• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permintaan Uang Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Permintaan Uang Di Indonesia"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

TESIS

Oleh

MAISARAH NASUTION

087018053/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MAISARAH NASUTION

087018053/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA Nama Mahasiswa : Maisarah Nasution

Nomor Pokok : 087018053

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Dede Ruslan, M.Si) Ketua

(Dr. Murni Daulay, M.Si) Anggota

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 12 Januari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Dede Ruslan, M.Si Anggota : 1. Dr. Murni Daulay, M.Si

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan tesis yang berjudul:

“ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA”

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, 20 Januari 2011 Yang membuat pernyataan

(6)

ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

Maisarah Nasution, Dr. Dede Ruslan, M.Si dan Dr. Murni Daulay, M.Si

ABSTRAK

Dalam keadaan yang jarang ditemui keadaan seimbang antara jumlah uang yang dipegang dengan jumlah uang yang diinginkan atau diharapkan maka permasalahan permintaan uang menjadi sangat menarik untuk dilakukan penelitian. Dalam keadaan dinamis, masyarakat harus melakukan tindakan penyesuaian tersebut, masyarakat menanggung biaya penyesuaian. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh produk domestik bruto (PDB), tingkat bunga (IR), dan tingkat inflasi (INF) terhadap permintaan uang (M) di Indonesia.

Data diperoleh dari data sekunder yaitu permintaan uang, produk domestik bruto, tingkat bunga, dan tingkat inflasi tahun 1980-2009 (30 observasi). Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Error Correction

Mechanism (ECM) yang diuji menggunakan uji unit root dan uji kointegrasi.

Secara serempak (bersama) variabel independen (PDB, IR, INF) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (M). Secara parsial variabel independen PDB mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (M), sedangkan variabel IR dan INF berpengaruh negatif terhadap M.

(7)

ANALISYS OF DEMAND FOR MONEY IN INDONESIA

Maisarah Nasution, Dr. Dede Ruslan, M.Si and Dr. Murni Daulay, M.Si

ABSTRACT

In a condition which is rarely seen by the equilibrium between total of on-hold money with a total of on-demand for money so the cases of money demanded become really interesting for a research to be done. In a dynamic condition, the community take the adjustment cost. The objectives of this research are to analyze the influence of gross domestic product (GDP), interest rate (IR), inflation rate (INF) on the demand for money (M) In Indonesia.

The datas are obtained from the secondary datas which are the demand for money, gross domestic product, interest rate, inflation rate from 1980 to 2009 (30 observations). This research uses the method of Ordinary Least Square (OLS) and Error Correction Mechanism (ECM). In Error Correction Mechanism (ECM), which is tested by unit root test and cointegration test.

Simultaneosly, independent variables (GDP, IR, INF) have significant influences towards dependent variables. Partially, independent variables (GDP) have significant and positive influence towards the dependent variable (demand for money), while interest rate variable and inflation rate variable have significant and negative influence towards the demand for money.

Keyword: Demand for Money, GDP, Interest Rate, Inflation Rate.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kepada Allah SWT yang telah memberikan

kekuatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Dalam penyelesaian penulisan tesis ini, penulis banyak dibantu oleh berbagai

pihak, baik dalam bentuk moril, bimbingan maupun arahan, sehingga sesuai dengan

aturan yang telah ditentukan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, M.Ec, selaku Ketua Program Studi

Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera

Utara.

3. Bapak Dr. Dede Ruslan, M.Si, dan Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, selaku Dosen

Pembimbing yang telah memberikan waktu, perhatian dan dukungan dalam

penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Dr. Jonni Manurung, MS, Dr. Rahmanta, M.Si, dan Drs. Rujiman, MA

sebagai Dosen Pembanding yang telah memberikan masukan dan saran atas

penulisan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan

(9)

6. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Program Studi Magister Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

7. Rasa terima kasih yang mendalam khususnya penulis sampaikan kepada

kedua orang tua Drs. H. Syarifuddin Nasution dan Hj. Zulaika Sari Siregar

serta adikku tersayang Hj. Fatimatuzzahra Nasution, SS yang senantiasa

mendo’akan dan memberikan semangat, perhatian dan kasih sayang dalam

penyelesaian studi ini.

8. Teman-teman mahasiswa pada Program Studi Magister Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara khususnya

Angkatan XVI yang telah mendorong dan mengingatkan penulis untuk

menyelesaikan tesis ini.

9. Rekan-rekan kerja pada Bagian Administrasi Pembangunan Setda Kota

Medan yang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan studi ini.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

dan memberikan dorongan baik langsung maupun tidak langsung kepada

penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Akhir kata penulis menyadari bahwa apa yang tertuang dalam tesis ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk

perhatian tesis ini senantiasa penulis harapkan.

Mudah mudahan penulisan tesis ini dapat memberikan banyak manfaat

sehingga memperkaya khazanah ilmu pengetahuan di bidang ekonomi pembangunan

(10)

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang akan

menyusun penulisan tesis. Akhir kata semoga segala usaha dan niat baik yang

dilakukan mendapat ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Medan, 20 Januari 2011 Penulis,

(11)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Maisarah Nasution

Tempat/Tgl Lahir : Medan, 5 Januari 1986

Alamat : Jl. Tuba IV No. 18 Medan

Pekerjaan : PNS

Status : Belum Menikah

Nama Orang Tua

Ayah : Drs. H. Syarifuddin Nasution

Ibu : Hj. Zulaika Sari Siregar

Nama Adik : Hj. Fatimatuzzahra Nasution, SS

Pendidikan

a. SD : SDN 064975

b. SMP : Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Medan

c. SMA : Madrasah Aliyah Negeri 2 Medan

d. S1 : Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

e. S2 : Sekolah Pascasarjana Program Ekonomi Pembangunan

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

RIWAYAT HIDUP... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Manfaat Penelitian... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

2.1. Landasan Teori ... 9

2.2. Teori Permintaan Uang... 14

2.2.1. Teori Permintaan Uang Klasik... 14

2.2.2. Teori Permintaan Uang Keynes... 16

(13)

2.4. Pengembangan Model Permintaan Uang... 22

2.5. Model Empiris Permintaan Uang... 27

2.6. Model Kecepatan Perputaran Uang... 29

2.7. Mekanisme Keterkaitan Variabel yang Diamati dengan Permintaan Uang ... 30

2.7.1. Produk Domestik Bruto dengan Permintaan Uang... 30

2.7.2. Tingkat Bunga dengan Permintaan Uang... 32

2.7.3. Tingkat Inflasi dengan Permintaan Uang... 37

2.8. Penelitian Sebelumnya... 41

2.9. Kerangka Pemikiran... 44

2.10. Hipotesis... 45

BAB III. METODE PENELITIAN... 46

3.1. Ruang Lingkup Penelitian... 46

3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 46

3.3. Pengolahan Data... 46

3.4. Model Analisis... 47

3.5. Uji Kesesuaian (Test Goodness of Fit)... 48

3.6. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik... 48

3.6.1. Multikolinearitas... 49

3.6.2. Autokorelasi... 49

3.6.3. Normalitas... 50

(14)

