• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Malaysia Terhadap Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Malaysia Terhadap Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

lvi

2. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan

II. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Malaya terhadap pentingnya radiologi kedokteran gigi dalam melakukan perawatan gigi

1. Apakah anda mengetahui mengenai radiologi kedokteran gigi ?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ………. ………. b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………...

2. Apakah ketika anda melakukan perawatan gigi selalu menggunakan radiografi kedokteran gigi? a. Ya, bila ya, sebutkan alasannya : ……….

………. b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 3. Apakah anda mengetahui prosedur penggunaan radiografi kedokteran gigi ?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ………. ……… b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 4. Apakah anda mengetahui kegunaan radiografi kedokteran gigi?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ……….. ……… b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….……….. 5. Apakah anda mengetahui bahaya radiografi kedokteran gigi?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ... ... b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………...

6. Apakah menurut anda harus dilakukan radiografi kedokteran gigi sebelum melakukan perawatan gigi ?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ……… ……….

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI MALAYSIA

(2)

lvii b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………...

7. Apakah anda mengetahui kalau radiografi kedokteran gigi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis untuk menunjang dalam menegakkan diagnosa ?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ………. ………. b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 8. Apakah anda mengetahui efek negatif yang di timbulkan oleh radiasi sinar X ?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ……….. ……… b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 9. Apakah anda mengetahui dosis radiasi yang boleh diterima oleh pasien dalam setahun?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ... ... b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………...

10. Apakah menurut anda perlu adanya izin dari dokter jaga untuk melakukan radiografi di kedokteran gigi?

a. Ya, bila ya, sebutkan alasannya : ………. ………. b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 11. Apakah anda pernah melakukan radiografi tanpa adanya izin dari dokter jaga ?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ………. ……… b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 12. Apakah anda pernah melakukan radiografi berulang pada satu pasien?

a. Ya, bila ya, sebutkan alasannya : ……… ……… b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………...

13. Apakah ada kendala yang anda alami dalam mendapatkan izin dokter jaga untuk melakukan radiografi?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ………. ……… b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 14. Apakah Anda mengetahui proteksi radiografi kedokteran gigi terhadap pasien?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ... ... b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 15. Apakah anda mengetahui dosis radiasi pada radiografi intraoral?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ... ... b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 16. Apakah anda mengetahui dosis radiasi pada radiografi ekstraoral?

(3)

lviii b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 17. Apakah anda mengetahui bahwa proteksi radiasi harus dilakukan terhadap siapa saja ?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ... ... b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 18. Apakah kita boleh melakukan pembuatan radiografi yang berulang pada seorang pasien ?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ... ... b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………...

19. Apakah anda mengetahui apa yang dimaksudkan dengan ALARA ( As Low As Reasonably Achievable ) ?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ... ... b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

….……….………... 20. Apakah saudara mengetahui azas justifikasi pada sinar X ?

a. Ya, bila ya, sebutkan : ... ... b. Tidak, bila tidak, sebutkan alasannya :

(4)

lix

Lampiran 3

TOTAL SKOR DAN KATEGORI SETIAP MAHASISWA

(5)

lx

No. Responden Total Skor Kategori No. Responden Total Skor Kategori

(6)
(7)

lxii Lampiran 6

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi,

Saya Mahdila Ayurian, saat ini sedang menjalani pendidikan Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara Medan. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Malaya terhadap Prosedur

Radiografi Kedokteran Gigi”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan mahasiswa kepaniteran klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Malaya terhadap prosedur penggunaan radiografi kedokteran gigi dalam melakukan perawatan gigi. Manfaat penelitian secara teoritis antara lain diharapkan hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada seluruh mahasiswa dan staf pengajar terutama Fakultas Kedokteran Gigi tentang prosedur penggunaan radiografi kedokteran gigi dalam melakukan perawatan gigi. Secara aplikatif diharapkan agar seluruh mahasiswa dan staf dapat mengikuti garis panduan setiap prosedur penggunaan radiografi kdokteran gigi yang telah ditetapkan oleh departemen radiologi kedokteran Gigi.

Saudara/i, penelitian ini dilakukan pada mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Malaya.

(8)

lxiii

akan dikenakan biaya (gratis), dan sebagai ucapan terima kasih, Saudara/i akan mendapatkan souvenir.

Jika Saudara/i bersedia, surat Pernyataan Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian yang terlampir harap ditanda tangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat tersebut tidak mengikat dan Saudara/i bebas mengundurkan diri dari penelitian kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Demikian mudah-mudahan penejelasan ini dapat dimengerti, dan atas bantuan, partisipasi, dan kesediaan waktu Saudara/i, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti,

(9)

lxiv Lampiran 7

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Fakultas :

Dengan ini menyatakan bersedia ikut berpartisipasi menjadi salah satu responden dalam penelitian Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Malaya terhadap Prosedur Radiografi Kedokteran Gigi, dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

Malaysia,Desember 2012

(10)

lxv Lampiran 8

Jadwal Penelitian

Keterangan Bulan

Oktober November Desember Januari Februari Penyusunan

Proposal Pengumpulan Data

(11)

lxvi Lampiran 9

Rincian Biaya Penelitian

” Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Malaya terhadap Prosedur Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi dalam

Melakukan Perawatan Gigi”

Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar Rp 3.000.000 dengan rincian sebagai berikut:

1. Biaya penyiapan proposal Rp 200.000

2. Biaya pembuatan kuesioner Rp 400.000

3. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 400.000 4. Biaya penjilidan dan penggandaan laporan Rp 300.000

5. Biaya transportasi Rp 1.700.000

Total Rp 3.000.000

(12)
(13)

liv

DAFTAR PUSTAKA

1. White SC.Pharoah MJ. Oral Radiology.China : Mosby Elsevier.2009;32-39;111-147;245-251;5:265-276

2. Margono G.Radiografi Intraoral.Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC.1998 3. Frommer HH.Stabulas-Savage JJ.Radiology for the Dental Professional.America

: Elsevier.2005;38-47;8:73-117;177-350

4. Whaites E.Essential of Dental Radiography and Radiology.Cawson R.A,4th ed., Spain: Elsevier.2007;69-85;4:97-187

5. Whites E.Radiography and Radiology for Dental Care Professionals.Slater M,ed.China : Elsevier.2010;2:61-73

6. Janssens A.Radiation Protection.Eropa : European Commission J 2004;9-12 7. Am Dent Assoc.The Use of Dental Radiography. September.

