KLINIK DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 2012
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Adelita Tri Rahmawati
NIM: 109103000029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
Assalamu’alaikumwr.wb
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir riset yang berjudul “Perbedaan Derajat Depresi antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik dengan Klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012” yang merupakan salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini dengan baik. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. dr. Hendro Birowo, SpS, selaku Dosen pembimbing penelitian, yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasihat kepada peneliti selama penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini.
4. dr. Rachmania Diandini, MKK, selaku Dosen pembimbing penelitian, yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada peneliti serta memberikan banyak masukan dan motivasi kepada peneliti dalam proses penelitian dan penyusunan laporan penelitian ini. 5. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku penanggungjawab riset Program
7. Sahabat – sahabat tercinta terutama Angelia, Adinda, Rahmatul, Ayesha, Eka, Resti, Amel yang selalu menyediakan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini dan juga kepada Dian F, Reani Z, Ibnu I, Wildan A, selaku teman kelompok yang selalu kompak dalam mengerjakan penelitian bersama serta seluruh teman seperjuangan PSPD angkatan 2009 FKIK UIN Jakarta yang telah memberikan semangat, bantuan dan kenangan terindah yang tak terlupakan.
Peneliti sadar laporan hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang membangun diharapkan dari para pembaca. Akhir kata, peneliti berharap semoga penelitian ini dapat berguna bagi peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
Jakarta, 18 September 2012
Adelita Tri Rahmawati. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbedaan Derajat Depresi Antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik Dengan Klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.2012
Penduduk di Indonesia sekitar 15% diketahui mengalami depresi yang disebabkan tekanan hidup yang semakin berat. Depresi dapat terjadi pada mahasiswa kedokteran tahap pendidikan preklinik dan klinik dikarenakan tuntutan belajar pada mahasiswa kedokteran lebih besar dibandingkan dengan populasi umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan derajat depresi antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan dengan mewawancarai responden menggunakan kuesioner Hamilton Depression Rating Scale (HDRS). Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian analitik dan desain penelitian cross
sectional serta teknik pengambilan sampel stratified random sampling.
Responden berjumlah 144 orang, preklinik 72 orang, dan klinik 72 orang yang berusia 18-24 tahun. Data dianalisis menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa p = 0,191. Kesimpulan tidak terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
Kata Kunci: Depresi, Tahap pendidikan preklinik, Tahap pendidikan klinik
ABSTRACT
Adelita Tri Rahmawati. Medicine Study Programe.The Difference of Depression between Preclinical and Clinical Medical Students in Islamic State University. 2012
Population in Indonesia about 15% are known depressed caused more severe life stressors. Depression can occur in preclinical and clinical education phase of medical students, because the demands of studying on medical students, higher than the general population. This research aims to reveal the difference of depression between preclinical and clinical medical students in Islamic State University. This research was held by interviewing preclinical and clinical medical students with HDRS (Hamilton Depression Rating Scale) questionaires. It used analytic study with cross sectional research designs. The methode of sampling is stratified random sampling. 144 respondents were participated in this study, which are 72 preclinical medical students and 72 clinical medical students, aged 18-24 years. This study used Kolmogorov-Smirnov test. The result showed that p = 0,191. The conclusion there is notdifference of depression between preclinical and clinical medical students
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
4.3 Perbedaan Derajat Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin... 28
4.4 Perbedaan Derajat Depresi antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik dengan Klinik... 30
4.5 Keterbatasan Penelitian... 32
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 5.1 Simpulan ... 33
5.2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
Tabel 2.1 The Social Readjustment Rating Scale (SRRS) ... 9 Tabel 4.1 Distribusi responden pada mahasiswa kedokteran preklinik dan
klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012...
27
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Derajat Depresi berdasarkan tahun angkatan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012...
28
Tabel 4.3 Perbedaan derajat depresi berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012...
29
Tabel 4.4 Perbedaan derajat depresi mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012...
Lampiran 1 Formulir Persetujuan (Informed Consent)... 38
Lampiran 2 Kuesioner... 39
Lampiran 3 Data Hasil Uji Statistik... 45
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Depresi adalah salah satu gangguan mood yang merupakan gangguan unipolar, yaitu gangguan yang mengacu pada satu arah atau tunggal, yang terdapat perubahan pada kondisi emosional, motivasi, fungsi, perilaku motorik dan perubahan kognitif. Pada umumnya seseorang yang mengalami depresi mempunyai nada bicara pesimistik dan ekspresi wajah yang putus asa.1
Gangguan depresi merupakan kelainan psikiatrik yang paling sering dijumpai. Di Amerika Serikat, prevalensi kejadian gangguan depresi adalah 20% pada wanita dan 12% pada pria, 10% pada pasien yang sedang menderita penyakit kronik. Pakar riset klinik untuk unit neuropsikiatri Roche International Clinical Research Centre, Strasbourg (2010) mengemukakan bahwa gangguan depresi merupakan gangguan yang paling banyak dari gangguan mental dan prevalensi sepanjang hidupnya sekitar 15 %. Boleh dikatakan bahwa setiap orang pada masa hidupnya pernah menderita depresi sampai pada tingkat tertentu.2 Penduduk di Indonesia sekitar 15% diketahui mengalami depresi yang disebabkan tekanan hidup yang semakin berat.3
Mahasiswa rentan terhadap kejadian depresi. Stresor psikososial adalah keadaan yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang sehingga orang tersebut terpaksa harus bisa beradaptasi atau menanggulangi stresor yang timbul. Perubahan lingkungan belajar juga menjadi salah satu faktor pencetus depresi pada mahasiswa. Kecerdasan bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan sukses atau tidaknya seseorang dalam belajar, tetapi ketenangan jiwa juga mempunyai pengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam menggunakan kecerdasan tersebut.4
Manifestasi psikomotor tersebut bisa membawa pengaruh pada prestasi belajar jika seseorang tersebut adalah siswa yang sedang aktif dalam proses belajar.5
Pada penelitian Brauser (2010), dikatakan bahwa mahasiswa kedokteran mengalami tingkat depresi, kelelahan, dan mental yang lebih tinggi daripada populasi umum, dengan kesehatan mental yang memburuk selama proses belajar, mahasiswa kedokteran memiliki risiko lebih tinggi keinginan bunuh diri karena tingginya tingkat kelelahan.6 Pada penelitian Wahyu (2010) di UNS dikatakan bahwa mahasiswa fakultas kedokteran harus menjalani masa studi preklinik di universitas terlebih dahulu sebelum menjadi mahasiswa klinik yaitu ko-asisten (dokter muda) dirumah sakit. Studi preklinik relatif lebih mudah dibandingkan studi klinik, pada studi klinik mahasiswa langsung berhadapan dengan pasien dan mendapat kesempatan untuk melakukan tindakan medis, sehingga mahasiswa klinik harus mempertanggungajawabkan segala yang telah dipelajarinya semasa menjadi mahasiswa preklinik, sementara mahasiswa preklinik tidak terbebani oleh hal-hal tersebut.7
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perbedaan derajat depresi antara mahasiwa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
Sehingga dapat diketahui perbedaan derajat depresi mahasiswa preklinik dan klinik.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat ditarik perumusan masalah sebagai berikut:
Apakah terdapat perbedaan derajat depresi antara mahasiwa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012?
