• Tidak ada hasil yang ditemukan

Performa Penetasan Telur Ayam Hasil Persilangan Ayam Kampung dengan Ayam Ras Pedaging

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Performa Penetasan Telur Ayam Hasil Persilangan Ayam Kampung dengan Ayam Ras Pedaging"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERFORMA PENETASAN TELUR AYAM HASIL

PERSILANGAN AYAM KAMPUNG DENGAN

AYAM RAS PEDAGING

ANDHINI ERIDHA PUTRI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Performa Penetasan Telur Ayam Hasil Persilangan Ayam Kampung dengan Ayam Ras Pedaging adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Andhini Eridha Putri

(4)

iv

ABSTRAK

ANDHINI ERIDHA PUTRI. Performa Penetasan Telur Ayam Hasil Persilangan Ayam Kampung dengan Ayam Ras Pedaging. Dibimbing oleh SRI DARWATI dan RUKMIASIH.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui performa penetasan telur ayam hasil persilangan ayam Kampung dengan Broiler (KB) dan ayam Broiler dengan Kampung (BK). Rasio jantan dan betina yang digunakan adalah 1 : 5 dengan ulangan sebanyak 3 untuk KB dan 2 untuk BK. Telur dikoleksi setiap hari dan ditetaskan setiap minggu di dalam inkubator dengan suhu 37-39 oC dan kelembaban 59%-60% sampai menetas. Peubah yang diamati terdiri atas bobot telur tetas, bobot telur layak tetas, bobot telur yang menetas, indeks telur, indeks telur yang menetas, bobot tetas, ketebalan kerabang, hen day, persentase layak tetas, fertilitas, daya tetas, dan mortalitas embrio. Bobot telur tetas, bobot telur layak tetas, bobot telur yang menetas, dan bobot DOC (Day Old Chick) persilangan KB lebih besar dari BK (P<0.01). Hen day (P<0.05) dan fertilitas (P<0.01) KB lebih tinggi dibandingkan BK. Berdasarkan parameter yang diuji, KB lebih baik dibandingkan BK kecuali peubah lain yang tidak berbeda yaitu mortalitas embrio, ketebalan kerabang, persentase layak tetas, dan daya tetas.

Kata kunci: broiler, kampung, penetasan, persilangan humidity 59%-60% until hatching. Variables measured consisted of the weight of hatching weight, the weight of decent hatching eggs, hatching egg weight, egg were better than BK. Based on the paremeteres tested, KB better than BK, except the other variables are not significantly different from that egg shell thickness, embryo mortality, hatching a decent percentage, and hatching rate.

(5)

v

PERFORMA PENETASAN TELUR AYAM HASIL

PERSILANGAN AYAM KAMPUNG DENGAN

AYAM RAS PEDAGING

ANDHINI ERIDHA PUTRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

vii

Judul Skripsi : Performa Penetasan Telur Ayam Hasil Persilangan Ayam Kampung dengan Ayam Ras Pedaging

Nama : Andhini Eridha Putri NIM : D14114004

Disetujui oleh

Dr Ir Sri Darwati, MSi Pembimbing I

Dr Ir Rukmiasih, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Muladno, MSA Ketua Departemen

(8)

viii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli 2013 ini ialah Performa Penetasan Telur Ayam Hasil Persilangan Ayam Kampung dengan Ayam Ras Pedaging.

Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi dan Ibu Dr Ir Rukmiasih, MS atas waktu, tenaga, saran, bimbingan, dan kesabaran yang telah diberikan, kepada Ibu Dr Ir Widya Hermana, MSi sebagai dosen penguji sidang yang telah memeberikan banyak saran untuk bahasan dan tulisan penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Mama, Papa, Nenek, adik-adik (Tari, Dhika, Tio, Ade Rangga) serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih atas kerja sama dan dukungan tim penelitian Yusup Sophian, Yusrini A Rambe, Devi Simamora, Cahyatina Tri R, dan Ananta Titan P. Teman-teman seperjuangan Alih Jenis 2011 Arma Aditya K, Betti Zanora, Daniel P Manurung, Trubus Tri I, Annisa Aulia, Fitriyati Siregar, Ridha C Yoshi, Sarah Sellawati, dan Aditya Gilang P. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(9)

ix

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 1

Ruang Lingkup Penelitian ... 2

METODE ... 2

Lokasi dan Waktu ... 2

Bahan ... 2

Alat ... 3

Prosedur ... 3

Pemeliharaan ... 3

Pengumpulan Telur Tetas dan Penetasan ... 3

Analisa Data... 5

Peubah yang Diamati ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Karakteristik Telur Tetas ... 6

