PERFORMA AYAM RAS PETELUR PADA KANDANG
CAGE DAN LITTER
EDY SUSANTO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Ayam Ras Petelur pada Kandang Cage dan Litter adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, 15 Januari 2014
Edy Susanto
ii
ABSTRAK
EDY SUSANTO. Performa Ayam Ras Petelur pada Kandang Cage dan Litter. Dibimbing oleh IMAN RAHAYU HS dan LUCIA CYRILLA ENSD.
Sarana pokok yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan pemeliharaan ayam ras petelur secara intensif dan efisien salah satunya adalah aspek perkandangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perlakuan kandang cage dan litter terhadap performa dan analisa unit cost pada ayam ras petelur. Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan, berat telur, konversi pakan,
hen day, kualitas eksterior telur, dan unit cost. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan kandang dan enam ulangan yang masing-masing ulangan perlakuan terdiri dari 16 (cage) dan 25 ekor (litter) ayam ras petelur. Data yang diperoleh dianalisis dengan program Statistical Package for the Sosial Science (SPSS) menggunakan uji
Independent Sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kandang menunjukkan perbedaan nyata terhadap konsumsi pakan, konversi pakan dan kebersihan telur pada taraf kotor dibawah 25%. Pada berat telur dan hen day
perbedaan nyata ditunjukkan pada dua dan tiga minggu pertama pengamatan.
Unit cost yang paling rendah adalah pemeliharaan ayam ras petelur pada kandang
cage.
Kata kunci:ayam ras petelur, cage, hen day, litter, unit cost
ABSTRACT
EDY SUSANTO. Laying Hens Performances in Cage and Litter System. Supervised by IMAN RAHAYU HS dan LUCIA CYRILLA ENSD.
One of the main tools that have to be considered for an intensive and efficient laying hens maintenance was cage aspect. The purpose of this research was to see the effect of cage treatment and the unit cost analysis of laying hens. The observed parameters were feed consumption, egg weight, feed ratio convertion, hen day production, egg exterior quality, and unit cost. The research was done by complete randomized design with two cage treatment and 6 replication that containing 16 (cage) and 25 (litter) laying hens each. The data was analized with Statistical Package for the Sosial Science (SPSS) programs by independent sample T-test. The result showed that the cage treatment has significantly differencies foward feed consumption, feed ratio convertion and eeg cleanliness with dirty level below 25%. The significantly differencies in egg weight and hen day have been showed in the first 2 and 3 observation weeks. The best unit cost was the laying hens mainternance in cage system.
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
PERFORMA AYAM RAS PETELUR PADA KANDANG
CAGE DAN LITTER
EDY SUSANTO
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
v Judul Skripsi : Performa Ayam Ras Petelur pada Kandang Cage dan Litter.
Nama : Edy Susanto NIM : D14090039
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Iman Rahayu HS, MS Pembimbing I
Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala Karunia, Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Performa Ayam Ras Petelur pada Kandang Cage dan Litter. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof Dr Ir Iman Rahayu HS, MS dan Ibu Ir Lucia Cyrilla ENSD, MSi selaku pembimbing yang telah memberi fasilitas, saran dan motivasi dalam proses penyelesaian tugas akhir ini. Terimakasih saya haturkan kepada dewan penguji sidang Ibu Ir Niken Ulupi, MS, Ibu Dr Ir Widya Hermana, MSi, dan Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi yang telah memberi banyak masukan untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.
