• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN

STATUS KESEHATAN WANITA PESERTA

SENAM JANTUNG SEHAT

WIDIA NURFAUZIAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Widia Nurfauziah

(4)
(5)

ABSTRAK

WIDIA NURFAUZIAH. Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat. Dibimbing oleh ALI KHOMSAN.

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari dan menganalisis hubungan pola konsumsi, status gizi, tingkat stres, dan status kesehatan wanita peserta senam jantung sehat di Cianjur, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study. Sampel dalam penelitian ini ialah wanita peserta senam jantung sehat yang berjumlah 41 orang. Cara pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Hasil analisis deskriptif menunjukkan TKE sampel paling tinggi 36.6% dan TKP 48.8%. Status gizi sampel berdasarkan IMT termasuk dalam kategori gemuk. Tingkat stres sampel tergolong dalam kategori depresi ringan. Tekanan darah sistolik sampel tergolong dalam kategori prehipertensi serta hipertensi tahap I, sedangkan diastolik tergolong dalam kategori hipertensi tahap II. Kadar gula darah sewaktu sampel tergolong normal. Keluhan penyakit sendi yang dalam kurun waktu seminggu terakhir sampel termasuk dalam kategori tidak nyeri. Hasil uji analisis korelasi Pearson dan Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara asupan gizi, tingkat stres, status gizi, dan status kesehatan.

Kata Kunci : pola konsumsi, status gizi, status kesehatan, tingkat stres, wanita

ABSTRACT

WIDIA NURFAUZIAH. Pattern of Food Consumption, Nutritional Status, Stress Level, and Health Status in Women Participants of Jantung Sehat Gymnastics. Supervised by ALI KHOMSAN.

The objective of this study was to learn and analyze the relationship between the pattern of food consumption, nutritional status, stress level, and health status in Women Participants of Jantung Sehat Gymnastics at Cianjur, West Java. This study used cross-sectional study design. Sampling method used was purposive sampling. Descriptive analysis showed the highest level adequacy of energy 36.6% and the highest level adequacy of protein 48.8%. Nutritional status based on BMI were categorized as overweight. Stress level of sample were categorized as light depression. Systole blood pressure of the sample were categorized as prehypertension and also hypertension stage I, whereas diastole was categorized as hypertension stage II. Casual Plasma Glucose os sample was normal. Osteoarthritis during one week of sample was categorized as no pain. The Pearson and Spearman correlation test showed that nutritional status with nutrient intake, stress level, and nutritional status of the sample had no significant relationship (p>0.05).

(6)
(7)

POLA KONSUMSI, STATUS GIZI, TINGKAT STRES, DAN

STATUS KESEHATAN WANITA PESERTA

SENAM JANTUNG SEHAT

WIDIA NURFAUZIAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat

Nama : Widia Nurfauziah

NIM : I14100069

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia yang senantiasa dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pola Konsumsi, Status Gizi, Tingkat stres, dan Status Kesehatan Wanita Peserta Senam Jantung Sehat.” Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam proses menyusun serta menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Orang tua serta kakak tercinta yang senantiasa memberikan kepercayaan

penuh serta dukungan baik moril maupun materil yang tak hentinya tercurah untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Prof Dr Ir Ali Khomsan, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikiran, memberikan semangat, masukan, arahan, kritik, motivasi, nasihat serta dukungan yang tak terkira untuk penyelesaian skripsi ini.

2. Prof Dr Ir Faisal Anwar, MS selaku dosen penguji serta Leily Amalia Furkon, S.TP, MSi selaku dosen pemandu seminar.

3. Prof Dr drh Clara Meliyanti Kusharto, MSc selaku dosen pembimbing akademik.

4. Ibu-ibu peserta senam jantung sehat yang telah bersedia menjadi responden penelitian.

5. dr. Rizki Purwanto sebagai paramedis yang telah membantu dalam pengambilan gula darah sewaktu sampel.

6. Ketua Madrasah Rancabali yang telah memberikan izin tempat, serta keluarga besar yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya membantu saat pengambilan data.

7. Keluarga Nayyara sebagai keluarga kedua di Bogor yang menjadi teman seperjuangan dan senantiasa memberikan motivasi (Mba Dilla, Kak Ipah, Kak Tita, Kak Eva, Kak Ipit, Ade serta nenek).

8. Sahabat seperjuangan selama menempuh jenjang sarjana, Pvatmaya, Iqbar Mahendra, M. Taufik Hidayat, Afwin Firdaus, Yoesniasani, Mifthah Faridh, Wilda, Irmawati Ramadhania, Cahyuning Isnaini, Lidyawati, Ramadhani, Siti Habibah dan seluruh keluarga besar Gizi Masyarakat Angkatan 47.

9. Nazhif Gifari untuk seluruh doa, dukungan, kritik, motivasi serta kesabaran dalam membantu proses penyelesaian skripsi ini serta kakak-kakak lainnya atas doa dan dukungannya (Kak Rahman, Bang Leman, Kak Didik).

10. Keluarga besar HIMAGIZI, kakak serta adik angkatan, seluruh civitas akademika Departemen Gizi Masyarakat serta pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari kesalahan dan kekurangan, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaaat.

Bogor, Oktober 2014

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xxvii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 2 Manfaat Penelitian 2 KERANGKA PEMIKIRAN 2 METODE 4 Desain, Waktu dan Tempat Penelitian 4 Teknik Penarikan Sampel 4 Jenis dan Cara Pengukuran Data 5 Pengolahan dan Analisis Data 6 Definisi Operasional 8

HASIL DAN PEMBAHASAN 9 Karakteristik Individu 9

Pola Konsumsi 10

Status Gizi 12

Status Kesehatan 13

Tingkat Stres 15 Aspek Psikologis 16

Hubungan Antar Variabel 18

SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 23

(14)

DAFTAR TABEL

1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data 5

2 Jenis dan kategori variabel pengolahan 6

3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein 10

4 Rata-rata angka kecukupan dan konsumsi contoh 11

5 Frekuensi rata-rata konsumsi pangan contoh (kali per minggu) 11 6 Rata-rata frekuensi asupan cairan contoh (gelas per minggu) 12 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dengan menggunakan IMT 13 8 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik 14 9 Sebaran contoh berdasarkan gadar gula darah sewaktu 14

10 Sebaran contoh berdasarkan penyakit sendi 15

11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stres 15

12 Sebaran contoh berdasarkan aspek psikologis 16

13 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan pendapatan 18 14 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan gula darah sewaktu 18 15 Nilai signifikansi hasil uji korelasi antar variabel 19

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan antara variabel dan indikator 4

2 Pengukuran tinggi badan sampel 24

3 Pengukuran tekanan darah sampel 24

4 Pengarahan ketika akan dilakukan recall 24

5 Recall kepada salah seorang sampel sampel 24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Indikator fisik stres sampel 23

2 Indikator psikis stres sampel 23

3 Hasil uji korelasi antar variabel 23

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang yang terus berusaha untuk maju. Dewasa ini, pembangunan diarahkan pada peningkatan sosial, ekonomi, pendidikan maupun kesehatan. Pembangunan dalam bidang ekonomi akan berdampak pada peningkatan taraf hidup serta pelayanan masyarakat. Keberhasilan pembangunan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan akibatnya kualitas hidup manusia semakin baik. Kesejahteraan sosial masyarakat semakin meningkat, menurunnya mortalitas bayi dan anak, turunnya angka kematian, kemajuan tingkat pelayanan aparatur kesehatan, perbaikan gizi dan sanitasi serta meningkatnya pengawasan penyakit infeksi. Dampak positif dari hasil pembangunan ini mengakibatkan jumlah usia paruh baya semakin bertambah dari tahun ke tahun.

