BUKTI DAN VARIASI TINGKATAN PERILAKU
STICKY
COST
PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
Oleh:
DIMAS PRADIPTA NIM: 232010061
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI: AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
ffi
Pnnrus, araaN UNtvnR$ITAsUNI\GRSI-IhS KRISTEN SATYA
.f l. Diponegoro 52 - 60 Salatig 5071 I
reg. 02en - rr'l1:n]i;,'yli},iri'i;'iilT
Enuril: libnu_v@adnr.ulisr'.cdu ; http://lillar]'.uksn'.cdu
PERNYATAAN
TIDAK
PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
0tMAs
PgAo\?rANama
NIM
Fakultas
Judul rugas akhir
,.t
2ara
et,\ EmailProgram Studi
:
dlttrc.lQsaaPtagg@ gane.cavr€rotrwrgA
t*ll
LKN\C:
Sr$NtqsstguFlr\ DRsr v&g\Afr
\$rF6fAp
p€${L6[4u sr\c.rs*(cofr
PAD6QEwset\AArs aAN& TeSgSt{AR
D\
BE"tl1.
Dr" Su+t t$o*r\orr't( MM CPAPembimbing
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana rnaupun di institusi pendidikan lainnya.
2.'Hasil karya saya ini bukan saduiar/terjemahan melainkah merupakan gagasan, runiusan, dan hasil pelalsanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing
akademik dan narasumber penelitian.
3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi teraktrir setelah diujikan yang telah diketahui dan disetujui oleh pembimbing.
4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada penyimpangan dan
ketidakbenaran dalam pemyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya Wacana
2.
ffi
Pnnrus, araaN UNtvnR$ITAsUNI\GRSI-IhS KRISTEN SATYA
.f l. Diponegoro 52 - 60 Salatig 5071 I
reg. 02en - rr'l1:n]i;,'yli},iri'i;'iilT
Enuril: libnu_v@adnr.ulisr'.cdu ; http://lillar]'.uksn'.cdu
PERNYATAAN
TIDAK
PLAGIAT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
0tMAs
PgAo\?rANama
NIM
Fakultas
Judul rugas akhir
,.t
2ara
et,\ EmailProgram Studi
:
dlttrc.lQsaaPtagg@ gane.cavr€rotrwrgA
t*ll
LKN\C:
Sr$NtqsstguFlr\ DRsr v&g\Afr
\$rF6fAp
p€${L6[4u sr\c.rs*(cofr
PAD6QEwset\AArs aAN& TeSgSt{AR
D\
BE"tl1.
Dr" Su+t t$o*r\orr't( MM CPAPembimbing
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Hasil karya yang saya serahkan ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar kesarjanaan baik di Universitas Kristen Satya Wacana rnaupun di institusi pendidikan lainnya.
2.'Hasil karya saya ini bukan saduiar/terjemahan melainkah merupakan gagasan, runiusan, dan hasil pelalsanaan penelitian/implementasi saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan pembimbing
akademik dan narasumber penelitian.
3. Hasil karya saya ini merupakan hasil revisi teraktrir setelah diujikan yang telah diketahui dan disetujui oleh pembimbing.
4. Dalam karya saya ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali yang digunakan sebagai acuan dalam naskah dengan menyebutkan nama pengarang dan dicantumkan
dalam daftar pustaka.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terbukti ada penyimpangan dan
ketidakbenaran dalam pemyataan ini maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya saya ini, serta sanksi lain yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Kristen Satya Wacana
2.
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Jl. Diponegoro 52-60
: (0298) 321212, 311881 Telex 322364 ukswsaia Salatiga 50711-Indonesia Fax. (0298)-321433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI
Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : DIMAS PRADIPTA NIM : 232010061
Program Studi : AKUNTANSI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi,
Judul : BUKTI DAN VARIASI TINGKATAN PERILAKU STICKY
COST PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
Pembimbing : 1. Dr. Suzy Noviyanti, SE, MM, Akt., CPA
Tanggal diuji : 24 January 2014
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 23 Desember 2013 Yang memberi pernyataan,
BUKTI DAN VARIASI TINGKATAN PERILAKU
STICKY
COST
PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEI
Oleh:
DIMAS PRADIPTA NIM: 232010061
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS
: EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI: AKUNTANSI
Disetujui Oleh:
Dr. Suzy Noviyanti, SE, MM, Akt., CPA Pembimbing
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
HALAMAN MOTTO
I will never give up
ABSTRACT
This research is aimed to find the indication of sticky cost behavior in the industrial
sectors in Indonesia based on the classification from PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) and
compared which sector has the highest level of sticky cost. The indication of sticky cost will
shown when it measure the response from the cost of sales, administrative and general to the
net change of the sales and discriminant between sales/income rose period and sales/revenue
decreased period. Then, the variation of sticky cost level will be compared to find which
sector has the highest and the lowest level of sticky cost and also what the effect is in the
future.
From the research that has been done, it found that the sticky cost behavior from the
six sectors with the rank from the highest to the lowest level of sticky cost, the agricultural
sector; various industry sector; consumer goods industry sector; property and real estate
sector; trade, services and investment sector; sectors of infrastructure, utilities and
transportation; and basic industry and chemicals sector. The writer found the anti-sticky
behavior in the mining sector and financial sector. This is the important information for the
investor because the high sticky cost behavior will decrease the accuracy level of profit
prediction and higher sales volume to achieve profit.
SARIPATI
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan indikasi perilaku sticky cost pada
sektor-sektor industri di Indonesia berdasar klasifikasi oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
membandingkan sektor apakah yang memiliki tingkat sticky cost tertinggi. Indikasi perilaku
sticky cost akan terlihat pada saat mengukur respon dari biaya penjualan, administrasi dan
umum terhadap perubahan bersih dari penjualan dan mendiskriminankan antara periode
penjualan/pendapatan naik dan periode penjualan/pendapatan menurun. Kemudian variasi
tingkatan sticky cost akan dibandingkan untuk mencari sektor apakah yang tingkat sticky cost
tertinggi dan terendah dan dampaknya pada masa yang akan datang.
Dari pengujian yang dilakukan ditemukan perilaku sticky cost pada enam sektor
dengan peringkat dari tingkatan sticky cost tertinggi hingga terendah, sektor pertanian; sektor
aneka industri; sektor industri barang konsumsi; sektor properti dan real estat; sektor
perdagangan, jasa dan investasi; sektor infrastrukur, utilitas & transportasi; dan sektor
industri dasar dan kimia. Penulis menemukan perilaku anti-sticky pada sektor pertambangan
dan sektor keuangan. Hal ini merupakan informasi yang penting bagi investor dikarenakan
perilaku sticky cost yang tinggi akan mengurangi tingkat akurasi peramalan laba dan volume
penjualan yang semakin tinggi untuk mencapai laba.
