PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT
KOTA TERNATE, MALUKU UTARA
AMRUL ILMANA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Kota Ternate Maluku Utaraadalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
ABSTRAK
AMRUL ILMANA. Pemanfaatan Tumbuhan Obat pada Masyarakat Kota Ternate, Maluku Utara. Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan ERVIZAL AM ZUHUD.
Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Ternate saat ini telah mulai tergantikan oleh obat-obatan konvensional. Hal ini dikhawatirkan dapat menghilangkan kearifan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan menyebabkan punahnya beberapa spesies tumbuhan obat di alam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kota Ternate. Metode pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan studi literatur.Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat menggunakan 74 spesies dari 40 famili tumbuhan obat yang telah teridentifikasi. 57% diantaranya merupakan tumbuhan obat yang telah dibudidaya, 21,5% merupakan tumbuhan obat semi-budidaya, serta 21,5% lainnya merupakan tumbuhan obat yang termasuk kategori liar. Famili Euphorbiaceae, Zingiberaceae, Lamiaceae, dan Piperaceae merupakan familidari tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan dengan jumlah 4 spesies. Habitus tumbuhan obat yang paling banyak ditemukan adalah habitus herba dengan jumlah 27 spesis. Bagian tumbuhan obat yang paling banyak digunakan adalah daun dan pengolahan tumbuhan obatsebagian besar dilakukan dengan cara direbus.
Kata kunci: budidaya, Ternate, tumbuhan obat. ABSTRACT
AMRUL ILMANA. The utilization of Medicinal Plants in Ternate City Society, North Moluccas. Supervised by AGUS HIKMAT and ERVIZAL AM ZUHUD. Nowadays, the utilization of medicinal plants by people in Ternate has been replaced by conventional medicines. This condition feared could eliminate community wisdom to use the natural resources and lead the extinction of natural medicinal plant species. The aim of the research is to identified a species of medicinal plants that has used by Ternate society. Interview and literature study were the method to collecting data. The result showed that people used 74 species of 40 family medicinal plants that have been identified. It contain by 57% were cultivated by people, 22% were semi-cultivation, and 21% were a wild medicinal plants. Family Euphorbiaceae, Zingiberaceae, Lamiaceae and Piperaceae were the most commonly used as much as 4 species. Also, the most commonly habitus were herbaceous with a number of 27 species. Part of herbs that most widely used is leaf. Boiling were the most widely performed to processing the medicinal plants.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT
KOTA TERNATE, MALUKU UTARA
AMRUL ILMANA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2013 ini ialah tumbuhan obat, dengan judulPemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Kota Ternate Maluku Utara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Hikmat, MScF dan Prof Dr Ir Ervizal AM Zuhud selaku pembimbing skripsi. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Minggus dari Kelurahan Foramadiahi danBapak Ate dari kelurahan Salahuddin, Bapak lurah Foramadiahi, Bapak lurah Tubo dan Bapak lurah Salahuddin yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya dan juga kepada teman-teman “Edelweiss 45” atas segala support dan bantuan selama pengerjaan skripsi. Tidak lupa pula penulis sampaikan terima kasih kepada Eko, Bantis, Adis, Soraya, Budi, Eko “Rooney”, Dewi, Mario, dan teman-teman “rumah hijau” atas segala dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu 2
Alat dan Bahan 2
Jenis Data yang Dikumpulkan 2
Metode Pengumpulan Data 3
Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 4
Karakteristik Responden 7
Keanekaragaman Tumbuhan Obat 10
SIMPULAN DAN SARAN 19
Simpulan 19
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 19
DAFTAR TABEL
1 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur 8 2 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 8 3 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan komposisi habitus 13 4 Kaitan antara habitus dan tipe habitat tumbuhan obat 13
5 Status perlindungan tumbuhan obat 19
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian 5
2 Sentra kerajinan batik Tubo; A. Tempat pembuatan batik; B. Batik yang
siap dijual kepada konsumen 6
3 Pak Ate Tabib Desa di Kelurahan Salahuddin; 6
4 Seorang fangira di Kelurahan Foramadiahi 7
5 Kegiatan wawancara dengan responden 8
6 Jenis penyakit yang diderita masyarakat di lokasi penelitian 10 7 Jumlah spesies tumbuhan obat berdasarkan famili 11
8 Tumbuhan obat di pekarangan masyarakat 14
9 A. Cengkeh (Syzygium aromaticum) ; B. Pala (Myristica fragrans) 14
10 Jumlah dan persentase budidaya tumbuhan obat 15
11 Tumbuhan Obat Ngoro madahu 16
12 Bagian tumbuhan obat yang digunakan 17
13 Cara pengolahan spesies tumbuhan obat 18
DAFTAR LAMPIRAN
1 Spesies tumbuhan obat di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo, dan
Kelurahan Salahuddin 22
2 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di
Kelurahan Foramadiahi 25
3 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di
Kelurahan Salahuddin 30
4 Ramuan Tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di
Kelurahan Tubo 35
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pulau Ternate telah terkenal sejak lama sebagai pulau penghasil aneka spesies tumbuhan rempah terutama cengkeh dan paladan juga spesies tumbuhan obat. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Sunarti (2011) di Kecamatan Moti Kota Ternate, terdapat 42 spesies tumbuhan berkhasiat obat yang bisa untuk mengobati berbagai penyakit seperti: obat pre dan paska persalinan, obat malaria, obat darah tinggi, obat campak, obat pegel linu dan obat kuat, obat penurun panas, obat kencing manis dan kencing batu, obat sakit perut, obat batuk, obat sakit gigi dan sariawan, obat perangsang nafsu makan, obat bengkak dan luka serta bisul. Menurut data Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat Desa Tahun 2007, terdapat beberapa spesies tumbuhan obat yang telah dibudidayakan oleh penduduk di Kecamatan Moti Kota Ternate dalam jumlah besar antara lain jahe, kunyit, lengkuas, kumis kucing, kayu manis dan sirih.
Saat ini penggunaan tumbuhan obat untuk keperluan sehari-hari dalam mengobati penyakit masyarakat di Kota Ternate telah mulai tergantikan dengan pengobatan konvensional. Untuk mengobati penyakit yang diderita masyarakat lebih cenderung memilih untuk membeli obat dari dokter dengan cara berobat ke puskesmas atau rumah sakit dibandingkan menggunakan pengobatan tradisional dengan tanaman obat. Padahal bila ditelaah lebih lanjut, pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan obat lebih aman bagi tubuh karena memiliki efek samping yang rendah dan lebih mudah diperolehdengan biaya yang lebih murah disebabkan banyak terdapat di sekitar masyarakat.
Menurut Zuhud (2004) tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat obat, yang dikelompokkan menjadi: a) Tumbuhan obat tradisonal, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional; b) Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis; c) Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat tetapi belum secara ilmiah atau penggunaanya sebagai bahan obat tradisional sulit ditelusuri.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan spesies tumbuhan obat oleh masyarakat di Kota Ternate.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi Pemerintah Kota Ternate terkait dengan pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di Kota Ternate. Selain itu juga diharapkan dapat menimbulkan kesadaran kepada masyarakat di Kota Ternate untuk kembali menggunakan dan melestarikan tumbuhan obat dalam hal pemanfaatan dan pembudidayaannya.
