• Tidak ada hasil yang ditemukan

Trauma istri sebagai alasan poligami (analisa putusan perkara nomer: 476/pdt. G/2008/PA. Cikarang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Trauma istri sebagai alasan poligami (analisa putusan perkara nomer: 476/pdt. G/2008/PA. Cikarang)"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi ini di huat untuk mcmcnuhi salah satu pcryaratan mempcrolch gclar Sarjana St Fakultas

Syariai1 tlan Hukum

Oleh:

'TgL

Paramita Sekar Putri N•t. Indul"'

Klasifikmsi

105044101423

: .. 15:::-J.:::.'.l:o.L\. ... . ; .... :],'.g-.Q .. b. ... .

: ... :J,f-.o.b

.1l15

>

KON SE NTRAS IP E RAD ILANA GAMA PROGRAM STUD! AHWAL AL-SY AKHSHIYAH

FAKULTAS SYARl'.\B. DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH

(2)

Skrirsi

Diajukan kepac\a Fakulws Syari'ah clan !-Iukum

Untuk Mcmenuhi Persavaratan Memperoleh

Gelar Sai:jana l-Iukum lsbm (S.1-l.I)

Olch:

l'aramita Sclrnr Putri

NIM: 1050·14101423

Di bawah Bimbingan

Drs.H. A. Basic Djalil. SH, MA NIP: 150 169 102

AセMMMB@

I

I

i ""I

i !Jn'•

!

KONSENTRASIPERADILANAGAMA

PROGRAM STUD I AHWAL AL-SY AKHSHIY AH

FAKULTAS SYARl'AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SY ARIF I-IIDA YA TULLAH

JAKARTA

(3)

l dan I I .ikt1111 l I ni Vl'ISI I a,; i';f ;1111 t•kgu I (I I; N)

s

:·mi

r

11 idayalu I lah J akarla pada tanggal 17

llO. Skripsi in1 lclah ditcrinrn scbaga1 s:1lah salu syaral memperoleh gelar Sarjana I-lukJm

SHI) padc. pイオァイ。ゥセZ@ Stucli Ahwal Al-Syakhs1yan.

Ujian

f(ctLJH

Sekretaris

Pembimbing

l'enguji I

Jenguj i !I

J akarla, 24 J uni 2010 Mengesahkan

lkka11 l'<:kultas Syariah da11 I Jukum

l'ml· I J1 11 Muha111111ad J\1ni11 2iunrn, S.11, M.A, M.M Ni11. 1955051 J98203J(Jl2

· llrs

!L.!'.U.l_ci;;icUlJu.Ui,0

L_l\11\

Nip 1950030<i197(1031:!'il

: ャセッウ、ゥ。ョ。@ MA

MMMMMセM

Nip.1%906 I 020031220 I

:j)rs I L.6. Basi'1Djal_il.SI I MA.

Nir. 1115003061976031001

ZjセイL@ 11. lvluh:rn1mad T1gJJlk1_!vl.;:,_g

Nip. 19651I191998031002

: Rosdiana. MA

Nip. 1069061020031220 I

":::-,/1,A,.,

J,f

g_\

セ@ セN@ GZpNセNI@

(4)

igan ini saya mcnyatakan bahwa:

I. Skripsi ini merupakan basil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 (S 1) Fakultas Syariah dan 1-lukum Universitas Islam Negeri (lJIN) Syarif 1-liclayatullah Jakarta

2. Semua sumber yang saya gunsksn clalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarifl-lidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemuclian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau merupakan basil jiplakan dari orang lain maka saya bersedia rnenerima sanksi yang berlaku di UIN.

Ciputat, I Maret 2010

GNQQエャZセ@

Paramita Sekar Putri

(5)

sedang mengalami masalah yang pukok, yaitu masalah yang dapat menbakibatkan umatnya teijerumus pada perbuatan hina ( perzinahan ) dalam keinginan biologisnya. Kemuclian islam memberikan jalan kcluarnya clengan cara kekeluargaan, melangsungkan pernikahan dengan cara y1ng benar, dan bukan hanya untuk memenuhi kcbutuhan biologis semata. Akan tetapi bagi mereka yang mempunyai kebutuhan nafsu sex yang lebih, islam pun bezbicara dengan peraturan dam keadilan dengan memperbolehkan berpoligami clenga;i ketentuan tidak boleh lebih dari 4 ( empat ) orang istri. Jumlah inilah batas maksimum kemungkinan seseorang dapat berbuat adil clalam memenuhi kewajiban sebagai seorang suami.

Allah SWT membolehkan berpoligami dengan batas sampai empat kali clan mewajibkan berlaku adil kepacla mereka.

(6)

Dengan mengucapkan puji puji kepada Allah Dzat Maha

Mengetahui, yang telah rnelirnpahkan rahmat, pertolongan dan

karunia-Nya, schingga pcnulisa11 ini dap1l disclcsaikan dengan baik. Shalawat

scrta salarn scrnoga sclalu tcrn1rahkan kepada Rasulullah Muhammad

SAW clan beserta seluruh keluarga clan sahabatnya.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa dorongan dan

pertolongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin

sekali menyampaikan ungkapan terima kasih banyak kepada Bapak :

1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH. MA. MM, Dekan Fa:(ultas

Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

2. Drs H. A. Basiq Djalil, SH. MA., dan Kamarusdiana, S.Ag,

MH, selaku ketua clan sekretaris Jurusan Ahwal Syakhsiyah

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif

(7)

penyusunan skripsi hingg<1 selesainya skripsi ini.

4. Kepada orangtua Penulis, ayahanda Tatas Tasmara dan ibunda

Maria Ulfah (aim) semnga Allah selalu mengampuni

dosa-dosanya dan menempatkannya di Surga, yang selalu penuh

kesabaran tak terkira. Mendornng penulis dalam menyelesaikan

studi.

5. Seluruh dosen Fakultas Syaria'ah clan Hukum Universitas Islam

Negeri Jakarta yang tel ah mendidik penulis sehingga dapat

rnenyelesaikan studi.

6. Pimpinan clan seluruh staff, perpustakaan Utama UIN,

Perpustakaan Fakultas Syari'ah clan Hukum Universitas Negeri

Syarif Hidayatullah

Jakaria,

yang

membantu

penulis

menyediakan data-data clan literature.

7. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan kelas Peradilan Agama

angkatan 2005/2006. baik yang sudah "terjun bebas" clan juga

(8)

yusuf, imam, genk berat, dan teman-teman tercinta yang tidak

bisa disebutkan, semoga persahabatan kita tidak habis

diamakan waktu.

Penulis

(9)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFT AR ISi ... vi

BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka Terdahul11 ... 8

E. Metode Penelitian ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 12

BABU TINJAUAN UMUl\« MENGENAI POLIGAMI A. Pengertian Poligami ... 14

B. Poligami Dalam PerspektifFiqh ... 20

C. Alasan Legalisasi Poligami Dalarn Islam ... 24

D. Poligami Menmut Perundang-nndangan ... 28

BAB HI TRAUMA ISTRI SEBAGAI ALASAN POLIGAMI A. Pengertian Trauma ... 34

B. Trauma Pasca Mela!1irkan dan Faktor Penyebabnya ... 36

(10)

A. Deskripsi Pennohonan Izin Poligami ... 46 B. LandasanYuridis Putusan ... 52 C. Penetapan Pengadilau Agama dalam Permohonan

lzin Poligami ... 53

BABV

PENU'TU.P

A. Kesimpulan ... 56 B. Saran ... 57

DAFT AR PUST AKA ... 58 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

A. Latar Bclakang Masalah

Pembicaraan mengenai poligami tampak selalu menarik walau terjadi pada satu fenomena antara yang menyenangkan dan menyengsarakan. Tidak selamanya poligami menjadikan keluarga harmonis bahkan Kerap kali poligami menimbulkan konflik dalam keluarga. Karena tidak semua masyarakat faham mengapa mereka harus berpoligami dan bagaimana seharusnya melakukan poligami.

Kata poligami sepertinya mer:1ang sudah tidak asmg lagi ditelinga masyarakat bahkan masyarakat awam sekalipun. Poligami merupakan salah satu bentuk atau sistem perkawinan di Indonesia. Dimana seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu orang istri <lalam waktu yang bersamaan.

Masalah poligami jelas sekali menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat dari berbagai kalangan. Tapi dari waktu ke waktu semakin banyak pelakunya seakan-akan poligami ini disosialisasikan.

Tidak dapat dipungkiri setiap masyarakat yang terikat dalam pcrkawinan mcngharapkan terciptanya perkawinan yang ideal yaitu perkawinan yang monogami. Memiliki satu pasangan saja sampai akhir hayatnya. Namun kenyataan yang terjadi sebaliknya suami menikah lagi dengan wanita lain dengan alasan dan sebab-sebab y:mg bervariasi. Sekedar

(12)

mengikuti hawa nafsu atau yang benar-benar diniati ibadah.1

Anggapan bahwa poligami :nerupakan solusi yang tepat untuk menghindari perselingkuhan atau lebih buruknya lagi untuk menyelesaikan masalah perzinahan. Hal tersebut seakan-akan adanya ketidak puasan seorang laki-laki jika hanya memiliki satu orang istri. Sehingga mengesampingkan tujuan <lari pernikahan yailu untuk membentuk keluarga sakinah, penuh berkah, tentram, rukun, bahagia dan kckal.2

Kerap kali laki-laki yang melakukan poligami menjadi bahan gunjingan masyarakat karena cianggap tidak setia. Karena adanya anggapan yang kual tentang perkawinan adalah sckali seumur hidup.

