• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keawetan Cross Laminated Timber dari Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Berbagai Orientasi Serat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keawetan Cross Laminated Timber dari Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Berbagai Orientasi Serat."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

KEAWETAN

CROSS LAMINATED TIMBER

DARI BATANG

KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq) PADA BERBAGAI

ORIENTASI SERAT

DWI HATMOJO KRESNOADI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keawetan Cross Laminated Timber dari Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Berbagai Orientasi Serat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

DWI HATMOJO KRESNOADI. Keawetan Cross Laminanated Timber dari Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Berbagai Orientasi Serat. Dibimbing oleh Prof Dr Ir MUH. YUSRAM MASSIJAYA

Semakin berkurangnya bahan baku kayu memacu kita untuk membuat sebuah alternatif bahan baku pengganti kayu. Di sisi lain, semakin lama semakin banyak perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) mengakibatkan limbah batang sawit yang terbuang pun semakin banyak. Hal ini juga memacu kita untuk memanfaatkan batang limbah sawit, salah satunya dengan membuat cross laminated timber. Tujuan penelitian ini adalah menguji keawetan alami cross laminated timber dari batang kelapa sawit pada berbagai orientasi serat. Pengujian dilakukan dengan metode JIS K 1571-2004. Hasil menunjukkan orientasi serat tidak berpengaruh nyata terhadap persen kehilangan berat, mortalitas, dan feeding rate rayap. Bentuk serangan rayap cenderung menyebar tetapi lubang serangannya mengikuti orientasi serat yang ada. Pada cross laminated timber dengan orientasi sudut 30o, 45o, 60o, dan 90o terdapat serangan dari arah sisi samping sampel uji. Berdasarkan SNI 01.7202.2006 ketahanan batang sawit terhadap serangan rayap termasuk ke dalam keawetan yang sangat buruk sementara cross laminated timber dari batang kelapa sawit tergolong ke dalam ketahanan buruk.

Kata kunci: cross laminated timber, sawit, rayap tanah, keawetan

ABSTRACT

DWI HATMOJO KRESNOADI. Durability of Cross Laminated Timber from the Palm Oil Trunks ( Elaeis guineensis Jacq ) On Various Orientation Fiber. Supervised by Prof Dr Ir MUH. YUSRAM MASSIJAYA MS

Lack of raw materials wood push us to make an alternative raw materials a substitute for wood. On the other hand, the longer period the more palm oil plantations (Elaesis guineensis Jacq) resulted in the waste of palm trunks wasted any more. It also spurred us to utilize waste stems of palm by making a cross laminated timber. The purpose of this study was to test the durability of natural cross laminated timber from oil palm trunks on a variety of fiber orientation.

Testing is done by the method of JIS K 1571-2004. The results shows that orientation fibers not affect to the weight loss, mortality, and feeding rate. Form of termite attacks tend to spread but the hole following the orientation of fibers. Cross laminated timber to the orientation angles 30o, 45o, 60o, and 90o there are attack from the direction of the side of a test sample. Based on SNI 01.7202.2006, durability of palm trunks against termite attack belong to the durability of a very bad while cross laminated timber from oil palm trunk belongs to the bad durability.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Hasil Hutan

KEAWETAN

CROSS LAMINATED TIMBER

DARI BATANG

KELAPA SAWIT (

Elaeis guineensis

Jacq) PADA BERBAGAI

ORIENTASI SERAT

DWI HATMOJO KRESNOADI

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Keawetan Cross Laminated Timber dari Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Berbagai Orientasi Serat. Nama : Dwi Hatmojo Kresnoadi

