• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap Pengembangan Ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap Pengembangan Ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK ALOKASI DANA DESA (ADD) TERHADAP

PENGEMBANGAN EKONOMI DI KECAMATAN

KOTA PINANG KABUPATEN

LABUHANBATU SELATAN

TESIS

Oleh

HARIMAN PAMUJI

097003017/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K

O L

A H

P A

S C

A S A R JA

N

(2)

DAMPAK ALOKASI DANA DESA (ADD) TERHADAP

PENGEMBANGAN EKONOMI DI KECAMATAN

KOTA PINANG KABUPATEN

LABUHANBATU SELATAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

HARIMAN PAMUJI

097003017/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : DAMPAK ALOKASI DANA DESA (ADD) TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI DI KECAMATAN KOTA PINANG KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN Nama Mahasiswa : Hariman Pamuji

Nomor Pokok : 097003017

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

(Prof. Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof.Dr.lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE)(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang , MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 18 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

Anggota :1. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

2. Prof. Aldwin Surya, SE, M.Pd, Ph.D

3. Agus Suriadi, S.Sos, M.Si

(5)

DAMPAK ALOKASI DANA DESA (ADD) TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI DI KECAMATAN KOTA PINANG KABUPATEN

LABUHANBATU SELATAN

ABSTRAK

Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten yang dimekarkan di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdiri dari 5 kecamatan, 52 desa dan 2 kelurahan, yang responsif terhadap tuntutan desa. Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah mengalokasikan dana untuk desa sejak tahun 2009 dengan harapan pembangunan semakin merata sampai ke tingkat desa. Salah satu wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang memperoleh alokasi dana desa adalah Kecamatan Kota Pinang yang merupakan ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban ADD, serta dampak Alokasi Dana Desa terhadap pengembangan ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Metode penelitian menggunakan analisa deskriptif dan uji beda rata-rata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan Program Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan berjalan cukup lancar. Hal ini dapat terlihat dari tahap persiapan berupa penyusunan Daftar Usulan Rencana kegiatan (DURK), pelaksanaan setiap kegiatan, evaluasi kegiatan sampai dengan tahap penyusunan pertanggungjawaban. Pendapatan masayarakat Kecamatan Kota Pinang meningkat setelah adanya program ADD

(6)

THE IMPACT OF VILLAGE ALLOCATION FUNDS ON ECONOMY DEVELOPMENT IN KECAMATAN KOTA PINANG TABULATE

LABUHANBATU SELATAN

ABSTRACT

Kabupaten Labuhan Batu Selatan is one of the new Kabupatens in Sumatera Utara Province. Governments in Kabupaten Labuhan Batu Selatan are divided into 5 Kecamatan, 52 Desa, and 2 Kelurahan, and all of them are very responsive to the village demand. Kabupaten Labuhan Batu Selatan has allocated funds for the villages since 2009, in order to make the development spread more evenly among the villages. One of areas in Kabupaten Labuhan Batu Selatan that had got the fund is kecamatan Kota Pinang as the capital of Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

This research is aimed to analyze the planning, implementation, evaluation, reporting the fund, and the impact of the fund on the economy development in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. The method used in this research is descriptive and mean test analysis.

The result showed that village allocation funds program (ADD) in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan had been run as it had planned before; it is showed from the preparation of Daftar Usulan Rencana Kegiatan (DURK), implementation, evaluation, and the report. The community income in Kecamatan Kota Pinang had increased after the ADD program.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya Tesis yang

berjudul "Dampak Alokasi Dana Desa (ADD) terhadap Pengembangan Ekonomi

di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan" dapat diselesaikan.

Tulisan ini dibuat guna melengkapi salah satu syarat untuk dapat

menyelesaikan Program S2 pada Program Pascasarjana USU Program Studi PWD.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Program Studi PWD

sekaligus Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan masukan dan

arahan dalam penyelesaian Tesis ini.

2. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS., sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang

senantiasa dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan arahan

dan bimbingan tentang materi Tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana USU Medan.

4. Bapak Dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan yang berharga

tentang materi tesis ini.

5. Segenap Bapak/Ibu Dosen Program Pascasarjana USU Program Studi PWD.

6. Staf Perpustakaan serta seluruh karyawan Pascasarjana USU, yang telah

memberikan pelayanan baik dalam peminjaman buku, maupun bantuan lainnya

yang berhubungan dengan kelancaran studi.

7. Semua Pihak dan Rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

8. Ayahanda dan Ibunda yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing

(8)

Dengan rasa hormat penulis mengharapkan masukan dan koreksi dari segala

pihak, agar penulisan ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi Pemerintah

Kabupaten Labuhanbatu Selatan dan juga kita semua.

Akhirnya kepada Allah SWT jualah penulis berserah diri karena Dia-lah Yang

Maha Sempurna dan Maha Mengetahui, Amin.

Medan, Agustus 2011 Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Hariman, dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 10 Oktober 1985.

Menamatkan Sekolah Dasar 1997 di SD Negeri Nomor 112143 Rantau parapat,

SLTP tahun 2000 di SLTP Negeri Rantau Parapat, SMU tahun 2003 di SMU Kemala

Bhayangkari II Rantau Parapat, Tamat Universitas Brawijaya 2009 di Malang Jawa

Timur.

Tahun 2009 bekerja sebagai staff Kantor Pemberdayaan Masyarakat

Desa/Kelurahan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Propinsi Sumatera Utara tahun

2009 sebagai Kasubbag Umum di Kecamatan Kampung Rakyat Kabupaten

Labuhanbatu Selatan Sumatera Utara. Bulan September 2009 mengikuti pendidikan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan

(10)

DAFTAR ISI

2.3. Pengelolaan Alokasi Dana Desa ……….

2.4. Pengembangan Ekonomi Desa ………

2.5. Pengembangan Wilayah ……….

2.6. Penelitian Sebelumnya ………

2.7. Kerangka Pemikiran ………..

BAB III METODE PENELITIAN ………

3.1. Ruang Lingkup Penelitian ………..

(11)

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ……….

3.5. Pengumpulan Data ………..

3.6. Teknik Analisis Data ………..

3.7. Definisi dan Batasan Operasional ………...

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………

4.1 Gambaran Umum Kecamatan Kota Pinang ……….

4.2. Gambaran Umum Kebijakan Alokasi Dana Desa ...

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Variabel, Jenis dan Sumber Data Penelitian………... 26

3.2. Populasi dan Sampel Desa Penelitian ... 27

3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 30

4.1. Luas Wilayah Kecamatan Kota Pinang dirinci Berdasarkan Kelurahan

Tahun 2009 ... 32

4.2. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km2

Dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009.... 33

4.3. Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang

Tahun 2009 ... 34

4.4. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio dirinci

Menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009 ... 35

4.5. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di

Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009 ... 35

4.6. Persentase Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di

Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009 ... 36

4.7. Aktivitas Sebelum Menerima ADD Kecamatan Kota Pinang

Kabupaten Labuhanbatu Selatan ……….. 42

4.8 Aktivitas Sesudah Menerima ADD Kecamatan Kota Pinang

Kabupaten Labuhanbatu Selatan ……….. 43

4.9. Pendapat Responden atas Pertanggungjawaban Pemerintah Desa

dalam Penggunaan ADD... 60

4.10. Pendapat Responden atas Memperoleh Informasi Sosialisasi atas

(13)

