• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Pria Dan Wanita Terhadap Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Malaysia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Pria Dan Wanita Terhadap Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Malaysia"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PRIA DAN WANITA TERHADAP PENGGUNAAN

RADIOGRAFI KEDOKTERAN GIGI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DI MALAYSIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

Siti Farah Dyana Binti Zainurey NIM : 070600159

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah dipersetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Juli 2013 Tanda tangan

Pembimbing I :

Dr. Trelia Boel, drg., M.kes., Sp.RKG(K)

NIP : 19650214 199203 2 004 _______________

Pembimbing II :

Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG

(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi Pada tanggal 25 Juli 2013

TIM PENGUJI

KETUA : Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG(K)

ANGGOTA : 1. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG

(4)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Dental

Tahun 2013

Siti Farah Dyana Binti Zainurey

Perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

xi ± 34 halaman

Radiografi dalam kedokteran gigi merupakan perangkat yang sering digunakan oleh dokter gigi dan mahasiswa kepaniteraan klinik di fakultas kedokteran gigi terutama untuk melihat ada tidaknya kelainan-kelainan yang tidak tampak atau kurang jelas pada pemeriksaan klinis, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosis, rencana perawatan dan menilai keberhasilan perawatan yang telah dilakukan terhadap pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita

terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

Rancangan penelitian survei deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Study. Sampel penelitian mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia dengan total jumlah 163 orang. Hasil penelitian diperoleh perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi secara individual dapat dikategorikan baik, dimana pria menunjukkan persentase sebesar 71,7% dan wanita menunjukkan persentase sebesar 67,5%.

Kesimpulan penelitian ini, tidak terdapat perbedaan pengetahuan antara mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT, yang memberikan rahmatnya kepada penulis sehingga skripsi dapat selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih terdalam kepada Ayahanda, Zainurey Bin Shahiran dan Ibunda, Padilah Binti Ismail yang memberi kasih sayang, didikan dan dukungan secara moral dan materiil kepada penulis.

Tersusunnya skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort, Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Dekan dan staf pegawai pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia yang telah memberi izin selama penelitian berlangsung.

3. Dr.Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG(K) selaku ketua Departemen Radiologi Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan merupakan dosen pembimbing kepada penulis yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG. selaku dosen pembimbing kedua yang telah banyak memberikan masukan dan saran kepada penulis.

5. H. Amrin Thahir, drg. selaku dosen senior di Departemen Radiologi Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan memberi ilmu kepada penulis dalam perkuliahan.

(6)

7. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Pegawai di lingkungan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya di Departemen Radiologi Dental atas kebaikan yang diberikan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada kakakku tersayang Siti Farah Wahidah Binti Zainurey, adikku Muhammad Syahir Bin Zainurey dan Siti Nur Asyiqin Binti Zainurey serta seluruh keluarga besar atas semua motivasi, semangat dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

10. Mahdila Ayurian dan Elyza Caesaria yang telah banyak berkontribusi dan membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan.

11. Syazwani Binti Zulkefly dan Azi Pertiwi Binti Hussain yang telah banyak memberi masukan dan saran dalam penulisan skripsi.

12. Teman-teman di komunitas Medan Petualang yang tanpa jemu memberikan motivasi, semangat dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dan keterbatasan ilmu dalam penulisan skripsi ini. Namun, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga penulisan ini dapat bermanfaat dan memberi sumbangan pemikiran bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, Juli 2013 Penulis,

(7)

DAFTAR ISI HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………..

KATA PENGANTAR………..…..………. iv

(8)

2.4 Efek Negatif Radiasi Sinar-X……….…….…. 13

2.4.1 Efek Non Stokastik (Deterministik) ……….…….… 13

2.4.2 Efek Stokastik……….………….…….. 14

2.5 Kerangka Konsep……….………….…… 17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……… 18

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……… 18

3.2.1 Lokasi………. 18

3.2.2 Waktu Penelitian……… 18

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian……… 18

3.3.1 Populasi Penelitian……… 18

3.3.2 Sampel Penelitian……… 18

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……… 20

3.4.1 Variabel Penelitian………... 20

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian……... 20

3.5.1 Metode Pengumpulan Data……… 20

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian……… 20

3.6 Pengolahan dan Analisa Data……… 21

3.6.1 Pengolahan Data……… 21

3.6.2 Analisa Data………. 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN……….. 24

BAB 5 PEMBAHASAN……… 28

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……… 33

6.2 Saran………. 33

DAFTAR RUJUKAN………. 34

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Dosis efektif dan resiko dari setiap teknik radiografi

kedokteran gigi... 12

2 Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi... 12

3 Perbedaan efek stokastik dengan non stokastik... 14

4 Variabel penelitian... 19

5 Perbedaan pengetahuan antara mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi... 23

6 Perbedaan pengetahuan antara mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita mengenai dosis, bahaya dan proteksi radiasi pada penggunaan radiografi kedokteran gigi secara umum... 24

7 Tingkat pengetahuan antara mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita secara individual tentang penggunaan radiografi kedokteran gigi... 25

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner.

2. Persetujuan dari Komisi Etik (Health Research Ethical Committee of North Sumatera).

3. Hasil Perhitungan.

4. Perhitungan statistik.

5. Anggaran Penelitian.

(11)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Dental

Tahun 2013

Siti Farah Dyana Binti Zainurey

Perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

xi ± 34 halaman

Radiografi dalam kedokteran gigi merupakan perangkat yang sering digunakan oleh dokter gigi dan mahasiswa kepaniteraan klinik di fakultas kedokteran gigi terutama untuk melihat ada tidaknya kelainan-kelainan yang tidak tampak atau kurang jelas pada pemeriksaan klinis, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosis, rencana perawatan dan menilai keberhasilan perawatan yang telah dilakukan terhadap pasien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita

terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

Rancangan penelitian survei deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Study. Sampel penelitian mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia dengan total jumlah 163 orang. Hasil penelitian diperoleh perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi secara individual dapat dikategorikan baik, dimana pria menunjukkan persentase sebesar 71,7% dan wanita menunjukkan persentase sebesar 67,5%.

