GUNUNGN SINDUR PARUNG BOGOR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
AINUN NAJIB
NIM: 109054100009
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 4 Juni 2016
i
Ainun Najib
Peran Serikat Buruh Dalam Perlindungan Hak-Hak Buruh di PT. Gloria Satya Kencana
Meskipun sudah jelas dipaparkan pengertian mengenai buruh dan upah dalam undang-undang ketenagakerjaan, pada prosesnya pekerja atau buruh masih jauh dari kata sejahtera sehingga posisi mereka seolah menjadi korban ekploitasi para pengusaha. Sedangkan sebagai partner dari industri, pekerja menginginkan keadilan dan mendapatkan “kembalian-hak” sebagai hasil pelaksana industri. Untuk itu pekerja harus memiliki kekuatan untuk menghilangkan permasalahan pemenuhan hak-hak mereka, seperti rendahnya pengupahan, buruknya kondisi pelayanan kesehatan, keselamatan kerja dan sebagainya. Tetapi secara individu pekerja tidak mampu untuk memperjuangkan hak-haknya melawan hebatnya kombinasi antara pemodal dan manajemen dimana mereka mempunyai kekuasaan, uang dan pengaruh. Sehingga buruh harus mengetahui dan memahami bahwa dengan posisi mereka sebagai buruh dan perseorangan tidak akan banyak yang bisa dicapai. Untuk itu diperlukan penyatuan kekuatan antara para buruh di suatu perusahaan untuk memperkuat posisi dan menjamin kesejahteraan mereka.
Dalam konteks perjuangan hak-hak pekerja/buruh ada beberapa pilar yang sangat berperan dalam penegakan serta melindungi hak-hak pekerja/buruh dalam mewujudkan kesejahteraannya. Salah satu pilar itu adalah organisasi serikat pekerja/serikat buruh. Eksistensi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya. Untuk itu, penelitian ini akan memaparkan peran serikat buruh dalam hal memperjuangkan dan melindungi hak-hak anggotanya.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana serikat buruh menjalankan perannya dalam melindungi hak-hak buruh yang bekerja di PT. Gloria Satya Kencana dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan bentuk rumusan masalah deskriptif yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan 3 orang informan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa belum semua hak-hak buruh di PT. Gloria Satya Kencana tersebut terpenuhi secara sempurna. Misalnya untuk pemenuhan kebutuhan akan penyediaan sarana komunikasi, konslutasi dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena
rahmat dan hidayah-Nya serta limpahan anugerah yang tak terhitung penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Serikat Buruh dalam Perlindungan Hak-hak Buruh di PT. Gloria Satya Kencana, Gn. Sindur Parung, Bogor”dengan baik.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan
Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat nya.
Skripsi ini penulis persembahkan khusus untuk ayahanda dan ibunda
tercinta, yang tidak pernah lelah dan sabar dalam membantu penulis untuk terus
menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih untuk semua kasih sayang dan
dukungan yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis. Dan penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultasb Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Bapak Dr. Suparto,
S.Ag. M.Ed. selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik. Ibu Dr. Hj.
Raudhanah, M.Ag. selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr.
Suhaimi, M.Si. selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial. Ibu Nunung Khairiyah, MA selaku Sekretaris Program Studi
Kesejahteraan Sosial.
3. Bapak Budi Rahman Hakim, MSW selaku Pembimbing yang sudah
tenaga, dan pikiran yang telah dicurahkan kepada penulis demi terselesaikan
nya penelitian ini.
4. Kepada Tim Penguji Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan
pemikirannya untuk memberikan arahan serta masukan dalam penulisan
skripsi ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
khususnya Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan
ilmunya dengan tulus dan ikhlas.
6. Kepada Serikat Pekerja Logam, Elektronik, & Mesin (Indonesia Metal,
Electronics, and Machine Workers Union) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
PT. Gloria Satya Kencana/ Magna Furniture atas izin dan informasi yang
diberikan guna penyelesaian skripsi ini.
7. Sahabat yang sudah bagaikan saudara yang tak lelah memberi doa, berbagi
suka dan duka, mengangkat kala penulis terjatuh, dan pengingat kala salah
melangkah Slamet Nurmawanto, Raditya Pradiptassa, Hairul Saleh, Ahmad
Ghazali, Gardika Kay Rizka, Momba Donna Sari, Fatkhur Rohman, M. Nizar
Hakim. semoga kelak kita berkumpul teriring tawa dan suka penuh
kesuksesan. Dan juga untuk mereka yang senaniasa mendukung serta
membantu tetapi tidak bisa disebutkan satu per satu.
8. Kawan-kawan Keluarga Besar KESSOS 2003-2015, HMI KOMFAKDA
Cabang Ciputat, yang telah menjadi tempat yang nyaman untuk berproses,
9. Partner terbaik yang tak lelah mendoakan, penyemangat saat mulai menyerah,
penyejuk saat amarah, dan pendengar yang setia, Ajeng Retno Kusumawati.
Semoga semua niat baik kita diijabah oleh Allah SWT. Amin.
Ciputat, 4 Juni 2016
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ...v
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN ...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ...5
C. Tujuan Penelitian ...6
D. Manfaat Penelitian ...6
1. Manfaat Akademis ...6
2. Manfaat Praktis ...7
E. Tinjauan Pustaka ...7
F. Metode Penelitian...9
1. Pendekatan Penelitian ...9
2. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ...9
3. Teknik Pengumpulan Data ...9
b. Wawancara ...10
c. Dokumentasi ...10
4. Keabsahan Data ...11
G. Pedoman Penulisan Skripsi ...12
H. Sistematika Penulisan ...12
BAB II KAJIAN TEORI A. Buruh ...14
B. Hak Buruh ...16
1. Hak Bersifat Ekonomis ...17
2. Hak Bersifat Politis ...17
3. Hak Bersifat Medis ...17
4. Hak Bersifat Sosial ...18
C. Serikat Buruh ...18
D. Peran Serikat Buruh/Serikat Pekerja ...22
1. Peran Serikat Buruh Menurut ILO (International Labor Organization) ...24
2. Peran dan Fungsi Serikat Pekerja: Intisari dari UU Serikat Buruh/Serikat Pekerja No. 21 Th. 2000 ...27
3. Peran dan Fungsi Serikat Prekerja/Serikat Buruh Menurut UU RI ...30
E. Kontrol Terhadap Serikat Buruh ...32
BAB III
PROFIL SPSI-LEM CABANG BOGOR DAN PUK SP-LEM DI PT. GLORIA SATYA KENCANA
A. SPSI-LEM CABANG BOGOR ...38
1. Sejarah FSP LEM-SPSI ...38
2. Visi dan Misi ...39
3. Fungsi Serikat Buruh/Pekerja ...39
4. Lambang dan Makna ...40
5. Struktur organisasi DPC FSP LEM SPSI Kab. Bogor Periode 2011-2016 ...41
6. Tugas dan Fungsi Pengurus DPC FSP LEM SPSI Kab. Bogor Periode 2011-2016 ...41
B. PUK SP-LEM DI PT. GLORIA SATYA KENCANA ...45
1. Sejarah PUK SP-LEM ...45
2. Perjanjian Kerja Bersama 2014-2016 ...46
3. Struktur Organisasi Pengurus PUK SP-LEM SPSI ...50
4. Tugas dan Fungsi Pengurus PUK SP-LEM SPSI ...50
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Profil Informan ...52
B. Temuan dan Analisis ...54
a. Melindungi dan Memperjuangkan Perbaikan Upah ...56
Diskriminasi ...57
c. Memperbaiki Kondisi Kerja dan Melindungi Lingkungan Kerja ...58
d. Mengupayakan Agar Manajemen Mendengarkan Suara Pekerja Sebelum Membuat Keputusan ...59
e. Mencegah Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja ...61
f. Perjanjian Kerja Bersama ...63
g. Menangani keluh kesah anggota ...64
h. Menyediakan manfaat lainnya (untuk kesejahteraan anggota) ...66
i. Menyediakan sarana komunikasi ...68
j. Meningkatakan pelaksanaan hubungan industrial untuk menciptakan keharmonisan ...70
k. Melakukan kerjasama dan menjalin solidaritas dengan Pekerja..73
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...73
B. Saran ...74
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Lambang Organisasi SPSI-LEM ...40
Gambar 3.2 Struktur Pengurus SPSI Kab. Bogor ...41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Persetujuan Pembimbing
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Persetujuan Penelitian
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Mendalam dengan Pengurus Cabang dan
PUK SPSI-LEM PT. Gloria Satya Kencana
Lampiran 5 Pedoman Wawancara Mendalam dengan Anggota PUK SPSI-LEM
PT. Gloria Satya Kencana
Lampiran 6 Transkrip Wawancara Sugimin
Lampiran 7 Transkrip Wawancara Gozali Sahwan
Lampiran 8 Transkrip Wawancara Pernadi
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Industri atau perusahaan adalah kombinasi dari modal, manajemen dan
pekerja. Mereka adalah suatu kesatuan yang terpisah dan mempunyai motivasi
yang berbeda. Pemodal adalah yang menanamkan modal dengan perhatian utama
mereka adalah untuk mendapat keuntungan semaksimal mungkin. Manajemen
selalu berada disana untuk melindungi kepentingan dari para pemodal. Kemudian
aspek berikutnya yang tidak kalah penting di dalam proses perindustrian adalah
pekerja atau buruh.
