• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EXPERIENTIAL FAMILY THERAPY MELALUI PERHATIAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI ANAK DI TPQ MU'AYYAD JEMUR WONOSARI SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH EXPERIENTIAL FAMILY THERAPY MELALUI PERHATIAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI ANAK DI TPQ MU'AYYAD JEMUR WONOSARI SURABAYA."

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUHEXPERIENTIAL FAMILY THERAPYMELALUI PERHATIAN ORANG TUA DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN

EMOSI ANAK DI TPQ MU’AYYAD JEMUR WONOSARI SURABAYA SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

UMROTUN KHASANAH NIM. B93212106

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Umrotun Khasanah (B93212106), Pengaruh Experiential Family Therapymelalui perhatian orang tua dalam meningkatkan kecerdasan emosi

anak di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Surabaya.

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh

experiential family therapy melalui perhatian orang tua dalam meningkatkan

kecerdasan emosi anak di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Wonocolo Surabaya, serta sejauh mana pengaruh experiential family therapy melalui perhatian orang

tua dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak di TPQ Mu’ayyad Jemur

Wonosari Wonocolo Surabaya.

Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif yang berfungsi untuk mengungkap data dan fakta menganai pengaruh

experiential family therapy melalui perhatian orang tua untuk meningkatkan

kecerdasan emosi anak di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Surabaya. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan angket sebagai teknik pengumpulan data dengan dua variabel. Adapun indikator dari variabel experiential family therapy

melalui perhatian orang tua adalah memberikan pendidikan dan bimbingan, memberikan nasihat, memberikan motivasi dan penghargaan, memenuhi kebutuhan anak dan pengawasan. Sedangkan indikator variabel kecerdasan emosi adalah kemampuan mengenali emosinya sendiri, kemampuan mengontrol emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain, kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain. Proses konselingexperiential family therapy yang digunakan adalah dengan meminta bantuan orang tua untuk menerapkan beberapa perlakuan sebagai bentuk perhatian mereka terhadap anak agar tercapai peningkatan kecerdasan emosi.

Subyek dari penelitian ini adalah santri usia 9-12 tahundi TPQ Mu’ayyad Jemur

Wonosari Surabaya yang memiliki kecerdasan emosi rendah. Adapun pengujiannya menggunakan rumus product moment. Dengan melihat hasil uji menunjukkan bahwa nilai korelasi lebih besar dari nilai sig, yang bernilai sangat kuat yaitu 0,994. Sehingga dari hasil tersebut menunjukkan adanya pengaruh

experiential family therapy melalui perhatian orang tua untuk meningkatkan

kecerdasan emosi anak di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Surabaya.

(7)

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 8

2. Populasi ... 9

3. Variabel dan Indikator Penelitian... 9

4. Definisi Opersional ... 11

5. Teknik Pengumpulan Data ... 12

6. Teknik Analisis Data ... 14

F. Sistematika Pembahasan ... 16

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 19

1. Experiential Family Therapy... 19

a. PengertianExperiential Family Therapy... 19

b. Tujuan ... 21

c. Peran Terapis/Konselor ... 22

2. Perhatian Orang Tua... 23

a. Pengertian Perhatian Orang Tua... 23

b. Faktor Yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua ... 23

c. Bentuk Perhatian Orang Tua ... 24

d. Peran Orang Tua dalam Perkembangan Anak ... 28

3. Kecerdasan Emosi ... 29

a. Pengertian Kecerdasan Emosi ... 29

b. Faktor-faktor Kecerdasan Emosi... 31

c. Unsur-unsur Kecerdasan Emosi ... 31

(8)

e. Prinsip-prinsip Melatih Kecerdasan Emosi Anak ... 37

f. Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak ... 39

g. Pengaruh Emosi Terhadap Penyesuaian Pribadi Anak Dan Penyesuaian Sosial... 41

4. Pengaruh Perhatian Orang Tua Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak ... 43

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan... 44

C. Hipotesis Penelitian... 46

BAB III : PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Umum Objek Penelitian... 48

1. Gambaran Umum Objek Penelitian... 48

2. Sarana dan Prasarana ... 48

3. Susunan Pengurus... 49

4. Jenjang Pendidikan Pengajar ... 50

5. Data Santri ... 50

6. Kegiatan Pembelajaran ... 50

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 53

C. PelaksanaanExperiential Family Therapymelalui perhatian Orang Tua... 57

D. Uji Keabsahan Instrumen ... 70

E. Pengujian Hipotesis... 77

BAB IV : ANALISIS DATA A. Pengujian Hipotesis... 80

B. Pengujian Dua Sampel ... 83

BAB V : KESIMPULAN A. Kesimpulan... 86

B. Saran... 87 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Item Pertanyaan Variabel X ... 13

Item Pertanyaan Variabel Y ... 14

Data Santri ... 50

Daftar Responden Penelitian... 52

HasilPre-testKecerdasan Emosi Anak (Variabel Y) ... 54

HasilPre-testTingkat perhatian orang tua (Variabel X) ... 55

Daftar santri yang memiliki nilai rendah ... 56

HasilPost-testtingkat perhatian orang tua (Variabel X) ... 68

HasilPost testkecerdasan emosi anak (Variabel Y) ... 69

Validasi Item Skala Variabel X... 71

Validasi Item Skala Variabel Y... 72

Hasil Uji Realibilitas Variabel X ... 74

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ... 75

Hasil perhitungan Varibel X dan Y... 81

Interpretasi Koefisien Korelasi ... 83

Hasil angket sebelum dan sesudah treatment... 85

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak sekali ditemukan fenomena mengenai kenakalan anak dan remaja, seperti perkelahian dan ada juga beberapa kasus tindakan kriminal. Dilansir dari beritajatim.com jum’at 27 Maret 2016, selama dua tahun terakhir terdapat 26 anak yang terlibat kasus hukum yang ditangani Polres dan Pengadilan Negeri Sampang. Dari 26 kasus tersebut rinciannya adalah, kasus kekerasan, pencabulan, kasus pencurian, narkotika dan kasus pembunuhan.1Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi diantaranya adalah faktor ekstern dan faktor intern. Faktor ekstern berasal dari luar diri individu seperti pengaruh lingkungan keluarga, masyarakat dan juga pengaruh pola asuh orang tua. Sedangkan faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri yaitu faktor psikologis anak, jika dilihat dari sisi psikologis adanya penyimpangan perilaku pada anak disebabkan oleh ketidakmampuan dalam mengendalikan emosinya sendiri.

Selama ini banyak anak yang pandai secara intelektual, tapi gagalsecara emosional. Mungkin itulah salah satu alasan mengapa saat ini banyakterjadi tawuran, penyalahgunaan narkoba, kenakalan remaja, bahkan tindakkriminal. Sebenarnya banyak anak yang pandai tetapi karena emosinya sulitdikendalikan, anak mudah terpengaruh lingkungan untuk melampiaskankekesalan dan kemarahan.

1Beritajatim.com Jum’at 27 Maret 2016, (diakses pada tanggal 16

(11)

2

Seiring perkembangan usia, anak akan semakin sulit untuk mengendalikan emosinya sendiri. Apalagi ketika anak mulai memasuki awal masa remaja maka mereka akan lebih susah untuk mengelola emosinya sendiri. Mereka lebih cenderung untuk mengedepankan kemauan dan egonya sendiri tanpa memperhatikan kepentingan orang lain.2 Keadaan emosi yang tidak stabil ini akan berakibat buruk apabila tidak di dukung dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosi merupakan sebuah kemampuan yang mencakup pengendalian diri, semangat, ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri.

Tanpa kecerdasan emosi, kemampuan untuk memahami dan mengelola perasaan-perasaan diri sendiri dan orang lain, menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis, serta kesempatan untuk hidup bahagia dan sukses menjadi sangat tipis. Contoh emosi positif yang dapat mengantarkan seseorang menuju keberhasilan misalnya inisiatif, semangatjuang, kemampuan menyesuaikan diri, empati, percaya diri yang tinggi dan sebagainya.

