PADA SISWA SEKOLAH DASAR
YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH,
MEDAN
Oleh:
MUHAMAD IZZAT BIN YUSOFF
NIM: 100100407
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN PENGGUNAAN TAS JENIS RANSEL DAN JENIS TROLI TERHADAP KEJADIAN NYERI PUNGGUNG PADA SISWA SEKOLAH DASAR YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL
AMALIYYAH, MEDAN
NAMA : MUHAMAD IZZAT BIN YUSOFF
NIM : 100100407
Pembimbing Penguji I
(dr. Juliandi Harahap, M.A) (dr. H. Emil Azlin, Sp.A(K))
NIP : 197007021998021001 NIP : 140355822
Penguji II
(dr. Kiking Ritarwan,MKT,Sp.S(K))
NIP : 196811171997021002
Medan, Desember 2013 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH)
ABSTRAK
Nyeri punggung merupakan suatu masalah kesehatan pada anak-anak sekolah sehingga bisa membatasi aktivitas sehari-hari mereka. Nyeri punggung pada usia muda dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak-anak. Kebanyakan anak-anak sekolah membawa tas melebihi berat yang direkomendasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan tas terhadap kejadian nyeri punggung pada siswa sekolah dasar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat analitik dengan desain
cross sectional. Sampel diambil dengan metode total sampling dari populasi yang digunakan yaitu sebanyak 70 orang siswa kelas V Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan. Data demografis berupa berat badan, tinggi badan dan berat tas siswa diukur oleh peneliti. Manakala, kuesioner yang telah disiapkan diberikan kepada siswa untuk dijawab setelah penjelasan diberikan.
Terdapat 6 variabel independen yang dikaji yaitu jenis tas, persentase berat tas berbanding berat badan siswa, lama penggunaan tas, usia, jenis kelamin, dan status gizi yang kemudian dihubungkan dengan keluhan nyeri punggung. Mayoritas responden yaitu sebanyak 49 orang (70,0%) telah mengeluhkan nyeri punggung. Setelah dianalisis, hanya variabel persentase berat tas berbanding berat badan siswa yang menunjukkan ada hubungan signifikan dengan kejadian nyeri punggung dengan nilai p=0,021. Sebanyak 39 orang (79,6%) responden yang membawa tas dengan berat melebihi nilai rekomendasi yaitu 10% dari berat badan dan mengeluhkan nyeri punggung.
Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa adanya hubungan berat tas yang dibawa oleh siswa sekolah terhadap kejadian nyeri punggung. Oleh karena itu, disarankan supaya semua pihak memainkan peran masing-masing agar angka kejadian nyeri punggung pada usia muda dapat dikurangi.
ABSTRACT
Back pain is a medical problem that occurs among school children which may limits their daily activities. Back pain during young age may cause long term effect to their health. Most of the school children carry their school bags which exceed the recommended weight. This study aims to determine the relationship between the school bag usage and the occurrence of back pain among primary school children.
This research is an analytical study with a cross sectional design. By using total sampling method, the samples were taken from a population of standard 5 students who studied in Primary School of Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan. In total, there were 70 respondents involved in this study. For demographic data which includes body weight, height and school bag weight had been measured by the researcher. The tool used for the data collection was a self-administered questionnaire that had been given to the respondents after being explained clearly.
Overall, there are 6 independent variables that were studied which include type of bags, percentage of school bag weight over bodyweight, duration of backpack usage, age, gender and nutritional status. There were 49 respondents (70%) reported to have an occurrence of back pain. After the data being analyzed, only the variable of percentage of school bag weight over bodyweight had shown a significant association with the occurrence of back pain among primary school children with the p value of 0.021. A total of 39 respondents (79,6%) carried their bags which exceeded the recommended weight of 10% of the bodyweight and reported to experience back pain as well.
Based on the result of the study, it can be concluded that there is a significant association between the weight of the school bag used and the occurrence of back pain among primary school children. Therefore, everyone needs to play their vital role in order to reduce the occurrence of back pain among school children.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian karya tulis ilmiah ini dengan
judul ‘Hubungan Penggunaan Tas Jenis Ransel dan Jenis Troli Terhadap Kejadian
Nyeri Punggung pada Siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah, Medan’.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada dr. Juliandi Harahap, M.A., selaku dosen
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dalam proses penulisan karya tulis
ilmiah ini juga, penulis telah mendapat dukungan, saran dan bantuan dari banyak
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang ikhlas kepada:
1. Kedua orang tua penulis yang tercinta, En. Yusoff bin Kassim dan Pn.
Zaidah binti Daud yang telah banyak memberikan dukungan dan doa
selama menyiapkan karya tulis ilmah ini.
2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH, selaku dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.
dr. H. Emil Azlin, Sp.A(K) dan dr. Kiking Ritarwan, MKT, Sp.S(K)selaku dosen penguji yang telah memberi ide dan saran yang membangun
untuk karya tulis ilmiah ini.
4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Program Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan
ilmu dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di FK USU.
5. Pihak Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah (YPSA) yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di SD YPSA.
6. Teman-teman seperjuangan penulis yang telah banyak memberikan
bantuan dan dukungan dalam menyiapkan penulisan karya tulis ilmiah ini.
7. Semua pihak yang terlibat secara langsung atau tidak langsung selama
Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dengan rendah hati, penulis menerima kritikan dan saran
dari berbagai pihak. Penulis juga berharap semoga penelitian ini dapat
memberikan manfaat dan makna tersendiri bagi pembaca.
Medan, 4 Desember 2013
DAFTAR ISI
2.2.4. Jenis-jenis Nyeri Punggung ... 16
2.2.5. Faktor Risiko... 17
2.2.5.2. Nyeri Punggung Bawah Kronis ... 18
2.2.6. Penyebab Nyeri pada Punggung dan Leher ... 18
2.2.7. Pentalaksanaan ... 20
2.2.7.1. NPB Akut Tanpa Radikulopati ... 20
2.2.7.2. NPB Kronis Tanpa Radikulopati ... 21
2.2.7.3. NPB Kronis dengan Radikulopati... 22
2.3. Skala Pengukuran Nyeri ... 22
2.4. Nyeri Punggung pada Anak Usia Sekolah ... 23
2.5. Kondisi Nyeri Punggung yang Biasa Terjadi pada Anak-anak 24
2.5.1. Ketidakseimbangan dan Ketegangan Otot ... 24
2.5.2. Punggung Bulat (Rounded Back) ... 24
2.5.3. Fraktur Stres pada Tulang Belakang ... 24
2.5.4. Vertebra Tergelincir (Slipped Vertebra) ... 25
2.5.5. Infeksi ... 25
2.5.6. Tumor... 26
2.6. Hasil Penelitian Sebelumnya Tentang Nyeri Punggung ... 26
2.6.1. Berat Tas ... 27
2.6.2. Jenis Kelamin ... 27
2.6.3. Usia ... 28
2.6.4. Status Gizi ... 29
2.6.5. Lama Penggunaan Tas Sekolah ... 29
2.6.6. Faktor Risiko Terhadap Kejadian Nyeri Punggung ... 30
2.6.7. Keluhan Sehubungan Penggunaan Tas ... 30
2.6.8. Gejala/Simptom yang Timbul ... 32
2.6.9. Konsultasi Dokter ... 32
BAB 3. KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 33
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 33
3.2. Variabel Penelitian ... 33
3.3. Definisi Operasional... 33
BAB 4. METODE PENELITIAN ... 38
4.1. Jenis Penelitian ... 38
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38
4.3. Populasi dan Sampel ... 38
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 39
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 41
BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
5.1. Hasil Penelitian ... 43
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43
5.1.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Karakteristik Responden ... 43
5.1.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penggunaan Tas ... 46
5.1.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keluhan Nyeri Punggung... 51
5.1.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dampak Nyeri Punggung... 55
5.1.6. Analisis Hasil Data ... 57
5.2. Pembahasan ... 63
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69
6.1. Kesimpulan ... 69
6.2. Saran ... 70
DAFTAR PUSTAKA ... 72
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 4.1. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner ... 40
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 44
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .. 44
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi ... 45
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Berat Badan, Tinggi Badan, dan Berat Tas Siswa ... 46
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Persentase Berat Tas Berbanding Berat Badan Siswa... 47
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jenis Tas Sekolah yang Digunakan oleh Siswa ... 48
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Cara Membawa Tas Sekolah ... 48
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Durasi Penggunaan Tas Setiap Hari ... 49
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Terhadap Kesulitan Membawa Tas Sekolah ... 50
Tabel 5.10. Distribusi Frekuensi Nyeri Punggung ... 51
Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Regio Nyeri Punggung ... 52
Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Tingkat Keparahan Nyeri ... 53
Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Durasi Nyeri Punggung yang Dirasakan . 54 Tabel 5.14. Distribusi Frekuensi Frekuensi Nyeri Punggung ... 55
Tabel 5.15. Distribusi Frekuensi Dampak Nyeri Punggung Terhadap Kehadiran Responden ke Sekolah ... 56
Tabel 5.16. Distribusi Frekuensi Konsultasi/Berobat ke Dokter karena Nyeri Punggung ... 57
Tabel 5.17. Analisis Hubungan Penggunaan Tas Jenis Ransel dan Jenis Troli Terhadap Kejadian Nyeri Punggung... 58
Tabel 5.19. Analisis Hubungan Karakteristik Jenis Kelamin Terhadap
Kejadian Nyeri Punggung ... 60
Tabel 5.20. Analisis Hubungan Karakteristik Usia Terhadap Kejadian
Nyeri Punggung ... 60
Tabel 5.21. Analisis Hubungan Karakteristik Status Gizi Terhadap
Kejadian Nyeri Punggung ... 61
Tabel 5.22. Analisis Hubungan Durasi/Lama Penggunaan Tas Setiap Hari
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Anatomi Vertebra ... 9
Gambar 2.2. Anatomi Vertebra…………... 9
Gambar 2.3. Kolumna Spinalis ... 10
Gambar 2.4. Nyeri pada Tulang Servikal (Leher) ... 11
Gambar 2.5. Nyeri pada Tulang Thorakal (Punggung Atas) ... 12
Gambar 2.6. Nyeri pada Tulang Lumbal (Punggung Bawah) ... 13
Gambar 2.7. Nyeri pada Tulang Sacrum/Sacroiliac Joint ... 13
Gambar 2.8. Nyeri pada Tulang Coccygeus (Coccydynia) ... 14
Gambar 2.9. Peta Dermatom Tubuh ... 15
Gambar 2.10. Kompresi Akar Saraf L5 dan S1 oleh Diskus yang Herniasi ... 17
Gambar 2.11. Wong-Baker FACES® Pain Rating Scale ... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti
Lampiran 2 Lembar Penjelasan Penelitian (Informed)
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Penelitian (Consent)
Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Ethical Clearance
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah (YPSA)
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian di SD Swasta Muhammadiyah-03 (Validasi
Kuesioner)
Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian di SD Yayasan Pendidikan Shafiyyatul
Amaliyyah (YPSA)
Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian di SD Swasta Muhammadiyah-03
(Validasi Kuesioner)
Lampiran 10 Lembar Izin Menggunakan Wong-Baker FACES® Pain Rating Scale
Dari Pihak Wong-Baker FACES® Foundation.
Lampiran 11 Data Induk Penelitian
Lampiran 12 Output SPSS Data Penelitian
ABSTRAK
Nyeri punggung merupakan suatu masalah kesehatan pada anak-anak sekolah sehingga bisa membatasi aktivitas sehari-hari mereka. Nyeri punggung pada usia muda dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap kesehatan anak-anak. Kebanyakan anak-anak sekolah membawa tas melebihi berat yang direkomendasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan tas terhadap kejadian nyeri punggung pada siswa sekolah dasar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah bersifat analitik dengan desain cross sectional. Sampel diambil dengan metode total sampling dari populasi yang digunakan yaitu sebanyak 70 orang siswa kelas V Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan. Data demografis berupa berat badan, tinggi badan dan berat tas siswa diukur oleh peneliti. Manakala, kuesioner yang telah disiapkan diberikan kepada siswa untuk dijawab setelah penjelasan diberikan.
Terdapat 6 variabel independen yang dikaji yaitu jenis tas, persentase berat tas berbanding berat badan siswa, lama penggunaan tas, usia, jenis kelamin, dan status gizi yang kemudian dihubungkan dengan keluhan nyeri punggung. Mayoritas responden yaitu sebanyak 49 orang (70,0%) telah mengeluhkan nyeri punggung. Setelah dianalisis, hanya variabel persentase berat tas berbanding berat badan siswa yang menunjukkan ada hubungan signifikan dengan kejadian nyeri punggung dengan nilai p=0,021. Sebanyak 39 orang (79,6%) responden yang membawa tas dengan berat melebihi nilai rekomendasi yaitu 10% dari berat badan dan mengeluhkan nyeri punggung.
Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa adanya hubungan berat tas yang dibawa oleh siswa sekolah terhadap kejadian nyeri punggung. Oleh karena itu, disarankan supaya semua pihak memainkan peran masing-masing agar angka kejadian nyeri punggung pada usia muda dapat dikurangi.
ABSTRACT
Back pain is a medical problem that occurs among school children which may limits their daily activities. Back pain during young age may cause long term effect to their health. Most of the school children carry their school bags which exceed the recommended weight. This study aims to determine the relationship between the school bag usage and the occurrence of back pain among primary school children.
This research is an analytical study with a cross sectional design. By using total sampling method, the samples were taken from a population of standard 5 students who studied in Primary School of Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan. In total, there were 70 respondents involved in this study. For demographic data which includes body weight, height and school bag weight had been measured by the researcher. The tool used for the data collection was a self-administered questionnaire that had been given to the respondents after being explained clearly.
Overall, there are 6 independent variables that were studied which include type of bags, percentage of school bag weight over bodyweight, duration of backpack usage, age, gender and nutritional status. There were 49 respondents (70%) reported to have an occurrence of back pain. After the data being analyzed, only the variable of percentage of school bag weight over bodyweight had shown a significant association with the occurrence of back pain among primary school children with the p value of 0.021. A total of 39 respondents (79,6%) carried their bags which exceeded the recommended weight of 10% of the bodyweight and reported to experience back pain as well.
Based on the result of the study, it can be concluded that there is a significant association between the weight of the school bag used and the occurrence of back pain among primary school children. Therefore, everyone needs to play their vital role in order to reduce the occurrence of back pain among school children.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri punggung sekarang ini merupakan suatu masalah kesehatan pada
anak-anak sekolah sehingga bisa membatasi aktivitas sehari-hari mereka
(Rodríguez-Oviedo et al., 2012). Bagi kebanyakan siswa, membawa buku akan mendukung pencapaian akademik. Siswa yang membawa buku di dalam tas yang
berlebihan berat berkemungkinan tidak tahu bahwa mereka sedang memasuki
permulaan dari suatu epidemi kesehatan. Dalam penelitian ilmiah ditemukan suatu
bahaya yang berkaitan dengan penggunaan tas yang tidak benar pada waktu
anak-anak (Arnsdorff, 2002).
Semua orang tua menginginkan anak-anak mereka untuk memiliki prestasi
cemerlang di sekolah. Mereka akan memastikan bahwa anak-anak mereka
membawa buku dan mengerjakan pekerjaan rumah (homework) pada waktu malam. Mereka juga akan memastikan buku-buku anak mereka sudah dimasukkan
ke dalam tas untuk siap dibawa ke sekolah pada keesokan harinya.
Bagaimanapun, mereka tidak menyadari akan bahaya terhadap kesehatan
anak-anak mereka (Lucas, 2011). Nyeri punggung dapat terjadi di sekolah yang
merupakan tempat belajar bagi anak-anak atau dapat juga di rumah (Gardner dan
Kelly, 2005).
Menurut U.S. Department of Human Health and Services, nyeri punggung menyebabkan lebih dari 19 juta orang berobat ke dokter setiap tahun (Arnsdorff,
2002). Sekitar 22 juta rakyat Amerika Serikat setiap tahun berjumpa dengan ahli
chiropractors. Dari jumlah tersebut, sekitar 7,7 juta atau 35% sedang dalam upaya mencari pengobatan untuk keluhan nyeri punggung yang disebabkan oleh
kecelakaan, cedera ketika olahraga dan ketegangan otot (muscle strains). Biaya secara langsung dan tidak langsung yang terpaksa ditanggung oleh masyarakat
dengan nyeri punggung dianggarkan sekitar 50 miliar dolar setiap tahun. Di
samping itu, nyeri punggung bawah adalah penyebab paling sering bagi
27 miliar dolar terpaksa ditanggung akibat trauma muskuloskeletal dan 16 miliar
dolar pada manejemen nyeri punggung bawah. Lebih dari setengahnya
dikeluarkan untuk terapi pembedahan (Swolensky, 2013).