2006.http://jada.ada.org. (3/2/2012)

8. Supriyadi.Distorsi Radiograf Periapikal pada Berbagai Ragio Gigi.Dentika dental J.2008;13(1):33-36

9. Edwards C.Statkiewicz S.Ritenour R.Perlindungan Radiasi Bagi Pasien dan Dokter Gigi.alih bahasa.Yuwono L.Jakarta : penerbit widya medika.1990;9-110

10. Rahayuningsih B.Muntini MS.Prasetya NK.Prediksi Dosis Paparan Radiasi dengan Menggunakan Metode Klastering Pada Dosimeter Film.Surabaya :

Prossiding Seminar Nasional Sains,2010:243-249

11. Lusiyanti Y.Syaifudin M.Penerapan Efek Interaksi Radiasi dengan Sistem Biologi Sebagai Dosimeter Biologi.Yogyakarta : Prossiding Seminar Nasional

III,2007;61-72

12. Haas DA.Preparing Dental Office Staff Members for Emergencies.JADA.2010;141:85

13. Marpaung T.Proteksi Radiasi dalam Radiologi Intervensional.dalam:seminar keselamatan nuklir.BAPETEN.2006

(14)

lv

15. Sanyoto A.Fungsi Program Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir.dalam seminar nasional VI SDN teknologi nuklir.

(15)

xliii BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan terhadap 163 orang mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia. Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik tentang radiografi kedokteran gigi dan penggunaannya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel.5 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraaan Klinik Tentang Radiografi Kedokteran Gigi dan penggunaannya

Mengetahui tentang radiografi kedokteran gigi

163

163 100 0 0

Menggunakan radiografi kedokteran gigi sewaktu melakukan perawatan gigi

157 96,32 6 3,68

Mengetahui tentang prosedur

radiografi kedokteran gigi 161 98,77 2 1,23

Mengetahui kegunaan radiografi

kedokteran gigi 159 97,55 4 2,45

Perlu dilakukan radiografi sebelum

melakukan perawatan gigi. 116 71,17 47 28,83

Mengetahui kalau radiografi kedokteran gigi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis.

144 88,34 19 11,66

Perlu izin dari dokter jaga untuk melakukan radiografi kedokteran gigi

150 92,02 13 7,98

Pernah melakukan radiografi tanpa

izin dari dokter jaga. 21 12,88 142 87,12

Pernah melakukan radiografi

berulang pada satu pasien. 127 77,91 36 22,09

Ada kendala dalam mendapatkan izin dokter jaga untuk melakukan radiografi.

32 19,63 131 80,37

Boleh melakukan radiografi yang

(16)

xliv

Hasil penelitian didapatkan seluruh mahasiswa mengetahui tentang radiografi kedokteran gigi dan sebesar 96,32% menggunakannya sewaktu melakukan perawatan gigi. Sebesar 12,88% pernah melakukan radiografi tanpa izin dokter jaga, sebesar 7,98% menyatakan tidak perlu izin dokter jaga dan sebesar 19,63% menyatakan ada kendala dalam mendapatkan izin dokter jaga dalam melakukan radiografi.

Tabel 6. Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Dosis, Bahaya Dan Proteksi Radiasi Pada Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi Secara Umum

Pertanyaan Mengetahui tentang bahaya radiografi

kedokteran gigi. Mengetahui dosis radiasi yang boleh

diterima oleh pasien dalam setahun. 61 37,42 102 62,58 Mengetahui proteksi radiografi

kedokteran gigi terhadap pasien. 144 88,34 19 11,66 Mengetahui dosis radiografi intra oral. 105 64,42 58 35,58

Mengetahui dosis radiografi ekstra oral. 79 48,47 84 51,53 Mengetahui bahwa proteksi radiasi harus

dilakukan terhadap siapa saja. 131 80,37 32 19,63

Mengetahui maksud ALARA (As Low

As Reasonably Achievable ). 143 87,73 20 12,27

Mengetahui azas justifikasi pada sinar X. 97 59,51 66 40,49

(17)

xlv

Tabel 7. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Secara Individu Tentang Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi

No Kategori Tingkat Pengetahuan

Skor Mahasiswa

Nilai Total

Persentase Jumlah Persentase

1 Baik 46-60 >75 140 85,89

2 Sedang 24-45 40-75 23 14,11

3 Kurang <24 <40 0 0

Total 163 100

(18)

xlvi BAB 5

PEMBAHASAN

Radiografi kedokteran gigi didefinisikan sebagai alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosa dan pengobatan penyakit mulut seperti karies dan penyakit periodontal. Radiografi merupakan langkah awal pendeteksi keparahan penyakit. Dalam tindakan perawatan gigi sangat baik jika dilakukan radiografi sebagai penunjang dari pemeriksaan klinis sehingga tahapan atau langkah dalam pengobatan bisa sebaik mungkin.

Pengetahuan mahasiswa tentang radiografi kedokteran gigi didapatkan hasil sebesar 100% mahasiswa mengetahui dan memberikan penjelasan mengenai radiografi kedokteran gigi. Mahasiswa kepaniteraan klinik maupun dokter gigi harus mengetahui tentang radiografi kedokteran gigi yang didapat sewaktu perkuliahan dan juga bisa didapat melalui telaah keperpustakaan. Dapat dibandingkan dengan penelitian sebelumnya oleh Emilia Mestika di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yaitu total 80 mahasiswa diperoleh sebesar 78,8% mengetahui tentang radiografi kedokteran gigi. Jadi, bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia lebih baik dibandingkan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Kemungkinan hal ini disebabkan tingkat keseriusan mahasiswa kepaniteraan klinik Malaysia lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa kepaniteraan klinik FKG USU.

Pengetahuan mahasiswa tentang sering menggunakan radiografi kedokteran gigi sewaktu melakukan perawatan gigi didapatkan hasil sebesar 96,32% mahasiswa sering menggunakan radiografi kedokteran gigi dalam menegakkan diagnosis. Radiografi kedokteran gigi yang sering digunakan oleh mahasiswa yaitu foto bitewing, periapikal dan panoramik. Sebesar 3,68% mahasiswa menyatakan tidak

(19)

xlvii

kasus pada gigi merupakan indikasi dan sejauh mana kasus tersebut memerlukan dilakukan radiografi.

Pengetahuan mahasiswa tentang prosedur radiografi kedokteran gigi didapatkan hasil sebesar 98,77% mengetahui dan memberi penjelasan mengenai prosedur radiografi kedokteran gigi. Mahasiswa mengetahui tentang prosedur radiografi kedokteran gigi melalui perkuliahan dan di aplikasikan pada saat melakukan praktikal di klinik. Sebesar 1,23% mahasiswa tidak mengetahui tentang prosedur radiografi kedokteran gigi, kemungkinan tidak ingat dan tidak tahu.

Pengetahuan mahasiswa tentang kegunaan radiografi kedokteran gigi yang sering mereka lakukan didapatkan hasil sebesar 97,55% mahasiswa mengetahuinya dengan alasan bahwa kegunaan radiografi kedokteran gigi dalam melakukan perawatan gigi adalah untuk menegakkan diagnosis dan melihat kondisi gigi. Radiografi sangat penting bagi dokter gigi dimana radiografi kedokteran gigi berguna untuk menegakkan diagnosis, perencanaan perawatan dan evaluasi terhadap perawatan yang dilakukan. Sebesar 2,45% mahasiswa tidak mengetahui kegunaan radiografi kedokteran gigi, kemungkinan waktu yang diberikan untuk menjawab kuesioner terlalu sedikit dan juga kemungkinan disebabkan karena mahasiswa kepaniteraan klinik akan mengerjakan hal lain sehingga mereka tidak memberi alasan dari jawaban yang diberikan.