Tulisan Goleman disusun berdasarkan hasil riset dari beberapa universitas terkemuka Amerika yang dilakukan oleh para neurosaintis yang mencatat bahwa emosi manusia merupakan faktor penting dalam kecerdasan manusia. pada saat emosi kita sehat dan matang, dan tidak ada kerusakan pada bagian otak yang terkait, kita dapat menggunakan seberapapun IQ yang kita punya secara efektif. Tetapi pada saat emosi kita terganggu atau kurang

2

(12)

3

matang, atau ada kerusakan pada pusat emosional dalam otak, kita tidak dapat menggunakan IQ dengan bijak dan tepat.3

Daniel Golemanjuga menyatakan bahwa IQ sebenarnya hanya menyumbang sekitar 20 persen bagi keberhasilan seseorang, sedangkan 80 persen kesuksesan seseorang justru dipengaruhi oleh kecerdasan emosi atau EQ.4 Oleh Karena itu dapat disimpulkan bahwa keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja akan tetapi lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional.

Penelitian-penelitian tersebut telah membuktikan bahwa kecerdasan emosionalsebaiknya mulai di kembangkan sedini mungkin karena dapat membuat anakmempunyai semangat yang tinggi dalam belajar atau disukai dengan teman-temannya diarena bermain. Selainitu, kecerdasan emosional juga memegang peranan penting dalam hubungan kitadengan orang lain juga dengan sang pencipta, sehingga anak-anak kita mampumenghargai dirinya, orang lain dan terutama yang menciptakan-Nya.

Santri di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Surabaya merupakan salah

satu cerminan lemahnya kecerdasan emosi anak di masa sekarang. Berdasarkan penuturan dari pengajar di TPQ tersebut bahwa para santri mempunyai beberapa perilaku yang kurang baik. Mereka menjadi cepat marah apabila diberi nasehat, berkelahi dengan teman, berbicara kasar dan kurang sopan, dan cenderung sulit untuk di nasehati. Berdasarkan fakta tersebut kecerdasan emosi anak di TPQ Mu’ayyad masih memerlukan

3

Andreas Hartono. EQ Parenting. (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2012) hal. 8 4

(13)

4

perhatian dan bahkan tidak hanya anak-anak di TPQ Mu’ayyad saja di banyak tempat mungkin terjadi kasus yang serupa.

Untuk membentuk dan meningkatkan kecerdasan emosi anak dapat dilakukan dengan kerjasama anggota keluarga. Keluarga khusunya orang tua mempunyai peranan penting dalam pembentukan dan peningkatan kecerdasan emosi anak. Karena keluarga adalah tempat pertama kali anak menerima pendidikan, dan orang tua adalah guru pertama bagi anak.

Kebanyakan para orang tua lebih berfokus pada kecerdasan intelektual anak dan kurang memperhatikan kecerdasan emosi anak yang seharusnya juga harus diutamakan. Sehingga orang tua hanya mengawasi dan berfokus untuk membuat anak menjadi lebih pintar secara akademis. Menurut para orang tua dengan mempunyai anak yang pintar maka dimasa mendatang anak akan dapat mencapai kesuksesan.

Mengingat di zaman sekarang kecerdasan intelektual atau IQ semakindibangga-banggakan sehingga kecerdasan emosional (EQ) seakanterlupakan dan kurang diperhatikan, maka peneliti merasa sangat penting untuk memberikan bimbingan pada orang tua agar meningkatkan perhatiannya dalam rangka untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak di

TPQ Mu’ayyad yang cenderung masih lemah seperti yang dipaparkan diatas.

Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti ingin agar para santri di

TPQ Mu’ayyad dapat meningkatkan kecerdasan emosi sehingga para santri

(14)

5

orang tua dalam experiential family therapy. Maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Experiential Family

Therapy Melalui Perhatian Orang Tua Dalam Meningkatkan

Kecerdasan Emosi Anak Di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Wonocolo

Surabaya”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adakah Pengaruh experiential family therapy melalui perhatian orang tua dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Wonocolo Surabaya?

2. Sejauh mana pengaruh experiential family therapy melalui perhatian orang

tua dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Wonocolo Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui adakah pengaruh experiential family therapy melalui

perhatian orang tua dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak di TPQ

Mu’ayyad Jemur Wonosari Wonocolo Surabaya

2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruhexperential family therapy

(15)

6

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan bimbingan konseling yang khususnya sebagai kajian bersama mengenai perhatian yang harus diberikan oleh orang tua untuk dapat meningkatkan kecerdasan emosi anak.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para orang tua, sebagai pemahaman agar dapat memberikan perhatian yang lebih untuk anak-anak demi perkembangan kecerdasan emosi anak.

E. Metode Penelitian

Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulandata dan menganalisis data, maka Penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

(16)

7

daftar pertanyaan terstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti kemudian menghasilkan data kuantitatif. 5

Jenis penelitian yang diggunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen yaitu metodepenelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yanglain dalam kondisi yang terkendalikan.6Dalam metode eksperimen ini Penulismenggunakan bentuk eksperiment one group pretest-posttest design.Pengembangannya ialah dengan cara melakukan satu kali pengukuran di depan (pre– test) sebelum adanya perlakuan (treatment) dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi(post-test) setelah perlakuan (treatment).

Pelaksanaan eksperimentasinya yaitu kepada kelompok yang diteliti sebelumdiberikan suatu materi, terlebih dahulu diketahui kondisi awal atau diberikan pretest.Kemudian pada akhir eksperimen harus diukur keterpengaruhan materi yangdiberikan tersebut dengan memberikan

postest.7 Sehingga dalam pretest maupun postest menggunakan alat tes yang sama.

5

Bambang Prasetyo, Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : Rajawali Press, 2013), hal. 25

6

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung : Alfabeta, 2011), hal. 72

7

(17)

8

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling a. Populasi

Populasi diartikan sebagai keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti.8 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak dan orang tua yang mempunyai anak usia 9-12 tahun setingkat

pendidikan Sekolah Dasar di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari

Wonocolo Surabaya sebanyak 20 santri. Alasan peneliti mengambil anak usia 9-12 tahun adalah karena anak pada kisaran usia tersebut telah mengalami masa awal pubertas, sehingga anak-anak lebih cenderung mengalami banyak gangguan emosi.

Selain itu pada usia tersebut anak-anak juga sudah mulai jarang diperhatikan oleh orang tua yang karena dianggap sudah mampu untuk mengatasi persoalannya sendiri. Disamping itu anak pada usia tersebut cenderung memiliki kemampuan berfikir yang sudah lebih logis dibanding usia dibawahnya, sehingga peneliti beranggapan anak usia tersebut dapat diajak berkomunikasi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berupa angket.

b. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki olehpopulasi tersebut. Bila populasi besar, maka peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu. Maka peneliti dapat

8

(18)

9

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Dalam Penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 10 anak dari 20 anak usia 9-12 di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Surabaya.

c. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untukmenentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian.9 Dalam penelitian inipeneliti menggunakan teknik Sampling Purposive

yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.10 Pertimbangan yang dimaksud tersebut adalah santri yang memiliki kecerdasan emosi dan perhatian orang tua rendah, dimana mereka yang mempunyai nilai pre-test kurang dari 55 berdasarkan angket yang telah dibuat oleh peneliti. Sehingga ada 10 santri yang akan diberikan treatment oleh peneliti.

3. Variabel dan Indikator Penelitian a. Variabel

Variabel penelitian yaitu suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarikkesimpulannya.11 Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

9

Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatifKualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 20013), hal. 81

10

Sugiyono, MetodePenelitianKuantitatifKualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 20013), hal. 85

11

(19)

10

1) Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah experential family tehrapy melalui perhatian orang tua ( yang disebut dengan variabel X)

2) Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosi anak (yang disebut dengan variabel Y)

b. Indikator Penelitian

Adapun indikator dalam penelitian ini adalah: 1) Perhatian Orang Tua atau Variabel X

- Memberikan pendidikan dan bimbingan - Memberikan nasihat

- Memberikan motivasi dan penghargaan - Memenuhi kebutuhan fisik anak

- Pengawasan12

2) Kecerdasan Emosi atau Variabel Y

- Kemampuan mengenali emosinya sendiri - Kemampuan mengontrol emosi

- Kemampuan memotivasi diri sendiri

- Kemampuan mengenali emosi orang lain (empati) - Kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain13

12

http://blog.umy.ac.id/anadwiwahyuni/artikel/perhatian-orangtua/ (diakses 19 Maret 2016, 20.00)

13

(20)

11

4. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalah pahaman dan terjadinya penafsiran yang berbeda dalam memaknai judul, maka Penulis mencoba memberikan batasan untuk memperjelas kata-kata yang menjadi variabel penelitian sebagai berikut :

a. Experential Family Therapy

Merupakan sebuah aplikasi terapi eksistensial terhadap sistem keluarga, yang menekankan pada pilihan, kebebasan, penentuan diri, pertumbuhan, dan aktualisasi.14Experiential Family Therapy pada penelitian ini difokuskan pada pola hubungan yang terbentuk antara orang tua dan anak, dan penyadaran orang tua tentang bagaimana seharusnya memperlakukan anak.

b. Perhatian Orang tua

Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi yang ditujukan kepada objek.15 Sedangkan perhatian orang tua adalah kesadaran jiwa orang tua untuk mempedulikan anaknya, terutama dalam memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya baik dalam segi emosi maupun materi.Adapun wujud perhatian orang tua yang dimaksud oleh peneliti adalah memberikan pendidikan dan bimbingan, memberikan nasihat, memberikan motivasi dan penghargaan, memenuhi kebutuhan fisik anak, dan pengawasan.

14

Widayat Mintarsih, Peran Terapi Keluarga Eksperensial dalam Konseling Anak untuk Mengelola Emosi, SAWWA, Vol. 8 No. 2 (April 2013) hal. 297

15

(21)

12

c. Kecerdasan emosi

Kecerdasan emosi adalah suatu jenis kecerdasan yang memusatkan perhatiannya dalam mengenali, memahami, merasakan, mengelola, memotivasi diri sendiri dan orang lain serta dapat mengaplikasikan kemampuannya tersebut dalam kehidupan pribadi dan sosialnya.16 Kecerdasan emosi yang akan ditingkatkan dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan kemampuan mengenali emosinya sendiri, kemampuan mengontrol emosi, kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengenali emosi orang lain (empati), kemampuan melakukan interaksi dengan orang lain.

d. Anak

Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa atau belum mengalami masa pubertas. Menurut psikologi anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga periode usia yang setara dengan tahun sekolah dasar.17Berdasarkan UU Peradilan Anak. Anak dalam UU No. 3 tahun 1997 tercantum dalam

pasal 1 ayat (2) yang berbunyi :”Anak adalah orang dalam perkara

anak nakal yang mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah

menikah.18Anakdalampenelitianini yang

dimaksudadalahanakdalamusia 9-12 tahun.

16

Lusi Nuryanti. Psikologi Anak. (Jakarta : PT INDEKS, 2008) hal. 43 17

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Anak? (diakses 16 April 2016, 22:00) 18

(22)

13

5. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data akurat serta memperhatikan relevansi data dengan tujuan yang dimaksud, maka dalam pengumpulan data menggunakan beberapa metode yaitu :

a. Angket (Kuesioner)

Angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis mengenai sesuatu masalah kepada responden untuk dijawabnya.19 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang besarnya perhatian orang tua dan keadaan kecerdasan emosi anak di

TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Surabaya. Cara pemberian nilai

dalam penialian ini menggunakan teknik angketyang hanya memberikan tanda checklist (√) pada lembarjawaban yang telah tersedia.Peneliti menggunakan angket secara langsung dengan tipe tertutup untuk memperoleh data tersebut. Selain itu dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala likert.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsiseseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dengan skala likert,maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item – item instrument yang dapat

19

(23)

14

berupa pernyataan atau pertanyaan.20 Berikut uraian item pertanyaan untuk semua indikator :

Tabel 1.1 Item Variabel X (Perhatian orang tua)

No Indikator No. Soal Total

1 Memberikan pendidikan dan bimbingan

1, 2, 3, 4, 5 5 2 Memberikan nasihat 6, 7, 8, 9, 10 5 3 Memberikan motivasi dan

penghargaan

15, 16 2

4 Memenuhi kebutuhan fisik anak

11, 12, 13, 14 4

5 Pengawasan 17, 18, 19, 20 4

Tabel 1.2 Item Variabel Y (Kecerdasan Emosi)

No Indikator No. Soal 3 Kemampuan memotivasi diri

sendiri

1, 8, 9, 10 4 Kemampuan mengenali

emosi orang lain (empati)

7, 16, 17, 18 5 Kemampuan melakukan

interaksi dengan orang lain

13, 14, 15, 19, 20

Dengan menggunakan kata-kata jawaban tertutup sebagai berikut :

A = Selalu (4)

(24)

15

Metode dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. pada intinya metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, kenang-kenangan, laporan, dan sebagainya.21Metode ini digunakan untuk mencari data tentang struktur organisasi, jumlah pengajar, sarana dan prasana, jadwal pembelajaran harian dan jumlah

santri di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Surabaya.

c. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung terhadap kondisi lingkungan objek penelitian yang mendukung kegiatan penelitian, sehingga didapat gambaran secara jelas tentang kondisi objek penelitian tersebut.22Observasiberguna untuk menjelaskan, memeriksa dan merinci gejala yang terjadi.Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatansecara langsung terhadap objek yang telah ditentukan, guna memperolehdata yang langsung dapat diambil oleh peneliti. Pada penelitian ini observasi yang dilakukan adalah mengamati para santri usia 9-12 tahun dengan kategori kecerdasan

emosi rendah di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari Surabaya.

21

Burhan Bungin, Metodologi Peneletian Kuantitatif, (Jakarta : Kencana, 2005) hal. 154 22

(25)

16

d. Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.23 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan untuk mencari kelengkapan data dan informasi mengenai perilaku santri dalam kesehariannya. Sehingga wawancara dilakukan pada pengajar

dan juga para orang tua santri di TPQ Mu’ayyad Jemur Wonosari

Surabaya.

6. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan tehnik statistik.Kriteria Penilaian data dari angket :

a. Alternatif jawaban A diberikan angka 4 b. Alternatif jawaban B diberikan angka 3 c. Alternatif jawaban C diberikan angka 2 d. Alternatif jawaban D diberikan angka 1

Adapun analisis ini untuk mengetahui hipotesis yang diajukanmelalui pengolahan data variabel X dengan variabel Y. Variabel penelitianini yaitu:

a. Variabel bebas : Perhatian orang tua, diberi tanda X b. Variabel terikat : Kecerdasan Emosi Anak, diberi tanda Y

23

(26)

17

Analisis uji hipotesis ini penulis menggunakan analisis hubungan (korelasi) product moment, yaitu suatu bentuk analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan di antara dua variabel atau lebih.24 Sesuai data penelitian, analisis yang tepat untukmenghitungnya menggunakan rumus sebagai berikut:

rxy =

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y.

Σxy = Jumlah perkalian antara X dan Y.

Σx = Jumlah skor X.

Σy = Jumlah skor Y.

F. Sistematika Pembahasan

Sistematika dalam pembahasan ini dibagi menjadi lima bab yang diantaranya adalah :

1. BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari : Latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian yang terdiri dari : pendekatan dan jenis penelitian, populasi, variabel dan indikator penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan sistematika pembahasan.

24

(27)

18

2. BAB II TINJAUAN TEORITIK

Terdiri dari : Kajian Teoritik, Hasil penelitian dahulu yang relevan dan Hipotesis

3. BAB III PENYAJIAN DATA a. Deskripsi Umum Objek Penelitian

Gambaran umum objek penelitian terdiri dari alamat lokasi penelitian, visi dan misi lembaga, struktur organisasi dalam lembaga, sarana dan prasarana serta nama siswa yang dijadikan subjek penelitian.

b. Deskripsi Hasil Penelitian

Bagian ini memaparkan mengenai data dan fakta variabel-variabel penelitian. Selanjutnya data yang telah diatur tersebut ditransformasi dengan menggunakan analisis atau model-model yang sesuai dan mengarah pada hasil yang berguna untuk langkah berikutnya, yaitu menguji hipotesis.

c. Pengujian Hipotesis

(28)

19

keadaan yang akan menjadi temuan penelitian. Kemungkinan pertama hipotesis nihil diterima sehingga hipotesis alternatif ditolak. Kemungkinan kedua hipotesis nihil ditolak sehingga hipotesis alternatif diterima.

4. BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini berisi pemaparan tentang argumentasi teoritis terhadap hasil pengujian hipotesis. Misalnya, hipotesis penelitian ditolak atau tidak terbukti, maka berikan alasan-alasan mengapa tidak terbukti.

5. BAB V PENUTUP a. Kesimpulan

Merupakan jawaban langsung dari penelitian. Hal ini perlu diingat bahwa simpulan harus sesuai dengan fokus.

b. Saran

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORITIK

1. Experiential Family Therapy

a. PengertianExperiental Family Therapy

Carl Whitaker adalah pelopor terapi keluarga berdasarkan pengalaman (experiental family therapy), yaitu sebuah aplikasi terapi eksistensial terhadap sistem keluarga, yang menekankan pada pilihan, kebebasan, penentuan diri, pertumbuhan, dan aktualisasi.25

Experiential Family Therapydilakukan untuk membuka topeng kepura-puraan dan menciptakan makna baru, membebaskan anggota keluarga untuk menjadi diri sendiri. Whitaker tidak mengajukan berbagai macam metode; yang membedakannya yakni keterlibatan terapis dengan keluarga, dengan memunculkan reaksi spontan (dari terapis atau konselor) terhadap situasi sekarang dan dirancang untuk meningkatkan kesadaran klien, dan untuk membuka interaksi yang baru dengan keluarganya.26

Terapi keluarga eksperiensial memusatkan perhatian pada subjektivitas individu. Semua anggota keluarga memiliki hak untuk menjadi diri sendiri, jangan sampai tuntutan keluarga bersifat

25

Afdhal, Pemanfaatan Konseling Keluarga Eksperiensial Untuk Menyelesaikan Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Jurnal Eduicatio, Vol. 1 No. 1 (Oktober 2015) hal. 77

26

Widayat Mintarsih, Peran Terapi Keluarga Eksperensial dalam Konseling Anak untuk

(30)

21

menindas anggota keluarga. Selain itu juga membantu individu untuk mampu berkomunikasi melalui emosinya secara jujur sehingga mampu mengungkapkan perasaan tanpa adanya tekanan dan paksaan.

Terapi keluarga eksperiensial menekankan pada proses pertumbuhan alamiah dalam keluarga untuk meningkatkan rasa memiliki keluarga dan memberikan kebebasan sebagai individu dalam keluarga agar memiliki pengalaman dalam mengekspresikan emosi.

Experential family therapy bersifat eksistensial, humanistik, dan fenomenologis.27

Kaum eksistensialis berpendapat bahwa dalam memahami eksistensi manusia bisa diperoleh melalui pengalaman-pengalaman pribadi. Pengalaman merupakan guru yang terbaik bagi individu. Oleh karena itu dalam proses konseling, konselor membantu klien memilih pengalaman pribadi mana yang mampu mempengaruhi mereka untuk berhubungan dengan emosi-emosi selama proses terapi.

Pandangan kaum fenomenologi adalah dalam memahami individu dilihat dari lingkungan yang membentuknya. Jika lingkungan kurang baik, maka diupayakan mampu merubah lingkungan agar mampu membangun kepribadian individu ke arah yang lebih baik. Hal itu bisa digambarkan bahwa keluarga yang sehat akan memberikan keleluasaan individu untuk mengembangkan potensinya dan tidak mengabaikan kebersamaan. Setiap anggota keluarga cukup memiliki

27

Widayat Mintarsih, Peran Terapi Keluarga Eksperensial dalam Konseling Anak untuk

(31)

22

rasa aman untuk mengemukakan perasaan dan pendapatnya, sehingga mampu menjadi diri sendiri.

Kaum humanis berpandangan bahwa dalam proses terapi membutuhkan keyakinan adanya kearifan alamiah, adanya komunikasi, dan emosi yang jujur. Secara alamiah manusia memiliki akal, jika diberi kebebasan untuk menggunakannya maka akan lebih bersemangat, kreatif, dan produktif.28

b. Tujuan

Tujuan terapi ini adalah membantu memperjelas komunikasi dalam keluarga, menghindarkan adanya keluhan-keluhan, sehingga ada usaha untuk menemukan solusi. Untuk itu seluruh anggota keluarga ikut aktif terlibat dalam proses konseling dan tetap mempertahankan harga diri yang positif.29

Nichols dan Schwartz mengungkapkan tujuan terapi dalam pendekatan ini adalah : (1) menumbuhkan atau mengembangkan individu-individu anggota keluarga, (2) meningkatkan integritas personal, (3) mengurangi ketergantungan, (4) mengembangkan pengalaman, (5) meningkatkan sensitivitas dan pertumbuhan indivual untuk meningkatkan fungsi keluarga.30

28

Widayat Mintarsih, Peran Terapi Keluarga Eksperensial dalam Konseling Anak untuk

Mengelola Emosi,SAWWA, Vol. 8 No. 2 (April 2013) hal. 297

29

Materi perkuliahan Family Therapi, paket 8 : Experiental Family Therapy 30Afdal,

(32)

23

c. Peran Terapis/Konselor

Dalam terapi ini peran terapis adalah sebagai katalisator perubahan dengan memanfaatkandampak personal individu dalam keluarga. Misalnya dalam hal berbagiperasaan dengan keluarga. Hal ini bisa memunculkan transferensi (pemindahan/pengalihan)dan kontratransferensi. Untuk itu dibutuhkan usaha menyampaikanperasaan terbuka agar kontratransferensi bisa diminimalisir.Tujuan terapi ini juga membantu memperjelas komunikasi dalam keluargadan menghindarkan adanya keluhan-keluhan, sehingga ada usaha untukmenemukan solusi. Untuk itu anggota keluarga ikut aktif terlibat dalamproses konseling dan tetap mempertahankan harga diri yang positif.31

Untuk mencapai kesuksesan dalam mencapai tujuan konseling, konselor harus aktif terlibat dalam proses konseling. Selain itu juga dapat menggunakan beberapa teknik strategi ekspresif dari terapi Gestalt dan psikodrama. Konselor eksperiensial memusatkan perhatian pada pengalaman langsung pada saat ini dan sekarang, serta ungkapan perasaan klien. Tujuan penggunaan teknik ini adalah memberikan pengalaman kepada keluarga yang memungkinkan mereka bisa berkomunikasi menggunakan emosi-emosinya sekaligus

31

Widayat Mintarsih, Peran Terapi Keluarga Eksperensial dalam Konseling Anak untuk

(33)

24

meningkatkan fungsi kesadaran mereka terhadap perannya dalam anggota keluarga.32

2. Perhatian Orang Tua

a. Pengertian Perhatian Orang Tua

Perhatian merpakan pemusatan atau konsentrasi yang ditujukan kepada suatu objek, yang dilakukan secara sadar yang memberikan rangsangan kepada individu, sehingga ia hanya terfokus pada obyek yang merangsang tersebut.33

Sedangkan orang tua merupakan orang yang berperan dalam melahirkan dan membawa anak-anak ke dunia ini, dan juga berkewajiban untuk secara aktif berupaya merawat, membesarkan dan mendidik anak-anak untuk dapat berhasil di dalam hidupnya.34

Dalam hal ini perhatian orang tua dapat diartikan kesadaran jiwa orang tua untuk mempedulikan anaknya, terutama dalam memberikan dan memenuhi kebutuhan anaknya baik dari segi emosi maupun materi.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Perhatian Orang Tua

Diantara faktor penyebab yang mempengaruhi perhatian orang tua terhadap anaknya adalah orang tua khawatir kalau anaknya nakal, kurang pandai, minder serta agar anak-anaknya tidak terjerumus

32

Widayat Mintarsih, Peran Terapi Keluarga Eksperensial dalam Konseling Anak untuk

Mengelola Emosi,SAWWA, Vol. 8 No. 2 (April 2013) hal. 299

33

http://www.kajianpustaka.com/2015/12/perhataian-orang-tua.html, (diakses, 17 Maret 2016, 11.30)

34

(34)

25

dalam perilaku menyimpang. Perhatian juga diberikan orang tua agar anaknya mendapatkan prestasi dan kelak dapat tercapai cita-cita selain itu agar mampu menjadi pribadi yang mandiri.35

Bimbingan dan perhatian dari orang tua sangat diperlukan dalam proses pencapaian prestasinya, jadi dengan kata lain, perhatian orang tua merupakan faktor utama dalam membimbing, mengarahkan, dan mendidik anaknya dikalangan keluarga sehingga anaknya menjadi generasi penerus yang lebih baik. Perhatian dan teladan orang tua akan dicontoh anak-anaknya dalam pembentukan karakter anaknya.

Semua orang tua sudah tentu ingin anak-anaknya mendapatkan prestasi dan pandai baik di sekolah maupun di luar sekolah, semua itu tidak lepas dari perhatian dan tanggung jawab orang tua dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi anaknya.

Pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan yang dialami anak sejak ia dilahirkan yang dilakukan oleh orang tua. Oleh karena itu perhatian orang tua merupakan penentu sukses tidaknya anak dalam mencapai keberhasilan.36

c. Bentuk Perhatian Orang Tua

1) Memberikan Pendidikan dan Bimbingan Pada Anak

Mendidik anak merupakan salah satu kewajiban orang tua, karena orang tua adalah guru pertama untuk anak-anak. Memberikan pendidikan dan bimbingan kepada anak merupakan 35

Richard Templar.The Rules Of Parenting. (Jakarta : Erlangga, 2008) hal. 30 36

(35)

26

kewajiban orang tua. Hal ini tersirat dalam Al Qur’an dalam surah

An Nisa, ayat 9 Allah firman:

  



Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar”37

Secara Islam dalam mendidik anak dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut :

(a) Menanamkan akidah

(b) Mengajari anak dengan kasih sayang (c) Menanamkan akhlak yang mulia (d) Menegakkan keadilan dengan tegas (e) Menegur dan mengingatkan shalat (f) Menunjukkan keteladanan.38

Memang tidak mudah dalam mendidik anak, diperlukan kesabran dan ketepatan, Ada prinsip sederhana yaitu prinsip 5-T yang dapat dilaksanak untuk mendidik anak,39diantaranya :

(a) Time (Waktu ) : Orang tua harus memiliki waktu bersama-sama dengan anak-anak. Di dalam waktu tersebut, orang tua

37

QS. An-Nisaa’ [4] : 9 38

Hasan Aedy. Kubangun Rumah Tanggaku dengan Modal Akhlak Mulia (Bandung : AlfaBeta, 2008) hal. 126

39

(36)

27

dapat melakukan banyak hal bersama-sama, termasuk memberikan sikap dan keteladanan untuk anak.

(b) Telling (Memberitahu) : peran orang tua dalam mendidik anak yang penting adalah tindakan memberitahu karena anak dapat mengerti apa yang di inginkan atau diharapkan orang tua. Memberi tahu bahwa betapa orang tua sangat mengasihi dan mencintai mereka, dan juga memberitahu perihal mana yang baik dan benar, juga mana yang buruk dan salah kepada mereka.

(c) Teaching (Mengajar) : mengajarkan kepada anak-anak tentang nilai-nilai hidup dan budi pekerti, dan juga mengajarkan kepada mereka cara melakukannya.

(d) Training (Melatih) : melatih anak-anak untuk bertindak disiplin dan bertanggung jawab.

(e) Together (Kebersamaan) : keluarga yang memiliki kebersamaan akan membangun sebuah jembatan komunikasi yang kokoh sehingga bahtera kebersamaan akan lebih sulit untuk diterjang ombak kehidupan.40

2) Memberikan nasihat

Bentuk lain dari perhatian orang tua adalah memberikan nasihat kepada anak. Menasihati anak berarti memberi saran-saran untuk memecahkan suatu masalah, berdasarkan pengetahuan,

40

(37)

28

pengalaman dan pikiran sehat. Nasihat dan petuah memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membuka mata anak-anak terhadap kesadaran akan hakikat sesuatu serta mendorong mereka untuk melakukan suatu perbuatan yang baik.41 Betapa pentingnya

nasihat orang tua kepada anaknya, sehingga Al Qur’an

memberikan contoh, seperti yang terdapat dalam surah Luqman ayat 13 Allah berfirman:

  

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".42

3) Memberikan motivasi dan penghargaan

Orang tua adalah pendidik pertama, maka hendaklah mampu memberikan motivasi dan dorongan kepada anak. Ketika anak meraih prestasi maka orang tua mengapresiasi atas keberhasilan yang telah diraihnya. Karena dengan penghargaan serta perhatian tersebut akan menumbuhkan rasa banggga, percaya diri dan berbuat yang lebih baik lagi bagi anak dimasa-masa yang akan datang.

Sebaliknya ketika anak mengalami keterpurukan dan keputusasaan maka orang tua harus senantiasa memberikan

41

http://blog.umy.ac.id/anadwiwahyuni/artikel/perhatian-orangtua/(diakses 19 Maret 2016, 20.00)

42

(38)

29

semangat, agar anak mampu melewati masa-masa sulitnya dengan baik. Maka dari itu motivasi dari orang tua sangatlah diperlukan.43 4) Memenuhi kebutuhan anak

Orang tua hendaklah dapat memberikan segala kebutuhan yang diperlukan oleh anak, baik yang bersifat materi ataupun non materi.

5) Pengawasan Terhadap Anak

Pengawasan orang tua bukanlah berarti pengekangan terhadap kebebasan anak untuk berkreasi tetapi lebih ditekankan pada pengawasan atas kewajiban yang harus dilakukan oleh anak dan bertanggung jawab. Ketika anak sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penyimpangan, maka orang tua harus bisa bertindak dan mengingatkan.Hal ini diharapkan sebagai antisipasi dari dampak yang ditimbulkan atas kelalaiannya.

d. Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Anak

Orangtua sangat berperan dalam mendidik anak menuju hidup bermasyarakat, maka dari itu orang tua mempunyai peran yang cukup penting dalam perkembangan anak diantaranya adalah :

1) Sebagai orang tua, mereka membesarkan, merawat, memelihara, dan memberikan anak kesempatan berkembang.

43

(39)

30

2) Sebagai guru :

(a) Mengajarkan ketangkasan motorik, keterampilan melalui latihan-latihan

(b) Mengajarkan peraturan-peraturan tata cara keluarga, tatanan lingkungan masyarakat

(c) Menanamkan pedoman hidup bermasyarakat.

3) Sebagai tokoh teladan, orang tua menjadi tokoh yang ditiru pola tingkah lakunya, cara berekspresi, cara berbicara, dan sebagainya. 4) Sebagai pengawas, orang tua memperhatikan, mengamati

kelakuan, tingkah laku anak. mereka mengawasi anak agar tidakmelanggar peraturan di rumah maupun diluar lingkungan keluarga.44

3. Kecerdasan Emosi

a. Pengertian Kecerdasan Emosi

Kecerdasan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan kepada setiap umat manusia. Kecerdasan dikenal juga dengan istilah intelegensi. Intelegensi berasal dari Bahasa Inggris yaitu intellegence. Howard Gardner mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu yang bernilai bagi budaya tertentu. Sedangkan David Weschler merumuskan kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu

44

(40)

31

untuk bertindak, berpikir rasional, dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.45

Emotion merupakan istilah emosi dalam Bahasa Inggris. Sedangkan, Emosi didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap. Emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan bertindak.46

Istilah kecerdasan emosi atau yang lebih dikenal dengan sebutan

Emotional Intelligence (EI) diperkenalkan pada tahun 1990 oleh dua ahli psikologi, yaitu Peter Salovy dan John Mayer. Kecerdasan emosi diartikan sebagai kemampuan memahami, menangani, mengatasi dan mengekspresikan emosi/perasaan diri seseorang pada orang lain dengan layak. Kecerdasan emosional meliputi :47

1) Perasaan 2) Pemikiran 3) Perilaku

Konsep tersebut secara khusus diasosiasikan oleh Daniel Goleman, seorang psikolog Amerika. Hasil Kerjanya telah banyak mempengaruhi bidang pendidikan (maupun bisnis). Konsep ini dilihat sebagai cara meningkatkan pencapaian murid-murid serta membantu

45

Agus Efendi.Revolusi Kecerdasan Abad 21(Bandung : Alfabeta, 2005) hal. 81 46

Trianto Safaria dan Nofrans Eka Saputra.Manajemen Emosi. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2012) hal. 12

47

(41)

32

mereka dalam menjalani kehidupan, baik pribadi maupun lingkungan

kerja. Daniel Goleman melalui bukunya “Emotional Intelligence” juga

menyatakan bahwa unsur emosi merupakan faktor yang turut berperan dalam keberhasilan hidup seseorang.48

b. Faktor-Faktor Kecerdasan emosi

Beberapa Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi diantaranya adalah :

1) Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosional seseorang.

2) Faktor Eksternal

Merupakan faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi atau mengubah sikap. Pengaruh luar dapat bersifat individu maupun kelompok. Misalnya antara individu kepada individu lain ataupun antara kelompok kepada individu maupun sebaliknya.49

48

Agnes Theodora W.Memahami Perkembangan Anak.hal.257 49

(42)

33

c. Unsur-Unsur Kecerdasan Emosi

Menurut Goleman, Kecerdasan Emosi mencakup unsur-unsur sebagai berikut :

1) Kesadaran diri atau mengenali emosi diri (self awareness

-knowing one’s emotions)

Yaitu kemampuan seseorang mengenali atau memahami emosinya sendiri dan mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, serta menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat.

2) Kontrol emosi(managing emotions)

Yaitu kemampuan mengelola suasana hati dan mengontrol emosi sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati, sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran, dan mampu bangkit dari tekanan emosi.Hal tersebut dapat membantu ketika seseorang sedang dalam situasi yang yang penuh tekanan.

3) Motivasi diri(motivating oneself)

(43)

34

4) Empati atau mengenali emosi orang lain (emphaty - recognizing emotions in other)

Yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan orang banyak atau masyarakat. Empati sangat penting digunakan dalam membina serta memelihara hubungan dengan orang lain. empati akan membantu seseorang dalam mengatasi konflik.

5) Mengatasi hubungan (handling relationships)

Yaitu kemampuan mengendalikan dan menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, memahami dan bertindak bijaksana dalam hubungan antar manusia.50

d. Perkembangan Emosi Anak

Pada masa awal kanak-kanak, umumnya emosi bisa berkembangdengan pesat. Proses perkembangannya bisa melalui proses belajar secaralangsung maupun tidak langsung. Bisa dimulai dari perhatian, pengalaman,atau peristiwa baru yang dialami anak. Hal itu bisa ditandai oleh ledakanmarah jika keinginannya tidak terpenuhi, ketakutann yang hebat, iri hati terhadapadik, teman, atau saudara kandungnya. Peristiwa lain yang menyebabkankuatnya emosi anak

50

(44)

35

disebabkan karena kelemahan dari faktor fisik akibatdari kelelahan bermain, tidak mau tidur siang, atau bisa karena sulit makan.Disamping itu anak juga tidak bisa menyalurkan kegiatan atau melakukansesuatu sesuai dengan keinginannnya. Bisa juga karena pemaksaan kehendakorang tua agar anak melaksannakan sesuatu di luar kemampuan anak.51

Pengungkapan emosi anak bisa dengan menangis, cemberut kalau sedih tersenyum atau tertawa jika senang. Perkembangan emosi yang senang nantinya akan berkembang menjadi kasih sayang dan penuh harapan, sedangkan perasaan tidak senang akan berkembang menjadi kecewa, cemas, rendah diri, rasa malu, dansebagainya. Sebaliknya perkembangan emosi pada anak harus selalu diperhatikan oleh orangtua agar berkembang lebih sempurna dan halus sehingga tidak ada gangguan dalam perkembangan emosi.52Perkembangan pola emosi umum yanng terjadi pada awal masa kanak-kanak antara lain: 1) Marah

Penyebab emosi marah paling umum terjadi diakibatkan karena pertengkaran dengan teman, berebut mainan, tidak tercapainya keinginan dan mendapat serangan dari teman lain. Bentuk ungkapan marah yaitu: menangis, berteriak, menggertak, menendang, melompat, memukul.

51

Rumini S dan Sundari S.,Perkembangan Anak dan Remaja,(Jakarta : Rineka Cipta, 2004). Hal. 47.

52

Widayat Mintarsih, Peran Terapi Keluarga Eksperensial dalam Konseling Anak untuk

(45)

36

2) Takut

Anak takut dengan situasi kondisi dan lingkungan yang kurang bersahabat. Misalnya terhadap orang yang belum dikenal, takut akankegelapann, binatang buas, melihat gambar, mendengar cerita, suara keras, melihat adegan di TV, dan sebagainya. Reaksi anak dalam mengekspresikan ketakutannya pada umumnya memunculkan kepanikan pada diri sendiri, kemudian menghindar, lari, bersembunyi,dan menangis.

3) Cemburu

Emosi cemburu bisa disebabkan karena anak merasa orang tua membagi kasih sayangnya kepada saudara, adik, atau orang lain. Ungkapan cemburu biasa dilakukan oleh anak-anak dengan berpura-pura sakit, melaksanakan kegiatan yang mencari perhatian orang tua. Bisa juga perilakunya menjadi nakal, agresif, atau melakukan hal-hal yang dulu belum pernah dilakukan.

4) Ingin Tahu

Keinginan anak untuk mengetahui hal-hal baru di sekelilingnya sangat tinggi. Anak juga mulai ingin mengetahui kondisi tubuhnya sendiri. Reaksinya adalah anak banyak bertanya tentang segala sesuatu yang membuatnya tertarik untuk dipahami dan dimengerti.53

53

Widayat Mintarsih, Peran Terapi Keluarga Eksperensial dalam Konseling Anak untuk

(46)

37

5) Iri Hati

Iri hati yang dialami oleh anak banyak disebabkan karena menginginkan sesuatu yang dimiliki oleh orang lain atau temannya baik berupa barang, mainan, atau kemampuan mencari perhatian dan mendapatkan kasih sayang. Ungkapan iri hati bisa dengan mengeluh tentang hal-hal yang dimiliki, meminnta untuk dipenuhi keinginan memiliki barang tersebut atau mungkin bisa terjadi anak mengambil benda yang ingin dimilikinya.

6) Gembira

Dalam kondisi sehat anak akan merasa gembira. Lingkungan aman dan nyamann, serta layak untuk melakukan aktivitas kegiatan bermainnya. Perasaan gembira pada anak juga terjadi jika anak mampu menyelesaikan tugasnya yang dianggap sulit. Kegembiraan bisa diungkapkan dengan tersenyum, tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, bercanda, memeluk orang tua, teman, benda, atau orang lain yang bisa membuat nanak bahagia.54

7) Sedih

Kondisi anak sedih bisa diakibatkan karena kehilangan sesuatu yang disenangi atau bisa juga keinginannya tidak terpenuhi. Ungkapan sedih bisa dengan menangis, merenung, tidak bergairah dalam melakukan kegiatan rutinitas sehari-hari.

54

Widayat Mintarsih, Peran Terapi Keluarga Eksperensial dalam Konseling Anak untuk

(47)

38

8) Kasih Sayang

Anak mendapat kasih sayang dari keluarga dan orang lain yang menyayanginya. Diharapkan anak belajar mencintai keluarga dan orang lain yang ada di sekitarnya. Ungkapan kasih sayang bisa dilakukan oleh anak dengan memeluk, mencium, menepuk, mengajak berbicara atau komunikasi yang baik, atau bisa juga mengelus-elus dan menggendong boneka atau bianatang kesayangannya.55

Ciri-ciri perkembangan emosi anak-anak pada Usia 9 - 12 tahun adalah sebagai berikut :

1) Mudah patah semangat

2) Lebih mampu mengekspresikan atau menahan emosi 3) Bangga terhadap kompetensi diri sendiri

4) Mulai mengidentifikasi aktivitas dan kemampuan tertentu sebagai karakter yang maskulin dan feminim

5) Argumentatif dan suka mengatur, namun bisa responsif serta murah hati

6) Menikmati bermain maupun menciptakan permainan yang beragam

7) Cenderung terikat pada figur-figur orang tua

8) Telah mengembangkan kemampuan untuk mengatur emosi sendiri dan mampu untuk menahan emosi

55

Widayat Mintarsih, Peran Terapi Keluarga Eksperensial dalam Konseling Anak untuk

(48)

39

9) Cenderung sensitif terhadap kritikan

10) Dapat mulai mengalami perubahan emosi yang tiba-tiba dan dramatis karena pubertas (terutama bagi anak perempuan).56 e. Prinsip-prinsip Melatih Kecerdasan Emosi Anak

Melatih kecerdasan emosi anak menjadi bagian penting dari tugas pengasuhan orangtua. terdapat beberapa prinsip yang harus dikembangkan dalam melatih kecerdasan emosi anak adalah :

1) Prinsip keteladanan. Artinya segala perkataan, sikap dan perbuatan yang ditampilkan orangtua harus menjadi contoh yang baik untuk anak. Prinsip keteladanan tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang.

2) Prinsip pengasuhan. Kebersamaan anak dengan orangtua selama berada dalam pengasuhan memiliki kesan yang mendalam. Tulisan

yang berjudul “Children Learn What They Live by Dorothy Law

Nolte” menjelaskan : “Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia

belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri. Jika anak dibesarkan penghinaan, ia belajar menyesali diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai”.

56

(49)

40

3) Pola komunikasi interaksional. Pola ini memberi arahan pada bentuk komunikasi aktif kreatif pada kedua belah pihak. Untuk menciptakan makna terhadap ide atau gagasan yang disampaikan kedua belah pihak maka komunikasi yang tercipta lebih dinamis dan komunikatif. Hal itu berlangsung secara timbal balik dan silih berganti anatara orangtua dan anak.

4) Menerapkan pola komunikasi suportif. Artinya bentuk hubungan antara orang tua dan anak dalam pengiriman dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.

5) Menerima realitas secara realistis. Orang tua harus dewasa dalam melihat kenyataan yang menimpa sang anak. Kegagalan, kesedihan, sakit, kemunduran, kesuksesan dan kepuasan merupakan sebuah realitas yang datang silih berganti. Orangtua yang cerdas adalah ketika sang anak mengalami kegagalan lalu tidak dipahami sebagai sebuah tanda malapetaka. Demikian juga tidak cemas secara berlebihan setiap melihat kenyataan yang tidak sesuai harapan.57

f. Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak

Pelatihan emosi yang dilakukan orang tua merupakan salah satu cara untuk mengembangkan kecerdasan emosi yang dimiliki anak. Pelatihan emosi biasanya digunakan oleh orang tua untuk memupuk

57

Enung Asmaya,Prinsip Melatih Kecerdasan Emosi Anak, Komunikasi, Vol. 4, No. 2, Juli

(50)

41

empati dalam membina hubungan dengan anak mereka sambil meningkatkan kecerdasan emosi anak.58 Langkah-langkah yang digunakan untuk melatih emosi anak yaitu dengan :

1) Mengenali dan Menyadari Emosi Anak

Mengenali dan menyadari emosi anak saat anak mengalami emosi yang berenergi rendah sangat penting sebagai dasar kita memilih kata-kata yang tepat saat berkomunikasi dengan anak. Orang tua harus peka terhadap hadirnya emosi-emosi dalam diri anak. Sering kali anak-anak mengungkapkan emosi mereka secara tidak langsung dan dengan cara-cara yang membingungkan orang dewasa. Emosi anak yang seringkali susah untuk dikenali adalah emosi cemburu. Semakin sering orang tua menolong anak untuk mengenali emosinya, maka orang tua akan semakin sensitif terhadap kemunculan suatu emosi tertentu dalam diri anak.

2) Menamai Emosi Anak

Ketika orang tua sering membantu anak untuk menamai emosi saat emosi tersebut sedang berlangsung, secara otomatis anak akan menjadi terampil untuk menamai emosinya sendiri sesuai dengan emosi yang sedang bergejolak dalam dirinya. Misalnya anak sedang sedang menangis kemudian orang tua

berkata “kamu sedang sedih ya?” hal tersebut membuat anak

58

(51)

42

merasa bahwa orang tua memperhatikannya, selain itu anak juga mempunyai kata untuk melukiskan perasaan yang sedang

dialaminya yaitu “sedih”.

3) Berempati

Ketika anak sedang mengalami gejolak emosi yang tinggi maka cobalah untuk mendekati dan ikut rasakan apa yang sedang dia alami. Semisal dengan pengungkapan kata “bapak/ibu bisa

merasakan apa yang saat ini sedang kamu rasakan...”. Dengan

kata-kata tersebut dapat menunjukkan bahwa orang tua berempati pada anaknya, sehingga anak akan merasa bahwa dia tidak menanggung beban itu sendirian.

4) Menguatkan

Penguatan tersebut bisa dengan menggunakan perkataan “bapak/ibu juga pernah merasakan apa yang saat ini sedang kamu

rasakan” usahakan dalam pengucapan kata tersebut dengan keadaan tenang dan meyakinkan. Hal tersbut bisa menjadi dorongan kekuatan untuk anak.

5) Mengusulkan Alternatif Solusi

Orang tua bisa memberikan beberapa semangat dan membantu anak mencari jalan keluar untuk mengatasi gejolak emosinya. Misalkan jika anak sedang dalam kondisi emosi yang lemah maka kita hibur dan dorong anak menjadi lebih kuat.59

59

(52)

43

g. Pengaruh Emosi Terhadap Penyesuaian Pribadi Anak dan Penyesuaian Sosial

1) Emosi menambah perasaan senang pada pengalaman sehari-hari. emosi marah dan emosi takut kadang-kadang dapat menambah rasa senang dalam kehidupan seorang anak karena memberi rangsangan pada anak tersebut. Misalnya, seorang anak ber[erilaku marah-marah. Perilakunya tersebut menyebabkan lingkungannya bereaksi sesuai dengan harapannya, maka dia akan senang memperlihatkan perilaku marah-marah dan sering memperlihatkan emosi marah tersebut.

2) Emosi mempersiapkan tubuh untuk melakukan sesuatu. Semakin intens emosi, semakin keseimbangan tubuh perlu persiapan untuk berperilaku. Sebaliknya, apabila persiapan tidak diperlukan, anak akan menjadi gelisah dan tidak senang, seolah-olah sebagai akibat dari faktor emosional tubuh.

3) Ketegangan emosi mengganggu ketangkasan motorik. Kesiapan tubuh untuk berperilaku dalam permainan ketangkasan motorik menjadi berat, menyebabkan anak menjadi kaku dan canggung, serta dapat mengakibatkan gangguan bicara seperti menggagap. 4) Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi. Melalui perubahan

(53)

44

kepada orang lain, dan menentukan bagaimana perasaan orang lain.

5) Emosi mengganggu kegiatan mental. Berkonsentrasi, mengingat kembali, berpikir dan kegiatan mental lainnya sangat dipengaruhi emosi yang kuat. Anak yang emosinya terganggu, sangat kesal, dan sebal, akan memperlihatkan hasil belajar di bawah potensi yang dimilikinya.

6) Emosi mempengaruhi keadaan psikologis. Di rumah, sekolah, tetangga, kelompok bermain, emosi anak mempengaruhi suasana psikologis dan sebaliknya. Anak akan memperlihatkan perilaku

temper tantrums (misalnya berguling-guling di lantai), mengganggu orang lain dan menimbulkan suasana emosi dengan kemarahan atau caci maki. Hal tersebut mengakibatkan anak merasa dirinya tidak dicintai.60

4. Pengaruh Perhatian Orang Tua Dalam Meningkatkan Kecerdasan Emosi Anak

Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk

60

(54)

45

memelihara hubungan dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikan konflik, serta untuk memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketrampilan-ketrampilan tersebut tidak bisa terbentuk dengan sendirinya. Ada peran orang tua sebagai pendidik yang wajib memberikan arahan serta perhatiannya untuk membentuk anak menjadi pribadi yang lebih baik.61

Seorang anak di masa modern sekarang ini sangat membutuhkan arahan, perhatian dari orang tua. Karena semakin bertambahnya umur seorang anak akan membuat dia ingin tahu lebih jauh tentang apa yang mereka ingin ketahui.

Dengan berkembangnya teknologi sekarang dibutuhkanlah orang tua yang dapat mengawasi, mendidik serta memberikan arahan yang baik terhadap anaknya agar anak tersebut tidak mengarah ke hal-hal yang negatif. Karena orang tua yang sudah tidak memperhatikan anaknya mungkin moral anak tersebut bisa rusak karena pengaruh-pengaruh dari lingkungan luar yang menjerumuskannya. Maka dari itu untuk meningkatkan kecerdasan emosi anak diperlukan perhatian yang cukup dari orangtua agar anak dapat berkembang secara optimal.

61

(55)

46

B. PENELITIAN TERDAHULU YANG RELEVAN

1. Judul : UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI

MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS XI PEMASARAN 1 SMK NEGERI KUDUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh : Niswatul Chusna (NIM.200831018)

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

Persamaan : Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dalam meningkatkan kecerdasan emosi

Perbedaan : Pada penelitian tersebut menggunakan teknik Bimbingan Kelompok sedangkan pada penelitian atau skripsi yang penulis susun menggunakan teknik Experiental Family Therapy Melalui Perhatian Orang Tua

2. Judul : PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN

KECERDASAN EMOSIONAL ANAK-ANAK DI TKIT BINA ANAK SHOLEH YOGYAKARTA Oleh : Siti Robiatul Adawiyah (NIM.06470034)

Jurusan : Kependidikan Islam

Persamaan : Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak

(56)

47

emosi anak dilakukan melalui peran guru sedangkan skripsi atau penelitian yang penulis buat meningkatkan kecerdasan emosi anak melalui peran perhatian orang tua. Perbedaan lain adalah apada penelitian tersebut ditujukan untuk anak prasekolah sedangkan penelitian yang penulis buat ditujukan untuk anak usia Sekolah Dasar.

3. Judul : IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN

KONSELING ISLAMI UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP MANAJEMEN MADRASAH

(STUDI KASUS DI KELAS V MI NEGERI JETIS SUKOHARJO TAHUN 2012/2013)

Oleh : Syaeful Qomar (NIM. O100110018) Jurusan : Manajemen Pendidikan Islam

Persamaan : Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dalam meningkatkan kecerdasan emosi

(57)

48

C. HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalahpenelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakansementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yangrelevan. Belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang melaluipengumpulan data.62

Hipotesis penelitian merupakan anggapan dasar peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Dalam hipotesis ini peneliti menganggap benar hipotesisnya yang kemudian akan dibuktikan secara empiris melalui pengujian hipotesis dengan menggunakan data yang diperoleh selama melakukan penelitian.63

Hipotesis dari penelitian ini menggunakan Hipotesis Kerja (Hipotesis Nihil). Hipotesis Nihil atau hipotesis nol adalah hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan atau tidak ada hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lain. Hipotesis nol bisa diberikan kode kode Ho. Hipotesis alternatif (Hipotesis Kerja) adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Hipotesis kerja bisa diberi kode Ha. Hipotesis dalam penelitian ini berbunyi: Ho: Tidak ada pengaruhexperential family therapy melalui perhatian orang tua dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak. Ha: Adanya pengaruhexperential family therapy melalui perhatian orang tua dalam meningkatkan kecerdasan emosi anak.

62

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,(Bandung : ALFABETA, 2011) hal. 64

63

(58)

BAB III

PENYAJIAN DATA

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian 1. Gambaran Umum Objek Penelitian

TPQ Mu’ayyad merupakan salah satu lembaga pendidikan al

-Qur’an yang berdiri dibawah naungan Kementrian Agama Surabaya yang

berdiri sejak tahun 1991. TPQ Mu’ayyad berlokasi di Wonocolo Pabrik

Kulit no. 38 Surabaya. Lembaga ini mendidik serta mengajarkan anak-anak dalam membaca Al-Qur’an. Sistem pembelajaran di TPQ Mu’ayyad

adalah menggunakan metode Iqra’. Selain belajar membaca Al-Qur’an, di

TPQ Mu’ayyad juga diajarkan berbagai ilmu agama lainnya, seperti

praktek ibadah, bacaan do’a sehari-hari, hafalan surat-surat pendek,

shalawat Nabi/Diba’iyah dan istighosah.

2. Sarana dan Prasana

TPQ Mu’ayyad tidak menggunakan ruang kelas, karena lokasinya

yang bertempat di dalam masjid Mu’ayyad yang menjadi satu kesatuan.

(59)

50

3. Susunan Pengurus

Bagan 1.1 Susunan Kepengurusan

Kepala/Pengelola TPQ Kepala/Pengelola TPQ

Siti Kholifah

Pengajar

Bendahara

Sekretaris Bendahara

Siti Robiyah Sekertaris

Hj. Tasfiyah

Pengajar 1. Siti Kholifah 2. Asmaul Khusnah 3. Etik Rohmawati 4. Dewi Imroniyah 5. M.Choiri

6. Tasfiyah

(60)

51

4. Jenjang Pendidikan Pengajar

a. Pendidikan S1 : 2 (perempuan)

b. Pendidikan S1/D4 : 1 (laki-laki) dan 4 (perempuan)

5. Data Santri

Tabel 3.1 Data Santri

No Jenjang Pendidikan Laki-laki Perempuan

1. Tidak Sekolah Formal 9 5

2. RA/TK 9 12

3. MI/SD 33 39

4. MTs/SMP 1 1

6. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajarn di TPQ Mu’ayyad dilakukan setiap hari Seni s/d

Jum’at pukul 16.00 s/d 17.00 dengan rincian sebagai berikut :

a. Do’a Pembuka dan Materi Penunjang 1) Al-Fatihah

2) Al-Insyiroh

3) Do’a ketika akan belajar 4) Do’a lapang dada 5) Bacaan-bacaan sholat

6) Surat-surat pendek (jilid 1-5 dengan sisitem rolling) 7) Shalawat nariyah dan sifat-sifat Allah

Gambar

Tabel 1.2  Item Variabel Y (Kecerdasan Emosi)
Tabel 3.1 Data Santri
Tabel 3.2 Daftar Responden Penelitian
Tabel 3.2  Pre-test tingkat kecerdasan emosi anak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mengidentifikasi kondisi riil pemanfaatan aset tanah daerah yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Timur meli- puti: jumlah aset tanah yang dimiliki; lokasi aset

a) Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.. b) Membuat perangkat

Şeyh Şamil’in asîl kanını taşıyan ve daha onaltı yaşında, Nevres Receb gibi Teşkilât-ı Mahsusa saflarına katılan Hamza Osman, arkadaşının yardımına

[r]

Galur SO3 lebih toleran terhadap cekaman kekeringan, pada tingkat kadar air tanah 25% galur SO3 memiliki bobot biji per tanaman (0,744 g) lebih tinggi dibandingkan

Terima kasih kepada dosen dosen saya di Teknik Sipil sudah memberikan saya ilmu.. yang berguna bagi saya semoga amal ibadah kalian selama mengajar

[r]

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dari pengalaman hidup sehari-hari orang Latuhalat dengan laut, mereka bisa melahirkan suatu cara