Data demografis bagi nyeri punggung bawah menurut Swolensky (2013)
adalah seperti berikut : 80% dari populasi akan merasakan nyeri punggung bawah
pada suatu masa dalam kehidupan mereka; 50% dari semua pekerja di Amerika
Serikat melaporkan keluhan nyeri punggung bawah setiap tahun; 31 juta rakyat
Amerika Serikat menderita nyeri punggung bawah pada waktu tertentu; 24% dari
anak-anak melaporkan keluhan nyeri punggung; 140 juta hari bekerja hilang
setiap tahun disebabkan oleh nyeri punggung bawah dan terakhir adalah nyeri
punggung bawah merupakan penyebab nomor satu terjadinya ketidakmampuan
(disability) di Amerika Serikat. Menurut Cottalorda et al. (2004) nyeri punggung merupakan suatu epidemi di kalangan populasi dewasa dengan 60% melaporkan
pernah menderita nyeri punggung, sedangkan menurut Swolensky (2013), jumlah
anak dengan keluhan nyeri punggung sudah hampir mencapai proporsi epidemi.
Menurut Grimmer et al. (1999) dalam Lucas (2011) yang melakukan survei pada 1.269 siswa sekolah menengah di Adelaide, Australia Selatan dan
mencatatkan presentase beban tas ransel dari total berat badan dan tinggi badan
siswa. Mereka menemukan adanya asosiasi yang kuat antara nyeri punggung
bawah dan berat tas sekolah serta jangka waktu penggunaan tas sekolah pada
semua kelas siswa di sekolah-sekolah tersebut. Siswa perempuan dilaporkan lebih
banyak keluhan nyeri punggung dibandingkan siswa laki-laki. Menurut mereka,
siswa perempuan mengeluh adanya peningkatan nyeri punggung ketika berusia 8
tahun, sedangkan siswa laki-laki melaporkan hal yang sama terjadi 1 – 2 tahun
kemudian.
Hasil penelitian yang dilakukan Pokdi Nyeri PERDOSSI (Persatuan
Dokter Saraf Seluruh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM) pada tahun 2002 menemukan prevalensi penderita nyeri
punggung bawah sebanyak 15,6%. Angka ini berada pada urutan kedua tertinggi
sesudah sefalgia dan migren yang mencapai 34,8%. Dari hasil penelitian secara
PERDOSSI tahun 2002 ditemukan 18,1% penderita nyeri punggung bawah.
Sedangkan penelitian Community Oriented Program for Controle of Rheumatic Disease (COPORD ) Indonesia menunjukkan prevalensi nyeri punggung 18,2 % pada laki-laki dan 13,6 % pada wanita (Johannes, 2010).
Terjadi kenaikan dari nyeri punggung kebiasaannya paling sering pada
waktu pertumbuhan cepat (rapid growth) yaitu ketika usia 11 sampai dengan 16 tahun (Arnsdorff, 2002). Anak-anak yang membawa tas ransel paling berat
mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk menderita nyeri punggung dan juga
untuk terjadinya kelainan patologis pada punggung. Kebanyakan anak-anak
sekolah membawa tas ransel melebihi berat yang direkomendasikan
(Rodríguez-Oviedo et al., 2012).
Oleh karena tingginya angka kejadian nyeri punggung terutama di
kalangan anak-anak sekolah, jadi peneliti berkeinginan untuk melakukan
penelitian tentang hubungan penggunaan tas sekolah terhadap kejadian nyeri
punggung pada siswa sekolah dasar. Menurut pengetahuan peneliti, masih belum
ada penelitian seperti ini dilakukan di Kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan penggunaan tas jenis ransel
dan jenis troli terhadap kejadian nyeri punggung pada siswa Sekolah Dasar
Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan penggunaan tas jenis ransel dan jenis troli
terhadap kejadian nyeri punggung pada siswa Sekolah Dasar Yayasan Pendidikan
Shafiyyatul Amaliyyah, Medan?
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui angka kejadian nyeri punggung di kalangan
siswa sekolah dasar.
2. Untuk membandingkan berat tas sekolah yang dibawa oleh
siswa sekolah dasar dengan berat tas maksimum yang
direkomendasikan.
3. Untuk mengetahui hubungan status gizi siswa dengan kejadian
nyeri punggung.
4. Untuk mengetahui hubungan lama penggunaan tas sekolah
dengan kejadian nyeri punggung.
5. Untuk mengetahui perbedaan angka kejadian nyeri punggung
antara siswa perempuan dengan siswa laki-laki.
6. Untuk mengetahui regio punggung yang paling sering terjadi
nyeri pada siswa sekolah dasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1. Memberikan informasi tentang angka kejadian nyeri punggung pada
anak usia muda yang masih di sekolah dasar.
2. Memberikan informasi tentang persepsi siswa sekolah dasar terhadap
berat tas sekolah yang dibawa setiap hari.
3. Memberikan informasi kepada tenaga pengajar, para dokter, para ahli
di bidang kesehatan dan juga pemerintah untuk memikirkan tentang
cara menanggulangi angka kejadian nyeri punggung pada anak usia
muda yang merupakan generasi penerus bangsa.
4. Memberikan informasi kepada orang tua supaya memastikan
anak-anak mereka membawa tas yang tidak melebihi berat yang
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nyeri
2.1.1. Definisi Nyeri
Menurut International Association for the Study of Pain dalam
Rohkamm (2004), nyeri adalah suatu rangsangan sensoris dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan dengan adanya kerusakan jaringan
yang nyata atau hanya kemungkinan. Menurut Tamsuri (2007) dalam
Farida (2010) secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman,
baik ringan maupun berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang
mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang
pernah mengalaminya.
2.1.2. Patogenesis Nyeri
Nyeri berasal dari interaksi stimulus yang berbahaya (noxious)
dengan suatu reseptor, transmisi berikutnya, dan pemprosesan sinyal yang
terkait dengan nyeri di sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat; semua
proses ini disebut sebagai nociception. Nyeri akan membangkitkan suatu
respons perilaku yang melibatkan aktivitas nocifensor maupun refleks
motorik dan autonomik (Rohkamm, 2004).
Penerimaan nyeri; nociceptor untuk rangsangan mekanis, termis
dan kimia dijumpai di semua organ tubuh kecuali otak dan tulang
belakang. Nociceptor dapat menghasilkan respons inflamasi steril
neurogenik yang meningkatkan nociception (sensitisasi perifer) dengan
melepaskan neuropeptida (Rohkamm, 2004).
Transmisi nyeri; impuls nociceptive dihantar melalui saraf perifer
ke kornu posterior dari korda spinalis. Di sini, informasi yang datang
diproses melalui neuron spesifik nyeri dan juga yang nonspesifik. Proses
sensitisasi pusat pada tingkat ini dapat menurunkan ambang nociceptor
dan memicu perkembangan dari nyeri kronis seperti phantom limb pain
spinothalamicus dan spinoreticularis dan juga jaras yang lain ke beberapa
bagian otak yang berbeda yang terlibat di dalam proses nociception
(Rohkamm, 2004).
Pengolahan nyeri; formasio reticularis mengatur reaksi arousal,
refleks otonom dan respons emosional terhadap nyeri. Thalamus
menyampaikan dan membedakan rangsangan nociceptive. Hipotalamus
bertindak sebagai perantara respons otonom dan neuroendokrin. Sistem
limbik bertindak sebagai perantara aspek berkaitan dengan motivasi dan
emosional dari rangsangan nyeri. Korteks somatosensoris secara utamanya
bertanggungjawab dalam membedakan dan melokalisasi nyeri. Jaras
desenden yang berasal dari area sistem saraf pusat ini juga memodulasi
nociception. Neurotransmitter dan neuropeptida terlibat di dalam proses
nociception pada tingkat yang berbeda (Rohkamm, 2004).
2.1.3. Jenis-jenis Nyeri
Nyeri nociceptive, tipe nyeri “normal” yang mana muncul dari
jaringan yang benar-benar atau berkemungkinan rusak dan hasil dari
aktivasi nociceptor dan proses yang berikutnya di sistem saraf yang utuh
(Rohkamm, 2004).
Nyeri somatik adalah variasi dari nyeri nociceptive yang
diperantarai oleh serabut afferen somatosensoris yang mana ianya lebih
mudah dilokalisir dengan kualitas tajam, sakit dan berdenyut. Variasi dari
nyeri biasanya seperti nyeri pascaoperasi, traumatis, dan inflamasi lokal
(Rohkamm, 2004).