Kesimpulan penelitian ini, tidak terdapat perbedaan pengetahuan antara mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan maka peran radiografi dalam ilmu kedokteran gigi turut semakin meningkat. Radiografi dalam kedokteran gigi merupakan perangkat yang sering digunakan pada saat ini oleh dokter gigi terutama untuk melihat ada tidaknya kelainan-kelainan yang tidak tampak atau kurang jelas pada pemeriksaan klinis dan dapat diketahui secara jelas sehingga akan sangat

membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosis, rencana perawatan, dan menilai keberhasilan perawatan yang telah dilakukan terhadap pasien.1

Penegakan diagnosa suatu penyakit harus diawali dengan anamnesa dan pemeriksaan klinis. Apabila pemeriksaan klinis yang diperoleh belum mencukupi untuk tegaknya diagnosa suatu penyakit maka pemeriksaan radiografi diperlukan. Gambaran radiografi diharapkan dapat membantu untuk mempelajari terlebih dahulu penyakit yang ada sebelum melakukan tindakan.1

Mahasiswa kepaniteraan klinik sering melakukan rujukan ke bagian Radiologi Kedokteran Gigi tanpa adanya perintah dari dokter jaga. Bahkan ada mahasiswa kepaniteraan klinik yang melakukan radiografi berulang-ulang tanpa memikirkan bahaya yang dapat diterima oleh pasien di kemudian hari. Hasil penelitian Emilia (2012), didapatkan sebesar 13,8% mahasiswa kepaniteran klinik melakukan radiografi kedokteran gigi tanpa adanya perintah dari dokter jaga dan sebesar 66,3% mahasiswa kepaniteraan klinik pernah melakukan radiografi secara berulang. Berdasarkan hasil penelitian Mahdila Ayurian (2013), didapatkan sebesar 12,9% mahasiswa kepaniteran klinik melakukan radiografi kedokteran gigi tanpa adanya perintah dari dokter jaga dan sebesar 77,9% mahasiswa kepaniteraan klinik pernah melakukan radiografi secara berulang.2,3

Hasil penelitian Moir A. dan Jessel D. (1989) didapatkan hasil bahwa wanita cenderung menggunakan area otak yang dikhususkan untuk fungsi bicara, emosi dan

(13)

menggunakan area otak yang dikhususkan untuk fungsi mekanik, visualisasi dan pria cenderung lebih baik dalam hal menyelesaikan masalah matematika.4

Hal-hal inilah yang mendasari sehingga peneliti ingin melakukan penelitian di salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia yang bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan antara mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu:

Apakah terdapat perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan

mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

1.5 Manfaat Penelitian

(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Kedokteran Gigi

Pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang sangat penting di bidang kedokteran gigi. Ini karena hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data dukungan pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan dapat mencapai hasil yang optimal. 1

2.1.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi kedokteran gigi adalah teknik yang membantu dalam penegakan diagnosa dan rencana pengobatan penyakit mulut seperti karies gigi, penyakit periodontal dan patologi oral. Radiologi kedokteran gigi merupakan langkah awal dalam pendeteksian tingkat keparahan penyakit. Dalam tindakan perawatan gigi tertentu sangat baik jika dilakukan radiologi kedokteran gigi sebagai penunjang dari pemeriksaan klinis sehingga tahapan atau langkah dalam pengobatan bisa dilakukan sebaik mungkin. 5

2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi di kedokteran gigi ada dua macam yaitu radiografi intra oral dan radiografi ekstra oral.1,6

2.2.1 Radiografi Intra Oral

Radiografi intra oral adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur di sekitarnya. Pemeriksaan intra oral adalah pokok dari radiografi kedokteran gigi.1,5

Tipe radiografi intra oral yaitu : a. Radiografi Periapikal

(15)

Pemeriksaan radiografi periapikal merupakan teknik pemeriksaan radiografi yang paling rutin dilakukan di bidang kedokteran gigi.1,5

Keuntungan teknik paralleling yaitu gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, tanpa distorsi, mempunyai validitas yang tinggi serta mudah dipelajari dan digunakan. Kerugian teknik paralleling yaitu sulit meletakkan film holder, terutama anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut yang kecil serta pemakaian film holder yang mengenai jaringan sekitar sehingga mengurangi kenyamanan pasien.1,5,6

Keuntungan teknik bisecting yaitu teknik ini dapat digunakan tanpa film holder. Kerugian teknik bisecting adalah mudah terjadinya distorsi.1,5,6

b. Interproksimal radiografi (bitewing radiografi)

Radiografi ini bertujuan untuk memeriksa mahkota, puncak tulang alveolar di maksila dan mandibula, daerah interproksimal dalam satu film yang sama. Film yang dipakai adalah film khusus.1,5,6

Keuntungan dari interproksimal radiografi yaitu karies dini lebih cepat terdeteksi, puncak tulang alveolar mudah terlihat dan lebih meringankan pasien yang

sering mengalami reflek muntah. Manakala kerugian dari interproksimal radiografi yaitu tidak terlihat regio periapikal dan ujung akar serta pasien sulit mengoklusikan kedua rahang (mulut terlalu terbuka) sehingga puncak tulang alveolar tidak terlihat.

c. Oklusal radiografi

(16)

2.2.2 Radiografi Ekstra Oral

Radiografi ekstra oral merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang karena film berada di luar mulut.6

Tipe radiografi ekstra oral sebagai berikut: a. Panoramik

Radiografi ini akan memperlihatkan daerah mandibula dan maksila yang lebih luas dalam satu film yang bertujuan untuk melihat perluasan suatu lesi atau tumor, fraktur rahang dan fase gigi bercampur.

Keuntungan dari panoramik yaitu gambar meliputi tulang wajah dan gigi, dosis radiasi lebih kecil, nyaman untuk pasien, cocok untuk pasien yang susah membuka mulut, waktu yang digunakan pendek biasanya tiga sampai empat menit, sangat membantu dalam menerangkan keadaan rongga mulut pada pasien klinik, membantu menegakkan diagnosa yang meliputi tulang rahang secara umum, evaluasi terhadap trauma, dan perkembangan gigi geligi pada fase gigi bercampur, evaluasi terhadap lesi, keadaan rahang dan gigi terpendam.6

Kelemahan dari panoramik yaitu detail gambar yang tampil tidak sebaik

radiografi periapikal intra oral, tidak dapat digunakan untuk mendeteksi karies yang kecil, dan pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam interpretasi.

b. Lateral jaw

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologis tulang tengkorak dan muka.6

c. Lateral cephalometric

Foto Rontgen ini digunakan untuk melihat tengkorak tulang wajah akibat trauma penyakit dan kelainan pertumbuhan perkembangan. Foto ini juga dapat digunakan untuk melihat jaringan lunak nasofaringeal, sinus paranasal dan palatum keras.6

2.3 Prosedur Pembuatan Radiografi Kedokteran Gigi

(17)

radiologi kedokteran gigi, melakukan teknik radiografi, persiapan proteksi radiasi, pemilihan film dan sensor serta melakukan exposure.

2.3.1 Permintaan untuk Melakukan Radiografi

Penggunaan radiografi kedokteran gigi hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang disertai dengan jenis radiografi, elemen gigi atau rahang, diagnosa dan hasil pemeriksaan klinis.

2.3.2 Proteksi Radiasi Terhadap Pasien Untuk proteksi ini, perlu diperhatikan:11 1. Pasien harus memakai apron pelindung.

2. Pemeriksaan sinar-X hanya atas permintaan seorang dokter.

3. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya tembusnya lebih kuat.

4. Daerah yang disinar harus sekecil mungkin, misalnya dengan

mempergunakan konus (untuk radiografi) atau diafragma (untuk sinar tembus).

5. Waktu peyinaran sesingkat mungkin. 6. Alat-alat kelamin diberi perlindungan.

7. Pasien hamil, terutama trimester pertama dan trimester ketiga dipertimbangkan tidak melakukan pemeriksaan radiografi.

2.3.3 Proteksi Radiasi Terhadap Operator Untuk proteksi ini diperhatikan:11

1. Pemakaian sarung tangan, apron atau gaun pelindung, yang berlapis Pb dengan ketebalan maksimum 0,5mm Pb.

2. Operator tidak harus memegang film radiografi selama penyinaran.

(18)

4. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang kepala.

5. Berdiri minimal 6 kaki (1.8288 meter) dari pasien dan di lokasi yang bebas dari jalur sinar X selama penyinaran.

2.3.4 Proteksi Radiasi Terhadap Lingkungan Untuk proteksi ini diperhatikan: 1

1. Dinding proteksi berlapis Pb dengan ketebalan ekivalen 2mm Pb.

2. Pintu ruang pesawat sinar-X harus diberi penahan radiasi yang cukup sehingga terproteksi dengan baik.

3. Ruang operator dan tempat pesawat sinar-X sebaiknya dibuat terpisah atau bila berada dalam satu ruangan maka disediakan tabir yang berlapis Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb.

2.3.5 Monitoring Terhadap Paparan Radiasi

Untuk menurunkan dosis serap terhadap pasien dan paparan terhadap personil prinsip proteksi radiasi meliputi waktu, jarak dan perisai radiasi harus diterapkan

dengan benar. Paparan radiasi secara langsung dihubungkan dengan waktu paparan sehingga dengan mengurangi waktu paparan separuhnya maka mengurangi dosis separuhnya. Oleh karena berkas sinar-X berbeda setelah melalui bahan, maka intensitas radiasi berkurang.1

Metode yang paling popular pemantauan radiasi adalah film badge sebab alat tersebut sangat praktis dan ekonomis. Biasanya, setiap orang menggunakan satu film badge dibawah apron dan yang lain pada bagian leher baju yang berada di luar apron tersebut.1

(19)

Menurut peraturan pemerintah No. 63 tahun 2000 setiap instalasi yang menggunakan radiasi pengion wajib menerapkan Manajemen Keselamatan Radiasi, yang meliputi (Depkes RI, 2006) :

1. Organisasi Proteksi Radiasi

Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion wajib membentuk organisasi proteksi radiasi agar dalam pemanfaatan tenaga nuklir semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan sesuai ketentuan.

2. Pemantauan Dosis Radiasi dan Radioaktivitas

Untuk mengetahui besar dosis yang diterima oleh pekerja radiasi maka dilakukan pemantauan dosis. Setiap pekerja radiasi wajib menggunakan dosimeter perorangan baik yang dapat dibaca langsung maupun yang tidak dapat dibaca langsung sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan. 3. Peralatan Proteksi Radiasi

Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion harus menyediakan dan mengusahakan peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis

perorangan, pemantauan daerah kerja dan pemantauan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan. 4. Pemeriksaan Kesehatan

Setiap orang yang akan bekerja sebagai pekerja radiasi harus sehat dan minimal berusia 18 tahun. Pengusaha instalasi harus menyelenggarakan pemeriksaan yang meliputi; pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala selama masa kerja, dan pemeriksaan kesehatan pada waktu pemutusan hubungan kerja. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan pemeriksaan khusus. 5. Penyimpanan Dokumentasi

(20)

6. Jaminan Kualitas

Program jaminan kualitas harus dilakukan sejak dari perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan perawatan.

7. Pendidikan dan Pelatihan.

Setiap pekerja radiasi harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja terhadap radiasi.

2.3.6 Pemilihan Film dan Sensor 1. Film

Dibidang kedokteran gigi, terdapat dua jenis film yang digunakan yaitu : a. Non-screen film (film intra oral)

Jenis film yang digunakan untuk film intra oral dimana dibutuhkan kualitas gambar yang baik dan detail anatomi yang jelas. Ukuran film yang sering digunakan antara lain 31 x 41 mm (untuk periapikal), 22 x 35 mm (bitewing) dan 57 x 76 mm (untuk foto oklusal).10

Film intra oral di kedokteran gigi tersedia dalam dua kelompok kecepatan D

dan E. Secara klinis, kelompok E hampir 2x lebih cepat dari film kelompok D dan sekitar 50x lebih cepat dari film biasa. Pengurangan dosis pasien hingga 60% dibandingkan film E dan 77% film D didapat bila menggunakan radiografi intra oral digital direct.

Film ini dikemas dalam satu paket yang terdiri dari :

i. Pembungkus luar dari plastik lunak yang berfungsi untuk melindungi dari cairan saliva yang dapat mengkontaminasi film.

ii. Kertas hitam yang berfungsi untuk melindungi film dari cahaya yang dapat merusak film, dan mencegah masuknya saliva ke film.

iii. Lead foil terletak dibelakang film, yang berfungsi untuk mencegah adanya sisa radiasi yang dapat melewati film menuju ke jaringan pasien.

iv. Film, ang terdiri dari :

Plastik base merupakan bahan dasar yang transparent dan terbuat dari

(21)

• Lapisan adhesif (gelatin) yang mengfiksasi emusi melekat pada dasar

bahan.

