SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2014
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERBASIS TEPUNG,
MINYAK IKAN LELE (
Clarias gariepinus
) DAN PROBIOTIK
TERHADAP BERAT BADAN, PROFIL LIPID DAN
C-REACTIVE PROTEIN
MONYET EKOR PANJANG
BETINA USIA TUA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Pemberian
Pakan Berbasis Tepung, Minyak Ikan Lele (Clarias Gariepinus) dan Probiotik
terhadap Berat Badan, Profil Lipid dan C-Reactive Protein Monyet Ekor Panjang
Betina Usia Tua adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Mahmud Aditya Rifqi
RINGKASAN
MAHMUD ADITYA RIFQI. Pengaruh Pemberian Pakan Berbasis Tepung,
Minyak Ikan Lele (Clarias Gariepinus) dan Probiotik terhadap Berat Badan,
Profil Lipid dan C-Reactive Protein Monyet Ekor Panjang Betina Usia Tua.
Dibimbing oleh CLARA M. KUSHARTO, SRI ANNA MARLIYATI dan INGRID S. SURONO.
Dewasa ini proporsi kelompok umur lanjut usia (lansia) semakin meningkat. Lansia merupakan kelompok umur yang rawan terhadap penyakit akibat daya tahan tubuh yang melemah. Proses penuaan berasosiasi dengan perubahan IMT (Indeks Masa Tubuh). Peningkatan obesitas pada lansia diikuti peningkatan prevalensi penyakit kronik antara lain aterosklerosis, gangguan kognitif, diabetes, hipertensi, penyakit jantung dll. Untuk menanggulangi masalah ini dilakukan alternatif pemecahan masalah yaitu pembuatan pangan khusus untuk lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pakan berbasis tepung,
minyak ikan lele dan probiotik E. faecium IS-27526 terhadap berat badan, profil
lipid dan C-reactive protein (CRP) pada monyet ekor panjang betina usia tua.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2013 di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB, laboratorium Mikrobiologi Seafast IPB, Laboratorium Mikrobiologi Teknobiologi Universitas Atmajaya dan PT Carmelitha Lestari. Penelitian ini terdiri atas dua tahap yaitu: penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan persiapan hewan coba dan pakan yang akan diberikan. Usia ditentukan melalui pergigian (dentisi), dengan berat badan antara 2-4 kg. Hewan coba ditempatkan pada kandang individu dengan posisi masih dapat berinteraksi secara audiovisual satu dengan yang lain. Sembilan ekor monyet ekor panjang dibagi dalam tiga kelompok secara acak, yaitu: kelompok pakan standar (A1), kelompok pakan standar + probiotik
Enterococcus faecium IS-27526 (A2), dan kelompok pakan standar + probiotik
Enterococcus faecium IS-27526 + minyak (A3). Pengukuran berat badan (BB),
profil lipid darah, dan CRP dilakukan per-bulan selama 3 bulan intervensi.
Selama intervensi tidak ada pengaruh yang signifikan (p>0.05) pakan yang diberikan terhadap berat badan pada setiap kelompok. Namun, probiotik memiliki
kecenderungan menekan resiko overweight. Kadar kolesterol total dan LDL
kolesterol dengan pakan probiotik cenderung lebih rendah dibanding kelompok lain. Tidak ada pengaruh signifikan dari pakan terhadap kadar trigliserida dan HDL kolesterol, akan tetapi hasil penelitian memperlihatkan monyet dengan
pakan minyak ikan dan probiotik E. faecium IS-27526 cenderung untuk
menurunkan kadar trigliserida dibanding kelompok lain. Tidak ada pengaruh pakan terhadap CRP ditandai dengan hasil negatif pada tes CRP. Dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan standar dengan probiotik (A2) dapat memperlambat peningkatan berat badan dan kolesterol. Minyak ikan cenderung memperlambat peningkatan kadar trigliserida darah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif apabila diaplikasikan pada lansia.
MAHMUD ADITYA RIFQI. Effect of Catfish (Clarias gariepinus) Flour, Oil and Probiotic Based Feed Provision on Bodyweight, Lipid Profile and C-Reactive Protein of Aged Female Cynomolgus Monkey. Supervised by CLARA M. KUSHARTO, SRI ANNA MARLIYATI and INGRID S. SURONO.
Nowadays population of elderly people are increasing. The elderly are one among vulnerable groups due to weakening of immune. The aging process is related to the changes of BMI (Body Mass Index). The increase of obesity on the elderly is followed by the increase of prevalence of chronic diseases such as atherosclerocis, cognitive impairement, diabetic, hypertention, heart disease. Hence, alternative formulated specific food for elderly is urgently needed. The aim of research was to study the effect of catfish’ (Clarias gariepinus) flour, oil and probiotic E. faecium IS-27526 based feed provision on bodyweight, lipid profile and C-Reactive Protein (CRP) of aged female cynomolgus monkey
(Macaca fascicularis).
This study was conducted from March to august 2013 in Primate Research Center Bogor Agricultural University, Microbiology laboratory of Seafast and Atmajaya University, PT Carmelitha Lestari. This study consisted of two phases: a preliminary phase and the main phase. Preparation of animal and diet was conducted in preliminary phase. The age was determined by dentition, with body
weight in a range of 2 – 4 kg. Animals were placed in the individual cages in the
position where they can interact audiovisually. Nine aged female cynolmolgus monkeys were randomly divided into three groups, namely: standard diet (A1)
group, standard diet + probiotic Enterococcus faecium IS-27526 (A2) group,
standard diet + probiotic Enterococcus faecium IS-27526 + catfish oil (A3) group.
Evaluation of bodyweight, blood lipid profile, and CRP were conducted monthly during 3 months intervention study.
During intervention, there was no significant effect (p>0.05) of experimental diets on body weight in each group. However, probiotic tended to reduce the overweight risk. Total cholesterol and LDL cholesterol levels of monkeys with probiotic diet tended to be lower than other groups. There was no significant effect of the functional feed to triglyceride level and HDL cholesterol level, but the result showed monkeys fed with fish’ oil and probiotic E. faecium
IS-27526 tended to decrease the triglyceride level compared with other groups. There was no effect of experimental diets on CRP which is marked by negative result of CRP test. Taken together, provision of probiotic diet (A2) reduced increment of body weight. Catfish oil tended to delay increment of trigliceryde. This study was expected to have a positive impact when applied to the elderly.
©
Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
TERHADAP BERAT BADAN, PROFIL LIPID DAN
C-REACTIVE PROTEIN
MONYET EKOR PANJANG
BETINA USIA TUA
MAHMUD ADITYA RIFQI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
pada
Program Studi Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Mahmud Aditya Rifqi NIM : I151114031
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Prof Dr Clara M. Kusharto, MSc Ketua
Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS Anggota
Dr Ir Ingrid S. Surono, MSc Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
drh M. Rizal M. Damanik, MRepSc PhD
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai Agustus 2013 ini
ialah “Pengaruh Pemberian Pakan Berbasis Tepung, Minyak Ikan Lele (Clarias
Gariepinus) dan Probiotik terhadap Berat Badan, Profil Lipid dan C-Reactive
Protein Monyet Ekor Panjang Betina Usia Tua”. Penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof Dr drh Clara M Kusharto, MSc selaku ketua komisi pembimbing, Dr Ir Sri
Anna Marliyati, MS dan Dr Ir Ingrid S.Surono, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang senantiasa memberi bimbingan, arahan, masukan serta saran yang sangat membangun kepada penulis.
2. Dr Ir Budi Setiawan, MS selaku dosen penguji luar komisi yang telah
memberikan saran dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Program Hibah Kompetensi (HIKOM) Dikti yang telah memberi sponsor
pelaksanaan penelitian sebagian bagian dari penelitian utama dengan judul:
”Makanan fungsional kaya protein, mineral, dan minyak by-product tepung ikan lele sebagai nutritious dan emergency fooduntuk lansia”.
4. PT Bimana Indomedical dan PT Carmelitha Lestari atas bantuan dalam sarana
dan prasarana penelitian.
5. Kedua orang tua, Ayah Drs Syamsurizal dan Ibu Helena, AmaPd, kedua orang
kakak (Enita Susfira, SPt SPd dan Nining Rizona, SPd) beserta keluarga yang
selalu mendo’akan, memberikan dukungan dan menjadi semangat terbesar
penulis selama menyelesaikan penelitian.
6. Teman-teman Vilper (Villa Perwira), IPMM (Ikatan Pelajar Mahasiswa
Minang) dan IKMS (Ikatan Keluarga Mahasiswa Solok).