Bobot Telur Tetas ... 6

Bobot Telur Layak Tetas dan yang Menetas ... 8

Indeks Telur... 8

Ketebalan Kerabang ... 8

Bobot Tetas ... 9

Performa Reproduksi ... 10

Hen Day... 10

Persentase Layak Tetas ... 11

Fertilitas ... 12

Daya Tetas ... 12

Mortalitas Embrio ... 12

SIMPULAN DAN SARAN ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 13

LAMPIRAN ... 15

(10)

x

DAFTAR TABEL

1 Kandungan nutrisi pakan selama penelitian 2

2 Karakteristik telur tetas KB dan BK 6

3 Performa reproduksi KB dan BK 11

DAFTAR GAMBAR

1 Pemeliharaan dan pengumpulan telur tetas, (A) Kandang

pemeliharaan dan (B) Pemberian kode pada telur tetas ... 4

2 Hari ke-21 (pull chick), (A) DOC yang menetas dalam rak hatcher dan (B) Pengukuran kerabang telur ... 5

3 Rataan bobot telur setiap periode ... 7

4 DOC ayam persilangan, (A) DOC KB dan (B) DOC BK ... 9

5 Hen day telur tetas setiap periode ... 11

6 Mortalitas embrio pada (A) minggu ke-1, (B) minggu ke-2 dan (C) minggu ke-3 ... 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Perhitungan uji-T 2 sampel karakteristik dan reproduksi telur tetas ... 15

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki beberapa jenis ayam kampung yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Salah satu jenis ayam kampung yang ada di Indonesia adalah ayam kampung. Ayam kampung sudah banyak dikenal oleh masyarakat dan banyak dibudidayakan di pedesaan karena tergolong mudah, daya tahan hidupnya cukup tinggi, adaptasi terhadap lingkungan dan pakan mudah serta daging maupun telurnya memiliki cita rasa yang lebih disukai konsumen dibandingkan ayam ras sehingga banyak digemari masyarakat (Krista dan Hartono 2010).

Ayam kampung memiliki produktivitas rendah, hal tersebut karena sistem pemeliharaan yang masih tergolong tradisional, selain karena faktor genetik dari ayam kampung yang masih beragam. Upaya perbaikan dari segi genetik dilakukan dengan metode seleksi dan persilangan. Menurut Sartika et al. (2002) metode seleksi sudah dimulai tahun 1998 oleh Balitnak (Balai Penelitian Ternak) untuk mengurangi sifat mengeram dan meningkatkan produksi telur pada ayam kampung. Hasil seleksi generasi ke-3 terjadi peningkatan produksi telur cukup baik dari rataan semula 54.32 butir ekor-1 6 bulan-1 menjadi 89.10 butir, terjadi respon seleksi sebesar 6.47% per generasi dan peningkatan persentasi produksi telur dari 29.35% menjadi 48.89%.

Upaya perbaikan mutu genetik melalui persilangan yaitu untuk menghasilkan keturunan yang membawa sifat baik dari kedua tetua yang berbeda yakni kombinasi sifat dari pejantan dan betina. Pada penelitian ini, persilangan ayam kampung dan ras pedaging (broiler) dilakukan untuk menghasilkan keturunan yang memiliki kombinasi kedua sifat baik ayam kampung dan broiler dengan terlebih dahulu mengamati reproduksi kedua jenis persilangan yakni kampung dengan broiler (KB) dan broiler dengan kampung (BK).

Performa penetasan merupakan tema yang menarik untuk dikaji. Performa penetasan ayam kampung dengan menggunakan mesin tetas sebelumnya pernah dilaporkan oleh Darwati (2000) yaitu fertilitas 86.76±10.87%, daya tetas 66.09±37.55%, dan bobot tetas 26.53±7.65 g. Pada subyek yang sama (reproduksi) yaitu performa penetasan silangan antara ayam kampung dan broiler dengan menggunakan kawin alami perlu dikaji untuk mendapatkan data silangan terbaik yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Tujuan

(12)

2

Ruang Lingkup Penelitian

Melalui metode pemuliaan dengan cara persilangan, diharapkan dapat memperbaiki produktivitas ayam kampung yang sudah ada sebelumnya. Berdasarkan hal itu, maka ayam kampung jantan dengan ayam broiler betina dan ayam broiler jantan dengan ayam kampung betina dikawinkan. Kajian ini lebih difokuskan pada performa penetasan berupa fertilitas, daya tetas, mortalitas embrio, dan bobot tetas.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak serta Laboratrium Ilmu Produksi Ternak Unggas Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Institut Pertanian Bogor. Waktu pelaksanaan pada bulan Juli hingga Oktober 2013.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah ayam kampung betina sebanyak 10 ekor dengan rataan umur 35 minggu dan rataan bobot badan 1.9 kg, ayam kampung jantan sebanyak 3 ekor berumur 35 minggu dengan rataan bobot badan 2.8 kg. Ayam ras jantan sebanyak 2 ekor berumur 27 minggu dengan rataan bobot badan 5 kg dan betina sebanyak 15 ekor berumur 27 minggu dengan rataan bobot badan 4.3 kg.

Pakan disesuaikan dengan kebutuhan jenis ayam dengan pemberian full

konsentrat komersial untuk persilangan KB dan campuran pakan komersial (60%) dengan dedak padi (40%). Vitamin yang ditambahkan dalam air minum adalah

egg stimulant. Kandungan nutrisi pakan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Kandungan nutrisi pakan selama penelitian

Nutrisi Pakan KB (%) * Pakan BK (%) **

Keterangan : *) Analisa pakan dari label komersial Gold Coin 105-M.

