• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DEPARTEMEN RADIOLOGI DENTAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAN KLINIK TENTANG KESALAHAN DAN KEGAGALANPEMBUATAN RADIOGRAFI

INTRAORAL PADA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI SALAH SATUUNIVERSITAS DI JAWA BARAT

No. Responden : Tanggal :

Usia :

Jenis Kelamin :

PETUNJUK PENGISIAN :

1. Pengisian kuisioner dilakukan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik FKG di salah satu universitas di Jawa Barat

2. Jawablah setiap pertanyaan dengan menulis huruf pilihan jawaban yang dianggap benar pada kotak yang tersedia di sebelah kanan.

3. Semua pertanyaan harus dijawab.

4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

(2)

1. Kesalahan pada gambaran radiografi dibawah ini adalah

A. Elongasi B.Foreshortened

2. Kesalahan pada soal nomor satu disebabkan oleh A. Angulasi vertikal yang terlalu kecil B. Angulasi vertikal yang terlalu besar

3. Kesalahan pada gambaran radiografi dibawah ini adalah

A. Elongasi B.Foreshortened

4. Kesalahan pada soal nomor 3 operator sebaiknya A. Angulasi vertikal yang terlalu kecil B. Angulasi vertikal yang terlalu besar

5. Kesalahan pada gambaran radiografi dibawah ini adalah

A. Cone cutting B. Partial white image

1.

2.

3.

4.

(3)

6. Kesalahan pada soal nomor 5 disebabkan karena A. Posisi cone yang salah.

B. Posisi film terbalik

7. Kesalahan pada gambaran radiografi dibawah ini adalah

A. Spot hitam pada film B. lack finger print

8. Kesalahan pada soal nomor 7 terjadi pada saat

A.Film terkena larutan fixer sesaat sebelum processing film B.Film terkena larutan developer sesaat sebelum

processing film

9. Kesalahan pada gambaran radiografi dibawah ini adalah

A. Partial dark image B. Dense image

6.

7.

8.

(4)

10.Kesalahan pada nomor 10 terjadi karena

A. Perendaman pada larutan developer yang terlalu lama B. Perendaman pada larutan developer yang terlalu cepat

(5)

LAMPIRAN 2

LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth: Saudara/Saudari ...

Bersama ini saya, Irma Harfianty Siregar (umur 22 thn), yang sedang menjalani program pendidikan sarjana pada fakultas kedokteran gigi, Universitas Sumatera Utara, memohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul :

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG

KESALAHAN DAN KEGAGALAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL

PADA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DISALAH SATU UNIVERSITAS DI

JAWA BARAT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang kesalahan dan kegagalan yang mungkin terjadi pada pembuatan radiografi intraoral. Dimana radiografi intraoral merupakan hasil radiografi yang diambil dengan cara pasien ditempatkan didalam bilik radiografi kemudian pasien didudukan di kursi dan film dimasukan kedalam mulut pasien lalu dilakukan pengambilan radiografi.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dimana akan dilakukan survey pada subjek penelitian. Pada penelitian tersebut, saudara/i sebagai subjek penelitian akan menerima kuesioner yang berisi 10(sepuluh) soal yang akan dijawab oleh saudara/i sebagai subjek penelitian dan diberi waktu ± 10 menit. Kemudian kuesioner tersebut akan dikumpulkan kembali ke peneliti dan akan dikoreksi. Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh rekan peneliti sesama mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi yang ikut serta dalam penelitian. Identitas Saudara/i sebagai subjek penelitian akan dirahasiakan oleh peneliti.

(6)

menandatangani surat pernyataan persetujuan sebagai subjek penelitian yang terlampir pada lembar berikutnya. Perlu Saudara/i ketahui, bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Saudara/i dapat mengundurkan diri dari penelitian ini bila Saudara/i merasa keberatan.

Demikian lembar penjelasan ini saya perbuat, semoga keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ... 2013

(7)

LAMPIRAN 3

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis kelamin : L / P

Alamat :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama Irma Harfianty Siregar yang berjudul “ Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteraan Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa

Barat” dan menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun

Bandung, Agusutus 2013 Pembuat pernyataan

(...) Tanda tangan dan Nama jelas

(8)

LAMPIRAN 5

DATA PERSONALIA

DATA PRIBADI

Nama Lengkap : Irma Harfianty Siregar Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, Indonesia / 11 Juni 1991 Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Alamat : Jalan Stiabudi Perum Kalpataru Indah NO 27C

Telepon/Hp : 085360005309

Email : flinta_irma@yahoo.com

PENDIDIKAN

1997-2003 : SD. 2 Prabumulih ( Palembang)

2003-2006 : SMPN 7 MEDAN

2006-2009 : SMAN. 1 MEDAN

(9)

LAMPIRAN 6

Responden Berdasarkan Usia Frequenc

y Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 21 Tahun 7 7.0 7.0 7.0

22 Tahun 22 22.0 22.0 29.0

23 Tahun 39 39.0 39.0 68.0

24 Tahun 20 20.0 20.0 88.0

25 Tahun 5 5.0 5.0 93.0

26 Tahun 7 7.0 7.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Responden Berdasarkan JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 19 19.0 19.0 19.0

Perempuan 81 81.0 81.0 100.0

(10)

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 2 2.0 2.0 2.0

Benar 98 98.0 98.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 71 71.0 71.0 71.0

Benar 29 29.0 29.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 6 6.0 6.0 6.0

Benar 94 94.0 94.0 100.0

(11)

P4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 72 72.0 72.0 72.0

Benar 28 28.0 28.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 3 3.0 3.0 3.0

Benar 97 97.0 97.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 26 26.0 26.0 26.0

Benar 74 74.0 74.0 100.0

(12)

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 70 70.0 70.0 70.0

Benar 30 30.0 30.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 16 16.0 16.0 16.0

Benar 84 84.0 84.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 57 57.0 57.0 57.0

Benar 43 43.0 43.0 100.0

(13)

P10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 18 18.0 18.0 18.0

Benar 82 82.0 82.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Pengetahuan secara individual tentang kegagalan dan kesalahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(14)

Pengetahuan Kesalahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 71 71.0 71.0 71.0

Sedang 25 25.0 25.0 96.0

Kurang 4 4.0 4.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

0 10 20 30 40 50 60

Baik Sedang Kurang

(15)

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Baik Sedang Kurang

Pengetahuan

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. American Dental Association Council on Scientific Affairs. The use of dental radiograps update and recommendations. JADA 2006; 137: 1304-12.

2. Shumay B.S. and Foater T.S. Phatology of the jaw : the Importance of Radiograph. JADA 2011;77;132.

3. Haghnegahdar A, Bronoosh P, Taheri M, Farjood A. Common intraoral radiographic errors made by dental students. GMJ 2013; 2; 44-8.

4. Patel J.R., Greer D.F. Evaluating Student Progress Through Error Reduction in Intraoral Radiographic Technique.Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology.1986;62(4);471-4.

5. Eliasso S., Lavstedt S., Wouters F., Ostlin.Quality of Intraoral Radiographs Sent by Private Dental Practitioners for Therapy Evaluation by the Social Insurance Office.Dental J; 1990;2; 81-9.

6. Mourshed F.A study of intraoral radiographic errors made by dental students. Oral Surgery, Oral Medicine,Oral Pathology.1971;32(5):824-8

7. Kazzi, Horner K, Qualthough A.C., Martinez B.Y, Rushton V.E. A Comparative Study of Three Periapical Radiographic Techniques for Endodontic Working Length Estimation. Int. Endod. J. 40(7):526-31.

