• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Pengetahuan Faktual Siswa Antara Metode Mnemonic System Akronim dan Akrostik Pada Konsep Fungi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Pengetahuan Faktual Siswa Antara Metode Mnemonic System Akronim dan Akrostik Pada Konsep Fungi"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGETAHUAN FAKTUAL SISWA ANTARA

METODE MNEMONIC SYSTEM AKRONIM DAN AKROSTIK

PADA KONSEP FUNGI

(Kuasi Eksperimen di SMAN 57 Jakarta)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

ELYANA NUGRAHENI NIM 1111016100047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

ANTARA METODE MNEMONIC SYSTEM AKRONIM DAN AKROSTIK PADA KONSEP FUNGT" disusun oleh Elyana Nugraheni, NIM. 1111016100047, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 12 Agustus 2016 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sa4'ana S1 (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Biologi.

Jakarta, 23 Agustus 2016 Panitia Sidang Munaqosah

Tanggal Tanda Tangan

Ketua Panitia (Ketua Prodi Biologi) Dr. Yanti Herlanti. M.Pd

NIP. 19710119 200801 2 010 Penguji I

Dr. Sujiyo Miranto. M.Pd NIP. 19681228 200303 1 004 Penguji II

Dina Rahma F., M.Si

,?4l8lalt

(3)
(4)
(5)

i

ABSTRAK

Elyana Nugraheni. 1111016100047. Perbedaan Pengetahuan Faktual Siswa Antara Metode Mnemonic System Akronim Dan Akrostik Pada Konsep Fungi Di SMAN 57 Jakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan faktual siswa antara siswa yang menggunakan metode mnemonic system akronim dan akrostik pada materi fungi di kelas X MIA SMAN 57 Jakarta tahun pelejaran 2015/2016. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment) dengan desain Two group, pretest posttest design. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Sampel penelitian masing-masing berjumlah 32 orang untuk kelas eksperimen akronim dan akrostik. Pengambilan data menggunakan instrument tes pengetahuan faktual berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan faktual yang diajar menggunakan metode mnemonic system akronim adalah 62.53 dengan standar deviasi 11.016, sedangkan pengetahuan faktual siswa yang diajar menggunakan metode mnemonic system akrostik adalah 68.219 dengan standar deviasi 9.869. Meskipun hasil pengetahuan faktual berbeda, namun hasil uji-t pada

taraf α = 0,05 menunjukkan terdapat perbedaan signifikan dimana thitung > ttabel atau

2.175 > 1.99. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan faktual sisswa yang diajar dengan menggunakan metode mnemonic system akronim dengan akrostik pada materi Fungi.

(6)

ii

ABSTRACT

Elyana Nugraheni. 1111016100047. The differences Between Student’s Factual

Knowledge That Were Taught By Using Mnemonic Sytem Acronym And Acrostic Method On Topic Of Fungi in SMAN 57 Jakarta. S1 Thesis, The Study Program of Biology Education, Departement of Natural Science Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Scince, Syarif Hidayatullah State Islamic University in Jakarta, 2016.

This research aims to determine the differences of student’s factual knowledge which

has taught by using mnemonic system acronym and acrostic method in Fungi concept that was conducted in grade X SMAN 57 Jakarta. Quasi experiment with two group pretest-posttest design used in this research. The sample was taken by using random sampling of the class. Research involved 32 students as the sample of mnemonic acronym experiment class and 32 strudents as the sample of mnemonic acrostic experiment class. This research used factual knowledge test instrument with multiple choice from the collect data that has the validity and realibility test. Data result of this

research shows that student’s factual knowledge which has taught by mnemonic system acronym method is 62.53, standard deviation 11.016 and student’s factual

knowledge which has taught by mnemonic system acrostic method is 68.219, standard deviation 9.869. Although those factual knowledge was different, the

calculation result of t’ test (α = 0,05) shows that tcount > ttable or 2.175 > 1.99 . It means there was significant differences in student’s factual knowledge which has taught by using mnemonic system acronym and acrostic method in Fungi concept.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam tercurahkan kepadan junjungan Nabi Muhammad SAW. Semoga senantiasa mendapatkan syafa’atnya di yaumil akhir. Aamiin.

Penyelesaian skripsi ini telah melaui banyak hambatan dan cobaan, penulis membutuhkan perjuangan serta pengorbanan baik moril maupun materil. Butuh kesabaran dan tekad yang kuat dalam menghadapi berbagai kendala. Namun, atas bantuan dan motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak, maka penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, di antaranya:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Baiq Hana Susanti, M.Sc, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. Yanti Herlanti, M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan sebagai

dosen pmbimbing I yang telah dengan sabar memberikan arahan dan bimbingan yang bermanfaat bagi penulis.

4. Yuke Mardiati, M.Si, pembimbing II yang penuh kesabaran serta keikhlasan telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, serta motivasi kepada penulis.

5. Kepala SMAN 57 Jakarta, yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Ibu Nining, selaku Guru Biologi yang membantu penulis melakukan penelitian, dan seluruh siswa kelas X MIA 1, X MIA 2, dan X MIA yang sangat antusias dalam penelitian ini.

6. Kedua Orang Tua tercinta Ayahanda Sudiyono dan Ibunda Siti Nursidah yang selalu sabar mendoakan, memberikan semangat, dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis, sehingga penulis selalu termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Adik tersayang, Rizkiyana Yuvitasari yang selalu menyemangati penulis.

(8)

iv

9. Danur Qahari, kakak yang selalu mendengar keluh kesah dan memberikan dukungan kepada penulis.

10. Sahabat Calon Isteri Sholeha, Serlin Nur Hidayati, Risyca Nova Pujiatuti, Tina Novasari, Dessy Amalia, dan Nona Tiara Amanda yang selalu sabar memberi motivasi dan saran kepada penulis.

11. Kawan-kawan angkatan 2011 Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas persahabatan dan dukungan, semoga selalu kompak.

12. Alifia Nuryanda, Krisna Jayanti, Cut Nadrah, dan Indah Permata Sari, kawan seperjuangan semasa SMA yang selalu memberi motivasi dan saran bagi penulis. 13. Sanggi Bayu Ardika, yang selalu ada disaat penulis mengalami kesulitan. Terima

kasih atas kesediannya dalam membantu penulis.

14. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis hanya mengharap keridhoan Allah SWT memberikan balasan yang sepadan kepada semua pihak atas jasa dan bantuan yang telah diberikan. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas pendidikan, khususnya bidang studi biologi.

Jakarta, Agustus 2016

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Pembatasan Masalah ...6

D. Rumusan Masalah ...6

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...7

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripi Teoritis...8

1. Kemampuan Kognitif ...8

a. Pengertian Kognitif ...8

b. Perkembangan Kognitif Siswa ...9

2. Taksonomi Pengetahuan ...12

3. Pengetahuan Faktual ...19

4. Memori ...20

a. Pengertian Memori ...20

b. Tiga Tahapan Mengingat ...22

c. Durasi Memori ...23

5. Lupa...26

6. Metode Mnemonic System ...28

(10)

vi

C. Kerangka Berpikir ...37

D. Hipotesis Penelitian ...38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...39

B. Metode dan Desain Penelitian ...39

C. Populasi dan Sampel ...40

D. Teknik Pengumpulan Data ...40

E. Instrumen Penelitian...41

F. Kalibrasi Intrumen ...43

1. Uji Validitas ...43

2. Uji Reliabilitas ...44

3. Tingkat Kesukaran ...45

4. Daya Pembeda ...45

G. Teknik Analisis Data ...46

1. Uji Normalitas ...46

2. Uji Homogenitas ...47

3. Uji Hipotesis ...48

4. Hipotesis Statistika ...49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ...50

1. Hasil Pretest Kelas Akronim dan Akrostik ...52

2. Hasil Posttest Kelas Akronim dan Akrostik ...53

B. Analisis Data ...54

1. Uji Normalitas ...54

2. Uji Homogenitas ...54

(11)

vii

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...59

B. Saran ...59

DAFTAR PUSTAKA ...60

(12)