3.7. Metode Analisis... 52

3.7.1. Uji Akar Unit (Unit Root Test)... 52

3.7.2. Uji Kointegrasi... 53

3.7.3. Error Correction Mechanism... 53

3.8. Definisi Operasional... 55

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 56

4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia... 56

4.2. Perkembangan Jumlah Uang Beredar... 59

4.3. Perkembangan Produk Domestik Bruto... 63

4.4. Perkembangan Tingkat Bunga... 70

4.5. Perkembangan Inflasi di Indonesia... 75

4.6. Analisis dan Pembahasan……….. 80

4.7. Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)... 80

4.8. Uji Asumsi Klasik... 82

4.8.1. Multikolinearitas... 82

4.8.2. Uji Autokorelasi... 83

4.8.3. Uji Normalitas……… 84

4.8.4. Uji Linieritas……….. 84

4.9. Hasil Estimasi……… 85

4.9.1. Hasil Uji Akar Unit (Unit Root Test) dan Derajat Integrasi.. 85

4.9.2. Hasil Uji Kointegrasi………. 88

(15)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 92

5.1. Kesimpulan……….... 92

5.2. Saran……….. 94

(16)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar, Produk Domestik Bruto,

Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi... 5

4.1. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar di Indonesia Periode 1980- 2009 ... 62

4.2. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto di Indonesia Periode 1980-2009 ... 70

4.3. Pertumbuhan Tingkat Bunga di Indonesia Periode 1980-2009... 71

4.4. Pertumbuhan Tingkat Inflasi di Indonesia Periode 1980-2009... 79

4.5. Uji Multikolinearitas... 83

4.6. Uji Autokorelasi... 83

4.7. Uji Linieritas... 84

4.8. Hasil Estimasi ADF dan Derajat Integrasi untuk Uji Akar Unit... 86

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1.1. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar, PDB, Tingkat Bunga dan

Tingkat Inflasi ... 5

2.1. Faktor-faktor Penentu Permintaan Uang ... 28

2.2. Permintaan Uang untuk Transaksi dan Berjaga-jaga... 31

2.3. Penurunan Kurva LM... 36

2.4. Kerangka Pemikiran... 44

4.1. Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Indonesia Periode 1980- 2009... 62

4.2. Perkembangan PDB Indonesia Tahun 1980-2009... 70

4.3. Perkembangan SBI di Indonesia... 71

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian... 97

2. Hasil Estimasi OLS ... 98

3. Uji Multikolinearitas ... 99

4. Uji Autokorelasi ... 100

5. Uji Normalitas ... 101

6. Uji Linieritas ... 102

7. Uji Akar Unit Permintaan Uang ... 103

8. Uji Akar Unit Produk Domestik Bruto ... 104

9. Uji Akar Unit Tingkat Bunga ... 105

10. Uji Akar Unit Inflasi ... 106

11. Uji Kointegrasi ... 107

(19)

ANALISIS PERMINTAAN UANG DI INDONESIA

Maisarah Nasution, Dr. Dede Ruslan, M.Si dan Dr. Murni Daulay, M.Si

ABSTRAK

Dalam keadaan yang jarang ditemui keadaan seimbang antara jumlah uang yang dipegang dengan jumlah uang yang diinginkan atau diharapkan maka permasalahan permintaan uang menjadi sangat menarik untuk dilakukan penelitian. Dalam keadaan dinamis, masyarakat harus melakukan tindakan penyesuaian tersebut, masyarakat menanggung biaya penyesuaian. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh produk domestik bruto (PDB), tingkat bunga (IR), dan tingkat inflasi (INF) terhadap permintaan uang (M) di Indonesia.

Data diperoleh dari data sekunder yaitu permintaan uang, produk domestik bruto, tingkat bunga, dan tingkat inflasi tahun 1980-2009 (30 observasi). Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan Error Correction

Mechanism (ECM) yang diuji menggunakan uji unit root dan uji kointegrasi.

Secara serempak (bersama) variabel independen (PDB, IR, INF) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (M). Secara parsial variabel independen PDB mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (M), sedangkan variabel IR dan INF berpengaruh negatif terhadap M.

(20)

ANALISYS OF DEMAND FOR MONEY IN INDONESIA

Maisarah Nasution, Dr. Dede Ruslan, M.Si and Dr. Murni Daulay, M.Si

ABSTRACT

In a condition which is rarely seen by the equilibrium between total of on-hold money with a total of on-demand for money so the cases of money demanded become really interesting for a research to be done. In a dynamic condition, the community take the adjustment cost. The objectives of this research are to analyze the influence of gross domestic product (GDP), interest rate (IR), inflation rate (INF) on the demand for money (M) In Indonesia.

The datas are obtained from the secondary datas which are the demand for money, gross domestic product, interest rate, inflation rate from 1980 to 2009 (30 observations). This research uses the method of Ordinary Least Square (OLS) and Error Correction Mechanism (ECM). In Error Correction Mechanism (ECM), which is tested by unit root test and cointegration test.

Simultaneosly, independent variables (GDP, IR, INF) have significant influences towards dependent variables. Partially, independent variables (GDP) have significant and positive influence towards the dependent variable (demand for money), while interest rate variable and inflation rate variable have significant and negative influence towards the demand for money.

Keyword: Demand for Money, GDP, Interest Rate, Inflation Rate.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Permintaan masyarakat akan uang sangat besar, sehingga jarang sekali

ditemui keadaan seimbang antara jumlah uang yang diminta dengan jumlah uang

yang ditawarkan. Permintaan ini menjadi sangat besar dikarenakan dengan uang

semua kegiatan menjadi lancar dan mudah. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan

yaitu tukar menukar, pembayaran, satuan hitung. Dengan uang masyarakat dapat

memperoleh barang tanpa harus melakukan sistem barter yang tidak jarang nilai

diantara kedua barang tersebut berbeda, sehingga dapat merugikan keduanya. Pada

sistem ini, kalau ingin memperoleh suatu barang maka harus mengorbankan barang

yang dimiliki yang jauh lebih berharga, misalnya hanya untuk memperoleh ubi harus

mengorbankan harta milik sendiri seperti emas.

Definisi mengenai uang sangatlah beragam sehingga sulit untuk diambil

kesimpulan mengenai hal tersebut. Untuk itu dalam mempermudah penyatuan

persepsi mengenai uang, maka diambillah pengertian yaitu uang merupakan suatu alat

yang dapat diterima secara umum oleh masyarakat yang dapat dijadikan sebagai alat

transaksi. Permintaan akan uang berhubungan dengan berbagai faktor makro dan

mikro, yang diantaranya tingkat bunga.

Tingkat bunga digunakan untuk menstabilkan jumlah uang beredar pada

(22)

tinggi tingkat bunga, maka jumlah uang beredar semakin berkurang. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat bunga, maka jumlah uang beredar semakin bertambah.

Tingkat bunga dalam hal ini tingkat bunga SBI.

