UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
ANALISIS RASIO KEUANGAN PADA PT. MOPOLI RAYA MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
SEPTIAN ABDI PRATAMA 122101004
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur peneliti ucapkan atas kehadirat Allah SWT serta selawat
beriring salam peneliti panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW, karena berkat serta
hidayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis
Rasio Keuangan Pada PT. Mopoli Raya Medan” ini dengan sebaik-baiknya. Tugas akhir ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
pada program Diploma III Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan tugas akhir ini, peneliti telah banyak menerima dukungan
berupa moril dan materil. Dengan segala kerendahan hati peneliti ingin
menyampaikan terimakasih kepada :
1. Kedua orangtua tercinta Ayahanda M. Syukur dan almarhumah Ibunda
Musyarofah, dengan segala usaha dan kasih sayang yang telah diberikan kepada peneliti dalam melaksanakan kuliah hingga menyelesaikan program diploma ini.
2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi D-III Manajemen
Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan pengetahuan dan juga
5. Untuk adik tercinta almarhum Ferdi Dwi Prastiawan dan adik-adik sepupu,
peneliti ucapkan terimakasih karena telah mendukung peneliti selama kuliah
hingga menyelesaikan program Diploma ini.
6. Untuk seluruh keluarga karena telah memberikan bantuan dukungan baik moril
maupun materil.
7. Buat teman-teman dekat yang berada di Medan dan yang berada di Banda Aceh
terimakasih untuk dukungan dan semangat yang selalu kalian berikan.
Peneliti telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan Tugas Akhir
ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran untuk membangun
kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhirnya, peneliti berharap agar Tugas Akhir ini
dapat memberikan manfaat bagi saya dan kita semua.
Medan, 23 Juni 2015 Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 2
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian... 3
BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. Mopoli Raya ... 4
B. Struktur Organisasi ... 6
C. Uraian Pekerjaan ... 9
D. Kinerja Terkini ... 18
BAB III PEMBAHASAN A. Analisis Rasio Likuiditas ... 19
B. Analisis Rasio Leverage ... 25
C. Analisis Rasio Profitabilitas ... 30
D. Analisis Rasio Aktivitas ... 36
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 40
B. Saran ... 42
DAFTAR PUSTAKA... 44
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
Tabel 3.1 Current Ratio PT. Mopoli Raya ... 20
Tabel 3.2 Quick Ratio PT. Mopoli Raya ... 22
Tabel 3.3 Cash RatioPT. Mopoli Raya ... 24
Tabel 3.4 Total Debt to AssetRatio PT. Mopoli Raya... 27
Tabel 3.5 Total Debt to Equity Ratio PT. Mopoli Raya... 29
Tabel 3.6 Net Profit Margin PT. Mopoli Raya ... 31
Tabel 3.7 Gross Profit Margin PT. Mopoli Raya ... 33
Tabel 3.8 Operating Profit Margin PT. Mopoli Raya ... 34
Tabel 3.9 Total Assets Turnover PT. Mopoli Raya ... 37
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang menyediakan
barang dan jasa bagi masyarakat. Setiap perusahaan yang didirikan dalam bentuk
perusahaan dagang, jasa dan industri baik skala besar maupun kecil, mempunyai
tujuan untuk mendapatkan keuntungan (profit) yang sebesar-besarnya serta
terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan sampai masa yang akan datang.
Untuk mengetahui kekayaan atau kondisi keuangan perusahaan yang
bersangkut-an, dapat dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan.
Laporan keuangan perusahaan umumnya terdiri dari laporan neraca dan
laporan rugi-laba. Laporan neraca menggambarkan kondisi dari suatu perusahaan
pada tanggal tertentu, umumnya pada akhir tahun saat penutupan buku.
Sedangkan laporan laba rugi memperlihatkan hasil yang diperoleh dari penjualan
barang atau jasa dan ongkos-ongkos yang timbul dalam proses pencapaian hasil
tersebut. Laporan ini juga memperlihatkan adanya pendapatan bersih atau
kerugian bersih sebagai hasil dari operasi perusahaan selama periode tertentu.
Namun untuk menilai operasi perusahaan apakah efisien dan efektif dalam
mempergunakan sumber-sumber dananya, diperlukan analisis dan evaluasi
terhadap laporan keuangannya.
Analisis keuangan melibatkan penilaian terhadap keuangan di masa lalu,
sekarang dan yang akan datang. Penilaian tersebut dimaksudkan untuk
menemukan kelemahan-kelemahan yang terjadi di dalam keuangan perusahaan
tersebut dapat diperbaiki, kemudian hasil-hasil yang dipandang sudah cukup baik
di waktu yang lalu harus dipertahankan untuk waktu yang akan datang.
Dalam menganalisis data keuangan tersebut perlu adanya ukuran tertentu
dan ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan ialah rasio keuangan.
Rasio keuangan adalah alat yang digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan
dan kinerja perusahaan. Kegiatan analisis ini dapat menggali dan mengungkapkan
berbagai hal yang belum diketahui secara rinci dalam laporan keuangan biasa.
Hasil analisis ini dapat memberikan informasi dengan tujuan menggambarkan,
menyimpulkan, evaluasi, dan prediksi keadaan ekonomi perusahaan.
Untuk menganalisis dan mengevaluasi laporan keuangan tersebut, dapat
digunakan Analisis Rasio Keuangan. Dengan menggunakan analisis rasio
keuangan, dapat diketahui tingkat likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas
dari suatu perusahaan.
Melihat pentingnya analisis rasio keuangan sebagaimana yang telah
diuraikan diatas dan untuk mengetahui sejauh mana kinerja perusahaan selama
ini, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian terhadap PT. Mopoli Raya dan
menuliskannya dalam Tugas Akhir ini dengan judul “Analisis Rasio Keuangan
Pada PT. Mopoli Raya”
B. Perumusan Masalah
Dalam menulis Tugas Akhir ini, peneliti membatasi ruang lingkup yang
menjadi pokok permasalahan yang akan dibahas. Adapun yang menjadi
perumusan masalah sehubungan dengan analisis rasio keuangan perusahaan yang
Raya dilihat dari Rasio Likuiditas, Rasio Leverage, Rasio Aktivitas, dan Rasio
Profitabilitas pada periode 2011 sampai dengan 2014?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
kondisi dan kinerja keuangan pada PT. Mopoli Raya yang dilihat dari rasio
likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas pada periode
2011 sampai dengan 2014.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Sebagai pengembangan kemampuan pola pikir peneliti dengan cara
mengimplementasikan teori-teori manajemen keuangan, khususnya mengenai
penilaian kondisi, dan kinerja keuangan dengan menggunakan rasio
keuangan.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan untuk memperbaiki
dan meningkatkan kondisi dan kinerja keuangan PT. Mopoli Raya di masa
mendatang.
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai masukan serta bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat PT. Mopoli Raya
PT. Mopoli Raya merupakan salah satu perusahaan swasta yang bergerak
dibidang perkebunan kelapa sawit dan pengolahannya. PT. Mopoli Raya didirikan
pada tanggal 17 Desember 1980 atas 3 (tiga) pendiri utama, yaitu:
1. H. A. Basyah Ibrahim (Alm)
2. H. Muhammad Sati (Alm)
3. Mustafa Sulaiman (Alm)
Sejak pendiriannya, PT. Mopoli Raya terus berkembang dan berkembang.
Hal ini dapat dilihat dari areal perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh PT.
Mopoli Raya dan anak-anak perusahaannya yang semakin luas. Areal perkebunan
kelapa sawit yang dimiliki oleh PT. Mopoli Raya dan anak-anak perusahaannya
tersebar di 2 (dua) Provinsi yaitu di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tepatnya
di kabupaten Aceh Timur, Aceh Barat, dan Aceh Selatan serta di Provinsi
Sumatera Utara tepatnya di Kabupaten Langkat. Luas perkebunan kelapa sawit
yang dimiliki oleh PT. Mopoli Raya dan anak-anak perusahaanya di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam seluas 6.678,76 Ha dan di Provinsi Sumatera Utara
seluas 3.053,57 Ha. Areal tersebut bernaung di bawah beberapa perusahaan yang
tergabung dalam group usaha PT. Mopoli Raya.
Adapun perusahaan-perusahaan yang mengelola perkebunan kelapa sawit
dan berada dibawah koordinasi PT. Mopoli Raya antara lain:
1. PT. Sulaiman Saleh, yang mengelola perkebunan Damar Condong.
3. PT. Mazdah, yang mengelola perkebunan Serang Jaya.
4. PT. Surya Mata Ie, yang mengelola perkebunan Upah.
5. PT. Sumber Asih, yang mengelola perkebunan Biara dan Paya Rambe.
6. PT. Tenggulon Raya, yang mengelola perkebunan Tenggulon.
7. PT. Darma Agung, yang mengelola perkebunan Mopoli.
8. PT. Puga Raya, yang mengelola perkebunan Sawit Rambe.
9. PT. Aloer Timur, yang mengelola perkebunan Aloer The.
10. PT. Gading Bhakti, yang mengelola perkebunan Alue Kuyun.
11. PT. Watu Gede Utama, yang mengelola kebun Kreung Semayam.
Apa yang telah dicapai oleh PT. Mopoli Raya sebenarnya merupakan
kerjasama dari banyak pihak terutama dengan pemerintah melalui program
rehabilitasi PBSN dengan penyaluran kredit investasi Bank Indonesia melalui
Bank Ekspor Impor, yang telah banyak membantu dalam proses pendirian pabrik
kelapa sawit perusahaan ini.
Dengan adanya kredit Free Financing (jenis kredit modal kerja yang
diberikan kepada pemilik perusahaan) dari Bank Exim sebelum kredit investasi
keluar, maka pada bulan April 1984 mulai dilaksanakan persiapan-persiapan
pelaksanaan dan pengaturan pelaksanaan pembangunan pabrik kelapa sawit. Pada
tanggal 26 Agustus 1985 dimulai secara resmi pembangunan pabrik kelapa sawit
ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Bapak Gubernur Daerah Istimewa
Aceh pada saat itu dan disaksikan oleh pihak-pihak yang terkait.
Pabrik pengolahan kelapa sawit PT. Mopoli Raya terletak di desa Gedong
Biara Kec. Seruway Kabupaten Aceh Timur Provinsi Nanggroe Aceh
di daerah berbukit dengan ketinggian antara 20-55m diatas permukaan laut,
karena pabrik kelapa sawit tersebut terletak di desa Gedong Biara, maka pabrik
kelapa sawit PT. Mopoli Raya ini sering disebut pabrik kelapa sawit Gedong
Biara. Pabrik yang berlokasi di Blok 53 perkebunan Gedong Biara Kuala Simpang
ini berkapasitas awal 30 ton TBS per jam. Pada tahun 1991 kapasitas pabrik
kelapa sawit tersebut diperluas sehingga menjadi 60 ton TBS per jam, suatu
kapasitas yang cukup untuk dapat menampung hasil produksi sampai dengan
9.985 Ha areal kelapa sawit.
Pabrik kelapa sawit merupakan tempat pengolahan Tandan Buah Segar
(TBS) untuk mendapatkan minyak sawit dan hasil-hasil produksi seperti bahan
bakar boiler dan pupuk. Kedua hasil terakhir dapat dikategorikan sebagai hasil
sampingan atau by product yang berguna untuk proses produksi selanjutnya.
B. Struktur Organisasi
Kunci utama untuk menciptakan sistem operasional yang baik dalam suatu
perusahaan atau suatu organisasi adalah struktur daripada organisasi tersebut.
Dengan adanya struktur organisasi maka setiap individu atau anggota dari
organisasi tersebut dapat mengetahui tentang posisinya, wewenang dan kepada
siapa ia harus bertanggung jawab. Selain itu struktur organisasi juga menjelaskan
tentang hubungan antara unit-unit terkait dalam perusahaan atau organisasi.
Struktur organisasi sebuah perusahaan sangat mungkin akan berbeda dengan
struktur organisasi pada perusahaan atau organisasi lain. Perbedaan ini muncul
karena struktur organisasi suatu perusahaan akan sangat tergantung pada kondisi
perusahaan, kebijakan-kebijakan strategis perusahaan dan tujuan perusahaan di
Dengan melihat kondisi perusahaan dan kondisi pasar yang kian
berkembang PT. Mopoli Raya menerapkan struktur organisasi garis atau staf,
dengan struktur ini akan terdapat pucuk pimpinan sebagai pemegang komando
tertinggi dan juga terdapat para manajer-manajer bagian yang bertugas
menjalankan dan mengawasi aktivitas di setiap bagian yang menjadi
wewenangnya. Para manajer ini juga diharapkan bisa memberikan masukan dan
nasehat kepada pihak yang berada di atasnya atau pihak yang menjadi
bawahannya yang bertujuan untuk menjalankan roda bisnis perusahaan secara
baik. Adapun struktur organisasi yang diterapkan pada PT. Mopoli Raya dapat
RUPS
Hanif Soekasman Darma Sucipto Suwandi Fauzi Yusuf
Direktur SDM dan Umum Direktur Komersil
Dir Produksi dan Pengembangan
Sumber : PT. Mopoli Raya (2015)
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Mopoli Raya C. Uraian Pekerjaan
a) Dewan Komisaris
Tugas Dewan Komisaris:
1. Mengawasi jalannya pengurusan oleh Direksi, untuk itu Anggota Dewan
bangunan dan pekarangan Perseroan, memeriksa buku, memeriksa
persediaan, memeriksa uang kas dan surat berharga lainnya serta
mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Direksi.
2. Mengadakan rapat umum tahunan dan rapat umum luar biasa para
pemegang saham.
3. Jika suatu sebab ada kekosongan salah satu jabatan direksi atau dewan
komisaris maka paling lama satu bulan setelah terjadinya kekosongan
tersebut, Dewan Komisaris berkewajiban mengundang para pemegang
saham dan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) untuk
memutuskan siapa yang akan mengisi kekosongan tersebut.
4. Memberikan persetujuan terhadap hal-hal sebagai berikut:
a. Pembagian tugas antara para anggota direksi.
b. Rencana perseroan sebagai penanggung jawab.
c. Membeli, menjual, memberatkan atau dengan cara lain mendapatkan
atau melepaskan hak atas barang tidak bergerak/harta tetap perusahaan
dan surat ijin/lisensinya.
d. Menggadaikan barang-barang tak bergerak yang merupakan milik
Perseroan.
5. Memberikan pengesahan atas RAPB tahunan.
6. Memberikan pengesahan dalam Rapat Umum Pemegang Saham atas
neraca dan perhitungan laba/rugi tahunan yang merupakan laporan
pertanggung jawaban Direksi.
b) Biro Komisaris
Membantu Dewan Komisaris dalam melaksanakan tugas-tugas
pengawasannya di Perseroan. Biro komisaris dipimpin oleh Kepala Biro
Komisaris.
Kepala Biro Komisaris
Tugas Kepala Biro Komisaris:
1. Membuat pembagian tugas para anggota Biro Komisaris.
2. Bersama-sama anggota menyusun usulan anggaran tahunan Biro
Komisaris.
3. Mengevaluasi apakah kinerja perusahaan telah sesuai dengan rencana, baik
fisik/keuangan maupun prosedurnya.
4. Bertanggung jawab atas keselamatan harta perusahaan dan arsip-arsip
yang ada pada Biro Komisaris.
5. Memberikan laporan kepada Dewan Komisaris tentang perkembangan
perusahaan berdasarkan hasil evaluasi.