viii

Tabel 2.2 Tingkat Perkembangan Kognitif ...11

Tabel 2.3 Dimensi Proses Kognitif ...13

Tabel 2.4 Dimensi Proses Kognitif dan Dimensi Pengetahuan ...19

Tabel 2.5 Perolehan Informasi ...25

Tabel 3.1 Desain Penelitian...39

Tabel 3.2 Kisi-kisi Intrumen Penelitian ...42

Tabel 3.3 Instrumen Soal Valid ...44

Tabel 3.4 Derajat Reliabilitas Soal...45

Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ...45

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ...46

Tabel 4.1 Analisis Pengetahuan Kelas Akronim dan Akrostik ...50

Tabel 4.2 Perbedaan Nilai LKS Kelas Akronim dan Akrostik ...52

Tabel 4.3 Nilai Pretest Kelas Akronim dan Akrostik ...53

Tabel 4.4 Nilai Posttest Kelas Akronim dan Akrostik ...53

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas ...54

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas ...55

Tabel 4.7 Hasil Uji-t Prettest-Posttest Kelas Akronim dan Akrostik ...55

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

(14)

x

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Akrostik ...87

Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Kelas Akronim ...110

Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa Kelas Akrostik ...119

Lampiran 5 Rubrik Penilaian LKS ...128

Lampiran 6 Lembar Observasi Guru Kelas Akronim ...140

Lampiran 7 Lembar Observasi Guru Kelas Akrostik ...146

Lampiran 8 Kisi-Kisi Uji Coba Instrumen ...152

Lampiran 9 Validitas Instrumen...164

Lampiran 10 Reliabilitas Instrumen ...166

Lampiran 11 Tingkat Kesukaran Instrumen ...168

Lampiran 12 Daya Pembeda ...170

Lampiran 13 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ...171

Lampiran 14 Instrumen Tes Pengetahuan Faktual ...172

Lampiran 15 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Akronim ...178

Lampiran 16 Nilai Pretest dan Posttest Kelas Akrostik ...179

Lampiran 17 Rekapitulasi Nilai LKS Kelas Akronim ...180

Lampiran 18 Rekapitulasi Nilai LKS Kelas Akrostik...181

Lampiran 19 Hasil Uji Normalitas Data Pretest ...182

Lampiran 20 Hasil Uji Normalitas Data Postes ...185

Lampiran 21 Hasil Uji Homogenitas Data Pretest ...188

Lampiran 22 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest ...189

Lampiran 23 Hasil Uji Hipotesis Statistik (Uji t) ...190

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam memajukan kehidupan bangsa. Fungsi dan tujuan pendidikan seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yaitu Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Hal tersebut berarti pendidikan mencakup tiga ranah pendidikan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kognitif adalah belajar berkaitan dengan pengetahuan (yaitu, dari rekognisi sederhana dan memori untuk pemecahan masalah yang kompleks dan evaluasi).2 Ranah kognitif termasuk di dalamnya adalah penarikan kembali atau pengakuan fakta-fakta tertentu, pola prosedural, dan konsep yang menyajikan dalam pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan.3 Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghapal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi.

1 UU RI No. 20 Tentang Sitem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3. 2 Ken Thomas, loc. cit.

3 Rita C. McNeil, Program Evaluation Model: Using Bloom’s Taxonomy to Identify Outcome

(16)

Afektif adalah belajar berkaitan dengan sikap, perasaan, dan emosi.4 Belajar afektif melibatkan perubahan perasaan, sikap, dan nilai-nilai yang membentuk pemikiran dan perilaku.5

Psikomotor adalah belajar yang berhubungan dengan tindakan dan keterampilan motorik (yaitu, dari tindakan sederhana untuk koreografi kompleks).6 Sasaran psikomotor khusus pada fungsi fisik, tindakan refleks dan gerakan interpretatif. Jenis sasaran berhubungan dengan pengkodean informasi fisik, dengan gerakan dan atau kegiatan di mana gerakan motorik digunakan untuk mengekspresikan atau menafsirkan informasi atau konsep.7

Diantara ranah afektif, kognitif, dan psikomotor, maka ranah kognitif yang paling banyak digunakan dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam mengusai konten materi pembelajaran. Hasil belajar pada aspek pengetahuan termasuk yang paling rendah, meliputi pengetahuan faktual dan pengetahuan hapalan atau untuk diingat.

Materi pembelajaran biologi pada kelas X sebagian besar merupakan pengetahuan kognitif pada tingkat C1 sampai C4, yaitu berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Hal tersebut sesuai dengan kompetensi inti pada Permndikbud No. 70 tahun 2013, yaitu memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural.8 Misalnya pada materi kelas X, yaitu kompetensi dasar 3.6 tentang jamur. Kompetensi dasar 3.6 “Mengelompokkan jenis-jenis jamur berdasarkan ciri-ciri dan perannya bagi kehidupan melalui percobaan”.9

Kompetensi tersebut memiliki ranah kognitif dari C1 berupa pengetahuan tentang jenis-jenis jamur. Ranah kognitif C2 berupa pemahaman tentang prinsip klasifikasi

4 Ken Thomas, Learning Taxonomies In The Cognitive, Affective, and Psychomotor Domains,

Rocky Mountain Alchemy 2005,h. 1.

5 Karen Neuman Allen, et. all. Affective Learning: A Taxonomy For Teaching Social Work

Value. Journal of Social Work Values and Ethics, Vol. 7, No. 2, Fall 2010. h. 2.

6 Ken Thomas, loc. cit.

7

Leslie Owen Wilson, Three Domains Of Learning, 2016, Publishing at thesecondpcinciple.com

(17)

3

jamur berdasarkan alat reproduksinya. Ranah kognitif C3 berupa aplikasi tentang penggunaan jamur dalam kehidupan sehari-hari. Ranah kognitif C4 yaitu analisis tentang struktur jamur dan jenis-jenis jamur penyebab penyakit pada manusia.

Mata pelajaran biologi banyak terdapat tokoh-tokoh, urutan peristiwa, maupun istilah-istilah yang cukup sulit untuk diingat. Siswa mungkin mengingat materi tersebut pada saat proses belajar sedang berlangsung, tetapi lupa setelah pembelajaran usai.

Informasi yang dapat diingat adalah informasi yang bermakna, karena pikiran manusia adalah pencipta makna.10 Informasi secara terus-menerus memasuki pikiran melaui indera. Informasi terkadang langsung dibuang, sebagian informasi disimpan di dalam ingatan dalam waktu singkat dan kemudian dilupakan.

Proses memasukkan informasi ke dalam ingatan atau memori akan memudahkan siswa dalam menyusun ranah kognitifnya. Memori sangat penting bagi perkembangan kognitif siswa. Memori memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.

Allah berfirman dalam surat Al-Zumar ayat 9:

Katakanlah: apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya, hanya orang-orang yang berakallah yang mampu menerima pelajaran”

Dan surat Al-Isra ayat 36:

“Dan janganlah kamu membiasakan diri pada apa yang tidak kamu ketahui, karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan daya nalar pasti akan ditanya mengenai itu…”

Perintah belajar di atas, tentu saja harus dilaksanakan melalui proses kognitif (tahapan-tahapan yang bersifat akliah). Dalam hal ini sistem memori yang terdiri atas memori sensori, memori jangka pendek, dan memori jangka panjang berperan sangat aktif dan menentukan berhasil atau gagalnya seseorang dalam meraih pengetahuan dan keterampilan.11

(18)

Materi yang dipelajari siswa di sekolah banyak berupa fakta yang harus dihapal dan diingat. Fakta ini membentuk kerangka yang menjadi gantungan konsep-konsep yang lebih rumit.

Kesulitan dalam mengingat pengetahuan faktual ini menuntut pendidik untuk lebih kreatif dalam mengatasi keterbatasan secara efisien dan efektif, dan tentu saja tidak mereduksi makna esensi dari pendidikan itu sendiri. Tanpa mengenyampingkan penyebab eksternal yang melatarbelakangi kualitas nilai mata pelajaran biologi, penyebab inti dari itu semua adalah kesulitan siswa untuk menghapalkan fakta yang harus dihapal. Hal inilah yang membuat siswa menjadi sulit untuk mendapatkan nilai yang optimal.

