan pengerjaan yang lebih tinggi (Nawy, E. G. 1990).
Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1. Susunan butiran (gradasi) yang baik, artinya harus tediri dari butiran yang
beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga-rongga akibat ukuran yang
besar, sehingga akan mengurangi penggunaan semen atau penggunaan semen
yang minimal. Agregat kasar harus mempunyai susunan butiran dalam batas-batas
seperti yang terlihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3. Susunan Besar Butiran Agregat Kasar (ASTM, 1991)
Ukuran Lubang Ayakan (mm) Persentase Lolos Kumulatif (%)
38,10 95 – 100
19,10 35 – 70
9,52 10 – 30
4,75 0 – 5
2. Agregat kasar yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami
basah dan lembab terus menerus atau yang akan berhubungan dengan tanah
basah, tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap alkali dalam
semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berlebihan
3. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak berpori
atau tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruk cuaca seperti terik matahari
atau hujan.
4. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no.200),
tidak boleh melebihi 1% (terhadap berat kering). Apabila kadar lumpur
melebihi 1% maka agregat harus dicuci.
5. Kekerasan butiran agregat diperiksa dengan bejana Rudellof dengan beban
penguji 20 ton dimana harus dipenuhi syarat berikut:
• Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19,1 mm lebih dari 24%
berat.
• Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19,1 - 30 mm lebih dari 22%
berat.
6. Kekerasan butiran agregat kasar jika diperiksa dengan mesin Los Angeles
dimana tingkat kehilangan berat lebih kecil dari 50%.
b. Agregat halus
Agregat halus adalah pengisi yang berupa pasir, agregat yang terdiri dari
butir butir yang tajam dan keras. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal,
artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca, seperti terik
matahari dan hujan (Dipohusodo, l999). Agregat halus yang baik harus bebas dari
bahan organik, lempung atau bahan-bahan lain yang dapat merusak campuran
beton ataupun batako. Pasir merupakan bahan pengisi yang digunakan dengan
semen untuk membuat adukan. Selain itu juga pasir berpengaruh terhadap sifat
tahan susut, keretakan dan kekerasan pada batako atau produk bahan bangunan
campuran semen lainnya. Adapun komposisi senyawa kimia yang terkandung
dalam pasir adalah: 90,30% SiO2, 0,58% Fe2O3, 2,03% Al2O3, 4,47% K2O,
0,73% CaO, 0,27% TiO2 dan 0,02% MgO (Sulistiyono. E. 2005).Akan tetapi
sebaiknya pasir yang digunakan untuk bahan-bahan bangunan dipilih yang
memenuhi syarat. Syarat-syarat untuk pasir adalah sebagai berikut:
1. Butir-butir pasir harus berukuran antara (0,l5 mm dan 5 mm).
2. Harus keras, berbentuk tajam, dan tidak mudah hancur dengan pengaruh
3. Tidak boleh mengandung lumpur > 5% (persentase berat dalam keadaan
kering).
4. Bila mengandung lumpur > 5% maka pasirnya harus dicuci.
5. Tidak boleh mengandung bahan organic, garam, minyak, dan sebagainya.
Agregat dinilai dari tingkat kekuatan hancur dan ketahanan terhadap
benturan yang dapat mempengaruhi ikatan pada pasta semen, porositas dan
penyerapan air dapat mempengaruhi daya tahan beton terhadap serangan alam
dari luar dan ketahanan terhadap penyusutan selama proses penyaringan agregat
(Daryanto, 1994). Suprapto (2008) menyatakan bahwa masing-masing agregat
halus yang berlainan sumber mempunyai karakteristik yang berlainan dan
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap kuat tekan yang dihasilkan.Agregat
halus yang digunakan harus memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh
ASTM. Jika seluruh spesifikasi telah terpenuhi maka barulah dapat dikatakan
agregat tersebut bermutu baik. Adapun spesifikasi tersebut adalah :
1. Susunan Butiran (Gradasi), Analisa saringan memperlihatkan jenis dari agregat
halus. Melalui analisa saringan maka akan diperoleh angka Fine Modulus. Melalui
Fine Modulus ini dapat digolongkan 3 jenis pasir yaitu :
• Pasir Kasar : 2.9 < FM < 3.2
• Pasir Sedang : 2.6 < FM < 2.9
• Pasir Halus : 2.2 < FM < 2.6
Agregat halus dikelompokkan dalam eMPat zona (daerah) seperti dalam Tabel 2.4
Tabel 2.4 Batas Gradasi Agregat Halus
Lubang Ayakan (mm) No Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan
I II III IV
2. Kadar Lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan no.200),
tidak boleh melebihi 5 % (terhadap berat kering). Apabila kadar Lumpur
melampaui 5 % maka agragat harus dicuci.
3. Kadar Liat tidak boleh melebihi 1 % (terhadap berat kering)
4. Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organic yang akan merugikan
beton, atau kadar organik jika diuji di laboratorium tidak menghasilkan warna
yang lebih tua dari standart percobaan Abrams – Harder.
5. Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan mengalami
basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan dengan tanah basah,
tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif terhadap alkali dalam
Beton, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian yang berlebihan
di dalam mortar atau beton dengan semen kadar alkalinya tidak lebih dari
0,60% atau dengan penambahan yang bahannya dapat mencegah pemuaian.
6. Sifat kekal ( keawetan ) diuji dengan larutan garam sulfat :
• Jika dipakai Natrium – Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %.
• Jika dipakai Magnesium – Sulfat, bagian yang hancur maksimum 15 %.
c. Air
Air yang dimaksud disini adalah air sebagai bahan pembantu dalam
konstruksi bangunan meliputi kegunaannya dalam pembuatan dan perawatan
mortar. Air diperlukan pada pembuatan mortar untuk memicu proses kimiawi
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan
mortar. Kekuatan dari pasta pengerasan semen ditentukan oleh perbandingan berat
antara semen dan faktor air. Persyaratan Mutu Air menurut PUBI 1982, adalah
sebagai berikut:
1. Air harus bersih
2. Tidak mengandung Lumpur,minyak dan benda terapung lainnya yang
dapat dilihat secara visual dan tidak mengandung benda-benda tersuspensi
lebih dari 2gr/l.
3. Tidakmengandunggaram yang dapat larut dan dapat merusakbeton/mortar.
Air digunakan untuk membuat adukan menjadi bubur kental dan juga
sebagai bahan untuk menimbulkan reaksi pada bahan lain untuk dapat mengeras.
Oleh karena itu air sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan bahan, tanpa air
konstruksi bahan tidak akan terlaksana dengan sempurna.
Kemudahan pelaksanaan pembuatan beton sangat bergantung pada air.
Untuk mendapatkan beton dengan kekuatan yang tetap, harus dipertahankan
nisbah air dengan semennya atau biasa disebut Nisbah Air Semen (water cemen
ratio). Air yang digunakan dalam pembuatan beton adalah air yang bebas dari
bahan – bahan yang merugikan seperti : lumpur, tanah liat, bahan organik, asam
organik, alakali dan gram – garam lainnya. Dalam hal ini air yang dapat
dikomsumsi sebagai air minum dapat digunakan sebagai bahan campuran beton.
Jumlah air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi berkisar 20% dari berat
semen. Namun penggunaan W/C dalam adukan harus dibatasi karena dapat
menyebabkan berkurangnya kekuatan beton. Perbandingan jumlah air semen akan
mempengaruhi :
1. Kemudahan pekerjaan
2. Kestabilan volume (Volume stabil)
3. Kekuatan beton (strength of coceret)
4. Keawetan beton (durability of conceret)
Pemakaian air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya porositas
(gelembung) air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit
akan menyebabkan proses hidrasi tidak seluruhnya selesai. Sebagai akibatnya
beton yang akan dihasilkan akan berkurang kekuatannya Nawy (1990).
Nilai banding berat air dan Beton untuk suatu adukan beton dinamakan
water cement ratio (w.c.r), agar terjadi proses hidraasi yang sempurna dalam
adukan beton, pada umumnya dipakai w.c.r 0,40-0,65 tergantung mutu beton yang
hendak dicapai, umumnya menggunakan nilai w.c.r yang rendah, sedangkan
dalam kemudahan pengerjaaan (workability diperlukan nilai w.c.r yang lebih
2.3. Abu Sekam Padi
Limbah sering diartikan sebagai bahan buangan/bahan sisa dari proses
pengolahan hasil pertanian. Proses penghancuran limbah secara alami
berlangsung lambat, sehingga limbah tidak saja mengganggu lingkungan
sekitarnya tetapi juga mengganggu kesehatan manusia. Pada setiap penggilingan
padi akan selalu kita lihat tumpukan bahkan gunungan abu Sekam yang semakin
lama semakin tinggi. Saat ini pemanfaatan Abu Sekam Padi tersebut masih sangat
sedikit, sehingga abu Sekam tetap menjadi bahan limbah yang mengganggu
lingkungan.