Terima kasih pula kepada Ibu Maria Ulfah, SPt MScAgr selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi semangat dan masukan pada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ayah, Ibu, Adik dan Marthasari Nuringati Agustya selaku kekasih hati yang selalu memberi doa, semangat, dan nasihat kepada penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Rajeng Muthia Ovitasari, Sarah Sellawatie, dan pegawai kandang yang telah membantu penulis menyiapkan keperluan selama penelitian, kepada sahabat tercinta (Ivan Noveanto, Irmawan Purpranoto, Agus Jaenudin, Lusia, Rina Sari dan Rizka Normalita Sari) yang selalu memberi semangat, dukungan dan bantuannya ketika diperlukan. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat kost di Wisma Alfath (Sigit, Nanang, Irfan, Oshi dan Umam) yang selalu memberi semangat, juga kepada seluruh teman-teman dan sahabat IPTP 46 atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, 15 Januari 2014
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Bahan 2
Ternak 2
Pakan dan Air minum 2
Alat 3
Prosedur 3
Persiapan 3
Pemeliharaan 3
Rancangan dan Analisis data 4
Peubah yang diamati 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Keadaan Umum 5
Performa Produksi 6
Produksi Telur (Henday Production) 6
Berat Telur 7
Konsumsi Pakan 7
Konversi Pakan (FCR) 8
Kualitas Eksterior Telur 8
Mortalitas 10
Biaya Satuan (Unit Cost) 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 13
ii
DAFTAR TABEL
1 Komposisi nutrisi pakan komplit ayam petelur dewasa 2
2 Rataan suhu dan kelembaban lingkungan penelitian 5
3 Data bobot badan awal ayam ras petelur 5
4 Pengaruh perlakuan terhadap performa ayam ras petelur 6 5 Pengaruh perlakuan terhadap kualitas eksterior ayam ras petelur 9 6 Biaya produksi ayam ras petelur pada kandang cage dan litter 10
DAFTAR GAMBAR
1 Kandang cage 32 Kandang litter 3
DAFTAR LAMPIRAN
12 1 Hasil T-test performa ayam ras petelur pada minggu pertama 142 Hasil T-test performa ayam ras petelur pada minggu kedua 14
3 Biaya pemeliharaan pada kandang cage 14
4 Biaya pemeliharaan pada kandang litter 15
5 Biaya penyusutan peralatan pada kandang cage 15
6 Biaya penyusutan peralatan pada kandang litter 15
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam termasuk salah satu jenis unggas yang memiliki nilai komersial tinggi. Ayam yang dibudidayakan di Indonesia dibedakan sebagai ayam lokal dan ayam ras. Ayam ras adalah jenis ayam dari luar negeri yang bersifat unggul sesuai dengan tujuan pemeliharaan, karena telah mengalami perbaikan mutu genetis. Jenis ayam ini ada dua tipe yaitu tipe pedaging dan tipe petelur. Ayam ras tipe petelur merupakan ayam ras final stock yang dihasilkan dari ayam ras bibit parent stock untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak. Telur yang dihasilkan dari ayam ini dikenal oleh masyarakat sebagai telur ayam komersial atau telur konsumsi. Telur banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena harganya relatif terjangkau dibandingkan dengan sumber protein lainnya, selain itu telur merupakan bahan makanan yang memiliki nilai gizi tinggi karena telur ayam mengandung kalori, protein, asam amino esensial, vitamin dan mineral.
Permintaan terhadap telur ayam ras terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Peningkatan permintaan tersebut tentunya harus diiringi dengan kuantitas dan kualitas telur yang optimal. Perkembangan populasi ayam ras petelur di Indonesia pada tahun 2012 menurut Direktorat Jenderal Peternakan sebesar 130.539.437 ekor, sedangkan jumlah produksi telur yang dihasilkan adalah sebesar 1.059.266 ton.
