• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelatihan Jabatan Fungsional Auditor Terhadap Kinerja Auditor (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pelatihan Jabatan Fungsional Auditor Terhadap Kinerja Auditor (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara)."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

MEDAN

PENGARUH PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL

AUDITOR (JFA) TERHADAP KINERJA AUDITOR

PADA INSPEKTORAT PROVINSI

SUMATERA UTARA

DRAFT SKRIPSI

OLEH :

LAILA JAMILAH LUBIS 040502167

MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan

(2)

i

Terhadap Kinerja Auditor (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara)”. Dosen Pembimbing Ibu Dra. Komaria Pandia,Msi. Ketua Departemen Manajemen Ibu Prof. Dr. Hj. Ritha f. Dalimunthe, SE, Msi. Ibu Dra. Nisrul Irawaty MBA. Sebagai Sekretaris Departemen Manajemen. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, SE, Msc Sebagai Dosen Penguji I dan Bapak Drs.Ami Dilham.Msi Sebagai Dosen Penguji II.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Pelatihan terhadap Kinerja Auditor (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh auditor di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, uji validitas dan reliabilitas, analisis regresi berganda dengan uji identifikasi determinan (R²), uji t dan uji F (uji serentak).

Terdapat pengaruh yang positif dari Pelatihan yang terdiri dari Motivasi, Instruktur dan Materi terhadap Kinerja Auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat dari diperolehnya Fhitung = 13,391 > Ftabel = 2,32

Pada variabel Motivasi t hitung adalah 2,879 dan t table bernilai 1,982. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Motivasi secara parsial paling berpengaruh positif terhadap Kinerja karyawan pada Inspektorat Provinsi sumatera Utara. Pada variabel Instruktur t hitung adalah 2,879 dan t table adalah 1,982. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Instruktur Pelatihan secara parsial berpengaruh positif terhadap Kinerja karyawan di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Pada variabel Materi t hitung adalah 1,502 dan t table adalah 1,982. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Materi Pelatihan berpengaruh positif teradap kinerja karyawan pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

Melalui pengujian Koefesien Determinasi (R²) Pelatihan berpengaruh sebesar 38,8% terhadap Kinerja Auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, sedangkan 61,2% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain melalui pengujian Koefisien Determinasi (R²) diperoleh nilai sebesar 0,38.

(3)

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini. Adapun judul yang dipilih adalah “ Pengaruh Pelatihan Jabatan

Fungsional Auditor (JFA) Terhadap Kinerja Auditor Pada Inspektorat Provinsi

Sumatera Utara“

Penulisan skripsi ini diselesaikan guna memenuhi syarat penyelesaian tugas

akhir Program Studi S-1 Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas

Sumatera Utara Medan.

Selama mengikuti kegiatan perkuliahan hingga selesainya skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Ritha F Dalimunthe, SE, MSi selaku Ketua Departemen

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

4. Ibu Dra. Komaria Pandia, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membantu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Elisabeth Sinaga SE, Msi selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

(4)

iii

7. Kepada Bapak Sumono di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dan seluruh

pegawai Di Inspektorat Sumatera Utara Terima kasih atas bantuan yang telah

diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, MBA selaku dosen wali penulis yang telah memberikan

arahan dan bimbingan selama penulis mengikuti kegiatan perkuliahan di Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan.

9. Seluruh Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara Medan khususnya Departemen Manajemen yang telah banyak

mendidik, membimbing dan mengajarkan penulis selama berkuliah.

10.Seluruh Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan

khususnya Pegawai Jurusan Departemen Manajemen kak Dani, kak Vina, kak

Susi dan Bang Jumadi yang sangat banyak memberikan bantuan dan kemudahan

kepada penulis.

11.Seluruh elemen dan pihak yang ada di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera

Utara Medan yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu.

12.Ayahanda H. Nurdin Lubis SH. MM dan Ibunda Hj. Dra. Doharny Daulay Apt.

Mkes atas doa, kasih sayang, perhatian, semangat dan bimbingan yang telah

diberikan kepada penulis selama ini. Merekalah yang selama ini telah susah payah

(5)

bantuan dan motivasi kepada penulis selama ini. Dan keponakanku tersayang

Tengku Shah Ariq Jafar untuk semua senyum, tawa dan air mata.

14.Dino Hanifa Zen, SE yang selama pengerjaan skripsi ini banyak memberikan

bantuan, dukungan dan motivasi kepada penulis.

15.Teman-teman terbaikku: Iqbal, Adi, Teguh, Alda, Ronald, untuk semua

dukungan, semangat dan pengorbanan selama 8 tahun ini. Dan seluruh kesabaran

yang dimiliki selama ini yang tidak ada habisnya.

16.Ipeh dan william atas semangat dan semua dukungan kepada penulis.

17.Buat seluruh mahasiswa Manajemen 2004, azmi, icut, wina, osin, nidya, dira,

panjang, arep, agung, ardi, roni, ican, imen dan buat bang prawira atas semua

dukungannya selama ini kepada penulis. Dan buat segala joke-joke yang menghibur.

18.Buat abang-abang yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah mendukung

penulis selama ini dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

(6)

v

mampu menyelesaikan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun untuk

perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini

dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang membutuhkan. Semoga apa yang

telah penulis kerjakan ini juga mendapat ridho dari Allah SWT, Amin.

Assalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, Juli 2008

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………vi

DAFTAR TABEL………viii

DAFTAR GAMBAR………...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..1

B. Perumusan Masalah……….5

C. Kerangka Konseptual………..5

D. Hipotesis……….6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...6

F. Metode Penelitian………...7

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu………..16

B. Pelatihan………16

C. Kinerja...……….29

(8)

vii

A. Sejarah Singkat Inspektorat………..36

B. Visi dan Misi Perusahaan……….42

C. Struktur Organisasi Perusahaan………43

D. Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah ………...49

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI

A. Analisis……….52

B. Evaluasi………...63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………72

B. Saran………..73

DAFTAR PUSTAKA……….74

(9)

Tabel 1.1. Data Pelatihan Auditor Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

Pada Tahun 2006……….………..3

Tabel 1.2. Data Pelatihan Auditor Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2007……….3

Tabel 1.3. Kinerja Auditor Sebelum dan Sesudah Pelatihan...………..4

Tabel 1.4. Batasan Operasional Indikator Variabel……..……….8

Tabel 4.1. Usia Responden...………..………...53

Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden………...………...53

Tabel 4.3. Pangkat Responden...………..54

Tabel 4.4. Adanya Kesempatan Meningkatkan Jenjang Karir..………..55

Tabel 4.5. Memberi Dampak Yang Positif Terhadap Pekerjaan..…………...55

Tabel 4.6. Dapat Meningkatkan Prestasi Kerja...………....56

Tabel 4.7. Menguasai Materi Pelatihan………..……….57

Tabel 4.8. Mempunyai Kecakapan Dalam Komunikasi....………..57

Tabel 4.9. Memiliki Kewibawaan Terhadap Peserta.………..58

Tabel 4.10. Keanekaragaman Materi Yang Diberikan…….…………...……..58

Tabel 4.11. Sesuai Dengan Kebutuhan...……….………..59

Tabel 4.12. Materi Yang Diberikan Jelas Sehingga Sasaran Dari Pelatihan Tercapai...……..60

(10)

ix

Tabel 4.16. Peningkatan Kerja Sama Antar Karyawan.………62

Tabel 4.17. Peningkatan Prestasi Kerja...………....63

Tabel 4.18. Item Total Statistics………64

Tabel 4.19. Reliability Statistics………64

Tabel 4.20. Regresi Linear Berganda...66

Tabel 4.21 Model Summary...68

(11)

DAFTAR GAMBAR

(12)

i

Terhadap Kinerja Auditor (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara)”. Dosen Pembimbing Ibu Dra. Komaria Pandia,Msi. Ketua Departemen Manajemen Ibu Prof. Dr. Hj. Ritha f. Dalimunthe, SE, Msi. Ibu Dra. Nisrul Irawaty MBA. Sebagai Sekretaris Departemen Manajemen. Ibu Dr. Elisabeth Siahaan, SE, Msc Sebagai Dosen Penguji I dan Bapak Drs.Ami Dilham.Msi Sebagai Dosen Penguji II.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh dari Pelatihan terhadap Kinerja Auditor (Studi Kasus Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara). Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh auditor di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, uji validitas dan reliabilitas, analisis regresi berganda dengan uji identifikasi determinan (R²), uji t dan uji F (uji serentak).