Sejak pertama kali diperkenalkan pada tahun 1983 SBI adalah alat moneter

yang bisa diandalkan untuk menstabilkan kondisi perekonomian nasional. Dengan

menurunkan suku bunga SBI bank sentral dapat melakukan ekspansi atau kontraksi

moneter. Ketika uang beredar sangat terbatas, bank sentral melakukan ekspansi

moneter dengan menurunkan suku bunga SBI. Ketika uang beredar terlalu besar,

dilakukan kontraksi moneter untuk menarik sebagian dana yang beredar di pasar

dengan menaikkan suku bunga SBI. Kendali moneter itu bisa dilakukan setiap saat

karena SBI didesain untuk jangka waktu yang berbeda-beda yaitu 1 bulan dan 3

bulan.

Kemudian pada tingkat inflasi selalu mengalami kecenderungan untuk naik.

Hal ini terlihat pada saat krisis ekonomi pada tahun 1997 yang telah membuat

perekonomian Indonesia merosot cukup tajam. Dalam menanggulangi hal ini

diperlukan waktu yang relatif cepat untuk membuatnya menjadi stabil seperti

sebelumnya. Berbagai instrumen moneter digunakan untuk mengatasi hal ini.

Selanjutnya kaitan antara tingkat inflasi dengan jumlah uang beredar bisa dua

arah yaitu positif atau negatif. Kalau tingkat inflasi berhubungan positif dengan

jumlah uang beredar berarti faktor ketidakpastian di masa yang akan datang menjadi

(23)

beredar berarti bahwa faktor ketidakpastian di masa yang akan datang menjadi

rendah.

Berdasarkan Tabel 1.1 pada tahun 1998 produk domestik bruto mengalami

penurunan sebesar 13%. Pada periode ini terjadi krisis ekonomi akibatnya pendapatan

yang diperoleh masyarakat menjadi berkurang dan berlanjut pada penurunan

konsumsi terhadap barang-barang produksi. Kemudian perusahaan sebagai produsen

dengan seketika menurunkan jumlah produksinya. Barang-barang produksi terjadi

kelangkaan sehingga kenaikan tingkat inflasipun sulit untuk dihindarkan dengan nilai

sebesar 77,6%.

Pada tahun yang sama pula terjadi penurunan jumlah uang beredar sebesar

19%. Pada periode ini, masyarakat lebih berhati-hati dalam menghadapi suasana

ketidakpastian. Terjadinya kekhawatiran masyarakat akan rencana pembekuan

bank-bank telah mendorong penarikan dana secara tunai dan pengalihan simpanan dari

bank-bank yang dinilai lemah ke bank-bank yang dinilai kuat. Selanjutnya pada

tingkat bunga terjadi kenaikan untuk mengimbangi penurunan jumlah uang beredar.

Peristiwa di atas sudah sesuai dengan harapan teori yang akan dijelaskan lebih lanjut

dalam bab selanjutnya.

Pengaruh naiknya tingkat inflasi pada tahun 1998 sebesar 77,6% tidak

seketika meningkatkan jumlah uang beredar pada periode yang sama, tetapi hal

tersebut baru terlihat pada periode selanjutnya. Hal ini dikarenakan terjadi

(24)

perekonomian serta dalam hal ini terjadi proses pengembalian kepercayaan

masyarakat pada kondisi perekonomian yang berfluktuasi.

Selanjutnya pada periode tahun 1999 tingkat bunga yang mengalami

peningkatan yaitu sebesar 25%. Hal ini dilakukan untuk mengimbangi tingginya

jumlah uang beredar pada periode itu. Naiknya tingkat bunga tidak langsung

berpengaruh pada jumlah uang beredar.tetapi hal ini baru terlihat pada periode

berikutnya. Jumlah uang beredar menjadi turun sebesar 21%.

Kemudian pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan global. Pada periode itu

tingkat inflasi mengalami peningkatan. Dengan penetapan tingkat bunga sebesar

9,25% diharapkan tingkat inflasi dimasa mendatang turun. Hal ini terbukti dengan

tingkat inflasi turun menjadi 5% pada tahun 2009. Krisis keuangan global yang

melanda pada periode ini tidak begitu berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi.

Hal ini terlihat dari nilainya yang sebesar 6,18%. Stabilnya pertumbuhan ekonomi ini

disebabkan oleh masih kuatnya permintaan domestik terutama konsumsi swasta.

Selanjutnya jumlah uang beredar mengalami penurunan sebesar 5%. Untuk

menstabilkan jumlah uang beredar, maka dilakukanlah peningkatan tingkat bunga.

Hasilnya terlihat bahwa jumlah uang beredar pada tahun 2009 mengalami

(25)

Tabel 1.1. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar, Produk Domestik Bruto, Tingkat Bunga, dan Tingkat Inflasi

(26)

Oleh sebab itu, hal ini menunjukkan bahwa jumlah uang beredar, produk

domestik bruto, tingkat bunga dan tingkat inflasi di Indonesia terus mengalami

fluktuasi setiap tahunnya. Gambar juga menjelaskan adanya hubungan antara

masing-masing variabel, di mana terlihat kecenderungan perubahan produk domestik bruto,

tingkat bunga dan tingkat inflasi menyebabkan perubahan pada jumlah uang beredar.

Hal ini perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan pembangunan. Karena tujuan

pembangunan adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang semakin baik

dan stabil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

masyarakat.

Berbagai penelitian mengenai permintaan uang, sebelumnya telah banyak

dilakukan, yang salah satunya adalah Mohsen (2002) meneliti tentang stabilitas

permintaan uang di Korea dengan menggunakan pendekatan error correction

mechanism. Variabel yang digunakan adalah M1, M2, M3, pendapatan, tingkat

bunga, nilai tukar riil. Hasil empiris menunjukkan bahwa di Korea tidak ada agregat

moneter yang memiliki hubungan yang stabil dengan pendapatan, tingkat bunga dan

nilai tukar. Sehingga mengindikasikan semua observasi pada periode krisis Asia

Timur di atas tahun 1997 memiliki hubungan lebih tidak stabil. Mansur (2007)

mengkaji Cointegration Error Correction and the Demand For Money In

Bangladesh. Variabel yang digunakan yaitu uang riil, pendapatan riil, tingkat inflasi

dan tingkat bunga yang stabil setiap waktu. Dari penelitian ini menghasilkan bahwa

inflasi dan tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap permintaan uang. Sedangkan

(27)

Berdasarkan fenomena dan kajian terdahulu perlu ada penegasan apakah

jumlah uang beredar dipengaruhi oleh produk domestik bruto, tingkat bunga dan

tingkat inflasi dan oleh karena itu perlu ada penelitian lebih lanjut. Atas dasar itu,

tesis ini mencoba untuk menganalisis masalah faktor-faktor yang mempengaruhi

jumlah uang beredar.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang

akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Permintaan Uang

di Indonesia?

2. Bagaimana Pengaruh Tingkat Bunga terhadap Permintaan Uang di Indonesia?

3. Bagaimana Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Permintaan Uang di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis pengaruh Produk Domestik Bruto terhadap Permintaan

Uang di Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Bunga terhadap Permintaan Uang

di Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Permintaan Uang

(28)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai masukan yang bermanfaat bagi pemerintah atau bagi instansi-instansi

yang terkait dalam hubungannya dengan jumlah uang beredar.

2. Sebagai penambah wawasan bagi peneliti yang berkaitan dengan jumlah uang

beredar, produk domestik bruto, tingkat bunga dan tingkat inflasi.

3. Sebagai bahan studi dan literatur tambahan bagi mahasiswa/mahasiswi yang

ingin melakukan penelitian selanjutnya.

4. Sebagai bahan tambahan dan pelengkap terhadap penelitian yang sudah ada

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Pada masa lampau banyak orang mengatakan bahwa uang merupakan benda

yang aneh. Karena sebagian beranggapan kalau uang hanyalah sebuah kertas atau

logam tanpa nilai intrinsik. Uang baru berguna ketika dipakai untuk berbagai

keperluan. Berkaitan dengan uang ini, beberapa peneliti membuat definisi mereka

masing-masing tentang uang antara lain: Dornbursch (2008) mendefinisikan uang

sebagai alat pembayaran atau media pertukaran. Sedangkan Samuelson dan Nordhaus

(2004) berpendapat bahwa uang adalah segala sesuatu yang berfungsi sebagai alat

tukar yang diterima secara umum. Sehingga dari dua definisi tersebut dapat dibuat

kesimpulan bahwa uang merupakan suatu alat yang dapat diterima secara umum yang

dapat dijadikan sebagai alat dalam bertransaksi.

Beberapa fungsi uang dikemukakan oleh Dornbusch (2008) yaitu:

1. Uang sebagai media pertukaran, tidak memerlukan lagi persyaratan.

2. Penyimpan nilai (store of value), aset yang menjaga nilai sepanjang waktu.

3. Satuan hitung (unit of account), unit di mana harga dicantumkan dan catatan

disimpan.

4. Standar pembayaran di masa depan (standard of deferred payment), unit uang

(30)

Dalam perekonomian agar dapat digunakan uang juga harus memenuhi syarat-

syarat antara lain: (Manurung dan Rahardja: 2004)

1). Mudah dibawa (portability)

Syarat pertama agar suatu benda dapat digunakan sebagai uang adalah mudah

dibawa (portability). Dengan mudah dibawa kemana saja maka uang akan sangat

likuid karena dapat digunakan di mana saja dan kapan saja. Portability dari uang juga

meningkatkan kenyamanan dan rasa aman memegang uang, sebab uang dalam jumlah

besar dapat disimpan di tempat yang kecil, terlindung dan tidak diketahui oleh orang

lain.

2). Tahan lama

Uang juga harus tahan lama (awet), agar tidak perlu setiap saat ganti dengan

yang baru. Uang memang berpindah tangan dari tangan satu ke tangan yang lain tiap

harinya dan frekuensi perpindahannya sering, maka nilai fisik uang haruslah dijaga

jangan lekas rusak dan robek. Terpenuhinya syarat durability menyebabkan nilai

uang tidak lekas merosot karena fisik uang tidak lekas rusak.

3). Dapat dipecah menjadi unit-unit nilai yang lebih kecil (divisibility)

Selain mudah dibawa dan lama, uang juga harus dapat dipecah menjadi

unit-unit yang lebih kecil, agar mampu menjalankan fungsinya sebagai alat pembayaran

untuk transaksi-transaksi yang lebih kecil nilainya.

4). Dapat distandarisasi (standarizability)

Syarat ini harus dipenuhi agar pengguna uang tidak merasa ragu akan kualitas

(31)

perekonomian harus dapat dicetak/diperbanyak dengan kualitas standar. Tercakup

dalam arti kualitas standar adalah uang amat sulit bahkan kalau mungkin tidak dapat

dipalsukan.

5). Diakui (recognizability)

Salah satu syarat yang dipenuhi lagi adalah harus dapat diterima oleh

masyarakat. Jika syarat ini tidak terpenuhi, maka yang timbul adalah ketidakpastian

apakah uang yang mereka terima merupakan barang yang berharga atau sama sekali

tidak bernilai.

6). Nilainya stabil (stability of value)

Dalam hal ini stabil tidak berarti nilainya tetap melainkan tidak berfluktuasi

secara tajam. Nilai uang boleh berubah, namun fluktuasi perubahannya adalah relatif

kecil.

7). Jumlahnya mencukupi (elasticity of supply)

Jumlah uang beredar haruslah memenuhi kebutuhan perekonomian. Karena

itu bank sentral sebagai badan tunggal yang menciptakan uang (kartal) haruslah

mampu melihat perkembangan perekonomian yang selanjutnya mampu menyediakan

uang secara cukup bagi perekonomian. Sebaliknya, bank sental juga harus segera

bertindak manakala jumlah uang beredar terlalu banyak.

Instrumen kebijakan moneter yang digunakan untuk mengatasi kelebihan

(32)

1. Reserve requirement atau biasa disingkat dengan RR

Adalah ketentuan bank sentral yang mewajibkan bank-bank untuk

memelihara sejumlah alat-alat likuid (reserve) sebesar persentase tertentu dari

kewajiban lancarnya.

Semakin kecil persentase tersebut, semakin besar kemampuan bank

memanfaatkan reservenya untuk memberikan pinjaman dalam jumlah yang lebih

besar kepada masyarakat. Sebaliknya semakin besar persentase, semakin berkurang

kemampuan bank untuk memberikan pinjaman. Oleh karena itu pinjaman perbankan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi uang beredar. Di sinilah posisi RR

yang dapat menjadi alat untuk menambah atau mengurangi jumlah uang beredar.

Di samping itu penetapan besar kecilnya RR akan berdampingan terhadap

bunga. Makin tinggi RR, akan mengakibatkan suku bunga pinjaman meningkat

karena cost of loanable fund menjadi semakin tinggi. Sebaliknya rendah RR semakin

rendah pula suku bunga pinjaman (lending rate).

Apabila bank sentral memandang perlu untuk mengetatkan kebijakan moneter

cadangan wajib tersebut dapat ditingkatkan, dan demikian pula sebaliknya, Bank

Sentral juga berfungsi sebagai lender of the last resort. Dalam melaksanakan fungsi

ini, Bank Sentral dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip

syariah kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek yang

disebabkan oleh terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana.

Pinjaman tersebut pada umumnya berjangka waktu maksimal maksimal 90

(33)

serta mudah dicairkan dengan nilai sekurang-kurangnya sama dengan jumlah

pinjaman. Saat ini ketentuan mengenai RR yang juga dikenal dengan cadangan wajib

atau giro wajib minimum (GWM) adalah sebesar 5% dari dana pihak ketiga yang

diterima bank, yang wajib dipelihara dalam rekening bank yang bersangkutan

di Bank Indonesia.

2. Operasi pasar terbuka

Operasi pasar terbuka adalah kegiatan dari jual beli surat surat berharga oleh

bank sentral. Dalam kaitannya ini penjualan surat surat berharga oleh bank sentral

akan mempunyai dampak kontraksi moneter karena pengurangan alat-alat likuid

bank-bank akan memperkecil kemampuan bank-bank memberikan pinjaman.

