• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Kesalahan Pembuatan Radiografi Intraoral Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Kesalahan Pembuatan Radiografi Intraoral Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1

DEPARTEMEN RADIOLOGI DENTAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH

SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI

No. Responden : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu FKG di Denpasar Bali.

2. Jawablah setiap pertanyaan dengan menulis huruf pilihan jawaban yang di anggap benar pada kotak yang tersedia di sebelah kanan.

3. Semua pertanyaan harus dijawab.

4. Setiap pertanyaan di isi dengan satu jawaban.

(2)

1. Kesalahan pada gambaran radiografi di bawah ini adalah

A.Elongasi

B.Foreshortening C.Overlaping

2. Kesalahan pada soal nomor 1 disebabkan oleh A. Angulasi vertikal yang terlalu kecil B. Angulasi vertikal yang terlalu besar C. Angulasi horizontal yang terlalu besar

3. Kesalahan pada gambaran radiografi di bawah ini adalah

A. Elongasi

B. Foreshortening C. Overlaping

4. Kesalahan pada soal nomor 3 operator sebaiknya A. Menurunkan angulasi vertikal positif B. Menurunkan angulasi vertikal negatif C. Meningkatkan angulasi horizontal

1.

2.

3.

4.

(3)

5. Kesalahan pada gambaran radiografi dibawah ini adalah

A. Cone cutting B. Partial white image C. Partial dark image

6. Kesalahan pada soal nomor 5 disebabkan karena A. Posisi cone yang salah.

B. Sebagian film tidak tenggelam dalam larutan developer.

C. Sebagian film tidak tenggelam dalam larutan fixer.

7. Kesalahan pada gambaran radiografi di bawah ini adalah

A. Spot hitam pada film B. Stain

C. Static Electricity

8. Kesalahan pada soal nomor 7 terjadi pada saat

A. Mengeluarkan film dari pembungkus secara kasar B. Mengeluarkan film dari pembungkus secara lembut C. Memasukkan film ke dalam pembungkus secara

lembut

5.

6.

7.

(4)

9. Kesalahan pada gambaran radiografi di bawah ini adalah

A. High Density Film Image B. Low Density Film Image C. Cracked

10.Kesalahan pada nomor 9 terjadi karena

A. Prosessing pada larutan developer yang terlalu lama

B. Prosessing pada larutan developer yang terlalu cepat

C. Prosessing pada larutan fixer yang terlalu lama

9.

10.

(5)
(6)
(7)
(8)

Lampiran 3

(9)

Lampiran 4

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Teman-teman,

Saya yang bernama Fitri Afrianty, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU, ingin melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Kesalahan Pembuatan Radiografi Intraoral Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali”.

Pada kesempatan ini, saya ingin teman-teman mengetahui dan memahami tujuan serta manfaat penelitian ini, sehingga memahami apa yang akan dilakukan, diperiksa dan didapatkan sebagai hasil penelitian ini. Dengan demikian, saya berharap Anda bersedia menjadi subjek penelitian ini dan saya percaya bahwa partisipasi Anda akan bermanfaat bagi Anda sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Kesalahan Pembuatan Radiografi Intraoral Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali.

Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Kesalahan Pembuatan Radiografi Intraoral Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar Bali.

Pada penelitian ini Anda diminta untuk mengisi kuesioner yang akan diberikan kepada Anda.

Pada penelitian ini Anda tidak dikenakan biaya atau gratis dan tidak terdapat risiko pada subjek yang diteliti. Peneliti utama dilakukan oleh saya sendiri Fitri Afrianty.

(10)

dan Anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung.

Demikian, mudah-mudahan keterangan di atas dapat dimengerti dan atas kesediaan Anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Fitri Afrianty

(11)

Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :

NIM :

Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya mengenai apa yang akan dilakukan dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Kesalahan Pembuatan Radiografi Intraoral Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Denpasar

Bali.”

Maka saya menyatakan bersedia ikut berpartisipasi menjadi salah satu subjek penelitian untuk mengisi kuesioner yang diberikan kepada saya. Pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan.

Denpasar,...

Yang menyetujui, Subjek penelitian

(12)

Lampiran 6

ANGGARAN BIAYA PENELITIAN

”Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Kesalahan Pembuatan Radiografi Intraoral Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar Rp 4.600.000 dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya penyiapan proposal Rp 100.000

2. Biaya pembuatan kuesioner Rp 300.000

3. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 300.000 4. Biaya penjilidan dan penggandaan laporan Rp 200.000

5. Biaya transportasi Rp 3.000.000

6. Biaya tempat tinggal Rp 500.000

7. Biaya Konsumsi Rp 200.000

Total Rp 4.600.000

Anggaran biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

Peneliti

Fitri Afrianty

(13)

Lampiran 7

JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No. Kegiatan

Waktu Penelitian

Oktober 2013 November 2013 Desember 2013 Januari 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penyusunan

Proposal 2 Seminar Proposal 3 Pengumpulan

Data 4 Pengolahan

dan Analisis Data

(14)

Lampiran 8

CURRICULUM VITAE

(RIWAYAT HIDUP)

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Fitri Afrianty Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Pekan Baru, 07 April 1992 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : Jalan Jermal 3 Gg. Setia Budi No 8 D Medan 20227 Telepon/HP : 061-7356446/ 085358885759/085761312074 Email : fitri_luphly@yahoo.com

PENDIDIKAN

1997-2003 : SD Harapan 2 Medan 2003-2006 : SMP Negeri 2 Medan 2006-2009 : SMA Negeri 8 Medan

2010-sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Medan, Januari 2014

Fitri Afrianty

(15)

Lampiran 9

Frequency Table

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 26 26.0 26.0 26.0

Perempuan 74 74.0 74.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Melihat Radiografi yang

Mengalami Elongasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 1 1.0 1.0 1.0

Benar 99 99.0 99.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Penyebab Elongasi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 14 14.0 14.0 14.0

Benar 86 86.0 86.0 100.0

(16)

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Melihat Radiografi yang

Mengalami Foreshortening

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 0 0.0 0.0 0.0

Benar 100 100.0 1000 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Penyebab Foreshortening

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 54 54.0 54.0 54.0

Benar 46 46.0 46.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Melihat Radiografi yang

Mengalami Partial White Image

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 17 17.0 17.0 17.0

Benar 83 83.0 83.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Penyebab Partial White Image

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 20 20.0 20.0 20.0

Benar 80 80.0 80.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

(17)

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Melihat Radiografi yang

Mengalami Static Electricity

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 54 54.0 54.0 54.0

Benar 46 46.0 46.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Penyebab Static Electricity

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 3 3.0 3.0 3.0

Benar 97 97.0 97.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik dalam Melihat Radiografi yang

Mengalami High Density Film Image

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 40 40.0 40.0 40.0

Benar 60 60.0 60.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Penyebab High Density Film

Image

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Salah 24 24.0 24.0 24.0

Benar 76 76.0 76.0 100.0

(18)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Tahun 2014

Fitri Afrianty

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali xii+43 halaman

Dalam mendiagnosis suatu penyakit gigi dan mulut selain melakukan pemeriksanaan klinis secara lengkap juga perlu didukung dengan pemeriksaan penunjang, salah satunya pemeriksaan radiografi. Radiografi juga dapat membantu menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan. Pada saat ini masih banyak mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak mengetahui tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali pada bulan Desember 2013 dengan jumlah sampel 100 mahasiswa kepaniteraan klinik. Data diperoleh dengan pengisian kuisioner.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh pengetahuan mahasiswa terhadap elongasi 99% benar, penyebab elongasi 86% benar, foreshortening 100% benar, penyebab foreshortening 46% benar, partial white image 83% benar, penyebab partial white image 80% benar, static electricity 46% benar, penyebab static electricity 97% benar, high density film image 60% benar, penyebab high density film image 76% benar.