1.3Hipotesis
1.4Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Diketahui adanya perbedaan derajat depresi antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya prevalensi derajat depresi pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
2. Diketahuinya distribusi frekuensi derajat depresi berdasarkan tahun angkatan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
3. Diketahuinya distribusi frekuensi derajat depresi berdasarkan jenis kelamin di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
4. Diketahuinya perbedaan derajat depresi antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
5. Diketahuinya perbedaan derajat depresi berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012
1.5Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa preklinik dan ko-asisten
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan memperluas ilmu pengetahuan khususnya ilmu kedokteran jiwa pada mahasiswa kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
mendatang. Serta diharapkan dapat menjadi data dasar bagi penelitian selanjutnya.
3. Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Landasan Teori 2.1.1 Definisi Depresi
Depresi adalah gangguan mood yang ditandai oleh adanya disregulasi mood, gangguan aktivitas psikomotor, gangguan pada bioritme dan gangguan fungsi kognitif.8 Menurut Kaplan, depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur, nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.9
Maramis memasukkan depresi sebagai gangguan afek dan emosi. Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang menyertai suatu pikiran dan biasanya berlangsung lama serta kurang disertai oleh komponen fisiologi, seperti kebanggaan, kekecewaan. Sedangkan emosi merupakan manifestasi dari afek yang keluar dan disertai oleh banyak komponen fisiologis, biasanya berlangsung relative tidak lama, misalnya ketakutan, kecemasan, depresi dan kegembiraan.10
2.1.2 Struktur Otak
Studi neuroimaging fungsional mendukung hipotesis bahwa keadaan depresi dikaitkan dengan penurunan aktivitas metabolisme dalam struktur neokorteks dan peningkatan aktivitas metabolik dalam struktur limbik. Neuron serotonergik terlibat dalam gangguan afektif yang ditemukan dalam dorsal raphe nucleus, sistem limbik, dan korteks kiri prefrontal.11
frontal, korteks orbitofrontal, dan girus rektus. Pasien yang mengalami depresi memiliki volume hipokampus yang lebih sedikit.12
Dalam sebuah penelitian, gambar positron emission tomographic (PET) menunjukkan menurunnya aktivitas normal di daerah korteks prefrontal pada pasien dengan depresi unipolar dan depresi bipolar. Wilayah ini berkaitan dengan respon emosional dan memiliki koneksi luas dengan otak daerah lain, termasuk daerah yang tampaknya bertanggung jawab untuk pengaturan dopamin, noradrenalin (locus ceruleus), dan 5-hydroxytryptamine (5-HT).11
Kelainan fungsional dan struktural ditemukan di daerah otak yang sama selama episode depresi besar. (Sacher dkk) menemukan peningkatan metabolisme glukosa dalam subgenual dan pregenual korteks cingulate anterior kanan, selain itu terdapat penurunan volume gray matter di korteks, dorsal fronto median cortex, dan right paracingulate cortex.11
2.1.3 Etiologi Depresi
Kaplan menyatakan bahwa faktor penyebab depresi dapat dibagi menjadi beberapa faktor, antara lain: faktor biologi, faktor genetik, faktor psikologi dan faktor lingkungan sosial
a. Faktor biologi
menurun seperti parkinson yang disertai gejala depresi. Obat yang meningkatkan konsentrasi dopamin, seperti tyrosin, amphetamine, dan bupropion, menurunkan gejala depresi.9
Disregulasi neuroendokrin. Hipotalamus merupakan pusat pengaturan aksis neuroendokrin, menerima input neuron yang mengandung neurotransmiter amin biogenik. Pada pasien depresi ditemukan adanya disregulasi neuroendokrin. Disregulasi ini terjadi akibat kelainan fungsi neuron yang mengandung amin biogenik. Sebaliknya, stres kronik yang mengaktivasi aksis Hypothalamic-Pituitary-Adrenal (HPA) dapat menimbulkan perubahan pada amin biogenik
sentral. Aksis neuroendokrin yang paling sering terganggu yaitu adrenal, tiroid, dan aksis hormon pertumbuhan. Aksis HPA merupakan aksis yang paling banyak diteliti.13 Hipersekresi Corticotropin-Releasing-Hormone (CRH) merupakan gangguan aksis HPA yang sangat fundamental pada pasien depresi. Hipersekresi yang terjadi diduga akibat adanya defek pada sistem umpan balik kortisol di sistem limbik atau adanya kelainan pada sistem monoaminogenik dan neuromodulator yang mengatur CRH.9 Sekresi CRH dipengaruhi oleh emosi. Emosi seperti perasaan takut dan marah berhubungan dengan Paraventriculer nucleus (PVN), yang merupakan organ utama pada sistem endokrin dan
fungsinya diatur oleh sistem limbik. Emosi mempengaruhi CRH di PVN yang menyebabkan peningkatan sekresi CRH.13
b. Faktor Genetik
Pola genetik penting dalam perkembangan gangguan mood, pola pewarisan genetik melalui mekanisme yang sangat kompleks, didukung dengan penelitian-penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian keluarga
keluarga yang mengalami gangguan bipolar. Sanak keluarga turunan pertama dari seorang penderita berat berkemungkinan 1,5-2,5 kali lebih besar untuk terjadi bipolar dan 2-3 kali lebih mungkin menderita depresi berat dibandingkan dengan seseorang yang tidak memiliki keluarga yang mengalami gangguan bipolar.5
2. Penelitian adopsi