Dari proses penggilingan padi biasanya diperoleh abu Sekam sekitar
20-30% dari bobot gabah. Penggunaan energi abu Sekam bertujuan untuk menekan
biaya pengeluaran untuk bahan bakar bagi rumah tangga petani. Penggunaan
Bahan Bakar Minyak yang harganya terus meningkat akan berpengaruh terhadap
biaya rumah tangga yang harus dikeluarkan setiap harinya. Dari proses
penggilingan padi biasanya diperoleh abu Sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8-
12% dan beras giling antara 50-63,5% data bobot awal gabah. Abu Sekam dengan
persentase yang tinggi tersebut dapat menimbulkan problem lingkungan.Oleh
karena itu dewasa ini Abu Sekam Padi banyak digunakan sebagai tambahan pada
material konstruksi. Abu Sekam Padi merupakan bahan berlignosellulosa seperti
biomassa lainnya namun mengandung silika yang tinggi.Silika amorf terbentuk
ketika silikon teroksidasi secara termal. Biasanya silika amorf memiliki kerapatan
2.21 gr/cm3
Menurut Putrajaya (2012) Reaksi pozzolanik menghasilkan produk yang
mengisi pori yang telah ada diantara butiran semen dan hasil dalam kalsium silikat
hidrat yang padat. Ditinjau data komposisi kimiawiAbu Sekam Padi mengandung
beberapa unsur kimia penting seperti dapat dilihat di Tabel 2.5
(Harsono, 2002). Reaktifitas antara silika pada Abu Sekam Padi
dengan kalsium hidroksida pada Beton dapat meningkatkan mutu beton (Harsono,
2002). Silika Abu Sekam Padi dalam bentuk kristalin (quartz dan opal) dan amorf
terkonsentrasi pada bagian permukaan luar dan sedikit pada bagian dalam abu
Sekam (Jauberthie et al., 2000). Hal ini mengakibatkan peningkatan ketahanan
beton baik terhadap chloride, sulfat, dan serangan air laut dengan penambahan
Tabel 2.5 Komposisi Kimiawi Abu Sekam Padi
No. Komposisi Persentase Komposisi
1. SiO2 94.5
Sumber : Herlina (2005)
Masalah yang mungkin terjadi dalam pemanfaatan Abu Sekam Padi untuk
pembuatan komposit yang menggunakan matriks keramik (semen) yaitu besarnya
nilai absorpsi air yang terjadi. Untuk mengatasi penyerapan air dalam jumlah yang
banyak pada komposit semen maka volume dan ukuran rongga komposit semen
harusdikurangi. Pengurangan volume dan ukuran rongga komposit semen dapat
dilakukan dengan menambahkan bahan pozzolan pada matriks semen yang
digunakan. Bahan pozzolan ini jika bercampur dengan semen dan air akan
menghasilkan kalsium silikat hidrat (CSH) sekunder setelah proses hidrasi
berlangsung. (Bakri dan Baharuddin 2009).
Pengaruh bahan tambahan seperti pozzolan terhadap terbentuknya struktur
mikro hasil hidrasi pada pasta semen juga belum banyak diketahui (Peterson et
al., 2006). Manfaat Abu Sekam Padi saat ini telah dikembangkan pula sebagai
bahan baku untuk menghasilkan abu pozzolan yang dikenal di dunia sebagai Abu
Sekam Padi (rice husk ask). Abu Sekam Padi yang dihasilkan dari pembakaran
Abu Sekam Padi pada suhu 400ºC – 500ºC akan menjadi silika amorphous dan
pada suhu lebih tinggi dari 1000ºCakan menjadi silika kristalin (Shinohara and
Kohyama, 2004). Kandungan silika pada Abu Sekam Padi berkisar antara 92 – 95
%, sangat porous dan ringan, dan memiliki luas permukaan yang sangat besar
(DTI, 2003). Muthadhi et al. (2007) mengemukakan bahwa Abu Sekam Padi
Supplementing cementitiousmaterial (SCM) lainnya seperti fly ash, slag, dan
silica fume. Abu Sekam Padi telah digunakan sebagai SCM dalam pembuatan
beton yang memiliki kekuatan tinggi dan permeabilitas rendah pada jembatan,
bangunan dermaga, dan bangunan pembangkit tenaga nuklir karena Abu Sekam
Padi dapat meningkatkan reaksi pozzolan untuk menghasilkan kalsium silikat
hidrat (Dakroury and Gasser, 2008).
-Berbagai kelebihan Abu Sekam Padi sebagai pengganti Beton telah
dilaporkan dalam berbagai penelitian antara lain (Givi et.al.(2010)) :
-Penigkatan kekuatan tekan dan lentur (Zhang et. Al, 1996; Ismalia 1996;
Rodriguez 2005)
-Mengurangi permeabilitas (Zhang et al, 1996; Ganesan et. Al, 2007)
-Peningkatan ketahanan terhadap serangan kimia (Chindaprasirt et. Al,
2007.)
-Peningkatan daya tahan (Coutinho 2002)
-Mengurangi efek alkali- silika reaktivitas (ASR) (Nicole et . al, 2000.)
-Mengrangi penyusutan karena kemasan partikel, membuat beton padat
(Habib dkk, 2009)urangi mendapatkan panas melalui dinding bangunan
(lertsatitthanakorn et. Al, 2009)
Mengurangi potensi pengkristalan karena berkurangnya kalsium hydracids
(Chindaprasirt et al, 2007)
2.4. Abu Boiler Kelapa Sawit
Penambahan Abu Boiler Kelapa Sawit sebagai bahan pozzolan dalam
konstruksi beton telah menjadi semakin meluas dalam beberapa tahun terakhir,
dan tren ini diperkirakan akan terus berlanjut di tahun mendatang karena
perkembangan teknologi, ekonomi dan keuntungan ekologinya. Untuk
mengurangi pembuangan limbah dan pemulihan energi, maka cangkang dan serat
Abu Boiler Kelapa Sawit digunakan kembali sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan uap pada penggilingan minyak sawit. Setelah pembakaran dalam
ketel uap, akan dihasilkan 5% abu (oil palm ashes) dengan ukuran butiran yang
halus.Abu hasil pembakaran ini biasanya dibuang dekat pabrik sebagai limbah