KATA PENGANTAR
Sticky cost ialah respon biaya yang cenderung kaku atas penurunan aktivitas
dibandingkan saat aktivitas mengalami peningkatan. Dalam skripsi ini, penulis mengangkat judul “Bukti dan Variasi Tingkatan Perilaku Sticky Cost Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI”. Dengan periode amatan 2009-2010 dan membagi seluruh perusahaan kedalam
Sembilan sektor industry sesuai klasifikasi oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
membandingkannya unutuk mencari sektor dengan tingkat sticky cost tertinggi.
Akhir kata penulis menyadari bahwa ada banyak kekurangan dan kelemahan dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran, kritik dan koreksi yang
konstruktif guna perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Selain itu, penulis
mengharapkan karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan pihak-pihak
yang membutuhkan.
Salatiga, 20 Desember 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur atas berkat Yesus Kristus dan Bunda Perawan Maria, Santo
Octavianus pelindungku yang tiada hentinya melimpahkan berkat atas diri penulis. sehingga
akhirnya kertas kerja ini dapat selesai dengan baik. Penulis sadar akan keterbatasan yang
dimiliki dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga tanpa campur tangan Yesus Kristus
dan Bunda Perawan Maria dan peran serta berbagai pihak semua ini tidak akan terjadi.
Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang selama ini turut serta
memberikan bantuan, memotivasi, mendoakan dan memberikan dukungan hingga
terselesainya skripsi ini:
1. Mamiku tercinta Luciana Aju Trisna dan adikku terkasih Violita Ayu Riyanti.
Terimakasih telah mendukung moril maupun material dan mencintai koko untuk
hingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
3. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku Kaprodi Akuntansi.
4. Ibu Dr. Suzy Noviyanti, SE, MM, Akt., CPA selaku pembimbing utama, atas segala
bimbingan, dukungan, saran, kesabaran dan waktu yang telah diberikan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Bapak Petrus Wijayanto, SE.. selaku wali studi yang memberikan pengarahan dalam
menjalani kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
6. Bapak Dr. Usil Sis Sucahyo, SE, MBA, Koh Paskah Ika Nugroho, SE, MSi, dan Ci
Sally Dwijayanti, SE, MSM yang berkenan berbagi pengetahuan dalam penyusunan
skropsi ini dan tanpa bosan-bosannya menjawab pertanyaan dan mendengar curhatan
penulis.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis atas pengetahuan dan inspirasi yang
telah diberikan selama masa kuliah
8. Seluruh staff TU Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah banyak memberikan
bantuan dan kemudahan akademis kepada penulis.
9. Kong Tjong (†) Mak Erlien (†) yang sudah merawatku sejak kecil menemaniku sejak
10.Pek Anton (†), De Endang, Pek Liem (†), De Ina, Wak lily, De Yono, Ik Lanny, Ku
Han, Ik Lisa dan Om Feri, kalian adalah keluarga besar yang selalu aku kasihi dan
terima kasih atas dukungannya.
11.Sepupu-sepupuku Marcello, Matthew, Mas Didit dan Dinda terimakasih atas
dukungannya.
12.Keluarga om Sutriyarso (†) dan tante Endah terimakasih atas dukungan dan doanya.
13. Titania Tabita Oktriana ♥ Tempatku mengeluh, menangis, dan tertawa, terimakasih
untuk semua dukunganmu kamu selalu ada disaat aku membutuhkanmu dan berjuang
bersamaku disaat-saatku sulit, terima kasih atas semuanya hunie.
14.My very best friends Risang, Dhoni, Cella, Indah, Stevi, Tyas, Via, Lea, Monic, Rara,
dan Diven terimakasih atas semua dukungan dan doanya mari kita bersama
menyambut masa depan dan hiduplah sesuai kata hati kalian semoga cong community
terus berjaya . Untuk Annisaa‟ terimakasih atas wi-finya ya dan Nana yang juga menemani saat mencari data thx guys .
15.Teman-teman seperjuangan Voni, Ghea, Samuel, Veni, Susan, Taka, Tata, Radit,
Yocky, Pendonk, Asenk, Diva, Shidqi, Obex, Jerry, David, Annisa, Risma, ncik Sylvi
dan semua teman-teman angkatan 2010 terimakasih atas semuanya dan semoga kita
slalu berjalan di jalan kesuksesan di masa depan. Untuk kakak angkatan, Mba Wulan
dan Mas Ben terimakasih atas saran-sarannya.
16.Teman-teman Metpen, Mateus, Cindy, Robby, Ifo, Anissa, Fiona, Carolina, Vania,
Albert, Astrid terimakasih atas dukungan dan doanya ya .
Dan Untuk semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini yang tak
dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa selalu
melimpahkan kasih karunia serta rahmatNya kepada semua pihak yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, Amin.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Pernyataan Keaslian Skripsi ... ii
Halaman Persetujuan/Pengesahan ... iii
Halaman Motto/Persembahan ... iv
Abstract ... v
Saripati ... vi
Kata Pengantar ... vii
Ucapan Terima Kasih ... viii
Daftar Isi ... x
Daftar Gambar ... xii
Daftar Rumus ... xiii
Daftar Tabel ... xiv
Daftar Lampiran ... xv
BAB 1 – Pendahuluan ... 1
BAB 2 – Tinjauan Pustaka ... 3
Sticky Cost ... 3
Stickiness Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum ... 5
BAB 3 – Metodologi Penelitian ... 8
Jenis Penelitian ... 8
Jenis Data ... 8
Populasi dan Sampel ... 8
Teknik Pengumpulan Data ... 8
Metode Analisis ... 9
Sektor Pertanian ... 12
Sektor Pertambangan ... 14
Sektor Industri Dasar dan Kimia ... 16
Sektor Aneka Industri ... 18
Sektor Industri Barang Konsumsi ... 20
Sektor Properti dan Real Estat... 22
Sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi ... 24
Sektor Keuangan ... 26
Sektor Perdagangan, Jasa, dan Investasi ... 28
Variasi Tingkatan Sticky Cost ... 29
BAB 5 – Penutup ... 35
Kesimpulan ... 35
Keterbatasan Penelitian ... 36
Saran ... 36
Daftar Pustaka ... 37
Lampiran-Lampiran
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR RUMUS
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Pemilihan Sampel ... 11
Tabel 2. Deskriptif Statistik Sektor Pertanian ... 12
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Sektor Pertanian ... 13
Tabel 4. Deskriptif Statistik Sektor Pertambangan ... 14
Tabel 5. Hasil Uji Regresi Sektor Pertambangan ... 15
Tabel 6. Deskriptif Statistik Sektor Industri Dasar dan Kimia ... 16
Tabel 7. Hasil Uji Regresi Sektor Industri Dasar dan Kimia ... 17
Tabel 8. Deskriptif Statistik Sektor Aneka Industri ... 18
Tabel 9. Hasil Uji Regresi Sektor Aneka Industri ... 19
Tabel 10. Deskriptif Statistik Sektor Industri Barang Konsumsi ... 20
Tabel 11. Hasil Uji Regresi Sektor Industri Barang Konsumsi ... 21
Tabel 12. Deskriptif Statistik Sektor Properti dan Real Estat ... 22
Tabel 13. Hasil Uji Regresi Sektor Properti dan Real Estat ... 23
Tabel 14. Deskriptif Statistik Sektor Infrastruktur, Utilitas & Transportasi... 24
Tabel 15. Hasil Uji Regresi Sektor Infrastruktur, Utilitas & Transportasi ... 25
Tabel 16. Deskriptif Statistik Sektor Keuangan ... 26
Tabel 17. Hasil Uji Regresi Sektor Keuangan ... 27
Tabel 18. Deskriptif Statistik Sektor Perdagangan, Jasa, & Investasi ... 28
Tabel 19. Hasil Uji Regresi Sektor Perdagangan, Jasa, & Investasi ... 29
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan
Lampiran 2. Sampel Data
BAB I PENDAHULUAN
Seringkali investor harus waspada pada perusahaan yang memiliki tingkat sticky cost
yang tinggi hal ini dikarenakan perilaku sticky cost mengurangi tingkat akurasi peramalan
laba (Weiss, 2010). Selain itu Anderson et al (2006) dan Weiss (2010) juga menemukan
bahwa perilaku sticky cost menghasilkan penyesuaian biaya yang kecil pada saat aktivitas
menurun dan kemudian akan menyebabkan penghematan biaya menjadi rendah. Dengan
demikian ketika aktivitas menurun penjualan pun pasti akan menurun, bila biaya kemudian
menjadi tetap atau sticky dengan level penjualan yang menurun maka laba yang diperoleh
pun akan menjadi berkurang. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat sticky cost pada suatu
perusahaan akan membuat perusahaan tersebut membutuhkan volume penjualan yang
semakin tinggi untuk mencapai laba.