Penelitian ini telah mengungkapkan adanya hubungan faktor genetik dengan gangguan depresi. Dari penelitian ini ditemukan bahwa anak biologis dari orang tua yang menderita depresi tetap beresiko menderita gangguan mood, Walaupun jika mereka dibesarkan oleh keluarga angkat yang tidak menderita gangguan. 5
3. Penelitian kembar
Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan bahwa angka kesesuaian untuk gangguan bipolar pada anak kembar monozigotik 33-90 persen dan untuk gangguan depresi sekitar 50 persen. Sebaliknya, angka kesesuaian pada kembar dizigotik adalah kira-kira 5-25 persen untuk gangguan bipolar dan 10-25 persen untuk gangguan depresi berat. 5
c. Faktor psikologi
d. Faktor lingkungan sosial
Berdasarkan penelitian, depresi dapat membaik jika klinisi memberikan pasien yang terkena depresi suatu rasa pengendalian dan penguasaan lingkungan. Peristiwa kehidupan dan stresor lingkungan adalah peristiwa kehidupan yang menyebabkan stres, lebih sering didahului oleh episode pertama gangguan mood. Para klinisi mempercayai bahwa peristiwa kehidupan memegang peranan utama dalam depresi, klinisi lain menyatakan bahwa peristiwa kehidupan hanya memiliki peranan terbatas dalam onset depresi. Stresor lingkungan yang paling berhubungan dengan onset suatu episode depresi adalah kehilangan pasangan. Stresor psikososial yang bersifat akut, seperti kehilangan orang yang dicintai, atau stressor kronis misalnya kekurangan finansial yang berlangsung lama, kesulitan hubungan interpersonal, ancaman keamanan dapat menimbulkan depresi.5
2.1.4 Social Readjustment Rating Scale (SRRS)
Social Readjustment Rating Scale (SRRS) atau yang biasa dikenal dengan Holmes
and Rahe Stress Scale merupakan sebuah daftar 43 stresor kehidupan yang dapat berkontribusi terhadap kesehatan terutama terhadap terjadinya depresi.14
Tabel 2.1 The Social Readjustment Rating Scale (SRRS)
Peristiwa kehidupan Nilai
Kematian pasangan hidup 100
Perceraian 73
Perpisahan dalam pernikahan 65
Dipenjara 63
Menderita penyakit 53
Pernikahan 50
Dihentikan dari pekerjaan 47
Pemulihan hubungan pernikahan 45
pensiun 45
Perubahan kesehatan yang berat pada anggota keluarga
44
Hamil 40
Kesulitan dalam bidang seksual 39
Kehadiran anggota keluarga baru 39
Penyesuaian kembali dalam bisnis 39
Perubahan situasi keuangan 38
Kematian teman dekat 37
Perubahan bidang pekerjaan 36
Perubahan seringnya terjadi pertengkaran dalam pernikahan
35
Pengadaian atau peminjaman untuk pembelian kebutuhan primer
31
Pencabutan hak mendapatkan pinjaman atau pengadaian
30
Masalah dengan mertua 29
Anak meninggalkan rumah 29
Perubahan tanggungjawab dalam pekerjaan 29
Prestasi pribadi menurun 28
Mulai atau berhenti bekerja 26
Mulai atau mengakhiri sekolah 26
Perubahan dalam kondisi kehiudpan 25
Perubahan kebiasaan pribadi 24
Masalah dengan bos 23
Perubahan kondisi kerja atau jam kerja 20
Pindah rumah 20
Pindah sekolah 20
Perubahan kebiasaan rekreasi 19
Perubahan dalam aktivitas beribadah 19
Perubahan dalam kegiatan sosial 18
Pinjaman untuk pembelian barang-barang sekunder
17
Perubahan dalam kebiasaan tidur 16
Perubahan dalam jumlah pertemuan keluarga 15
Perubahan pola makan 15
Liburan 13
Perayaan hari besar umat beragama 12
Pelanggaran hukum 11
Skor >300 : Sangat berisiko terkena penyakit
Skor 150-299: Risiko penyakit adalah sedang (berkurang 30% dari risiko di atas). Skor <150: Hanya memiliki sedikit risiko penyakit.
2.1.5 Gejala Depresi
Gejala utama depresi terdiri dari:1 a. Perubahan pada kondisi emosional
Perubahan pada kondisi mood, seperti periode perasaan terpuruk terus menerus, sedih atau muram. Penuh dengan air mata atau menangis serta meningkatnya iritabilitas yaitu mudah tersinggung.
b. Perubahan dalam motivasi
Perasaan tidak termotivasi atau memiliki kesulitan untuk memulai kegiatan di pagi hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur. Menurunya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial. Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas yang menyenangkan. Menurunnya minat pada seks, serta gagal untuk berespon pada pujian atau reward.
c. Perubahan dalam fungsi dan perilaku motorik
Gejala-gejala motorik yang dominan dan penting dalam depresi adalah retardasi motor yakni tingkah laku motorik yang berkurang atau lambat, bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan dari biasanya. Beraktivitas kurang efektif atau energik dari pada biasanya, orang-orang yang menderita depresi sering duduk dengan sikap yang terkulai dan tatapan yang kosong tanpa ekspresi.
Gejala lainnya:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik
f. Tidur terganggu
g. Nafsu makan berkurang
Gambar 2.1 Gejala Depresi.
Sumber : Baldwin & Birtwistle, 2002-
2.1.6 Klasifikasi Depresi
DSM-IV mendefenisikan bahwa gangguan mood berbeda dalam hal penampilan klinis, perjalanan penyakit, genetik dan respon pengobatan. Kondisi ini dibedakan berdasarkan ada atau tidaknya maniak (bipolar atau unipolar), beratnya penyakit (mayor atau minor) dan peran kondisi medis atau psikiatrik lainnya sebagai penyebab gangguan (primer atau sekunder) sehingga depresi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:15
1. Gangguan mood mayor: depresi mayor atau tanda dan gejala maniak.
a. Gangguan Bipolar I (maniak-depresi): maniak pada masa lalu atau saat ini (dengan atau tanpa adanya depresi atau riwayat depresi). Kadang-kadang depresi mayor muncul.
b. Gangguan Bipolar II: hipomania dan depresi mayor harus ada saat ini atau pernah ada.
