• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Radiografi Intraoral

2.3.1 Radiografi Periapikal

Radiografi periapikal merupakan jenis radiografi intraoral yang bertujuan melihat keseluruhan makhota dan akar gigi (crown and root), tulang alveolar dan jaringan sekitarnya.2,14,16

Radiografi periapikal memiliki beberapa kegunaan yaitu untuk mendeteksi infeksi atau inflamasi periapikal, penilaian status periodontal, trauma yang melibatkan gigi dan tulang alveolar, gigi yang tidak erupsi, keadaan dan letak gigi yang tidak erupsi, penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi, perawatan endodontik, penilaian sebelum dilakukan tindakan operasi dan penilaian pasca operasi apikal, mengevaluasi kista radikular secara lebih akurat dan lesi lain pada tulang alveolar serta evaluasi pasca pemasangan implan.16,17

Ada dua teknik dalam pengambilan radiografi periapikal yaitu: teknik paralel dan bisekting.15,18

2.3.1.1 Teknik Paralel

Teknik ini pada mulanya dikembangkan oleh Mc Cormack, telah dibuktikan dan dipopulerkan oleh Fitzgerald. Teknik paralel dikenal juga sebagai extension cone paralleling, right angle technique, long cone technique, true radiograph merupakan teknik yang paling akurat dalam pembuatan radiografi intraoral.16 Hal ini disebabkan karena pada teknik paralel pelaksanaan dan standarisasinya sangat mudah dengan kualitas gambar yang dihasilkan bagus dan distorsinya kecil.2,14,15

Teknik paralel dicapai dengan menempatkan film sejajar dengan aksis panjang gigi kemudian film holder diletakkan untuk menjaga agar film tetap sejajar dengan aksis panjang gigi. Pemusatan sinar-x diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film.14,19,20

Gambar 2. Teknik paralel.19

Teknik paralel bila dilakukan dengan benar akan menghasilkan gambar dengan kualitas baik, validitas yang tinggi, akurasi linier dan dimensi yang tinggi tanpa distorsi.11,18

Keuntungan dari teknik paralel adalah tanpa distorsi, gambar yang dihasilkan sangat representatif dengan gigi sesungguhnya, mempunyai validitas yang tinggi, posisi relatif dari reseptor gambar sehingga berguna untuk beberapa pasien dengan cacat .14,17

Kerugian dari teknik paralel adalah sulit dalam meletakkan film holder, terutama pada anak-anak dan pasien yang mempunyai mulut kecil, pemakaian film holder mengenai jaringan sekitarnya sehingga timbul rasa tidak nyaman pada pasien, dan memposisikan film holder pada molar tiga bawah sangat sulit. 11,14,17

Sudut penyinaran teknik paralel pada gigi maksila:

1. Pada pengambilan gambar insisivus sentral maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Film ditempatkan pada daerah palatal sehingga aksis panjang gigi sejajar dengan film.3,17 Jika jarak film terlalu dekat dengan gigi, gambar akan terdistorsi. Sinar harus tegak lurus terhadap bidang film dan film harus pada sudut 90o ke daerah interproksimal dari insisvus sentral maksila. Sentral dari sinar-x dipusatkan pada ujung hidung. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mesial, distal, dan apikal dari insisivus sentral maksila.8,12

2. Pada pengambilan gambar insisvus lateral maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Sudut penyinaran menggunakan sudut yang sama pada insisvus sentral maksila. Film berpusat di belakang gigi insisivus lateral, tegak

lurus dengan aksis panjang gigi insisivus lateral.3 Sentral dari sinar-x dipusatkan ujung hidung. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mesial, distal dan apikal insisvus lateral, insisivus sentral dan kaninus.8,12

3. Pada pengambilan gambar kaninus maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Kaninus ditempatkan di tengah film pada palatum.3 Pusat sinar-x tegak lurus terhadap film dan pada sudut yang tepat terhadap aksis panjang gigi. Sentral dari sinar-x dipusatkan pada daerah sudut hidung atau alanasi. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mesial dan apikal kaninus.8,12

4. Pada pengambilan gambar premolar maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Kontak antara premolar pertama dan kedua berpusat pada film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x berada di bawah pupil mata. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mahkota dan apikal dari distal kaninus, premolar pertama, kedua dan molar pertama. 8,12

5. Pada pengambilan gambar molar maksila film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Molar kedua terletak di tengah film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x berada di bawah sudut luar mata ke daerah tengah pipi. Gambaran radiografi yang akan diperoleh adalah mahkota dan apikal dari molar pertama, kedua dan ketiga.8,12

Sudut penyinaran teknik paralel pada gigi mandibula:

1. Pada pengambilan gambar anterior mandibula film ditempatkan pada film holder dalam orientasi vertikal. Gigi insisivus sentral mandibula terletak ditengah film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film. Sentral dari sinar-x berada di bawah ujung hidung ke tengah dagu.8,12

2. Pada pengambilan gambar kaninus mandibula film ditempatkan pada film holder dengan orientasi vertikal. Kaninus mandibula terletak ditengah film dengan pusat sinar-x tegak lurus terhadap film.8,12

3. Pada pengambilan gambar premolar mandibula film ditempatkan pada film holder dalam orientasi horizontal. Kontak antara premolar kedua dan molar pertama berada ditengah film. Pusat sinar harus tegak lurus dengan aksis panjang gigi. Sentral

dari sinar-x berada di daerah apikal dari gigi yang bersangkutan kira-kira satu cm di atas basis mandibula. Film harus berisi gambaran radiografi dari distal kaninus sampai mesial molar kedua, dengan kontak gigi premolar terbuka.8,12

4. Pada pengambilan gambar molar mandibula film ditempatkan pada film holder dengan orientasi horizontal. Pusat sinar harus tegak lurus dengan aksis panjang gigi. Sentral dari sinar-x berada di daerah apikal dari gigi yang bersangkutan kira-kira satu cm di atas basis mandibula. Hati-hati dalam penempatan film karena tepi yang tajam dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada dasar mulut yang sensitif.8,12

2.3.1.2 Teknik Bisekting

Teknik bisekting adalah teknik lain yang dapat dilakukan selain teknik paralel dalam pengambilan film periapikal. Teknik bisekting biasa digunakan pada kasus-kasus kelainan anatomi seperti torus palatinus besar, palatum sempit, dasar mulut dangkal, frenulum pendek, lebar lengkung rahang yang sempit atau pada pasien anak yang kurang kooperatif. Film diletakkan ke dalam rongga mulut dan diberikan blok gigitan untuk menahan film.11,12

Teknik bisekting dicapai dengan menempatkan reseptor sedekat mungkin dengan gigi dan meletakan film sepanjang permukaan lingual/ palatal pada gigi kemudian sinar-x diarahkan tegak lurus (bentuk T) ke garis imajiner yang membagi sudut yang dibentuk oleh aksis panjang gigi dan bidang film.14 Akan tetapi, teknik bisekting menghasilkan gambar yang kurang optimal karena reseptor dan gigi tidak berada secara vertikal dengan sinar-x.18 Teknik ini memerlukan kepekaan dan ketelitian operator. Jika sudut bisekting tidak benar, perpanjangan atau pemendekan akan terjadi.12

Gambar 3. Teknik bisekting.19

Keuntungan dari teknik bisekting adalah teknik ini dapat digunakan tanpa film holder dan posisi yang cukup nyaman bagi pasien.14,17

Kerugian dari teknik bisekting adalah distorsi mudah terjadi dan masalah angulasi ( banyak angulasi yang harus diperhatikan ).14,17,21

Angulasi horizontal teknik bisekting pada daerah maksila dan mandibula adalah insisivus sentral dan lateral dengan sudut penyinaran 0°, kaninus dengan sudut penyinaran 45°sampai 65°, premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama dengan sudut penyinaran 70°sampai 80°, molar kedua dan ketiga dengan sudut penyinaran 80°sampai 90°.14

Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah maksila adalah insisivus sentral, insisivus lateral dan kaninus dengan sudut penyinaran +40° sampai +45°, premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama dengan sudut penyinaran +30° sampai +35°, molar kedua dan molar ketiga dengan sudut penyinaran +20° sampai +25°.3,14

Angulasi vertikal teknik bisekting pada daerah mandibula adalah insisivus sentral, insisivus lateral dan kaninus dengan sudut penyinaran -15° sampai -20°, premolar pertama, premolar kedua dan molar pertama dengan sudut penyinaran -10°, molar kedua dan molar ketiga dengan sudut penyinaran -5° sampai 0° sampai +5.14

Panjang cone standar dengan ukuran delapan inci dapat digunakan dalam teknik bisekting. Bila radiografer ingin menggunakan long cone maka panjang long

cone yang digunakan berkisar dua belas sampai enam belas inci (12-16 inci). Keuntungan memakai long cone dapat mengurangi citra pembesaran dan mengurangi distorsi serta dapat memberikan gambaran anatomi dan panjang gigi yang lebih akurat.11,12

Dokumen terkait