6. Menampung masukan-masukan dari bawahan.
7. Menunjukkan salah satu anggota Biro Komisaris sebagai pejabat Kepala
Biro berdasarkan persetujuan Komisaris, apabila kepala Biro berhalangan
dalam waktu yang relatif lama atau menjalani cuti.
c) Direktur Utama
Tugas Direktur Utama:
1. Mewakili Perseroan di dalam dan di luar pengadilan.
2. Mempertanggung jawabkan tugasnya kepada Dewan Komisaris dan Rapat
3. Mengkoordinir anggota Direksi lainnya untuk mencapai tujuan perusahaan
seperti yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Perusahaan
yang telah disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
d) Internal Audit
Tugas Internal Audit:
1. Menyusun rencana kerja dan langkah-langkah pemeriksaan yang akan
menjadi pedoman bagi para audit.
2. Menyusun pembagian tugas para auditor dalam melaksanaan tugas-tugas
pemeriksaan.
3. Memonitor penyimpangan-penyimpangan yang terjadi terhadap anggaran.
4. Mengevaluasi usulan tentang penyempurnaan sistem prosedur yang ada.
e) Direktur Produksi dan Pengembangan
Tugas Direktur Produksi dan Pengembangan:
1. Mengkoordinir jajaran yang berada di bawahnya sesuai dengan struktur
organisasi yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien.
2. Menjalankan segala tindakan dengan cara memanfaatkan secara optimal
semua sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan produktifitas
dengan memperhatikan kelangsungan jangka panjang perusahaan.
3. Melaksanakan manajemen tanaman dan pengolahan yang baik, tertib, dan
teratur serta berkesinambungan.
4. Membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama Perseroan
dalam memimpin perusahaan sesuai dengan bidangnya.
f) Direktur SDM dan Umum
1. Merencanakan, mengembangkan dan mengimplementasikan strategi di
bidang pengelolaan dan pengembangan SDM (termasuk perekrutan dan
pemilihan kebijakan, disiplin, keluhan, konseling, upah dan
persyaratannya, kontrak-kontrak, pelatihan dan pengembangan,
perencanaan sukses, moril dan motivasi, kultur dan pengembangan sikap
dan moral kerja, manajemen penimbangan prestasi dan hal seputar
manajemen mutu, dan lain-lain (ditambahkan selama masih relevan).
2. Menetapkan dan memelihara sistem yang sesuai untuk mengukur aspek
penting dari pengembangan HR.
3. Memonitor, mengukur dan melaporkan tentang permasalahan, peluang,
rencana pengembangan yang berhubungan dengan SDM dan
pencapaiannya dalam skala waktu dan bentuk/format yang sudah
disepakati.
4. Mengatur dan mengembangkan staf langsung (yang melakukan direct
report kepadanya).
5. Mengelola dan mengendalikan pembelanjaan SDM per departemen sesuai
anggaran-anggaran yang disetujui.
6. Bertindak sebagai penghubung dengan para manajer functional/manajer
departmen yang lain agar memahami semua aspek-aspek penting dalam
pengembangan SDM, dan untuk memastikan mereka telah mendapatkan
informasi yang tepat dan mencukupi tentang sasaran, tujuan, dan
7. Memelihara kesadaran dan pengetahuan tentang teori pengembangan HR
yang sesuai zaman dan metode-metode dan menyediakan penafsiran yang
pantas untuk para direktur, para manajer dan staf di dalam organisasi.
8. Berperan untuk evaluasi dan pengembangan strategi pengelolaan SDM
dan kinerja dalam pengimplementasian strategi tersebut, dengan bekerja
sama dengan tim eksekutif.
9. Memastikan setiap aktivitas mempunyai benang merah serta
terintegrasikan dengan persyaratan-persyaratan organisasi (organizational
requirements) untuk bidang-bidang manajemen mutu, kesehatan dan
keselamatan kerja, syarat-syarat hukum, kebijakan-kebijakan dan tugas
umum kepedulian lingkungan.
g) Direktur Komersial
Tugas Direktur Komersial:
1. Mengkoordinir jajaran yang berada di bawahnya sesuai dengan struktur
organisasi yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan secara efisien.
2. Menjalankan segala tindakan dengan cara memanfaatkan secara optimal
semua sumber daya yang tersedia untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan dengan cara yang sesuai dengan peraturan-peraturan
perusahaan yang berlaku.
3. Melaksanakan manajemen keuangan.
4. Mengadakan koordinasi dengan Direktur Produksi mengenai administrasi
kepegawaian, keuangan, dan pengadaan pada unit/bagian yang berada di
5. Membantu dan bertanggung jawab kepada Direktur Utama Perseroan
dalam memimpin perusahaan sesuai dengan bidangnya.
h) Bagian Keuangan dan Akuntansi
Tugas Bagian Keuangan dan Akuntansi:
1. Membuat rencana penjualan bulanan berdasarkan rencana pabrik dan
kebun.
2. Menjamin kelancaran pemasaran komoditi-komoditi yang dihasilkan
perusahaan dengan harga yang maksimal.
3. Membuat laporan penjualan dan laporan realisasi pembelian secara
bulanan untuk diserahkan kepada atasan dan bagian-bagian yang
memerlukannya.
i) Bagian Pemasaran dan Pengadaan
Tugas Bagian Pemasaran dan Pengadaan:
1. Memastikan seluruh proses penjualan produk sesuai dengan prosedur.
2. Memastikan kualitas produk barang yang akan dijual.
3. Merencanakan penjualan produk bulanan (CPO, inti & karet)
4. Memastikan seluruh proses pengadaan barang dan jasa sesuai dengan
prosedur.
5. Memastikan kualitas pengadaan barang dan jasa sesuai dengan spesifikasi
yang diminta unit kerja.
6. Memastikan tersedianya supplier/rekanan yang terkini.
7. Memastikan tersedianya data harga barang dan jasa.
8. Melakukan survey harga dari semua supplier yang ada dan melaksanakan
j) Bagian SDM dan Umum
Tugas Bagian SDM dan Umum:
1. Mengkoordinasikan perumusan perencanaan dan pemberdayaan pegawai
(man power planning), sesuai kebutuhan Perusahaan.
2. Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan, penempatan
dan pengembangan pegawai.
3. Mengkoordinasikan perumusan sistem dan kebijakan imbal jasa pegawai
dengan mempertimbangkan internal/external equity.
4. Bersama manajemen merumuskan pola pengembangan
organisasi perusahaan.
5. Menyelenggarakan sistem informasi SDM dalam suatu data kepegawaian.
6. Tersusunnya kebijakan perencanaan, pengorganisasian dan administrasi
program Pendidikan dan Latihan (Diklat).
7. Tersusunnya program penelusuran bakat dan pembinaan
kepribadian pegawai.
8. Tersedianya kajian dan evaluasi terhadap efektifitas program
dan kontribusi peraturan bagi perkembangan perusahaan.
9. Menindak lanjuti hasil penilaian kinerja seluruh Pegawai.
10.Dilaksanakannya pengembangan yang berkelanjutan terhadap
sasaran mutu Unit Kerja dan Prosedur Mutu Unit Kerja yang mengacu
kepada Kebijakan Mutu Perusahaan yang telah ditetapkan.
k) Bagian Tanaman
Tugas Bagian Tanaman:
2. Memonitor penerimaan dan pendistribusian laporan-laporan kebun dan
proyek perkebunan.
3. Mengatur pelaksanaan survey dan pemetaan tanah apabila ada rencana
pembukuan lahan baru.
4. Membuat perencanaan tentang pengendalian serangan hama dan penyakit.
5. Membuat perencanaan tentang pemupukan tahunan berdasarkan hasil
analisis daun dari tanah.
6. Membuat perencanaan estimasi produksi dan pembangunan tanaman baru
(perluasan, peremajaan, dan konversi).
7. Membantu Direktur Produksi dalam memonitor pelaksanaan proyek
perkebunan milik perusahaan.
l) Bagian Pengolahan dan Teknik
Tugas Bagian Pengolahan dan Teknik:
1. Memastikan PKS beroperasi pada kapasitas optimal, rendemen maksimal
dan losses yang minimal.
2. Melakukan perencanaan dalam proses pengolahan untuk untuk
memperoleh kinerja kapasitas optimal, rendemen maksimal dan losses
yang minimal.
3. Melakukan sortasi buah kebun sendiri maupun pihak ketiga sesuai dengan
standar mutu buah yang telah ditentukan.
4. Menjaga kebersihan lingkungan pabrik sesuai dengan persyaratan
lingkungan yang telah ditetapkan.
5. Melakukan pengolahan limbah sesuai dengan prosedur yang telah
6. Melakukan pemeliharaan dan perawatan mesin pabrik dan bangunan
pabrik agar pabrik dapat beroperasi secara efektif dan efisien.
m) Bagian Sekretaris Perusahaan
Tugas Bagian Sekretaris Perusahaan:
1. Membuat usulan mengenai standar penomoran dan bentuk surat-surat yang
akan diterapkan.
2. Membuat/mengetik surat-surat keluar Direksi dan membuat registrasinya.
3. Mengetik SK & SE Direksi, membuat registrasinya dan
mendistribusikannya.
4. Menerima/membuat registrasi surat-surat masuk dan mendistribusikannya.
5. Memberikan masukan-masukan tentang penyempurnaan surat menyurat
perusahaan.
6. Membuat jadwal rapat direksi berdasarkan waktu yang telah ditetapkan.
7. Mengurus kebutuhan alat-alat kantor atau perlengkapan kerja Direksi.
D. Kinerja Terkini
Kinerja usaha pada dasarnya merupakan tolak ukur dalam menilai suatu
perusahaan baik atau tidak. Kinerja usaha dapat dilihat dari banyak faktor dan
tergantung dari sudut pandang pihak yang melakukan penilaian.
PT. Mopoli Raya merupakan suatu perusahaan yang bergerak dibidang
pengelohan kelapa sawit dan karet. PT. Mopoli Raya memiliki pabrik pengolahan
kelapa sawit yang berfungsi untuk mengolah Tandan Buah Segar (TBS) kelapa
sawit menjadi Crued Palm Oil (CPO) dan Inti Kelapa Sawit (IKS) yang menjadi
PT. Mopoli Raya tidak memiliki perkebunan kelapa sawit, oleh sebab itu
Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit didapat dengan cara membeli dari anak
perusahaan PT. Mopoli Raya. Setelah TBS diperoleh lalu diolah menjadi CPO
dan IKS yang selanjutnya dijual kepada pihak ketiga.
Selain pengolahan kelapa sawit, PT. Mopoli Raya juga menjalankan usaha
pengolahan karet. Getah karet diperoleh dengan membeli dari anak perusahaan
yaitu, PT. Mazdah. Setelah itu getah karet diolah untuk dijual kepada pihak
ketiga.
Dalam hal ini PT. Mopoli Raya yang merupakan perusahaan dagang,
dimana lahannya membeli bahan mentah dari pemasok yang merupakan anak
perusahaannya, lalu diolah untuk dijual kepada pihak ketiga.
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis Rasio Likuiditas
Manahan (2004:35), menyatakan bahwa “Rasio likuiditas merupakan rasio
yang menunjukkan tingkat kemudahan relatif suatu aktiva untuk segera
dikonversikan ke dalam kas dengan sedikit atau tanpa penurunan nilai serta
tingkat kepastian tentang jumlah kas yang dapat diperoleh. Menentukan tingkat
likuiditas korporasi dipergunakan rasio likuiditas, antara lain: Current Ratio,
Quick Ratio dan Absolute Liquidity Ratio”.
Menurut Syahyunan (2013:92), “Rasio likuiditas merupakan rasio yang
digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya secara tepat waktu. Rasio yang biasa untuk digunakan untuk
mengukur likuiditas, yaitu Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, dan Net
Working Capital”.
Menurut Sitanggang (2012:21), “Likuiditas merupakan ukuran kinerja
perusahaan dalam kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan
yang segera harus dilunasi yaitu kewajiban keuangan yang jatuh temponya sampai
dengan 1 tahun. Ada tiga ukuran yang digunakan dalam mengukur likuiditas
perusahaan, yaitu Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio”.
Untuk mengukur likuiditas dari perusahaan PT. Mopoli akan digunakan
1. Current Ratio
Digunakan untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Rasio
ini dihitung dengan menggunakan rumus:
Current Ratio = 10000
menunjukkan posisi keuangan perusahaan likuid karena aktiva lancar mampu
untuk menutup hutang lancarnya.
Pada tahun 2012, current ratio perusahaan tersebut menunjukkan 104,1%
artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp.
1,04. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, tahun 2012 mengalami penurunan
rasio sebesar 5,8%. Adapun penyebab dari turunnya rasio dikarenakan penurunan
piutang usaha sebesar Rp. 1.733.922.320 atau 30,7%, piutang lain-lain sebesar
Rp. 1.449.765.315 atau 47,5%, uang dibayar dimuka sebesar Rp. 65.500.450 atau
29,1%, biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 631.260.311 atau 84,6%, pada tahun
Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar Rasio (%)
2011 201.080.706.372 182.862.886.733 109,9
2012 223.354.467.626 214.437.095.064 104,1
2013 254.914.114.875 258.238.586.263 98,7
2014 75.209.800.547 117.373.888.475 64,0
2012 tidak ada. Pada tahun 2012 jumlah aktiva lancar sebesar Rp.
223.354.467.626 mengalami kenaikan dari tahun 2011 sebesar Rp.
22.273.761.254. Jadi, walaupun rasio mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya namun kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang lancarnya
masih berjalan dengan baik.
Pada tahun 2013, current ratio perusahaan tersebut menunjukkan 98,7%
artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp.
0,98. Hal ini menunjukkan keuangan perusahaan tidak likuid, dikarenakan aktiva
lancar tidak mampu menutupi hutang lancar yang ada. Bila dibandingkan dengan
tahun 2012, tahun 2013 mengalami penurunan rasio sebesar 5,4%. Adapun
penyebab dari penurunan rasio ini dikarenakan adanya penurunan kas dan setara
kas sebesar Rp. 6.696.457.166 atau 26,7%, persediaan sebesar Rp.
10.649.757.970 atau 49,1%, biaya dibayar dimuka sebesar Rp. 58.585.250 atau
51,2%, pada tahun 2012 terdapatnya piutang usaha sebesar Rp. 3.903.001.250
namun pada tahun 2013 tidak ada. Dilihat rasio yang terjadi pada tahun 2013
terjadi penurunan sebesar 5,4%, dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi hutang lancarnya tidak berjalan dengan baik, karena aktiva lancar tidak
mampu menutupi hutang lancar.
Pada tahun 2014, current ratio perusahaan tersebut menunjukkan 64%,
artinya setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp.
0,64. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami penurunan
rasio sebesar 34,6%. Penyebab dari penurunan rasio ini dikarenakan adanya
penurunan persediaan sebesar Rp. 551.133.497 atau 5%, uang dibayar dimuka Rp.
Rp. 1.049.353.096 dan piutang pihak berelasi sebesar Rp. 219.317.583.482,
namun pada tahun 2014 tidak ada. Dilihat rasio yang terjadi pada tahun 2014
terjadi penurunan sebesar 34,6% dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi hutang lancarnya tidak berjalan dengan baik, karena aktiva lancar tidak
mampu menutupi hutang lancar.
Current ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 terus mengalami
penurunan dari tahun ketahun, dan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi hutang lancarnya belum dapat dikatakan berjalan dengan baik,
meskipun tahun 2011-2012 aktiva lancar dapat menutupi hutang lancar.