7. Teman-teman civitas akademika Gizi Masyarakat yang telah memberikan
bantuan dan motivasi selama penulis melangsungkan studi di sekolah Pascasarjana IPB.
8. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik serta saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, besar harapan penulis tesis ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan semua pihak pada umumnya.
Bogor, Januari 2014
DAFTAR ISI
Jumlah dan cara pengambilan sampel... 15
Alur Penelitian ... 16
Persiapan bahan ... 16
Masa adaptasi ... 17
Masa perlakuan ... 18
Metode Pengukuran Parameter ... 19
Pengukuran kadar kolesterol total ... 19
Pengukuran kadar kolesterol HDL ... 20
Pengukuran kadar trigliserida ... 21
Penetapan Kadar Kolesterol LDL ... 22
Pengukuran CRP ... 22
Rancangan Percobaan dan Analisis Data ... 23
Rancangan percobaaan ... 23
Analisis Data ... 24
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
Penelitian Pendahuluan ... 25
Pembuatan Pakan ... 25
Kultivasi Biomassa E.faecium IS-27526 ... 26
32
Kadar Kolesterol Total ... 32
Kadar LDL ... 35
Kadar Trigliserida ... 38
Kadar HDL ... 40
CRP ... 42
5 SIMPULAN DAN SARAN ... 44
Simpulan ... 44
Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
LAMPIRAN ... 49
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Komposisi zat gizi ikan lele dan tepung ikan lele ... 6
Tabel 2 Perbandingan kadar asam lemak pada ikan lele ... 7
Tabel 3 Kadar asam lemak pada ikan lele ... 7
Tabel 4 Anjuran konsumsi asam lemak dari berbagai lembaga ... 9
Tabel 5 Berbagai hasil studi terkait pengembangan biskuit lele dan probiotik E.faecium IS-25726 ... 12
Tabel 6 Data biologis dan kimia darah monyet ekor panjang ... 14
Tabel 7 Komposisi pakan ... 17
Tabel 8 Skema pengukuran kadar kolesterol total ... 20
Tabel 9 Skema pengukuran I kadar HDL Kolesterol ... 20
Tabel 10 Skema pengukuran II kadar HDL Kolesterol ... 20
Tabel 11 Skema pengukuran kadar Trigliserida ... 21
Tabel 12 Hasil analisis proksimat kandungan gizi pakan perlakuan ... 25
Tabel 13 Persentase konsumsi pakan selama intervensi ... 28
Tabel 14 Perubahan berat badan (kg) ... 29
Tabel 15 Kadar kolesterol total selama 3 bulan ... 32
Tabel 16 Kadar LDL selama 3 bulan... 36
Tabel 17 Kadar trigliserida selama 3 bulan ... 38
Tabel 18 Kadar HDL selama 3 bulan ... 41
Tabel 19 Evaluasi CRP MEP selama intervensi ... 40
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Ikan Lele Dumbo (Carias gariepinus) ... 6Gambar 2 Jalur konversi asam linoleat... 8
Gambar 3 Mekanisme pertahanan intestinal oleh probiotik ... 11
Gambar 4 Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) ... 13
Gambar 5 Kandang individu hewan coba ... 18
Gambar 6 Alur tahap penelitian... 23
Gambar 7 Adonan bahan-bahan telah dibentuk. ... 27
Gambar 8 Stok probiotik (a), proses homogenisasi (b), pakan siap diberikan (c) 28 Gambar 9 Diagram batang total mikroba pada kultivasi biomassa ... 27
Gambar 10 Diagram batang viabilitas kultur E. Faecium IS-27526 ... 28
Gambar 11 Rata-rata perubahan berat badan MEP selama pengamatan ... 30
Gambar 12 Persentase perubahan berat badan MEP 31
Gambar 13 Peningkatan total kolesterol MEP ... 34
Gambar 14 Peningkatan kadar LDL ... 37
Gambar 15 Peningkatan kadar trigliserida ... 39
Lampiran 1 Tahapan pembuatan biomassa probiotik E. faecium IS-27526 ... 50 Lampiran 2 Prosedur Penelitian Pendahuluan ... 50
Lampiran 3 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap berat badan MEP ... 51
Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terkadap berat badan MEP ... 51 Lampiran 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terkadap berat badan
MEP ... 52 Lampiran 6 Hasil uji lanjut pengaruh perlakuan terkadap kolesterol total ... 52 Lampiran 7 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok
perlakuan terkadap kolesterol total ... 53 Lampiran 8 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan
terhadap peningkatan kolesterol total ... 54 Lampiran 9 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok
perlakuan terhadap peningkatan kolesterol total ... 54
Lampiran 10 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap LDL kolesterol ... 55
Lampiran 11 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terkadap LDL kolesterol ... 55
Lampiran 12 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terkadap LDL Kolesterol ... 56 Lampiran 13 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok
perlakuan terhadap peningkatan LDL Kolesterol ... 57 Lampiran 14 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok
perlakuan terhadap peningkatan LDL Kolesterol ... 57
Lampiran 15 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar trigliserida .... 58
Lampiran 16 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terkadap kadar
trigliserida ... 58 Lampiran 17 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok
perlakuan terkadap kadar trigliserida ... 59 Lampiran 18 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok
perlakuan terhadap peningkatan kadar trigliserida ... 60 Lampiran 19 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok
perlakuan terhadap peningkatan kadar trigliserida ... 60
Lampiran 20 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap HDL Kolesterol ... 61
Lampiran 21 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terkadap HDL
Kolesterol ... 61 Lampiran 22 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok
perlakuan terkadap HDL Kolesterol ... 62 Lampiran 23 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok
perlakuan terhadap peningkatan HDL Kolesterol ... 63 Lampiran 24 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini proporsi kelompok umur lanjut usia (lansia) semakin meningkat. Menurut Newman (2009) 7% populasi masyarakat dunia berusia di atas 65 tahun, dan diprediksi meningkat menjadi 12% pada tahun 2030. Di Amerika Serikat, diprediksi jumlah lansia mencapai 12% (35 Juta jiwa) hingga 20% (71 juta jiwa) pada tahun 2030. Komisi Nasional Lanjut Usia (2010) melaporkan bahwa proporsi penduduk lanjut usia di Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan selama 30 tahun terakhir. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat menjadi 28.8 juta (11.34% dari keseluruhan penduduk Indonesia).
Lansia merupakan kelompok umur yang rawan terhadap berbagai jenis penyakit akibat daya tahan tubuh yang melemah. Proses penuaan berasosiasi
dengan perubahan IMT (Indeks Masa Tubuh). Setelah usia 20-30 tahun, Fat Free
Mass (FFM) semakin menurun sedangkan Fat Mass meningkat. FFM menurun
hingga 40% dari usia 20 hingga 70 tahun. FFM maksimal pada manusia biasanya pada umur 20-an, sedangkan maksimal FM pada usia 60-70 tahun. Menua juga
berhubungan dengan peningkatan lemak abdominal subkutan atau total fat, dan
penurunan peripheral FFM karena kehilangan masa otot dan tulang (Villareal et al
2005). Peningkatan obesitas pada lansia diikuti peningkatan prevalensi penyakit kronik. Penyakit kronik antara lain sindrom metabolik, aterosklerosis, gangguan kognitif, diabetes, hipertensi, penyakit jantung (Flood & Newman 2007; Mukhopadhyay 2012). Indikator sindrom metabolik dapat dilihat melalui profil lipid darah dan terjadinya peradangan pada pembuluh darah melalui pengukuran
C-Reactive Protein (CRP) (Warnberg et al. 2006).
Adanya berbagai resiko terhadap lansia overweight maka diperlukan
makanan yang khusus di formulasikan untuk membantu menjaga dan meningkatkan status kesehatan lansia. Hal ini dapat dilakukan dengan memodifikasi formula makanan bergizi yang diperkaya tepung daging ikan dan tepung kepala ikan lele serta probiotik. Tepung lele telah terbukti dapat membantu meningkatkan status gizi dan kesehatan balita rawan gizi (Kusharto et al. 2008; Adi 2010). Pada proses penepungan ikan lele sebagai bahan dasar biskuit fungsional didapatkan limbah minyak ikan. Hasil pemurnian dan karakterisasi menunjukkan bahwa minyak ikan lele mempunyai kandungan lemak esensial yang cukup tinggi yaitu 22.65% asam lemak oleat (C18:1), 17.79% asam lemak linoleat (C18:2) (omega 6) dan 1,21% asam lemak linolenat (C18:3) (omega 3) (Srimiati 2011). Berbagai studi menyatakan bahwa asam lemak esensial tersebut
mempunyai efek anti inflamasi dan anti aterosklerosis (Demonty et al. 2006).