Menurut Prof. Imam Soepomo Buruh adalah seseorang yang menjalankan
pekerjaan untuk majikan, dalam hubungan kerja dengan menerima upah.1 Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang
sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang
ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan
keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.2
اوطْعأ
َريجأا
هر ْجأ
َلْبق
َْنأ
َ فجي
َهقرع
“Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.”
(HR. Ibnu Majah).
1
Iman Soepomo, Penghantar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Djambatan, 2003). h. 28.
2
Maksud hadits ini adalah bersegera menunaikan hak si pekerja setelah
selesainya pekerjaan, begitu juga bisa dimaksud jika telah ada kesepakatan
pemberian gaji setiap bulan.
Meskipun sudah jelas dipaparkan pengertian mengenai buruh dan upah,
pada prosesnya pekerja atau buruh masih jauh dari kata sejahtera sehingga posisi
mereka seolah menjadi korban ekploitasi para pengusaha. Sedangkan sebagai
partner dari industri, pekerja menginginkan keadilan dan mendapatkan
“kembalian-hak” sebagai hasil pelaksana industri. Untuk itu pekerja harus
memiliki kekuatan untuk menghilangkan permasalahan pemenuhan hak-hak
mereka, seperti rendahnya pengupahan, buruknya kondisi pelayanan kesehatan,
keselamatan kerja dan sebagainya.
Tetapi secara individu pekerja tidak mampu untuk memperjuangkan
hak-haknya melawan hebatnya kombinasi antara pemodal dan manajemen dimana
mereka mempunyai kekuasaan, uang dan pengaruh. Sehingga buruh harus
mengetahui dan memahami bahwa dengan posisi mereka sebagai buruh dan
perseorangan tidak akan banyak yang bisa dicapai. Untuk itu diperlukan
penyatuan kekuatan antara para buruh di suatu perusahaan untuk memperkuat
posisi dan menjamin kesejahteraan mereka.
Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau
keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar
hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi
produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.3 Kesejahteraan pekerja/buruh merupakan aspek yang tidak kalah penting didalam dunia
3
perindustrian. Bilamana hak-hak buruh tersebut tidak terpenuhi, akan
menimbulkan permasalahan diantara buruh dan pemilik usaha.
Untuk itu dirasakan perlunya menciptakan hubungan yang harmonis
diantara kedua belah pihak agar proses produksi terus berlanjut dan para buruh
melakukan pekerjaannya tanpa tekanan serta diberlakukan adil sebagaimana hak
dasarnya sebagai manusia. Namun, siapakah yang dapat menjamin atau paling
tidak mengusahakan agar hak-hak buruh tersebut dipenuhi?
Salah satu komitmen Bangsa Indonesia terhadap penghormatan dan
jaminan perlindungan hak asasi manusia terkandung dalam sila kedua Pancasila,
dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu “Kemanusiaan Yang Adil
dan Beradab”. Selanjutnya, sejumlah pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945
beserta amandemennya secara tegas mengatur jaminan perlindungan hak-hak
asasi manusia yang paling utama, yaitu di bidang politik, ekonomi, sosial, dan
kebudayaan.
Bahkan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 ini dirumuskan tiga
tahun sebelum Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan
Bangsa-Bangsa (Universal of Human Rights) 1948 dicetuskan. Salah satu perlindungan hak asasi manusia yaitu asas principle of liberty (prinsip kebebasan) dalam bidang
hubungan kerja di Indonesia terdapat dalam Pasal 28 D Ayat (2) Amandemen
Undang-Undang Dasar 1945. 4
Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk bekerja
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.
Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa setiap warga negara memandang
4
segala perbedaan yang ada pada diri seseorang berhak mendapatkan dan
melakukan pekerjaan serta menerima imbalan secara adil.
Selain dalam bentuk undang-undang agaknya dirasakan perlu adanya
badan yang bergerak untuk mengorganisir para buruh untuk membangun
solidaritas dan kekuatan dalam memperjuangkan kesejahteraannya. Untuk itu,
dalam bagian umum penjelasan atas Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000,
tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, menyatakan bahwa serikat pekerja/buruh
merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya,
menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia pada umumnya.
sehubungan dengan hal itu, serikat pekerja/serikat buruh merupakan
sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh dalam menciptakan
hubungan industrial yang armonis, dinamis dan berkeadilan. Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh didasarkan pada
Pasal 28 E perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi ILO
(Internasional Labour Organization) Nomor 98 Tahun 1949, tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan berserikat di ratifikasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia dengan Undang-Undang No.18.
Tahun 1956, tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan
Internasional No 98 Tahun 1949 mengenai Berlakunya Dasar-Dasar daripada Hak
untuk berorganisasi dan untuk Berunding Bersama. Dengan telah diratifikasinya
Berserikat serta diundangkannya Undang-Undang Nomor No 21 Tahun 2000,
tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh,
maka bidang perburuhan sesungguhnya telah berubah secara radikal.