Usia harapan hidup seseorang adalah pada tahun 1971 jumlah usia lanjut baru 5.3 juta jiwa, tahun 1995 berjumlah 12.7 juta, tahun 2003 berjumlah 16.1 juta jiwa, tahun 2004 berjumlah 17.7 juta jiwa, pada tahun 2010 sudah mencapai 18.04 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2020 sebesar 30 juta jiwa. Pertambahan jumlah usia lanjut sejalan dengan bertambahnya usia harapan hidup manusia. Pada tahun 1992 pada angka 61.3; tahun 2000 berada pada angka 64.05; tahun 2010 pada angka 70.4 (Saragih 2012). Berdasarkan gambaran tersebut, dapat terlihat bahwa usia harapan hidup terus meningkat setiap tahunnya. Usia paruh baya merupakan masa dimana seseorang meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya serta memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasamani dan perilaku baru. Penyesuaian yang radikal terhadap peran, pola hidup dan berbagai perubahan fisik akan cenderung merusak homeostasis disik dan psikologis seseorang dan kemudian membawanya ke masa stres. Pada umumnya usia paruh baya dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut ditandai oleh adanya perubahan fisik, mental, serta perubahan minat (Hurlock 1990).

Prevalensi penyakit jantung koroner (PJK) maupun gagal jantung meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Prevalensi PJK tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 2.0 persen dan 3.6 persen, menurun sedikit pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Prevalensi PJK yang didiagnosis dokter maupun berdasarkan diagnosis dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan (0.5% dan 1.5%). Sedangkan untuk prevalensi gagal jantung tertinggi pada umur 65 – 74 tahun (0.5%) untuk yang terdiagnosis dokter, menurun sedikit pada umur ≥75 tahun (0.4%), tetapi untuk yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi pada umur ≥75 tahun (1.1%). Untuk yang didiagnosis dokter prevalensi lebih tinggi pada perempuan (0.2%) dibanding laki-laki (0.1%), berdasarkan didiagnosis dokter atau gejala prevalensi sama banyaknya antara laki-laki dan perempuan (0.3%) (Riskesdas 2013).

(16)

2

menimbulkan beraneka ragam keluhan, sepeti keluhan fisik dan keluhan psikologis (Gunarsa & Gunarsa 2004).

Aktivitas fisik dalam kehidupan merupakan komponen yang sangat penting. Aktivitas fisik merupakan salah satu komponen yang diperhitungkan dalam status kesehatan seseorang. Kemunduran fisik dapat dicegah dengan melakukan latihan kebugaran secara teratur. Menurut Santoso dan Ismail (2009) pada kelompok usia madya yang sudah terlanjur kurang aktif bergerak, kelenturan, kekuatan otot, dan daya tahan akan menurun. Latihan fisik yang teratur dapat membantu mencegah keadaan-keadaan penyakit kronis, seperti osteoporosis, diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung iskemik, dan lain-lain. Latihan fisik atau olahraga pada usia paruh baya yang dilakukan di luar rumah dinilai baik secara jasmani dan merupakan kesempatan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan sesama.

Beberapa uraian yang telah dipaparkan tersebut menunjukkan bahwa wanita usia paruh baya memiliki berbagai masalah kesehatan terkait dengan penurunan kondisi fisiologis. Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk meneliti pola konsumsi, status gizi, tingkat stres, dan status kesehatan pada wanita usia paruh baya.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menganalisis hubungan pola konsumsi, status gizi, tingkat stres, dan status kesehatan wanita peserta senam jantung sehat di Cianjur, Jawa Barat. Tujuan khusus antara lain 1) Menganalisis asupan gizi dan status gizi wanita peserta senam jantung sehat, 2) Menganalisis tingkat stres dan aspek psikologis wanita peserta senam jantung sehat, 3) Menganalisis status kesehatan wanita peserta senam jantung sehat, 4) Menganalisis hubungan asupan gizi, tingkat stres, status gizi, dan status kesehatan wanita peserta senam jantung sehat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pola konsumsi dan status gizi wanita peserta senam jantung dan kaitannya dengan tingkat stres serta status kesehatannya. Selanjutnya, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi pemerintah Kabupaten Cianjur untuk menjadi bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan khususnya di bidang kesehatan dan sebagai bahan masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.

KERANGKA PEMIKIRAN

(17)

3

dianggap atau dipandang sebagai usia yang berbahaya dalam rentang kehidupan (Hurlock 1990). Penurunan ketajaman panca indera pada usia paruh baya berakibat pada pemilihan makanan atau pola konsumsi makan yang akan berhubungan dengan status gizi.

Keadaan sosial ekonomi seperti usia, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dan besar keluarga juga dapat mempengaruhi pola konsumsi makan kelompok usia paruh baya. Pada masa usia paruh baya ditandai oleh adanya perubahan fisik, mental, serta perubahan minat Perubahan fisik yang dialami pada usia madya antara lain; perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indera, perubahan pada keberfungsian fisiologis, perubahan pada kesehatan dan perubahan seksual.

Konsumsi makan biasanya terkait dengan jumlah energi yang diperlukan oleh individu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kemampuan tubuh dalam menggunakan zat gizi tersebut. Selain itu, juga merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang lebih beragam dapat memperbaiki kecukupan akan zat-zat gizi. Pola konsumsi makan ini dapat mempengaruhi status gizi dan lebih lanjut akan mempengaruhi kesehatan usia paruh baya.