(20)

xlviii

Pengetahuan mahasiswa tentang radiografi kedokteran gigi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis untuk menunjang dalam menegakkan diagnosa didapatkan hasil sebesar 88,34% mahasiswa menyatakan bahwa radiografi kedokteran gigi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis untuk menunjang dalam menegakkan diagnosis. Sebesar 11,66% mahasiswa tidak mengetahui bahwa radiografi kedokteran gigi dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis untuk menunjang dalam menegakkan diagnosis kemungkinan mahasiswa tidak mengikuti perkuliahan dan kemungkinan mahasiswa terburu-buru karena waktu yang diberikan untuk menjawab kuesioner terlalu singkat.

Pengetahuan mahasiswa tentang perlu adanya izin dari dokter jaga untuk melakukan radiografi di kedokteran gigi didapatkan hasil sebesar 92,02% mahasiswa melakukan izin dari dokter jaga terlebih dahulu untuk melakukan radiografi di klinik. Mahasiswa menyatakan bahwa izin dari dokter jaga sangat penting, karena tanpa ada izin dokter jaga mereka tidak dapat melakukan radiografi dan dalam melakukan radiografi mereka juga didampingi oleh dokter jaga. Sebesar 7,98% mahasiswa menyatakan bahwa tidak perlu ada izin dari dokter jaga untuk melakukan radiografi kedokteran gigi, kemungkinan mahasiswa tidak peduli tentang izin dari dokter jaga.

Pengetahuan mahasiswa tentang pernah melakukan radiografi tanpa adanya izin dari dokter jaga didapatkan hasil sebesar 87,12% mahasiswa menyebutkan bahwa tidak pernah melakukan melakukan radiografi tanpa adanya izin dari dokter jaga. Sebesar 12,88% mahasiswa pernah melakukan radiografi tanpa ada izin dari dokter jaga kemungkinan mahasiswa tidak mengikuti prosedur radiografi dan kemungkinan mahasiswa terdesak dalam melakukannya agar bisa mengikuti tahap selanjutnya serta kemungkinan mahasiswa tidak mengetahui tentang harus adanya izin dari dokter jaga sebelum melakukan tindakan radiografi.

(21)

xlix

penyinaran pada pasien, melihat kondisi pasien dan melihat kasus pada perawatan yang akan dilakukan.

Pengetahuan mahasiswa tentang kendala yang dialami dalam mendapatkan izin dokter jaga untuk melakukan radiografi didapatkan hasil sebesar 80,37% mahasiswa menyatakan tidak ada kendala yang dialami dalam mendapatkan izin dokter jaga untuk melakukan radiografi dengan alasan dokter jaga mengizinkan melakukan radiografi karena sesuai indikasi, kemungkinan juga karena setiap akan melakukan radiografi mahasiswa harus didampingi dokter jaga. Sebesar 19,63% mahasiswa menyatakan bahwa ada kendala yang dialami dalam mendapatkan izin dokter jaga untuk melakukan radiografi, kemungkinan mahasiswa melakukan kesalahan dalam melakukan pemeriksaan klinis sehingga sulit untuk mendapatkan izin dari dokter jaga.

Pengetahuan mahasiswa tentang boleh melakukan radiografi berulang pada seorang pasien didapatkan hasil sebesar 74,23% mahasiswa menjawab boleh melakukan radiografi kedokteran gigi secara berulang dengan alasan radiografi yang dihasilkan tidak jelas dan kesalahan foto. Sebesar 25,77% mahasiswa menyatakan bahwa tidak boleh melakukan radiografi berulang pada pasien dengan alasan meminimalkan penyinaran pada pasien, melihat kondisi pasien dan melihat kasus pada perawatan yang akan dilakukan. Pada pasien dapat dilakukan radiografi secara berulang apabila melakukan perawatan gigi yang membutuhkan beberapa kali radiografi atau beberapa jenis teknik radiografi seperti di klinik konservasi, ortodonti dan klinik bedah mulut.

(22)

l

Pengetahuan mahasiswa tentang efek negatif yang ditimbulkan oleh radiasi X didapatkan hasil sebesar 94,48% mahasiswa mengetahui efek negatif radiasi X. Mahasiswa menyebutkan bahwa efek negatif yang ditimbulkan oleh radiasi sinar-X yaitu kematian sel dan kanker. Sebesar 5,52% mahasiswa tidak mengetahui tentang efek negatif yang ditimbulkan oleh radiasi sinar X kemungkinan tidak ingat dan waktu yang diberikan terlalu singkat.

Pengetahuan mahasiswa tentang dosis radiasi yang boleh diterima oleh pasien dalam setahun didapatkan hasil sebesar 62,58% mahasiswa menyatakan tidak ada batasan dosis radiasi yang boleh diterima pasien dalam setahun. Sebesar 37,42% mahasiswa menyatakan bahwa ada batasan dosis radiasi yang boleh diterima oleh pasien dalam setahun kemungkinan karena mahasiswa tidak mengerti maksud dari pertanyaan yang diberikan dan berfikir ada batasan dosis untuk pasien. Pada pasien, dosis radiasi tidak dibatasi selama dilakukan berdasarkan indikasi dan memenuhi azas yang ditetapkan oleh International Commission on Radiological Protection (ICRP).

Pengetahuan mahasiswa tentang proteksi radiografi kedokteran gigi terhadap pasien didapatkan hasil sebesar 88,34% mahasiswa mengetahui proteksi terhadap pasien dengan menyebutkan apron sebagai alat pelindung terhadap pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan Eric Whaites (2007) yaitu apron digunakan sebagai proteksi radiasi terhadap pasien dan operator.4 Jenis proteksi radiasi yang dapat digunakan diantaranya adalah apron, thyroid collar, kaca mata dan sarung tangan.13 Sebanyak 11,66% mahasiswa tidak mengetahui tentang proteksi radiografi kedokteran gigi terhadap pasien kemungkinan mahasiswa tidak mengetahui bahwa harus dilakukan proteksi radiasi terhadap pasien.

(23)

li

Pengetahuan mahasiswa tentang dosis radiasi pada radiografi ekstra oral didapatkan hasil sebesar 51,53% menyebutkan bahwa tidak mengetahui tentang dosis radiografi ekstra oral. Hanya sebesar 48,47% mahasiswa mengetahui tentang dosis radiografi ekstra oral. Hal ini dapat disebabkan karena mahasiswa merasa bukan kewajibannya untuk memikirkan besar dosis radiasi yang dikenai pada pasien, mahasiswa hanya memikirkan kualitas hasil radiografi.

