PENGARUH DIMENSI BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP
KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
HANAN SHOFWAN
051301096
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengaruh Dimensi Big Five Personality Terhadap Kecenderungan Pembelian impulsif
Hanan Shofwan dan Siti Zahreni
ABSTRAK
Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Salah satu cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan membeli suatu barang atau jasa. Perilaku membeli dikenal juga dengan berbelanja. Belanja tidak hanya merupakan suatu konsep yang menunjukkan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-hari, namun sekarang ini orang berbelanja dilakukan untuk memenuhi dorongan emosional dari dalam dirinya yang terjadi dengan tiba-tiba, spontan dan tanpa adanya perencanaan atau pemikiran terlebih dahulu. Kecenderungan ini disebut dengan kecenderungan pembelian impulsif.
Aspek psikologis yang terkait dengan pembelian impulsif salah satunya adalah trait atau kepribadian manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dimensi big five personality terhadap kecenderungan pembelian impulsif. Penelitian ini melibatkan 104 mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran USU angkatan 2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling dan diolah dengan uji analisa regresi berganda. Alat ukur yang digunakan adalah skala dimensi big five personality (kepribadian big five) dan skala kecenderungan pembelian impulsif yang disusun oleh peneliti.
Hasil analisa data menunjukkan terdapat pengaruh dimensi big five personality terhadap kecenderungan pembelian impulsif dengan persamaan regresi Y= 135,45 + 0.705(X1) – 4,004(X2). Implikasi dari hasil penelitian ini berguna bagi
produsen untuk mengetahui bagaimana pengaruh dimensi big five personality terhadap kecenderungan pembelian impulsif terhadap kecenderungan pembelian impulsif pada konsumen.
The Influece of Big Five Personality Dimension To Impulse buying tendencies
Hanan Shofwan dan Siti Zahreni, Msi Faculty of Psychology University of Sumatera Utara
ABSTRACK
As homo economicus, human will never satisfy to fullfill their needs. One way to fullfill their needs is buying some thing or get any services which known as purchase/shopping. Nowadays, shopping/purrchasing is not merely to acquire necessary goods or to fullfill their daily needs, instead it has become an activity to satisfy their emotional tensions suddenly, spontaneously and also unplanned. This tendency is wll known as impulse buying tendency.
One of psychological aspects of impulse buying tendencies is trait in the individual. This research objected to know the influence of big five personality dimensions to impulse buying tendencies. This research involved 104 S1 student at the first grade(2009) in Faculty of Medical Science University of Sumatera Utara. Sample was taken by the random sampling method and processed with multiple regression analysis. The instrument used are Big Five Personality Scale, and Impulse Buying Tendency Scale arranged by the researcher.
Analysis outcome shows there is influence of big five personality dimensions to impulse buying tendency with regression formula Y= 135,45 + 0.705(X1) – 4,004(X2). The implication of this research is useful for the producen to know how the influence of trait to impulse buying tendency by the consumer.
KATA PENGANTAR
Terima kasih yang tidak terkira peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas
semua karunia dan keindahan yang telah diberikan-Nya, umur yang panjang, kesehatan, waktu dan kesempatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana jenjang strata satu
(S-1) di Fakultas Psikologi Sumatera Utara dengan judul : Pengaruh dimensi Big Five Personality terhadap kecenderungan pembelian impulsif.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi. 2. Kak Siti Zahreni, M.Si yang telah sangat membantu dan membimbing saya
dalam merampungkan penelitian ini hingga selesai.
3. Bapak Zulkarnaen S. Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing akademik yang bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing saya.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Psikologi USU atas segala ilmu dan bantuannya selama perkuliahan dan seluruh staf pegawai Fakultas Psikologi
USU yang telah membantu penulis baik selama masa perkuliahan maupun dalam penyelesaian skripsi.
5. Umi dan Buya tercinta yang telah memberikan do’a dan kasih sayangnya yang
6. Nenek, Bunde, Kakanda Nafisah dan Adinda Ulwan yang telah memberikan
dukungan dan semangat dalam mengerjakan skripsi ini.
7. Pak Lobe Darwis, Ibu, Dani dan Putri atas Doa yang selalu diberikan dari
kejauhan.
8. Keluarga tercinta Abna’ Adnan, Hamdi, Kupeng, Syawqi. Terima kasih atas doa dan semangat yang memberikan inspirasi baru buat saya.
9. Desi iriani lubis Amd dan mama. Terima kasih atas doa, kasih sayang dan semangat yang diberikan hingga detik akhir selesainya penelitian ini.
10.Yenni Merdeka Sakti S. Psi. Terima kasih atas doa, bantuan yang sangat berharga dan semangat yang diberikan hingga detik akhir selesainya penelitian ini.
11.Teman-teman Seven Star; Abud, Jefri, Geo, Andri, Furqon, Toni, Fitrah, Bg Ari, Bg Endang, dan Bang Hendra. Terima kasih atas kebersamaan kita, dan
mohon maaf apabila ada khilaf dan salah penulis selama berinteraksi.
12.Buat Fawi, Beby, Iin, Jannah, Mimi dan Zira. Kalian sebagai semangat ketika lelah.
13.Buat kak Inur dan kak Ijah. Terima kasih ya kak atas bimbingan dan ilmu yang sangat berharga.
14.Kepada Bang Ir dan rekan gubernur Psikologi Usu Paidi. Terima kasih atas bantuan yang diberikan.
15.Teman-teman mahasiswa seperjuangan, bang Hendra, bang Joko, Bang Boy,
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan dan saran yang
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A.pembelian impulsif... 11
1. Pengertian Pembelian Impulsif ... 11
2. Elemen pembelian impulsif ... 13
3. Tipe-tipe pembelian impulsif ... 13
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif... 14
B. Big Five Personality ... 15
1. Pengertian Big Five Personaltyt ... 15
Pembelian Impulsif ... 20
G. Hipotesa Penelitian ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26
A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 26
1. Kecenderungan Pembelian Impulsif ... 26
2. Dimensi Big Five Personality ... 27
C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 28
1. Populasi dan sampel ... 28
2. Teknik pengambilan sampel ... 29
D. Instrumen atau Alat ukur ... 30
1. Skala kecenderungan pembelian impulsif ... 30
2. Skala Dimensi Big Five Personality ... 32
E. Uji Coba Alat Ukur ... 33
1. Validitas alat ukur ... 33
2. Uji daya beda aitem ... 34
3. Reliabilitas alat ukur ... 35
4. Hasil uji coba alat ukur ... 36
F. Prosedur Penelitian ... 39
1. Persiapan penelitian ... 39
2. Pelaksanaan penelitian ... 40
G. Metode Analisis Data ... 40
1. Uji Normalitas ... 41
2. Uji Linieritas ... 42
3. Autokorelasi ... 42
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Gambaran Subjek Penelitian ... 43
1. Jenis kelamin subjek penelitian ... 43
2. Usia subjek penelitian ... 43
B. Hasil Penelitian ... 44
1. Hasil Uji Asumsi Penelitian ... 44
2. Hasil Utama Penelitian ... 46
C. Kategorisasi Skor Penelitian ... 51
1. Kategorisasi Skor Kecenderungan pembelian impulsif pada mahasiswa S1 angkatan 2009 fakultas kedokteran USU ... 51
2. Kategorisasi Skor dimensi big five personality pada mahasiswa S1 angkatan 2009 fakultas kedokteran USU ... 53
D. Pembahasan ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 63
1. Saran metodologis ... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Gambaran Persentasekecenderungan Pembelian Impulsif ...
Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2009 ... 5 Tabel 2. Karakteristik Sifat-Sifat Big Five Model dengan Skor Tinggi dan ..
Skor Rendah ... 18
Tabel 3. Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Sebelum Uji
Coba ... 31
Tabel 4. Blue Print Skala Dimensi Big Five Personality Sebelum Uji Coba 33
Tabel 5. Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Sebelum Uji
Coba ... 37
Tabel 6. Blue Print Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Setelah Uji ...