Perilaku sticky cost adalah respon suatu biaya atas perubahan aktivitas dimana biaya
lebih cepat merespon saat terjadi peningkatan aktivitas dibandingkan saat aktivitas
mengalami penurunan aktivitas (Cooper & Kaplan, 1998, Anderson et al, 2003;
Subramaniam dan Weidenmier, 2003; De Medeiros dan Costa, 2004; Windyastuti dan
Biyanto, 2005; Anderson et al, 2006; Anderson et al, 2006 dan Hidayatullah et al, 2010).
Perilaku sticky cost akan membuat perubahan kenaikan biaya lebih besar dibandingkan
dengan perubahan penurunan biaya atas dasar perubahan volume aktivitas yang sama
(Anderson et al, 2003; Anderson et al, 2006). Selain itu terdapat perilaku yang bertentangan
dengan sticky cost yaitu perilaku anti-sticky. Perilaku anti-sticky adalah peningkatan cost
lebih sedikit saat volume aktivitas meningkat dibanding penurunan cost saat volume aktivitas
menurun (Weiss, 2010).
Perilaku sticky cost ditemukan tidak hanya pada industri tertentu saja, namun hampir
pada setiap industri. Ditemukan terdapat perilaku sticky cost pada sektor keuanagn khususnya
perbankan (Werbin dan Porporato, 2010), sektor perkebunan (Argilés dan Blandón, 2009),
sektor transportasi (Cannon, 2011), dan sektor industri bahan konsumsi (Pervan dan Pervan,
2012).
Selain itu terdapat penelitian yang menumukan bahwa di dalam semua perusahaan di
suatu Negara tertentu terdapat perilaku sticky cost. Salah satunya De Medeiros dan Costa
di Brazil dengan sampel 542 perusahaan diberbagai sektor, tanpa memisahkan sektor satu
dengan sektor lain. Menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat perilaku sticky cost pada
perusahaan-perusahaan di Brazil.
Subramaniam dan Weidenmier (2003) mencoba untuk menemukan perbedaan tingkat
sticky cost pada tiap-tiap industri di USA selama periode 1979-2000. Subramaniam dan
Weidenmier menemukan bahwa sektor manufaktur memiliki tingkat sticky cost yang tertinggi
dibanding sektor perdagangan dan jasa.
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan indikasi perilaku sticky cost pada
sektor-sektor industri di Indonesia berdasar klasifikasi oleh PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) dan
membandingkan sektor apakah yang memiliki tingkat sticky cost tertinggi. Berbeda dengan
penelitian De Medeiros dan Costa (2004) yang melihat indikasi perilaku sticky cost tanpa
memisahkan sektor industrinya, penelitian ini dikembangkan dengan meneliti sticky cost
berdasarkan sektor industrinya seperti yang dilakukan pada penelitian Subramaniam dan
Weidenmier (2003).
Untuk menemukan indikasi perilaku sticky cost dibutuhkan satu variabel dari proxy
biaya dan satu variabel dari proxy volume aktivitas sebagai drivernya. Dalam penelitian ini
sebagai proxy biaya digunakan biaya penjualan, administrasi dan umum sedangkan sebagai
proxy volume aktivitas digunakan penjualan/pendapatan bersih. Biaya penjualan,
administrasi dan umum dipilih karena biaya ini merupakan biaya atas kegiatan operasional
perusahaan dan biaya ini pengakuannya dilakukan dalam periode yang sama saat biaya itu
terjadi. Penjualan/pendapatan bersih dipilih karena volume aktivitas tidak dapat langsung
terobservasi. Selain itu menurut Cooper dan Kaplan (1998), perilaku biaya penjualan,
administrasi dan umum dapat dipelajari dengan menghubungkan aktivitas
penjualan/pendapatan karena volume penjualan/pendapatan mempengaruhi beberapa
komponen biaya penjualan, administrasi dan umum. Kemudian indikasi perilaku sticky cost
akan terlihat pada saat mengukur respon dari biaya penjualan, administrasi dan umum
terhadap perubahan bersih dari penjualan dan mendiskriminankan antara periode
penjualan/pendapatan naik dan periode penjualan/pendapatan menurun.
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka persoalan penelitian yang
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah perilaku pada biaya penjualan, administrasi dan umum pada sektor pertanian;
sektor pertambangan; sektor industri dasar dan kimia; sektor aneka industri; sektor
industri barang konsumsi; sektor properti dan real estat; sektor infrastrukur, utilitas &
2. Sektor apakah yang memiliki tingkat sticky cost tertinggi?
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menyajikan bukti empiris mengenai perilaku
sticky cost pada berbagai sektor industri dan memberikan informasi mengenai sektor industri
mana yang memiliki tingkat sticky cost tertinggi dan terendah. Adapun manfaat dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, penelitian ini bermanfaat sebagai pengembangan literatur mengenai
perilaku biaya, terutama perilaku sticky cost.