Guru dapat membantu siswa mempelajari informasi dengan cara yang akan memudahkan informasi tersebut berguna dan juga bermakna bagi siswa. Pelajaran yang efektif memerlukan pemahaman tentang cara membuat informasi agar dapat diakses oleh siswa sehingga dapat menghubungkannya dengan informasi lain, memikirkannya, dan menerapkannya di luar ruangan kelas.

Shulman (1987) asserts that in order to teach one needs a breadth and depth of knowledge of teaching and a rich factual knowledge base with many interconnections which represent a much more thorough understanding than that which is achieved purely as a curriculum learner. He refers to this as pedagogical content knowledge, that is, an understanding of how particular teaching, subjects, topics, problems, or issues are organized, presented, and adapted to the diverse interests and abilities of learners, and presented for instruction.

(19)

5

atau isu-isu yang terorganisir, disajikan, dan disesuaikan dengan minat dan kemampuan peserta didik yang beragam, dan disajikan untuk pengajaran. 12

Upaya untuk menyelesaikan kesulitan hapalan adalah menggunakan metode mnemonik. Mnemonics merupakan metode untuk membantu menata informasi yang menjangkau ingatan dalam pola-pola yang dikenal, sehingga lebih mudah dicocokan dengan pola schemata dalam memori jangka panjang.13

Menggunakan metode Mnemonic dalam mengingat sesuatu memiliki banyak keuntungan, baik waktu yang diperlukan untuk mengingat lebih singkat, serta ingatan tersebut akan tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Membiasakan menggunakan metode Mnemonic dalam kehidupan kita sehari-hari mungkin akan mempermudah segala sesuatu dalam kehidupan kita.

Metode Mnemonic dilakukan sebagai variasi terhadap metode pengajaran di kelas oleh guru untuk meningkatkan penguasaan pengetahuan faktual. Metode akronim dan akrostik memungkinkan siswa lebih berminat dan lebih berekspresi dalam usaha mengingat atau menghapal materi biologi. Sehingga di akhir proses pembelajaran, tujuan pembelajaran dapat tercapai dan dapat dijadikan pilihan sebagai salah satu teknik pembelajaran

Metode ini cukup mudah untuk diaplikasikan, bahkan karena metodenya yang

menantang akan membuat anak tertarik untuk belajar dan metode mnemonic yang mengikuti cara otak bekerja memungkinkan akan mampu maksimalkan hasil yang akan

dicapai siswa pada mata pelajaran biologi.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba melakukan penelitian yang berjudul

“Perbedaan Pengetahuan Faktual Siswa Antara Metode Mnemonic System Akronim

dan Akrostik pada Konsep Fungi”

12Fadzilah Abd Rahman, “Knowledge Of Diverse Learners: Implications for the Practice of

Teaching”, International Journal of Instruction, 2010, h.2.

(20)

A.Identifikasi Masalah

Latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, yaitu:

1. Lemahnya daya ingat siswa terhadap pengetahuan faktual

2. Diperlukan suatu metode pembelajaran yang memudahkan siswa unuk menghapal dan mengingat pengetahuan faktual

3. Mnemonic akronim dan akrostik sudah diteliti pengaruhnya terhadap kemampuan mengingat, tetapi belum diketahui perbedaan antara keduanya.

B.Pembatasan Masalah

Luasnya ruang lingkup masalah yang aan diteliti, agar penelitian lebih jelas serta terarah, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Penggunaan metode Mnemonic System akronim dan akrostik.

2. Pengetahuan faktual yang diukur hanya dibatasi pada aspek kognitif (C1 sampai C4)

3. Konsep yang diajarkan pada penelitian ini adalah konsep fungi (jamur)

C.Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah perbedaan pengetahuan faktual siswa antara metode Mnemonic System Akronim dengan Akrostik pada konsep fungi?

D.Tujuan Penelitian

(21)

7

E.Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi peneliti, dapat menyampaikan penjabaran tentang perbedaan penggunaan Mnemonic System Akronim dengan Akrostik terhadap pencapaian pengetahuan faktual siswa.

2. Bagi guru, khususnya guru bidang studi biologi untuk menjadikan kedua metode Mnemonic System sebagai alternatif metode pembelajaran.

(22)

8

BAB II

DESKRIPSI TEORITIS,

KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A.Deskripsi Teoritis 1. Kemampuan Kognitif a. Pengertian Kognitif

Kata kognisi berasal dari bahasa Latin “cognoscere” yang artinya “mengetahui”,

atau “sebagai pemahaman terhadap pengetahuan”, atau “kemampuan untuk memperoleh pengetahuan tertentu”.1 Kognisi biasanya didefinisikan secara sederhana sebagai perolehan pengetahuan.2

Kognisi dalam kamus psikologi berarti istilah umum yang mencakup semua proses mental manusia dengan kesadaran, dan mendapatkan pengetauan tentang dunia.3 Kognisi manusia, ditinjau dari sudut pandang perkembangan adalah hasil dari rangkaian tahap-tahap perkembangan yang dimulai sejak tahun-tahun awal permulaan pertumbuhan pada tahap awal. Kognisi berkembang dalam bentuk peningkatan mengikuti pola-pola yang teratur sejak bayi hingga dewasa, dan beberapa kemampuan kognitif mengalami penurunan dari masa ke masa.4

Istilah kognitif sebagai satu domain atau wilayah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berkaitan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan kejiwaan. Aspek kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak), dan afeksi (perasaan).5 Perkembangan kognitif adalah struktur mental dan proses

1 Wowo Sunaryo, Taksonomi Berpikir, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 79. 2 Stephen K. Reed, Kognisi Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Salemba Humanika, 2007), h. 2. 3 David A. Statt, The Concise Dictionary Of Psychology 3rd Edition, (Canada: Routledge,

1998), h. 26.

4 Robert Solso, Psikologi Kognitif, (Jakarta: Erlangga, 2008), h. 364.

(23)

9

didalamnya yang berubah seiring waktu, terutama karena meningkatnya kompleksitas dari lahir sampai dewasa.6

Definisi diatas dapat diketahui bahwa kognisi dan kognitif adalah dual hal yang tidak dapat dipisahkan dalam khidupan manusia. Kognisi akan berkembang mengikuti pola-pola kehidupan hingga pada akhirnya akan mengalami penurunan. Sedangkan kognitif akan terus berkembang dari lahir hingga dewasa.

b. Perkembangan Kognitif Siswa

Perkembangan kognitif secara spesifik difokuskan pada perubahan dalam cara berpikir, memecahkan masalah, memori, dan intelegensi. Organisasi mengacu pada sifat dasar struktur mental yang digunakan untuk mengeksplorasi dan memahami dunia. Adaptasi mencakup dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses perolehan informasi dari luar, dan pengasimilasiannya dengan pengetahuan dan perilaku dari sebelumnya.7

Perkembangan kognitif mengungkapkan bahwa kognisi adalah bagian sangat penting. Kognisi merupakan tempat proses diawalinya perolehan pengetahuan yang masuk dalam diri seseorang melalui berbagai proses. Proses perkembangan kognitif sangat mempengaruhi perkembangan aspek yang lainnya, seperti afeksi. Jean Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa, karena konsep berpikir anak-anak dengan remaja maupun dewasa itu berbeda, jadi materi atau strategi yang akan digunakan oleh guru harus disesuaikan dengan tingkat berpikirnya.8

Jean Piaget mengelompokkan perkembangan kognitif dalam empat tahap sesuai jenjang usia tertentu, yaitu sensorimotor, praopersional, operasional konkrit, dan

6 David A. Statt, loc.cit. 7

Robert Solso, op. cit., h. 365.

8 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara,

(24)

operasional formal. Tahap perkembangan kognitif menurut Jean Piaget dapat dilihat pada Tabel 2.1.9

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif

Tahap Usia/Tahun Gambaran

Sensorimotor 0-2 Bayi bergerak dari tindakan refleks instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik.