8. Boel T. Dental radiogrrfi: prinsip dan teknik, Ed 3., Medan: USU Press., 2009: 49-55.

9. Whaites E. Radiography and radiology for dental care professionals, 2nd ed., Cina: Elsevier Mosby., 2009: 3-12.

10. White Stuarts C, Pharoah Michael J, Oral Radiologi, 6th ed., China: Elsevier Mosby., 2009: 65-77.

(17)

12. Williamson Gail F. Intraoral radiography: positioning and radiation protection. ADA CERP 2009

13. Williamson Gail F. Keys to successful intraoral radiography.

http://www.dentsplylearning.com/contrib/documents/AL_HND_VOJK-TJ6081.2010920921359510.pdf(2010).

14. Moore W .Succesful intraoral radiography. ADA CERP. 2004.

15. Mauriello Sally M correction. http://www.dentalcare.com/en-US/dental-education/continuingeducation/ce137/ce137.aspx?ModuleName=coursecontent &PartID=3&SectionID=-1 (September 15.2008).

16. Mestika E. Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Terhadap Prosedur Penggunaan Radiografi Dental Dalam Melakukan Perawatan Gigi.2012: 17.(belum dipublikasikan). 17. Tushiva L. Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Prosedur

Pemanfaatan Radiografi Kedokteran Gigi Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat. 2013: 19. (belum dipublikasikan)

18. Pedoman Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.Dikti.2000.1-9.www.dikti.go.id_files_lemkerma_kemen232-2000

19. Chiu Hui-Lin, Lin Shui-Hui, Chen Chia-Hui, Wang Wen-Chen, Chen Jin-Yi, Chen Yuk-Kwan, et al. Analysis of photostimulable phosphor plate image artifacts in an oral and maxillofacial radiology department. OOOOE 2008; 106: 749-56.

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu mengumpulkan data. Fungsi analisis deskriptif adalah untuk memberikan gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini dapat menjadi acuan untuk melihat karakteristik data yang diperoleh.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada fakultas kedokteran gigi di salah satu universitas di Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah mahasiswa kepaniteraan klinik di fakultas kedokteran gigi pada salah satu universitas di Jawa Barat.

Metode sampel yang digunakan adalah simple random sampling. Maka besar sampel penelitian diperoleh dengan perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan rumus : n : Jumlah sampel.

Z : Derajat kepercayaan. (95% = 1,96)

P : Proporsi populasi penelitian sebelumnya. (0,5) Q : Selisih antara populasi sebelumnya.

(19)

Cara Perhitungan Sampel Minimum

Dari hasil perhitungan besar minimum sampel diperoleh besar sampel 96,04 oleh karena itu peneliti mengambil sampel sebanyak 100 orang.

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap kesalahan dan kegagalan radiografi intraoral didefinisikan sebagai hasil pemikiran mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap gambaran radiografi yang tidak sesuai dengan gambaran sebenarnya. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik terhadap kesalahan dan kegagalan radiografi intraoral diukur menggunakan kuisioner dengan skala ordinal.

Pengetahuan tersebut diukur dengan kuisioner yang telah diberi nilai. Pertanyaan berjumlah 10 dimana setiap pertanyaan memiliki dua pilihan jawaban yaitu jawaban yang salah dengan nilai 0 dan jawaban yang benar dengan nilai 1. Berdasarkan seluruh pertanyaan dengan total nilai 10, maka tingkat pengetahuan secara keseluruhan diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu :

A. Tingkat pengetahuan baik apabila total nilai berada diantara 8-10 (> 75% dari total nilai maksimal)

B. Tingkat pengetahuan sedang apabila total nilai berada diantara 6-7 (60%-75% dari total nilai maksimal)

C. Tingkat pengetahuan buruk apabila total nilai berada diantara 0-5 (<60% dari total nilai minimal)

(20)

A. Tingkat pengetahuan baik apabila total nilai berada diantara 4-5 (> 75% dari total nilai maksimal)

B. Tingkat pengetahuan sedang apabila total nilai berada diantara 3 (60%-75% dari total nilai maksimal)

(21)

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian

Pembuatan Kuisioner

Penyebaran kuisioner kepada mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu fakultas

kedokteran gigi universitas di Jawa Barat

Mahasiswa kepaniteraan klinik diminta untuk mengisi lembaran kuisioner

Kuisioner yang telah diisi diambil kembali oleh peneliti

Peneliti memeriksa kuisioner yang telah diisi

Peneliti melakukan pengolahan data secara komputerisasi

Peneliti mengoreksi hasil dari data yang telah diolah

(22)

3.6Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan komputerisasi diantaranya: a. Penyuntingan data (editing) dilakukan pemeriksaan kembali apakah data yang terkumpul sudah lengkap, jelas tidak meragukan, tidak ada kesalahan dan sebagainya.

b. Membuat lembaran kode (coding sheet) memuat kode pada lembaran kuisioner yang bertujuan memberi nomor responden untuk lebih mudah dalam pengolahan dan perhitungan total nilai dari seluruh pertanyaan.

c. Memasukkan data (data entry) memasukkan data ke dalam kolom-kolom yang telah disesuaikan dengan jawaban masing-masing pertanyaan dan nilai dari masing-masing jawaban.

d. Tabulasi membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6.2 Analisis Data

Data diolah secara deskriptif yaitu data univarian dihitung menggunakan teknik statistik yang disajikan dalam bentuk tabel berupa distribusi frekuensi sederhana dan dalam bentuk persentasi.

3.7Etika Penelitian

(23)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Responden Berdasarkan Usia

Dalam penelitian ini sampel yang didapat berjumlah 100 orang. Responden berasal dari mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat.

Tabel 1. Frekuensi Responden Berdasarkan Usia

Rentang Usia Frekuensi Persentasi

21 Tahun

4.2 Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 2. Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.

Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi

(24)

4.3 Elongasi ( Pemanjangan Gambar Gigi)

Tabel 3. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami

elongasi (pemanjangan gambar gigi)

Jawaban Frekuensi Persentasi

Benar

Tabel 4. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang penyebab elongasi.

Jawaban Frekuensi Persentasi

(25)

4.5 Foreshortening ( Pemendekan Gambar Gigi )

Tabel 5. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami

Foreshortening.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar

Tabel 6. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang penyebab Foreshortening.

Jawaban Frekuensi Persentase

(26)

4.7. Cone Cutting

Tabel 7. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami cone cutting.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar Salah

74 26

74,0 26,0

Total 100 100,0

4.8. Penyebab Cone Cutting

Tabel 8. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang penyebab cone cutting.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar Salah

97 3

97,0 3,0

(27)

4.9 Spot Hitam pada Film

Tabel 9. Frekuensi tingkah pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami spot hitam

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar Salah

84 16

84,0 16,0

Total 100 100,0

4.10.Penyebab Sport Hitam pada Film

Tabel 10. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang penyebab terdapatnya sport hitam pada film.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar Salah

30 70

30,0 70,0

(28)

4.11. Dense Image

Tabel 11. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami dense image.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar Salah

43 57

43,0 57,0

Total 100 100,0

4.12. Penyebab Danse Image pada Film

Tabel 12. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang penyebab dense image pada film.

Jawaban Frekuensi Persentase

Benar Salah

82 18

82,0 18,0

(29)

4.13. Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Secara Individual Tentang Kesalahan dan Kegagalan dalam Pembuatan

Radiografi intraoral.

Tabel 13. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual tentang kesalahan dan kegagalan pembuatan radiografi intraoral.

Grafik 1. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual tentang kesalahan dan kegagalan pembuatan radiografi intraoral.