4.11. Hasil Analisis Perbedaan Pendapatan Masyarakat Sebelum dan

Sesudah Adanya Program ADD ... 62

4.12. Jumlah Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan Kota Pinang ... 63

4.13. Perincian Dana dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kecamatan

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ……….. 24

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Pendapatan Masyarakat ……… 75

(16)

DAMPAK ALOKASI DANA DESA (ADD) TERHADAP PENGEMBANGAN EKONOMI DI KECAMATAN KOTA PINANG KABUPATEN

LABUHANBATU SELATAN

ABSTRAK

Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten yang dimekarkan di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdiri dari 5 kecamatan, 52 desa dan 2 kelurahan, yang responsif terhadap tuntutan desa. Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah mengalokasikan dana untuk desa sejak tahun 2009 dengan harapan pembangunan semakin merata sampai ke tingkat desa. Salah satu wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang memperoleh alokasi dana desa adalah Kecamatan Kota Pinang yang merupakan ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban ADD, serta dampak Alokasi Dana Desa terhadap pengembangan ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Metode penelitian menggunakan analisa deskriptif dan uji beda rata-rata.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kebijakan Program Alokasi Dana Desa (ADD) di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan berjalan cukup lancar. Hal ini dapat terlihat dari tahap persiapan berupa penyusunan Daftar Usulan Rencana kegiatan (DURK), pelaksanaan setiap kegiatan, evaluasi kegiatan sampai dengan tahap penyusunan pertanggungjawaban. Pendapatan masayarakat Kecamatan Kota Pinang meningkat setelah adanya program ADD

(17)

THE IMPACT OF VILLAGE ALLOCATION FUNDS ON ECONOMY DEVELOPMENT IN KECAMATAN KOTA PINANG TABULATE

LABUHANBATU SELATAN

ABSTRACT

Kabupaten Labuhan Batu Selatan is one of the new Kabupatens in Sumatera Utara Province. Governments in Kabupaten Labuhan Batu Selatan are divided into 5 Kecamatan, 52 Desa, and 2 Kelurahan, and all of them are very responsive to the village demand. Kabupaten Labuhan Batu Selatan has allocated funds for the villages since 2009, in order to make the development spread more evenly among the villages. One of areas in Kabupaten Labuhan Batu Selatan that had got the fund is kecamatan Kota Pinang as the capital of Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

This research is aimed to analyze the planning, implementation, evaluation, reporting the fund, and the impact of the fund on the economy development in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. The method used in this research is descriptive and mean test analysis.

The result showed that village allocation funds program (ADD) in Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan had been run as it had planned before; it is showed from the preparation of Daftar Usulan Rencana Kegiatan (DURK), implementation, evaluation, and the report. The community income in Kecamatan Kota Pinang had increased after the ADD program.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan nasional dan daerah merupakan bagian yang tidak dapat

dipisahkan dari kegiatan pembangunan desa. Desa merupakan basis kekuatan sosial

ekonomi dan politik yang perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.

Perencanaan pembangunan selama ini menjadikan masyarakat desa sebagai objek

pembangunan bukan sebagai subjek pembangunan.

Lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah membuat kebijakan tentang desa dalam memberi pelayanan, peningkatan

peran serta dan pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan

masyarakat. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah merupakan keseluruhan belanja

daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah.

Dalam implementasi Otonomi Daerah salah satu aspeknya adalah pengelolaan

keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan suatu program daerah

bidang keuangan untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu serta mengemban misi

mewujudkan suatu strategi melalui berbagai kegiatan. Dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dimana penyelenggaraan urusan pemerintah

(19)

Desa dan Bantuan Pemerintah Desa sesuai dengan surat Menteri Dalam Negeri

Nomor: 140/640SJ tanggal 22 Maret 2005 tentang Pedoman Alokasi Dana Desa

(ADD) dari pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Desa.

Melalui Alokasi Dana Desa, desa berpeluang untuk mengelola pembangunan,

pemerintahan dan sosial kemasyarakatan desa secara otonom. Alokasi Dana Desa

adalah dana yang diberikan kepada desa yang berasal dari dana perimbangan

keuangan pemerintah pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota.

Konsep alokasi dana desa sebenarnya bermula dari sebuah kritik dan refleksi

terhadap model bantuan desa yang diberikan oleh pemerintah pusat bersamaan

dengan agenda pembangunan desa sejak tahun 1969. Dalam mendesain transfer

keuangan pusat dengan daerah, Orde Baru ternyata masih melanjutkan pola yang

dipakai Orde Lama. Beragam jenis transfer keuangan kepada desa tersebut

diantaranya adalah Bantuan Desa (Bandes), dana pembangunan desa (Bangdes), serta

Inpres Desa Tertinggal/IDT (Sidik, 2002).

Pemberian alokasi dana desa merupakan wujud dari pemenuhan hak desa

untuk menyelenggarakan otonominya agar tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan

desa yang berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, demokratisasi, pemberdayaan

masyarakat. Peran pemerintah desa ditingkatkan dalam memberikan pelayanan dan

kesejahteraan masyarakat serta mempercepat pembangunan dan pertumbuhan

wilayah-wilayah strategis, sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah

(20)

Niat dan keinginan pemerintah (negara/daerah) untuk membangun dan

mengembangkan sebuah wilayah sangatlah mendapat dukungan dari masyarakat,

realisasi dari niat dan keinginan ini haruslah berbentuk kesejahteraan dan kebanggan

sebagai anggota masyarakat (negara/daerah) (Miraza, 2005).

Adapun tujuan pelaksanaan alokasi dana desa adalah: 1) meningkatkan

penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan,

pembangunan dan kemasyarakatan sesuai kewenangannya; 2) meningkatkan

kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian pembangunan secara partisipatif sesuai dengan potensi desa;

3) meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan

berusaha bagi masyarakat desa; serta 4) mendorong peningkatan swadaya gotong

royong masyarakat.

Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten pemekaran

di Provinsi Sumatera Utara, terdiri dari 5 kecamatan, 52 desa dan 2 kelurahan, yang

responsif terhadap tuntutan desa. Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah

mengalokasikan dana untuk desa sejak tahun 2009 dengan harapan pembangunan

semakin merata sampai ke tingkat desa. Salah satu wilayah Kabupaten Labuhanbatu

Selatan yang memperoleh alokasi dana desa adalah Kecamatan Kota Pinang yang

merupakan ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan, memiliki luas wilayah 482,40

km2 dengan jumlah penduduk 53.100 jiwa dan 12.689 kepala keluarga (KK) yang

tersebar di 9 (sembilan) desa dan 1 (satu) kelurahan, dimana sebagian besar

(21)

Adapun program alokasi dana desa (ADD) yang dilaksanakan di Kecamatan

Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah: 1) Biaya operasional

penyelenggaraan pemerintah desa; 2) Biaya operasional BPD; 3) Tambahan

penghasilan kepala desa dan perangkat desa; 4) Bantuan modal usaha POKMAS;

5) Bantuan biaya operasional LKMD; 6) Bantuan operasional PKK; 7) Bantuan

operasional Posyandu; 8) Bantuan pengembangan sosial budaya, keagamaan,dan

pembinaan generasi muda; dan 9) Bantuan penyaluran raskin Desa.