NIM : E24100088

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Muh. Yusram Massijaya, MS Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Fauzi Febrianto, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah keawetan kayu, dengan judul Keawetan Cross Laminated Tmber dari Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) pada Berbagai Orientasi Serat.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Muh. Yusram Massijaya, MS selaku pembimbing, serta Ibu Arinana, SHut MSi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Suhada dan Kadiman dari Laboratorium Pengerjaan Kayu, serta Bapak Anhari dari Laboratorium Termites Rearing Unit. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Dwi Cahya Susila, Ir. Rochani Nani Rahayu, R. Satriyo Hutomo Wicaksono SHut yang telah banyak memberikan bantuan berupa dukungan moril dan doa yang tiada henti sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Kepada teman-teman Teknologi Hasil Hutan IPB Dina Ali SHut, Abdusa Alam, Agnes Samuel Lumbanraja SHut, Yudha Aditya, Sintia Pramudita, Paulus Marbun, Arif Rahmatullah SHut serta seluruh keluarga Teknologi Hasil Hutan angkatan 47 atas dorongan dan apresiasinya. Kepada teman-teman di Darma: M. Lukman Rosyadi SKom, Gideon Saputra, Habib, Sodiq, Dias, juga kepada sahabat-sahabat saya Raditya Adi Wicaksono.Amd.Par dan Ivan Agung Pradana.Amd.Rad.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur dan Analisis Data 2

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

SIMPULAN DAN SARAN 9

Simpulan 9

Saran 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 12

(10)

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik kimia limbah kelapa sawit 6

DAFTAR GAMBAR

1 Pengujian keawetan alami berdasarkan JIS K 1571-2004 3 3 Wadah uji pengujian keawetan berdasarkan merode JIS K 1571-2004 3 4 Kehilangan berat dari cross laminated timber batang sawit pada 5 5 Persen mortalitas rayap terhadap CLT batang sawit pada berbagai

orientasi serat 7

6 Tingkat konsumsi rayap terhadap CLT batang sawit berdasarkan

orientasi serat 8

7 Pola serangan rayap tanah C. curvignathus terhadap sampel uji CLT batang sawit pada berbagai orientasi serat. 9 8 Sampel uji CLT sebelum dilakukan pengujian (tampak depan) 16 9 Sampel uji CLT setelah dilakukan pengujian (tampak depan) 17 10 Sampel uji CLT sebelum dilakukan pengujian (tampak atas) 17 11 Sampel uji CLT setelah dilakukan pengujian (tampak atas) 17 12 Sampel uji CLT setelah dilakukan pengujian (tampak samping) 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan

penurunan berat SNI 01.7202-2006 12

2 Nilai kehilangan berat CLT berbahan baku kelapa sawit pada berbagai

orientasi serat (%) 12

3 Nilai mortalitas rayap tanah terhadap CLT berbahan baku kelapa sawit

pada berbagai orientasi serat (%) 13

4 Nilai feeding rate rayap tanah terhadap CLT berbahan baku sawit pada

berbagai orientasi serat (μg/ekor/hari) 14

5 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap kehilangan

berat 15

6 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap mortalitas

rayap tanah 15

7 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap tingkat

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan kayu semakin lama semakin tinggi seiring dengan meningkatnya populasi manusia. Di sisi lain, lahan yang dapat digunakan sebagai sumber kayu semakin sempit. Departemen Kehutanan (2009) menyebutkan bahwa produksi kayu bulat tahun 2008 sebesar 31,98 juta m3 sedangkan kebutuhan kayunya mencapai 46,32 juta m3. Izin usaha pemanfaatan kayu pun semakin lama semakin berkurang jatahnya. Bahkan menurut Kartodiharjo (2013) diacu dalam Massijaya (2014), apabila tidak ada terobosan baru dari Kementrian Kehutanan, diduga pada tahun 2017 IUPHHK akan mengalami kebangkrutan. Adanya perbedaan ini membuat kita perlu mencari alternatif bahan pengganti sumber bahan baku kayu.