Coba ... 37
Tabel 7. Blue Print Skala Dimensi Big Five Personality Sebelum Uji Coba 38
Tabel 8. Blue Print Skala Dimensi Big Five Personality Setelah Uji Coba .. 38
Tabel 9. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43
Tabel 10. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 43
Tabel 11. Hasil Uji Normalitas ... 44
Tabel 12. Hasil Uji Linieritas Big Five Personality dengan...
Tabel 14. Hasil Uji Multiple Regression ... 48
Tabel 14.1.a. Hasil Uji Multiple Regression ... 48
Tabel 14.1.b. Koefisien Regresi Dimensi Big Five Personality dan ... Kecenderungan Pembelian Impulsif ... 48
Tabel 14.1.c. Kontribusi Setiap Dimensi Big Five Personality Terhadap ... Kecenderungan Pembelian Impulsif ... 48
Tabel 15. Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik ... Kecenderungan Pembelian Impulsif... 52
Tabel 16. Kategorisasi Skor Kecenderungan Pembelian Impulsif ... 53
Tabel 17. Perbandingan Mean Hipotetik dan Mean Empirik Skala Dimensi .. Big Five Personality ... 54
Tabel 18. Kategorisasi Skor Neuroticism ... 55
Tabel 19. Kategorisasi Skor Extraversion ... 56
Tabel 20. Kategorisasi Skor Openness ... 56
Tabel 21. Kategorisasi Skor Agreeableness ... 57
Tabel 22. Kategorisasi Skor Conscientiousness ... 57
Pengaruh Dimensi Big Five Personality Terhadap Kecenderungan Pembelian impulsif
Hanan Shofwan dan Siti Zahreni
ABSTRAK
Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Salah satu cara yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan membeli suatu barang atau jasa. Perilaku membeli dikenal juga dengan berbelanja. Belanja tidak hanya merupakan suatu konsep yang menunjukkan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan sehari-hari, namun sekarang ini orang berbelanja dilakukan untuk memenuhi dorongan emosional dari dalam dirinya yang terjadi dengan tiba-tiba, spontan dan tanpa adanya perencanaan atau pemikiran terlebih dahulu. Kecenderungan ini disebut dengan kecenderungan pembelian impulsif.
Aspek psikologis yang terkait dengan pembelian impulsif salah satunya adalah trait atau kepribadian manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dimensi big five personality terhadap kecenderungan pembelian impulsif. Penelitian ini melibatkan 104 mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran USU angkatan 2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling dan diolah dengan uji analisa regresi berganda. Alat ukur yang digunakan adalah skala dimensi big five personality (kepribadian big five) dan skala kecenderungan pembelian impulsif yang disusun oleh peneliti.
Hasil analisa data menunjukkan terdapat pengaruh dimensi big five personality terhadap kecenderungan pembelian impulsif dengan persamaan regresi Y= 135,45 + 0.705(X1) – 4,004(X2). Implikasi dari hasil penelitian ini berguna bagi
produsen untuk mengetahui bagaimana pengaruh dimensi big five personality terhadap kecenderungan pembelian impulsif terhadap kecenderungan pembelian impulsif pada konsumen.
The Influece of Big Five Personality Dimension To Impulse buying tendencies
Hanan Shofwan dan Siti Zahreni, Msi Faculty of Psychology University of Sumatera Utara
ABSTRACK
As homo economicus, human will never satisfy to fullfill their needs. One way to fullfill their needs is buying some thing or get any services which known as purchase/shopping. Nowadays, shopping/purrchasing is not merely to acquire necessary goods or to fullfill their daily needs, instead it has become an activity to satisfy their emotional tensions suddenly, spontaneously and also unplanned. This tendency is wll known as impulse buying tendency.
One of psychological aspects of impulse buying tendencies is trait in the individual. This research objected to know the influence of big five personality dimensions to impulse buying tendencies. This research involved 104 S1 student at the first grade(2009) in Faculty of Medical Science University of Sumatera Utara. Sample was taken by the random sampling method and processed with multiple regression analysis. The instrument used are Big Five Personality Scale, and Impulse Buying Tendency Scale arranged by the researcher.
Analysis outcome shows there is influence of big five personality dimensions to impulse buying tendency with regression formula Y= 135,45 + 0.705(X1) – 4,004(X2). The implication of this research is useful for the producen to know how the influence of trait to impulse buying tendency by the consumer.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia sebagai Homo economicus, tidak akan pernah lepas dari pemenuhan kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus-menerus mendorong manusia untuk melakukan pemenuhan (Verplanken, 2001). Salah satu cara yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan adalah dengan membeli suatu barang atau jasa. Perilaku membeli dikenal juga dengan berbelanja. Belanja didefinisikan sebagai suatu
aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan suatu barang dengan jalan menukarkan sejumlah uang sebagai pengganti barang tersebut (Tambunan, 2005). Belanja merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi banyak orang dan terkadang sebagian
orang tidak dapat dipisahkan dari kebiasaan belanja. Banyak motif-motif yang mendasari perilaku berbelanja, diantaranya ingin menjalankan peran yang diharapkan
misalnya berperan sebagai ibu rumah tangga, sebagai peralihan dari rutinitas kehidupan sehari-hari, memuaskan dorongan yang ada dalam diri, mempelajari trend baru yang berkembang, dan sebagai aktivitas fisik yang menstimulasi indera
(Schiffman, 1994).
Manusia ketika berbelanja disebut sebagai konsumen, yaitu seseorang yang
melakukan beberapa aktivitas seperti pembelian, penggunaan barang dan jasa dan mengevaluasinya (Schiffman, 1994). Pada mulanya belanja hanya merupakan suatu konsep untuk menunjukkan suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi
hasrat atau dorongan dari dalam dirinya (Verplanken & Herabadi, 2001). Coob &
Hoyer, 1972 (dalam Buendicho, 2003) mengatakan konsumen seperti ini disebut dengan impulse puschaser. Impulse puschaser adalah konsumen yang melakukan
pembelian untuk memenuhi hasrat atau dorongan dari dalam diri. Pembelian tipe inilah yang disebut sebagai impulse purchase atau pembelian impulsif.
Pembelian impulsif adalah kecenderungan perilaku membeli yang terjadi
tanpa adanya perencanaan atau pemikiran terlebih dahulu (American Marketing Association/AMA, dalam Buendicho, 2003). Pembelian impulsif ini dikaitkan dengan
aspek reaksi emosi dari objek pembelian misalnya produk, kemasan, harga, dan lain-lain. Rook (dalam Verplanken, 2001) mengatakan pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak terencana yang dikarakteristikkan dengan pembelian yang
mendadak, yang diikuti dengan perasaan menyenangkan dan memuaskan. Dengan kata lain, pembelian impulsif adalah tindakan yang tidak sengaja dan diikuti oleh
respon emosional yang sangat kuat. Pembelian impulsif juga dikaitkan dengan pembelian yang tidak memikirkan konsekuensi terhadap barang yang telah dibeli, misalnya uang yang dihabiskan untuk barang yang tidak perlu (Rook & Gardner,
1987 dalam Verplanken (2001)).
Pembelian impulsif dikatakan juga sebagai pembelian yang tidak rasional dan
diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan (Verplanken & Herabadi, 2001). Fokus perhatian individu hanya terletak pada kepuasan yang spontan terhadap pembelian suatu barang. Keputusan untuk membeli dibuat dengan
karena itu, orang-orang dengan kecenderungan pembelian impulsif ini hampir tidak
mungkin untuk menunda pembelian dengan melakukan pertimbangan, berdiskusi dengan orang lain, atau membandingkan produk yang satu dengan produk yang lain
(Rook & Fisher, 1995).
Orang-orang dengan kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi akan lebih peka terhadap ide-ide pembelian yang tidak diharapkan dan lebih siap untuk
merespon pembelian barang secara spontan Konsumen dengan kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi juga akan lebih menerima ide-ide yang timbul secara
spontan untuk melakukan pembelian. Perilaku seperti ini berbeda dengan pembelian yang direncanakan. Konsumen dengan tipe pembelian yang terencana, akan melakukan serangkaian langkah-langkah perencanaan untuk memutuskan apakah
akan melakukan pembelian atau tidak (Bearden & Netemeyer dalam Verplanken, 2001).
Pembelian impulsif memiliki 2 elemen inti yaitu elemen kognitif dan elemen afektif. Elemen kognitif meliputi kegiatan pembelian yang diikuti dengan kurangnya perencanaan dan ketidaksabaran untuk mendapatkan suatu barang. Elemen afektif
meliputi pembelian yang disertai dengan respon emosi (Verplanken & Aarts, 1999). Respon emosi ini meliputi perasaan senang dan puas setelah pembelian dilakukan,
namun pembelian dilakukan atas timbulnya perasaan yang mendorong untuk segera melakukan pembelian (Dittmar & Drury, dalam Verplanken, 2001). Membeli dengan impulsif dapat menghilangkan dorongan emosi negatif yang terdapat dalam diri
Pembelian impulsif telah menjadi gaya hidup yang menyebar ke setiap
segmen populasi dan terjadi diberbagai situasi dan budaya yang berbeda (Kacen & Lee, 2002). Lembaga survey Myvesta (dalam Citacinta, 2009) tahun 2009
mengungkapkan, 64.8% konsumen yang berusia18-24 tahun mengalami perubahan emosi sesaat sebelum dan setelah belanja. Pada usia tersebut rata-rata konsumen berstatus sebagai mahasiswa. Konsumen merasa ada dorongan emosional dalam
dirinya yang menyebabkan mereka berbelanja. Pembeli tipe ini disebut sebagai pembeli impulsif karena mereka merasakan adanya dorongan emosi negatif yang
dapat dihilangkan dengan melakukan aktivitas seperti berbelanja dengan impulsif (Verplanken & Herabadi, 2001). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh mahasiswi USU pada wawancara tanggal 7 dan 8 september 2009 berikut ini :
“Kalau saya melihat barang unik yaa langsung saya beli. Karena kalau gakdibeli ntar jadi merasa gak nyamanlah. Apalagi kalau lagi stress, belanja bisa jadi obatlah” (Elka, 18 tahun; mahasiswi Psikologi angkatan 2009)
“Biasanya merasa gak nyaman kalau liat barang cantik, terus gak dibeli” (Myesa, 22 tahun; mahasiswi Psikologi angkatan 2005.
Hasil survey yang dilakukan pada tanggal 16 september kepada 53 mahasiswa USU Fakultas Kedokteran juga menunjukkan adanya kecenderungan pembelian
impulsif pada mahasiswa. Berdasarkan survey tersebut, sebanyak 71.6 % atau 38 mahasiswa, memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi, dan 28.4 % atau 15 mahasiswa, memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah. Data
Tabel 1.
Gambaran persentase kecenderungan pembelian impulsif mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran USU angkatan 2009
Kecenderungan Pembelian Impulsif Frekuensi Persentase
Tinggi 38 orang 71,6
Rendah 15 orang 28.4
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif yaitu :
kondisi mood dan emosi konsumen, normative influence (pengaruh lingkungan), kategori produk dan pengaruh toko, variabel demografis dan variabel perbedaan individu (Thai, 2003). Variabel perbedaan individu meliputi
karakteristik-karakteristik khas individu yang salah satunya adalah trait (karakter) individu (Verplanken & Herabadi, 2001).
Penelitian-penelitian telah dilakukan untuk melihat pembelian impulsif ini terkait dengan karakteristik perbedaan individu. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Verplanken & Herabadi (2001) yang ingin melihat hubungan
pembelian impulsif ini dengan trait-trait individu. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara trait-trait individu dengan pembelian impulsif (Verplanken &
Herabadi, 2001). Penelitian ini juga diperkuat oleh Rook (1995) yang mengatakan bahwa salah satu aspek psikologis terkait dengan pembelian impulsif adalah trait di dalam diri individu. Trait merupakan prediktor yang signifikan terhadap
seseorang dikatakan ramah, pemarah, agresif maka mereka disebut memiliki trait
ramah, trait pemarah, trait agresif. Trait-trait tersebut menyusun kepribadian manusia. Kepribadian didefinisikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus
lingkungan (Engel & Blackwell, 1995). Kepribadian merupakan suatu pola yang relatif permanen dari sifat, watak atau karakteristik yang memberikan konsistensi pada perilaku seseorang Feist & Feist (2002). Eysenck (dalam Suryabrata, 2000)
menambahkan kepribadian sebagai jumlah keseluruhan dari pola perilaku yang aktual dari organisme yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan.
Kepribadian memainkan peran penting dalam berbelanja. Dalam berbelanja konsumen mendasarkan keputusan pembelian mereka berdasarkan kepribadian mereka. Bagaimana konsumen memandang diri mereka, begitu pulalah mereka akan
memilih produk mana yang akan mereka konsumsi. Seperti yang terlihat di banyak peristiwa, konsumen memiliki selera tersendiri ketika ditawarkan jenis produk yang
sama namun memiliki merek dan kemasan berbeda. Misalnya produk mobil yang ditawarkan kepada beberapa konsumen. Mobil-mobil yang ditawarkan memiliki merek dan warna berbeda. Masing-masing konsumen akan memilih mobil yang
memiliki warna serta merek yang sesuai dan dianggap dapat mewakilii karakter dirinya. Konsumen akan menampakkan karakter yang mampu merespon berbagai
merupakan panduan konsumen dalam memilih cara untuk memenuhi tujuannya
dalam berbagai situasi yang berbeda (Ferrina, 2008).
Psikologi kepribadian membutuhkan suatu model deskriptif atau taksonomi
untuk mencoba menggambarkan kepribadian individu. Adanya taksonomi dapat membantu peneliti melihat gambaran kepribadian individu yang berbeda-beda yang membuat individu menjadi makhluk yang unik (John & Srivasta, 1999). Psikologi
kepribadian kemudian memperoleh suatu pendekatan taksonomi kepribadian yang dapat diterima secara umum yaitu The Big Five Personality (John & Srivastava,
1999). Kerangka berpikir Big Five merupakan suatu model hirarki kepribadian dengan lima faktor yang setiap faktornya menjelaskan kepribadian dengan jelas dan sangat luas. Pandangan Big Five menyatakan bahwa setiap perbedaan individu dalam
kepribadiannya dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) bagian secara empiris (Gosling, Rentfrow, & Swann Jr, 2003). Istilah Big Five pertama kali dicetuskan oleh
Lew Goldberg (dalam Pervin 2005).
Srivastava (2008) mengatakan Big Five merupakan lima dimensi sifat kepribadian yang meluas. Faktor-faktor tersebut adalah: Extraversion (Surgency),
Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism (terkadang terbalik dan disebut
dengan Emotional Stability), Openness to Experience (terkadang disebut dengan
Intelect atau Intelect/ Imagination). Dimensi extraversion terdiri dari sifat-sifat
seperti: suka berbicara, berenergi, dan asertif. Dimensi agreeableness ini mencakup sifat-sifat, seperti simpati, baik hati, dan berperasaan. Dimensi Conscientiousness
dengan sifat tegang, dan cemas. Dimensi neuroticism ini mencakup sifat-sifat seperti
rasa ketertarikan yang luas, imaginatif, dan berwawasan luas.
Dimensi Big Five Personality merupakan salah satu pendekatan yang lebih
sederhana dan deskriptif dalam menggambarkan kepribadian manusia (Pervin, 2005). Hasil yang konsisten mengenai teori ini juga telah diperoleh dari berbagai teknik pengukuran. Kelima dimensi ini telah ditemukan pada anak-anak dan orang dewasa.
Berdasarkan studi longitudinal selama 6 (enam) tahun diperoleh kestabilan sifat pada subjek yang sama (dalam Schultz & Schultz, 1994).