(13)

3

Alat

Peralatan yang dibutuhkan adalah kandang ayam terbuat dari tembok permanen dengan 3 sekat bambu berukuran 2x1.5 m terdiri dari 3 sekat untuk ayam silangan KB dan 2 sekat bambu untuk ayam silangan BK dan masing-masing sekat diisi 6 ekor ayam. Peralatan kandang yang digunakan berupa tempat pakan hanging feeder beserta tempat minum galon plastik. Kandang ayam dilengkapi dengan sangkar bertelur pada setiap ulangan kandang, dan kipas angin pada kandang ayam silangan KB. Alat kebersihan seperti sapu, kain pel, ember, dan serokan sampah juga digunakan sebagai penunjang pemeliharaan.

Ruang data untuk menyimpan telur dilengkapi buku catatan, alat tulis, timbangan Ohaus dengan ketelitian 0.1 g, jangka sorong digital ketelitian 0.01 mm dan egg tray. Pada kegiatan penetasan dibutuhkan peralatan berupa mesin tetas semi otomatis merk Missiori berkapasitas 3 600 butir telur yang dilengkapi thermostat, thermometer bola basah dan kering, serta 2 buah bak air.

Prosedur

Pemeliharaan

Ayam kampung dan broiler dikandangkan untuk perkawinan alami berdasarkan persilangan ayam kampung jantan dengan ayam broiler betina sebanyak 3 sekat sebagai ulangan (Gambar 1) dan ayam broiler jantan dengan ayam kampung betina (2 sekat sebagai ulangan). Perbandingan jantan dan betina yang digunakan adalah 1 jantan : 5 betina (1:5). Ayam diberi pakan ad libitum

yaitu pada pagi dan sore di dalam 1 hanging feeder setiap 1 kandang ulangan dengan pemberian maksimal 200 g ekor-1 hari-1, air minum diberikan ad libitum di

dalam 1 galon plastik setiap 1 kandang ulangan. Alas kandang adalah sekam padi. Sekam diganti saat sekam basah dan menggumpal.

Pencegahan penyakit dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kandang dan lingkungan sekitar kandang serta meminimalisir masuknya vektor penyakit dari luar kandang dengan melepas atau mengganti alas kaki saat memasuki kandang. Pencegahan stres ayam dilakukan dengan menggunakan pakaian warna putih saat masuk ke dalam kandang. Ayam yang cidera atau sakit dipindahkan ke kandang lain untuk pengobatan hingga ayam kembali pulih (medikasi). Vaksinasi juga dilakukan pada bulan Juli dan Oktober 2013 yaitu vaksinasi ND (Newcastle Disease) dan AI (Avian Influenza).

Pengumpulan Telur Tetas dan Penetasan

(14)

4

panjang dan lebarnya (mm) menggunakan jangka sorong digital untuk memperoleh indeks telur.

(A) Kandang pemeliharaan (B) Pemberian kode pada telur

Gambar 1 Pemeliharaan dan pengumpulan telur tetas, (A) Kandang pemeliharaan dan (B) Pemberian kode pada telur tetas

Mesin tetas dibersihkan menggunakan air dan deterjen lalu diatur suhu hingga kisaran 37-39 oC dengan kelembaban 59%-60%. Telur yang ditetaskan adalah telur dengan kisaran penyimpanan 1-7 hari. Sebelum ditetaskan telur diseleksi dengan parameter keutuhan kerabang, bobot telur KB (50-70 g) BK (35-50 g), dan tidak kotor. Telur difumigasi selama 30 menit menggunakan formalin dan kalium permanganat (KMnO4) sebanyak 1 dosis.

KMnO4

=

. 8

.8 x 20 g x 1 kekuatan = 1.27 g

Formalin

=

. 8

.8 x 40 cc x 1 kekuatan = 2.54 cc

(15)

5

(A) DOC yang menetas

dalam rak hatcher (B) Pengukuran kerabang telur

Gambar 2 Hari ke-21 (pull chick), (A) DOC yang menetas dalam rak hatcher dan (B) Pengukuran kerabang telur

Analisa Data

Data dianalisa secara deskriptif dan uji T (Walpole 1995) untuk mengetahui perbedaan peubah-peubah antara persilangan KB dan BK.

Uji T = �̅ −�̅ − µ −µ � (√ +√ )

Keterangan :

�̅ = rataan sampel 1 �̅ = rataan sampel 2 µ1 = rataan populasi 1

µ2 = rataan populasi 2

n1 = banyak sampel 1

n2 = banyak sampel 2

S = akar KT(G)

Peubah yang Diamati

Karakteristik Telur Tetas 1. Bobot telur tetas (g butir-1).