Sarana pokok yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan pemeliharaan ayam ras petelur secara intensif dan efisien salah satunya adalah aspek perkandangan. Pemilihan jenis kandang harus ditentukan agar menyenangkan dan memberikan kebutuhan hidup yang sesuai bagi ayam yang berada di dalamnya. Kandang yang nyaman dan memenuhi syarat-syarat perkandangan akan memberikan dampak positif karena ternak menjadi tenang dan tidak stres. Selanjutnya ternak akan memberikan imbalan produksi yang lebih baik bagi peternak. Sistem perkandangan yang biasa digunakan untuk pemeliharaan ayam berupa cage dan litter. Sistem kandang cage merupakan sistem lantai kandang yang berbentuk celah dari bilah bambu atau kawat dengan ketinggian tertentu sehingga kotoran dapat jatuh ke bawah. Sistem kandang litter disebut juga lantai rapat, yaitu lantai yang permukaannya tidak diberi celah dan diberi hamparan sekam atau bahan lainnya sebagai alas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pemeliharaan ayam ras petelur pada dua sistem kandang yang berbeda yaitu kandang cage dan litter. Pada sistem kandang yang berbeda, diharapkan terdapat perbedaan nilai produktivitas telur dan dapat diketahui managemen pemeliharaan mana yang paling efisien secara teknis maupun ekonomis bagi ayam ras petelur.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati pengaruh perlakuan kandang cage
2
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup pemeliharaan ayam ras petelur dengan kondisi pemeliharaan kandang yang berbeda. Ayam diberi dua perlakuan kandang (cage dan litter) sebanyak enam ulangan yang masing-masing ulangan perlakuan terdiri dari 16 dan 25 ekor. Ayam memiliki umur, varietas, jenis pakan dan air minum yang sama. Penelitian ini ditekankan pada kajian performa yang diperkirakan pada jenis kandang yang berbeda dapat mempengarui produktivitas ayam ras petelur.
METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Unggas Blok B, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan dilaksanakan selama 8 minggu mulai dari bulan April-Juni 2013.
Bahan Ternak
Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam ras petelur umur 32 minggu strain Lohman dengan rataan bobot badan 1.60 ± 0.08 kg sebanyak 246 ekor. Sebanyak 96 ekor ditempatkan pada kandang cage dan 150 ekor ditempatkan pada kandang litter.
Pakan dan Air minum
Pakan yang digunakan adalah pakan komplit ayam petelur produktif berbentuk mash dengan merek dagang 105 yang di produksi oleh PT Gold Coin. Komposisi bahan pakan yang terkandung didalamnya terdiri dari jagung kuning, bungkil kacang kedelai, bungkil kacang tanah, tepung ikan, tepung daging, dedak padi, pollard, vitamin, trace mineral dan antioxidant. Komposisi nutrisi pakan dapat dilihat pada Tabel 1. Pemberian air minum pada ayam adalah dengan air bersih yang berasal dari sumur yang terdapat di sekitar kandang unggas Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dengan cara dimasukkan ke dalam tempat minum yang diletakkan di dalam kandang secara ad libitum.
Tabel 1 Komposisi nutrisi pakan komplit ayam petelur dewasa*
3 Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang cage dan
litter. Kandang cage yang digunakan terdiri dari tiga lantai dan dua bagian sisi kandang yang terbuat dari besi serta dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Kandang litter yang digunakan terdiri dari 6 unit bangunan kandang dilengkapi dengan sekam padi, sangkar bertelur, tempat pakan dan minum manual. Peralatan lain yang digunakan adalah timbangan duduk dengan kapasitas 5 kg, timbangan digital, termometer basah dan kering, sekop, ember, tray, alat tulis dan lampu penerangan. Gambar 1 dan 2 menunjukkan jenis kandang yang digunakan dalam pemeliharaan ayam ras petelur.
Gambar 1 Kandang cage Gambar 2 Kandang litter
Prosedur
Persiapan
Persiapan pemeliharaan yang dilakukan yaitu persiapan kandang, sanitasi kandang, persiapan peralatan dan ternak. Kandang yang digunakan sebelumya telah berisi ternak yang sama akan digunakan dalam penelitian. Pada kandang
cage dilakukan pembersihan dan perbaikan kandang dengan menambah papan penampung kotoran yang terbuat dari plat besi dan tidak diberikan sekam. Sedangkan pada kandang litter, kandang dibersihkan dan sekam yang kotor diganti dengan sekam yang baru.
Tempat pakan dan air minum dibersihkan dari kotoran yang menempel. Setelah itu sangkar bertelur dimasukkan ke dalam kandang. Ayam ditempatkan pada dua jenis kandang. Sebanyak 96 ekor ditempatkan pada kandang cage yang setiap lantai dan sisinya dijadikan sebagai ulangan dan berisi masing-masing 16 ekor ayam yang dibagi dalam empat cage dengan ukuran kandang panjang 2.46 m, lebar 0.52 m dan tinggi 0.57 m. Pada kandang litter sebanyak 150 ekor
4
Penimbangan sisa pakan dilakukan seminggu sekali pada pagi hari sebelum pemberian pakan. Pengambilan data dilakukan selama enam minggu setiap pagi dan sore hari dengan usia ayam pada saat pengambilan data pertama adalah 32 minggu. Data penunjang yang diambil yaitu suhu dan kelembaban kandang serta bobot ayam pada awal pemeliharaan.
Rancangan dan Analisis data
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua perlakuan kandang (cage dan litter) sebanyak enam ulangan yang masing-masing ulangan perlakuan terdiri dari 16 dan 25 ekor ayam ras petelur. Data produksi dianalisis menggunakan program Statistical Package for the Sosial Science 16 (SPSS 16) tahun 2007. Data biaya untuk menentukan unit cost dianalisis dengan membagi biaya total (TC) terhadap jumlah produk (Q) atau TC/Q.
Data produksi yang dikumpulkan yaitu konsumsi pakan, berat telur rata-rata, konversi pakan, hen day, dan kualitas eksterior telur. Uji perbedaan setiap variabel antara kandang cage dan litter menggunakan uji Independent Sample T-test dengan model uji T yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1995) adalah
Do : Selisih 2 rataan yang berbeda
Peubah yang diamati
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah: 1. Hen day production (%)
Hen day production dihitung setiap hari selama penelitian dengan membandingkan antara jumlah telur yang diproduksi dengan jumlah ayam yang ada selama penelitian dikalikan 100%.
2. Berat telur (g/butir)
Berat telur dihitung berdasarkan hasil penimbangan telur setiap hari selama pemeliharaan.
3. Konsumsi pakan (g/ekor/hari)
Konsumsi pakan diukur setiap minggu berdasarkan jumlah pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan kemudian dihitung konsumsi pakan per hari. 4. Konversi pakan (FCR)
Konversi pakan dihitung dari pembagian jumlah pakan yang dikonsumsi dengan bobot telur yang diperoleh selama satu minggu pengamatan.
5. Kualitas eksterior telur.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum
Selama penelitian data suhu lingkungan dan kelembaban diukur baik pada kandang cage maupun litter. Suhu lingkungan dan kelembaban merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Suhu merupakan ukuran untuk mengetahui intensitas panas sedangkan kelembaban adalah jumlah uap air di udara (Yousef 1985). Data suhu dan kelembaban udara pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Rataan suhu dan kelembaban lingkungan penelitian Kandang Waktu Suhu (oC) Kelembaban (%) rendah dibandingkan dengan suhu lingkungan pada siang hari. Sedangkan kelembaban pada pagi dan sore hari lebih tinggi dibandingkan pada siang hari. Menurut Yuwanta (2010) suhu lingkungan yang ideal bagi ayam ras petelur berkisar antara 20 sampai 28 oC. dengan kelembaban 60%-70%. Gurnadi (1986) menambahkan bahwa ayam petelur berkerabang coklat masih menampilkan performa yang baik walaupun pada temperatur yang berfluktuasi antara 22.7 sampai 30.9 oC. Ternak akan berusaha menyesuaikan suhu tubuhnya terhadap lingkungan dengan cara melakukan evaporasi ketika suhu lingkungan panas. Tabel 2 menunjukkan bahwa pada pagi dan sore hari kelembaban pada kandang
litter lebih tinggi dibandingkan pada kandang cage. Tingginya kelembaban pada kandang litter dapat disebabkan konstruksi kandang yang kurang tepat dan basahnya alas kandang sehingga sirkulasi udara dalam kandang tidak lancar. Kondisi tersebut dapat berpengaruh terhadap respon fisiologis dan tingkah laku ayam sehingga akan berdampak terhadap produktivitas telur yang dihasilkan. Data bobot badan awal ayam tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3 Data bobot badan awal ayam ras petelur
Kandang Ulangan Rataan Keseragaman
(%)
1 2 3 4 5 6
Cage 1.61 1.67 1.68 1.65 1.71 1.67 1.66 ± 0.1 89
Litter 1.59 1.53 1.48 1.60 1.46 1.57 1.54 ± 0.1 83
6
Performa Produksi
Pengaruh pemeliharaan menggunakan kandang cage dan liter terhadap performa ayam ras petelur pada periode produksi umur 32-38 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Pengaruh perlakuan terhadap performa ayam ras petelur
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P < 0.05)
Produksi Telur (Henday Production)
Henday Production merupakan salah satu peubah yang diamati dalam penelitian ini dan memberikan informasi penting untuk mengetahui tingkat produksi telur ayam. Berdasarkan standar Lohmann Tierzucht (2010) ayam petelur strain Lohmann brown umur 32-38 minggu memiliki produksi telur rata-rata sebesar 94.35%. Tabel performa ayam ras petelur menunjukkan peningkatan produksi telur setiap minggu pemeliharaan. Peningkatan tertinggi terlihat pada kandang cage di minggu pertama hingga minggu ketiga. Kemudian pada minggu ke-4 hingga minggu ke-6 peningkatan masih terjadi namun tidak berbeda pada setiap perlakuan.
7 maka produksi telur antara ayam yang dipelihara pada sistem litter dan cage tidak berbeda.
Berat Telur
Berat telur secara umum dipengaruhi oleh ternak (umur ayam, dewasa kelamin, saat peneluran, genetik), pakan (kandungan protein, mineral, dan efisiensi terhadap pakan) dan lingkungan (cara pemeliharaan, cahaya dan temperatur lingkungan) (Yuwanta 2010). Berdasarkan standar Lohmann Tierzucht (2010) ayam petelur strain Lohmann brown yang berumur 32-38 minggu memiliki berat telur rata-rata adalah 58.9 gram. Berat telur pada kandang cage dan litter
meningkat setiap minggunya. Peningkatan yang cukup tinggi ditunjukkan oleh perlakuan pemeliharaan pada kandang cage.
Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa pemeliharaan pada kandang
cage dan litter memberikan pengaruh yang berbeda pada minggu pertama dan kedua, selanjutnya tidak berbeda pada minggu ketiga hingga minggu keenam (Tabel 4). Pengaruh penggunaan kandang sistem cage dan litter dalam penelitian sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kertasudjana (2003) bahwa berat telur ayam ras petelur tipe medium (Shaver) yang dipelihara dalam sistem cage dan
litter tidak berbeda. Perbedaan peningkatan bobot telur setiap minggunya disebabkan oleh meningkatnya umur ayam. Hal ini sesuai dengan pendapat Yuwanta (2010) bahwa ayam akan menghasilkan telur dengan ukuran dan berat yang semakin besar seiring dengan bertambahnya umur ayam karena semakin meningkatnya ukuran kuning telur.
Konsumsi Pakan
Konsumsi pada umumnya diperhitungkan sebagai jumlah makanan yang dimakan oleh ternak, kandungan zat makanan didalamnya digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan untuk keperluan produksi ternak tersebut (Tillman et al. 1998). Konsumsi ayam petelur coklat adalah 110 gram/ekor/hari dengan kandungan protein 16.5% dan energi metabolis 2 900 kkal/kg (NRC 1994). Berdasarkan standar Lohmann Tierzucht (2010) konsumsi pakan ayam petelur strain Lohmann brown adalah 110-120 g/ekor/hari pada kandang sistem cage dan 115-125 g/ekor/hari pada kandang sistem litter. Tabel performa ayam ras petelur menunjukkan bahwa nilai konsumsi pakan pada perlakuan kandang litter lebih tinggi dibandingkan dengan kandang cage. Berdasarkan hasil uji-t pemeliharaan pada kandang cage dan litter memberikan pengaruh yang berbeda terhadap konsumsi pakan.
8
Konversi Pakan (FCR)
Konversi pakan erat kaitannya dengan konsumsi pakan dan produksi telur selama penelitian. Konversi pakan dapat digunakan untuk mengukur efisiensi pakan, semakin rendah nilai konversi pakan yang diperoleh berarti semakin efisien ternak tersebut dalam menggunakan pakan untuk menghasilkan produk (Rasyaf 2000). Nilai konversi pakan pada perlakuan kandang litter lebih tinggi dibandingkan dengan kandang cage (Tabel 4). Penurunan konversi pakan terjadi pada kandang litter di minggu pertama hingga minggu keenam dan mendekati nilai konversi pakan pada kandang cage di minggu keempat hingga nilainya tidak berbeda pada minggu ke enam. Hal ini terjadi karena pada saat pemeliharaan di minggu pertama dan kedua konsumsi pakan pada kandang litter selalu habis, sehingga diputuskan untuk menambah jumlah pakan yang diberikan dari 120 g/ekor/hari menjadi 125 g/ekor/hari pada minggu ketiga dan keempat. Kemudian konsumsi diturunkan kembali pada minggu kelima dan keenam menjadi 120 g/ekor/hari dengan pertimbangan efisiensi dan ayam tidak kegemukan. Pakan selalu tersisa pada kandang cage, sehingga tidak dilakukan penambahan pakan.
Perbedaan nilai konversi pakan yang cukup besar terjadi pada kandang litter
di minggu pertama karena pada saat itu produksi telur masih rendah hampir pada seluruh ulangan sehingga menyebabkan nilai konversinya besar. Rendahnya produksi telur diduga terjadi karena ayam masih mengalami stress saat persiapan kandang terutama saat penggantian alas litter dan penggantian jenis sarang bertelur yang baru (Gambar 2) sehingga ayam memerlukan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi terhadap lingkungan kandang yang baru. Berdasarkan hasil uji-t pemeliharaan pada kandang cage dan litter memberikan pengaruh yang berbeda pada pengamatan minggu pertama hingga minggu kelima. Nilai konversi pakan pada minggu keenam tidak memperlihatkan adanya perbedaan. Artinya efisiensi penggunaan pakan baik pada kandang cage dan litter tidak berbeda karena adanya keseimbangan antara ransum yang dimakan dan produksi yang dihasilkan. Berdasarkan standar Lohmann Tierzucht (2010) ayam petelur strain
Lohmann brown memiliki konversi pakan sebesar 2.0 – 2.1 pada kandang sistem
cage dan 2.1 – 2.2 padakandang sistem litter.
Kualitas Eksterior Telur
9 Tabel 5 Pengaruh perlakuan terhadap kualitas eksterior telur ayam ras petelur
Keterangan : Huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P < 0.05)
Jacob et al. (2009) menyatakan bahwa kualitas eksterior telur antara lain ditentukan oleh cangkangnya, yaitu meliputi kebersihan, bentuk, tekstur, dan keutuhan. Keutuhan cangkang dinilai berdasarkan ada tidaknya retak pada cangkang sehingga sangat tergantung pada ketebalan dan kekuatan cangkang. Kekuatan cangkang berkaitan dengan suplai kalsium yang diperoleh saat proses pembentukan cangkang.
Hasil uji-t menunjukkan bahwa kebersihan telur pada tingkat kotor dibawah 25% berbeda setiap minggunya kecuali pada minggu kelima. Tingkat kotor telur antara 25 sampai 50% menunjukkan hasil yang berbeda pada minggu ke- 3, 5 dan 6. Tingkat kotor diatas 50% menunjukkan perbedaan pada minggu ke-5. Tingkat kotor pada telur sangat dipengaruhi oleh kebersihan alas kandang. Alas kandang yang basah dan kotoran yang menumpuk pada kandang litter menjadi penyebab kerabang telur menjadi kotor. Pecahnya telur di dalam sarang bertelur juga menjadi sebab kotornya telur karena dapat mengkontaminasi telur yang lainnya. Walaupun tipe alas kandang cage berlubang masih ditemui telur yang kotor baik pada tingkat kotor 25% sampai diatas 50%. Hal ini terjadi karena beberapa kotoran ayam tersangkut pada celah besi dan menyebabkan telur yang awalnya bersih terkontaminasi kotoran yang menempel pada besi. Selain itu kotornya telur disebabkan juga oleh telur yang tidak langsung menggelinding ke tempat penampungan telur, melainkan tersangkut pada bagian celah besi yang menyebabkan telur terkontaminasi langsung oleh kotoran ayam yang keluar pada saat itu. Menurut Dwiloka (2002) pada saat ditelurkan, umumnya telur masih bersih. Kebersihan telur ini sangat bergantung pada kebersihan alas kandang atau tempat (sarang) bertelur, kebersihan peralatan pengumpul telur, kebersihan tangan, pemisahan telur yang retak atau tipis kulitnya dengan telur yang utuh.
10
yang ditemui selama penelitian adalah telur yang bentuknya sangat kecil seperti telur puyuh hingga telur berukuran sangat besar yang memiliki dua kuning telur jika dipecah. Berdasarkan hasil uji-t menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan jumlah telur retak, telur pecah dan telur abnormal pada setiap perlakuan dari minggu pertama hingga minggu keenam pemeliharaan.
Mortalitas
Angka kematian ternak merupakan penentu keberhasilan dalam manajemen pemeliharaan. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kematian ternak diantaranya adalah stres akibat lingkungan kandang, penyakit, keracunan, dan manajemen pemeliharaan yang kurang tepat. Unggas sangat rentan terhadap angka kematian yang tinggi. Hal ini terjadi karena unggas memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perubahan kualitas pakan dan keadaan lingkungan.
Selama penelitian, ayam ras petelur pada kandang cage dan litter masing-masing mati sebanyak satu ekor. Kematian pada kandang cage terjadi diakhir minggu kedua saat pengambilan data. Kematian tersebut terjadi karena ayam mengalami sakit pada bagian saluran pencernaan. Hal ini terlihat saat ayam mati terlihat di duburnya luka yang sangat lebar seperti melepuh, sedangkan pada kandang litter ayam mati pada minggu keempat saat pengambilan data. Kematian tersebut terjadi karena sebelum mati ayam menunjukkan kesehatan yang semakin menurun hingga pada akhirnya ayam tersebut mati. Penyebab kematian diketahui setelah peneliti melakukan pembedahan pada organ dalam. Kematian tersebut terjadi karena pada saluran reproduksi ditemukan telur yang pecah dan membusuk sehingga dapat mengganggu kesehatan ayam tersebut.
Biaya Satuan (Unit Cost)
Unit cost (biaya satuan) merupakan biaya yang dihitung untuk menentukan satu satuan produk. Untuk menghitung besarnya unit cost, total biaya dibagi dengan jumlah produksi (Kurnia 1995). Total biaya produksi pada kandang cage
dan litter selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Biaya produksi ayam ras petelur pada kandang cage dan litter
Biaya Cage Litter
Variabel Tetap
11 Tabel 6 menunjukkan nilai unit cost per ekor selama 6 minggu penelitian yang telah menghabiskan biaya pada kandang cage sebesar Rp 3 704 695 dan menghasilkan telur sebanyak 189 kilogram dengan unit cost Rp 19 602 per kilogram telur. Sedangkan pada kandang litter telah menghabiskan biaya sebesar Rp 6 057 658 dan menghasilkan telur sebanyak 255 kilogram dengan unit cost Rp 23 756 per kilogram telur. Dengan demikian, diketahui unit cost yang paling efisien dalam pemeliharaan adalah dengan unit cost yang paling rendah yaitu pemeliharaan pada kandang cage. Unit cost pada kandang litter cukup besar namun memiliki keunggulan jika ditinjau dari aspek kesejahteraan hewan. Menurut