Menurut Sastroyono (2003) kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki peran penting di Indonesia dan masih mempunyai prospek perkembangan yang cerah. Lubis et al. (2009) menyebutkan bahwa pertumbuhan areal perkebunan sawit dari tahun 1995 – 2005 bertambah dari 2,7 juta ha menjadi 4,5 juta ha. Apabila setiap 10% dari tanaman sawit ini harus diremajakan, maka dihasilkan limbah batang sawit 11,7 juta pohon/tahun. Ridwansyah et al. (2002) menyatakan luas areal peremajan sawit pada tahun 2001-2005 mencapai 155 ha/tahun sementara limbah padat berupa batang akan mencapai 2.257.281 ton/tahun dan akan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2006 – 2010 jumlah batang sawit hasil peremajaan telah mencapai 6,3 juta ton setiap tahunnya. Sayangnya, limbah-limbah ini biasanya hanya dibuang dan belum termanfaatkan secara optimal (Prayitno dan Darnoko 1994). Selain itu, Badrun (2010) mengatakan bahwa potensi dari pemanfaatan batang sawit ini cukup besar. Adapun beberapa penelitian mengenai pemanfaatan batang kelapa sawit untuk keperluan industri adalah Ginting (1995) yang memanfaatkan batang sawit menjadi pati dengan mengekstrak 2 meter dari pucuk dengan hasil rendemen mencapai 7,15%. Sementara penelitian mengenai karakter dari pati yang berasal dari batang sawit telah dilakukan oleh Ridwansyah et al. (2002). Pemanfaatan limbah batang sawit sebagai papan komposit telah dilakukan Lubis et al. (2009) meskipun sifat-sifat mekanis dari papan tersebut belum memenuhi standar JIS A 5908 (2003). Pemanfaatan batang sawit selain dapat menjadi alternatif bahan pengganti sumber bahan baku kayu diharapkan mampu mengurangi dampak limbah dari perkebunan kelapa sawit.

(12)

2

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji keawetan alami cross laminated timber berbahan baku batang kelapa sawit pada berbagai orientasi serat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keawetan alami dari cross laminated timber berbahan baku batang kelapa sawit sesuai dengan standar JIS K 1571-2004. Produk ini juga diharapkan dapat menjadi produk yang berpotensi sebagai alternatif pengganti sumber bahan baku kayu.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokomposit, Laboratorium Teknologi Peningkatan Mutu Kayu Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, sejak Februari sampai Mei 2014.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah sampel uji cross laminated timber berbahan baku batang kelapa sawit dengan proporsi arah serat yang berbeda pada salah satu lapisannya, yakni 0o, 30o, 45o, dan 90o dengan ukuran (2x2x1) cm3, rayap tanah Coptotermes curvignathus dengan proporsi 150 ekor kasta pekerja dan 15 ekor kasta prajurit, serta alkohol 70%.

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain tempat uji berupa pipa paralon dengan diameter 8 cm dan tinggi 6 cm dengan dasar terbuat dari dental cement, jaring tipis, alumunium foil, kapas putih, karet gelang, wadah plastik.

Prosedur dan Analisis Data Uji Laboratorium JIS K 1571-2004

Contoh uji cross laminated timber dari batang sawit (2x2x1) cm3 dan kontrol batang sawit dengan ukuran (2x2x1)cm3 dibuat dari hasil penelitian Massijaya dan Hadi (2013). Contoh uji kemudian dioven dengan suhu 60 + 2oC selama 48 jam untuk mendapatkan nilai berat kayu sebelum pengumpanan (W1).

(13)

3

Gambar 1 Pengujian keawetan alami berdasarkan JIS K 1571-2004

Sumber: Islami (2011)

Wadah uji terbuat dari paralon dengan dasar dental cement dengan tinggi 6 cm dan diameter 8 cm, disterilisasi dan dibersihkan dengan alkohol 70%. Selanjutnya, contoh uji dimasukkan ke dalam wadah uji yang sebelumnya telah diletakkan jaring tipis plastik. Sebanyak 150 rayap tanah C. curvignathus Hulmgren kasta pekerja dan 15 kasta prajurit dimasukkan ke dalam wadah uji. Wadah uji kemudian ditutup dengan alumunium foil dan diberi bolongan agar rayap dapat bernapas. Wadah uji lalu ditaruh ke dalam wadah plastik yang telah dilapisi kapas basah dan ditempatkan ke dalam ruangan gelap selama tiga minggu. Apabila ada rayap yang mati segera ambil dan keluarkan dari wadah uji.