Kebebasan untuk mendirikan organisasi buruh telah dimanfaatkan oleh para
aktivis perburuhan untuk mendirikan organisasi dengan bermacam nama dan
bermacam orientasi kepentingan. Namun secara prinsip, organisasi buruh
dibentuk dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan buruh, khususnya
untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup dan melindungi hak-hak buruh.5 Dalam konteks perjuangan hak-hak pekerja/buruh ada beberapa pilar yang
sangat berperan dalam penegakan serta melindungi hak-hak pekerja/buruh dalam
mewujudkan kesejahteraannya. Salah satu pilar itu adalah organisasi serikat
pekerja/serikat buruh. Eksistensi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan untuk
memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan
kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya.
Sejarah telah membuktikan bahwa peranan serikat pekerja/serikat buruh
dalam memperjuangkan hak anggotanya sangat besar, sehingga pekerja/buruh
telah banyak merasakan manfaat organisasi serikat pekerja/serikat buruh yang
betul-betul mandiri (independence) dan konsisten dalam memperjuangkan
hak-hak buruh. Umumnya pekerja secara individual berada dalam posisi lemah dalam
memperjuangkan hak-haknya, dengan menjadi anggota serikat pekerja/serikat
buruh akan meningkatkan bargaining baik secara individu maupun keseluruhan.
Misalnya saja di PT. Gloria Satya Kencana yang sebelum berdirinya
serikat buruh di PT tersebut kondisi pengupahan dan jaminan untuk keselamatan
5
kerja sangat jauh dari kata layak. Upah buruh dibayarkan hanya berdasarkan
perhitungan perusahaan tanpa mempertimbangkan kebutuhan hidup yang harus
dipenuhi oleh buruh dan keselamatan kerja yang menjadi tanggungjawab pribadi
buruh tanpa adanya tunjangan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.
Namun, sejak serikat buruh hadir di PT tersebut, kondisi pengupahan,
kesehatan dan jaminan keselamatan kerja menjadi lebih baik. Pengupahan
dibayarkan sesuai dengan standar upah minimum regional yang telah ditetapkan.
Selain itu, para buruh juga kini telah mendapatkan jaminan kesehatan dan
keselamatan kerja. Hak-hak buruh tersebut dapat terpenuhi atas perjuangan serikat
buruh yang didirikan pada tahun 2013 lalu. Hal tersebut adalah satu dari banyak
hak buruh yang harus dipenuhi sebagai upaya perbaikan kondisi perburuhan di
Indonesia dan PT. Gloria Satya Kencana Khususnya.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas maka peneliti bermaksud
mengangkatnya ke dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan di Lokasi
Industri Gunung Sindur, dimana terdapat Serikat Buruh yang menjadi serikat
buruh pertama di lokasi tersebut dengan judul penelitian “PERAN SERIKAT
BURUH DALAM PERLINDUNGAN HAK-HAK BURUH DI PT. GLORIA SATYA KENCANA, GN. SINDUR PARUNG, BOGOR”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan dengan tujuan untuk membatasi
ruang lingkup dan objek yang akan di teliti agar pelaksanaan kegiatan
kemampuan. Oleh karena itu penulis membatasi hanya pada Peran Serikat
Buruh dalam Perlindungan Hak-Hak Buruh di PT. Gloria Satya Kencana.
2. Perumusan Masalah
Yang akan dibahas oleh peneliti adalah bagaimana peran serikat
buruh dalam perlindungan hak-hak buruh di PT. Gloria Satya Kencana.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk menggambarkan bagaimana
serikat buruh menjalankan perannya dalam melindungi hak-hak buruh yang
bekerja di PT. Gloria Satya Kencana.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian skripsi ini adalah:
1. Manfaat Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
wawasan sebagai bahan rujukan tambahan referensi bagi bidang studi
Kesejahteraan Sosial dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan informasi awal untuk penelitian lebih lanjut.
b. Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan
konsep maupun metodologi dan pengetahuan tentang peran serikat
buruh dalam perlindungan hak-hak buruh di PT. Gloria Satya Kencana.
c. Bagi masyarakat hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan
menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menyusun skripsi ini, penulis merujuk pada buku dan penelitian
terdahulu yang memiliki pembahasan dengan objek yang sama untuk dijadikan
sebagai bahan referensi dan pembanding. Adapun penelitian terdahulu yang
penulis jadikan sebagai bahan referensi adalah:
1. Dwi Pujiastuti, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, dengan judul “Peranan Serikat Pekerja Dalam
Menciptakan Hubungan Industrial Yang Harmonis Di PT. Air Mancur
Karanganyar”. Skripsi ini meneliti mengenai Peranan SP dalam
menciptakan hubungan industrial yang harmonis PT. Air Mancur adalah
dengan melindungi hak anggota, turut serta menjaga ketertiban demi
kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis,
mengembangan keterampilan dan keahlian anggota, ikut memajukan
perusahaan, memperjuangankan kesejahteraan anggota dan keluarganya.
2.
Teti, Fakultas Hukum, Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan,Universitas Surnatera Utara, dengan judul “Tugas dan Fungsi Serikat
Pekerja/Serikat Buruh dalam Menyelesaikan Pemutusan Hubungan Kerja
(PHK)” dengan pembahasan mengenai peranan Serikat Pekerja/Serikat
Buruh untuk memperjuangkan hak dan kepentingan pekerja/buruh dalam
sistem hukum ketenagakerjaan di Indonesia, sejauh mana hak-hak yang
dimiliki pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan di
Indonesia dalam terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bagaimana
peranan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam menyelesaikan sengketa yang
3. Geger Teguh Priyo Sampurno, Konsentrasi Hukum Perburuhan, Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya, dengan judul “Efektivitas Peranan Serikat
Pekerja dalam Pembuatan dan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama”
(Studi di Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Unit Kerja PT. Ekamas
Fortuna Kabupaten Malang). Permasalahan yang diangkat adalah
bagaimana efektivitas peranan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI)
unit kerja PT. Ekamas Fortuna dalam pembuatan dan pelaksanaan
perjanjian kerja bersama di PT. Ekamas Fortuna serta faktor-faktor
penghambat efektivitas peranan serikat pekerja dalam pembuatan dan
pelaksanaan perjanjian kerja bersama dan upaya-upaya yang dilakukan
untuk mengatasi hambatan tersebut dengan hasil penelitian Hasil
penelitian menunjukkan bahwa peranan SPSI unit kerja PT. Ekamas
Fortuna dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja bersama
mengalami beberapa hambatan sehingga peranan SPSI unit kerja PT.
Ekamas Fortuna dapat dikatakan belum efektif.
F. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi kasus. Jenis
penelitian tersebut dimaksudkan agar penelitian ini dapat lebih fokus
2. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Metode penentuan lokasi penelitian ini dengan menggunakan
metode Purposive. Metode Purposive adalah teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan tertentu.
Pertimbangan tersebut didasarkan pada, lokasi wilayah yang dekat
dengan wilayah perindustrian dan tentunya banyak objek penelitian
yang berdomisili di wilayah tersebut. Lokasi penelitian ini dilakukan di
Jl. Gunung Sindur, Gg. Intan 2 Parung-Bogor.
