SKRIPSI
PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH :
NAMA : ERLANGGA SYAHPUTRA
NIM : 090522004
PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
“PENGARUH PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”
Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir guna
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara Medan. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Medan, September 2011
Erlangga Syahputra
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap likuiditas.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi penelitian berupa perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan tahun 2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 19 perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan likuiditas dengan pengukuran rasio lancar sebagai variabel dependen. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sriwimerta (2010). Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis F hitung > F tabel yaitu sebesar 4,965 > 3,225684 dan signifikansi penelitian < 0,05 (0,004 < 0,05). Nilai adjusted R² yang hanya sebesar 5,9% dimana variabel perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan Sisanya sebesar 78,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini ini tidak sesuai dengan penelitian Imelda (2007) dan Sianturi (2008).
ABSTRACT
This study analyzed the influence of financial performance to corporation liquidity of the real estate and property corporation listing on Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2009. Variable that is utilized in research were cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to the liquidity.
This research is classified as causal research and replication to former research, which population of this research are real estate and property corporation listing on Indonesian Stock Exchange periodical 2007 up to 2009. The sample selections using purposive sampling methods and resulting 19 corporation as a sample. Data of this research are secondary data which consists of cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover as independence variable; and the liquidity as dependence variable. The statistic methods that’s used is multiple regressions analysis and the model has been tested in classic assumption.
The result proof that cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover have influence significantly and simultaneously the liquidity. The result research consistency with Sriwimerta Research (2010). The research can be explanatory in analysis Fcalculate bigger than Ftable is 4,965 > 3,225684 and significant research about < 0,05 (0,04 < 0,05). Adjusted R² expressed 17,8% influence given by independent variable. The rest 82,2 % influence given by other variable are not mentioned in this research model. Partially, cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover have no significant influence to the liquidity. The result research inconsistency with Imelda (2007) and Sianturi (2008) reaserch.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kupanjatkan kepada-Mu Allah Yang Maha Kuasa
karena atas segala berkah dan rahmat yang tiada terkira yang senantiasa Engkau
berikan kepadaku dalam menyelesaikan skripsi ini. Kasih dan Sayang-Mu
sungguh luar biasa dalam setiap langkah hidupku. Biarlah setiap hari aku boleh
bersyukur atas segala anugerah yang Engkau berikan.
Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap
Likuiditas Pada Perusahaan Real Estate dan Property Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, yang ditujukan guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Program Studi
Strata-1 Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Dengan segenap cinta dan kasih
sayang, penulis persembahkan kepada Papa dan Mama tersayang: Endang
Hasanuddin dan Suryani yang senantiasa melimpahkan cinta, kasih sayang, dan
semangat serta selalu mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penyusunan skripsi ini yang disebabkan oleh keterbatasan dan kemampuan
penulis dalam menyusun skripsi ini. Dengan adanya keterbatasan tersebut, skripsi
ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah bersedia
meluangkan waktu dan tenaga, pikiran serta dukungannya baik secara moril dan
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus dan
ikhlas kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, MSi, Ak selaku Ketua Program Studi Strata-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra.
Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi Strata-1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing, atas
bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Salbiah, MSi, Ak selaku Dosen Penguji I, dan Ibu Dra. Nurzaimah,
MM, Ak selaku dosen penguji II atas segala masukan dan saran yang telah
diberikan.
5. Terkhusus buat ananda Azwani Sinaga, teman-teman Akuntansi Ekstensi
stambuk 2009 yang telah ikut membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap agar kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
yang membacanya.
Medan, September 2011 Penulis,
Erlangga Syahputra
DAFTAR ISI
DAFTAR SINGKATAN……… ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Perumusan Masalah... 10
1.3 Tujuan Penelitian... 10
1.4 Manfaat Penelitian... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis... 12
2.1 Modal kerja…………... 12
2.1.1 Pengertian Modal Kerja……….. 12
2.1.2 Fungsi Modal Kerja... 13
2.1.3 Faktor-faktor Keberhasilan Pasar Modal... 14
2.1.4 Perputaran Modal Kerja……….. 16
2.3.3 Faktor-faktor Investasi dalam Piutang... 21
2.3.4 Perputaran Piutang... 22
2.4 Persediaan...………. 23
2.4.1 Pengertian Persediaan... 23
2.4.2 Perputaran Persediaan... 23
2.5 Likuiditas... 24
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu... 26
C. Kerangka Konseptual... 27
D. Hipotesis Penelitian... 30
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian... 31
C. Jenis dan Sumber Data... 32
D. Teknik Pengumpulan Data... 33
E. Definisi Operasional Variabel... 33
3.1 Variabel Independen………. 33
3.2 Variabel Dependen……… 35
F. Metode Analisis Data... 35
3.1 Pengajuan Asumsi Klasik………. 35
G.Jadwal Penelitian... 43
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian... 44
B. Analisis Data Penelitian... 44
4.1 Statistik Deskriptif………. 44
4.3.2 Analisis Koefisien Korelasi dan Determinasi………... 59
4.3.3 Pengujian Hipotesis………... 61
a. Uji Signifikan Simultan (F)………... 61
b. Uji Signifikan Parsial (t)……… 62
C. Analisis Hasil Penelitian... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 67
B. Keterbatasan Penelitian... 70
C. Saran... 71
DAFTAR PUSTAKA... 72
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1 Data Rasio Modal Kerja Real Estate dan Property…………. 7
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu... 26
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 43
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif... 45
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi... 47
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi... 50
Tabel 4.4 Tabel Uji Multikolineritas... 53
Tabel 4.5 Tabel Uji Autokorelasi... 57
Tabel 4.6 Analisi Hasil Regresi... 58
Tabel 4.7 Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi... 60
Tabel 4.8 Hasil Uji F... 61
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual... 27
Gambar 4.1 Histogram Sebelum Transformasi... 48
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot Sebelum Transformasi... 49
Gambar 4.3 Histogram Setelah Transformasi... 51
Gambar 4.4 Grafik Normal P-Plot Setelah Transformasi... 52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Halaman Lampiran i Data Populasi Perusahaan real estate dan property yang
terdaftar di BEI ………... 75
Lampiran ii Data Sampel Perusahaan real estate dan property yang terdaftar di BEI... 77
Lampiran iii Data Variabel Penelitian Tahun 2007 Sebelum Transformasi... 78
Lampiran iv Data Variabel Penelitian Tahun 2008 Sebelum Transformasi... 79
Lampiran v Data Variabel Penelitian Tahun 2009 Sebelum Transformasi... 80
Lampiran vi Data Variabel Penelitian Setelah Transformasi... 81
Lampiran vii Statisrik Deskriptif... 84
Lampiran viii Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi... 84
Lampiran ix Histogram dan Grafik Normal P-Plot... 85
Lampiran x Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi... 87
Lampiran xi Histogram dan Grafik Normal P-Plot... 87
Lampiran xii Hasil Uji Multikolinearitas... 88
Lampiran xiii Hasil Uji Heteroskedastisitas... 89
Lampiran xiv Hasil Uji Autokorelasi... 90
Lampiran xv Hasil Koefisien Regresi... 90
Lampiran xvi Hasil Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi... 91
Lampiran xvii Hasil Uji F... 91
DAFTAR SINGKATAN
BEI = Bursa Efek Indonesia
CR = Current Ratio
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perputaran modal kerja terhadap likuiditas pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2009. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tolak ukur mana yang mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap likuiditas.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kausal dan bersifat replikasi terhadap penelitian terdahulu dengan populasi penelitian berupa perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2007 sampai dengan tahun 2009. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 19 perusahaan sebagai sampel. Data yang digunakan adalah data sekunder, dimana perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan sebagai variabel independen dan likuiditas dengan pengukuran rasio lancar sebagai variabel dependen. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa secara simultan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Sriwimerta (2010). Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil analisis F hitung > F tabel yaitu sebesar 4,965 > 3,225684 dan signifikansi penelitian < 0,05 (0,004 < 0,05). Nilai adjusted R² yang hanya sebesar 5,9% dimana variabel perubahan harga saham dapat dijelaskan oleh variabel independen yang ada yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan Sisanya sebesar 78,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini. Secara parsial, penelitian ini menunjukkan perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini ini tidak sesuai dengan penelitian Imelda (2007) dan Sianturi (2008).
ABSTRACT
This study analyzed the influence of financial performance to corporation liquidity of the real estate and property corporation listing on Indonesian Stock Exchange since 2007 up to 2009. Variable that is utilized in research were cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover. This study was also intended to know which performance measures have the most significant effect to the liquidity.
This research is classified as causal research and replication to former research, which population of this research are real estate and property corporation listing on Indonesian Stock Exchange periodical 2007 up to 2009. The sample selections using purposive sampling methods and resulting 19 corporation as a sample. Data of this research are secondary data which consists of cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover as independence variable; and the liquidity as dependence variable. The statistic methods that’s used is multiple regressions analysis and the model has been tested in classic assumption.
The result proof that cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover have influence significantly and simultaneously the liquidity. The result research consistency with Sriwimerta Research (2010). The research can be explanatory in analysis Fcalculate bigger than Ftable is 4,965 > 3,225684 and significant research about < 0,05 (0,04 < 0,05). Adjusted R² expressed 17,8% influence given by independent variable. The rest 82,2 % influence given by other variable are not mentioned in this research model. Partially, cash turnover, receivable turnover, and inventory turnover have no significant influence to the liquidity. The result research inconsistency with Imelda (2007) and Sianturi (2008) reaserch.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah kebijaksanaan keuangan yang dihadapi perusahaan
adalah masalah efisiensi modal kerja. Manajemen modal kerja yang baik sangat
penting dalam bidang keuangan karena kesalahan dan kekeliruan dalam
mengelola modal kerja dapat mengakibatkan kegiatan usaha menjadi terhambat
atau terhenti sama sekali sehingga adanya analisis atas modal kerja perusahaan
sangat penting dilakukan untuk mengetahui situasi modal kerja pada saat ini,
kemudian hal tersebut dihubungkan dengan situasi keuangan yang akan dihadapi
pada masa mendatang.
Pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting dalam
perusahaan karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan
komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Aktiva lancar harus
cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa sehingga
menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang berlebih akan
menyebabkan perusahaan overlikuid sehingga menimbulkan dana menganggur yang akan mengakibatkan inefisiensi perusahaan, dan membuang kesempatan memperoleh laba.
Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel. Besar kecilnya modal kerja dapat
yang terdiri dari kas, piutang, dan persediaan yang harus dimanfaatkan seefisien
mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan
karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja sama-sama membawa
dampak negatif bagi perusahaan.
Modal kerja yang berlebihan terutama modal kerja dalam bentuk uang tunai
dan surat berharga dapat merugikan perusahaan karena menyebabkan
berkumpulnya dana yang besar tanpa penggunaan secara produktif. Kelebihan
modal kerja juga akan menimbulkan tidak efektif dalam operasi perusahaan.
Sebaliknya adanya ketidakcukupan dalam modal kerja merupakan sebab utama
kegagalan suatu perusahaan. Modal kerja dapat dilihat dari perputaran kas (cash turnover), perputaran piutang (receivable turnover), dan perputaran persediaaan (inventory turnover).
Kieso (2002:380) mengemukakan ”Kas merupakan aktiva yang paling
tinggi tingkat likuiditasnya, merupakan standar dari dasar pengukuran serta
akuntansi untuk semua pos-pos lainnya dan dengan ketersediaan kas yang cukup
maka perusahaan tidak akan kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya”. Semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan
semakin tinggi pula likuiditasnya. Menilai ketersediaan kas dapat dihitung dari
perputaran kas. Tingkat perputaran kas merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan kas
yang tersedia. Suatu perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi karena adanya kas
dalam jumlah besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan
berarti perputaran kas tinggi sehingga perusahaan akan atau dapat berada dalam
keadaan ilikuid.
Aktiva lancar lain yang likuid adalah piutang. Menurut Kieso (2002:386)
“piutang merupakan klaim uang, barang atau jasa kepada pelanggan atau
pihak-pihak lainnya”. Piutang memerlukan waktu yang lebih pendek untuk diubah
menjadi kas. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai
dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut. Tingkat perputaran
piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang
menjadi kas. Perputaran piutang dihitung dengan membagi penjualan bersih
dengan saldo rata-rata piutang. Saldo rata-rata piutang dihitung dengan
menjumlahkan saldo awal dan saldo akhir dan kemudian membaginya menjadi
dua. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin cepat pula menjadi
kas dan apabila piutang telah menjadi kas berarti kas dapat digunakan kembali
dalam operasional perusahaan serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan
sehingga perusahaan akan dikategorikan perusahaan likuid. Sebaliknya, apabila
tingkat perputaran piutang rendah, maka akan terjadi kelebihan piutang dan
perusahaan akan mengalami keadaan illikuid.
Menurut Kieso (2002:444) “Persediaan merupakan pos-pos aktiva yang
dimiliki untuk dijual dalam operasi bisnis normal atau barang yang akan
diagunkan atau diasumsikan dalam memproduksi barang yang akan dijual.
Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang aktif
dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah, dan
maka semakin tinggi biaya yang dapat ditekan sehingga semakin tinggi pula
tingkat likuiditas perusahaan. Sebaliknya, semakin lambat perputaran persediaan
barang, semakin kecil tingkat laba yang berarti semakin rendah tingkat likuiditas
suatu perusahaan. Tingginya tingkat perputaran persediaan menyebabkan
perusahaan semakin cepat dalam melakukan penjualan barang sehingga semakin
cepat pula bagi perusahaan dalam memperoleh dana baik dalam bentuk uang tunai
(kas) ataupun piutang. Dana yang diperoleh tersebut kemudian dapat
dipergunakan untuk pembiayaan aktiva lancar perusahaan sehingga akan
menunjukkan kondisi yang baik (likuid) bagi perusahaan.
Komponen untuk menilai keuangan perusahaan salah satunya adalah rasio
likuiditas (liquidity ratios). Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Jika perusahaan
mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan dalam keadaan likuid,
sedangkan jika perusahaan berada dalam keadaan tidak memiliki kemampuan
membayar kewajiban jangka pendek artinya perusahaan tersebut dalam keadaan
ilikuid. Perusahaan yang tidak dapat mengendalikan tingkat likuiditasnya akan
mengakibatkan hilangnya kepercayaan dari pihak luar perusahaan (kreditur) dan
dapat menurunkan kemampuan perusahaan untuk mengembangkan usahanya.
Perusahaan yang dalam keadaan ilikuid akan menghambat aktivitas operasi dan
mengurangi efektivitas perusahaan. Secara umum, semakin tinggi likuiditas, maka
semakin rendah resiko kegagalan perusahaan. Likuiditas perusahaan ditunjukkan
oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas
Jika perusahaan memutuskan menetapkan modal kerja dalam jumlah yang
maksimal, kemungkinan tingkat likuiditas akan terjaga namun kesempatan untuk
memperoleh laba yang maksimal akan menurun yang pada akhirnya berdampak
pada menurunnya profitabilitas. Sebaliknya jika perusahaan ingin memaksimalkan
profitabilitas, kemungkinan dapat mempengaruhi tingkat likuiditas perusahaan.
Semakin tinggi likuiditas, semakin baik pula posisi perusahaan di mata kreditur
sehingga perusahaan akan dapat membayar kewajibannya tepat pada waktunya.
Di lain pihak, ditinjau dari segi sudut pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak
selalu menguntungkan karena berpeluang menimbulkan dana-dana yang
menganggur yang sebenarnya dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang menguntungkan perusahaan.
Objek penelitian yang diamati adalah perusahaan real estate dan property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara umum, investasi pada jenis
perusahan ini dianggap lebih aman daripada jenis investasi lainnya. Perusahaan
tersebut sebenarnya merupakan perusahaan yang memiliki peluang bisnis yang
cukup baik. Investasi di property masih jadi pilihan utama kebanyakan orang,
sebab orang beranggapan bahwa itu adalah salah satu cara terbaik untuk
mengembangkan uang. Keuntungan berinvestasi yang paling menarik sebenarnya
dari investasi di property ini memungkinkan untuk menggunakan uang orang lain
untuk mulai berinvestasi. Fenomena yang terjadi misalnya Donald Trump
pengusaha property dari Amerika atau Ir.Ciputra dari Indonesia, mereka kaya raya
dari bisnis property. Bank juga memiliki property, jika kita perhatikan gedung
cabangnya. Penting sekali memahami mengapa property seringkali menjadi
pilihan utama orang untuk mengembangkan harta kekayaannya, alasannya
bukannya karena property tidak berisiko. Namun dengan berinvestasi ke property,
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan hasil return investasi yang besar. Indonesia sesungguhnya memiliki peluang untuk menjadi tempat investasi
(relokasi) bagi industri real estate dan property. Hal ini terutama didasari oleh
fakta bahwa kekuatan ekonomi Indonesia selama ini sesungguhnya ditopang oleh
sisi domestik kita yang memiliki daya beli yang cukup tinggi. Meskipun krisis
global mengancam prospek ekonomi kita, hal itu tampaknya tidak berlaku bagi
produk real estate dan property di Indonesia. Real estate dan property yang
menjadi objek penelitian ini adalah merupakan salah satu nama klasifikasi saham
untuk industri di bursa efek Indonesia. Jenis industri ini dipilih sebagai objek
penelitian karena pertumbuhan penjualan produk real estate dan property
berubah-berubah setiap tahunnya. Jenis industri ini terdiri dari perumahan, tanah, pabrik,
dan sebagainya. Berdasarkan data laporan keuangan diperoleh tingkat rasio
perusahan real estate dan property yang terdaftar di BEI yang dapat dilihat dari
Tabel 1.1
Data Rasio Modal Kerja Perusahaan Real Estate dan Property
Rasio 2007 2008 2009
Perputaran Kas 10,42 7,82 7,06
Perputaran Piutang 15,61 15,46 18,76
Perputaran Persediaan 7,85 6,97 7,50
Perputaran Modal Kerja 0,09 0,19 2,83
Rasio Lancar 9,45 3,04 3,78
Berdasarkan uraian diatas, fenomena yang terjadi bahwa perputaran modal
kerja perusahaan real estate dan property pada tahun 2007 dan 2008 mengalami
kenaikan yang kurang maksimal tetapi rasio lancar pada tahun 2007 cukup tinggi
yaitu sebesar 9,45 dan mengalami penurunan yang cukup tinggi pada tahun 2008
yaitu sebesar 3,04. Meskipun ditahun 2008 rasio lancar mengalami penurunan, hal
ini berarti perusahaan real estate dan property dapat membayar kewajiban jangka
pendeknya. Pada tahun 2009 perputaran modal kerja mengalami kenaikan sebesar
2,83 sedangkan rasio lancar pada tahun tersebut juga mengalami sedikit kenaikan
dari tahun sebelumnya dan masih lebih tinggi dari perputaran modal kerja.
Meskipun perputaran modal kerja mengalami sedikit kenaikan ditahun 2009, hal
ini berarti perusahaan real estate dan property masih dapat membayar kewajiban
jangka pendeknya. Perusahaan dapat membiayai struktur usahannya dengan
piutang yang dapat dilihat dari kenaikan perputaran piutang. Kenaikan perputaran
perputaran persediaan meningkat. Membaiknya penjualan sektor real estate dan
property meskipun dalam persentase yang kecil di pasar domestik, setidaknya
sangat dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, tingkat suku bunga perbankan yang
relatif rendah. Kedua, tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Ketiga,
nilai tukar rupiah yang cukup stabil, terutama terhadap yen dan dolar AS. Dengan
meningkatnya volume penjualan ini akan mempengaruhi tingkat likuiditas
perusahaan.
Beberapa penelitian yang menemukan perusahan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2007-2009 memberikan rasio lancar (variabel
dependen) dengan jumlah yang berbeda setiap tahunnya. Fenomena yang terjadi
adalah adakalanya saat perputaran kas, piutang, dan persediaan meningkat, laba
yang diperoleh perusahaan justru lebih kecil dari tahun sebelumnya dan
perusahaan dengan tingkat perputaran kas, piutang, persediaan dan modal kerja
yang tinggi belum tentu menghasilkan rasio lancar yang tinggi. Berdasarkan
fenomena tersebut, perputaran kas, piutang usaha, persediaan dan modal kerja
bukanlah satu-satunya faktor yang dipertimbangkan pihak manajemen dalam
menetapkan tingkat likuiditas suatu perusahaan.
Simamora (2007), meneliti pengaruh perputaran piutang terhadap likuiditas
pada PT Pertani (Persero) wilayah Sumbagut. Hasil penelitian ini menemukan
bahwa perputaran piutang berpengaruh signifikan dan positif secara parsial
terhadap likuiditas perusahaan serta memiliki korelasi atau hubungan yang kuat
Sianturi (2008), meneliti pengaruh perputaran persediaan terhadap likuiditas
pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif dan signifikan
secara parsial terhadap likuiditas, namun perputaran persediaan tidak memiliki
korelasi atau hubungan yang kuat (lemah) terhadap likuiditas (rasio lancar).
Sriwimerta (2010), meneliti pengaruh perputaran kas dan piutang terhadap
likuiditas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh signifika baik
secara parsial maupun simultan terhadap likuiditas serta perputaran kas dan
piutang tidak memiliki hubungan yang kuat (lemah) terhadap likuiditas (rasio
lancar).
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang terdahulu. Dengan
perbedaan hasil penelitian terdahulu yang diperoleh, penulis ingin menguji
kembali dengan menggabungkan ketiga variabel independen diatas yaitu kas,
piutang, dan persediaan terhadap likuiditas perusahaan. Perbedaan dengan
penelitian terdahulu adalah pada penelitian terdahulu hanya menggunakan satu
atau dua variabel independen, sedangkan pada penelitian ini, terdapat empat
variabel independen yaitu perputaran kas, piutang, persediaan dan modal kerja
dengan variabel dependen adalah likuiditas. Selain itu, penulis juga mengambil
objek penelitian yang berbeda yaitu perusahaan real estate dan property yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik
Perputaran Modal Kerja terhadap Likuiditas pada Perusahaan Real Estate
dan Property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian mengenai latar belakang penelitian yang telah
dikemukakan diatas, penulis mencoba untuk merumuskan masalah sebagai
berikut: “Apakah perputaran modal kerja yang terdiri dari perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh signifikan secara
parsial dan simultan terhadap likuiditas pada perusahaan real estate dan property
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”.
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh signifikansi
antara perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan baik secara
parsial maupun simultan terhadap likuiditas pada perusahaan real estate dan
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pihak peneliti, untuk memperluas wawasan penulis di dalam bidang
akuntansi mengenai perputara modal kerja yang terdiri dari perputaran
kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap likuiditas
perusahaan,
b. Pihak praktisi, sebagai masukan dan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan jangka pendek dalam mempertahankan likuiditas perusahaan.
c. Pihak peneliti selanjutnya, penelitian ini menjadi bahan referensi dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
2.1 Modal Kerja
2.1.1Pengertian Modal Kerja
Modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan
atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai
kegiatan operasional perusahaan sehari-hari (Sawir, 2005:129). Riyanto
(2001:58) mengemukakan pengertian modal kerja terdapat beberapa konsep
yaitu:
a. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimulai dari yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar atau sering disebut dengan modal kerja bruto (gross working capital).
b. Konsep Kualitatif
Dalam konsep ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar itu harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang harus segera dibayar dimana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membayar operasi perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membayar operasi perusahaan mampu mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).
c. Konsep Fungsional
yang dimaksud adalah pendapatan dalam satu periode akuntasi (current income) bukan periode berikutnya (future income). Modal kerja yang baru akan menghasilkan pendapatan dimasa yang akan datang sering disebut dengan modal kerja potensil. Yang termasuk dalam modal kerja potensil adalah: Efek/surat berharga, dan bagian laba dari saldo piutang dagang.Sedangkan dana yang sebagian modal kerja dan sebagian non modal kerja adalah dana yang diinvestasikan dalam Aktiva tetap.
Berdasarkan konsep diatas, definisi modal kerja adalah selisih antara
aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan
investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi
hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar. Modal kerja
ditentukan dengan cara menghitung perputaran elemen-elemen pembentuk
modal kerja seperti perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran
persediaan.
2.1.2 Fungsi Modal Kerja
Fungsi modal kerja adalah sebagai berikut:
a. Modal kerja menampung kemungkinan akibat buruk yang
ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan
nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau
penurunan nilai persediaan.
b. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar
semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan
potongan tunai. Dengan menggunakan potongan tunai maka jumlah
c. Modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan untuk
memelihara “Credit standing” perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan
untuk memelihara kredit. Disamping itu modal kerja yang mencukupi
memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti
pemogokan, banjir, dan kebakaran.
d. Memungkinkan perusahaan untuk memberikan syarat kredit kepada
para pembeli. Kadang-kadang perusahaan harus memberikan kepada
para pembelinya syarat kredit yang lebih lunak dalam usaha
membantu para pembeli yang baik untuk membiayai operasinya.
e. Memungkinkan perusahaan untuk menyesuaikan persediaan pada
suatu jumlah yang mencukupi untuk melayani kebutuhan para
pembeli dengan lancar.
f. Memungkinkan pimpinan perusahaan untuk menyelenggarakan
perusahaan lebih efisien dengan jalan menghindarkan kelambatan
dalam memperoleh bahan, jasa dan alat-alat yang disebabkan karena
kesulitan kredit.
2.1.3Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja adalah
sebagai berikut:
a. Sifat atau jenis perusahaan kebutuhan modal kerja tergantung pada
b. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi dan memperoleh barang
yang akan dijual. Ada hubungan langsung antara jumlah modal kerja
dan jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang
akan dijual pada pembeli. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk
memperoleh barang, atau semakin lama waktu yang diperlukan untuk
memperoleh barang dari luar negeri, jumlah modal kerja yang
diperlukan juga akan semakin besar.
c. Cara-cara atau syarat-syarat pembelian dan penjualan. Kebutuhan
modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh syarat pembelian dan
penjualan. Semakin banyak diperoleh syarat kredit untuk membeli
bahan dari pemasok maka lebih sedikit modal kerja yang ditanamkan
dalam persediaan. Sebaliknya, semakin longgar syarat kredit yang
diberikan pada pembeli maka akan lebih banyak modal kerja yang
ditanamkan dalam piutang.
d. Perputaran persediaan. Semakin cepat persediaan berputar maka
semakin kecil modal kerja yang diperlukan. Pengendalian persediaan
yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis, dan kualitas
barang yang sesuai dan mengatur investasi dalam persediaan.
Disamping itu biaya yang berhubungan dengan persediaan juga
berkurang.
e. Perputaran piutang. Kebutuhan modal kerja juga dipengaruhi jangka
waktu penagihan piutang. Apabila penagihan piutang dilakukan secara
kerja tidak akan terikat dalam waktu yang lama dan dapat segera
digunakan dalam siklus usaha perusahaan.
f. Siklus Usaha (Konjungtur). Dalam masa “prosperti” (konjungtur
tinggi), perusahaan akan berupaya untuk membeli barang mendahului
kebutuhan untuk memperoleh harga yang rendah dan memastikan
adanya persediaan yang cukup, sehingga dalam masa tersebut
diperlukan modal kerja yang besar. Sebaliknya, dalam masa “depresi”
(konjungtor menurun) maka volume usaha turun dan banyak
perusahaan harus menukar persediaan dan piutang menjadi uang.
g. Musim. Apabila perusahaan tidak dipengaruhi musim, maka
penjualan tiap bulan rata-rata sama. Namun, apabila dipengaruhi
musim, perusahaan memerlukan sejumlah modal kerja yang
maksimum untuk jangka relatif pendek.
2.1.4Perputaran Modal Kerja
Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam
perusahaan. Selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan
beroperasi. Periode perputaran modal kerja (working capital turnover period) dimulai disaat dimana kas diinvestasikan dalm komponen-komponen modal
kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Makin pendek periode
tersebut, makin cepat perputarannya atau makin tinggi tingkat perputarannya.
Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung pada berapa
Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja
dengan penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat
diperoleh perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja. Perputaran
modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang
mungkin disebabkan rendanhnya perputaran persediaan, piutang atau adanya
saldo kass yang terlalu besar.
Penjualan dengan modal kerja diantaranya terdapat hubungan yang erat.
Bila volume penjualan naik investasi persediaan dan piutang juga meningkat,
ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Untuk menguji efesiensi
penggunaan modal kerja, penganalisa dapat menggunakan perputaran modal
kerja (working capital turnover). Perputaran Modal Kerja yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan.
Riyanto (2002:335) merumuskan formula untuk menghitung perputaran
modal kerjasebagai berikut:
Penjualan Perputaran Modal Kerja=
Aktiva Lancar – Hutang Lancar
2.2 Kas
2.2.1 Pengertian Kas
Menurut Martono (2002:116) ”Kas merupakan salah satu bagian dari
aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah
pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang,
membayar deviden dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan.
Pengertian kas menurut Harahap (2004:258) adalah sebagai berikut:
Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut,
a. setiap saat dapat ditukar menjadi kas, b. tanggal jatuh temponya sangat dekat,
c. kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:21) ”Kas adalah mata uang
kertas dan logam baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku
sebagai alat pembayaran yang sah, termasuk pula dalam kas adalah mata
uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam masa tenggang
untuk penukarannya ke Bank Indonesia”.
2.2.2 Faktor -Faktor yang Mempengaruhi Ketersediaan Kas
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan kas bisa melalui
penerimaan dan pengeluaran kas. Perubahan yang menambah dan
mengurangi kas dan dikatakan sebagai sumber-sumber penerimaan dan
pengeluaran kas.
Menurut munawir (2002:159) sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal dari berbagai sumber antara lain sebagai berikut :
b. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas.
c. Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka pendek (wesel) maupun hutang jangka panjang (hutang obligasi, hutang hipotik atau hutang jangka yang lain) serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
d. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas, misalnya adanya penurunan piutang karena adanya penerimaan pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai.
e. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
Berikut penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi antara lain:
1. Pemberian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya pembelian aktiva lainnya.
2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
3. Pelunasan atau pembayaran angsuran hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.
4. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi dan adanya persekot-persekot biaya maupun persekot-persekot pembelian.
2.2.3 Perputaran Kas
Menurut Riyanto (2001:95) ”Perputaran kas adalah perbandingan antara
penjualan dengan jumlah kas rata-rata”. Tingkat perputaran kas merupakan
ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan karena
kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat
perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja
adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Menurut Wild
(2005:42), perputaran kas dalam satu periode dapat dihitung dengan rumus:
Penjualan Bersih Perputaran Kas =
Rata – rata Kas dan Setara Kas
Semakin tinggi tingkat perputaran kas berarti semakin efisien tingkat
penggunaan kasnya dan sebaliknya semakin rendah tingkat perputarannya
maka semakin tidak efisien, karena semakin banyaknya kas yang berhenti
atau tidak dipergunakan.
2.3 Piutang
2.3.1Pengertian Piutang
Ikatan Akuntan Indonesia (2007:64) mengemukakan ”Piutang adalah
hak atau klaim terhadap pelanggan atau pihak lain atas uang, barang dan
jasa”. Menurut Warren (2005:392) piutang didefinisikan sebagai berikut
“Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya,
termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”. Berdasarkan
definisi-definisi yang ada dapat diketahui bahwa piutang adalah hak
penagihan kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang timbul karena
adanya penjualan barang dan jasa secara kredit dalam jangka waktu satu
2.3.2 Klasifikasi Piutang
Menurut Suharli (2006:202) piutang dapat diklasifikasikan menjadi 3
(tiga) yaitu:
a. Piutang Dagang (trade receivable) adalah jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena transaksi penjualan barang atau jasa, b. Piutang Wesel (notes receivable) merupakan surat pernyataan
berhutang atau janji pelunasan secara tertulis,
c. Piutang Lainnya (other receivable), meliputi piutang yang berasal bukan dari perdagangan. Contohnya piutang bunga, piutang karyawan, piutang deviden dan lain-lain.
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Investasi Dalam Piutang
Menurut Gitosudarmo (2002:82), beberapa faktor yang mempengaruhi
besarnya investasi dalam piutang adalah sebagai berikut:
a. Volume penjualan kredit. Semakin besar jumlah penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah piutang dan sebaliknya semakin kecil jumlah penjualan kredit dari keseluruhan piutang akan memperkecil jumlah piutang.
b. Syarat pembayaran bagi penjualan kredit. Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah piutangnya dan semakin pendek batas waktu pembayaran kredit berarti semakin kecil besarnya jumlah piutang.
c. Ketentuan tentang batas volume penjualan kredit. Apabila batas maksimal volume penjualan kredit ditetapkan dalam jumlah yang relatif besar maka besarnya piutang juga semakin besar.
d. Kebijakan membayar para pelanggan kredit. Apabila kebiasaan membayar para pelanggan dari penjualan kredit mundur dari waktu yang dipersyaratkan maka besarnya jumlah piutang semakin besar. e. Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan bersifat aktif dan
Pen jualan Bersih
Perputaran Piutan g =
Rata – rata Piutang
2.3.4 Perputaran Piutang
Menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kredit suatu perusahaan
dapat dilakukan dengan cara melihat tingkat perputaran piutang. Menurut
Warren (2005:407) ”Perputaran piutang adalah usaha untuk mengukur
seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun”.
Perputaran piutang menurut Warren (2005:407) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa rasio perputaran piutang
yang tinggi mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi
rendahnya perputaran piutang tergantung pada besar kecilnya modal yang
diinvestasikan dalam piutang. Semakin cepat perputaran piutang berarti
semakin cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan
dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang ditanamkan
dalam piutang, sehingga semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin
efisien modal yang digunakan dan sebaliknya semakin rendah tingkat
2.4 Persediaan
2.4.1Pengertian Persediaan
Menurut Stice (2004:653) “kata persediaan ditujukan untuk
barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal, dan dalam
kasus perusahaan manufaktur maka kata ini ditujukan untuk barang dalam
proses produksi”.
2.4.2Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Rasio perputaran persediaan menggambarkan aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan mengelola
persediaan. Harahap (2004:308) mengatakan bahwa “rasio ini menunjukkan
berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin
besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan
berjalan cepat”. Perputaran persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan
Rata-rata Persediaan
Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas bahwa persediaan merupakan
aset inti dan penting dalam perusahaan sehingga harus diperhatikan karena
merupakan komponen utama dari aset operasi dan langsung mempengaruhi
perhitungan laba. Pengawasan terhadap persediaan dengan mengukur tingkat
2.5 Likuiditas
Menurut Munawir (2004:31) “Likuiditas adalah menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang
harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban keuangan pada saat ditagih”.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan
likuiditas perusahaan (Munawir, 2004:32) yaitu:
1. Besarnya investasi pada aktiva tetap dibandingkan dengan seluruh dana jangka panjang. Pemakaian dana untuk pembelian aktiva tetap adalah salah satu sebab utama dari keadaan tidak likuid. Apabila makin banyak dana perusahaan yang dipergunakan untuk aktiva tetap, maka sifatnya untuk membiayai kebutuhan jangka pendek tinggal sedikit. Oleh sebab itu, rasio likuiditas menurun. Kemerosotan tersebut hanya dapat dicegah dengan menambah dana jangka panjang untuk menutup kebutuhan aktiva tetap yang meningkat.
2. Volume kegiatan perusahaan. Peningkatan volume kegiatan perusahaan akan menambah kebutuhan dana untuk membiayai aktiva lancar. Sebagian dari kebutuhan tersebut dipenuhi dengan meningkatkan hutang-hutang, tetapi jika hal-hal lain tetap, investasi dana jangka panjang untuk membiayai tambahan kebutuhan modal kerja sangat diperlukan agar rasio dapat dipertahankan.
3. Pengendalian aktiva lancar. Apabila pengendalian yang kurang baik terhadap besarnya investasi dalam piutang dan persediaan menyebabkan adanya investasi yang melebihi daripada yang seharusnya, maka sekali lagi rasio akan turun dengan tajam, kecuali apabila disediakan lebih banyak dana jangka panjang.
Mengetahui tingkat likuiditas perusahaan dapat dilihat dari rasio
likuiditasnya. Menurut Hanafi (2005:79) ”Rasio likuiditas mengukur
kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva
lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (hutang dalam hal ini
merupakan kewajiban perusahaan)”. Rasio-rasio likuiditas banyak sekali
Rasio-rasio likuiditas yang banyak dan sering digunakan antara lain, seperti yang
dikemukakan oleh Horne (2005:206), yaitu :
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar menunjukkan kemampuan perusahan untuk membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar.
Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Aktiva Lancar
Rasio Lancar = x 100%
Utang Lancar
b. Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
Rasio cepat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang paling likuid (cepat).
Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Aktiva Lancar - Persediaan
Rasio Cepat = x 100%
Utang Lancar
c. Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio kas mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam
perusahaan dan dapat segera diuangkan. Rasio ini dapat dihitung
Kas + Efek
Rasio Kas = x 100%
Utang Lancar
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan adanya
inconsistency. Beberapa diantaranya adalah penelitian Simamora (2007) menemukan bahwa perputaran piutang berpengaruh signifikan dan memiliki
hubungan yang kuat terhadap likuiditas, sedangkan penelitian Sianturi (2008)
menemukan bahwa perputaran persediaan berpengaruh signifikan tetapi tidak
memiliki hubungan yang kuat terhadap likuiditas. Namun penelitian Sriwimerta
(2010) menemukan bahwa perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh
signifikan terhadap likuiditas serta tidak memiliki hubungan yang kuat terhadap
likuiditas. Ringkasan tinjauan penelitian terdahulu ditampilkan dalam tabel
berikut ini.
2 Asti dan positif terhadap likuiditas. Korelasi / hubungan antara perputaran persediaan dengan likuiditas yang diukur dengan rasio lancar adalah tidak kuat. 3 Sriwimerta parsial perputaran kas dan piutang tidak berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap likuiditas.
Korelasi / hubungan antara dengan likuiditas adalah tidak kuat.
Sumber : Data diolah Peneliti, 2011
C. Kerangka Konseptual
Berdasarkan landasan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu diatas,
kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui
dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara
teoritis antara variabel-variabel penelitian yaitu varibel bebas dengan varibel
terikat.
Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan
penjualan dan menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh
perusahaan (jumlah rupiah) untuk tiap modal kerja. Perputaran modal kerja yang
rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan
rendahnya perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang terlalu
besar. Penjualan dengan modal kerja diantaranya terdapat hubungan yang erat.
Bila volume penjualan naik investasi persediaan dan piutang juga meningkat, ini
berarti juga meningkatkan modal kerja.
Kas merupakan nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos
lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran
kebutuhan finansiil, yang mempunyai sifat paling tinggi likuiditasnya (Gitosudarmo,
2002:61). Tingkat perputaran kas yang tinggi menunjukkan kecepatan arus kas
kembali dari kas yang telah diinvestasikan pada kas. Kas yang segera kembali akan
menghindarkan kesulitan keuangan, yaitu meminimalkan biaya atau resiko tidak
kembalinya kas pada perusahaan. Tingkat perputaran kas yang tinggi juga
menunjukkan telah terjadinya volume penjualan yang tinggi pula sehingga tingkat
likuiditas perusahaan menjadi tinggi. Dengan demikian, tingkat perputaran kas
Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai
akibat dari dilaksanakanya politik penjualan kredit (Gitosudarmo, 2002:83). Periode
perputaran piutang tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang
dipersyaratkan dalam syarat pembayaran kredit, sehingga semakin lama syarat
pembayaran kredit berarti semakin lama terikatnya modal dalam piutang dan berarti
makin rendah tingkat perputaran piutang dan sebaliknya semakin pendek syarat
pembayaran kredit berarti semakin pendek tingkat terikatnya modal dalam piutang,
sehingga tingkat perputaran piutang dalam satu periode semakin tinggi. Tingkat
perputaran piutang yang tinggi berarti terjadi cepatnya pengembalian dana yang
tertanam dalam piutang menjadi kas kembali. Pelunasan piutang menjadi kas kembali
tersebut dapat digunakan lagi untuk penjualan kredit atau pemberian pinjaman
kembali. Kas yang kembali dari pelunasan piutang meliputi unsur pokok pinjaman
atau harga pokok penjualan dan jasa pinjaman (bunga) atau laba penjualan. Dengan
demikian pada tingkat perputaran piutang yang tinggi, satu sisi akan menghasilkan
jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak. Sedangkan pada sisi lain adalah
meminimalkan biaya. Dengan demikian laba bersih yang diterima akan menjadi
banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima akan meningkatkan likuiditas
perusahaan.
Persediaan merupakan aktiva yang pada setiap saat mengalami perubahan
(Gitosudarmo, 2002:97). Tingkat perputaran persediaan menunjukkan kecepatan
kembalinya dana yang tertanam pada persediaan. Pada tingkat perputaran persediaan
yang tinggi berarti terjadi tingkat penjualan barang dagangan adalah tinggi. Dengan
demikian resiko serta beberapa biaya yang berkenaan dengan persediaan akan dapat
atau kerusakan. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka semakin cepat
kembalinya dana yang tertanam pada persediaan tersebut. Akibatnya, laba yang
dierima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima ini akan
menaikkan tingkat likuiditas.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas
suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis.
Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu
yang telah dikemukakan diawal, hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Perputaran kas berpengaruh secara parsial terhadap rasio lancar pada
perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Perputaran piutang berpengaruh secara parsial terhadap rasio lancar (CR)
pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H3 : Perputaran persediaan berpengaruh secara parsial terhadap rasio lancar (CR)
pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H4 : Perputaran modal kerja berpengaruh secara simultan terhadap rasio lancar
(CR) pada perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan kerangka kerja untuk merinci hubungan
antara variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu penelitian. Desain
penelitian yang digunakan dalam hal ini adalah penelitian asosiatif kausal.
Penelitian asosiatif kausal merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2004:11). Hubungan kausal
adalah hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan dependen
(Rochaety, 2007:28). Dengan kata lain desain kausal berguna untuk mengukur
hubungan-hubungan antar variabel riset atau berguna untuk menganalisis
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:56).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan real
estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yaitu selama tahun
2007-2009 yaitu 48 perusahaan.
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki populasi
ditentukan melalui teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan (judgement) dan jatah (quota) tertentu (Jogiyanto, 2004:79). Menurut Erlina (2008:74) “sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif atau mewakili, jika sampel
kurang representative maka mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya”.
Kriteria pengambilan sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini oleh
peneliti adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan real estate dan propertyyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dan tidak keluar (delisting) pada tahun 2007-2009,
2. perusahaan real estate dan property tersebut menerbitkan laporan
keuangan yang lengkap terutama laporan laba rugi dan neraca yang telah
diaudit periode tahun 2007-2009,
3. Perusahaan real estate dan property tersebut memiliki data yang lengkap sesuai dengan variabel yang diteliti.
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif, yaitu data
yang diukur dalam suatu skala numerik (Kuncoro, 2003:124). Menurut jenisnya,
data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data primer
yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram,
(Umar, 2003:60). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2010 dan situs www.idx.co.id.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yang diperlukan
dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan
data-data yang berasal dari jurnal penelitian atau buku-buku serta laporan keuangan
maupun informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data yang berisi
laporan keuangan perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009 dan situs www.idx.co.id.
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.1 Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen menurut Hermawan (2003:32) adalah “variabel yang
mempengaruhi variabel terikat secara positif dan negatif”. Variabel independen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah perputaran kas, perputaran piutang,
dan perputaran persediaan.
a. Perputaran Kas
Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas
yang dilakukan oleh perusahaan karena tingkat perputaran kas
menggambarkan kecepatan arus kas dan kembalinya kas yang telah
perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam
modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan.
Perputaran Kas = Penjualan Kredit Bersih
Rata-rata Kas dan Setara Kas
b. Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang yang tinggi mencerminkan kualitas piutang
yang semakin baik. Semakin cepat perputaran piutang berarti semakin
cepat modal kembali. Tingkat perputaran piutang suatu perusahaan
dapat menggambarkan tingkat efisiensi modal perusahaan yang
ditanamkan dalam piutang, sehingga semakin tinggi perputaran
piutang berarti semakin efisien modal yang digunakan dan sebaliknya
semakin rendah tingkat perputaran piutang maka semakin berkurang
efisiensi dari modal.
Perputaran Piutang = Penjualan Kredit Bersih
Rata-rata Piutang
c. Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan merupakan rasio antara jumlah harga pokok
barang yang dijual dengan nilai rata-rata persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan, dapat diukur dengan formula sebagai berikut:
Perputaran Persediaan = Harga Pokok Penjualan
3.2 Variabel Dependen (Terikat)
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas (Hermawan, 2003:32). Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah likuiditas perusahaan dari setiap perusahaan yang terpilih menjadi sampel.
Likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas perusahaan dalam
penelitian ini diuji dengan menggunakan rasio lancar (current ratio) yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka
pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio ini dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Aktiva Lancar
Rasio Lancar = x 100%
Utang Lancar
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik dengan bantuan software SPSS 18.0. Sebelum dianalisis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian
hipotesis.
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah hasil analisis regresi
linier berganda yang digunakan untuk menganalisis dalam penelitian ini terbebas
dari penyimpangan asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, multikolinieritas,
heteroskedastisitas dan autokoerlasi. Adapun masing-masing pengujian tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
3.1.1 Uji Normalitas
Menurut Erlina (2008:102), “tujuan uji normalitas adalah ingin
mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal”. Pengujian ini diperlukan karena
untuk melakukan uji T dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Uji normalitas bertujuan untuk menguji
apakah variabel independen dan variabel dependen berdistribusi normal
(Ghozali, 2005:110). Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal. Untuk melihat normalitas data dapat
dilakukan dengan melihat histogram atau pola distribusi data normal.
Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada
sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari nilai
residualnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Dalam penelitian ini, untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan
1) Uji Kolmogrov Smirnov
a) Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi normal, dan
b) Jika nilai signifikan < 0.05 maka distribusi tidak normal
Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah:
Ho : Data residual berdistribusi normal
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
2) Histogram
Pengujian dengan model histogram memiliki ketentuan bahwa data
normal berbentuk lonceng. Data yang baik adalah data yang memiliki
pola distribusi normal. Jika data melenceng ke kanan atau melenceng ke
kiri berarti data tidak terdistribusi secara normal.
3) Grafik Normality Probability Plot
a) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi
Jika data tidak normal, ada beberapa cara mengubah model regresi
menjadi normal menurut Syafrizal (2008:62) yaitu: (1) lakukan
transformasi data, misalnya mengubah data menjadi bentuk logaritma
(Log) atau natural (ln), (2) menambah jumlah data, (3) menghilangkan
data yang dianggap sebagai penyebab tidak normalnya data, dan (4)
menerima data apa adanya.
3.1.2 Uji Multi Kolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi mempunyai korelasi antar variabel independen. Menurut Umar
(2003:132) ”multikolinearitas adalah ada tidaknya korelasi yang
sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi pada
variabel-variabel bebasnya”. Pengujian multikolinearitas dilakukan
dengan melihat nilai VIF antar variabel independen. Jika nilai VIF lebih
besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas di antara variabel
independen. Jika terjadi korelasi sempurna diantara sesama variabel
bebas, maka konsekuensinya adalah:
1) Koefisien - koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir, dan
2) Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga. Menurut Ghozali (2005:91), untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:
a) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris
independennya banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel
dependen.
b) Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. Jika
antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya
diatas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel
independen tidak berarti bebas dari multikolinearitas.
Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi
dua atau lebih variabel independen.
c) Multikolinearitas dapat juga dilihat dari a) nilai tolerance dan
lawannya b) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana
setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan
diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cut
off yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolinearitas
adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
3.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2005:105), uji heteroskedastisitas
bertujuan mengujiapakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan