VARIABILITAS DAN HERITABILITAS BERBAGAI KARAKTER TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) HASIL SELFING
PADA GENERASI F2
SKRIPSI Oleh:
ABDILLAH 060307004
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
VARIABILITAS DAN HERITABILITAS BERBAGAI KARAKTER TANAMAN JAGUNG ( Zea mays L.) HASIL SELFING
PADA GENERASI F2
SKRIPSI
Oleh: ABDILLAH 060307004/ BDP- PET
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumater Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Variabilitas dan Heritabilitas Berbagai Karakter Tanaman Jagung ( Zea mays L.) Hasil Persilangan Sendiri (Selfing) Pada Generasi F2.
Nama : Abdillah
NIM : 060307004
Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Pemuliaan Tanaman
Disetujui oleh: Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Jenimar, MS. Luthfi A. M Siregar, SP. MSc. Ph.D Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRACT
ABDILLAH: Variability and Heritability some character a corn (Zea mays L) result selfing of second generation. Supervised by JENIMAR AND LUTHFI A.M SIREGAR.
The objective of the research was to valuate variabilities of several characters affected by the genotype (σ2g), the interraction between genotype and environment (σ2
p), studied heritability and also to see the effect resiprocal breeding of F2 with it’s parents of corn (Zea mays L.). The experiment was conduced at exprimental field Faculty of Agricultural, North Sumatera University, Medan. with altitude ± 25 meters above sea level from Januari to April 2009, used Randomized Block Design with one factor and four replication, there is F2 from Arjuna X Sukmaraga, Sukmaraga X Arjuna, Lamuru X Kalingga, Kalingga X Lamuru, Srikandi kuning X Bayu dan Bayu X Srikandi kuning. The result of the research is genotype have significantly effect with plant’s height 2-7 weeks after planting, age of blooms male, the number of kernel per ear, the weight of kernel per ear, and fast of charging seed. From progeny test some character of genotype show the characteristis of one kind . Phenotype variability all characters showed range wide variability, and Ghenotipe variability all characters showed range pressed variability, heritability of plant’s height, age of blooms male, the number of kernel per ear, the weight of kernel per ear, and fast of charging seed were medium.
ABSTRAK
ABDILLAH: Variabilitas dan Heritabilitas Beberapa Karakter Tanaman Jagung (Zea mays L.) Hasil Selfing Pada Generasi Ke-Dua (F2). Dibimbing oleh JENIMAR DAN LUTHFI A. M SIREGAR.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengevaluasi keragaman dari beberapa karakter yang disebabkan oleh pengaruh genotipe (σ2g), interaksi genotipe dengan lingkungan (σ2p), mempelajari nilai heritabilitas dan juga untuk melihat pengaruh persilangan resiprokal pada F1 dengan tetuanya (efek heterosis), pengaruh persilangan selfing F2 dengan F1, dan pengaruh persilangan F2 dengan tetua Pada tanaman jagung (Zea mays L). Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian USU, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl mulai dari bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010, Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor perlakuan dan empat ulangan, Faktor merupakan F2 hasil persilangan dari Arjuna X Sukmaraga, Sukmaraga X Arjuna , Lamuru X Kalingga, Kalingga X Lamuru, Srikandi kuning X Bayu dan Bayu X Srikandi kuning.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe berbeda nyata terhadap karakter tinggi tanaman 2-7 MST, umur keluar bunga jantan, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan laju pengisian biji. Hasil uji progenitas beberapa karakter dari genotipe menunjukkan sifat homozigositas. Keragaman fenotipe dari semua karakter menunjukkan kriteria luas, dan keragaman genotipe menunjukkan kriteria sempit, heritabilitas dari tinggi tanaman, umur keluar bunga jantan, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan laju pengisian biji memiliki kriteria sedang.
Kata kunci: jagung, persilangan sendiri, heritabilitas, variabilitas.
RIWAYAT HIDUP
Abdillah dilahirkan di Medan pada 02 Desember 1988 dari pasangan Khairuddin dengan Chairani. Penulis merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara.
Menamatkan pendidikan SD di SDN 060866 Medan tahun 2000, SMP Swasta Pertiwi Medan tahun 2003, SMA Negeri 3 Medan tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara, Medan pada Fakultas Pertanian program studi Pemuliaan Tanaman tahun 2006, melalui jalur SPMB.
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian 2006-2010, anggota departemen Pendidikan dan Pelatihan BKM Al-Mukhlisin Fakultas Pertanian 2006-2008, anggota departemen Informasi dan Kreativitas BKM Al-Mukhlisin 2008-2009, Anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Pertanian, Ketua Pengajian Departemen Budidaya Pertanian 2009-2010, Asisten Laboratorium Perbanyakan Tanaman 2009-2010, dan asisten Laboratorium Teknik Pemuliaan Tanaman Membiak Vegetatif 2009-2010,dan tim pementor agama Islam FP 2007-2008.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kapada Allah SWT atas segala rahmad, karunia dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul penelitian ini adalah ”Variabilitas dan Heritabilitas Berbagai Karakter Tanaman Jagung (Zea mays L.) Hasil Persilangan Sendiri (Selfing) Pada Generasi F2”
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Jenimar, MS selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Luthfi A. M. Siregar, SP. MSc. PhD selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bimbingan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Khairuddin dan Ibunda Chairani atas kasih sayang, dukungan dan do’anya. Kepada abang saya Ibnu Tawakkal, dan adik saya Suci Maulida terima kasih atas segala do’a dan dukungannya. Disamping itu penghargaan penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat terbaik saya Henry, Azri, Rizki, Bobby, Mulia, Chairil, Febri, Nanda, Ariani, Dinda, Ryan.
Terima kasih juga kepada teman-teman saya mahasiswa Agronomi dan
Pemuliaan Tanaman angkatan 2006 serta teman-teman saya di BKM Al-Mukhlisin atas segala bantuan dan dukungan selama penulis menjalani
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang memerlukan.
Medan, Juli 2010
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
PENDAHULUAN ... 1
Latar belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Botani Tanaman ... 5
Uji Progenitas ... 13
BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 17
Tempat dan Waktu ... 17
Bahan dan Alat ... 17
Metode Penelitian... 17
PELAKSANAAN PENELITIAN ... 21
Persiapan Lahan ... 21
Penanaman ... 21
Pemupukan ... 21
Penjarangan ... 21
Penyungkupan ... 21
Penyerbukan ... 22
Penyiraman ... 22
Penyiangan ... 22
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 23
Panen ... 23
Peubah Amatan ... 23
Tinggi Tanaman (cm) ... 23
Jumlah Daun (helai) ... 23
Umur Keluar Bunga Jantan (hari) ... 23
Umur Keluar Bunga Betina (hari) ... 24
Kelengkungan Daun ... 24
Jumlah Daun di Atas Tongkol (helai) ... 24
Umur Panen (hari) ... 24
Jumlah Baris per Tongkol (baris) ... 24
Jumlah Biji per Tongkol (biji) ... 24
Berat Biji per Tongkol (g) ... 24
Berat 100 Biji (g) ... 25
Produksi Biji kering per Plot (g) ... 25
Laju Pengisian Biji (g/hari) ... 25
Uji progenitas ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 26
Tinggi Tanaman (cm) ... 26
Jumlah Daun (helai) ... 28
Umur Keluar Bunga Jantan (hari) ... 30
Umur Keluar Bunga Betina (hari) ... 33
Kelengkungan Daun ... 36
Jumlah Daun di Atas Tongkol (helai) ... 38
Umur Panen (hari) ... 41
Jumlah Baris per Tongkol (baris) ... 43
Jumlah Biji per Tongkol (biji) ... 46
Berat Biji per Tongkol (g) ... 49
Berat 100 Biji (g) ... 52
Produksi Biji Kering per Plot (g) ... 55
Laju Pengisian Biji (g/hari) ... 58
Pendugaan Karakter Genetik... 60
Pembahasan ... 62
KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
Kesimpulan ... 65
Saran ... 65
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Rataan tinggi tanaman 2 s/d 7 MST dari beberapa genotipe (cm) ... 26
2. Uji progenitas tinggi tanaman populasi F2 dengan populasi F1... 27
3 Uji progenitas tinggi tanaman populasi F2 dengan populasi tetua... 27
4 Perbandingan tinggi tanaman dari genotipe dengan resiprokalnya... 28
5 Rataan jumlah daun 2 s/d 7 MST dari beberapa genotipe (helai)……. 28
6 Uji progenitas jumlah daun populasi F2 dengan F1... 29
7 Uji progenitas jumlah daun populasi F2 dengan populasi tetua... 29
8 Perbandingan jumlah daun dari genotipe dengan resiprokalnya... 30
9 Rataan umur keluar bunga jantan dari beberapa genotipe (hari)... 30
10 Uji progenitas umur keluar bunga jantan populasi F2 dengan F1... 32
11 Uji progenitas umur keluar bunga jantan populasi F2 dengan tetua... 32
12 Perbandingan umur keluar bunga jantan dari genotipe dengan resiprokalnya... 33
13 Rataan umur keluar bunga betina dari beberapa genotipe (hari)... 33
14 Uji progenitas umur keluar bunga betina populasi F2 dengan F1……. 35
15 Uji progenitas umur keluar bunga betina populasi F2 dengan tetua... 35
16 Perbandingan umur keluar bunga betina dengan resiprokalnya... 36
17 Rataan kelengkungan daun (cm)... 36
18 Uji progenitas kelengkungan daun pada populasi F2 dengan F1... 37
19 Uji progenitas kelengkungan daun pada populasi F2 dengan tetua... 38
22 Uji progenitas jumlah daun di atas tongkol populasi F2 dengan
populasi F1... 39
23 Uji progenitas jumlah daun di atas tongkol populasi F2 dengan tetua.. 40
24 Perbandingan jumlah daun di atas tongkol genotipe dengan resiprokalnya………. 40
25 Rataan umur panen dari beberapa genotipe (hari)... 41
26 Uji progenitas umur panen populasi F2 dengan populasi F1... 42
27 Uji progenitas umur panen populasi F2 dengan populasi tetua... 43
28 Perbandingan umur panen dari genotipe dengan resiprokalnya……… 43
29 Rataan Jumlah Baris pertongkol (baris)... 44
30 Uji progenitas jumlah baris pertongkol populasi F2 dengan F1... 45
31 Uji progenitas jumlah baris pertongkol populasi F2 dengan tetua... 45
32 Perbandingan jumlah baris pertongkol dari genotipe dengan resiprokalnya... 46
33 Rataan jumlah biji per tongkol (biji)... 46
34 Uji progenitas jumlah biji per tongkol dari populasi F2 dengan F1... 48
35 Uji progenitas jumlah biji per tongkol dari populasi F2 dengan tetua... 48
36 Perbandingan jumlah biji pertongkol dari genotipe dengan resiprokalnya... 49
37 Rataan berat biji per tongkol dari beberapa genotipe (g)... 49
38 Uji progenits berat biji per tongkol dari populasi F2 dengan F1... 51
39 Uji progenits berat biji per tongkol dari populasi F2 dengan tetua... 51
40 Perbandingan berat biji per tongkol dari genotipe dengan resiprokalnya... 52
41 Rataan berat 100 biji per tongkol (g)... 52
43 Uji progenitas berat 100 biji (g) dari populasi F2 dengan tetua... 54 44 Perbandingan berat 100 biji dari genotipe dengan resiprokalnya... 54 45 Rataan produksi biji kering per plot (g)... 55 46 Uji progenitas produksi biji kering per plot dari populasi F2 dengan
F1... 56 47 Uji progenitas produksi biji kering per plot (g) dari populasi F2
dengan tetua... 57 48 Perbandingan produksi biji kering per plot dari genotipe dengan
resiprokalnya... 58 49 Rataan laju pengisian biji (g/hari) dari beberapa genotipe……… 58 50 Uji progenitas karakter laju pengisian biji (g/hari) dari populasi F2
dengan F1... 59 51 Uji progenitas karakter laju pengisian biji (g/hari) dari populasi F2
dengan F1... 60 52 Perbandingan laju pengisian biji dari genotipe dengan resiprokalnya... 60 53 Nilai duga variabilitas genetik dan fenotipe serta nilai heritabilitas
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1 Histogram umur keluar bunga jantan dari beberapa genotipe... 31
2 Histogram umur keluar bunga betina dari beberapa genotipe... 34
3 Histogram umur panen dari beberapa genotipe... 42
4 Histogram jumlah biji per tongkol dari beberapa genotipe... 47
5 Histogram berat biji per tongkol dari beberapa genotipe... 50
6 Histogram Berat 100 biji dari beberapa genotipe... 56
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1 Data rataan tinggi tanaman 2 MST dari tanaman F2(cm)………. 68
2 Daftar sidik ragam tinggi tanaman 2 MST dari tanaman F2………… 68
3 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 68
4 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 68
5 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 69
6 Data rataan tinggi tanaman 3 MST dari tanaman F2(cm)………. 69
7 Daftar sidik ragam tinggi tanaman 3 MST dari tanaman F2………… 69
8 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 69
9 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 70
10 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 70
11 Data rataan tinggi tanaman 4 MST dari tanaman F2(cm)………. 70
12 Daftar sidik ragam tinggi tanaman 4 MST dari tanaman F2………… 70
13 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 71
14 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 71
15 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 71
16 Data rataan tinggi tanaman 5 MST dari tanaman F2(cm)………. 71
17 Daftar sidik ragam tinggi tanaman 5 MST dari tanaman F2 ………... 72
18 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 72
19 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 72
20 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal………... 72
22 Daftar sidik ragam tinggi tanaman 6 MST dari tanaman F2 ………... 73
23 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 73
24 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 74
25 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 74
26 Data rataan tinggi tanaman 7 MST dari tanaman F2cm)……….. 74
27 Daftar sidik ragam tinggi tanaman 7 MST dari tanaman F2 ………... 74
28 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 75
29 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 75
30 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 75
31 Data rataan jumlah daun 2 MST dari tanaman F2 (helai)………. 75
32 Daftar sidik ragam jumlah daun 2 MST dari tanaman F2 …………... 76
33 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 76
34 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 76
35 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 76
36 Data rataan jumlah daun 3 MST dari tanaman F2 (helai)………. 77
37 Daftar sidik ragam jumlah daun 3 MST dari tanaman F2 …………... 77
38 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 77
39 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 77
40 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 78
41 Data rataan jumlah daun 4 MST dari tanaman F2 (helai)………. 78
42 Daftar sidik ragam jumlah daun 4 MST dari tanaman F2 ………….. 78
43 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 78
44 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 79
46 Data rataan jumlah daun 5 MST dari tanaman F2 (helai)………. 79
47 Daftar sidik ragam jumlah daun 5 MST dari tanaman F2 …………... 79
48 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 80
49 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 80
50 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 80
51 Data rataan jumlah daun 6 MST dari tanaman F2 (helai)………. 80
52 Daftar sidik ragam jumlah daun 6 MST dari tanaman F2 …………... 81
53 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 81
54 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 81
55 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal………. 81
56 Data rataan jumlah daun 7 MST dari tanaman F2 (helai)………. 82
57 Daftar sidik ragam jumlah daun 7 MST dari tanaman F2 …………... 82
58 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 82
59 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 82
60 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 83
61 Data rataan umur keluar bunga jantan dari tanaman F2 (hari)……….. 83
62 Daftar sidik ragam umur keluar bunga jantan dari tanaman F2 …….. 83
63 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 83
64 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 84
65 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 84
66 Data rataan umur keluar bunga betina dari tanaman F2 (hari)……….. 84
67 Daftar sidik ragam umur keluar bunga betina dari tanaman F2……... 84
68 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 85
70 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 85
71 Data rataan kelengkungan daun dari tanaman F2 (cm)……… 85
72 Daftar sidik ragam kelengkungan daun dari tanaman F2………. 86
73 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 86
74 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 86
75 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 86
76 Data rataan jumlah daun di atas tongkol dari tanaman F2 (helai)……. 87
77 Daftar sidik ragam jumlah daun di atas tongkol dari tanaman F2…… 87
78 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 87
79 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 87
80 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 88
81 Data rataan umur panen dari tanaman F2(hari)……… 88
82 Daftar sidik ragam umur panen dari tanaman F2………. 88
83 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 88
84 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 89
85 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 89
86 Data rataan jumlah baris per tongkol dari tanaman F2 (baris)………. 89
87 Daftar sidik ragam jumlah baris pertongkol tanaman F2 ……… 89
88 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 90
89 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 90
90 Tabel Uji perbandingan genotif dengan resiprokal………. 90
91 Data rataan jumlah biji per tongkol dari tanaman F2 (biji)………….. 90
92 Daftar sidik ragam jumlah biji pertongkol dari tanaman F2………… 91
94 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 91
95 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 91
96 Data rataan berat biji per tongkol dari tanaman F2 (g)………... 92
97 Daftar sidik ragam berat biji pertongkol dari tanaman F2………….. 92
98 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 92
99 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 93
100 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 93
101 Data rataan berat 100 biji dari tanaman F2 (g)……….. 93
102 Daftar sidik ragam berat 100 biji dari tanaman F2………... 93
103 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 94
104 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2………. 94
105 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 94
106 Data rataan produksi biji kering per plot dari tanaman F2 (g)……….. 94
107 Daftar sidik ragam pengamatan produksi biji kering per plot ……… 95
108 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 95
109 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan tetua……….. 95
110 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 96
111 Data rataan laju pengisian biji dari tanaman F2 (g/hari)………... 96
112 Daftar sidik ragam laju pengisian biji dari tanaman F2………... 96
113 Tabel uji progenitas tanaman F2 dengan F1………. 96
114 Tabel uji progenitas tanaman tetua dengan F2……….. 97
115 Tabel uji perbandingan genotif dengan resiprokal……….. 97
116 Deskripsi Varietas Arjuna………. 98
118 Deskripsi Varietas lamuru………. 100
119 Deskripsi Varietas Kalingga……….. 101
120 Deskripsi Varietas srikandi kuning………... 102
121 Deskripsi Varietas Bayu……… 103
122 Bagan Lahan Percobaan……… 104
123 Bagan plot percobaan……… 105
124 Skema Pembentukan Varietas Bersari Bebas……… 106
125 Jadwal Kegiatan……… 108
125 Gambar 1. Lahan Penelitian……….. 109
Gambar plot Percobaan………. 109
ABSTRACT
ABDILLAH: Variability and Heritability some character a corn (Zea mays L) result selfing of second generation. Supervised by JENIMAR AND LUTHFI A.M SIREGAR.
The objective of the research was to valuate variabilities of several characters affected by the genotype (σ2g), the interraction between genotype and environment (σ2
p), studied heritability and also to see the effect resiprocal breeding of F2 with it’s parents of corn (Zea mays L.). The experiment was conduced at exprimental field Faculty of Agricultural, North Sumatera University, Medan. with altitude ± 25 meters above sea level from Januari to April 2009, used Randomized Block Design with one factor and four replication, there is F2 from Arjuna X Sukmaraga, Sukmaraga X Arjuna, Lamuru X Kalingga, Kalingga X Lamuru, Srikandi kuning X Bayu dan Bayu X Srikandi kuning. The result of the research is genotype have significantly effect with plant’s height 2-7 weeks after planting, age of blooms male, the number of kernel per ear, the weight of kernel per ear, and fast of charging seed. From progeny test some character of genotype show the characteristis of one kind . Phenotype variability all characters showed range wide variability, and Ghenotipe variability all characters showed range pressed variability, heritability of plant’s height, age of blooms male, the number of kernel per ear, the weight of kernel per ear, and fast of charging seed were medium.
ABSTRAK
ABDILLAH: Variabilitas dan Heritabilitas Beberapa Karakter Tanaman Jagung (Zea mays L.) Hasil Selfing Pada Generasi Ke-Dua (F2). Dibimbing oleh JENIMAR DAN LUTHFI A. M SIREGAR.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengevaluasi keragaman dari beberapa karakter yang disebabkan oleh pengaruh genotipe (σ2g), interaksi genotipe dengan lingkungan (σ2p), mempelajari nilai heritabilitas dan juga untuk melihat pengaruh persilangan resiprokal pada F1 dengan tetuanya (efek heterosis), pengaruh persilangan selfing F2 dengan F1, dan pengaruh persilangan F2 dengan tetua Pada tanaman jagung (Zea mays L). Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian USU, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 mdpl mulai dari bulan Maret 2010 sampai dengan Juni 2010, Menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu faktor perlakuan dan empat ulangan, Faktor merupakan F2 hasil persilangan dari Arjuna X Sukmaraga, Sukmaraga X Arjuna , Lamuru X Kalingga, Kalingga X Lamuru, Srikandi kuning X Bayu dan Bayu X Srikandi kuning.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe berbeda nyata terhadap karakter tinggi tanaman 2-7 MST, umur keluar bunga jantan, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan laju pengisian biji. Hasil uji progenitas beberapa karakter dari genotipe menunjukkan sifat homozigositas. Keragaman fenotipe dari semua karakter menunjukkan kriteria luas, dan keragaman genotipe menunjukkan kriteria sempit, heritabilitas dari tinggi tanaman, umur keluar bunga jantan, jumlah biji per tongkol, berat biji per tongkol, dan laju pengisian biji memiliki kriteria sedang.
Kata kunci: jagung, persilangan sendiri, heritabilitas, variabilitas.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung merupakan tanaman yang berasal dari Meksiko, yang kemudian menyebar ke Peru, dan Mayas yang berada di Amerika Tengah. Pada tahun pertama ditemukan jagung diisolasi di Papoon atau Susquehanna untuk mendapatkan kultivar jagung. Pada tahun 1990 di dapati kultivar Goldea Bantam yang di pasarkan pada tahun 1992 yang ditemukan dari suatu persilangan kultivar (Decoteau, 2000).
Dari data statistik Provinsi Sumatera Utara, produksi jagung pada tahun 2006 adalah 682.042 ton, sedangkan pada tahun 2007 angka ramalan berkisar 788.090 ton. Pada tahun 2008 Provinsi Sumatera Utara mulai menetapkan target produksi jagung sebesar 835.876 ton (www.sumutprov.go.id, 2008).
Produksi jagung nasional meningkat setiap tahun, namun hingga kini belum mampu memenuhi kebutuhan domestik sekitar 11 juta ton/tahun, sehingga masih mengimport dalam jumlah besar yaitu 1 juta ton. Sebagian besar kebutuhan jagung domestik untuk pakan dan industri pakan sekitar 57%, sisanya sekitar 34% untuk pangan dan 9% untuk kebutuhan industri lainnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, produksi jagung nasional juga berpeluang besar untuk memasok sebagian pasar jagung dunia yang mencapai sekitar 8 juta ton/tahun (Mejaya dkk, 2005).
yang dilakukan untuk pencapaian peningkatan kapasitas produksi jagung nasional adalah mengintendifkan kegiatan pemulilaan untuk mendapatkan benih unggul yang memiliki potensi hasil yang tinggi (Azrai, 2008).
Salah satu cara untuk meningkatkan produksi jagung adalah dengan menggunakan varietas unggul seperti varietas hibrida atau varietas bersari bebas. Hibrida dapat menghasilkan biji lebih tinggi dari pada varietas bersari bebas. Namun, harga varietas hibrida jauh lebih mahal dari pada benih bersari bebas dan setiap kali tanam petani harus membeli benih baru. Selain itu, produksi benih varietas bersari bebas juga sederhana dan mudah dilaksanakan oleh kelompok petani atau kelompok tani. (Dahlan, 1988).
Pembentukan varietas hibrida maupun bersari bebas merupakan suatu kegiatan program pemuliaan tanaman. Menurut Hasyim (2007) metode yang digunakan dalam program pemuliaan tanaman adalah meliputi pemilihan tetua, hibridisasi, seleksi dan pengujian daya adaptasi.
Metode pemuliaan tanaman berikutnya adalah seleksi. Seleksi yang berpedoman pada nilai variabilitas genetik dan fenotif serta heritabilitas dapat membantu ketajaman seleksi sehingga hasil yang didapatkan akan lebih baik. Variabilitas genetik yang tinggi akan mempengaruhi variabilitas fenotifik dalam suatu populasi, sehingga pemulia mempunyai peluang yang lebih besar dalam melakukan seleksi.
Adapun dari tujuan perbedaan karakter itu sendiri adalah untuk dilakukannya proses seleksi dimana karakter yang tidak besar dipengaruhi oleh lingkungan biasanya memiliki heritabilitas yang tinggi. Pengaruh ini yang mungkin dipilih sebagai prosedur dalam seleksi yang digunakan oleh pemuliaan tanaman. Seleksi pada F2 pada persilangan antara tetua homozigot akan sangat tidak efektif untuk karakter yang heritabilitasnya rendah. Seleksi pada F2 akan lebih efektif apabila dibatasi oleh karakter yang memiliki heritabilitas tinggi.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melihat apakah terjadi perbedaan secara statistik dari berbagai karakter yang diamati dari hasil persilangan resiprokal (F2) dengan hasil persilangan resiprokal (F1) dan untuk melihat nilai variasi dan heritabilitas dari populasi hasil persilangan resiprokal sebagai acuan untuk seleksi.
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Adanya perbedaan dari berbagai karakter tanaman hasil selfing pada generasi (F1) dan tetua serta adanya perbedaan nilai variabilitas dan heritabilitas dari berbagai karakter tanaman hasil selfing.
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan dalam penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera utara, Medan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Sharma (2002) taksonomi tanaman jagung diklasifikasikan dalam kingdm: plantae, divisio: Spermathopyta, class: Monocotyledoneae, Ordo: Graminales, Famili: Gramineae, Genus: Zea, Spesies: Zea mays L.
Sistem akar primer terdiri atas radikula dan akar-akar seminal yang muncul dari bagian pangkal biji ketika berkecambah. Kemudian sistem aakar yang tetap (sekunder) berkembang dari empat sampai lima buku pertama dari batang yang tetap di bawah tanah. Akar-akar penguat atau udara terbentuk dari beberapa buku di atas permukaan tanah (Fischer dan Palmer, 1992).
Batang tanaman yang kaku ini tingginya berkisar antara 1,5 m- 2,5 m dan terbungkus oleh pelepah daun yang berselang seling yang berasal dari setiap buku. Buku batang mudah terlihat. Pelepah daun terbentuk pada buku dan membungkus rapat-rapat panjang batang utama. Sering melingkupi hingga buku berikutnya. Pada lidah daun (ligula), setiap pelepah daun kemudian membengkok menjauhi batang sebagai daun yang panjang, luas dan melengkung. Ligula ini melekat kuat melingkupi batang dan ujung pelepah (Rubazky dan Yamaguchi, 1998).
dibatasi oleh specula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan ke dalam pelepah daun (Ginting, 1995).
Jagung merupakan tanaman berumah satu. Jagung menghasilkan bunga-bunga jantannya dalam suatu perbunga-bungaan terminal (malai) dan bunga-bunga-bunga-bunga betina pada tunas samping (tongkol). Jagung merupaka tanaman protandri , yaitu mekarnya bunga jantan biasanya terjadi satu atau dua hari sebelum munculnya tangkai putik. Karena pemisahan tongkol dan malai, jagung merupakan suatu spesies tanaman menyerbuk silang (Fischer dan Palmer, 1992).
Bunga jantan jagung berada di ujung batang dalam bentuk malai diujung. Jika kepala sari dari tassel pecah maka terbentuklah kabut debu serbuk sari. Telah dihitung bahwa sebuah tassel dapat menghasilkan sebanyak 60 juta serbuk sari. Bunga betina tumbuh dibagian bawah tanaman dalam bentuk bulir majemuk atau sering disebut tongkol yang tertutup rapat oleh upih yang disebut kulit ari. Muncul dari tongkol dijumpai sejumlah besar rambut panjang (silks) yaitu kepala putik. Sewaktu reseptif rambut sutra ini lengket, sehingga serbuk sari manapun yang tertiup kearah rambut ini akan melekat. Setiap rambut dihubungkan oleh tangkai putik yang panjang kebakal buah tunggal yang setelah dibuahi menjadi biji atau inti biji (kernel). Pada bunga jantan biasanya memancarkan serbuk sari sebelum bunga betina pada tanaman yang sama masak. Ketika kepala sari bunga betina menjadi reseptif maka serbuk sari dari tanaman jagung yang bersebelahan tertiup angin dan akan menempel padanya sehingga terjadi penyerbukan silang (Loveless, 1989).
beberapa barisan biji. Jumlah biji berkisar antara 200–400 butir. Jagung memproduksi Karbohidrat lebih banyak daripada serelia lainnya. Hal ini disebabkan jagung tanaman yang sangat efisien dalam penggunaan energi dan tergolong dalam tanaman C4 yang menyimpan energi fotosintat dalam biji (Nurmala, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Intensitas cahaya matahari sangat diperlukan dalam jumlah yang cukup, sesuai dengan sifat tanaman jagung sebagai golongan C4. Sebaiknya tanaman jagung mendapat cahaya langsung (Nurmala, 1998).
Perkecambahan benih optimum terjadi pada suhu 21oC dan 27oC, dan berlansung sangat lambat atau gagal berkecambah pada suhu tanah lebih rendah dari 10oC. Setelah berkecambah, pertumbuhan bibit dan tanaman dapat berlangsung pada kisaran suhu 10oC hingga 40oC tetapi terbaik pada suhu antara 21oC dan 30oC. Suhu rendah sangat mengahmbat pertumbuhan, khususnya setelah mulai tumbuh bunga jantan (terseling) (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Tanah
Tanaman jagung tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, terutama pada tanah yang bertekstur liat karena mampu menahan lengas yang tinggi atau
mampu menyimpan air lebih lama dari pada tekstur tanah yang lain (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Jagung dapat tumbuh diberbagai jenis tanah tetapi dengan pengolahan dan drainase yang bagus. pH tanah untuk tanaman jagung berkisar antara 5,8-6,5 (Dacoteau, 2000).
Tanah yang dapat di tumbuhi jagung agar berproduksi dengan baik adalah andosol dan latosol, dan tanah berpasir atau lempung berpasir dengan drainase atau pengairan yang baik (Thompson and Kelly, 1987).
Variabilitas
berbagi dalam kombinasi-kombinasi baru pada individu-individu F2. Secara umum terlihat generasi F2 lebih beragam dari F1 (Stansfield, 1991).
Jika σ makin besar, kurvanya normalnya makin rendah (platikurtik) dan untuk σ makin kecil, kurvanya makin tinggi (leptokurtik). Beberapa bagian untuk distribusi normal umum dengan rata-rata µ dan simpangan baku σ dengan mudah dapat ditentukan. Tepatnya jika sebuah fenomena berdistribusi normal, maka fenomena itu:
1. Kira-kira 68,27% dari kasus ada dalam daerah satu simpangan baku sekitas rata-rata, yaitu antara μ- σ dan μ+σ.
2. Ada 95,45% dari kasus terletak dalam daerah dua simpangan baku sekitar rata-rata, yaitu μ- 2σ dan μ+2σ.
3. Hampir 99,73% dari kasus ada dalam daerah tiga simpangan baku sekitar rata-rata yaitu antara μ- 3σ dan μ+ 3σ.
(Sudjana, 1992).
Penyebaran dari observasi suatu populasi dapat dideskripsikan dengan varian, varian adalah rata-rata penyimpangan dari rata-rata yang dikuadratkan. Varian digunakan dalam perhitungan standar deviasi pada perhitungan heritabilitas (Poehlman and Sleper, 1995).
Heritabilitas
Heritabilitas adalah ragam proporsi dari variasi fenotipe total yang
heritabilitas tinggi > 0,5; heritabilitas sedang = 0,2 – 0,5 dan heritabilitas rendah < 0,2. Jika heritabilitas kurang dari satu, maka nilai tengah dari keturunan dalam hubungannya dengan nilai tengah induk-induknya, terjadi regresi ke arah nilai tengah generasi sebelumnya. Jika heritabilitas itu adalah 0,5 maka nilai tengah keturunan beregresi 50% ke arah nilai tengah generasi sebelumnya, jika heritabilitas itu adalah 0,25 maka nilai tengah keturunan beregresi 75% ke arah nilai tengah generasi sebelumnya. Jadi jika heritabilitas = 100%, maka sama dengan persentase regresi (Stansfield, 1991).
Heritabilitas dinyatakan sebagai persentase dan merupakan bagian pengaruh genetik dari penampakan fenotif yang dapat diwariskan dari tetua kepada turunannya. Heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa varian genetik besar dan varian lingkungan kecil. Dengan makin besarnya komponen lingkungan, heritabilitas makin kecil. Dalam hal panjang tongkol, nilai heritabilitas 45% relatif tinggi dan menunjukkan bahwa seorang pemulia tanaman dapat memperoleh kemajuan dalam mencari tongkol jagung yang lebih panjang. Dalam kebanyakan program pemuliaan tanaman, tujuan dari pemuliaan tanaman meliputi lebih dari satu sifat. Sebagai tambahan terhadap panjang tongkol, pemulia tanaman mungkin juga tertarik pada ukuran biji, rasa manis dari biji, ketebalan perikarp, panjang kelobot dan sejumlah sifat-sifat lain (Crowder, 1997).
H atau h2 =
Kebanyakan karakter yang telah diwariskan berbeda dalam hal heritabilitas. Sebuah karakter seperti hasil, sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan dan akan memiliki heritabilitas yang rendah. Karakter yang tidak besar dipengaruhi oleh lingkungan biasanya memiliki heritabilitas yang tinggi. Pengaruh ini yang mungkin dipilih sebagai prosedur dalam seleksi yang digunakan oleh pemulia tanaman. Seleksi pada F2 pada persilangan antara tetua homozigot akan sangat tidak efektif untuk karakter yang heritabilitasnya rendah. Seleksi pada F2 akan lebih efektif apabila dibatasi oleh karakter yang memiliki heritabilitas tinggi. Seleksi untuk karakter yang heritabilitasnya rendah bisa
dibuat lebih efektif apabila didasari penampilan keturunan F2 (Polhman and Sleper, 1995).
Persilangan
Persilangan resiprokal (persilangan kebalikan) ialah perkawinan yang merupakan kebalikan dari perkawinan yang semula dilakukan misalnya persilangan antara A sebagai tetua betina disilangkan dengan B sebagai tetua jantan dan sebaliknya B sebagai tetua betina disilangkan dengan A sebagai tetua jantan (Suryo, 2005).
Pada proses silang dalam yang dilakukan, keturunannya akan mengalami kemunduran dalam hal ketegaran, berkurangnya ukuran dari standar normal dan berkurangnya tingkat kesuburan reproduksi dibandingkan dengan tanaman tetuanya. Kemunduran sifat-sifat ini sering disebut adanya tekanan silang dalam (Mangoendidjojo, 2003).
Silang dalam menyebabkan homosigositas, yaitu munculnya gen-gen yang merugikan (letal) dan berkurangnya ketegaran tetapi dapat digunakan untuk mengembangkan galur murni dari spesies menyerbuk silang. Derajat silang dalam tergantung pada intensitas pembuahan sendiri atau perkawinan individu yang berkerabat (Crowder, 1997).
Uji Progenitas
Uji progenitas digunakan sebagai suatu sistem evaluasi mengukur karakter terbaik setiap induk yang dapat digunakan pada persilangan selanjutnya dalam seleksi berulang. Uji keturunan tersebut dengan demikian tidak mempersoalkan asal dari keturunan. Setiap produksi sistem keturunan berguna dalam mengidentifikasi karakter induk yang dapat dipergunakan dalam program pemulian sfesifik (Welsh, 1991).
Galur inbreed disilangkan satu sama lain kemudian dilihat penampilan F1nya. Apabila galur inbreed yang disilangkan dengan berbagai galur inbreed menghasilkan F1 dengan penampilan rata-ratanya baik, maka galur inbreed tersebut dikatakan mempunyai daya gabung umum yang baik. Apabia suatu galur inbreed hanya menampilkan F1 yang baik bila disilanglkan dengan galur inbreed tertentu, maka galur inbreed tersebut mempunyai daya gabung khusus (Spesific Combining Ability) yang baik (Sunarto, 1997).
Untuk membedakan atau membandingkan dua macam perlakuan (uji beda rata-rata) umumnya dilakukan dengan uji t (test/ uji progenitas). Pada prinsipnya berbeda nyata atau tidaknya dua macam perlakuan tersebut dapat diketahui dari perbandingan t hitung dan t tabel (daftar) (Sastrosupardi, 2004). Uji Progenitas Hasil F1 Dan Tetua Pada Setiap Karakter
Uji progenitas tinggi tanaman populasi F1 dengan populasi tetua.
Uji progenitas jumlah daun populasi F1 dengan populasi tetua.
Uji progenitas umur keluar bunga jantan populasi F1 dengan populasi tetua.
Genotipe Rataan t hitung t 05
Uji progenitas umur keluar bunga betina populasi f1 dengan populasi tetua.
Genotipe Rataan t hitung t 05
Uji progenitas kelengkungan daun populasi F1 dengan populasi tetua.
Uji progenitas jumlah daun di atas tongkol populasi F1 dengan populasi tetua.
Uji progenitas umur panen populasi F1 dengan populasi tetua.
Genotipe Rataan t hitung t 05
Uji progenitas jumlah baris per tongkol populasi F1 dengan populasi tetua.
Genotipe Rataan t hitung t 05
Uji progenitas jumlah biji per tongkol populasi F1 dengan populasi tetua.
Uji progenitas berat biji per tongkol populasi F1 dengan populasi tetua
Uji progenitas berat 100 biji populasi F1 dengan populasi tetua
Genotipe Rataan t hitung t 05
Uji progenitas produksi biji kering per plot (g) populasi F1 dengan populasi tetua
Genotipe Rataan t hitung t 05
Uji progenitas laju pengisian biji (g/hari) populasi F1 dengan populasi tetua
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan bulan Juni
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah biji hasil selfing jagung yang terdiri dari 6 genotif yaitu:VA (Arjuna) X VB (Sukmaraga), VC (Harapan) X VD (Kalingga), VE (Srikandi Kuning) X VF (Bayu), VB (Sukmaraga) X VA (Arjuna), VD (Kalingga) X VC (Harapan), VF (Bayu) X VE (Srikandi Kuning), pupuk urea, SP-36, KCl, Dithane M-45, decis 2,5 EC, amplop ukuran besar yang berguna untuk menampung serbuk sari pada saat persilangan dan plastik ukuran ½ kg dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian ini.
Adapun alat-alat yang digunakan adalah cangkul untuk mengolah lahan, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, timbangan analitik untuk menimbang bobot biji, kalkulator untuk menghitung data, kuas untuk mengoleskan serbuk sari dan alat tulis untuk mencatat data.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yang terdiri dari 6 jenis hasil selfing (genotif) yaitu:
VD (Kalingga) X VC (Lamuru) : VDC VF (Bayu) X VE (Srikandi Kuning) : VFE
Jumlah ulangan : 4 ulangan
Jumlah plot : 24 plot
Jumlah tanaman perplot : 10 tanaman
Jarak tanaman : 25 X 75 cm
Jumlah tanaman sampel/plot : 3 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 240 tanaman
Luas plot : 100 X 150 cm
Model linier yang digunakan untuk rancangan acak kelompok nonfaktorial adalah :
Y
ij =µ
+ρ
i +τ
ij +ε
ij i = 1,2,3,4 j = 1,2,3,4,5,6Y
ij = adalah nilai pengamatan pada blok ke-i dan perlakuan ke-jµ
= rataan umum
ρ
i = adalah pengaruh pada blok ke-iτ
ij = adalah pangaruh perlakuan pada blok ke-i dan perlakuan ke-jε
ij = adalah pangaruh error pada blok ke-i dan perlakuan ke-j.Apabila efek perlakuan berbeda nyata pada analisis sidik ragam maka dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) (Steal dan Torrie, 1993).
selanjutnya digunakan untuk menentukan nilai varian genotif (
σ
2g) dan varianfenotif (
σ
2p).Nilai varian genotif dan fenotif untuk setiap karakter diduga melalui analisis dari nilai harapan variannya yaitu:
KTp - (
σ
2e) Varian genetik (σ
2g) =r Varian fenotif (
σ
2p) = (σ
2g) + (σ
2e)Dalam Stansfield (1991) untuk melihat luas sempitnya variabilitas genetik dan fenotif suatu karakter ditentukan berdasarkan varian genetik (
σ
2g), varianfenotif (
σ
2p) serta standar deviasi genetik (σ
σ2g) dan standar deviasi fenotif
(
σ
σ2p) yang ditentukan dari:Dengan kriteria sebagai berikut:
(
σ
2g) > 2(σ
σ2g) : variabilitas genetik luas(
σ
2g) ≤ 2(σ
σ2g) : variabilitas genetik sempit(
σ
2p) > 2(σ
σ2Nilai heritabilitas dalam arti luas dihitung berdasaskan rumus:
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sampah, lalu dilakukan pembuatan plot percobaan berukuran 100cm X 150cm, jarak antar plot 50 cm dan jarak antar blok 75 cm yang berfungsi sebagai drainase. Tanah diolah dengan kedalaman olah 20 cm.
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam pada lahan penelitian. Setiap plot dibuat lubang tanam sebanyak 10 lubang tanam. Setiap lubang tanam ditanami 2 benih perlubang tanam. Kemudian lubang tanam ditutup dengah tanah top soil.
Pemupukan
Pupuk urea diberikan dua kali yaitu pada saat tanam dan pada saat tanaman berumur 3 minggu setelah tanaman (MST) dengan dosis pupuk urea 3,75g/tanaman, pupuk KCl dan TSP diberikan pada saat tanaman 3 MST dengan dosis pupuk KCl 1,87g/tanaman dan TSP1,87 g/tanaman.
Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada saat tanaman berumur 2 MST. Penjarangan dilakukan dengan cara memotong sakah satu tanaman sehingga pada setiap lubang tanam hanya terdapat satu tanaman.
Penyungkupan
dengan cara menyungkup alat kelamin jantan dengan amplop yang dapat menampung serbuk sari, dan alat kelamin betina dengan menggunakan plastik transparan dan setelah selesai persilangan dan masa reseptik bunga telah selesai maka sungkup dibuka kembaki.
Penyilangan
Penyilangan dilakukan dengan cara selfing yaitu bunga jantan menyerbuki bunga betina pada tanaman yang sama, dan persilangan dilakukan setelah alat kelamin sudah memasuki masa reseptik. Penyilangan atau penyerbukan dilakukan dengan mengumpulkan serbuk sari pada amplop coklat yang telah disediakan dan kemudian serbuk sari tersebut diletakkan pada bunga betina (silk) dan setelah itu silk ditutup kembali dengan plastik transparan dan setelah masa reseptik bunga betina berahir maka plastik pembungkus dibuka.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari, atau sesuai dengan kondisi lingkungan. Penyiraman dilakukan agar kondisi air pada lahan penelitian tetap berada pada kondisi yang cukup untuk tanaman.
Penyiangan
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dengan dosis 0,5 cc/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida dengan dosis 1 cc/liter air.
Panen
Panen dilakukan dengan mengambil tongkol jagung dengan menggunakan tangan. Adapun kriteria panennya adalah rambut tongkol telah berwarna hitam dan bila biji ditekan dengan kuku tidak meninggalkan bekas.
Peubah Amatan Tinggi Tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari leher akar sampai dengan ujung daun tertinggi dengan menggunakan meteran. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 2 MST.
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung dengan menghitung seluruh daun yang telah membuka sempurna. Pengukuran jumlah daun dilakukan setiap minggu sejak tanaman berumur 2 MST hingga muncul bunga jantan.
Umur Keluar Bunga Jantan (hari)
Umur Keluar Bunga Betina (hari)
Umur berbunga betina diamati pada saat keluar bunga betina pada tanaman sampel yaitu keluarnya silk dari tongkol.
Kelengkungan Daun
Kelengkungan daun merupakan nisbah antara panjang daun dengan jarak antara ujung daun hingga pangkal daun dalam keadaan melengkung yang dinyatakan dengan : a/b
Dimana: a = panjang daun
b= jarak antara ujung daun hingga pangkal daun dalam posisi melengkung
Jumlah Daun di Atas Tongkol
Jumlah daun di atas tongkol dihitung dengan menghitung jumlah daun yang berada diatas tongkol utama.
Umur Panen (hari)
Umur panen dihitung pada saat dilakukannya pemanenan pada setiap tanaman sampel
Jumlah baris per Tongkol (g)
Jumlah baris per tongkol dihitung dari setiap tanaman sampel. Jumlah Biji per Tongkol (biji)
Jumlah biji per tongkol dihitung pada setiap tanaman sampel. Berat Biji per Tongkol (g)
Berat 100 biji (g)
Berat 100 biji ditimbang setelah biji dikeringkan dan dipipil pada setiap tanaman sampel.
Produksi Biji Kering per Plot (g)
Produksi biji kering per plot (g) diambil dari seluruh tanaman per plot setelah biji dikeringkan dan dipipil.
Laju Pengisian Biji (g/hari)
Laju pengisian biji dihitung dengan membagi bobot biji tiap tongkol dengan selisih antar umur panen dan umur keluar rambut.
berat biji (g) LPB =
Umur Panen (hari) – Umur Keluar Rambut (hari) Uji Progenitas
Uji progenitas dilakukan untuk membedakan atau membandingkan dua macam perlakuan (uji beda rata-rata) umumnya dilakukan dengan uji t (test/ uji progenitas). Data yang di uji adalah :
- F2 dengan F1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Tanaman (Cm)
Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis sidik ragam dari tinggi tanaman 2 s/d 7 MST dapat dilihat pada Lampiran 1 s/d 30. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa genotipe berbeda nyata terhadap karakter tinggi tanaman 2 s/d 7 MST. Rataan tinggi tanaman 2 s/d 7 MST dari beberapa genotipe dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tanaman 2 s/d 7 MST dari beberapa genotipe (cm) Genotip
e
Tinggi Tanaman Pada Umur (Cm)
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST VCD 30.245ab 53.968a 85.948a 115.825a 153.048a 193.695a VDC 31.858ab
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Tabel diatas menunjukkan bahwa rataan tinggi tanaman 7 MST yang tertinggi terdapat pada genotipe VAB yaitu 193.695 cm dan yang terendah pada genotipe VEF yaitu 176.230 cm.
dengan tinggi tanaman dari populasi F1. Perbandingan tinggi tanaman dari populasi F2 dengan populasi F1 berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.Uji progenitas tinggi tanaman populasi F2 dengan populasi F1
Perlakuan
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan F1 jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Sedangkan hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t (uji progenitas) pada tanaman F2 dengan tetua menunjukkan bahwa karakter tinggi tanaman dari populasi F2 dengan tetua ada yang berbeda nyata, pada genotipe VAB, VCD, VDC, VFE dan tidak berbeda nyata pada genotipe VBA, VEF. Perbandingan tinggi tanaman dari populasi F2 dengan populasi tetua berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Uji progenitas tinggi tanaman populasi F2 dengan populasi tetua
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan tetua jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t, genotipe F2 pada karakter tinggi tanaman menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan persilangan resiprokalnya (F1r) berdasarkan uji t pada taraf 5%. Perbandingan tinggi tanaman dari genotipe dengan resiprokalnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perbandingan tinggi tanaman dari genotipe dengan resiprokalnya
Genotipe
Keterangan: Genotipe berbeda nyata dengan resiprokalnya jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Jumlah Daun (helai)
Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis sidik ragam dari karakter jumlah daun 2 s/d 7 MST dapat dilihat pada lampiran 31 s/d 60. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa genotipe yidak berbeda nyata pada karakter jumlah daun pada 2 s/d 5 MST. Rataan jumlah daun 2 s/d 7 MST dari beberapa genotipe dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan jumlah daun 2 s/d 7 MST dari beberapa genotipe (helai)
Genotipe Jumlah Daun Pada Umur (Helai)
2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST 7 MST
Tabel diatas menunjukkan bahwa rataan jumlah daun 7 MST yang tertinggi terdapat pada genotipe VDC yaitu 13.813 Helai dan yang terendah pada genotipe VBA yaitu 12.688 Helai.
Hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t (uji progenitas), menunjukkan bahwa karakter jumlah daun dari populasi F2 tidak berbeda nyata dengan jumlah daun dari populasi F1. Perbandingan jumlah daun dari populasi F2 dengan populasi F1 berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji progenitas jumlah daun populasi F2 dengan F1.
Genotipe Rataan t hitung t 05
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan F1 jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t.
Sedangkan hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t (uji progenitas) pada tanaman F2 dengan tetua menunjukkan bahwa karakter jumlah daun menunjukkan bahwa jumlah daun F2 tidak berbeda nyata dengan jumlah daun tetua. Perbandingan jumlah daun dari populasi F2 dengan populasi tetua berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Uji progenitas jumlah daun populasi F2 dengan populasi tetua.
VEF 8.830 13.000 1.106
VFE 8.833 13.438 1.222
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan tetua jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t.
Hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t, genotipe F2 pada karakter jumlah daun menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan persilangan resiprokalnya (F1r) berdasarkan uji t pada taraf 5%. Perbandingan jumlah daun dari genotipe dengan resiprokalnya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perbandingan jumlah daun dari genotipe dengan resiprokalnya
Genotipe
Keterangan: Genotipe berbeda nyata dengan resiprokalnya jika angka angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Umur Keluar Bunga Jantan (hari)
Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis sidik ragam dari karakter umur keluar bunga jantan (hari) dapat dilihat pada lampiran 61. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa genotipe berbeda nyata terhadap karakter umur keluar bunga jantan. Rataan umur keluar bunga jantan (hari) dari beberapa genotipe dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan umur keluar bunga jantan dari beberapa genotipe (hari)
Genotipe Umur Berbunga
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Rataan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Tabel di atas menunjukkan bahwa rataan umur keluar bunga jantan tercepat terdapat pada genotipe VAB yaitu 48.188 hari dan yang terlama terdapat pada genotipe VDC yaitu 52.313 hari.
Histogram umur keluar bunga jantan dari beberapa genotipe dapat dilihat pada gambar 1.
VAB VBA VCD VDC VEF VFE
Genotipe
Tabel 10. Uji progenitas umur keluar bunga jantan populasi F2 dengan F1
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan F1 jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t.
Sedangkan hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t (uji progenitas), menunjukkan bahwa karakter umur keluar bunga jantan dari populasi F2 berbeda nyata dengan umur keluar bunga jantan dari populasi tetua pada genotipe VFE dan tidak berbeda nyata pada genotipe yang lain. Perbandingan umur keluar bunga jantan dari populasi F1 dengan populasi tetua berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Uji progenitas umur keluar bunga jantan populasi F2 dengan tetua.
\ Rataan
Hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t, genotipe F2 pada karakter umur keluar bunga jantan menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan persilangan resiprokalnya (F1r) berdasarkan uji t pada taraf 5%. Perbandingan umur keluar bunga jantan dari genotipe dengan resiprokalnya dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Perbandingan umur keluar bunga jantan dari genotipe dengan resiprokalnya.
Genotipe t hit t05
F1 Rataan F1r Rataan
VAB 48.19 VBA 51.25 -0.812 2.131
VCD 49.75 VDC 52.31 -0.680
VEF 52.06 VFE 49.69 0.630
Keterangan: Genotipe berbeda nyata dengan resiprokalnya jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t.
Umur Keluar Bunga Betina (hari)
Tabel 13. Rataan umur keluar bunga betina dari beberapa genotipe (hari).
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Tabel di atas menunjukkan bahwa rataan umur keluar bunga betina tercepat terdapat pada genotipe VAB yaitu 50.87 hari dan yang terlama terdapat pada genotipe VEF yaitu 55.56 hari
Histogram umur keluar bunga betina dari beberap genotipe dapat dilihat pada Gambar 2.
VAB VBA VCD VDC VEF VFE
Genotipe
berbeda nyata dengan umur keluar bunga betina dari populasi F1. Perbandingan umur keluar bunga betina dari populasi F1 dengan populasi tetua berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Uji progenitas umur keluar bunga betina populasi F2 dengan F1
Genotipe
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan F1 jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Sedangkan Hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t (uji progenitas) menunjukkan bahwa karakter umur keluar bunga betina dari populasi F2 berbeda nyata dengan umur keluar bunga betina dari populasi F2 pada genotipe VAB, VDC, VFE, dan tidak berbeda nyata dengan genotipe VBA,VCD, VEF Perbandingan umur keluar bunga betina dari populasi F2 dengan populasi tetua berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Uji progenitas umur keluar bunga betina populasi F2 dengan tetua
Genotipe Rataan t hitung t 05
Hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t, genotipe F1 pada karakter umur keluar bunga betina menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan persilangan resiprokalnya berdasarkan uji t pada taraf 5%. Perbandingan umur keluar bunga betina dari genotipe dengan resiprokalnya dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Perbandingan umur keluar bunga betina dengan resiprokalnya. Genotipe
t hit t05
F1 Rataan F1r Rataan
VAB 50.88 VBA 53.00 -0.564 2.131
VCD 53.56 VDC 55.56 -0.531
VEF 54.00 VFE 51.75 0.597
Keterangan: Genotipe berbeda nyata dengan resiprokalnya jika angka angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Kelengkungan Daun (Cm)
Tabel 17. Rataan kelengkungan daun (cm)
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Tabel diatas menunjukkan bahwa rataan kelengkungan daun tertinggi terdapat pada genotipe VBA yaitu 1.75 dan yang terendah terdapat pada genotipe VCD yaitu 1.27.
Hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t (uji progenitas) menunjukkan bahwa karakter kelengkungan daun dari populasi F2 tidak berbeda nyata dengan kelengkungan daun dari populasi F1. Perbandingan kelengkungan daun dari populasi F1 dengan populasi tetua berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Uji progenitas kelengkungan daun pada populasi F2 dengan F1.
Genotipe Rataan t hitung
Sedangkan hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t (uji progenitas) menunjukkan bahwa karakter kelengkungan daun dari populasi F2 tidak berbeda nyata dengan kelengkungan daun dari populasi tetua. Perbandingan kelengkungan daun dari populasi F1 dengan populasi tetua berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada tabel 19.
Tabel 19. Uji progenitas kelengkungan daun pada populasi F2 dengan tetua
Genotipe Rataan t hitung t 05
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan tetua jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t, genotype F1 pada karakter kelengkungan daun menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan persilangan resiprokalnya (F1r) berdasarkan uji t pada taraf 5%. Perbandingan kelengkungan daun dari genotipe dengan resiprokalnya dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Perbandingan kelengkungan daun dari genotipe dengan resiprokalnya Genotipe
Jumlah daun di atas tongkol (helai)
Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam dari karakter jumlah daun di atas tongkol dapat dilihat pada lampiran 76. Hasil analisis ragam tersebut menunjukkan bahwa genotipe tidak berbeda nyata terhadap karakter jumlah daun diatas tongkol. Rataan jumlah daun di atas tongkol dari beberapa genotipe dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Rataan jumlah daun di atas tongkol (helai)
Genotipe Rataan
VAB 5.563
VBA 5.688
VCD 5.563
VDC 5.875
VEF 5.375
VFE 5.625
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji Beda Rataan dengan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Tabel diatas menunjukkan bahwa rataan jumlah daun di atas tongkol tertinggi terdapat pada genotipe VDC yaitu 5.875 helai dan yang terendah terdapat pada genotipe VEF yaitu 5.375 helai.
Tabel 22. Uji progenitas jumlah daun di atas tongkol populasi F2 dengan populasi
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan F1 jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Sedangkan hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t (uji progenitas) menunjukkan bahwa karakter jumlah daun di atas tongkol dari populasi F2 tidak berbeda nyata dengan jumlah daun di atas tongkol dari populasi Ftetua. Perbandingan jumlah daun di atas tongkol dari populasi F2 dengan populasi tetua berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Uji progenitas jumlah daun di atas tongkol populasi F2 dengan tetua
Genotipe Rataan t hitung t 05
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan Tetua jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Perbandingan jumlah daun di atas tongkol dari genotipe dengan resiprokalnya dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Perbandingan jumlah daun di atas tongkol genotipe dengan resiprokalnya
Keterangan: Genotipe berbeda nyata dengan resiprokalnya jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Umur Panen (hari)
Hasil analisis secara statistika dengan metode analisis ragam dari karakter umur panen (hari) dapat dilihat pada lampiran 81. Hasil analisis sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa genotipe tidak berbeda nyata terhadap karakter umur panen. Rataan umur panen (hari) dari beberapa genotipe dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Rataan umur panen dari beberapa genotipe (hari)
Genotipe Rataan
Tabel diatas dapat dilihat bahwa rataan panen tercepat terdapat pada
VAB VBA VCD VDC VEF VFE
Genotipe
Gambar 3. Histogram umur panen dari beberapa genotipe.
Tabel 26. Uji progenitas umur panen populasi F2 dengan populasi F1.
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan F1 jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Sedangkan hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t (uji progenitas) menunjukkan bahwa karakter umur panen dari populasi F2 berbeda nyata dengan umur panen dari populasi tetua. Perbandingan umur panen dari populasi F2 dengan populasi tetua berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Uji progenitas umur panen populasi F2 dengan populasi tetua.
Genotipe Rataan t hitung t 05
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan tetua jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Tabel 28. Perbandingan umur panen dari genotipe dengan resiprokalnya
Keterangan: Genotipe berbeda nyata dengan resiprokalnya jika angka angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Jumlah Baris Pertongkol (baris)
Hasil analisis secara statistik dengan metode analisis ragam dari karakter jumlah baris per tongkol (baris) dapat dilihat pada lampiran 86. Hasil analisis ragam tersebut menunjukkan bahwa genotipe tidak berbeda nyata terhadap karakter jumlah baris per tongkol (baris). Rataan jumlah baris per tongkol (baris) dari beberapa genotipe dapat dilihat pada Tabel 29.
Tabel 29. Rataan Jumlah Baris pertongkol (baris)
Genotipe Rataan
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t (uji progenitas) menunjukkan bahwa karakter jumlah baris per tongkol dari populasi F2 tidak berbeda nyata dengan jumlah baris per tongkol dari populasi F1 pada semua genotipe. Perbandingan jumlah baris per tongkol dari populasi F2 dengan populasi F1 berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 30.
Tabel 30. Uji progenitas jumlah baris pertongkol populasi F2 dengan F1
Genotipe Rataan t hitung
t 05 Tetua (Ỹ1) F1(Ỹ2)
VAB 15.125 13.188 -0.514 2.131
VBA 14.063 12.625 -0.381
VCD 13.750 12.563 -0.315
VDC 14.813 12.813 -0.531
VEF 15.250 13.625 -0.431
VFE 14.000 12.813 -0.315
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan F1 jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Tabel 31. Uji progenitas jumlah baris pertongkol populasi F2 dengan tetua
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan tetua jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t, genotipe F1 pada karakter jumlah baris per tongkol menunjukkan perbedaan yang tidak berbeda nyata dengan persilangan resiprokalnya (F1r) berdasarkan uji t pada taraf 5%. Perbandingan jumlah baris per tongkol dari genotipe dengan resiprokalnya dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32. Perbandingan jumlah baris pertongkol dari genotipe dengan resiprokalnya
Keterangan: Genotipe berbeda nyata dengan resiprokalnya jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t
Jumlah biji per tongkol (biji)
Tabel 33. Rataan jumlah biji per tongkol (biji)
Keterangan: Angka yang diikuti oleh notasi yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji beda rataan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) pada taraf 5%.
Tabel diatas menunjukkan bahwa rataan jumlah biji per tongkol tertinggi terdapat pada genotipe VDC yaitu 400.688 biji dan yang terendah terdapat pada genotipe VEF yaitu 274.063 biji.
Histogram jumlah biji per tongkol dari beberapa genotipe dapat dilihat pada gambar 4.
VAB VBA VCD VDC VEF VFE
Genotipe
Hasil analisis secara statistika dengan menggunakan uji t (uji progenitas) menunjukkan bahwa karakter jumlah biji per tongkol dari populasi F2 berbeda nyata dengan jumlah biji per tongkol dari populasi F1 untuk semua genotipe. Perbandingan jumlah biji per tongkol dari populasi F2 dengan populasi F1 berdasarkan uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34. Uji progenitas jumlah biji per tongkol dari populasi F2 dengan F1
Genotipe
Rataan t hitung
t 05
F1 (Ỹ1) F2(Ỹ2)
VAB 488.688 350.563 -36.644 2.131
VBA 440.813 346.063 -25.137
VCD 499.125 288.188 -55.961
VDC 462.625 400.688 -16.432
VEF 553.125 274.063 -74.034
VFE 519.063 344.625 -46.277
Keterangan: F2 berbeda nyata dengan F1 jika angka-angka pada lajur t hitung tidak berada pada daerah penerimaan t .05 berdasarkan uji t.