Terdapat pengaruh yang positif dari Pelatihan yang terdiri dari Motivasi, Instruktur dan Materi terhadap Kinerja Auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dapat dilihat dari diperolehnya Fhitung = 13,391 > Ftabel = 2,32

Pada variabel Motivasi t hitung adalah 2,879 dan t table bernilai 1,982. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Motivasi secara parsial paling berpengaruh positif terhadap Kinerja karyawan pada Inspektorat Provinsi sumatera Utara. Pada variabel Instruktur t hitung adalah 2,879 dan t table adalah 1,982. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Instruktur Pelatihan secara parsial berpengaruh positif terhadap Kinerja karyawan di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Pada variabel Materi t hitung adalah 1,502 dan t table adalah 1,982. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Materi Pelatihan berpengaruh positif teradap kinerja karyawan pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

Melalui pengujian Koefesien Determinasi (R²) Pelatihan berpengaruh sebesar 38,8% terhadap Kinerja Auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara, sedangkan 61,2% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain melalui pengujian Koefisien Determinasi (R²) diperoleh nilai sebesar 0,38.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menghadapi perkembangan dunia yang semakin pesat, maka peranan

penyelenggaraan pemerintahan dan administrasi publik yang baik menjadi

semakin penting. Dalam konteks globalisasi, tata pemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan ukuran daya saing yang harus dimiliki oleh suatu

pemerintahan. Karena itu, penerapan Good Governance sangat diperlukan sebagai bagian proses reformasi administrasi publik.

Pelaksanaan tugas pemerintahan umum dan pembangunan yang berdaya

guna dan berhasil guna memerlukan adanya Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang

professional, bertanggung jawab, jujur dan adil. Untuk mewujudkan hal tersebut

pemerintah melakukan reformasi manajemen PNS antara lain melalui

pembentukan struktur organisasi instansi pemerintah yang mengarah pada

paradigma ‘miskin struktur kaya fungsi’ yang memberi peluang pembentukan

jabatan fungsional PNS serta pembinaan PNS berdasarkan system karier dan

system prestasi kerja.

Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dibentuk sebagai upaya dari

pembentukan Jabatan Fungsional Pegawai Negri Sipil. Pembentukan JFA

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tersedianya PNS yang ditugaskan

secara penuh waktu untuk melaksanakan tugas pengawasan secara professional

dan untuk menjamin pembinaan profesi, karier, kepangkatan dan jabatan dalam

(14)

Auditor adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk

melaksanakan pengawasan pada instansi-instansi pemerintah. Tugas pokok

Auditor adalah menggerakaan dan atau membina pengawasan dan melaksanakan

pengawasan. Auditor melakukan tugas secara mandiri atau melakukan tugas

dalam satu tim pengawas mandiri yang merupakan kerja bersama, tetapi tanggung

jawab hasil pelaksanaan tugas dan kewenangan pelaksanaan tugas tetap melekat

pada masing-masing pejabat fungsional auditor tersebut.

Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap obyek

pengawasan dan atau kegiatan tertentu dengan tujuan untuk memastikan apakah

pelaksanaan tugas dan fungsi obyek pengawasan dan atau kegiatan tersebut telah

sesuai dengan yang ditetapkan.

Kinerja adalah prestasi kerja dari seseorang atau lebih dalam pelaksanaan

pekerjaannya, sedangkan penilaian prestasi kerja atau penilaian kinerja adalah

suatu sistem yang digunakan untuk menilai dan mengetahui apakah seseorang

karyawan atau pegawai telah melaksanakan pekerjaannya secara keseluruhan.

Pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 yang telah dilampirkan dapat terlihat

kegiatan pelatihan yang diikuti oleh auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera

Utara pada Tahun 2006 dan 2007, pada Tabel 1.2 dapat dilihat kinerja auditor

(15)

Tabel 1.1

Data Pelatihan Auditor Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2006

No Materi Pelatihan Penyelenggara

Pelatihan

Jumlah Peserta

Tempat Program

1 Pendidikan dan

Pelatihan Formal BPKP 5 Jakarta

Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

2 Pelatihan

pengembangan tenaga auditor dan aparatur pengawas dan akuntabilitas Aparatur Negara

Total 13

Sumber : Inspektorat Provinsi Sumatera Utara (2008)

Tabel 1.2

Data Pelatihan Auditor Pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara Pada Tahun 2007

No Materi Pelatihan Penyelenggara

Pelatihan

Jumlah Peserta

Tempat Program

1 Pendidikan dan

Pelatihan Formal BPKP 2 Jakarta

Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

2 Bimtek Implementasi

Peraturan Perundang-undangan

BPKP 6 Jakarta

Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur

3 Pelatihan Pengawasan

kantor Sendiri (PKS)

Inspektorat dan akuntabilitas Aparatur Negara

4 Pelatihan

pengembangan tenaga auditor dan aparatur pengawasan

BPKP 4 Jakarta

Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas Aparatur Negara

Total 57

(16)

Tabel 1.3

Kinerja Auditor Sebelum dan Sesudah Pelatihan

No Sebelum Pelatihan Tingkat

Keberhasilan

Sesudah Pelatihan Tingkat Keberhasilan

1 Auditor Pengendali Teknis 65% Auditor Pengendali

Teknis

85%

2 Ketua Tim 75% Ketua Tim 95%

3 Auditor Ahli 70% Auditor Ahli 90%

4 Auditor Penyelia 60% Auditor Penyelia 60%

Sumber : Inspektorat Provinsi Sumatera Utara (2008)

.Berdasarkan pada Tabel 1.3 terdapat kenaikan tingkat keberhasilan dalam

menyelesaikan pekerjaan tiap tahunnya. Dengan memberikan pelatihan Jabatan

Fungsioal Auditor (JFA) pada auditor berarti akan memberikan dorongan untuk

mengerahkan kemampuan, keahlian dan keterampilannya dalam melaksanakan

tugas dan kewajibannya, atau dengan kata lain diharapkan dapat meningkatkan

kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dalam melaksanakan

pengawasan sehingga dapat mencapai tujuan dan mengoptimalkan kegiatan

pengawasan yang dilaksanakan oleh auditor. Oleh sebab itu melalui pelatihan

diharapkan kinerja pengawas dapat berkualitas sesuai dengan tugas dan

jabatannya.

Pelatihan jabatan fungsional sangat berperan penting di dalam suatu

perusahaan, dimana pelatihan jabatan fungsional dapat meningkatkan kinerja

karyawan. Dengan adanya pelatihan jabatan fungsional

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul : ”Pengaruh Pelatihan Jabatan Fungsional Auditor (JFA)

(17)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan pemikiran diatas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. ”Apakah Pelatihan berpengaruh secara positif terhadap peningkatan

kinerja karyawan pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara?”

2. ” Faktor mana secara parsial paling berpengaruh terhadap kinerja?”

C. Kerangka Konseptual

Menurut Sugiyono (2006:49), kerangka konseptual merupakan sintesa

tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah

dideskripsikan. Menurut Wungu (2003:134), pelatihan dapat diartikan sebagai

suatu upaya sistematik untuk meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan sikap-sikap kerja (attitudes) para pegawai melalui proses

belajar agar optimal dalam menjalankan fungsi dan tugas-tugas jabatannya

Menurut Suryana (2006:2) Pelatihan juga sebagai proses terencana untuk

memudahkan belajar sehingga orang menjadi lebih efektif dalam melakukan

berbagai aspek pekerjaan

(18)

Sumber : Teori Alma ( 2003 ), diolah peneliti Gambar 1.1 Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan kerangka konseptual

yang telah dikemukakan, maka hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Pelatihan jabatan fungsional auditor berpengaruh positif terhadap kinerja

auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara.

2. Motivasi adalah faktor yang paling berpengaruh secara parsial.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

Pelatihan terhadap Kinerja auditor.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

a. Sebagai bahan masukan bagi Inspektorat Provinsi Sumatera

Utara mengenai seberapa besar pengaruh pelatihan terhadap

kinerja auditor.