Kategori Frekuensi Persentase

(30)

4.14 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Secara Individual Melihat Kegagalan dalam Foto Radiografi Intraoral.

Tabel 14. Frekuensi pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual melihat kegagalan dalam foto radiografi intraoral.

Kategori Frekuensi Persentase

Baik individual menganalisa kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral.

Kategori Frekuensi Persentase

(31)

Grafik 2. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual melihat kegagalan foto radiografi dan menganalisa kesalahan dalam pembuatan radiografi intraoral.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Baik Sedang Kurang

Pengetahuan

(32)

BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 orang responden pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat diperoleh hasil 7% ( Tabel 1) responden dengan usia >25 tahun dimana telah dilakukan penelitian yang sama sebelumnya oleh Emalia Mestika memperoleh 2,4% mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatra Utara pada rentang usia >25 tahun dan penelitian yang sama juga dilakukan oleh laina Tushiva pada Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat diperoleh hasil 12,3% responden dengan rentang usia > 25 tahun.16,17 Terdapatnya responden dengan usia > 25 tahun dikarenakan oleh faktor keterlambatan dalam penyelesaian pendidikan sarjana dan keterlambatan dalam progres suatu kasus yang dilakukan. Sesuai dengan keputusan mentri pendidikan nomor 232/U/2000 beban studi program sarjana sekurang-kurangnya 144 (seratus empat puluh empat) SKS dan sebanyak-banyaknya 160 (seratus enam puluh) SKS yang dijadwalkan untuk 8 (delapan) semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dan 8 (delapan) semester dan selamalamanya 14 (empat belas) semester setelah pendidikan menengah.18 Maka dapat disimpulkan bahwa rentang usia yang ideal untuk mahasiswa kepaniteraan klinik adalah 21-25 tahun.

Berdasarkan jenis kelamin diperoleh 19% frekuensi responden berjenis kelamin laki-laki (Tabel 2). Persentase yang cukup rendah dibandingkan dengan hasil penelitian laina Tushiva diperoleh hasil sebesar 36,2% frekuensi responden berjenis kelamin laki-laki.17 Dari perbandingan ini dapat kita lihat mahasiswa kepaniteraan klinik lebih kecil persentasenya berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan yang berjenis kelamin perempuan, hal ini menunjukkan bahwa fakultas kedokteran gigi lebih banyak diminati oleh perempuan.

(33)

klinik yang tidak dapat menganalisa penyebab elongasi pada foto radiografi intraoral adalah sebesar 71% (Tabel 4). Pada penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar A dkk yang meneliti tentang frekuensi kesalahan umum dalam pembuatan radiografi intraoral yang dilakukan oleh mahasiswa dengan persentase kegagalan elongasi sebesar 9,4%.3 Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami elongasi dikategorikan baik, namun tidak sebanding dengan rendahnya tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam menganalisa penyebab elongasi.

Elongasi dalam radiografi intaoral adalah suatu penyimpangan gambaran gigi

dan jaringan sekitarnya yang terlihat lebih panjang daripada sebenarnya. Elongasi disebabkan karena kesalahan angulasi vertikal. Angulasi vertikal yang terlalu kecil akan mengakibatkan gambar yang dihasilkan lebih panjang dari yang sebenarnya.9

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak dapat melihat radiografi yang mengalami foreshortening pada hasil foto radiografi intraoral adalah sebesar 94% (Tabel 5) dan persentase tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak dapat menganalisa penyebab foreshortening sebesar 72% (Tabel 6). Penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar A dkk yang meneliti tentang frekuensi kesalahan umum dalam pembuatan radiografi intraoral yang dilakukan oleh mahasiswa dengan persentase kegagalan foreshortening sebesar 5%.3 Maka dapat disimpulkan bahwa rendahnya tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami foreshortening dan sebanding juga dengan rendahnya tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam menganalisa penyebab foreshortening.

Foreshortening adalah pemendekan gambar gigi dan jaringan pendukung dari

yang sebenarnya disebabkan oleh kesalahan teknik yang dilakukan oleh operator dengan sudut penyinaran yang terlalu besar dari sinar-x sehingga menyebabkan hasil foto radiografi terlihat lebih pendek.9

(34)

kesalahan cone cutting sebesar 3% (Tabel 8). Sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar A dkk (2013) dengan persentase kegagalan cone cutting sebesar 18,2% dan didukung juga oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Hui-Lin Chiu dkk (2008) dengan frekuensi kegagalan cone cutting yang dilakukan oleh operator sebesar 27,62 %.3,9 Hal ini menunjukkan bahwa bahwa semakin rendah tingkat kesalahan teknik yang menyebabkan terjadinya cone cutting yang dilakukan oleh seorang operator maka akan semakin tinggi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam mengamati hasil foto dan menganalisa kesalahan cone cutting.

Cone cutting terlihat sebagai zona bening pada radiografi setelah diproses, hal

ini disebabkan kesalahan pemusatan sinar yang dilakukan oleh operator yang kurang memperhatikan keselarasan antara sinar-x terhadap film.9 Untuk memperbaiki kesalahan ini, operator harus memperhatikan sinar yang dipusatkan kembali pada daerah yang tidak terpapar.

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak dapat melihat radiografi yang mengalami spot hitam dengan persentase sebesar 16% (Tabel 9) dan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak dapat menganalisa penyebab terdapatnya spot hitam pada film sebesar 70% (Tabel 10). Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jayasinghe R.D dkk (2013) tentang tipe kesalahan processing secara umum yang sering dilakukan oleh mahasiswa dengan persentase sebesar 5,6%.20 Berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tipe kesalahan processing secara umum sebanding dengan pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat radiografi yang mengalami spot hitam namun tidak sebanding dengan rendahnya pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang penyebab dari kesalahan hasil foto radiografi tersebut.

Sport hitam adalah gambaran titik hitam (dark sport) yang terdapat pada

(35)

itu dituntut kemampuan mahasiswa kepaniteraan klinik untuk mengidentifikasi spot hitam sebagai sebuah hasil kegagalan radiografi. Spot hitam terjadi akibat kesalahan penanganan film oleh operator yaitu terjadinya kontak antara film dengan larutan developer.

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak dapat melihat radiografi yang mengalami dense image dengan persentase sebesar 57% (Tabel 11) dan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam menganalisa penyebab dense image sebesar 18% (Tabel 12). Pada penelitian yang dilakukan oleh Haghnegahdar A dkk memperoleh hasil kegagalan processing pada hasil foto radiografi dengan persentase 2,2%.3 Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya tingkat kesalahan dalam processing film yang dilakukan mahasiswa seharusnya berbanding lurus dengan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik dalam melihat dan menganalisa dense image pada hasil foto radiografi, namun dari hasil yang diperoleh berbanding terbalik, mahasiswa tidak dapat menginterpretasikan dense image namun cukup baik dalam menganalisa penyebab dense image.

Dense image adalah hasil foto radiografi yang terlihat gelap (dark

radiograph) yang disebabkan oleh kosentrasi larutan developer yang terlalu tinggi

yang tidak disesuaikan dengan waktu developing yang tepat, sehingga menyebabkan gambar terlihat lebih gelap dari yang seharusnya.6,17,18 Perhatian operator terhadap pengaturan waktu dan suhu larutan developer menjadi point terpenting dalam processing film, sehingga kegagalan dense image dapat ditanggulangi.

(36)

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual dalam melihat kegagalan dalam foto radiografi intraoral dikategorikan menjadi tiga berdasarkan total skor maksimal. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa secara individual dikategorikan baik sebesar 24% atau sebanyak 24 orang (Tabel 14), kategori sedang sebesar 27% atau sebanyak 27 orang (Tabel 14), kategori kurang 49 % atau sebanyak 49 orang (Tabel 14). Dari hasil penelitian ini persentase terbesar tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual dalam melihat kegagalan hasil foto radiografi dikategorikan kurang (49%).

(37)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual tentang kesalahan dan kegagalan dalam pembuatan radiografi intraoral pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat dikategorikan sedang (67%).

2. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat dalam melihat kegagalan pada foto radiografi intraoral dikategorikan kurang (49%).

3. Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat dalam menganalisa kesalahan pembuatan radiografi intraoral dikategorikan baik (71%).

6.2Saran

(38)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Radiografi Dental

Radiografi dental merupakan sarana pemeriksaan untuk melihat manifetasi oral dirongga mulut yang tidak dapat dilihat dari pemeriksaan klinis namun dapat dengan jelas terlihat gambaran seperti perluasan dari penyakit periodontal, karies pada gigi serta kelainan patologis rongga mulut lainnya. Radiologi dental menjadi pedoman untuk memaksimalkan hasil diagnostik yang terlihat dari intrepetasi gambar.1,8

Meskipun dosis paparan dari radiografi dental sangat kecil namun, dosis paparan cahaya radiasi harus diminimalisasikan seminimal mungkin untuk mengurangi akumulasi dosis paparan terhadap pasien.3

2.2 Radiografi Intraoral

Radiografi intraoral adalah radiografi yang memberi gambaran kondisi gigi dan jaringan sekitarnya dengan cara menempatkan film didalam rongga mulut pasien dan kemudian diberikan penyinaran.8 Radiografi intraoral yang secara umum sering digunakan yaitu radiografi periapikal, interproksimal/ radiografi bitewing.9

2.2.1 Radiografi Periapikal

(39)

Indikasi radiografi periapikal adalah :

a. Untuk mendeteksi adanya infeksi atau inflamasi periapikal; b. Penilaian status periodontal;

c. Pasca trauma gigi dan melibatkan tulang alveolar; d. Dugaan adanya gigi yang tidak erupsi dan letaknya; e. Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi;

f. Perawatan endodontik ;

g. Penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi apikal;

h. Mengevaluasi kista radikularis secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar;

i. Evaluasi pasca pemasangan implan.9

Teknik yang digunakan dalam pengambilan radiografi periapikal ada dua yaitu: teknik paralleling dan bisekting.9

1.Teknik Paralleling

Teknik paralleling juga dikenal sebagai extension cone paralleling, right angle technique, long cone technique, true radiograph merupakan teknik yang paling

akurat dalam pembuatan radiografi intraoral. Hal ini disebabkan karena pada teknik parallel pelaksanaan dan standarisasinya sangat mudah dengan kualitas gambar yang dihasilkan bagus dan distorsinya kecil.10

(40)

Gambar 1. Teknik paralleling.11

Teknik paralleling bila dilakukan dengan benar akan menghasilkan gambar dengan kualitas baik, validitas yang tinggi, akurasi linier dan dimensi yang tinggi tanpa distorsi. Gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan kondisi gigi akan sangat mudah diinterpretasikan dan dipelajari. Akan tetapi teknik ini memiliki kesulitan pada pasien dengan ukuran rongga mulut kecil pada anak-anak, pemakaian film holder akan menggurangi kenyamanan karena mengenai jaringan sekitarnya.11

Keuntungan teknik paralleling: 1. Tanpa distorsi;

2. Gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi Sesungguhnya;

3. Mempunyai validitas yang tinggi.8,9

Kerugian teknik paralleling:

1. Sulit dalam meletakkan film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil;

(41)

Sudut penyinaran teknik paralleling pada gigi maksilaris:

1. Insisivus sentral dan lateral, sinar tegak lurus 90º terhadap bidang film dan daerah interproksimal dari insisivus sentralis maksila;

2. Kaninus maksilaris, pusat sinar-x tegak lurus terhadap film dan sepanjang gigi. Titik datang sinar dipusatkan pada daerah sudut hidung;

3. Premolar maksilaris, pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Arah titik datang sinar berada dibawah pupil mata;

4. Molar maksilaris, Pusat sinar-x tegak lurus terhadap film dengan molar kedua sebagai acuan. Arah titik datang sinar berada dibawah sudut luar mata kedaerah tengah pipi.12

Sudut penyinaran teknik paralleling pada gigi mandibula :

1. Insisivus sentral dan lateral mandibula, pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Arah titik datang sinar pada bawah ujung hidung ke tengah dagu;

2. Kaninus mandibula, pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Arah titik datang sinar terletak dibawah alanasi ke sudut dagu;

3. Premolar mandibula, pusat sinar harus tegak lurus dengan sumbu panjang gigi. Arah titik datang sinar terletak pada bagian bawah pupil ke daerah tengah mandibula;

4. Molar mandibula, pusat sinar tegak lurus pada film. Arah titik datang sinar terletak pada bagian bawah sudut mata bagian luar ke daerah tengah

mandibula.12

2.Teknik Bisekting

(42)

Teknik bisekting dicapai dengan meletakkan film sepanjang permukaan lingual/ palatal pada gigi kemudian sinar-x diarahkan tegak lurus (bentuk T) ke garis imajiner yang membagi sudut yang dibentuk oleh sumbu panjang gigi dan sumbu panjang film. Akan tetapi, teknik bisekting menghasilkan gambar yang kurang optimal karena reseptor dan gigi tidak berada secara vertikal dengan sinar-x.9,10

Gambar 2. Teknik bisekting.9

Teknik sudut bisekting dicapai dengan menempatkan reseptor sedekat mungkin dengan gigi. Teknik ini memerlukan kepekaan dan ketelitian operator. Jika sudut bisekting tidak benar, perpanjangan atau pemendekan akan terjadi.6,8,10

Keuntungan teknik bisekting:

1. Dapat dilakukan tanpa film holder ;

2. Lebih nyaman karena lebih tidak mengiritasi jaringan.8,9

Kerugian teknik bisekting: 1. Sering terjadi distorsi;

(43)

Angulasi horizontal teknik bisekting pada daerah maksila dan mandibula 1. Insisivus sentralis dan lateralis sudut penyinaran 0°;

2. Kaninus, sudut penyinaran 45°-65°;

3. Premolar 1,2 dan molar 1 sudut penyinaran 70°-80°; 4. Molar 2,3 sudut penyinaran 80°-90°.13

Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah maksila: 1. Insisivus 1,2 dan kaninus sudut penyinaran +40° - +50°; 2. Premolar 1,2 dan molar 1 sudut penyinaran +30° - +35°; 3. Molar 2,3 sudut penyinaran +20° - +25°.8,13

Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah mandibula: 1. Insisvus 1,2 dan Kaninus sudut penyinaran -15°- (-20°); 2. Premolar 1,2 dan molar 1 sudut penyinaran -10°;

3. Molar 2,3 sudut penyinaran -5° -0° - +5°.8,13

Panjang cone sesuai dengan ukuran delapan inci dapat digunakan dalam teknik bisekting. Bila radiografer ingin menggunakan long cone maka panjang long cone yang digunakan berkisar dua belas sampai enam belas inci (12-16 inch). Keuntungan memakai long cone dapat mengurangi citra pembesaran dan mengurangi distorsi serta dapat memberikan gambaran anatomi dan panjang gigi yang lebih akurat.12