2. Bagi praktisi, penelitian ini memberikan informasi bagi investor mengenai tingkatan
sticky cost di perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
StickyCost
Beberapa dugaan bahwa cost meningkat lebih tinggi saat volume aktivitas meningkat
dibanding penurunan cost saat volume aktivitas menurun, perilaku cost ini disebut sticky
(Cooper & Kaplan, 1998). Cost dikatakan sticky jika besarnya kenaikan cost dihubungkan
dengan kenaikan volume lebih besar dibanding besarnya penurunan cost dihubungkan dengan
penurunan volume yang ekuivalen (Cooper dan Kaplan, 1998). Perilaku anti-stiky adalah
peningkatan cost lebih sedikit saat volume aktivitas meningkat dibanding penurunan cost saat
volume aktivitas menurun (Weiss, 2010)
Beberapa penelitian dilakukan untuk menjelaskan kemunculan perilaku sticky cost
dan mencoba mencari kejadian yang lebih mengawalinya. Anderson et al (2003) menyatakan
bahwa sticky cost muncul akibat dari manajer cenderung untuk menunda upaya mengurangi
utilization sampai diperoleh kepastian tentang penurunan permintaan output. Selain itu.
Yasukata dan Kajiwara (2011) mereka menguji masalah penelitian tersebut dengan teori The
Deliberate Decision Theory dan Cost Adjustment Delay Theory, dengan sampel seluruh
perusahaan yang terdaftar pada Tokyo Stock Exchange dari tahun 1991-2005. Yang kemudian
menghasilkan kesimpulan bahwa biaya menjadi sticky ketika manajer memiliki prospek
peningkatan penjualan di masa depan. Dengan kata lain, manajer yang memprediksi bahwa
penjualan akan meningkat di masa depan akan mempertahankan utilization yang berlebihan
dalam jangka pendek meskipun penjualan saat ini menurun. Dengan demikian perilaku atau
keputusan manajer inilah yang kemudian memunculkan proporsi Fixed cost yang tidak
elastic sehingga membuat total biaya sulit untuk berubah dan biaya ini diberi label “sticky
cost” (Werbin dan Porporato, 2010).
Cost Asymmetry
Cost Function
Sticky cost
Anti-Sticky cost
Pada gambar 1 mengilustrasikan contoh dari perilaku sticky dan anti-sticky cost
menurut Balakrishnan (2004) dan Weiss (2010). Garis tebal mengilustrasikan sticky cost
dalam utilisasi kapasitas yang tinggi, dan garis putus-putus menggambarkan anti-sticky cost.
Stickiness Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum
Penelitian ini menggunakan penjualan/pendapatan bersih sebagai proxy dari volume
aktivitas, karena volume aktivitas tidak dapat langsung terobservasi. Sebagai proxy biaya,
penelitian ini menggunakan biaya penjualan, administrasi dan umum. Menurut Cooper dan
Kaplan (1998), perilaku biaya penjualan, administrasi & umum dapat dipelajari dengan
menghubungkan aktivitas penjualan/pendapatan karena volume penjualan mempengaruhi
beberapa komponen biaya penjualan, administrasi & umum. Suatu biaya akan menjadi sticky
bila perubahan kenaikan biaya lebih besar dibandingkan dengan perubahan penurunan biaya
atas dasar perubahan volume aktivitas yang sama. Oleh sebab itu biaya penjualan,
administrasi & umum akan menjadi sticky bila besaran kenaikan biaya penjualan,
administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding
besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun.
Anderson et al (2003), Anderson et al (2006) Dewi (2012), Rahmadi (2012), dan
Nugroho (2013) menjelaskan biaya penjualan, administrasi & umum akan menjadi sticky
karena adanya pengelolaan sumber daya oleh manajer. Ketika terjadi peningkatan terhadap
permintaan, manajer memutuskan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya terikatnya
sehingga permintaan dapat terpenuhi. Namun, ketika permintaan mengalami penurunan
manajer tidak langsung mengurangi sumber daya terikatnya. Manajer mengevaluasi terlebih
dahulu kemungkinan tren permintaan di masa yang akan datang. Ketika manajer melihat
kecenderungan permintaan mengalami penurunan maka akan diputuskan untuk melepas
sumber dayanya dan mereka harus menanggung biaya penyesuaian akibat pelepasan tersebut
serta kemungkinan terjadi peningkatan permintaan perusahaan harus mengakuisisi kembali
sumber dayanya. Biaya penyesuaian akibat pelepasan yang meliputi biaya penjualan aset
tetap, biaya pemutusan hubungan kerja, biaya untuk merekrut dan melatih karyawan ketika
akan mempekerjakan karyawan baru dimana beberapa biaya tersebut adalah komponen
penyusun biaya penjualan, administrasi & umum. Akan tetapi, ketika manajer melihat
penurunan permintaan bersifat sementara maka akan diputuskan untuk menahan sumber
Untuk jumlah permintaan yang menurun, perusahaan tetap harus membayar untuk biaya yang
sama ketika permintaan belum mengalami penurunan.
H1a: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat
penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya
pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor pertanian.
H1b: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat
penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya
pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor pertambangan.
H1c: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat
penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya
pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor industri dasar dan kimia.
H1d: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat
penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya
pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor aneka industri.
H1e: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat
penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya
pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor industri barang konsumsi.
H1f: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat
penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya
pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor properti dan real estat.
H1g: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat
penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya
pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor infrastrukur, utilitas &
transportasi.
H1h: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat
penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya
pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor keuangan.
H1i: Besaran kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat
penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding besaran penurunan biaya
pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor perdagangan, jasa dan
Perilaku biaya cenderung akan berbeda pada satu industri dengan industri lainnya, hal
ini dikarenakan setiap industri memiliki produksi, lingkungan operasi, pasar produk,
teknologi, dan lingkungan peraturan yang berbeda-beda sehingga akuntansi akan berusaha
menangkap variabel-varibel tersebut sesuai nature operasi masing-masing industri (Ely,
1991). Dengan demikian penulis berasumsi akan menemukan perbedaan tingkat sticky cost
satu industri dengan industri lainnya. Subramaniam dan Weidenmier (2003) mengungkapkan
sektor perdagangan dan jasa cenderung memiliki fixed cost yang lebih rendah dari pada
sektor lain dan dua industri ini memiliki profit margin yang lebih kecil pula, sehingga akan
mudah bagi perusahaan untuk mampu menyesuaikan biaya bila terjadi penurunan aktivitas.
Dengan demikian tingkat sticky cost akan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan sektor
manufaktur yang cenderung memiliki asset tetap yang lebih tinggi yang akan memunculkan
fixed cost yang tinggi pula.
H2: Sektor manufaktur (sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, dan sektor
industri barang konsumsi) akan lebih sticky dibanding sektor utama (sektor
Pertanian dan sektor pertambangan) dan akan lebih sticky dibanding sektor jasa
(sektor Infrastruktur, utilitas & transportasi, sektor keuangan, dan sektor
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksplanatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk menerangkan, menguji hipotesis dari variabel-variabel penelitian.
Jenis Data
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari website resmi PT.
BURSA EFEK INDONESIA berupa informasi penjualan/pendapatan bersih dan biaya
penjualan, administrasi dan umum di dalam laporan keuangan perusahaan periode
2009-2012.
Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang go public yang
saham-sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang digunakan adalah
perusahaan-perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melaporkan
laporan keuangan pada periode 2009-2012. Pengambilan data selama lima tahun untuk
keperluan perhitungan beberapa variabel yang memerlukan data tahun sebelum dan
sesudahnya.
Teknik Pengumpulan Data
Pengambilan data dengan metode purposive sampling dengan kriteria:
1. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya pada periode 2009-2012.
2. Perusahaan memuat biaya penjualan, administrasi dan umum dan
penjualan/pendapatan bersih dari tahun 2009 sampai dengan 2012 secara terus
menerus.
3. Biaya penjualan, administrasi dan umum tidak melebihi pendapatan
Kriteria-kriteria ini dipilih atas dasar pertimbangan dan pengembangan dari penelitian
sebelumnya yaitu Anderson et al (2003); Windyastuti dan Biyanto (2005); Anderson et al
(2006); Weiss (2010) Hidayatullah et al (2010) dan Prabowo (2013). Kriteria ketiga
ditekankan pada perusahaan dalam periode laba dikarenakan tidaklah tepat bila perusahaan
rugi untuk diuji, karena sudah pasti bahwa biaya dalam perusahaan pada periode rugi terdapat
perilaku sticky cost. Selain itu Prabowo (2013) menyatakan bahwa bila perusahaan dalam
kondisi dimana biaya penjualan, administrasi dan umum lebih tinggi dari pada
penjualan/pendapatan bersih perusahaan akan lebih berfokus pada bagaimana menurunkan
biaya sehingga perusahaan pada kondisi yang tidak normal.
Metode Analisis
Sebuah model empiris memungkinkan untuk mengukur respon dari biaya penjualan,
administrasi dan umum terhadap perubahan dari penjualan dan mendiskirmankan antara
periode penjualan/pendapatan naik dan periode penjualan/pendapatan menurun. Interaksi
antara variabel Decreased Dummy (DECRDUM) mengambil nilai 1 jika
penjualan/pendapatan menurun antara periode t-1 dan t, dan nilai 0 jika sebaliknya.
(Anderson et al, 2003; De Medeiros dan Costa, 2004; Windyastuti dan Biyanto, 2005;
Anderson et al, 2006; dan Hidayatullah et al, 2010)
Log[PA&Ui,t/PA&Ui,t-1]=β0+β1log[Salesi,t/Salesi,t1]+β2*DECRDUMi,t*log[Salesi,t/Sales
i,t-1]+εi,t
Dimana:
PA&Ui,t = Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum perusahaan i pada periode t
PA&Ui,t-1 = Biaya Penjualan, Administrasi dan Umum perusahaan i pada periode t-1
Salesi,t = Penjualan/Pendapatan Bersih perusahaan i pada periode t
Salesi,t-1 = Penjualan/Pendapatan Bersih perusahaan i pada periode t-1
DECRDUMi,t = Variabel Dummy bernilai 1 bila penjualan/pendapatan bersih turun antara
periode t dan t-1, serta bernilai 0 bila sebaliknya.
Untuk menguji variabel-variabel dan model di atas digunakan alat bantu Statistic
Package for Sosial Science (SPSS) dengan pengujian regresi berganda. Jika biaya penjualan,
administrasi dan umum adalah sticky, variasi biaya penjualan, administrasi dan umum
penjualan/pendapatan bersih menurun. Koefisien β1 mengukur persentase kenaikan biaya
penjualan, administrasi dan umum akibat kenaikan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, sedangkan penjumlahan koefisien β1+β2 mengukur persentase kenaikan biaya
penjualan, administrasi dan umum akibat penurunan penjualan/pendapatan bersih sebesar 1
persen.
Hipotesis 1 mendasarkan pada asumsi β1> 0 dan β2 < 0, atau jika β1+ β2< β1, dengan
demikian menunjukkan bahwa kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat
penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibandingkan penurunan biaya penjualan,
administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih turun. Ini berarti biaya
penjualan, administrasi dan umum bersifat sticky.
Hipotesis 2 berdasarkan pada asumsi β1> 0, β2 < 0, dan β1 + β2 < β1. Nilai selisih
peningkatan biaya dan penurunan biaya dari setiap sektor akan dibandingkan untuk
BAB IV PEMBAHASAN
Deskripsi Objek Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu laporan
keuangan tahunan audited yang dipublikasi dan diunggah melalui website resmi PT. BURSA
EFEK INDONESIA selama periode 2009-2012. Dari data yang terkumpul kemudian dipilih
data yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan membaginya kedalam sembilan
sektor berdasar pengelompokan sektor yang telah dilakukan oleh PT. BURSA EFEK
INDONESIA. Pembagian sektor dilakukan pada tanggal 30 Agustus 2013 sehingga bila
terjadi perpindahan sektor bagi emiten setelah tanggal tersebut, data tidak akan diubah.
Tabel 1. Hasil Pemilihan Sampel
Sektor Emiten
Sampel yang Tidak Terpilih
Sampel Emiten
Sampel
Data Outliner
Total Sampel
Data
Sektor Pertanian 21 (7) 14 42 (5) 37
Sektor Pertambangan 38 (13) 25 75 (5) 70
Sektor Industri Dasar dan
Kimia 60 (11) 49 147 (4) 143
Sektor Aneka Industri 43 (6) 37 111 (7) 104
Sektor Industri Barang
Konsumsi 35 (4) 31 93 (11) 82
Sektor Properti dan Real
Estat 45 (1) 43 129 (4) 125
Sektor Infrastrukur,
Utilitas & Transportasi 44 (16) 28 84 (10) 74
Sektor Keuangan 69 (12) 57 171 (9) 162
Sektor Perdagangan, Jasa
Sektor Pertanian
Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi &
Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012
pada sektor pertanian.
Tabel 2. Deskriptif Statistik Sektor Pertanian
Rata-rata Perubahan Dalam
(Rp)
Sampel Mengalami
Penurunan
Sampel Mengalami
Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2010/2009 (5,893,604,506,894) 5 9 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2011/2010 331.208.126.789 2 12 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2012/2011 (130.130.129.574) 6 8
Perubahan Penjualan Tahun 2010/2009 669.314.435.176 2 12
Perubahan Penjualan Tahun 2011/2010 1.549.931.544.861 0 14
Perubahan Penjualan Tahun 2012/2011 (321.041.203.548) 7 7
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa selama periode 2009-2010 terdapat 64 persen
dari total sampel mengalami kenaikan biaya penjualan, administrasi dan umum. Namun
perusahaan-perusahaan pada sektor pertanian juga mampu mengurangi biaya penjualan,
administrasi dan umum dengan rata-rata sebesar Rp. 5.893.604.506.894. Pada periode ini
pula perusahaan-perushaan sektor pertanian mampu meningkatkan penjualan/pendapatan
dengan rata-rata sebesar Rp. 669.314.435.176 hal ini juga dapat terlihat dimana terdapat 86
persen dari total sampel perusahaan yang mengalami peningkatan penjualan.