Sebaliknya pembelian surat-surat berharga oleh bank sentral akan membawa dampak

ekspansi moneter karena peningkatan alat-alat likuid akan memperbesar

kemampuannya dalam pemberian pinjaman.

OPT dilaksanakan untuk mempengaruhi likuiditas rupiah di pasar uang, yang

pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat suku bunga. OPT dilakukan melalui dua

cara yaitu melalui perjualan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan intervensi rupiah

melalui Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (FASBI).

Penjualan SBI dilakukan melalui lelang sehingga tingkat diskonto yang terjadi

benar-benar mencerminkan kondisi likuiditas pasar uang. Sementara itu, kegiatan

intervensi rupiah dilakukan oleh bank sentral untuk menyesuaikan kondisi pasar

(34)

3. Fasilitas diskonto

Fasilitas diskonto adalah kebijakan moneter bank sentral untuk mempengaruhi

jumlah uang beredar melalui penetapan diskonto pinjaman bank sentral kepada

bank-bank. Dengan menetapkan tingkat diskonto yang tinggi diharapkan bank-bank akan

mengurangi permintaan kredit dari bank sentral yang pada gilirannya akan

mengurangi jumlah uang beredar. Sebaliknya penetapan diskonto yang rendah akan

mendorong bank-bank meningkatkan permintaan pinjaman bank sentral yang

selanjutnya akan menambah jumlah uang beredar.

4. Moral suassion

Selain instrumen-instrumen di atas bank sentral juga dapat melakukan

imbauan bank sentral juga dapat melakukan imbauan kepada bank-bank untuk

melakukan kebijakan tertentu. Imbauan ini bersifat tidak mengikat tetapi sebagai

lembaga yang kredibel imbauan bank sentral biasanya memiliki dampak yang cukup

efektif dalam kebijakan moneter.

2.2. Teori Permintaan Uang

Dalam menganalisis permintaan uang terdapat dua pandangan yaitu teori

permintaan uang klasik dan teori permintaan uang menurut Keynesian.

2.2.1. Teori Permintaan Uang Klasik

Teori permintaan uang klasik tercermin dalam teori kuantitas uang. Dengan

cara sederhana menjelaskan hubungan antara uang, harga, dan output (Dornbusch:

(35)

M V = PY ……….(1)

Di mana:

M = Jumlah uang beredar

V = Kecepatan uang berputar

P = Tingkat harga

Y = Output

Persamaan (1) adalah persamaan kuantitas uang yang menghubungkan tingkat

harga dan output dengan jumlah uang beredar. Persamaan kuantitas ini menjadi teori

kuantitas klasik uang, ketika kecepatan uang berputar dan tingkat output adalah tetap.

Output riil menjadi tetap karena perekonomian berada pada full employment dan

kecepatan diasumsikan tidak berubah banyak. Tak satupun dari asumsi ini terbukti,

meski demikian, menarik untuk diperhatikan bagaimana kesimpulan dari teori ini.

Jika V dan Y tetap, maka tingkat harga proporsional dengan jumlah uang beredar.

Teori kuantitas klasik menyatakan bahwa tingkat harga proporsional dengan

jumlah uang beredar:

Y MV P

Jika V Konstan, maka perubahan uang beredar menjadi perubahan PDB

(36)

2.2.2. Teori Permintaan Uang Keynes

Menurut pandangan Keynesian ada tiga motif orang memegang atau meminta

uang antara lain sebagai berikut: (Nanga, 2005)

1. Transaction motive, yaitu motivasi untuk memegang uang adalah keinginan

untuk mempermudah kegiatan transaksi atau untuk membiayai keperluan

transaksi. Dalam permintaan uang untuk keperluan transaksi, pandangan

klasik sama dengan pandangan Keynesian. Permintaan uang untuk transaksi

berhubungan positif dengan tingkat pendapatan. Bila pendapatan naik, maka

kebutuhan uang untuk transaksi meningkat.

2. Precautionary motive yaitu motif orang memegang uang untuk persiapan

menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan atau tidak terduga. Misalnya sakit

atau berhenti bekerja. Permintaan uang untuk berjaga-jaga ini juga sangat

bergantung pada besarnya pendapatan atau berhubungan positif dengan

tingkat pendapatan, di samping pendapatan, tingkat risiko yang mungkin

dihadapi juga akan mempengaruhi orang dalam memegang uang untuk

berjaga-jaga.

3. Speculative motive yaitu motivasi meminta uang untuk keperluan spekulasi.

Permintaan uang untuk spekulasi selalu berkaitan dengan upaya mencari

keuntungan. Peluang keuntungan akan diperoleh bila uang yang diminta

dibelikan obligasi yang jatuh temponya tidak terbatas (consol band) dan tidak

memiliki resiko tinggi. Dari pembelian obligasi tersebut akan diperoleh

(37)

2.3. Model Dasar Permintaan Uang

Model dasar permintaan uang riil memperhatikan tujuan individu untuk

memegang uang, yaitu tujuan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Model dasar

permintaan uang diformulasikan sebagai berikut (Manurung, 2009).

]

Di mana t = periode waktu, M = permintaan uang nominal, P = tingkat harga

umum, L = likuiditas, y = pendapatan riil, dan R = tingkat bunga nominal. Dari model

dasar ini diketahui bahwa Ly > 0 dan LR < 0, artinya permintaan uang naik jika

pendapatan riil naik dan permintaan uang turun jika tingkat bunga nominal naik.

Individu atau rumah tangga ingin memaksimalkan utilitas memegang uang sampai

waktu tak terhingga, sehingga fungsi utilitas memegang uang adalah

...

adalah faktor diskonto. Peningkatan konsumsi dan leha-leha akan meningkatkan

utilitas [uc, ul > 0], dan utilitas marginal dari konsumsi dan leha-leha semakin kecil

[ucc dan ull < 0]. Rumah tangga dapat meminjam atau memberi pinjaman sebesar

obligasi B dengan tingkat bunga nominal [R]. Jika B > 0 maka rumah tangga

memberi pinjaman dan jika B < 0 maka rumah tangga meminjam. Oleh sebab itu

kendala anggaran rumah tangga pada periode [t] adalah:

(38)

Komponen sebelah kiri persamaan merupakan jumlah sumber dana, yaitu

pendapatan nominal periode [t], saldo kas nominal periode [t-1], dan obligasi periode

[t-1] dan komponen sebelah kanan persamaan merupakan jumlah penggunaan dana,

yaitu konsumsi nominal periode [t], saldo kas nominal periode [t] dan obligasi

periode [t]. Pengaturan kendala anggaran rumah tangga pada periode [t+1] adalah

1

membahas masalah permintaan uang bukan permintaan obligasi dengan

menggunakan proses literatif sebagai berikut:

t

Persamaan (5) disebut kendala anggaran intertemporal atau intertemporal

budget constraint, yaitu kendala anggaran setiap periode sampai periode tak

berhingga. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa peningkatan harga akan

meningkatkan permintaan uang nominal untuk mengimbangi jumlah konsumsi atau

(39)

berhubungan positif dengan permintaan uang riil [mt]. Permintaan leha-leha

dengan maksimisasi fungsi utilitas:

...