METODE
Lokasi dan Waktu
Kegiatan penelitian ini dilakukan di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin terhadap pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2013 dan tahap kedua dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai Januari 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan didalam penelitian ini adalah kamera digital, kuisioner,alat tulis menulis, laptop, smartphone dan papan jalan.Bahan yang digunakan antara lain dokumen atau laporan penelitian mengenai tumbuhan obat, buku panduan jenis tumbuhan obat, tally sheet, sampel tumbuhan dan peta lokasi penelitian.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Data dan informasi yang dikumpulkan adalah data spesies tumbuhan obat yang terdapat di tiga kelurahan yang berbeda yaitu di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin. Pengumpulan data juga dilakukan terhadap kegiatan pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat yang terdapat di ketiga kelurahan tersebut. Jenis data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder.
Data primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi data pemanfaatan tumbuhan obat yang berupa data spesies tumbuhan yang dimanfaatkan, habitus, kegunaan, bagian tumbuhan yang digunakan, cara pengolahan dan pemakaian, upaya budidaya yang dilakukan oleh masyarakat/kelompok masyarakat, serta data karakteristik responden (nama, jenis kelamin, usia, mata pencaharian, penghasilan dan pendidikan)
3 Data sekunder
Data sekunder yang dikumpulkan berasal dari studi literatur dari laporan hasil penelitian sebelumnya, serta bahan bacaan lain yang terkait dengan penelitian ini. Data-data yang diambil antara lain kondisi umum lokasi penelitian berupa letak kawasan dan kondisi biofisik kawasan serta kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di lokasi penelitian.
Metode Pengumpulan Data Studi literatur
Studi literatur dalam sebuah penelitian bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh tentangapa yang sudah dikerjakan orang lain dan bagaimana orang mengerjakannya, kemudian seberapa berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Data yang diperoleh melalui studi literatur berasal dari berbagai sumber seperti dokumen, laporan penelitian, serta buku yang berhubungan dengan tumbuhan obat.
Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung kepada masyarakat maupun kelompok masyarakat yang dijadikan sebagai responden dengan atau tanpa menggunakan panduan wawancara (quisioner). Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang lokasi penelitian. Kegiatan wawancara dilakukan terhadap tokoh masyarakat yaitu tetua adat dan tabib desa serta masyarakat biasa yang dijadikan sebagai responden. Penentuan responden dilakukan dengan metode random sampling dengan 30 orang responden yang terdiri dari 10 orang responden dari Kelurahan Foramadiahi, 10 orang responden dari Kelurahan Tubo dan 10 orang responden dari Kelurahan Salahuddin yang menggunakan tumbuhan obat.
Observasi/ pengamatan langsung
Observasi dilakukan untuk memperoleh sumber data dan informasi aktual melalui pengamatan di lokasi penelitian. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui spesies tumbuhan obat yang digunakan dari hasil wawancara. Pengenalan spesies ini dilakukan dengan mencari spesies tumbuhan yang digunakan dari hasil wawancara ke lapangan (kebun, pekarangan, hutan, dan tepi jalan) dan membuat dokumentasi kemudian diidentifikasi dengan literatur.
Analisis Data
Data yang diperoleh selama penelitian selanjutnya dikelompokkan menjadi data spesies tumbuhan obat dan data pemanfaatan tumbuhan obat. Data pemanfaatan tumbuhan obat meliputi bagian tumbuhan yang dimanfaatkan atau digunakan sebagai obat, kelompok penyakit/kegunaan tumbuhan obat dan cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin.
Persentase habitus
4
persentase habitus tertentu yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Rumus yang digunakan dalam menghitung persentase habitus adalah (Fakhrozi 2009):
Persentase habitus tertentu = ∑
∑ x 100%
Persentase bagian yang digunakan
Persen bagian yang digunakan dihitung untuk mengetahui persentase setiap bagian tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin. Bagian tumbuhan obat yang digunakan umumnya meliputi daun, batang, buah, bunga, biji, akar, batang, kulit batang, rimpang, umbi, dan getah. Rumus untuk mengetahui persen bagian yang dimanfaatkan adalah sebagai berikut (Fakhrozi 2009):
Persentase bagian yang digunakan = ∑ y
∑ y x 100%
Persentase tipe habitat
Tujuan dilakukan perhitungan persen tipe habitat tumbuhan obat adalah untuk mengetahui persentase tumbuhan obat yang berasal dari habitat tertentu yang dimanfaatkan masyarakat. Tipe habitat dari tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat dapat berupa sawah, ladang, kebun, pekarangan, dan hutan. Untuk mengetahui persentase tipe habitat tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat digunakan rumus (Rahayu 2011):
Persentase tipe habitat = ∑
∑ x 100%
Persentase status budidaya
Tumbuhan obat dikelompokkan berdasarkan status keberadaannya yang tergolong dalam tumbuhan yang sudah dibudidaya atau masih tumbuh liar. Untuk mengetahui persentase tumbuhan yang dibudidaya/liar digunakan rumus (Metananda 2012):
Persentase tumbuhan yang dibudidaya/liar = ∑ y
∑ x 100%
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5 dengan beribukota Pulau Sofifi.Luas wilayah Kota Ternate adalah 5795,4 km2 dengan luas wilayah perairan 5544,55 km2 dan luas daratan 250,85km2. Sejak tahun 2000 Kota Ternate terbagi menjadi 4 kecamatan yakni Kecamatan Kota Ternate Selatan, Kecamatan Kota Ternate Utara, Kecamatan Pulau Ternate dan Kecamatan Moti. Namun pada tahun 2007 ditambah dua kecamatan baru yakni Kecamatan Kota Ternate Tengah dan Kecamatan Pulau Batang Dua.
Luas kawasan hutan di Ternate sebesar 10.138 ha dengan perincian 4.392 Ha untuk kawasan hutan lindung (HL), 379,56 ha untuk kawasan hutan produksi (HP) dan 5.366 ha untuk kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK). Pengambilan data penelitian dilakukan di KelurahanTubo, Kelurahan Salahuddin dan KelurahanForamadiahi. Gambar 1 menunjukkan peta lokasi penelitian serta batas-batas kecamatan di Kota Ternate.
Gambar 1 Peta lokasi penelitian Kelurahan Tubo
6
tempat pembuatan Batik Tubo dan produk Batik Tubo yang siap dijual kepada konsumen.
Gambar 2 Sentra Kerajinan Batik Tubo ; A. Tempat pembuatan batik ; B. Batik yang siap dijual kepada konsumen
Kelurahan Salahuddin
Kelurahan Salahuddin juga dimekarkan bersamaan dengan kelurahan Tubo yakni pada tahun 2007 dan memiliki luas wilayah 24,247 ha/m2. Kelurahan ini terletak di Kecamatan Kota Ternate Tengah dan merupakan Kelurahan yang memiliki dua Lingkungan yakni Lingkungan Skep dan Lingkungan Tabahawa. Kelurahan Salahuddin berbatasan dengan Kelurahan Makassar barat di sebelah utara, Kelurahan Marikrubu di sebelah selatan, kelurahan Moya di sebelah barat dan Kelurahan Santiong di sebelah timur. Data jumlah penduduk di Kelurahan Salahuddin hingga bulan Desember tahun 2013 mencapai 4949 jiwa dengan perbandingan 2513 laki-laki dan 2436 perempuan.
Di Kelurahan Salahuddin terdapat seorang tabib desa bernama Pak Ate yang sangat terkenal di masyarakat (Gambar 3). Ketika menderita penyakit masyarakat sering meminta bantuan beliau untuk menyembuhkan penyakit mereka. Dalam mengobati penyakit masyarakat beliau selalu menggunakan metode penyembuhan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan obat yang diperoleh dari pekarangan rumah maupun yang terdapat di hutan seperti jarak pagar (Jatropha curcas), binahong (Anredera cordifolia), papaceda (Scaevola frutescens), bunga kista (Mentha arvensis), rumput cacing (Peperomia pellucida), pare (Momordica charantia) dan lain-lain.