Akan tetapi terlepas dari kontrversi berbagai kalangan terhadap poligami, secara lrnkum poligarni di indonesia sudah dilegalkan. Hal tersebut tertuang dalam peraturan Perun<lang-undangan yaitu UU No 1 1 ahun 1974 tentang perkawinan yang pada dasarny'1 memegang prinsip monogami seperti yang tertuang dalam Pasal 3 ayat 1 menerangkan bahwa pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri dan begitu juga seorang istri hanya boleh mempunyai seorang suami. Karena perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai

1

Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perse/ingkuhan, (Jakarta

: Pustaka Al-Kautsar, 2007), Cet. Pertama, h. 77

2

Chandra Sabi ta Ira wan, Perkawinan Dal am Islam, Monogami a/au Poligami?,

(13)

suami istri berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Hakikatnya agarna Islam menghalalkan poligami, seperti yang terjadi pacla rnasa Nabi clirnana Nabi ivluhamrnacl SAW memiliki lebih clari seorang istri. Akan tetapi kebanyakan c.ari wanita-wanita tersebut aclalah jancla-jancla yang suaminya gugur di meclan perang. Mengacu pacla histori tesebutlah salah

satunya rnengapa agarna Islam rnembolehkan seorang laki-laki poligar,1i. Dalarn UU No I tahun 1974 tentang perkawinan mengaturnya yang kernudian clituangkan clalarn Pasal 4 ayat 2 yang dalam Pasal tersebut rnengatur tcntang syarat-syarat clan kriteria yang harus clipenuhi untuk memperoleh izin clari pengadilan bagi mereka yang ingin berpoligami.3

Unclang-Undang terseb1Jt menganut azas monogamy meskipun ticlak bcrsifal absolutc.'1 Scdangkan claiarn permasalahan poligami Undang-Undang ini hanya bcrsifat pengarahan kepada pembentukan perkawinan dengan jalan rnernpersulit clan mempersempit per.ggunaannya, bukan menghapus sama sekali sistem poligami. 5

Dengan demikian Islam tidak menutup rapat-rapat pintu kemungkinan poligami sepanjang persyan.tan keadilan terhadap istri-istri dapat dipenuhi

3

Pasal 4 ayat 2 yang mcngatur tcnt2.ng syarat-syarat diperbolehkannya poligami : I )lstri tidak dapat menjalankan kewajibanny•, 2)lstri mendapatkan cacat atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, 3)lstri t1dak dapat melahirkan keturunan.

' Sumiati, Hukum Perkawinan Islam Jan Undang-undang Perkawinan No. I Tahun

1974 Tentang Perkawinan, (Yogyakarta: Liberty, 1986), h. 77

5

(14)

dengan baik. Tanpa memihak terhadap salah seorang istri. Namun bcrbuat adil mempakan hal yang mustahil, karena itu perkawinan yang ideal adalah pukawinan monogami.6Disan-.ping alasan tersebut yang hams dipenuhi agar

dapat memperoleh izin untuk dapat beristri dari seorang menumt Pasal 5 ayat (1) Undang-undang No. I Tahun 1974 tentang perkawinan, masih terdapat syarat-syarat lain yang hams dipenuhi untuk dapat mengajukan permohonan kepeda Pengadilan.7

Syarat-syarat tcrscbut diberl<ikukan dengan ketat karena adanya kekhawatiran poligami dilakukan hanya untuk menghalalkan perselingkuhan atau hanya untuk melegalkan hubungan cinta kepada perempuan lain yang kemudian dijadikan istri kcdua, ketiga, keempat, dan bahkan mungkin sctcrusnya. Kctatnya pcrsyaratan poligami jelas menunjukan bahwa hak-hak kaum pcrcmpuan masih dipcrhatikan dan keadilan terhadap hak-hak wanita masih ditegakan.8.

Seorang suami yang hendak poligami hams mendapatkan persetujuan dari istri kemudian mengajukan permohonan untuk medapatkan izin dari

6

Jhon L. Esposito, fV0111en in Aius/in1 Fa1nily Law, (New York: Syracuse

Universitas Press, 1982), h. 51.

7

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin poligami dari Pungadilan menutut Pasal 5 ayat I, yaitu : I) adanya persetujuan dari istri atau istri-istri, persetujuan ini bisa secara tertulis dan bisa juga secara lisan yang di ucapkan langsung di muka sidang pengadilan, 2) adanya kepastian bahwa suami mampu menjaamin keperluan istri-istri dan anak-anak mereka, 3) adanya jaminan bahwa suami dapat berlaku adil terhadap

(15)

Pengadilan Agama. Meskipun rasanya sangat mustahil seorang istri menghendaki atau mengizinkan suaminya beristri lebih dari seorang.

Meskipun sangat kecil kemungkinannya mendapatkan keikhlasan dari seorang istri untuk menikah lagi tapi bukan berarti ha! tersebut tidak mungkin terjadi. Seorang istri bisa saja mengijinkan suaminya poligami dengan menerima segala resiko dalam perkawinan poligami itu sendiri, karena adanya hal-hal yang melatar belakangi.

Salah satu kasus yang terjadi seperti seorang istri yang mengalami trauma setelah melahirkan putranya yang ketiga sehingga dia tidak dapat lagi menjalankan kewajiban dalam melayani kebutuhan biologis suaminya secara maksimal. Maka dalam keadaan tersebut istri mau tidak mau harus memberikan izin kepada suaminya untuk menikah lagi karena adanya kekhawatiran suami akan melakukan perzinahan.

Dari kasus di atas timbul pertanyaan, apakah pantas dalam keadaan istri mengalami trauma, keadaan dimana istri sangat membutuhkan perhatian dan dukungan yang besar dari orang-orang terdekat terlebih lagi dari suami, akan tetapi disaat yang bersamaan suami membagi cinta, kasih sayang, serta perhatiannya kepada perempuar1 lain dengan berpoligami?.

Jika tidak te1jadi poligami, bGgaimana dampaknya dalam kehidupan berkeluarga. Apakah trauma yang dialami :stri dapat dijadikan alasan dalam

8

Asghar Ali Engineer, Hak-Hak Perempuan Dalam Islam, terj. Farid Wajidi dan

(16)

pcrmohonan ijin poligami di '.'cngadilan Agama?.

Uraian di atas adalah sedikit gambaran dari kasus permohonan ijin poligami di Pengadilan Agama Cikarang Nomor 476/Pdt. G/200'l terhadap permohonan yang di ajukan oleh Agung Sugiyarto kepada istrinya Listyowati dengan alasan trauma yang dialami istri setelah melahirkan putra ketiganya schingga tidak dapat melaksanakan kewajibannya dengan maksimal dalam melayani suami. Untuk itu penulis merasa perlu melakukan analisis terhadap putusan tersebut. Maka pcnulis melakukan penelitian dengan judul : "

TRAUMA ISTRI SEBAGAI ALASAN POLIGAMI (Analisis Putusan

Nomor 476/Pdt.G/2008/PA. Cler)".

B. Pcmbatasan dan Pcrumusan Masalah I. Pembatasan masalah

Agar pembahasan skripsi ini tidak keluar dari pokok pernbahasan disamping keterbatasan yang penulis miliki maka penulis akan melakukan pembatasan masalah hanya pada izin poligami dengan alasan trauma yang dialami istri setelah melahirkan dan analisis terhadap putusan Pengadilan Agama Cikarang Nomor 476/Pdt.G/2008 tentang izin poligami.

2. Perumusan masalah

(17)

beberapa pcrtanyaan yang menunjukan perumusan masalah yang akan menjadi topik pembican:an dalam penelitilm ini, yaitu sebagai berikut:

I. Apa alasan permohonan izin poligami dalam putusan Nomor 476/Pdt.G/2008/PA.Ckr?

2. Mengapa trauma menjadi faktor penyebab poligami?

3. J\ pakah trauma tcrisolong cacat atau sakit yang tidak dapat di sembuhkan?

4. Bagaimana dampak trauma istri terhadap perkawinan?

C. Tujuan dan Manfaat Penclitian

Tujuan penelitian ini adalah :

I. Untuk mengetahui alasan permohonan izin poligami dalam putusan Nomor4 76/Pdt.G/2008/P A.Cler.

2. Mengetahui faktor yang menyebabl:an trauma istri pasca melahirkan. 3. Untuk mengetahui trauma tergolong cacat atau sakit yang tidak dapat

disembuhkan

4. Untuk mengetahui dampak trauma istri didalam perkawinan Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Memberi masukan dalam bidang keilmuan untuk kalangan akademisi b. Hasil analisis ini diharapkan memberi manfaat bagi para hakim dalam

memberikan ijin poligami.

(18)

anggap kurang tegas dalam memberikan acuan ijin poligami. D. Tinjauan Pustaka Tcrdahulu

I. Dani Tirtana, Analisis Yuridis Izin Poligami Pengadilan Agama Jakarta Selatan, Peagadilan Agama, 2008.

Dalam skripsi yang be1judul Analisis Yuridis Izin Poligami Pcngadilan Agama Ja:rnrta Selatan memaparkan tentang kurang maksimalnya hakirn d2lam mcmberikan pertimbangannya dalam memberikan izin poligami. Hakim memandang poligami sebagai tradisi sehingga hokum yang diambil sama dari masa kemasa. Kekurangan skripsi ini pada latar belakang yang kurang dalam mcmberikan gambaran pada masalah yang akan dibahas. Kelebihannya pcnulis membahas secara utuh mengenai poligami masa rosulullah hingga saat ini sctelah lahirnya undang-undang mengenai poligami, scrta memberikan profil pengadilan agama Jakarta sdatan. 2. Evi Hanifa, Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Poligami

dan Dampaknya B<.gi k・ャオ。セァ。@ (studi pada masyarakat kelurahan bukit duri kecamatan tebet kcta madya Jakarta selatan), Pengadilan Agama, 2008.