Kinerja Aparatur Inspektorat PSU

(Y) Pelatihan (X)

Motivasi (X1)

Instruktur (X2)

(19)

b. Sebagai bahan untuk mengkaji dan memahami kinerja aparatur

Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang disesuaikan dengan

tugas pokok dan fungsinya sejalan dengan pencapaian visi,

misi dan tujuan organisasi.

c. Sebagai referensi dan dapat digunakan oleh pihak lain yang

membutuhkan sebagai bahan perbandingan dalam memecahkan

persoalan yang berkaitan dengan pelatihan.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Operasional

Penelitian ini membahas keterkaitan atau pengaruh Pelatihan terhadap

peningkatan Kinerja karyawan pada Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang

terdiri dari Pelatihan sebagai variabel (X) yang meliputi Motivasi (X1), Instruktur

(X2) dan Materi (X3), serta Kinerja karyawan (Y).

2. Definisi Operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini meliputi :

a. Variabel Independen (X), yaitu Pelatihan yang terdiri dari :

a.1 Motivasi (X1) yaitu dorongan yang memberikan semangat

kerja kepada karyawan untuk berperilaku tertentu dalam

usaha mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

a.2 Instruktur (X2) yaitu seseoarang atau tim yang memberikan

latihan/pendidikan kepada para karyawan.

a.3 Materi (X3) yaitu mata pelajaran yang akan diberikan harus

(20)

b. Variabel dependen (Y) : Kinerja Auditor Inspektorat Provinsi

Sumatera Utara

Tabel 1.4 Batasan Operasional

Indikator Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator Skala Pengukuran

Pelatihan

a. Adanya kesempatan

meningkatkan jenjang karir.

b. Memberi dampak yang

positif terhadap pekerjaan.

c. Dapat meningkatkan

prestasi kerja.

a. Menguasai materi

pelatihan.

b. Mempunyai kecakapan

dalam komunikasi dengan jelas dan efektif.

c. Memiliki kewibawaan

terhadap peserta.

a. Adanya keanekaragaman

materi.

b. Materi yang diberikan

sesuai dengan pelaksanaan pekerjaan

c. Materi yang diberikan

dapat mendukung karir.

Likert

Sub Variabel Indikator

1. Akurat dalam menyusun

laporan

2. Peningkatan kedisiplinan 3. Mengurangi tingkat absensi

4. Peningkatan kerja sama

antar karyawan

5. Peningkatan prestasi kerja

Skala Pengukuran

Likert

Sumber : Rivai (2004) (diolah)

3.Skala Pengukuran Variabel

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial

(21)

Pada kuesioner pertanyaan terdiri dari dua kelompok pertanyaan yaitu :

a. Kuesioner untuk mengetahui pendapat mengenai pelaksanaan pelatihan

pegawai yang terdiri dari 10 pertanyaan

b. Kuesioner untuk mengetahui pendapat mengenai kinerja pegawai yang

terdiri dari 10 pertanyaan.

Jawaban instrumen pada Skala Likert mempunyai ukuran dari sangat

positif sampai sangat negatif. Pada penulisan skripsi ini ada 5 (lima) pilihan

jawaban yang digunakan penulis dan dapat dijelaskan sebagai berikut :

Untuk mengetahui pendapat mengenai pelaksanaan pelatihan dan kinerja

digunakan kata - kata:

1. Sangat positif yang mempunyai arti Sangat Setuju diberi skor 5

(lima)

2. Positif yang mempunyai arti Setuju diberi skor 4 (empat).

3. Ragu-ragu yang mempunyai arti Kurang Setuju diberi skor 3 (tiga).

4. Negatif yang mempunyai arti Tidak Setuju diberi skor 2 (dua).

5. Sangat Negatif yang mempunyai arti Sangat Tidak Setuju diberi

skor 1 (satu).

4.Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Inspektorat Provinsi Sumatera

Utara yang berlokasi di Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang berlokasi di Jl.

K.H Wahid Hasyim No.8 Medan. Waktu penelitian dimulai dari Mei s/d Juni

(22)

5.Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap yang biasanya berupa

orang atau objek atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau

menjadi objek (Kuncoro,2003:103). Populasi pada penelitian ini adalah auditor

Inspektorat Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 70 orang.

Sistem pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan sistem

sensus. Karena penelitian ini mencakup seluruh auditor yang ada pada Inspektorat

Provinsi Sumatera Utara Sebuah studi sensus mencakup seluruh elemen dalam

populasi. (Cooper,2000:214)

Sampel yang digunakan adalah keseluruhan auditor Inspektorat

Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 70 orang.

6. Alat Pengumpulan Data

Teknik dan alat pengumpulan data menurut Sugiyono (2006:129)

terdiri dari :

a. Wawancara (Interview)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulang data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin

mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah

respondennya sedikit/kecil.

b. Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis

(23)

c. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain.,

yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner

selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak tebatas pada

orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain

7.Jenis Data

Menurut cara memperolehnya, data yang digunakan dalam penelitian

ini berupa :

a. Data primer, merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik

dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil individu

atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner

yang dilakukan oleh peneliti.

b. Data sekunder, merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut

dan disajikan baik oleh pihak pengumpul dari data primer atau oleh pihak lain.

(Umar,2004 : 42)

8. Teknik Analisis Data

a. Uji Validitas dan Reliabilitas

Yaitu uji terhadap kuisioner yang bertujuan untuk menguji

apakah kuesioner layak atau tidak digunakan sebagai instrumen

penelitian, karena data yang baik diperoleh dari instrumen yang

baik pula. Menurut Sugiyono (2003: 109), suatu instrumen

dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya

(24)

instrumen penelitian. Instrumen yang reliabel adalah instrumen

yang apabila digunakan berulangkali mengukur objek yang sama,

akan menghasilkan data yang sama. Pengujian validitas dan

reliabilitas menggunakan bantuan program SPSS 14.0 for windows.

b. Metode Penelitian Analisis Deskriptif

Metode analisis yang dilakukan untuk menafsirkan data-data dan

keterangan yang diperoleh dengan jalan mengumpulkan,

menyusun, dan mengklasifikasikan data-data yang diperoleh yang

selanjutnya dianalisis sehingga diperoleh gambaran sebenarnya

mengenai Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

c. Metode Penelitian Analisis Statistik

Untuk mengetahui pengaruh atau hubungan variabel bebas dan

variabel terikat, maka akan digunakan metode Regresi Sederhana

dengan menggunakan bantuan SPSS versi 14.0.

Rumusannya adalah sebagai berikut :

Yi = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e

Dimana :

Yi = Kinerja

a = Konstanta

b1,2,3 = Koefisien regresi

X1 = Motivasi

X2 = Instruktur

X3 = Materi

(25)

d. Uji Ketepatan (Goodness of Fit) 1. Uji t (Uji secara parsial)

Test uji secara parsial menguji setiap variabel bebas yaitu

Motivasi (X1), Instruktur (X2) dan Materi (X3) apakah mempunyai

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap Kinerja (Y). Bentuk

pengujiannya adalah sebagai berikut :

H0 : bi = 0 artinya,

tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari

masing-masing variabel pelatihan yaitu Motivasi (X1), Instruktur (X2) dan

Materi (X3) terhadap variabel tidak bebas (Yi).

Ha : bi ≠ 0 artinya,

terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari masing-masing

variabel Pelatihan (X) yaitu Motivasi (X1), Instruktur (X2) dan

Materi (X3) terhadap variabel tidak bebas (Y ).

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5% dan derajat

kebebasan (n-k), kemudian dibandingkan dengan t hitung yang

diperoleh untuk menguji signifikansi pengaruh.

Kriteria Pengambilan Keputusan (KPK) yaitu :

- H0 diterima jika t hitung < t tabel

Artinya, tidak ada pengaruh yang nyata Xi terhadap terhadap Yi.

- Ha diterima jika t hitung > t tabel

(26)

2. Uji F (Uji secara serentak)

Uji F statistik digunakan untuk menguji keberartian

pengaruh dari seluruh variabel pelatihan (X) yaitu Motivasi (X1),

Instruktur (X2) dan Materi (X3) secara bersama-sama (serentak)

terhadap variabel kinerja (Y). Hipotesis dirumuskan sebagai

berikut :

H0 : b1,b2 = 0 artinya,

tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara

bersama-sama dari seluruh variabel pelatihan(X) yaitu Motivasi (X1),

Instruktur (X2) dan Materi (X3) terhadap variabel kinerja (Y).