Kerangka berpikir Big Five mencoba menggambarkan trait-trait individu yang diwakili oleh lima dimensi. Kelima dimensi inilah yang akan digunakan dalam penelitian untuk melihat apakah kelima dimensi Big Five Personality memiliki
pengaruh terhadap pembelian impulsif. Berdasarkan penjelasan-penjelasan sebelumnya, maka peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh antara dimensi Big
Five Personality dengan pembelian impulsif.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, peneliti merumuskan permasalahan yang ingin diketahui dari penelitian ini yaitu,
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dimensi Big Five Personality terhadap kecenderungan pembelian impulsif.
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya temuan di dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai pembelian impulsif dan
kepribadian individu dalam kajian perilaku konsumen.
2. Hasil penelitian ini bisa bermanfaat untuk dijadikan bahan perbandingan bagi penelitian-penelitian selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan pembelian
impulsif yang terkait dengan keribadian individu b. Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini produsen dapat mengetahui konsumen dengan karakteristik kepribadian tertentu yang memiliki pengaruh terhadap kecenderungan pembelian impulsif. Temuan ini dapat menjadi bahan pertimbangan produsen untuk
lebih mengetahui jenis konsumen mana yang dapat menjadi target pasar.
E.SISTEMATIKA PENULISAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II : Landasan Teori
Bab ini menguraikan kepustakaan yang menjadi landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini menceritakan tentang metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian yang meliputi identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, populasi
dan metode pengambilan sampel, instrumen/alat ukur yang digunakan, prosedur penelitian, dan metode analisis data.
Bab IV : Analisa Data dan Pembahasan
Bab ini akan memapaparkan mengenai hasil deskripsi data penelitian, uji
hipotesa utama dan pembahasan mengenai hasil penelitian. Bab V : Kesimpulan dan Saran
BAB II
LANDASAN TEORI
A. PEMBELIAN IMPULSIF
Pembelian Impulsif adalah salah satu jenis dari perilaku membeli, dimana perilaku pembelian ini berhubungan dengan adanya dorongan yang menyebabkan konsumen melakukan pembelian dengan segera tanpa adanya perencanaan terlebih
dahulu. Berikut akan dijelaskan secara mendalam mengenai pengertian dari pembelian impulsif
1. Pengertian Pembelian impulsif
AMA (American Marketing Association dalam Buendicho, 2003) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai kecenderungan perilaku membeli yang
terjadi tanpa adanya perencanaan atau pemikiran terlebih dahulu. Pembelian impulsif ini terjadi secara mendadak terhadap suatu produk dan merek yang sebelumnya
belum diputuskan (Cobb & Hoyer, 1972 dalam Buendicho, (2003)).
Pembelian impulsif juga merupakan pembelian yang terjadi secara spontan, yaitu ketika individu melihat suatu produk baik langsung dari toko maupun dari
katalog produk. Individu langsung melakukan pembelian ketika ia merasa produk tersebut cocok maka ia akan langsung melakukan pembelian tanpa melakukan
pertimbangan terlebih dahulu (Beatty & Ferrel, 1998 dalam Buendicho, (2003)). Perilaku pembelian ini dikaitkan dengan pembelian yang tidak memikirkan konsekuensi terhadap barang yang telah dibeli, misalnya uang yang dihabiskan untuk
Engel & Blackwell (1995) menambahkan pembelian impulsif sebagai suatu
tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada didalam toko.
Beberapa pengertian di atas menjelaskan pembelian impulsif terkait dengan pembelian yang dilakukan secara mendadak dan tanpa adanya perencanaan. Selain itu, ada beberapa tokoh yang mendefinisikan pembelian impulsif tidak hanya terkait
dengan pembelian yang mendadak, tetapi juga menggambarkan adanya dorongan yang mendasari pembelian impulsif.
Verplanken & Herabadi (2001) mendefinisikan pembelian impulsif sebagai pembelian yang tidak rasional dan diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti oleh adanya konflik fikiran dan dorongan emosional.
Dorongan emosional tersebut terkait dengan adanya perasaan yang intens yang ditunjukkan dengan melakukan pembelian karena adanya dorongan untuk membeli
suatu produk dengan segera, mengabaikan konsukensi negatif, merasakan kepuasan dan mengalami konflik di dalam pemikiran (Rook dalam Verplanken, 2001)
Pembelian impulsif juga disebut sebagai pembelian yang tidak terencana yang
memenuhi karakteristik sebagai berikut : terjadinya pengambilan keputusan membeli yang relatif cepat, menjadi lebih emosional daripada rasional dan tidak termasuk
pembelian untuk barang yang mudah diingat, dan memerlukan perencanaan dalam pembeliannya (Thai, 2003).
Pengertian pembelian impulsif yang digunakan pada penelitian ini adalah
mendorong untuk melakukan pembelian suatu produk untuk mendapatkan kepuasan
dan kesenangan (Rook (1987); Verplanken & Herabadi (2001); Thai (2003)).
2. Elemen Pembelian Impulsif
Verplanken & Herabadi (2001) mengatakan terdapat dua elemen penting dalam pembelian impulsif yaitu:
a. Kognitif
Elemen ini fokus pada konflik yang terjadi pada kognitif individu yang meliputi:
1. Tidak mempertimbangan harga dan kegunaan suatu produk 2. Tidak melakukan evaluasi terhadap suatu pembelian produk
3. Tidak melakukan perbandingan produk yang akan dibeli dengan produk yang
mungkin lebih berguna. b. Emosional
Elemen ini fokus pada kondisi emosional konsumen yang meliputi : 1. Timbulnya dorongan perasaan untuk segera melakukan pembelian. 2. Timbul perasaan senang dan puas setelah melakukan pembelian.
3. Tipe-tipe pembelian impulsif
Loudon dan Bitta (1993) mengemukakan empat tipe dari pembelian impulsif.
Keempat tipe pembelian impulsif tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pure impulse buying adalah pembelian impulsif yang benar-benar tidak
2. Reminder impulse buying adalah pembelian yang didasarkan pada pengalaman
sebelumnya.
3. Suggestion impulse buying adalah pembelian yang dilakukan ketika pertama kali
melihat suatu produk dan mengevaluasi kegunaannya.
4. Planned impulse buying adalah pembelian yang dilakukan karena faktor harga.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif menurut Thai (2003) adalah :
1. Kondisi mood dan emosi konsumen. Keadaan mood konsumen dapat mempengaruhi perilaku konsumen, misalnya kondisi mood konsumen yang sedang senang atau sedih. Pada konsumen yang memiliki mood negatif,
pembelian impulsif lebih tinggi dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kondisi mood yang negatif (Verplanken & Herabadi, 2002)
2. Pengaruh lingkungan. Orang-orang yang berada dalam kelompok yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi akan cenderung terpengaruh untuk melakukan pembelian impulsif juga (Thai, 2003).
3. Kategori produk dan pengaruh toko. Produk-produk yang cenderung dibeli secara impulsif adalah poduk yang memiliki tampilan menarik (bau yang
menyenangkan, warna yang menarik), cara memasarkannya, tempat dimana produk itu dijual. Tampilan toko yang menarik akan lebih menimbulkan dorongan pembelian impulsif (Verplanken & Herabadi, 2001). Produk-produk yang
elektronik, barang-barang kebutuhan mandi dan alat musik (Dittmar & Drury,
1996 dalam Buendicho, (2003)).
4. Variabel demografis seperti kondisi tempat tinggal dan status sosial. Konsumen
yang tinggal di kota memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang lebih tinggi daripada konsumen yang tinggal di daerah pinggiran kota (Thai, 2003). 5. Variabel perbedaan individu. Kepribadian individu memiliki pengaruh terhadap
kecenderungan pembelian impulsif (Verplanken & Herabadi, 2001). Trait yang menyusun kepribadian individu merupakan aspek psikologis yang terkait dengan
kecenderungan pembelian impulsif. Selanjutnya akan dibahas mengenai kepribadian yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif.
B. BIG FIVE PERSONALITY
Big Five Personality adalah salah satu teori yang menggambarkan kepribadian
individu yang terdiri dari lima dimensi. Ke lima dimensi ini mewakili karakteristik-karakteristik yang khas yang terdapat dalam diri individu (Pervin, 2005).
1. Definisi Big Five Personality
Gordon Allport mendefiniskan kepribadian sebagai suatu organisasi yang
dinamis di dalam individu, sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan (dalam Suryabrata, 2002). Siagian (1986) mengatakan bahwa kepribadian seseorang menampakkan dirinya
dan cara bertindak itu dapat dipastikan tidak terlalu sama antar individu yang satu
dengan yang lain.
Setelah beberapa dekade, cabang psikologi kepribadian memperoleh suatu
pendekatan taksonomi kepribadian yang dapat diterima secara umum yaitu dimensi “Big Five Personality”. Dimensi Big Five pertama kali diperkenalkan oleh Goldberg pada tahun 1981. Dimensi ini tidak mencerminkan perspektif teoritis tertentu, tetapi
merupakan hasil dari analisis bahasa alami manusia dalam menjelaskan dirinya sendiri dan orang lain. Taksonomi Big Five bukan bertujuan untuk mengganti sistem
yang terdahulu, melainkan sebagai penyatu karena dapat memberikan penjelasan sistem kepribadian secara umum (John & Srivastava, 1999).
Big Five disusun bukan untuk menggolongkan individu ke dalam satu
kepribadian tertentu, melainkan untuk menggambarkan sifat-sifat kepribadian yang disadari oleh individu itu sendiri dalam kehidupannya sehari-hari. Pendekatan ini
disebut Goldberg sebagai Fundamental Lexical (Language) Hypothesis; perbedaan individu yang paling mendasar digambarkan hanya dengan satu istilah yang terdapat pada setiap bahasa (dalam Pervin, 2005).
Big Five Personality oleh Costa & McRae dibuat berdasarkan pendekatan
yang lebih sederhana. Di sini, peneliti berusaha menemukan unit dasar kepribadian
2. Tipe-Tipe Big Five Personality
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Big Five Personality terdiri dari lima tipe atau faktor. Terdapat beberapa istilah untuk menjelaskan kelima faktor
tersebut. Pada sub bab ini, kelima dimensi tersebut akan dijelaskan dengan istilah-istilah berikut:
a. Neuroticism (N)
b. Extraversion (E)
c. Openness to New Experience (O):
d. Agreeableness (A) e. Conscientiousness (C)
Costa & McRae (1985;1992) menggambarkan kelima dimensi di atas sebagai
berikut: Neuroticism berlawanan dengan Emotional stability yang mencakup perasaan-perasaan negatif, seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan tegang.
Openness to Experience menjelaskan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas dari
aspek mental dan pengalaman hidup. Extraversion dan Agreeableness merangkum sifat-sifat interpersonal, yaitu apa yang dilakukan seseorang dengan dan kepada orang
lain. Dimensi yang terakhir, yaitu Conscientiousness menjelaskan perilaku pencapaian tujuan dan kemampuan mengendalikan dorogan yang diperlukan dalam
kehidupan sosial (Pervin, 2005).
Tabel 2.
Karakteristik Sifat-Sifat Big Five Model Dengan Skor Tinggi Dan Rendah
Karakteristik dengan skor tinggi
Sifat Karakteristik dengan skor rendah
distress psikologi, ide-ide
yang tidak realistis, kebutuhan/keinginan yang berlebihan, dan respon
coping yang tidak sesuai.
Tenang , santai, tidak emosional, tabah, nyaman, puas terhadap diri sendiri.
Mudah bergaul, aktif,
Tidak ramah, tenang, tidak periang, menyendiri, task
–oriented, pemalu,
pendiam.
Rasa ingin tahu tinggi, ketertarikan luas, kreatif,
Mengikuti apa yang sudah ada, down to earth, tertarik hanya pada satu hal, tidak memiliki jiwa seni, kurang analitis.
Berhati lembut, baik, suka menolong, mudah percaya, mulai dari perasaan kasihan sampai pada sikap permusuhan dalam hal pikiran, perasaaan, dan tindakan.
Sinis, kasar, rasa curiga, tidak mau bekerjasama, pendendam, kejam, mudah marah, manipulatif.
Teratur, dapat dipercaya, pekerja keras, disiplin, tepat waktu, teliti, rapi, ambisius, tekun. menjadi malas dan lemah.
Costa & McRae (dalam Pervin, 2005) membagi setiap dimensi dari Big Five
yang terdiri dari 6 (enam) faset atau subfaktor. Faset-faset tersebut adalah: a. Neuroticism terdiri dari:
1. Anxiety yaitu : memiliki kecemasan. 2. Self-consciousness yaitu : kesadaran diri.
3. Depression yaitu merasa rendah diri dan tidak berharga.
4. Vulnerability yaitu : mudah tersinggung. 5. Impulsifness yaitu : menuruti kata hati.
6. Angry hostility yaitu : memiliki amarah. b. Extraversion terdiri dari:
1. Gregariousness yaitu : suka berkumpul.
2. Activity level yaitu : memiliki level aktivitas. 3. Assertiveness yaitu : memiliki ketegasan.
4. Excitement Seeking yaitu : mencari kesenangan. 5. Positive Emotions yaitu : memiliki emosi yang positif. 6. Warmth yaitu : memiliki kehangatan.
c. Openness to new experience terdiri dari:
1. Fantasy yaitu : memiliki khayalan yang berlebihan.
2. Aesthetics yaitu : keindahan.
3. Feelings yaitu : memiliki perasaan yang sensitif. 4. Ideas yaitu : memiliki ide-ide yang kreatif.
6. Values yaitu : memiliki nilai-nilai.
d. Agreeableness terdiri dari:
1. Straightforwardness yaitu : suka berterusterang.
2. Trust yaitu : memiliki kepercayaan.
3. Altruism yaitu :mendahulukan kepentingan orang lain. 4. Modesty yaitu : memiliki sifat rendah hati.
5. Tendermindedness yaitu : berhati lembut. 6. Compliance yaitu : memiliki kepatuhan.
e. Conscientiousness terdiri dari:
1. Self-discipline yaitu : memiliki disiplin diri. 2. Dutifulness yaitu : patuh kepada peraturan.
3. Competence yaitu : memiliki kompetensi. 4. Order yaitu : hidup teratur.
5. Deliberation yaitu : melakukan pertimbangan. 6. Achievement striving yaitu : mencapai prestasi.
C. PENGARUH DIMENSI BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP
KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF
Pembelian impulsif adalah perasaan yang intens yang ditunjukkan dengan melakukan pembelian karena adanya dorongan untuk membeli suatu produk dengan segera, mengabaikan konsekuensi negatif, merasakan kepuasan dan mengalami
pembelian impulsif ini dilakukan, timbul konflik dalam diri konsumen yang disebut
konflik heart vs mind (konflik antara fikiran dan perasaan), misalnya antara harga produk yang tinggi dan dorongan emosional untuk memiliki produk tersebut. Konflik
ini pada akhirnya akan dimenangkan oleh dorongan emosional dimana konsumen merasakan kepuasan secara emosional karena telah memiliki barang yang diinginkan (Verplanken & Herabadi, (2001))
Thai (2003) mengatakan kepribadian individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecenderungan pembelian impulsif. Trait-trait yang menyusun
kepribadian individu merupakan aspek psikologis yang terkait dengan kecenderungan pembelian impulsif (Rook, 1995). Trait-trait tersebut merupakan prediktor yang signifikan terhadap pembelian impulsif (Rook & Fisher,1995). Verplanken &
Herabadi (2001) menemukan hubungan antara trait-trait yang dimiliki individu terhadap kecenderungan pembelian impulsif, misalnya orang-orang yang bertipe
extraversion memiliki hubungan positif dengan pembelian impulsif. artinya
orang-orang pada tipe ini akan lebih menunjukkan kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi juga.
Salah satu pendekatan dalam psikologi kepribadian yang dapat melihat trait-trait yang terdapat dalam diri individu adalah teori big five personality. Big Five
Personality merupakan suatu model hirarki kepribadian yang membagi kepribadian
adalah neuroticism, extraversion, openness to new experience, agreeableness, dan
conscientiousness.