Status gizi adalah kondisi kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang akibat dari absorpsi konsumsi, dan penggunaan gizi utilasi zat gizi makanan (Zaddana 2011). Oleh karena itu, dengan menilai status gizi dapat memperlihatkan kondisi kesehatan seseorang. Selain itu, kondisi kesehatan seseorang juga dapat mempengaruhi stres yang dialaminya karena stres dapat mengakibatkan ketidakseimbangan fungsi tubuh. Keadaan stres pada seseorang dapat terjadi akibat berbagai faktor, antara lain keadaan ekonomi dan keadaan dirinya. Dalam hal ini, seseorang dapat mengalami stres akibat tidak mampu menerima perkembangan dan keadaan hidup yang sebenarnya. Stres dapat diakibatkan oleh stres indikator fisik serta stres indikator psikis. Keadaan stres pada seseorang juga dapat terjadi akibat berbagai faktor. Stres dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada sistem fisik tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan serta status gizi seseorang. Untuk itu tingkat stres dan status kesehatan juga diteliti hubungannya.

(18)

4

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara variabel dan indikator

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu

Desain penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan teknik cross sectional study, yaitu desain penelitian dimana pada bagian exposure dan outcome diukur pada saat yang bersamaan. Tempat penelitian dilaksanakan di Desa Sawah Gede, Kecamatan Cianjur, Kabupaten Cianjur yang ditentukan secara purposive. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2014 hingga April 2014.

Teknik Penarikan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita peserta senam jantung sehat dengan usia paruh baya setiap hari Minggu pagi di lapangan Prawatasari, Desa Sawah Gede, Cianjur. Jumlah contoh diambil seluruh populasi usia paruh baya wanita peserta senam jantung sehat yaitu sebanyak 43 orang. Penentuan populasi yang dijadikan contoh dalam penelitian atas dasar pertimbangan: (1) Kemudahan akses pengambilan data; (2) Keadaan fisik dan psikis peserta yang memadai untuk

(19)

5

dijadikan contoh sehingga dapat lebih mudah berkomunikasi dengan baik. Kriteria inklusi yang diterapkan adalah wanita dengan penggolongan usia lansia berdasarkan WHO (2001) terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu usia pertengahan (45-59 tahun) dan lansia (60-74 tahun). Kriteria berikutnya ialah bugar dimana menurut WHO adalah kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang berlebihan. Selain itu selama sebulan terakhir mengikuti senam jantung sehat; dapat diukur tinggi dan berat badannya; bersedia dan dapat diwawancarai. Berdasarkan kriteria inklusi tersebut, terdapat dua contoh yang drop out dikarenakan tidak bersedianya contoh dalam mengikuti penelitian sehingga total contoh dalam penelitian ini berjumlah 41 orang.

Jenis dan Cara Pengukuran Data

Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer meliputi karakteristik responden, status gizi, tingkat stres, penyakit sendi, dan pola konsumsi (pangan dan cairan). Data primer diperoleh dengan cara teknik wawancara langsung menggunakan kuisioner dan pengukuran. Data sekunder yang diambil merupakan jumlah contoh, data tekanan darah, serta data gula darah sewaktu berdasarkan pemeriksaan rutin.

Tabel 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data

No Variabel Jenis Data Cara Pengumpulan

1. Karakteristik responden

Nama, umur, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, status pernikahan saat ini , tinggal bersama dan pendapatan

Wawancara dengan kuesioner

(20)

6

Tabel 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data (lanjutan)

No Variabel Jenis Data Cara

Indikator fisik dan psikologis  Wawancara menggunakan kuesioner

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah diperoleh diolah dan dianalisis dengan tahapan pengolahan data dimulai dari proses editing, coding, entry, cleaning, dan analisis. Data ini diolah dan dianalisis secara deskriptif dan korelasi menggunakan Microsoft Excel 2010 dan menggunakan Statistical Program for Social Science (SPSS) version 16.0 for Windows. Analisis statistik yang dilakukan adalah uji korelasi Spearman dan Pearson. Berikut disajikan pada Tabel 2 jenis dan kategori variabel pengolahan.

Tabel 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan

(21)

7

Tabel 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan (lanjutan)

Data Kategori Sumber

Rp 500.000 – Rp 1.000.000/ bulan Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000/bulan

Status Gizi IMT <14.9 (sangat kurus) IMT 15.0-22.9 (normal) IMT 23.0-27.5 (gemuk) IMT 27.6-40.0 (obesitas I) IMT >40.0 (obesitas II)

WHO (2005)

Tingkat Stres Tidak Depresi (11-19) Depresi Ringan (20-27) Depresi Sedang (28-35) Depresi Berat (36-44)

Khomsan et al. (2013)

Tekanan Darah Sistolik Normal (<120 mmHg)

Prehipertensi (120-139 mmHg)

Pola konsumsi sampel dinilai secara kualitatif dan juga secara kuantitatif. Secara kualitatif konsumsi sampel dinilai untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi pangan yang dikonsumsi, dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara memperoleh pangan, dalam hal ini dilakukan dengan menggunakan FFQ (Food Frequency Quetionare). Sedangkan secara kuantitatif dilakukan untuk mengetahui jumlah pangan yang dikonsumsi dengan metode recall 2x24 jam.

(22)

8

dikonversikan dari ukuran rumah tangga (URT) ke dalam berat dengan menggunakan acuan daftar komposisi bahan makanan (DKBM) 2010. Secara umum rumus untuk menghitung kandungan zat gizi dalam pangan yang dikonsumsi ialah sebagai berikut.

Kgij = {(Bj/100) x Gij x (BDDj/100)} Keterangan:

Kgij = Kandungan zat gizi dalam bahan makanan-j yang dikonsumsi (g) Bj = Berat bahan makanan-j yang dikonsumsi (g)

Gij = Kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan-j BDDj = Persen bahan makanan-j yang dapat dimakan (%BDD)

Untuk menentukan tingkat kecukupan energi dan protein, maka digunakan rumus sebagai berikut.

TKj = (K/AKj) x 100% Keterangan:

TKj = Tingkat kecukupan zat gizi K = Konsumsi zat gizi

AKj = Angka kecukupan zat gizi

Status gizi sampel ditentukan dengan menghitung indeks massa tubuh (IMT). IMT dihitung dengan membandingkan berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (m2). Kemudian hasil perhitungan IMT yang didapat, dikategorikan berdasarkan kategori WHO (2005).

Tingkat stres diukur menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Khomsan et al. (2013). Kategori stres secara fisik dan psikologis diukur selama 6 bulan terakhir dengan kategori pengalaman tidak pernah dengan skor 1, jarang dengan skor 2, sering dengan skor 3 atau sangat sering dengan skor 4. Seluruh skor indikator fisik dan psikologis kemudian akan diakumulasi dan dikelompokkan menjadi 4 kelompok stres antara lain tidak depresi dengan rentang skor 11-19, depresi ringan dengan rentang skor 20-27, depresi sedang dengan rentang skor 28-35, dan depresi berat dengan rentang skor 36-44.

Status kesehatan yang diukur ialah tekanan darah dan gula darah sewaktu. Pengukuran dilakukan oleh paramedis dan biasa dilakukan secara rutin. Penyakit sendi diukur selama satu minggu terakhir dilihat dari keluhan yang dirasakan dibagi kedalam tiga kategori tidak yaitu tidak nyeri (0-4.5), sedang (5.0-5.5), dan sangat nyeri (6.0-10.0).

Definisi Operasional

Orang Paruh Baya adalah masa usia antara 45 sampai 65 tahun, bugar, tidak bungkuk, dapat diukur tinggi dan berat badannya, serta tidak mengalami gangguan pendengaran.

Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan terakhir yang dijalani contoh yang diukur lamanya pendidikan atau jenjang pendidikan.

Tingkat Pendapatan adalah jumlah pendapatan contoh yang didapatkan per bulan dari pekerjaan utama, pekerjaan tambahan, ataupun pemberian dari orang lain dalam satuan rupiah.

(23)

9

Tinggi badan adalah pengukuran tinggi badan contoh dalam posisi berdiri tegak sempurna menempel ke dinding dan menghadap ke depan diukur dengan menggunakan staturemeter.

Tingkat Kecukupan Energi dan Protein adalah perbandingan antar konsumsi energi dan protein dengan Angka Kecukupan Energi dan Protein menurut AKG (2013).

Tingkat Stres adalah keadaan stres yang dialami oleh seseorang yang diukur secara fisik dan psikologis dan diukur menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari Khomsan et al. (2013).

Status Kesehatan adalah situasi kesehatan yang dialami contoh yang diukur dari keluhan penyakit sendi dan hasil pengukuran tekanan darah serta gula darah sewaktu.

Status Gizi adalah keadaan contoh yang diukur secara antropometri berdasarkan kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan kategori World Health Organization (2005).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Klub Jantung Sehat yang berada di Kabupaten Cianjur yang biasa dilaksanakan setiap hari Minggu bertepatan pada saat car free day berada dibawah naungan Dinas Kesehatan wilayah setempat. Kegiatan rutin ini berlokasi di lapangan Prawatasari, Desa Sawah Gede, Cianjur. Olahraga yang dilaksanakan terfokus pada senam jantung sehat. Peserta kegiatan ini tidak terbatas untuk golongan usia tertentu, namun didominasi oleh dewasa dan usia paruh baya. Lokasi dilaksanakannya senam jantung sehat ini terdapat di jantung kota, sehingga memudahkan akses bagi warga yang ingin mengikutinya. Peserta yang mengikuti kegiatan ini terbagi menjadi dua kategori, peserta rutin dan peserta sukarela. Peserta rutin yang biasa mengikuti kegiatan ini mendapatkan fasilitas lebih seperti adanya seragam bagi anggota dan adanya pemeriksaan rutin. Instruktur senam jantung sehat ini terdapat dua sampai tiga orang, perempuan dan laki-laki. Instruktur dipilih berdasarkan kinerja dan pengalaman yang cukup baik dibidangnya.

Karakteristik Individu

(24)

10

sebanyak 26.8% tinggal bersama anak, responden tinggal bersama suami, tinggal sendiri serta lainnya masing-masing sebesar 4.9%. Kategori pendapatan responden terbesar sebesar 48.8% pada kelompok Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000/bulan.

Pola Konsumsi

Pola konsumsi sampel dinilai secara kualitatif dan juga secara kuantitatif. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa tingkat kecukupan energi sampel paling tinggi adalah sebesar 36.6% tergolong pada kategori normal dan yang terkecil tergolong pada kategori defisit ringan sebanyak 12.2%. Sedangkan tingkat kecukupan protein sampel terbesar tergolong pada kategori defisit berat sebanyak 48.8% dan yang terkecil sebanyak 7.3% tergolong dalam kategori defisit sedang. Berdasarkan angka kecukupan protein sampel terbanyak pada kategori defisit hal ini diduga akibat rendahnya konsumsi protein sampel disebabkan sampel kurang mengonsumsi pangan hewani yang merupakan sumber protein utama (Triatmaja et al. 2013).

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kecukupan energi dan protein

Kategori TKE TKP lainnya adalah diakibatkan kebanyakan sampel sudah beberapa tahun terakhir menjalani diet khusus. Diet khusus ini sendiri bukan bedasarakan tipe diet yang dianjurkan oleh ahli gizi namun dengan kesadaran usia dan faktor risiko penyakit yang cukup banyak dihadapi. Oleh karenanya, kebanyakan sampel sudah jarang mengonsumsi protein yang dapat meningkatkan kadar kolesterol, mengurangi konsumsi garam serta pengolahan masakan hanya direbus untuk mengurangi kenaikan tekanan darah, dan menghindari sayuran yang berpotensi menimbulkan asam urat atau reumatik. Informasi kesehatan ini didapatkan dari mulut ke mulut atau karena riwayat kesehatan keluarga. Kesadaran ini diterapkan dengan diet yang dijalankan dan diimbangi dengan keikutsertaan senam jantung sehat. Diet yang dijalankan ini dikenal di masayarakat setempat dengan istilah ‘niis’. Istilah ini digunakan dari bahasa lokal yakni Bahasa Sunda. “Niis” berarti sudah jarang atau bahkan tidak sama sekali merasakan cita rasa gurih atau terlalu asin/manis pada makanan yang dimakan.

(25)

11

Tabel 4 Rata-rata angka kecukupan dan konsumsi contoh

Zat Gizi Nilai Rata-rata TKG (%) AKG Konsumsi

Energi (Kal) 1851 1779 96.4

Protein (g) 56.8 48.0 85.5

Pengukuran secara kualitatif dapat menggambarkan kebiasaan konsumsi seseorang. Dalam penelitian ini digunakan Simple FFQ dimana hanya dilihat kebiasaan konsumsinya saja tanpa memperhitungkan seberapa banyak porsi yang dikonsumsi. Pengukuran ini dibedakan dalam empat bagian, FFQ protein hewani, sayuran, buah-buahan, dan cairan. Konsumsi jenis pangan yang diambil hanya 5 jenis pangan yang dianggap masih sering dikonsumsi oleh sampel, sedangkan cairan diambil 8 jenis asupan cairan. Konsumsi pangan dan asupan cairan ini kemudian dilihat rata-rata frekuensi konsumsi dalam kurun waktu minggu. Hasil rata-rata frekuensi konsumsi pangan serta asupan cairan sampel disajikan dalam berikut.

Tabel 5 Frekuensi konsumsi pangan contoh (kali per minggu) Jenis Pangan Frekuensi Konsumsi (kali/minggu)

Protein Hewani

(26)

12

dikonsumsi hanya sebanyak 0.3 kali per minggu. Kebiasaan konsumsi buah-buahan dilihat dari lima jenis buah diantaranya adalah buah jeruk, pepaya, pisang, semangka, serta melon. Pada kebiasaan konsumsi buah ini dapat dilihat bahwa sampel paling banyak mengonsumsi buah pisang sebanyak 4 kali per minggu sedangkan paling sedikit ialah buah semangka serta melon sebanyak 1 kali per minggu.