Ha : b1,b2≠ 0 artinya,

terdapat pengaruh yang positif dan signifikan secara bersama-sama

dari seluruh variabel pelatihan (X) yaitu Motivasi (X1), Instruktur

(X2) dan Materi (X3) terhadap variabel kinerja (Y).

Kriteria Pengambilan Keputusan yaitu :

- H0 diterima jika F hitung < F tabel

- Ha diterima jika F hitung > F tabel

(27)

3. Koefisien Determinasi (R2 )

Pengujian kontribusi pengaruh dari seluruh variabel

pelatihan (X) yaitu Motivasi (X1), Instruktur (X2) dan Materi (X3)

secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas (Y ) dapat

dilihat dari koefisien determinasi berganda (R2), dimana 0<R2<1.

Hal ini menunjukkan jika nilai R2 semakin dekat pada nilai 1, maka

pengaruh pelatihan terhadap kinerja semakin kuat. Sebaliknya jika

nilai R2 semakin dekat pada nilai 0 maka pengaruh pelatihan

(28)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu Sri Inggit Priutami (2002) melakukan penelitian yang

berjudul ”Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Karyawan PT.

Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) Kuala Tanjung”. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa Pelatihan mempunyai pengaruh yang cukup untuk

meningkatkan kinerja karyawan.

B. Pelatihan

Pelatihan dan pengembangan merupakan suatu kegiatan yang memberikan

bantuan kepada pegawai agar mampu meningkatkan kemampuan dan kecerdasan

serta prestasi kerja dari pegawai itu sendiri dalam melakukan pekerjaan sesuai

dengan jabatan di dalam perusahaan. Menurut Hadiwiryo (2001:199): ”pelatihan

adalah merupakan proses aplikasi, terutama terhadap tingkat kecakapan.

Pelatihan juga merupakan proses untuk memperoleh efektivitas dalam

pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang melalui pengembangan

kebiasaan tentang pikiran, tindakan, kecakapan, pengetahuan dan sikap yang

layak”. Menurut Sjafri (2001:135 ): ”Pelatihan adalah proses mengajarkan

pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil

dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya denagn semakin baik, sesuai

dengan standar. Biasanya pelatihan menunjuk pada pengembangan keterampilan

(29)

Pengertian diatas memberikan arti bahwa pelatihan diusahakan untuk

membantu pegawai dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam

melakukan suatu pekerjaan tertentu. Diharapkan selanjutanya pelatihan dapat

mengubah cara kerja pegawai, yakni mengarah pada peningkatan kinerja.

Pelatihan dan pengembangan memiliki perbedaan oleh karena itu kita juga

harus mengetahui pengertian dari pengembangan. Menurut Hasibuan (2006:68) : ”

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis,

teoritis konseptual, moral karyawan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan melalui

pendidikan dan pelatihan”. Sedangkan menurut Moekijat (2001:10) :

”Pengembangan adalah setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan

yang sekarang maupun yang akan datang dengan memberikan informasi,

mempengaruhi sikap atau menambah kecakapan”.

Pengertian diatas memberikan arti bahwa latihan dan pengembangan

tidaklah sama. Pelatihan itu merupakan metode dari program pengembangan yaitu

suatu cara untuk mengatasi perubahan yang mempengaruhi organisasi/perusahaan

yang bertujuan untuk menyesuaikan pengetahuan dan keterampilan terhadap suatu

perubahan. Sedangkan pengembangan merupakan usaha dalam peningkatan

keterampilan dan pengetahuan umum bagi pegawai untuk memperbaiki cara kerja

pegawai

Pelatihan meliputi :

a. Motivasi yaitu dorongan yang memberikan semangat kerja kepada

karyawan untuk berperilaku tertentu dalam usaha mencapai tujuan

organisasi yang telah ditetapkan. Menurut Mc.Celland dalam

(30)

berprestasi lebih baik daripada yang lain dalam banyak situasi.

McCelland memusatkan perhatiannnya pada tiga kebutuhan manusia

yaitu:

1. Kebutuhan prestasi (need for achievement)

Kebutuhan prestasi tercermin pada keinginan dia mengambil tugas

yang dia dapat bertanggung-jawab secara pribadi atas

perbuatan-perbuatannya, dia menentukan tujuan yang wajar dengan

memperhitungkan resiko-resikonya dan ingin mendapatkan umpan

balik atas perbuatan-perbuatannya.

2. Kebutuhan kekuasaan (need for power)

Kebutuhan kekuasaan tercermin pada seseorang yang ingin

mempunyai pengaruh atas orang-orang lain

3. Kebutuhan Afiliasi (need for affiliation)

Kebutuhan afiliasi ditunjukkan dengan adanya keinginan untuk

bersahabat, dimana dia lebih mementingkan aspek-aspek antar

pribadi pekerjaannya, dia lebih senang bekerjasama, dan dia akan

melaksanakan tugas-tugasnya secara lebih efektif bila bekerja

dengan orang-orang lain dalam suasana kerjasama.

Motivasi adalah suatu usaha menimbullkan dorongan untuk melakukan

suatu tugas.Sehubungan dengan itu, pelatihan sebaiknya dibuat

sedemikian rupa agar dapat ,menimbulkan motivasi bagi para peserta

pelatihan.

Motivasi dalam mengikuti pelatihan sangat diperlukan, karena pada

(31)

pelatihan tidak berbeda dengan motif yang mendorongnya untuk

melakukan tugas pekerjaannya. Karyawan memiliki gairah bekerja

karena ada keinginan untuk berprestasi, ingin mendapatkan kedudukan

yang lebih tinggi dan hasil-hasil lainnya yang lebih menguntungkan

dirinya.

b. Instruktur (Pelatih) yaitu seseorang atau tim yang memberikan

latihan/pendidikan kepada para karyawan.

Pelatih atau instruktur yaitu seseorang atau tim yang memberikan

latihan/pendidikan kepada karyawan. Pelatih memberikan peranan

penting terhadap kemajuan para karyawan yang akan dikembangkan.

Pelatih atau instrukutur yang baik hendaknya memiliki syarat sebagai

berikut :

a. Kemampuan Mengajar (Teaching Skills)

Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan untuk mendidik atau

mengajarkan, membimbing, memberikan petunjuk, dan

mentransfer pengetahuannya kepada peserta pengembangan. Ia

harus dapat memberikan semangat, membina, dan

mengembangkan agar peserta mampu untuk bekerja mandiri serta

dapat menumbuhkan kepercayaan pada dirinya.

b. Kemampuan Berkomunikasi (Communication skills)

Seorang pelatih harus mempunyai kecakapan berkomunikasi, baik

lisan maupun tulisan secara efektif. Jadi suaranya jelas, tulisannya

(32)

c. Kewibawaan (Personality Authority)

Seorang pelatih harus memiliki kewibawaan terhadap peserta

pengembangan, yang harus berperilaku baik, sifat dan

kepribadiannya disengangi, kemampuan dan kecakapannya.

d. Kemahiran dalam bidang Sosial (Social Skill)

Seorang pelatih harus mempunyai kemahiran dalam bidang sosial

agar terjamin kepercayaan dan kesetiaan dari para peserta

pengembangan. Ia harus suka menolong, objektif dan senang jika

anak didiknya maju serta dapat menghargai pendapat orang lain.

e. Komnponen Teknis (Technical Component)

Seorang pelatih harus berkemampuan teknis, kecakapan teoritis,

dan tangkas dalam mengambil keputusan.

f. Stabilitas Emosi

Seorang pelatih tidak boleh berprasangka jelek terhadap anak

didiknya, tidak boleh cepat marah, mempunyai sifat kebapakan,

keterbukaan, tidak pendendam, serta memberikan nilai yang

objektif.

c. Materi yaitu mata pelajaran yang akan diberikan harus mendukung

(33)

b.1 Jenis Pelatihan

Metode – metode pelatihan menurut Andrew.F.Sikula dalam Hasibuan

(2007:77):

1. Melalui Pekerjaan (On The Job)

Pelatihan dilakukan dengan menggunakan bagan,gambar,pedoman dan

contoh sederhana. Kebaikannya adalah pada pembelajaran langsung

melalui pekerjaan dan peralatan nyata. Keburukannya terletak pada tidak

teratur dan kurang efektif nya pelatihan jika pengawas kurang

berpengalaman.

2. Duplikasi Kondisi (Vestibule)

Metode latihan yang dilakukan di dalam kelas. Umumnya dilakukan

perusahaan untuk memperkenalkan pekerjaan kepada karyawan baru dan

melatih mereka melakukan pekerjaan tersebut melalui duplikat bahan dan

kondisi yang akan mereka temui dalam situasi kerja sebenarnya.

Kebaikannya adalah keadaan yang tercipta di dalam kelas lebih nyaman

dan kondusif untuk melakukan latihan. Kelemahannya adalah duplikat

bahan dan kondisi tidak persis sama dengan keadaan sebenarnya.

3. Contoh dan Demonstrasi (Demonstration and Example)

Metode latihan dilakukan dengan cara peragaan dan penjelasan bagaimana

cara-cara mengerjakan sesuatu pekerjaan melalui contoh-contoh atau

percobaan yang didemonstrasikan. Kebaikannya adalah peserta dapat

melihat sendiri teknik mengerjakan pekerjaan dan diberikan

penjelasan-penjelasannya, bahkan jika perlu boleh dicoba mempraktekkannya.

(34)

peragaan dan penjelasan cara-cara mengerjakan sesuatu pekerjaan

tersebut.

4. Simulasi (Simulation)

Simulasi merupakan situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip

mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya merupakan tiruan

saja. Simulasi merupakan suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin

terhadap konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpainya.

Kebaikannya adalah bahwa simulasi merupakan tampilan yang paling

mendekati keadaan sebenarnya dari sebuah situasi. Kelemahannya adalah

simulasi membutuhkan jangka waktu dan area yang lebih besar dalam

pelaksanaannya.

5. Magang (Apprenticeship)

Metode ini adalah suatu cara untuk mengembangkan keahlian pertukangan

sehingga para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala

aspek dan pekerjaannya. Kebaikannya adalah kegiatan bekerja secara

langsung yang dihadapkan pada kondisi sebuah perusahaan/organisasi.

Kelemahannya adalah pembagian kerja karyawan magang relatif

membingungkan, mengingat tiap karyawan tetap sudah mempunyai

deskripsi pekerjaannya masing-masing.

6. Metode Belajar Dalam Kelas (Classroom Methods)

Metode pertemuan dalam kelas meliputi pengajaran (lecture), rapat

(conference), programmed instruction, metode studi kasus, role playing, metode diskusi dan metode seminar. Kebaikannya adalah materi yang

(35)

hanya sebatas penjelasan teoritis semata tanpa adanya praktik sehingga

karyawan tidak mengalami kondisi, masalah dan penyelesaian masalah

secara langsung.

b.2 Manfaat Pelatihan

Pelatihan mempunyai banyak manfaat dan dapat dikategorikan dalam

kebijaksanaan perusahaan, individual dan hubungan antar manusia. Menurut

Hariandja, seorang ahli, William B. Werther dan Keith Davis (2002:170-172)

mengemukakan manfaat pelatihan, baik untuk perusahaan maupun pegawai itu

sendiri.

1. Manfaat Untuk Perusahaan

a. Memperbaiki pengetahuan dan keterampilan pada semua tingkat

perusahaan

b. Memperbaiki moral kerja

c. Membantu mengidentifikasi tujuan perusahaan.

d. Membantu menciptakan citra perusahaan yang baik.

e. Membantu perkembangan kebenaran, keterbukaan dan kepercayaan.

f. Memperbaiki hubungan antara atasan dan bawahan.

g. Membantu pengembangan perusahaan.

h. Membantu dalam mempersiapkan petunjuk pekerjaan.

i. Membantu dalam meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.

(36)

2. Manfaat untuk Individual

a. Membantu individu dalam mengambil keputusan yang lebih baik dan

pemecahan masalah yang efektif.

b. Membantu dalam mendorong dan mencapai pengembangan dan

kepercayaan diri.

c. Menyediakan informasi untuk memperbaiki pengetahuan

kepemimpinan, keterampilan berkomunikasi dan sikap.

Menurut Mathis dan Jackson (2002:5) Pelatihan adalah suatu proses

dimana orang-orang mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai

tujuan organisasi. Tujuan Pelatihan menurut Panggabean (2004:41) Pada

umumnya, pelatihan dilakukan untuk kepentingan karyawan dan

organisasi/perusahaan.

a. Karyawan

1. Memberikan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan

karyawana.

2. Meningkatkan moral karyawan. Dengan keterampilan dan keahlian

yang sesuai dengan pekerjaannya mereka akan antusias untuk

menyelesaikan pekerjaannya dengan baik

3. Memperbaiki kinerja. Karyawan yang bekerja secara tidak memuaskan

karena kekurangan keterampilan dapat diminimalkan melalui program

pelatihan dan pengembangan.

4. Membantu karyawan dalam menghadapi perubahan-perubahan, baik

(37)

manusianya. Melalui pelatihan dan pengembangan karyawan

diharapkan dapat secara efektif menggunakan teknologi baru.

5. Peningkatan karier karyawan. Dengan pelatihan dan pengembangan

kesempatan untuk meningkatkan karier menjadi besar karena keahlian,

keterampilan dan prestasi kerja lebih baik.

6. Meningkatkan jumlah balas jasa yang dapat diterima karyawan.

Dengan pelatihan dan pengembangan, maka keterampilan semakin

meningkat dan prestasi kerja semakin baik dan gaji juga akan

meningkat karena kenaikan gaji didasarkan prestasi.

b. Perusahaan/Organisasi

1. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan perencanaan sumber daya manusia.

Dengan pelatihan dan pengembangan perusahaan melakukan upaya

bersama untuk secara benar mendapatkan sumber daya manusia yang

memenuhi kebutuhan perusahaan/organisasi.

2. Memperkuat komitmen karyawan. Organisasi yang gagal menyediakan

pelatihan dan pengembangan akan kehilangan karyawan yang

berorientasi pencapaian yang merasa frustasi karena merasa tidak ada

kesempatan untuk promosi dan akhirnya memilih keluar dan mencari

oorganisasi lain yang menyediakan pelatihan bagi kemajuan karir

(38)

b.3 Pengukuran Pelatihan

Pengukuran efektifitas pelatihan dapat dilakukan dengan beberapa cara

antara lain :

1. Pelatihan yang diberikan harus dinamis

Dalam hal ini perusahaan yang bersangkutan perlu melakukan evaluasi secara

terus menerus terhadap hasil yang dicapai

2. Pelatihan yang diberikan harus mencapai sasaran

Maksudnya adalah sesuai yang diinginkan perusahaan yaitu meningkatkan

kemampuan karyawan dalam melakukan pekerjaan

Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana program latihan

tersebut memberikan dampak bagi karyawan yang mengikutinya, apakah

kemampuan kerja karyawan bertambah atau tetap seperti sebelum mengikuti

program pelatihan.

Menurut Hasibuan (2000 : 83-84) di dalam pengukuran efektifitas

pelatihan karyawan, ada beberapa indikator yang dapat dipergunakan untuk

mengukur efektifitas suatu program pelatihan karyawan, yaitu :

1. Produktifitas kerja karyawan

Apabila produktifitas kerja karyawan setelah mengikuti pelatihan, baik

kualitas maupun kuantitas kerjanya meningkat berarti metode latihan yang

ditetapkan cukup baik. Tetapi jika produktifitas kerjanya tetap, berarti metode

pengembangan yang dilakukan kurang baik jadi perlu dilakukan perbaikan.

2. Kedisiplinan karyawan

Kedisiplinan karyawan di sini adalah kemampuan seorang pegawai untik

(39)

karyawan setelah mengikuti pelatihan kerja meningkat maka pelaksanaan

perlatihan cenderung baik, tetapi apabila kedisiplinan tidak meningkat berarti

pelaksanaan kurang baik.

3. Absensi pegawai

Absensi menyangkut kedisiplinan kehadiran seorang karyawan di dalam suatu

perusahaan. Jika absensi pegawai setelah mengikuti pelatihan kerja semakin

baik maka pelaksanaan pelatihan relatif baik, tetapi apabila kedisiplinan tidak

meningkat berarti pelaksanaan pelatihan relatif kurang baik.

4. Tingkat kerusakan produksi, alat dan mesin-mesin

Jika tingkat kerusakan produksi, alat dan mesin-mesin setelah pegawai

mengikuti pelatihan kerja menurun maka pelaksanaan pelatihan cukup baik.

Sebaliknya jika kerusakan tetap atau lebih sering terjadi berarti pelaksanaan

tidak efektif. Peralatan dan mesin merupakan suatu investasi modal yang

sangat mahal, sehingga penggunaan yang baik akan dapat mengurangi biaya

kerusakan dan pemeliharaan serta memperpanjang umur peralatan dan mesin.

Dengan jarangnya kerusakan yang timbul berarti kelangsungan hidup

pengesahan untuk melakukan produksi akan lancar perusakan dapat

menghasilkan produk yang unggul di pasaran.

5. Tingkat kecelakaan berkurang

Tingkat kecelakaan harus berkurang karena pegawai sudah mengikuti

pelatihan kerja karena para pegawai sudah mengetahui cara kerja yang sesuai

(40)

6. Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga, dan waktu

Tingkat pemborosan bahan baku, tenaga, dan waktu setelah mengikuti

pelatihan kerja semakin berkurang atau menjadi lebih efisien, berarti

pelaksanaan latihan kerja cukup baik.

7. Tingkat kerja sama

Tingkat kerjasam pegawai harus semakin serasi, harmonis, dan baik setelah

mengikuti pelatihan kerja .

8. Tingkat upah insentif pegawai

Jika upah insentif pegawai meningkat berarti kinerja pegawai semakin

meningkat maka pelaksanaan pelatihan kerja cukup baik, tetapi jika tetap

maka pelaksanaan pelatihan kurang baik.

9. Kepemimpinan dan keputusan manajer

Kepemimpinan dan keputusan-keputusan yang ditetapkan oleh manajer

setelah mengikuti pelatihan kerja harus semakin baik, kerjasama semakin

serasi, sasaran yang dicapai semakin besar, ketegangan-ketegangan berkurang

serta kepuasan kerja meningkat. Jika hal tersebut tercapai berarti pelaksanaan

pelatihan kerja yang dilaksanakan relatif sudah baik, tetapi jika tidak tercapai

berarti pelaksanaan pelatihan perlu dievaluasi lagi.

Indikator-indikator di atas dapat dijadikan bahan perhatian ketika menilai

efektifitas suatu program latihan kerja dengan jalan membandingkan sebelum dan

sesudah dilaksanakan latihan kerja melalui pemantauan atau evaluasi terhadap

indikator-indikator di atas dalam perusahaan. Berdasarkan uraian di atas mengenai

(41)

satu cara perusahaan untuk mengembangkan para pegawai dengan tujuan untuk

meningkatkan kinerja pegawai.

Pelatihan pegawai merupakan keharusan untuk menghadapi tuntutan tugas

sekarang dan terutama untuk menjawab tantangan masa depan. Hal ini dapat

dilihat dari berbagai manfaat yang dapat dipetik dari pelatihan. Dengan adanya

pelatihan diharapkan sasaran yang diinginkan dapat tercapai.

Diharapkan pelatihan yang dilaksanakan dapat menambah pengetahuan

dan keterampilan yang bertujuan meningkatkan kinerja pegawai.

C. Kinerja

Menurut Rivai (2004:309) bahwa kinerja adalah perilaku nyata yang

ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan

sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Kinerja Jika dilihat dari asal katanya adalah terjemahan dari

performance”. Performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh sesorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai

tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai

dengan moral maupun etika.

Kinerja juga dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau

dengan kata lain, kinerja merupakan tingkat pencapaian tujuan organisasi.

Penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena dapat

digunakan sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya.

Kinerja seorang karyawan akan baik bila dia mempunyai keahlian (Skill) yang

(42)

Kumorotomo (1996 dalam Dwiyanto, dkk : 2002 : 50) menggunakan

beberapa kriteria yang berbeda untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja

organisasi pelayanan publik antara lain : efisiensi, efektivitas, keadilan, dan daya

tanggap.

Penilaian kinerja dalam instansi pemerintah sangat berguna untuk menilai

kuantitas, kualitas, efisiensi pelayanan dan memotivasi para birokrat pelaksana,

serta memonitor pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat,

juga menuntun perbaikan dalam pelayanan publik. Oleh sebab itu, imformasi

mengenai kinerja sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang

diberikan oleh organisasi dapat memenuhi harapan dan memuaskan pengguna

jasa. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja, maka upaya untuk

memperbaiki kinierja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.

Disamping itu, dengan adanya informasi kinerja maka brenchmarking dengan

mudah bisa dilakukan dan dorongan untuk memperbaiki kinerja bisa diciptakan.

c.1 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Mathis dan Jackson (2002:78) bahwa ada beberapa faktoryang

dapat mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja terhadap kontribusinya ke

organisasi/perusahaan, yaitu:

1. Kemampuan mereka

2. Motivasi

3. Dukungan yang diterima

4. Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan

(43)

c.2 Pengukuran Kinerja

Penilaian kinerja (Performance Appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien,

karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia

yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat bermanfaat bagi

dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan. Melalui penilaian tersebut

maka dapat diketahui kondisi sebenarnya mengenai kinerja karyawan.

Menurut Rivai (2005:55) manfaat penilaian kinerja bagi semua pihak

adalah agar mereka mengetahui manfaat yang dapat mereka harapkan.

Pihak-pihak yang berkepentingan dalam penilaian adalah (1) orang yang dinilai

(karyawan); (2) penilai (atasan,pimpinan); dan (3) perusahaan.

1. Manfaat bagi karyawan yang dinilai

a. Meningkatkan motivasi

b. Meningkatkan kepuasan kerja.

c. Pengembangan perencanaan untuk meningkatkan kinerja dengan

membangun kekuatan dan mengurangi kelemahan semaksimal mungkin.

d. Kesempatan untuk mediskusikan permasalahan pekerjaan dan bagaimana

mereka dapat mengatasinya.

e. Suatu pemahaman jelas dari apa yang diharapkan dan apa yang perlu

untuk dilaksanakan untuk mencapai harapan tersebut.

f. Adanya pandangan yang lebih jelas tentang konteks pekerjaan.

2. Manfaat bagi penilai

a. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecendrungan

(44)

b. Kesempatan untuk mengukur dan mengidentifikasikan kecendrungan

kinerja karyawanuntuk perbaikan manajemen selanjutnya.

c. Identifikasi gagasan untuk peningkatan tentang nilai pribadi

d. Peningkatan kepuasan kerja

e. Dapat sebagai sarana meningkatkan motivasi karyawan dengan lebih

memusatkan perhatian kepada mereka secara pribadi.

3.Manfaat bagi perusahaan/organisasi

a. Perbaikan seluruh simpul unit-unit yang ada dalam perusahaan, karena:

1) Komunikasi menjadi lebih efektif mengenai tujuan

organisasi dan nilai budaya organisasi.

2) Peningkatan rasa kebersamaan dan loyalitas

3) Peningkatan kemampuan dan kemamuan pimpinan untuk

menggunakan keterampilan dan keahlian memimpinnya

untuk memotivasi karyawan dan mengembangkan kemauan

dan keterampilan karyawan.

b. Meningkatkan motivasi karyawan secara keseluruhan.

c. Untuk mengenali lebih jelas pelatihan dan pengembangan yang

dibutuhkan.

d. Kejelasan dan ketepatan dari pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

diperlukan oleh karyawan, sehingga perusahaan/organisasi dapat tampil

prima.

e. Jika penilaian kinerja ini telah melembaga dan keuntungan yang diperoleh

menjadi lebih besar, penilaian kinerja akan menjadi salah satu sarana yang

(45)

Menurut Rivai (2005:52), hasil penialian kinerja penting digunakan

untuk:

a. Meninjau ulang kinerja masa lalu

b. Memperoleh data yang pasti, sistematis dan faktual dalam penentuan

”nilai” suatu pekerjaan.

c. Memeriksa kemampuan perusahaan/organisasi

d. Memeriksa kemampuan individu karyawan.

e. Menyusun target masa depan.

f. Melihat prestasi seseorang secara realistis.

g. Membantu manajemen lebih objektif dalam memperlakukan karyawan

berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat dan teknik-teknik

penilaian yang tidak berat sebelah.

h. Membantu manajemen dalam memilih, menempatkan, promosi,

memindahkan dan meningkatkan kualitas karyawan.

i. Memperjelas tugas pokok, fungsi, kegiatan, wewenang dan tanggung

jawab satuan-satuan kerja dalam perusahaan, yang apabila dapat

terlaksana dengan baik akan mempunyai arti yang sangat pentin dalam

usaha penyederhanaan kerja sehingga dapat menghilangkan duplikasi atau

tumpang tindih dalam pelaksanaan berbagai kegiatan.

(46)

D. Keterkaitan Program Pelatihan dengan Kinerja

Pelatihan karyawan yang efekif dan efisien dapat menjadikan karyawan

lebih produktif. Pelatihan bisa diartikan sebagai setiap aktivitas formal dan

informal yang memberikan kontribusi pada perbaikan dan peningkatann tingkat

pengetahuan, keterampilan dan sikap pegawai.

Pelatihan membuat karyawan bisa bekerja lebih baik lagi. Dengan adanya

penambahan pengetahuan baru ataupun pengingatan kembali maka diharapkan

karyawan akan termotivasi kembali untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik

(Pramudyo, 2007:29) . Dengan adanya motivasi untuk melakukan pekerjaan

dengan lebih baik maka akan berpengaruh terhadap kinerja karyawan.

Ability

Skill Attitude

Gambar 2.1 : Model Kompetensi SDM Sumber : Rusdiyanto, Johny dan David, 2000

Gambar 2.1 menunjukkan bahwa pengetahuan (knowledge) merupakan fondasi yang mempengaruhi kemampuan, ketrampilan, dan sikap individu.

Meningkatnya kualitas dan kuantitas pengetahuan SDM akan terjadi manakala

SDM yang bersangkutan mampu mengoptimalkan kerja otak. Dari model ini

(47)

meningkatnya motivasi diri. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Robbins (2001) bahwa sikap seseorang yang muncul dalam bekerja merupakan

refleksi langsung dari tingkat motivasi yang tercipta pada individu.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa pelatihan dapat

meningkatkan kualitas dan kuantitas pengetahuan SDM sehingga dapat

meningkatkan motivasi diri yang bertujuan untuk mewujudkan SDM yang

(48)

BAB III

DESKRIPSI PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Inspektorat.

Masa penjajahan Belanda (sampai dengan tahun 1942) Sumatera Utara

terdiri dari Kresidenan Sumatera Timur dan Tapanuli. Sejak Kemerdekaan tahun

1945, Sumatera Utara tetap satu Provinsi .Kemudian UU No. 10 tahun 1948

membagi Sumatera menjadi 3 (tiga) Provinsi, dari Provinsi Sumatera Utara terdiri

dari Kresidenan Aceh, Sumatera Timur dan Tapanuli pada masa itu.

Tahun 1949 sampai 1950 Lembaga Pemerintahan di Sumatera Utara terus

berubah-ubah hingga dengan terbitnya Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 110

tahun 1991 tanggal 3 Nopember 1990 jo Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.

061.1/573/K/tahun 1992 tanggal 19 Maret 1992, Badan Pengawas Daerah

(BAWASDA) Provinsi Sumatera Utara mempunyai kedudukan sebagai Aparat

Pengawasan Fungsional yang taktis operasional berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Gubernur Sumtaera Utara dan tekhnis Administrasi berada di

bawah pembinaan Inspektorat Jenderal Departemen Dalam Negeri.

Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) Provinsi mempunyai tugas

melaksanakan pengawasan umum terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan

umum, penyelenggaraan pemerintahan daerah, pemerintahan desa, pembinaan

sosial politik, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan masyarakat di

lingkungan Pemerintah Propinsi Tingkat I, Pemerintah Kabupaten/Kotamadya

Daerah Tk. II, Kota Administratif, Pemerintah Wilayah Kecamatan dan

(49)

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Badan Pengawas Daerah (BAWASDA)

Provinsi mempunyai tugas :

1. Melaksanakan pemeriksaan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintah

daerah, pemerintah desa/kelurahan, yang meliputi bidang-bidang

pemerintahan, pembinaan sosial politik, perekonomian, kesejahteraan

sosial, pembinaan aparatur, pendapatan daerah, BUMD, kekayaan negara

dan daerah dan lain-lain yang ditugaskan oleh Gubernur Sumatera Utara.

2. Melaksanakan pengujian serta penilaian atas hasil laporan setiap

unsur/instansi lingkungan Pemerintah Daerah atas Petunjuk Gubernur

Sumatera Utara.

3. Melakukan pengusutan terhadap kebenaran laporan atau pengaduan

tentang penyimpangan atau penyalahgunaan di bidang pemerintahan,

pembinaan sosial politik, perekonomian, kesejahteraan sosial, pembinaan

aparatur, pendapatan Daerah, BUMD, kekayaan Negara dan Daerah.

4. Melaksanakan pelayanan tekhnis administrasi dan fungsional.

Disamping tugas pokok tersebut, Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) Provinsi

masih mempunyai tugas tambahan di luar tugas pokok yaitu :

1. Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 22 tahun 1989 tentang

Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan di Daerah, Badan

Pengawas Daerah (BAWASDA) Provinsi juga bertanggung jawab atas

pengelolaan tindak lanjut hasil pemeriksaan Bepeka, BPKP, dan

(50)

2. Berdasarkan Keppres No. 33 tahun 1986 tentang kewajiban

menyampaikan Laporan Pajak-Pajak Pribadi bagi Pejabat Negara, Pegawai

Negeri Sipil, Anggota ABRI dan Pegawai Badan Usaha Milik

Negara/Daerah dan SK Gubernur KDH Tk. I Sumatera Utara No.

865.05/2642/K/1986, tanggal 6 September 1986 ditetapkan bahwa Badan

Pengawas Daerah (BAWASDA) Propinsi sebagai ketua Tim Peneliti dan

Penilai LP2P Tingkat Sumatera Utara.

3. Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 36 tahun 1995, tanggal 2

Agustus 1995 tentang Evaluasi tahunan pelaksanaan tugas Gubernur dan

Bupati/Walikotamadya Tk. II mulai tahun 1996 Badan Pengawas Daerah

(BAWASDA) Provinsi melakukan Evaluasi terhadap pelaksanaan tugas

Bupati/Walikotamadya kepada Daerah Tk. II dan hasil evaluasi

“merupakan raport” bagi KDH Tingkat I yang bersangkutan dan sebagai

bahan bagi Pemeriksaan Akhir Masa Jabatan dan Prasamya Purna Karya

Nugraha.

4. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 4, tahun 1992 dan pasal

17 ayat (1) Undang-undang No. 5 tahun 1974 selambat-lambatnya 5 (lima)

bulan dan paling cepat 6 (enam) bulan sebelum masa jabatan Kepala

Daerah berakhir dilakukan pemeriksaan masa jabatan Kepala Daerah.

Berdasarkan UU No. 24 tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom

Propinsi Aceh dan perubahan peraturan pembentukan Propinsi Sumatera Utara

dan UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Untuk meningkatkan

daya guna dan hasil guna dalam melaksanakan tugas pokoknya serta untuk

(51)

061.1-438.K/Tahun 2002 perlu diadakan penyempurnaan organisasi dan tata kerja

Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) Provinsi Sumatera Utara.

Tata Kerja Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) Provinsi Sumatera Utara yaitu:

1. Dalam melaksanakan tugasnya antara Badan Pengawas Daerah

(BAWASDA) Provinsi Sumatera Utara dengan instansi vertikal yang

urusannya sejenis wajib diselenggarakan atas dasar hubungan fungsional

dengan cara sebaik-baiknya.

2. Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) Provinsi Sumatera Utara dengan

Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) Kabupaten/Kota dalam

melaksanakan tugasnya wajib diselenggarakan atas dasar hubungan

fungsional dengan sebaik-baiknya.

3. Kepala BAWASDA dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan

prinsip koordinasi baik dalam lingkungan dinasnya maupun dalam

hubungan antar Instansi lainnya.

4. Kepala BAWASDA melaksanakan tugasnya dalam bidang pengawasan

berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Gubernur Sumatera

Utara, atas petunjuk tekhnis dari Inspektorat Jenderal Departemen Dalam

Negeri.

5. Kepala BAWASDA berkewajiban memberikan petunjuk, membimbing

dan mengawasi pekerjaan unsur-unsur pembantu dan pelaksana yang

berada dalam lingkungan BAWASDA nya.

6. Bilamana Kepala BAWASDA berkewajiban memandang perlu untuk

(52)

Sumatera Utara maka hal tersebut harus dianjurkan kepada Gubernur

Sumatera Utara untuk mendapatkan keputusan.

Selain ke-enam tata kerja di atas terdapat ketentuan lain yaitu :

1. Kepala BAWASDA diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Sumatera

Utara dengan memperhatikan saran dan petunjuk Inspektorat Jenderal

Departemen Dalam Negeri.

2. Perangkapan jabatan Kepala BAWASDA oleh Kepala Instansi vertikal

yang sejenis dimungkinkan atas persetujuan Gubernur Sumatera Utara dan

Menteri yang bersangkutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

3. Apabila Kepala BAWASDA berhalangan, Kepala BAWASDA dapat

menghunjuk seorang pegawai BAWASDA melaksanakan tugas

BAWASDA dengan persetujuan Gubernur Sumatera Utara.

4. Untuk terciptanya organisasi yang berdaya guna dan berhasil guna jumlah

sub bagian, sub bidang dan unit pelaksana tekhnis Badan Pengawas

Daerah (BAWASDA), tugas dan fungsinya dapat ditinjau dan diatur

kembali dengan peraturan daerah yang berlaku setelah mendapat

pengesahan Menteri Dalam Negeri.

Badan Pengawas Daerah (BAWASDA) kemudian diganti dengan

Inspektorat melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2007 pada

tanggal 23 Juli 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah didalam Pasal 5 yaitu :

1. Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintah

(53)

2. Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap

pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi, pelaksanaan

pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota dan

pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah kabupaten/kota.

3. Inspektorat dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) menyelenggaraan fungsi :

a. perencanaan program pengawasan

b. perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan, dan

c. pemeriksaan , pengusutan , pengujian , dan penilaian tugas

pengawasan

4. Inspektorat dipimpin oleh inspektur

5. Inspektur dalam melaksankan tugas dan fungsinya bertanggung jawab

langsung kepada Gubernur dan secara teknis administratif mendapat

pembinaan dari sekretaris daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 57 Tahun 2007 tanggal 23 Oktober

2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisai Perangkat Daerah dan

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun 2007 tanggal 20 Nopember 2007

tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan

Kabupaten/Kota, dengan penjelasan sbb :

1. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara adalah aparat pengawas fungsional

yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur

2. Kelompok jabatan fungsional adalah pelaksana pemeriksaan/audit

(54)

3. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara berkedudukan di bawah dan

bertanggungjawab kepada Gubernur dan secara teknis administratif

mendapat pembinaan dari Sekretaris Daerah Provinsi

4. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas melakukan

pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi,

pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah

Kabupaten/Kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah

Kabupaten/Kota

5. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dalam melaksanakan tugas

sebagimana dimaksud dalam Pasal 3 menyelenggarakan fungsi :

a. Perencanaan program pengawasan

b. Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan dan

c. Pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan

B. Visi dan Misi Perusahaan

1. Nilai-nilai luhur yang dianut.

a. Kejujuran : Adanya suatu komitmen yang tinggi dari pada Inspektorat

Provinsi di dalam pengambilan Keputusan dalam pelaksanaan

bidang tugasnya yang diukur dan didasarkan kepada

ketentuan/peraturan yang ada.

b. Prestasi Kerja : Suatu tingkat keberhasilan yang dicapai oleh seseorang dalam

pelaksanaan tugas yang diberikan kepadanya atas dasar

(55)

c. Kesejahteraan :Suatu pemenuhan tingkat kebutuhan biaya terhadap

seseorang/ keluarga yang dikaitkan dengan

pendapatan/penghasilan yang diperoleh nya.

2. Visi

Terselenggaranya Good Governance merupakan prasyarat bagi setiap

pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta

cita-cita bangsa dan negara. Inspektorat Provinsi Sumatera Utara menetapkan Visi

sebagai berikut :

“Terwujudnya Pengawasan yang berkualitas di Propinsi Sumatera Utara sebagai

pendorong manajemen Pemerintahan yang baik”

3. Misi

Pelaksanaan tugas Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dapat terlaksana

dan berhasil baik, maka ditetapkan Misi Inspektorat Provinsi Sumatera Utara

sebagai berikut :

a.Mewujudkan pelaksanaan pengawasan yang bermutu.

b.Meningkatkan kualitas aparat pengawasan.

c.Meningkatkan manajemen pengawasan yang baik di Provinsi Sumatera Utara.

C. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur Organisasi merupakan pencerminan lalu lintas wewenang dan

tanggung jawab. Dengan demikian melihat struktur organisasi suatu instansi akan

memberikan gambaran pada kita wewenang dan tanggung jawab setiap orang

(56)

Struktur Organisasi Inspektorat Provinsi Sumatera Utara terdiri dari :

1. Inspektur

2. Sekretariat

3. Inspektur Pembantu Wilayah dan

4. Kelompok Jabatan Fungsional

1). Inspektur

Inspektur Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas membantu Gubernur

dalam melakukan pengawasan fungsional terhadap kegiatan Perangkat

Daerah Provinsi dan pengawasan fungsional terhadap Pemerintah

Kabupaten/Kota, sesuai kewenangan yang dilimpahkan.

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Inspektur

Provinsi Sumatera Utara menyelenggarakan fungsi :

a.Penyiapan konsep Kebijakan Daerah dan Standar Pelaksanaan

Pengawasan Pemerintahan, Kesejahteraan dan Sosial, Perekonomian,

Keuangan, Kekayaan dan Aparatur

b.Perencanaan, pelaksanaan, pengkoordinasian dan pengendalian

pengawasan Pemerintahan, Kesejahteraan dan Sosial, Perekonomian,

Keuangan, Kekayaan dan Aparatur sesuai ketentuan dan standar yang

ditetapkan

c.Penyelenggaraaan pengawasan pelaksanaan kegiatan Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota se Sumatera Utara, sesuai ketentuan dan standar yang

(57)

d.Pelaksanaan pemeriksaan terhadap laporan pengaduan atas

penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang, sesuai ketentuan dan

standar yang ditetapkan

e.Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur dan Sekretaris

Daerah, sesuai bidang tugas dan fungsinya

f.Pemberian masukan yang perlu kepada Gubernur dan Sekretaris Daerah,

sesuai bidang tugas dan fungsinya.

g.Pelaporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan

fungsinya kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah, sesuai standar

yang ditetapkan.

2). Sekretaris

Sekretariat Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh Sekretaris

Inspektorat yang mempunyai tugas membantu Inspektur dalam pembinaan dan

penyelenggaraan administrasi keuangan, kepegawaian,

umum/kerumah-tanggaan/perlengkapan, penanganan pengaduan, perencanaan, pemberdayaan

organisasi dan ketatalaksanaan serta evaluasi dan pelaporan.

Sekretaris Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud maka sekretaris menyelenggarakan fungsi sbb:

a. penyiapan bahan koordinasi dan pengendalian rencana dan

program kerja pengawasan

b. penghimpunan, pengolahan, penilaian dan penyimpanan laporan

hasil pengawasan aparat pengawasan fungsional

Gambar

Tabel 1.2
Tabel 1.3
Gambar 1.1   Kerangka Konseptual
Tabel  1.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk nengetahui pengaruh pelatihan dan penempatan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT.. PLN Provinsi Sumatera Utara Kantor Cabang

Model Unstandardized Coefficients Stdz t Sig. Artinya bahwa kompetensi berpengaruh positif terhadap kinerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sulawesi Barat, yang

Dari hasil pengabdian kepada masyarakat di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara), dapat di tarik kesimpulan bahwa pengabdian

Seperti yang telah dijelaskan oleh informan bahwa pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Auditor Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara baik pemeriksaan yang

Ada 2 (dua) Peran JFA terhadap peningkatan kinerja Birokrat di lingkungan Inspektorat Provinsi Jawa Tengah, yaitu: 1) meningkatkan sistem pengawasan internal

Secara serempak motivasi kerja dan disiplin kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai Badan Penanaman Modal dan Promosi Provinsi Sumatera

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh integritas, kerahasiaan, kompleksitas tugas, motivasi dan ketidakjelasan peran terhadap kinerja auditor di Inspektorat

PELATIHAN DAN INDEPENDENSI AUDITOR TERHADAP KEEFEKTIFAN AUDIT INTERNAL PADA INSPEKTORAT PROVINSI.. JAWA TENGAH ” sebagai judul penelitian