• Lapisan pelindung (protective layer) yang berfungsi melindungi emulsi

dari kerusakan mekanis. • Emulsi kristal AgBr.

b. Screen film (film ekstra oral)

Saat ini, jenis film ini dikombinasikan penggunaannya dengan intensifying screens pada casssette. Keuntungannya adalah digunakan tingkat exposure yang pendek dari sinar-X, sehingga dosis radiasi yang diberikan ke pasien menjadi rendah. Namun, kualitas gambar yang dihasilkan lebih rendah jika dibandingkan dengan non-screen film. Ukuran screen film, terdiri dari 15 cm x 30 cm (panoramik), 24 cm x 30 cm (cephalometry) dan 13 cm x 15 cm (carpal bone).11

Bagian-bagian screen film sebenarnya sama dengan bagian non-screen film, tapi screen film memiliki :11

i. Emulsi AgBr pada film ini lebih sensitif terhadap cahaya biasa dari sinar-X. ii. Terdapat beberapa emulsi yang produksinya sensitif terhadap cahaya biru,

cahaya hijau dan cahaya merah. Tingkat sensitifitas tergantung dari jenis intensifying screen yang digunakan, yaitu :

• Standard emulsi AgBr (sensitif terhadap cahaya biru)

• Modifikasi emulsi AgBr dengan ultraviolet sensitizer (sensitif terhadap

cahaya ultraviolet)

• Emulsi orthochromatic (sensitif terhadap cahaya hijau) • Emulsi panchromatic (sensitif terhadap cahaya merah)

2. Sensor

(22)

a. Direct Dental Imaging

Metode direct digital imaging memproduksi gambaran dinamik yang menyediakan tampilan gambar secara langsung, peningkatan kualitas gambar, penyimpanan, retrieval dan transmisi. Sensor digital lebih sensitif dibanding film dan menghasilkan paparan radiasi yang lebih rendah. Sensor direct digital imaging ada charged-couples device (CCD) atau complementary mental oxidesemiconductor active pixel sensor (CMOS-APS). CCD digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk radiografi intra oral, panoramik dan sefalometri. Detektor CCD mempunyai permukaan aktif yang lebih kecil areanya dibandingkan detektor lain.6

b. Indirect Digital Imaging

Metode Indirect digital imaging menyiratkan gambar yang telah terpapar secara analog dan dikonversikan menjadi format digital. Teknik indirect dental imaging menggunakan scan optical yang bisa memproses gambar transparan serta perangkat lunak yang sesuai untuk menghasilkan citra digital. Contoh sensor gambar yang digunakan dalam metode indirect ini adalah PSP (Photo Stimuable Phosphor Plates). Foto ini diambil di plat fosfor sebagai informasi analog dan diubah menjadi format

digital ketika plat diproses. PSP terdiri dari dasar poliester dilapisi dengan emulsi halida kristal yang mengubah radiasi sinar-X menjadi energi yang tersimpan.

2.3.7 Melakukan Exposure

Dalam melakukan exposure, kita harus memperhatikan dosis radiasi, kV dan mA yang akan diterima oleh pasien. White (1990) mereferensikan publikasi ICRP. Penggunaan E-speed film dan rare-earth intensifying screen digunakan pada radiografi intra oral dan panoramik. Putaran (diameter 60 mm) kolimasi digunakan pada radiografi intra oral.

(23)

Tingkat referensi (DRLs), berdasarkan survei dosis masuk, dapat ditetapkan sebagai standar terhadap penggunaan peralatan sinar-X yang dapat dinilai sebagai bagian dari jaminan kualitas.

Tabel 1. Dosis efektif dan resiko dari setiap teknik radiografi kedokteran gigi.1

Teknik sinar-X Dosis Efektif (µSv) Dosis resiko terkena kanker fatal (perjuta)

Radiografi intra oral (bitewing/periapikal)

1-8,3 0,02-0,6

Oklusal anterior maksila 8 0,4

Panoramik 3,85-30 0,21-1,9

Radiografi lateral sefalometri

2-3 0,34

Cross-sectional 1-189 1-14

CT-scan mandibula 364-1202 18,2-88

CT-scan maksila 100-3324 8-242

Menurut Eric Whaites (2007), dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi yaitu dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi.10

Jenis foto Dosis efektif (µSv)

Lateral 0,1

Bitewing/periapikal 0,001-0,003

Oklusal 0,008

Panoramik 0,004-0,03

Lateral sefalometri 0,002-0,003

CT mandibulan 0,36-1,2

CT maksila 0,1-3,3

(24)

2.4 Efek Negatif Radiasi Sinar-X

Dalam keselamatan radiasi dikenal Health Physics yaitu prinsip untuk mencegah timbulnya efek non stokastik dan efek stokastik dengan meminimalkan paparan terhadap petugas dan pasien selama pemeriksaan radiografi.

Efek radiasi pada manusia merupakan hasil dari rangkaian proses fisik dan kimia yang terjadi segera setelah terpapar dosis radiasi yang tinggi (10-15 detik), kemudian diikuti dengan proses biologi dalam tubuh. Proses biologi meliputi rangkaian perubahan pada tingkat molekuler, seluler atau perubahan pada sel. Bergantung pada dosis radiasi yang diterima oleh tubuh.6

2.4.1 Efek Non Stokastik (Deterministik)

Efek non stokastik adalah efek somatik yang meningkat dalam keparahan akibat dosis radiasi yang melebihi ambang batas. Efek in berasal dari dosis radiasi yang cukup besar melebihi kebutuhan dalam radiologi diagnostik, dapat timbul segera setelah terpapar atau beberapa bulan atau tahun setelah paparan. Contohnya adalah Erythema, kerontokan rambut, pembentukan katarak dan berkurangnya.

a. Efek radiasi pada membran mukosa mulut

Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya pada bagian nasofaring akan memperngaruhi sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan akut akan terjadi efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang dirasa pasien sebagai nyeri pada saat menelan, mulut kering dan kehilangan cita rasa. Keadaan ini seringkali diperparah oleh timbulnya infeksi jamur pada mukosa lidah serta palatum.1

b. Efek radiasi pada jaringan dan organ

(25)