Dallas (2006) dan WSPA (1997), kesejahteraan hewan (animal welfare) dapat diukur dengan indikator lima kebebasan (five freedom), yaitu : (1) bebas dari haus dan lapar (freedom from hunger and thist); (2) bebas dari rasa tidak nyaman (freedom from discomfort); (3) bebas dari rasa sakit, luka dan penyakit (freedom from pain, injury and disease); (4) bebas untuk mengekspresikan perilaku normal (freedom to expres normal behavior); dan (5) bebas dari rasa takut dan stres (freedom from fear or distress). Jika dibandingkan pemeliharaan pada kandang cage dan litter, selama pengamatan pada kandang litter ayam dapat bergerak bebas untuk mengekspresikan perilaku normal dan berproduksi lebih banyak. Hal tersebut menunjukkan bahwa untuk menerapkan kesejahteraan hewan pada unggas terutama ayam ras petelur memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit (costly) karena membutuhkan jenis kandang yang dapat memenuhi aspek
animal welfare.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ayam ras petelur strain Lohman brown yang dipelihara dalam kandang sistem cage dan litter berpengaruh terhadap konsumsi pakan, FCR dan kebersihan telur pada tingkat kotor dibawah 25%. Produksi telur, berat telur, dan keutuhan telur tidak dipengaruhi oleh sistem kandang. Berdasarkan analisis biaya satuan (unit cost), maka pemeliharaan ayam menggunakan sistem kandang cage
merupakan yang paling efisien dibandingkan dengan sistem kandang litter. Saran
12 ternak. [Makalah Seminar]. Ungaran (ID): Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah.
Gurnadi K. 1986. Pengaruh imbangan protein dan energi dalam ransum terhadap performans dua galur ayam petelur tipe medium [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Jacob JP, Wilson HR, Miles RD, Mather FB. 2003. Factors affecting egg production in backyard chicken flocks. Florida (US): University of Florida Jacob JP, Miles RD, Mather FB. 2009. Egg Quality. Gainesville (US):
Institute of Food and Agricultural Sciences.
Kertasudjana R. 2003. Restricted feeding and its implication on the performance of medium type layers at second production phase. J Indon Trop Anim Agric 28(2).
Kertasudjana R, Supriyatna E. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Kurnia I. 1995. Analisis tarif rawat inap. [skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada.
Lohman Tierzucht. 2010. Lohmann brown–classic layers product performance.[internet]. [diunduh 2013 Oktober 05]. Tersedia pada: http://www.ltz.de/produkte/Layers/LOHMANN-BROWN-CLASSIC/ [NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. 9th
Revised Edition. Washington (US): National Academy Pr.
Rasyaf M. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Romanoff AL, Romanof AJ. 1963. The Avian Egg. Ed ke-2. New York (GB):
John Willey & Sons Inc
Steel RG, Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistik. Sumantri B, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan
dari: Principles and procedures of statistics.
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Lebdosoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada Pr. Wahju J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Ed ke-5. Yogyakarta (ID): Universitas Gajah
Mada Pr.
[WSPA] World Society for the Protection Animals. 1997. Welfare Assessment and Five Freedoms. Bristol (GB): Bristol University.
Yousef MK. 1985. Stress Physiology in Livestock. Volume III. Florida (US): CRC Press. Inc. Boca Raton.
13
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil T-test performa ayam ras petelur pada minggu pertama
Lampiran 2 Hasil T-test performa ayam ras petelur pada minggu kedua
14
Lampiran 4 Biaya pemeliharaan pada kandang litter
Lampiran 5 Biaya penyusutan peralatan pada kandang cage
Lampiran 6 Biaya penyusutan peralatan pada kandang litter
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 1 Februari 1991. Penulis adalah putra pertama dari 2 bersaudara pasangan Suwarno dan Mersih. Pendidikan sekolah menengah dimulai dari tahun 2003 di SMP Negeri 12 Bekasi sampai tahun 2006. Pendidikan lanjutan menengah atas ditempuh pada tahun
2006 sampai tahun 2009 di SMA Yayasan Pendidikan Islam “45” Bekasi. Penulis
diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).