2. Gangguan mood spesifik lainnya :depresi minor dan tanda atau gejala maniak.
a. Gangguan distimik: depresi saja.
b. Gangguan siklotimik: gejala depresi dan hipomaniak saat ini atau baru saja berlalu (secara terus-menerus selama 2 tahun).
3. Gangguan mood: akibat kondisi medis umum dan gangguan mood yang diinduksi zat, bisa depresi, maniak, atau campuran, ini merupakan gangguan mood sekunder.
4. Gangguan penyesuaian dengan mood depresi: depresi yang disebabkan oleh adanya stesor.
2.1.7 Tingkatan Depresi
Dalami (2009) membagi beberapa tingkatan depresi dengan gejala yang berbeda:16 1. Depresi ringan
Setiap individu pasti pernah mengalaminya yang ciri-cirinya lain bersifat sementara, alamiah adanya rasa sedih perubahan proses pikir, komunikasi dan hubungan sosial kurang baik dan merasa tidak nyaman.
2. Depresi sedang
a. Afek: Murung, cemas, kesal, marah, menangis, rasa bermusuhan, dan harga diri rendah.
b. Proses pikir: Perhatian sempit, berpikir lambat, ragu-ragu atau bimbang, konsentrasi menurun, berpikir rumit dan putus asa serta pesimis.
c. Sensasi somatic dan aktivitas motorik: bergerak lamban, tugas-tugas terasa berat, tubuh lemah dan sakit kepala dan dada, mual, muntah, konstipasi, nafsu makan dan berat badan menurun, tidur terganggu.
d. Pola komunikasi: Bicara lambat, berkurang komunikasi verbal dan komunikasi non verbal meningkat.
3. Depresi Berat
Mempunyai dua episode yang berlawanan yaitu depresi berat (rasa sedih tertentu dan mania (rasa gembira yang berlebihan disertai dengan gerakan yang hiperaktif) a. Gangguan Afek: Pandangan kosong, persaan hampa, murung,putus asa dan
inisiatif kurang
b. Gangguan Proses Pikir: Halusinasi dan waham, konsentrasi berkurang, pikiran merusak diri
c. Sensasi Somatic dan aktifitas motorik: Diam dalam waktu lama, tiba-tiba hiperaktif, bergerak tanpa tujuan, kurangnya perawatan diri, tidak mau makan dan minum, berat badan menurun, bangun pagi sekali dengan perasaan tidak enak, tugas ringan terasa berat.
d. Pola Komunikasi: introvert, tidak ada sama sekali komunikasi verbal.
e. Partipasi Sosial : Kesulitan menjalankan peran sosial, isolasi sosial (menarik diri)
2.1.8 Tinjauan Tentang Proses Belajar
Mahasiswa kedokteran dibagi menjadi dua tahapan pendidikan, yaitu mahasiswa yang menempuh program sarjana dan mahasiswa yang menempuh profesi kedokteran. Untuk menempuh jenjang profesi, mahasiswa harus menyelesaikan program sarjana terlebih dahulu. Maka dari itu mahasiswa dituntut belajar. Beberapa definisi belajar adalah sebagai berikut:
a. Definisi Belajar
Morgan, dalam Introduction to Psychology (1978) mengemukakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
b. Fase-Fase Belajar
Menurut Wiltig (1981) dalam Psychology of Learning, proses belajar berlangsung dalam tiga tahapan:
a) Perolehan atau penerimaan informasi (Acquasition) b) Penyimpanan informasi (Storage)
c) Mendapatkan kembali informasi (Retrieval)
Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahap paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya. Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia proleh ketika menjalani proses acquitision. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori. Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan mengaktifkan kembai fungsi-fungsi sistem memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.
Menurut Jerome S. Brunner, juga terdapat 3 fase yaitu: a) Fase informasi (penerimaan materi)
b) Fase transformasi (pengubahan materi) c) Fase evaluasi (penilaian materi)
yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. Dalam tahap transformasi, informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan orang yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yang tepat untuk melakukan pembelajaran tertentu. Dalam tahap evaluasi, seseorang menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransfornasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. Tak ada penjelasan rinci mengenai cara evaluasi ini, tetapi agaknya analog dengan peristiwa retrieval untuk merespons lingkungan yang sedang dihadapi.
c. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Menurut Muhibbin Syah (1995), faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi 2 macam:
1) Faktor internal a) Aspek fisiologis
Kondisi umum jasmani dan torus (tegangan otot) yang menandai tingkat hubungan organ-organ tubuh dan sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan intensitas belajar.
b) Aspek psikologis
Banyak faktor psikologis yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas belajar. Namun faktor-faktor yang esensial adalah tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi.
2) Faktor eksternal a) Lingkungan sosial
sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dari mahasiswa.
b) Lingkungan non-sosial
Contoh lingkungan non-sosial adalah gedung tempat belajar dan letaknya, rumah tinggal dan letaknya, alat-alat belajar, serta keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan.
d. Faktor Pendekatan Belajar
Faktor pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini adalah langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.
2.1.9 Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)
Hamilton Depression Rating Scale merupakan instrumen untuk mengukur derajat depresi pada anak-anak maupun pada orang dewasa. HDRS dikembangkan oleh Max Hamilton mengandung skala depresi yang terdiri dari 17 item pilihan ganda yang menggambarkan: (1) perasaan depresi, (2) perasaan bersalah, (3) keinginan bunuh diri, (4) insomnia (initial, middle, late), (5) gangguan pekerjaan dan kegiatan sehari-hari, (6) keterlambatan dalam berfikir dan berbicara,, (7) kegelisahan, (8)kecemasan (psikis dan somatik), (9) gejala somatik (umum, pencernaan) (10) gejala genital, (11) hipokondriasis, (12) kehilangan berat badan, (13) pemahaman diri.17
Klasifikasi nilainya sebagai berikut:
2.2KERANGKA KONSEP
Ket: = Variabel yang diteliti
Depresi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
adanya siklus menstruasi, sehingga dapat terjadi perubahan neurotransmiter yang menimbulkan terjadinya depresi
2. Faktor genetik, yang berhubungan dengan gen depresi pada keluarga
3. Faktor psikologi, yang berhubungan dengan kepribadian seseorang, terutama tipe kepribadian dependen-oral, obsesif-kompulsif dan histerikal
4. Faktor lingkungan, non-sosial dan sosial, terutama mengenai pendidikan di kedokteran yang terdiri dari 2 tahap, yaitu preklinik dan klinik, hal ini dapat menyebabkan terjadinya depresi dikarenakan perbedaan dalam tuntutan belajar yang lebih besar dibandingkan populasi atau mahasiswa bukan kedokteran
2.3DEFINISI OPERASIONAL
Peneliti wawancara Hamilton
Depression
Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1. Laki-laki
2. Wanita
Peneliti Kuesioner Kuesioner Nominal 1. 2007
2. 2008
3. 2009
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian analitik dengan desain secara cross sectional untuk mengetahui perbedaan derajat depresi antara mahasiwa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.