Kesimpulan penelitian ini tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang kesalahan pembuatan radiografi intraoral pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali dapat dikategorikan baik (71%)

(19)

DAFTAR PUSTAKA

1. Williamson GF. Keys to successful intraoral radiography.

2. Sari M. Pengetahuan Intraoral roentgenogram sebagai sarana diagnosa dan kegagalan-kegagalannya. 2001: 1-24. (skripsi)

3. Langland OE, Langlais RP, Preece JW. Principles of dental imaging. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002: 4,16,86-91,98-123,155-77. 4. Haghnegahdar A, Bronoosh P, Taheri M, Farjood A. Common intraoral

radiographic errors made by dental students. GMJ 2013; 2(2); 44-8.

5. Carvalho PL,dkk. Technical errors in intraoral radiographs performed by undergraduate students. RGO 2009; 57(2): 151.

6. Patel JR. Evaluating student progress through error reduction in intraoral radiographic technique. Oral Surgery,oral medicine,oral pathology 1986; 62(4): 471.

7. Felippe MCS, Nassri MRG, Burgos PG, Freitas SFT, Marques JL. Quality of periapical radiographs taken by undergraduate students during endodontic treatment. RSBO 2008; 6: 63-9.

8. Frommer HH. Radiology for dental auxiliaries. 7th ed. Missouri: Elsevier mosby, 2001: 7-9,128,139,163-7,175-211.

9. Sikri VK. Fundamentals of dental radiology. 2nd ed. New Delhi: Darya ganj, 2001: 44,49-75.

10. Ruprecht A. Oral and maxillofacial radiology : then and now. JADA 2008 ; 139(3): 58-65.

11. Frommer HH, Stabulas-Savage JJ. Radiology for the dental professional. 8th ed. Missouri: Elsevier mosby, 2005: 7-11,177-82,186-90,198-248,260.

(20)

13. American dental association council on scientific affairs. The use of dental radiograps update and recommendations. JADA 2006; 137: 1304-6.

14. Boel T. Dental radiografi prinsip & teknik. Medan: Usupress, 2009: 20-8,48-56. 15. Farman AG. Intraoral radiographic technique. ADA CERP 2011: 1,3,4,9.

16. Whaites E. Essentials of dental radiography and radiology. 4th ed. Churchill: Elsevier, 2007: 91,113,125-30,209-14.

17. Whaites E. Radiography and radiology for dental care professionals. 2nd ed. London: Elsevier, 2009: 3,9,83-8,98,105,117,120,121,181-8.

18. White SC, Pharoah MJ. Oral radiology : principles and interpretation. 6th ed. China: Elsevier Mosby., 2009: 109-11,135,136.

19. Williamson GF. Intraoral radiography: principles, technique and error correction

20. Chestnutt IG, Gibson J. Clinical dentistry. 3th ed. Philadelphia: Churchill livingstone elsevier, 2007: 43-4.

21. Williamson GF. Best practices in intraoral radiography. ADA CERP 2011: 81-5.

22. Mauriello SM, Shugars D. Intraoral bitewing radiographic technique. ADA CERP 2011: 1-3.

23. Tushiva L. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang prosedur pemanfaatan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di sumatera barat. 2013: 27. (skripsi belum terpublikasi)

24. Azevedo-Vaz SL, Vasconcelos KF, Rovaris K, Ferreira NP, Neto FH. A survey dental undergraduates knowledge of oral radiology. Braz J Oral Sci 2013; 12(2): 109-13.

25. Mestika E. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik fakultas kedokteran gigi universitas sumatera utara terhadap prosedur penggunaan radiografi dental dalam melakukan perawatan gigi. 2012: 18. (skripsi belum terpublikasi)

(21)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu mengumpulkan data. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini dapat menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang diperoleh.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

Metode sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Maka besar sampel penelitian diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan rumus : n : Jumlah sampel.

Z : Derajat kepercayaan. (95% = 1,96)

P : Proporsi populasi penelitian sebelumnya. (0,5) Q : Selisih antara populasi sebelumnya.

d : Selang kepercayaan. (10% = 0,1) �= �ɑ

2��

(22)

Cara Perhitungan Sampel Minimum �= (1,96

2)(0,5)(10,5)

(0,1)2

�= 96,04

Dari hasil perhitungan besar minimum sampel diperoleh besar sampel 96,04 oleh karena itu peneliti mengambil sampel sebanyak 100 orang.

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap kesalahan radiografi intraoral didefinisikan sebagai hasil pemikiran mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap gambaran radiografi yang tidak sesuai dengan gambaran sebenarnya. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap kesalahan pembuatan radiografi intraoral diukur menggunakan kuisioner dengan skala ordinal.

Pengetahuan tersebut diukur dengan kuisioner yang telah diberi nilai. Pertanyaan berjumlah 10 dimana setiap pertanyaan memiliki dua pilihan jawaban yaitu jawaban yang salah dengan nilai 0 dan jawaban yang benar dengan nilai 1. Berdasarkan seluruh pertanyaan dengan total nilai 10, maka tingkat pengetahuan secara keseluruhan diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu :

A. Tingkat pengetahuan baik apabila total nilai berada diantara 8-10 (> 75% dari total nilai maksimal)

B. Tingkat pengetahuan sedang apabila total nilai berada diantara 6-7 (60%-75% dari total nilai maksimal)

C. Tingkat pengetahuan buruk apabila total nilai berada diantara 0-5 (<60% dari total nilai minimal)

(23)

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Kuisioner

Penyebaran kuisioner kepada mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas

Kedokteran Gigi di Denpasar Bali

Mahasiswa kepaniteraan klinik diminta untuk mengisi lembaran kuisioner

Kuisioner yang telah diisi diambil kembali oleh peneliti

Peneliti memeriksa kuisioner yang telah diisi

Peneliti melakukan pengolahan data secara manual dan komputerisasi

Peneliti mengoreksi hasil dari data yang telah diolah

(24)

3.6 Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputerisasi diantaranya: a. Penyuntingan data (editing) dilakukan pemeriksaan kembali apakah data yang terkumpul sudah lengkap, jelas tidak meragukan, tidak ada kesalahan dan sebagainya.

b. Membuat lembaran kode (coding sheet) memuat kode pada lembaran kuesioner yang bertujuan memberi nomor responden untuk lebih mudah dalam pengolahan dan perhitungan total nilai dari seluruh pertanyaan.

c. Memasukkan data (data entry) memasukkan data ke dalam kolom-kolom yang telah disesuaikan dengan jawaban masing-masing pertanyaan dan nilai dari masing-masing jawaban.

d. Tabulasi membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6.2 Analisis Data

Data diolah secara deskriptif yaitu data univarian dihitung menggunakan teknik statistik yang disajikan dalam bentuk tabel berupa distribusi frekuensi sederhana dan dalam bentuk persentasi.

3.7 Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapat keterangan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Sumatera Utara ( Health Research Ethical Committee of North Sumatera) dengan nomor surat 12 /KOMET/FKG USU/2014 dengan judul pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang kesalahan pembuatan radiografi intraoral pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali. Sebelum penelitian ini berjalan responden telah diberikan penjelasan mengenai manfaat dan resiko dari penelitian ini.