2. Bobot telur layak tetas (g butir-1). 3. Bobot telur yang menetas (g butir-1).

4. Indeks telur tetas dan yang menetas, Indeks

=

5. Ketebalan kerabang rataan, kerabang yang menetas diukur tanpa kulit kerabang (mm butir-1).

6. Bobot tetas DOC (Day Old Chick) (g ekor-1). Performa Reproduksi

7. Hen day (%) = J y

J y

x

%

8. Layak tetas (%) = J y

J y x 100%

9. Fertilitas (%) =J y −

y x 100%

(16)

6

Penetasan merupakan proses perkembangan embrio di dalam telur sampai telur pecah menghasilkan anak ayam. Penetasan dapat dilakukan secara alami oleh induk ayam atau secara buatan menggunakan mesin tetas. Keberhasilan penetasan buatan dipengaruhi oleh telur tetas dengan karakteristik bobot telur indeks, dan ketebalan kerabang telur untuk menghasilkan telur yang sudah menetas (DOC). Karakteristik telur hasil persilangan ayam KB dan BK disajikan pada Tabel 2.

Bobot Telur Tetas

Bobot telur sering digunakan sebagai kriteria seleksi untuk telur tetas. Kriteria bobot telur menurut SNI (2008) dimasukkan ke dalam 3 kelas yakni besar dengan bobot telur lebih dari 60 g butir-1, sedang yaitu telur dengan bobot 50-60 g butir-1, dan kecil yaitu telur dengan bobot kurang dari 50 g butir-1.

Tabel 2 Karakteristik telur tetas KB dan BK

Peubah KB BK

Keterangan : KB=KampungxBroiler; BK=BroilerxKampung; SD=Simpangan Baku; KK=Koefisien Keragaman, n=Jumlah sampel.

(17)

7

Rataan telur yang diperoleh dari persilangan KB adalah 59.415±5.271 g butir-1 (sedang) sesuai dengan standar ayam ras pedaging strain Cobb 500 umur 27-35 minggu bahwa telur ayam ras memiliki bobot telur dengan rataan 57.68 g butir-1, sedangkan telur BK sebesar 42.249±4.601 g butir-1 (kecil) sesuai dengan Ditjennak (2006) bahwa rataan bobot telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif adalah 40 g butir-1.

Rataan bobot telur KB memiliki perbedaan sangat nyata lebih besar dibandingkan BK (P<0.01), hal ini karena bobot telur dipengaruhi oleh genetik (Ensminger et al. 2004). Faktor genetik berpengaruh terhadap lama periode pertumbuhan ovum sehingga yolk yang lebih besar akan menghasilkan telur yang lebih besar. Campbell et al. (2003) juga menambahkan besar ayam, umur, dan nutrisi juga mempengaruhi bobot telur. Pada saat penelitian ayam betina broiler memiliki rataan bobot badan 4 276 kg ekor-1, sedangkan rataan bobot badan ayam betina kampung yaitu 1 966 kg ekor-1 sehingga bobot telur KB lebih besar dibandingkan BK.

Bobot telur tetas yang diperoleh selama penelitian disajikan pada Gambar 3. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa bobot telur KB selama penelitian (9 Periode) memiliki kisaran bobot 50-60 g butir-1. Telur pada periode 1, 2, dan 3

memiliki rataan bobot yang semakin meningkat, kemudian setelahnya mengalami penurunan, selanjutnya cenderung sama besarnya hingga periode 9 berakhir. Hal ini karena ayam betina broiler persilangan KB merupakan ayam yang baru memasuki fase I produksi yakni berumur 27 minggu. Menurut Suprijatna et al.

(2005) bahwa pada reproduksi ayam yang baru bertelur diameter yolk akan terus bertambah sekitar 4 mm setiap hari hingga yolk tersebut mencapai ukuran terbesar kemudian telur-telur berikutnya mencapai ukuran yang stabil dengan ukuran yang lebih kecil dari telur yolk maksimal. Bobot telur BK berukuran diantara 40-50 g butir-1, namun pada periode 7 bobot telur menurun di luar interval rata-rata.

Gambar 3 Rataan bobot telur setiap periode bertelur

(18)

8

yang diproduksi periode tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al.

(2005) bahwa ukuran telur akan meningkat dengan meningkatnya kandungan protein pakan.

Bobot Telur Layak Tetas dan yang Menetas

Telur ayam layak tetas KB memiliki rataan bobot telur layak tetas sebesar 59.330±4.419 g sedangkan BK 42.903±2.998 g dengan hasil uji T sangat berbeda nyata untuk keduanya (P<0.01) artinya telur layak tetas KB lebih besar yakni ayam ras pedaging, adapun untuk BK sesuai dengan ayam kampung seperti pendapat Hermawan (2000) bahwa telur ayam kampung dapat menetas dengan baik dengan kisaran bobot telur 40-49 g.

Indeks Telur

Indeks telur tetas KB 0.75±0.038, sedangkan telur tetas BK 0.798±0.019 dan keduanya berbeda sangat nyata (P<0.01). Besarnya indeks telur yang menetas tidak begitu jauh dengan indeks yang ditetaskan yakni sebesar 0.756±0.036 untuk KB dan 0.798±0.019 untuk BK dengan perbedaan sangat nyata (P<0.01).