Pengetahuan mahasiswa tentang proteksi radiasi harus dilakukan terhadap siapa saja didapat hasil sebesar 80,37% mahasiswa mengetahui tentang proteksi radiasi harus dilakukan terhadap siapa saja yaitu pekerja radiografi, pasien dan lingkungan. Sebesar 19,63% mahasiswa tidak mengetahui tentang proteksi radiasi harus dilakukan kepada siapa saja, kemungkinan karena mahasiswa tidak mengetahui adanya proteksi radiasi dan kemungkinan kurang mengerti maksud proteksi radiasi.

Pengetahuan mahasiswa tentang ALARA (As Low As Reasonably Achievable) didapatkan hasil sebesar 87,73% mahasiswa mengetahui tentang ALARA melalui perkuliahan. Sesuai dengan pernyataan Eric Whaites (2007) konsep ALARA adalah meminimalkan radiasi sinar-X yang dapat dikenai terhadap pasien. Sebesar 12,27% mahasiswa tidak mengetahui tentang ALARA kemungkinan disebabkan karena mahasiswa tidak mengikuti perkuliahan, tidak perduli atau tidak ingat pada saat mengisi kuesioner.

Pengetahuan mahasiswa tentang azas justifikasi pada sinar-X didapatkan hasil hanya sebesar 59,51% mahasiswa yang mengetahui azas justifikasi melalui perkuliahan. Justifikasi merupakan salah satu dari tiga prinsip dasar proteksi radiasi yang direkomendasikan oleh ICRP No. 60. Prinsip justifikasi, keputusan memanfaatkan tenaga nuklir harus telah mempertimbangkan manfaat dan risiko radiasi. Pemanfaatan hanya diijinkan kalau benar-benar secara nyata memberikan manfaat terhadap seseorang atau masyarakat.15 Sebesar 40,49% mahasiswa tidak mengetahui tentang azas justifikasi pada sinar-X, kemungkinan mahasiswa tidak ingat atau tidak perduli.

(24)

lii

(25)

liii BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapatkan gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia dapat di kategorikan baik, sebesar 85,89% mahasiswa mengetahui tentang penggunaan radiografi kedokteran gigi.

6.2 Saran

1. Diharapkan dapat lebih dikembangkan lagi metode pembelajaran radiologi khususnya radiologi kedokteran gigi, sehingga seluruh mahasiswa lebih mengetahui serta memahami baik secara teoritis maupun aplikatif, agar dapat diaplikasikan sesuai dengan prosedur radiografi kedokteran gigi di klinik.

2. Diharapkan kepada mahasiswa benar-benar menggunakan radiografi kedokteran gigi sebagai sarana penunjang penegakkan diagnosa berdasarkan pemeriksaan klinis disesuaikan dengan SOP (standar operasional prosedur) pada radiografi kedokteran gigi yang tujuannya untuk mengurangi kesalahan diagnosa dan meminimalkan penyinaran terhadap pasien.

(26)

xx BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Radiografi Kedokteran Gigi

Dibidang kedokteran gigi, pemeriksaan radiografi mempunyai peranan yang sangat penting. Hampir semua perawatan gigi dan mulut membutuhkan data dukungan pemeriksaan radiografi agar perawatan yang dilakukan mencapai hasil yang optimal.1

2.1.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi kedokteran gigi adalah teknik yang digunakan untuk mendapatkan gambaran suatu kondisi atau keadaan yang tidak terlihat secara klinis di rongga mulut dalam bentuk foto ronsen (bergradasi dari radiolusen sampai radiopak).1 Radiografi merupakan langkah awal untuk mendeteksi keparahan penyakit.2

2.2 Klasifikasi Radiografi Kedokteran Gigi

Radiografi kedokteran gigi ada dua macam yaitu radiografi intra oral dan radiografi ekstra oral.1,3

2.2.1 Radiografi Intra Oral

Adalah radiografi yang memperlihatkan gigi dan struktur di sekitarnya. Pemeriksaan intra oral adalah pokok dari radiografi kedokteran gigi. 1,2

Tipe radiografi intra oral yaitu : a. Periapikal radiografi

(27)

xxi

film adalah sedekat mungkin dengan gigi, sumbu panjang gigi membentuk sudut terhadap film. Arah sinar adalah tegak lurus pada bidang bagian yang dibentuk oleh sumbu panjang gigi dan sumbu film.1,2

Keuntungan teknik paralleling yaitu tanpa distorsi, gambar yang dihasilkan sangat representative dengan gigi sesungguhnya, mudah dipelajari dan digunakan serta mempunyai validitas yang tinggi. Kerugian teknik paralleling yaitu sulit meletakkan film holder, terutama anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut yang kecil serta pemakaian film holder mengenai jaringan sekitar sehingga mengurangi kenyamanan.1-3

Keuntungan teknik bisecting yaitu teknik ini dapat digunakan tanpa film holder. Kerugian teknik bisecting yaitu distorsi mudah terjadi dan masalah angulasi vertikal dan horizontal.1-3

b. Interproksimal radiografi

Bertujuan untuk memeriksa crown, crest tulang alveolar di maksila dan mandibula, daerah interproksimal dalam satu film yang sama. Film yang dipakai adalah film khusus. 1-3

Keuntungan dari interproksimal radiografi sebagai berikut yaitu karies dini lebih cepat terdeteksi, puncak tulang alveolar mudah terlihat dan lebih meringankan pasien dengan reflek muntah yang tinggi. Kerugian dari interproksimal radiografi sebagai berikut yaitu tidak terlihat regio periapikal dan ujung akar serta pasien sulit mengoklusikan kedua rahang (mulut terlalu terbuka) sehingga puncak tulang alveolar tidak terlihat.

c. Oklusal radiografi

Bertujuan untuk melihat area yang lebih luas lagi yaitu maksila atau mandibula dalam satu film. Oklusal radiografi juga digunakan untuk melihat lokasi akar, lokasi supernumerary, tidak erupsi (gigi impaksi), salivary tone di saluran kelenjar

(28)

xxii

bentuk dan ukuran dari maksila dan mandibula. Film yang digunakan adalah film khusus. 3

2.2.2 Radiografi Ekstra Oral

Merupakan pemeriksaan radiografi yang lebih luas dari kepala dan rahang. Film berada diluar mulut.3

Tipe radiografi ekstra oral sebagai berikut : a. Panoramik

Tujuannya adalah untuk melihat perluasan suatu lesi atau tumor,fraktur rahang dan fase gigi bercampur. Panoramik akan memperlihatkan daerah mandibula dan maksila yang lebih luas dalam satu film.