Menurut WHO (2002) probiotik adalah mikroorganisme hidup dalam jumlah yang memadai bermanfaat untuk kesehatan manusia. Probiotik dapat meningkatkan daya tahan tubuh manusia dan menekan pertumbuhan bakteri
patogen di saluran pencernaan. Bakteri Enterococcus faecium IS-27526 yang
diisolasi dari dadih susu fermentasi dari Sumatera Barat, diketahui memiliki fungsi probiotik dan telah terbukti memiliki kemampuan menempel pada mukosa
menunjukkan pemberian biskuit berbasis tepung ikan teri dan krim probiotik
E.faecium IS-27526 pada balita dapat meningkatkan respon imun tubuh.
Probiotik E.faecium IS-27526 juga telah terbukti berdampak positif terhadap
peningkatan berat badan hewan coba dan balita (Harianti 2009; Surono et al.
2011). Kombinasi minyak ikan lele dan probiotik E. faecium IS-27526 diharapkan
mampu menjaga kesehatan lansia dari berbagai penyakit akibat penuaan. Penelitian akan dilakukan pada monyet ekor panjang (MEP) betina usia tua dengan melihat efek minyak ikan dan probiotik.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pakan berbasis tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik terhadap berat badan (BB), profil
lipid, dan C-Reactive Protein (CRP) monyet ekor panjang betina usia tua.
Tujuan Khusus :
1. Menetapkan formula pakan berbasis tepung ikan lele, minyak ikan lele dan
probiotik sebagai pakan monyet ekor panjang betina usia tua.
2. Menilai pengaruh pemberian pakan terhadap BB dan profil lipid monyet ekor
panjang betina usia tua.
3. Menilai pengaruh pemberian pakan terhadap CRP monyet ekor panjang betina
usia tua.
Perumusan Masalah
Lansia merupakan golongan usia yang rawan terhadap obesitas. Menurut
Eckel et al. (2005) obesitas berhubungan dengan faktor aterogenik lainnya seperti
tingginya konsentrasi trigliserida dan LDL, rendahnya HDL kolesterol, hipertensi dan resistensi insulin. Minyak ikan lele mengandung asam lemak esensial linoleat dan linolenat. Asam lemak esensial telah terbukti mempunyai sifat anti aterogenik dan anti inflamasi. Menurut WGO (2008) probiotik punya peran penting pada manusia dalam pencernaan, memperbaiki profil lipid dan pencegahan terjadinya infeksi. Pada studi ini, memberikan intervensi pada hewan coba (pre-klinis)
Macaca fascicularis betina usia tua untuk mengetahui pengaruh konsumsi tepung
ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik sebagai sumber asam lemak esensial dalam mencapai kesehatan optimal serta menurunkan faktor-faktor aterogenik pada hewan coba lansia.
Hipotesis
H0: Pemberian pakan berbasis tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik tidak berpengaruh nyata terhadap berat badan, profil lipid, dan CRP monyet ekor panjang.
Manfaat Penelitian
2 TINJAUAN PUSTAKA
Pangan fungsional
Pangan fungsional merupakan pangan yang mengandung zat gizi dan juga memiliki manfaat fisiologis lainnya yang bermanfaat untuk kesehatan dan atau menurunkan resiko penyakit kronis. Menurut International Life Sciences Institut of North Carolina America (ILSI) pangan fungsional sebagai pangan yang mengandung komponen aktif yang bermanfaat untuk kesehatan selain kandungan zat gizi dasar. Pangan fungsional dapat berupa pangan alami atau modifikasi yang mengandung dua atau lebih komponen aktif, dalam bentuk makanan atau minuman yang dapat dikonsumsi harian (Yeung & Laquatra 2003).
Pangan dapat dikatakan sebagai pangan fungsional jika terbukti dapat memberikan satu atau lebih manfaat terhadap target fungsi tubuh (selain fungsi gizi normalnya) dengan cara yang relevan dapat memperbaiki status kesehatan dan kebugaran serta menurunkan risiko penyakit. Secara umum ada dua konsep utama yang harus dimiliki suatu jenis pangan fungsional, yaitu: 1) mampu memperkuat sistem imun tubuh karena zat gizi/komponen aktif yang dimiliki, 2) mampu menghindari dari penyakit tertentu dengan meminimalisir faktor patogen di dalam tubuh. Ada 13 jenis fungsi pangan fungsional yang sudah dikategorikan menurut MFFA (Measures of Functional Food Administation) yaitu terkait: 1) sistem imun, 2) profil lipid, 3) anti lelah, 4) anti aging, 5) oksigen toleran, 6) sistem pencernaan, 7) kualitas tidur, 8) glukosa darah, 9) berat badan, 10) daya ingat, 11) proteksi dari bahan kimia berbahaya, 12) anti mutasi dan 13) penguatan tulang (Shi et al. 2005).
Minyak ikan merupakan salah satu pangan fungsional yang mengandung asam lemak esensial yang bermanfaat untuk kesehatan. Menurut Srimiati (2011) minyak ikan lele mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6. Asam lemak tersebut telah terbukti memiliki sifat anti aterogenik dan anti inflamasi pada
manusia (Demonthy et al. 2006). Probiotik melalui bakteri asam laktat merupakan
pangan fungsional karena telah teruji secara ilmiah dapat meningkatkan kesehatan saluran pencernaan. Salah satu produk pangan fermentasi tradisional dari Indonesia adalah dadih. Produk hasil fermentasi secara tradisonal ini berasal dari
susu kerbau daerah Minangkabau, Sumatera Barat. probiotik Enterococcus
faecium IS-27526 diisolasi dari dadih, dan telah terbukti dapat menempel pada
saluran pencernaan dan meminimalisir pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan (Surono 2007).
Lansia
karakteristik yang sama yaitu akibat penuaan. Menurut proses menua beresiko peningkatan berat badan, LDL dan HDL kolesterol serta berbagai jenis penyakit
lainnya terutama pada wanita (Perissinotto et al. 2002; Wastendorp 2006).
Sistem metabolik bertanggung jawab atas perubahan makanan yang dikonsumsi menjadi energi dalam tubuh. Setelah berumur 25 tahun, setiap orang akan mengalami penurunan kecepatan metabolisme sekitar 1% per tahun. Hal ini disebabkan karena proses pencernaan makanan menjadi kurang sempurna. Lansia mempunyai sistem metabolik yang berbeda dengan kelompok umur lainnya. Menurut Russell (2000) menua berhubungan dengan menurunnya kemampuan pencernaan untuk mencerna vitamin B-12, D dan kalsium. Pada proses penuaan juga akan terjadi penurunan produksi asam lambung, enzim-enzim pencernaan dan air liur (saliva) serta kemampuan dalam menyerap dan mencerna zat gizi. Perubahan tersebut dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit pada saluran cerna, kesulitan menelan dan lambatnya laju pengosongan perut. Asam lambung yang rendah (hypochlorhydria) diduga menjadi penyebab meningkatnya jumlah bakteri di saluran pencernaan lansia, karena mudah tumbuh pada kondisi tersebut (Saltzman et al. 1994). Kondisi ini menjadi pemicu terjadinya peradangan atau gastritis pada lambung. Disisi lain, proses pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi juga akan terganggu menyebabkan defesiensi zat gizi dan dalam kasus ekstrim malgizi.
Penuaan beresiko terhadap peningkatan fat mass dan profil lipid yang
memburuk. Menurut Demonty et al. (2006) peningkatan 1 mmol triasilgliserol/L
berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular sebanyak 14% dan 37% pada pria dan wanita. Tingginya konsentrasi triasilgliserol juga berhubungan dengan faktor aterogenik lainnya yaitu abdominal obesitas, rendahnya konsentrasi HDL-kolesterol, LDL partikel kecil, tingginya tekanan darah dan resisten insulin. Menurut berbagai studi hubungan penyakit aterosklerosis dan pola diet cukup erat. Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol meningkatkan prevalensi serum kolesterol tinggi yang berhubungan dengan kemungkinan ateroskerosis. Rekomendasi dari para ahli sampai saat ini adalah dengan mengurangi konsumsi lemak jenuh dan gula, mengganti dengan asam lemak tidak jenuh dari minyak sayur atau hewan (Potter & Hotchkiss 1997).