Perbedaan yang sangat nyata pada indeks telur tetas dan indeks telur yang menetas pada persilangan yang berbeda (KB dengan BK) karena dipengaruhi oleh sifat genetik, bangsa, umur induk, dan proses-proses yang terjadi selama pembentukan telur terutama pada saat telur melalui magnum dan isthmus. Sesuai dengan pendapat Sodak (2011) bahwa faktor yang mempengaruhi indeks bentuk telur antara lain umur induk, sifat genetik, bangsa, juga disebabkan oleh proses-proses yang terjadi selama pembentukan telur terutama pada saat telur melalui magnum dan isthmus. Menurut Wardiny (2002) indeks bentuk telur tetas ayam kampung yang baik yaitu sebesar 0.76-0.78 dan hal ini sesuai dengan indeks telur hasil persilangan BK. Korelasi antara bobot telur vs indeks telur KB adalah 0.115 sedangkan persilangan BK -0.038, namun keduanya tidak menunjukkan korelasi yang nyata.

Ketebalan Kerabang

(19)

9

oleh kurangnya kandungan Ca dan P dalam pakan, umur ayam yang meningkat, dan suhu lingkungan yang tinggi (Sodak 2011).

Pada penelitian ini kandungan kalsium pada pakan untuk ayam BK sebesar 1.83%-2.55%, ini lebih rendah dibandingkan ayam KB dan dari standar kadar kalsium ayam kampung fase layer yang menurut Sinurat (1991) yaitu sebesar 3.40% dalam pakan. Suhu lingkungan kandang yang tinggi (32-33 oC) selama penelitian sehingga mengakibatkan konsumsi pakan menurun dan mempengaruhi asupan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ayam termasuk kalsium walaupun kandungan kalsium sudah cukup seperti yang terjadi pada KB. Selain itu pada saat suhu lingkungan meningkat ayam terlihat panting, pada kondisi ini H2O dan

CO2 yang seharusnya digunakan untuk pembentukan CaCO3 pada kerabang

berkurang sehingga kerabang menjadi tipis. Namun ketebalan kerabang keduanya tidak berbeda, hal ini karena bobot telur yang lebih besar akan memiliki kerabang yang lebih tipis pula, walaupun KB diberi kandungan kalsium yang lebih tinggi dari BK. Korelasi antara bobot telur vs ketebalan kerabang bernilai -0.172 untuk KB dan -0.075 untuk BK, namun tidak menunjukkan korelasi yang nyata pada keduanya.

Bobot Tetas

Telur yang menetas diperiksa kondisi ayamnya (DOC), kemudian ditimbang untuk memperoleh bobot tetas, dan diberi nomor sayap sebagai identitas individu dan membedakan jenis persilangan. Gambar DOC KB dan BK dapat dilihat pada Gambar 4.

Bobot tetas merupakan bobot badan anak ayam pada saat menetas umur sehari. Persilangan KB memiliki bobot tetas 35.883±5.323 g namun kurang sesuai dengan SNI 01-4868.1-2005 tentang bobot DOC ayam ras pedaging sebesar 37 g. Hal ini karena penguapan yang lebih awal sebelum telur ditetaskan yakni pada suhu penyimpanan yang kurang sesuai sehinga diduga telur menyusut lebih lama dan bobot tetas lebih kecil dari yang seharusnya. Bobot tetas BK 27.87±5.33 g dengan KB sangat nyata lebih berat dibandingkan BK (P<0.01).

(A) DOC KB (B) DOC BK

Gambar 4 DOC ayam persilangan, (A) DOC KB dan (B) DOC BK

(20)

10

tetas yang dihasilkan. Bobot telur KB yang lebih besar dibandingkan telur BK mengakibatkan bobot tetas KB lebih besar pula dibandingkan dengan bobot tetas BK.

Korelasi bobot telur terhadap bobot tetas KB memiliki nilai 0.058 dengan R2 0.3%, sedangkan BK 0.256 dengan R2 6.6% serta tidak ada korelasi antara

bobot telur dengan bobot tetas (P>0.05). Hal ini bertentangan dengan pendapat Lestari et al. (2013) bahwa bobot tetas dipengaruhi oleh bobot telur dan tetas harus disimpan pada suhu 18 oC (Suprijatna et al. 2005), sedangkan selama penelitian telur disimpan pada suhu ruang sehingga mempercepat penguapan telur yang sebagian besar (75.5%) adalah air (Bell dan Weaver 2002).

Performa Reproduksi

Performa reproduksi yang diperoleh dari hasil penelitian terdiri atas hen day, layak tetas, fertilitas, daya tetas dan mortalitas embrio setiap minggu seperti disajikan pada Tabel 3.

Hen Day

Hen day merupakan parameter kualitas reproduksi, yaitu jumlah telur satu hari dari jumlah ayam yang dipelihara saat itu (setiap hari). Hen day KB 49.72 ±9.73% sedangkan BK 38.26±6.25%, keduanya memiliki perbedaan yang nyata (P<0.05). Hal ini karena ayam betina kampung secara genetis memiliki kemampuan produksi telur yang lebih rendah dibandingkan ayam ras yaitu ayam ras pedaging strain Cobb 500 umur 27-35 minggu sebesar 65%-86% (Cobb vantrees 2013), sedangkan ayam kampung 30.9% (Direktorat Jendral Peternakan 2006) dengan sistem pemeliharaan intensif. Hen day pada penelitian ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan standar strain Cobb 500, penyebab utama terjadi karena manajemen pemeliharaan yang kurang dari standar dengan seharusnya yakni dari sisi jenis kandang, jenis pakan, dan suhu lingkungan. Performa hen day selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.