Pelaksanaan Alokasi Dana Desa ini dilaksanakan dengan pembangunan fisik

dan non fisik yang berhubungan dengan Indikator Perkembangan Desa. Indikator

Perkembangan Desa meliputi tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat

kesehatan.. Walaupun masih ada desa-desa yang belum berhasil dalam pembangunan

fisik, naumn pemberian Alokasi Dana Desa dengan pembangunan fisik dianggap

relatif cukup memenuhi prasarana dan sarana desa

Usaha penerapan program ADD yang dicanangkan oleh Pemerintah

Kabupaten Labuhanbatu Selatan ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah

Kecamatan Kota Pinang dalam memaksimalkan alokasi dana desa. Penggunaan ADD

di Kecamatan Kota Pinang telah berjalan sesuai dengan program yang dilaksanakan.

Pengetahuan dan kesadaran masyarakat cukup berkembang dalam penggunaan ADD

sehingga ekonomi masyarakat menunjukkan adanya peningkatan dengan terlibatnya

masyarakat dalam usaha ternak dan anyaman. Hal ini menjadi perhatian pemerintah

kecamatan dan pemerintah desa sebagai pengambil kebijakan adalah bagaimana

(22)

usaha pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekonomi Kecamatan Kota

Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban ADD di

Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

2. Bagaimana dampak ADD terhadap pengembangan ekonomi di Kecamatan Kota

Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini untuk:

1. Menganalisis perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban ADD

di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

2. Menganalisis dampak ADD terhadap pengembangan ekonomi di Kecamatan Kota

Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Hasil identifikasi dari perencanaan pelaksanaan, evaluasi dan

pertanggungjawaban ADD serta pengaruhnya terhadap pengembangan ekonomi

(23)

Kabupaten Labuhanbatu Selatan dalam meningkatkan program ADD pada masa

yang akan datang.

2. Sebagai sarana pengembangan ilmu dan pengetahuan yang secara teori telah

dipelajari di Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

3. Sebagai bahan pengembangan penelitian lebih lanjut yang sejenis dengan metode

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Ekonomi Wilayah

Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan

ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan

stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara

kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus

mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab

masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang

sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.

Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian

pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu:

1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan

dalam konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan

wilayah.

2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk

melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.

Dengan dilaksanakannya pembangunan wilayah bukanlah semata-mata

terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan

dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk

(25)

dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan

pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil

dengan baik.

Pada dasarnya pembangunan daerah adalah berkenaan dengan tingkat dan

perubahan selama kurun waktu tertentu suatu set variabel-variabel, seperti produksi,

penduduk, angkatan kerja, rasio modal tenaga, dan imbalan bagi faktor (faktor

returns) dalam daerah di batasi secara jelas (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi

perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses

pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Perbedaan teori pertumbuhan

ekonomi wilayah dan teori pertumbuhan ekonomi nasional terletak pada sifat

keterbukaannya. Dalam sistem wilayah mobilitas barang maupun orang atau jasa

relatif lebih terbuka, sedangkan pada skala nasional bersifat lebih tertutup

(Sirojuzilam, 2005).

Pembangunan daerah merupakan pembangungan yang segala sesuatunya

dipersiapkan dan dilaksanakan oleh darerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan,

pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah

memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan

pembangunan yang perencanaan, pembiayaan, dan pertanggungjawabannya

dilakukan oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah di mana

(26)

Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan

yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah

terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah,

belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).

Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri

dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi

pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha

pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti

pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang penting

dipecahkan adalah: di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya

dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi

dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek

pertambangan dan sebagainya.

Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan

seluruhnya masayarakat Indonesia, pembangunan daerah perlu dipacu secara

bertahap. Untuk menjamin agar pembangunan daerah dapat memberikan sumbangan

yang maksimal dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional haruslah dilakukan

kordinasi yang baik antara keduanya. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus

mempertimbangkan berbagai rencana pemerintah pusat maupun di daerah lain.

Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam

(27)

lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program

pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan

dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh

sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan

oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan

proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan

sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.

Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena

perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien,

kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai

akibat banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran

proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan

perencana daerah yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan

rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju

masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah

pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian

yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai

menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari daerah

(28)

Sukirno (2000), mengemukakan pendapatnya tentang konsep pembangunan,

mempunyai 3 sifat penting, yaitu: proses terjadinya perubahan secara terus menerus,

adanya usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita masyarakat dan kenaikan

pendapatan masyarakat yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.

Menurut Todaro (2000), pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun

pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari

kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu

proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dan

peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi jamak dalam

hal ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi maupun non ekonomi.

Todaro (2000), menambahkan bahwa pembangunan ekonomi telah digariskan

kembali dengan dasar mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, ketimpangan dan

pengangguran dalam kontenks pertumbuhan ekonomi atau ekonomi negara yang

sedang berkembang.

Pembangunan tidak hanya pada lebih banyak output yang dihasilkan tetapi

juga lebih banyak output daripada yang diproduksi sebelumnya. Dalam

perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan: masyaralat tradisional,

pra kondisi lepas landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa

konsumsi besar-besaran. Kunci diantara tahapan ini adalah tahap lepas landas yang

didorong oleh satu atau lebih sektor. Pesatnya pertumbuhan sektor utama ini telah

(29)

Pembangunan mengalami perubahan karena pengalaman pada tahun 1950-an

sampai tahun 1960-an menunjukkan bahwa pembangunan yang berorientasi pada

kenaikan pendapatan nasional tidak bisa memecahkan masalah pembangunan. Hal ini

terlihat dari taraf hidup sebagian besar masyarakat tidak mengalami perbaikan

kendatipun target kenaikan pendapatan nasional per tahun meningkat. Dengan kata

lain, ada tanda-tanda kesalahan besar dalam mengartikan istilah pembangunan secara

sempit.

Akhirnya disadari bahwa pengertian pembangunan itu sangat luas bukan

hanya sekedar bagaimana menaikkan pendapatan nasional saja. Pembangunan

ekonomi itu tidak bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan Negara

untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.

Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang

menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka

panjang.

Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata,

namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses

pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target

utama dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan sosial.

Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi

ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi

(30)

2.2. Alokasi Dana Desa

Alokasi Dana Desa (ADD) adalah bagian keuangan Desa yang diperoleh dari

Bagi Hasil Pajak Daerah dan Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan

Daerah yang diterima oleh Kabupaten. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 18

bahwa Alokasi Dana Desa berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari

bagian Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh

Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10% (sepuluh persen).

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Labuhan Selatan Nomor 12 Tahun

2011 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Alokasi Dana Desa Kabupaten

Labuhanbatu Selatan Tahun Anggaran 2011, dijelaskan bahwa sesuai dengan amanat

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, daerah

memiliki kewenangan membuat kebijakan-kebijakan tentang Desa, terutama dalam

memberi pelayanan, peningkatan peran serta, peningkatan prakarsa dan

pemberdayaan masyarakat desa yang ditujukan bagi kesejahteraan masyarakat.

ADD yang merupakan bantuan keuangan dari Pemerintah Kabupaten

Labuhanbatu Selatan kepada Pemerintah Desa yang berasal dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dimaksudkan untuk

membiayai program Pemerintahan Desa dalam melaksanakan kegiatan

penyelenggaraan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.

Tujuan ADD adalah: a) Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa

(31)

sesuai kewenangannya; b) Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di

desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara

partisipatif sesuai dengan potensi desa; c) Meningkatkan pemerataan pendapatan,

kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat desa; dan

d) Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat.

2.3. Pengelolaan Alokasi Dana Desa

Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa oleh karena itu

dalam Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip

Pengelolaan Alokasi Dana Desa sebagai berikut:

1. Seluruh kegiatan yang didanai oleh Alokasi Dana Desa (ADD) direncanakan,

dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka dengan prinsip dari, oleh dan untuk

masyarakat.

2. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan secara administratif, teknis

dan hukum.

3. Alokasi Dana Desa (ADD) dilaksanakan dengan menggunakan prinsip hemat,

terarah dan terkendali.

4. Jenis kegiatan yang akan dibiayai melalui Alokasi Dana Desa (ADD) sangat

terbuka untuk meningkatkan sarana pelayanan masyarakat berupa pemenuhan

kebutuhan dasar, penguatan kelembagaan desa dan kegiatan lainnya yang

(32)

5. Alokasi Dana Desa (ADD) harus dicatat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa dan proses penganggarannya mengikuti mekanisme yang berlaku.

2.4. Pengembangan Ekonomi Desa

Suatu hal yang cukup penting dan sering menimbulkan masalah di dalam

penanganan desa adalah adanya keragaman pengertian tentang desa. Menurut Ma’rif

(Suprapta, 2006), secara morfologis desa merupakan wilayah yang diperuntukkan

bagi kegiatan agraris dan sisanya untuk bangunan-bangunan yang terpencar dalam

jumlah penduduk kecil dan kepadatan rendah.

Secara ekonomi merupakan wilayah dengan ciri kegiatan agraris yang

mendominasi kehidupan masyarakatnya, secara sosial desa merupakan wilayah

dengan ciri kehidupan sosial dan hubungan kekeluargaann yang erat dan masih

terpaku pada adat istiadat dan secara demografis desa adalah wilayah dengan

penduduk sekitar 2.500 jiwa (Ma‘rif dalam Suprapta, 2006).

Menurut Bintarto (Koestoer, 1997), desa merupakan hasil perpaduan antara

kegiatan sekelompok manusia dengan lingkungannya, yang ditandai oleh

permukiman yang tidak padat, sarana transportasi yang langka serta penggunaan

tanah persawahan. Ciri-ciri lainnya yaitu berupa unsur-unsur sosial pembentuk desa

yaitu penduduk dan tata kehidupan di mana ikatan tali kekeluargaan di desa sangat

erat yang ditandai dengan dominannya perilaku gotong royong masyarakat.

Sedangkan menurut Dirjen Bangdes (Daljoeni, 1994), ciri-ciri wilayah desa antara

(33)

pedesaan relatif lebih luas daripada jumlah penduduk sehingga kepadatan penduduk

masih rendah (2) lapangan kerja yang dominan agraris (3) hubungan antar warga desa

sangat akrab (4) tradisi lama masih berlaku.

Menurut Landis dalam Rahardjo (1999), definisi desa dipilah menjadi 3 (tiga)

yakni: (1) Desa merupakan suatu lingkungan yang penduduknya < 2.500 orang. (2)

Desa merupakan suatu lingkungan yang penduduknya mempunyai hubungan yanga

akrab dan serba informal diantara sesama warganya. (3) Desa merupakan lingkungan

yang penduduknya tergantung pada sektor pertanian.

Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama

pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi kawasan

sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial dan kegiatan ekonomi. Menurut ESCAP dalam Suprapta (2006), pusat

pedesaan merupakan pusat pelayanan yang secara langsung dapat meningkatkan

produksi pertanian, pelayanan sosial maupun ekonomi desa. Pelayanan dan

penyediaan dapat berupa:

a. Tempat pelayanan dan pengumpulan serta pemasaran hasil-hasil pertanian

b. Distribusi input pertanian berupa: pupuk, perlatan, kredit dan perbaikan fasilitas

c. Tempat fasilitas pengelolaan hasil untuk konsumsi maupun untuk dipasarkan.

Dari segi fungsinya desa merupakan ”hinterland” atau daerah belakang yang

berperan dalam produksi pertanian (tanaman pangan, peternakan, perikanan dan

perkebunan) untuk memenuhi kebutuhan warga desa dan kota. Desa berfungsi

(34)

Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan

masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Suatu kinerja

pembangunan yang sangat baik pun, mungkin saja menciptakan berbagai masalah

sosial ekonomi baru yang tidak diharapkan. Kompleksitas permasalahannya

bertambah besar karena ruang lingkup permasalahannya telah bertambah luas.

Pendekatan terhadap permasalahan pembangunan dan cara pemecahannya telah

mengalami perkembangan pula (Adisasmita, 2005).

Batten dalam Sinaga (2004) mengemukakan bahwa pembangunan itu suatu

proses di mana orang atau masyarakat desa, mulai mendiskusikan dan menemukakan

keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama-sama untuk

memenuhi kebutuhan tersebut.

Adapun tujuan pembangunan menurut Giant (1971 dalam Sirojuzilam dan

Mahalli, 2010) ada dua tahap. Tahap pertama, pada hakikatnya pembangunan

bertujuan untuk menghapuskan kemiskinan. Apabila tujuan ini sudah mulai dirasakan

hasilnya maka tahap kedua adalah menciptakan kesempatan-kesempatan bagi

warganya untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

Di sisi lain pembangunan yang berkesinambungan harus dapat memberi

tekanan pada mekanisme ekonomi sosial, politik dan kelembagaan, baik dari sektor

swasta maupun pemerintah, demi terciptanya suatu perbaikan standar hidup

masyarakat secara cepat (Mahalli, 2005).

Pembangunan dan pengembangan harus berjalan sesuai dengan kebijakan

(35)

mencakup kepentingan dari seluruh masyarakat. Oleh sebab itu, niat dan keinginan

itu harus diawali dengan penciptaan kebijakan publik sehingga pelaksanaan

pembangunan dan pengembangan wilayah dapat dinikmati secara optimal oleh

masyarakat (Miraza, 2005).

Pembangunan pedesaan mempunyai peranan pentingan dalam konteks

pembangunan nasional karena mencakup bagian terbesar wilayah nasional. Sekitar

65% penduduk Indonesia bertempat tinggal di daerah pedesaan. Oleh karena itu

pembangunan masyarakat pedesaan harus terus ditingkatkan melalui pengembangan

kemamapuan sumberdaya manusia yang ada di pedesaan sehingga kreativitas dan

aktivitasnya dapat semakin berkembang serta kesadaran lingkungannya semakin

tinggi (Adisasmita, 2006).

Pembangunan daerah pedesaan diarahkan (1) untuk pembangunan desa yang

bersangkutan dengan memanfaatkan sumberdaya pembangunan yang dimiliki (SDA

dan SDM), (2) untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan antar sektor

(perdagangan, pertanian dan industri) antar desa, antar pedesaan dan perkotaan, dan

(3) untuk memperkuat pembangunan nasional secara menyeluruh.

Pembangunan masyarakat pedesaan diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan

oleh masyarakat di mana mereka mengidentifikasikan kebutuhan dan masalahnya

secara bersama. Ada yang mengartikan pula bahwa pembangunan masyarakat desa

adalah kegiatan yang terencana untuk menciptakan kondisi-kondisi bagi kemajuan

(36)

Wujud dari pembangunan desa adalah mengadakan berbagai program dan

proyek pembangunan yang bertujuan menciptakan kemajuan desa (Purba, 2006).

Pembangunan desa sebagai bagian integral dari pembangunan nasional memiliki

tujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera dan

adil. Untuk mewujudkan kondisi masyarakat yang dicita-citakan itu, pembangunan

desa akan difokuskan pada penanggulangan kemiskinan, khususnya kemiskinan

pedesaan (Adisasmita, 2006).

Chambers dalam Sitanggang (2007), pembangunan perdesaan adalah suatu

strategi yang memungkinkan kelompok masyarakat tertentu, laki-laki dan wanita

miskin di desa, memperoleh yang mereka inginkan dan perlukan bagi dirinya maupun

anak-anaknya

Ndraha dalam Sinaga (2004), keberhasilan suatu desa dapat dilihat dari:

a. Kondisi kehidupan yang dapat diperbaiki dan ditingkatkan yang berarti:

a) Pemerintah berhasil membangun berbagai fasilitas kehidupan masyarakat di

pedesaan sebagai modal dan sarana penggerak desa, meliputi prasarana produksi,

prasarana sosial dan b) Pemerintah berhasil menggerakkan masyarakat dengan

berbagai cara dan sarana sehingga mampu berswadaya dalam pembangunan desa.

b. Masyarakat telah mampu berkembang sendiri dan hidup dalam suasana sejahtera

dengan lingkungannnya berkat pemanfaatan sumber daya secara lokal dan

optimal.

2.5. Pengembangan Wilayah

Menurut Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Tata Ruang, wilayah

(37)

batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek

fungsional. Sirojuzilam dan Mahalli (2010) wilayah adalah sekelompok daerah yang

letaknya berdekatan dan didiami sejumlah penduduk di atas territorial atau ruang

tertentu. Secara ringkas konsep mengenai ruang/wilayah ditandai dengan lokasi

absolut dan distribusi areal dari gambaran tertentu di permukaan bumi.

Secara umum wilayah dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Wilayah homogen, merupakan wilayah di mana kegiatan ekonomi berlaku

dipelbagai pelosok ruang mempunyai sifat yang sama antara lain ditinjau dari segi

pendapatan perkapita penduduk dan dari segi struktur ekonominya.

b. Wilayah nodal, merupakan wilayah sebagai suatu ruang ekonomi yang dikuasai

oleh beberapa pelaku ekonomi.

c. Wilayah administrasi, merupakan wilayah yang didasarkan atas pembagian

administrasi pemerintahan (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Dengan memahami konsep wilayah diharapkan para perencana dalam

melakukan pendekatan lebih memperhatikan komponen-komponen penyusunan

wilayah tersebut yang saling berinteraksi dan mengkombinasikan potensi dari

masing-masing komponen sehingga tercipta suatu strategi pembangunan dan

pengembangan wilayah yang baik dan terarah.

Pengembangan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menambah,

meningkatkan, memperbaiki atau memperluas. Konsep pengembangan wilayah di

(38)

pemahaman teoritis dengan pengalaman-pengalaman praktis sebagai bentuk

penerapannya yang bersifat dinamis (Sirojuzilam dan Mahalli, 2010).

Nasution (2009) pengembangan wilayah merupakan proses pemberdayaan

masyarakat dengan segala potensinya dan meliputi seluruh aktivitas masyarakat di

dalam suatu wilayah, baik aspek ekonomi, sosial dan budaya, maupun aspek-aspek

lainnya. Sedangkan Sirojuzilam (2005) pengembangan wilayah pada dasarnya

mempunyai arti peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah

tertentu mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan

masyarakat yang rata-rata banyak sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia

dan kegiatan usaha-usaha masyarakat yang meningkat, baik dalam arti jenis,

intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.

Dalam pengembangan wilayah sering menghadapi kenyataan bahwa dana

yang tersedia adalah terbatas sedangkan usulan dari masing-masing sektor cukup

banyak (Tarigan, 2006).

2.6. Penelitian Sebelumnya

Wisakti (2008), melakukan studi dengan judul “Implementasi Kebijakan

Alokasi Dana Desa di Wilayah Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan”. Variabel

dalam penelitian ini adalah pelaksanaan Alokasi Dana Desa, faktor-faktor penunjang

dan penghambat yang mempengaruhi implementasi dan strategi yang harus dilakukan

dalam rangka keberhasilan implementasi kebijakan. Metode yang digunakan dalam

(39)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan Alokasi Dana

Desa (ADD) di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan berjalan cukup lancar.

Namun demikian apabila dikaitkan dengan pencapaian tujuan, pelaksanaan Alokasi

Dana Desa (ADD) di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan belum optimal.

Meskipun tujuan peningkatan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan, telah terlaksana secara optimal, namun tujuan adanya peningkatan

kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan

pengendalian pembangunan belum berjalan secara optimal. Demikian juga tujuan

peningkatan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat belum optimal.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD)

di Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan adalah komunikasi, kemampuan sumber

daya, sikap pelaksana, struktur birokrasi, lingkungan serta ukuran dan tujuan

kebijakan. Faktor yang menjadi penunjang dari komunikasi, kemampuan sumber

daya, sikap pelaksana, struktur birokrasi, lingkungan serta ukuran dan tujuan

kebijakan adalah: adanya sosialisasi, adanya kelancaran informasi . adanya

konsistensi kebijakan, kemampuan pelaksana, dukungan sarana dan prasarana,

persepsi pelaksana yang baik, tim pelaksana, kewenangan BPD dan LPMD dan

adanya kesesuaian pelaksanaan dengan kebijakan.

Sedangkan yang menjadi faktor penghambatnya adalah: Belum adanya

sosialisasi ADD kepada masyarakat, rendahnya SDM, kurangnya dukungan

pendapatan desa lain, kurangnya respon pelaksana, tidak adanya pembagian tugas

(40)

penunjang dan penghambat tersebut maka strategi yang harus dilakukan adalah 1)

sosialisasi kepada masyarakat luas, (2) meningkatkan pengetahuan pelaksana dengan

diklat dan dibangunnya sistem aplikasi komputer (3) pelaksanaan ADD oleh

kelompok masyarakat, (4) kejelasan kedudukan, tugas dan fungsi LPMD, (5)

perencanaan pembangunan desa yang terpadu dengan sistem perencanaan Kabupaten.

Dini (2010), melakukan studi dengan judul “Hubungan Alokasi Dana Desa

Dengan Pembangunan Desa di Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat”. Variabel

dalam penelitian ini adalah Alokasi Dana Desa, Pembangunan desa dan persepsi

masyarakat dengan metode penelitian analisis regresi berganda dan korelasi product

moment parson. Hasil penelitian menunjukkan alokasi dana desa memiliki hubungan

yang positif dengan pembangunan desa di Kecamatan Stabat dan persepsi masyarakat

terhadap dana alokasi desa memiliki pengaruh yang signifikan dengan pembangunan

desa di Kecamatan Stabat.

2.7. Kerangka Pemikiran

Objek dari penelitian ini adalah alokasi dana desa (ADD) di Kecamatan Kota

Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Spesifikasi dalam studi ini adalah

menganalisis efektifitas alokasi dana desa dan pengaruhnya terhadap pengembangan

ekonomi Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Berdasarkan pemikiran tersebut perlu diteliti efektifitas dari alokasi dana desa

yang telah diberikan di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

(41)

pertanggungjawaban alokasi dana desa. Keberhasilan pelaksanaan ADD di

Kecamatan Kota Pinang dapat dilihat dari pemenuhan kebutuhan dasar, penguatan

kelembagaan desa, dan kegiatan ekonomi.

Tujuan akhir penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengembangan

ekonomi masyarakat Kecamatan Kota Pinang dengan menganalisis pendapatan

masyarakat dan penyerapan tenaga kerja masyarakat desa setelah adanya alokasi dana

desa, sehingga pengembangan wilayah Kecamatan Kota Pinang Kabupaten

Labuhanbatu Selatan dapat tercapai dengan adanya peningkatan ekonomi masyarakat

Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan, hal ini dapat dilihat pada

Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Alokasi Dana Desa

(ADD)

Perencanaan

Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Pengembangan Wilayah Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

Pelaksanaan Evaluasi Pertanggungjawaban

Penguatan Kelembagaan Desa

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menitikberatkan kajian pada pengaruh alokasi dana desa (ADD)

terhadap pengembangan ekonomi Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu

Selatan.

3.2. Lokasi dan Waktu

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten

Labuhanbatu Selatan. Alasan pemilihan Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebagai

lokasi penelitian karena merupakan daerah pemekaran kabupaten di Provinsi

Sumatera Utara, dan Kecamatan Kota Pinang merupakan salah satu daerah penerima

ADD serta telah telah terjadi pengembangan ekonomi masyarakat di Kecamatan Kota

Pinang dengan adanya program alokasi dana desa. Penelitian ini berlangsung selama

(43)

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi:

Tabel 3.1. Variabel, Jenis dan Sumber Data Penelitian

Variabel Data Penelitian Jenis Data Sumber Data

Alokasi Dana Desa Perencanaan

Penggunaan

• Pemenuhan Kebutuhan Desa

• Penguatan Kelembagaan 2. Studi dokumentasi di

Kantor Kepala Desa, 2. Studi dokumentasi di

Kantor Kepala Desa, Kecamatan Kota Pinang dan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, BPS

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat desa Kecamatan Kota

Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang menerima program ADD, berjumlah

34754 jiwa dengan 8.609 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di 9 (sembilan) desa,

yaitu Simatahari, Mampang, Pasir Tuntung, Sisumut, Hadundung, Sosopan,

(44)

Sampel responden ditetapkan mengikuti pendapat Roscoe (Sugiyono, 2003),

yang menyatakan berapapun jumlah populasinya, dalam penelitian sosial ukuran

sampel yang layak digunakan adalah antara 30 sampai 500 orang. Berdasarkan

pendapat di atas, peneliti menetapkan anggota sampel penelitian sebanyak 180

Kepala Keluarga (KK), dengan alasan telah melebihi ambang batas kriteria Roscoe,

yakni batasan minimal 30 orang.

Tabel 3.2. Populasi dan Sampel Desa Penelitian

No Desa Populasi (KK) Sampel (KK)

Sumber: Kecamatan Kota Pinang Dalam Angka, 2010

Sampel responden diambil secara proporsional berdasarkan Tabel 3.2 pada

masing-masing desa yang menjadi sampel penelitian dan pengambilan sampel

responden dilakukan secara purposive sampling (secara sengaja).

3.5. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data primer, digunakan teknik kuisioner yang disebarkan

secara langsung kepada responden penelitian. Dalam hal ini masyarakat responden

(45)

pengamatan mereka terhadap objek yang diteliti. Selain menggunakan kuisioner,

pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara terhadap pihak-pihak yang

berkompeten, seperti Aparatur Desa dan Kecamatan Kota Pinang untuk mendapatkan

informasi tentang program dan rencana serta pelaksanaan program ADD di lokasi

penelitian.

Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka dengan mempelajari

buku-buku literatur maupun dokumen-dokumen resmi lain yang telah dipublikasikan

pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Studi dokumentasi ini dilakukan untuk

mendapatkan data sekunder dari variabel yang diteliti yang bersumber dari Badan

Pusat Statistik, Kantor Kecamatan dan Kantor Kepala Desa di Kabupaten

Labuhanbatu Selatan.

3.6. Teknik Analisis Data

1. Untuk menjawab perumusan masalah pertama, digunakan analisis deskriptif,

yaitu dilakukan dengan cara menganalisis efektifitas perencanaan, pelaksanaan

(penggunaan), evaluasi dan pertanggungjawaban ADD di Kecamatan Kota Pinang

Kabupaten LabuhanbatuSelatan.

2. Untuk menguji perumusan masalah kedua, dampak ADD terhadap pengembangan

ekonomi di Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatubatu Selatan

digunakan uji analisis beda rata-rata untuk sampel berpasangan (paired samples

(46)



x ,1 = Rata-rata pendapatan masyarakat sebelum program ADD (Tahun

2010)

2

x ,1 = Rata-rata pendapatan masyarakat sesudah program ADD (Tahun 2008)

n1 = Jumlah responden masyarakat sebelum program ADD

n2 = Jumlah responden masyarakat sesudah program ADD

s2

Kriteria pengambilan keputusan dalam uji beda rata-rata untuk sampel

berpasangan (paired samples test t test), yaitu membandingkan nilai thitung dengan

nilai ttabel: Ho diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%

p = Simpangan Baku berpasangan

Ho ditolak (Ha diterima) jika thitung > ttabel pada α = 5%

Sedangkan dampak program ADD terhadap penyerapan tenaga kerja

menggunakan analisis deskriptif dengan melihat perkembangan jumlah tenaga kerja

(47)

3.7. Definisi dan Batasan Operasional

1. Alokasi Dana Desa adalah bagian keuangan desa yang diperoleh dari bagi hasil

pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang

ditujukan untuk program pembangunan desa (rupiah).

2. Pengembangan ekonomi adalah kemampuan desa dalam meningkatkan

pendapatan masyarakat..

3. Pendapatan masyarakat responden adalah penghasilan kepala rumah tangga

ditambah penghasilan anggota rumah tangga yang sudah bekerja (rupiah).

4. Penyerapan tenaga kerja adalah kemampuan bidang usaha program alokasi dana

desa dalam menciptakan lapangan kerja bagi anggota masyarakat (orang).

Tabel 3.3. Operasional Variabel Penelitian

Variabel Indikator Pengukuran

Program Alokasi Dana Desa Perencanaan

Pelaksanaan

Pengembangan Ekonomi Pendapatan Masyarakat

Penyerapatan Tenaga Kerja

Rasio

(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kecamatan Kota Pinang

Kecamatan Kota Pinang dengan luas wilayah 482,40 Km2

Sebelah Utara : Kecamatan Kampung Rakyat dan Kabupaten

merupakan salah

satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, dengan rasio luas

wilayah adalah 15,48% terhadap luas wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Kecamatan Kota Pinang berbatasan dengan:

Labuhanbatu

Sebelah Selatan : Kecamatan Sungai Kanan dan Torgamba

Sebelah Barat : Kecamatan Silangkitang

Sebelah Timur : Kecamatan Torgamba

Secara geografis wilayah Kecamatan Kota Pinang terletak antara 01o26’-02o12’

Lintang Utara dan 99o40’-100o26’ Bujur Timur. Daerah ini terletak pada ketinggian

105 m di atas permukaan laut, dengan keadaan iklim dipengaruhi oleh dua arah angin

yaitu angin laut dan angin gunung dengan kelembaban dan curah hujan yang relatif

tinggi. Suhu rata-rata 21o C–32o

Wilayah pemerintahan Kecamatan Kota Pinang meliputi 10 desa/kelurahan

dengan luas wilayah setiap Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang dapat dilihat pada

Tabel 4.1.

(49)

Tabel 4.1. Luas Wilayah Kecamatan Kota Pinang Dirinci Berdasarkan

(50)

Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa Desa Sisumut memiliki luas

wilayah terbesar di Kecamatan Kota Pinang yaitu 133,30 Km

2

(27,64%),

kemudian diikuti Desa Pasir Tuntung yaitu seluas 55,30 Km

2

(11,46%).

Sedangkan desa yang memiliki luas wilayah terkecil terdapat di Desa

Sosopan yaitu 30,50 Km

2

(6,32%), kemudian diikuti Desa Perkebunan

Nomark yaitu seluas 30,70 Km

2

(6,36%), dan Desa Perkebunan

Nagodang yaitu seluas 30,80 Km

2

(6,38%).

Jumlah penduduk Kecamatan Kota Pinang hingga akhir tahun 2009 sebesar

54.063 orang. Dilihat dari kepadatan penduduk, maka Kecamatan Kota Pinang

memiliki kepadatan penduduk rata-rata 104,66 orang/Km2, hal ini dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km2

Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009

No. Kelurahan Jumlah Penduduk

(Orang)

(51)

Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa Kelurahan Kota Pinang memiliki

kepadatan penduduk yang paling tinggi yaitu 478,24 orang/Km2, diikuti dengan Desa

Pasir Tuntung 91,27 orang/Km2 dan Desa Sosopan 80,95 orang/Km2. Sedangkan

kepadatan penduduk yang paling rendah adalah Desa Perebunan Nomark 36,16

orang/Km2, Desa Hadundung 43,45 orang/ Km2, dan Desa Perkebunan Nagodang

54,35 orang/ Km2. Berdasarkan angka tersebut, kepadatan penduduk Kecamatan Kota

Pinang sudah cukup tinggi karena rata-rata di atas 100 orang/Km2.

Sedangkan banyaknya rumah tangga yang terdapat di Kecamatan Kota Pinang

terdiri dari 12.320 rumah tangga dengan rata-rata 4,33 anggota rumah tangga. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Banyaknya Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009

No. Kelurahan Jumlah enduduk

(Orang)

Sumber: Kantor Kecamatan Kota Pinang, 2010

Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk dirinci menurut

(52)

yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi maka jumlah rumah tangga juga juga

tinggi.

Bila dilihat komposisi jumlah penduduk antara penduduk laki-laki dengan

penduduk wanita terlihat bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besardibandingkan

jumlah penduduk wanita. Di mana jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan Kota

Pinang adalah 27.479 orang dan penduduk wanita adalah sebanyak 26.584 orang,

untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009

Jenis Kelamin Jumlah

(Orang)

Sex Rasio

No. Kelurahan Laki-laki

(Orang)

Sumber: Kecamatan Kota Pinang Dalam Angka, Tahun 2010

Struktur umur penduduk akan menentukan angkatan kerja dan tingkat

ketergantungan penduduk. Banyaknya penduduk pada usia anak-anak (di bawah usia

(53)

tingkat ketergantungan penduduk, karena secara ekonomi dianggap tidak produktif.

Struktur umur penduduk di Kecamatan Kota Pinang dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009

Sumber: Kecamatan Kota Pinang Dalam Angka, Tahun 2010

Dari Tabel 4.5 diketahui bahwa 37.897 orang (70,10%) penduduk di

Kecamatan Kota Pinang masih produktif yaitu umur antara 10 tahun sampai 64 tahun

dan 20.599 orang (29,90%) tidak produktif yaitu umur dibawah 10 tahun dan 65

tahun ke atas.

Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Kota Pinang yang paling dominan

adalah bekerja di sektor pertanian, yaitu mencapai 78,21%, diikuti mata pencaharian

lainnya (selain pertanian, industri, PNS/ABRI) 8,72%, industri 2,68%, dan

(54)

Tabel 4.6. Persentase Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Kecamatan Kota Pinang Tahun 2009

No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) %

Sumber: Kecamatan Kota Pinang Dalam Angka, Tahun 2010

Keadaan angkatan kerja dapat diperhitungkan berdasarkan konsep yang

digunakan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia, yaitu penduduk berusia 10 tahun

hingga 64 tahun merupakan tenaga kerja. Konsep ini berasumsi bahwa penduduk

Indonesia pada usia ini sudah dapat menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian

jumlah penduduk yang bekerja di Kecamatan Kota Pinang sebanyak 33731 dari

± 37.897 orang angkatan kerja di daerah penelitian. Dengan demikian terdapat ±

4.166 orang (10,97%) penduduk usia kerja yang tidak bekerja, yaitu masih sekolah,

mengurus rumah tangga dan lain-lain.

4.2. Gambaran Umum Kebijakan Alokasi Dana Desa

Program pemerintah dalam mempercepat pembangunan khususnya di

perdesaan adalah program Alokasi Dana Desa. Melalui Alokasi Dana Desa, desa

berpeluang untuk mengelola pembangunan, pemerintahan dan sosial kemasyarakatan

desa secara otonom. Alokasi Dana Desa adalah dana yang diberikan kepada desa

(55)

diterima oleh Kabupaten/Kota, hal ini diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa di mana Penyelenggaraan Urusan Pemerintah

Desa yang menjadi Kewenangan Desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa dan Bantuan Pemerintah Desa sesuai dengan surat Menteri Dalam Negeri

Nomor: 140/640SJ tanggal 22 Maret 2005 tentang Pedoman Alokasi Dana Desa dari

pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Desa, serta Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.

Adanya program Alokasi Dana Desa memberi masyarakat untuk terlibat

dalam pembangunan. Ruang partisipasi yang lebih terbuka mendorong masyarakat

untuk bergerak bersama dalam menyampaikan aspirasinya. Pendekatan top-down dan

bottom up yang didasari partisipasi aktif masyarakat sesuai UU Nomor 25 Tahun

2004 terwujud dalam bentuk rangkaian Musyawarah Rencana Pembangunan

(Musrenbang) yang dilakukan secara berjenjang dari mulai tingkat desa yaitu

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes), sedangkan untuk

tingkat kecamatan Musyawarah Rencana Pembangunan Kecamatan (Musrenbang

Kecamatan) dan Musyawarah Rencana Pembangunan Kabupaten (Musrenbang

Kabupaten). Rangkaian forum ini menjadi bagian dalam menyusun sistem

perencanaan dan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan pembangunan setiap tahun.

Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), masyarakat berpeluang

menyampaikan aspirasi mereka dan berparatisipasi dalam menghasilkan dokumen

(56)

Hasil Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (Musrenbangdes)

kemudian ditindaklanjuti bersama antara Pemerintah dan Badan Permusyawaratan

Desa dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa dengan membuat

Peraturan Desa.

Bantuan langsung Alokasi Dana Desa yang selanjutnya disebut ADD adalah

dana bantuan langsung yang dialokasikan kepada Pemerintah Desa digunakan untuk

meningkatkan sarana pelayanan masyarakat, kelembagaan dan prasarana desa yang

diperlukan serta diprioritaskan oleh masyarakat, yang pemanfaatan dan administrasi

pengelolaannya dilakukan dan dipertanggung jawabkan oleh Kepala Desa.

Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) dimaksudkan sebagai bantuan

stimulant atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program

pemerintah desa yang ditunjang dengan partisipasi swadaya gotong royong

masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan dan pemberdayaan.

Tujuan diberikannya Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) antara

lain meliputi:

a. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan

pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakat sesuai dengan

kewenangannya.

b. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian pembangunan serta partisipatif sesuai dengan

(57)

c. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan

berusaha bagi masyarakat desa dalam rangka pengembangan social ekonomi

masyarakat.

d. Mendorong peningkatan partisipasi swadaya gotong royong masyarakat.

Penggunaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) dibagi menjadi 2

(dua) komponen, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Sebesar 30% dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing desa,

digunakan untuk Biaya Operasional Pemerintah Desa, Badan Permusyawaratan

Desa, dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa.

b. Sebesar 70% dari besarnya ADD yang diterima oleh masing-masing desa,

digunakan untuk membiayai kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Biaya Operasional Pemerintah Desa di antaranya dipergunakan untuk:

1. Tunjangan Penghasilan Aparat Desa, meliputi:

a) Kades

b) Sekdes

c) Kepala Urusan

d) Kepala Dusun

2 Biaya Operasional Pemerintah Desa, meliputi:

a) Biaya Alat Tulis Kantor

b) Pos Lainnya

3. Biaya Akomodasi dan Transportasi meliputi:

(58)

b) Perjalanan Dinas

4. Operasional BPD, meliputi:

a) Honor BPD

b) Biaya ATK BPD

c) Perjalanan Dinas BPD

d) Pembelian Kursi Plastik

e) Rapat BPD

Biaya kegiatan dalam rangka pemberdayaan masyarakat, di antaranya

digunakan untuk:

1. Bantuan Opersional Tim PKK

a) Biaya Rapat PKK

b) Biaya Transportasi

2. Bantuan Opersional LKMD (LPM)

a) Honor LKMD (LPM)

b) ATK KLMD

c) Pembelian Kursi Plastik

d) Rapar bulanan LKMD

3. Bantuan Pengembangan Sosial

a) Kebudayaan Keagamaam (Safari Ramadhan)

b) Pembinaan Generasi Muda ( Pembelian bola volly dan net bola volly)

(59)

4. Bantuan Peningkatan Ekonomi Masyarakat

a) Bantuan Modal Usaha Kelompok Masyarakat Penerima BLT

b) Bantuan Kegiatan Posyandu (pembelian bahan makanan tambahan gizi Balita)

c) Bantuan Penyaluran Raskin (biaya bantuan transportasi raskin)

Biaya kegiatan pembangunan infrastruktur pedesaan, di antaranya digunakan

untuk:

1. Biaya Umum (biaya administrasi dan dokumentasi)

2. Bahan Material

Program ADD di Kecamatan Kota Pinang berlangsung pada tahun 2009

dengan program anggaran keluar tahun 2010, di mana kegiatan sebelum adanya ADD

disebut dengan Bantuan Anggaran Desa. Adapun kegiatan sebelum adanya Program

ADD dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Berdasarkan Tabel 4.7 terlihat bahwa program Bantuan Anggaran Desa belum

mampu memberikan manfaat bagi masyarakat. Hal ini disebabkan anggaran dana

yang diterima masing-masing desa belum bisa memberikan manfaat bagi masyarakat

Kecamatan Kota Pinang Kecamatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan.

Sedangkan kegiatan setelah adanya Program ADD dapat dilihat pada Tabel

4.8. Pada Tabel 4.8 dapat dijelaskan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar dalam

progam ADD adalah prasarana pemerintahan pedesaan dengan kegiatan: tunjangan

penghasilan aparat desa, biaya opersional pemerintah desa, biaya akomodasi dan

(60)

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan sesuai dengan

Bentuk Kegiatan Lokasi Capaian (%)

1.000.000 Rehabilitasi Jalan setapak

(61)

Tabel 4.8. Aktivitas Setelah Menerima ADD Kecamatan Kota Pinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan

No Nama Program Dana (Rp)

Bentuk Kegiatan Lokasi Capaian

(%)

Manfaat

Pemenuhan Kebutuhan Dasar

1 Prasarana Pemerintahan

42.568.500 Tunjangan Penghasilan Aparat Desa

29.797.900 Bantuan Oprasional Tim PKK

(62)

Penguatan kelembagaan desa dalam program ADD adalah pemberdayaan

masyarakat pedesaan dengan kegiatan: bantuan operasional Tim PKK, bantuan

operasional LKMD (LPM), bantuan pengembangan sosial, dan bantuan peningkatan

ekonomi masyarakat yang manfaatnya meningkatkan kemampuan lembaga

kemasyarakatan di desa dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian

pembangunan serta partsipatif sesuai dengan potensi yang dimiliki dan meningkatkan

pemerataan pendapatan, kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat desa.

Kegiatan ekonomi dalam program ADD adalah sarana dan prasarana pedesaan

dengan kegiatan pembangunan infrastruktur pedesaan yang manfaatnya

memperlancar perekonomian masyarakat dan terciptanya pemerataan pendapatan,

kesempatan kerja dan berusaha bagi masyarakat desa dalam rangka pengembangan

sosial ekonomi masyarakat desa.

Pengelolaan Bantuan Langsung Alokasi Dana Desa (ADD) harus berpedoman

pada prinsip-prinsip pengelolaan, yang meliputi:

a. Penyaluran dana harus langsung ditujukan kepada pengelola/penerima.

b. Rencana kegiatan dilakukan dengan tertib dan harus dapat diketahui oleh seluruh

lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.

c. Seluruh kegiatan harus dapat dipertanggungjawabkan baik secara teknis maupun

administrasi.

d. Pelaksanaan ADD harus sudah selesai pada akhir bulan Desember tahun anggaran

Gambar

Gambar 2.1.
Tabel 3.1. Variabel, Jenis dan Sumber Data Penelitian
Tabel 3.2. Populasi dan Sampel Desa Penelitian
Tabel 3.3. Operasional Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi informasi ilmiah daun bangun-bangun yaitu dengan dilakukannya uji aktivitas antioksidan dari daun bangun-bangun ini diharapkan

Konsep yang tidak lebih baik maupun tidak lebih buruk diberikan lambang nol (0). Dari ketiga keputusan itu dihitung jumlah tambah, setrip, dan nol. Konsep dengan

siswa dalam memecahkan suatu masalah dengan melakukan langkah- langkah seperti merencanakan dan melakukan pengamatan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan dapat

bahwa senyawa utama yang terdapat dalam daun bangun-bangun yaitu polifenol,. saponin, glikosida flavonol dan minyak atsiri (Santoso dan

Matsuda 2002;2004). Kerentanan lingkungan setelah distandarisasi akan menghasilkan peta seperti pada Gambar 17. Peta komposit kerentanan lingkungan menunjukkan bahwa Pulau

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah penelitian hukum normatif dengan pendekatan empiris yang menggunakan bahan-bahan hukum atau data-data

Informan: Kemudian untuk mewujudkannya, kepalas sekolah, semua guru, komite sekolah dilatih dan didampingi oleh para fasilitator dari FITK UIN Walisongo.

2 Kabupaten Sorong bertujuan agar memberikan pengetahuan kepada siswa SMA/SMK dan SMP tentang perlunya kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitar dari kerusakan yang