[image:18.519.69.438.133.473.2]
(19)
[image:19.522.37.445.156.478.2]

negative terhadap keluarga ketika poligami itu dilakukan. Kekurangan skripsi ini dalamn memaparkan sisi negative serta positifnya poligami bagi pelaku poligami itu scndiri serta orang-orang disekitarnya. Kelebihannya pada lata:· belakang yang benar-benar memberikan gambaran masyarakat kelurahan bukit duri.

Bcrbcda dcngan skripsi saya yang bcrjudul Trauma lstri Sebagai Alasan Poligarni. Dalam skripsi ini saya !cbih menekankan pada pembahasan rnengenai trauma yang dijadikan dasan permohonan poligami, untuk itu selanjutnya saya akan cob2 memaparkan mengenai trauma iyu sendiri,

factor-faktor yang menyebabkan traumn, serta pengaruh trauma yang diderita istri tcrhadap hubungan suami i,lri c'idalam perkawinan.

E. Mctodc Penelitian

h. 53

Jenis penelitian ini adalah normatif yaitu penelitian terhadap asas-asas hokum yang tercantum didalam Undang-undang dan Peraturari Perundang-undangan dengan pendekatan case approach. Dan juga menggunakan metode normative Islami yang obyek penelitiannya adalah asas-asas, doktrin, dan substansi hukum Islam yang bersumoer pada Al-Qur'an dan Sunnah rosul baik menurut aliran klasik maupun kontemporer.9

9

(20)

Karena pendekatan kajiannya adalah Perundang-undangan dan asas-asas hokum Islam maka metode deskriptif-analisis dimana penelitian akan mendcskripsikan masalah, setelah itu menganalisanya.

1. Data penelitian

Data dalam penelitian ini terbagi ke dalam dua jenis yaitu :

a. Data primer, yaitu didapat dari putusan Pengadilan Agama Cikarang

dan wawancara dengan jmu bicara hakim Pengadilan Agama Cikarang. Sebab secara umur;1 sumber data penelitian kualitatif adalah tindakan dan perkataan manusia.10

b. Data sekunder, yaitu data-data kepustakaan seperti dokumen-dokumen

yang berlmbungan dengan masalah yang diajukan. Dokumen-dokumen yang dimaksud antara lain Al-qur'an, Al-hadits, buku-buku karangan ilmiah, Perundang-unda.ngan, dan Peraturan Pemerintah yang erat kaitannya dengan masalah yang diajukan.11

2. Teknis pengumpulan data a. Observasi

Observasi adalah dengan r,ara turun langsung dan melibatkan diri secara langsung ke Pengadilan Agarna Cikarang.

b. Dokumentasi

10

U. Maman KH, Metodologi Penelitian Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2006), h. 80.

11

(21)

Dokumentasi adalah dengan meneliti berkas putusan permohonan izin poligami dengan al lSan trauma yang dialami istri.

c. Wawancara

Wawancara adalah dcnga!1 melakukan Tanya jawab kepada pihak yang berkepentingan, seperti hakim, panitera, dan pihak yang bcrpcrkara.

d. Analisis data

Analisis data adalah prose:o mengolah data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerjaseperti yang disarankan oleh data. 12

Analisis data penelitian !TI! diperoleh dengan

mengkombinasikan antara penelitian hokum normative dengan penelitian hokum empiris yang dikaji dan dianalisis secara kualitatif yang menekankan pad a kcasl ian, tidak bertolak dari teori kama berangkat dari fakta sebagaimana adanya. 13

Data dan inf0rmasi yang ditemukan akan diukur dengan ketentuan hukum yang berlaku. Kemudian akan dianalisis dan dilakukan evaluasi penerapan hukumnya terhadap putusan Pengadilan Agama dalam mem1'erikan izin poligami.

11

Lexy. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2004), cct. 18, h. 103.

13 U. Ma111an Tv1untaha,

(22)

F. Sistcmatika Pcnulisan

Penulisan penelitian ini akan disusun Jalam lima bab yaitu Bab Pertama , Bab Kedua, Bab Ketiga, Bab Keampat, Bab Kelima. Dari Bab-bab tersebut kemudian diuraikan lagi rr.enjadi sub-sub bab yang diperlukan sistematika penulisan selengkapnya diuraikan sebagai berikut :

Bab Pertama memaparkan pendahuluan, pada bab ini penulis akan mcnyampaikan uraian latar belakang masalah identifikasi masalah, tujuan dan rnanfaat penelitian,tinjauan pustaka, rnetode penelitian, serta ウゥウエセイョ。エゥォ。@

penulisan.

Bab Kedua rnernaparkan tinjauan urnurn rnengenai poligami, pada bab ini penulis akan menyampaikan uraian tentang pengertian umum poligami, poligami dalarn perspektif fiqh, sebab .. sebab dilegalkannya poligami dalam islam, poligami menurut perundang-undangan

Bab Ketiga rnemaparkan rnengenai trauma istri segabai alasan pnligami, yang di dalarnnya rnembahas tentang pengertian trauma, factor-faktor yang

rnenyebabkan trauma, dan pengaruhnya didalam sebuah perkawinan.

(23)
(24)

BAB II

TINJAUAN HUKUM MENGENAI POLIGAMI

A. Pengertian Poligami

Secara umum poligami ialah seorang laki-laki beristri lebih dari seorang. 14 Kata poligami berasal daci bahasa yunani, dari etimologi kata "

Poly " atau " Polus " yang berarti banyak dan " Gamaen " yang berarti

perkawinan. Bila dirangkaikan maka poligami berarti suatu perkawinan yang banyak atau perkawinan yang lebih dari seorang, istilah lain poligami yang lebih dikenal masyarakat yaitu pemaduatJ.15

Islam pada dasarnya membolehkan seorang suami beristri lebih dari satu asalkan mampu memberi nafkah dan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya, dan tidak boleh lebih d&ri empat orang. Poligami hanya boleh dilakukan dalam keadaan khusus dan dengan syarat-syarat tertentu agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan, dalam ha! ini khususnya wanita. Karena agama islam sangat memperhatik&n hak-hak kaum wanita.16

Mereka yang menentang poligami berpendapat bahwa seseorang yang rnempunyai keinginan untuk poligami adalah para pemboros harta dan

14

WJS Poerdannanto, Ka111us Un1111n Bahasa indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka),h. 763.

15 Jhon L. Esposito, Won1en in Afusliln f。QQQゥセカ@ Law, h. 47.

16

(25)

pengumbar hawa nafsu yang berlehihan. 17 Terlebih adanya isu yang mengatakan bahwa poligami adalah tindakan eksploitasi kaum laki-laki terhadap kaum wanita.

Pada kenyataannya praktek poligami yang terjadi disekitar masyarakat, istri-istri yang dipoligami kerap kali mengalan1i keke1 asan fisik, mental, bahkan dari segi ekonomi. Hai itu jelas semakin mempertegas rentarmya pernikahan poligami.

Namun poligami juga sebenarnya dapat mengandung hikmah yang sangat besar bi la dilakukan dengan cara benar dan sesuai yang riisyari' atkan agama. Apalagi jika poligami itu di!akukan benar-benar atas keikhlasan dan izin istri yang telah ada. Meski sangat mustahil rasanya seorang istri mcngizinkan suaminya menikah lagi.

Pada umumnya seorang istri tidak akan mengizinkan suaminya menikah lagi dengan kecenderungan seorang istri yang tidak menginginkan suaminya menjadi milik orang lain. 11

Allah SWT telah mensyariatkan poligami dan mengizinkan untuk berpoligami dan membatasinya dengan syarat-syarat. Dimana seorang suami ticlak boleh berpoligami sebelum syar<.t-syarat tersebut terpenuhi. 19

17

Islam Muhammad Al-Syarif dan Mahmud Al-Thawil, Po/igami Tanya Kenapa?, (Jakarta:

PT. Mirqot Tebar Ilmu, 2008), h. I 0 I.

18

Ibid., h. I 04.

19

(26)

1. Jumlah lstri

Lkngan 111cnilik 「セイ。エォ。ョ@ demi kcpcntingan manusia baik sccarn indi\'idu 111aupu11 111asyarakal, isla111 r,1c111bolchkan kawin lcbih dari seorang.

Kebanyakan umal-umal terdahulu dan agama-agama sebeltu'1 islam

membolehkan kawin tanpa batas. Maka setelah Islam datang, perkawinan

lchih dari scorang i11i diberika:1 halasan dan syarat. Batas maksimalnya ialah c111pal islri, scpcrti yang di riwayalJ.:a•1 olch Abu Daucl dan Jbnu Majah

"Bersumber dari Qais bi11 Harits ia berkalt. : aku masuk islam sedang aku

memiliki delapan istri. Lalu aku n•enghadap Nabi Saw, kemudian ku

terangkan kepacla beliau ha! itu lalu i\abi Saw bersabda, "pilihlah empat di

antara mereka". (HR. Abu Daud Jan lbnu Majah)

Poligami dalam Islam tid2k terikat syarat-syarat sebagaimana

dikatakan kondisi istri pertama ウ。セコゥエ@ atau tidak dapat memberikan keturunan.