(21)

11

Tabel 3 Performa reproduksi KB dan BK

Peubah KB (%) BK (%) Mortalitas embrio 149 62.34 ± 11.13

(17.85)

Keterangan : KB=KampungxBroiler; BK=BroilerxKampung; SD=Simpangan Baku; KK=Koefisien Keragaman n=Jumlah sampel.

Huruf kapital yang berbeda menunjukkan perbedaan yang sangat nyata (P<0.01). Huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05).

Gambar 5 Hen day telur tetas setiap periode

Persentase Layak Tetas

Persentase telur layak tetas KB sebesar 92.36±5.83% tidak berbeda dengan BK 84.53±9.85%. Telur tidak layak tetas ini sebagian besar karena retak.

Pada malam hari tidak dilakukan pengambilan telur sehingga telur terinjak oleh ayam. Selain karena rentang waktu dari sore hingga pagi (pengambilan telur

(22)

12

selanjutnya) terlalu lama, telur juga diduga terinjak karena pada malam hari tidak ada penerangan di dalam kandang sehingga ayam tidak melihat keberadaan telur di kandang.

Fertilitas

Fertilitas telur diperoleh setelah terjadi proses pembuahan yaitu penggabungan antara sperma dan ovum. Semakin tinggi persentase fertilitas yang diperoleh maka semakin baik pula kemungkinan daya tetasnya (Sinabutar 2009).

Fertilitas telur KB sebesar 61.87±8.73% berbeda sangat nyata (P<0.01) terhadap telur BK 29.90±16.1%. Rendahnya fertilitas BK diduga karena jarangnya frekuensi kawin akibat perbedaan jenis ayam (ayam ras dengan kampung), pejantan yang terlalu agresif dan bobot badannya yang terlalu berat sehingga libido rendah, hal ini diperkuat oleh penyataan Suprijatna et al. (2005) bahwa rendahnya frekuensi perkawinan pada ayam tipe pedaging disebabkan ayam terlalu gemuk sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan perkawinan yang berakibat pada libido yang rendah.

Daya Tetas

Rataan daya tetas pada penelitian ini tidak berbeda, 37.7±11.11% untuk KB dan BK 41.90±31.7%. Daya tetas dipengaruhi oleh 4 faktor utama yaitu kondisi induk, kondisi telur tetas, kondisi mesin tetas dan pengelolaan penetasan (Nuryati et al. 2000).

Suhu selama penetasan berkisar antara 37-39 oC dan kelembaban udara relatif berkisar 58%-60%, hal ini masih dalam range suhu dan kelembaban yang dianjurkan oleh Ensminger et al. (2004) bahwa perkembangan embrio yang optimal pada suhu 37.2-39.4 oC dengan kelembaban sekitar 60% dan sebesar 70% selama 3 hari terakhir penetasan. Kendala penilitiaan ini yaitu mesin setter dan

hatcher menjadi 1 sehingga kelembaban selama penetasan 58%-60%, hal ini mengakibatkan daya tetas rendah. Kelembaban yang rendah mengakibatkan embrio ayam mengalami dehidrasi kemudian melemah sehingga ayam kesulitan keluar dari dalam kerabang walaupun sudah pipping, selain itu embrio ayam sudah mati saat dehidrasi akut sehingga tidak sampai pada tahap pipping.

Mortalitas Embrio

Mortalitas embrio merupakan persentase kematian embrio yang terjadi selama masa inkubasi. Mortalitas embrio dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu penyimpanan telur, kondisi tempat penyimpanan telur, musim, ukuran telur, dan umur induk. KB memiliki mortalitas embrio 62.34±11.13% dengan umur kematian 15.23±6.47% (umur 0-7 hari), 19.20±8.62% (8-14 hari), dan 27.90±16.50 (15-21 hari) dengan perbedaan yang tidak nyata dengan persilangan BK yang memiliki mortilitas embrio 58.1±31.7% terdiri atas 15.63±12.13% (minggu ke-1), 16.04±15.93% (minggu ke-2), dan 26.46±22.05 (minggu ke-3) seperti disajikan pada Gambar 6.

(23)

13

dari penanganan telur pada saat dipindahkan dari ruang telur ke ruang tetas dengan menggunakan sepeda motor. Embrio yang mati pada minggu ke-2 inkubasi menurut Hartono dan Isman (2012) biasanya karena kekurangan nutrisi berupa riboflavin dan biotin.

(A) Embrio minggu ke-1 (B) Embrio minggu ke-2 (C) Embrio minggu ke-3

Gambar 6 Mortalitas embrio pada (A) minggu ke-1, (B) minggu ke-2 dan (C) minggu ke-3

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Bobot telur tetas, bobot telur layak tetas, bobot telur yang menetas dan bobot tetas pada persilangan KB lebih besar dibandingkan BK, namun indeks telur tetas dan indeks telur yang menetas pada BK lebih besar dibandingkan KB. Fertilitas dan hen day persilangan KB memiliki performa lebih baik dibandingkan dengan persilangan BK.