(25)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel pada penelitian ini berjumlah 100 orang mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuisioner untuk mengukur pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap kesalahan gambaran radiografi intraoral yang tidak sesuai dengan gambaran sebenarnya. Adapun hasil penelitian tertera pada tabel-tabel di bawah ini:

4.1 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 1. Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase Laki-laki

Tabel 2. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami elongasi.

Jawaban Frekuensi Persentase

(26)

4.3. Pengetahuan tentang Penyebab Elongasi

Tabel 3. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang penyebab elongasi.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar

4.4 Pengetahuan tentang Foreshortening

Tabel 4. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami foreshortening.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar

4.5. Pengetahuan tentang Penyebab Foreshortening

Tabel 5. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang penyebab foreshortening.

Jawaban Frekuensi Persentase

(27)

4.6. Pengetahuan tentang Partial White Image

Tabel 6. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami partial white image.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar

4.7. Pengetahuan tentang Penyebab Partial White Image

Tabel 7. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang penyebab partial white image.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar

4.8 Pengetahuan tentang Static Electricity

Tabel 8. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami static electricity.

Jawaban Frekuensi Persentase

(28)

4.9. Pengetahuan tentang Penyebab Static Electricity

Tabel 9. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang penyebab static electricity.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar

4.10. Pengetahuan tentang High Density Film Image

Tabel 9. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami high density film image.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar

4.11. Pengetahuan tentang Penyebab High Density Film Image Tabel 11. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang

penyebab high density film image.

Jawaban Frekuensi Persentase

(29)

4.12 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik secara Individual tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral.

Grafik 1. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual tentang kesalahan pembuatan radiografi intraoral pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80%

Buruk (10%) Sedang (19%) Baik (71%)

Persentase

Buruk (10%)

Sedang (19%)

(30)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan sampel berjumlah 100 orang mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuisioner untuk mengukur pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap kesalahan gambaran radiografi yang tidak sesuai dengan gambaran sebenarnya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 orang responden diperoleh hasil bahwa berdasarkan jenis kelamin diperoleh 26% frekuensi responden berjenis kelamin laki-laki (Tabel 1). Hasil penelitian sebelumnya oleh Tushiva (2013) diperoleh hasil sebesar 36,2% frekuensi responden berjenis kelamin laki-laki.23 Penelitian dari Sergio Lins de-Azevedo-Vaz,dkk (2013) diperoleh hasil 24,1% frekuensi mahasiswa berjenis kelamin laki-laki.24 Penelitian dari Emilia Mestika (2012) pada mahasiswa kepaniteraan klinik di Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara didapat 27,5 % responden berjenis kelamin laki-laki.25 Dari perbandingan ini dapat kita lihat mahasiswa kepaniteraan klinik lebih kecil persentasinya berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan, hal ini menunjukkan bahwa fakultas kedokteran gigi lebih banyak diminati oleh perempuan.

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang dapat menjawab dengan benar tentang radiografi yang mengalami elongasi pada foto radiografi intraoral adalah sebesar 99% (Tabel 2) dan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang dapat mengetahui penyebab elongasi pada foto radiografi intraoral adalah sebesar 86% (Tabel 3). Penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar,dkk yang meneliti tentang kesalahan mahasiswa dalam pembuatan radiografi intraoral yang mengalami elongasi sebesar 9,4%.4

Elongasi dalam radiografi intaoral adalah suatu penyimpangan gambaran gigi dan jaringan sekitarnya yang terlihat lebih panjang daripada sebenarnya. Elongasi

(31)

disebabkan karena kesalahan angulasi vertikal. Angulasi vertikal yang terlalu kecil akan mengakibatkan gambar yang dihasilkan lebih panjang dari yang sebenarnya.1 Untuk menghindari terjadinya elongasi maka operator harus menggunakan angulasi vertikal yang sesuai standar. 3,14

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang dapat menjawab dengan benar tentang radiografi yang mengalami foreshortening pada foto radiografi intraoral adalah sebesar 100% (Tabel 4) dan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang dapat mengetahui penyebab foreshortening sebesar 46% (Tabel 5). Penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar, dkk yang meneliti tentang kesalahan mahasiswa dalam pembuatan radiografi intraoral yang mengalami foreshortening sebesar 5%.4

Foreshortening dalam radiografi intraoral adalah suatu penyimpangan gambaran gigi dan jaringan sekitarnya yang terlihat lebih pendek dari yang sebenarnya disebabkan oleh kesalahan angulasi vertikal dengan sudut penyinaran yang terlalu besar dari sinar-x sehingga menyebabkan hasil foto radiografi terlihat lebih pendek.1,3,14

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang dapat menjawab dengan benar tentang radiografi yang mengalami partial white image pada foto radiografi intraoral adalah sebesar 83% (Tabel 6) dan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang dapat mengetahui penyebab partial white image sebesar 80% (Tabel 7).

Partial white image dalam radiografi intraoral adalah gambaran yang terlihat putih pada bagian pinggir film. Keadaan ini dapat diakibatkan karena sebagian film tidak tenggelam dalam larutan developer.3,14

(32)

Static electricity adalah gambaran menyerupai ranting pohon berwarna hitam yang dapat ditafsirkan sebagai fraktur tulang. Keadaan ini dapat diakibatkan karena cara mengeluarkan film dari pembungkus secara kasar.3,14

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang dapat menjawab dengan benar tentang radiografi yang mengalami high density film image pada foto radiografi intraoral adalah sebesar 60% (Tabel 10) dan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang dapat mengetahui penyebab high density film image sebesar 76% (Tabel 11). Penelitian yang dilakukan oleh Pedro, dkk memperoleh hasil kesalahan prosessing pada hasil foto radiografi dengan persentase 1,43%.5 Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkat kesalahan dalam prosessing film yang dilakukan mahasiswa seharusnya berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat dan mengetahui penyebab high density film image pada hasil foto radiografi. Hasil yang diperoleh bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa yang dapat melihat radiografi yang mengalami high density film image dikategorikan sedang dan tingkat pengetahuan mahasiswa yang dapat mengetahui penyebab high density film image dikategorikan baik.

High density film image adalah gambaran radiografi yang terlihat gelap (dark radiograph). High density film image dapat disebabkan oleh konsentrasi larutan developer yang terlalu pekat, larutan developer terkontaminasi dengan larutan fixer, dan perendaman dalam larutan developer terlalu lama.3,19

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual tentang kesalahan pembuatan radiografi intraoral dikategorikan menjadi tiga kategori berdasarkan total skor maksimal. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa secara individual dikategorikan baik sebesar 71% atau sebanyak 71 orang (Grafik 1), kategori sedang sebesar 19% atau sebanyak 19 orang (Grafik 1) , kategori buruk 10% atau sebanyak 10 orang (Grafik 1). Dari hasil penelitian ini persentasi terbesar tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual dikategorikan baik (71%).

(33)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang kesalahan pembuatan radiografi intraoral pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali adalah 71% dan dapat dikategorikan baik.

6.2 Saran

1. Diharapkan agar mahasiswa kepaniteraan klinik meningkatkan pengetahuan dalam menganalisa penyebab kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral sehingga dapat mengurangi kesalahan diagnosis dan tercapainya diagnosis kasus yang tepat.