Karena pada clasarnya poligami itu mubah, jadi seorang muslim boleh

s20 Muhan1111ad bin Ali bin Muhan11nad Asy·Syaukani, Nailul Authar, (Yan1an, 1655 J.-1), Juz

(27)

menikah lebih dari sekali se1ama dia melihat ada kemampuan pada dirinya .21

Sebagian orang bertanya-tanya tentang hikmah dibalik pembatasan poligami dalam Islam hingga mabimal empat orang istri saja. Persoalan ini hanya diketahui oleh Allah SWT, tapi ada yang mengaatakan bahwasanya mungkin pembatasan ini sesuai <iengan jumlah musim dalam setahun.22

Pendapat lain mengatakan bahwa sesungguhnya pembatasan ini sesuai dengan jenis-jenis perempuan pada umumnya, mungkin sebagian laki-laki ingin istri yang tinggi, pcndek, kur11s, dan gemuk, ini jika dipandang dari fisiknya.

Bagaimana juga jika seorang laki-laki ingin seorang istri yang taat beragama, istri yang cantik, istri yang kaya, dan istri yang bera>al dari keturunan yang baik, dan inilah yang salah satunya membuat laki-laki ingin mengawini perempuan.23

Secara umum keseluruhannya adalah berbagai penafsiran yang bersifat ijtihadiyah, mengandung kebenaran dan kesalahan, bias diterima dan bias juga ditolak. Karena sesunggu 'mya h::mya Allah yang tahu apa yang dikchendakinya.

21

Mahmud Saltut, Al-Islam Aqidatun Wasyariatun, (Kairo, 1395 H), h. 187.

"Islam Muhammad Al-Syarif dan MJhmud Al·Thawil, Po/igami Tanya Kenapa?, h. 118.

23

(28)

2. Nafkah

Yang dimaksud dengan nafkah adalah makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan kebutuhan-ke':iutuhan yang lazim. Wajib bagi seorang laki-laki yang ingin menikah untuk segera menyiapkan kemampuannya24 agar dapat memberi nafkah kepada calon istrinya.25

Demikian pula bagi laki-laki yang tidak mampu memberi nafkah kepada lebih dari satu orang istri ':Trnka secara syar'i tidak halal baginya berpoligami.

3. Adil kepada seluruh istri

Keadilan yang dimaksud adalah keadilan yang dapat direalisasikan oleh manusia yaitu dengan bersilrnp seimbang kepada seluruh istri dalam sandang, pangan, papan, bcrmalam, Jan bermuamalah scsuai dengan kcadaan para istri.

Sedangkan kcadilan yang tak mungkin sanggup untuk direalisasikan oleh manusia seperti cinta kasih dan kecenderungan hati, maka dalam hal ini seorang suami tidak dituntut untuk melaksanakannya karena urusan ini diluar kehendak manusia.26

24

Yang dimaksud maIY.pu adalah kemampuan untuk menanggung konsekwensi pernikahan.

25 Islam Muhammad Syarif, Tanya J"wab Puligami, h. 109.

26

(29)

Allah SWT berfirman dalam An-Nisaa ayat 3:

(

Artinya:

"Jika kamu tidak dapat ber!aku sdil, maka kawinlah seorang saja".(an-Nisaa': 3)

Dalam ha! suami ュ・イセ」ゥョエ。ゥ@ salah seorang istrinya baik karena kecantikannya atau karena akhlaknya ataupun ketergantungan suami kepada seorang istrinya lebih dari istri-istri yang lain hal tersebut tidak diperbolehkan, karena adanya larangan cenderung secara ber!ebihan.27

Yang dimaksud cenderung atau condong ialah meremehkan hak-hak istri, bukan serr.ata-mata kecenderungan hati. Sebab kecenderungan hati termasuk keadilan yang tidak mungkin dapat dilaksanakan. 28

Adapun bermalam maksudnya adalah seorang suami mengkhususkan bagi tiap-tiap istrinya satu malam atau lebih menginap ditempat istrinya, baik si istri dalam keadaan sehat ata..r sakit, haid maupun nifas.

Karena maksud dari bermalam adalah memberi kesenangan kepada istri dengan earn memandang, ュ・ョケセョエオィL@ mencium, dan lain sebagainya. Yang sunnah dalam mabit (bermalam) adalah agar para istri mendapatkan jatah sehari semalam penuh.

27

Ibid., h. 582.

26

Muh. YusufQardhawi, Halal Dan Haram Dalam Islam, (Surabaya: PT. Bina llmu, 1980),

(30)

B. Poligami dalam Pcrspcktif Fiqh

Islam membolehkan poligami untuk tujuan kemaslahatan yang ditetapkan bagi tutunan kehidupan, Allah paling megetahui kemaslahatan hamba-hambaNya. Untuk itu Allah memperbolehkan poligami dengan syarat dapat belaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya, seperti dalam mcmberikan nafkah yang bersifat lahiriah.29

Islam memberikan hak kepada wanita atau sorang istri dan keluarganya untuk menerima poligami jika menurutnya terdapat manfaat atau kemaslahatan yang tidak menyebabkan haknya terabaikan atau merendahkan harga dirinya sebagai seorang wanita dan istri. Dan juga diperbolehkan mcnolak jika poligami dianggap akan membawa kemahdlorotan bagi dirinya beserta keluarganya.30

Pensyari'atan poligami termaktub dalam dua ayat yang terdapat didalam Al-Qur'an pada surat A:1-Nis:o:a' ayat 3 dan ayat 129, yaitu:

1. Surat An-Nisaa' ayat 3 :31

29

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh lvlunakahat, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet. I, h.

129-130.

30

Musfir Al-Jahrani, Poligami dari Bcrbagai Persepsi, (Jakarta: Gema Insani, 1996), h. 40.

31

(31)

Arlin ya:

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perernpuan yang yatirn (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanila-wanita (lain) yang karnu senan:si : dua, tiga atau empat. Kemudian jika karnu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja.

2. Surat An-Nisaa' ayat 129:

Artinya:

Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, Karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (k-:pada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri (dari kecurangan). Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengarnpun lagi Maha Penyayang.

Penafsiran dua ayat di atas memberi manfaat hukum sebagaimana yang difahami oleh Rasulullah SAW. para sahabat, tabiin dan mayoritas kaum muslimin sebagai berikut:

(32)

empat orang saja d antara mereka 32

2. Poligami terikat oleh syarat berlaku adil kepada seluruh istri, dan bagi yang tidak bisa memastikan kesanggupannya untuk merealisasikan prinsip keadilan kepada seluruh istri-istrinya, maka dia tidak boleh beristri lebir, dari satu.

3. Keadilan yang disyarntkan adalah keadilan dalam distribusi materi yaitu adil dalam menyt'diakan tempat tinggal, makanan, minuman, pakaian, waktu 「・イョセ。ャイイュ@ dan dalam bcrmu'amalah.33

4. Sedangkan keadilan dalam hal cinta kasih, kepada istri tidak mungkin dapat terealisasi. Karena kewajiban suami disini adalah tidak bol.eh berpaling kepada istrinya berlebihan, sehingga mereka tidak mcrasa tcrkatu11g-katung. Yang harus dilakukan suami adalah menggauli istri-;strinya secara baik sehingga istri-istrinya mcmperoleh kebahagiaan.34

Sebagian orang menyangka bahwa Al-Qur'an melaranr, poligami dalam dua ayat (surat An-Nisaa' ayat 3 dan 129) dengan alasan bahwa ayat pertama membolehkan poligami dengan syarat berlaku adil kepada seluruh

32

Mua'mmal Hamidy, Terjemahan Nailul Autnar, Himpunan Hadits-Hadits Hukum, cet. 3,

jilid 5.

33

A. Rahman !. Doi, Penjelasan lengbp Hz:kum-lfukum Allah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002), cet. l, h. 192.

(33)

istri. Sementara ayat kedua menyatakan bahwa berlaku adil kepada seluruh istri adalah ha! yang mustahil, maka atas pendapat ini sesungguhnya poligami itu terikat dengan syarat yang mustahil, oleh karenanya poligami dianggap terlarang. 35

Jika diperhatikan dengan stksama dua ayat poligami diatas tidak 111e111persyaratkan istri mende1 ita salzit atau tidak dapat melahirkan agar seorang laki-laki dapat melal:ukan poligami. Rosulullah memerintahkan kepada para sahabat agar mereka menceraikan istrinya jika lebih dari empat, dan tidak mengatakan pada mereka bahwa bagi yang ingin mempertahankan !cbih dari satu orang istri disya:.·atka'.1 hanya jika satu istrinya sakit parah atau

tidak dapat memberikan keturunan. 36

I Jal ini menunjukan bahwa poligami bukanlah semata-mata tindakan darurat dan tidak pula bergantung terpenuhinya syarat-syarat dibolehkannya poligami.

Scbagian ahli fiqh mengatakan bahwasanya bagi setiap wanita memiliki hak dalam memberi syarat agar tidak dimadu keti1<a dia akan dinikahi, dan jika setelah menikah suaminya melanggar syarat itu maka wanita tersebut berhak untuk meminta talak, sebagaimana yang tampak pada nash fiqh: "Jika dia telah dinikahi dan dia mensyaratkan agar tidak dimadu,

35

Ibid., h. 98.