Gambar 2 Wadah uji pengujian keawetan berdasarkan merode JIS K 1571-2004

(14)

4

WL=W1-W2

W1 ×100% Keterangan:

WL = Weight loss/kehilangan berat (%)

W1 = Berat kering oven contoh uji sebelum diumpankan (gram) W2 = Berat kering oven contoh uji setelah diumpankan (gram)

Mortalitas rayap yang diamati dalam standar ini adalah rayap kasta pekerja. Mortalitas rayap dihitung dengan rumus:

MR= D

150 ×100% Keterangan:

MR = Mortalitas rayap (%)

D = jumlah rayap yang mati (ekor)

150 = jumlah kasta pekerja yang dimasukkan pada awal pengumpanan. Selain itu, dilakukan pula perhitungan terhadap nilai feeding rate atau tingkat konsumsi rayap. Nilai ini menunjukkan kemampuan makan tiap ekor rayap kasta pekerja per hari. Nilai ini dihitung dengan menggunakan rumus:

FR=((∆W

∆W = Selisih berat contoh uji awal pengumpanan dan setelah pengujian (μg)

R1 = jumlah rayap kasta pekerja pada awal pengumpanan (ekor)

R2 = jumlah rayap kasta pekerja setelah pengujian yang masih hidup(ekor)

T = lama waktu pengujian (hari)

Analisis Data

(15)

5 Model persamaan yang digunakan sebagai berikut:

Yij= μ+ αi+εij Keterangan:

Yij = Pengamatan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j

μ = Rataan umum

αi = Pengaruh jenis produk ke-i

εij = error jenis produk ke-i pada ulangan ke-j

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kehilangan Berat

Rata-rata kehilangan berat cross laminated timber dari sawit dapat dilihat pada Gambar 3. Kehilangan berat terkecil dimiliki oleh CLT dengan orientasi serat 0o, yakni 12,004% sementara yang tertinggi dimiliki CLT dengan orientasi serat 90o. Penelitian Islami (2011) menyatakan bahwa aktivitas makan rayap sangat dipengaruhi dua faktor, yakni faktor rangsangan dari luar, dalam hal ini struktur anatomi, struktur fisik, dan kandungan zat ekstraktif dan faktor ambang rasa dari rayap itu sendiri.

Gambar 3 Kehilangan berat dari cross laminated timber batang sawit pada berbagai orientasi serat

Hasil kehilangan berat sampel kontrol batang sawit sebesar 19,583%. Nilai ini memenuhi syarat JIS K 1571-2004 di mana kehilangan berat sampel kontrol harus di atas 15%. Sementara menurut klasifikasi ketahanan rayap SNI 01.7202-2006, kehilangan berat ini tergolong ke dalam nilai ketahanan yang sangat buruk. Hal ini semakin didukung oleh pernyataan Bakar (1998) yang menyatakan bahwa batang sawit tergolong ke dalam kelas awet V. Ketidakawetan pada batang sawit ini diduga karena banyaknya kandungan selulosa yang terdapat pada batang sawit.

(16)

6

Penelitian Sa’adah (2014) menyebutkan bahwa kandungan selulosa dalam batang kelapa sawit mencapai 30%. Selain itu, kandungan pati dalam sawit juga cukup tinggi, yaitu sebesar 4-5% (Bakar 1998).

Tabel 1 Karakteristik kimia limbah kelapa sawit

No Parameter Limbah Kelapa Sawit

Batang Luar Batang Dalam Daun Pelepah

1 Lignin (%) 24.42 23.42 33.99 19.41

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa orientasi serat tidak berpengaruh nyata terhadap kehilangan berat. Ke lima sampel uji dengan masing-masing orientasi serat apabila diklasifikasikan dengan SNI 01.7202-2006 termasuk ke dalam ketahanan yang buruk. Adapun kehilangan berat sampel uji dengan orientasi serat 0o, 30o, 45o, 60o, dan 90o yang lebih kecil dibandingkan sampel uji kontrol diduga karena adanya faktor perekat. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Herbowo (2012) yang menjelaskan bahwa perekat isosianat memberikan pengaruh yang nyata terhadap kehilangan berat contoh uji laboratorium.