3. Teknik Pengumpulan Data
Data merupakan perwujudan dari informasi dengan sengaja digali
untuk dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau kegiatan
lainnya, dan instrument yang di gunakan adalah :
a. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomenal sosial dengan gejala-gejala psikis
untuk kemudian dilakukan pencatatan. Teknik observasi dalam
penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan mencatat secara
langsung terhadap objek penelitian yaitu Peran Serikat Buruh dalam
Perlindungan Hak-Hak Buruh Di PT. Gloria Satya Kencana.
b. Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh kedua belah
pihak, yaitu pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan diwawancarai (interviewe) yang memberi Jawaban
Penulis dan pihak diwawancarai adalah buruh. Wawancara akan
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara agar
pertanyaan terarah. Penentuan informan yang dilakukan dalam
penelitian ini, sesuai dengan pendekatan penelitian kualitatif yang
diambil, yaitu purposive sampling, adalah informan yang diambil
berdasarkan tujuan, alasan atau pertimbangan tertentu.6
Teknik pengambilan informan didasarkan pada kelompok sampling
dengan identifikasi dari pengelompokan informan. Adapun
kelompok informan yang diwawancarai dibagi beberapa kelompok,
1) pengurus serikat buruh dan 2) anggota serikat buruh.
c. Dokumentasi adalah Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam
penelitian kualitatif.7 Adapun dokumentasi yang dijadikan data pada penelitian ini bersumber dari profil serikat buruh Federasi Serkat
Pekerja Logam Elektroik dan Mesin – Serikat Pekerja Seluruh
Indonesia.
4. Keabsahan Data
Keabsahan data adalah, data yang diperoleh data yang telah teruji
dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat
6
Lexy J. Moleong, Metodolgi Penelitian Kualitatif , Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), Cet-ke20, h.135.
7
diskusi atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat
realitas sosial serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, karena itu
peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data yang
relevan.
Selain itu teknik untuk keabsahan data yang berikutnya adalah
dengan Triangulasi sumber yang berarti, untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.8 Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang berbeda
sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi dan
wawancara. Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke
informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari
observasi.
G. Pedoman Penulisan Skripsi
Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini adalah menggunakan
"Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)" yang
diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007.9
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirinci
kedalam sub-sub sebagai berikut :
8
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, 5th ed, (Bandung: CV Alvabeta, 2007). h. 83.
9
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini akan memaparkan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, metodologi penelitian dengan sub bab penjelasan
tentang metode penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek
penelitian, teknik pengumpulan data yang berupa observasi,
wawancara, dokumentasi, teknik penulisan. Kemudian sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini akan menguraikan pengertian pekerja/buruh, serikat pekerja,
peran serikat pekerja berdsarkan buku pegangan yang dikeluarkan oleh
ILO.
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN
Bab ini akan memaparkan profil Federasi Serikat Pekerja Logam
Elektroik dan Mesin – Serikat Pekerja Seluruh Indonesia.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA
Bab ini berisikan tentang temuan lapangan dan anaisis mengenai peran
Peran Serikat Buruh dalam Perlindungan Hak-Hak Buruh di PT. Gloria
Satya Kencana.
BAB V PENUTUP
14 A. Buruh
Menurut Marx dan Engels, manusia memperoleh harkat kemanusiaannya
melalui bekerja. Lewat pekerjaan tersebut terbentuklah suatu karya yang
membangun realitas sosial. Kekaryaannya diperoleh dengan menjual jasa, bahkan
dalam sistem kapitalis pekerja dituntut bekerja dari yang ia perlukan sehingga
menimbulkan surplus value. Kekuasaan pekerja/buruh hanya terdapat pada proses atau metode produksi, sedangkan modal dan alat-alat produksi dikuasai oleh
pengusaha.1 Pekerja/buruh merupakan orang yang bekerja dan terikat pada proses ketenagakerjaan dalam proses produksi di sebuah industri atau perusahaan dengan
menerima upah atas kerja yang dilakukannya.
Dalam pekerjaannya, buruh terikat pada pengusaha yang memberikan upah
atas kerja yang telah dilakukannya. Menurut Trimurti, buruh adalah orang yang
bekerja pada orang atau golongan lain, mendapat upah, tetapi tidak mempunyai
hak atas alat produksi dan produksinya.2
Berkaitan dengan pemaparan tersebut, buruh menurut hemat Wahyudi
adalah sebagai berikut:3
“Dengan demikian pengertian buruh meliputi tenaga kerja tetap, yaitu tenaga di bidang-bidang administatif, prosessing di lapangan, transport dan lain-lainnya. Termasuk didalamnya buruh harian tetap, buruh tidak tetap, buruh harian lepas, buruh borongan serta maro (Perjanjian membagi dua
1
Tony J. Watson, Sociology of Work & Industry. (London: Routledge, 1997) h. 69-71.
2
Trimukti, Sk. Perjuangan Buruh. (Jakarta: Widjaya, 1951) h. 10.
3
hasil tanah antara penggarap dan pemilik tanah (pd masyarakat Jawa dan Sunda).”
Sedangkan pengertian buruh menurut undang-undang RI Nomor 13 tahun
2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 1 (3) adalah setiap orang yang bekerja dan
menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.4
Para pekerja di perusahaan pada mulanya digolongkan dalam dua
kelompok. Kelompok pertama adalah pekerja operasional atau kadang-kadang
disebut pekerja kasar. Mereka pada umumnya bekerja dengan mesin-mesin
sehingga pakaiannya cepat kotor. Supaya tidak cepat kotor, pakaian pekerja kasar
tersebut biasanya diberi warna biru dan kemudian dinamakan blue-collar workers
atau pekerja kerah biru. Di negara Barat mereka juga disebut labourers dan di Indonesia sering disebut buruh.5
Kelompok kedua adalah pekerja yang melakukan kegiatan di kantor.
Mereka biasanya memakai baju kerah putih atau white collar. Karena sifat pekerjaannya, pakaian putih tersebut tidak cepat kotor. Mereka kadang-kadang
disebut employees atau karyawan. Istilah yang lebih tepat untuk semua adalah pekerja atau workers, mencakup pekerja kerah putih dan pekerja kerah biru di perusahaan serta pekerja mandiri dan pekerja keluarga. Pengertian pekerja lebih
luas daripada buruh, dan penggunaan istilah pekerja lebih tepat daripada buruh.6 Apapun istilah yang digunakan untuk penyebutan bagi para buruh/pekerja,
mereka tetaplah pihak yang di upah oleh pihak pengusaha dan tidak memiliki hak
4
ILO, Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia; Major Labour Laws of Indonesia. (Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional, 2004). h. 7.
5
Payaman J. Simanjuntak, Undang-undang yang Baru Tentang Serikat Pekerja/Seikat Buruh; Buku Panduan The New Law on Trade unions; A Guide. (Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional, 2002). h. 9.
6
atas alat-alat produksi di perusahaan terkait dan berada di posisi rentan sehingga
membutuhkan perlindungan. Kemudian, dari uraian-uraian diatas dalam
hubungannya dengan penelitian ini dapat dirumuskan bahwa buruh/pekerja yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah setiap orang yang bekerja pada PT. Gloria
Satya Kencana. Baik yang termasuk ke dalam bagian manajemen pabrik maupun
yang masuk ke dalam golongan produksi atau pekerja kasar yang juga disebut
sebagai blue-collar workers. Dalam praktiknya, pekerja/buruh yang dapat menjadi anggota serikat pekerja hanyalah pekerja/buruh yang berada di bagian produksi,
karena pekerja/buruh yang termasuk ke dalam manajemen pabrik dianggap
sebagai bagian dari pihak pengusaha atau pemilik pabrik.