36

(34)

maka ditangannya ada hak meninggalkan suaminyajika dia dimadu".37

Sebagian wanita memiliki rasa cemburu yang sangat berlebihan bahkan ada yang sampai menguasai seluruh tingkah lakunya. Rasa cemburu adalah perkara perasaan yang sangat lumrah yang hanya tampak secara lahiriyah pada tiga kondisi ya11g berbeda, yaitu: pertama: tatkala seorang perempuan mencintai suaminya, keclua: ketika muncul egoisme yang berlebihan dalarn menarik perhatian yang berlebihan, dan ketiga: rasa takut pcrcmpuan akan masa clcpannya. l'crasaan ini secara muthlak tidak bolch didahulukan atas syari'at dalam urusan apapun.38

Sebenarnya secara u•num jika seorang laki-laki dan perempuan mengambil aturan poligami sebagai h<il yang membawa petunjuk yang jelas clan kuat, maka mereka tebh ュセュゥャゥィェ。ャ。ョ@ yang lurus.

Poligami menggambarl:an jalan untuk menjaga akhlaq dan rneng.uatkan ilrntan kemasyarakatan, menj8ga rumah seorang muslim agar lclap arnan dan langgeng. Agar seoraag laki-laki muslim dapat memenuhi kehcnclaknya lanpa berlcbih-lebihan clalam mengumbar syahwat.

C. Alasan Lcgalisasi Poligami dalam Islam

Islam aclalah aturan yang sesuai clengan fitrah manusia yang sejalan clengan eksistensi hiclupnya, y:iitu dengan menjaga akhlak manusia clan

37

Muhammad Abu Zahrah, Tandzimu/ Jsla111 lil Mujtama, ( Kairo, 1385 H }, h. 77-79.

38

(35)

kesucian mayarakat. Tidak menghendaki timbulnya hal-hal yang dapat mendatangkan kerusakan akhlak dan kekacauan masyarakat.39

Allah menghendaki terciptanya keluarga sebagai pilar kehidupan, pengendali urusan, pondasi pertumbuhan masyarakat dan tegakny:i peradaban. Oleh karena itu diletakanlah landasan bangunan keluarga dengan berbagai kaidah yang kokoh dan pilar-pilar yang kuat untuk menjaga bangunan ini dari apa yang dapat menggoyahkan dan merutuhkannya. Diantaranya adalah d. 1syan al ·a1111ya po 1gmm. ., k 1· Mセ@

Islam melegalkan laki-laki umuk berpoligami maksimal empat orang istri yang bukan bertujuan untuk mengumbar nafsu. Poligami seharusnya diclukung dcngan niat baik. Diantara hal-hal yang mendukung adalah sebagai bcrikut:

I. Mengikuti sunnah Rosulullah, karena tanpa keraguan beliau adalah suri tauladan bagi umat muslim dalam segala aspek kehidupan, kecuali dalam urusan yang hanya dik;1i;suskan untuk beliau semata.

Allah SWT bcrfirman dalam surah al-Ahzab ayat 21:

39

Ibid., h. 76.

(36)

Artinya:

Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu lyaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah

dan (kedatangan) hari kiamat dan dil: banyak menyebut Allah.

2. Berbagai bentuk pe:1elitian yang telah dan sementara dilakukan mcnunjukan bahwa jumlah pcrcmpuan Jebih banyak dari jumlah laki-laki.

3. Suami memiliki kekuata:1 yang tidak bisa hanya dengan satu istri.

4. Istri minggat dari rumah dan membangkang (nusyuz).41

Berdasarkan pada berbagai argumen diatas, maka poligami dibolehkan

dalam Islam dengan adanya prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Prinsip keadilan

Kata adil dalam surat An-Nisa' ayat 3 berasal dari kata" Adi" sebagai

jadi penekanan 'adil dalam ayat ini adalah untuk menghindari

te1jadinya penganiayaan terhadap janda-janda yang telah dikawini

secara poligami. Karena itu meskipun seseorang membutuhkan

poligami karena banyaknya anak yatim yang dipeliharanya, tetap jika

sekiranya tidak sanggup berlaku adil terhadap istri-istrinya, maka

diperintahkan beristri seorang saja (monogamy).42

41

A. Rahman I. Doi, Penjelasan Lengfop Hukum-Hukwn Allah, h. 193.

42

(37)

2. Prinsip kemanusiaan

Pertimbangan kcdua aibolehkannya dalam islam adalah prinsip kcmanusiaan. Prinsip ini scjalan dengan tujuan poligami dalam sejarahnya yaitu mclind>mgi dan membiayai kebutuhan hidup sehari-hari anak-anak yatim dan janda-janda. Prinsip ini terbukti dalam scjarah Nahi MuhammaJ SJ\ W bahwa istri-istri bcliau hanya scornng yang gadis yaitu Aisyah, selainnya adalahjanda-janda.

3. Prinsip keadaan mendesak

Sejalan dengan prinsip-prinsip dibolehkannya poligami didalam islam, kendati poligami dibolehkan secara hukum, namun ditempatkan pada status hukum darurat (emergency law) atau dalam keadaan luar biasa.43 Selain itu po1igami tidak semata-mata menjadi kewenangan penuh seorang suami tetapi atas dasar izin dari Pengadilan yang berwenang.

Merujuk pada beberapa pandangan yang telah dikemukakan diatas, menjadi dasar bagi pemerintah di Indonesia dalam menetapkan beberapa ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang laki-laki yans akan kawin lebih dari satu orang (poligami). Sebagaim:ma ditegaskan pada Pasal-Pasal dalam Undang-Undang No. I Tahun 1974 yang akan dibahas pada bab berikutny a.

(38)

D. Poligami Mcnurnt Pcrundang-undangan

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan adalah Undang-Undang yang mengatur mengenai perkawinan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ーセイォ。キゥョ。ョL@ termasuk mengenai perkawinan poligami.

Salah satu prinsip perkawinan yaitu Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. I Tahun 1974 tentang perkawinan disebutkan bahwa seorang suami hanya boleh mempunyai o:eorang: istri karena Undang-Undang ini menganut azas monogamy meskipun tidak bersifat absolut. Selanjutnya dalam Pasal 3 ayat (2) disebutkan bahwa Pengadilaa dapat memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak

b k 44

yang ersang utan.

Azas monogami dalam 1J11dang-Undang perkawinan ini hanya bersifat pengarahan kepada pembentukan perkawinan monogamy dengan jalan mempersulit dan mempersempit penggunaan lembaga poligami dan bukan rnenghapuskan sama sekali sistem p·:iligami.45 Seorang pria boleh melakukan poligami asal memenuhi pers1aratan tertentu yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Perkawinan.

44.Pihak-pihak yang bcrsangkuta11, dalom ha! ini kehendak (izin) istri yang diuta nakan. Karena istri adalah pihak yang paling bersangkutan dulam masalah poligami

(39)

Selanjutnya, Pasal 4 ayat (1) dan pasal 40 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 rnenyatakan bahwa dalam hal seorang s·Jarni akan beristri lebih dari seorang, rnaka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan didaerah tempat tinggalnya. Kemudian Pengadilan aican memberikan izin jika didalam pcrrnohonannya rncnycrtakan alasan-alasan yang dapat dijadikan dasar untuk mengajukan izin beristri lebih dari seorang sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 41 PP No. 9 Tahun 1975 yaitu ap'.lbila:

I. lstri tidak dapat menjalankar, kewajibannya sebagai istri.

Maksudnya adalah apabila istri yangbersangkutan mensderita penyakit jasrnam atau rohani sedemikian rupa sehingga ia tidak dapat mernenuhu kewajibannya >ebagai istri baik secara biologis maupun non biologis yang menurut keterangan dokter sulit untuk

l. b l k 46

c 1sem u 1 ·an.

2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disernbuhkan.

Yang dimaksud dengan cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disernbuhkan adalah apabila istri yang bersangkutan menderita penyakit badan yang menyeluruh menurut keterangan dokter sukar

'16 Hasanudin Latif, Poligami Hukum II/ah dan Hukum Negara, (Jakarta: PT. Mirqot Tebar

(40)

disembuhkan. Alasan ini adalah semata-mata berdasarkan alasan kemanusiaan sehab bagi suami tentu saja akan menderita lahir batin sclama hidupnya apabila hidup bersama dengan istri yang dalam keadaan sakit.47

Akan tetapi sebaliknya menceraikan istri yang demikian dimana keadaan istri bctul-bctul dalam keadaan yang membutuhkan pertolongan dari suaminya adalah satu perbuatan yangbertentangan dengan kcmanusiaan olch karena itu poligami dalam ha! seperti ini dipandang lebih berperikemanusiaan daripada mengeJar monogamy dengan tindakan menceraikan istri yang sedang dalam penderitaan dan membutuhkan pertolongan dan perlindungan dari suami.48

3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan adalah apabila istri yang bersangkutan me ,mrut keterangan dokter tidak mungkin melahirkan keturunan, atau sesudah pernikahan sekurang-kurangnya sepuluh tahun tidak menghasilkan keturunan. Alasan ini adalah yang キ。ェセイL@ sebab memperoleh keturunan adalah salah satu tujuan perkawinan itu sendiri dan bagi manusia yang normal tentu mcnghendaki keturunan dalam suatu perkawinan tetapi

'17 Ibid., h. 39-40.

(41)

penggunaan alasan ini daiam memberikan izin poligami hakim harus mcndapatkan keterangan yang jelas dari seorang ahli, apakaah kcmandulan itu bctul-betul dari pihak istri, sebab kemandulan itu clapatjuga berasal dari pihak suami.49

Disamping alasan-alasan tcrscbut diatas yang harus clipcnuhi agar dapat memperoleh izin untuk beristri Jebih dari seorang, maka menurut Pasal 5 ayat 1 UU No. 1 Tahun 1974 tent:mg perkawinan masih terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi umuk dapat mengajukan permohonan kepada pengadilan, syarat-syarat yang dirnaks•Jd adalah :

1. Adanya persetujuan dari istri atau istri-istri.

Persetujuan ini bisa tertulis dan bisa pula dinyatakan secara lisan. apabila persetujuan dinyatakan secara lisan maka harus diucapkan secara langsung clidepan sidang Pengadilan sesuai dengan bunyi Pasal 41 PP No. 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Tahun 1974,50 sedangkan dt.:ngan tertulis harus ditanda tangani oleh . • . • . . 51

istn atau 1stn-1strmya.

"Ibid.. h. 40-4 I.

50

(42)

2. Adanya kcpastian bahwa suami mampu mcnjamin kcperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mcreka.

Untuk menentukan sejauh mana kemampuan suami dalam menjamin keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka maka harus dibuktikari dcngan :52

a. Surat keterangan mengenai penghasilan suami yang ditanda tangani olch bP-ndahara ditempat mana ia bekerja.

b. Surat keterangan pajak penghasilan, karena besar kecilnya pajak pcughasilan mcnunjukan besar kecilnya kekayaan yang dimiliki suami.

c. Surat keterangan lain yang dapat diterima oleh pangadilan. d. Adan ya jaminar, bahwa suami dapat berlaku adil terhadap

istri-istri dan anak-anak mereka.

Untuk menentukan adanya jaminan keadilan tersebut meka pengadilan meminta pengakuan dan pernyataan dari suami yang menyatakan bahwa suami mengaku akan berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anak mereka.

(43)

bagi seorang suami apabila istrie.ya tidak dapat dimintai persetujuannya dan tidak dapat menjadi pihak dalam perjr.njian, atau apabila tidak ada kabar dari istrinya sclama sekurang-kurangnya dua tahun, atau karena sebab-sebab lain yang perlu mendapat penil2.ian hakiki.

52

(44)

BAB III

TRAUMA ISTRI SEBAGAl ALASAN POLIGAMI

A. Pcngertian Trauma

Trauma adalah luka.53 Biasanya orang awam menghubungkannya dengan psikologi. Padahal t:auma adalah baik Iuka fisik maupun mental.

Trauma merupakan sualu bcnwk psikosis fungsional paling berat yang menimbulkan disorganisasi pr:rsonalitas. Pengertian psikosis fungsional adalah suatu gangguan fungsi kcpribaJian sehingga tidak memungkinnya lagi untuk melakukan tugas-tugas seeara memuaskan.54

lstilah trauma dalam psikiNri mu:1cul untuk merujuk pada suatu respon mental dan fisik tcrhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Hurlock mendifinisikan trauma sc:bagai keadaan mental yang buruk berkenaan dengan rasa sakit yang ュ・ョァ。ョ」セエュ@ ditandai kekhawatiran yang tidak dapat dihindari oleh seseorang. 55

Maramis menyebutkan bahwa trauma adalah rasa tidak amtill, rasa sakit, dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu

53

Linda de. Clerq, 1'ingkah Laku Ahnor1nal dr.1ri Sudut l'andang Perkembangan, (Jakarta ;

Grasindo, 1994), h. 48.

54

Ibid., h. 48.

55

(45)

yang tidak menyenangkan. 56 Seseorang mengemb<>.ngkan trauma adalah akibat respon tcrhadap sebuah kejadian yang :nengerikan, baik yang dialami sendiri atau dialami orang lain yang disaksik!\11. Pengalaman tersebut menyebabkan seseorang merasakan takut yang sangat kuat, atau perasaan tidak berdaya menghadapinya.

Gcjala trauma dibagi menjz.di empat kategori. Seseorang yang mendapat pengalaman traumatis akm memperlihatkan beberapa gejala dan kombinasinya. Gejala-gejalanya yaitu·

I. Memutar kembali peristiwu traumatis seperti, seseorang yang mengalami trauma sering merasa peristiwanya terulang kembali. Hal ini biasanya disebut flashback, atau menghidupkan kembali peristiwa. Orang ini mungkin memµunyai gambaran mental di kepalanya tentang trauma, mengalami mimpi bucuk, atau bal1kan mungkin mengalami

halusinasi tentang trauma.

2. Penghindaran. Seseorang yang mengalami trauma berusaha untuk

menghindari segala scsuatu yang mengingatkan mereka kcmbali pada kejadian traumatis. Mereka mungkin akan menghindari orang-orang, lempat, benda-benda yang mengingatkan, termasuk juga bersikap dingin untuk menghindari rasa sakit, perasaan yang berlebihan. Membekukan pikira'1 dan perasaan akibat trauma.

56

(46)

3. Pelampiasan. Seseora:lg yang menderita trauma kadang

mengkonsumsi obat-obatan pcnenang atau alkohol atau rokok untuk

menghindari ingatan-ingatan can perasaan yang berhubungan dengan

trauma, tetapi hal itu sifarnya hanya sementara.

4. Pemicu. Gejala-gcjala pemicu psikologis dan fisiologis sangat

berbeda-beda pada oranr,-ornng t:auma. Mereka mungkin sangat

ccmas, mudah gelisah, mudah rersinggung atau marah, dan mungkin

mengalami sulit tidur seperti insomnia, atau mimpi buruk.

Individu yang mengalami tn:uma sering kali tidak mau mengakui

bahwa dirinya trauma tetapi dari observasi dapat disimpulkan bahwa

. I . s1

ia menga am1 trauma.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa trauma merupakan suatu

gangguan psikis dengan ciri-ciri sifat menyendiri, cemas, takut, rasa sakit,

bahkan hilangnya perhatian terhadap sekitar secara bertahap.

B. Trauma Pasca Melahirkan dan Faktor Pcnyebabnya

Setiap orang dapat mcngembangkan trauma, tidak peduli dia laki-laki,

perempuan, anak-anak, tua dan muda. KJrban trauma yang berhubungan

dengan serangan fisik dan seksual menghadapi resiko yang besar berkembang

ュᄋセョェ。、ゥ@ trauma.

Wanita dua kali lebih bernr mengembangkan trauma dari pada

(47)

laki. Hal ini mungkin disebabkan karena fakta bahwa wanita lebih emosional clibanding pria. Perictiwa yang bcrpotcns1 mcnyebabkan trauma antara lain58 :

\. Menyaksikan scbuah per istiwa kekernsan atau mengerikm1, atau berulang-ulang menghadapi situasi yang mengerikan.

2. Kekerasan dalam rumah tangga atau pasangan intim

3. Perkosaan atau pelecehan seksual 4. Luka fisik maupun jiwa

5. Perlakuan ォ・ォ・イ。セ。ョ@ di tempat umum, di sekolah, atau di tempat kerja.

6. Kecelakaan mobil atau lebakaran

7. Bencm1a al am

8. Kematian mendadak salah satu :mggota keluarga atau orang yang dicintai.

9. Or!lllg yang ditinggal atau dihianati oleh orang dekat.

Salah satu kasus trauma ym1g mudah menyerang kaum hawa yaitu trauma berhubungan intim pasca kelahiran. Trauma berhubungan intim pasca kelahiran adalah rasa takut ym1g b.::rlebihan untuk melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang secara psikis timbul karena rasa sakit ketika mdahirk!lll atau gangguan lain. Sehingga menurunnya dorongan seksual. 59

58

Suprapti Slamet I. S dan Sumarmo Markicm, Pengantar Psikologi Klinis, (Jakarta:

(48)

Sebenamya banyak hal yang memb,iat wanita malas bercinta. Salah satunya trauma kclahiran kareria a::lanya kerusakan pada vulva akibat persalinan. Selain itu setelah mclahirkan wanita mengalami perubahan susunan hormonal tubuh yang mt'mbuatnya merasa gelisah, depresi, lelah, ngilu pada alat genital (dalam du1 lur.r).fO

Dulu ada larangan untuk berciJlta sehabis melahirkan, selama masa nifas. Tak jarang larangan ini berlanjut hingga batas waktu yang sulit ditentukan. Akibatnya banyak wanita yang enggan memulai kembali kehidupru1 seksualnya dengan suami. . 61 Rutinitas seorang ibu setelah melahirkan sudah pasti meningkat ditambah dengan proses menyusui, kegiatan ini tentu akan sangal melelahkan.

Ketika tiba saatnya berhubungan badan dengan pasangan maka yang tersisa hanya rasa. lelah dan capai. Keadaan seperti ini biasanya

t

erangsung hingga tcrjadinya evolusi, bahkan 18 bulan setelah melahirkan. Jika keadaan sepeiii ini dibiarkan berlarut-larut maka akan membawa dampak yang buruk dalam kehidupan berkeluarga.62

Kehilangan hasrat seksual pada wanita setelah melahirkan tidak bersifat permanen, karena sebagian wanita nantinya akan menemukan

'0 Suprapti Slamct I. S dan Sumanno Markam. Pengantar Psikologi Klinis, h. 77.