2.2.2 Radiografi Interproksimal/ Bitewing

(44)

diarahkan diantara kontak dari gigi posterior dengan sudut vertikal +5º sampai +10º.11

Film dapat diposisikan secara horizontal atau vertikal tergantung pada daerah yang akan dilakukan pengambilan radiografi. Pengambilan secara vertikal biasa digunakan untuk mendeteksi kehilangan tulang sedangkan pengambilan secara horizontal biasa digunakan untuk melihat mahkota, puncak alveolar, kavitas dan keberhasilan dari hasil perawatan. Teknik bitewing juga dapat dilakukan disegmen anterior.11

Gambar 3. Bite tab, film holder untuk bitewing.12,13

Gambar 4. Radiografi bitewing vertikal (atas), radiografi horizontal (bawah).11

(45)

normal. Gambaran radiografi yang timbul akibat berbagai kesalahan dalam pengambilan foto maupun karena processing film dapat menyulitkan dokter gigi dalam menginterpretasikan kondisi dari struktur gigi sehingga dapat terjadi diagnosa yang tidak tepat .3,12

Dalam pembuatan foto radiografi intraoral, operator harus menguasi pengetahuan tentang jenis-jenis foto intraoral, jenis film intraoral yang akan digunakan, syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang radiografer serta teknik-teknik foro intraoral dan berbagai kesalahan dan penyebab dari kegagalan dalam pembuatan radiografi khususnya foto intraoral yang banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: kesalahan dalam penempatan foto dan kesalahan dalam processing film.12

2.3.1 Kesalahan Pasien

Berbagai kegagalan dalam pembuatan radiografi intraoral, kegagalan itu sendiri dapat berasal dari pasien.11

Dokter gigi harus selalu menjelaskan prosedur radiografi kepada pasien dan memberikan instruksi yang jelas, apa yang harus dilakukan pasien untuk membantu memastikan kualitas gambar dan menghindari hasil foto yang tidak baik. Kesalahan yang paling umum dalam kategori ini adalah

(46)

cushioned yang dapat dilampirkan ke reseptor dan penempatan film lebih ke arah garis tengah langit-langit pada maksila serta mengikuti lekukan lidah pada mandibula akan membuat kondisi yang lebih nyaman bagi pasien.11

b. Sandaran kepala

Sandaran kepala yang tidak nyaman bagi pasien dapat menimbulkan gerakan ketika pengambilan foto hal ini, akan berdampak pada hasil foto yang berbayang.9 Sandaran kepala didental unit sebaiknya, ditempatkan terhadap lobus oksipital bagian dasar dari bagian belakang kepala pasien, sehingga akan mendukung kepala pasien selama prosedur radiografi dan mengurangi kemungkinan gerakan. Sandaran kepala yang tepat yaitu penempatan posisi bidang oklusal sejajar dengan lantai dan bidang tegak lurus midsagital terhadap lantai untuk foto periapikal dan bitewing, untuk foto periapikal mandibula dapat menginstruksikan pasien untuk meninggikan sedikit dagu hal ini dapat meningkatkan visibilitas dasar mulut sehingga penempatan film dapat lebih baik dan lidah dapat lebih santai.11

c. Tersedak/ menelan

Refleks muntah adalah mekanisme perlindungan dari tubuh yang berfungsi untuk membersihkan saluran udara saat obstruksi.11 Semua pasien memiliki refleks muntah, beberapa pasien lebih sensitif dari pada yang lain. Refleks muntah dapat terjadi ketika kontak film diletakkan dilangit-langit lunak, pangkal lidah, atau posterior dinding faring.10,11,12

(47)

d. Cacat pasien

Beberapa pasien mungkin memerlukan bantuan selama prosedur radiografi karena kecacatan fisik atau mental, cedera atau kondisi medis, dengan keadaan seperti ini dibutuhkannya anggota keluarga atau wali untuk membantu dalam memegang pasien. Proteksi harus disediakan untuk pasien dan anggota keluarga yang menemani pasien selama proses pengambilan foto radiografi intraoral. Dokter gigi harus mempertimbangkan teknik yang digunakan sesuai dengan kondisi pasien misalnya, seorang pasien dengan penyakit Parkinson dapat lebih baik mentolerir radiografi intraoral yang memiliki pemaparan yang pendek dari pada panoramik yang membutuhkan posisi lebih rumit dan waktu pemaparan lebih lama.11

2.3.2 Kesalahan Teknik dan Kesalahan Penyinaran Film a. Gambaran yang tidak sesuai/ apikal hilang

Kesalahan penempatan film dapat terlihatnya gambaran yang tidak sesuai pada area yang akan dilihat. Hal ini biasanya terjadi pada proyeksi molar ketika pasien tidak dapat mentoleransi saat film ditempatkan dalam rongga mulut. Struktur gambaran radiografi yang baik harus berdasarkan pada kriteria, dengan menggunakan kriteria yang menentukan mana gigi dan struktur sekitarnya dapat meminimalkan kesalahan.11

Hilang apikal gigi merupakan salah satu kesalahan penempatan film penanggulangannya yaitu bila menggunakan pemegang reseptor, blok gigitan harus ditempatkan pada gigi yang menerima sinar-x dan bukan pada gigi antagonisnya. Jika blok gigitan ditempatkan pada gigi yang berlawanan dan pasien diwajibkan untuk menggigit reseptor, kemungkinan besar akan menyebabkan kesalahan penempatan film. Menempatkan reseptor lebih ke lingual dari gigi mandibula dan mengikuti lengkung langit-langit pada maksila akan membuat penempatan lebih mudah dan lebih nyaman untuk pasien.11

b. Penempatan film terbalik

(48)

oleh lempengan timah sebelum sinar sampai pada film. lempengan timah yang terpapar sinar x ini akan menghasilkan, efek herringbone atau efek diamond akan muncul pada film yang telah diproses. Kesalahan ini akan menghasilkan gambar yang terang dan menimbulkan keraguan saat proses identifikasi film, kesalahan penempatan film terbalik mungkin akan berkurang dengan reseptor digital khususnya sensor yang kaku atau rigid.11

Gambar 5. Penempatan film terbalik.11

c. Pembengkokan film

Pembengkokan film dapat terjadi karena kelengkungan dari palatum atau lengkung lingual saat penempatan film. Film bersifat lentur dan tidak seharusnya menjadi bengkok, bila menggunakan film holder, lenturkan film terlebih dahulu sebelum dimasukan ke rongga mulut. Film yang terlalu besar memungkinkan pembengkokan dapat terjadi, tentukan film yang sesuai dengan gambaran radiografi yang diinginkan hal ini, akan menghasilkan sedikit kenyamanan pada pasien.11

(49)

Gambar 6. Film bengkok.11

d. Bidang oklusal miring

Ketika film tidak tegak lurus dengan bidang oklusal, bidang oklusal akan tampak miring atau diagonal. Ketika pengambilan gambar radiografi bitewing, tepi atas film mungkin berkontak dengan gingival dibagian palatal atau palatum yang lengkung sehingga bidang oklusal akan terlihat miring. Untuk menghindari kesalahan ini film seharusnya ditempatkan lurus atau tegak lurus dengan bidang oklusal, atau film harus jauh dari gigi dan selalu menempatkan biteblock dalam kontak oklusal atau insisal gigi.11

(50)

e. Kesalahan angulasi vertikal

Bila menggunakan teknik paralel dan film holder, angulasi vertikal ditentukan oleh perangkat film holder untuk memungkinkan sinar-x menjadi tegak lurus terhadap film dan gigi hal ini, penting untuk menempatkan film sejajar, sehingga memastikan angulasi vertikal secara tepat. Sebaliknya ketika menggunakan teknik bisekting, sinar yang tegak lurus terhadap bidang yang membagi sudut dibentuk oleh gigi dan reseptor. Kesalahan kesejajaran vertikal terjadi pada teknik bisekting dapat mengakibatkan pemanjangan atau pemendekan pada gambaran gigi dari yang sebenarnya.11

f. Elongasi

Elongasi atau pemanjangan gambaran gigi dari yang sebenarnya merupakan

hasil dari angulasi yang terlalu kecil.11,12 Ketika kesalahan angulasi vertikal terjadi pada teknik paralel, gambar bergerak dalam dimensi vertikal (atas atau bawah) pada film.11 Untuk memperbaiki kesalahan ini operator harus meningkatkan angulasi vertikal, dengan cara untuk maksila angulasi positif harus ditingkatkan (cone mengarah ke bawah), untuk mandibula angulasi negatif harus ditingkatkan (cone mengarah ke atas).11 Kesalahan ini bisa juga terjadi pada teknik bisekting yang disebabkan oleh sinar-x yang tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi dibandingkan dengan sudut antara gigi dan film.12

(51)

g. Foreshortening

Foreshortening atau pemendekan gambaran gigi dan jaringan pendukung dari

yang sebenarnya disebabkan karena kesalahan angulasi vertikal yang terlalu besar. Untuk memperbaiki foreshortening ketika menggunakan teknik paralel, operator harus menurunkan angulasi vertikal pada maksila dan menurunkan angulasi vertikal pada mandibula.11,12 Kesalahan seperti ini juga dapat terjadi ketika film tidak ditempatkan secara paralel terhadap panjang aksisi gigi.11

Gambar 9. Pemendekan atau foreshortening (kiri), sudut penerimaan (tengah) paparan sinar-x dengan angulasi yang terlalu besar.11 h. Kesalahan angulasi horisontal

Keselarasan horisontal yang tepat dari sinar-x akan menghasilkan gambaran ruang interproksimal sehingga dapat mengevaluasi karies dan penilaian tingkat tulang secara menyeluruh. Sinar-x harus ditujukan langsung antara permukaan gigi yang diinginkan agar dapat melihat permukaan interproksimalnya. Kesalahan angulasi horisontal akan menyebabkan gambar radiografi bergeser ke kanan atu ke kiri sehingga permukaan interproksimal menjadi tumpang tindih, untuk menentukan apakah angulasi horisontal salah atau tidak dapat dievaluasi sejauh mana tumpang tindih yang terjadi.11

(52)

Gambar 10. Kesalahan angulasi horisontal.11

i. Kesalahan pemusatan sinar

Pusat sinar-x harus melewati film dengan cara sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap film, ketika keselarasan ini tidak diperhatikan, cone-cut dapat terjadi. Cone-cutting terlihat sebagai zona bening pada radiografi setelah diproses, karena

kurangnya paparan sinar-x pada daerah yang terpotong. Ketika menggunakan digital imaging, cone-cut muncul sebagai daerah buram.13 Bentuk cone-cutter gantung pada jenis kolimator yang digunakan ketika penyinaran film. Misalnya, jika lingkaran kolimator atau cone digunakan, cone-cute yang melengkung akan muncul, Con-cutting persegi akan terjadi bila menggunakan kolimator yang berbentuk persegi

panjang. Untuk memperbaiki kesalahan ini, sinar harus dipusatkan kembali pada daerah yang tidak terpapar.11

(53)

j. Pengaturan waktu

Paparan yang salah bisa terjadi karena beberapa faktor, yang paling umum adalah tidak tepatnya pengaturan waktu. Pengaturan waktu adalah kesalahan yang paling mungkin terjadi karena sebagian besar unit telah menetapkan pengaturan miliampere dan votasenya (kV), pengaturan waktu pada saat pemaparan harus didasarkan pada kecepatan film.11

Pengaturan waktu pemaparan yang tidak tepat juga dapat terjadi karena evaluasi kondisi pasien yang tidak tepat. Operator menggunakan waktu yang lebih lama terhadap pasien yang memiliki postur tubuh tinggi dan besar serta waktu yang lebih sedikit untuk pasien yang memiliki postur tubuh kecil pendek dan anak-anak, sehingga kegagalan penyesuaian waktu akan menghasilkan gambar yang terlalu terang atau terlalu gelap.11

k. Paparan yang lebih atau kurang

Paparan yang kurang pada film akan menghasilkan gambaran dengan densitas yang rendah, kesalahan ini dapat disebabkan karena bertambahnya jarak antar objek dan sinar-x atau tidak menempatkan kepala tabung cukup dekat dengan wajah pasien. Jarak pemaparan dari kepala tabung ke wajah pasien sebaiknya tidak lebih dari 2 cm, gambaran yang kurang terang atau agak gelap dapat dihasilkan jika saklar paparan tidak diaktifkan dengan jangka waktu yang tepat atau operator menekan tombol paparan terlalu cepat.11

l. Paparan ganda

(54)

Gambar 12. Paparan ganda.11

m. Kesalahan objek

Ketika prostesis removable yang ada dalam mulut ikut terpapar saat pengambilan gambaran radiografi, prosthesis tersebut akan muncul pada gambaran radiografi. Sebaiknya sebelum prosedur radiografi, operator meminta pasien untuk melepaskan prothesis yang terdapat pada rongga mulut, seperti gigi palsu parsial, gigi palsu lengkap, dan lainnya. Kacamata pasien dapat muncul dalam radiografi ketika pengambilan gambar dengan angulasi vertikal dan perhiasan pada wajah yang berada dijalur sinar-x juga harus dilepas untuk menghindari artefak yang tidak diinginkan.11 Pelindung tiroid atau apron juga bisa terekam pada gambaran radiografi. Hal ini biasanya disebabkan karena pelindung tiroid dipasang terlalu tinggi atau longgar.11

(55)

2.3.3 Kesalahan dalam Processing Film

processing film adalah suatu cara untuk menghasilkan gambar dalam

pembuatan foto radiografi dengan menggunakan cairan kimia tertentu. Tahap processing ini sangat penting untuk menghasilkan kualitas gambar yang baik,

walaupun teknik penempatan film sudah benar, pasien kooperatif, mesin sinar-x dengan kualitas terbaik, namun jika pengetahuan operator kurang tentang teknik processing, bahan kimiawi dan prosedur kerjanya, maka kemungkinan kegagalan

radiografi pada waktu processing dapat terjadi.14,15 Prosedur processing film yang benar akan menghasilkan gambar yang diharapkan seperti: kontras, detail gambar, serta tidak adanya noda processing.15 Masalah processing film dapat terjadi dengan sejumlah alasan yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:8

1.Kesalahan yang disebabkan oleh waktu dan temperatur a. Dense image

Gambar yang terlihat gelap (dark radiograph), penyebabnya overdeveloper film, keadaan ini dapat diakibatkan larutan developer yang terlalu tinggi sedangkan waktu developingnya tidak disesuaikan, kosentrasi larutan developer yang terlalu pekat, larutan developer terkontaminasi dengan larutan fixer, perendaman dalam larutan developer terlalu lama dan kesalahan dalam penyinaran, miliamper dan voltase yang tinggi.8,15

(56)

Penanggulangannya:

1. Periksa suhu larutan developer, semakin tinggi suhu larutan developer semakin lambat prosesnya;

2. Perhatikan waktu, saat film berada dalam larutan developer; 3. Larutan developer yang terkontaminasi larutan fixer harus diganti dengan yang baru;

4. Perhatikan posisi tanki larutan developer dengan tanki larutan fixer mungkin terlalu dekat.15

b. Thin image

Gambar yang terlihat terang (ligh radiograph), penyebabnya underdeveloper film, keadaan ini dapat diakibatkan oleh waktu developer yang tidak tepat atau terlalu cepat, larutan developer yang terlalu dingin, waktu yang terlalu singkat, kesalahan dalam penyinaran miliamper dan voltase yang rendah.8

Gambar 15. Terlihat terang.8

Penanggulangannya:

1.Periksa peralatan yang anda gunakan untuk development film (kemungkinan adanya kerusakan unit);

(57)

3. Ketika memindahkan film dari larutan developer meminimalkan larutan yang berlebih sebelum diletakkan dilarutan fixer hal ini bertujuan agar penyerapan larutan dapat sempurna.15

c. Cracked image

Gambar yang terlihat pecah-pecah, penyebabnya retikulasi dari emulsi film, keadaan ini dapat diakibatkan oleh perubahan temperatur developer yang tiba-tiba.8

Gambar 16. Terlihat craced.8

1. Kesalahan yang disebabkan oleh bahan kimia yang terkontaminasi a. Dark spots

Gambar terlihat spot hitam pada film, disebabkan oleh larutan developer kontak dengan film sebelum film diproses.8,14,15

Gambar 17. Terlihat spot hitam.8

(58)

Gambar terlihat spot putih pada film, disebabkan oleh larutan fixer yang kontak dengan film sebelum film diproses, gelembung udara yang melekat pada permukaan film.8,14,15

Gambar 18. Terlihat spot putih pada film.15

Penanggulangannya:

1. Untuk mengatasi masalah pada gelembung udara dengan cara gantung film dekat pinggir tanki tanpa menyentuh pinggirnya, atau posisikan film dengan cara naik dan turun saat didalam larutan deveplover.

2. Hindari posisi film tersentuh film yang lain atau pinggir tanki, hal ini akan menghasilkan noda putih film.

3. Hindari film berkontak dengan larutan fixer sebelum film diproses.15 c. Steins

(59)

Gambar 19. Warna kuning kecoklatan.8 3 Kesalahan dalam penanganan film

a. Gambar yang putih dibagian pinggir film

Gambar terlihat putih dibagian pinggir film, keadaan ini dapat diakibatkan karena film hanya sebagian terproses yaitu sebagian film tidak tenggelam dalam larutan developer atau film berkontak dengan film lain.8,15

Gambar 20. Terlihat putih dibagian pinggir film15

b. Gambar yang hitam dibagian pinggir film

(60)

Gambar 21. Terlihat hitam dipinggir film.15 c. Daerah putih/ hitam pada daerah overlap

Gambar terlihat putih/ hitam pada daerah overlap, keadaan ini dapat diakibatkan dua film yang berkontak sebelum dan selama processing dilakukan sekaligus dalam satu jari yang sama.8

Gambar 22. Terlihat putih/ Hitam.8 d. Black crescent shaped marks

(61)

Gambat 23. Black crescent shaped marks.8

e. Lack finger print

Penyebabnya adalah finger print artifact, keadaan ini dapat diakibatkan selama processing film operator tidak menggunakan film klip sehingga permukaan film terpegang yang kemungkinan tangan operator terkontaminasi dengan larutan developer.8,14,15

Gambar 24. Lack finger print.8

Penanggulangan:

1. Melakukan prosedur pencucian tangan sederhana, pastikan tangan dalam keadaan bersih dan kering sebelum processing film;

(62)

f. Static electricity

Gambarnya menyerupai ranting pohon berwarna hitam, sehingga dapat ditafsirkan sebagai fraktur tulang keadaan ini dapat diakibatkan cara mengeluarkan film dari bungkusnya secara kasar dapat juga disebabkan oleh beberapa bahan sintetik yang terdapat pada seragam operator8,14,15

Gambar 25. Menyerupai ranting pohon berwarna hitam.8 Penanggulangan:

1. Lepaskan pelindung film secara perlahan-lahan;

2. Memperhatikan kelembaban udara, jangan terlalu cepat membuka film dalam keadaan ruangan yang kering hal ini dapat menyebabkan terjadinya static electricity pada film;

(63)

g. Garis putih

Penyebabnya adalah scratched film, keadaan ini dapat diakibatkan lepasnya soft emulsi film oleh benda yang tajam.8,15

(64)

2.4 Kerangka Konsep

Radiografi Dental

Ekstraoral Intraoral

Kesalahan dan Kegagalan Radiografi Intraoral

Kesalahan Pasien

Kesalahan Pemaparan

(65)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pemanfaatan radiologi merupakan sarana pemeriksaan yang banyak digunakan oleh dokter gigi baik secara rutin maupun pemeriksaan secara individual. Pemeriksaan radiologi diperlukan dalam menegakkan diagnosa, rencana suatu perawatan dan mengevaluasi hasil perawatan. Pemeriksaan radiografi intraoral sering digunakan dalam bidang kedokteran gigi. Radiografi intraoral merupakan pemeriksaan pokok dalam dental radiografi yang dapat memperlihatkan kelainan gigi dan struktur jaringan sekitarnya.1

Menurut Shumay dan Foster diagnosa patologis tergantung pada kualitas hasil radiografi tanpa banyak kesalahan teknik.2 Hasil foto radiografi intraoral dapat menggambarkan kondisi patologis struktur gigi dan jaringan pendukung gigi, oleh karena itu dibutuhkan hasil radiografi intraoral yang memiliki persyaratan, diantaranya: kontras, detail dan ketajaman foto radiografis harus baik, setiap struktur anatomi dapat dibedakan dengan jelas, bentuk dan ukuran objek atau gigi tidak mengalami distorsi atau perubahan bentuk. Sehingga batas-batas daerah yang dicurigai dapat dibedakan dengan keadaan normal.3

Meskipun radiografi berperan penting dalam menegakkan diagnosa, namun masih banyak terjadi kesalahan dalam interpretasi hasil foto radiografi yang diakibatkan kesalahan dalam proses pembuatan radiografi intraoral. Penyebab kesalahan yang terjadi meliputi tiga kategori yaitu: kesalahan penyinaran, kesalahan processing, kesalahan dalam penangan film. Kesalahan penyinaran terjadi saat film

dimasukkan kedalam mulut pasien sampai film diproses dikamar gelap. Kesalahan processing dapat ditelusuri dari titik dimana proses film dimulai dan berakhir dengan

(66)

Kesalahan dalam penempatan foto radiografi akan berdampak terhadap pasien, yaitu: meningkatnya paparan radiasi yang diterima oleh pasien, waktu yang terbuang dan biaya yang dikeluarkan serta akan menurunkan tingkat diagnosa yang akurat.1 Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengevaluasi kesalahan radiografi dalam bidang kedokteran gigi.

Patel dkk tahun 1986, menyimpulkan bahwa penempatan film yang salah dan penempatan cone yang tidak tepat serta diikuti dengan angulasi vertikal adalah kesalahan yang paling umum dilakukan.4 Pernyataan ini didukung oleh penelitian lain Eliasson dkk tahun 1990 menyimpulkan bahwa 18% angulasi vertikal yang berlebih merupakan kesalahan sudut penyinaran yang paling sering terjadi.5 Namun penelitian terbaru tahun 2011 Haghnegahdar dkk. berdasarkan penelitian yang mereka lakukan menyimpulkan bahwa penempatan film yang salah 35,4% dengan penempatan cone yang tidak tepat 18,2% serta diikuti dengan angulasi horizontal 16,6% adalah kesalahan yang paling umum terjadi.3

Mourshed F.A, mengevaluasi persentase radiografi dengan teknik kesalahan menyimpulkan bahwa dari 5578 radiografi periapikal 47% kesalahan pada teknik bisekting.6 Penelitian lain terlihat perbedaan yang signifikan, Patel dkk tahun 1986, mengatakan bahwa, frekuensi kesalahan radiografi periapikal tertinggi terlihat pada teknik paralel dan Kazzi dkk tahun 2007, teknik paralel lebih unggul dibandingkan teknik bisekting ketika pengambilan radiografi periapikal terlihat dari jumlah kesalahan yang rendah.4,7

(67)

1.1Rumusan Masalah

Rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG salah satu universitas di Jawa Barat tentang kesalahan dalam pembuatan radiografi.

2. Bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG salah satu universitas di Jawa Barat tentang kegagalan hasil radiografi.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas di Jawa Barat terhadap kesalahan ataupun kegagalan saat pembuatan radiografi dan hasil dari radiografi tersebut.

1.4Manfaat Penelitian

Manfaat teoritis: hasil penelitian akan memberikan gambaran tentang pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik fakultas kedokteran gigi pada salah satu universitas di Jawa Barat tentang kesalahan ataupun kegagalan dalam pembuatan radiografi.

(68)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Tahun 2013

Irma Harfianty Siregar

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa.

X+50 halaman.

Pada saat ini sarana penunjang lainnya untuk membantu menegakkan diagnosa, membuat rencana perawatan dan untuk mengevaluasi hasil perawatan adalah radiografi. Radiografi yang dibuat bisa intraoral ataupun ekstraoral. Pada saat ini masih banyak mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak mengetahui tentang kesalahan dan kegagalan dalam pembuatan radiografi intraoral. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif disalah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat pada bulan Agustus 2013 dengan jumlah sampel 100 mahasiswa kepaniteraan klinik. Data diperoleh dengan pengisian kuisioner.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat tentang kesalahan dan kegagalan pembuatan radiografi intraoral dapat dikategorikan sedang (67%), dikategorikan kurang (49%) dalam melihat kegagalan pada foto radiografi intraoral dan dikategorikan baik (71%) dalam menganalisa kesalahan pembuatan radiografi intraoral.

(69)

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN

KLINIK TENTANG KESALAHAN DAN KEGAGALAN

PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL

PADA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

DI SALAH SATU UNIVERSITAS

DI JAWA BARAT

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

IRMA HARFIANTY SIREGAR

100600061

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(70)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 16 Desember 2013

Pembimbing: Tanda Tangan

(71)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini dipertahankan di hadapan penguji

pada tanggal……….

TIM PENGUJI

KETUA :

Dr. Trelia Boel, drg., M.kes., Sp.RKG (K)

ANGGOTA : 1. H. Amrin Thahir, drg

(72)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Tahun 2013

Irma Harfianty Siregar

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu Universitas di Jawa.

X+50 halaman.

Pada saat ini sarana penunjang lainnya untuk membantu menegakkan diagnosa, membuat rencana perawatan dan untuk mengevaluasi hasil perawatan adalah radiografi. Radiografi yang dibuat bisa intraoral ataupun ekstraoral. Pada saat ini masih banyak mahasiswa kepaniteraan klinik yang tidak mengetahui tentang kesalahan dan kegagalan dalam pembuatan radiografi intraoral. Hal inilah yang mendasari peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif disalah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat pada bulan Agustus 2013 dengan jumlah sampel 100 mahasiswa kepaniteraan klinik. Data diperoleh dengan pengisian kuisioner.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa Barat tentang kesalahan dan kegagalan pembuatan radiografi intraoral dapat dikategorikan sedang (67%), dikategorikan kurang (49%) dalam melihat kegagalan pada foto radiografi intraoral dan dikategorikan baik (71%) dalam menganalisa kesalahan pembuatan radiografi intraoral.

(73)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini yang berjudul

“Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Kesalahan dan Kegagalan

Pembuatan Radiografi Intraoral pada Fakultas Kedokteran Gigi di Salah Satu

Universitas di Jawa Barat” guna sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana Kedokteran Gigi dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua saya, ayahanda Ir. H. Nahar Siregar dan ibunda Hj. Ernawati dan juga kepada kedua abangda saya, dr. Waston Ade Candra Siregar dan M. Surya Wirawan Siregar. ST ,kakanda saya Nurul Hasanah, S.Mn, MM, serta kepada Nenek

saya Hj. Samsidar (Almarhum) dan seluruh keluarga besar saya atas segala do’a jasa

dan kasih sayang yang tak terhingga.

2. Prof. Nazruddin, drg.,C.Ort.,Ph.D.,Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG(K), selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, petunjuk, dorongan serta pengarahan yang berharga kepada penulis.

4. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp. BM, selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan.

5. Kepada seluruh dosen Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara yang telah banyak mendidik, membantu, memberikan ilmu selama perkuliahan.

6. Kepada seluruh Staf Bagian Radiologi Dental yang selama ini sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

(74)

8. Kepada teman-teman stambuk 2010 yang selama ini sama-sama berjuang bersama penulis dalam menuntut ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, maka dengan kerendahan hati dan lapang dada penulis menerima kritikan dan saran dari berbagai pihak.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi sumbangan pemikiran yang berguna bagi pihak yang membutuhkan. Hanya doa dan permohonan yang penulis panjatkan semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayahnya pada kita semua. Amin ya

Robbal’alamin.

Medan, 21 Oktober 2013 Penulis

(75)

DAFTAR ISI 2.1 Defenisi Radiografi Dental ... 4

2.2 Radiografi Intraoral ... 4

2.3.2 Kesalahan Teknik dan Kesalahan Penyinaran Film ... 13

(76)

2.4 Kerangka Konsep ... 30

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 32

3.5 Metode Pengumpulan Data dan Pelaksanaan Penelitian ... 34

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 35

4.2 Responden Berdasarkan Jenis kelamin ... 36

4.3 Elongasi (Perpanjangan Gambar Gigi) ... 37

4.4 Penyebab Kegagalan Elongasi ... 37

4.5 Foreshortening (Pemendekan Gambar Gigi) ... 38

4.6 Penyebab Foreshortening ... 38

4.7 Cone Cutting ... 39 tentang Kesalahan dan Kegagalan dalam Pembuatan Radiografi Intraoral. ... 42

4.14 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik secara Individual Melihat Kegagalan dalam Foto Radiografi Intraoral ... 43

4.15 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik secara Individual Menganalisa Kesalahan dalam Foto Radiografi Intraoral ... 43

BAB 5 PEMBAHASAN ... 45

(77)

Gambar

Tabel 2. Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.
Tabel 5. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan
Tabel 9. Frekuensi tingkah pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik    dalam melihat radiografi yang mengalami  spot hitam
Tabel 13. Frekuensi tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara      individual tentang kesalahan dan kegagalan pembuatan radiografi       intraoral
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di daerah Jakarta tentang bahaya

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di daerah Jakarta tentang bahaya

Hasil penelitian Emilia Mestika (2012), pada 80 mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara didapatkan sebesar 63,8% mahasiswa

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi.. White SC,

4.12 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Secara Individu Mengenai Bahaya Radiasi pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di DKI Jakarta .... Dosis Efektif

Selain itu, terdapat perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi pada salah satu universitas di Jakarta dan

Saya adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan, ingin melakukan penelitian tentang “Pengetahuan Kepaniteraan

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jawa Barat..