Praoperasional 2-7 Anak mulai merepresentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar. Kata-kata-kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi sensor dan tindak fisik.

Operasional Konkrit

7-11 Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkrit dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda.

Operasional Formal

11-15 Anak remaja berpikir dengan cara lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik.

Sumber: Desmita, 2012.

Perkembangan kognitif setiap orang tidak sama. Ada orang-orang dari tingkat kognitif yang tinggi, ada tingkat kognitif moderat, dan ada juga tingkat kognitif yang rendah. Berikut ini adalah diadaptasi dari tingkat kognitif dari Bloom dan Levine diatur dalam hirarki yang tertera pada Tabel 2.2.

(25)

11

Tabel 2.2 Tingkat Perkembangan Kognitif

Level Jenis

Tingkatan

Keterangan

1 Pengetahuan Pada tingkat pengetahuan, yang diukur adalah keterampilan untuk mengingat dan memahami sebelum belajar materi. Pada tingkat ini, mahasiswa diwajibkan untuk memiliki pengetahuan untuk memahami hubungan antara fakta yang diberikan. Umumnya, kegiatan pada tingkat ini adalah menjadi berkenalan dengan elemen. 2 Interpretasi Pada tingkat interpretasi, kemampuan kognitif siswa

dibangun pada kedalaman pemahaman tentang teori. Ini berarti bahwa siswa harus mampu memahami masalah dan cara yang digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Pada tingkat ini, siswa diberikan masalah yang membutuhkan penerapan teori dan ekstrapolasi. masalah adalah diberikan pada tingkat ini juga mungkin memerlukan analisis.

3 Problem Solving dan Evaluasi

(26)

2. Taksonomi Pengetahuan

Proses Pembelajaran di sekolah menuntut untuk dicapainya standar-standar terbaik

demi pengembangan kemampuan siswa, baik dalam ranah kognitif, afektif, serta

psikomotor. Proses pembelajaran Biologi di kelas hendaknya juga dapat

mengarahkan, membimbing, dan mempermudah dalam penguasaan sejumlah konsep

dasar sehingga mereka dapat membentuk struktur ilmu pengetahuannya sendiri.

Pembentukan pengetahuan melibatkan proses memasukkan informasi dan proses

berpikir.

Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau

terencana dan sistematis pada konteks ruang, waktu, dan media yang digunakan,

serta menghasilkan suatu perubahan terhadap objek yang memengaruhinya. Proses

berpikir merupakan peristiwa mencampur, mencocokan, menggabungkan,

menukar, dan mengurutkan konsep-konsep, persepsi-persepsi, dan pengalaman

sebelumnya.10

Kegiatan pembelajaran yang mencakup proses kognitif dan proses pengetahuan. Hal tersebut telah dikembangkan oleh Bloom, yaitu dimensi kognitif dan dimensi pengetahuan. Dalam taksonomi Bloom dua dimensi rumusan tujuan berisikan satu kata kerja dan satu kata benda. Kata kerja umumnya mendeskripsikan proses kognitif yang diharapkan dari peserta didik, sedangkan kata bendanya mendeskripsikan pengetahuan yang diharapkan dikuasai atau dikonstruksi peserta didik.11

a. Dimensi Proses Kognitif

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

10 Wowo Sunaryo, op. cit., h. 3.

11 Anderson dan Krathwohl, Pembelajaran,Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi

(27)

13

Dimensi proses kognitif merupakan klasifikasi proses-proses kognitif siswa secara komprehensif yang terdapat dalam tujuan-tujuan bidang pendidikan. Dalam dimensi proses kognitif terdiri dari enam kategori.

Dimensi ini kata kerja dari Kompetensi Dasar dan soal-soal dianalisis berdasarkan proses kognitif, dan dimasukkan sesuai dengan kategori dari kata kerja tersebut. Untuk memudahkan dalam analisis maka perlu adanya penjelasan dari setiap kategori dan kata kerja operasionalnya dipaparkan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Dimensi Proses Kognitif Kategori dan proses

kognitif

Nama-nama lain Definisi

1. Mengingat: mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang

1.1 Mengenali Mengidentifikasi Menempatkan pengetahuan dalam memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut. 1.2 Mengingat kembali Mengambil Mengambil pengetahuan yang

relevan dari memori jangka panjang 2. Memahami: mengkontruksi makna dari materi pambelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis dan digambar oleh guru

2.1 Menafsirkan Mengklarifikasi, Memparafrasaka, Merepresentasi, Menerjemahkan

Mengubah satu bentuk gambaran menjadi bentuk lain

2.2 Mencontohkan Mengilustrasikan, Memberi contoh

Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip

2.3 Mengklasifikasikan Mengkatagorikan, Mengelompokkan

Menentukan sesuatu dalam satu kategori

2.4 Merangkum Mengabstraksi, Mengeneralisasi

(28)

Kategori dan proses kognitif

Nama-nama lain Definisi

2.5 Menyimpulkan Menyarikan, Mengekstrapolasi, Mengiterpolasi, Memprediksi

Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima

2.6 Membandingkan Mengontraskan, Memetakan, Mencocokkan

Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek dan semacamnya

2.7 Menjelaskan Membuat model Membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem

3. Mengaplikasikan: menerapkan atau menggunakan sesuatu prosedur dalam keadaan tertentu.

3.1 Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang familier

3.2 Mengimplementasikan Menggunakan Menerapkan suatu prosedur pada tugas yang tidak familier

4. Menganalisis: memecah-mecah materi jadibagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antar bagian-bagian tersebut dan keseluruhn struktur atau tujuan.

4.1 Membedakan Menyendirikan, Memilih, Memfokuskan, Memilah

Membedakan materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan bagian yang penting dari yang tidak penting

4.2 Mengorganisasi Menemukan, Koherensi, Memadukan, Membuat,

(29)

15

Kategori dan proses kognitif

Nama-nama lain Definisi

Garis besar, Mendeskripsikan peran,

Menstrukturkan

4.3 Mengatribusikan Mendekonstruksi Menentukan sudut pandang, bias, nilai atau mekasud dibelik meteri pelajaran

5. Mengevaluasi: mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan atau standar. 5.1 Memeriksa Mengoordinasi,

Mendeteksi, Memonitor, Menguji

Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk, dan menemukan efektifitas prosedur yang sedang dipraktikkan 5.2 Mengkritik Menilai Menemukan inkonsistensi antara

suatu produk dan kriteria eksternal dan menemukan ketepatan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah

6. Mencipta: memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat sesuatu produk yang orisinil.

6.1 Merumuskan Membuat hipotesis

Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria

6.2 Merencanakan Mendesain Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas

6.3 Memproduksi mengkonstruksi Menciptakan suatu produk

(30)

Psikologi pendidikan berpendapat bahwa ranah psikologis peserta didik yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiawaan ini yang berkedudukan pada otak, dalam persepektif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yaitu ranah efektif (rasa) dan ranah psikomotorik (karsa). Oleh karena itu, pendidikan dan pengajaran perlu diupayakan sedemikian rupa agar ranah kognitif peserta didik dapat berfungsi secara positif dan bertanggung jawab.12

b.Dimensi Pengetahuan

Pengetahuan merefleksikan spesifikasi domain, peran pengalaman dan konteks sosial dalam mengkonstruksi dan mengembangkan pengetahuan. Dalam dimensi pengetahuan terdapat empat jenis pengetahuan. Empat jenis pengetahuan yang akan dijelaskan dapat membantu para pendidik memutuskan apa yang akan diajarkan. Klasifikasi jenis-jenis pengetahuan dirancang untuk spesifikasi yang menengah, yaitu tujuan pendidikan. Tingkat spesifikasi atau generalitas memungkinkan empat jenis pengetahuan tersebut diterapkan untuk semua tingkat kelas dan mata pelajaran. 4 empat pengetahuan tersebut, yaitu Pengatahuan Faktual, Pengetahuan Konseptual, Pengetahuan Prosedural, dan Pengetahuan Metakognitif.13

Pengetahuan faktual meliputi elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa ketika akan mempelajari disiplin ilmu atau menyelesaikan masalah dalam disiplin ilmu tersebut. dalam pengetahuan faktual terdiri dari dua sub jenis: 1) Pengetahuan tentang terminologi. Pengetahuan ini melingkupi pengetahuan tentang label dan simbol verbal dan nonverbal (misalnya, kata, angka, tanda dan gambar), dan 2) Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi dan semacamnya. Pengetahuan ini meliputi informasi yang mendetail dan spesifik.