Saran

Perlu dilakukan perbaikan pada penelitian selanjutnya dengan menggunakan mesin tetas setter hatcher. Perlu mencoba perkawinan secara buatan (inseminasi buatan) pada persilangan BK untuk meningkatkan fertilitas.

DAFTAR PUSTAKA

Ayu MD. 2012. Karakteristik kualitas telur tetas dan perkembangan tulang belakang (somite) embrio ayam arab pada umur telur yang berbeda. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Bell DD,Weaver WD. 2002. Commercial Chicken Meat and Egg. New York (US): Kluwer Academic Publishers.

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2008. Telur ayam segar untuk konsumsi. SNI 01-3926-2008. Jakarta (ID): BSN.

(24)

14

Campbell JR, Kenealy MD, Campbell KL. 2003. Animal Science. The Biology, Care, and Production of Domestic Animal. Ed ke-4. New York (US): Mc.Graw Hill.

Cobb-vantrees.com. 2013. Breeder management supplement Cobb 500. [Internet]. [Januari 2014]. Tersedia pada http://67.43.0.82/docs/default-

source/cobb-500-guides/cobb500ff-breeder-mangement-supplement---(english).pdf?sfvrsn=12

Darwati S. 2000. Produktivitas ayam kampung, pelung, dan resiprokalnya. Bogor (ID): MedPet 23 (2): 32-35.

Daulay AH, Aris S, Salim A. 2008. Pengaruh umur dan frekuensi pemutaran terhadap daya tetas dan mortalitas telur ayam arab (Gallus turcicus). Medan (ID): Jurnal Agribisnis Peternakan 1 (4).

[Ditjennak] Direktorat Jendral Peternakan, Departemen Pertanian. 2006.

Pedoman Pembibitan Ayam Kampung yang Baik. Jakarta (ID): Ditjennak. Ensminger ME, Brant G, Scanes CG. 2004. Poultry Science. Ed-ke4. New York

(US): Pearson Prentice Hall. tetas dan perbedaan susut bobot pada telur entok (cairina moschata) dan itik (Anas plathyrhinchos). Purwokerto (ID): Jurnal Ilmiah Peternakan. 1 (1) : 163-169.

[NRC] National Research Council. 1994. Nutrient Requirements of Poultry. Ed ke-8. Washington DC (US): National Academy of Sciences.

North MO, Bell DD. 1990. Commercial Chicken Production Manual. Ed ke-4. New York (US): Van Nostrad Reinhold.

Nuryati T, Sutarto, Khanim M, Hardjosworo PS. 2000. Sukses Menetaskan Telur. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Sartika T, Gunawan B, Matondang R, Mahyudin P. 2002. Seleksi generasi ketiga untuk mengurangi sifat mengeram dan meningkatkan produksi telur ayam kampung. Jakarta (ID): Balai penelitian Ternak, Laporan No. UAT/BRE/F-01/APBN/2001.

Sinabutar M. 2009. Pengaruh frekuensi inseminasi buatan terhadap daya tetas telur itik kampung yang diinseminasi buatan dengan semen entok. [skripsi]. Medan (ID): Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara.

Sinurat AP. 1991. Penyusunan ransum ayam buras. Wartazoa 2:1-4.

Sodak JF. 2011. Karakteristik fisik dan kimia telur ayam arab pada dua peternakan di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

(25)

15

Walpole RE. 1995. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): Gedia Pustaka Umum. Wardiny TM. 2002. Evaluasi hubungan antara bentuk telur dengan persentase

telur yang menetas pada ayam kampung galur arab. Jakarta (ID): Jurnal Matematika, Sains dan Teknlogi. Universitas Terbuka 3:2.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan uji-T 2 sampel karakteristik dan reproduksi telur tetas

Bobot telur tetas KB dengan bobot telur tetas BK

n Mean SD SE Mean T value P value Bobot telur tetas KB 419 59.42 5.27 0.26 41.11 0.000 Bobot telur tetas BK 196 42.25 4.60 0.33

Bobot telur layak tetas dengan bobot telur layak tetas

n Mean SD SE Mean T value P value Bobot telur layak tetas 390 59.33 4.42 0.22 51.04 0.000 Bobot telur layak tetas 168 42.90 3.00 0.23

Indeks telur tetas KB dengan indeks telur tetas BK

n Mean SD SE Mean T value P value Indeks telur tetas KB 383 0.7523 0.0378 0.0019 -10.46 0.000 Indeks telur tetas BK 168 0.7853 0.0323 0.0025

Telur yang menetas dengan Indeks telur yang menetas

n Mean SD SE Mean T value P value Indeks telur yang menetas 90 0.7565 0.0364 0.0038 -7.23 0.000 Indeks telur yang menetas 19 0.7982 0.0188 0.0043

Ketebalan kerabang KB dengan ketebalan kerabang KB

n Mean SD SE Mean T value P value Ketebalan kerabang KB 90 0.2620 0.0453 0.0048 0.43 0.670 Ketebalan kerabang KB 19 0.2575 0.0405 0.0093

Bobot DOC KB dengan DOC BK

n Mean SD SE Mean T value P value Bobot DOC KB 87 35.88 5.32 0.57 5.94 0.000 Bobot DOC BK 19 27.87 5.33 1.2

Hen day KB dengan hen day BK

n Mean SD SE Mean Tvalue P value

Hen day KB 9 49.72 9.73 3.2 2.97 0.011

(26)

16

Layak tetas KB dengan layak tetas BK

n Mean SD SE Mean T value P value

Daya tetas KB dengan daya tetas BK

n Mean SD SE Mean T value P value Daya tetas KB 9 37.7 11.1 3.7 -0.36 0.731 Daya tetas BK 8 41.9 31.7 11.11

Mortalitas embrio KB dengan mortalitas embrio BK

n Mean SD SE Mean T value P value Mortalitas embrio KB 9 62.3 11.1 3.7 -0.36 0.731 Mortalitas embrio BK 8 58.1 31.7 11.11

Lampiran 2 Perhitungan korelasi dan regresi telur tetas

Jenis korelasi Nilai

korelasi

P value

Bobot telur yang menetas dengan indeks telur yang menetas (KB)

0.115 0.281

Bobot telur yang menetas dengan indeks telur yang menetas (BK)

-0.038 0.878

Bobot telur yang menetas dengan rataan ketebalan kerabang telur (KB)

0.172 0.106

Bobot telur yang menetas dengan rataan ketebalan kerabang telur (BK)

-0.075 0.759

Bobot telur yang menetas dengan bobot DOC (KB) 0.058 0.595 Bobot telur yang menetas dengan bobot DOC (BK) 0.256 0.29

Analisis Regresi: Bobot DOC KB versus Bobot telur yang menetas KB Persamaan regresi:

Bobot DOC KB = 31.0 + 0.083 Bobot telur yang menetas KB

(27)

17

Analisis Regresi: Bobot DOC BK versus Bobot telur yang menetas BK

Persamaan regresi:

Bobot DOC BK = - 0,4 + 0.668 Bobot telur yang menetas (BK)

S = 5.29691 R-Sq = 6.6% R-Sq(adj) = 1.1%

Analisis Keragaman (ANOVA)

SK db JK KT F P Regresi 1 33.49 33.49 1.19 0.290 Galat 17 476.97 28.06

Total 18 510.47

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor pada tanggal 11 Januari 1991. Penulis merupakan anak pertama dari 5 bersaudara, dari pasangan Bapak Capt Ferry Ridwan Danuwidjaja, MMar dan Ibu Yayuk Rahayu.

Tahun 1994 memulai pendidikan pertamanya di Taman Kanak-kanak (TK) Assasul Islam. Tahun 1996 penulis masuk Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pondok Rumput I dan lulus tahun 2001. Tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Bogor dan lulus tahun 2005. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Bogor dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak Direktorat Program Diploma (D3) melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) hingga Juli 2011. Pendidikan dilanjutkan dengan mengambil Program Alih Jenis Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Institut Pertanian Bogor untuk mengambil gelar Sarjana Peternakan.

Gambar

Gambar  1  Pemeliharaan dan pengumpulan telur tetas, (A) Kandang
Gambar  2  Hari ke-21  (pull chick), (A)  DOC yang menetas dalam
Tabel 2  Karakteristik telur tetas KB dan BK
Gambar  3  Rataan bobot telur setiap periode bertelur
+3

Referensi

Dokumen terkait

Adanya kombinasi dari persilangan ayam kampung dengan ayam ras pedaging yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dan resiprokalnya pada penelitian ini diperoleh F1

Oleh karena itu, penelitian ini menguji keturunan pertama (F1) persilangan ayam jantan ras pedaging dengan ayam betina kampung dan ayam jantan kampung dengan ayam

Ayam jantan dari hasil persilangan ayam lokal dengan ayam ras pedaging memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan dengan hasil persilangan sesama ayam lokal..

Perbandingan Produksi Telur, Bobot Telur, fertilitas, bobot tetas pertambahan bobot badan dan effisiensi pakan hasil persilangan ayam lurik dengan ayam Merawang dan ayam

Bobot telur adalah berat telur merupakan hasil penimbangan telur yang dihasilkan dari persilangan antara ayam kampung dan ayam leghorn jenis Isa Brown.. Bobot

Adanya kombinasi dari persilangan ayam kampung dengan ayam ras pedaging yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dan resiprokalnya pada penelitian ini diperoleh F1

Perbandingan Produksi Telur, Bobot Telur, fertilitas, bobot tetas pertambahan bobot badan dan effisiensi pakan hasil persilangan ayam lurik dengan ayam Merawang dan ayam

Hasil evaluasi penetasan telur ayam Pelung yang diinseminasi dengan semen ayam Tolaki Parameter Rataan Standar Deviasi Bobot Telur Tetas Gram 54,57 3,54 Fertilitas % 91,11 Berat