2. Quick ratio
Perbandingan aktiva lancar dikurangi persediaan dengan hutang lancar.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
dengan tidak memperhitungkan persediaan. Suatu perusahaan dikatakan likuid
menurut ukuran quick ratio apabila total jumlah uang kas, bank, cek, wesel tagih
dan piutang adalah sama atau lebih besar dari total hutang lancar. Dengan
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Tabel 3.2
Quick Ratio
PT. Mopoli Raya Tahun 2011-2014
Tahun Aktiva Lancar - Persediaan Hutang Lancar Rasio (%)
2011 191.455.167.996 182.862.886.733 104
2012 201.693.443.983 214.437.095.064 94
2013 245.314.499.214 258.238.586.263 95
Pada tahun 2011 quick ratio perusahaan 104%, artinya setiap Rp. 1,00
hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar dikurangi persediaan Rp. 1,04. Hal ini
menunjukkan bahwa aktiva lancar walau dikurangi persediaan, perusahaan tetap
mampu menutupi hutang lancar.
Pada tahun 2012 quick ratio perusahaan menunjukkan 94% artinya setiap
Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,94 dari aktiva lancar - persediaan.
Bila dibandingkan dengan tahun 2011, tahun 2012 mengalami penurunan rasio
sebesar 10%. Dengan penurunan piutang usaha sebesar Rp. 1.733.922.320,
meningkatnya jumlah persediaan sebesar Rp. 12.035.485.267 atau 55%, sehingga
aktiva lancar dikurang persediaan tidak mampu menutup hutang lancar. Dilihat
dari analisis quick ratio tahun 2012, kemampuan perusahaan dalam menutupi
hutang lancar tidak berjalan dengan baik.
Pada tahun 2013 quick ratio perusahaan menunjukkan 95% artinya setiap
Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,95 dari aktiva lancar - persediaan.
Bila dibandingkan dengan tahun 2012, tahun 2013 mengalami kenaikan rasio
sebesar 1%. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan piutang sebesar Rp.
48.451.391.110, dan hutang lancar pun naik sebesar Rp. 29.314.088.189.
Meskipun quick ratio meningkat, akan tetapi perusahaan belum mampu menutupi
hutang lancarnya.
Pada tahun 2014 quick ratio perusahaan menunjukkan 55% artinya setiap
Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,55 dari aktiva lancar - persediaan.
Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami penurunan rasio
sebesar 40%. Hal ini disebabkan menurunnya jumlah aktiva lancar – persediaan
Rp. 140.864.697.788. Dari penghitungan quick ratio di tahun 2014, dapat dilihat
bahwa perusahaan masih belum mampu dalam menutupi hutang lancarnya.
Quick ratio PT. Mopoli Raya tahun 2011 menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya berjalan baik. Akan tetapi, pada
tahun selanjutnya terus mengalami penurunan rasio. Pada tahun 2012 hingga 2014
perusahaan tidak berjalan dengan baik, dikarenakan belum mampu menutupi
hutang lancarnya.
3. Cash Ratio
Untuk menghitung kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar
dengan kas yang tersedia dan surat berharga (efek) yang segera dapat diuangkan.
Dengan menggunakan rumus:
2011 23.386.094.783 182.862.886.733 12,8
2012 25.053.513.029 214.437.095.064 11,7
2013 18.357.055.863 258.238.586.263 7,1
2014 24.587.083.197 117.373.888.475 20,9
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Pada tahun 2011, cash ratio perusahaan menunjukkan 12,8% yang artinya
setiap Rp. 1,00 hutang lancar dijamin dengan kas Rp. 0,12. Hal ini menunjukkan
kas perusahaan belum mampu untuk menutup hutang lancar.
Pada tahun 2012, cash ratio perusahaan sebesar 11,7%, artinya setiap Rp.
1,00 hutang lancar dijamin dengan kas Rp. 0,11. Bila dibandingkan dengan tahun
sebesar Rp. 1.667.418.246 atau 6%, dan kenaikan juga terjadi pada hutang lancar
sebesar Rp. 31.574.208.331 atau 14,7%. Meskipun kas meningkat, hutang lancar
juga sangat meningkat. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa kas perusahaan
masih belum mampu untuk menutup hutang lancar.
Pada tahun 2013 cash ratio perusahaan sebesar 7,1%, artinya setiap Rp.
1,00 hutang lancar dijamin dengan kas sebesar Rp. 0,07. Bila dibandingkan
dengan tahun 2012, tahun 2013 mengalami penurunan rasio 4,6%. Hal ini
disebabkan karena menurunnya kas sebesar Rp. 6.696.457.166 atau 27%, dan
meningkatnya hutang lancar sebesar Rp. 43.801.491.199 atau 16,9%. Hal ini
menunjukkan bahwa kas perusahaan masih belum mampu untuk menutup hutang
lancar.
Pada tahun 2014 cash ratio perusahaan sebesar 20,9%, artinya setiap Rp.
1,00 hutang lancar dijamin dengan kas sebesar Rp. 0,20. Bila dibandingkan
dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami kenaikan rasio 13,8%. Hal ini
disebabkan karena adanya kenaikan kas sebesar Rp. 6.230.027.334 atau 25,3%,
dan menurunnya hutang lancar sebesar Rp. 140.864.697.788 atau 54,5%.
Meskipun mengalami peningkatan, akan tetapi kas perusahaan masih belum
mampu untuk menutup hutang lancar.
Cash ratio PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 mengalami penurunan dan
juga peningkatan, namun dari jumlah masing-masing rasio per tahun belum
mampu menutup hutang lancarnya.
B. Analisis Rasio Leverage
Menurut Harahap (2006:303), “Rasio leverage ialah rasio yang
dengan aktiva yang dimilikinya jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Adapun
rasio-rasio yang tergabung dalam rasio solvabilitas adalah Debt to Equity Ratio,
Total Assets to Total Debt Ratio, Total Net Worth to Total Debt Ratio, dan Total
Debt to Total Assets Ratio”.
Menurut Syahyunan (2013:92), “Beberapa pihak lebih suka dengan istilah
solvabilitas atau gearing. Rasio leverage digunakan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan
kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan
mendanai kegiatan usahanya apakah lebih banyak menggunakan hutang atau
ekuitas. Rasio leverage yang umumnya dipakai antara lain adalah Debt Ratio,
Debt to Equity Ratio, Time Interest Earned Ratio, Fixed Charge Coverage Ratio,
dan Debt Service Coverage”.
Menurut Sitanggang (2012:25), “Rasio leverage merupakan ukuran
seberapa besar perusahaan dibiayai dari unsur hutang, dan seberapa besar
kemampuan perusahaan dari hasil operasi perusahaan untuk melunasi beban
pembayaran bunga dan pokok pinjaman tersebut. Untuk menentukannya
umumnya memakai Debt To Total Assets Ratio, Debt To Equity Ratio, dan Equity Multiplier”.
Perusahaan yang baik mestinya memiliki komposisi modal yang lebih besar
dari hutang. Rasio ini biasa dianggap sebagai bagian dari rasio solvabilitas. Untuk
mengukur leverage dari perusahaan PT. Mopoli akan digunakan perhitungan Debt
1. Debt To Asset Ratio
Rasio hutang atas aktiva (Debt To Asset Ratio) merupakan perbandingan
total hutang dengan total aktiva. Rasio ini digunakan untuk mengukur jumlah
aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal sendiri. Hutang tersebut
mencakup baik kewajiban lancar maupun kewajiban jangka panjang. Rasio ini
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Debt To Asset Ratio =
Total Debt to Asset Ratio
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Total Hutang Total Aktiva Rasio (%)
2011 182.862.886.733 400.848.727.374 46
2012 214.437.095.064 438.131.279.028 49
2013 258.238.586.263 499.005.014.466 52
2014 117.373.888.475 626.689.240.730 19
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa total debt to total assets
ratio pada PT. Mopoli Raya dari tahun 2011 sampai dengan 2013 mengalami
peningkatan rasio, namun terjadi penurunan pada tahun 2014. Pada tahun 2011
rasio menunjukkan 46%, artinya bahwa setiap Rp. 0,46 hutang perusahaan
dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
sangat solvabel karena dapat menutup hutang dengan aset yang dimilikinya.
Rasio tahun 2012 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 sebesar
3%, artinya bahwa setiap Rp. 0,49 hutang perusahaan dijamin oleh Rp. 1,00 aset
perusahaan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya total hutang sebesar Rp.
31.574.208.331 atau 17,2% dan meningkatnya total aktiva sebesar Rp.
Pada tahun 2013 total debt to total assets ratio sebesar 52% yang artinya
bahwa setiap Rp. 0,52 hutang perusahaan dijamin oleh Rp. 1,00 aset perusahaan.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya total hutang sebesar Rp. 43.801.491.199
atau 20,4% dan meningkatnya total aktiva sebesar Rp. 60.873.735.438 atau
13,8%.
Pada tahun 2014 mengalami penurunan dibanding dengan tahun-tahun
sebelumnya, dimana total debt to total assets ratio menjadi sebesar 19% yang
artinya bahwa setiap Rp. 0,19 hutang perusahaan dijamin oleh Rp. 1,00 aset
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan sangat solvabel. Penurunan
tersebut disebabkan oleh meningkatnya total aktiva sebesar Rp. 127.684.226.264
atau 25,5%, dan menurunnya total hutang sebesar Rp. 140.864.697.788 atau
54,4%.
Total Debt to Total Assets Ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014
menunjukkan perusahaan mampu menutup total hutang dengan aset yang
dimilikinya.
2. Debt To Equity Ratio
Debt to equity ratio merupakan rasio yang menunjukkan persentase
penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin
tinggi rasio semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh
pemegang saham.
Debt To Equity Ratio x 100%
Sendiri Modal
Total
Hutang Total
Tabel 3.5
Total Debt to Equity Ratio
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Total Hutang Total Modal Sendiri Rasio (%)
2011 182.862.886.733 198.037.776.959 92,0
2012 214.437.095.064 215.214.867.446 99,6
2013 258.238.586.263 238.866.032.724 108,0
2014 117.373.888.475 259.248.118.149 45,0
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa total debt to equity ratio
pada PT. Mopoli Raya tahun 2011 menunjukkan 92%. Ini dapat diartikan bahwa
setiap Rp. 0,92 hutang perusahaan dijamin oleh Rp. 1,00 modal perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keuangan perusahaan cukup solvabel untuk
menutup hutang dengan modal yang dimilikinya.
Pada tahun 2012 total debt to equity ratio menunjukkan 99,6%, yang artinya
bahwa setiap Rp. 0,99 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 modal perusahaan.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, rasio tahun 2012 meningkat. Hal ini
disebabkan meningkatnya total hutang sebesar Rp. 31.574.208.331 atau 15% dan
total modal sebesar Rp. 17.177.090.487 atau 8%. Meskipun meningkat,
perusahaan masih dapat menutup hutang dengan modal yang dimiliki.
Pada tahun 2013 total debt to equity ratio menunjukkan 108%, yang artinya
bahwa setiap Rp. 1,08 hutang dijamin oleh Rp. 1,00 modal perusahaan. Tahun
2013 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan
meningkatnya total hutang sebesar Rp. 43.801.491.199 atau 17% dan total modal
sebesar Rp. 23.651.165.278 atau 10%. Dari perhitungan tersebut, pada tahun 2013
Pada tahun 2014 total debt to equity ratio menunjukkan 45%, yang artinya
bahwa setiap Rp. 0,45 hutang dijamin oleh Rp 1,00 modal perusahaan. Tahun
2014 mengalami penurunan dibanding tahun 2013. Pada tahun 2013 perusahaan
menunjukkan tidak solvabel, sedangkan di tahun 2014 perusahaan kembali dapat
menutup hutang dengan modal yang dimiliki dan menunjukkan bahwa perusahaan
solvabel. Hal ini disebabkan menurunnya total hutang sebesar Rp.
140.864.697.788 atau 55% dan meningkatnya modal sebesar Rp. 20.382.085.425
atau 8%.
Total Debt to Equity Ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014,hanya
tahun 2013 yang menunjukkan perusahaan tidak solvabel, sedangkan tahun 2011,
2012, dan 2014 menunjukkan perusahaan solvabel.
C. Analisis Rasio Profitabilitas
Munawir (2002:27), “Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, yaitu dengan
melalui perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan
laba. Untuk menentukannya digunakan Net Profit Margin, Gross Profit Margin,
Operating Profit Margin, Return on Investment, dan Return on Equity”.
Menurut Manahan (2004:39), “Pengukuran tingkat profitabilitas dapat
dilakukan dengan membandingkan tingkat Return on Invesment (ROI) yang
diharapkan dengan tingkat return yang diminta para investor dalam pasar modal.
Jika return yang diharapkan lebih besar daripada return yang diminta, maka
investasi tersebut dikatakan sebagai menguntungkan. Rasio profitabilitas
tergantung dari informasi akuntansi yang diambil dari laporan keuangan. Oleh
menurut laporan rugi laba dengan nilai buku investasi. Rasio profitabilitas yang
digunakan pada umumnya adalah Net Profit Margin, Return on Invesment, dan
Return on Net Worth”.
Menurut Syahyunan (2013:92), “Rasio profitabilitas digunakan untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau seberapa
efektif pengelolaaan perusahaan oleh manajemen. Rasio profitabilitas yang sering
digunakan, yaitu Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit
Margin, Return on Invesment, dan Return on Equity”.
Untuk mengetahui rasio profitabilitas PT. Mopoli Raya digunakan
perhitungan Net Profit Margin, Gross Profit Margin, dan Operating Profit
Margin.
1. Net Profit Margin
Untuk mengukur laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan volume
penjualan. Dengan rumus:
2011 16.464.704.987 420.639.239.108 4,0
2012 20.023.687.041 396.184.703.589 5,0
2013 22.074.701.951 470.533.313.744 4,7
2014 23.402.578.196 548.176.431.404 4,2
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Pada tahun 2011 net profit margin perusahaan menunjukkan 4%, artinya
setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba bersih sesudah pajak sebesar
Pada tahun 2012 net profit margin perusahaan menunjukkan 5%, artinya
setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba bersih sesudah pajak sebesar
Rp. 0,05. Bila dibandingkan dengan tahun 2011, tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar 1%. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya kenaikan laba
bersih setelah pajak sebesar Rp. 3.558.982.054 dan penurunan penjualan sebesar
Rp. 24.454.535.519.
Pada tahun 2013 net profit margin perusahaan menunjukkan 4,7%, artinya
setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba bersih sesudah pajak sebesar
Rp. 0,04. Bila dibandingkan dengan tahun 2012, tahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 0,3%. Penurunan ini disebabkan oleh adanya kenaikan laba
bersih setelah pajak sebesar Rp. 2.051.014.910 dan kenaikan penjualan sebesar
Rp. 74.348.610.155.
Pada tahun 2014 net profit margin perusahaan menunjukkan sebesar 4,2%,
artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba bersih sesudah pajak
sebesar Rp. 0,04. Bila dibandingkan dengan tahun 2013, tahun 2014 mengalami
penurunan sebesar 0,5%. Penurunan ini disebabkan oleh adanya kenaikan laba
bersih sesudah pajak sebesar Rp. 1.327.876.245 dan kenaikan penjualan sebesar
Rp. 77.643.117.660.
Net profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan bahwa
perusahaan mampu menghasilkan laba dari penjualan, dan secara keseluruhan
rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada peningkatan pada tahun 2012.
2. Gross Profit Margin
Gross profit margin digunakan untuk mengukur efisiensi pengendalian
berproduksi secara efisien. Rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat
dicapai dari jumlah penjualan. Dengan rumus:
Gross Profit Margin =
2011 54.496.379.172 420.639.239.108 13
2012 60.424.484.427 396.184.703.589 15
2013 57.511.820.455 470.533.313.744 12
2014 60.872.141.466 548.176.431.404 11
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Pada tahun 2011, PT. Mopoli Raya memiliki gross profit margin sebesar
13%. Ini berarti dalam setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba kotor
sebesar Rp. 0,13. Pada tahun 2012, memiliki gross profit margin sebesar 15%,
yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar
Rp. 0,15. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2012 mengalami
peningkatan sebesar 2%. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah laba kotor
sebesar Rp. 5.928.105.255, dan menurunnya penjualan sebesar Rp.
24.454.535.519. Hal ini menunjukkan perusahaan dalam keadaan baik.
Pada tahun 2013, memiliki gross profit margin sebesar 12%, yang artinya
setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,12. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2013 mengalami penurunan
sebesar 3%. Hal ini disebabkan menurunnya laba kotor sebesar Rp.
2.912.663.972, dan meningkatnya penjualan sebesar Rp. 74.348.610.155. Ini
menunjukkan kondisi perusahaan dalam keadaan tidak baik, dikarenakan
Pada tahun 2014, memiliki gross profit margin sebesar 11%, yang artinya
setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba kotor sebesar Rp. 0,11. Bila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2014 mengalami penurunan
sebesar 1%. Hal ini disebabkan meningkatnya laba kotor sebesar Rp.
3.360.321.011, dan meningkatnya penjualan sebesar Rp. 77.643.117.660. Ini
menunjukkan bahwa kondisi perusahan belum mengalami peningkatan dalam
perhitungan gross profit margin, dan kondisi perusahaan belum dikatakan baik.
Gross profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan
bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba kotor dari penjualan, dan secara
keseluruhan rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada peningkatan pada
tahun 2012.
3. Operating Profit Margin
Operating profit margin atau marjin laba usaha digunakan untuk mengukur
tingkat laba operasi yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan volume
penjualan. Makin besar rasio ini berarti semakin buruk. Rasio ini dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
Operating Profit Margin =
Penjualan
2011 23.402.578.196 420.639.239.108 5,5
2012 28.003.162.078 396.184.703.589 7,0
2013 29.359.811.599 470.533.313.744 6,2
2014 31.388.847.787 548.176.431.404 5,7
Pada tahun 2011, PT. Mopoli Raya memiliki operating profit margin
sebesar 5,5%. Ini berarti dalam setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan
laba usaha sebesar Rp. 0,05. Pada tahun 2012, memiliki operating profit margin
sebesar 7%, yang artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba
usaha sebesar Rp. 0,07. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2012
mengalami peningkatan sebesar 1,5%. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah
laba usaha sebesar Rp. 4.600.583.882, dan menurunnya penjualan sebesar Rp.
24.454.535.519. Hal ini menunjukkan perusahaan dalam keadaan baik.
Pada tahun 2013 memiliki operating profit margin sebesar 6,2%, yang
artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba usaha sebesar Rp.
0,06. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2013 mengalami
penurunan sebesar 0,8%. Hal ini disebabkan peningkatan laba usaha sebesar Rp.
1.356.649.521 dan meningkatnya penjualan sebesar Rp. 74.348.610.155. Ini
menunjukkan kondisi perusahaan dalam keadaan tidak baik, dikarenakan
menurunnya operating profit margin.
Pada tahun 2014, memiliki operating profit margin sebesar 5,7%, yang
artinya setiap Rp. 1,00 penjualan mampu menghasilkan laba usaha sebesar Rp.
0,05. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun 2014 mengalami
penurunan sebesar 0,5%. Hal ini disebabkan meningkatnya laba usaha sebesar Rp.
2.029.036.188, dan meningkatnya penjualan sebesar Rp. 77.643.117.660. Ini
menunjukkan bahwa kondisi perusahan belum mengalami peningkatan dalam
perhitungan operating profit margin, dan kondisi perusahaan belum dikatakan
Operating profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan
bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba usaha dari penjualan, dan secara
keseluruhan rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada peningkatan pada
tahun 2012.
D. Analisis Rasio Aktivitas
Syahyunan (2013:92), menyatakan bahwa “Rasio aktivitas digunakan untuk
mengetahui seberapa efektif manajemen perusahaan menggunakan aktiva yang
dimilikinya dalam melaksanakan kegiatan perusahaan. Rasio aktivitas yang
umumnya digunakan, yaitu Average Collection Period, Inventory Turnover, Fixed
Asset Turnover, dan Total Asset Turnover”.
Menurut Sitanggang (2012:27), “Dalam kegiatan perusahaan seluruh aset
harus diupayakan untuk memberi manfaat untuk mencapai tujuan perusahaan.
Agar aset tersebut memberi manfaat, maka aset tersebut harus dioperasikan sesuai
dengan tujuannya masing-masing yang pada umumnya diukur melalui
perputarannya. Pengukuran dari perputaran masing-masing aset menggunakan
Turnover inventory, Average Collection Period, Fixed Asset Turnover, dan Total
Asset Turnover”.
Menurut Munawir (2002:240), “Rasio aktivitas digunakan untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau
kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun
pemanfaatan aktiva yang dimiliki. Jenis rasio aktivitas yang dapat digunakan,
yaitu Accounts Receivable Turnover, Days of Receivable Days of Receivable,
Untuk mengetahui rasio aktivitas PT. Mopoli Raya digunakan perhitungan
Total Assets Turnover, dan Fixed Asset Turnover.
1. Total Assets Turnover
Mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aset
dalam menghasilkan penjualan. Dengan menggunakan rumus:
Total Assets Turnover =
Aktiva
Tahun Penjualan Total Aktiva Tingkat Perputaran
2011 420.639.239.108 400.848.727.374 1,00
2012 396.184.703.589 438.131.279.028 0,90
2013 470.533.313.744 499.005.014.466 0,94
2014 548.176.431.404 626.689.240.730 0,87
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Berdasarkan perhitungan diatas, PT. Mopoli Raya memiliki perputaran
aktiva yang secara umum mengalami penurun dari tahun 2011 sampai dengan
tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menggunakan dana
yang ada dalam aktiva untuk meningkatkan penjualan, meskipun penjualan
mengalami penurunan. Pada tahun 2011, dana yang tertanam pada keseluruhan
dalam tahun berputar 0,87 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva selama satu tahun
menghasilkan penjualan sebesar Rp. 0,87.
Dengan bertambahnya penjualan yang diimbangi dengan semakin tinggi
tingkat efisiensi perusahaan dalam pemakaian aktiva, sehingga semakin
meningkat pula persentase laba yang diperoleh.
2. Fixed Asset Turnover
Untuk mengukur penggunaan seluruh aktiva perusahaan, sekaligus
mengukur jumlah penjualan yang diraih dari setiap aktiva tetap. Dengan
menggunakan rumus:
Fixed Asset Turnover =
Tetap Aktiva
Penjualan
x 1 kali
Sumber : PT. Mopoli Raya, 2015 (Data Diolah)
Dari hasil perhitungan tersebut, maka diketahui bahwa fixed asset turnover
PT. Mopoli Raya tahun 2011 menunjukkan keadaan 2 kali. Artinya dana yang
tertanam pada aktiva tetap dalam satu tahun berputar 2 kali atau setiap Rp. 1,00
aktiva tetap selama satu tahun menghasilkan penjualan Rp. 2,00.
Pada tahun 2012 dana yang tertanam pada aktiva tetap dalam satu tahun
perputarannya 1,7 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva tetap selama satu tahun dapat
menghasilkan penjualan sebesar Rp. 1,70. Bila dibandingkan dengan tahun 2011,
Tabel 3.10
Fixed Asset Turnover
PT. Mopoli Raya Periode 2011-2014
Tahun Penjualan Aktiva Tetap Tingkat Perputaran
2011 420.639.239.108 201.080.706.372 2,0
2012 396.184.703.589 223.354.467.626 1,7
2013 470.533.313.744 254.914.114.875 1,8
tahun 2012 mengalami penurunan 0,3 kali, sehingga efektivitas perusahaan dalam
mengerjakan sumber-sumber dananya juga menurun.
Pada tahun 2013 dana yang tertanam pada aktiva tetap dalam satu tahun
perputarannya 1,8 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva tetap selama satu tahun dapat
menghasilkan penjualan sebesar Rp. 1,80. Bila dibandingkan dengan tahun 2012,
tahun 2013 mengalami peningkatan 0,1 kali. Hal ini mengakibatkan efektivitas
perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya meningkat.
Pada tahun 2014 dana yang tertanam pada aktiva tetap dalam satu tahun
perputarannya 7 kali atau setiap Rp. 1,00 aktiva tetap selama satu tahun dapat
menghasilkan penjualan sebesar Rp. 7,00. Bila dibandingkan dengan tahun 2013,
tahun 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu 5,2 kali. Hal ini
mengakibatkan efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber
dananya meningkat dan semakin membaik.
Fixed asset turnover PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 secara umum
mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2012 mengalami penurunan
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah menganalisis rasio keuangan pada PT. Mopoli Raya Medan, maka
peneliti mengambil kesimpulan mengenai kondisi keuangan yang dimiliki
perusahaan dan saran-saran berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya.
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:
1. Analisis Rasio Likuiditas PT. Mopoli Raya
Current ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 terus mengalami
penurunan dari tahun ketahun, dan menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk memenuhi hutang lancarnya belum dapat dikatakan berjalan dengan
baik, meskipun tahun 2011-2012 aktiva lancar dapat menutupi hutang lancar.
Quick ratio PT. Mopoli Raya tahun 2011 menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi hutang lancarnya berjalan baik. Akan tetapi,
pada tahun selanjutnya terus mengalami penurunan rasio. Pada tahun 2012
hingga 2014 perusahaan tidak berjalan dengan baik, dikarenakan belum
mampu menutupi hutang lancarnya.
Cash ratio PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 mengalami penurunan dan
juga peningkatan, namun dari jumlah masing-masing rasio pertahun belum
mampu menutup hutang lancarnya. Secara keseluruhan perusahaan belum
2. Analisis Rasio Leverage
Total debt to total assets ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014
menunjukkan perusahaan mampu menutup total hutang dengan aset yang
dimilikinya.
Total debt to equity ratio pada PT. Mopoli Raya periode 2011-2014, hanya
tahun 2013 yang menunjukkan perusahaan tidak solvabel, sedangkan tahun
2011, 2012, dan 2014 menunjukkan perusahaan solvabel. Secara keseluruhan
perusahan dapan dikatakan solvabel.
3. Analisis Rasio Profitabilitas
Net profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan bahwa
perusahaan mampu menghasilkan laba dari penjualan, dan secara keseluruhan
rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada peningkatan pada tahun 2012.
Gross profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan
bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba kotor dari penjualan, dan
secara keseluruhan rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada
peningkatan pada tahun 2012.
Operating profit margin PT. Mopoli Raya periode 2011-2012 menunjukkan
bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba usaha dari penjualan, dan
secara keseluruhan rasionya mengalami penurunan, akan tetapi ada
peningkatan pada tahun 2012.
4. Analisis Rasio Aktivitas
Berdasarkan total assets turnover PT. Mopoli Raya memiliki perputaran
aktiva yang semakin meningkat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014.
menggunakan dana yang ada dalam aktiva untuk meningkatkan penjualan,
meskipun penjualan mengalami penurunan pada tahun 2012.
Fixed asset turn over PT. Mopoli Raya periode 2011-2014 secara umum
mengalami peningkatan, meskipun pada tahun 2012 mengalami penurunan
perputaran. Hal ini menunjukkan tingkat perputaran perusahaan baik.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan, maka disarankan sebagai berikut:
1. Analisis Rasio Likuiditas
PT. Mopoli Raya untuk tahun yang akan datang hendaknya lebih
meningkatkan persentase Cash Ratio, Current Rati, dan Quick Ratio dengan
mengurangi hutang lancar dan memperbesar kenaikan kas, agar dapat
memenuhi hutang lancarnya dan dapat dikatakan sebagai perusahaan yang
likuid.
2. Analisis Rasio Leverage
Dalam meningkatkan solvabilitasnya PT. Mopoli Raya perlu menambah
modal sendiri agar keadaan perusahaan menjadi lebih baik.
3. Analisis Rasio Profitabilitas
Untuk meningkatkan profitabilitas, sebaiknya PT. Mopoli Raya memperketat
pengawasan terhadap pengeluaran biaya-biaya yang kurang efisien atau
menekan biaya operasi perusahaan seminimal mungkin dengan tidak
mempengaruhi kelancaran operasi perusahaan.
4. Analisis Rasio Aktivitas
Untuk meningkatkan efektifitas dalam mengelola sumber dana yang dimiliki,
aktiva-aktiva yang mempunyai produktifitas tinggi, sehingga dapat
diharapkan penjualan bersihnya meningkat. Dengan asumsi bahwa
peningkatan penjualan bersih lebih tinggi bila dibandingkan dengan
peningkatan total aktiva dan modal kerja, maka rasio yang dihasilkan akan
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Sofyan S. 2006. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Edisi Pertama. Rajawali. Jakarta
Munawir. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.
Najir. M. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor.
Sitanggang, J. P. 2012. Manajemen Keuangan Perusahaan. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.
Syahyunan. 2013. Manajemen Keuangan. USU Press. Medan.
LAMPIRAN
Laporan Posisi Keuangan (NERACA) PT. Mopoli Raya Periode 2011 – 2014
Uraian 2011 2012 2013 2014
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas dan Setara Kas 23.386.094.783 25.053.513.029 18.357.055.863 24.587.083.197
Piutang Usaha 5.636.923.570 3.903.001.250
158.023.296.378 170.866.192.372 219.317.583.482
Piutang Lain-lain 3.046.745.410 1.596.980.095 3.077.134.242 19.773.467.792 Persediaan 9.625.538.376 21.661.023.643 11.011.265.673 10.460.132.176 Uang Dibayar Dimuka 225.000.000 159.499.550 634.400.070 204.480.000
Pajak Dibayar Dimuka
-
- 1.411.650.012 12.792.971.303 Biaya Dibayar Dimuka 745.517.998 114.257.687 55.672.437 516.826.588
Aktiva Lancar Lainnya 391.589.857
Total Aktiva Lancar 201.080.706.372 223.354.467.626 254.914.114.875 75.209.800.547
Investasi 49.265.600.000 62.732.422.350 62.732.422.350 62.838.971.600
Tanaman Perkebunan
Tanaman Telah Menghasilkan
- 43.667.868.475 40.250.004.916 36.996.561.271
Tanaman Belum Menghasilkan
- 17.928.462.834 47.364.481.024 63.243.976.536
Tanaman Baru
Aktiva Tetap 129.738.617.286 73.035.815.940 75.088.577.947 76.569.954.329 Aktiva Lain-lain 20.763.803.716 17.412.241.803 18.655.413.354 16.064.176.959
Total Aktiva Tidak Lancar 199.768.021.002 214.776.811.402 244.090.899.591 551.479.440.183
TOTAL AKTIVA 400.848.727.374 438.131.279.028 499.005.014.466 626.689.240.730
KEWAJIBAN DAN EKUITAS