3.2Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta selama 8 bulan dimulai dari Januari sampai Agustus 2012.
3.3Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah mahasiswa kedokteran preklinik angkatan 2009 dan 2010 serta mahasiswa kedokteran klinik angkatan 2007 dan 2008 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rumus besar sampel yang digunakan adalah : 2
N1=N2=
Ket:
N = Besar sampel
Zα = Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%, sehingga Zα = 1,64 Zβ = Kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 20%, sehingga Zβ = 0,84 P2 = Proporsi depresi, berdasarkan kepustakaan7 = 0,57
Zα + Zβ
Q2 = 1 - P2 = 1 - 0,57 = 0,43
P1-P2 = Selisih minimal proposi depresi yang dianggap bermakna, ditetapkan sebesar 0,2
Sampel minimum sebanyak 66 + 10% = 72
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini sebanyak 72
Dengan demikian jumlah mahasiswa kedokteran yang diambil 144 orang, mahasiswa preklinik diambil sebanyak 72 orang secara acak (masing-masing angkatan 36 orang) dan klinik juga diambil sebanyak 72 orang secara acak (masing-masing angkatan 36 orang). Pada penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan stratified random sampling. 18
3.4Kriteria Penelitian 3.4.1 Kriteria Inklusi :
1. Mahasiswa preklinik angkatan 2009 dan 2010 yang sudah menjalani pendidikan preklinik selama lebih dari 3 semester dan bersedia mengisi data dengan lengkap 2. Mahasiswa klinik angakatan 2007 dan 2008 yang masih menjalani kepaniteraan
dirumah sakit dan bersedia mengisi data dengan lengkap
3.4.2 Kriteria Ekslusi :
Sedang mengalami keadaan lain yang menyebabkan depresi selama 1 tahun terakhir, yaitu:14
1. Kematian salah satu / semua anggota keluarga inti
2. Perpisahan / perceraian orangtua
3. Menderita sakit kronis (lebih dari 3 bulan)
4. Masalah ekonomi dan kehidupan sosial yang menurun
3.5Identifikasi variabel
1. Variabel bebas : Tahap pendidikan kedokteran 2. Variabel Terikat : Derajat depresi
3.6Instrumen Penelitian
Alat dan Bahan Penelitian :
1. Formulir persetujuan (informed Consent) 2. Formulir Biodata
3. Kuesioner Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)
3.7Cara Kerja dan Teknik Pengumpulan Data
1. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian diawali dengan pengajuan judul penelitian, kemudian persetujuan pembimbing, lalu pembuatan proposal selanjutnya pembuatan kuesioner dan pencarian sampling frame yang diperoleh dari database kampus. 2. Random
Dilakukan stratified random sampling untuk memperoleh sampel tiap kelompok 3. Informed Consent dan pengisian biodata
Informed Consent dilakukan dengan menandatangani formulir persetujuan.
Responden akan mendapatkan salinan lembar persetujuan yang didalamnya tertera formulir biodata.
4. Peneliti mewawancarai responden menggunakan kuesioner Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) untuk mengetahui angka depresi dan derajat depresi.
3.8Alur Penelitian
3.9Metode Pengolahan Data
Setelah pengumpulan data segera diperiksa hasil data yang terkumpul untuk melihat kelengkapan isian kuesioner. Apabila data yang kurang lengkap segera dilengkapi, kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut yaitu :
Pengajuan judul penelitian
Random
Informed consent & pengisian formulir data
Wawancara Kuesioner HDRS Mahasiswa kedokteran
Preklinik angkatan 2009 dan 2010
Mahasiswa kedokteran Koasisten angkatan 2008
dann 2007
Analisis data Persetujuan pembimbing
Pembuatan proposal
Pembuatan kuesioner
Mencari sampling frame
a. Pengkodean (Coding)
Mengklasifikasikan jawaban responden dan melakukan pengkodean dan dipindah kelembar koding. Pengkodean untuk setiap variabel
b. Edit (Editing)
Meneliti setiap kuosioner tentang kelengkapan, kejelasan, dan kesesuaian antara satu dengan yang lain.
c. Tabulasi (Tabulating)
Mengelompokkan data sesuai tujuan kemudian memasukkan kedalam tabel yang telah disiapkan.
3.10 Analisis Data
Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan program SPSS for windows versi 20.0
Pada penelitian ini dilakukan analisis data bivariat dengan jenis hipotesis komparatif kategorik tidak berpasangan, sehingga data yang diperoleh dari penelitian ini akan diuji dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov.
3.11 Etik Penelitian
Etik penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
1. Melakukan inform concent kepada responden, agar tidak melanggar hak-hak dan privasi responden
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari–Agustus 2012. Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai mahasiswa kedokteran preklinik yang menjalani kuliah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan mahasiswa kedokteran klinik yang menjalani kepaniteraan klinik di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan menggunakan kuesioner HDRS. Kemudian dipilih 144 sampel yang memenuhi syarat, 72 orang dari mahasiswa preklinik dan 72 orang dari mahasiswa klinik.
Data yang diperoleh antara lain jenis kelamin, usia, tahap pendidikan kedokteran, tahun angkatan, dan derajat depresi pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik yang selanjutnya diolah dan disajikan sebagai berikut :
4.1 Distribusi Responden
Tabel 4.1 Distribusi responden pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Starif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Distribusi responden pada tabel diatas, menunjukkan Jenis kelamin responden perempuan dan laki-laki sama, masing-masing yaitu 72 orang (50 %).
Pada usia responden menunjukkan usia tertua 24 tahun dan termuda adalah 18 tahun dengan rerata usia 21,13. Responden yang paling banyak yaitu pada usia 22 tahun sebanyak 38 orang (26,4%), dan yang paling sedikit yaitu pada usia 18 dan 24 tahun yaitu sebanyak 1 orang (0,7 %).