Fungsi lagrange dari optimalisasi utilitas rumah tangga persamaan (7) dan

kendala persamaan (5) adalah

...

persamaan konsumsi riil dan permintaan stok uang nominal, yaitu:

(40)

akan menghasilkan persamaan-persamaan berikut:

(41)

Substitusi persamaan (12A) dan (12D) ke (10A) dan (10B) akan

menghasilkan permintaan uang riil sebagai berikut:

Persamaan (13) menjelaskan bahwa respons permintaan stok uang riil

terhadap konsumsi riil adalah positif, sebaliknya respons terhadap biaya memegang

uang atau tingkat bunga nominal adalah negatif, dengan syarat nilai [1 - ]   .

Perubahan konsumsi mempunyai efek langsung dan lebih kuat pada utilitas

dibandingkan dengan efek tidak langsung dari leha-leha. Artinya peningkatan utilitas

(42)

peningkatan leha-leha. Substitusi (13) ke hasil derivasi parsial (10A) dan (12.10B)

Komponen pertama kiri persamaan (14A) menjelaskan utilitas yang tersedia

untuk tambahan satu unit konsumsi dan komponen kedua menjelaskan utilitas yang

tersedia untuk tambahan satu unit leha-leha. Komponen kanan persamaan

menjelaskan utilitas marginal netto dari konsumsi, yaitu utilitas yang diperoleh secara

langsung akibat peningkatan satu unit konsumsi dikurang biaya dari leha-leha.

Komponen kiri persamaan (14B) menjelaskan utilitas marginal dari satu unit

leha-leha dikali unit leha-leha-leha-leha dari memegang uang riil. Komponen kanan menjelaskan

utilitas marginal netto dari satu unit uang atau utilitas marginal satu unit leisure dari

memegang uang sama dengan utilitas marginal dari satu unit uang dikali pendapatan

bunga per unit uang.

2.4. Pengembangan Model Permintaan Uang

Unsur ketidakpastian menyebabkan individu menentukan keputusan untuk

memegang stok uang kas dan aktiva keuangan lainnya, yaitu obligasi, saham, deposit

dan pinjaman sistem perbankan pada periode tertentu. Individu membagi endowment

(43)

dan [t+2] mengandung unsur ketidakpastian dalam konsumsi, sehingga ekspektasi

[R]. Persamaan (15) dapat ditulis kembali dalam bentuk persamaan:

2

lagrange dari ekspektasi utilitas dan FOC masing-masing adalah

(44)

]

Individu atau rumahtangga diasumsikan constant relative risk aversion

[CRRA] sehingga fungsi utilitas individu:

ditulis dalam bentuk:

(45)

Persamaan (19A) dan (19B) masing-masing menjelaskan permintaan uang

untuk tujuan transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi obligasi dan aktiva keuangan

lainnya. Nilai probabilitas adalah 0  q  1 dan individu atau rumah tangga enggan

risiko [   1] sehingga respons permintaan uang untuk berjaga-jaga dan transaksi

terhadap inflasi [] dan tingkat bunga nominal [R] adalah negatif. Respons

permintaan uang untuk spekulasi obligasi atau aktiva keuangan lainnya terhadap

tingkat bunga nominal [R] adalah negatif dan respons terhadap inflasi [] adalah

positif. Respons positif dari permintaan uang untuk spekulasi obligasi atau aktiva

(46)

ketidakpastian dan preferensi mengkonsumsi individu atau rumah tangga akan

menentukan permintaan uang untuk transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Menurut

persamaan (19A) dan (19B), elastisitas permintaan uang untuk transaksi, berjaga-jaga

dan spekulasi terhadap output agregat [Y] bersifat uniter jika q = 1.

Model permintaan uang untuk tujuan spekulasi dengan inventory-theory

approach berkembang kemudian. Model Baumol-Tobin menimbulkan dua

kemungkinan, yaitu endowmen awal sebagai uang dan endowmen awal sebagai

aktiva keuangan lainnya. Pada tingkat bunga nominal [R], setiap penukaran aktiva

keuangan lainnya menjadi uang menciptakan biaya transaksi [C] untuk setiap jumlah

transaksi [N]. Permintaan uang rata-rata adalah M = Y / 2N, sehingga total biaya

Dari (20B) ditunjukkan bahwa respons permintaan uang untuk spekulasi

(47)

respons terhadap tingkat bunga nominal adalah negatif. Secara periodik model

permintaan uang Baumol-Tobin dapat didefinisikan sebagai berikut:

5

Keseimbangan umum dari Baumol-Tobin menjelaskan tiga hal penting, yaitu:

pengaruh permintaan uang terhadap konsumsi dan tabungan, karakteristik permintaan

uang, dan pengaruh pertumbuhan uang terhadap alokasi riil perekonomian.

2.5. Model Empiris Permintaan Uang

Fungsi permintaan uang secara empiris tidak hanya ditentukan oleh

permintaan uang setiap periode akan tetapi juga ditentukan oleh unsur ketidakpastian

terhadap tingkat bunga dan tingkat harga. Adanya unsur ketidakpastian

mengakibatkan penyesuaian terhadap permintaan uang, yaitu:

]

merupakan ukuran dari kecepatan penyesuaian atau speed of adjustment. Perbedaan

permintaan uang dari periode [t+1] dan [t-1] mengakibatkan model permintaan uang

riil secara empiris dari persamaan (13) adalah:

t t

t

t y c R

(48)

Substitusi (26) ke (25) dengan asumsi bahwa ekspektasi permintaan uang riil

[mte] sama dengan (26), yaitu model permintaan uang riil secara empiris merupakan

model autoregression:

]

[ 0 1 2 3 1

1 

     

t t t t t

t m y c R m

m     

1 3

2 1

0    [1 ] 

t t t t

t y c R m

m      (27)

Persamaan (27) dapat ditaksir dengan OLS atau dengan berbagai teknik

ekonometrika lainnya. Jika terjadi penyesuaian penuh maka nilai  = 1 dan model

permintaan uang riil sama dengan (26), sebaliknya jika individu atau rumah tangga

tidak dapat melakukan penyesuaian penuh maka model permintaan uang riil (26)

berbeda dengan (27), atau permintaan uang tidak pasti.

R

M = P m[R, y, c]

M

Gambar 2.1. Faktor-faktor Penentu Permintaan Uang

Model empiris permintaan uang nominal atas menunjukkan tiga faktor

penting penentu permintaan uang riil, yaitu tingkat pendapatan riil, tingkat konsumsi

riil, dan tingkat harga umum. Peningkatan pendapatan riil, konsumsi riil rumah

(49)

Sebaliknya penurunan pendapatan riil, konsumsi riil dan harga umum akan

menurunkan skedul permintaan uang, seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1.