Gambar 3 Pak Ate Tabib Desa di Kelurahan Salahuddin
7 Kelurahan Foramadiahi
Kelurahan Foramadiahi merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Pulau Ternate yang terletak di ketinggian 264 mdpl. Batas wilayah kelurahan Foramadiahi terdiri dari batas sebelah utara dengan Gunung Gamalama, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Jambula, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Sasa dan sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Rua. Kelurahan Foramadiahi memiliki kawasan hutan berupa hutan lindung dan hutan produksi dengan luas 400 ha dan masih dalam kondisi baik. Jumlah penduduk di kelurahan Foramadiahi berjumlah 980 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 479 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 501 jiwa.
Foramadiahi merupakan satu-satunya kelurahan di kota Ternate yang masih berpegang teguh pada adat-istiadat Ternate. Hal ini karena Foramadiahi dahulunya merupakan pusat kerajaan Ternate yang pertama sehingga organisasi sosial masyarakat Foramadiahi sangat berkaitan erat dengan pihak Kesultanan Ternate hingga saat ini. Didalam struktur organisasi sosial masyarakat foramadiahi terdapat seorang tetua atau kepala adat yang disebut fangira. Tugas dari fangira adalah sebagai pembawa bendera kesultanan pada saat upacara pengangkatan sultan yang baru. Seorang fangira biasanya sangat dekat dengan sultan Ternate sehingga posisinya sangat dihormati dalam masyarakat (Gambar 4).
Gambar 4 Seorang fangira di Kelurahan Foramadiahi Karateristik Responden
Kegiatan wawancara dilakukan terhadap 30 orang responden masyarakat dari Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin. Tiap desa diambil 10 orang sebagai responden dandata karakteristik responden yang diambil berupa nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan dan tingkat pendidikan.
8
bahwa masyarakat dengan usia 51-60 tahun merupakan masyarakat yang paling sering menggunakan pengobatan dari alam dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan. Kegiatan wawancara dengan responden dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Kegiatan wawancara dengan responden Table 1 Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur
No Kelompok Umur Jumlah Persentase (%)
1 20-30 8 26,66
2 31-40 6 20,00
3 41-50 4 13,33
4 51-60 9 30,00
5 61-70 3 10,00
Jumlah Total 30 100
Berdasarkan tingkat pendidikan responden yang terdapat di kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin; responden yang memiliki tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) dan SMA memiliki presentase yang sama yakni 30%. Responden yang tidak sekolah dan memiliki tingkat pendidikan hanya mencapai SD banyak terdapat di Kelurahan Foramadiahi, sedangkan responden yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi seperti SMA dan S1 banyak terdapat di Kelurahan Salahuddin (Tabel 2). Hal ini dapat disebabkan karena faktor lingkungan dimana masyarakat di Kelurahan Foramadiahi tinggal berbatasan dengan hutan sehingga banyak yang memilih untuk menjadi petani dibandingkan meneruskan sekolah.
Tabel 2 Karasteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 Tidak sekolah 5 16,66
2 SD 9 30,00
3 SMP 3 10,00
4 SMA 9 30,00
5 S1 4 13,33
9 Mata pencarian masyarakat di kelurahan Foramadiahi sebagian besar sebagai petani, sedangkan masyarakat yang terdapat di Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin memiliki mata pencaharian yang lebih beragam seperti petani, buruh, supir, guru dan Pegawai pemerintahan. Menurut penuturan responden, kegiatan bertani di Kelurahan Foramadiahi dilakukan dengan cara merambah kawasan hutan untuk dijadikan kebun dan kemudian ditanam dengan tanaman-tanaman pangan yang memiliki nilai komoditas yang tinggi seperti pala, cengkeh, timun, kasbi/singkong dan ubi. Namun demikian, keberadaan hutan di kawasan Foramadiahi masih dapat terjaga dengan baik karena masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga hutan sebagai sumber penghasilan dan warisan kepada anak cucu mereka.
Sikap masyarakat dalam hal menjaga hutan juga dipengaruhi oleh suatu kepercayaan mistis yang ada di dalam kehidupan sosial budaya masyarakat dan diceritakan secara turun temurun kepada generasi selanjutnya. Berdasarkan cerita dari tetua desa yang terdapat di Kelurahan Foramadiahi dikatakan di dalam hutan terdapat suatu kawasan yang disebut Nurafola dan dilarang untuk dimasuki oleh siapa saja. Masyarakat meyakini didalam Nurafola terdapat suatu pohon raksasa yang dijaga oleh sang penunggu hutan yang disebut Meki atau Iblis sehingga barang siapa yang masuk kedalam kawasan hutan tersebut maka dia tak akan kembali. Hal ini yang membuat masyarakat tidak berani masuk sampai jauh kedalam hutan untuk berkebun karena takut terhadap Meki atau Iblis penunggu kawasan hutan tersebut.
Kondisi kesehatan masyarakat
Dari hasil wawancara dan survey lapang terhadap kesehatan masyarakat di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin diketahui bahwa jenis penyakit yang pernah diderita oleh masyarakat ada bermacam-macam seperti malaria, batuk, sakit kepala, asam urat, diabetes, hipertensi, dan lain-lain (Gambar 6). Hasil wawancara dengan responden ditemukan bahwa penyakit malaria merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh masyarakat dengan jumlah 5 kasus. Tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit malaria adalah brotowali (Tinospora crispa) dan kulit batang pohon mangga (Mangifera indica).
Sakit batuk merupakan penyakit kedua yang paling sering diderita oleh responden dengan jumlah 4 kasus. Semua responden yang mengaku pernah menderita sakit batuk berasal dari Kelurahan Tubo dan mereka banyak yang menderita penyakit batuk pada saat terjadi letusan Gunung Gamalama pada tahun 2012 lalu. Hal ini karena Kelurahan Tubo merupakan kelurahan yang berbatasan langsung dengan Gunung gamalama dan merupakan daerah yang paling sering terkena dampak dari letusan Gunung Gamalama.
10
0 1 2 3 4 5 6
Jum
la
h
Penderit
a
Jenis Penyakit
Gambar 6 Jenis penyakit yang diderita masyarakat di lokasi penelitian Keanekaragaman Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat telah lama dikenal sebagai alternatif penyembuh dari segala penyakit oleh masyarakat. Hampir ditiap daerah di Indonesia dapat ditemukan tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat dan dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Kota Ternate memiliki keanekaragaman tumbuhan obat yang tinggi dan yang paling dikenal orang adalah cengkeh (Syzygium aromaticum) dan pala (Myristica fragrans). Cengkeh dan pala selain dimanfaatkan sebagai rempah-rempah dan bumbu masakan juga dapat dimanfaatkan sebagai obat alternatif masyarakat untuk menyembuhkan penyakit perut kembung dan mengobati wanita setelah melahirkan.
Komposisi famili tumbuhan obat
Tumbuhan obat yang ditemukan dan digunakan oleh masyarakat di kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin berjumlah total 73 spesies. Spesies yang berhasil teridentifikasi sebanyak 71 spesies dari 40 famili sedangkan 2 spesies tumbuhan lainnya belum dapat teridentifikasi yakni tanaman daun tiga dan ngoro madahi. Berdasarkan jumlah spesies, famili Euphorbiaceae, Lamiaceae, Zingiberaceae dan Piperaceae merupakan famili yang paling banyak ditemukan dibandingkan dengan famili lainnya dengan jumlah 4 spesies. Kemudian diikuti oleh tumbuhan dari famili Cucurbitaceae, Poaceae, Acanthaceae, Moraceae, Anacardiaceae dan Myrtaceae dengan jumlah 3 spesies. Untuk lebih jelasnya mengenai famili beserta spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 1.