(34)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Dental

Radiografi pertama kali dikemukakan oleh Wilhelm Conrad Roentgen, seorang professor fisika dari Universitas Wurzburg, Jerman pada November 1895.8,9 Pada Januari 1896, Dr. Otto Walkoff, seorang dokter gigi berkebangsaan Jerman mencoba untuk membuat radiografi dental yang pertama. Pada percobaan pertama Dr. Otto Walkoff menggunakan teknik bitewing sederhana dan memasukan lempeng kaca fotografi yang di bungkus dengan kertas hitam kedalam mulutnya sendiri dan kemudian diberi paparan sinar radiografi selama 25 menit.8-10

Perkembangan alat radiografi di bidang kedokteran gigi dimulai pada tahun 1913, dimana William D. Coolidge membuat sebuah tabung katoda sinar-x yang berisi kawat pijar.8,11 Pada tahun 1923, miniatur yang lebih kecil dari versi yang pertama dimunculkan dan kemudian berkembang hingga 1966 dimana pada tahun ini muncul penggunaan sinar-x untuk intraoral dengan long beam yang digunakan sampai saat ini. Pada tahun 1987, Francis Mouyen memperkenalkan radiografi digital yang pertama dan kemudian berkembang menjadi cone-beam computed tomography yang dapat menampilkan gambaran hasil radiografi dalam bentuk dua dimensi (2D) ataupun tiga dimensi (3D) pada layar komputer.12

Radiografi dental merupakan sarana pemeriksaan untuk melihat manifetasi oral di rongga mulut yang tidak dapat dilihat dari pemeriksaan klinis namun dapat dengan jelas terlihat gambaran seperti perluasaan dari penyakit periodontal, karies pada gigi serta kelainan patologis rongga mulut lainnya.7,11,13 Radiografi dental menjadi pedoman untuk memaksimalkan hasil diagnosis yang terlihat dari interpretasi gambar.1

Radiografi dental terbagi atas dua yaitu radiografi ekstraoral dan radiografi intraoral.

(35)

2.2 Radiografi Ekstraoral

Radiografi ekstraoral adalah gambaran yang dihasilkan dari gigi geligi tetapi fokusnya terletak pada rahang dan tengkorak. Sinar-x pada radiografi ekstraoral tidak memberikan detail yang baik seperti pada radiografi intraoral. Hal ini mengakibatkan radiografi ekstraoral tidak digunakan untuk mendeteksi masalah pada gigi secara individual. Sebaliknya radiografi ekstraoral digunakan untuk melihat gigi yang impaksi, memantau pertumbuhan dan perkembangan rahang dan hubungannya dengan gigi, serta mengidentifikasi masalah antara gigi, rahang dan sendi temporomandibular atau tulang wajah yang lain.14

Radiografi ekstraoral yang sering digunakan adalah radiografi panoramik. Gambaran panoramik akan menampilkan daerah seluruh mulut termasuk gigi pada rahang atas dan rahang bawah dalam satu film. Gambaran panoramik sering digunakan untuk mendeteksi gigi impaksi, melihat gigi bercampur dan bantuan dalam mendiagnosis tumor. Radiografi ekstraoral yang lain dan sering digunakan untuk perawatan ortodontik adalah radiografi cephalometric. Gambaran cephalometric akan menunjukkan seluruh sisi kepala, gambaran gigi dan kaitannya dengan rahang dan profil individu.11,14

Gambar 1. Gambaran radiografi panoramik (kiri) dan gambaran radiografi cephalometric (kanan).14

2.3 Radiografi Intraoral

(36)

cara menempatkan film ke dalam rongga mulut pasien dan kemudian dilakukan penyinaran. Radiografi intraoral terbagi atas radiografi periapikal, interproksimal / bitewing dan oklusal.3,14 Radiografi intraoral yang secara umum digunakan adalah radiografi periapikal dan radiografi interproksimal/bitewing.12,15

2.3.1 Radiografi Periapikal

Radiografi periapikal merupakan jenis radiografi intraoral yang bertujuan melihat keseluruhan makhota dan akar gigi (crown and root), tulang alveolar dan jaringan sekitarnya.2,14,16

Radiografi periapikal memiliki beberapa kegunaan yaitu untuk mendeteksi infeksi atau inflamasi periapikal, penilaian status periodontal, trauma yang melibatkan gigi dan tulang alveolar, gigi yang tidak erupsi, keadaan dan letak gigi yang tidak erupsi, penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi, perawatan endodontik, penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi apikal, mengevaluasi kista radikular secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar serta evaluasi pasca pemasangan implan.16,17

Ada dua teknik dalam pengambilan radiografi periapikal yaitu: teknik paralel dan bisekting.15,18

2.3.1.1 Teknik Paralel

Teknik ini pada mulanya dikembangkan oleh Mc Cormack, telah dibuktikan dan dipopulerkan oleh Fitzgerald. Teknik paralel dikenal juga sebagai extension cone paralleling, right angle technique, long cone technique, true radiograph merupakan teknik yang paling akurat dalam pembuatan radiografi intraoral.16 Hal ini disebabkan karena pada teknik paralel pelaksanaan dan standarisasinya sangat mudah dengan kualitas gambar yang dihasilkan bagus dan distorsinya kecil.2,14,15

Teknik paralel dicapai dengan menempatkan film sejajar dengan aksis panjang gigi kemudian film holder diletakkan untuk menjaga agar film tetap sejajar dengan aksis panjang gigi. Pemusatan sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film.14,19,20

(37)

Gambar 2. Teknik paralel.19

Teknik paralel bila dilakukan dengan benar akan menghasilkan gambar dengan kualitas baik, validitas yang tinggi, akurasi linier dan dimensi yang tinggi tanpa distorsi.11,18

Keuntungan dari teknik paralel adalah tanpa distorsi, gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, mempunyai validitas yang tinggi, posisi relatif dari reseptor gambar sehingga berguna untuk beberapa pasien dengan cacat .14,17

Kerugian dari teknik paralel adalah sulit dalam meletakkan film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil, pemakaian film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga timbul rasa tidak nyaman pada pasien, dan memposisikan film holder pada molar tiga bawah sangat sulit. 11,14,17

Sudut penyinaran teknik paralel pada gigi maksila:

1. Pada pengambilan gambar insisivus sentral maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Film ditempatkan pada daerah palatal sehingga aksis panjang gigi sejajar dengan film.3,17 Jika jarak film terlalu dekat dengan gigi, gambar akan terdistorsi. Sinar harus tegak lurus terhadap bidang film dan film harus pada sudut 90o ke daerah interproksimal dari insisvus sentral maksila. Sentral dari sinar-x dipusatkan pada ujung hidung. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mesial, distal, dan apikal dari insisivus sentral maksila.8,12

(38)

lurus dengan aksis panjang gigi insisivus lateral.3 Sentral dari sinar-x dipusatkan ujung hidung. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mesial, distal dan apikal insisvus lateral, insisivus sentral dan kaninus.8,12

3. Pada pengambilan gambar kaninus maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Kaninus ditempatkan di tengah film pada palatum.3 Pusat sinar-x tegak lurus terhadap film dan pada sudut yang tepat terhadap aksis panjang gigi. Sentral dari sinar-x dipusatkan pada daerah sudut hidung atau alanasi. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mesial dan apikal kaninus.8,12

4. Pada pengambilan gambar premolar maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Kontak antara premolar pertama dan kedua berpusat pada film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x berada di bawah pupil mata. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mahkota dan apikal dari distal kaninus, premolar pertama, kedua dan molar pertama. 8,12