2.6. Model Kecepatan Perputaran Uang

Kecepatan perputaran uang merupakan rasio pendapatan nominal terhadap

stok uang nominal, yaitu:

] , [ t t

t

t t t t

R y L

y M

y P

V   (28)

Di mana:

V = Kecepatan perputaran uang

P = Tingkat harga

Y = Pendapatan riil

M = Permintaan uang nominal

R = Tingkat bunga nominal

L = Likuiditas

Persamaan (28) menjelaskan bahwa kecepatan perputaran uang tidak terlepas

dari pendapatan riil dan tingkat bunga. Respons kecepatan perputaran uang terhadap

pendapatan riil dan tingkat bunga nominal adalah positif atau peningkatan pendapatan

riil dan tingkat bunga nominal akan meningkatkan kecepatan perputaran uang.

Dengan kata lain kecepatan perputaran uang tidak konstan akan tetapi ditentukan oleh

(50)

2.7. Mekanisme Keterkaitan Variabel yang Diamati dengan Permintaan Uang

2.7.1. Produk Domestik Bruto dengan Permintaan Uang

Dalam bukunya yang berjudul the general theory of employment, interest and

Money (1936), Keynes mengemukakan ada tiga motif yang mendorong seseorang

atau masyarakat memegang uang tunai (motives for holding money). Tetapi dalam hal

ini yang berkaitan dengan pendapatan adalah dua dari ketiga ketiga motif Keynes,

yaitu: (Nanga, 2005)

1. Motif untuk transaksi (transaction motive).

2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive).

Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga (transaction and

precautionary demand for money) biasanya dinotasikan dengan Mt, dan menurut

(51)

Kedua motif di atas dapat dijelaskan melalui kurva berikut:

Sumber: Sukirno, 2004

Gambar 2.2. Permintaan Uang untuk Transaksi dan Berjaga-jaga

Kurva Mtp dalam Gambar 2.2 adalah kurva permintaan uang untuk tujuan

transaksi dan berjaga-jaga. Seperti telah diterangkan, permintaan uang untuk transaksi

dan berjaga-jaga ditentukan oleh pendapatan masyarakat atau pendapatan nasional.

Sifat hubungan inilah yang ditunjukkan dalam gambar tersebut. Sumbu datar

menunjukkan jumlah uang yang diminta dan sumbu tegak menunjukkan pendapatan

nasional. Kurva Mtp bergerak dari bawah kiri ke kanan atas dan bermula dari titik

origin. Kurva seperti ini berarti, semakin tinggi pendapatan nasional, semakin tinggi Yb

Ya

Mtp

Mb

Mtp 0

(52)

permintaan uang untuk transaksi. Ketika pendapatan nasional Ya, permintaan uang

adalah Ma dan ketika pendapatan nasional Yb, permintaan uang adalah Mb. Sifat

hubungan ini digambarkan oleh kurva Mtp.

2.7.2. Tingkat Bunga dengan Permintaan Uang

Tingkat bunga dengan permintaan uang dalam masyarakat berkaitan erat dan

memiliki hubungan yang negatif. Hal ini dapat terlihat dari semakin tinggi tingkat

bunga maka permintaan uang (jumlah uang beredar) akan semakin berkurang, dan

sebaliknya semakin rendah tingkat bunga dalam masyarakat, maka permintaan uang

(jumlah uang beredar) akan semakin meningkat. Dalam menggabungkan ketiga motif

untuk memegang uang secara bersama-sama ke dalam persamaan permintaan akan

uang, Keynes cermat dalam membedakan antara jumlah nominal dan jumlah riil.

Uang dinilai dari apa yang bisa dibeli. Kalau misalnya semua harga dalam

perekonomian meningkat dua kali (tingkat harga dua kali lipat), jumlah nominal uang

yang sama hanya akan dapat membeli separuh dari banyaknya barang. Keynes

kemudian memberi alasan bahwa orang ingin memegang sejumlah tertentu saldo

uang riil (jumlah uang dalam bentuk riil-real money balances) - suatu jumlah yang

ditunjukkan oleh ketiga motifnya akan berhubungan dengan pendapatan riil Y dan

dengan suku bunga i. Keynes menuliskan persamaan permintaan akan uang berikut

ini, yang dikenal sebagai fungsi preferensi likuiditas, yang menyatakan bahwa

permintaan akan saldo uang riil Md/P adalah fungsi dari (terkait dengan) i dan Y:

(53)

)

permintaan akan saldo uang riil berhubungan negatif dengan suku bunga i, dan tanda

positif di bawah Y artinya bahwa permintaan akan saldo uang riil dan pendapatan riil

Y berhubungan positif. Kesimpulan Keynes terhadap permintaan akan uang tidak

hanya berkaitan dengan pendapatan tetapi juga dengan suku bunga sebagai kemajuan

besar dari pandangan Fisher mengenai permintaan uang, di mana suku bunga tidak

mempunyai pengaruh terhadap permintaan akan uang.

Kaitan diantara keduanya dapat dilihat dengan menurunkan fungsi preferensi

likuiditas. Dengan menurunkan fungsi preferensi likuiditas untuk percepatan PY/M,

Teori Keynes mengenai permintaan akan uang mengimplikasikan bahwa percepatan

tidaklah konstan, tetapi berfluktuasi dengan pergerakan tingkat bunga. Persamaan

preferensi likuiditas dapat juga dituliskan sebagai:

)

diperoleh persamaan untuk percepatan sebagai berikut:

(54)

Dari persamaan diketahui bahwa permintaan uang berhubungan negatif

dengan tingkat bunga, ketika i naik, f (i,Y) turun, dan akibatnya percepatan naik.

Dengan kata lain, meningkatnya tingkat bunga mendorong orang untuk memegang

uang untuk sejumlah pendapatan, akibatnya tingkat perputaran uang (percepatan)

harus lebih tinggi. Alasan ini mengimplikasikan bahwa karena tingkat bunga

mempunyai fluktuasi yang signifikan, teori preferensi likuiditas dari permintaan akan

uang menunjukkan bahwa percepatan juga mempunyai fluktuasi yang signifikan.

Model Keynes mengenai permintaan akan uang untuk spekulasi memberikan

alasan lain mengapa percepatan menunjukkan fluktuasi yang signifikan. Apa yang

akan terjadi pada permintaan akan uang kalau pandangan mengenai tingkat normal

mengenai penurunan suku bunga berubah? Misalnya, bagaimana kalau masyarakat

memperkirakan suku bunga nominal mendatang lebih tinggi daripada suku bunga

normal saat ini? Oleh karena suku bunga kemudian lebih tinggi dari yang

diperkirakan di masa mendatang, lebih banyak masyarakat akan memperkirakan

harga obligasi akan turun dan akan mengantisipasi adanya kerugian modal. Perkiraan

tingkat pengembalian dari memegang obligasi akan turun, dan uang akan menjadi

relatif lebih menarik daripada obligasi. Akibatnya, permintaan akan uang meningkat.

Ini berarti bahwa f (i,Y) akan naik dan percepatan akan turun. Percepatan akan

berubah seiring dengan perubahan perkiraan mengenai tingkat normal suku bunga

di masa mendatang, dan perkiraan yang tidak stabil mengenai pergerakan suku bunga

(55)

salah satu alasan mengapa Keynes menolak pandangan bahwa percepatan

diperlakukan sebagai suatu konstanta.