Keuntungan dari panoramik sebagai berikut gambar meliputi tulang wajah dan gigi, dosis radiasi lebih kecil, nyaman untuk pasien, cocok untuk pasien yang susah membuka mulut, waktu yang digunakan pendek biasanya tiga sampai empat menit, sangat membantu dalam menerangkan keadaan rongga mulut pada pasien klinik, membantu menegakkan diagnostik yang meliputi tulang rahang secara umum dan evaluasi terhadap trauma, perkembangan gigi geligi pada fase gigi bercampur, evaluasi terhadap lesi, evaluasi keadaan rahang dan evaluasi terhadap gigi terpendam.3

Kelemahan dari panoramik yaitu detail gambar yang tampil tidak sebaik periapikal intra oral radiografi, tidak dapat digunakan untuk mendeteksi karies kecil dan pergerakan pasien selama penyinaran akan menyulitkan dalam interpretasi. b. Lateral jaw

Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat keadaan sekitar lateral tulang muka, diagnosa fraktur dan keadaan patologi tulang tengkorak dan muka.3

c. Lateral cephalometric

(29)

xxiii d. Postero-anterior

Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat keadaan penyakit, trauma atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan tengkorak. Foto Ronsen ini juga dapat memberikan gambaran struktur wajah, antara lain sinus frontalis dan ethmoidalis, fossanasalis dan orbita.3

e. Antero Posterior

Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat kelainan pada bagian depan maksila dan mandibula, gambaran sinus frontalis, sinus ethmoidalis serta tulang hidung.3

f. Proyeksi Water’s

Foto Ronsen ini digunakan untuk melihat sinus maksilaris, sinus ethmoidalis, sinus frontalis, sinus orbita, sutura zigomatikus frontalis dan rongga nasal.3

g. Proyeksi Reverse-Towne

Foto Ronsen ini digunakan untuk pasien yang kondilusnya mengalami perpindahan tempat dan juga dapat digunakan untuk melihat dinding postero lateral pada maksila.3

h. Proyeksi Submentovertex

Foto ini bisa digunakan untuk melihat dasar tengkorak, posisi kondilus, sinus sphenoidalis, lengkung mandibula, dinding lateral sinus maksila dan arcus zigomatikus.3

2.3 Prosedur Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi

Prosedur yang harus dilalui dalam penggunaan radiografi kedokteran gigi adalah permintaan untuk melakukan radiografi, adanya izin dari dokter gigi di bagian radiologi kedokteran gigi, melakukan teknik radiografi, persiapan proteksi radiasi, pemilihan film dan sensor serta melakukan exposure.

2.3.1 Permintaan untuk Melakukan Radiografi

(30)

xxiv

2.3.2 Izin dari Dokter Gigi di Bagian Radiologi Kedokteran Gigi

Selanjutnya dokter gigi di bagian radiologi harus menganalisa data klinis yang telah diterima. Dokter harus memperhatikan indikasi dan kontra indikasi dari permintaan foto. Apabila data klinis tersebut merupakan indikasi prosedur radiografi maka dokter dibagian radiologi memberi izin untuk melakukan foto Ronsen. Dokter di bagian radiologi bisa tidak memberikan izin untuk melakukan foto Ronsen apabila data klinis merupakan kontra indikasi dari foto yang akan dilakukan.

2.3.3 Persiapan Proteksi Radiasi

Persiapan proteksi radiasi harus dilakukan terhadap operator, pasien dan lingkungan.

a. Persiapan Operator : 4,5

1. Operator memakai pakaian pelindung.

2. Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari sumber x-ray ketika waktu penyinaran.

3. Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan tidak ada pergerakan.

4. Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala pada tempatnya.

5. Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses.

b. Persiapan pasien terhadap proteksi radiasi :

1. Pemeriksaan sinar-X hanya atas permintaan dokter atau dokter gigi; 2. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer;

3. Pemakaian voltage yang lebih tinggi sehingga daya tembusnya lebih kuat; 4. Jarak fokus pasien jangan terlalu pendek, sehubungan dengan ini hukum focus

(31)

xxv

5. Daerah yang disinar harus sekecil mungkin, misalnya dengan mempergunakan konus untuk radiografi atau diafragma untuk sinar tembus;

6. Waktu penyinaran sesingkat mungkin; 7. Alat kelamin dilindungi sebisanya;

8. Pasien hamil, terutama trimester pertama tidak boleh diperiksa radiografi. c. Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi :

1. Memastikan perangkat sinar-X digunakan dengan teknik yang baik dan parameter secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar;

2. Mengurangi efek maksimal dari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung harus radiopak;

3. Filtrasi dari berkas sinar-X dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan filter bergantung pada tegangan operasi dari peralatan sinar-X. Tegangan mencapai 70 kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk kekuatan tabung sinar-X antara 70-100kVp.

Penggunaan apron telah direkomendasikan sejak dahulu dalam rangka untuk menghilangkan kecemasan pada pasien.6 UK Guidance Notes for dental practitioners tentang penggunaan yang aman dari peralatan X-ray, dengan jelas menganjurkan penggunaan apron secara rutin untuk pasien yang melakukan radiografi kedokteran gigi.

2.3.4 Pemilihan Film dan Sensor

1. Film

Dibidang kedokteran gigi, terdapat dua jenis film yang digunakan yaitu : a. Non-screen film (film intra oral)

Jenis film yang digunakan untuk film intra oral dimana dibutuhkan kualitas gambar yang baik dan detail anatomi yang jelas. Ukuran film yang sering digunakan antara lain 31 x 41 mm (untuk periapikal), 22 x 35 mm (bitewing) dan 57 x 76 mm (untuk foto oklusal). 7

(32)

xxvi

50x lebih cepat film biasa. Pengurangan dosis pasien hingga 60% dibandingkan film E dan 77% film D didapat bila menggunakan radiografi intra oral digital direct.

Film ini dikemas dalam satu paket yang terdiri dari :

 Pembungkus luar dari plastik lunak yang berfungsi untuk melindungi dari cairan saliva yang dapat mengkontaminasi film.

 Kertas hitam yang berfungsi untuk melindungi film dari cahaya yang dapat merusak film, dan mencegah masuknya saliva ke film.

Lead foil terletak dibelakang film, yang berfungsi untuk mencegah adanya sisa radiasi yang dapat melewati film menuju ke jaringan pasien.