2.4.2 Efek Stokastik

Efek stokastik terjadinya suatu efek karena fungsi dan dosis radiasi yang diterima oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang yang termasuk dalam kelompok ini kanker. Efek stokastik akibat dari perubahan sel-sel individual subletal dalam DNA. Konsekuensi yang paling penting dari kerusakan tersebut adalah karsinogenesis. Efek yang ditimbulkan meskipun sangat kecil kemungkinannya juga dapat terjadi.

a. Karsinogenesis

Radiasi menyebabkan kanker dengan mengubah DNA. Mekanisme yang paling mungkin adalah radiasi mutasi gen. tindakan radiasi sebagai promotor, merangsang sel untuk berkembang biak sehingga mengubah sel premaligna menjadi lebih ganas. Mutasi gen mungkin juga melibatkan hilangnya fungsi dalam kasus gen supresor tumor. Data tentang radiasi kanker terutama berasal dari populasi orang yang telah terkena radiasi tingkat tinggi, namun, pada prinsipnya, bahkan dosis rendah radiasi dapat memulai pembentukan kanker dalam satu sel.1,9

b. Leukemia

Insiden Leukemia (selain leukemia lumphocytic kronis) meningkat setelah

terpapar radiasi pada sumsum tulang. Bagi individu yang terpapar di bawah usia 30 tahun, risiko untuk pengembangan leukemia setelah sekitar 30 tahun. Bagi individu terpapar sebagai orang dewasa, risiko tetap ada sepanjang hidup. Leukemia muncul lebih cepat dari kanker karena semakin tingginya tingkat pembelahan sel dan diferensiasi sel-sel induk hematopoietik dibandingkan dengan jaringan lain. Orang yang lebih muda dari 20 tahun lebih berisiko daripada orang dewasa.1,12

c. Kanker tiroid

(26)

d. Kanker esophangeal

Data yang berkaitan dengan kanker esophangeal relatif jarang. Kanker ini banyak ditemukan di Jepang pada mereka yang selamat dari bom atom dan penderita diobati dengan radiasi x untuk ankylosing spondylitis.

e. Kanker kelenjar ludah

Insiden tumor kelenjar saliva meningkat pada pasien yang melakukan terapi radiasi untuk penyakit kepala dan leher. resiko yang tertinggi pada penderita yang melakukan terapi radiasi sebelum usia 20 tahun.

Radiasi dapat menghentikan pertumbuhan sel dalam jumlah besar atau kerusakan subletal pada sel-sel individu yang menghasilkan pembentukan sel kanker.11 Efek deterministik dengan efek stokastik dapat dibedakan dengan melihat tabel 1.

Tabel 3. Perbedaan Efek Stokastik dengan Non Stokastik.8

Efek deterministik Efek stokastik Contoh Mukositis akibat terapi

radiasi di rongga mulut

Radiasi dapat membentuk katarak

Radiasi dapat menyebabkan kanker

Menyebabkan Kematian sel Merusak DNA

Batas dosis ambang Ya, Membunuh sel yang cukup diperlukan sehingga menyebabkan respon klinis

Tidak, bahkan satu foton dapat menyebabkan perubahan pada DNA yang memicu kanker

Efek klinis dan dosis

Efek klinis sebanding

dengan dosis.

Semakin besar dosis maka semakin besar efeknya

Efek klinis tidak tergantung dosis.

(27)

Kemungkinan

memiliki efek dan dosis

Semua individu menunjukkan efek ketika dosis di atas ambang

Frekuensi efek sebanding dengan dosis.

(28)

2.5 Kerangka Konsep

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu

fakultas kedokteran gigi di Malaysia

Penggunaan radiografi kedokteran gigi

Proteksi radiografi Izin pembuatan

radiografi

(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Study.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi

Tempat penelitian dilakukan di salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia.

3.3.2Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita yang menggunakan radiografi dalam melakukan perawatan gigi dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria inklusi adalah mahasiswa kepaniteraan klinik yang bersedia mengisi kuesioner.

(30)

Untuk mendapatkan besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan persentase pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap prosedur penggunaan radiografi keedokteran gigi sebesar 0,5 %. Penggunaan rumus dibawah ini dilakukan karena penelitian ini menggunakan skala pengukuran kategorikal yaitu skala nominal. Skala nominal tidak mempunyai makna besaran, tetapi hanya sekedar pemberian label.

n = { Z1-α/2 √ Po ( 1 - Po ) + Z1-β √ Pα ( 1 - Pα ) }

( Pα – Po )

n = { 1,96√ 0,5 ( 1 - 0,5 ) + 1,282 (80)√ 0,61( 1 – 0,61 ) } ( 0,61 – 0,5 )

n = 160  besar sampel minimal

Dengan ketentuan :

Z1-α/2 : nilai deviasi normal pada alfa 5% = 1,96

1-β : kekuatan uji (%) = 80

Po : proporsi pengetahuan yang baik = 0,5

Pa : pengetahuan baik yang diharapkan (terserah peneliti) = 0,61

Z : nilai deviasi normal pada beta 10% = 1,282

(31)

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Tabel 4. Variabel Penelitian

No Variabel Definisi

Operasional

1 Jenis kelamin Petanda gender seseorang yaitu pria

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian

3.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner berisi pertanyaan mengenai pengetahuan tentang kegunaan, dosis, bahaya dan proteksi radiasi pada penggunaan radiografi kedokteran gigi.

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian Tahap I :

(32)

b. Pengurusan izin melakukan penelitian di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia.

Tahap II :

a. Pembagian kuesioner kepada mahasiswa kepaniteraan klinik di salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia.

b. Pengumpulan data.

c. Pengolahan dan analisa data.

3.6 Pengolahan dan Analisa Data

3.6.1 Pengolahan Data 1. Pengetahuan

Untuk mengukur pengetahuan antara mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita mengenai prosedur penggunaan radiografi kedokteran gigi dengan memberi total skor terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 20, dimana setiap pertanyaan memiliki 2 (dua) pilihan jawaban yaitu “YA” (bobot 5) dan

“TIDAK” (bobot 0).