B. Hak Buruh
Hak buruh menurut ICDHRE (Islamic Center for Democracy and Human Rights Empowerment) adalah suatu kehendak atau kepentingan yang dilindungi
oleh aturan-aturan tata tertib (hukum atau peraturan perundangan) yang berlaku.
Secara umum dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan,
Pengupahan, dan Kesejahteraan. Tentang Ketenagakerjaan, hak buruh jika
dikaitkan dengan hubungan kerja, maka hak buruh yang harus ada adalah hak
kebebasan berserikat, berkumpul dan mengemukakan pendapat, hak atas upah,
istirahat, jaminan keselamatan, dan kesehatan kerja. Kemudian hak-hak buruh
tersebut dirangkum oleh ICDHRE (Islamic Center for Democracy and Human
Rights Empowerment) menjadi beberapa kategori antara lain sebagai berikut:7
7
1. Hak Bersifat Ekonomis
Adalah hak yang diperhitungkan berdasarkan sejumlah uang yang
harus dibayarkan pengusaha kepada buruh pada suatu periode yang telah
ditentukan, meliputi:
a) Hak atas upah
b) Hak atas fasilitas perumahan
c) Hak atas tunjangan hari tua
d) Hak atas tunjangan-tunjangan lain yang berhubungan dengan
perkerjaan buruh
2. Hak Bersifat Politis
Merupakan hak yang berkaitan dengan hak-hak buruh sebagai warga
negara. Meliputi:
a) Hak untuk membentuk serikat buruh
b) Hak untuk menjadi anggota serikat buruh
c) Hak untuk melakukan mogok kerja
d) Hak untuk berunding dengan pengusaha
e) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi
3. Hak Bersifat Medis
Hak yang dihubungkan dengan keselamatan dan kebugaran tubuh,
meliputi:
a) Hak atas keselamatan dan kesehatan kerja
b) Hak atas asuransi kecelakaan kerja
c) Hak atas haid, melahirkan dan menyusui
4. Hak Bersifat Sosial
Maksudnya adalah yang berkaitan dengan fungsi individu buruh
dalam masyarakat yang meliputi:
a) Hak atas liburan resmi
b) Hak atas peribadatan agama
c) Hak atas cuti kawin
d) Hak atas pembatasan kerja anak
Hak- hak tersebut merupakan kewajiban bagi pengusaha dan pemberi
kerja lainnya untuk memenuhi dan membayarkannya kepada buruh, karena
hak buruh merupakan hak yang mucul sebagai akibat adanya perjanjian kerja
dan hubungan kerja/industrial yang muncul dari perjanjian tersebut.
Perjanjian kerja, maupun peraturan kerja yang ada sebagai akibat hubungan
industrial yang dijalankan pengusaha dan buruh tersebut, harus secara tegas
memuat syarat-syarat kerja yang meliputi hak dan kewajiban pengusaha dan
buruh atas pekerjaan yang telah dikerjakan. Artinya jelas bahwa hak buruh
merupakan hak yang wajib dibayarkan oleh pengusaha setelah buruh selesai
bekerja dalam rangka memenuhi kesejahteraannya.
C. Serikat Buruh
Manusia mengorganisasi diri untuk menjadi kuat, untuk mengembangkan
kekuasaan. Bagi kaum buruh, bersatu atau tetap terberai, merupakan hal berada
kekuatan dan kekuasaan, kaum buruh telah mencari dan menemukan alternatif
pada kepemilikan material di dalam persatuan, organisasi dan aksi bersama.8 Dalam konteks perjuangan hak-hak pekerja/buruh ada beberapa pilar yang
sangat berperan dalam penegakan serta melindungi hak-hak pekerja/buruh dalam
mewujudkan kesejahteraannya. Salah satu pilar itu adalah organisasi serikat
pekerja/serikat buruh. Eksistensi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan untuk
memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan
kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya.
Menurut Watson, serikat buruh merupakan suatu himpunan pekerja yang
dibentuk unuk meningkatkan kemampuan mereka menegosiasikan kondisi kerja
dan hasil (rewards) dari upaya mereka dengan yang mempekerjakan mereka, dan kadangkala, untuk menunjukkan kepentingan dalam lingkup politik di luar tempat
kerja.9
Selain itu, Serikat buruh juga dianggap sebagai suatu organisasi yang
anggota-anggotanya terdiri dari para pekerja yang berusaha untuk
mengorganisasikan dan menyampaikan kepentingan-kepentingan mereka baik di
tempat kerja maupun di masyarakat, serta berusaha untuk mengatur hubungan
ketenagakerjaan mereka melalui suatu proses perundingan kolektif (collective bargaining) secara langsung dengan manajemen.10 Perundingan secara kolektif ini dilakukan karena dianggap lebih memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
perundingan dengan pihak manajemen dibandingkan jika para pekerja atau buruh
melakukan perundingan secara individu.
8
Iskandar Tedjasukmana, Surya Tjandra, ed., Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia, (Jakarta: TURC, 2008). h. 137.
9
Tony J. Watson, Sociology of Work & Industry. h. 311.
10
Berdasarkan sejarah panjang dunia perburuhan, di Indonesia sendiri
pemerintah dipandang berkewajiban unuk melindungi perburuhan, membela
hak-hak kaum buruh dan memajukan kondisi-kondisi kerja yang adil. Sudah dianggap
dengan sendirinya bahwa pemerintah berada di pihak kaum buruh di dalam
perjuangan terhadap eksploitasi dan penindasan. Ini adalah sangat wajar karena RI
adalah produk dari suatu revolusi di mana kaum buruh mempunyai suatu bagian
yang aktif.11
Berdirinya FBSI pada tanggal 20 Februari 1973 yang kemudian berubah
menjadi SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) pada tahun 1985 telah
membuka sejarah baru bagi kaum buruh di Indonesia. Kaum buruh di Indonesia
telah mampu mempersatukan dirinya dalam satu wadah perjuangan dan satu
tujuan bersama, yaitu suatu organisasi di bidang perburuhan yang bersifat
sosial-ekonomi. Dengan demikian orientasi utama dari wadah organisasi SPSI adalah
berupaya meningkatkan kesejahteraan para anggota dan keluarganya.12
Dalam bagian umum penjelasan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, menyatakan bahwa pekerja/buruh
merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya,
menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Indonesia pada umumnya, sehubungan dengan hal itu, serikat pekerja/serikat
buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh
dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan
11
Iskandar Tedjasukmana, Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia, h. 182.
12
berkeadilan.13 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh didasarkan pada Pasal 28 E perubahan Kedua Undang-
Undang Dasar 1945 dan Konvensi ILO (Internasional Labour Organization)
Nomor 98 Tahun 1949, tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan berserikat di
ratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang No.18
Tahun 1956, tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional
No. 98 Tahun 1949 mengenai Berlakunya Dasar-Dasar daripada Hak untuk
berorganisasi dan untuk Berunding Bersama.
Dengan telah diratifikasinya Konvensi ILO No. 98 Tahun 1949, tentang
Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan Berserikat serta diundangkannya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, maka
bidang perburuhan sesungguhnya telah berubah secara radikal. 14 Kebebasan untuk mendirikan organisasi buruh telah dimanfaatkan oleh para aktivis
perburuhan untuk mendirikan organisasi dengan bermacam nama dan bermacam
orientasi kepentingan buruh, khususnya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan
hidup dan melindungi hak-hak buruh.