Kebiasaan asupan cairan dalam penelitian ini juga turut dihitung dengan menggunakan alat ukur yang sama dengan kebiasaan konsumsi pangan. Jenis cairan yang dinilai frekuensi asupannya diantaranya adalah air putih, susu, teh tawar, teh manis, kopi, sirup (sari buah), jus buah, serta jamu. Rata-rata frekuensi asupan cairan contoh paling banyak air putih sebanyak 48 gelas per minggu, teh tawar pun cukup sering dikonsu msiyakni sebanyak 13 gelas per minggu. Konsumsi cairan paling sedikit ialah jenis jus buah hanya sebanyak 0.2 gelas per minggu atau dengan kata lain tidak setiap minggu sampel mengonsumsi jus buah. Frekuensi rata-rata asupan cairan disajikan dalam kurun waktu minggu dengan satuan gelas per minggu, dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Rata-rata frekuensi asupan cairan contoh (gelas per minggu)

Jenis Cairan Frekuensi Rata-rata Asupan (gelas/minggu)

Kebiasaan makan sampel dengan hasil secara kuantitatif maupun kualitatif demikian dikarenakan sebagian besar sampel makan tidak teratur dengan porsi yang sedikit dan dikarenakan selera makan sebagian besar sampel sudah menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kennedy (2006) yang menyatakan bahwa kebanyakan usia lanjut terjadi penurunan konsumsi makanan dikarenakan terjadinya penurunan sensitivitas rasa terhadap makanan sehingga beberapa kebutuhan zat gizi tidak terpenuhi. Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi defisiensi beberapa zat gizi adalah dikarenakan terjadinya ketidakseimbangan konsumsi makanan dengan asupan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh (Bouillanne 2005).

Status Gizi

(27)

13

Hasil ini sejalan dengan penelitian status gizi usia lanjut yang dilakukan terhadap lansia di daerah Pennsylvania. Hasil penelitian tersebut yaitu sebanyak 44% subjek mempunyai status gizi overweight dan 35% subjek mempunyai status gizi obesitas (Ledikwe et al. 2003 diacu dalam Triatmaja et al. 2013).

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi dengan menggunakan IMT

Kategori IMT n % nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologik yang spesifik. Selain itu yang dapat mempengaruhi berat badan lebih pada sebagian besar sampel adalah menurunnya intensitas dan kuantitas aktivitas fisik yang tidak diimbangi dengan perubahan pola makan. Pada usia lanjut juga terjadi perubahan proporsi lemak dan otot dimana terjadinya peningkatan proporsi lemak dan penururan massa otot sehingga menyebabkan banyaknya berat badan berlebih pada sampel. Seseorang dengan status gizi gemuk atau berat badan berlebih memiliki risiko yang tinggi terhadap penyakit degeneratif, seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, kanker serta struk (Soekirman 2006).

Metode antropometri untuk menilai status gizi pada orang dewasa dinilai sederhana, murah dan cukup dapat diandalkan. Namun, masalah timbul ketika mengevaluasi populasi usia lanjut karena ada informasi yang terbatas untuk menafsirkan data antropometrik dalam kelompok usia ini (Garcia et al. 2007). Pengukuran menggunakan antropometri juga memiliki kelemahan dalam pengukuran sampel yang berusia diatas 55 tahun karena seluruh aspek fisik, biologis, dan mental lansia telah mengalami penurunan disebabkan oleh penurunan metabolisme tubuh dengan adanya faktor usia yang telah lanjut (Arisman 2004).

Status Kesehatan

(28)

14

cenderung menurun, seperti yang ditunjukkan oleh pengukuran pada menit 30 setelah sesi latihan dilakukan.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik

Kategori Tekanan

Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada sampel yang dilakukan oleh paramedis melalui pemeriksaan rutin kemudian dikategorikan berdasarkan empat kategori dan dibedakan antara sistolik dan diastolik. Data hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan melalui pengukuran sistolik terdapat 34.1% sampel termasuk dalam kategori prehipertensi dan hipertensi tahap I, 19.5% tergolong dalam hipertensi tahap II, dan hanya 12.2% sampel yang memiliki tekanan darah normal. Sedangkan menurut hasil pengukuran diastolik, paling besar tergolong dalam kategori hipertensi tahap II yakni sebanyak 34.1%, sebanyak 26.8% tergolong dalam prehipertensi, 22.0% tergolong normal, dan sebanyak 17.1% tergolong dalam kategori hipertensi tahap I. Hipertensi pada lansia juga sejalan dengan penelitian Triatmaja et al. (2013) yang menyatakan bahwa tingginya kasus hipertensi pada usia lanjut dapat dipengaruhi oleh faktor umur. Setiap kenaikan usia satu tahun maka tekanan darah sistolik akan meningkat sebesar 0.369 mmHg dan sebesar 0.283 mmHg untuk tekanan darah diastolik (Widyaningsih & Latifah 2008 diacu dalam Triatmaja et al. 2013). Proses penuaan dapat menyebabkan katup jantung menebal dan menjadi kaku, perikardium dapat tertutupi oleh lemak, dan terjadinya penuruan elastisitas pembuluh darah (Soekirman 2006). Selain itu, selama penuaaan biasanya terjadi peningkatan tekanan darah sistolik, tetapi tidak terjadi banyak perubahan pada diastolik.

Pengukuran rutin yang dilakukan lainnya ialah pengukuran gula darah sewaktu. Gula darah sewaktu dalam penelitian ini diukur dua hari setelah senam jantung sehat. Berikut disajikan data hasil pengukuran gula darah sewaktu.

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan gadar gula darah sewaktu

Hasil pengukuran gula darah sewaktu pada sampel menunjukkan sebanyak 95.1% tergolong dalam kategori normal dan hanya sebanyak 4.9% tergolong dalam kategori tinggi. Pengukuran gula darah menjadi penting dilakukan karena pada kelompok usia ini cenderung terjadi tidak teraturnya pola makan, kurangnya aktivitas fisik, penurunan fungsi fisiologis tubuh, dan meningkatnya risiko terkena penyakit degeneratif. Hasil pengukuran gula darah sewaktu pada sampel menunjukkan hasil yang baik, yakni sebagian besar sampel memiliki kadar gula

Kategori Gula Darah Sewaktu n %

Normal < 200 mg/dl 39 95.1

Tinggi ≥ 200 mg/dl 2 4.9

(29)

15

darah sewaktu yang tergolong normal. Sebanyak 4.9% sampel menunjukkan hasil yang tinggi dapat menjadi dugaan awal bahwa sampel mengidap penyakit diabetes. Dugaan ini biasanya dilihat dengan gejala-gejala yang dialami sampel. Gejala klasik dugaan awal seseorang mengidap penyakit diabetes dengan gejala polyuria, polydipsia, kehilangan BB abnormal (Franz 2008).

Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan penyakit sendi

Penyakit sendi diukur melalui wawancara menggunakan kuesioner dengan pertanyaan terkait keluhan penyakit sendi selama satu minggu terakhir yang dialami sampel. Hal ini dilakukan agar keluhan sampel masih dalam kategori akut bukan kronis. Keluhan penyakit sendi yang dialami oleh sampel menunjukkan sebagian besar sampel tidak mengalami penyakit sendi (tidak nyeri) sebanyak 48.8%, mengalami penyakit sendi kategori sedang sebanyak 39.0% dan yang mengalami sangat nyeri sebanyak 12.2%. Masalah kesehatan yang dialami lansia selain penyakit degeneratif, acap kali terjadinya penyakit sendi atau arthritis (Khomsan et al. 2013). Gandhi et al (2010) dalam Triatmaja et al. (2013) menyatakan bahwa wanita lebih banyak menyimpan lemak di daerah ekstremitas bawah sehingga menyebabkan beban berlebih pada lutut. Sejalan dengan hasil penelitian Triatmaja et al. (2013) yang menyatakan sebagian besar sampel yang mengalami keluhan sendi adalah wanita. Soeroso et al. (2005) dalam Triatmaja et al. (2013) menyatakan bahwa usia >50 tahun merupakan salah satu faktor risiko osteoarthritis lutut di Indonesia.

Tingkat Stres

Stres pada dewasa ini kerap kali disebabkan banyaknya perubahan yang harus dihadapi yang menuntut kemampuan untuk beradaptasi dan penyesuaian yang pesat. Stres dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada sistem fisik tubuh yang dapat mempengaruhi kesehatan. Stres pada sampel diukur melalui wawancara dengan kuesioner, stres secara fisik dan psikologis diukur selama 6 bulan terakhir melalui keluhan yang disampaikan. Hasil pengukuran stres pada sampel disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat stres

(30)

16

mengalami stress atau tidak depresi. Menurut UU No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, kesehatan psikis/mental merupakan salah satu poin penting yang berpengaruh terhadap kesehatan yang optimum dalam kehidupan bermasyarakat. Indikator terhadap stres dikategorikan menjadi dua kategori yaitu secara fisik dan psikologis. Stres secara fisik diantaranya seperti berkeringat secara berlebih, mengalami sakit kepala, sakit perut, batuk dan meningkatnya frekuensi buang air kecil. Meningkatnya frekuensi buang air kecil pada usia lanjut disebabkan karena melemahnya otot vesica urinaria (Ismayadi 2004 diacu dalam Khomsan et al. 2013). Sedangkan stres secara psikologis antara lain seperti menjadi lebih sensitif (mudah tersinggung), sulit tidur, merasa tidak percaya diri, merasa lemah dan lesu, mudah marah serta ragu dalam mengambil keputusan (Khomsan et al. 2013). Sulit tidur pada lansia biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan pada lingkungan sosial, peningkatan penggunaan obat-obatan, dan terjadinya perubahan ritme biologis pada tubuh (Anwar 2010 dalam Khomsan et al. 2013). Dalam hal ini dukungan dari keluarga sebagai care giver diharapkan menjadi kunci utama untuk kesejahteraan lansia (Depsos RI 1998 diacu dalam Rusilanti et al. 2006).

Aspek Psikologis

Tingkat stres seseorang selain dipengaruhi karena kesehatan juga dipengaruhi oleh aspek psikologis. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran aspek psikologis dengan sistem wawancara menggunakan kuesioner sama halnya dengan tingkat stres. Aspek psikologis diukur hanya dengan melihat dua

kemungkinan jawaban, yaitu “Ya” dan “Tidak”. Aspek yang diukur dilihat dari

berbagai aspek, antara lain menerima diri sendiri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, serta perkembangan pribadi. Hasil pengukuran aspek psikologis pada sampel akan disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan aspek psikologis

Psikologis n %

Menerima Diri Sendiri

Puas dengan kondisi hidup 36 87.8

Selalu bersyukur atas kondisi diri 41 100.0

Merasa bersalah atas kejadian masa lalu 34 82.9

Optimis dengan masa yang akan datang 40 97.6

Mengetahui kelebihan diri sendiri 31 75.6

Mengetahui kekurangan diri sendiri 33 80.5

Hubungan Positif Dengan Orang Lain

Bersikap ramah kepada orang lain 41 100.0

Jujur pada diri sendiri dan orang lain 38 92.7

Merasa prihatin atas kejadian buruk yang menimpa orang lain 41 100.0

Memiliki sifat hormat terhadap orang lain 39 95.1

Memiliki sifat “berbagi” dengan orang lain 40 97.6

Merasa kesepian dalam hidup ini 6 14.6

(31)

17

Berdasarkan data pengukuran aspek psikologis yang dilakukan pada sampel dapat terlihat pada bagian aspek menerima diri sendiri terdapat enam poin utama, dan pada bagian selalu bersyukur atas kondisi diri seluruh sampel menyatakan jawaban “Ya” atau dapat dikatakan seluruh sampel selalu besyukur atas kondisi dirinya masing-masing. Hasil terendah pada aspek ini ialah sebesar 75.6% pada aspek mengetahui kelebihan diri. Aspek psikologis berikutnya yang dinilai ialah aspek hubungan positif dengan orang lain. Pada aspek ini dilihat dari tujuh penilaian, dan sebanyak 100.0% pada bagian bersikap ramah kepada orang lain serta bagian merasa prihatin atas kejadian buruk yang menimpa orang lain. Nilai terkecil adalah sebesar 14.6% pada bagian merasa kesepian dalam hidup ini, atau dengan kata lain pada point ini sebanyak 85.4% sisanya tidak merasa kesepian dalam hidup ini.

Aspek psikologis lainnya yang dinilai ialah bagian kemadirian dengan hanya satu pertanyaan yakni mengenai melakukan sesuatu didasarkan pada pendapat / perintah orang lain hanya sebesar 36.6% sampel menyatakan “Ya”, kebanyakan sampel lainnya melakukan sesuatu didasarkan atas kemauan sendiri bukan berdasarkan perintah orang lain. Aspek penguasaan lingkungan, sebanyak 97.6% sampel terlibat pada kegiatan-kegiatan yang ada di luar lingkungan, dan sebanyak 100.0% sampel peduli dengan keadaan di lingkungan sekitar. Aspek selanjutnya ialah mengenai tujuan hidup, sebanyak 80.5% sampel masih memiliki tujuan hidup. Aspek psikologis terakhir yang dinilai ialah bagian perkembangan pribadi, terdapat dua poin utama yang dinilai. Poin pertama pada aspek terakhir ini ialah mengenai senang mencoba sesuatu/ pengalaman yang baru, dan hanya sebanyak 43.9% sampel yang masih senang mencoba sesuatu yang baru. Poin terakhir menyatakan sebanyak 36.6% sampel suka berbagi keahlian atau pengetahuan yang dimiliki untuk kepentingan orang lain. Adanya dukungan keluarga, masyarakat, dan pemerintah dapat menciptakan kondisi usia lanjut yang tidak terganggu aspek psikososialnya (hidup puas dan tidak depresi) (Rusilanti et al. 2006). Stres berbeda-beda terkait dengan domain kesehatan yang berbeda, tergantung pada jenis kelamin. Oleh karena itu, untuk mempelajari stres dan kesehatan secara memadai, penilaian yang komprehensif harus mencakup status subjektif kesehatan, status fungsional, kualitas hidup, gangguan psikososial,

Tabel 12 Sebaran contoh berdasarkan aspek psikologis (lanjutan)

Psikologis n %

Kemandirian

Melakukan sesuatu lebih didasarkan pada pendapat / perintah orang

lain 15 36.6

Penguasaan Lingkungan

Terlibat pada kegiatan-kegiatan yang ada di luar lingkungan 40 97.6

Peduli dengan keadaan di lingkungan sekitar 41 100.0

Tujuan Hidup

Memiliki tujuan hidup 33 80.5

Perkembangan Pribadi

Senang mencoba sesuatu/ pengalaman yang baru 18 43.9

Suka berbagi keahlian atau pengetahuan yang dimiliki untuk

(32)

18

pemanfaatan layanan, gejala fisik, obat-obatan, pemeriksaan laboratorium yang relevan dan pemeriksaan kesehatan, serta diagnosis medis dan perilaku kesehatan tertentu (Zhang 2006).

Hubungan antar Variabel

Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa rata-rata pendapatan sampel dengan status gizi kurus / normal ialah sebesar Rp 2.143.750/kap/bulan sedangkan sampel dengan status gizi gemuk berpenghasilan rataan sebesar Rp 3.878.276/kap/bulan. Setelah dilakukan uji korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan pendapatan (p = 0.677). Uji korelasi menunjukkan hasil yang sama antara variabel pendapatan dengan TKE maupun TKP, tidak terdapat hubungan antara kedua variabel tersebut dengan nilai signifikansi masing-masing 0.752 dan 0.942. Hal ini sejalan dengan penelitian Zaddana (2011) yang menyatakan bahwa status gizi tidak berhubungan signifikan dengan pendapatan.

Tabel 13 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan pendapatan Status Gizi Rata-rata Pendapatan (Rp/kap/bln)

Kurus / Normal 2.143.750

Gemuk 3.878.276

Tabel 14 Nilai tabulasi silang antara status gizi dan gula darah sewaktu

Status Gizi Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu (mg/dl)

Kurus / Normal 131.3

Gemuk 128.7

Berdasarkan Tabel 14 sampel dengan status gizi kurus / normal memiliki rataan kadar gula darah sewaktu sebesar 131.3 mg/dl sedangkan sampel dengan status gizi gemuk memiliki rataan kadar gula darah sewaktu sebesar 128.7 mg/dl. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan Isworo et.al (2013) yang menyatakan bahwa hubungan IMT dengan kadar gula darah sewaktu berbanding lurus, semakin tinggi IMT semakin tinggi pula kadar gula darahnya. Uji korelasi antara kedua variabel ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan nilai gula darah sewaktu (p = 0.575). Uji korelasi Spearman pada status gizi juga dilakukan pada tekanan darah sistolik dan diastolik yang menunjukkan hasil yang sama yakni tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keduanya (p = 0.169 dan p = 0.156).

(33)

19

menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara status gizi dan rematik (p=0.05; r=0.27).

Tabel 15 Nilai signifikansi hasil uji korelasi antar variabel

Variabel Nilai signifikasi (p)

Status Gizi Tingkat Stres Status Kesehatan

Tingkat Kecukupan Energi 0.693 0.025* 0.326

Tingkat Kecukupan Protein 0.295 0.378 0.670

Status Gizi - 0.216 0.134

Tingkat Stres 0.216 - 0.809

*nilai signifikan (p<0,05)

Variabel status gizi juga tidak memiliki hubungan yang signifkan dengan tingkat stres maupun dengan status kesehatan. Demikian dengan variabel tingkat stres tidak memiliki hubungan dengan status kesehatan Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Zaddana (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan (p<0.05) antara tingkat stres contoh dengan banyaknya penyakit non infeksi yang dideritanya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(34)

20

Saran

Sebaiknya perlu adanya program mengenai pengetahuan tentang konsumsi makan yang baik dan aktivitas fisik pada kelompok jantung sehat ini, memanfaatkan kegiatan rutin yang dilakukan dapat menjadi ajang pemberian penyuluhan kesehatan. Penyesuaian bahasa penting dilakukan saat pengambilan data agar tidak terjadi bias yang berarti dalam penelitian. Senam jantung sehat yang biasa dilakukan perlu dikembangkan seperti dari segi lokasi agar tidak hanya terpusat di wilayah yang cukup berkembang saja agar semua kalangan masyarakat dapat merasakan manfaatnya. Untuk keberlanjutan dari penelitian ini sebaiknya faktor genetik serta aktivitas fisik menjadi variabel yang juga diteliti hubungannya, selain itu protein nabati menjadi pangan tambahan pada perhitungan FFQ.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta (ID): EGC.

Anwar Z. 2010. Penanganan Gangguan Tidur pada Lansia. Malang (ID): Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Bouillanne O, Gilles M, Claire D, Isabelle C, Jean-Pierre V, Ioannis N, Simone B, Luc Cynober, and Christian A. 2005. Geriatric nutritional risk index: a new index for evaluating at risk elderly medical patients. Am J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2013 Nov 10]; 82: 777-783. Tersedia pada: www.ajcn.nutrition.org.

[Depkes] Departemen Kesehatan RI. 1996. Pedoman Pengaturan Makan. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan.

[Depsos] Departemen Sosial RI. 1998. Kebijakan dan Program Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta (ID): Departemen Sosial.

Franz MJ. 2008. Medical Nutrition Therapy for Diabetes Mellitus and Hypoglicemia of Nondiabetic Origin. Canada (CA) : Saunders Elsevier.

Garcia S, Pena C, Lopez M, Cedilo T, Nunez A, Beaman S. 2007. Anthropometric measures and nutritional status in a healthy elderly population. Bio Med Central [Internet]. [diunduh 2014 Juli 17]; 10.1186/1471-2458-7-213. Tersedia pada: www.biomedcentral.com.

Gunarsa SD, Gunarsa YS. 2004. Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta (ID): Gunung Mulia.

Hurlock EB. 1990. Psikologi Perkembangan Edisi 5. Jakarta (ID): Erlangga.

(35)

21

Jauhari M. 2003. Status Gizi. Kesehatan dan Kondisi Mental Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Jakarta. [Tesis]. Bogor (ID): Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

JNC-7. 2003. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Am J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2014 Sept 10]; 289, 2560—2571. Tersedia pada: www.ajcn.nutrition.org.

Ledikwe JH et al. 2003. Nutritional risk assessment and obesity in rural older adults: a sex difference. Am J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2014 Sept 10]; 77, 551—558. Tersedia pada: www.ajcn.nutrition.org.

Pilger C, Menon MH, Mathias T. 2011. Socio-demographic and health characteristics of elderly individuals support for health services. International Journal of Behavioral Medicine [Internet]. [diunduh 2014 Juli 17];19(5):1230-8. Tersedia pada: web.a.ebscohost.com.

Kennedy E T. 2006. Evidence for nutritional benefits in prolonging wellness. Am J Clin Nutr [Internet]. [diunduh 2013 Sept 17]; 83: 410S-414S. Tersedia pada: www.ajcn.nutrition.org.

Khomsan A, Patriasih R, Widiaty I, Sukandar D. 2013. A Study on Nutritional Status, Health Characteristics and Psychosocial Aspects of the Elderly Living with Their Familiy and of Those Living in Nursing Home. Bogor (ID): IPB Press.

Marks DB, Marks AD, Smith CM. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar : Sebuah pendekatan klinis, Edisi 1. Jakarta (ID) : EGC.

Raphael MC, Macedo BC, Araujo SFM, Santos J, Borges V, Soares A, Ayres F, Prifmer M. Subacute blood pressure response in elderly hypertensive women after a water exercise session, a controlled clinical trial. International Journal of Behavioral Medicine [Internet]. [diunduh 2014 Juli 17]; 19 (4): 223-227. Tersedia pada: web.a.ebscohost.com.

[RISKESDAS] Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.

Rusilanti, Kusharto C, Wahyuni E. 2006. Aspek psikososial, aktivitas fisik, dan konsumsi makanan lansia di masyarakat. J.Gizi dan Pangan [Internet]. [diunduh 2014 Sept 19]; November l (2): 1-7.

Santoso H, Ismail A. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Jakarta (ID): Gunung Mulia.

Soekirman. 2006. Hidup Sehat: Gizi Seimbang dalam Siklus Kehidupan Manusia (Healthy Life: Balance Diet in Life Cycles). Jakarta (ID): PT Gramedia.

(36)

22

[WHO] World Health Organization. 2005. Cut off point nutritional status. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 30]; Tersedia pada: www.euro.who. intnutrtion-20030507_1.

Zaddana, C. 2011. Keadaan Sosial Ekonomi, Pola Konsumsi Makan, Status Gizi, Tingkat Stres, dan Status Kesehatan Lansia Wanita Peserta Pemberdayaan Lansia di Bogor. [Skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

(37)

23

LAMPIRAN

Lampiran 1 Indikator fisik stres sampel

No Pernyataan TP JR S SS

Ket : TP= Tidak Pernah; JR= Jarang; S= Sering; SS= Sangat Sering

Lampiran 2 Indikator psikis stres sampel

No Pernyataan TP JR S SS

Ket : TP= Tidak Pernah; JR= Jarang; S= Sering; SS= Sangat Sering

Lampiran 3 Hasil uji korelasi antar variabel Status

Coefficient .157 1.000 .689

(38)

24

Lampiran 4 Skala rasa nyeri yang dirasakan selama satu minggu terakhir

TIDAK NYERI SEDANG SANGAT NYERI

0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5 8.0 8.5 9.0 9.5 10.0

Dokumentasi

Gambar 2 Pengukuran tinggi

badan subjek

Gambar 3 Pengukuran tekanan darah subjek

Gambar 4 Pengarahan ketika akan dilakukan recall

(39)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur pada tanggal 07 November 1991, sebagai anak kedua dari pasangan bapak Koko, S.Pd dan ibu NE. Rohanah, S.Pd dan sebagai adik dari dr. Muhammad Rizki Purwanto. Penulis menempuh pendidikan formal di SDN Ciherangkencana tahun 1998-2004, SMPN 4 Cianjur tahun 2004-2007, dan SMAN 1 Cianjur tahun 2007-2010. Penulis melanjutkan studi Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Selama Kuliah di IPB penulis aktif di kegiatan-kegiatan kemahasiswaaan. Penulis menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIZI), Paduan suara Agriaswara, dan sebagai anggota di Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) khususnya Himpunan Mahasiswa Cianjur. Penulis juga aktif serta pada berbagai kepanitiaan besar yang diadakan di internal kampus maupun diluar kampus, skala nasional hingga internasional.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi di Desa Sukalaksana, Kecamatan Samarang Garut Jawa Barat pada tahun 2012. Internship Dietetic di Rumah Sakit Ciawi pada tahun 2014. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Gizi di IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Pola Konsumsi,

Gambar

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan antara variabel dan indikator
Tabel 1 Variabel, jenis, dan cara pengumpulan data
Tabel 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan
Tabel 2 Jenis dan kategori variabel pengolahan (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang bisa didapat dari penelitan tentang pergeseran kata enyong pada masyarakat Jawa di Kabupaten Batang yaitu bahwa pada masayarakat yang tinggal di daerah rural,

Di dalam noun terdapat dua jenis noun utama, yaitu abstract noun dan concrete noun , Pengertian dari Abstract Noun adalah jenis kata benda yang tidak bisa diraba dengan

Hasil deteksi tebing yang terakhir di atas masih berupa citra aras keabuan, untuk mengubahnya menjadi citra biner dapat digunakan operasi thresholding , atau dapat juga

[r]

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional Balitbang Pusat Kurikulum dan Perbukuan (2011:1) menyatakan bahwa pendidikan karakter sebagai pendidikan nilai, pendidikan

Manajemen dalam Peningkatan Kualitas Pengelolaan Taman Pendidikan Al Qur’an di PUSDIKLAT TPA Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Propinsi Jawa Tengah&#34;..

Apakah kadar MMP-1 serum ibu pada ketuban pecah dini lebih tinggi bila dibandingkan. dengan kehamilan

Pada hari ini Jum ’at tanggal Tiga Puluh Satu bulan Oktober tahun Dua Ribu Empat Belas bertempat di Kantor Unit Layanan Pengadaan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Jalan