Pengukuran pengetahuan berdasarkan jawaban responden (mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita) dari seluruh pertanyaan yang diberikan dengan total skor maksimal 100, maka tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik diklasifikasikan dalam 3 (kategori) yaitu :

a. Tingkat pengetahuan Baik, apabila skor berada di antara 74-100. b. Tingkat pengetahuan Sedang, apabila total skor berada di antara 47-73. c. Tingkat pengetahuan Rendah, apabila total skor berada di antara 20-46.

2. Pengolahan data dilakukan secara manual, melalui proses: a. Penyuntingan Data (Editing)

(33)

b. Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet)

Coding dilakukan untuk mengubah data yang telah terkumpul ke dalam bentuk yang lebih ringkas dengan menggunakan kode.

c. Memasukkan Data (Data entry)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Tabulasi

Membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6.2 Analisa Data

Penelitian ini diolah dan dianalisis menggunakan program SPSS 15 dan diuji dengan menggunakan uji statistik chi-square untuk melihat hubungan antara dua variabel.

Chi square :

X2 = Σ ( O – E )2 E

Dengan ketentuan :

X2 = uji beda proporsi

O = Frekuensi yang diamati pada tiap-tiap kategori E = Frekuensi yang diharapkan pada tiap-tiap kategori

Σ = Jumlah

Dari rumus di atas akan didapatkan hasil : P < 0,05 = Ho ditolak.

(34)

Ho = Tidak ada perbedaan pengetahuan antara mahasiswa kepaniteraan

klinik pria dan wanita pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi.

(35)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap 163 orang mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia. Perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi

No Pertanyaan 2 Menggunakan radiografi kedokteran gigi

sewaktu melakukan perawatan gigi

43 93,5 3 6,5 114 97,4 3 2,6

3 Mengetahui tentang prosedur radiografi kedokteran gigi

45 97,8 1 2,2 116 99,1 1 0,9

4 Mengetahui kegunaan radiografi kedokteran gigi 45 97,8 1 2,2 115 98,3 2 1,7 5 Perlu dilakukan radiografi sebelum melakukan

perawatan gigi

36 77,3 10 21,7 82 70,1 35 29,9

6 Mengetahui kalau radiografi kedokteran gigi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis

42 91,3 4 8,7 104 88,9 13 11,1

7 Perlu izin dari dokter jaga untuk melakukan radiografi kedokteran gigi

42 91,3 4 8,7 110 94,0 7 6,0

8 Pernah melakukan radiografi tanpa izin dari dokter jaga

8 17,4 38 82,6 16 13,7 101 86,3

9 Pernah melakukan radiografi berulang pada satu pasien

36 78,3 10 21,7 93 79,5 24 20,5

10 Ada kendala dalam mendapatkan izin dokter jaga untuk melakukan radiografi

12 26,1 34 73,9 23 19,7 94 80,3

(36)

Perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita mengenai dosis, bahaya dan proteksi radiasi pada penggunaan radiografi kedokteran gigi secara umum dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita mengenai dosis, bahaya dan proteksi radiasi pada penggunaan radiografi kedokteran gigi secara umum

1 Mengetahui tentang bahaya radiografi

kedokteran gigi

46 100 0 0 117 100 0 0

2 Mengetahui efek negatif radiasi

sinar-X

42 91,3 4 8,7 114 97,4 3 2,6

3 Mengetahui dosis radiasi yang boleh

diterima oleh pasien dalam setahun

20 43,5 26 56,5 43 36,8 74 63,2

4 Mengetahui dosis radiografi intra oral 31 67,4 15 32,6 76 65,0 41 35,0

5 Mengetahui dosis radiografi ekstra

oral

28 60,9 18 39,1 53 45,3 64 54,7

6 Mengetahui proteksi radiografi

kedokteran gigi terhadap pasien

40 87,0 6 13,0 106 90,6 11 9,4

7 Mengetahui bahwa proteksi radiasi

harus dilakukan terhadap siapa saja

36 78,3 10 21,7 97 82,9 20 17,1

8 Mengetahui maksud ALARA (As

Low As Reasonable Achievable).

41 89,1 5 10,9 104 88,9 13 11,1

9 Mengetahui azas justifikasi pada

sinar-X

32 69,6 14 30,4 67 57,3 50 42,7

(37)

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita secara individu tentang penggunaan radiografi kedokteran gigi dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita secara individu tentang penggunaan radiografi kedokteran gigi

No Kategori Tingkat Pengetahuan

Nilai total

Mahasiswa

Pria Wanita

Jumlah Persentase Jumlah Persentase

1 Baik 74-100 33 71,7 79 67,5

2 Sedang 47-73 10 21,7 35 29,9

3 Rendah 46-20 3 6,6 3 2,6

Total 46 100 117 100

Perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia dapat dilihat pada hasil uji statistik chi-square di bawah.

Tabel 8. Chi-Square

Chi-Square

Nilai 2.438

Tingkat Signifikansi (P) 0,295

Tabel 5 menunjukkan bahwa P = 0,295. Jika P lebih besar dari 0,05 maka Ho

diterima. Jika P kurang dari 0,05 maka Ho ditolak. Ho berarti tidak terdapat perbedaan

(38)
(39)

BAB 5 PEMBAHASAN

Radiografi kedokteran gigi didefinisikan sebagai alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosa dan rencana pengobatan penyakit mulut seperti karies dan penyakit periodontal. Radiografi merupakan langkah awal dalam mendeteksi tingkat keparahan penyakit. Dalam tindakan perawatan gigi sangat disarankan untuk dilakukan radiografi sebagai penunjang dari pemeriksaan klinis sehingga tahap atau langkah dalam pengobatan bisa sebaik mungkin.

Berdasarkan tabel 5 (1-6), diperoleh hasil sebesar 6,5% mahasiswa pria dan 2,6% mahasiswa wanita tidak menggunakan radiografi kedokteran gigi sewaktu melakukan perawatan gigi. Sebesar 2,2% mahasiswa pria dan 0,9% mahasiswa wanita tidak mengetahui tentang prosedur radiografi kedokteran gigi. Sebesar 2,2% mahasiswa pria dan 1,7% mahasiswa wanita tidak mengetahui kegunaan radiografi kedokteran gigi. Sebesar 21,7% mahasiswa pria dan 29,9% mahasiswa wanita menyatakan tidak perlu dilakukan radiografi sebelum melakukan perawatan gigi. Sebesar 8,7% mahasiswa pria dan 11,1% mahasiswa wanita tidak mengetahui jika radiografi kedokteran gigi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis.