Derajat depresi pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 53 orang (36,8%) menderita depresi, dengan depresi ringan sebanyak 31 orang (21,5%) dan depresi sedang-berat sebanyak 22 orang ( 15,3%).
4.2Distribusi Frekuensi Derajat Depresi
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Derajat Depresi berdasarkan tahun angkatan di Universitas Islam Negeri Starif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012.
menjalani kepaniteraan di rumah sakit lebih rentan mengalami depresi dari pada tahun angkatan yang lebih muda, dikarenakan stresor yang lebih berat.19
4.3Perbedaan Derajat Depresi Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.3 Perbedaan derajat depresi berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Ket: *uji Kolmogorov-Smirnov
Hasil analisis perbedaan derajat depresi berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa kedokteran, dari 144 responden, ditemukan bahwa jenis kelamin perempuan yang mengalami depresi sedang-berat sebanyak 13 orang (9,0%), sedangkan pada jenis kelamin laki-laki yang mengalami depresi sedang-berat sebanyak 9 orang (6,2%).
Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas, didapatkan bahwa tidak ada perbedaan derajat depresi yang bermakna berdasarkan jenis kelamin pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012. Hal ini menujukkan bahwa terdapat ketidaksesuaian dengan beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan mempunyai faktor risiko lebih tinggi daripada jenis kelamin laki-laki, hal ini mungkin terjadi karena kemampuan para mahasiswa perempuan dalam menghadapi stresor baik, sehingga kejadian depresi pun sedikit.
Ada beberapa faktor yang terlibat dalam meningkatnya kejadian depresi pada perempuan:20
1. Perbedaan hormon
Mengingat bahwa puncak gangguan depresi pada wanita bersamaan dengan tahun reproduksi mereka. Faktor risiko hormonal mungkin memainkan peran. Estrogen
dan progesteron telah terbukti mempengaruhi neurotransmitter, sistem neuroendokrin dan sirkadian yang telah terlibat dalam gangguan mood. Fakta bahwa perempuan sering mengalami gangguan mood berhubungan dengan siklus menstruasi mereka, seperti gangguan disforik premenstrual, juga menunjukkan hubungan antara hormon seks perempuan dan suasana hati. Faktor hormonal lainnya yang mungkin akan menyebabkan risiko seorang wanita untuk depresi adalah berhubungan dengan sumbu Hipotalamik-Hipofisis-Adrenal (HPA) dan fungsi tiroid.
2. Perbedaan dalam sosialisasi
Para peneliti telah menemukan bahwa perbedaan gender dalam sosialisasi bisa berperan juga. Anak perempuan yang disosialisasikan oleh orang tua dan guru mereka untuk lebih mendengarkan dan sensitif terhadap pendapat orang lain, sementara anak laki-laki didorong untuk mengembangkan rasa penguasaan yang lebih besar dan kemandirian dalam hidup mereka.
3. Perbedaan dalam mengatasi masalah
Suatu studi menunjukkan bahwa wanita dalam mengatasi masalah cenderung lebih menggunakan emosi, dan masalah yang dihadapi cenderung dipikirkan terus-menerus, sementara pria cenderung mengatasi masalah dengan santai, bahkan mereka lebih cenderung untuk melupakan masalah mereka. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki kerentanan depresi lebih besar dalam mengatasi masalah.
4. Perbedaan frekuensi dan reaksi terhadap stresor kehidupan
4.4Perbedaan Derajat Depresi antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik dengan Klinik
Tabel 4.4 Perbedaan derajat depresi mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Ket: *uji Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan tabel di atas, hasil analisis perbedaan derajat depresi antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik, ditemukan bahwa mahasiswa kedokteran klinik yang mengalami depresi ringan sebanyak 20 orang (13,9%) dan yang mengalami depresi sedang-berat sebanyak 13 orang (9,0%). Sedangkan pada mahasiswa kedokteran preklinik yang mengalami depresi ringan sebanyak 11 orang (7,6%), dan yang mengalami depresi sedang-berat sebanyak 9 orang (6,2%).
Berdasarkan hasil analisis pada tabel diatas, maka didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan hipotesis yaitu tidak terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012. Tetapi tetap harus diperhatikan bahwa dengan kata lain mahasiswa klinik lebih depresif daripada mahasiswa preklinik. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:7
1. Tuntutan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
Masing-masing kelompok mahasiswa memiliki tanggung jawab dan tugas masing-masing, dimana mahasiswa preklinik selain menjalani masa perkuliahan juga menghadapi ujian, melengkapi syarat kelulusan seperti karya tulis ilmiah. Namun, mahasiswa klinik selain menghadapi ujian dan melengkapi syarat kelulusan untuk tiap stase juga harus menghadapi pasien secara langsung dan memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan pasien. Dengan demikian,
mahasiswa klinik dituntut untuk lebih aktif baik dalam belajar maupun dalam mengambil tindakan.
2. Lebih kompetitif.
Suasana belajar mahasiswa klnik di rumah sakit yang berhadapan langsung dengan pasien lebih kompetitif dibanding suasana belajar mahasiswa preklinik di universitas. Karena berhadapan langsung dengan staf pengajar di rumah sakit dan rekan-rekannya, mahasiswa klinik yang satupasti tidak ingin ketinggalan dari mahasiswa yang lainnya dalam keterampilan menangani pasien.
3. Jadwal yang padat.
Mahasiswa klinik menghabiskan waktu di rumah sakit lebih banyak daripada mahasiswa preklinik menghabiskan waktu di ruang kuliah dimana setiap mahasiswa klinik memiliki jadwal jaga masing-masing dan berbagai aktivitas yang menguras tenaga, dengan waktu istirahat yang relatif lebih sedikit sehingga mahasiswa klinik praktis lebih lelah daripada mahasiswa preklinik.
4. Bahan yang dipelajari sangat luas dan lebih aplikatif.
Mahasiswa klinik dituntut untuk terampil dalam mengaplikasikan seluruh bahan yang telah dipelajari saat kuliah preklinik. Keadaan ini dapat menciptakan stresor yang dapat memicu timbulnya depresi.
Penelitian terdahulu yang serupa pernah dilakukan pada tahun 2010 oleh Wahyu yang meneliti tentang perbedaan derajat kecemasan dan depresi mahasiswa kedokteran preklinik dan koasisten.7 Dari penelitian tersebut didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan penelitian ini, hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna antara mahasiswa preklinik dan klinik. Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan antara lain karena:
1. Perbedaan dalam metode penelitian
berkna lebih tinggi, tetapi seharusnya derajat depresi ringan dengan sedang dan berat tidak boleh disatukan, dikarenakan perbedaan dalam gejala dan efeknya terhadap prestasi akademik.