Film, yang terdiri dari:

o Plastic base merupakan bahan dasar yang transparan dan terbuat dari selulosa

asetat dengan ketebalan ± 0,2 mm.

o Lapisan adhesif (gelatin) yang memfiksasi emulsi melekat pada bahan dasar. o Lapisan pelindung (protective layer) yang berfungsi melindungi emulsi dari

kerusakan mekanis.

o Emulsi kristal AgBr.

b. Screen film (film ekstra oral)

Jenis film ini saat penggunaanya dikombinasikan dengan intensifying screens pada cassette. Keuntungannya adalah digunakan tingkat exposure yang pendek dari sinar-X, sehingga dosis radiasi yang diberikan ke pasien menjadi rendah. Namun, kualitas gambar yang dihasilkan lebih rendah jika dibandingkan dengan non-screen film. Ukuran screen film, terdiri dari 15 cm x 30 cm (panoramik), 24 cm x 30 cm

(cephalometry) dan 13 cm x 15 cm (carpal bone). 8

Bagian-bagian screen film sebenarnya sama dengan bagian non-screen film, tapi screen film memiliki : 8

(33)

xxvii

 Terdapat beberapa emulsi yang produksinya sensitif terhadap cahaya biru, cahaya hijau, dan cahaya merah. Tingkat sensitifitas tergantung dari jenis intensifying screen yang digunakan, yaitu :

o Standard emulsi AgBr (sensitif terhadap cahaya biru)

o Modifikasi emulsi AgBr dengan ultraviolet sensitizer (sensitif terhadap

cahaya ultraviolet)

o Emulsi orthochromatic (sensitif terhadap cahaya hijau) o Emulsi panchromatic (sensitif terhadap cahaya merah)

2. Sensor

Digital Imaging merupakan hasil interaksi sinar-X dengan elektron dalam sensor

pixel elektronik (elemen gambar), konversi data analog ke data digital, prosesing komputer dan display gambar tampak pada layar komputer. Data didapat melalui sensor yang berkomunikasi dengan komputer. Digital imaging ini ada dua metode pengambilan gambarnya yaitu direct digital imaging dan indirect digital imaging.3

a. Direct Digital Imaging

Metode direct digital imaging memproduksi gambaran dinamik yang menyediakan tampilan gambar secara langsung, peningkatan kualitas gambar, penyimpanan, retrieval dan transmisi. Sensor digital lebih sensitive dibanding film dan menghasilkan paparan radiasi yang lebih rendah. Sensor direct digital imaging ada charge-coupled device (CCD) atau complementary metal oxidesemiconductor active pixel sensor (CMOS-APS). CCD digunakan dalam bidang kedokteran gigi

untuk radiografi intra oral, panoramik dan sefalometri. Detektor CCD mempunyai permukaan aktif yang lebih kecil areanya dibandingkan detektor lain.3

b. Indirect Digital Imaging

(34)

xxviii

gambar yang digunakan dalam metode indirect ini adalah PSP (Photo Stimuable

Phosphor Plates). Foto ini diambil di plat fosfor sebagai informasi analog dan diubah menjadi format digital ketika plat diproses. PSP terdiri dari dasar poliester dilapisi

dengan emulsi halida kristal yang mengubah radiasi-X menjadi energi yang

tersimpan.3

2.3.5 Melakukan Exposure

Dalam melakukan exposure, kita harus memperhatikan dosis radiasi, kV dan mA yang akan diterima oleh pasien. White (1990) mereferensikan publikasi ICRP. Penggunaan E-speed film dan rare-earth intensifying screen digunakan pada radiografi intra oral dan panoramic. Putaran (diameter 60 mm) Kolimasi digunakan pada radiografi intra oral.

Tabel 1. Dosis Efektif Dan Resiko Dari Setiap Teknik Radiografi Kedokteran Gigi.6

(35)

xxix

Menurut Eric Whaites (2007), Dosis efektif pada pemeriksaan rutin gigi yaitu dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Dosis Efektif Pada Pemeriksaan Rutin Gigi.4

Jenis Foto Dosis efektif (mSv)

Skull/ Kepala/ Posteroanterior 0,03

Lateral 0,01

Bitewing / periapikal 0,001-0,008

Oklusal 0,008

Panoramik 0,004 -0,03

Lateral sefalometri 0,002 – 0,003

CT mandibula 0,36 – 1,2

CT maksila 0,1 – 3,3

Istilah dosis dan paparan banyak digunakan tetapi sering disalah artikan. Dosis dapat diukur pada jaringan tertentu atau organ misalnya kulit, mata, sumsum tulang atau untuk seluruh tubuh, sedangkan paparan biasanya mengacu ke peralatan pengaturan seperti waktu, mA, kV. Sebuah ukuran yang umum digunakan dosis dalam survei adalah ‘dosis masuk', diukur dalam milligray (mgy).

Tingkat referensi (DRLs), berdasarkan survei dosis masuk, dapat ditetapkan sebagai standar terhadap penggunaan peralatan sinar-X yang dapat dinilai sebagai bagian dari jaminan kualitas.

2.4 Efek Dosis Radiasi Pada Kedokteran Gigi

(36)

xxx

Paparan permukaan yang diperoleh secara langsung merupakan cara paling mudah untuk mencatat paparan pasien terhadap sinar-X. Rincian jumlah yang kecil tetap dipakai untuk menghitung dosis yang diterima oleh organ yang berada atau dekat dengan titik pengukuran :

1. Dosis Aktif Sumsum Tulang

Dosis aktif sumsung tulang berasal dari dosis jaringan spesifik yang sesuai dengan efek stokastik sebagian, contohnya leukemia. Dosis akut sumsum tulang adalah dosis radiasi rata-rata yang terdapat pada seluruh sumsum tulang aktif. Dosis sumsum tulang aktif yang berasal dari survey intra oral seluruh mulut dengan sudut bundar sekitar 0,142 mSv. Sekali terekspos dengan sudut rectangular hanya sekitar 0,06 mSv.3 Radiografi panoramik memberikan dosis sumsum tulang aktif sekitar 0,01 mSv/ film. Sebagai perbandingan dosis tulang aktif dalam 1 film thorax adalah 0,03 mSv.

2. Dosis Tiroid

Besarnya kelenjar tiroid merupakan faktor penting dalam menentukan besarnya dosis yang diterima. Diperkirakan 6000 mrads (0,06 Gy) dosis yang diperlukan untuk menghasilkan suatu kanker pada kelenjar thyroid.5 Pada foto gigi dalam 20 film serial

adalah 6 mrads (0,00006 Gy) atau 1/ 100 dari dosis yang diperlukan dalam menghasilkan kanker thyroid.5 Pemeriksaan mulut komplit dengan film A21 memberikan dosis tiroid 0,94 mGy. Nilai ini 1/6 dari pemeriksaan radiografi sinar servikal. Dosis tiroid dalam radiografi panoramik sekitar 74 μGy, 1% dari pemeriksaan spina servikal.

3. Dosis Gonad

(37)

xxxi 4. Dosis Kulit

Total dosis radiasi yang dapat menyebabkan eritema (reddening) pada kulit adalah 250 rads (2,5 Gy) dalam periode 14 hari. Untuk menyebabkan perubahan kulit lebih besar dari 500 film foto yang diperlukan (film F speed, long PID, 20 film series) dalam 14 hari.3

5. Dosis Mata

Lebih dari 200.000 mrads (2 Gy) dosis yang dapat menyebabkan katarak atau pengaburan lensa mata. Cornea mata terkena radiasi pada saat radiografi gigi (D speed, long PID, 20 film series) kira- kira 60 mrads (0, 0006 Gy).3

Dosis radiasi pada kedokteran gigi berkisar diantara 0, 002 mSv sampai 3,3 mSv, sehingga dapat dinyatakan bahwa efek negatif dari dosis radiasi pada kedokteran gigi sangat kecil kemungkinan terjadi atau bahkan dapat dikatakan tidak ada, karena dosis radiasi yang diberikan terhadap pasien mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan kerugian yang ditimbulkan (justifikasi). Dosis radiasi pada kedokteran gigi menyumbang jumlah radiasi artificial (medical x ray diagnosis) dengan persentase sangat kecil.

2.5 Efek Negatif Radiasi Sinar-X

Dalam keselamatan radiasi dikenal Health Physics yaitu prinsip untuk mencegah timbulnya efek non stokastik dan efek stokastik dengan meminimalkan paparan terhadap petugas dan pasien selama pemeriksaan radiografi.

(38)

xxxii 2.5.1 Efek Non Stokastik (Deterministik)

Efek non stokastik adalah efek somatik yang meningkat dalam keparahan akibat dosis radiasi yang melebihi ambang batas. Efek ini berasal dari dosis radiasi yang cukup besar melebihi kebutuhan dalam radiologi diagnostik, dapat timbul segera setelah terpapar atau beberapa bulan atau tahun setelah paparan. Contohnya adalah Erythema, kerontokan rambut, pembentukan katarak dan berkurangnya kesuburan.

a. Efek Radiasi pada Membran Mukosa Mulut

Radiasi pada daerah kepala dan leher khususnya nasofaring akan mengikut sertakan sebagian besar mukosa mulut. Akibatnya dalam keadaan akut akan terjadi efek samping pada mukosa mulut berupa mukositis yang dirasa pasien sebagai nyeri pada saat menelan, mulut kering dan hilangnya cita rasa (taste). Keadaan ini seringkali diperparah oleh timbulnya infeksi jamur pada mukosa lidah serta palatum.9

b. Efek radiasi pada jaringan dan organ.

Radiosensitivity pada jaringan atau organ tubuh diukur dengan adanya respon

terhadap radiasi. Kehilangan moderat sel tidak mempengaruhi fungsi organ tubuh. Namun, dengan hilangnya sejumlah besar sel sehingga dapat mempengaruhi organisme. Tingkat keparahan perubahan ini tergantung pada dosis radiasi yang diberikan. 3,9

2.5.2 Efek Stokastik

Efek stokastik terjadinya suatu efek karena fungsi dan dosis radiasi yang diterima oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang yang termasuk dalam kelompok ini kanker. Efek stokastik akibat dari perubahan sel-sel individual subletal dalam DNA. Konsekuensi yang paling penting dari kerusakan tersebut adalah karsinogenesis. Efek yang ditimbulkan meskipun sangat kecil kemungkinannya juga dapat terjadi.

a. Karsinogenesis

(39)

xxxiii

Mutasi gen mungkin juga melibatkan hilangnya fungsi dalam kasus gen supresor tumor. Data tentang radiasi kanker terutama berasal dari populasi orang yang telah terkena radiasi tingkat tinggi. Namun pada prinsipnya, dosis rendah radiasi dapat memulai pembentukan kanker dalam satu sel.9,10

b. Leukemia

Insiden leukemia (selain leukemia lumphocytic kronis) meningkat setelah terpapar radiasi pada sumsum tulang. Bagi individu yang terpapar di bawah usia 30 tahun, risiko untuk pengembangan leukemia setelah sekitar 30 tahun. Bagi individu terpapar sebagai orang dewasa, risiko tetap ada sepanjang hidup. Leukemia muncul lebih cepat dari kanker karena semakin tingginya tingkat pembelahan sel dan diferensiasi sel-sel induk hematopoietik dibandingkan dengan jaringan lain. Orang yang lebih muda dari 20 tahun lebih berisiko daripada orang dewasa.9,10

c. Kanker tiroid

Insiden karsinoma tiroid (muncul dari epitel folikular) meningkat pada manusia setelah terpapar. Hanya sekitar 10% atau kurang dari individu yeng terkena kanker dapat menyebabkan kematian.9,10

d. Kanker esophangeal

Data yang berkaitan dengan kanker esophangeal relatif jarang. Kanker ini banyak ditemukan di Jepang pada mereka yang selamat dari bom atom dan penderita diobati dengan radiasi x untuk ankylosing spondylitis.

e. Kanker kelenjar ludah

Insiden tumor kelenjar saliva meningkat pada pasien yang melakukan terapi radiasi untuk penyakit kepala dan leher. Resiko yang tertinggi pada penderita yang melakukan terapi radiasi sebelum usia 20 tahun.

Radiasi dapat menghentikan pertumbuhan sel dalam jumlah besar atau kerusakan subletal pada sel-sel individu yang menghasilkan pembentukan sel kanker. 8 Efek non

(40)

xxxiv

Tabel 3. Perbedaan Efek Stokastik dan Non Stokastik.5

Efek Stokastik Efek Non Stokastik

Batas dosis

Ya, Membunuh sel yang cukup diperlukan sehingga

menyebabkan respon klinis

Menyebabkan Merusak DNA Kematian sel

(41)

xxxv 2.6 Proteksi Radiasi

Pengenalan dari bahaya efek radiasi dan resiko yang mungkin terjadi menyebabkan National Council on International Commission on Radiological Protection ( ICRP ) untuk menetapkan tuntunan mengenai pembatasan jumlah radiasi

yang diterima oleh petugas dan masyarakat. Pelaksanaan dosis limit harus diperhatikan bahwa pelaksanaan dosis limit pada pekerja radiasi yang dapat menyebabkan kanker tidak lebih besar dari pekerja non radiasi. Dosis limit pada masyarakat ditetapkan 10% dari pekerja radiasi.11

Pada tahun 1950 ICRF memutuskan: 12

1. Menurunkan dosis tenggang menjadi 0,05 R (50 mR) per hari atau 0,3 R (300 mR) per minggu atau 15 R / tahun.

2. Menetapkan kulit sebagai organ kritis dengan dosis tenggangnya sebesar 0,6 R (600 mR) per minggu.

Adapun nilai batas dosis untuk seluruh tubuh yang bergantung pada pekerja radiasinya (dengan pengecualian wanita hamil dan wanita masa usia subur) adalah:13

1. NBD untuk pekerja radiasi yang memperoleh penyinaran seluruh tubuh ditetapkan 50 mSv (5000 mrem) per tahun.

2. Batas tertinggi penerimaan pada abdomen pada pekerja radiasi wanita dalam masa subur ditetapkan tidak lebih dari 13 mSv (1300 mrem) dalam jangka waktu 13 minggu dan tidak melebihi NBD pekerja radiasi.

3. Pekerja wanita yang mengandung harus dilakukan pengaturan agar saat bekerja dosis yang diterima janin terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga saat kelahiran diusahakan serendah–rendahnya dan sama sekali tidak boleh melebihi 10 mSv (1000 mrem).