Dimensi pertama yaitu Neuroticism mencakup perasaan-perasaan negatif,
seperti kecemasan, kesedihan, mudah marah, dan tegang. Dimensi ini memiliki hubungan positif dengan pembelian impulsif. Sifat-sifat yang terdapat pada dimensi ini antara lain : kecendrungan individu akan distress psikologi, ide-ide yang tidak
realistis, kebutuhan/keinginan yang berlebihan, dan respon coping yang tidak sesuai (Costa & McRae ;dalam Pervin, 2005). Lazarus, Folkman, (1986) mengatakan respon
coping berkaitan dengan kognitif dan emosional individu. Orang-orang Neuroticism
memiliki respon coping yang tidak sesuai. Hal ini berhubungan dengan kecenderungan pembelian impulsif. Pembelian impulsif ditandai dengan adanya
konflik yang terjadi antara pertimbangan kognitif dan emosional (Verplanken & Herabadi, 2001). Konflik ini dimenangkan oleh emosional yang menyebabkan
individu melakukan pembelian yang tidak rasional. Untuk itu, orang-orang yang mempunyai kecenderungan tipe ini memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi pula.
Dimensi yang kedua yaitu Extraversion meliputi perilaku mudah bergaul, aktif, banyak bicara, optimis, menyenangkan, kasih sayang dan bersahabat. Dimensi
ini berkaitan dengan kebutuhan individu untuk mendapatkan stimulasi (Costa & McRae ;dalam Pervin, 2005). Individu yang bertipe ini, sangat tertarik akan adanya stimulasi-stimulasi yang baru. Hal ini berhubungan dengan kecenderungan pembelian
ditandai dengan ketertarikan yang berlebihan terhadap stimulasi produk yang
ditawarkan. Dengan demikian, dimensi ini memiliki hubungan positif dengan pembelian impulsif (verplanken & Herabadi, 2001). Orang-orang mempunyai
kecenderungan tipe ini memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi pula. Dimensi yang ketiga yaitu openness to new experience yang mencakup perilaku rasa ingin tahu tinggi, ketertarikan luas, kreatif, imajinatif (Costa & McRae
;dalam Pervin, 2005). Orang-orang dengan dimensi ini memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Ketika individu memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berarti memiliki kontrol
kognitif yang tinggi. Hal ini berhubungan negatif dengan kecenderungan pembelian impulsif. Menurut Verplanken & Herabadi (2001) individu yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif lebih mengikuti dorongan emosional daripada
kognitif. Maka, dimensi ini memiliki hubungan negatif dengan pembelian impulsif. Orang-orang dengan dimensi ini memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang
rendah.
Dimensi yang keempat yaitu agreeableness meliputi perilaku seperti : berhati lembut, baik, suka menolong, mudah percaya, mudah memaafkan, mudah untuk
dimanfaatkan, terus terang. Ciri-ciri di atas tidak berhubungan dengan ciri-ciri kecenderungan pembelian impulsif. Verplanken & Herabadi (2001), mengatakan
orang-orang dengan kecenderungan pembelian impulsif sebagai pembelian adalah orang-orang yang tidak rasional dan didorong oleh adanya kepuasan setelah melakukan pembelian Dimensi ini tidak memiliki hubungan dengan pembelian
Dimensi yang terakhir yaitu conscientiousness meliputi keteraturan seseorang,
ketahanan dan motivasi dalam mencapai tujuan. Orang-orang dengan dimensi ini memiliki tujuan dan perencanaan yang matang akan sesuatu. Hal ini berhubungan
dengan kecenderungan pembelian impulsif. Rook (1987), mengatakan pembelian impulsif sebagai pembelian yang tidak terencana. Individu yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi melakukan pembelian dengan tidak
terncana. Hal ini berhubungan negatif dengan dimensi conscientiousness. Dimana orang-orang dengan dimensi ini memiliki perencanaan disetiap tindakan yang akan
dilakukan. Orang-orang dengan dimensi ini memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah (Verplanken & Herabadi, 2001).
Dalam penelitian ini, pendekatan big five personality inilah yang akan
digunakan untuk melihat trait-trait yang terdapat dalam diri individu yang selanjutnya akan dilihat pengaruhnya terhadap kecenderungan pembelian impulsif.
D. HIPOTESA PENELITIAN
Hipotesa dalam penelitian ini adalah :
1. Hipotesa Mayor :
Ada pengaruh dimensi Big Five Personality terhadap kecenderungan
Pembelian Impulsif. 2. Hipotesa Minor :
a. dimensi Neuroticism berpengaruh terhadap kecenderungan pembelian impulsif.
c. dimensi openness to new experience berpengaruh terhadap kecenderungan
pembelian impulsif.
d. dimensi agreeableness tidak berpengaruh terhadap kecenderungan pembelian
impulsif.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Untuk dapat menguji hipotesa penelitian, terlebih dahulu perlu
diidentifikasikan variabel-variabel penelitian. Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah :
Variabel Tergantung : Pembelian impulsif
Variabel Bebas : Dimensi Big Five Personality
- Neuroticism
- Extraversion
- Openness to New Experience
- Agreeableness
- Conscientiousness
B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
1. Kecenderungan Pembelian Impulsif
Kecenderungan pembelian impulsif adalah kecenderungan untuk melakukan pembelian karena adanya perasaan intens yang mendorong individu, yang
Pembelian impulsif dapat diketahui dengan alat ukur berupa skala yang
disusun berdasarkan elemen-elemen pembelian impulsif menurut Verplanken & Herabadi (2001) yaitu : elemen kognitif dan elemen afektif. Skor total dari skala
kecenderungan pembelian impulsif akan menunjukkan kecenderungan pembelian impulsif. Skor yang tinggi mengidentifikasikan individu memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi. Skor yang rendah mengidentifikasikan individu
memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah.
2. Big Five Personality
Big Five Personality merupakan suatu pendekatan kepribadian yang
mengklasifikasikan kepribadian menjadi lima bagian besar. Big Five Personality diukur dengan menggunakan inventori kepribadian yang disusun berdasarkan
pembagian dimensi kepribadian oleh Costa & McRae (1985;1992). Big Five Personality merupakan model yang mengelompokkan kepribadian menjadi 5
klasifikasi, yaitu:
a. Neuroticism. Individu yang tergolong pada tipe ini sering cemas dan tegang
dalam menghadapi situasi yang berbeda atau yang membuat dirinya tertekan.
b. Extraversion. Individu yang tergolong pada dimensi ini cenderung suka
berkelompok, banyak berbicara, dan mampu mengemukakan pendapatnya dengan
baik.
c. Openness to new experience. Terkadang disebut Intellect atau
yang tergolong pada dimensi ini biasanya merupakan orang yang pintar, memiliki
ide-ide yang kreatif, dan berwawasan luas.
d. Agreeableness. Individu yang tergolong pada dimensi ini cenderung menyetujui
dan mengiyakan pendapat orang lain dan mudah untuk mempercayai orang lain. e. Conscientiousness. Individu yang tergolong pada dimensi ini cenderung teratur,
merencanakan sesuatu yang akan dilakukannya untuk waktu yang akan datang
dan berusaha mencapai apa yang direncanakannya tersebut.
Skor tinggi pada salah satu dimensi kepribadian menunjukkan bahwa dimensi
kepribadian tersebut dominan pada diri individu. Skor rendah pada salah satu dimensi kepribadian menunjukkan bahwa dimensi kepribadian tersebut tidak dominan pada diri individu.
C. POPULASI,SAMPEL DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL
1. Populasi dan Sampel
Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang
sama. Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama
(Hadi, 2000).
Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran angkatan 2009 Universitas Sumatera Utara. Mengingat
meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subyek
penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel. Selanjutnya hasil penelitian diharapkan dapat digeneralisasikan kepada populasinya.
Menurut Hadi (2000) syarat utama agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan maka sebaiknya sampel penelitian harus benar-benar mencerminkan keadaan populasinya atau dengan kata lain harus benar-benar representatif.
Adapun kriteria populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran angkatan 2009 Universitas Sumatera Utara. Subjek dipilih berdasarkan
hasil survey yang dilakukan oleh Myvesta yang mengatakan bahwa konsumen yang berusia 18-24 tahun memiliki perubahan emosi sesaat sebelum dan setelah melakukan belanja. Konsumen dengan rentang usia di atas, merasakan dorongan untuk segera
melakukan pembelian, dan merasakan kepuasan setelah mendapatkan barang yang diinginkan. Perilaku pembelian ini disebut juga dengan kecenderungan pembelian
impulsif (Verplanken & Herabadi (2001)). Data ini juga diperkuat dengan survey yang dilakukan kepada 53 mahasiswa S1 fakultas Kedokteran angkatan 2009 Universitas Sumatera Utara yang menunjukkan sebanyak 38 mahasiswa memiliki
kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi, dan sebanyak 15 mahasiswa memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah.
2. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel atau sampling berarti mengambil suatu bagian dari populasi sebagai wakil (representasi) dari populasi itu. Sedangkan teknik sampling
menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai dan dengan
memperhatikan sifat-sifat serta penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang benar-benar mewakili populasi (Hadi, 2000).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling, yaitu dengan mengambil secara acak sejumlah subjek dari populasi yang ingin diteliti (Hadi, 2000).
D. INSTRUMEN ATAU ALAT UKUR
1. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif
Alat ukur yang digunakan dalam kecenderungan pembelian impulsif adalah skala kecenderungan pembelian impulsif yang dirancang dengan menggunakan
elemen pembelian impulsif menurut Verplanken & Herabadi (2001), yaitu : 1. Kognitif
Elemen ini fokus pada konflik yang terjadi pada kognitif individu yang meliputi: kurangnya perencanaan dan ketidaksabaran untuk mendapatkan suatu barang, tidak mempertimbangan harga dan kegunaan suatu produk, tidak melakukan
evaluasi terhadap suatu pembelian produk dan tidak melakukan perbandingan produk yang akan dibeli dengan produk yang mungkin lebih berguna.
2.Emosional
Elemen ini fokus pada kondisi emosional konsumen yang meliputi : timbulnya dorongan perasaan untuk segera melakukan pembelian, timbul perasaan senang dan
Tabel 3.
Blue-print skala pembelian impulsif sebelum Uji Coba
Elemen pembelian impulsif
Indikator perilaku
Komponen sikap Jumlah
F UF
Kognitif • Kurangnya perencanaan dan kesabaran untuk mendapatkan suatu produk
• Tidak
mempertimbangkan harga dari suatu produk • Tidak melakukan
• Merasa senang dan puas setelah melakukan pembelian
• Pembelian dilakukan karena timbul perasaan yang mendorong untuk segera membeli produk • Membeli barang yang
tampilan menarik • Mudah dipengaruhi
oleh tampilan produk yang dilihat
• Pembelian barang didominasi perasaan
Total 29 30 59
Setiap elemen di atas akan diuraikan ke dalam butir pernyataan yang mengungkap tingkat kecenderungan pembelian impulsif. Skala ini disajikan dalam bentuk pernyataan favorable dan unfavorable. Setiap aitem pada skala terdiri dari
pernyataan dengan empat alternatif jawaban, yaitu : Selalu (S), Kadang-Kadang(K), Jarang(J), dan Tidak pernah(TP). Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu
: Selalu = 4, Kadang-Kadang = 3, Jarang = 2, Tidak pernah = 1. Sedangkan bobot
penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu : Selalu = 1, Kadang-Kadang = 2, Jarang = 3, Tidak pernah = 4.
2. Skala Big Five Personality
Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala yang dibuat berdasarkan model skala Likert. Kelebihan skala Likert yaitu lebih reliabel secara
statistik dan waktu yang lebih singkat dalam pembuatan skala (Hogg, 2002).
Skala kepribadian terbagi menjadi 5 (lima) bagian besar subskala yang
disusun berdasarkan pembagian dimensi Big Five Personality oleh Costa & McRae (1985;1992). Item-item disajikan dalam bentuk pernyataan yang mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable). Setiap item pada skala terdiri dari
dan Sangat Tidak Setuju. Nilai setiap pilihan bergerak dari 1–4. Bobot penilaian
untuk pernyataan favorable yaitu: Sangat setuju = 4, Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1. Sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable
yaitu: Sangat setuju = 1, Setuju= 2, Tidak Setuju = 3, Sangat Tidak Setuju = 4. Uji coba skala kepribadian diberikan kepada sampel yang terdiri dari 50(lima puluh) item dengan perincian seperti yang tampak pada Tabel berikut:
Tabel 4.
Blue-print skala dimensi big five personality Sebelum Uji Coba
No. Tipe kepribadian Favorable Unfavorable Jumlah
1 Neuroticism 1,12,21,30,41 4,14,17,36,48 10
2 Extraversion 2,11,22,31,42 5,18,19,37,49 10
3 Openness 3,13,28,32,43 10,20,29,38,50 10
4 Agreeableness 6,15,23,34,44 8,24,25,39,46 10
5 Conscientiousness 7,16,33,35,45 9,26,27,40,47 10
Jumlah Total Item 25 25 50
E. UJI COBA ALAT UKUR
1. Validitas Alat Ukur
Skala tersebut akan diujicobakan dahulu sebelum digunakan. Uji coba digunakan untuk menguji reliabilitas dan validitas alat ukur.
Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur yang valid tidak sekedar mampu mengungkapkan data dengan tepat akan
Pendekatan terhadap validitas alat ukur dilakukan dengan menyusun terlebih
dahulu operasional aspek-aspek pengukuran yang tepat dalam blue-print (criterion-related validity).
Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah face validity dan content validity. Face validity adalah tipe validitas yang paling rendah signifikansinya
karena hanya didasarkan pada penilaian terhadap format penampilan (appearance)
tes. Apabila penampilan tes telah meyakinkan dan memberikan kesan mampu mengungkap apa yang hendak diukur, maka dapat dikatakan bahwa face validity telah
terpenuhi.. Content validity berkaitan dengan aitem-aitem alat ukur sesuai dengan apa yang akan di ukur. Content validity diperoleh melalui pendapat profesional dari dosen pembimbing dan dosen yang memiliki kompetensi dalam bidang yang hendak diteliti
(Azwar, 2004).
2. Uji Daya Beda Item
Uji daya beda butir pernyataan untuk melihat sejauh mana butir pernyataan mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki atau tidak memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis butir
pernyataan ini adalah dengan memilih butir-butir pernyataan yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes. Atau dengan kata lain, memilih butir
pernyataan yang mengukur hal yang sama dengan apa yang diukur oleh tes sebagai keseluruhan (Azwar, 1999).
Pengujian daya beda butir pernyataan ini dilakukan dengan komputasi
kriteria yang relevan, yaitu skor total tes itu sendiri dengan menggunakan koefisien
korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan menghasilkan koefisien korelasi item total yang dikenal dengan indeks daya beda butir pernyataan
(Azwar, 2000). Uji daya beda butir pernyataan ini akan dilakukan pada alat ukur dalam penelitian ini, yaitu inventori kepribadian dan skala pembelian impulsif. Setiap butir pernyataan pada alat ukur ini akan dikorelasikan dengan skor total alat ukur.
Prosedur pengujian ini menggunakan taraf signifikansi 5% (p<0,05).
Besarnya koefisien korelasi item total bergerak dari 0 sampai dengan 1,00
dengan nilai positif dan negatif. Semakin baik daya diskriminasi item maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00 (Azwar, 2005). Batasan nilai indeks daya beda item (riX) dalam penelitian ini adalah 0,3, sehingga setiap item yang memiliki
nilai riX ≥ 0,3 sajalah yang akan digunakan dalam pengambilan data ya ng sebenarnya.