5. Pada pengambilan gambar molar maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Molar kedua terletak di tengah film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x berada di bawah sudut luar mata ke daerah tengah pipi. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mahkota dan apikal dari molar pertama, kedua dan ketiga.8,12

Sudut penyinaran teknik paralel pada gigi mandibula:

1. Pada pengambilan gambar anterior mandibula film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Gigi insisivus sentral mandibula terletak ditengah film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x berada di bawah ujung hidung ke tengah dagu.8,12

2. Pada pengambilan gambar kaninus mandibula film ditempatkan pada film holder dengan orientasi vertikal. Kaninus mandibula terletak ditengah film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film.8,12

3. Pada pengambilan gambar premolar mandibula film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Kontak antara premolar kedua dan molar pertama berada ditengah film. Pusat sinar harus tegak lurus dengan aksis panjang gigi. Sentral

(39)

dari sinar-x berada di daerah apikal dari gigi yang bersangkutan kira-kira satu cm di atas basis mandibula. Film harus berisi gambaran radiografi dari distal kaninus sampai mesial molar kedua, dengan kontak gigi premolar terbuka.8,12

4. Pada pengambilan gambar molar mandibula film ditempatkan pada film holder dengan orientasi horizontal. Pusat sinar harus tegak lurus dengan aksis panjang gigi. Sentral dari sinar-x berada di daerah apikal dari gigi yang bersangkutan kira-kira satu cm di atas basis mandibula. Hati-hati dalam penempatan film karena tepi yang tajam dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada dasar mulut yang sensitif.8,12

2.3.1.2 Teknik Bisekting

Teknik bisekting adalah teknik lain yang dapat dilakukan selain teknik paralel dalam pengambilan film periapikal. Teknik bisekting biasa digunakan pada kasus-kasus kelainan anatomi seperti torus palatinus besar, palatum sempit, dasar mulut dangkal, frenulum pendek, lebar lengkung rahang yang sempit atau pada pasien anak yang kurang kooperatif. Film diletakkan ke dalam rongga mulut dan diberikan blok gigitan untuk menahan film.11,12

(40)

Gambar 3. Teknik bisekting.19

Keuntungan dari teknik bisekting adalah teknik ini dapat digunakan tanpa film holder dan posisi yang cukup nyaman bagi pasien.14,17

Kerugian dari teknik bisekting adalah distorsi mudah terjadi dan masalah angulasi ( banyak angulasi yang harus diperhatikan ).14,17,21

Angulasi horizontal teknik bisekting pada daerah maksila dan mandibula adalah insisivus sentral dan lateral dengan sudut penyinaran 0°, kaninus dengan sudut penyinaran 45°sampai 65°, premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama dengan sudut penyinaran 70°sampai 80°, molar kedua dan ketiga dengan sudut penyinaran 80°sampai 90°.14

Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah maksila adalah insisivus sentral, insisivus lateral dan kaninus dengan sudut penyinaran +40° sampai +45°, premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama dengan sudut penyinaran +30° sampai +35°, molar kedua dan molar ketiga dengan sudut penyinaran +20° sampai +25°.3,14

Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah mandibula adalah insisivus sentral, insisivus lateral dan kaninus dengan sudut penyinaran -15° sampai -20°, premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama dengan sudut penyinaran -10°, molar kedua dan molar ketiga dengan sudut penyinaran -5° sampai 0° sampai +5.14

Panjang cone standar dengan ukuran delapan inci dapat digunakan dalam teknik bisekting. Bila radiografer ingin menggunakan long cone maka panjang long

(41)

cone yang digunakan berkisar dua belas sampai enam belas inci (12-16 inci). Keuntungan memakai long cone dapat mengurangi citra pembesaran dan mengurangi distorsi serta dapat memberikan gambaran anatomi dan panjang gigi yang lebih akurat.11,12

2.3.2 Radiografi Interproksimal/ Bitewing

Teknik radiografi bitewing digunakan untuk memeriksa daerah interproksimal gigi dan permukaan gigi yang meliputi mahkota dari maksila dan mandibula didaerah interproksimal dan puncak alveolar dalam film yang sama.14 Pada teknik bitewing, film ditempatkan sejajar dengan permukaan mahkota gigi maksila dan mandibula. Kemudian pasien disuruh menggigit bitewing tab atau bitewing film holder dan sinar-x diarahkan diantara kontak dari gigi dengan sudut vertikal +5º sampai +10º.12,21,22

Film dapat diposisikan secara horizontal atau vertikal tergantung pada daerah yang akan dilakukan pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan pengambilan secara horizontal biasa digunakan untuk melihat mahkota, puncak alveolar, kavitas dan keberhasilan dari hasil perawatan.12

Keuntungan dati teknik bitewing adalah dengan satu film dapat dipakai untuk memeriksa gigi-gigi pada rahang atas dan rahang bawah sekaligus.2

(42)

Gambar 5. Gambar radiografi dengan teknik bitewing.12

2.4 Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral

Gambaran radiografi intraoral harus memiliki persyaratan yaitu memiliki kontras, detail dan ketajaman foto radiografi harus baik, setiap struktur anatomi dapat dibedakan dengan jelas, bentuk dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan bentuk. Sehingga batas-batas daerah yang di curigai dapat dibedakan dengan keadaan normal. Gambaran radiografi yang timbul akibat berbagai kesalahan dalam pengambilan foto maupun karena prosessing film dapat menyulitkan dokter gigi dalam menginterpretasikan kondisi dari struktur gigi sehingga dapat terjadi diagnosis yang tidak tepat sehingga kemampuan, keterampilan dan ketelitian seorang radiografer sangat menentukan kualitas dari hasil radiografi intraoral yang dihasilkan. 8,9

Menurut Olaf E. Langland, dkk kesalahan pembuatan radiografi intraoral dapat terjadi karena kesalahan teknik, kesalahan pemaparan dan prosessing, dan kesalahan film-handling.3

2.4.1 Kesalahan Teknik A. Kesalahan Persiapan Pasien

1. Radiopaque Artifacts dapat diakibatkan karena kesalahan operator untuk menginstruksikan pasien agar melepas pernak-pernik tubuh, perhiasan, dan kacamata. Sebelum menempatkan setiap film dalam mulut pasien, operator juga harus meminta pasien untuk melepaskan gigi palsu. Pelindung tiroid atau apron yang dipasang terlalu tinggi atau longgar juga dapat tergambar pada hasil radiografi.3,19

(43)

Gambar 6. Gigi tiruan sebagian lepasan (kiri), cincin pada hidung (tengah), pelindung tiroid (kanan).19

2. Gerakan pasien akan menghasilkan blurred image. Operator dalam menjelaskan prosedur untuk pasien, perlu menekankan dan kemudian mengingatkan pasien untuk tetap diam selama pemaparan dan menjaga gigitan pada biteblock sampai pemotretan selesai.3

Pergerakan karena pasien dapat disebabkan oleh: a. Ketidaknyamanan pasien

Ketidaknyamanan dapat diatasi dengan lembut menempatkan film dan menginstruksikan pasien untuk menutup mulut dengan perlahan. Film ditempatkan lebih ke arah garis tengah palatum pada maksila dan mengikuti lekukan lidah pada mandibula akan membuat kondisi yang lebih nyaman bagi pasien.19

b. Sandaran kepala

Dukungungan kepala yang tidak nyaman bagi pasien dapat menimbulkan gerakan ketika pengambilan foto dan hal ini dapat berdampak pada hasil foto yang berbayang.