Pada periode 2010-2011 terdapat 86 persen dari total sampel mengalami peningkatan
biaya penjualan, administrasi dan umum dengan rata-rata sebesar Rp. 331.208.126.789.
Namun hal ini juga diiringi dengan peningkatan penjualan/pendapatan dengan rata-rata
sebesar Rp. 1.549.931.544.861 oleh semua sampel.
Pada periode 2011-2012 terdapat 57 persen dari total sampel yang mengalami
penurunan biaya biaya penjualan, administrasi dan umum dengan rata-rata sebesar Rp.
130.130.129.574 dan terdapat keseimbangan antara jumlah sampel yang mengalami
Sebelum menguji apakah terdapat perilaku sticky cost pada sektor seluruh sektor telah
dilakukan uji asumsi klasik untuk memperoleh hasil model yang baik. Hasil uji asumsi klasik
menunjukkan bahwa model telah lolos uji multikolinearitas, autokorelasi, heteroskedastisitas,
dan normalitas. Untuk hasil uji asumsi klasik secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran
3.
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Sektor Pertanian
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) .016 .041
Penjualan 1.170 .398
Periode -.543 1.376
a. Dependent Variable: Biaya
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien
regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh
persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan
penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,627 (1,170-0,543).
sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 1,170. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih
turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,627
persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen,
maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 1,170 persen.
Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1a bahwa besaran kenaikan biaya
administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi dibanding
besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor pertanian.
Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan, administrasi dan umum
Sektor Pertambangan
Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi &
Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan 2011-2012
[image:31.595.73.519.178.443.2]pada sektor pertambangan.
Tabel 4. Deskriptif Statistik Sektor Pertambangan
Rata-rata Perubahan Dalam
(Rp)
Sampel Mengalami
Penurunan
Sampel Mengalami
Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2010/2009 51.240.022.843 8 17 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2011/2010 (7.095.441.294) 7 18 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2012/2011 50.254.291.572 6 19
Perubahan Penjualan Tahun 2010/2009 488.109.637.707 9 16
Perubahan Penjualan Tahun 2011/2010 1.220.349.093.108 5 20
Perubahan Penjualan Tahun 2012/2011 304.049.053.565 7 18
Dari tabel di atas dapat bahwa selama periode 2009-2010 terjadi peningkatan biaya
penjualan, administrasi dan umum dengan rata-rata Rp. 51.240.022.843 yang dialami oleh 17
perusahaan. Selain itu terdapat 18 perusahaan yang mengalami peningkatan penjualan dengan
rata rata sebesar Rp. 488.109.637.707.
Pada periode 2010-2011 terdapat peningkatan efisiensi operasional
perusahaan-perusahaan sektor pertambangan hal ini dapat dilihat bahwa rata-rata penurunan biaya
sebesar Rp. 7.095.441.294, walaupun disisi lain masih terdapat 72 persen dari total sampel
yang mengalami peningkatan. Peningkatan efisiensi operasional juga dapat dilihat dari 80
persen dari total sampel yang mengalami peningkatan penjualan bersih dengan rata-rata
sebesar Rp. 1.220.349.093.108. Sehingga dalam periode ini perusahaan-perusahaan pada
sektor pertambangan mampu mengurangi biaya dan meningkatkan penjualan pada saat yang
bersamaan.
Pada periode 2011-2012 terjadi peningkatan biaya oleh 19 perusahaan dengan
rata-rata sebesar Rp. 50.254.291.572. Pada periode ini pula terjadi peningkatan
Tabel 5. Hasil Uji Regresi Sektor Pertambanagan
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) .038 .034
Penjualan .598 .205
Periode .755 1.056
a. Dependent Variable: Biaya
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien regresi β2
> 0 sehingga asumsi tidak terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan
diperoleh persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan
penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 1,225 (0,598+0,755).
sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,598. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih
turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 1,225
persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen,
maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,598 persen.
Dengan demikian temuan ini tidak mendukung hipotesis 1b bahwa besaran kenaikan
biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih
tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada
sektor pertambangan. Hal ini berarti tidak terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan,
administrasi dan umum pada sektor pertambangan dan hipotesis 1b tidak diterima. Pada
perusahaan-perusahaan sektor pertambangan terdapat 28 persen dari total sampel perusahaan
yang mengalami penurunan biaya dan penurunan penjualan. Dan terdapat 72 persen dari total
sampel perusahaan yang mengalami peningatan biaya dan penjualan. Dengan demikian biaya
bergerak sesuai perubahan penjualan sehinnga tidak terdapat perilaku sticky cost.
Biaya penjualan, administrasi dan umum pada industri pertambangan justru memiliki
indikasi perilaku anti-sticky dimana peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum
lebih sedikit saat penjualan/pendapatan meningkat dibanding penurunan biaya penjualan,
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan
[image:33.595.72.527.173.441.2]2011-2012 pada sektor industri dasar dan kimia.
Tabel 6. Deskriptif Statistik Sektor Industri Dasar dan Kimia
Rata-rata Perubahan Dalam
(Rp)
Sampel Mengalami
Penurunan
Sampel Mengalami
Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2010/2009 201.385.232.492 11 38 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2011/2010 240.375.718.006 14 35 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2012/2011 277.734.140.000 8 41
Perubahan Penjualan Tahun 2010/2009 155.445.618.792 15 34
Perubahan Penjualan Tahun 2011/2010 835.977.614.345 10 39
Perubahan Penjualan Tahun 2012/2011 475.918.707.306 14 35
Pada industri dasar dan kimia memiliki peningkatan biaya penjualan, administrasi dan
umum yang relatif stabil hal ini dapat kita lihat pada tabel di atas dimana pada periode
2009-2010 memiliki 78 persen dari total sampel dengan nilai rata-rata sebesar Rp.
201.385.232.492. Sedangkan pada periode 2010-2011 memiliki 71 persen dari total sampel
dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 240.375.718.006. Dan pada periode 2011-2012 memiliki 84
persen dari total sampel dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 277.734.140.000.
Berbeda dengan tingkat peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum pada
sektor industri dasar dan kimia ini mengalami peningkatan yang cukup fluktuatif. Hal ini
dapat dilihat pada tabel di atas, dimana pada periode 2009-2010 terdapat peningkatan
penjualan dengan nilai rata-rata sebesar Rp. 155.445.618.792 oleh 69 persen dari total
sampel. Kemudian pada periode 2010-2011 terdapat peningkatan penjualan dengan nilai
rata-rata sebesar Rp. 835.977.614.345 oleh 80 persen. Dan pada periode 2011-2012 terdapat 71
persen dari total sampel yang mengalami peningkatan penjualan dengan rata-rata sebesar Rp.
Tabel 7. Hasil Uji Regresi
Sektor Industri Dasar dan Kimia
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) .033 .010
Penjualan .127 .126
Periode -.053 .200
a. Dependent Variable: Biaya
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien
regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh
persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan
penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,074 (0,127-0,053).
sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,127. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih
turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,074
persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen,
maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,127 persen.
Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1c bahwa besaran kenaikan biaya
penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi
dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor
industri dasar dan kimia. Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan,
Sektor Aneka Industri
Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan
[image:35.595.72.523.174.461.2]2011-2012 pada sektor aneka industri.
Tabel 8. Deskriptif Statistik Sektor Aneka Industri
Rata-rata Perubahan Dalam
(Rp)
Sampel Mengalami
Penurunan
Sampel Mengalami
Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2010/2009 136,579,977,421 12 25 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2011/2010 (401,466,616) 9 28 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2012/2011 84,402,131,066 10 27
Perubahan Penjualan Tahun 2010/2009 1,187,757,062,897 9 28
Perubahan Penjualan Tahun 2011/2010 1,308,979,682,855 4 33
Perubahan Penjualan Tahun 2012/2011 898,406,430,885 12 25
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada periode 2009-2010 dan 2010-2011
memiliki tingkat peningkatan penjualan yang relatif sama yaitu Rp. 1.187.757.062.897 dan
Rp. 1.308.979.682.855. Perbedaanya adalah pada periode 2009-2010 terdapat 76 persen dari
total sampel perusahaan yang mengalami peningkatan tersebut sedangkan pada periode
2010-2011 terdapat 89 persen dari total sampel perusahaan yang mengalami peningkatan. Ini
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan pada sektor aneka industri mampu beroperasi
dengan baik. Nampak pula bahwa dari periode 2009-2010 hingga periode 2010-2011
memiliki peningkatan sebesar Rp. 121.222.619.957. Namun pada periode 2011-2012
peningkatan penjualan justru menurun hanya sebesar Rp. 898.406.430.885 dimana yang pada
periode ini hanya terdapat 68 persen dari total sampel yang mengalami peningkatan
penjualan.
Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa pada periode 2009-2010 memiliki rata-rata
peningkatan biaya yang paling besar dari antara periode pengamatan lain yaitu sebesar Rp.
136.579.977.421 hal ini dikarenakan masih terdapat 68 persen dari sampel yang mengalami
industri mampu menurunkan biaya dengan rata-rata sebesar Rp. 401.466.616 namun masih
terdapat 76 persen dari total sampel yang mengalami peningkatan biaya. Kemudian pada
periode 2011-2012 perusahaan-perusaan pada sektor aneka industri kembali lagi mengalami
peningkatan biaya dengan rata-rata sebesar Rp. 84.402.131.066.
Tabel 9. Hasil Uji Regresi Sektor Aneka Industri
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) -.018 .015
Penjualan .825 .149
Periode -.448 .322
a. Dependent Variable: Biaya
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien
regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh
persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan
penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,337 (0,825-0,448).
sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,825. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih
turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,337
persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen,
maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,825 persen.
Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1d bahwa besaran kenaikan biaya
penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi
dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor
aneka industri. Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan, administrasi
Sektor Industri Barang Konsumsi
Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan
[image:37.595.72.525.173.445.2]2011-2012 pada sektor barang konsumsi.
Tabel 10. Deskriptif Statistik Sektor Industri Barang konsumsi
Rata-rata Perubahan Dalam
(Rp)
Sampel Mengalami
Penurunan
Sampel Mengalami
Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2010/2009 118.301.738.377 4 27 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2011/2010 98.739.972.003 5 26 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2012/2011 164.120.692.659 3 28
Perubahan Penjualan Tahun 2010/2009 690.849.888.493 4 27
Perubahan Penjualan Tahun 2011/2010 1.091.773.792.098 2 29
Perubahan Penjualan Tahun 2012/2011 1.264.576.221.027 4 27
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa perusahaan-perusahaan sektor industri barang
konsumsi mampu konsisten meningkatkan penjualan dengan baik. Hal ini terbukti dengan
nilai rata-rata peningkatan penjualan dari periode 2009-2010, 2010-2011, hingga periode
2011-2012. Berturut-turut dengan rata-rata nilai sebesar Rp. 690.849.888.493 ; Rp.
1.091.773.792.098; dan Rp. 1.264.576.221.027 dan dengan rata-rata peningkatan perperiode
sebesar Rp. 286.863.166.267. Selain itu terdapat rata-rata 89 persen dari total sampel yang
mengalami peningkatan penjualan, ini dapat memberikan indikasi bahwa hampir semua
perusahaan-perusahaan sektor industri barang konsumsi mampu meningkatkan penjualan
setiap periode.
Namun disisi lain pada perusahaan-perusahaan sektor industri barang konsumsi juga
mengalami peningkatan biaya pada setiap periode dari 2009-2010, 2010-2011, hingga
periode 2011-2012. Berturut-turut dengan rata-rata nilai sebesar Rp. 118.301.738.377; Rp.
98.739.972.003; dan 164.120.692.659. Selain itu terdapat rata-rata 87 persen dari total sampel
Tabel 11. Hasil Uji Regresi Sektor Aneka Industri
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) .032 .009
Penjualan .478 .115
Periode -.316 .329
a. Dependent Variable: Biaya
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien
regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh
persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan
penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,163 (0,479-0,316).
sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,478. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih
turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,163
persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen,
maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,478 persen.
Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1e bahwa besaran kenaikan biaya
penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi
dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor
industri barang konsumsi. Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan,
Sektor Properti dan Real Estat
Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan
[image:39.595.71.530.177.499.2]2011-2012 pada sektor properti dan real estat.
Tabel 12. Deskriptif Statistik Sektor Properti dan Real Estat
Rata-rata Perubahan Dalam
(Rp)
Sampel Mengalami
Penurunan
Sampel Mengalami
Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2010/2009 23.516.515.710 10 33 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2011/2010 36.879.936.143 6 37 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2012/2011 49.362.189.854 4 39
Perubahan Pendapatan Tahun 2010/2009 35.675.725.186 13 30
Perubahan Pendapatan Tahun 2011/2010 298.665.226.838 12 31
Perubahan Pendapatan Tahun 2012/2011 443.019.004.307 7 36
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa 85 persen perusahaan-perusahaan di sektor
properti dan real estat pada periode 2009-2010, 2010-2011, dan periode 2011-2011
mengalami peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum. Peningkatan ini
berlangsung konstan dengan rata-rata peningkatan per periode sebesar Rp. 12.922.837.072.
Pada periode 2009-2010, 2010-2011, dan periode 2011-2011 perusahaan-perusahaan
di sektor properti dan real estat sebanyak 75 persen juga mengalami peningkatan pendapatan
dengan rata-rata berturut-turut sebesar Rp. 35.675.725.186; Rp. 298.665.226.838; dan Rp.
Tabel 13. Hasil Uji Regresi Sektor Properti dan Real Estat
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) .043 .011
Penjualan .326 .066
Periode -.133 .142
a. Dependent Variable: Biaya
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien
regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh
persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan
penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,193 (0,326-0,133).
sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,326. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih
turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,193
persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen,
maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,326 persen.
Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1f bahwa besaran kenaikan biaya
penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi
dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor
properti dan real estat. Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan,
Sektor Infrastrukur, Utilitas & Transportasi
Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan
[image:41.595.72.540.173.445.2]2011-2012 pada sektor infrastrukur, utilitas & transportasi.
Tabel 14. Deskriptif Statistik Sektor Infrastrukur, Utilitas & Transportasi
Rata-rata Perubahan Dalam
(Rp)
Sampel Mengalami
Penurunan
Sampel Mengalami
Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2010/2009 146.362.249.446 9 19 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2011/2010 (1.473.365.834.811) 10 18 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2012/2011 131.067.571.849 8 20
Perubahan Pendapatan Tahun 2010/2009 417.823.104.991 9 19
Perubahan Pendapatan Tahun 2011/2010 645.492.881.951 8 20
Perubahan Pendapatan Tahun 2012/2011 891.972.961.192 8 20
Dari tabel di atas perusahaan-perusahaan di sektor infrastrukur, utilitas & transportasi
dapat menurunkan biaya penjualan, administrasi dan umum pada periode 2010-2011 dengan
cukup besar dibandingkan dengan periode-periode lain dimana justru mengalami peningkatan
biaya. Pada periode 2010-2011 perusahaan-perusahaan di sektor infrastrukur, utilitas &
transportasi mampu menurunkan biaya dengan rata-rata sebesar Rp. 1.473.365.834.811 oleh
36 persen dari total sampel perusahaan.
Disisi lain perusahaan-perusahaan di sektor infrastrukur, utilitas & transportasi juga
mampu meningkatkan pendapatan selama berturut-turut dari periode 2009-2010, 2010-2011,
dan periode 2011-2012 dengan rata-rata peningkatan sebesar Rp. 237.074.928.100. Dimana
Tabel 15. Hasil Uji Regresi
Sektor Infrastrukur, Utilitas & Transportasi
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) .022 .021
Penjualan .210 .174
Periode -.061 .470
a. Dependent Variable: Biaya
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa asumsi koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien
regresi β2 < 0 terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan diperoleh
persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan
penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 0,149 (0,210-0,061).
sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,210. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih
turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 0,149
persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen,
maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,210 persen.
Dengan demikian temuan ini mendukung hipotesis 1f bahwa besaran kenaikan biaya
penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih tinggi
dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada sektor
infrastrukur, utilitas & transportasi. Hal ini berarti terdapat perilaku sticky cost pada biaya
penjualan, administrasi dan umum pada sektor infrastrukur, utilitas & transportasi dan
Sektor Keuangan
Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan
[image:43.595.72.531.175.450.2]2011-2012 pada sektor keuangan.
Tabel 16. Deskriptif Statistik Sektor Keuangan
Rata-rata Perubahan Dalam
(Rp)
Sampel Mengalami
Penurunan
Sampel Mengalami
Kenaikan Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2010/2009 113.480.981.498 4 53 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2011/2010 130.173.698.890 6 51 Perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
& Umum Tahun 2012/2011 109.365.061.719 12 45
Perubahan Pendapatan Tahun 2010/2009 576.615.725.244 8 49
Perubahan Pendapatan Tahun 2011/2010 660.365.337.750 8 49
Perubahan Pendapatan Tahun 2012/2011 704.755.313.316 8 49
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa perusahaan-perusahaan pada sektor keuangan
mampu konsisten dalam peningkatan pendapatan dari periode ke periode. Peningkatan ini
dialami oleh 86 persen dari total sampel pada setiap periodenya, dengan rata-rata peningkatan
sebesar Rp. 64.069.794.036. Ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan pada sektor
keuangan mampu beroperasi dengan baik.
Peningkatan pendapatan tersebut juga diiringi oleh peningkatan biaya penjualan,
administrasi dan umum pada tiap periodenya. Dengan rata-rata pada periode 2009-2010
sebesar Rp. 113.480.981.498; sedangkan pada periode 2010-2011 sebesar Rp.
130,173,698,890. Namun pada periode 2011-2012 masih terdapat peningkatan biaya hanya
saja tidak sebesar pada periode 2009-2010 dan periode 2010-2011 yaitu sebesar Rp.
Tabel 17.
Hasil Uji Regresi Sektor Keuangan
Model
Unstandardized Coefficients
B Std. Error
1 (Constant) .060 .010
Penjualan .145 .094
Periode .942 .510
a. Dependent Variable: Biaya
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa koefisien regresi β1 > 0 dan koefisien regresi β2
> 0 sehingga asumsi tidak terpenuhi. Dengan menjumlahkan koefisien β1 + β2 maka akan
diperoleh persentase penurunan biaya penjualan, administrasi & umum akibat penurunan
penjualan/pendapatan bersih sebesar 1 persen, menghasilkan nilai 1,087 (0,145+0,942).
sedangkan nilai koefisien β1 sebesar 0,145. Ini berarti apabila penjualan/pendapatan bersih
turun sebesar 1 persen maka biaya penjualan, administrasi & umum akan turun sebesar 1,087
persen. Sedangkan bila penjualan/pendapatan bersih mengalami kenaikan sebesar 1 persen,
maka biaya penjualan, administrasi & umum akan naik sebesar 0,145 persen.
Dengan demikian temuan ini tidak mendukung hipotesis 1h bahwa besaran kenaikan
biaya penjualan, administrasi dan umum pada saat penjualan/pendapatan bersih naik lebih
tinggi dibanding besaran penurunan biaya pada saat penjualan/pendapatan bersih turun pada
sektor keuangan. Hal ini berarti tidak terdapat perilaku sticky cost pada biaya penjualan,
administrasi dan umum pada sektor keuangan dan hipotesis 1h tidak diterima. Terdapat 72
persen dari total sampel perusahaan yang tidak memasukan akun gaji karyawan ke dalam
akun biaya penjualan, administrasi & umum sehingga akun biaya penjualan, administrasi &
umum akan kehilangan salah satu komponen fixed cost, dengan demiakan total biaya
penjualan, administrasi & umum memiliki perbandingan proporsi variabel cost yang lebih
besar sehingga biaya mudah untuk disesuaikan dan mengakibatkan tidak terdapat perilaku
sticky cost.
Biaya penjualan, administrasi dan umum pada industri keuangan justru memiliki
indikasi perilaku anti-sticky dimana peningkatan biaya penjualan, administrasi dan umum
lebih sedikit saat penjualan/pendapatan meningkat dibanding penurunan biaya penjualan,
Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Berikut adalah statistika deskriptif untuk perubahan Biaya Penjualan, Administrasi
dan Umum dan Penjualan/Pendapatan Bersih dari tahun 2009-2010, 2010-2011, dan
[image:45.595.69.535.175.476.2]2011-2012 pada sektor perdagangan, jasa dan investasi.
Tabel 18. Deskriptif Statistik Sektor Perdagangan, Jasa dan Investasi
Rata-rata Perubahan Dalam
(Rp)
Sampel Mengalami
Penurunan
Sampel Me