61 Ibid., h. 78.

62 Linda de Clerq,

(49)

hasratnya sendiri. Namun adajuga yang memerlukan bantuan ahli medis. Ada dua faktor menurunnya libido yaitu faktor fisik dan faktor psikologi 63:

1. faktor fisik diantaranya cfek dari mengkonsumsi obat, meningkatnya kadar hormoncliatas kadar normal. Periode setelah melahirkan juga menjadi faktor fisi1.< hilangnya rasa :ngin berhubungan seks. Trauma

pada kchamilan clan pwses mclahirkan yang menyakitkan, sehingga malas bcrhubungan intim Jcngan suami.

2. Faktor psikologi yang mcnyebabkan enggan berhubungan intim dengan suami adalah 、・ーセ・ウゥL@ stress, kelelehan, kecemasan, masalah yang serius dengan rasangan, clan konclisi hidup yang sulit.

Dalam keadaan seperti ini dul;ungan suami sangat dibutuhkan untuk mcmulihkan gairal1 istri. Menyakinkan istri bahwa dia tidak sendiri, kepentingan suami istri harus selalu menjadi pertimbangan utama bukan hanya kepentingan suami saja s;perti yang banyak terjadi.64

Mencoba bl!rkomunikasi dan mendengarkan keluhan istri mungkin bisa menjacli solusi yang baik. Suami harus lebih mengerti dan memahami kondisi fisik maupun psikolo ii pasangannya. Karena Selain dokter, yang jauh lebih penting untuk mengatasi problem tersebut adalah dukungan dan

63

Ibid., h. 69-70.

64

(50)

. d . 65 penge11ian an pasangan.

C. Pcngaruh Trauma Dalam Perkawina1\

Sebelumnya telah di IJaparkan mengenai pengertian trauma pasea kelahiran beserta faktor-faktor penyebabnya. Selanjutnya yang akan dibahas adalah pengaruh trauma dalam perkawinan.

Perkawinaa menurnt Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan adalah ikatan lahir bathir, antara seorang pria dengan seorang wanita dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Y rng Maha Esa.

Dalam bahasa indonesia perkawinan asal kata dari kawin yang artinya m<:mbentuk keluarga dengan lawan jenis (melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh).66 Perkawinan disehut jug;:; pemikahan, berasal dari kata nikah (

c;!J) yang menurut bahasa artinya 111eng•1mpulkan, bersetubuh (wathi').67 Mclakukan jima' antara suami dengan istri adalah suatu kebutuhan nafsu yang hams dipenuhi menurut tabiatnya . karena Islam tidak pemah mr:nentang aturan alam dan セ。「ゥ。エ@ makhluk, terutama manusia.

Karena itu dalam Al-Qurnn diperjelas dalam surat Al-Baqoroh ayat 223 yang berhunyi:

65

lbid., h. 71.

66

Dcp Dikbud, Kamus Besar Bahasa lndonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), cet. Kedua,

h. 465.

67 Al-Syarif Ali bin Muhammad Al-Jurjaniy, Kitab Al-Ta'rif, (Beirut: Daar Kutub

(51)

h. 29.

Aninya:

Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam,

Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu

kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah

kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan

berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.

Pengertian diatas tampaknya hanya melihat dari satu segi saja, yaitu

diholehkannya hubungan seksual kurang memandang pada maksud dari

pernikahan itu sendiri. Karena mclangsungkan perkawinan ialah saling

mcndapat hak dan kcwrijiban yang bcrtujuan mcmbangun hubungan pcrgaulan

yang dilandasi rasa tolong menolong.68

Imam Al-Ghazali dalam ll:lyanya menguraikan tentang faedah

mclangsungkan perkawinan, dengan mengembangkan tujuan perkawinan

m1mjadi lima yaitu :

I. Melahirkan keturunun yang nantinya menjadi penyambung hidup

dan penerus cita-cita orang tuanya.

2. memenuhi hajat rnrmusia unrnk menyalurkan syahwat dan

68

(52)

menurnpahkan kas1h sayang.

3. mcmelihara diri dari kerusakan. Untuk menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Allah SWT.

4. menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab dalam menerima hak dan kewajiban.

5. Mcnimbulkan rasa cinta Y.asih antara suami istri. Maksudnya keduanya saling mempunyai rasa kasih sayang, menimbulkan kasih sayang antara orang tua dengan anaknya, dan kasih sayang antara sesan1a anggota keluarga. 69

6. membangun rumah tmgga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas dasar cinta dan kasih sayang.

Hikmah perkawinan menurut ajaran islam adalah untuk memelihara manusia dari perbuatan maksiat yang membahayakan diri, harta, dan

"k" 70

p1 ·iran.

Kemudian sebagaimana hukum-hukum lain yang ditetapkan dengan tujuan tertentu sesuai dengan tujuan pembentukannya. Demikian pula dengan hukum Islam mensyariatkan perkaw.nan dengan tujuan-tujuannya.71

69 M. Tholib, Analisa Wanita Dalam B:mbingan Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1987), h. 123.

70 Amir Taal Nasution, Rahasia Perkawinan Dalam Islam, (Jakarta: Pedoman llmu Jaya,

1986), 60.

71

Kamal Mukhtar, Azas-azas Hukum 'slam T'entang Perkawinan, (Jakarta: Bulan Bintang,

(53)

Sesuai dengan pengertian dan tujuan perkawinan diatas, jelas sekali dampak dan pengaruh yang kurang baik yang akan timbul karena trauma si i:;tri setelah melahirkan terutam a bag1 suami.

Dalam keadaan istri trauma bercinta dengan suarni, secara langsung dapat dikatakan bahwa istri tidak lagi dapat menjalankan kewajibannya dalam melayani kebutuhan biologis suaminya.

Meskipun dalam tugas-tugasnya yang lain istri dapat melaksanakannya dengan baik tapi semua itu tidak dapat menggantikan dan m<:menuhi kebutuhan suami secara biolugis.

Secara med is trauma adalah salah satu prilaku abnormal tapi ada juga yang mengatakan caeat psikis. Trauma dapat disembuhkan tergantung pada seberapa kuat si penderita trauma itu untuk Jepas dari traumanya dan dukungan dari keluarga serta orang-orang terdekat. Trauma bukan seperti ca cat fisik menahun yang ti<lak dapat d1sembuhkan. 72

Trauma yang dialami istri pasca melahirkan sebenarnya bisa sembuh, hanya saja membutuhkan waktu. Maka dapat dibayangkan betapa menderita dan tersiksanya seorang suami apabi!a harus menunggu pemulihan istri dalam lrnrun waktu yang tidak dapat ditentukm.

Tidak dapat dipungkiri bahwa penyaluran hasrat seksual (hubungan intim) adalah kebutuhan yang sangat primer bagi semua laki-laki normal atau

72

(54)

ー。セ[。ョァ。ョ@ suami istri.

Dalam hal ini hanyak p<.!rmasatahan yang akan timbul dalam sebuah pcrkawinan sebagai dampak trauma yang diderita istri seperti te1jadinya perselingkuhan, poligami, atau bahk2.11 perceraian.

Buk<m tidak mungkin seorang suami yang istrinya mengalami trauma berhuhungan badan dan sudah tidak mau lagi memberikan keturunan akan mencari kescnangan diluar rumah dengan wanita lain dan terjerumus pada hal-hal yang dilarang oleh agaira. D'1lain hal ini tampaknya poligami m<injadi somsi atau jalai1 darurat bagi suan1i untuk menyalurkan kebutuhannya. "3

Karena dengan melakukan poligami bukan saja sebagai reorang laki-laki kebutuhan biologisnya dapat brsalurkan, tetapi dia juga dia tetap hertannggung jawah tcrhadap istrinya yang mengalami trauma serta anak-anaknya.

Lain halnya jika suaui mengambil jalan lain seperti menceraik<m si islri yang sudah tidak mau melayani kebutuhan biologis suaminya karena trauma setelah melahirkan. Tentu suami akan lepas tanggung jawabnya terhadap istri setelah habis masa iddah tanpa mempedulikan kondisi istrinya.

(55)

diri sendiri dan pasangan dengan kasih sayang yang tulus.

Meskipun dikatakan tadi poligami merupakan jalan darurat yang jauh

lebih baik dari perceraian, semua tetap kembali pada kehehdak istri. Apakah

dia menizinkan dan ikhlas beruagi suami dan kasih sayang dengan wanita

lain.

73

(56)

BAB IV

ANALISA PUTUSAN PENGADILAN

A. Derkripsi Permohonan Izin Poligami

Didalam Undang-Undang No. l Tahun 1974 tentng perkawinan secara implisit dipaparkan didalam Pasal 3, 4, dan 5. Undang-Undang tersebut mcngatur mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seoarang laki-laki atau suami yang ingin berpoligami.

Ditetapkannya syarat-syarat tersebut adalah untuk melindungi kaum hawa dari ketidak adilan dan kcscwcnang-wenangan dalam perkawinan.

Meskipun sebelum diUndangkannya Undang-Undang No. I Tahun 1974 tentang perkawinan, para ulama dan imam telah lebih dulu menetapkan syarat-syarat tersebut didalam kitab-kitab klasik clan kontemporer.

Mengenai kasus yang ada penulis meneliti satu putusan poligami di Pengadilan Agama Cikarang. Berikut deskripsi putusan izin poligami dengan perkma Nomer 4 76/Pdt. G/2008/PA. Ckr, yang selanjutnya akan dikemukan.

I. rゥセァォ。ウ。ョ@

(57)

Yang pada tanggal 17 Agustus Tahun 2003 pemohon dan tennohon telah melangsungkan pcrnikahan yang dicalat oleh Pcgawai Pcncatat Nikah Kantor Urusan Agama di Kecarnatar. Jawiring, Kabupaten Klaten dengan Kutipan Akte Nikah Nomor: 314/221VIII/2003.

Dari pernikahan tersebut pemohon dan tennohon dikarunia 2 (dua) orang anak yang masing-masing bcrnama Bintang Wahtu Aglistya Putra, laki-laki, bcrumur 4 tahun dan Surya Bravoda Aglistya Putra, laki-laki-laki, berumur 1,5 tahun.

Selama pernikahan pemohou dan tennohon berjalan rukun dan harmonis sebaimana layaknya pasangan suami istri. Sampai suatu saat teimohon trauma melakukan hubungan badan dengan pemohon, terlebih pasca mdahirkan putra yang kedua sehingga tennohon tidak dapat melayani pemohon secara maksimal. Termohon juga sudah tidak mau memberikan keturunan lagi karna trauma tersebut, sedangkan pemohon masih

ュセョァゥョァゥョォ。ョ@ keturunan.

Kemudian pemohon bermaksud menikah lagi dengan seoarang perempuan yang bernama Windarti Purwaningsih binti Nindarto, umur 26 tahun, yang beke1ja sebagai karyawati diperusahaan yang sama dimana ponohon bekerja.

(58)

hmia bersama pemohon dan termohon yang sudah ada serlama ini.

2. Duduk Perkara

Agung Sugiarto sebagai pemohon berstatus menikah dengan

Listyowati sebagai Termoh'1n. Bermaksud menikah lagi dengan seorang

perempuan beman1a Windarti Purwaningsih yang bcrstatus sebagai orang

ketiga. Dengan alasan tennohon trauma melakukan hubungan bac'an dengan

pemohon. Tennohon juga sudah tidak mau memberikan keturunan lagi karna

alasan trauma tersebut. Pemohon menyatakan akan berlaku adil kepada

istri-istri dan anak-anaknya.

3. Pertimbangan

Pertimbangan dari ;:iemohonati Pemohon jelas menunjukan tentang

perkawinan terkait dengan izin beristri lebih dari seorang berdasarkan dalil

pemohon sendiri. Selanjutnya mengenai domisili Pemohon yang berada

diwilayah hukum Pengadilan Agama Cikarang tidak ada bantahan sehingga

Pengadilan Agama Cikarang bcrwen'1!1g menerima, memeriksa, mengadili,

dan mcnyelcsaikan perkara ini.

Majlis hakim juga telah herupaya menasehati kedua belah pihak yang

berperkara khususnya pemohon untuk berpikir ulang terhadap maksudnya

berpoligami akan tetapi tidak berhasil karna pemohon bersikukuh dengan

pennohonannya.

Pertimbangan selanjutnya dari permohonan Pemohon, majlis hakim

(59)

adalah trauma yang dialami Termohon untuk melakukan hubungan badan schingga Tcnnohon tidak dapat lagi mcnjalankan kewajibannya dalam rnelavani kcbutuhan biologis Pcmohon dcngan maksimal.

Termohon juga sudah tidak mau memberikan keturunan karna trauma tersebut. Dengan kcadaan terse!Jut Pemohon khawatir akan melakukan

pci"buatan yang dilarang olch ag<1ma apabila tidak poligami.

Tcrmohonpun tidak kebcratan untuk dipoligami karna alasan-alasan yang diuraikan tersebut diatas. Hal terscbut menjadi fakta untuk majlis hakim immgabulkan permohonan terseout.

Menimbang dari dalil permohonan Pemohon yang sudah menjadi dalil yang tetap, namun menurut \etentuan peratuiran perundang-undangan yang berlairn pada dasarnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mcmpunyai seorang dan untuk berpoligami diperlukan syarat-syarat khusus, maka majlis hakim perlu mempertimbangkan alasan-alasan Pemohon untuk berpoligami telah memenuhi ketentuan lmkum yang berlaku.

Berdasarkan pengakuan Pemohon dan Termohon telah terikat perkawinan berdasarkan Buku Kutipm1 Akte Nikah atas nama Pemohon dan Tennohon. Tetap hams d:nyatakan ·terbukti bahwa antara Pemohon dan Tennohon terikat perkawinan yang sah.

(60)

l. Antara Pemohon dan Termohon telah terikat perkawinan yang sah 2. Termohon telah meng.zir,kan Pemohon untuk menikah lagi dengan

perempuan bernama Windurti P:irwaningsih.

3. Termohon kurang dapat melaksanakan kewajibannya sebagai istri dalam hal hubungan liiolcgis karna trauma

4. Pemohon bckcrja sebagai karyawan pada sebuah perusahaan swasta dan mempunyai penghas1lan kurang lebih sebesar Rp. 6.000.000,-( enam juta rupiah) セ・エゥ。ー@ bulan

5. Antara Pemohon dengan calon istri kedua Pemohon tidak mempunyai hubungan yang menghalangi pernikahan mereka menurut hukum. Maka dengan ditemukannya fakta bahwa Termohon tidak dapat mclaksanakan kewajibannya sebagai istri majlis hakim berpendapat bahwa pe;mohonan Pemohon telah memenuhi ketentuan Undang-undang dan KHI.

Hal lain yang menjadi pertim::iangan hakim dalam memberikan izin poligarni di Pengadilan Agarna dularn n:enjatuhkan putusan tersebut adalah:

I. foto -::opy dari Kutipa11 Akte Nikah Nomor: 3 l 4/22NIII/2003 yang aslinya dikelua;kan 0\eh PPN Kantor Urusan Agarna Kecarnatan Juwiring Kabupaten Klaten, tanggal 17 Agustus 2003, bermaterai eukup (bukti P. 1 ); ... .

(61)

bermaterai cukup (bukti P. 2); ... .

3. Asli Slip Gaji bulan Juli 2008 atas nama Pemohon yang dikeluarkan oleh l'T. Unilever Indonesia Tbk. tanggal 16 Juli 2008 (bukti ?. 3); ... .

4. Asli surat pernyataan kesanggupan berlaku adil atas nama Pemohon tanggal 26 .'\;ustus 2008 (bukti P. 4); ... .

5. Asli sutar pcrnyataan tidak keberatan untuk dimadu atas nama Termohon tertanggal 26 Agustus 2008 (bukti P. 5); ... . 6. Asli surat keterangan Poliklinik Mekar Mulia Cikarang atas

nama Termohon tertanggal 13 September 2008 (bukti P. 6); ...

Kemudian berdasark.an pengakuan Termohon secara lisan di muka sidang yang diperkuat dengan bukti penghasilan Pemohon, majlis hakim berpendapat bahwa penghasilan P::monon setiap bulannya dianggap cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup Pemchun dengan dua orang istri beserta anak-anaknya

(62)

B. Landasan Yuridis Putusan

Permohonan izin poligami merupakan salah satu masalah :mkum yang kerap kali terjadi <la.lam masyarak<.1t. Ti<lak semua menerima poligami ada dari sebagian masyarakat yang mengonggap poligami ha.ram karna melihat dari mahdlorotnya pernikahan poligami itu sendiri.

Poligami tidak serta merla mendapatkan izin a.tau persetujuan baik dari pihak yang terkait maupun negara. Dalam ha! 1111 membutuhkan pertimbangan-pertimbangan yang ma.tang 「。ゥェHセュ・イゥァ。」オ@

"j)iida

fiukum

isfam

!

maupun Undang-undang Negara.

Langkah tersebut dilakukan sdain

オョィョ」ォ・ュ。ウャ。ョ。ヲ。ョMウ・ュオ。セᄋーゥヲゥゥゥォN@

Juga

Gambar

gambaran pada
gambaran masyarakat kelurahan bukit duri.

Referensi

Dokumen terkait

Risiko tinggi terjadinya infiltrasi karsinoma payudara operabel (KPO) pada areola-papilla/KAP yaitu bila P (Y) ≥ 0,5 didapatkan pada keadaan sebagai berikut: (1) Tumor dengan

Ketika perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah melakukan right issue ternyata return saham tidak mengalami peningkatan yang signifikan pada saat

Analisis yang pertama kali dilakukan adalah analisis terhadap sistem yang berjalan. Analisis sistem berjalan berfungsi untuk menguraikan sebuah sistem menjadi

Hình 17 Để đảm bảo AN TOÀN và TIN CẬY của sản phẩm, việc sửa chữa hoặc bất cứ thao tác bảo trì, điều chỉnh nào đều phải được thực hiện bởi các Trung tâm

Hal ini berdasarkan temuan penelitian, gaya belajar yang memiliki nilai paling tinggi yaitu kinestetik dengan nilai rata-rata 84,6%, setelah itu disusul gaya belajar

Pengukuran geolistrik konfigurasi schlumberger di Pulau Gili Ketapang telah dilakukan pada 8 titik pengukuran dengan dengan kedalaman pengukuran 100 meter di bawah

Melihat status kebolehan MLM Umrah dan Haji Plus yang belum jelas, ditambah model MLM yang disembunyikan pada PT Happy Prima Wisata, maka peneliti tertarik untuk

sangat ketat, perusahaan harus mampu memberikan harga dan kualitas produk yang berkualitas terhadap pembelinya karena perusahaan dikatakan berhasil mencapai