12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 82.

(31)

17

Pengetahuan konseptual mencakup pengetahuan tentang kategori, klasifikasi dan hubungan antar dua atau lebih kategori atau klasifikasi pengetahuan yang lebih kompleks dan tertata. Pengetahuan konseptual meliputi skema, model mental, atau teori yang implisit atau eksplisit dalam beragam model psikologi kognitif. Pengetahuan konseptual terdiri dari tiga sub jenis: 1) Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori. Pengetahuan ini meliputi kategori, kelas, divisi dan susunan yang spesifik dalam disiplin-disiplin ilmu. Perlunya klasifikasi dan kategori dapat digunakan untuk menstrukturkan dan mensistematisasikan fenomena. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori lebih umum dan sering lebih abstrak daripada pengetahuan tentang terminologi dan fakta-fakta yang spesifik., 2) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi. Prinsip dan generalisasi dibentuk oleh klasifikasi dan kategori. Umumnya merupakan bagian yang dominan dalam sebuah disiplin ilmu dan digunakan untuk mengkaji fenomena atau menyelesaikan masalah-masalah dalam disiplin ilmu tersebut. pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi mencakup pengetahuan tentang abstraksi-abstraksi tertentu yang meringkas hasil-hasil pengamatan terhadap suatu fenomena, dan 3) Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur. Pengetahuan ini meliputi pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi serta antara keduanya yang menghadirkan pandangan yang jelas, utuh dan sistemik tentang sebuah fenomena , masalah, atau materi kajian yang kompleks. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup pengatahuan tentang berbagi paradigma, epistemologi, teori dan model yang digunakan dalam disipin-disiplin ilmu untuk mendeskripsikan, memahami, menjelaskan dan memprediksi fenomena.

Pengetahuan prosedural meliputi bagaimana melakukan sesuatu, mempraktikkan metode-metode penelitian, dan kriteria-kriteria untuk menggunakan ketrampilan, algoritma, teknik dan metode. Pengetahuan prosedural bergulat dengan pertanyaan

(32)

mencakup pengetahuan yang umumnya merupakan hasil konsensus, kesepakatan atu ketentuan dalam disiplin ilmu, bukan hasil pengamatan atau eksperimen atau penemuan langsung. Pada umumnya pengetahuan ini menunjukkan bagimana para ilmuan dalam bidang mereka berpikir dan menyelesaikan masalah-masalah, bukan hasil penyelesaian masalah atau pemikiran, 3) Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat.

Pengetahuan metakognitif meliputi pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran dan pengeahuan tentang kognisi diri sendiri. Pada pengetahuan ini meliputi tiga subjenis: 1) Pengetahuan strategis. Pengetahuan strategis merupakan pengetahuan perihal strategi-strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. Pengetahuan ini mencakup strategi-strategi umum umum untuk menyelesaikan masalah (problem solving) dan berpikir, 2) Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif, 3) Pengetahuan diri. Pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri sendiri dalam kaitannya kognisi dan belajar.

Keempat Kategori-kategori pada dimensi pengetahuan dianggap kontinum dari yang kongkrit sampai yang abstrak. konseptual dan prosedural mempunyai tingkat keabstrakan yang berurutan, misalkan pengetahuan prosedural lebih konkret ketimbang pengetahuan konseptual yang paling abstrak.14 Menurut teori kontruktivis bahwa satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya.15 Penjabaran dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan dapat dilihat melalui Tabel 2.4.

14Ibid., h.6.

15 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada

(33)
[image:33.612.106.537.134.347.2]

19

Tabel 2.4 Dimensi Proses Kognitif dan Dimensi Pengetahuan

Remember Understand Apply Analyze Evaluate Create

Factual Knowledge

List Summarize Classify Order Rank Combine

Conceptual Knowledge

Describe Interpret Experim-ent

Explain Assess Plan

Procedural Knowledge

Tabulate Predict Calculate Differen tiate

Conclude Compose

Sumber: Anderson dan Karthwohl, 2010.

3. Pengetahuan Faktual

Pengetahuan faktual berhubungan dengan hal-hal yang perlu diingat kembali, seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, dan rumus. Pada dimensi pengetahuan faktual soal disajikan berupa pengetahuan yang deklaratif. Pada dimensi proses kognitif, pengetahuan yang disajikan berupa ingatan dan pemahaman.

Students who have forgotten principles of algebra will be unable to apply them to solve problems or use them as a foundation for learning calculus (or physics, economics, or other related domains), and students who do not remember what operant conditioning is will likely have difficulties applying it to solve behavioral problems. We are not advocating that students spend their time robotically memorizing facts; instead, we are acknowledging the important interplay between memory for a concept on one hand and the ability to comprehend and apply it on the other.16

Penjabaran tersebut menjelaskan bahwa kegiatan mengingat bukanlah tujuan utama, namun interaksi antar memori untuk sebuah konsep di satu sisi dan kemampuan untuk memahami dan menerapkannya di sisi lain.

According to the Fink scheme, foundational knowledge includes knowledge and understanding of basic facts, ideas, and perspectives. Foundational knowledge also includes understanding the conceptual structure of factual knowledge within a subject, essential when applying factual knowledge in other areas.

16 Dunlosky et. al., Improving Student’s Learning With Effective Learning Techniques:

(34)

Foundational knowledge is also essential for other kinds of learning to be useful, hence the term foundational.17

Pengetahuan dasar menurut Fink mencakup pengetahuan dan pemahaman fakta-fakta dasar, gagasan, dan perspektif. Pengetahuan dasar juga mencakup pemahaman akan struktur konseptual pengetahuan faktual dalam mata pelajaran, penting ketika menerapkan pengetahuan faktual di bidang lain. Pengetahuan dasar juga penting untuk beberapa jenis mata pelajaran untuk memperoleh manfaatnya, oleh karena itu dinamakan pengetahuan dasar.

Factual knowledge includes the discrete facts and basic elements that experts use when communicating about their discipline, understanding it, and organizing it systematically; there is little abstraction to factual knowledge.18 Bila diterjemahkan pengetahuan faktual meliputi fakta terpisah dan elemen dasar yang digunakan para ahli ketika berkomunikasi tentang disiplin keilmuannya, memahaminya, dan pengorganisasian secara sistematis; terdapat sedikit abstraksi pengetahuan faktual.

Definisi yang tertera di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan faktual adalah suatu pengetahuan yang bersifat fakta dan diperlukan kemampuan menyimpan memori yang baik untuk dapat mengingat kembali.

4. Memori

a. Pengertian Memori

Memori merupakan bagian yang vital bagi kehidupan manusia. Memori berasal dari bahasa Inggris, yaitu memory yang berarti ingatan. Kamus Psiologi mendefinisikan memori adalah fungsi kognitif untuk mempertahankan dan mengambil informasi tentang gambar dan peristiwa masa lalu, sistem untuk penyimpanan informasi, dan nformasi yang tersimpan (yaitu apa yang bisa kita ingat).19

17 Wirth & Perkins - Learning to Learn. Presentation on Intentional Learners at 2007

Innovations Conferenc, h.8.

18Mary J. Pickard, The New Bloom’s Taxonomy Science , Journal of Family and Consumer

Sciencs Education, Vol. 25, No. 1, Spring/Summer 2007, h. 48.

(35)

21

Memory is quite clearly one of the most important capacities of man and the other animals. It is through memory that experiences of the past influence our present thoughts, plans, and action. Without memory, of course we would be unable to learn. It is difficult to imagine a human being lacking the ability to record experiences. Some signs of memory are usually seen even in the most severecase of mental retardation. In the most general sense, memory refers to the lasting effect of stimulation-that is, the effect that remains after the stimulus is gone.20

Memori adalah salah satu kapasitas yang paling penting dari manusia dan hewan lainnya. Ini adalah melalui memori bahwa pengalaman masa lalu mempengaruhi kita sekarang pikiran, rencana, dan tindakan. Tanpa memori, tentu saja kita tidak akan mampu untuk belajar. Sulit untuk membayangkan seorang manusia tidak memiliki kemampuan untuk merekam pengalaman. Beberapa tanda-tanda memori biasanya terlihat bahkan dalam kasus yang paling parah keterbelakangan mental. Dalam arti yang paling umum, memori mengacu pada efek abadi stimulasi-yaitu, efek yang tersisa setelah stimulus itu hilang.

Memori tidak terlepas dari kehidupan manusia untuk membangun peradaban yang lebih baik. Para peneliti psikologi meneliti tentang bagaimana otak dapat menyimpan suatu memori.

Memori kerja adalah istilah yang digunakan para psikologi untuk menyatakan kemampuan yang kita miliki untuk menyimpan dan memanfaatkan informasi di dalam pikiran dalam jangka waktu singkat. Memori kerja memberikan ruang kerja mental atau buku catatan yang digunakan untuk menyimpan informasi penting dalam kehidupan sehari-hari.21

Memori atau Ingatan juga merupakan proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali, dalam ingatan terdapat kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit, yang diaktifkan melalui saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik diseluruh bagian otak.

20James L. McGaugh, Learning And Memory An Introduction, (San Fransisco: Albion

Publishing Company, 1973), h. 34.

21 Susan E. Gathercole dan Tracy Packiam, Memori Kerja dan Proses Belajar, (Jakarta: PT

(36)

Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa memori atau ingatan merupakan pembentuk jati diri manusia dan merupakan pembeda dari makhluk hidup yang lain, ingatan menjadi jembatan manusia dengan masa lalu yang berupa pengalaman atau informasi. Ingatan bukan merupakan suatu objek yang dapat dilihat dilihat dengan mata atau menggunakan organ tubuh yang lain, tetapi ingatan merupakan sesuatu yang abstraksi yang sifatnya dinamis dan dapat berkembang sejalan dengan informasi yang didapat dan disimpan.

Memori merupakan proses mental anugerah dari Allah SWT. Penggunaan memori atau ingatan tidak dapat terlepas dari seluruh kegiatan manusia. Proses mental manusia erat kaitannya dengan kegiatan berpikir, melihat, memahami, dan mengingat. Belajar selalu berhubungan dengan proses mengumpulkan informasi, menghapal, atau mengingat fakta-fakta dalam bentuk materi pelajaran.

b. Tiga Tahapan Mengingat

Proses mengingat informasi terdapat tiga tahap yaitu Penyandian (encoding), Penyimpanan, dan Pemanggilan kembali. Tiga tahapan tersebut akan membentuk sistem memori dalam otak.

Penyandian (encoding), yaitu memasukan informasi kedalam memori.22 Proses penyandian terbagi menjadi tiga macam: 1) Penyandian akustik, informasi yang disandikan dalam memori, memasuki penyandian tertentu dan informasi yang diterima terdiri dari butiranbetiran verbal seperti angka, huruf dan kata, 2) Penyandian visual, yakni informasi yang disandikan dalam memori berdasarkan apa yang dilihat, dan 3) Penyandian makna, dalam penyandian ini materi verbal didasarkan pada makna disetiap kata. Penyandian ini terjadi jika butir itu adalah kata yang terisolasi, tetapi akan lebih jelas jika butir-butir itu adalah kalimat.

22John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), Edisi 3, buku

(37)

23

Penyimpanan merupakan penahanan informasi setiap waktu.23 Penyimpanan informasi merupakan mekanisme yang penting dalam memori. Dalam sistem penyimpanan ini sangat mempengaruhi terhadap jenis ingatan atau memori pada manusia.

Pemanggilan kembali adalah proses mengeluarkan informasi dari penyimpanan.24 Pada proses ini, informasi yang telah disimpan dapat ditemukan atau diingat kembali.

[image:37.612.110.527.259.498.2]

Tahapan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa merupakan pengelolaan seluruh informasi yang telah diperoleh, kemudian diproses yang berguna bagi manusia dalam melakukan segala aktivitas, salah satunya dalam proses belajar. Tiga tahapan dalam memori digambarkan pada gambar 2.1.

Gambar 2. 1. Tiga Tahapan Memori

Sumber : Rita. L. Atkinson, dkk 1987

c. Durasi Memori

Proses penyimpanan dan dan pengulangan, memori yang disimpan terdiri atas tiga macam durasi, yaitu Memori Sensoris, Memori Jangka Pendek, dan Memori Jangka Panjang.

Memori sensoris, yaitu penyimpanan informasi dalam bentuk sensoris aslinya hanya untuk waktu sekejap, tidak lebih lama dari waktu singkat seseorang siswa terpapar sensasi pengelihatan, pendengaran, dan lainnya. Memori jangka pendek, yaitu sistem memori dengan kapasitas yang terbatas dimana informasi disimpan

23 Santrock, loc. cit. 24 Santrock, loc. cit.

Penyimpanan

Pengodean Pengulangan

Mempertahankan ke dalam memori Memasukkan

ke dalam memori

Pengambilan dari memori

(38)
[image:38.612.108.536.123.435.2]

selama 30 detik, kecuali informasi tersebut diulang atau kalau tidak diproses lebih lanjut, karena jika diproses informasi akan bias disimpan lebih lama. Memori jangka panjang, yaitu memori penyimpanan yang menyimpan banyak sekali informasi untuk periode waktu yang lama dalam cara yang relatif permanen.25 Proses penyimpanan memori dari memori sensori hingga memori jangka panjang digambarkan pada gambar 2.2.

Gambar 2. 2. Proses Penyimpanan Memori.

Sumber : Atkinson dan Shiffrin

Dalam model ini, input sensoris masuk ke memori. Melalui proses pengulangan, informasi akan dipindahkan ke memori jangka pendek, dan berada di sana selama 30 detik atau kurang, kecuali jika dilakukan pengulangan. Tahap selanjutanya informasi akan masuk ke dalam memori jangka panjang. Informasi dapat diambil kembali ketika informasi tersebut dibutuhkan melalui memori jangka pendek.

Informasi yang diterima dalam tiga durasi memori berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.5.

25 Santrock, op. cit., h. 364.

Penyimpanan

Pengulangan kembali Memori sensoris

Masukkan

sensoris

Memori jangka panjang Memori jangka pendek

Pengulangan

(39)
[image:39.612.107.554.130.567.2]

25

Tabel 2.5. Perolehan Informasi

Atribut Penyimpanan

Sensoris Memori Jangka Pendek Memori Jangka Panjang Masuknya informasi

Prettentative Membutuhkan perhatian Pengulangan informasi Penyimpanan informasi Tidak memungkinkan

Perhatian yang berkelanjutan

Repetisi

Bentuk informasi Salinan masukan informasi secara harfiah

Fonemik.

Kemungkinan secara visual.

Kemungkinan secara semantik

Sebagian besar semantik. Beberapa auditori dan visual

Kapasitas Besar Kecil Batas yang tidak

diketahui

Kehilangan informasi

Aus/kemerosotan Pengantian. Mungkin aus.

Kemungkinan tidak hilang.

Kehilangan kemampuan untuk mengakses atau membedakan karena adanya gangguan.

Jangka waktu

untuk melacak

¼ - 2 detik Hingga 30 detik Menit hingga tahunan

Pemanggilan kembali

Membaca dengan keras

Kemungkinan terjai secara otomatis. Item berada dalam kesadaran.

Petunjuk

sementara/fonem.

Petunjuk pemanggilan kembali.

Proses penvarian yang memungkinkan.