Nyeri visceral lebih sulit untuk dilokalisasi dan diperantarai di
perifer oleh serabut C dan di sentral oleh jaras korda spinalis dan
terutamanya berakhir di sistem limbik. Ini menjelaskan tentang perasaan
tidak enak dan kesulitan emosional yang disebabkan oleh nyeri visceral. Ia
dapat dirasakan pada tempat asal dari rangsangan nyeri atau bisa juga
mengarah (refer) ke tempat lain contohnya dari diafragma ke bahu
Nyeri neuropatik disebabkan oleh kerusakan pada jaringan saraf. Ia
selalu diarahkan ke distribusi sensoris dari struktur saraf yang terkena.
Nyeri neuropatik tidak harus disebabkan oleh neuropati saja (Rohkamm,
2004).
2.2. Nyeri Punggung
2.2.1. Anatomi Tulang Belakang
Bagian anterior tulang belakang terdiri dari korpus vertebra
berbentuk silinder yang dipisahkan oleh diskus intervertebralis dan
dilekatkan bersama oleh ligamentum longitudinal anterior dan posterior.
Diskus intervertebralis terdiri atas nukleus pulposus pada bagian tengah
yang dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari tulang rawan yang keras yaitu
annulus fibrosus. Diskus ini merupakan 25% dari panjang kolumna
spinalis dan memudahkan tulang vertebralis untuk bergerak dengan mudah
antara satu sama lain. Kekeringan (desiccation) dari nukleus pulposus dan degenerasi dari annulus fibrosus meningkat sesuai dengan umur dan
menyebabkan kehilangan tinggi badan. Diskus yang paling besar adalah
pada servikal dan lumbal di mana pergerakan dari tulang belakang adalah
paling banyak. Fungsi bagian anterior tulang belakang adalah untuk
menyerap goncangan hasil dari pergerakan tubuh seperti berjalan, berlari,
dan juga untuk melindungi isi dari kanalis spinalis (Longo et al., 2012). Bagian posterior dari tulang belakang terdiri atas arcus dan
processus vertebra. Setiap arcus terdiri dari pediculus berpasangan
berbentuk silinder dan laminae berpasangan pada bagian posterior. Arcus
vertebra juga membentuk dua processus transversus pada bagian lateral,
satu processus spinosus pada bagian posterior, ditambah dua facies
articularis superior dan dua facies articularis inferior vertebrae. Kedudukan
facies superior dan inferior menghasilkan satu facet joint. Fungsi dari tulang belakang bagian posterior adalah untuk melindungi medulla spinalis
dan saraf di dalam kanalis spinalis dan untuk menyediakan suatu jangkar
otot yang terlekat pada processus transversus dan spinosus dan laminae
bekerja seperti satu sistem katrol dan tuas yang menghasilkan fleksi,
ekstensi dan pergerakan melengkung ke lateral dari tulang belakang
(Longo et al., 2012).
Cedera pada akar saraf (radiculopathy) adalah penyebab yang sering menyebabkan nyeri pada leher, lengan, punggung bawah, bokong
dan kaki. Akar saraf keluar pada tingkat di atas korpus vertebra
masing-masing pada daerah servikal manakala pada tingkat di bawah korpus
vertebra masing-masing pada daerah thorakal dan lumbal. Akar saraf
servikal mengikuti jalan intraspinalis yang pendek sebelum keluar.
Namun, disebabkan medulla spinalis berakhir di L1 dan L2, akar saraf
lumbal mengikuti jalan intraspinalis yang panjang dan bisa tercedera di
mana saja dari lumbal bagian atas sampai dengan tempat keluar pada
foramen intervertebralis. Sebagai contoh, terjadi herniasi diskus pada
tingkat L4-L5 bisa menyebabkan bukan hanya kompresi pada tingkat L5
malah bisa juga kompresi pada akar saraf S1 (Longo et al., 2012).
Struktur pada tulang belakang yang sensitif terhadap nyeri adalah
periosteum vertebralis, dura, facet joint, annulus fibrosus pada diskus intervertebralis, arteri dan vena epidural, dan ligamentum longitudinal
posterior. Penyakit pada struktur-struktur ini menjelaskan tentang kejadian
nyeri punggung tanpa adanya kompresi pada akar saraf. Nucleus pulposus
pada diskus intervertebralis dalam keadaan normal tidak sensitif terhadap
nyeri. Sebagian sensasi nyeri dari dalam kanalis spinalis disampaikan oleh
nervus sinuvertebralis yang keluar dari nervus spinalis pada setiap segmen
tulang belakang dan masuk kembali ke kanalis spinalis melalui foramen
Gambar 2.1. Anatomi Vertebra
Sumber : Longo et al. ( 2012)
Gambar 2.2. Anatomi Vertebra
Gambar 2.3. Kolumna Spinalis
Sumber : Longo et al. ( 2012)
2.2.2. Regio Utama Tulang Belakang
2.2.2.1. Tulang Servikal (Leher)
Leher mendukung berat dari kepala dan memproteksi saraf yang
datang dari otak ke seluruh tubuh. Bagian tulang belakang ini mempunyai
tujuh tulang vertebra yang semakin kecil apabila semakin mendekati basis
cranii. Kebanyakan pergerakan rotasi pada tulang servikal datang dari dua
segmen atas manakala kebanyakan pergerakan fleksi/ekstensi datang dari
C5-C6 dan C6-C7. Nyeri leher akut biasanya disebabkan oleh ketegangan
otot, ligamentum atau tendon yang datang dari tekanan yang tiba-tiba dan
akan sembuh sesuai dengan waktu beserta terapi nonsurgikal untuk
meredakan nyeri seperti menggunakan es/panas, obat-obatan, manipulasi
osteopathic atau chiropractic. Bagi pasien yang mengalami nyeri leher yang bertahan sehingga lebih dari 2 sampai 3 bulan atau dengan gejala
anatomis yang spesifik. Contohnya nyeri yang menyebar ke lengan dan
bisa sampai ke tangan maupun jari, ia biasanya disebabkan oleh diskus
servikal yang herniasi atau stenosis foramen sehingga menekan saraf pada
daerah leher (Ullrich, 2009).
Gambar 2.4. Nyeri pada Tulang Servikal (Leher)
Sumber : Makker (2011)
2.2.2.2. Tulang Thorakal (Punggung Atas)
Tulang belakang thorakal terdiri dari 12 tulang vertebra pada
punggung atas. Perlekatan kuat dari tulang iga pada setiap tingkat dari
tulang thorakal memberikan keseimbangan dan dukungan struktural
kepada punggung atas dan membenarkan pergerakan yang kecil. Tulang
thorakal memberikan proteksi kepada organ-organ vital seperti paru-paru
dan jantung. Punggung atas tidak bertujuan untuk pergerakan, maka jarang
ditemukan cedera pada tulang belakang thorakal. Namun, iritasi pada otot
bahu dan punggung yang besar atau disfungsi sendi pada punggung atas
Gambar 2.5. Nyeri pada Tulang Thorakal (Punggung Atas)
Sumber : Chiropractic Family Center of Brick (2010)
2.2.2.3. Tulang Lumbal (Punggung Bawah)
Punggung bawah terlibat dengan pergerakan yang lebih dari bagian
thorakal dan juga menerima semua beban dari batang tubuh sehingga
menyebabkan bagian ini paling sering terjadinya cedera. Pergerakan pada
tulang belakang lumbal dibagikan antara 5 segmen pergerakan walaupun
jumlah pergerakan yang tidak seimbang terpaksa diterima oleh segmen
bawah (L3-L4 dan L4-L5). Oleh karena itu, kedua segmen ini adalah yang
paling rentan untuk terjadi kerusakan. Dua diskus paling bawah (L4-L5
dan L5-S1) menerima ketegangan dan paling rentan untuk terjadinya
herniasi. Ini bisa menyebabkan nyeri punggung bawah dan kebas yang
menyebar melalui tungkai bawah sehingga ke telapak kaki (sciatica).
Mayoritas nyeri punggung bawah disebabkan oleh ketegangan otot.
Walaupun ketegangan otot kedengaran seperti tidak serius, namun trauma
terhadap otot dan jaringan lunak yang lain seperti tendon dan ligamentum
pada punggung bawah bisa menyebabkan nyeri punggung yang berat.