(44)

c. Refleks muntah

Refleks muntah dapat dirangsang ketika film berkontak dengan palatum mole, pangkal lidah, atau posterior dinding faring. Untuk menghindari refleks muntah diperlukan kerja sama yang baik antara operator dan pasien sebelum film ditempatkan di dalam mulut.19

B. Kesalahan dalam Meletakkan Film

1. Apice Cut-Off adalah kesalahan yang terjadi ketika film tidak cukup diposisikan ke apikal sehingga meninggalkan terlalu banyak film yang tersisa di atas mahkota. Operator dapat memperbaiki hal ini dalam teknik paralel dengan posisi film lebih ke apikal pada lengkung mandibula. Setidaknya 1/8 inci film harus terlihat di atas atau di bawah akar dari gigi. Penanggulangannya: Bila menggunakan pemegang reseptor, blok gigitan harus ditempatkan pada gigi yang menerima sinar-x dan bukan pada gigi antagonisnya. Jika blok gigitan ditempatkan pada gigi yang berlawanan dan pasien diwajibkan untuk menggigit reseptor ke tempatnya, kemungkinan besar akan menyebabkan kesalahan penempatan. Menempatkan reseptor lebih lingual dari gigi mandibula dan mengikuti lengkung palatum pada maksila akan membuat penempatan lebih mudah dan lebih nyaman untuk pasien.3,19

2. Penempatan Film Terbalik

Penempatan film terbalik dalam mulut menyebabkan bukan film yang akan terpapar sumber radiasi, melainkan lempengan timah. Sinar-x akan dilemahkan oleh lempengan timah sebelum sampai pada film. Lempengan timah yang terpapar sinar-x ini akan menghasilkan efek herringbone atau efek diamond akan muncul pada film yang telah diproses. Kesalahan ini akan menghasilkan gambar yang terang dan membingungkan saat proses identifikasi film. Kesalahan penempatan terbalik mungkin akan berkurang dengan reseptor digital khususnya, sensor yang kaku atau rigid.19

(45)

Gambar 7. Penempatan film terbalik.1,19

3. Dot Artifacts

Film mengidentifikasi titik yang menghasilkan artefak lingkaran radiolusen (gelap) setelah film selesai. Dot artifacts ini dapat mengganggu interpretasi pada daerah apikal gigi. Oleh karena itu, film harus ditempatkan ke arah koronal (oklusal) gigi saat mengambil radiografi periapikal.3

Gambar 8. Dot artifacts pada Akar gigi insisivus sentral.3

4. Bidang oklusal miring

(46)

Gambar 9. Bidang oklusal yang miring.19

5. Daerah spesifik tidak tertutupi

Ini adalah hasil dari tidak menempatkan film menutupi semua gigi di daerah tertentu. Kepatuhan terhadap pedoman penempatan film yang ditentukan akan membantu operator dalam menghindari kesalahan ini. Untuk meminimalkan kesalahan posisi ini, pedoman yang harus diikuti, yaitu: permukaan distal dari kaninus harus terlihat dalam pandangan premolar dan molar ketiga atau daerah retromolar/ tuberositas dari gigi harus dilihat dalam pandangan molar.3

6. Artefak pada lidah

Untuk menghindari artefak pada lidah film harus diposisikan di belakang gigi tanpa gangguan oleh lidah. Jika tidak, lidah akan tercatat pada film dan film yang dihasilkan akan mengganggu interpretasi radiografi.3

C. Kesalahan Angulasi Horizontal (Overlapping)

Ketika menggunakan film holder, kesalahan angulasi horizontal dapat terjadi karena penempatan film secara horizontal yang tidak tepat. Angulasi horizontal yang tepat dari sinar-x akan menghasilkan gambaran ruang interproksimal sehingga dapat mengevaluasi karies dan penilaian kehilangan tulang secara menyeluruh. Sinar-x harus ditujukan langsung pada permukaan gigi yang ditargetkan agar dapat melihat permukaan interproksimal gigi. Kesalahan angulasi horizontal menyebabkan gambar radiografi bergeser ke kanan atu ke kiri sehingga permukaan interproksimal menjadi terlihat tumpang tindih. Gambaran yang terlihat tumpang tindih menyebabkan bagian proksimal tidak dapat diinterpretasikan.16

(47)

Untuk menilai kesalahan angulasi horizontal dapat dilihat dari sejauh mana tumpang tindih yang terjadi. Aturan objek bukal dapat digunakan untuk menunjukkan cups bukal dan lingual untuk menghindari kesalahan angulasi horizontal. Untuk menghindari kesalahan angulasi horizontal sinar-x harus melewati gigi dimana kontak antar gigi harus terbuka. Kesalahan angulasi horizontal dapat dihindari dengan menempatkan film sejajar dengan gigi sehingga sinar-x dapat langsung melewati kontak bidang. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan film dan bagian bukal gigi sejajar terhadap kolimator.3,19

Gambar 10. Gambaran radiografi dengan kesalahan angulasi horizontal sehingga bagian interproksimal terlihat saling bertindih. 19 D. Kesalahan Bentuk Distorsi

Kesalahan ini disebabkan oleh angulasi vertikal yang tidak tepat dari penempatan film.1,3

(48)

disebabkan oleh sinar-x yang tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi dibandingkan dengan sudut antara gigi dan film.3,19

Gambar 11. Elongasi.19

2. Foreshortening atau pemendekan gambaran gigi dan jaringan sekitar. Foreshortening disebabkan karena kesalahan angulasi vertikal. Pemendekan adalah hasil dari angulasi yang terlalu besar dari sinar-x.1 Untuk memperbaiki foreshortening ketika menggunakan teknik paralel operator harus menurunkuan angulasi vertikal pada maksila dan menurunkan angulasi vertikal pada mandibula.3,19

Gambar 12. Foreshortening.19 3. Distorsi Film.

Gambar memanjang dan distorsi, dapat terjadi jika pasien memberikan terlalu banyak tekanan menggigit pada biteblock. Kesalahan ini dapat dihindari dengan menjaga film kontak dengan biteblock untuk dukungan atau menginstruksikan pasien untuk mengurangi menggigit terlalu kuat.3

(49)

Gambar 13. Film distorsi. 3 E. Kesalahan Cone-Cutting

Pusat sinar-x yang datang melalui kolimator atau cone harus selaras melewati film dengan cara sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap film. Ketika keselarasan ini tidak diperhatikan, cone-cutting dapat terjadi. Cone-cutting terlihat sebagai zona bening pada radiografi setelah diproses, karena kurangnya paparan sinar-x pada daerah yang terpotong. Bentuk cone-cutting tergantung pada jenis kolimator yang digunakan ketika memapar film. Apabila kolimator lingkaran atau cone bulat yang digunakan, cone-cuting akan berbentuk melengkung. Cone-cutting persegi akan terjadi bila menggunakan kolimator yang berbentuk persegi panjang.1,3

Gambar 14. Cone-cutting dengan kolimator berbentuk lingkaran (kiri),cone-cutting dengan kolimator persegi (kanan).1 2.4.2 Kesalahan Pemaparan dan Prosessing

(50)

a. Blank Film, No Image.