2. Perbedaan dalam penggunaan kuesioner
Penelitian sebelumnya menggunakan kuesioner BDI (Beck Depression Inventory), penggunaan kuesioner seperti ini, dapat menghasilkan hasil yang bias,
diakibatkan karena adanya ketidakjujuran responden dalam mengisi kuesioner, dibandingkan dengan menggunakan metode wawancara dan bertemu langsung dengan responden.
3. Perbedaan dalam penetapan kriteria eksklusi
Penelitian sebelumnya tidak menetapkan kriteria eksklusi, sehingga dapat memberikan hasil yang bias, dikarenakan kemungkinan terjadinya depresi bukan karena tuntutan akademik, tetapi karena ada faktor psiko-sosial yang terkait.
4.4Keterbatasan Penelitian
Adapun kelemahan-kelemahan yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pewawancara kuesioner (peneliti) tidak berperan sebagai penguasa (dosen, staf rumah sakit) sehingga mungkin menyebabkan ketidakjujuran responden dalam menjawab. Tetapi metode ini setidaknya dapat mengurangi terjadinya pembiasan akibat ketidakjujuran responden, dikarenakan peneliti bertemu langsung dan dapat melihat kondisi responden.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Dari hasil penelitian pada mahasiswa kedokteran preklinik dan klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa: 1. Prevalensi kejadian depresi adalah 21,5% pada depresi ringan dan 15,2% pada
depresi sedang-berat
2. Tidak terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna antara mahasiswa kedokteran preklinik dengan klinik (p = 0,191)
3. Tidak terdapat perbedaan derajat depresi yang bermakna berdasarkan jenis kelamin (p = 1,000)
4. Distribusi frekuensi derajat depresi berdasarkan tahun angkatan menunjukkan bahwa angkatan 2007 lebih banyak mengalami depresi sedang-berat (5,6%), dan yang paling banyak mengalami depresi ringan yaitu angkatan 2007 dan 2008 (6,9%), sedangkan yang paling sedikit mengalami depresi sedang-berat (2,8%) dan depresi ringan (3,5%) yaitu pada angkatan 2010.
5.2Saran
1. Bagi mahasiswa, perlu meningkatkan kemampuannya dengan giat belajar, berpikir positif, menjadikan belajar sebagai suatu kebiasaan yang menyenangkan bukan sebagai tuntutan sehingga diharapkan dapat mengurangi derajat depresi. 2. Perlu penelitian lebih lanjut, untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan
DAFTAR PUSTAKA
1. Nevid JS, Rathus SA, Greene B. Psikologi Abnormal (Alih bahasa Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia). Jakarta: Erlangga; 2006.
2. Bhalla RN. Depression; 2010 diunduh pada tanggal 30 Desember 2011 http://emedicine.medscape.com
3. Supriyantho K. Gaya Hidup: Penduduk Indonesia Alami Depresi. Jakarta; 2008 diunduh pada tanggal 25 Desember 2011 http://www.tempointeraktif.com/hg/ kesehatan/2008
4. Semium Y. Kesehatan Mental. Edisi 1. Yogyakarta: Kanisius; 2006.
5. Kaplan HI, Sadock BJ. Synopsis of Psychiatry. Edisi 10. New York: Lange Medical Publication Maruzen; 2007.
6. Brauser D. Depressed Medical Student More Likely to Link Stigma With Depression; 2010 diunduh pada tanggal 10 Januari 2012 http://www.medscape. com/viewarticle/728701
7. Wahyu WY. Perbedaan Derajat Kecemasan dan Depresi Mahasiswa Kedokteran preklinik dan Koasisten Universitas Surakarta; 2010.
8. Akiskal HS. Mood Disorders: Clinical Features. In Sadock and Kaplan’s comprehensive textbook of psychiatry, Edisi 8. MD: Lippincott; 2005, p.52. 9. Kaplan HI, Sadock BJ. Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri
Klinis. Jilid Satu. Editor : Dr. I. Made Wiguna S. Jakarta: Bina Rupa Aksara; 2010, p.113-129,149-183.
10.Maramis WF. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Surabaya: Airlangga University; 2009, p.38,107,252-254.
11.Jerry HM. Brain Structure; 2012 diunduh pada tanggal 19 Juni 2012 http://emedicine.medscape.com/article/286759-overview#a0104.
13.Landefeld.Current Geriatric Diagnosis and Treatmet. USA: McGrowHill; 2004, p.156-160.
14.Holmes TH, Rahe RH. The Social Readjustment Rating Scale. Journal Psychosomatic Research: Elsevier; 1967
15.American Psychiatric Association. Mood Disorders. Dalam: Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Edisi 4, Text Revision, DSM-IV-TR, Washington DC; 2005, p.345-429
16.Dalami E. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV Trans Info Media; 2009
17.Bagby M, Ryder AG, Schuller DR. The Hamilton Depression Rating Scale. The American Journal of Psichiatry; 2004, p.161:2163-2177.
18.Murti B. Desain dan Ukuran Sampel Untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan Yogyakarta: Gadjah Mada University; 2006.
19.Schwenk T, et all. Depression, Stigma and Suicidal Ideation in Medical Students. USA: Department of Family Medicine; 2010.
Lampiran 1 FORMULIR PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah
SURAT PERSETUJUAN
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin : 1. Laki- laki 2. Perempuan
Tingkat Pendidikan Kedokteran :
1. Mahasiswa preklinik angkatan ... 2. Mahasiswa klinik angkatan ...
Beri tanda √, jika dalam setahun terakhir pernah mengalami hal berikut :
Kematian salah satu atau semua anggota keluarga inti
Perpisahan / perceraian orang tua
Menderita sakit kronis (> 3 bulan)
Masalah Ekonomi dan kehidupan sosial yang menurun
Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian dibawah
ini yang berjudul :
Perbedaan Derajat Depresi Antara Mahasiswa Kedokteran Preklinik dengan
Klinik di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012
Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian diatas dengan catatan bila suatu
waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini serta
mengundurkan diri.