Mortalitas

Mortalitas merupakan salah satu indikator yang penting untuk mengetahui tingkat keawetan kayu. Dari ke lima jenis sampel uji diketahui bahwa mortalitas tertinggi berada pada CLT dengan orientasi sudut 0o yakni sebesar 60,933%. Hal ini mengindikasikan bahwa rayap tanah pada sampel uji CLT dengan orientasi sudut 0o banyak yang mati dan saling memakan. Nandika et al (2003) menjelaskan bahwa salah satu sifat unik dari rayap adalah kanibalisme. Selain itu, kematian ini diduga karena rayap tidak mampu menyesuaikan diri (Supriana 1983). Tarumingkeng (2001) menjelaskan bahwa pada kondisi yang sulit, yakni saat kekurangan makanan dan tidak mampu menyesuaikan diri, rayap cenderung akan saling memakan satu sama lain.

Perbedaan berat jenis juga diperkirakan memengaruhi mortalitas rayap. Sebagaimana dalam Bakar et al. (1998) berat jenis batang sawit sangat bervariasi di mulai dari tepi ke pusat. Berat jenis batang sawit tepi berkisar antara 0,24-0,37 sementara di bagian pusat hanya 0,11-0,15. Hal ini memengaruhi preferensi makan rayap. Hal ini dikarenakan mekanisme pencernaan selulosa pada rayap diawali dengan proses mekanis, yakni rayap menggigit bahan makanan menjadi partikel kecil yang kemudian baru dilakukan proses enzimatik.

(17)

7 Hal ini sesuai dengan pernyataan Rachmawati et al. (2009) bahwa tingginya persentase mortalitas akan diiringi dengan rendahnya persentase kehilangan berat contoh uji. Setelah tiga minggu dilakukan pembongkaran, rayap masih terlihat banyak dan cukup segar mengelilingi sampel uji. Raffiudin et al. (1991) diacu dalam Rudi (1999) mengatakan bahwa faktor suhu, kebutuhan kadar air dan kelembaban dapat berpengaruh dalam mortalitas pada pengujian keawetan laboratorium. Persentase mortalitas rayap tanah secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Persen mortalitas rayap terhadap CLT batang sawit pada berbagai orientasi serat

Hasil analisis uji statistik menujukkan bahwa orientasi serat tidak berpengaruh nyata terhadap mortalitas rayap. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan mortalitas antara sampel uji CLT dengan sampel kontrol hanya dipengaruhi oleh keberadaan perekat isosianat. Hal ini terlihat dari bekas serangan rayap. Rayap yang menyerang bagian kayu dekat dengan sambungan/bagian berperekat lebih cenderung memiliki nilai mortalitas yang lebih tinggi.

Tingkat konsumsi rayap (feeding rate)

Pengujian tingkat konsumsi rayap didapatkan dari hasil kehilangan berat, jumlah rayap yang hidup, serta lama waktu pengujian.Tingkat konsumsi rayap pada batang kelapa sawit menghasilkkan nilai 152,825 μg/ekor/hari. Sementara CLT tertinggi berada pada CLT dengan orientasi serat 0o sebesar 151,802 μg/ ekor/hari. Nilai ini berkebalikan dengan nilai kehilangan berat. Hal ini dikarenakan tingkat mortalitas rayap pada CLT dengan orientasi serat 0o cenderung besar, sehingga tingkat makan per rayap menjadi besar. Sedangkan nilai terendah berada pada CLT dengan orientasi serat 90o yakni 87,987 μg/ ekor/hari. Nilai ini pun berkebalikan dengan nilai kehilangan beratnya di mana CLT dengan orientasi serat 90o memiliki nilai kehilangan berat yang paling besar. Ini dikarenakan jumlah kematian rayap yang kecil, sehingga mendapatkan nilai tingkat konsumsi rayap per ekor yang paling kecil.

(18)

8

Menurut Yusuf dan Utomo (2006) rayap mengonsumsi kayu 2-3% dari bobot tubuhnya setiap hari. Adapun rayap tanah memiliki bobot berkisar antara 4300-4700 μg (Wahyudi et al. 2012). Tingkat konsumsi juga dipengaruhi oleh ukuran tubuh, koloni, dan kondisi lingkungan.

Perilaku rayap sesaat setelah diberi sampel uji mula-mula beradaptasi dengan lingkungan barunya. Rayap yang tidak mampu menyesuaikan diri akan mati, sedangkan yang berhasil menyesuaikan diri akan melakukan orientasi makan. Ketika terjadi kontak langsung dengan kayu, syaraf pencicip gustatory rayap berperan utama yaitu ketika si rayap mulai makan (Supriana 1983). Jika makanan tersebut sesuai, rayap akan meneruskan proses makannya. Nilai tingkat konsumsi rayap secara lengkap akan ditunjukkan oleh Gambar 5.

Gambar 5 Tingkat konsumsi rayap terhadap CLT batang sawit berdasarkan orientasi serat

Hasil analisis uji statistik menunjukkan orientasi serat tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat konsumsi rayap per ekor. Hadi (2014) menjelaskan bahwa berat awal sampel dapat memengaruhi nilai feeding rate.

Nilai ini juga sejalan dengan penelitian Hermawan et al. (2012) di mana feeding rate berbanding terbalik dengan persen kehilangan berat. Hal ini dikarenakan perhitungan persentase kehilangan berat dihitung berdasarkan jumlah massa yang hilang dimakan rayap dibagi dengan berat awal sampel pada volume yang sama. Sementara feeding rate dihitung berdasarkan jumlah massa yang hilang dibagi jumlah rayap yang masih hidup dan lama waktu pengumpanan rayap.

Secara keseluruhan, sampel kontrol batang sawit memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan sampel uji CLT dengan berbagai orientasi serat. Hal ini diperkirakan adanya pengaruh perekat isosianat pada sampel uji CLT yang mengakibatkan kematian rayap sehingga tingkat konsumsinya menurun.

(19)

9 Bentuk Serangan Rayap

Bentuk serangan rayap tanah C. curvignathus pada sampel uji CLT cukup beragam. Pola serangan rayap tanah tersebut cenderung menyebar dan lubangnya mengikuti arah serat. Pada sampel uji dengan orientasi serat 30o, 45o, 60o, dan 90o, terdapat serangan dari bagian sisi samping sampel uji. Sementara contoh uji dengan orientasi serat 0o hanya terdapat serangan dari bagian depan dan belakang. Sampel kontrol dari batang kelapa sawit juga memiliki serangan yang menyebar tetapi tidak terdapat serangan dari sisi sampingnya. Bentuk serangan rayap tanah C.curvignathus dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6 Pola serangan rayap tanah C. curvignathus terhadap sampel uji CLT batang sawit pada berbagai orientasi serat.

Pola serangan yang paling banyak terlihat pada sampel uji dengan orientasi serat 90o. Hal tersebut karena bentuk arah serat yang saling tegak lurus sehingga rayap dapat memakan dari sisi samping. Selain itu, hal ini diduga karena kerapatan antarsampel uji yang cenderung berbeda.

Serangan yang berada dekat garis rekat adalah CLT dengan orientasi serat 0o. Dekatnya pola serangan terhadap garis rekat tersebut membuat CLT dengan orientasi serat 0o memiliki nilai mortalitas yang paling tinggi, yakni 60,93%.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(20)

10

CLT dengan berbagai orientasi serat diperkirakan dipengaruhi oleh adanya perekat isosianat. Selain itu, pola serangan rayap terhadap CLT dari batang kelapa sawit terlihat menyebar tetapi lubangnya mengikuti arah serat sampel.

Saran

Perlu dilakukan modifikasi terhadap CLT batang sawit agar mampu meningkatkan keawetan produk tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Associates H.2010. Cross Laminated Timber. B & K Timber Structures a Trading Division of B & K Steelwork Fabrications Limited.

Badrun M. 2010. Lintasan 30 Tahun Pengembangan Kelapa Sawit. Direkotar Jenderal Perkebunan. Jakarta (ID): Kementrian Perkebunan Republik Indonesia.

Bakar ES, Rachman O, Hermawan D, Karlinasari L, Rosdiana N. 1998. Pemanfaatan batang kelapa sawit (elaesis guineensis Jacq.) sebagai bahan bangunan dan furniture (I): Sifat fisis, kimia dan keawetan alami kayu kelapa sawit. Jurnal Teknologi hasil Hutan. 11 (1): 1-12.

Bakar. 2003. Kayu sawit sebagai subtitusi kayu dari hutan alam. Forum Komunikasi dan Teknologi Industri Kayu. 2: 5-6.

Departemen Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2008. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

Ginting S. 1995. Sifat-sifat pasta pati batang kelapa sawit dalam bentuk derivat asetat dan derivat berikatan silang fosfat pada berbagai pH. [tesis]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Hadi YS. 2014. Feeding rate as a consideration factor for successful termite wood preference tests. Di dalam: The 10th acific-Rim Termite Research Group Conference (TRG10); 2014 Feb 26-28; Kuala Lumpur, Malaysia. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Herbowo H. 2012. Keawetan balok laminasi dari kayu rakyat terhadap serangan rayap tanah [skripsi]. Bogor (ID): Institut pertanian Bogor.

Hermawan D, Hadi YS, Fajriani E, Massijaya, MY, Hadjib N. 2012. Resistance of particleboards made from fast-growing wood species to subterranean termite attack. Insects (3):532-537 .doi:10.3390/insects3020532.

Islami SN. 2011. Pengaruh garis rekat glulam terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes curvignathus Holmgren) [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Japanese Standar Association. 2003. Japanese Industrial Standard for Particle Board. JIS A 5908.

(21)

11 Lubis MJ, Risnasari I, Nuryawan A, Febrianto F. 2009. Kualitas papan komposit

dari limbah batang kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq) dan polyethylene (PE) daur ulang. Jurnal Teknologi Industri Pertanian Vol19(1): 16-20.

Massijaya MY. 2014. Final report National Medium-Term Development plan (RPJMN) for forestry sector 2015-2019. Prepared for Planning Bureau Ministry of Forestry Republic of Indonesia. Sponsored by Deutsche Gesellschaft fur Inernationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH. January 2014. Massijaya MY dan YS Hadi. 2013. Pengembangan Cross Laminated Lumber dari Limbah Batang Kelapa Sawit dalam Rangka Penciptaan Lapangan Kerja Masyarakat Sekitar Perkebunan Sawit di Indonesia. Bogor (ID): Laporan Akhir Penelitian Strategis Institut Pertanian Bogor.

Nandika D, Soenaryo, Saragih A. 1996. Kayu dan Pengawetan Kayu. Jakarta (ID): Dinas Kehutanan Jakarata.

Nandika D, Rismayadi Y, Diba F. 2003. Rayap: Biologi dan Pengendaliannya. Surakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Surakarta Press.

Rachmawati N, Mulyaningrum, Rumidatul A, Hartati S. 2009. Exploration of extract of Pinus (Pinus merkusii) and ki hiyang (Albizzia procerra Benth.) barks as natural preservatives. Di dalam: Dwianto W, Hermiati E, Falah F, Darmawan T, editor. Contribution of Scientific Profession Society on the Development of Wood Science and Technology in Indonesia. The First International Symposium of Indoensian Wood Research Society; 2009 Nov 2-3; Bogor. Bogor (ID): Indonesian Wood Research Society.hlm 100.

Ridwansyah MZ, Nasution TC, Sunarti, Fauzi AM. 2002. Sifat fisiko kimia pati kelapa sawit. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Vol 17: hlm.1-6

Rismayadi Y. 1999. Penelaahan daya jelajah dan ukuran populasi kolni rayap tanah (Schedorhinotermes javanicus Kemer) (Isoptera: Rhinitermitidae) serta (Microtermes inspiratus Kemner) (Isoptera: Termitidae) [tesis]. Bogor (ID): Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Rudi. 1999. Preferensi makan rayap tanah Coptotermes curvignathus Holmgren (Isoptera: Rhinotermitidae) terhadap 8 jenis kayu bangungan [tesis]. Bogor(ID): Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Sa’adah WA. 2014.Pemanfaatan limbah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan serbuk kayu mahoni sebagai bahan baku biopelet [skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Sastroyono S. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia.

[SNI] Standar nasional lndonesia. 2006. Uji Ketahanan Kayu dan Produk Kayu terhadap Organisme Perusak Kayu. Badan Standarisasi Nasional. SNI 01.7207-2006.

Tarumingkeng RC. 2001. Biologi dan Perilaku Rayap. Bunga rampai Jejak Langkah Perubahan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Perkins P, McCloskey K. 2010. A Strategic Plan for the Commercialization of Cross-Laminated Timber in Canada and the United State. United State (US): Canadian Wood Council.

(22)

12

Wahyudi Imam, Rahayu IS, Arinana. 2012. Pengujian efikasi skala laboratorium kayu hasil fumigasi terhadap serangan rayap tanah (Coptotermes

curvignathus). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Vol 17(3): 141-143. Yusuf S, Utomo S. 2006. Hama Pemukiman Indonesia: Pengenalan, Biologi, dan

Pengendalian. Bogor (ID): Unit Kajian Pengendalian Hama Pemukiman Fakultas Kedokteran Hewan Institut pertanian Bogor.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Klasifikasi ketahanan kayu terhadap rayap tanah berdasarkan penurunan berat SNI 01.7202-2006

Kelas Ketahanan Kehilangan Berat (%)

I Sangat Tahan < 3.52

II Tahan 3.52-7.5

III Sedang 7.5-10.96

IV Buruk 10.96-18.94

V Sangat Buruk 18.94-31.89

(23)

13

Lampiran 3 Nilai mortalitas rayap tanah terhadap CLT berbahan baku kelapa sawit pada berbagai orientasi serat (%)

Orientasi serat Jumlah rayap yang mati (ekor) Mortalitas (%)

(24)

14

Lampiran 4 Nilai feeding rate rayap tanah terhadap CLT berbahan baku sawit pada berbagai orientasi serat (μg/ekor/hari)

Orientasi

Jumlah rayap yang mash hidup

(ekor) Feeding rate

(25)

15

Lampiran 5 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap kehilangan berat

Lampiran 6 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap mortalitas rayap tanah

(26)

16

Mortalitas

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 298.311 4 74.578 .630 .647

Within

Groups 2369.244 20 118.462

Total 2667.555 24

Lampiran 7 Analisis variasi dari pengaruh orientasi sudut CLT terhadap tingkat konsumi rayap

ANOVA

Tingkat_Konsumsi

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between

Groups 12201.894 4 3050.474

2.67

7 .062

Within

Groups 22788.922 20 1139.446

Total

34990.816 24

(27)

17

Gambar 8 Sampel uji CLT setelah dilakukan pengujian (tampak depan)

Gambar 9 Sampel uji CLT sebelum dilakukan pengujian (tampak atas)

(28)

18

Gambar 11 Sampel uji CLT setelah dilakukan pengujian (tampak samping)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Tangerang, pada tanggal 22 Januari 1993, dari pasangan Bapak Ir. Dwi Cahya Susila dan Ibu Ir. Rochani Nani Rahayu. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara.

Penulis memulai pendidikan formal pada tahun 1998 di SDN Muhammadiyah 12, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Pamulang pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007. Selanjutnya, penulis melanjutkan studi di SMAN 2 Tangerang Selatan dan lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis mengikuti pendidikan melalui UTM di Departemen Hasl Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 2 Wadah uji pengujian keawetan berdasarkan merode JIS K 1571-2004
Gambar 3 Kehilangan berat dari cross laminated timber batang sawit pada
Gambar 4.
Gambar 5  Tingkat konsumsi rayap terhadap CLT batang sawit berdasarkan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tampak hasil uji statistik gambaran karakteristik kedua kelompok yang meliputi usia, Indeks Massa Tubuh dan lama paparan sinar matahari tidak menunjukkan ada perbedaan yang

Berdasarkan prinsip Pareto terdapat dua mesin kritis dari lima mesin yang ada.Hasil perhitungan dari data kerusakan mesin sebelumnya diketahui, jika dilakukan

Berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini dirancang sebuah sistem informasi yang diberi nama GLoSha ( Grouping Location Sharing ) yang dapat membantu

Desain Sistem Prototype Akuarium yang dibuat pada penelitian ini dirancang dengan menggunakan sensor pH untuk mengetahui kualitas air serta sensor hcsr yang mengukur

Penelitian ini meneliti perubahan histopatologi pada ginjal di 10 Plasmodium inui terinfeksi Macaca mulatta monyet oleh cahaya dan mikroskop elektron untuk mengembangkan model

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Chi Square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri

Tesis Pondok pesantren dan perubahan ..... ADLN -