Sebuah film yang tidak menerima radiasi tidak akan memiliki gambar. Hal ini dapat terjadi dalam beberapa cara yaitu: operator telah benar-benar gagal untuk menyelaraskan BID sinar-x dengan film atau operator mungkin tidak menekan tombol pengatur waktu dengan baik untuk mengaktifkan eksposur.3

b. Paparan Ganda

Paparan ganda dapat terjadi pada saat pemaparan apabila operator tanpa sadar menekan tombol sebanyak dua kali. Hasil dari paparan ganda mengakibatkan gambaran objek berlapis atau bertindih satu sama lain. Dampak lain dari paparan ganda adalah paparan radiasi yang diterima pasien meningkat.1,19

Gambar 15. Gambaran radiografi terlihat berlapis akibat paparan ganda.1

Setelah film di expose, tindakan selanjutnya adalah prosessing film. Prosessing film adalah suatu cara untuk menghasilkan gambar dalam pembuatan foto roentgen dengan menggunakan cairan kimia tertentu. Tahap prosessing ini sangat penting untuk menghasilkan kualitas gambar yang baik, walaupun teknik penempatan film sudah benar, pasien koperatif, mesin sinar-x dengan kualitas terbaik, namun jika pengetahuan operator kurang tentang teknik prosessing, bahan kimiawi dan prosedur kerjanya, maka kemungkinan kegagalan radiografik pada waktu prosessing dapat terjadi. Beberapa kesalahan akibat prosessing film adalah:

a. High density film image atau gambaran radiografi yang terlihat gelap (dark radiograph). High density film image dapat disebabkan oleh larutan developer yang terlalu tinggi sedangkan waktu developingnya tidak disesuaikan , kosentrasi

(51)

larutan developer yang terlalu pekat, larutan developer terkontaminasi dengan larutan fixer, perendaman dalam larutan developer terlalu lama dan kesalahan dalam penyinaran, miliamper dan voltase yang tinggi.3,19

Gambar 16. High density film image.14

Penanggulangannya :

1. Periksa peralatan yang anda gunakan untuk development film ( kemungkinan adanya kerusakan unit).

2. Periksa suhu larutan developer, semakin tinggi suhu larutan developer semakin lambat prosesnya.

3. Perhatikan waktu, saat film berada dalam larutan developer.

4. Larutan developer yang terkontaminasi larutan fixer harus ganti dengan yang baru.

5. Perhatikan posisi tanki larutan developer dengan tanki larutan fixer mungkin terlalu dekat.

(52)

Gambar 17.Low density film image.14

c. Partial Image

Partial image adalah gambaran radiografi yang hanya terlihat sebagian gambaran.2Partial image dapat menimbulkan gambaran radiografi yang terlihat putih atau hitam pada pinggir film. Partial image dibedakan menjadi dua berdasarkan gambaran yang dihasilkan, yaitu:

Partial white image adalah gambaran yang terlihat putih pada bagian pinggir film. Keadaan ini dapat diakibatkan sebagian film tidak tenggelam dalam larutan developer.3,14

Gambar 18. Partial white image.14

Partial dark image adalah gambar yang terlihat hitam dipinggir film. Keadaan ini dapat diakibatkan karena sebagian film tidak tenggelam dalam larutan fixer.3,14

(53)

Gambar 19. Partial dark image.14 d. Black Artifacts

Kontaminasi permukaan film radiografi sebelum pencelupan ke dalam larutan developer dapat menghasilkan artefak setelah radiografi selesai. Kontaminasi yang menyebabkan artefak hitam termasuk bahan kimia developer, kelembaban (air liur), fluoride stannous, kebocoran cahaya dalam paket film dan overlapping film selama pemrosesan. Tangan operator, dan paket film yang bekerja harus bersih dan kering.3

Gambar 20. Terlihat artefak hitam.3 e. White artifacts

(54)

Gambar 21. Terlihat artefak putih pada film.3

Penanggulangannya :

1. Untuk mengatasi masalah pada gelembung udara dengan cara gantung film dekat pinggir tanki tanpa menyentuh pinggirnya, atau posisikan film dengan cara naik dan turun saat didalam larutan deveplover.

2. Hindari posisi film tersentuh film yang lain atau pinggir tanki, hal ini akan menghasilkan noda putih film.

3. Hindari film berkontak dengan larutan fixer sebelum film diproses. f. Stain

Stain atau gambaran kecoklatan yang disebabkan oleh penggunaan larutan fixer yang sudah lama dan proses washing yang tidak sempurna. Sedangkan noda yang berwarna coklat dapat disebabkan karena proses fixing yang terlalu cepat atau kurang sempurna dan washing yang tidak sempurna.3,14,19

Gambar 22. Stain.14

(55)

2.4.3 Kesalahan Film-Handling a. Pressure Marks

Menulis pada paket film dengan ballpoint atau tekanan dari incisal edge gigi (terjadi terutama di radiografi oklusal pediatrik) akan menghasilkan tanda pada saat radiografi selesai.3

Gambar 23. Pressure Marks.3 b. Static electricity

Static electricity adalah gambaran menyerupai ranting pohon berwarna hitam yang dapat ditafsirkan sebagai fraktur tulang. Keadaan ini dapat diakibatkan cara mengeluarkan film dari pembungkus secara kasar.3,14

Penanggulangan :

1. Lepaskan pelindung film secara perlahan-lahan.

2. Memeperhatikan kelembaban udara, jangan terlalu cepat membuka film dalam keadaan ruangan yang kering hal ini dapat menyebabkan terjadinya static electricity pada film.

3. Hindari penggunaan seragam yang terbuat dari bahan sintetil yang dapat menyebabkan statik pada film.14

(56)

c. Garis putih

Garis putih disebabkan oleh scratches film. Keadaan ini dapat diakibatkan lepasnya soft emulsi film dari film oleh benda yang tajam. 14

Gambar 25.Garis putih.14

(57)

2.5 Kerangka Teori

Kesalahan Penanganan Film Kesalahan

Prosessing Kesalahan

Teknik

Kesalahan Radiografi Intraoral Radiografi Dental

(58)

2.6 Kerangka Konsep

Radiografi Intraoral

Kesalahan Radiografi Intraoral

Kesalahan Teknik

Kesalahan Prosessing

Kesalahan Penanganan Film

(59)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam mendiagnosis suatu penyakit gigi dan mulut selain melakukan pemeriksanaan klinis secara lengkap juga perlu didukung dengan pemeriksaan penunjang, salah satunya pemeriksaan radiografi. Radiografi membantu seorang dokter gigi terutama untuk melihat adanya kelainan yang tidak tampak dan tidak dapat diketahui secara jelas.1

Selain untuk menegakkan diagnosis, pemeriksaan radiografi diperlukan dalam merencanakan perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan. Suatu hasil radiografi yang baik memiliki kontras, detail dan ketajaman foto radiografi yang baik, setiap struktur anatomi dapat dibedakan dengan jelas, bentuk dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan bentuk sehingga batas-batas daerah yang di curigai dapat dibedakan dengan keadaan normal.2

Meskipun radiografi berperan penting dalam menegakkan diagnosis, namun masih banyak terjadi kesalahan dalam interpretasi hasil foto radiografi yang diakibatkan kesalahan dalam proses pembuatan radiografi intraoral. Penyebab kesalahan yang terjadi meliputi tiga kategori yaitu : kesalahan teknik, kesalahan prosessing, dan kesalahan dalam penanganan film.3