Jakarta, ... 2012
Lampiran 2 Kuesioner
No. Responden : Tanggal wawancara :
KUESIONER
1. Keadaan perasaan depresi (sedih, putus asa, tak berdaya, tak berguna) 0 = tidak ada
1 = perasaan ini hanya dinyatakan bila ditanya 2 = perasaan ini dinyatakan secara verbal spontan
3 = perasaan yang nyata tanpa komunikasi verbal (misalnya ekspresi muka, bentuk suara, dan kecendrungan menangis)
4 = penderita menyatakan perasaan yang sesungguhnya ini dalam komunikasi baik verbal maupun non verbal secara spontan
2. Perasaan bersalah 0 = tidak ada
1 = menyalahkan diri sendiri, merasa sebagai penyebab penderitaan orang lain 2 = ide-ide bersalah atau renungan tentang kesalahan-kesalahan pada masa lalu 3 = sakit ini sebagai hukuman, delusi bersalah
4 = suara-suara kejaran atau tuduhan dengan /dan halusinasi penglihatan tentang hal-hal yang mengancam
3. Bunuh diri 0 = tidak ada
1 = Merasa hidup tak ada gunanya
(Lanjutan)
4 = percobaan bunuh diri 4. Insomnia (initial)
0 = tidak ada kesukaran masuk tidur
1 = keluhan kadang-kadang sukar masuk tidur, misalnya lebih dari ½ jam baru dapat tidur
2 = keluhan tiap malam sukar masuk tidur
5. Insomnia (middle)
0 = tidak ada kesukaran untuk mempertahankan tidur
1 = penderita mengeluh gelisah dan terganggu sepanjang malam
2 = terjadi sepanjang malam (bangun dari tempat tidur, kecuali buang air)
6. Insomnia (late)
0 = tidak ada kesukaran
1 = bangun diwaktu fajar, tetapi tidur lagi
2 = bangun diwaktu fajar, tetapi tidak dapat tidur lagi
7. Kerja dan kegiatan-kegiatannya 0 = tidak ada kesukaran
1 = pikiran/perasaan ketidak mampuan, keletihan/kelemahan yang berhubungan dengan kegiatan kerja/hobi
2 = hilangnya minat terhadap pekerjaan/hobi atau kegiatan lainny, baik dikatakan langsung oleh penderita atau tidak langsung dengan menyatakan kelesuan, keragu-raguan dan rasa bimbang (merasa bahwa ia harus memaksa diri untuk bekerja atau dalam kegiatan lainnya)
(Lanjutan)
4 = tidak bekerja karena sakitnya sekarang. Di RS, bila penderita tidak bekerja sama sekali, kecuali tugas-tugas di bangsal atau jika penderita gagal melaksanakan kegiatan-kegiatan di bangsal tanpa bantuan
8. Kelambanan (lambat dalam berfikir dan berbicara, gagal bekonsentrasi, aktivitas motorik menurun)
0 = normal dalam bicara dan berfikir 1 = sedikit lamban dalam wawancara 2 = jelas lamban dalam wawancara 3 = sukar diwawancarai
4 = diam sama sekali
9. Kegelisahan (agitasi) 0 = tidak ada
1 = kegelisahan ringan
2 = memainkan tangan, rambut dan lain-lain 3 = bergerak terus, tidak bisa duduk tenang
4 = meremas – remas tangan, menggigit-gigit kuku/bibir, menarik- narik rambut
10.Kecemasan (ansietas psikik) 0 = tidak ada
1 = ketegangan subjektif dan mudah tersinggung 2 = mengkhawatirkan hal-hal kecil
3 = sikap kekhawatiran yang tercermin diwajah atau pembicara 4 = ketakutan yang diutarakan tanpa ditanya
(Lanjutan)
- gastrointestinal: mulut kering, diare, kram - kardiovaskular: palpitasi, nyeri kepala - pernapasan : hiperventilasi
- sering buang air kecil, berkeringat, dll 0 = tidak ada
1 = ringan 2 = sedang 3 = berat
4 = menjadikan tidak mampu beraktivitas
12.Gejala somatik (pencernaan) 0 = tidak ada
1 = nafsu makan berkurang, tetapi dapat makan tanpa dorongan teman, merasa perut penuh
2 = sukar makan tanpa dorongan teman, membutuhkan pencahar untuk buang air besar atau obat-obatan untuk saluran pencernaan
13.Gejala somatik (umum) 0 = tidak ada
1 = anggota gerak, punggung atau kepala terasa berat
2 = sakit punggung, kepala dan otot-otot, hilangnya kekuatan dan kemampuan
14.Kelamin/genital (gejala pada genital dan libido)
Gejala – gejala hilangnya libido dan gangguan menstruasi 0 = tidak ada
(Lanjutan)
15.Hipokondriasis (keluhan somatik/fisik yang berpindah-pindah) 0 = tidak ada
1 = dihayati sendiri
2 = preokupasi mengenal kesehatan diri sendiri
3 = sering mengeluh, membutuhkan pertolongan orang lain 4 = delusi hipokondriasis
16.Kehilangan berat badan (pilih antara A atau B) A. Bila hanya dari anamnesis
0 = tidak ada kehilangan berat badan
1 = kemungkinan berat badan berkurang berhubungan dengan sakit sekarang 2 = jelas berkurang berat badannya (menurut penderita)
B. Dibawah pengawasan dokter bangsal secara mingguan, bila jelas berat badan berkurang menurut ukuran
0 = kurang dari ½ Kg seminggu 1 = lebih dari ½ Kg seminggu 2 = lebih dari 1 Kg seminggu
17.Insight (pemahaman diri)
0 = mengetahui sedang depresi dan sakit
1 = mengetahui sakit tetapi berhubungan dengan penyebab iklim, makanan, bekerja berlebihan, perlu istirahat
(Lanjutan)
Total skor:
Skor HDRS Level depresi
<10 Tidak ada depresi
10– 13 Depresi ringan 14– 17 Depresi sedang
Lampiran 4 Riwayat Penulis
Identitas :
Nama : Adelita Tri Rahmawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 09 Desember 1990
Agama : Islam
Alamat : Jl. Amarta blok Y3/17 RT 003/012. Perum. Reni Jaya, Pamulang, Tangerang Selatan.
E-mail : adelita_rahmawati@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1997 – 2003 : Sekolah Dasar Negeri 1 Pamulang
2003 – 2006 : Sekolah Menengah Pertama Darunnajah Ulujami 2006 – 2009 : Sekolah Menengah Atas Labschool Cinere 2009– Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas