• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Kredibilitas Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Memilih Dan Loyalitas Pemilih Partai Demokrat Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pengaruh Kredibilitas Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Memilih Dan Loyalitas Pemilih Partai Demokrat Di Kota Medan"

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH KREDIBILITAS DR. H. SUSILO

BAMBANG YUDHOYONO SEBAGAI CELEBRITY ENDORSER

TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH DAN LOYALITAS

PEMILIH PARTAI DEMOKRAT DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

MARISI SUMANTRI PARLINDUNGAN SINAGA

077019085/IM

S

E K O L A H

P A

S C

A S A R JA

NA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS PENGARUH KREDIBILITAS DR. H. SUSILO

BAMBANG YUDHOYONO SEBAGAI CELEBRITY ENDORSER

TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH DAN LOYALITAS

PEMILIH PARTAI DEMOKRAT DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

MARISI SUMANTRI PARLINDUNGAN SINAGA

077019085/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UATARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH KREDIBILITAS Dr.H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO SEBAGAI

CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN MEMILIH DAN LOYALITAS PARTAI DEMOKRAT DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Marisi Sumantri Parlindungan Sinaga

Nomor Pokok : 077019085

Program Sudi : Ilmu Manajemen

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Amrin Fauzi) (Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Rismayani, SE., M.S) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada Tanggal : 2 Juni 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Amrin Fauzi

Anggota : 1. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA

2. Prof. Dr. Rismayani, SE, MS 3. Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis saya yang berjudul:

“Analisis Pengaruh Kredibilitas Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai

Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Memilih dan Loyalitas Pemilih Partai

Demokrat di Kota Medan”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan

oleh siapapun juga sebelumnya.

Sumber-sumber data yang diperoleh dan digunakan telah dinyatakan

secara jelas dan benar.

Medan, Mei 2010

Yang membuat pernyataan,

(6)

ABSTRAK

 

Marketing politik adalah ilmu baru yang berkembang akhir-akhir ini, digabungkannya ilmu marketing kedalam dunia politik. Persaingan dalam dunia politik terjadi untuk memperebutkan hati konstituen dan membuat mereka memilih kandidat (partai politik atau kontestan individu) masing-masing selama pemilihan umum. Persaingan ini menuntut masing-masing produsen untuk memikirkan cara dan metode yang efektif untuk mampu berkomunikasi dan meyakinkan konstituen bahwa kandidat dan partai politik merekalah yang layak dipilih. 

Penggunaan bintang iklan dalam bidang politik untuk memenangkan suatu partai pada pemilihan umum adalah salah satu contohnya, dimana ketokohan seorang publik figur digunakan untuk mengajak masyarakat untuk menentukan pilihan pada suatu pilihan politik.

Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dimanfaatkan oleh Partai Demokrat sebagai bintang iklan untuk mendorong perolehan Suara Partai Demokrat Secara Nasional, yang terbukti berhasil dengan perolehan luar biasa, khususnya untuk Pemilihan Anggota DPRD Kota Medan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a) Sejauhmana pengaruh kredibilitas Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai celebrity endorser, yang terdiri dari: daya tarik, kesukaan, kepercayaan dan keahlian terhadap keputusan memilih Partai Demokrat di Kota Medan? dan b) Sejauhmana pengaruh kredibilitas Dr. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai celebrity endorser, yang terdiri dari daya tarik, kesukaan, kepercayaan dan keahlian terhadap loyalitas pemilih Partai Demokrat di Kota Medan?

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori Manajemen Pemasaran yang telah dipadu dengan Pemasaran Politik, khususnya yang berkaitan dengan Celebrity endorser, keputusan memilih dan loyalitas pemilih. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan (explanatory). Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara (interview), daftar pertanyaan (quistionaire), dan studi dokumentasi. Model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda menggunakan taraf keyakinan 90% (e=0,1). Populasi adalah Pemilih Partai Demokrat untuk pemilihan Anggota DPRD Kota Medan di 5 Kecamatan terbesar berjumlah 80.558 orang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dan jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 100 orang Pemilih Partai Demokrat.

(7)

daya tarik, kesukaan, kepercayaan dan keahlian secara serempak berpengaruh terhadap loyalitas pemilih Partai Demokrat Kota Medan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara serempak kredibilitas Celebrity endorser DR. H Susilo Bambang Yudhoyono yang terdiri dari daya tarik, kesukaan, kepercayaan dan keahlian berpengaruh terhadap keputusan memilih Partai Demokrat Kota Medan dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan, dan secara parsial variabel daya tarik lebih dominan daripada variabel kepercayaan, kesukaan dan keahlian, dan kredibilitas Celebrity endorser yang etrdiri dari daya tarik, kesukaan, kepercayaan dan keahlian berpengaruh terhadap loyalitas pemilih Partai Demokrat Kota Medan.

(8)

ABSTRACT

Marketing politics is a new knowledge that expand recently, the mix of knowledge marketing into political world. The competition in the political word happened to seize the heart of the constituents and make them choose the candidate (the political party or the individual contestant) especially in the general election. This competition allow the producer to think about the effective method to communicate and make the constituents convinced that the candidate and their political party was the right choice. The usage of celebrity endorser in the field of politics to win a party at General election is one of the example, where personality of a public figure are used to invite society to take a choice at one particular political choice.

Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono as chairman of the board of supervisor Demokrat Party exploited by Demokrat Party as the celebrity endorser to push acquirement voting of Demokrat Party, success and proven with extraordinary acquirement, specially for Choosing the member of DPRD Kota Medan. Formulation of research internal issue this is the : a) The extent of credibility Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono as celebrity endorser, that consist of: attractiveness, likeability, trustworthiness and expertise to influence the decision of Demokrat Party elector in Medan city? and b) The extent of credibility Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono as celebrity endorser, that consists of attractiveness, Likeability, trustworthiness and expertise to influence the loyalty of Partai Demokrat elector in city Medan?

Theory that used at this research is the theory Marketing Management that already combine with Political Marketing, specially related to celebrity endorser, decision selects and elector loyalty. Research Method in research this is the approach survey, research type is descriptive quantitative, and its research characteristic is explanation (explanatory). Data collecting Method is conducted by interview, questionnaire, and documentation study. Model of data analysis that used by is Multiple linear regression analysis use confidence level 90% (e=0,1). Population is the voters Demokrat party for election member of DPRD Medan City in 5 biggest regions amount to 80.558 people. Amount Determination sample in this research use formula Slovin and amount sample research is 100 people Demokrat Party voter.

This research Result indicates that a) Attractiveness Variable, likeability, trustworthiness and expertise simultaneously have an effect on very significant (high Significant) to decision Demokrat Party Voter in Medan. b) Attractiveness Variable, likeability, trustworthiness and expertise simultaneously have an effect on to loyalty of Demokrat Party elector in Medan City.

(9)

trustworthiness and expertise have an effect on to decision select Demokrat Party Kota Medan by very significant influence level, and in partial attractiveness variable overdraws dominant than trustworthiness variable, likeability and expertise, and credibility Celebrity endorser that consist of attractiveness, likeability, trustworthiness and expertise have an effect on to loyalty of Demokrat Party elector in Medan city.

(10)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang

selalu memberikan kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan

Tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Judul penelitian yang dilakukan

penulis adalah: “Analisis Pengaruh Kredibilitas Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

Sebagai Celebrity Endorser Terhadap Keputusan Memilih dan Loyalitas Pemilih

Partai Demokrat Di Kota Medan”.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak

memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM & H.,M.Sc(CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T Chairun Nisa B., M.Sc., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu. Prof. Dr. Rismayani, S.E, M.S selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Ketua Komisi

Pembanding.

4. Bapak Prof. Dr. Amrin Fauzi, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Ibu. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, MBA selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

juga telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

6. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi, Drs. Syahyunan, M.Si, selaku Komisi

(11)

7. Bapak dan Ibu Dosen serta pegawai di Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orang tua penulis, Bapak M. Sinaga dan Ibu P. Sitanggang yang senatiasa

sabar dalam memberikan dukungan dan doa.

9. Saudara-saudara penulis, abang kakak, dan ponakan-ponakan yang menemani

hari-hariku dalam menyelesaikan studi ini.

10. Seluruh teman-temanku mahasiswa Angkatan XIII di Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan

kerjasamanya selama penulis menempuh studi dan penulisan tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari

sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca.

Semoga kiranya Tuahn Yang Maha Esa memberkati kita semua.

Medan, Mei 2010

Penulis,

(12)

RIWAYAT HIDUP

Marisi Sumantri Parlindungan Sinaga, lahir di Sidikalang, 29 Januari 1979,

Putra Keenam dari delapan bersaudara, pasangan Bapak M. Sinaga dan Ibu P.

Sitanggang.

Menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD. Santo Yosef

Sidikalang, tamat dan lulus tahun 1991. Melanjutkan pendidikan ke Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Santo Paulus Sidikalang, tamat dan lulus tahun 1994.

Selanjutnya meneruskan pendidikan ke SMA Negeri 1 Medan, tamat dan lulus tahun

1997. Kemudian menyelesaikan jenjang Pendidikan Strata 1 (S1) Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi di Universitas Padjadjaran Bandung, tamat dan lulus

tahun 2003. Pada tahun 2007 melanjutkan pendidikan Strata 2 (S-2) di Program Studi

Ilmu Manajemen di Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pekerjaan saat ini sebagai wiraswasta dan pengurus Dewan Pimpinan Provinsi

Partai Demokrasi Kebangsaan Sumatera Utara.

Medan, Mei 2010

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……… i

ABSTRACT.….………. iii

KATA PENGANTAR………..……… v

RIWAYAT HIDUP………..………. .. vii

DAFTAR ISI……… viii

DAFTAR TABEL……… xii

DAFTAR GAMBAR……….……….. xiv

DAFTAR LAMPIRAN……… xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1. Latar Belakang... 1

I.2. Perumusan Masalah... 6

I.3. Tujuan Penelitian... 7

I.4. Manfaat Penelitian... 7

I.5. Kerangka Berpikir... 8

I.6. Hipotesis... 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 18

II.1. Penelitian Terdahulu... 18

II.2. Teori tentang Celebrity Endorser... 21

II.2.1 Teori Kredibilitas Seorang Komunikator... 22

II.2.1.1 Daya tarik (attractiveness) ... 24

II.2.1.2 Kesukaan (likeability) ... 30

II.2.1.3 Kepercayaan (trustworthiness) ... 31

II.2.1.4 Keahlian (expertise) ... 31

II.2.2 Efek Penggunaan Celebrity Endorser terhadap Konsumen/ Pemilih ………... 32

(14)

II.2.4 Kriteria Endorser ... 36

II.3. Iklan... 38

II.3.1. Pengertian Iklan... 38

II.3.2. Fungsi Iklan... 38

II.3.3. Tujuan Periklanan ... 40

II.3.4. Elemen Iklan ... 42

II.3.5 Format Pesan Iklan... 43

II.4. Teori tentang Keputusan Memilih... .. 45

II.4.1. Perbedaan Mendasar Antara Keputusan Memilih dalam Bisnis dan Politik... .. 45

II.4.2. Orientasi Pemilih... 47

II.4.3. Tipologi Pemilih... 50

II.5. Teori tentang Loyalitas Pemilih... 54

II.5.1. Dimensi Loyalitas Pemilih ... 54

II.5.2. Dimensi Produk Politik... 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 56

III.1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 56

III.2. Metode Penelitian... 56

III.3. Populasi dan Sampel... 57

III.4. Metode dan Pengumpulan Data... 62

III.5. Jenis dan Sumber Data... 62

III.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel... 63

III.6.1. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama... 63

III.6.2. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua... 65

III.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 67

III.7.1. Uji Validitas... 67

III.7.1.1 Uji Validitas Instrumen Variabel……… 68

(15)

III.8. Metode Analisis Data ... . 74

III.8.1. Model Analisis Data Hipotesis Pertama...……….. 74

III.8.2. Pengujian Hipotesis Pertama ... . 74

III.8.2.1 Uji F (uji serempak)……… 74

III.8.2.2 Uji t (uji parsial)……….. 75

III.8.3. Model Analisis Data Hipotesis Kedua …………... . 77

III.8.4. Pengujian Hipotesis Kedua ... . 78

III.8.4.1 Uji F (uji serempak)……… 78

III.8.4.2 Uji t (uji parsial)……….. 78

III.9. Pengujian Asumsi Klasik ……….... 80

III.9.1. Uji Normalitas ……… 80

III.9.2. Uji Multikolinearitas ………. . 81

III.9.3. Uji Heterokedastisitas ………. 81

III.10. Hasil Pengujian Asumsi Klasik ……….. 80

III.10.1 Hasil Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Pertama ... 82

III.10.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik Hipotesis Kedua ... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 88

IV.1 Hasil Penelitian……… .. 88

IV.1.1 Profil Dr.H. Susilo Bambang Yudhoyono………... 88

IV.1.2 Karakteristik Responden……….. .. 90

IV.1.3 Penjelasan Responden Atas Variabel Daya Tarik ……….. 93

IV.1.4 Penjelasan Responden Atas Variabel Kepercayaan ……... 96

IV.1.5 Penjelasan Responden Atas Variabel Kesukaan .………... 99

IV.1.6 Penjelasan Responden Atas Variabel Keahlian ………… 103

IV.1.7 Penjelasan Responden Atas Variabel Keputusan Memilih 105

IV.1.8 Penjelasan responden Atas Variabel Loyalitas…………... 106

IV.2 Pembahasan……… 108

IV.2.1 Pengujian Hipotesis Pertama……….. 108

(16)

IV.2.1.2 Uji parsial hipotesis pertama………... 111

IV.2.2 Pengujian Hipotesis Kedua………. 114

IV.2.2.1 Uji serempak hipotesis kedua………... 116

IV.2.2.2 Uji parsial hipotesis kedua………... 117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... . 121

V.1 Kesimpulan……….... 121

V.2 Saran………... 121

(17)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

I.1 Belanja Iklan terbesar di Televisi ……… 2

III.1 Hasil Perolehan suara Partai Demokrat Kota Medan Pada Pemilu Legislatif 2009 ……… 60

III.2 Jumlah Sampel Penelitian ……… 61

III.3 Definisi Operasional Variabel dan Indikator Hipotesis Pertama ………… 64

III.4 Definisi Operasional Variabel dan Indikator Hipotesis Kedua ……… 66

III.5 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Attractiveness ……… 68

III.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Trustworthiness ………. 69

III.7 Hasil Uji Validitas Intrumen Variabel Likeability ..……… 70

III.8 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Expertise …..………... 71

III.9 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Keputusan Memilih ……….. 71

III.10 Hasil Uji Validitas Instrumen Variabel Loyalitas ... 72

III.11 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Variabel ... 73

III.12 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Pertama ... 82

III.13 Hasil Uji Multikolinearitas Hipotesis Pertama ... 83

III.14 Hasil Uji Normalitas Hipotesis Kedua ... 85

III.15 Hasil Uji Multikolinearitas Hipotesis Kedua ... 86

IV.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……… 90

IV.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 91

IV.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ………... 91

IV.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ………... 92

IV.5 Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Pertama ... 110

IV.6 Hasil Uji Determinasi Hipotesis Pertama ... 110

IV.7 Hasil Uji F Hipotesis Pertama ... 110

(18)

IV.9 Hasil Uji Koefisien Regresi Hipotesis Kedua ……….. 115

IV.10 Hasil Uji Determinasi Hipotesis Kedua ………... 115

IV.11 Hasil Uji F Hipotesis Kedua ... 116

(19)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

I.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama ……… 16

I.2 Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua ………... 16

II.1 Karakteristik Komunikator ……… 23

II.2 Jenis Pemilih dan Alasan Memilih ……….... 49

II.3 Konfigurasi Pemilih ……….. 53

III.1 Hasil Uji Heterokedastisitas Hipotesis Pertama ………...…………... 84

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Karakteristik Responden ……… 127

2. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ……….. 128

3. Deskriptif Variabel ………. 132

4. Pengujian Regresi Hipotesis Pertama ……… 137

5. Pengujian Regresi Hipotesis Kedua ………... 140

6. Kuisioner ………. 143

 

 

 

 

 

 

(21)

ABSTRAK

 

Marketing politik adalah ilmu baru yang berkembang akhir-akhir ini, digabungkannya ilmu marketing kedalam dunia politik. Persaingan dalam dunia politik terjadi untuk memperebutkan hati konstituen dan membuat mereka memilih kandidat (partai politik atau kontestan individu) masing-masing selama pemilihan umum. Persaingan ini menuntut masing-masing produsen untuk memikirkan cara dan metode yang efektif untuk mampu berkomunikasi dan meyakinkan konstituen bahwa kandidat dan partai politik merekalah yang layak dipilih. 

Penggunaan bintang iklan dalam bidang politik untuk memenangkan suatu partai pada pemilihan umum adalah salah satu contohnya, dimana ketokohan seorang publik figur digunakan untuk mengajak masyarakat untuk menentukan pilihan pada suatu pilihan politik.

Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat dimanfaatkan oleh Partai Demokrat sebagai bintang iklan untuk mendorong perolehan Suara Partai Demokrat Secara Nasional, yang terbukti berhasil dengan perolehan luar biasa, khususnya untuk Pemilihan Anggota DPRD Kota Medan. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a) Sejauhmana pengaruh kredibilitas Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai celebrity endorser, yang terdiri dari: daya tarik, kesukaan, kepercayaan dan keahlian terhadap keputusan memilih Partai Demokrat di Kota Medan? dan b) Sejauhmana pengaruh kredibilitas Dr. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai celebrity endorser, yang terdiri dari daya tarik, kesukaan, kepercayaan dan keahlian terhadap loyalitas pemilih Partai Demokrat di Kota Medan?

Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Teori Manajemen Pemasaran yang telah dipadu dengan Pemasaran Politik, khususnya yang berkaitan dengan Celebrity endorser, keputusan memilih dan loyalitas pemilih. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah pendekatan survey, jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif, dan sifat penelitiannya adalah penjelasan (explanatory). Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara (interview), daftar pertanyaan (quistionaire), dan studi dokumentasi. Model analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda menggunakan taraf keyakinan 90% (e=0,1). Populasi adalah Pemilih Partai Demokrat untuk pemilihan Anggota DPRD Kota Medan di 5 Kecamatan terbesar berjumlah 80.558 orang. Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dan jumlah sampel penelitian adalah sebanyak 100 orang Pemilih Partai Demokrat.

(22)

daya tarik, kesukaan, kepercayaan dan keahlian secara serempak berpengaruh terhadap loyalitas pemilih Partai Demokrat Kota Medan.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara serempak kredibilitas Celebrity endorser DR. H Susilo Bambang Yudhoyono yang terdiri dari daya tarik, kesukaan, kepercayaan dan keahlian berpengaruh terhadap keputusan memilih Partai Demokrat Kota Medan dengan tingkat pengaruh yang sangat signifikan, dan secara parsial variabel daya tarik lebih dominan daripada variabel kepercayaan, kesukaan dan keahlian, dan kredibilitas Celebrity endorser yang etrdiri dari daya tarik, kesukaan, kepercayaan dan keahlian berpengaruh terhadap loyalitas pemilih Partai Demokrat Kota Medan.

(23)

ABSTRACT

Marketing politics is a new knowledge that expand recently, the mix of knowledge marketing into political world. The competition in the political word happened to seize the heart of the constituents and make them choose the candidate (the political party or the individual contestant) especially in the general election. This competition allow the producer to think about the effective method to communicate and make the constituents convinced that the candidate and their political party was the right choice. The usage of celebrity endorser in the field of politics to win a party at General election is one of the example, where personality of a public figure are used to invite society to take a choice at one particular political choice.

Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono as chairman of the board of supervisor Demokrat Party exploited by Demokrat Party as the celebrity endorser to push acquirement voting of Demokrat Party, success and proven with extraordinary acquirement, specially for Choosing the member of DPRD Kota Medan. Formulation of research internal issue this is the : a) The extent of credibility Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono as celebrity endorser, that consist of: attractiveness, likeability, trustworthiness and expertise to influence the decision of Demokrat Party elector in Medan city? and b) The extent of credibility Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono as celebrity endorser, that consists of attractiveness, Likeability, trustworthiness and expertise to influence the loyalty of Partai Demokrat elector in city Medan?

Theory that used at this research is the theory Marketing Management that already combine with Political Marketing, specially related to celebrity endorser, decision selects and elector loyalty. Research Method in research this is the approach survey, research type is descriptive quantitative, and its research characteristic is explanation (explanatory). Data collecting Method is conducted by interview, questionnaire, and documentation study. Model of data analysis that used by is Multiple linear regression analysis use confidence level 90% (e=0,1). Population is the voters Demokrat party for election member of DPRD Medan City in 5 biggest regions amount to 80.558 people. Amount Determination sample in this research use formula Slovin and amount sample research is 100 people Demokrat Party voter.

This research Result indicates that a) Attractiveness Variable, likeability, trustworthiness and expertise simultaneously have an effect on very significant (high Significant) to decision Demokrat Party Voter in Medan. b) Attractiveness Variable, likeability, trustworthiness and expertise simultaneously have an effect on to loyalty of Demokrat Party elector in Medan City.

(24)

trustworthiness and expertise have an effect on to decision select Demokrat Party Kota Medan by very significant influence level, and in partial attractiveness variable overdraws dominant than trustworthiness variable, likeability and expertise, and credibility Celebrity endorser that consist of attractiveness, likeability, trustworthiness and expertise have an effect on to loyalty of Demokrat Party elector in Medan city.

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pemasaran politik adalah sebuah cabang ilmu yang baru saja tumbuh. Zaman

menuntut dipakainya strategi-strategi pemasaran di dalam politik. Saat ini diperlukan

pendekatan-pendekatan baru dalam kehidupan politik, termasuk di Indonesia sebagai

negara yang berniat menerapkan demokrasi yang adil dan beradab. Tidak ubahnya

aktivitas sosial lain, dunia politik telah menjadi lebih terbuka dan transparan.

Sebagaimana halnya dalam dunia bisnis, dunia politik juga penuh dengan persaingan,

bahkan dunia ini lebih kental dengan persaingan, dan untuk setiap bidang yang

membutuhkan persaingan, disanalah dibutuhkan ilmu pemasaran. Persaingan dalam

dunia politik terjadi untuk memperebutkan hati konstituen dan membuat mereka

memilih kandidat (partai politik atau kontestan individu) masing-masing selama

pemilihan umum. Persaingan ini menuntut masing-masing produsen untuk

memikirkan cara dan metode yang efektif untuk mampu berkomunikasi dan

meyakinkan konstituen bahwa kandidat dan partai politik merekalah yang layak

dipilih.

Keberhasilan upaya untuk mempengaruhi konsumen sangat ditentukan oleh

persepsi konsumen terhadap selebriti yang menjadi icon sesuatu produk. Dengan

dipersepsikannya seorang celebrity endorser secara positif oleh masyarakat,

(26)

tidak menutup kemungkinan munculnya citra dalam pikiran konsumen yang tidak

relevan dengan persepsinya terhadap celebrity endorser. Dengan kata lain, tidak

selamanya seorang celebrity endorser dalam iklan dapat membangun citra yang baik

dalam benak konsumen, seperti yang diinginkan pengiklan.

Demikian juga halnya dalam hal politik, setelah reformasi di negara kita,

demokratisasi yang bergaung luas, ditunjang dengan disahkannya UU No.22 Tahun

2007 oleh DPR-RI tentang penyelenggaraan pemilihan umum, yang memperbolehkan

pemilihan langsung dalam Pemilihan Kepala Daerah, Pemilihan Presiden dan

Pemilihan Legislatif yang diperkuat dengan Fatwa Mahkamah Konstitusi tentang

suara terbanyak yakni revisi atas UU No.10 tahun 2008 tentang penetapan calon

legislatif terpilih, menyebabkan terciptanya persaingan diantara para kandidat,

sehingga membuka peluang terciptanya pengiklanan untuk mempromosikan dirinya

masing-masing, sebagaimana telah lama terjadi di Amerika Serikat.

Partai-partai politik di Indonesia benar-benar mengeluarkan banyak dana pada

masa kampanye politik awal 2009 lalu. Parpol mengalokasikan dana sekitar Rp 1,06

triliun untuk meningkatkan citra dengan beriklan di media-media.

Tabel I.1 Belanja Iklan Terbesar di Televisi

Bidang Kwartal IV

2008 Kwartal I 2009

Kosmetik Rp. 920 Milyar Rp. 1,160 Triliun

Partai Politik Rp. 289 Milyar Rp. 1,065 Trilliun

Telekomunikasi Rp. 954 Milyar Rp. 1,004 Triliun

(27)

Salah satu strategi pengiklanan yang di ambil dari dunia pemasaran dan di

praktekkan pada dunia politik adalah pemilihan Susilo Bambang Yudhoyono yang

juga merupakan Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat sebagai celebrity endorser

untuk memenangkan Partai Demokarat Pada Pemilihan Calon Legislatif tahun 2009.

Dalam hal ini, Susilo Bambang Yudhoyono dijadikan bintang iklan, untuk mengajak

masyarakat menentukan pilihannya pada Partai Demokrat dalam pemilihan Calon

Legislatif 2009 baik untuk DPRD maupun DPR-RI.

Keberadaan selebriti atau orang-orang terkenal memberi dampak dalam

berbagai segi kehidupan manusia, dari waktu ke waktu. Popularitas seorang tokoh

publik memang tak dapat dipungkiri menjadi suatu fenomena tersendiri karena

menjadi salah satu fokus publisitas di berbagai media cetak dan media elektronik, dan

bahkan kehidupan pribadinya sangat ditunggu para insan pers sebagai tajuk utama

berita. Saat ini dalam berbagai iklan khususnya untuk produk baru, penggunaan

selebriti sebagai salah satu strategi pemasaran, sangat efektif untuk membentuk

stopping power bagi audience. Kehadiran selebriti dimaksudkan untuk

mengkomunikasikan suatu merk produk dan membentuk identitas serta menentukan

citra produk yang diiklankan. Pemakaian selebriti sebagai daya tarik iklan, dinilai

dapat mempengaruhi preferensi konsumen karena selebriti dapat menjadi reference

group yang mempengaruhi prilaku konsumen. Bagi produk baru, penggunaan

endorser atau pembicara merupakan upaya pengiklan untuk meraih publisitas dan

(28)

kepribadian yang diciptakan, endorser terbaik adalah mereka yang bisa membangun

brand image yang kuat.

Fenomena munculnya para selebriti dalam politik telah terjadi semenjak dua

kali Pemilihan Umum yang lalu, dan semakin terasa pada Pemilu Legislatif April

2009 yang lalu. Para selebriti tersebut diharapkan akan menaikkan perolehan suara

partai secara nasional, karena utamanya para selebriti ini bertarung untuk

memperebutkan kursi anggota DPR RI. Tentu penetapan Calon Legislatif yang

berlatar belakang selebriti ini telah didahului proses pemilihan yang dilakukan

internal partai terutama menyangkut kredibilitas Caleg tersebut.

Kredibilitas merupakan kriteria dasar seorang selebriti dijadikan endorser.

Seseorang yang dipercaya dan dipersepsi memiliki pemahaman yang baik terhadap

partai akan mudah mempengaruhi pemilih. Dengan kata lain, kredibilitas adalah kata

kunci efektivitas endorser. Kredibilitas berarti adanya tendensi kuat dalam

mempercayai seseorang. Ketika seorang endorser dipersepsikan sebagai kredibel,

sikap audiens atau pemilih akan berubah lewat sebuah proses psikologis yang

dinamakan internalisasi. Proses ini terjadi ketika penerima pesan menerima posisi

endorser sebagai isu yang sama dengan dirinya.

Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono sebagai celebrity endorser tentu berbeda

posisinya dengan selebriti lain yang juga ikut mendukung sesuatu partai politik. Jika

selebriti lain bertugas memenangkan dirinya sendiri sebagai Calon Legislatif

DPR-RI, sedangkan Dr. H Susilo Bambang Yudhoyono dicitrakan untuk mendorong

(29)

Provinsi, dan DPRD kabupaten/Kota, bahkan untuk beberapa Provinsi tertentu Calon

Anggota DPD yang non-partai dan kebetulan bernomor urut 31 (Nomor urut Partai

Demokrat pada Pemilu Legislatif 2009 lalu) juga memperoleh dukungan suara yang

sangat signifikan, yang mungkin sekali terpengaruh oleh keberhasilan endorsement

Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono terhadap Partai Demokrat yang bernomor urut 31

(tiga puluh satu). Pemilihan endorser berdasarkan kredibilitas yang dimilikinya di

tengah-tengah masyarakat menjadi sangat penting, karena pencitraan yang dibawa

oleh pribadi tersebut nantinya akan menjadi citra partai. Semakin baik citra

endorser-nya ditengah masyarakat, semakin baik pula persepsi masyarakat akan partai tersebut,

demikian sebaliknya, kekurangan-kekurangan pada figur endorser suatu partai akan

dipersepsikan masyarakat sebagai kekurangan yang ada pada partai politik tersebut.

Sudah sejak orde lama, di negara kita dipakai figur tokoh terkenal untuk

membesarkan atau mendorong popularitas suatu partai politik. Hal ini dimulai sejak

orde lama ketika Bung Karno dicitrakan sebagai penggagas, pendiri dan pelindung

Partai Nasional Indonesia (PNI) dan PNI berhasil memenangkan Pemilu pertama di

negara kita pada tahun 1955 untuk memilih anggota DPR dan anggota konstituante,

dengan perolehan suara 22,3 %. Semenjak itu pula, loyalitas pemilih merupakan hal

yang diusahakan oleh partai politik di negara kita dari generasi ke generasi, dalam

istilah Politik hal ini disebutkan pemilih tradisional. PDI-P yang dianggap secara

ideologi merupakan metamorfosis PNI dengan Bung Karno sebagai bapak ideologi

(30)

pendukung PDI-P jika akan menghadapi Pemilu, baik Pemilu Legislatif maupun

Pemilukada.

Demikian juga Gus Dur untuk PKB dan Pak Harto yang merupakan pendiri

figur utama Partai Golkar selama 32 tahun, sehingga orang-orang yang bersimpati

kepada perjuangan Bung Karno cenderung setia kepada PDI-P, Gus Dur untuk PKB

dan Pengagum Pak Harto cenderung untuk memilih Golkar, dan para pengagum

tersebut cenderung mereferensikan pilihan ini kepada orang-orang terdekat maupun

keturunannya.

Tidak seperti Endorser dalam bisnis yang dibayar mahal untuk periode waktu

tertentu sesuai perjanjian kontrak, endorser pada politik tidak terikat waktu, dan

cenderung abadi, dimana ketokohan sang tokoh tetap melekat pada partai walaupun

yang bersangkutan telah tiada. Tentu loyalitas pendukung tersebut dapat diakibatkan

kredibilitas yang dimiliki sang tokoh, terkait kharisma, gaya berbicara, kejujuran dan

kesetiaan pada ideologi yang diusung yang tetap dikenang massa pendukungnya.

I.2 Perumusan Masalah

1. Sejauhmana pengaruh kredibilitas Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai Celebrity

Endorser, yang terdiri dari: daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability),

kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise) terhadap keputusan

pemilih Partai Demokrat di Kota Medan?

2. Sejauhmana pengaruh kredibilitas Susilo Bambang Yudhoyono Sebagai

(31)

(likeability), kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise) terhadap

loyalitas pemilih Partai Demokrat di Kota Medan?

I.3 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Penerapan Celebrity Endorser

yang terdiri dari; daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan

(trustworthiness), dan keahlian (expertise) terhadap keputusan pemilih Partai

Demokrat di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Penerapan Celebrity Endorser

yang terdiri dari; daya tarik (attractiveness), kesukaan (likeability), kepercayaan

(trustworthiness), dan keahlian (expertise) terhadap Loyalitas pemilih Partai

Demokrat di Kota Medan.

I.4 Manfaat Penelitian

1. Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi atau masukan bagi partai

politik maupun para politisi untuk mengetahui pengaruh pengiklanan, dalam hal

ini penggunaan Celebrity Endorser terhadap keputusan dan loyalitas pemilih guna

meningkatkan pemilih mereka pada pemilihan-pemilihan selanjutnya.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tambahan bagi

pihak akademisi untuk pembahasan mengenai marketing politik, khususnya

penerapan celebrity endorser dalam kaitannya terhadap keputusan dan loyalitas

(32)

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pemahaman

peneliti mengenai hal-hal yang berhubungan dengan teori perilaku konsumen,

dalam hal ini pemilih dan penerapannya di lapangan.

4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya

pada permasalahan atau subjek yang sama demi pengembangan baik secara

umum maupun khusus terhadap ilmu pengetahuan yang dijadikan dasar

penelitian.

1.5 Kerangka Berpikir

Periklanan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling dikenal, karena

daya jangkaunya yang luas. Iklan yang disenangi konsumen terlihat menciptakan

sikap merek yang positif dan keinginan untuk membeli yang lebih dari pada produk

dengan iklan yang tidak mereka sukai.

Penggunaan narasumber sebagai figur penarik perhatian dalam iklan

merupakan salah satu cara kreatif untuk menyampaikan pesan (Kotler dan Keller,

2006). Pesan yang disampaikan oleh nara sumber yang menarik akan lebih mudah

dan menarik perhatian konsumen. Shimp (2003) membagi endorser ke dalam dua

tipe, yaitu celebrity endorser dan typical-person endorser. Penggunaan selebriti di

dalam mendukung iklan memiliki empat alasan utama, yaitu: Pemasar rela membayar

tinggi selebriti yang banyak disukai oleh masyarakat. Selebriti digunakan untuk

menarik perhatian khalayak dan meningkatkan awareness produk. Pemasar

(33)

Penggunaan selebriti menimbulkan kesan bahwa konsumen selektif dalam memilih

dan meningkatkan status dengan memiliki apa yang digunakan oleh selebriti.

Sedangkan pemasar memilih typical-person endorser untuk mendukung iklan,

dengan alasan:Typical-person endorser biasanya digunakan sebagai bentuk promosi

testimonial untuk meraih kepercayaan konsumen. Typical-person endorser dapat

lebih diakrabi oleh konsumen karena mereka merasa memiliki kesamaan konsep diri

yang aktual, nilai-nilai yang dianut, kepribadian, gaya hidup, karakter demografis,

dan sebagainya.

Selebriti diasumsikan lebih kredibel daripada non selebriti. Tampilan fisik dan

karakter non fisik selebriti membuat sebuah iklan lebih menarik dan disukai oleh

konsumen. Performa, citra, dan kepopuleran selebriti dapat lebih menarik perhatian

target audience untuk menyaksikan iklan yang dapat mempengaruhi persepsi mereka

untuk membuat keputusan dalam melakukan pembelian. Sedangkan, dengan

menampilkan pendukung non selebriti atau ”orang biasa” dapat membuat konsumen

merasa lebih dekat dan merasa akrab, akan menghasilkan keterlibatan pesan yang

cukup tinggi, dan akhirnya akan mempengaruhi persepsi konsumen, sehingga tercipta

persepsi yang positif terhadap produk yang diiklankan.

Tugas utama para endorser ini adalah untuk menciptakan asosiasi yang baik

antara endorser dengan produk yang diiklankan sehingga timbul sikap positif dalam

diri konsumen, sehingga iklan dapat menciptakan citra yang baik pula di mata

(34)

menanamkan brand image kepada konsumen, seiring dengan ciri fisik dan kualitas

produk yang mengikuti suatu brand tertentu.

McCracken (1989) menemukan bahwa celebrity endorser dan produk itu

sendiri memainkan peranan penting terhadap interpretasi akhir produk yang di

iklankan. McCracken (1989) menemukan bagaimana teori transfer untuk menjelaskan

bagaimana karakteristik dari selebriti ditransfer ke dalam produk, artinya bahwa

persepsi karakteristik dari selebriti akan ditransfer kedalam merk, dalam hal ini

adalah kandidat atau partai politik.

Tubbs dan Moss (2000) memetakan karakteristik celebrity endorser kedalam

4 aspek yakni: Daya tarik, Kesukaan, Kepercayaan dan Keahlian.

Keempat faktor diatas diduga mempengaruhi keputusan memilih konsumen,

hal ini disebabkan ketertarikan pemilih kepada sesuatu partai disebabkan ketertarikan

akan figur-figur orang di partai tersebut, dalam hal ini ketertarikan terhadap endorser

dari partai tersebut. Hal ini sesuai denga teori transfer yang dikemukakan oleh

McCracken (1989), bahwa persepsi konsumen tentang endorser akan ditransfer

menjadi persepsi konsumen akan produk, dalam hal ini partai yang di endorse-nya.

Oleh sebab itu, jika seorang tokoh yang dicitrakan menjadi icon partai tersebut

dianggap menarik, disukai, dapat dipercaya dan dianggap mempunyai keahlian, maka

partai yang di endorsernya pun dianggap pula menarik, disuka, dipercaya dan

dianggap diisi oleh orang-orang ahli oleh masyarakat, demikian juga sebaliknya, jika

seorang endorsernya dianggap kurang menarik, tidak disuka, tidak dipercaya dan

(35)

disukai, tidak dapat dipercaya dan tidak diisi orang-orang ahli oleh masyarakat

pemilih. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh McCracken (1989)

bahwa penggunaan endorser tidak selalu membawa dampak positif kepada citra

produk atau perusahaan yang di endorse-rnya.

Firmanzah (2008) menyatakan bahwa produk politik atau kandidat individu

adalah produk tidak nyata (intangible) yang sangat kompleks, tidak mungkin

dianalisis secara keseluruhan. Sebagai konsekuensinya, kebanyakan pemilih

menggunakan penilaian terhadap keseluruhan konsep dan pesan yang diterima.

Penilaian ini diantaranya berdasarkan iklan yang ditampilkan oleh suatu partai politik,

kemasan serta endorser dalam iklan tersebut, menjadi penilaian keseluruhan akan

partai tersebut dan menjadi dasar keputusan memilih akan partai tersebut.

Keputusan Memilih Pada Pemilu

Firmanzah (2008) menyatakan bahwa keputusan memilih selama pemilihan

umum dapat dianalogikan sebagai perilaku pembelian dalam dunia bisnis dan

komersial, hanya dalam dunia bisnis dan komersial, keputusan pembelian yang salah

akan berdampak langsung terhadap subjek dengan kehilangan utilitas barang atau jasa

yang dibelinya. Sedangkan pemilihan yang salah dalam pemilu tidak berdampak

langsung bagi si pengambil keputusan, karena keputusan individu tidak berarti

apa-apa kecuali dalam jumlah besar.

Ketidakhadiran insentif ekonomi ketika pemilih menentukan pilihan politik

membuat banyak kalangan berpendapat bahwa secara individual, memilih lebih

(36)

ekonomi dilihat sebagai keuntungan secara ekonomis ketika pemilih memberikan

dukungan kepada salah satu kontestan politik. Dalam perspektif individual, keputusan

memilih akan dilihat sebagai perilaku konsumsi dan pembelanjaan yang dengan cepat

hilang dan habis, bukan aktivitas yang akan didapat hasilnya dalam jangka panjang.

Selain itu perilaku memilih selama pemilu juga memiliki biaya ekonomis berupa

sedikit waktu dan usaha, seperti yang diungkapkan oleh Niemi (1976) dan Aldrich

(1993). Menurut mereka, usaha untuk memberikan dukungan berupa pencontrengan

dalam bilik-bilik suara nyaris tanpa biaya secara ekonomis. Dengan tidak terdapatnya

biaya ekonomis itu, tak heran apabila pemilih dapat menjatuhkan pilihannya kepada

siapapun. Pemilih berada dalam posisi indifferent secara ekonomis. Artinya memilih

satu kandidat tidak menjadi lebih mahal atau murah dibandingkan dengan memilih

kandidat lain secara ekonomis pada saat “membeli”, kendati harus diingat bahwa

sesungguhnya pilihan salah yang dilakukan oleh banyak orang akan berakibat pada

kebijakan politik dan selanjutnya pada perekonomian masyarakat secara umum,

termasuk perekonomian si individu. Hal ini juga yang mengarahkan pada pemahaman

bahwa memilih selama pemilu lebih didorong oleh alasan-alasan non-ekonomis

seperti ideologi dan budaya.

Lipset (1972) mendefenisikan perilaku memilih sebagai suatu aktivitas untuk

memberikan dukungan kepada suatu partai yang pada prinsipnya mewakili

kepentingan kelas-kelas politik yang berbeda, seperti kelas bawah, menengah dan

(37)

terhadap parpol atau kandidat tertentu, misalnya status sosial ekonomi, agama, etnis,

keturunan, jenis kelamin, umur dan asal tempat tinggal.

Bone dan Ranney (1983) berpendapat yang sama dengan menambahkan

bahwa terdapat faktor-faktor sosial, agama, dan pengaruh keluarga yang ikut

menentukan sikap memilih seseorang pada pemilu.

Kavanagh (1983) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku memilih dalam pemilu dapat dilihat dari lima jenis pendekatan, yakni

struktural, sosiologis, ekologis, psikologi sosial dan pilihan rasional yang semuanya

merupakan kegiatan yang otonom, bukan partisipasi yang dimobilisasi. Dalam

pendekatan struktural, misalnya, perilaku seorang individu dalam menentukan pilihan

politiknya dipengaruhi oleh struktur sosial (kelas, agama, bahasa, desa-kota, dan

lain-lain), sistem kepartaian, sistem pemilu, serta program-program atau isu-isu yang

ditonjolkan oleh partai dalam berkampanye, seperti melalui iklan politik di televisi.

Hampir mirip dengan pendekatan struktural, pendekatan sosiologis menjelaskan

bahwa pilihan seorang warga negara dalam sebuah pemilu lebih banyak dipengaruhi

oleh latar belakang demografi (asal domisili, suku) dan status sosial ekonomi (seperti

pekerjaan, pendidikan, pendapatan) daripada hal lain.

Selain itu menurut Niemi (1976) yang mengobservasi bahwa faktor perilaku

keluarga, khususnya orangtua, juga banyak mempengaruhi perilaku memilih anak

kelak ketika mereka dewasa. Karena itulah kerap ditemukan loyalitas yang

turun-temurun yang sulit diganggu gugat dari sebuah keluarga terhadap partai politik atau

(38)

Loyalitas Pemilih

Tujuan utama dalam mengembangkan hubungan relasional dengan

masyarakat adalah menciptakan loyalitas konstituen terhadap partai politik atau

kandidat individu, karena masing-masing kandidat berharap bahwa partai politik

mereka terus memenangkan pemilu dimasa-masa mendatang. Hal ini tidak akan

tercapai tanpa loyalitas pemilih. Konstituen yang loyal akan mengurangi

ketidakpastian yang terjadi di tengah-tengah para pemilih dalam memilih partai

politik tertentu.

Firmanzah (2008) loyalitas pemilih dapat diukur melalui 2 dimensi: 1. Keterlibatan, ikatan dan dukungan terhadap suatu partai politik tertentu. Bentuk

dukungan ini dapat dilihat melalui diberikannya suara dalam pemilihan umum,

adanya keinginan dan motivasi untuk terus melanjutkan dukungan di kemudian

hari. Termasuk juga partisipasi aktif dalam acara-acara partai politik seperti

tabligh akbar, rapat kerja partai, musyawarah nasional, dsb.

2. Komitmen dan tindakan nyata konstituen untuk mencoba menarik orang-orang di

luar partainya agar memberikan dukungan dan memilih partai tersebut.

Ketokohan seorang publik figur tentu dapat menjadi penggerak timbulnya

loyalitas akan suatu partai politik, sebagaimana ketokohan Bung Karno dan garis

keturunannya, yakni Megawati Sukarnoputri dan Guruh Sukarnoputra di PDI-P,

Nama besar Pak Harto pada Partai Golkar, Abdurrahman Wahid di PKB, dimana

(39)

untuk menjadi pemilih loyal pada partai-partai yang didirikan atau dibesarkan oleh

tokoh-tokoh dimaksud.

Loyalitas tentu menjadi suatu hal yang diharapkan dalam dunia bisnis, tetapi

sangat dinginkan juga dalam dunia politik. Loyalitas pemilih berarti kesetiaan dari

pemilih untuk tetap mendukung suatu partai tertentu dikemudian hari, mendukung

calon-calonnya pada Pilkada, dan tetap setia mengikuti perkembangan partai tersebut

dikemudian hari Firmanzah (2008). Loyalitas kepada partai bisa jadi merupakan

wujud loyalitas pemilih kepada tokoh-tokoh partai tersebut (Nieni, 1976), dalam hal

ini kesetiaan dan loyalitas pendukung Partai Demokrat dapat merupakan gambaran

loyalitas untuk selalu mendukung Susilo Bambang Yudhoyono.

Kredibiltas Celebrity Endorser:

        1.Daya tarik

        2. Kesukaan  Keputusan 

Memilih       3. Kepercayaan 

[image:39.612.194.556.414.506.2]

        4. Keahlian

Gambar I.1 Kerangka Berpikir Hipotesis Pertama Kredibilitas Celebrity Endorser:

1. Daya Tarik 

      2. Kesukaan  Loyalitas 

Pemilih 

      3. Kepercayaan

      4.. Keahlian 

[image:39.612.207.548.569.676.2]
(40)

I.6 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran di atas, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Kredibilitas Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Celebrity Endorser Partai

Demokrat, yang terdiri dari: Daya tarik, Kepercayaan, Kesukaan dan Keahlian

mempunyai pengaruh terhadap keputusan memilih Partai Demokrat Kota Medan.

2. Kredibilitas Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Celebrity Endorser Partai

Demokrat yang terdiri dari: Daya tarik, Kepercayaan, Kesukaan dan Keahlian

(41)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Penelitian Terdahulu

1. Morin, Tubbs, Ivory (2008), melakukan penelitian dengan judul : “Celebrity and

Politics: Effects of Endorser Credibility and Gender on Voter Attitudes,

Perceptions and Behaviors”. Penelitian ini mengukur pengaruh Celebrity

endorser dalam politik melalui 2 hal (Kredibilitas Celebrity endorser : Tinggi

atau rendah), X2(Jenis Kelamin Celebrity Endorser: Pria atau Wanita) diantara

faktorial eksperimen partisipan (N=82), menelaah sejauhmana pengaruh berbagai

celebrity endorser dalam politik terhadap sikap memilih para partisipan

(responden), persepsi kredibilitas kandidat, dan kecenderungan perilaku memilih

para partisipan. Meskipun Kredibilitas para Celebrity Endorser berbeda-beda

menurut para partisipan berdasarkan tinggi rendahnya, namun kredibilitas

endorser maupun jenis kelamin endorser berpengaruh terhadap sikap responden

tentang persepsi, kredibilitas atau kecenderungan perilaku memilih. Hubungan

konseptual terhadap penelitian lain tentang pengaruh penggunaan Celebrity

endorser telah sering didiskusikan, baik implikasi maupun batasan serta arah

penelitian di masa yang akan datang.

Selebriti endorser untuk empat kondisi independen variabel (high

credibility male, high credibility female, low credibility female, low credibility

(42)

partisipan yang diambil dari populasi yang sama dengan eksprimen utama. Pada

studi pendahuluan, partisipan melengkapi sebuah susunan pertanyaan dalam

skala likert untuk menjawab trustworthiness, competence, belieability, dan

credibility dari ke-36 selebriti. Format itemnya adalah terdiri dari skala 7 item

(1=”sangat tidak setuju”, 7=”Sangat Setuju) yang digunakan partisipan untuk

merespon pernyataan: “Saya rasa (nama selebriti) adalah (atribut)” (contohnya:

Saya rasa Ben Affleck dapat dipercaya)Setiap skor dalam 4 persepsi kredibilitas

diadaptasi dari berbagai bahan (Goldsmith, Laferty, dan Nevell, 2000; Kamins,

Brand, Hoeke, Moe, 1989; Kelley, 1953; Kenton, 1989; McCrosky dan Teven,

1999; Ohanian, 1990).

Skor persepsi indeks kredibilitas dari penelitian pendahuluan kemudian

dibandingkan untuk mengidentifikasikan pasangan pria-wanita dengan

kredibilitas rendah dengan skor yang sama, juga untuk memastikan dua pasang

skor berbeda secara substansial. Sebuah serial paired samples t test yang

mengindikasikan untuk pria dan wanita tertinggi adalah Tom Hanks (M=5.43,

SD=1.30) dan Julia Robert (M=5.43, SD=1,2) dan pasangan terendah- Heather

Locklear (M=4.47, SD=1.00) dan Mel Gibson (M=4.20, SD=1.52)

2. Garthwaite dan Moore (2008) melakukan penelitian dengan judul: “The Role of

Celebrity Endorsements in Politics : Oprah, Obama, and the 2008 Democratic

Primary”. Penelitian ini mencoba melihat sejauhmana pengaruh endorsement

yang diberikan Oprah Winfrey kepada Calon Presiden Barack Obama Pada

(43)

keikutsertaanya pada pemilihan Presiden Amerika Serikat pada Februari 2007,

dimana 3 bulan kemudian didukung Oprah Winfrey melalui acara talk shownya.

Kemampuan Oprah Winfrey mempengaruhi perilaku para peminatnya sangatlah

impresif. Sebagai contoh, 2 buah buku yang disarankan pada Klub Buku Oprah,

yakni Novel berjudul: Anna Karenina karya Leo Tolstoy dan Love in the Times of

Cholera karya Gabriel Garcia Marquez. Penjualan kedua buku tersebut melonjak

lebih dari seratus kali setelah pembahasannya di acara The Oprah Winfrey Show.

Polling membuktikan bahwa efeknya terhadap keputusan konsumen dapat

diterjemahkan ke politik. Menurut Pew Research Center, 23% dari pemilih

Demokrat menyatakan bahwa endorsement dari Oprah Winfrey membuat mereka

lebih menyukai untuk memilih Obama (Pew Research Center, 2007).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa endorsement Oprah Winfrey untuk

Obama pada Pemilihan Pendahuluan Partai Demokrat 2008 berdampak pada

signifikannya peningkatan nilai secata statistik dan kualitatif pada jumlah pemilih

Obama secara keseluruhan. Sebagai contoh, setelah mengontrol variasi

faktor-aktor sosio-ekonomi, seperti ras, gender, pendidikan dan pendapatan, 10%

perubahan sirkulasi secara nasional majalah Oprah, berkontribusi terhadap

peningkatan share pemilih Obama sebesar 0,2 persen. Hal ini mengestimasi

pengaruhnya lebih besar pada kaukus dari pada pemilihan pendahuluan. Dalam

hal partisipasi pemilih, perubahan 10% sirkulasi berpengaruh terhadap

peningkatan 0.06 persentase poin pada hasil akhir. Efek yang sama dalam

(44)

disarankan dalam Klub Buku Oprah. Secara total, penelitian ini menyimpulkan

endorsement dari Oprah Winfrey meningkatkan pilihan suara pada Barack Obama

sebesar 1.015.559 suara. Dengan 95% confidence level dalam estimasi ini adalah

lebih tinggi daripada perbedaan suara antara Obama dan Hillary Clinton pada

sampel penelitian ini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Endorsement yang

dilakukan Oprah Winfrey berpengaruh terhadap pilihan masyarakat secara

meyakinkan.

II.2 Teori tentang Celebrity Endorser

Selebriti adalah pribadi (bintang film, penghibur atau atlet) yang dikenal oleh

masyarakat karena kemampuannya dalam bidang tertentu yang dapat mendukung

produk yang diiklankan (Shimp, 1997). Fraser dan Brown (2002) menyatakan:

“a celebrity is someone who simply known for being known and may or may not serve

others sacrificially”. Ohanian dan Kertz (1992) menyatakan bahwa selebriti

merupakan aktor-aktor terkenal, olahragawan, pemusik, dan orang-orang pertunjukan

lainnya, termasuk jurnalis, politisi dan tokoh-tokoh perusahaan. Selebriti mempunyai

kekuatan menghentikan. Mereka dapat menarik perhatian atas pesan iklan ditengah

banyaknya iklan lain (Belch dan Belch, 2004). Selebriti dapat digunakan sebagai alat

yang cepat untuk mewakili kekuatan segmen pasar yang dibidik (Royan, 2005).

Menurut Wells, Burnett and Moriarty (2000), Endorsement (dukungan)

adalah pesan iklan di mana konsumen percaya merefleksikan opini, kepercayaan, atau

(45)

syarat dari pengalaman atau pelatihan untuk membuat keputusan dan mereka harus

benar-benar menggunakan produk tersebut.

Selebriti adalah orang (bintang film, penghibur, atau atlet) yang dikenal

masyarakat karena kemampuannya disuatu bidang yang dapat mendukung produk

yang dipromosikannya (Shimp, 1997).

Belch dan Belch (2004) menyebutkan bahwa: keefektifan seorang selebriti

sebagai endorser bergantung kepada arti yang dibawanya selama proses endorsement.

Tiap selebriti mengandung banyak arti, termasuk status, kelas, jenis kelamin dan

umur, kepribadian dan gaya hidup, McCracken (1989) menyatakan, celebrity

endorser membawa arti dan citra ke dalam iklan, dan memindahkannya ke produk

yang mereka dukung.

II.2.1 Teori Kredibilitas seorang Komunikator

Tubbs dan Moss (2000) menyatakan bahwa: Kredibilitas berarti kesediaan

kita untuk mempercayai sesuai yang dikatakan dan dilakukan seseorang. Kredibilitas

merupakan penilaian paling penting dalam penilaian kita terhadap seorang pembicara.

Aristoteles percaya bahwa kualitas-kualitas dalam dimensi kredibilitas membantu

pembicara meningkatkan penerimaan pendengar atau pesan-pesannya. Sejumlah

penelitian menegaskan bahwa pembicara dalam kredibilitas tinggi cenderung lebih

berpengaruh pada sikap pendengar dari pada pembicara dengan kredibilitas rendah.

Menurut McCroskey (1978) dalam Tubbs dan Moss (2000), kredibilitas diuraikan

(46)

Tubbs dan Moss (2000), Kredibilitas pembicara nampaknya tidak berpengaruh nyata

pada tingkat pemahaman khalayak pendengar. Tampaknya kredibilitas merupakan

pertimbangan yang lebih penting ketika kita meyakinkan hadirin dibanding ketika

kita menyampaikan informasi kepada mereka.

Menurut Aakers dan Myers (1987) Kredibilitas adalah bagaimana perasaan

komunikan terhadap komunikator yang dapat mempengaruhi dampak persuasif iklan.

Rahmat (2007) menyatakan bahwa ketika komunikator berkomunikasi, yang

mempengaruhi bukan saja apa yang ia katakan tetapi keadaan ia sendiri.

Daya Tarik 

Kepercayaan

Keahlian 

Kesukaan 

    Kredibilitas

Sumber : Integrated Advertising, Promotion and Marketing Communication (Clow

[image:46.612.163.506.344.459.2]

dan Baack,2007)

Gambar II.1 Karakteristik Komunikator

Menurut Tubb dan Moss (2000): Kredibilitas komunikator terdiri dari

gabungan dari daya tarik, kesukaan, kepercayaan, dan keahlian. Kredibilitas

(47)

pesan. Seorang komunikator yang kredibel dapat dipercaya (Clow dan Baack, 2007).

Menurut Burgoon:

“orang yang menunjukkan komunikasi non-verbal yang positif dianggap lebih

kredibel dengan mereka yang berkomunikasi secara verbal” (Smith, 1992)

II.2.1.1 Daya tarik (attractiveness)

Daya tarik memiliki dua bentuk yaitu fisik dan kepribadian.

a. Daya tarik fisik

Biasanya merupakan sebuah asset penting untuk seorang endorser. Iklan

dengan komunikator yang menarik jauh lebih baik daripada iklan yang kurang

menarik. Di dalam komunikasi, daya tarik fisik merupakan komunikasi non-verbal

seorang komunikator. Kita menggunakan perangkat non-verbal untuk menekankan

pesan verbal (Adler dan Rodman, 1982). Menurut Munn (1962):

“Komunikasi non-verbal sepertinya terlihat tidak penting dibandingkan

dengan komunikasi verbal, hingga kita melihatnya lebih dekat. Kemudian

kita menemukan bahwa kominikasi non-verbal itu lazim, tajam dan efisien

dalam informasi. Perilaku non-verbal dapat menghasilkan arti bahwa

kata-kata tidak mampu untuk menghasilkan dan kata-kata-kata-kata hanya mampu jika kita

menggunakan kata-kata yang cukup, sedangkan perilaku non-verbal

(48)

Tubbs dan Moss (2000), menyatakan bahwa” dari ekspresi wajah, nada suara,

sikap tubuh, gerakan tangan, para pemirsa juga cenderung membentuk kesan lebih

kuat mengenai kepribadian pembicara”. Menurut Birdwhistell, “barang kali tidak

lebih dari 30% sampai 35% makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan

kata-kata, sisanya dilakukan dengan non-verbal” (Rakhmat, 2007), Mehrabian bahkan

memperkirakan 93% dampak pesan diakibatkan oleh pesan Non-verbal (Rakhmat,

2007).

Menurut Worchel dan Goethals (1985):

“Bentuk non-verbal dari ekspresi diri diambil sebagai tanda kredibilitas yang

sangat tinggi dari perasaan dan sikap kita kepada orang lain karena kita tahu

sulitnya mengontrol non-verbal”.

Apa yang dikatakan orang secara non-verbal diambil menjadi indikator yang

paling reliable dari apa yang mereka pikirkan dan rasakan tentang diri mereka sendiri

tentang orang lain, dan tentang situasi yang mereka hadapi. Satu hal yang diperjelas

penelitian adalah bahwa karena komunikasi non-verbal diasumsikan bereliabilitas

tinggi, orang harus mencocokkan pernyataan verbal mereka dengan mengirimkan

ekspresi non-verbal jika mereka ingin dianggap terpercaya dan terus terang. Jika ada

kecocokan yang baik, komunikasi dan interaksi dapat diproses dengan mudah dan

dihargai. Jika tidak ada kecocokan yang baik, kebingungan dan kesulitan dapat timbul

dalam interaksi orang, di mana dalam beberapa kasus dapat menimbulkan masalah

(49)

Komunikasi non-verbal seorang celebrity endorser iklan adalah:

a. Ekspresi wajah

Ekman dan Friesen mengidentifikasikan enam emosi dasar yang direfleksikan

ekspresi wajah yaitu kaget, takut, jijik, kebahagiaan dan kesedihan. Ekspresi

yang merefleksikan perasaan-perasaan ini dikenal dalam dan diantara anggota

semua budaya. Mudah untuk membayangkan bagaimana seseorang akan

terlihat takut, dan kaget atau jijik dan marah. Penelitian juga mengindikasikan

bahwa orang cukup akurat dalam menilai ekspresi wajah dari emosi-emosi ini.

Keakuratan bertambah ketika penilai tahu atau punya pengetahuan dari

konteks dimana ekspresi terjadi atau ketika mereka melihat beberapa contoh

dari ekspresi target (Adler dan Rodman, 1982).

Menurut Worchel dan Goethals (1985):

“Sebagai tambahan ragam-ragam sub kategori dari emosi ini, antara lain

intensitas yang berbeda dari kebahagiaan dan atau ketakutan dari campuran,

contohnya campuran senang-kaget, juga terlihat diwajah, wajah menerima

lebih banyak perhatian daripada kepala sebagai satu kesatuan. Hal ini

mungkin dikarenakan emosi yang berjumlah besar yang dikomunikasikan

dengan ekspresi wajah”

Menurut Leathers (1976) yang dikutip oleh Rakhmat (2007), wajah

(50)

a) Penilaian dengan ekspresi senang dan tak senang yang menunjukkan apakah

komunikator memandang penelitiannya jelek atau baik.

b) Berminat atau tak berminat pada orang lain dan lingkungan

c) Intensitas keterlibatan dalam suatu situasi

d) Tingkat pengendalian individu terhadap pernyataannya sendiri

e) Adanya atau kurangnya perhatian.

b. Gerak dan Postur tubuh

Ekman dan Friesen (1975), menganggap “postur tubuh penting dalam

mengkomunikasikan atau mengekspresikan bagaimana santai atau tegangnya

kita dalam berinteraksi dengan seseorang dan juga bagaimana kita

mendefinisikan hubungan kita dengan orang tersebut” (Worchel dan Goethals,

1985). Menurut Smith (1992), “postur adalah bagaimana orang menempatkan

tubuh mereka. Orang mengindikasikan jumlah kekakuan pada tubuhnya.

Menutur Munn (1962) “gerakan non-verbal ketika tidak mewakili kata-kata

gerakan harus terlihat lazim, jika tidak, maka gerakan akan kurang

komunikatif”. Mehrabian menyebutkan tiga makna yang dapat disampaikan

postur:

i. Immediacy, adalah ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap

individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara

menunjukkan kesukaan atau penilain positif.

ii. Power, (kekuatan) mengungkapkan status yang tinggi pada diri

(51)

iii. Responsiveness (respon) bila ia bereaksi secara emosional pada

lingkungan, secara positif dan negatif (Rakhmat, 2007).

c. Karakter Vokal

Menurut Adler dan Rodman (1982):

“Suara itu sendiri merupakan bentuk lain dari komunikasi non-verbal.”

Ahli sosial menggunakan kata paralanguage untuk

menggambarkan non-verbal, pesan vokal. Banyak cara lain untuk

berkomunikasi melalui suara kita, -melalui nada, kecepatan, pitch, volume,

jumlah dan lebar perhentian. Faktor-faktor ini dapat melakukan hal yang besar

untuk menguatkan atau melawan pesan yang dihasilkan oleh kata. Pengaruh

Paralanguistic adalah kuat. Kenyataannya, peneliti menunjukkan bahwa

pendengar memberikan perhatian lebih pada pesan vokal daripada kata yang

diucapkan ketika ditanya untuk menentukan sikap speaker. Lebih jauh lagi,

ketika faktor vokal berlawanan dengan pesan verbal, komunikan menilai

maksud dari komunikator paralanguage bukan dari kata itu sendiri.

DeVito mendefinisikan “Paralanguage

sebagai media lokal dari pembicaraan. Para language tidak berhubungan

dengan apa yang anda katakan, namun bagaimana anda mengatakannya”

(2006). Aspek non-verbal seperti kecepatan, perubahan suara, nada suara,

kekerasan dan pitch juga mengkomunikasikan perasaan (Worchel dan

(52)

“Meskipun tingkat tinggi suara tidak mempengaruhi banyaknya informasi

yang dapat dipahami, ia dapat mempengaruhi sikap pendengar terhadap

pembicara dan isi pesannya”.

d. Penampilan Personal

Menurut Adler dan Rodman (1982):

“Busana adalah salah satu bagian komunikasi non-verbal. Seorang penulis

menyarankan bahwa berbusana menunjukkan paling tidak sepuluh tipe pesan

kepada orang lain yaitu tingkat ekonomi, tingkat pendidikan, kepercayaan,

posisi sosial, tingkat pengalaman, dan kepandaian, latar belakang ekonomi,

latar belakang sosial, latar belakang pendidikan, tingkat kesuksesan, karakter

moral. Penelitian menunjukkan bahwa kita berasumsi tentang orang

berdasarkan gaya mereka dalam berbusana. Gaya berbusana (dan

pemeliharaan pribadi) dapat membuat seluruh perbedaan antara penerimaan

dan penolakan langsung”.

Menurut Rakhmat, “Pesan artifaktual diungkapkan melalui

penampilan-tubuh, pakaian dan kosmetik. Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita

untuk membentuk citra tubuh dengan pakaian dan kosmetik (2007).

Komunikasi artifaktual menurut DeVito (2006) adalah “komunikasi melalui

objek yang dibuat oleh tangan manusia. Yaitu warna, pakaian, perhiasan dan

dekorasi. Menurut Kefgen dan Touchie-Specht (1971), “pakaian

(53)

tertentu berhubungan dengan perilaku tertentu” (Rakhmat, 2007). Rakhmat

(2007) menambahkan bahwa “umumnya pakaian kita pergunakan untuk

menyampaikan identitas kita, untuk mengungkapkan kepada orang lain siapa

kita. Selain itu pakaian dipakai untuk menyampaikan perasaan, status dan

peranan dan formalitas”.

b. Kepribadian

McGaugh, Thomson, Nelson and Jensen (1997) mendefinisikan kepribadian

secara umum meliputi “calling attention” pada karakteristik luar biasa seseorang,

apapun itu. Kepribadian didefinisikan sebagai deskripsi dari semua kemantapan

dalam bertindak yang membedakan seorang individu. Definisi ini menangkap

keunikan dan kesamaan dalam reaksinya ditengah situasi yang bervariasi”. Menurut

Shimp (2003), sejumlah karakteristik yang dapat dilihat khalayak dalam diri

pendukung yakni kecerdasan, sifat-sifat kepribadian, gaya hidup, dsb. Menurut Adler

dan Rodman (1982):

“Pada saat yang sama, daya tarik kepribadian komunikator juga penting bagi

banyak konsumen. Komponen kepribadian ini membantu pemirsa membentuk

ikatan emosi dengan komunikator. Jika komunikator terlihat memiliki

kepribadian tidak baik, walaupun secara fisik cantik, konsumen akan kurang

menyukai untuk membangun ikatan emosi dengan individu tersebut dan

(54)

II.2.1.2 Kesukaan (likeability)

Konsumen lebih merespon positif komunikator yang mereka sukai. Kesukaan

ini muncul dari beragam sumber termasuk situasi dimana pemirsa menyukai baik

aktor atau karakter yang dimainkan aktor di film. Komunikator lain disukai karena

mereka mendukung kegiatan amal yang disukai konsumen. Jika konsumen tidak

menyukai komunikator, mereka memindahkan ketidaksukaan itu ke produk. Menurut

Belch dan Belch (2004), “kesukaan terhadap komunikator terjadi jika sebuah iklan

menggunakan selebriti”.

II.2.1.3 Kepercayaan (trustworthiness)

Kepercayaan adalah tingkat kepercayaan diri atau tingkat penerimaan

konsumen pada pesan komunikator. Seorang komunikator yang dipercaya membantu

konsumen percaya pesan. Kesukaan dan kepercayaan sangat berhubungan. Orang

yang disukai cenderung dipercaya dan orang yang tidak disukai cenderung tidak

dipercaya. Menurut McGuire dalam Lindsey dan Aronson (1969) yang dikutip Tubbs

dan Moss (2000), keterpercayaan berarti ketidakberpihakan (disinterestedness),

objektivitas, dan ketiadaan maksud untuk membujuk.

II.2.1.4 Keahlian (expertise)

(55)

“Komunikator dengan tingkat keahlian yang lebih tinggi lebih dipercaya dari

komunikator dengan keahlian yang rendah. Keahlian dapat menjadi penting

dalam iklan persuasif yang dirancang untuk mengubah opini atau sikap.

Komunikator dengan tingkat keahlian tinggi lebih mampu mempersuasi

pemirsa dari pada seseorang dengan nol atau keahlian rendah”.

Menurut Shimp (2003) “ keahlian mengacu pada pengetahuan, pengalaman,

atau ketrampilan seorang pendukung yang berhubungan dengan topik

iklannya”.

Endorser sering juga dis

Gambar

Gambar I.2 Kerangka Berpikir Hipotesis Kedua
Gambar II.1 Karakteristik Komunikator
Gambar II.2 Jenis Pemilih dan Alasan Memilih
Gambar II.3  Konfigurasi Pemilih
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X2 SMA Negeri 2 Yogyakarta

標題一覧 Fig.3・1Experimentjal Eqllipmc址 Fig.3.2 Spira.1。1d Nozzle Fig.3.3 AxiaI De拓rm;1tion of Azimnth;d velodty Dist・ribution Fig.3.4 AzimuthaI velocity

Berdasarkan konsepsi tersebut diatas, maka studi AMDAL ini akan diawali dengan suatu telaan terhadap peraturan perundang–undangan yang berlaku (terutama yang

Bagi Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan pertimbangan bagi pihak organisasi dalam hal

    Dalam melihat perkaitan antara salah laku pelajar dengan gaya keibubapaan yang diamalkan hasil kajian menunjukkan bahawa faktor gaya keibubapaan yang diamalkan oleh para ibu

Adanya keterbatasan penelitian maupun keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini makan peneliti ingin memberikan saran kepada pihak yang telah membantu dalam

Sehingga hakim-hakim pengadilan agama yang memutus terhadap kasus konkrit yang diajukan kepadanya tidak dapat merujuk hukum materil yang sama, akibatnya terjadilah perbedaan

Seperti halnya model Kemp, model lain yang dapat digunakan untuk mengembangkan produk terkait dengan pembelajaran adalah model Pengembangan Dick &