Seorang mahasiswa kepaniteraan klinik yang akan menjadi dokter gigi perlu mengetahui kesalahan yang terjadi pada radiografi agar tidak salah dalam menginterpretasikan hasil radiografi. Kemampuan, keterampilan, dan ketelitian dari operator juga sangat mempengaruhi kualitas foto radiografi. Gambar yang timbul akibat berbagai kesalahan dalam pengambilan foto maupun karena faktor prosessing dapat menyulitkan dokter gigi dalam menginterpretasikan suatu penyakit gigi dan mulut sehingga dapat terjadi diagnosis yang keliru.1

(60)

penempatan film yang salah, 18,2% penempatan cone yang tidak tepat, 16,6% kesalahan angulasi horizontal dan 14,4% kesalahan angulasi vertikal.4 Pedro Luiz, dkk (2009) melakukan penelitian terhadap 2.821 radiografi intraoral periapikal. Hasilnya menunjukkan 82,74% kesalahan dalam teknik radiografi dan 17,26% kesalahan dalam proses radiografi. Kesalahan yang sering terjadi adalah 32,88% overlapping, 25,43% underexposure, 9,31% memotong gigi, 4,51% masalah chemicalcontamination, 3,15% cone-cutting.5

Patel, dkk (1986) melakukan penelitian terhadap 24.150 radiografi. Hasilnya terdapat 2.238 radiografi yang menunjukkan empat kesalahan utama yaitu 11,17 % cone-cutting, 11,75% kesalahan angulasi vertikal, 4,6% kesalahan angulasi horizontal, 64,9% kesalahan penempatan film.6 Patel menyimpulkan bahwa penempatan film yang salah dan penempatan cone yang tidak tepat serta diikuti dengan angulasi vertikal adalah kesalahan yang paling umum dilakukan. Pernyataan ini didukung oleh penelitian lain Eliasson menyimpulkan bahwa 18% angulasi vertikal yang berlebih merupakan kesalahan sudut penyinaran yang paling sering terjadi.7 Hal inilah yang mendasari penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik mengenai identifikasi jenis kesalahan dan penyebab kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral sehingga dapat meminimalkan paparan radiasi yang tidak diinginkan dan tercapainya hasil radiografi yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang kesalahan pembuatan radiografi intraoral pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

(61)

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang kesalahan pembuatan radiografi intraoral pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis : hasil penelitian akan memberikan gambaran tentang pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali terhadap kesalahan pada pembuatan radiografi intraoral.

(62)

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK

TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI

INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS

KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

FITRI AFRIANTY NIM: 100600065

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014

(63)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Tahun 2014

Fitri Afrianty

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali xii+43 halaman

Dalam mendiagnosis suatu penyakit gigi dan mulut selain melakukan pemeriksanaan klinis secara lengkap juga perlu didukung dengan pemeriksaan penunjang, salah satunya pemeriksaan radiografi. Radiografi juga dapat membantu menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan. Pada saat ini masih banyak mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak mengetahui tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali pada bulan Desember 2013 dengan jumlah sampel 100 mahasiswa kepaniteraan klinik. Data diperoleh dengan pengisian kuisioner.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh pengetahuan mahasiswa terhadap elongasi 99% benar, penyebab elongasi 86% benar, foreshortening 100% benar, penyebab foreshortening 46% benar, partial white image 83% benar, penyebab partial white image 80% benar, static electricity 46% benar, penyebab static electricity 97% benar, high density film image 60% benar, penyebab high density film image 76% benar.

Kesimpulan penelitian ini tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang kesalahan pembuatan radiografi intraoral pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Denpasar Bali dapat dikategorikan baik (71%)

(64)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, ………..

Pembimbing: Tanda tangan

Dr. Trelia Boel , drg., M.Kes., Sp.RKG (K)

NIP. 19650214 199203 2 004 ..……….

(65)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 22 Januari 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) ANGGOTA : 1. H. Amrin Thahir, drg

(66)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih terdalam kepada kedua orang tua (pria tidak kenal lelah, ayahanda tercinta Irwansyah Eddy dan wanita tangguh yang bijaksana, ibunda tersayang Nurmaidani Rangkuti) yang telah banyak memberikan kasih sayang, didikan, pengorbanan yang luar biasa dan dukungan secara moral dan materil kepada penulis. Terima kasih juga kepada kakakku Ira Wulan Dani, abangku Ilhamsyah Eddy, dan adik-adik tersayang Riska Sevani, Audriya Wandani, Fitrah Zulfin Hafiz dan seluruh keluarga besar tercinta atas doa dan semangat yang diberikan selama ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing, Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG (K), yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, kesabaran dan motivasi dalam membimbing penulis selama penyelesaian skripsi ini.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran-saran, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG(K) selaku Ketua Departemen Radiologi Kedokteran Gigi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dorongan serta penghargaan yang berharga kepada penulis. 3. H. Amrin Thahir, drg., selaku dosen berpengalaman di Departemen Radiologi

Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

(67)

4. Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG, Dewi Kartika, drg., Maria Novita Helen Sitanggang, drg., selaku staf pengajar Departemen Radiologi Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp.BM, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis selama menjalani program akademik.

6. Kepada seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu selama perkuliahan penulis. 7. Kepada seluruh staf bagian Radiologi Kedokteran Gigi yang selama ini sangat

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

8. Kepada orang terdekat sekaligus sahabat tersayang penulis, Yusrizal, Faradilla, Nurfauziah, Helsi, Putri, Novi dan semua anggota tim skripsi Departemen Radiologi yang telah memberikan perhatian dan semangatnya kepada penulis. 9. Kepada teman-teman stambuk 2010 yang selama ini berjuang bersama penulis

dalam menuntut ilmu di FKG-USU dan juga anggota K-Mus FKG USU.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, maka dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak

(68)

DAFTAR ISI

2.3 Radiografi Intraoral... 5

(69)

2.5 Kerangka Teori ... 27

4.12 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik secara Individual tentang Kesalahan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral ... 37

BAB 5 PEMBAHASAN ... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 41

6.2 Saran ... 41

(70)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin………. 33 2 Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam

melihat radiografi yang mengalami elongasi ... 33 3 Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang

penyebab elongasi ... 34 4 Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam

melihat radiografi yang mengalami foreshortening ... 34 5 Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang

penyebab foreshortening... 34 6 Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam

melihat radiografi yang mengalami partial white image ... 35 7 Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang

penyebab partial white image ... 35 8 Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam

melihat radiografi yang mengalami static electricity ... 35 9 Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang

penyebab static electricity ... 36 10 Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam

melihat radiografi yang mengalami high density film image ... 36 11 Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang

penyebab high density film image ... 36

Gambar

Tabel 1. Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 5. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang    penyebab foreshortening
Tabel 7. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang    penyebab partial white image
Tabel 9. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat
+7

Referensi

Dokumen terkait

ingin melakukan penelitian tentang “ Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Prosedur Pemanfaatan Radografi Pada Fakultas Kedokteran Gigi Mahasaraswati

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap prosedur pemanfaatan dan pemilihan jenis radiografi

Saya yang bernama Andi Lestari, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU, ingin melakukan penelitian tentang “ Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Prosedur

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai sejauh mana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia

Mahasiswa kepaniteraan klinik sering melakukan rujukan ke bagian radiologi kedokteran gigi tanpa izin dari dokter jaga, melakukan radiografi berulang-ulang tanpa

Adanya perbedaan di antara beberapa FKG di Indonesia dan Negara lain dalam tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang prosedur pemanfaatan radiografi

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik mengenai gambaran anomali gigi menggunakan radiografi

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jawa Barat..