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)
Ikan lele adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar memiliki tubuh yang licin, memanjang dan memiliki kumis. Ikan lele yang terkenal ada 2 (dua) jenis yaitu lele lokal (Clarias batrachus) dan lele dumbo (Clarias gariepinus). Lele lokal merupakan ikan asli perairan Indonesia, sedangkan lele dumbo merupakan hasil persilangan lele lokal dari Afrika dengan lele lokal dari Taiwan. Secara umum, keduanya memiliki kesamaan ciri morfologi yaitu bentuk tubuh bulat memanjang, licin, berlendir, tidak bersisik, memiliki tiga buah sirip tunggal (punggung, ekor, dubur) dan dua pasang sirip dada yang berfungsi sebagai senjata (patil), serta alat pernapasan tambahan berbentuk pohon yang biasa disebut
arborescent organ yang memungkinkan lele dapat mengambil oksigen langsung
dari udara bebas.
besar dari pada lele lokal. Lele dumbo memiliki warna tubuh yang akan berubah menjadi pucat saat terkena matahari dan menjadi loreng seperti mozaik hitam putih jika terkejut atau kaget, sedangkan pada lele lokal warna tubuh bersifat permanen. Selain itu, disekitar mulutnya lele dumbo memiliki delapan buah kumis yang berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak dan saat mencari makan, sedangkan lele lokal hanya memiliki dua buah kumis. Ikan lele dumbo diklasifikasikan ke dalam filum Chordata, sub filum Vertebrata, kelas Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub Ordo Clariidae, genus Clarias, dan spesies
Clarias gariepinus (Khairuman & Amri 2008).
Gambar 1 Ikan Lele Dumbo (Carias gariepinus)
Komposisi kimia utama ikan lele adalah air dan bagian ikan yang dapat
dimakan (edible portion) berkisar antara 45-50% dari berat badan ikan. Ikan lele
dikenal sebagai ikan yang mempunyai kandungan protein tinggi yaitu 17.7 g/100 gram, dan kadar lemak relatif rendah yaitu 4.8 gram/100 gram. Selain itu ikan lele mengandung asam amino lisin, sistin dan metionin yang relatif tinggi dibanding dengan susu dan daging. Kadar mineral yang ada pada ikan lele adalah kalsium, fosfor, dan kalium. Komposisi zat gizi ikan lele dan tepung ikan lele disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi zat gizi ikan lele dan tepung ikan lele
Zat gizi Ikan lele Tepung ikan lele
Sumber : ikan lele (FAO l972 dalam Astawan 2008); tepung ikan lele (Herviana 2010).
tidak jenuh yaitu asam oleat dan linoleat dengan titik cair yang rendah (Ngadiarti 2014). Komposisi dan jenis asam lemak pada ikan lele disajikan pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2 Perbandingan kadar asam lemak pada ikan lele
Spesies Jenis Asam Lemak (%)
Asam Lemak ω-3 Asam Lemak ω-6
Lele liar 27.64 12.13
Lele Budidaya 10.22 15.85
Sumber: Estiasih (2009).
Tabel 3 Kadar asam lemak pada ikan lele
Asam lemak
Sumber: Srimiati (2011).
Ikan lele mengandung asam asam oleat 22,46%, asam linoleat 17,7%. Ikan hasil budidaya air tawar mengandung asam lemak tidak jenuh relatif tinggi. Selain itu minyak ikan lele mempunyai kandungan asam linoleat relatif tinggi dibanding dengan kadar asam linolenat. Banyak faktor yang mempengaruhi komponen asam lemak minyak ikan diantaranya pakan yang dikonsumsi, proses asal minyaknya, umur simpan, jenis atau spesies, letak geografis, dan musim pada saat ikan tersebut dipelihara/dipanen.
Hasil studi Harris et al. (1990) tentang dosis pemberian minyak ikan pada pasien hipergliseridemia menyatakan bahwa pemberian dengan dengan dosis 15 ml, 25 ml dan 40 ml signifikan menurunkan plasma kolesterol dan trigliserida. Konsentrasi LDL kolesterol meningkat pada dua dosis tertinggi. Dosis terendah
adalah dosis paling hipolipidemik per gram. Menurut Brown AJ et al. (1990)
beberapa studi tentang minyak ikan menyatakan bahwa konsumsi ≥15 gram/hari
menurunkan plasma triasilgliserol akan tetapi tidak mempengaruhi total kolesterol pada profil lipid.
Asam lemak
Asam lemak merupakan bentuk lipida paling banyak dalam tubuh dan makanan (Mc Guire&Beerman 2009). Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24; memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Asam lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk ikatan tunggal di dalam sel atau jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada berbagai kelas lipida yang berbeda; asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan ini oleh hidrolisis kimia atau enzimatik. Hampir semua asam lemak di alam memiliki jumlah atom karbon yang genap; asam-asam lemak dengan 16 dan 18 karbon adalah yang paling dominan (Lehninger 1982).
Asam lemak dapat berupa jenuh (SFA/Saturated Fatty Acid), tidak jenuh
tunggal (MUFA/Mono Unsaturated Fatty Acid) atau tidak jenuh jamak
(PUFA/Poly Unsaturated Fatty Acid). PUFA memiliki dua atau lebih
karbon-karbon dengan ikatan rangkap. Semakin banyak ikatan rangkap akan memberi peluang rantai semakin membelok. Belokan akan mempengaruhi struktur dan fungsi sel. Biasanya asam lemak tidak jenuh berada pada konfigurasi cis, walaupun terkadang juga ada dalam bentuk trans pada minyak dan lemak. Asam lemak trans biasanya berasal dari turunan dari proses hidrogenisasi lemak nabati akan lebih stabil di suhu ruang.
Asam lemak esensial merupakan asam lemak yang tidak dapat disintesa tubuh, sehinggga membutuhkan asupan dari makanan. Hasil dari berbagai penelitian menyatakan konsumsi asam lemak dalam jumlah tertentu seperti
as.linoleat, α-linoleat dan arakhidonat efektif menurunkan resiko penyakit akibat kekurangan asam lemak. Sebagian asam lemak tidak jenuh tidak dapat disintesa pada sel hewan sehingga membutuhkan asupan dari tanaman. Dua jenis asam lemak esensial adalah asam linoleat (18:2 n-6) dan α-linolenat (18:3 n-3). Dari asam linoleat dapat dibentuk asam arahidonat. Konversi asam linoleat menjadi
asam arakhidonat biasanya berjalan lambat di bawah 0.5%. Berikut jalur
perubahannya di dalam tubuh (McGuire & Beerman 2009).
Asam linoleat (18:2 n-3)
γ-asam linoleat (18:3 n-6)
asam eicosanoat (20:3 n-6)
asam arakhidonat (20:4 n-6)
Gambar 2 Jalur konversi asam linoleat
termasuk penyakit degeneratif, penyakit kardiovaskuler, kanker dan diabetes. Gejala defisiensi asam lemak esensial adalah penyakit kulit, lemas, menurunnya imunitas, lemah, gangguan saluran cerna, sirkulasi jantung, gangguan pertumbuhan dan gangguan reproduksi. Akibat yang lain adalah pemicu kanker
payudara, kanker prostat, arthritis rheumatoid, arthritis, asma, preeklampsia,
depresi, schizophrenia dan menurunnya konsentrasi dan hiperaktif. Rata-rata
asupan asam linoleat bervariasi di setiap negara, sebagai contoh, masyarakat USA rata-rata asupannya adalah 14.8 g/h (6.7% dari total energi), sedangkan masyarakat Perancis rata-rata asupannya 8.1 g/h (4.2 % dari total energi) (Czerhichow et al. 2010).
Minyak ikan/ Fish Oil (FO) yang mengandung n-3 (omega-3) mempunyai
peran penting membran plasma dan fungsi sel otot. Suplementasi FO yang tinggi n-3 PUFA, terbukti meningkatkan sistem kerja syaraf pada lansia dan
meningkatkan aktivitas kontraktil hati (Rodacky et al. 2012). Minyak ikan kaya
n-3 FA memperpanjang bleeding time dan menurunkan jumlah platelet (Harris et al.
1990). Suplementasi minyak ikan dan olive oil dapat menurunkan resiko penyakit
kardiovaskular (Demonty et al. 2006). Berikut tabel menjelaskan pendapat
beberapa ahli dan organisasi terhadap asupan lemak dan asam lemak perhari.
Tabel 4 Anjuran konsumsi asam lemak dari berbagai lembaga
Sumber Tujuan (% dari total energi)
Sumber Tujuan (% dari total energi)
Sumber: Czernichow et al. (2010) modifikasi.
Probiotik
Definisi FAO/WHO (2001) tentang probiotik adalah mikroorganisme hidup yang saat dikonsumsi dengan jumlah yang memadai,tetap hidup sampai mencapai
saluran gastrointenstinal (GI tract) serta memberikan manfaat kesehatan. Menurut
International Life Sciences Institut (ILSI) Eropa, probiotik adalah suplemen
pangan berupa mikroba hidup yang dapat memberikan pengaruh yang
menguntungkan bagi kesehatan dan kehidupan inangnya (Owehand et al.1999).
Mikroba probiotik mempunyai hubungan dekat dengan kesehatan saluran pencernaan inang karena berperan mencegah kolonisasi dan proliferasi mikroba patogen di usus. Manfaat probiotik bagi kesehatan manusia adalah: meningkatkan keseimbangan mikrobiota usus, produksi anti bakteri, menurunkan resiko kanker, mengikat karsinogenik, tekanan darah dan kolesterol serta menstimulir respon imun terutama meningkatkan IgA.
Gambar 3 Mekanisme pertahanan intestinal oleh probiotik Sumber : Lu dan Walker (2001).
Kelompok bakteri ini tidak membusukkan protein dan dapat memetabolisme berbagai jenis karbohidrat secara fermentatif menjadi asam laktat sehingga disebut bakteri asam laktat (Surono 2004). Beberapa kriteria dan persyaratan suatu mikroorganisme dikatakan sebagai probiotik yang efektif dan menguntungkan
bagi kesehatan adalah berasal dari manusia (human origin), stabil terhadap asam
maupun cairan empedu, dapat menempel (adhesi) pada usus manusia, membentuk
koloni pada manusia, bersifat antagonis terhadap bakteri patogen, secara klinis terbukti efektif terhadap kesehatan, dan aman untuk di konsumsi.
Aspek keamanan probiotik juga penting untuk dipertimbangkan. Idealnya probiotik berasal dari manusia dan dari saluran pencernaan orang sehat, sebab efek positif kesehatan biasanya sangat tergantung pada lingkungan dan spesies. Strain probiotik tidak boleh bersifat patogen, atau berkaitan dengan penyakit kelainan saluran pencernaan. Selain itu bakteri probiotik juga harus tidak mentransfer gen resisten terhadap antibiotik (Surono 2004).
Indonesia memiliki berbagai jenis makanan fermentasi tradisional yang berpotensi mengandung probiotik, salah satunya adalah dadiah susu kerbau
fermentasi dari Sumatera Barat. Bakteri Enterococcus faecium IS-27526 diisolasi
dari dadiah, dan diketahui memiliki potensi probiotik dan memiliki kemampuan
menempel pada mukosa usus dengan baik secara in vitro (Collado et al. 2007), in
Tabel 5 Berbagai hasil studi terkait pengembangan biskuit lele dan probiotik
E.faecium IS-25726
Peneliti Bentuk produk Hasil Sasaran dan
lama perlakuan
Rusilanti (2006) Susu suplementasi
probiotik E.
Harianti (2009) Biskuit lele dengan
pasta krim
Adi (2010) Biskuit lele dengan
pasta krim
Nugraha (2012) Biskuit lele dumbo Peningkatan status
Peneliti Bentuk produk Hasil Sasaran dan lama perlakuan
Savitri (2012) Biskuit lele dengan
probiotik
Nugraha (2013) Formula biskuit
lele dengan
Sumber : Savitri (2012), modifikasi.
Monyet Ekor Panjang
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) termasuk golongan kingdom
animalia, famili cercopithedael, subfamili cercopithenae, genus macaca spesies
Macaca fascicularis. Populasi macaca banyak tersebar di wilayah Filipina,
Indonesia dan Malaysia. Rata-rata berat badan betina 2.5-5.7 kg sedangkan jantan
4.7-8.3 kg (Cawthon 2006). Secara umum Macaca fascicularis memiliki warna
tubuh bervariasi mulai dari abu-abu sampai kecoklatan. Monyet ekor panjang termasuk pada hewan omnivora pemakan berbagai varietas makanan seperti buah, kepiting, bunga, serangga, daun, jamur, rumput dll (Bonadio 2000).
Gambar 4 Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) Sumber: www.rijskamp.com
Sajuthi (1993) Macaca fascicularis memiliki kemiripan lebih banyak dengan manusia dibandingkan dengan hewan model lainnya. Hewan ini peka terhadap
pakan kolesterol. Menurut Tepstra et al. (1984) perubahan serum kolesterol pada
Macaca fascicularis dapat disebabkan perubahan intervensi diet sumber protein
pada low-density lipoprotein cholesterol (LDL). Kondisi ini juga diperkuat dengan adanya persamaan ciri anatomi dan fisiologis karena kedekatan hubungan filogenetik dan perbedaan evolusi yang pendek (Sirois 2005). Berikut data biologis dan kimia darah monyet ekor panjang.
Tabel 6 Data biologis dan kimia darah monyet ekor panjang
Kriteria Standar
Berat badan lahir 230-470 gram
Berat badan dewasa 2,4-10,9 kilogram
Panjang Badan 350-455 mm
Harapan hidup 25-30 tahun
Usia dewasa: - Jantan 3-4 tahun
-Betina 3-3.4 tahun
Siklus mensturasi 28-32 hari
Masa kehamilan 155-165 hari
Masa sapih 12-18 bulan
Temperatur Tubuh 37-380c
Laju pernapasan 30-40 x/menit
Ritme jantung 100-130 x/menit
Kolesterol 106-148 mg/dl
HDL 19-103 mg/dl
Trigliserida 44-75 mg/dl
Kalsium 8.5-9.3 mg/dl
Sumber: Fortman et al. (2002).
3 METODE PENELITIAN
Desain, Waktu dan Tempat
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilaksanakan pada
bulan Maret-Agustus 2013. Pada tahap awal, dilakukan adaptasi Macaca
fascicularis sebagai hewan coba, kultivasi biomassa probiotik E. faecium
IS-27526 serta menyiapkan pakan selama pengujian. Pemeliharaan dan perlakuan serta pengukuran berat badan, profil lipid dan CRP monyet ekor panjang dilakukan di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Lodaya Bogor. Aktivasi dan kultivasi probiotik dilakukan di laboratorium Mikrobiologi PAU IPB serta Fakultas Teknobiologi Universitas Atmajaya. Pembuatan pakan monyet dilaksanakan di PT. Carmelitha Lestari Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan antara lain yaitu kultur E. faecium IS-27526,
bahan-bahan kultivasi probiotik (MRSBroth, yeast extract, glukosa, KH2PO4, K2HPO4,
C2H3NaO2, (NH4)2HPO4, MgSO4, MnSO4, agar, Potato Dextrose Agar (PDA), VRBA, MRSA, susu skim) dan bahan pembuatan pakan (tepung daging, tepung kepala lele dan minyak ikan lele, tepung ubi jalar, isolat kedelai, butter, telur dan gula). Minyak ikan yang digunakan telah melalui proses pemurnian terlebih dahulu. Bahan yang digunakan untuk pengambilan darah dan analisis profil lipid adalah sampel plasma darah dan reagen test dari PT. Rajawali Nusindo.
Alat
Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah peralatan untuk kultivasi
biomassa probiotik dan analisis mikrobiologi meliputi; shaker-incubator,
fermentor, laminar flow, inkubator, autoklaf, mikropipet, bunsen, tabung reaksi,
timbangan, cawan petri, centrifuge. Untuk pembuatan pakan diperlukan
hand-blender, sendok, timbangan digital, panci. Pengukuran berat badan menggunakan
timbangan digital. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan darah jarum suntik, tabung EDTA, alkohol dan plester. Alat untuk analisis profil lipid adalah pipet mikro, eppendorf, sentrifuge dan alat analisis darah.
Jumlah dan cara pengambilan sampel
Setiap perlakuan menggunakan 3 ekor monyet (unit percobaan), sehingga keseluruhan menggunakan 9 ekor monyet. Pengambilan sampel 9 ekor digunakan rumus Federer yaitu :
Seharusnya jumlah sampel setiap kelompok adalah 9 ekor sehingga jumlah keseluruhan hewan coba 27 ekor. Akan tetapi yang dilakukan pada penelitian hanya sepertiga dari jumlah seharusnya yaitu 3 ekor tiap kelompok (9 ekor jumlah
keseluruhan) sehingga dikategorikan pilot study. Pengelompokan MEP dilakukan
secara acak sehingga rata-rata berat badan antar kelompok cenderung sama.
Alur Penelitian
Penelitian ini fokus pada penggunaan produk pakan fungsional dari tepung
dan minyak ikan lele dan probiotik pada monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis). Hewan yang digunakan dalam penelitian ini 9 ekor monyet ekor
panjang betina usia tua (10-15 tahun, ditentukan berdasarkan dentisi) hasil penangkaran Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat-Institut Pertanian Bogor (PSSP LPPM-IPB) dengan bobot
badan berkisar antara 2–4 kg. Parameter yang diamati adalah perubahan BB,
profil lipid, dan CRP. Kadar lipid darah yang diukur meliputi kadar kolesterol
total, trigliserida, HDL dan LDL. Seluruh monyet ekor panjang (Macaca
fascicularis) yang digunakan bebas dari penyakit tuberkulosis dan simian
retrovirus (SRV). Seluruh perlakuan yang melibatkan hewan percobaan dilakukan
berdasarkan Ethical Clearance yang telah ditentukan dan disetujui Komisi
Kesejahteraan Hewan Laboratorium PSSP IPB (ACUC) dengan nomor P.01.13-IR. Alur penelitian disajikan pada Gambar 6. Tahap penelitian terdiri dari tiga bagian, yaitu masa persiapan bahan intervensi, masa adaptasi dan masa perlakuan.
Persiapan bahan
Persiapan bahan intervensi terbagi atas beberapa tahap antara lain: pembuatan biomassa probiotik E.faecium IS-27526, uji viabilitas probiotik, dan pembuatan pakan untuk hewan coba.
1. Persiapan stok probiotik
Probiotik yang digunakan pada penelitian adalah strain E. faecium IS-27526
yang diisolasi dari dadiah, susu fermentasi asal Sumatera Barat. Biomassa probiotik digunakan sebagai stok kultur yang akan dicampurkan pada pakan. Pembuatan stok probiotik dimulai dari tahap aktivasi dan kultivasi menggunakan medium MRS-Broth, fermentasi dalam fermentor 10 liter selama 22 jam pada suhu 370C pada kondisi anaerobik. Hasil kultivasi selanjutnya di sentrifus pada
suhu 40C selama 20 menit untuk memperoleh biomassa E. faecium IS-27526.
Biomassa kemudian dipindahkan ke falcon tube dan dibekukan dengan N2 cair
kemudian disimpan dalam freezer. Diagram alir pembuatan stok biomassa
probiotik disertakan pada Lampiran 1.
2. Uji Viabilitas Probiotik
Analisis mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui viabilitas probiotik dan cemaran. Analisis viabilitas juga dilakukan setiap 2 minggu selama penelitian untuk mengetahui kelayakan jumlah bakteri probiotik yang dicampurkan pada pakan. Cara kerja uji mikrobiologi diuraikan pada Lampiran 2.
3. Pembuatan pakan untuk hewan coba
dan CRP MEP sehingga dapat dilihat pengaruh minyak ikan dan probiotik dalam melakukan proteksi. Masing-masing perlakuan diberikan pakan aterogenik (tepung kuning telur) 0,1% (20 gram). Formula dasar yang digunakan adalah modifikasi formula biskuit yang diperkaya tepung ikan lele dan isolat protein formula terbaik hasil formulasi Kusharto et al. (2012). Berikut komposisi pakan ketiga jenis perlakuan (Tabel 7).
Tabel 7 Komposisi pakan formulasi
Jenis Bahan Jumlah bahan (gram)
Pakan A1 Pakan A2 Pakan A3 Tepung kepala ikan lele mengandung mineral yang tinggi terutama kalsium, sehingga diharapkan dapat melihat efek pemberian tepung kepala terhadap kalsium darah MEP yang pada penelitian ini tidak diamati. Pada pakan A2 dilakukan penambahan probiotik, sedangkan pada pakan A3 dilakukan penambahan probiotik dan minyak ikan lele. Minyak ikan lele diberikan sebagai substitusi terhadap butter.
Masa adaptasi
Tahap persiapan pada penelitian utama adalah menyiapkan hewan coba. Hal yang pertama dilakukan adalah mengkarantina hewan selama 45 hari untuk memberikan waktu adaptasi. Hewan yang diujicobakan didatangkan dengan terlebih dahulu telah di ovariektomi. Tujuan ovariektomi adalah menghentikan fase bulanan pada MEP sehingga menjadi simulasi wanita lanjut usia (menopause) pada manusia. Hewan dikandangan dalam kandang individu yang ditempatkan pada posisi agar antar individu berinteraksi secara audiovisual. Minum diberikan
ad libitum dan makanan berupa pakan perlakuan diberikan 120 kal/kg bobot
badan/hari.
Kandang yang digunakan adalah kandang individu stainless steel (squeeze
back cage) untuk mempermudah dalam pemeliharaan dan pengendalian. Kandang
bergerak (Sajuthi 1993). Kandang dengan ukuran 0,6 x 0,6 x 0,9 m dapat dilihat dalam Gambar 5.
Gambar 5 Kandang individu hewan coba
Peletakan kandang dibuat dalam bentuk satu sama lain individu masih dapat saling melihat dan mendengar. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) hewan coba tidak boleh dikandangkan sendirian dan terpencil karena akan menimbulkan suatu bentuk cekaman yang mengganggu proses tingkah laku dan fisiologi normal. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum berupa mangkuk yang terbuat dari logam anti karat dan air minum
disediakan ad libitum, ditempatkan pada ruang tertutup dan bersih serta dilengkapi
dengan lampu, keran air, selang air, alat kebersihan dan house fan.
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua pada saat
adaptasi kandang diberikan pakan komersial buatan Bangkok dengan merk
dagang monkey chow sebanyak 50-80 g/hari. Monkey chow berbentuk pakan
padat, kering dan agak keras dengan kandungan energi dan protein yang tinggi. Setelah adaptasi kandang selama 30 hari, dilakukan adaptasi pakan dimana pakan
monkey chow dikombinasikan dengan pakan intervensi.
Masa perlakuan
Pada masa perlakuan, ketiga kelompok hewan akan diberi pakan yang berbeda. Kelompok pertama diberikan pakan kontrol/standar. Pakan standar
merupakan pakan dengan komposisi formula terpilih dari penelitian Kusharto et
al. 2012). Kelompok ke dua akan diberikan pakan tepung lele dengan probiotik.
Kelompok ke tiga diberikan pakan tepung lele yang ditambah dengan minyak ikan lele dan probiotik.
A1 = pakan standar
A2 = pakan standar + probiotik
A3 = pakan standar + probiotik + minyak lele
Metode Pengukuran Parameter
Hewan disedasi pada awal penelitian dan setiap 4 minggu dengan ketamin HCl 10% (10 mg/kg bobot badan) secara intramuskuler untuk tujuan penimbangan dan pengambilan sampel darah. Bobot badan ditimbang dengan timbangan digital. Darah diambil dari vena femoralis sebanyak 3 ml dalam tabung dengan antikoagulan EDTA. Alat yang digunakan adalah alat analisis darah merek
Nihon Kohden Celltax. Sampel darah digunakan untuk analisis kolesterol plasma
(mg/dL), trigliserida (mg/dL), kolesterol HDL (mg/dL), dan kolesterol LDL (mg/dL). Pengukuran total kolesterol plasma, trigliserida, kolesterol HDL dan kolesterol LDL menggunakan prinsip enzimatik kolorimetrik.
Pengukuran kadar kolesterol total
Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan dengan uji kolorimetrik
enzimatis dengan metode CHOD-PAP menggunakan test kit yang dikeluarkan PT.
Rajawali Nusindo. Kolesterol ditentukan setelah proses hidrolisis dan oksidasi
secara enzimatis. Indikator quinoneimine terbentuk dari hasil reaksi antara
hidrogen peroksida dan 4-aminophenezone dengan adanya fenol dan perosidase. Prinsip reaksi:
Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm
Suhu 250C atau 370C
Prinsip Membandingkan sampel dengan blanko.
CHE
CHO
Tabel 8 Skema pengukuran kadar kolesterol total
Pipetkan ke kuvet Blanko Sampel/Standar
Sampel/standar
Campurkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu 250C atau 5 menit pada suhu
370C. Lakukan pengukuran absorban sampel/standar bandingkan dengan blanko.
Hasil akan keluar secara otomatis dalam satuan mg/dl.
Pengukuran kadar kolesterol HDL
Pengukuran kadar kolesterol HDL menggunakan test kit kolesterol merek,
dari PT Rajawali Nusindo. Kilomikron, VLDL (very low density lipoprotein) dan
LDL (low density lipoprotein) diendapkan dengan penambahan asam
fosfotungstat dan magnesium klorida. Sesudah dilakukan sentrifugasi, cairan supernatan yang mengandung fraksi HDL digunakan untuk analisis kolesterol HDL dengan test kit kolesterol.
Konten, komposisi reagen:
R1 4x80 ml bahan endapan
Asam fosfotungstat 0.55 mmol/l Magnesium klorida 25.00 mmol/l
2 Standar kolesterol
Kolestero 50.00 mg/dl
atau 1.29 mmol/l
Persiapan reagen
1. Endapan untuk semi-mikro assays
Cairkan bahan pada R1 dengan 20 ml air destilata atau 4 botol R1 dengan 1 bagian air destilata (4+1).
Tabel 9 Skema pengukuran I kadar HDL Kolesterol
Pipetkan ke kuvet Makro Semi-mikro
Sampel Campurkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang. Sentrifus selama 2 menit pada 10000 g, atau 10 menit pada 4000 g.
Setelah dilakukan sentrifugasi pisahkan supernatan dari endapan dan lanjutkan untuk pengukuran dengan test kit kolesterol.
2. Penetapan kolesterol-HDL
Tabel 10 Skema pengukuran II kadar HDL Kolesterol
Pipetkan ke kuvet Blanko Standar Sampel
Air Destilata
Campurkan, inkubasi selama 5 menit pada suhu 370C atau 10 menit pada suhu
250C. Ukur absorbansi sampel dan standar bandingkan dengan blanko. Hasil
Pengukuran kadar trigliserida
Pengukuran kadar trigliserida dilakukan dengan uji kolorimetrik enzimatis dengan metode GPO-PAP menggunakan test kit dikeluarkan oleh PT Rajawali Nusindo. Trigliserida ditentukan setelah hidrolisis enzimatis dengan lipase. Indikator quinoneimine terbentuk dari hydrogen peroksida, 4-aminoantipyren dan 4-klorofenol dibawah pengaruh katalisis dari peroksidase.
Prinsip reaksi:
R1 4x100 reagen enzim
Larutan buffer :
Gliserol-3-fosfat oksidase 0.05 mmol/l
2 3 ml standar
Trigliserida 200 mg/dl
atau 2.28 mmol/l Pengukuran
Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm
Suhu 250C atau 370C
Prinsip Bandingkan sampel dengan blanko.
Tabel 11 Skema pengukuran kadar Trigliserida
Pipetkan ke kuvet Blanko Sampel/Standar
Sampel/standar
Campurkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu 250C atau 5 menit pada suhu
370C. Lakukan pengukuran absorban sampel/standar bandingkan dengan blanko.
Hasil akan keluar secara otomatis dalam satuan mg/dl. Lipase
GK
GPO
Penetapan Kadar Kolesterol LDL
Kadar kolesterol LDL dihitung dari konsentrasi kolesterol total, kolesterol HDL dan Trigliserida dengan menggunakan persamaan berikut:
Kolesterol LDL= Total Kolesterol - HDL - Trigliserida mg/dl 5
Pengukuran CRP
Tujuan analisis CRP adalah untuk mengetahui adanya infeksi kerusakan jaringan atau inflamasi. CRP merupakan protein khusus yang disintesis hati sebagai respon terhadap peradangan yang terjadi pada pembuluh darah. Metode yang digunakan pada uji ini adalah metode kualitatif. Prinsip pengujian adalah aglutinasi pasif terbalik dimana latex dilapisi antibodi CRP dan yang dideteksi adalah antigen CRP dalam serum dengan kadar tinggi, aglutinasi terlihat dalam 2 menit.
Bahan : Serum
Reagen : Latex (suspense polysterin latex)
Cara kerja : Masukkan 50 mikro liter serum ke dalam test slide, tambahkan
satu tetes suspense, campurkan suspense dengan cara digoyang. Putar test slide selama dua menit lihat aglutinasi yang terjadi. Interpretasi hasil:
Gambar 6 Alur tahap penelitian
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan percobaaan
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Faktorial (RAF) dengan 2 faktor yaitu faktor A (jenis pakan) dan faktor B (lama waktu intervensi).
Model matematika dari rancangan ini adalah:
Yijk = µ + Ai+ Bj + ABij + єijk
Abij : Interaksi antara Faktor A dengan Faktor B
Analisis Data
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian Pendahuluan
Pembuatan Pakan
Pakan yang diberikan pada penelitian adalah pakan aterogenik dengan penambahan tepung kuning telur. Formula berdasarkan komposisi formula terpilih pada penelitian Kusharto et al. (2012) dengan modifikasi penambahan probiotik
E.faecium IS-27526 dan minyak ikan lele. Berikut hasil analisis proksimat
kandungan gizi pakan perlakuan dan monkey chow.
Tabel 12 Hasil analisis proksimat kandungan gizi pakan perlakuan
No Kandungan* Pakan
Keterangan: *Kandungan gizi berdasarkan berat kering (kecuali kadar air). Hasil analisis proksimat Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor 2013.
** Sumber: Suparto et al. (2010).
Pakan formulasi memiliki kandungan zat gizi yang tidak jauh berbeda
dengan monkey chow. Monkey chow merupakan pakan komersial berbentuk
biskuit yang biasa diberikan pada MEP di penangkaran. Perbedaan pakan
formulasi dengan monkey chow terdapat pada kandungan lemak dan protein.
Kandungan lemak pakan formulasi lebih tinggi disebabkan adanya penambahan
kuning telur sebagai pakan aterogenik. Kandungan protein monkey chow
cenderung lebih tinggi dibanding pakan formulasi karena memiliki komposisi kedelai (protein kasar) yang lebih tinggi.
Komposisi awal pada formula terpilih dalam biskuit fungsional Kusharto et
al. (2012). Modifikasi dilakukan dengan tidak menggunakan margarin, tepung
susu, soda kue, dan baking powder serta substitusi sebagian tepung terigu oleh
tepung ubi jalar. Konsekuensi dari tidak digunakan margarin adalah diganti butter
(BOS) dan tepung susu di ganti dengan isolat kedelai, sedangkan soda kue dan
baking powder diganti dengan sedikit garam. Penggunaan butter (BOS) bertujuan
agar tekstur lebih renyah, sedangkan isolat kedelai memiliki kandungan protein yang lebih baik dari pada tepung susu. Penggunaan ubi jalar menggantikan sebagian dari tepung terigu bertujuan untuk menambah kadar serat pangan dalam biskuit, selain itu sebagai upaya meningkatkan penggunaan pangan lokal.
Proses pembuatan pakan diawali dengan mencampur gula bubuk, dan
mentega, lalu diaduk dengan menggunakan mixer dengan kecepatan tinggi sampai
agak mengembang. Lalu tepung daging ikan, tepung kepala ikan, isolat protein kedelai, tepung terigu, tepung ubi jalar, dan tepung susu dimasukkan ke dalam adonan. Adonan diaduk dengan kecepatan rendah sampai kalis sebanyak 50 gram. Berikut gambar adonan selama pengadonan (Gambar 7).
Gambar 7 Adonan bahan-bahan dan pakan telah dibentuk
Tahap berikutnya adalah pencampuran probiotik dengan pakan yang dilakukan di Laboratorium Bakteriologi PT. Bimana Indomedical. Pakan yang
ditambahkan dengan E. faecium IS-27526 adalah A2 dan A3. Probiotik yang
sudah disiapkan sebagai stok kemudian disuntikkan dengan mikropipet P1000. Terlebih dahulu probiotik di homogenisasi dengan Scientific Vortek tipe genie 2. Setelah homogen, disedot dengan mikropipet sebanyak 200-500 ul. Bagian yang
sudah disuntikkan probiotik ditutup kembali dan ditandai dengan Food grade
colouring. Berikut gambar proses penambahan probiotik pada pakan.
(a) (b) (c)
Gambar 8 Stok probiotik (a), Proses homogenisasi (b) Pakan siap diberikan (c)
Pakan yang telah ditambahkan probiotik selanjutnya disimpan di freezer
untuk selanjutnya diberikan pada MEP. Pemberian pakan dilaksanakan pada pagi dan sore hari sesuai dengan kebutuhan kalori MEP per hari. MEP diberikan buah sebagai makanan selingan.
Kultivasi Biomassa E.faecium IS-27526
Pada penelitian ini E.faecium IS-27526 biakan murni difermentasi dalam
fermentor 10 L pada suhu 37 0C selama 22 jam di dalam media de Man Rogosa
Sharpe (MRS) broth (Oxoid, UK) pada kondisi anaerobik. Teknologi fermentasi dilakukan untuk memproduksi sel-sel mikroba (biomassa) dalam jumlah banyak
(Stanbury 1995). Setiap tiga jam dilakukan platting untuk mengetahui jumlah
mikroba yang tumbuh. Dalam hal ini dilakukan platting untuk mengetahui
pertumbuhan bakteri asam laktat, koliform dan total mikroba. Berikut gambaran jumlah mikroba selama 22 jam.
Gambar 9 Diagram batang total mikroba pada kultivasi biomassa
Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui total bakteri asam laktat terus meningkat selama proses kultivasi. Peningkatan bakteri asam laktat berkisar dari 9.38 cfu/g hingga mencapai 13.36 cfu/g pada titik terakhir. Total bakteri juga terdapat kenaikan hanya tidak terlalu signifikan dari 8.3 cfu/g hingga mencapai 8.77 cfu/g. Jumlah bakteri asam laktat yang lebih tinggi dari pada total bakteri diduga karena bakteri asam laktat butuh media yang selektif untuk tumbuh dan berkembang. Media PCA diduga tidak terlalu cocok untuk pertumbuhan bakteri laktat. Pada bakteri koliform tidak terjadi pertumbuhan dari titik 0 hingga titik terakhir selama 22 jam. Hal ini diduga karena teknik kerja aseptis yang dilakukan sehingga tidak terdapat kontaminan selama pengerjaan kultivasi. Kontaminasi mungkin terjadi karena proses biomassa yang memerlukan waktu lama memungkinkan terjadinya kontaminasi dari kontaminan-kontaminan seperti peralatan, bahan maupun lingkungan. Setelah masa kultivasi selama 22 jam,
probiotik dipanen dengan disentrifugasi pada suhu 4 0C, 3200 rpm selama 20
menit. Larutan hasil sentrifugasi disalut dengan susu skim. Biomassa kemudian
dimasukkan kedalam falcon tube, dicelupkan ke N2 cair dan segera disimpang
dalam freezer untuk menjaga viabilitasnya. Viabilitas probiotik dalam biomassa hasil kultivasi adalah 1x1012 cfu/g.
Uji Viabilitas Probiotik
waktu pada tanggal 13 Mei 2013 hingga 15 Juli 2013. Berikut data viabilitas probiotik selama 3 bulan intervensi.
*1= uji pertama (13 Mei 2013), 2=30 Mei 2013, 3= 10 Juni 2013, 4=1 Juli 2013, 5= 15 Juli 2013.
Gambar 10 Diagram batang viabilitas kultur E. Faecium IS-27526
Berdasarkan Gambar 10 viabilitas kultur probiotik diketahui jumlah bakteri selama masa intervensi cenderung konstan pada kisaran 9.85 cfu/g hingga 9.91 cfu/g. Peningkatan/penurunan jumlah probiotik selama masa intervensi diduga dipengaruhi beberapa hal diantaranya pengadukan yang kurang merata pada masa kultivasi, suhu dan pengaruh lingkungan.
Penelitian Utama
Konsumsi pakan MEP selama intervensi menunjukkan respon yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi jenis pakan dan daya terima masing-masing MEP terhadap pakan yang diberikan selama intervensi. Tabel 13 berikut menggambarkan persentase konsumsi pakan selama intervensi.
Tabel 13 Persentase konsumsi pakan selama intervensi
Perlakuan Rata-rata berat badan
MEP (Kg)
Berat pakan yang diberikan (gram)
Persentase konsumsi(%)
A1 3.41±0.29 100 90.91
A2 3.28±1.22 100 85.75
A3 3.30±0.58 100 89.18
Ket: (A1) Pakan standar, (A2) Pakan standar+probiotik, (A3) Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele.
mempengaruhi daya terima primata terhadap makanan adalah jenis nutrisi, palatabilitas, bentuk dan jenis bahan. Sebelum intervensi MEP melewati masa adaptasi karena pakan yang biasa diberikan adalah monkey chow. Masa adaptasi memberi ruang untuk MEP menyesuaikan diri dengan pakan baru. Pemberian essens pisang juga mempengaruhi daya terima MEP terhadap makanan. Makanan tinggi lemak dengan penambahan tepung kuning telur juga dapat meningkatkan
daya terima. Menurut Suparto et al. (2010) makanan tinggi lemak dengan
penambahan tepung kuning telur dapat meningkatkan palatabilitas atau daya terima terhadap pakan yang dikonsumsi. Konsumsi pakan dengan presentasi >80% pada hewan coba cenderung untuk meningkatkan atau menstabilkan berat badan.
Perubahan Fisik (Berat Badan)
Pakan yang diberikan pada monyet ekor panjang (MEP) merupakan Biskuit Ikan Lele Formula terpilih pada penelitian Kusharto et al. (2012). Formula kaya akan zat gizi terutama protein dan mineral karena berbahan dasar tepung ikan lele. Perlakuan intervensi berbagai jenis pakan menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada MEP yaitu berat badan. Pengukuran berat badan diperlukan sebagai
indikator kesehatan dan kesejahteraan hewan selama masa intervensi (Fortman et
al. 2002). Analisis data terhadap perubahan berat badan MEP didasarkan pada
pengamatan per-bulan pra dan selama intervensi. Data peningkatan berat badan MEP dapat dilihat pada Tabel 14 berikut.
Tabel 14 Perubahan berat badan (kg)
Perlakuan* Bulan ke- Rata-rata p value
0 1 2 3
*) = Berat badan MEP antar perlakuan A1= Kontrol / pakan standar
A2= Pakan standar + probiotik
A3= Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rata-rata berat badan MEP antar perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05) pada pengamatan bulan ke-0, 1, 2 dan 3. Data pada Tabel 14 menunjukkan bahwa semua kelompok yang diberi perlakuan mengalami peningkatan berat badan. Rata-rata berat badan MEP pada awal penelitian berkisar 3.10-3.13 kg. Peningkatan berat badan MEP di akhir pengamatan antara lain dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan dan lingkungan. Hal ini diindikasikan dengan berat badan MEP pada awal penelitian homogen.
Menurut Fortman (2002), peningkatan berat badan merupakan sifat alamiah pada hewan coba. MEP tidak berhenti tumbuh meskipun pada usia tua laju
bulan pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata berat badan MEP mengalami peningkatan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap rata-rata berat badan MEP selama intervensi (p>0.05) pada MEP. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan berdasarkan waktu peningkatan berat badan bertambah seiring lamanya waktu intervensi, akan tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0.05).
Analisis data terhadap perubahan berat badan MEP didasarkan pada pengurangan berat badan MEP pada pengamatan bulan ke-1, 2 dan 3 dikurangi berat badan MEP pada pengamatan bulan-0 (baseline). Data presentasi dan perubahan berat badan MEP selama intervensi disajikan pada Gambar 11 dan 12.
Keterangan:
*) = berat badan MEP antar perlakuan tidak berbeda nyata A1 = Pakan standar
A2 = Pakan standar + probiotik
A3 = Pakan standar + probiotik + minyak ikan
Gambar 11 Rata-rata perubahan berat badan MEP selama pengamatan
Keterangan: A1 = Pakan standar
A2 = Pakan standar + probiotik
A3 = Pakan standar + probiotik + minyak ikan MC = Pakan monkey chow (Oktarina 2009)
Gambar 12 Persentase peningkatan berat badan MEP selama pengamatan
dibandingkan pakan komersia monkey chow
Penambahan tepung kuning telur sebagai pakan aterogenik pada formula pakan MEP diduga dapat meningkatkan ketertarikan MEP pada pakan. Menurut
Suparto et al. (2010) penambahan tepung kuning telur sebagai pakan tinggi lemak
dapat memperbaiki palatabilitas sehingga meningkatkan konsumsi pakan dan bobot badan. Sejalan degan penelitian Oktarina (2009) pakan dengan penambahan kuning telur (lemak ±19.62%) lebih berpotensi meningkatkan berat badan
dibanding pakan monkey chow (lemak 5.55%). Monyet dengan pakan monkey
chow memiliki kecenderungan berat badan yang stabil selama 4 bulan
pengamatan. Pakan monkey chow memiliki kandungan protein yang lebih tinggi.
Menurut Oktarina (2009) sumber energi yang berasal dari protein secara metabolisme kurang efesien (menghasilkan energi ekspenditur yang lebih besar) bila dijadikan sumber energi tubuh. Disisi lain, lemak menyumbang energi lebih tinggi dibanding dengan protein dan karbohidrat karena mempunyai ikatan karbon
lebih banyak dalam strukturnya. Selain itu, pakan MEP juga diberikan essens
beraroma pisang sehingga diduga dapat menarik minat MEP untuk dikonsumsi.
Oleh sebab itu, pakan monkey chow diduga menghasilkan bobot badan yang lebih
rendah dibanding pakan formulasi.
Selain itu, penambahan probiotik pada pakan memberi kecenderungan menekan peningkatan berat badan. Probiotik pada pakan menyebabkan keseimbangan mikrobiota dalam saluran cerna, sehingga akan menekan pertumbuhan bakteri patogen yang akan menciptakan kondisi yang baik pada saluran pencernaa MEP. Berdasarkan penelitian Nugraha (2013) penambahan
probiotik E.faecium IS-27526 dapat meningkatkan bakteri asam laktat dan