Selain landasan hukum mengenai pembentukan dan pendirian serikat
buruh, Indonesia juga mengatur mengenai keanggotaan federasi dan konfederasi
serikat pekerja/serikat buruh harus terbuka untuk menerima anggota tanpa
membedakan aliran politik, agama, suku bangsa, dan jenis kelamin.15 Dengan demikian kebebasan berserikat bagi buruh mutlak adanya dan dilindungi oleh
13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh diakses pada 15 Maret 2015 dari . www.hukumonline.com/pdf. h. 2.
14
Payaman J. Simanjuntak, Undang-undang yang Baru Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. h. 9.
15
undang-undang untuk memperjuangkan, membela serta melindungi hak-hak dan
kepentingannya tanpa pandang bulu dan diskriminasi. Karena pada hakikatnya
pendirian serikat buruh/serikat pekerja itu sendiri adalah untuk melindungi
anggotanya secara keseluruhan.
D. Peran Serikat Buruh /Serikat Pekerja
Peranan adalah sesuatu yang diharapkan yang dimiliki oleh individu yang
mempunyai kedudukan lebih tinggi dalam kehidupan masyarakat.16 Peran erat kaitannya dengan status,17 dimana di antara keduanya sangat sulit dipisahkan. Soerjono Soekanto melanjutkan bahwa peran adalah pola perilaku yang terkait
dengan status. Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa peran adalah aspek dinamis
dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan kewajiban sesuai
dengan kedudukan maka ia menjalankan suatu peranan. Jadi peran adalah tugas
dan fungsi ideal yang seharusnya dilakukan seseorang yang memiliki kedudukan
tertentu, sedangkan peranan adalah perwujudan daripada peran ideal itu sendiri.
Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan peran sebagai
pemain. Peran adalah orang yang menjadi atau melakukan sesuatu yang khas, atau
“perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat”. Jika ditujukan pada hal yang bersifat kolektif di dalam masyarakat,
seperti himpunan, gerombolan, atau organisasi, maka peranan berarti “perangkat
16
Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991), h. 1132.
17
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh organisasi yang berkedudukan di dalam
sebuah mayarakat”.18
Peranan (role) memiliki aspek dinamis dalam kedudukan (status)
seseorang. Peranan lebih banyak menunjuk satu fungsi, penyesuaian diri dan
sebagai suatu proses. Keberadaan individu dalam sebuah organisasi memiliki
dampak yang cukup signifikan. Dalam hubungan industrial, serikat buruh
memainkan peran yang sangat penting dalam kedudukannya sebagai wakil buruh
yang mendorong proses pemenuhan hak dan kewajiban buruh yang menjadi
anggotanya.
Untuk mencapai tujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan
kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan
keluarganya, serikat buruh memainkan peranannya dengan cara menjalankan
fungsi-fungsinya dalam hubungan industrial. Salah satu dari fungsi serikat buruh
ialah mengadakan perundingan dengan pihak majikan mengenai tingkat upah dan
kondisi kerja pada perusahaan.19 Perundingan kolektif merupakan suatu cara untuk menyetujui kondisi kerja dan penghargaan (rewards) melalui proses
negosiasi antara perwakilan perusahaan dan perwakilan pekerja yang terorganisir
secara kolektif.20
Peran atau fungsi serikat buruh lebih lengkapnya akan dijabarkan pada
pembahasan berikut mengenai peran serikat pekerja/serikat buruh yang bersumber
dari beberapa lembaga.
Parker SR, dkk., Sosiologi Industri, (Jakarta: Rineka Cipta. 1990). h. 201.
20
1. Peran Serikat Buruh Menurut ILO (International Labor Organization)21 a. Melindungi dan Memperjuangkan Perbaikan Upah
Serikat pekerja/serikat buruh menyatukan kepentingan dan hak
pekerja dengan satu suara bulat untuk menekan pengusaha agar
memberikan upah yang wajar dan layak. Tuntutan pekerja untuk
memperoleh upah yang layak tidak akan didengar dan pekerja
terpaksa harus menerima begitu saja apa yang ditawarkan pengusaha
kalau masing-masing pekerja mengajukan tuntutan sendiri-sendiri dan
tidak mau bergabung menjadi satu. Hanya bila pekerja mau bersatu
dalam serikat pekerja/serikat buruh, barulah mereka dapat mendesak
pengusaha untuk memberikan upah yang layak. Dengan bersatu dalam
serikat pekerja/serikat buruh, pekerja dapat membuat perjanjian atau
persetujuan kerja dengan pengusaha dan mengawasi agar pengusaha
menepati perjanjian itu.
Perjanjian atau persetujuan kerja ini juga dapat mencakup hal-hal
yang berhubungan dengan hari-hari libur, uang lembur, tunjangan
kesehatan, pensiun dan lain-lain. Dewasa ini kondisi ekonomi tidak
mengijinkan terjadinya kemajuan. Banyak pekerja yang harus
bersiap-siap kehilangan pekerjaan atau merelakan taraf hidupnya turun.
Meskipun demikian, pekerja akan mendapatkan jauh lebih banyak
kesulitan kalau mereka tidak mempunyai serikat pekerja/serikat buruh
untuk menyuarakan kepentingan mereka.22
21
ILO Jakarta, “Buku Pegangan Untuk Serikat Pekerja”, diakses pada 20 Februari 2016 dari www.un.or.id/ilo/bahasa/actrav.htm.pdf h. 7-9.
22
b. Melindungi Pekerja Terhadap Ketidakadilan dan Diskriminasi
Seorang pekerja tidak akan sanggup berjuang sendirian melawan
ketidakadilan di tempat kerja, misalnya, seandainya mereka dipecat
secara semena-mena, atau diperlakukan seenaknya oleh atasan. Tetapi
bila pekerja itu menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh, serikat
pekerja/serikat buruh akan bertindak mewakili kepentingannya dan
membantunya pada saat ia dikenai tindakan disiplin atau dipecat, serta
memastikan agar pekerja itu mendapatkan perlakukan yang adil.
Serikat pekerja/serikat buruh dapat saja menyetujui tindakan pihak
manajemen dalam menjalankan prosedur yang harus diikuti untuk
mendisiplinkan pekerja. Namun, serikat pekerja/serikat buruh juga
dapat menekan manajemen guna memastikan bahwa semua pekerja
mendapat kesempatan untuk mendapatkan pembelaan yang layak
sebagaimana seharusnya dan didengar keterangannya secara adil.