Penelitian yang dilakukan oleh Emilia Mestika di salah satu fakultas kedokteran gigi di Sumatera Utara (total 80 mahasiswa) diperoleh sebesar 21,3% mahasiswa tidak mengetahui tentang radiografi kedokteran gigi. Sebesar 16,3% mahasiswa tidak mengetahui tentang kegunaan radiologi kedokteran gigi. Sebesar 40,0% mahasiswa menyatakan tidak perlu dilakukan radiografi sebelum melakukan perawatan gigi. Hasil yang dilaporkan oleh Emilia Mestika telah menyeluruh tapi tidak membedakan antara pria dan wanita.

Radiografi berfungsi sebagai pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosa. Selain itu, radiografi turut digunakan sewaktu menentukan rencana perawatan dan prognosa serta evaluasi terhadap suatu tindakan. Radiografi hanya dibutuhkan apabila sudah dilakukan pemeriksaan awal (anamnese dan

(40)

diagnosa suatu penyakit, maka radiologi dibenarkan untuk dilakukan kepada pasien. Radiografi hanya boleh diputuskan oleh dokter, dokter gigi, dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang telah melakukan pemeriksaan, sehingga jenis radiografi yang dibutuhkan akan lebih akurat sesuai dengan kebutuhan untuk menegakkan diagnosa.

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada tabel 5 (7-10), sehubungan dengan izin dari dokter jaga diperoleh hanya sebesar 8,7% mahasiswa pria dan 6,0% mahasiswa wanita yang menyatakan tidak diperlukan izin dari dokter jaga untuk melakukan radiografi kedokteran gigi. Ini menunjukkan bahwa lebih dari 90% mahasiswa memahami bahwa izin dokter jaga itu sangat penting. Hanya sebesar 17,4% mahasiswa pria dan 13,7% mahasiswa wanita pernah melakukan radiografi tanpa izin dari dokter jaga. Hasil ini memberikan gambaran bahwa lebih 80% mahasiswa kepaniteraan pria dan wanita melakukan radiografi seizin dokter jaga. Sebesar 78,3% mahasiswa pria dan 79,5% mahasiswa wanita pernah melakukan radiografi berulang pada satu pasien. Cukup tinggi radiografi

ulang yang dilakukan karena dibutuhkan untuk perawatan lanjutan. Adanya kendala untuk mendapatkan izin dari dokter jaga untuk melakukan radiografi yaitu sebesar 26,1% mahasiswa pria dan 19,7% mahasiswa wanita. Izin dokter jaga tergantung kondisi di klinik masing-masing apakah dokter jaga lagi sibuk atau adanya kegiatan di luar atau adanya kesalahan dari mahasiswa tersebut.

(41)

Berdasarkan tabel 6 (1-2), diperoleh hasil sebesar 100% mahasiswa pria dan 100% mahasiswa wanita mengetahui tentang bahaya radiografi kedokteran gigi. Sebesar 8,7% mahasiswa pria dan 2,6% mahasiswa wanita tidak mengetahui efek negatif radiasi sinar-X.

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Iswanto Sabirin di salah satu fakultas kedokteran gigi di Sulawesi (total 50 mahasiswa) diperoleh sebesar 100% mahasiswa mengetahui tentang bahaya radiografi kedokteran gigi dan sebesar 100% mahasiswa mengetahui efek negatif radiasi sinar-X. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Emilia Mestika di salah satu fakultas kedokteran gigi di Sumatera Utara (total 80 mahasiswa) diperoleh sebesar 13,3% mahasiswa tidak mengetahui efek negatif radiasi sinar-X.

Disamping nilai diagnostik yang diperoleh, pemeriksaan radiografi memiliki potensi mengakibatkan bahaya radiasi. Hal ini disebabkan karena sinar-X sebagai sumber energi yang digunakan, termasuk sebagai sumber energi pengion yang sejak lama diketahui keuntungan maupun kerugian oleh karena bahaya yang ditimbulkan dari bahaya ionisasi. Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mampu membentuk ion atau

partikel bermuatan positif dan negatif pada obyek yang dilewatinya. Pada saat sinar-X mengenai jaringan tubuh, akan terjadi ionisasi pada jaringan yang akan dilaluinya sehingga terjadi kerusakan pada jaringan tersebut. Berdasarkan fakta tersebut, diperlukan upaya untuk memperkecil efek radiasi pada setiap pemotretan radiografi, baik pada penderita maupun operator, sesuai dengan pedoman bagi setiap penggunaan radiasi di bidang kedokteran gigi adalah prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) yang artinya bahwa paparan radiasi pengion harus dijaga dan serendah mungkin dicapai, faktor ekonomi dan sosial turut harus diperhitungkan. Hal ini dapat dicapai dengan tiga cara yaitu, mengunakan metode physical untuk meminimalisir dosis (yaitu peralatan dan faktor film yang digunakan), menerapkan seleksi kriteria ketika memilih atau tidak untuk menggunakan pemeriksaan radiografi dan terakhir program jaminan kualitas.1

(42)

dalam setahun. Sebesar 32,6% mahasiswa pria dan 35,0% mahasiswa wanita tidak mengetahui dosis radiografi intra oral. Sebesar 60,9% mahasiswa pria dan hanya 45,3% mahasiswa wanita mengetahui dosis radiografi ekstra oral.