Walaupun demikian, jaringan lunak mempunyai suplai darah yang baik
yang membawa nutrien ke daerah yang tercedera dan memfasilitasi proses
penyembuhan dan memberikan kenyamanan yang efektif dari nyeri
Gambar 2.6. Nyeri pada Tulang Lumbal (Punggung Bawah)
Sumber : Chiropractic Family Center of Brick (2010)
2.2.2.4. Tulang Sacrum dan Coccygeus (Bagian Dasar Tulang Belakang)
Di bawah tulang belakang lumbal terdapat tulang yaitu sacrum
yang merupakan bagian belakang dari pelvis. Tulang ini berbentuk seperti
segitiga yang menempati antara dua tulang pelvis dan menyambungkan
tulang belakang kepada bagian bawah tubuh. Sacrum tersambung dengan
bagian pelvis (tulang iliaca) pada sacroiliac joint. Nyeri pada sacrum biasanya disebut disfungsi sacroiliac joint dan lebih sering pada wanita berbanding pria. Tulang coccygeus (tailbone) adalah bagian sacral yang terletak paling bawah dari tulang belakang. Nyeri tailbone disebut coccydynia dan kejadiannya lebih sering pada wanita berbanding pria
(Ullrich, 2009).
Gambar 2.8. Nyeri pada Tulang Coccygeus (Coccydynia)
Sumber : Center for Advanced Orthopedics and Pain Management (2012)
2.2.3. Peta Dermatom Tubuh
Dermatom adalah kawasan/area kulit pada satu sisi tubuh yang
menerima sinyal dari satu saraf spinalis. Dermatom merupakan zona dari
informasi sensoris atau perasaan yang dibawa oleh cabang saraf di area
tersebut. Para dokter menggunakan pengetahuan mereka tentang peta
dermatom untuk memeriksa area atau zona yang terjadinya disfungsi atau
nyeri. Peta tersebut membantu mereka untuk melokalisasi saraf yang
Gambar 2.9. Peta Dermatom Tubuh
2.2.4. Jenis-jenis Nyeri Punggung
Menurut Longo et al. (2012) nyeri lokal disebabkan oleh cedera pada struktur yang sensitif terhadap nyeri yang menekan atau mengiritasi
ujung saraf sensoris. Lokasi nyeri adalah yang berdekatan dengan bagian
punggung yang terkena. Nyeri yang diarahkan ke punggung bisa berasal
dari bagian visceral abdomen dan pelvis. Nyeri tersebut biasanya
dikatakan sebagai primer dari abdomen atau pelvis yang disertai dengan
nyeri punggung dan biasanya tidak dipengaruhi oleh sikap tubuh (posture). Nyeri yang berasal dari tulang belakang bisa terlokalisasi di
punggung atau diarahkan ke bokong atau kaki. Penyakit-penyakit yang
mempengaruhi bagian lumbal atas lebih cenderung untuk mengarahkan
nyeri ke bagian lumbal, groin atau paha anterior. Penyakit-penyakit yang mempengaruhi bagian lumbal bawah pula lebih cenderung untuk
menghasilkan nyeri yang diarahkan ke bokong, paha posterior, betis atau
kaki. Nyeri yang diarahkan (referred pain) atau nyeri sclerotomal menjelaskan keadaan di mana nyeri melewati beberapa bagian dermatom
tanpa adanya bukti terjadinya penekanan pada akar saraf.
Nyeri punggung radikuler adalah nyeri yang tajam dan menyebar
ke bagian punggung bawah dalam daerah akar saraf. Batuk, bersin atau
kontraksi otot abdomen secara volunter bisa memperparah nyeri yang
sedang menyebar. Nyeri bisa meningkat pada sikap tubuh yang bisa
meregang saraf dan akar saraf. Posisi duduk dengan kaki diregangkan
keluar menyebabkan adanya daya tarik pada nervus ischiadicus, akar saraf
S1 dan L5 karena saraf tersebut melewati bagian posterior dari panggul.
Nervus femoralis (akar saraf L2, L3, dan L4) melewati bagian anterior dari
panggul dan tidak diregangkan karena posisi duduk. Deskripsi hanya
tentang nyeri saja biasanya sulit untuk dibedakan antara nyeri sclerotomal
dengan nyeri radikulopati..
Nyeri yang terkait dengan kekejangan otot (muscle spasm), biasanya berhubungan dengan banyak masalah pada tulang belakang
sikap tubuh yang abnormal, muskulus paraspinalis yang teregang dan nyeri
yang tumpul pada daerah paraspinalis.
Gambar 2.10. Kompresi akar saraf L5 dan S1 oleh diskus yang herniasi
Sumber : Longo et al. (2012)
2.2.5. Faktor Risiko
2.2.5.1. Nyeri Punggung Bawah Akut (Penyebab Struktural) (Longo et al., 2012) Menurut Riwayat
• Nyeri memburuk pada malam hari atau saat istirahat • Riwayat sebelumnya menderita kanker
• Riwayat infeksi kronis • Riwayat trauma
• Inkontinensia
• Umur di atas 70 tahun
• Penggunaan obat secara intravena • Penggunaan glukokortikoid
• Riwayat defisit neurologis progresif cepat Menurut Pemeriksaan
• Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan
• Adanya percussion tenderness pada bagian atas tulang belakang • Adanya massa pada abdomen, rectum atau pelvis
• Patrick’s sign atau heel percussion sign positif
• Straight leg atau reverse straight leg–raisingsigns positif • Defisit neurologis fokal progressif
2.2.5.2. Nyeri Punggung Bawah Kronis (Longo et al., 2012) • Obesitas
• Wanita • Lanjut usia
• Riwayat sebelumnya nyeri punggung • Pergerakan tulang belakang yang terbatas • Nyeri menyebar ke bagian kaki
• Distress psikologis tingkat tinggi
• Penilaian tingkat kesehatan terhadap diri sendiri rendah • Aktivitas fisik yang minimal
• Merokok
• Ketidakpuasan terhadap kerja • Nyeri yang meluas
2.2.6. Penyebab-penyebab dari Nyeri pada Bagian Punggung dan Leher
Adapun penyebab dari nyeri pada bagian punggung dan leher adalah
sebagai beikut : (Longo et al., 2012) 1. Kongenital/Perkembangan
• Spondylolysis dan spondylolisthesis • Kyphoscoliosis
• Spina bifida occulta • Tethered spinal cord 2. Trauma minor
• Kecederaan whiplash 3. Fraktur
• Trauma-jatuh atau kecelakaan lalu lintas
• Fraktur atraumatik-osteoporosis, infiltrasi neoplastic, steroid eksogen, osteomyelitis
- Penyakit atlantoaxial joint (contohnya rheumatoid arthritis) - Arthritis
- Spondylosis
- Facet arthropathy atau sacroiliac arthropathy
- Neoplasm—metastatik, hematologik, tumor tulang primer • Infeksi/inflamasi
- Autoimun (contohnya ankylosing spondylitis, reactive arthritis (Reiter's syndrome))
• Metabolik
- Abdominal aortic aneurysm - Diseksi arteri vertebralis • Lain-lain
- Nyeri rujukan (Referred pain) daripada penyakit visceral - Sikap tubuh (postural)
- Psikiatrik, kepura-puraan, sindroma nyeri kronis
2.2.7. Penatalaksanaan
2.2.7.1. Nyeri Punggung Bawah (NPB) Akut Tanpa Radikulopati
Nyeri punggung bawah akut didefinisikan sebagai nyeri yang
durasinya di bawah 3 bulan. Penilaian awal harus menyingkirkan kasus
patologis tulang belakang yang serius sehingga memerlukan intervensi
termasuklah infeksi, kanker, atau trauma. Pemeriksaan lab dan pencitraan
tidak diperlukan jika tidak ditemukan faktor risiko. Foto polos atau
CT-scan tulang belakang jarang diindikasikan untuk gejala pada bulan pertama melainkan jika diduga adanya fraktur tulang belakang. Edukasi merupakan
satu bagian yang penting dalam penatalaksaan ini. Kepuasaan dan
kemauan untuk tindakan lanjut (follow-up) meningkat apabila pasien diajarkan tentang prognosis, metode penatalaksanaan, modifikasi aktivitas,
dan strategi untuk menghindari eksaserbasi pada masa yang akan datang.
Secara umumnya, tirah baring seharusnya dihindari ataupun hanya
dilakukan paling lama satu atau dua hari untuk meredakan gejala-gejala
yang berat. Aktivitas terbaik yang direkomendasikan adalah untuk berjalan
serta meneruskan kembali aktivitas fisik yang normal dan hanya
menghindarkan diri dari kerja manual yang berat. Garis pedoman
berdasarkan bukti (evidence-based) menyarankan obat-obatan yang bisa dibeli tanpa menggunakan resep seperti acetaminophen dan NSAID sebagai lini pertama untuk penatalaksanaan nyeri punggung bawah akut.
analgesik opioid dan tramadol lebih efektif berbanding NSAID atau acetaminophen untuk mengobati nyeri punggung bawah akut. Penatalaksaan nonfarmakologi untuk nyeri punggung bawah akut
termasuklah manipulasi spinal, terapi fisik, pijatan, akupunktur, stimulasi
saraf menggunakan listrik transkutan (transcutaneous electrical nerve stimulation), ultrasound, diathermy dan magnet (Longo et al., 2012). 2.2.7.2. Nyeri Punggung Bawah Kronis Tanpa Radikulopati
Nyeri punggung bawah kronis didefinisikan sebagai nyeri yang
durasinya di atas 3 bulan atau 12 minggu. Rejimen efektif secara umum
termasuklah kombinasi latihan erobik yang meningkat secara gradual,
latihan penguatan dan peregangan. Tujuan primer adalah untuk toleransi
terhadap aktivitas manakala tujuan sekunder adalah untuk melegakan
nyerinya. Latihan fisik intensif terpantau atau rejimen penguatan kerja
(work hardening) adalah efektif untuk mengembalikan pasien ke pekerjaannya, meningkatkan jarak berjalan, dan mengurangkan nyeri.
Pengobatan untuk nyeri punggung bawah kronis termasuklah
acetaminophen, NSAID dan antidepresan trisiklik. Cognitive behavioral therapy diberikan jika adanya bukti menunjukkan adanya keterlibatan faktor psikologis, sosial maupun patologis somatik dalam patogenesis dari
nyeri kronis dan disabilitas. Cognitive behavioral therapy termasuklah
usaha untuk mengidentifikasi dan memodifikasi pemikiran pasien tentang
nyeri dan disabilitas mereka menggunakan strategi yang melibatkan
perumpamaan (imagery), attention diversion atau pemodifikasian pemikiran pasien tentang ketidakmampuan untuk beradaptasi, perasaan
dan kepercayaan. Nyeri punggung merupakan sebab yang paling sering
pasien mencari terapi alternatif atau tambahan. Terapi tersebut yang paling
sering adalah manipulasi spinal, akupunktur, dan pijatan. Kategori lain dari
2.2.7.3. Nyeri Punggung Bawah Kronis dengan Radikulopati
Penyebab yang sering menyebabkan nyeri punggung dengan
radikulopati adalah herniasi diskus dengan tubrukan (impingement) pada akar saraf sehingga menyebabkan nyeri punggung dengan penyebaran ke
arah kaki. Rekomendasi aktivitas terbaik adalah dengan kembali
melakukan aktivitas normal sebanyak-banyaknya. Acetaminophen dan NSAID adalah sesuai untuk meredakan nyeri, namun nyeri yang berat mungkin memerlukan pengobatan analgesik opioid jangka pendek. Injeksi
glukokortikoid pada epidural mempunyai peran dalam meredakan nyeri
untuk sementara waktu bagi sciatica yang disebabkan oleh herniasi diskus.
Intervensi secara bedah diindikasikan bagi pasien yang mempunyai
kelemahan motorik progresif, yang ditunjukkan pada pemeriksaan klinis
atau electromyography (EMG) yang disebabkan oleh cedera pada akar saraf. Pembedahan merupakan pilihan yang penting bagi pasien yang
mempunyai nyeri radikuler yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
bergerak walaupun telah diberi terapi konservatif secara optimal. Sciatica
merupakan penyebab paling sering sehingga harus direkomendasikan
untuk dilakukan pembedahan pada tulang belakang. Prosedur bedah yang
biasa dilakukan adalah partial hemilaminectomy dengan eksisi diskus yang prolaps (Longo et al., 2012).
2.3. Skala Pengukuran Nyeri
Pada penelitian ini, skala pengukuran nyeri yang digunakan adalah
Wong-Baker FACES Pain Rating Scale. Skala pengukuran ini direkomendasikan untuk anak usia 3 tahun dan ke atas. Poin pada setiap
muka mendeskripsikan intensitas nyeri yang dirasakan. Anak tersebut
disuruh utuk memilih muka yang paling hampir mendeskripsikan nyeri
tersebut. Anak tersebut sebelumnya dijelaskan tentang makna dari gambar
muka tersebut (St. Joseph’s Hospital, 2013). • Muka 0 : Tidak nyeri (no hurt)
• Muka 4 : Sedikit nyeri (hurts a little bit more) • Muka 6 : Nyeri (hurts even more)
• Muka 8 : Sangat nyeri (hurts a whole lot) • Muka 10 : Teramat nyeri (hurts worst)
Gambar 2.11. Wong-Baker FACES® Pain Rating Scale Sumber : Wong-Baker FACES Foundation (2013)
2.4. Nyeri Punggung pada Anak Usia Sekolah
Menurut Hurlock (1999) dalam Farida (2010) anak usia sekolah
adalah di mana anak telah memasuki usia sekolah. Anak usia sekolah
adalah akhir masa kanak-kanak yang berlangsung dari 6 tahun sampai
anak mencapai kematangan seksual yaitu sekitar 13 tahun bagi anak
perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki.
Insidensi nyeri punggung pada anak-anak dan remaja adalah sekitar
8% - 84.1%. Insidensi yang dilaporkan ini tergantung pada populasi yang
diteliti dan juga definisi nyeri punggung yang digunakan (Cottalorda et al., 2004).
Nyeri punggung pada anak tidak sama dengan nyeri punggung
pada orang dewasa. Anak dengan nyeri pada punggung mempunyai
kemungkinan lebih besar untuk menderita penyakit yang serius dalam
mendasari gejala nyeri tersebut berbanding pada orang dewasa.
Lebih-lebih lagi jika anak tersebut mengeluh adanya nyeri punggung yang
disertai dengan demam, penurunan berat badan, kelemahan, kebas,
pada usus atau kandung kemih dan nyeri yang mengganggu tidur anak.
Banyak kasus yang serius dari nyeri punggung memerlukan identifikasi
dan terapi awal atau kondisi mereka akan menjadi lebih parah (Pediatric
Orthopaedic Society of North America (POSNA), 2010).
2.5. Kondisi Nyeri Punggung yang Biasa Terjadi pada Anak-anak
2.5.1. Ketidakseimbangan dan Ketegangan Otot
Ketegangan muskuloskeletal adalah penyebab yang paling sering
menyebabkan nyeri punggung pada anak dan juga dewasa. Jenis nyeri ini
sering kali respon terhadap istirahat, obat-obatan anti inflamasi dan
program latihan. Banyak remaja yang berkemungkinan bisa menderita
nyeri punggung persisten. Ini biasanya terkait dengan otot hamstring yang tegang dan otot abdomen yang lemah. Anak-anak tersebut akan kelihatan
lebih membaik dengan adanya program terapi fisik yang menekankan
peregangan otot hamstring dan penguatan otot bagian abdomen (Pediatric Orthopaedic Society of North America (POSNA), 2010).
2.5.2. Punggung Bulat (Rounded Back)
Pada remaja, punggung bulat juga dikenali sebagai Scheuermann's
kyphosis adalah penyebab yang biasa menyebabkan nyeri pada bagian tengah atau thorakal dari punggung/tulang belakang. Vertebra menjadi
tertekan menyebabkan punggung berbentuk bulat. Bagian yang
melengkung pada tulang belakang bisa menyebabkan nyeri yang
diperparah dengan adanya aktivitas (Pediatric Orthopaedic Society of
North America (POSNA), 2010).
2.5.3. Fraktur Stres pada Tulang Belakang
Fraktur stres atau spondylolysis bisa menyebabkan nyeri punggung bawah pada remaja. Fraktur stress bisa terjadi ketika pertumbuhan yang
cepat pada usia remaja atau ketika olahraga yang memerlukan tulang
belakang untuk hiperekstensi dan pemutaran secara berulang kali seperti
sepak bola, penyelaman dan gimnastik. Nyeri biasanya ringan dan bisa
adanya aktivitas dan membaik saat istirahat. Anak dengan spondylolysis bisa berjalan dengan cara berjalan (gait) kaki yang kaku dan hanya bisa membuat langkah yang pendek (Pediatric Orthopaedic Society of North
America (POSNA), 2010).
2.5.4. Vertebra Tergelincir (Slipped Vertebra)
Vertebra Tergelincir (Slipped Vertebra) atau spondylolisthesis terjadi apabila satu vertebra berpindah ke depan secara langsung pada
vertebra yang di bawahnya. Ia biasanya terjadi pada bagian dasar dari
tulang belakang belakang yaitu lumbosacral junction. Pada kasus yang berat, tulang tersebut menyempitkan kanalis spinalis sehingga memberikan
penekanan pada saraf (Pediatric Orthopaedic Society of North America
(POSNA), 2010).
Gambar 2.12. Spondylolisthesis
Sumber : Longo et al. (2012)
2.5.5. Infeksi
Pada anak usia muda, infeksi pada ruang diskus (diskitis) dapat
memicu terjadinya nyeri punggung. Diskitis biasanya terjadi pada anak
yang berumur 1 sampai dengan 5 tahun, namun, anak yang lebih tua dan
remaja juga bisa mendapatkan diskitis. Anak dengan diskitis akan
dan kekakuan pada tulang belakang, cara berjalan yang lemah atau
menolak untuk berjalan dan menjongkok dengan tulang belakang pada
kedudukan yang tegak lurus apabila mencoba untuk mendapatkan sesuatu
di lantai dengan tidak menekukkan badan mulai dari pinggang (Pediatric
Orthopaedic Society of North America (POSNA), 2010).
2.5.6. Tumor
Pada kasus-kasus yang jarang, tumor seperti osteoid osteoma, dapat
menyebabkan terjadinya nyeri punggung. Apabila ini terjadi, tumor pada
tulang belakang biasanya dijumpai pada punggung bagian tengah atau
bawah. Nyerinya konstan dan biasanya memburuk dari waktu ke waktu.
Nyerinya progresif dan tidak terkait dengan aktivitas dan/atau terjadi pada
waktu malam (Pediatric Orthopaedic Society of North America (POSNA),
2010).
2.6. Hasil Penelitian Sebelumnya Tentang Kejadian Nyeri Punggung
Kesadaran di kalangan tenaga pengajar, ahli-ahli medis, orang tua
dan pemerintah tentang nyeri punggung pada anak-anak sekolah yang
disebabkan oleh peningkatan penggunaan tas ransel yang berlebihan berat
semakin meningkat (Cottalorda et al., 2004). Baru-baru ini, para ilmuwan telah mulai untuk memeriksa efek dari penggunaan tas ransel yang berat
dan penuh dengan buku. Mereka mendapati bahwa penggunaan tas ransel
yang berat mampu memberi suatu ancaman yang serius terhadap
perkembangan tulang belakang anak-anak (Lucas, 2011). Para pakar
mengatakan bahwa penyebab utamanya adalah tas anak-anak yang
berlebihan berat. Kebiasaannya tas hanya di pakai pada satu bahu dan
diiisi dengan semua benda mulai dari makan siang, alat-alat olahraga dan
juga buku-buku sehingga menyebabkan berat tas yang dibawa berada pada
tahap yang mengkhawatirkan. Ini meningkatkan kesadaran di kalangan
2.6.1. Berat Tas penelitian yang dilakukan terhadap siswa sekolah pria yang sehat (n=200),
umur rata-rata (SD) 12,5 (0,5) tahun, dari sekolah tinggi di Mangalore,
India menunjukkan penggunaan tas ransel yang mempunyai berat 15%
dari berat badan siswa akan mengubah sudut sikap badan (postural) seperti cranio-vertebral, kepala pada leher, kepala dan leher pada tubuh,
tubuh dan tungkai bawah di kalangan anak-anak pra remaja. Menurut
Ministry of Education (1993) dan National Back Pain Association (1997)
dalam Nor Azlin et al. (2010) garis pedoman yang telah dikembangkan di banyak negara adalah bertujuan untuk meminimalkan kesan buruk dari
berat tas terhadap siswa sekolah. Kebanyakan garis pedoman
merekomendasikan tas sekolah agar tidak melebihi 10% dari berat badan
siswa. Menurut Bauer dan Freivalds (2009) dalam Nor Azlin et al. (2010)
10% dari berat badan telah dilaporkan sebagai batas beban yang tidak
menyebabkan fleksi pada batang tubuh dan penekanan yang dirasakan
adalah pada siswa usia 11 – 14 tahun.
2.6.2. Jenis Kelamin
Prevalensi nyeri meningkat sesuai dengan usia dan kadarnya lebih
tinggi pada perempuan berbanding laki-laki (Jones dan Macfarlane, 2004).
Menurut Wedderkopp et al. (2005) pada perempuan, frekuensi nyeri punggung bawah dilaporkan meningkat ketika pubertas sehingga mencapai
maturitas tanpa mengenal usia. Meskipun demikian, persoalan mengapa
perempuan lebih rentan mengalami nyeri punggung pada tahap awal
(2012) menyelidiki pengaruh tas terhadap kurva spinalis, level bahu,
penjajaran (alignment) tubuh dan nyeri punggung pada remaja dan mendapati hasilnya menunjukkan perempuan lebih sering menderita nyeri
dorsal dengan intensitas lebih kuat berbanding laki-laki. Mereka juga
mengalami penurunan pada sudut yang dikenali sebagai Cranio-Cervical angel (CCA) dan juga perpindahan batang tubuh atas dan bahu. Navuluri et al. (2006) dalam Al-Qato (2012) mendapati terdapat korelasi antara nyeri dan berat tas per indeks massa tubuh di kalangan perempuan adalah
signifikan dan positif namun negatif dan tidak signifikan pada laki-laki.
Menurut Grimmer et al. (1999) dalam Lucas (2011) bahwa siswa perempuan lebih banyak mengeluhkan nyeri punggung berbanding siswa
laki-laki. Menurut mereka, siswa perempuan mengeluh adanya
peningkatan nyeri punggung ketika berusia 8 tahun manakala siswa
laki-laki melaporkan hal yang sama terjadi 1 – 2 tahun kemudian.
2.6.3. Usia
Menurut Ibrahim (2012) perempuan usia muda membawa tas
sekolah yang lebih berat berbanding perempuan yang berusia lebih tua.
Menurut Pascoe et al. (1997) dalam Al-Qato (2012) bahwa siswa berusia 11-13 tahun membawa tas dengan berat 17% dari berat badan sehingga
bisa memberikan efek yang membahayakan kemampuan fisik anak
tersebut. Peneliti meneliti kesan pembawaan tas sekolah terhadap postur
dan gait dari anak berusia 11-13 tahun dan mendapati pembawaan tas
sekolah mengurangkan panjang langkah, meningkatkan frekuensi langkah
dan menggalakkan posisi tubuh tersandar ke depan. Pada penelitian yang
sama, 73,4% anak-anak mengunakan hanya satu tali dari tas sekolah
mereka untuk membawa bahan dan buku-buku. Penggunaan hanya satu
tali pada tas sekolah sepertinya menggalakkan penekukan tulang belakang
ke sisi lateral dan elevasi bahu, manakala penggunaan kedua tali pada tas
sekolah mengurangkan hal-hal tersebut. Skagg et al. (2006) dalam Al-Qato (2012) mendapati 37% dari anak-anak berusia 11-14 tahun menderita nyeri
et al. (2002) dalam Al-Qato (2012) menghubungkan penggunaan tas keluhan nyeri punggung pada anak juga dipengaruhi oleh body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh (IMT). Penelitian Lake, Power dan Cole (1999) dalam Sya’bani (2012) menunjukkan ada hubungan status gizi
dengan keluhan nyeri punggung. Penelitian ini menunjukkan bahwa anak
dengan berat badan berlebihan atau obesitas memiliki peningkatan risiko
nyeri punggung lebih besar terutama pada perempuan (OR=1,78). Nilai
BMI yang besar dapat meningkatkan risiko nyeri punggung karena beban
pada tulang belakang menjadi lebih besar. Selain itu, berat badan
berlebihan juga memicu penurunan aktivitas yang akhirnya juga akan
meningkatkan risiko nyeri punggung. Walaupun begitu, di dalam
penelitian oleh Sya’bani (2012) membuktikan bahwa tidak ada hubungan
antara status gizi dengan keluhan nyeri punggung. Keluhan nyeri
punggung pada responden dengan status gizi normal, dilihat dari hasil
statistika, mencapai 43,6% sedangkan responden dengan gizi tidak normal
mencapai 45,5%. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik gizi
responden, maka keluhan nyeri punggung bisa semakin rendah.
2.6.5. Lama Penggunaan Tas Sekolah
Menurut Haselgrove et al. (2008) hampir 50% dari remaja membawa tas sekolah mereka selama lebih dari 30 menit dalam waktu
sehari. Terdapat bukti dengan U-shaped trend antara lama penggunaan tas dengan kejadian nyeri punggung di mana remaja yang membawa tas
mereka selama 5 hingga 10 menit dalam satu hari mengeluhkan nyeri
punggung yang lebih sedikit berbanding teman-teman mereka yang lain.
siswa laki-laki menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p=0,04).
Manakala untuk siswa perempuan menunjukkan asosiasi linear antara lama
penggunaan tas dengan kejadian nyeri leher (p=0,03). Lama penggunaan
tas sekolah yang tinggi dikatakan apabila melebihi durasi selama 30 menit
dalam satu hari.
2.6.6. Faktor Risiko Terhadap Kejadian Nyeri Punggung
Menurut Ibrahim (2012) berat dan presentase tas sekolah yang
tinggi dan cara membawa tas sekolah merupakan faktor risiko yang
berasosiasi dengan keluhan nyeri punggung pada siswa sekolah perempuan
di Mesir. Menurut Haismann (1998) dan Knapik et al. (1996) dalam Chansirinosukor et al. (2001) efek kombinasi dari beban yang berat, posisi beban pada tubuh, waktu yang diambil untuk membawanya, distribusi
beban, karakteristik dan kondisi fisik pada seorang individu dihipotesiskan
menjadi faktor-faktor yang berkaitan dengan masalah ini. Pola hidup yang
tidak aktif berkemungkinan merupakan faktor yang paling penting dalam
menentukan nyeri punggung di kalangan anak-anak sekolah. Menurut
Spanish National Health Enquiry tahun 2006 bahwa 11,8% siswa sekolah yang berusia 10 – 15 tahun mengklasifikasikan diri mereka sebagai kurang
beraktivitas ataupun tidak aktif (Rodríguez-Oviedo et al., 2012). 2.6.7. Keluhan-keluhan Sehubungan Penggunaan Tas
Penelitian terkini menurut The U.S. Consumer Product Safety Commision menyatakan bahwa sehingga 75% dari anak-anak sekolah tidak hanya mengeluh nyeri punggung, tetapi juga nyeri pada leher dan bahu.
Penelitian tersebut juga menunjukkan lebih 13.260 kecederaan yang
dirawat di ruang gawat darurat, ruang dokter dan klinik ada hubungannya
dengan penggunaan tas ransel (Swolensky, 2013). Pada akhir dari masa
remaja mereka, hampir 60% dewasa muda merasakan setidaknya satu
episode nyeri punggung bawah dan suatu penelitian baru menyatakan
bahwa setidaknya sebagian daripada masalah ini disebabkan oleh efek cara
menggunakan tas ransel yang salah pada tulang belakang mereka ketika
Menurut Ibrahim (2012) banyak siswa melaporkan bahwa berat tas
sekolah mereka dirasakan berat, hampir separuh dari semua siswa
perempuan dalam penelitian tersebut melaporkan keluhan nyeri punggung
dan lebih dari satu pertiga mengeluhkan nyeri punggung dan nyeri bahu.
The Consumer Product Safety Commision (CPSC) menganggarkan 7.277 kunjungan ke ruangan gawat darurat setiap tahun itu disebabkan oleh
kecederaan yang terkait dengan penggunaan tas yang berisi buku. CPSC
juga turut melaporkan bahwa kecederaanyang terkait dengan penggunaan
tas ransel telah meningkat sehingga 330% sejak 1996. Ini merupakan suatu
permulaan dari epidemi yang mampu menyebabkan kerusakan yang serius
pada kesehatan anak sepanjang hayatnya (Arnsdorff, 2002).
Menurut Troussier et al. (1994) dalam Chansirinosukor et al. (2001) masalah muskuloskeletal yang berkaitan dengan penggunaan tas
ransel pada anak-anak sekolah merupakan suatu hal yang
mengkhawatirkan. Berjalan dengan beban yang dibawa seperti tas sekolah
adalah aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan oleh anak-anak sekolah.
Pembawaan tas sekolah yang berat secara berulang telah dipercayai
mampu meletakkan tekanan tambahan pada tulang belakang anak yang
sedang dalam pertumbuhan. Tekanan tambahan ini dapat menyebabkan
anak-anak lebih cenderung untuk mengubah sikap badan (posture) dan
sekaligus memicu kepada terjadinya masalah pada punggung bawah (Shi
et al., 2011).
Banyak penelitian mendapati bahwa tas ransel mengubah sikap
badan (posture) dan gaya berjalan (gait) secara signifikan yang menyebabkan perubahan pada sudut kepala-leher (head-neck angle), bahu yang asimetris dan juga lumbal lordosis. Perubahan biomekanikal ini
mampu memicu untuk munculnya nyeri kronis dan kelainan patologis
2.6.8. Gejala/Simptom yang Timbul
Simptom pada punggung merupakan penyebab simptomatis yang
kedua paling banyak yang dikeluhkan oleh pasien di Amerika Serikat
sehingga mereka harus mendapatkan konsultasi dari para dokter.
(Cottalorda et al., 2004). Cedera pada punggung merupakan sebagian dari masalah dalam kehidupan sehari-hari. Ia bisa menyebabkan nyeri tajam
atau tumpul dan dapat disertai dengan sensasi geli (tingling), kebas (numbness) ataupun seperti terbakar (burning). Anda juga mungkin dapat merasakan kelemahan, nyeri atau geli (tingling) pada bagian pelvis dan paha atas, di mana kondisi ini dikenal sebagai sciatica. Tulang belakang
biasanya masih bagus ketika terjadinya cedera pada punggung. Cedera
yang minor biasanya sembuh dalam hitungan 1-2 hari. Namun, sebagian
nyeri dapat berlangsung lama (Swolensky, 2013).
2.6.9. Konsultasi Dokter
Walaupun banyak anak melaporkan terjadinya limitasi terhadap
aktivitas sehari-hari meraka, namun konsultasi ke dokter masih juga
berada pada tingkat rendah. Nyeri punggung juga jarang menjadi penyebab
ketidakmampuan (disability) yang serius maupun hospitalisasi. Mayoritas dari anak-anak merasakan nyeri punggung bawah yang nonspesifik dan
sembuh sendiri (self-limiting) dan penelitian menunjukkan teknik
pencitraan yang biasa mempunyai kemampuan yang rendah untuk
membedakan antara anak dengan atau tanpa nyeri punggung bawah. Jadi,
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :
3.2. Variabel Penelitian
3.2.1. Variabel Independen
Pada penelitian ini yang ditetapkan sebagai variabel independen
adalah penggunaan tas jenis ransel ataupun jenis troli oleh siswa Sekolah
Dasar Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah, Medan. Penggunaan Tas
Ransel
Penggunaan Tas
Troli
Kejadian Nyeri Punggung
pada Siswa Sekolah Dasar
(Variabel Independen)
(Variabel Dependen) - Jenis Kelamin
- Status Gizi
- Usia
- Berat Tas
- Lama Penggunaan Tas
Regio Nyeri
3.2.2. Variabel Dependen
Pada penelitian ini yang ditetapkan sebagai variabel dependen
adalah kejadian nyeri punggung pada siswa Sekolah Dasar Yayasan
Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah sebagai dampak dari penggunaan tas
sekolah.
3.3. Definisi Operasional
3.3.1. Penggunaan Tas
• Definisi : Cara memegang atau mengangkat tas sambil berjalan untuk dibawa ke sekolah pada setiap hari.
Tas yang dibawa bisa jenis ransel atau jenis troli
yang harus dibawa sendiri oleh siswa sekolah dasar
tanpa dibantu oleh siapapun. • Cara Pengukuran : Wawancara
• Alat Pengukuran : Kuesioner
• Hasil Pengukuran : 1. Tas sekolah jenis ransel atau jenis troli.
2. Tas digendong pada kedua bahu, satu bahu atau
ditarik menggunakan tangan. • Skala Pengukuran : Nominal
3.3.2. Nyeri Punggung
• Definisi : Nyeri yang dirasakan dimulai dari nyeri pada leher, nyeri pada punggung tengah, nyeri
punggung bawah atau nyeri tulang
sacrum/coccygeus. Intensitas nyeri dideskripsikan
melalui skala nyeri yang ditandai oleh siswa
setelah dijelaskan oleh peneliti. • Cara Pengukuran : Wawancara
• Alat Pengukuran : Kuesioner