3. Reliabilitas Alat Ukur
Reliabilitas adalah indeks sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Menurut Hadi (2000) reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat
keajegan atau konsistensi alat ukur yang bersangkutan bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda. Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien
reliabilitas merupakan indikator konsistensi item-item yang dalam menjalankan fungsi ukurnya secara bersama-sama. Reliabilitas alat ukur ini sebenarnya mengacu pada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan
Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal
dimana prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi
tinggi (Azwar, 2002). Teknik yang digunakan untuk pengukuran reliabilitas alat ukur penelitian ini adalah teknik koefisien Alpha Cronbach dengan koefisien > 0,05. Untuk menguji reliabilitas ini menggunakan bantuan program SPSS versi 15.0 for
Windows.
4. Hasil Uji Coba Alat Ukur
Sebelum melakukan pengambilan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba alat ukur penelitian untuk mengetahui kualitas dari masing-masing item. Alat ukur diuji cobakan kepada Mahasiswa Psikologi angkatan 2009
Universitas Sumatera Utara Medan. Uji coba skala Kecenderungan Pembelian Impulsif dan skala dimensi Big Five Personality dilakukan pada 1 september 2009.
Jumlah alat ukur uji coba yang diberikan adalah 91 eksemplar yang kemudian diolah datanya.
Pada uji coba alat ukur, jumlah item yang digunakan adalah sebanyak 50 item
untuk skala dimensi Big Five Personality dan 59 item untuk skala kecenderungan pembelian impulsif.
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dan uji daya beda item terhadap data uji coba yang telah diperoleh dengan menggunakan program SPSS version 15.0 For Windows, maka diperoleh koefisien alpha keseluruhan item untuk inventori
uji daya beda item, diperoleh 17 item dari skala dimensi Big Five Personality dan 19
item dari skala kecenderungan pembelian impulsif gugur atau tidak dapat digunakan
lagi karena memiliki nilai korelasi item total atau indeks daya beda item (
r
iX) < 0,3,sehingga jumlah item yang akan digunakan untuk pengambilan data yang sebenarnya adalah sebanyak 33 item untuk dimensi Big Five Personality dan 40 item untuk skala kecenderungan pembelian impulsif. Item-item tersebut selanjutnya akan disusun
kembali untuk digunakan dalam penelitian. Berikut blue print dari item-item tersebut setelah ujicoba.
Tabel 5.
Blue-print skala pembelian impulsif sebelum Uji Coba
No Elemen Favourable Unfavourable Jumlah
1 Kognitif 1,2,9,14,15,20,21,25,29,31,35, 40,41,49,54
4,5,10,11,18,24,30,34,36,4 2,47,48,50,57,59
30
2 Afektif 3,8,13,16,19,26,28,32,37,39,44 ,45,52,53
Penebalan: nomor item yang gugur.
Selanjutnya item-item yang akan digunakan di dalam penelitian disusun kembali di dalam Blue print berikut :
Tabel 6
Blue-print Skala Pembelian Impulsif Setelah Uji Coba
No Elemen Favourable Unfavourable Jumlah
1 Kognitif 1(1),2(2),9(9),14(14),20(20),25( 21),35(25),40(29),49(30),54(32)
4(4),5(5),10(10),11(11),18(1 8),30(22),42(28),47(33),48(3 4),59(37)
20
2 Afektif 3(3),16(8),32(13),37(15),39(16), 45(24),52(26),53(31)
6(6),7(7),12(12),17(17),22(1 9),27(23),38(27),43(35),51(3 6),55(38),56(39),58(40)
Jumlah item 18 22 40
Keterangan :
Nomor yang berada di dalam tanda kurung: nomor item baru dalam skala penelitian
Tabel 7.
Blue-print skala dimensi Big Five Personality sebelum uji coba
No Dimensi Kepribadian
Favourable Unfavourable Jumlah
1 Neuroticism 1,12,21,30,41 4,14,17,36,48 10
2 Extraversion 2,11,22,31,42 5,18,19,37,49 10
3 Openness 3,13,28,32,43, 10,20,29,38,50 10
4 Agreeableness 6,15,23,34,44 8,24,25,39,46 10
5 Conscientiousness 7,16,33,35,45 9,26,27,40,47 10
Jumlah item 25 25 50
Keterangan :
Penebalan: nomor item yang gugur.
Selanjutnya item-item yang akan digunakan di dalam penelitian disusun kembali di dalam Blue print berikut :
Tabel 8.
Blue-print skala dimensi Big Five Personality setelah uji coba
No Dimensi Kepribadian
Favourable Unfavourable Jumlah
1 Neuroticism 1(1),12(12),21(19),41(28) 4(4),14(14),36(20),48(21) 8
2 Extraversion 2(2),11(11),31(22),42(29) 5(5),18(15),19(26),37(32)’
49(33)
9
3 Openness 13(3),28(13),32(23),43(30) 10(8) 5
4 Agreeableness 6(6),15(17),44(24) 25(9),39(16) 5
5 Conscientiousness 7(7),16(18),35(25),45(31) 26(10),27(27) 6
Jumlah item 19 14 33
Keterangan :
F. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian ini memiliki prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:
1. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian dilakukan peneliti dengan: a. Pembuatan alat ukur
Alat ukur dibuat oleh peneliti berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan sebelumnya. Ada dua buah skala yang dibuat, yaitu skala kecenderungan
kecenderungan pembelian impulsif dan skala dimensi big five personality. Masing-masing skala terdiri dari 59 item untuk skala kecenderungan pembelian impulsif dan 50 item untuk skala big five personality, yang dibentuk seperti sebuah buku untuk
memudahkan subjek penelitian memberikan jawabannya. b. Uji coba alat ukur
Uji coba skala penelitian dilakukan pada tanggal 1 – 2 september 2009 di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dengan membagikan skala kepada subjek penelitian. Setelah itu, peneliti mengumpulkan kembali skala yang telah diisi
oleh subjek untuk dilakukan analisa. c. Revisi alat ukur
di atas 0,30, dan memperbaiki tampilan skala. Skala hasil revisi inilah yang
digunakan peneliti dalam penelitian ini. d. Menentukan Sampel
Sampel dipilih sebanyak 120 mahasiswa S1 fakultas kedokteran angkatan 2009 Universitas Sumatera Utara. 120 eksemplar disebar kepada 120 mahasiswa, namun hanya 104 eksemplar yang kembali ke peneliti dan selanjutnya 104 eksemplar
tersebut yang akan dianalisis sebagai data penelitian.
2. Pelaksanaan penelitian
Penelitian dilakukan pada tanggal 1-6 oktober Nopember 2008 dengan membagikan skala kepada 120 mahasiswa S1 fakultas kedokteran Usu angkatan 2009. Selanjutnya dilakukan pengumpulan skala untuk dilakukan pengolahan data.
3. Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan setelah semua skala terkumpul. Peneliti
menggunakan bantuan program aplikasi komputer SPSS for Windows versi 15.0 dalam mengolah data penelitian.
G. METODE ANALISA DATA
Menurut Sudjana (2001) metode korelasi bertujuan untuk dapat mengetahui
dengan satu variabel tergantung, dapat dilakukan dengan melakukan uji regresi
berganda (multiple regression).
Data yang diperoleh akan diolah dengan analisa statistik dengan
menggunakan program SPSS version 15.0 for Windows. Data diolah dengan menghubungkan skor total masing-masing skor total inventori kepribadian, yaitu Neuroticism, Extraversion, Opennes, Agreeableness, dan Conscientiousness dengan
skor total skala pembelian impulsif . Analisa data dilakukan dengan perintah regression, sehingga nantinya akan diperoleh persamaan regresi:
Y= a +b1X1+b2X2+b3X3+b4X4+ b5X5 Dengan:
Y = variabel tergantung (Pembelian impulsif)
X = variabel bebas (Dimensi Big Five Personality) a = nilai konstanta
b = koefisien arah regresi
Data yang akan diolah harus melalui uji asumsi terlebiih dahulu. Uji asumsi pada metode korelasional terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, dan autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat distribusi variabel bebas dan variabel
tergantung dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan program SPSS versi 15.0 for windows. Data tersebut dapat dikatakan memiliki sebaran normal