Dosis radiasi dinyatakan sebagai dosis efektif diukur dalam satuan penyerapan energi per unit massa (Joule/kg) disebut microSievert, µSv Sievert, mewakili sepersejuta Sievert. Dosis radiasi pada kedokteran gigi berkisar di antara 0,002 mSv sampai 3,3 mSv, sehingga dapat dinyatakan bahwa efek negatif dari dosis radiasi pada kedokteran gigi sangat kecil kemungkinan terjadi atau bahkan dapat dikatakan tidak ada karena dosis radiasi yang diberikan terhadap pasien mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan kerugian yang ditimbulkan (justifikasi). Dosis radiasi pada kedokteran gigi menyumbang jumlah radiasi artificial (medical x-ray diagnosis) dengan persentase yang sangat kecil.1 Sebagai contoh dosis efektif pada foto skull/kepala, posteroanterior adalah 0,03, dosis efektif pada foto lateral adalah 0,01, dosis efektif pada foto bitewing/periapikal adalah 0,001 sehingga 0,008, dosis efektif pada oklusal adalah 0,008, dosis efektif pada foto panoramik adalah 0,004 hingga 0,03, dosis efektif pada foto lateral sefalometri adalah 0,002-0,003, dosis efektif pada

CT mandibula adalah 0,36 hingga 1,2 dan dosis pada foto CT maksila adalah 0,1 hingga 3,3.6

Berdasarkan tabel 6 (6-9), diperoleh hasil sebesar 13,0% mahasiswa pria dan 9,4% mahasiswa wanita tidak mengetahui proteksi radiografi kedokteran gigi terhadap pasien. Sebesar 21,7% mahasiswa pria dan 17,1% mahasiswa wanita tidak mengetahui bahwa proteksi radiasi harus dilakukan terhadap siapa aja. Sebesar 10,9% mahasiswa pria dan 11,1% mahasiswa wanita tidak mengetahui maksud ALARA (As Low As Reasonably Achievable). Sebesar 30,4% mahasiswa pria dan 42,7% mahasiswa wanita tidak mengetahui azas justifikasi pada sinar-X.

(43)

siapa saja dan hanya sebesar 14% mahasiswa mengetahui tentang azas justifikasi pada sinar-X.

Pengenalan dari bahaya efek radiasi dan resiko yang mungkin terjadi menyebabkan National Council on International Commission on Radiological Protection (ICRP) untuk menetapkan tuntutan mengenai pembatasan jumlah radiasi yang diterima oleh petugas dan masyarakat. Pelaksanaan dosis limit harus diperhatikan bahwa pelaksanaan dosis limit pada pekerja radiasi yang dapat menyebabkan kanker tidak lebih besar dari pekerja non radiasi. Dosis limit pada masyarakat ditetapkan 10% dari pekerja radiasi.12

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individu dikategorikan kepada tiga berdasarkan total skor maksimal. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa secara individu dikategorikan baik sebesar 71,7% atau 33 orang bagi mahasiswa pria dan 67,5% atau 79 orang bagi mahasiswa wanita, kategori sedang sebesar 21,7% atau 10 orang bagi mahasiswa pria dan 29,9% atau 35 orang bagi mahasiswa wanita dan dan kategori rendah sebesar 6,6% atau 3 orang bagi mahasiswa pria dan 2,6% atau 3 orang bagi mahasiswa

(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Tidak terdapat perbedaan pengetahuan antara mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia. Pada penelitian ini didapat hasil tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individu baik pria dan wanita terbesar berada pada kategori baik, yaitu pria sebesar 71,7% dan wanita sebesar

67,5%.

6.2Saran

(45)

DAFTAR PUSTAKA

1. White SC. Pharoah MJ. Oral Radiology Principles and Interpretation. 6 thed., St. Louis: Sauders Elsevier., 2009: 265-76.

2. Mastika E. Judul. Tahun 2013. Skripsi. Medan: Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi FKG USU, 2013: 18.

3. Ayurian M. Judul. Tahun 2013. Skripsi. Medan: Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi FKG USU, 2013: 26.

4. Moir A, Jessel D. Brain sex: the real difference between men and women. New

York: Dell Publishing 1989.

5. Am Dent Assoc. The Use of Dental Radiography. September. 2006.

6. Marpaung T. Proteksi Radiasi dalam Radiologi Intervensional. Dalam: Seminar Keselamatan Nuklir. BAPETEN. 2006.

7. Boel T. Prinsip dan Teknik Radiografi Kedokteran Gigi. Medan: FKG USU. 2008.

8. Margono G. Radiografi Intraoral. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC. 1998. 9. Edwards C. Statkiewicz S. Ritenour R. Perlindungan Radiasi Bagi Pasien dan

Dokter Gigi. Alih Bahasa. Yuwono L. Jakarta: penerbit widya medika. 1990; 9-110.

10. Janssens A. Radiation Protection. Eropa: European Commission. 2004; 9-12. 11. Boel T. Dental Radiografi Prinsip dan Teknik. Medan: USU press. 2011; 3: 9. 12. Whaites E. Essential of Dental Radiography and Radiology. Cawson R. A, ed.

Spain: Elsevier. 2007; 4: 85-123.

13. Supriyadi. Distorsi Radiograf Periapikal pada Berbagai Ragio Gigi. Dentika dental J. 2008; 13(1): 33-6.

(46)

15. Lusiyanti Y. Syaifudin M. Penerapan Efek Interaksi Radiasi dengan Sistem Biologi Sebagai Dosimeter Biologi.Yogyakarta: Prossiding Seminar Nasional III, 2007; 61-72.

16. Whites E. Radiography and Radiology for Dental Care Professionals.Slater M, ed. China: Elsevier. 2010; 2: 61-73.

17. Frommer HH. Stabulas-Savage JJ. Radiology for the Dental Professional. America: Elsevier. 2005; 8: 73-117.

Gambar

Tabel 2. Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi.10
Tabel 3. Perbedaan Efek Stokastik dengan Non Stokastik.8
Tabel 4. Variabel Penelitian
Tabel 6. Perbedaan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pria dan wanita mengenai dosis, bahaya dan proteksi radiasi pada penggunaan radiografi kedokteran gigi secara umum
+2

Referensi

Dokumen terkait

USU/2013 dengan judul „ Pengetahuan Mahasiswa Non-Klinik pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat Terhadap Prosedur Pemanfaatan. Radiografi

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang kesalahan pembuatan radiografi intraoral pada salah satu

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa

Prosedur yang harus dilalui dalam penggunaan radiografi kedokteran gigi adalah permintaan untuk melakukan radiografi, adanya izin dari dokter gigi di bagian radiologi

Adanya perbedaan di antara beberapa FKG di Indonesia dan Negara lain dalam tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang prosedur pemanfaatan radiografi

Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik mengenai gambaran anomali gigi menggunakan radiografi

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individu mengenai bahaya radiasi kedokteran gigi terhadap wanita hamil trimester satu pada salah satu fakultas

Saya adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan, ingin melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Kepaniteraan