(40)

5. Lupa

Suatu informasi dapat menjadi bagian dari memori apabila terjadi perubahan fungsional dan struktural secara menetap pada otak.26 Suatu informasi dapat mengalami kegagalan dalam proses mengingat atau yang disebut dengan lupa. Lupa didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk mengingat, mengenali, atau memunculkan kembali hal yang pernah dipelajari.27

The loss of the ability to recall something that has been learned. Anything that makes its way into long term memory is perhaps never wholly lost except through brain damage. Forgetting is likely to be caused by a lack of a stimulus sufficient to retrieve the memory, or else is the result of repressing the memory into the unconscious because of the emotional pain it causes.28

Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa lupa adalah hilangnya kemampuan untuk mengingat sesuatu yang telah dipelajari. Ingatan jangka panjang mungkin tidak pernah sepenuhnya hilang kecuali adanya kerusakan otak. Lupa mungkin disebabkan oleh kurangnya stimulus yang cukup untuk mengambil memori, atau hasil dari adanya tekanan memori ke dalam alam bawah sadar karena rasa sakit emosional.

Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memperoduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita dipelajari.29 Lupa adalah fenomena psikologis, suatu proses yang terjadi di dalam kehidupan mental.30 Lupa dapat disebabkan oleh beberapa faktor31: Pertama, kondisi fisik, seperti kelelahan, ketidaknyamanan atau rasa sakit, tingkat rangsangan. Kedua, Faktor kognitif berupa perhatian dan konsentrasi. Ketiga, Faktor emosional berupa stress, kekhawatiran, kesedihan dan kebahagiaan. Keempat, faktor lingkungan: bunyi, bau, tingkat pencahayaan. Kelima, tuntutan kerja seperti mudah (membosankan/biasa) hingga

26 Very Julianto dan Magda Bhinnety, The Effect of Reciting Holy Qur’an toward Short-term

Memory Ability Analysed trought the Changing Brain Wave, Jurnal Psikologi, Vol. 38, No. 1., Juni 2011, h. 18.

27 Jo Iddon, Memory Boosters Penguat Ingatan. ( Jakarta: Erlangga, 2006), h. 22. 28 David A. Statt, op.cit., h. 56.

29 Muhibbin Syah, op. cit., h. 155.

(41)

27

menantang (rumit/berat). Keenam, meta-memori berupa pengetahuan mengenai kemampuan ingatan terhadap berbagai hal.

Lupa adalah hal yang manusiawi, namun lupa menjadi lawan bagi para pelajar ataupun sesorang yang mengandalkan ingatan dalam pekerjaan. Lupa dapat diminimalisasi dengan beberapa cara, yaitu Overlearning, Extra Study Time, Mnemonic Device, Pengelompokkan, Latihan Terbagi, dan Pengaruh Letak Bersambung.32 Overlearning (belajar lebih) artinya upaya belajar yang melebihibatas penguasaan dasar atas pelajaran tertentu. Extra study time (tambahan waktu belajar) ialah upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekerapan) aktivitas belajar. Mnemonic device (muslihat memori) yang sering juga hanya disebut mne-monic itu berarti kiat khusus yang dijadikan “alat penggait” mental untuk memasukkan itwm-item informasi ke dalam sistem akal siswa. Pengelompokkan (clustering) ialah menata ulang item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang dianggap lebih logis dalam arti bahwa item-item tersebut memiliki signifikansi dan lafal yang sama atau sangat mirip. Lawan latihan terbagi (distributed practice) adalah latihan terkumpul (massed practice) yang sudah dianggap tidak efektif karena mendorong siswa melakukan cramming. Dalam latihan terbagi siswa melakukan latihan-latihan dengan alokasi waktu yang pendek dan dipisah-pisahkan di antara waktu-waktu istirahat. Pengaruh letak bersambung (the serial position effect), siswa dianjurkan menyusun daftar kata-kata (nama, istilah, dan sebaginya) yang diawali dan diakhiri dengan kata-kata yang harus diingat. Kata-kata yang harus diingat siswa tersebut sebaiknya ditulis dengan warna yang mencolok agar tampak sangat berbeda dari kata-kata lainnya yang tidak perlu diingat.

(42)

6. Metode Mnemonic System

a. Pengertian Metode Mnemonic System

Belajar adalah suatu cara untuk memasukkan informasi ke dalam system berpikir manusia. Belajar secara formal di sekolah biasanya dilakukan dengan berbagai metode dan didukung oleh penggunaan media. Tetapi, dengan banyaknnya informasi yang didapat oleh siswa, tidak semua informasi dapat diingat. untuk mengingat berbagai macm informasi pengetahuan faktual diperlukan suatu metode belajar yang mendukung. Metode belajar tersebut misalnya Mnemonic System.

Mnemonik berasal dari mitologi Yunani, yaitu Mnemosyne, yang adalah ibu dari sembilan muse (semacam tokoh pujangga) dalam bidang kesenian dan ilmu pengetahuan. Memori dianggap sebagai keterampilan mental tertua dan yang paling dikagumi, memori dianggap sebagai induk dari segala keterampilan lain. Diyakini bahwa jika kita tidak memiliki memori, kita tidak akan pernah memiliki ilmu pengetahuan, kesenian, maupun logika.33

Kamus Oxford mengartikan mnemonic adalah desain untuk membantu ingatan. Instruksi mnemonic mengacu pada instruksi atau strategi belajar yang terancang secara khusus untuk mengingatkan memori. Hal ini dimaksudkan untuk memodifikasi atau mengubah informasi yang bisa dipelajari dan bertujuan menghubungkan langsung dengan informasi dimana para pembelajar segera dapat mengetahuinya.

Mnemonik adalah suatu teknik yang meningkatkan penyimpanan dan pengambilan informasi dalam memori.34 Dewasa ini kata mnemonic mengacu pada teknik-teknik pemacu ingatan secara umum. Strategi Mnemonik terkumpulkan dari berbagai artikel-artikel penelitian yang digunakan untuk mempelajari nama orang, bahasa asing, Negara, ibukota, huruf-huruf alphabet dan pengejaan beberapa nama. Metode mnemonik tidak menjamin informasi yang masuk akan tetap diingat, sebab untuk menyimpan informasi ke dalam memori jangka panjang setidaknya butuh banyak pengulangan. Berbagai pendapat para ahli di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa Mnemonic adalah suatu cara yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran

33

Robert L. Solso, op.cit., h. 266.

(43)

29

untuk membantu siswa dalam mengingat pelajaran dan memudahkan dalam mengulang atau mengingat kembali informasi.

b. Prinsip-Prinsip Mnemonic System

Teknik mnemonic bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip penyandian memori jangka panjang, yaitu pemaknaan, asosiasi, imajinasi, organisasi, dan pengulangan.35 Makna atau kesan yang dimiliki seseorang terhadap informasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemaknaan informasi yaitu kesan yang dibentuk pada informasi ketika informasi tersebut disandikan.

Asosiasi merupakan hubungan antara suatu informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya (Buzan, 2003). Hal tersebut berarti suatu hal baru akan lebih mudah diingat bila memiliki kaitan dengan pengetahuan atau engalaman yang dimiliki seseorang sebelunya. Asosiasi tersebut berfungsi sebagai pengait atau isyarat dalam memanggil informasi. Dengan demikian apabila seseorang mengingat asosiasi dari informasi, secara otomatis informasi tersebut akan ikut diingat.

Imajinasi merupakan gambaran mengenai sesuatu di dalam pikiran. Penggunaan imajinasi dalam penyandian memori dilakukan dengan membayangkan informasi tersebut mengenai detailnya, mulai dari ukuran, bentuk, warna suara dari informasi tersebut.

Organisasi merupakan pengelomppokkan dan pembagian item informasi ke dalam unit-unit yang lebih sederhana atau chunking. Berfungsi untuk meningkatkan kapasitas memori jangka pendek dengan cara penyederhanaan yang kemudian ditransfer ke dalam memori jangka panjang. Tujuan dari organisasi tersebut yaitu untuk mempermudah pencarian terhadap item yang diingat.

Informasi yang diulang-ulang membuat informasi tersebut lebih kuat dalam memori jangka pendek dan informasi yang cukup kuat memudahkan dalam transfer

35 Abdul Halim et.al, Keefektifan Teknik Mnemonic untuk meningkatkan Memori Jangka

(44)

ke dalam memori jangka panjang. Informasi yang sudah tersimpan dalam memori jangka panjang memiliki kemudahan untuk dapat diingat kembali.

c. Metode Mnemonic

Ada beberapa teknik dalam metode mnemonik yang dapat dipakai dengan spesifikasinya masing-masing, yaitu; loci, pegword, rima, akronim, dan akrostik.

Metode Loci adalah cara megingat sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan tempat yang paling dikenal dan dengan kesan yang berlebih-lebihan. Teknik ini biasa dipakai oleh orator untuk menghapalkan teks pidatonya, teknik loci ini juga bisa disebut sebagai teknik tempat, sebab cara ini mengkombinasikan antara memori visul atau asosiasi fakta dengan tempat. Metode loci adalah bentuk asosiasi materi yang ingin dipelajari dengan bentuk visual suatu lokasi.36 Metode loci adalah metode yang mengasosiasikan objek-ojek tertentu dengan tempat-tempat tertentu.37

Urutan yang akan dipakai dalam teknik loci adalah sebagai berikut: pilihlah tempat yang selalu diingat sehari-hari seperti ruangan tamu yang terdiri dari shofa, pesawat televisi, lampu dan lukisan dinding. Setelah itu pilihlah fakta yang akan diingat, selanjutnya pilih elemen-elemen yang berkaitan dengan kelima tempat di ruangan tersebut dan kemudian ciptakan gambaran visual yang menghubungkan informasi dengan barang-barang dari ruangan tamu tersebut. Setelah itu munculkan gambaran-gambaran tersebut beberapa kali sehari selama tiga atau empat hari.

Teknik pegword atau pancang adalah teknik untuk melatih daya ingat dengan cara mempelajari satu daftar kata-kata pancang dengan membayangkannya secara visual. Teknik pancang adalah cara untuk melatih daya ingat dengan cara membuat kata-kata pancang dan membayangkannya secara visual. Teknik ini dikembangkan oleh Henry Herkson pada tahun 1600 dengan menghubungkan satu digit angka tersebut dengan barang-barang yang menyerupai angka tersebut. Seperti angka satu dengan lilin,

36 Margaret W. Matlin, Cognitive Psychology 7th Edition, (Asia: John Wiley & Sons, 2009), h.

173.

(45)

31

angka tiga dengan trisula. Prinsip dari teknik ini adalah menggantungkan fakta yang akan diingat kepada kata pancang yang telah dibuat.

Irama atau nyayian sering digunakan untuk memudahkan siswa menghafal bermacam-macam hal. Contohnya adalah mengingat nama-nama hari, nama-nama bulan, dan mengingat nama-nama Nabi.

Guru dapat membantu siswa mengingat fakta dengan menyajikan pelajaran secara terorganisasi dan dengan mengjarkan siswa menggunaan strategi memori yang disebut mnemonik.38 Salah satu metode mnemonik yang sering digunakan adalah metode akronim.

Akronim atau singkatan adalah kata yang dibentuk dari huruf atau huruf-huruf awal, atau masing-masing bagian dari sekelompok kata, atau istilah gabungan.39 Akronim merupakan kombinasi huruf pertama setiap kata dan membentuk suatu kata baru yang dapat membantu proses mengingat dari kata-kata yang asli.40

Singkatan memiliki arti yang berbeda dengan akronim. Berikut adalah perbedaan antara singkatan dan akronim menurut EYD:41

Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Pertama, singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Contohnya: M. Abdullah, S. Pd. (Muhammad Abdullah Sarjana Pendidikan). Kedua, singkatan nama resmi lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Contohnya adalah: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyar), dan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Ketiga, singkatan kata yang berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik. Contohnya: jml. (jumlah), kpd. (kepada), dan hlm. (halaman).

38 Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan Edisi 9, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 265.

39 Bobbi Deporter and Mike Hernacki, Quantum Learning, (New York: Dell Publishing,

1992), h. 236.

40 Ann Dillon, Making Connection : study skills, reading and writing, (USA: Thompson

corporation, 2007), h. 139.

41 Yuanita Fitriany,EYD dan Kaidah Bahasa Indonesia, (Jakarta: TransMedia Pustaka, 2015),

(46)

Keempat, singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik. Contohnya: dll. (dan lain-lain), dsb. (dan sebagainya), dan Yth. (Yang terhormat). Kelima, singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat-menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik. Contohnya: a.n. (atas nama), d.a. (dengan alamat), dan s.d. (sampai dengan). Keenam, lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik. Contohnya: Rp (Rupiah), Ca (kalsium), dan kg (kilogram).

Akronim adalah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah kata. Pertama, akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri ditulis seluruhnya dengan huruf capital tanpa tanda titik. Contohnya: SIM (Surat Izin Mengemudi), dan ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Kedua, akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsure ditulis dengan huruf awal capital. Contohnya: Undip (Universitas Diponegoro), dan Akpol (Akademi Polisi). Ketiga, akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih ditulis dengan huruf kecil. Contohnya: pemilu (pemilihan umum), dan tilang (bukti pelanggaran).

Definisi akronim yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa akronim adalah suatu metode yang menggabungkan huruf pertama setiap kata yang ingin diingat, sehingga menjadi sebuah kata lebih ringkas dan mudah diingat. Teknik ini berguna untuk mengingat kata-kata spesifik dan memudahkan dalam mengingat materi pembelajaran faktual.

(47)

33

1. Akrostik

Sebuah pembelajaran pasti memerlukan ingatan sehingga kita perlu mengetahui sebuah cara, model, teknik, strategi metode dan pendekatan pembelajaran untuk merekam dan supaya ingatan kita kuat. Ada banyak model, pendekatan atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa.

Model Pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur secara sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Metode merupakan salah satu strategi atau cara yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran yang hendak dicapai, semakin tepat metode yang digunakan oleh seorang guru maka pembelajaran akan semakin baik. Metode berasal dari kata methodos dalam bahasa Yunani yang berarti cara atau jalan.

Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala)kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen, dan sebagainya.42 Metode adalah cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasiliator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.43

Definisi metode pembelajaran yang telah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang utuh dan bersistem dalam menyajik

Gambar

Gambar 2.1 Tiga Tahapan Memori .....................................................................23
Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Kognitif
Tabel 2.2 Tingkat Perkembangan Kognitif
Tabel 2.3 Dimensi Proses Kognitif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak dievaluasi karena sudah mendapatkan tiga penawaran terendah PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR. KELOMPOK KERJA (POKJA) UNIT

(3) Dalam melaksanakan penyelenggaraan kejuaraan olahraga pelajar nasional dan kejuaraan olahraga mahasiswa nasional, induk organisasi olahraga fungsional sebagaimana dimaksud

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya klarifikasi dan negosiasi dan dengan berakhirnya masa sanggah, untuk itu kami mengundang Direktur Utama / Pimpinan Perusahaan

Subjek pada masing-masing kelompok dalam penelitian ini terdiri dari 40 remaja putri tingkat SMP dan 40 remaja putri tingkat SMA. Sehingga total subjek adalah 240 remaja putri dari

Masalah perdagangan luar negri sudah merupakan bagian yang tidak dapat dipasahkan dari masalah ekonomi nasional seluruhnya. Agar kegiatan

Cemerlang memiliki jumlah SDM yang cukup untuk mendukung berjalannya bisnis perusahaan.Usaha dari top manager juga dilakukan dalam upaya pengembangan

Yen (dalam Susetyo & Kumara, 2012) mengungkapkan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa, nilai rata-rata skor belajar self regulated learning

tumpuan sendi mampu memberikan reaksi arah vertikal dan horizontal, artinya tumpuan sendi dapat menahan gaya vertikal dan horizontal atau dengan kata lain terdapat 2 buah variabel