Serikat pekerja/serikat buruh juga bertugas mengupayakan
kesempatan yang sama bagi pekerja wanita dan mengupayakan
penghapusan diskriminasi terhadap kaum pekerja minoritas.23
c. Memperbaiki Kondisi Kerja dan Melindungi Lingkungan Kerja
Pekerja menghadapi banyak resiko kesehatan dan keselamatan
kerja. Karena itu, serikat pekerja/serikat buruh bertanggung jawab
menekan pengusaha agar memperbaiki kondisi kerja yang ada. Serikat
pekerja juga bertanggung jawab menekan pemerintah agar
memperketat standar hukum yang ada serta mengupayakan agar
23
standar-standar dan hukum-hukum yang erat kaitannya dengan
lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja benar-benar diterapkan
sebagaimana mestinya.24
d. Mengupayakan Agar Manajemen Mendengarkan Suara Pekerja
Sebelum Membuat Keputusan
Dengan menyatukan kepentingan bersama, maka, melalui serikat
pekerja/serikat buruh, pekerja memiliki kedudukan yang kuat untuk
menekan dan mempengaruhi kebijakan dan keputusan yang dibuat
perusahaan. Jadi, meskipun serikat pekerja/serikat buruh terpisah dari
manajemen perusahaan, serikat pekerja/serikat buruh juga mempunyai
hak untuk mengetahui rancangan keputusan yang akan diambil pihak
manajemen. Selain itu, sebelum membuat keputusan-keputusan
penting, pihak manajemen hendaknya juga mengkonsultasikannya
terlebih dahulu dengan serikat pekerja/serikat buruh.25
e. Mencegah Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja
Hal ini merupakan bagian tugas serikat buruh untuk berjuang
melindungi pekerja-pekerja yang menjadi anggotanya agar mereka
tidak sampai diputuskan hubungan kerjanya, dan untuk memastikan
agar pekerja mendapatkan jaminan yang memadai untuk dapat terus
bekerja. Hal ini jelas tidak mudah, khususnya pada masa-masa sulit
yang diakibatkan oleh krisis ekonomi.26
24
ILO Jakarta, “Buku Pegangan Untuk Serikat Pekerja”, h. 8.
25
ILO Jakarta, “Buku Pegangan Untuk Serikat Pekerja”, h. 9.
26
2. Peran dan Fungsi Serikat Pekerja: Intisari dari UU Serikat Buruh/Serikat Pekerja No. 21 Th. 2000
a. Perlindungan
Menjadi anggota, pekerja terlindungi dari tercabutnya hak
hidupnya, dimana menyediakan perlindungan akan pekerjaan (job security). Serikat pekerja menjamin bahwa pekerja tidak menjadi
korban, dipermainkan, dilecehkan atau diberhentikan dari
pekerjaannya tanpa alasan yang jelas.27
b. Peningkatan akan kondisi dan syarat kerja
Sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan mengacu pada
kebutuhan akan perkembangan teknologi yang modern dan
modern-nya kondisi kerja, serikat pekerja berusaha keras untuk meningkatkan
kondisi dan syarat-syarat kerja dan hidup anggotanya.28
c. Perjanjian Kerja Bersama
Salah satu peran dan fungsi utama serikat pekerja adalah menjamin
kepentingan anggotanya melalui perjanjian tawar menawar kolektif.
Melalui perjanjian tawar menawar kolektif serikat pekerja berjuang
untuk kondisi pengupahan yang lebih baik, kondisi dan syarat kerja
yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik bagi anggota dan
keluarganya. Dan melalui perjanjian tawar menawar kolektif akan
banyak pekerja menjadi anggota karena mereka melihat dan
merasakan hal yang baik serta bermanfaat menjadi anggota.29
27Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition
-April 2008. h. 4.
28Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition
-April 2008. h. 4.
29Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition
d. Menangani keluh kesah anggota
Serikat pekerja mewakili anggotanya yang mempunyai keluh kesah
dengan membantu mereka dalam mencari dan menangani secara wajar
dan adil akan permasalahan dan persoalan yang dimilikinya.30
e. Menyelesaikan perselisihan
Serikat pekerja harus mempunyai pengetahuan, kemampuan dan
sumber-sumber untuk melakukan negosiasi dan meyelesaikan
perselisihan atas nama pekerja.31
f. Menyediakan manfaat lainnya (untuk kesejahteraan anggota)
Disamping menjamin manfaat yang didapat pekerja dari
pengusaha, serikat pekerja juga menyediakan manfaat lainnya seperti
kesehatan, beasiswa, penginapan, rekreasi, asuransi dan sebagainya,
bilamana itu memungkinkan.32
g. Sebagai suara pekerja
Serikat pekerja adalah wakil pekerja dalam menyuarakan dan
menyampaikan pandangan dan permasalahan pekerja serta kondisi
sosial saat ini. Karena serikat pekerja adalah tanpa disadari berusaha
untuk mengembalikan nilai-nilai yang telah hilang; keamanan
(security), keadilan (justice), kebebasan (freedom) dan keyakinan (faith). Nilai-nilai tersebut secara tegas dan melekat pada manusia dimana mereka menemukan martabatnya sebagai manusia (human
30Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition
-April 2008. h. 5.
31Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition
-April 2008. h. 5.
32Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition
dignity) seperti yang dikatakan oleh Frank Tannenbourn dalam
“Philosophy of Labour”.33
h. Menyediakan sarana komunikasi
Komunikasi adalah sarana yang paling efektif dalam
menyampaikan suatu pengetahuan atau informasi. Komunikasi harus
selalu dipupuk dan dikembangkan dalam serikat pekerja sebagai saran
mengadakan hubungan dengan anggotanya, hal itu bisa dilakukan
melalui; pertemuan, jurnal atau bulletin, surat kabar, brosur, fasilitas
pendidikan dan personal kontak antara pengurus dengan anggota.34
i. Meningkatakan pelaksanaan hubungan industrial untuk
menciptakan keharmonisan hubungan antara pekerja/serikat
pekerja dengan pengusaha/manajemen
Hubungan industrial yang harmonis antara pekerja/serikat pekerja
dengan manajemen/pengusaha bukan hanya suatu slogan atau usaha
dari satu pihak saja untuk mempertahankan tetapi kedua belah pihak.
Kita mengingat bahwa pekerja/serikat pekerja-pengusaha/manajemen
adalah hubungan jangka panjang (long-term relationships). Jadi sudah sepantasnya jika hubungan jangka panjang tersebut berjalan dengan
suasana yang menyenagkan bagi kedua belah pihak.
j. Melakukan kerjasama dan menjalin solidaritas dengan buruh atau
serikat buruh lainnya baik secara nasional ataupun internasional
Kerjasama dan solidaritas antar sesama buruh baik secara nasional
dan internasional adalah suatu hal yang sangat penting untuk
33Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition
-April 2008. h. 5.
34Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised
meningkatkan pengaruh yang lebih luas, hal ini memungkinkan buruh
menjadi lebih terwakili dan mempertinggi kekuatan yang efektif
dalam menghadapi tekanan. Kerjasama dan solidaritas serikat buruh
adalah kesempatan untuk buruh dalam perwakilan kepentingan secara
kolektif menjadi satu, satu suara bulat, berbasis pada keyakinan akan
“divided we fall, united we stand”.35
Serikat buruh bisa bergabung dengan organisasi nasional ataupun
internasional, bergabung atau bekerja sama dengan organisasi
internasional seperti PSI - Public Services International atau federasi serikat global lainnya (Global Union Federations) ataupun dengan
ITUC – International Trade Unions Confederation. Melalui mereka kita akan bergabung bersama dengan jutaan pekerja diseluruh dunia
yang berjuang bagi kepentingan dan hak buruh. Melalui bergabung
dengan organisasi lain akan mendapatkan manfaat seperti program
pendidikan, konferensi, seminar, workshop ataupun kegiatan lainnya
yang diselenggarakan oleh organisasi nasional ataupun internasional.36
3. Peran dan Fungsi Serikat Prekerja/Serikat Buruh Menurut UU RI a. UU Serikat Pekerja/buruh BAB VI Hak dan Kewajiban Pasal 27
Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan
berkewajiban:37
35Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition
-April 2008. h. 6.
36Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition
-April 2008. h. 6.
37Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia; Major Labour Laws of
1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan
memperjuangkan kepentingannya;
2. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan
keluarganya;
3. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya
sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
b. UU Ketenagakerjaan Bab XI Hubungan Industrial Bagian Kesatu
Umum Pasal 102 ayat 2
Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja/buruh dan
serikat pekerja/serikat buruhnya mempunyai fungsi menjalankan
pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi
kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis,
mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan
perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta
keluarganya.38
c. UU Serikat Pekerja Bab II Asas, Sifat, dan Tujuan Pasal 4
(1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan
hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak
bagi pekerja/ buruh dan keluarganya.39
38Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia; Major Labour Laws of
Indonesia. h. 53.
39
(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat
pekerja/serikat buruh mempunyai fungsi:40
a. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan
penyelesaian perselisihan industrial;
b. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di
bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;
c. Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang
harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
d. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak
dan kepentingan anggotanya;
e. Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab
pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan peraturan
perundangan-undangan yang berlaku;
f. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan
kepemilikan saham di perusahaan.
E. Kontrol Terhadap Serikat Buruh
Organisasi adalah alat yang paling penting bagi buruh untuk menyatukan
aspirasi mereka. Hal ini tampaknya juga disadari oleh negara orde baru pada saat
itu. Pada saat 1955, sejumlah serikat buruh banyak berdiri dan ada dibawah
afiliasi partai-partai dengan ciri ideologinya masing-masing. Keadaan ini
40
dianggap akan menyulitkan investasi modal karena setiap serikat buruh dapat
melakukan gerak politik tertentu yang dapat mengganggu keamanan modal. Oleh
sebab itu, control dan penataan serikat buruh menjadi salah satu tugas penting
untuk menyiapkan infrastruktur akumulasi modal.
Pada tahun 1973 berdiri sebuah serikat buruh yang disebut Federasi Buruh
Seluruh Indonesia yang menjadi salah satu organisasi buruh yang diakui oleh
pemerintah. Sebagaimana telah diungkapkan dalam seminar perburuhan
sebelumnya, serikat buruh ini menyatakan prinsipnya bahwa gerakan buruh harus
independen dari seluruh kepentingan politik, tidak dibiayai oleh kepentingan dari
luar kepentingan buruh baik sumber dana dari dalam atau luar negeri, aktivitas
buruh harus berkaitan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan
mengembangkan hubungan industrial yang harmonis.41
Dalam prakteknya serikat ini tidak pernah membela kepentingan buruh
melainkan malah berlaku sebaliknya. Dari segi kepengurusan sebagian besar dari
pengurus diangkat oleh manajemen perusahaan sehingga otomatis memiliki
kepentingan berlawanan.42 Serikat buruh ini bukan menjadi sebuah kekuatan yang mampu menggerakan kesejahteraan buruh tetapi justru menjadi legitimasi pabrik
untuk menekan aktivitas tersebut. Secara efektif, serikat buruh ini menjadi
kepanjangan tangan pemerintah untuk menjaga modal.
Di akhir tahun 1998, sentralisasi serikat buruh dianggap banyak orang
telah hilang tetapi secara substansial, negara tetap berkepentingan untuk
mengontrol dan tidak membiarkan banyak serikat buruh untuk berdiri. Didalam
41
Vedi R. Hafiz, Workers and The State In New Order Indonesia, Routhledge Studies In The Growth Economic Of Asia, (New York: Routhledge, 1997) h. 77.
42
UU No.25 tahun 1997, pasal 27, negara menyatakan kebebasan berdirinya serikat
buruh dalam satu pabrik.43 Tetapi, keinginan buruh untuk membentuk serikat buruh nasional tidak mungkin dapat berhasil karena dalam pasal 29 ayat 3, serikat
buruh nasional hanyalah serikat yang berdasarkan kepentingan sektor. Artinya,
serikat buruh otomatis tidak dapat bergabung dengan serikat buruh yang memiliki
sektor berbeda.
F. Kondisi dan Resistensi Buruh
Pada era reformasi, pertumbuhan serikat-serikat buruh semakin
meningkat. Hal itu disebabkan karena faktor situasi yang memang memungkinkan
untuk membentuk serikat-serikat buruh secara bebas dan independen, disamping
juga karena adanya ratifikasi Konvensi ILO tahun 1948.
Berkaitan dengan ratifikasi itu, pada 18 Juni 1998, ILO mendeklarasikan
prinsip yang berkembang bahwa ILO seolah-olah hanya mendukung kepentingan
negara maju saja. Selain itu, ia juga merupakan jawaban terhadap tantangan
globalisasi pasar kerja dan perdagangan yang telah menjadi fokus perdebatan
internasional. Deklarasi ILO itu sendiri bertujuan merekonsiliasi keinginan semua
pihak dalam hubungan industrial, menggairahkan usaha-usaha nasional seiring
dengan kemajuan sosial-ekonomi, mengakomodir perbedaan kondisi lokal
masing-masing negara, dan untuk menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM).44 Reformasi yang terjadi pada 1998 merupakan momentum untuk
diterimanya delapan buah konvensi dasar ILO, terutama konvensi No. 87. Sebagai
43
Undang-undang RI Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan, Bagian Kedua Serikat Pekerja, Pasal 27. diakses pada 8 April 2015 dari http://www.portalhr.com/wp-content/uploads/data/pdfs/pdf_peraturan/1204001119.pdf&sa
44
dampaknya, gerakan reformasi ini telah menstimulasi pembentukan serikat-serikat
buruh baru. Dari pendataan yang dilakukan Kementrian Ketenagakerjaan
(Kemanaker) per tahun 2014, tercatat ada 6 konfederasi, 100 federasi dan 6.808
serikat pekerja tingkat perusahaan di Indonesia. Jumlah itu meliputi 1.678.364
orang anggota serikat pekerja (SP).45
Serikat-serikat buruh ini memperoleh peluang yang luas untuk melakukan
kerja sama atau berafiliasi dengan gerakan serikat buruh internasional. Hanya
sayangnya, para pemimpinnya masih banyak yang berasal dari luar perusahaan
sehingga sering mengalami resistensi, terutama dari kalangan para pengusaha.46 Pergantian kepemimpinan nasional di era reformasi, selain berimplikasi
pada hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha yang semakin rumit, juga
berdampak pada bergesernya orientasi kebijakan perburuhan menjadi berstandar
internasional, terutama yang berkaitan dengan kebebasan berserikat, penghapusan
kerja paksa, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam jabatan dan
pekerjaan, serta kebijakan terhadap pekerja anak.47
Di satu sisi, fenomena tersebut membawa secercah harapan bagi buruh
untuk sedikit menikmati kue industri. Tingkat kesejahteraan yang layak sangat
didambakan oleh setiap buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga
dapat menciptakan ketenangan dalam bekerja dan menigkatkan produktivitas
kerja. Akan tetapi, di sisi lain, pihak pengusaha tidak dapat segera memenuhi
tuntutan kaum pekerja.
45
Data Serikat Pekerja di Indonesia 29 Juli 2015, diakses pada 8 Mei 2015 dari http://m.hukumonline.com/berita/baca/inilah-data-serikat-pekerja-di-indonesia
46
Abdul Jalil, Teologi Buruh, h. 49.
47