(42)

xxxvi

tidak bergantung pada laju dosis tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan penyinaran alam. Nilai batas dosis bukan batas tertinggi yang apabila dilampaui seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun demikian setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan penerimaan dosis harus diusahakan serendah-rendahnya.14

Nilai batas dosis tersebut ditetapkan sebagai berikut :

1. Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 10 mSv per tahun 2. Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 0,5

mSv per tahun.

Batas dosis radiasi menurut (IRR) pada tahun 1999 adalah batasan dosis radiasi yang dibedakan atas pekerja radiasi, bukan pekerja radiasi dan masyarakat umum (Tabel 4).

Tabel 4. Batasan Dosis Yang Berdasarkan Ionizing Radiations Regulation (IRR) 1999.5

Batas dosis lama Batas dosis baru (IRR 1999)

Pekerja Radiasi 50 mSv 20 mSv

Bukan Pekerja Radiasi 15 mSv 6 mSv

Masyarakat Umum 5 mSv 1 mSv

Menurut peraturan pemerintah no. 63 tahun 2000 setiap instalasi yang menggunakan radiasi pengion wajib menerapkan Manajemen Keselamatan Radiasi, yang meliputi (Depkes RI, 2006) :

1) Organisasi Proteksi Radiasi

(43)

xxxvii 2) Pemantauan Dosis Radiasi dan Radioaktivitas

Untuk mengetahui besar dosis yang diterima oleh pekerja radiasi maka dilakukan pemantauan dosis. Setiap pekerja radiasi wajib menggunakan dosimeter perorangan baik yang dapat dibaca langsung maupun yang tidak dapat dibaca langsung sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.

3) Peralatan Proteksi Radiasi

Pengusaha/instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion harus menyediakan dan mengusahakan peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis perorangan, pemantauan daerah kerja dan pemantauan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan.

4) Pemeriksaan Kesehatan

Setiap orang yang akan bekerja sebagai pekerja radiasi harus sehat dan minimal berusia 18 tahun. Pengusaha instalasi harus menyelenggarakan pemeriksaan yang meliputi; pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala selama masa kerja dan pemeriksaan kesehatan pada waktu pemutusan hubungan kerja. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan pemeriksaan khusus.

5) Penyimpanan Dokumentasi

Dokumentasi yang memuat catatan dosis, hasil pemantauan daerah kerja, hasil pemantauan lingkungan dan kartu kesehatan pekerja harus disimpan paling tidak selama tiga puluh tahun terhitung sejak pekerja radiasi bekerja.

6) Jaminan Kualitas

Program jaminan kualitas harus dilakukan sejak dari perencanaan, pembangunan, pengoperasian dan perawatan.

7) Pendidikan dan Pelatihan.

Setiap pekerja radiasi harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja terhadap radiasi.

(44)

xviii BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Peran radiografi dalam ilmu kedokteran gigi semakin meningkat sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Pada saat ini radiografi kedokteran gigi merupakan teknik yang sering digunakan dokter gigi terutama untuk melihat adanya kelainan tidak tampak atau kurang jelas pada pemeriksaan klinis akan dapat diketahui secara jelas sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menegakkan diagnosis, menentukan rencana perawatan dan menilai keberhasilan perawatan yang telah dilakukan terhadap pasien.1

Pada tindakan perawatan gigi tertentu, dokter gigi maupun mahasiswa kepaniteraan klinik sering melakukan rujukan ke bagian radiologi kedokteran gigi sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis. Hasil radiografi diharapkan dapat membantu mahasiswa kepaniteraan klinik untuk mempelajari terlebih dahulu penyakit yang ada sebelum melakukan tindakan perawatan. Mahasiswa kepaniteraan klinik sering melakukan rujukan ke bagian radiologi kedokteran gigi tanpa izin dari dokter jaga, melakukan radiografi berulang-ulang tanpa memikirkan bahaya yang dapat diterima oleh pasien di kemudian hari.1

(45)

xix

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan sampel yang berbeda yaitu mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah yaitu:

Bagaimana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai sejauh mana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi.

1.4Manfaat Penelitian

Secara teoritis diharapkan hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada seluruh mahasiswa dan staf pengajar terutama pada Fakultas Kedokteran Gigi tentang penggunaan radiografi kedokteran gigi dalam melakukan perawatan gigi.

(46)

ix

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Dental Tahun 2013

Mahdila Ayurian

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi.

xii + 38 halaman

Radiografi dalam kedokteran gigi sering digunakan dokter gigi dan mahasiswa kepaniteraan klinik di Fakultas Kedokteran Gigi untuk melihat kelainan tidak tampak atau kurang jelas pada pemeriksaan klinis. Gambaran radiografi kedokteran gigi diharapkan dapat membantu mahasiswa kepaniteraan klinik untuk mempelajari penyakit yang ada sebelum melakukan tindakan perawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai sejauh mana pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi.

Rancangan penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional Study. Sampel penelitian adalah mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu

Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia berjumlah 163 orang. Hasil penelitian ini didapatkan persentase mahasiswa yang berbeda pada setiap pertanyaan dan terdapat perbedaan total skor yang diperoleh pada setiap mahasiswa.

Kesimpulan penelitian ini adalah pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi dapat dikategorikan baik.

(47)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuesioner.

2. Hasil Perhitungan 3. Total Skor Mahasiswa

4. Persetujuan dari Komisi Etik (Health Research Ethical Committee of North Sumatera).

5. Persetujuan Melakukan Penelitian dari Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi di Malaysia.

6. Lembaran Penjelasan Kepada Calon Responden

7. Informed Consent

Gambar

Tabel.5 Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraaan Klinik Tentang Radiografi Kedokteran Gigi dan penggunaannya
Tabel 6. Pengetahuan Mahasiswa Mengenai Dosis, Bahaya Dan Proteksi Radiasi Pada Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi Secara Umum
Tabel 7. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Secara Individu Tentang Penggunaan Radiografi Kedokteran Gigi
gambar yang digunakan dalam metode indirect ini adalah PSP (Photo Stimuable
+4

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat teoritis : Hasil penelitian akan memberi gambaran tentang perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik fakultas kedokteran gigi klinik pada salah

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu fakultas kedokteran gigi di Malaysia terhadap penggunaan radiografi kedokteran gigi.. White SC,

Saya yang bernama Andi Lestari, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU, ingin melakukan penelitian tentang “ Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Prosedur

Tujuan dari penelitian yang saya lakukan adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara terhadap

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik secara individual pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Jawa

Pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik pada salah satu Fakultas Kedokteran Gigi di Sumatera Barat tentang keselamatan kerja di lintasan radiasi dapat dikategorikan

Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik tentang Anatomi Normal Rongga Mulut Ditinjau dari Radiografi Panoramik Pada Salah Satu Fakultas Kedokteran Gigi Di Jawa Barat..