11
0 1 2 3 4 5
Anacardiaceae Moraceae Poaceae Acanthaceae Cucurbitaceae
Piperaceae Lamiaceae Zingiberaceae Euphorbiaceae
Jumlah Spesies
Fa
m
ili
atau meniran untuk mengobati sakit punggung dan apabila dicampur dengan tumbuhan kumis kucing (Orthosiphon aristatus) khasiatnya dapat digunakan untuk mengobati nyeri otot.
Blakang babiji atau meniran mempunyai rasa agak asam dan bersifat sejuk dan mengandung zat kimia yang berfungsi untuk melindungi sel hati dari zat toksik (hepatoprotector) yakni filantin dan hipofilantin. Bahan kimia lain yang terkandung didalam meniran adalah saponin, flavonoid, kalium, damar, dan tannin. Meniran berkhasiat sebagai peluruh seni (diuretic), pembersih hati, antiradang, pereda demam (antipiretik), peluruh dahak, peluruh haid, penerang penglihatan, penambah nafsu makan, dan astringent. Selain itu, meniran juga sebagai obat dysuria, gonorrhea, syphilis, nyeri ginjal (nephralgia), diare, demam, tetanus, pembersih darah, antikonvulsan, kencing batu, dan albuminuria. Daun meniran digunakan untuk mengobati ayan, malaria, sembelit, tekanan darah tinggi, sariawan, dan gangguan haid. Sementara itu, akar meniran untuk nyeri perut dan penyakit gigi (Hariana 2008).
Selain Euphorbiaceae, spesies tumbuhan obat juga banyak ditemukan dari famili Zingiberaceae dan salah satu contoh spesiesnya adalah jahe (Zingiber officinale). Tumbuhan jahe ditemukan ditanam di pekarangan masyarakat dan sering digunakan oleh masyarakat untuk menghangatkan badan dengan cara rimpangnya direbus dengan tiga gelas air yang mendidih kemudian tunggu hingga takarannya menjadi satu gelas air kemudian diminum dengan ditambahkan kenari sebagai bahan pelengkap. Jahe (Zingiber officinale) juga dapat digunakan untuk mengobati impoten, batuk, pegal-pegal, kepala pusing, rematik, sakit pinggang dan masuk angin. Ramuan jahe untuk mengobati impoten yaitu dengan menyiapkan dua rimpang jahe sebesar ibu jari, 1 butir jeruk nipis, 1 butir telur ayam kampung, 1 sdt bubuk kopi, 1 sdm kecap, 1 sdm madu, dan sediakan bubuk merica. Cuci jahe, parut, tambahkan segelas air masak, lalu peras. Tambahkan air jeruk nipis, kuning telur, kemudian oplos dengan semua bahan lainnya. Aduk sampai merata. Minum seminggu sekali (Santoso 2008). Gambar 7 menunjukkan tumbuhan dengan jumlah spesies lebih dari tiga.
12
Manfaat spesies tumbuhan obat
Masyarakat di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin telah lama menggunakan tumbuhan obat untuk menyembuhkan berbagai penyakit dan luka, baik itu luka dalam maupun luka luar (lecet). Tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat dapat berasal dari hutan maupun kebun dan pekarangan. Tumbuhan obat yang diambil oleh masyarakat tidak dijual tetapi digunakan sendiri untuk keperluan sehari-hari.
Tumbuhan obat yang ditemukan di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin memiliki berbagai macam manfaat untuk mengobati penyakit. Contoh jenis tumbuhan obat yang paling banyak ditemui dan digunakan sebagai obat oleh masyarakat di lokasi penelitian adalah cengkeh (Syzygium aromaticum) dan pala (Myristica fragrans). Bagian yang dimanfaatkan dari tanaman cengkeh adalah buah/bunganya. Bunga cengkeh berbau aromatic kuat, dan rasanya pedas serta berkhasiat untuk mengobati perut kembung, mules, rasa mual dan muntah-muntah. Masyarakat di Foramadiahi menggunakan cengkeh untuk mengobati perut kembung dengan cara dijemur/dikeringkan bunganya setelah dipisahkan dari tangkainya dan dicampur dengan biji pala yang telah dihaluskan kemudian ditempelkan ke perut. Menurut Kartasapoetra (2004) bunga cengkeh mengandung zat-zat kimia seperti:
1) Minyak atsiri sekitar 16% sampai 20% yang mengandung pula egenol sekitar 80% sampai 82%, asetilegenol, kariofil, furfural, metil amilketon dan vanillin, 2) Kariofilin yaitu zat serupa damar sekitar 6%,
3) Zat penyamak sekitar 17%, gom sekitar 13%, serat 28% dan air sekitar 18%. Cengkeh dan biji pala meiliki khasiat yang sama sebagai obat perut kembung. Pala mengandung zat kimia berupa saponin, polifenol, flavonoid, dan minyak terbang. Pala mempunyai rasa hangat dan berkhasiat sebagai anti kembung, anti-insomnia, peluruh kentut (carminative), dan perangsang (stimulant). Sementara buah, biji dan daun pala berkhasiat untuk mengobati gangguan pencernaan, sakit perut, kejang lambung, mual, muntah-muntah, diare, muntaber, jantung berdebar-debar, haid tidak lancer,kencing batu, kencing manis (DM), demam nifas, lemah syahwat, tida dapat tidur (insomnia), sakit telinga (otitis), sariawan, menambah nafsu makan (stomachica), kepala pusing, sakit kepala, rematik, sakit punggung, dan kudis (scabies) (Hariana 2008).
Contoh tumbuhan lain yang ditemukan dilokasi penelitian adalah brotowali (Tinospora crispa) yang berkhasiat untuk menyembuhkan sakit malaria.Masyarakat memanfaatkan tumbuhan obat brotowali dengan cara direbus daunnya kemudian diminum. Selain sebagai obat untuk menyembuhkan sakit malaria, batang dan daun brotowali juga dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar gula darah. Kandungan kimia yang terdapat dalam brotowali antara lain pati, glikosida, pikroretosid, alkaloida, berbenia, palmatina, kolumbin, kokulin, zat pahit pikretin dan harsa (Soeryoko 2011). Brotowali (Tinospora crispa) banyak ditemukan di kebun dan pekarangan masyarakat sehingga termasuk tumbuhan obat budidaya. Spesies tumbuhan lain yang juga dapat dimanfaatkan sebagai obat malaria selain brotowali adalah mangga (Mangifera indica) dan mayana (Coleus scutellarioides).
13 mayana memiliki banyak manfaat seperti mengobati demam menghentikan pendarahan pada luka, datang bulan, malaria, dan sakit badan. Daun-daunnya mengandung zat-zat alkaloida, minyak atsiri dan mineral (Kartasapoetra 2004). Menurut hasil wawancara yang dilakukan dengan tabib kampungdi Kelurahan Foramadiahi, tumbuhan mayana berkhasiat untuk mengobati luka dalam dan sebagai obat melahirkan. Penyebab tumbuhan mayana banyak dimanfaatkan oleh masyarakat selain karena memiliki khasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit, juga karena tumbuhan tersebut sangat mudah ditemukan disekitar masyarakat.
Komposisi habitus, tipe habitat dan status budidaya tumbuhan obat
Habitus merupakan suatu perawakan luar tumbuhan yang biasanya dipakai sebagai acuan dalam pengklasikasian jenis-jenis tumbuhan. Habitus dari tumbuhan obat yang ditemukan di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin terdiri dari herba 33,78%, pohon 24,32%, semak 22,22%, perdu 17,56%, dan merambat 2,7% (Tabel 3). Tumbuhan obat dengan habitus herba merupakan jenis yang paling banyak ditemui dan dimanfaatkan oleh masyarakat dengan jumlah 27 spesies. Hal ini dikarenakan habitus herba banyak ditanam oleh masyarakat dipekarangan rumah mereka sehingga mudah diperoleh. Tumbuhan obat yang banyak ditemukan di habitat pekarangan menunjukkan bahwa masyarakat telah memanfaatkan pekarangan rumah mereka untuk membudidayakan tumbuhan obat.
Habitus selanjutnya yang ditemukan di lokasi penelitian adalah pohon dengan jumlah 18 spesies dan sebagian besar ditemukan di kelurahan Salahuddin. Hal ini karena lokasi penelitian di Kelurahan Salahuddin memang banyak ditumbuhi pepohonan. Spesies pohon yang banyak ditemukan dilokasi penelitian adalah pala (Myristica fragrans), cengkeh (Syzygium aromaticum), amo (Artocarpus altilis), mangga (mangifera indica) dan pinang (arecha catechu).
Tabel 3 Keanekaragaman tumbuhan obat berdasarkan komposisi habitus
Tipe habitat ditemukan tumbuhan obat di lokasi penelitian adalah pekarangan, kebun, hutan, dan tepi jalan. Tabel 4 menunjukkan bahwa habitus herba, semak dan perdu ditemukan di semua tipe habitat. Spesies tumbuhan obat yang ditemukan di pekarangan masyarakat diantaranya adalah bangle (Zingiber cassumunar), bido-bido (Piper aduncum), binahong (Anredera cordifolia), meniran (Phylantus niruri), duku (Lansium domesticum), jahe (Zingiber officinale), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), ketapang (Terminalia katappa) dan kumis kucing (Orthosiphon aristatus). Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 8 yang menunjukkan beberapa spesies tumbuhan obat yang terdapat di pekarangan masyarakat.
No Habitus Jumlah Persentase (%)
1 Herba 25 33,78
2 Pohon 18 24,32
3 Semak 16 22,22
4 Perdu 13 17,56
5 Merambat 2 2,7
14
Tabel 4 Kaitan antara habitus dan tipe habitat tumbuhan obat
No Habitus Habitat
Pekarangan Hutan Tepi Jalan Kebun
1 Herba √ √ √ √
2 Pohon √ √ - √
3 Semak √ √ √ √
4 Perdu √ √ √ √
5 Merambat - √ - √
Gambar 8 Tumbuhan obat di pekarangan masyarakat
Selain di pekarangan, masyarakat di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin juga sering memanfaatkan tumbuhan obat yang masih tumbuh liar di hutan maupun di kebun. Namun pemanfaatan tumbuhan obat yang berasal dari hutan lebih banyak dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Foramadiahi dan Kelurahan Tubo. Hal ini karena Foramadiahi dan Tubo merupakan perkampungan yang berbatasan langsung dengan hutan dan masyarakat sering masuk kedalam hutan untuk berbagai keperluan.Kedua tumbuhan ini ditemukan mendominasi hutan di lokasi penelitian. Tumbuhan obat yang banyak ditemukan tumbuh liar dihutan adalah cengkeh (Syzygium aromaticum) dan pala (Myristica fragrans) (Gambar 9). Namun kedua tumbuhan ini juga dapat ditemukan di kebun dan pekarangan masyarakat sehingga kedua tumbuhan ini digolongkan sebagai tumbuhan semi budidaya.
Gambar 9 A. Cengkeh (Syzygium aromaticum) ; B. Pala (Myristica fragrans)
15 Status budidaya tumbuhan obat yang ditemukan di lokasi penelitian terdiri dari budidaya, semi budidaya dan liar. Tumbuhan obat dengan status budidaya yang ditemukan berjumlah 41 spesies dan merupakan tumbuhan yang ditemukan di pekarangan masyarakat seperti mayana bunga (Coleus scutellarioides), ngasi (Cordyline fruticosa), dan jambu biji (Psidium guajava). Sedangkan tumbuhan obat dengan status semi budidaya adalah tumbuhan obat yang ditemukan selain di pekarangan masyarakat juga ditemukan tumbuh liar di hutan atau kebun seperti pala (Myristica fragrans), cengkeh (Syzygium aromaticum) dan bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis). Jenis status budidaya tumbuhan obat lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Jumlah dan presentase budidaya tumbuhan obat
Tumbuhan obat dengan status liar adalah tumbuhan berkhasiat obat yang tumbuh sendiri di hutan, dikebun atau ditepi jalan tanpa ditanam oleh manusia. Spesies tumbuhan obat yang dimasukkan kedalam status tumbuhan liar dalam penelitian ini sebagian besar merupakan spesies tumbuhan yang tumbuh di hutan. Contoh spesies tumbuhan obat yang ditemukan tumbuh liar dihutan adalah mengkudu (Morinda citrifolia). Mengkudu ditemukan di hutan dekat dengan perkampungan warga namun masih berupa anakan sehingga belum mengeluarkan buah. Menurut Santoso (2008) buah mengkudu mengandung beberapa senyawa yang terbukti mampu mengobati berbagai penyakit. Di antaranya, soranyidiol, asam kapril, morinda diol, morindon, morindin, damnacanthal, dan metal asetil. Diantara khasiat dari mengkudu adalah sebagai obat pencahar dan peluruh seni.
Tumbuhan yang ditemukan tumbuh liar di hutan selain mengkudu adalah ngoro madahu. Ngoro madahu merupakan tumbuhan dengan dengan habitus merambat dan daunnya yang berbentuk hati berukuran tiga ruas jari telunjuk dan permukaan serta bagian bawah daun mengkilat. Ngoro madahu ditemukan di hutan foramadiahi dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk menyambungkan kembali urat yang terputus karena luka terpotong. Cara meramunya adalah dengan mencincang beberapa daun ngoro madahu hingga halus kemudian ditempelkan ke luka yang terpotong. Setelah itu dibiarkan selama satu hari hingga daunnya mengering. Hal ini dilakukan secara terus menerus hingga urat yang tadi terpotong tersambung kembali. Selain itu, Gamira (Macaranga involucrate) juga merupakan
Budidaya 57% semi
budidaya 21,5%
liar
16
tumbuhan yang ditemukan tumbuh liar di hutan dan digunakan oleh masyarakat sebagai tumbuhan obat. Gamira atau yang biasa disebut mahang sirap adalah tumbuhan dari famili Euphorbiaceae dan berhabitus perdu. Gamira juga ditemukan dihutan foramadiahi dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai ibu hamil selama masa kehamilan. Cara meramunya adalah batang tumbuhan diambil kulitnya kemudian dicuci hingga bersih, setelah itu kulit batang yang telah dibersihkan direbus dengan 3 gelas air hingga dirasa cukup ± 15 menit kemudian airnya diminum.
Gambar 11 Tumbuhan Obat Ngoro madahu Bagian tumbuhan obat yang digunakan
Hampir seluruh bagian dari tumbuhan yang berkhasiat obat dapat dimanfaatkan oleh manusia namun pada tumbuhan obat tertentu hanya beberapa bagian yang dapat dimanfaatkan. Bagian tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan adalah bagian daun dengan jumlah 46 spesies tumbuhan. Bagian tumbuhan lain yang digunakan oleh masyarakat adalah buah, kulit batang, batang, akar, rimpang, biji, kulit buah, dan semua bagian tumbuhan (Gambar 11). Menurut Fakhrozi (2009) penggunaan daun sebagai bagian untuk pengobatan selain tidak merusak spesies tumbuhan obat, bagian daun juga mudah dalam hal pengambilan dan
peracikan ramuan obat. Penggunaan daun sebagai bagian tumbuhan yang paling
banyak digunakan didasari karena khasiat tumbuhan obat yang ditemukan umumnya untuk mengobati sakit luar atau luka pada organ luar seperti lecet dan bisul. Namun selain untuk mengobati luka luar, daun dari tumbuhan obat juga dapat digunakan untuk mengobati penyakit-penyakit pada organ dalam dengan cara direbus dan diminum airnya untuk mengobati demam, perut kembung, gangguan kehamilan, dan kegunaan lainnya.
17
46
10
7 6
3 3 2 1 1
0 10 20 30 40 50
daun buah kulit
batang
batang akar rimpang semua
bagian
biji kulit buah
Ju
m
lah
Bagian tumbuhan
obat penenang, tumor dan borok (Mardiana et al 2013). Menurut penelitian The National Cancer Institut, sirsak juga berkhasiat sebagai antitumor dan antikanker. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa daun dan batang sirsak mampu menyerang dan menghancurkan sel-sel kanker.
Bagian tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan setelah daun adalah buah. Contoh tumbuhan obat yang buahnya dimanfaatkan adalah tomat (Solanum lycopersicum). Tomat digunakan oleh masyarakat untuk mengobati diare dan memiliki kandungan vitamin C serta antioksidan yang berlimpah serta kaya akan nutrisi. Khasiat dari tomat antara lain menyembuhkan luka, mencegah penuaan dini, mengatasi kanker prostat, mengatasi gangguan pencernaan, mengatasi diare, memperbaiki fungsi lever, mengatasi serangan empedu, meningkatkan imunitas, dan kaya antioksidan (Murtie 2013).
Gambar 12 Bagian tumbuhan obat yang digunakan Cara pengolahan tumbuhan obat
Pengolahan tumbuhan obat dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya direbus, dihaluskan, dihancurkan, diperas, dikunyah langsung dan lain-lain. Rosita et al. (2007) diacu dalam Rahayu (2011) mengatakan bahwa cara pengolahan tumbuhan obat dari bahan segar merupakan proses terpenting dalam pengobatan secara herbal. Namun ada juga beberapa tumbuhan obat yang dapat langsung digunakan tanpa proses pengolahan. Bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan sebagai obat adalah daun, oleh karena itu cara pengolahan tumbuhan obat dengan cara direbus merupakan hal yang paling umum dilakukan. Hasil dari rebusan daun dapat diminum airnya dan biasanya untuk mengobati penyakit dalam atau demam, contohnya seperti daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) yang digunakan untuk mengobati panas dalam dan susahmelahirkan serta daun kumis kucing (Orthosiphon aristatus) yang digunakan untuk mengobati demam.
18
Direbus 47%
Dihaluskan 20% Dihancurkan
6% Diperas
5% Dikunyah
3% Dicelup
3% Dicincang
3%
Diparut 2%
Diblender 3%
Dibakar 2%
Diseduh 2%
Dimakan langsung
2%
Dikeringkan 2%
lembar daun binahong kemudian haluskan dan dicampur dengan air lalu dioleskan pada luka.
Tidak semua tumbuhan yang berkhasiat obat digunakan oleh masyarakat dengan cara diolah terlebih dahulu. Beberapa tumbuhan obat tertentu juga dapat digunakan langsung tanpa pengolahan. Contohnya seperti pada ketapang (Terminalia katappa) yang berkhasiat untuk menambah nafsu makan pada anak. Cara penggunaannya adalah kulit batang pohon ketapang diambil secukupnya kemudian dicuci dengan air dan langsung dikunyah tanpa harus ditelan.
Dalam penggunaan tumbuhan obat masyarakat di kelurahan Foramadiahi kadang menggabungkan dua tumbuhan obat untuk mengobati satu penyakit dan biasa disebut “rorano”.Contoh nya seperti tumbuhan pala (Myristica fragrans) dan cengkeh (Syzygium aromaticum) yang memiliki khasiat yang sama bagi masyarakat yakni mengobati perut kembung. Cara pengolahannya adalah biji dari pala dihancurkan hingga halus kemudian dicampurkan dengan buah cengkeh yang masih utuh. Rorano ini kemudian ditempelkan ke perut orang yang menderita perut kembung.
Pengolahan tumbuhan pala dan cengkeh selain sebagai obat dapat juga dijadikan sebagai rempah-rempah dan makanan. Biji pala dan buah cengkeh bila dikeringkan dapat dijual ke pasar untuk dijadikan rempah-rempah dan pengawet makanan. Sedangkan untuk olahan sebagai makanan dihasilkan dari daging buah pala yang dijadikan manisan. Cara pengolahan tumbuhan obat dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13 Cara pengolahan spesies tumbuhan obat Status perlindungan tumbuhan obat
19 Sebuah takson dimasukkan kedalam kategori status Data deficient atau “ínformasi kurang” ketika informasi yang ada kurang memadai untuk membuat perkiraan akan resiko kepunahannya berdasarkan distribusi dan status populasi. Dalam IUCN Redlist tercatat 5.813 hewan dan 735 tumbuhan yang berstatus Data deficient. Sedangkan Least concern adalah kategori IUCN yang diberikan untuk spesies yang telah dievaluasi namun tidak masuk kedalam kategori manapun. Dalam IUCN Redlist tercatat 17.535 hewan dan 1.488 tumbuhan yang berstatus Least concern atau “beresiko rendah”. Untuk lebih jelasnya mengenai status perlindungan tumbuhan obat yang ditemukan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Status perlindungan tumbuhan obat No Spesies
tumbuhan
Nama ilmiah
Famili Status perlindungan Ket
IUCN CITES PP 1 Jarak
pagar
Jatropha curcas
Euphorbiaceae Data Deficient
- - Kurang data 2 Pala Myristica
fragrans
Myrtaceae Data deficient
- - Kurang data 3 Torota Diplazium
esculentum
Athyriaceae Least concern
- - Sedikit perhatian (Sumber: http://www.iucnredlist.org)
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tumbuhan obat yang teridentifikasi dimanfaatkan oleh masyarakat di lokasi penelitian sebanyak 73 spesies dari 40 famili tumbuhan obat. Tumbuhan obat tersebut dimanfaatkan untuk berbagai penyakit dan luka.
Saran
1. Perlu dilakukan penyusunan daftar spesies tumbuhan obat yang terdapat di Kota Ternate secara lengkap dalam bentuk buku sebagai panduan bagi masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan obat dan disosialisasikan kepada masyarakat beserta kegunaan dan cara meramunya.
2. Perlu adanya pelatihan kegiatan budidaya tumbuhan obat terutama spesies tumbuhan obat yang langka secara baik dan benar karena budidaya tumbuhan obat yang dilakukan oleh masyarakat hanya sebatas menanam dipekarangan.
DAFTAR PUSTAKA
20
Fakhrozi. 2009. Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Tradisional di Sekitar Taman Nasional Bukit Tigapuluh: Studi Kasus di Desa Langsat, Kec. Batang Gangsal, Kab. Indragiri Hulu, Provinsi Riau. [Skripsi]. Bogor: Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB.
Hariana. 2008. Tumbuhan Obat & Khasiatnya Seri 2. Jakarta: Penebar Swadaya. [IUCN] International Union for Conservation of Nature. The IUCN Redlist of
Threatened Species. http://www.iucnredlist.org/ [Diakses 26 Februari 2015] Kartasapoetra. 2004. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat.Jakarta: Rineke Cipta. Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat
Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Gunung Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. [Tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
Mardiana L. Ratnasari J. 2013. Ramuan & Khasiat Sirsak. Jakarta: Penebar Swadaya.
Metananda AA. 2012. Etnobotani Pangan dan Obat Masyarakat Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani (Studi Kasus Pada Suku Sasak di Desa Jeruk Manis, Kecamatan Sikur, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat). [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Murtie A. 2013. Khasiat Sakti Tanaman Obat Untuk Stroke. Jakarta: Dunia Sehat
Purnomo, Purnamawati H. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta
(ID): Swadaya.
Rahayu SM. 2011. Pemanfaatan Tumbuhan Obat oleh Masyarakat Kabupaten Subang, Jawa Barat: Studi Kasus di Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Dawuan dan Kecamatan Tambakdahan. [Skripsi]. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Saepuddin R. 2005. Etnobotani pada Masyarakat Adat Kasepuhan Banten Kidul, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. [Skripsi]. Departamen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan.
Santoso. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat Sehat Alami dari Halaman Anda. Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Sugeng HR. 2001. Tanaman Apotik Hidup. Semarang: Aneka Ilmu.
Sunarti S. 2011. Keanekaragaman Tumbuhan Berkhasiat Obat di Pulau Moti, Ternate, Maluku Utara. Jurnal Ekologi Ternate. Pusat Penelitian Biologi – LIPI. Hal: 251-266, 2011. Jakarta: LIPI Press.
Soeryoko. 2011. 25 Tanaman Obat Ampuh Penakluk Diabetes Melitus. Yogyakarta: ANDI.
Yuzammi. Witono JR. Hidayat S. Handayani T. Sugiarti. Mursidawati S. Triono T. Astuti IP. Sudarmono. Wawangningrum H. 2010. Ensiklopedia Flora Jilid 2. Jakarta: PT. Kharisma Ilmu.
Yuzammi. Witono JR. Hidayat S. Handayani T. Sugiarti. Mursidawati S. Triono T. Astuti IP. Sudarmono. Wawagningrum H.2010. Ensiklopedia Flora Jilid 4. Jakarta: PT. Kharisma Ilmu.
22
Lampiran 1 Daftar jenis tumbuhan obat di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin
No Nama spesies
Nama ilmiah Famili Status budidaya
2 Bangle Zingiber cassumunar Zingiberaceae Budidaya Semak 3 Bawang
putih
Allium sativum Alliaceae Budidaya Herba
4 Bido-bido Piper aduncum Piperaceae Semi Budidaya
Herba
5 Binahong Anredera cordifolia Basellaceae Budidaya Semak 6 Blakang
babiji
Phylanthus niruri Euphorbiaceae Liar Herba
7 Bratawali Tinospora crispa Menispermacea e
Budidaya Herba
8 Buah yakis Anacardium occidentale
Anacardiaceae Semi budidaya
Pohon
9 Bunga biru Stachytarpheta mutabilis
Verbenaceae Liar Herba
10 Bunga laka Impatiens balsamina Balsaminaceae Semi budidaya
Herba
11 Bunga kista
Mentha arvensis Lamiaceae Budidaya Herba
12 Cengkeh Syzygium
Gynura procumbens Asteraceae Budidaya Perdu
14 Daun mangkok
Polyscias scutellaria Araliaceae Budidaya Perdu
15 Daun pel Ocimum basilicum Lamiaceae Semi
Cymbopogon nardus Poaceae Budidaya Semak
21 Jambu biji Phisidium guajava Myrtaceae Semi budidaya
Pohon
22 Jahe Zingiber officinale Zingiberaceae Budidaya Herba 23 Jarak pagar Jatropha curcas Euphorbiaceae Liar Semak
23 Lampiran 1 Daftar jenis tumbuhan obat di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan
Kelurahan Salahuddin (lanjutan)
No Nama spesies
Nama ilmiah Famili Status budidaya
Habitus
30 Kabi-kabi Bryophyllum pinnatum
Crassulaceae Budidaya Semak
31 Kabi merah
Graptophyllum pictum
Acanthaceae Budidaya Semak
32 Kabi putih Graptophyllum pictum
Acanthaceae Budidaya Semak
33 Konfifi Blumea balsamifera Asteraceae Budidaya Herba 34 Kangkung Ipomoea aquatic Convolvulaceae Budidaya Herba 35 Kusu-kusu Imperata cylindrical Poaceae Liar Semak 38 Leka-leka Zingiber purpureum Zingiberaceae Budidaya Semak
39 Lengkuas Alpinia galanga Zingiberaceae Semi budidaya
Perdu
40 Loloro Ipomoea pes-caprae Convolvulaceae Budidaya Herba 41 Langsa Lansium domesticum Meliaceae Liar Pohon 42 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae Budidaya Pohon 43 Mangga
54 Pala Myristica fragrans Myristicaceae Semi budidaya
Pohon
55 Papaceda Scaevola taccada Goodeniaceae Semi budidaya
24
Lampiran 1 Daftar jenis tumbuhan obat di Kelurahan Foramadiahi, Kelurahan Tubo dan Kelurahan Salahuddin (lanjutan)
No Nama spesies
Nama ilmiah Famili Status budidaya
Habitus
58 Pecah beling
Strobilanthes crispus Acanthaceae Budidaya Semak
59 Pohon merah
Euphorbia pulcherrima
Euphorbiaceae Budidaya Perdu
60 Rai-rai Cyanthula prostrata Amaranthaceae Budidaya Herba 61 Rumput
cacing
Peperomia pellucida Piperaceae Liar Herba
62 Sirih Piper betle Piperaceae Budidaya Perdu 63 Sirih hutan Piper
caducibracteum
Piperaceae Liar Semak
64 Sirsak Anona muricata Anonaceae Budidaya Perdu 65 Tebu merah Saccharum spp. Poaceae Budidaya Perdu 66 Tagalolo Ficus septica Moraceae Semi
budidaya
Perdu
67 Tomat Solanum lycopersicum
Solanaceae Budidaya Semak
68 Torota Diplazium esculentum
Athyriaceae Liar Herba
69 Turuta Hemerocallis fulva Liliaceae Liar Herba 70 Tapak dara Catharanthus roseus Apocynaceae Liar Semak 71 Terong Solanum melongena Solanaceae Budidaya Semak 72 Tagameme Cardiospermum
halicacabum
Sapindaceae Budidaya Herba
25 Lampiran 2 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan
Foramadiahi
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan merah di kulit
Daun Daunnya yang luka atau bengkak 3 Nangka Mengobati
ketombe
Daun Beberapa helai daun ditumbuk dengan biji pala yang telah
7 Tagalolo Mengobati masuk angin yang telah halus ke perut yang luka atau bengkak lutut anak bayi
26
Lampiran 2 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan Foramadiahi (lanjutan)
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Daun Sebagian daunnyaditumb uk hingga halus dan sebagian
27 Lampiran 2 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan
Foramadiahi (lanjutan)
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Rimpang Rebus rimpang kemudian dinginkan, setelah dingin kemudian disaring hingga tidak ada ampas
Air hasil
Air dari perasan mengkudu diminum dengan ditambahkan gula
21 Bunga biru Mengobati luka bengkak
Batang 3 batang Kusu-kusu
dibersihkan kemudian direbus dengan 1 liter air selama 10 menit
Diminum
24 Gamira Memperlancar kehamilan satu liter air selama 15 menit
Airnya kering dan zat berbahaya pada buahnya hilang
28
Lampiran 2 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan Foramadiahi (lanjutan)
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan tiga gelas air kemudian kali sehari pagi dan sore
29 Lampiran 2 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan
Foramadiahi (lanjutan)
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Cara pengolahan
Cara menggunakan 31 Turuta Mengobati luka
yang masih baru
Daun Daun turuta dikunyah hingga hancur
Daun yang telah hancur kemudian ditempelkan ke luka
32 Tomat Mengobati diare
Buah Buah tomat diblender seperti membuat jus
30
Lampiran 3 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan Salahuddin
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Cara pengolahan Cara menggunakan 1 Lengkuas Mengobati panu Batang Batang lengkuas
di potong air yang berisi garam dengan 3 gelas air dan biarkan sampai menjadi 1 gelas. Dapat dicampurkan dengan
tumbuhan lain
Diminum setiap hari
3 Sirih hutan Memperkuat gigi
Akar Akarnya ditumbuk hingga hancur lalu dimasukkan kedalam 1 gelas air
Air yang berisi akar sirih hutan yang telah dengan 3 gelas air sampai penyakit ginjal
31 Lampiran 3 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan
Salahuddin (lanjutan)
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Cara pengolahan Cara menggunakan menjadi halus
Dioleskan ke luka lecet
10 Brotowali Mengobati sakit malaria dan diminum 3x sehari.
ginjal dan sakit mata dalam kain kasa putih kemudian tambahkan sedikit air untuk mengobati mata
32
Lampiran 3 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan Salahuddin (lanjutan)
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Cara pengolahan Cara menggunakan di rebus dengan 2 gelas air sampai airnya menjadi setengah gelas
Diminum 3 kali sehari setiap
16 Bunga kista Mengobati penyakit kista
Daun 3 lembar daun bunga kista direbus selama beberapa menit
Diminum 2 kali sehari
17 Tebu merah Mengobati diabetes
Batang potongan batang tebu dikupas gelas air. Dapat ditambahkan gula
Setelah direbus kemudian dinginkan sebentar lalu diminum hari pada pagi dan sore hari air panas hingga menjadi satu gelas
33 Lampiran 3 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan
Salahuddin (lanjutan)
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Cara pengolahan Cara menggunakan hari 3x sehari pada pagi, siang dan malam hari
22 Jambu biji Mengobati batuk
Daun Beberapa helai daun muda menjadi 1 gelas
Diminum setiap di telapak kaki akibat bara api selama ± 5 menit nipis yang telah dibakar
25 Kabi-kabi Menurunkan demam
Daun 3 – 5 helai daun kabi-kabi direbus dengan setengah liter air
Diminum setiap hari pada pagi dan malam menjadi 1 gelas
34
Lampiran 3 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan Salahuddin (lanjutan)
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Cara pengolahan Cara menggunakan hari pada pagi dan sore satu gelas air
Diminum setiap
Batang Buahnya diperas dengan air
35 Lampiran 4 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan
Tubo
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Cara pengolahan Cara menggunakan 1 Sirih Mengobati kulit
gatal-gatal
Daun 10-15 lembar daun direbus dengan air secukupnya selama daun kabi merah dengan 3 gelas air kemudian biarkan hingga takarannya menjadi 1 gelas
Dinginkan helai daun degi dengan 3 gelas air kemudian biarkan hingga takarannya menjadi 1 gelas
Dinginkan selama beberapa saat kemudian diminum
4 Leka-leka Melancarkan proses melahirkan
Daun 1 helai daun leka-leka dihancurkan dengan cara dipotong-potong kemudian di seduh dengan air panas
Diminum setengah liter air mendidih selama 30 menit
Diminum dua kali sehari pagi dan sore
6 Gramakusu Mengobatisakit kepala
Batang Batang gramakusu ditumbuk hingga
Daun Ambil beberapa helai daun kembang sepatu kemudian direndam kedalam
2 helai daun pepaya direbus dengan 3 gelas air hingga takarannya menjadi 1 gelas dan dapat ditambakan madu atau gula agar tidak terlalu pahit
36
Lampiran 4 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan Tubo (lanjutan)
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Cara pengolahan Cara menggunakan 9 Mangga
dodol
Sakit badan Kulit buah 1 buah mangga dikupas kulitnya kemudian ditumbuk dan direbus dengan kulit batang pohon duku kulit batang pohon duku kemudian
11 Ketapang Meningkatkan nafsu makan anak
Kulit batang
Ambil 1 irisan kulit batang pohon ketapang kemudian dicuci hingga bersih
Dikunyah dicuci hingga bersih kemudian diambil isinya lalu dijemur hingga benar-benar kering dan diseduh dengan air panas
Diminum setiap hari
13 Lengkuas Mengobati panu
Batang 1 batang lengkuas di potong kedua ujungnya kemudian ujung batang yang telah dipotong dicelup ke air garam
Dioleskan ke
Rimpang Rimpang jahe direbus dengan 3 gelas air mendidih hingga takarannya yang masih muda kemudian langsung 16 Binahong Mengobati luka
37 Lampiran 4 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan
Tubo (lanjutan)
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Cara pengolahan Cara menggunakan 19 Bunga laka Memperlancar
haid
Daun Ambil beberapa daun laka kemudian ditumbuk hingga halus, tambahkan satu gelas air kemudian diperas
Diminum setiap hari
20 Terong Menghilangkan ketombe
Daun Ambil beberapa helai daun terong dengan 3 gelas air hingga menjadi 1 gelas
Umbi 3 siung bawang putih ditumbuk hingga hancur kemudian direbus dengan setengah liter air
Diminum
Satu genggam kulit batang pohon langsa dibakar hingga satu gelas air, diaduk dan disaring hingga ampasnya tidak tersisa
Diminum ketika diperlukan
26 Mayana Menurunkan demam tinggi
Daun Rebus 30 helai daun mayana dengan setengah liter air mendidih selama 15 menit kemudian diamkan sebentar ± 5 menit
38
Lampiran 4 Ramuan tumbuhan obat berdasarkan khasiat yang ditemukan di Kelurahan Tubo (lanjutan)
No Nama spesies
Khasiat Bagian digunakan
Cara pengolahan Cara menggunakan 27 Mengkudu Mengobati
sakit perut
Daun 10 – 15 helai daun mengkudu direbus dengan 2 gelas air hingga takarannya dengan 3 gelas air hingga takarannya menjadi satu gelas
Diminum setiap hari pagi dan sore
29 Daun pel Mengobati rematik
Daun Rebus beberapa helai daun pel secukupnya dengan 3 gelas air hingga takarannya menjadi satu gelas
Diminum tapak dara ditumbuk hingga halus tapak dara ditumbuk hingga halus
Oleskan pada bagian yang terasa gatal 32 Bangle Memperlancar
proses melahirkan
Daun 10 – 15 helai daun bangle di blender hingga halus kemudian
ditambahkan 2 gelas air
39
Cengkeh (Zyzigium aromaticum) Lampiran 5 Beberapa foto tumbuhan obat dari lokasi penelitian
Bangle (Zingber cassumunar) Binahong (Anredera cordifolia)
Bunga laka (Impatiens balsamina)
40
RIWAYAT HIDUP