Secara ringkas, teori preferensi likuiditas Keynes merumuskan tiga motif

untuk memegang uang: motif transaksi, motif berjaga-jaga dan motif spekulasi.

Walaupun Keynes mengambil komponen transaksi dan berjaga-jaga dari permintaan

uang proporsional dengan pendapatan, dia beralasan bahwa motif spekulasi akan

berhubungan negatif dengan tingkat suku bunga.

Model permintaan uang Keynes mempunyai implikasi penting bahwa

percepatan tidaklah konstan, tetapi berhubungan positif dengan suku bunga, yang

berfluktuasi secara signifikan. Teorinya juga menolak bahwa percepatan adalah

konstan, karena perubahan perkiraan masyarakat mengenai tingkat suku bunga

normal akan menyebabkan pergeseran dalam permintaan akan uang yang juga dapat

(56)

Sumber: Nanga (2005)

Gambar 2.3. Penurunan Kurva LM

Mt

Mt1

Mt0

Mt = f(Y)

Y0 Y1 0

Mt1

Mt0

Ms= Mt + Msp

0

0 0

i1

i0

Y0 Y1 Y

A

B

Msp1 Msp2 Msp

i1

i0

Msp1 Msp0 Msp

Msp=f(i)

i i

LM

(I) (II)

(III)

(57)

Kuadran (I) pada Gambar 2.3 menunjukkan hubungan berkebalikan antara

tingkat bunga i dan permintaan uang untuk spekulasi (Msp). Pada kuadran II,

ditunjukkan alokasi penawaran uang antara permintaan uang untuk tujuan transaksi

dan permintaan uang untuk tujuan spekulasi. Kuadran III menunjukkan hubungan

positip antara permintaan uang untuk transaksi dan tingkat pendapatan (Y0) yang

konsisten dengan tingkat bunga (i0) seperti ditunjukkan pada kuadran I. Perpotongan

antara tingkat Y0 dan tingkat bunga i0 akan menghasilkan sebuah titik yaitu titik A

pada kuadran IV.

Selanjutnya apabila tingkat bunga naik dari i0 menjadi i1 pada kuadran I, akan

meningkatkan biaya pemegangan uang (opportunity cost of holding money) dan

menurunkan permintaan uang untuk tujuan spekulasi dari Msp0 ke Msp1 pada kuadran

II. Penurunan permintaan uang untuk tujuan spekulasi ini akan menaikkan permintaan

uang untuk tujuan transaksi yaitu Mt0 ke Mt1, dan apabila jumlah uang beredar (Ms)

tidak mengalami perubahan, maka hal ini akan menyebabkan tingkat pendapatan naik

dari Y0 ke Y1 seperti tampak pada kuadran III. Perpotongan antara tingkat bunga

yang lebih tinggi (i0) dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Y1), akan

menghasilkan sebuah titik lain yaitu titik B pada kuadran IV.

2.7.3. Tingkat Inflasi dengan Permintaan Uang

Milton Friedman mengembangkan suatu teori mengenai permintaan atas uang

dalam artikelnya yang terkenal “The Quantity Theory of Money: A Restatement.

(58)

analisisnya mengenai permintaan atas uang selebarnya lebih dekat dengan teorinya

Keynes (Mishkin, 2008).

Seperti pendahulunya Friedman mengajukan pertanyaan tentang mengapa

orang memilih memegang uang. Daripada menganalisis motif-motif tertentu untuk

memegang uang, seperti yang dilakukan Keynes, Friedman secara menyatakan bahwa

permintaan atas uang harus dipengaruhi oleh faktor yang sama yang juga

mempengaruhi permintaan uang untuk suatu aset. Friedman kemudian

mengaplikasikan teori permintaan aset untuk uang.

Teori permintaan aset menunjukkan bahwa permintaan atas uang seharusnya

merupakan fungsi dari sumber daya yang tersedia pada individu (kekayaan mereka)

dan perkiraan tingkat pengembalian dari aset relatif terhadap perkiraan tingkat

pengembalian pada uang. Seperti Keynes, Friedman mengakui bahwa masyarakat

ingin memegang sejumlah tertentu dari saldo uang riil. Dengan alasan ini, Friedman

menyatakan rumus permintaan atas uang sebagai berikut:

)

(secara teknis, nilai diskonto sekarang terhadap seluruh perkiraan

pendapatan masa mendatang, tetapi lebih mudah dijelaskan sebagai

(59)

rm = perkiraan tingkat pengembalian atas uang

rb = perkiraan tingkat pengembalian atas obligasi

re = perkiraan tingkat pengembalian atas saham

ðe = perkiraan laju inflasi

tanda di bawah persamaan menunjukkan apakah permintaan atas berhubungan positif

(+) atau negatif (-) dengan masing-masing variabel yang terkait langsung di atasnya.

Oleh karena permintaan atas suatu aset berhubungan positif dengan kekayaan,

permintaan uang juga berhubungan positif dengan konsep kekayaan Friedman,

pendapatan permanen. Tidak seperti konsep pendapatan biasa, pendapatan permanen

mempunyai fluktuasi yang lebih kecil, karena beberapa pergerakan pendapatan

sementara. Sebagai contoh, dalam siklus usaha yang ekspansif, pendapatan naik

secara cepat, tetapi karena beberapa dari peningkatan ini bersifat sementara,

pendapatan rata-rata jangka panjang tidak berubah banyak. Oleh karena itu, ketika

ekonomi sedang berada di puncak (booming), pendapatan permanen naik lebih sedikit

daripada pendapatan biasa. Selama resesi, beberapa dari penurunan pendapatan

rata-rata bersifat sementara, dan rata-rata-rata-rata pendapatan jangka panjang turun lebih rendah

daripada pendapatan. Satu implikasi dari penggunaan konsep pendapatan permanen

Friedman sebagai penentu dari permintaan atas uang adalah bahwa permintaan atas

uang tidak akan berfluktuasi banyak dengan pergerakan siklus usaha.

Seorang individu dapat memegang beberapa bentuk kekayaan selain uang.

Friedman mengkategorikannya ke dalam tiga bentuk aset: obligasi, saham (saham

(60)

oleh perkiraan tingkat pengembalian atas uang. Tiga variabel terakhir dalam fungsi

permintaan uang. Tanda minus di bawah masing-masing variabel menunjukkan

bahwa ketika masing-masing variabel naik, permintaan atas uang akan turun.

Perkiraan tingkat pengembalian atas uang rm, yang muncul di ketiga variabel,

dipengaruhi oleh dua faktor:

1. Pelayanan yang disediakan oleh bank terhadap simpanan-simpanan yang

termasuk dalam uang beredar, seperti setoran dari penerimaan dalam bentuk

cek yang dibatalkan atau pembayaran otomatis dari tagihan-tagihan. Ketika

pelayanan ini naik, perkiraan tingkat pengembalian dari memegang uang

meningkat.

2. Pembayaran bunga atas saldo uang.

Variabel rb– rm dan re– rm menunjukkan perkiraan tingkat pengembalian atas

obligasi dan saham relatif terhadap uang, ketika perkiraan terus meningkat, maka

perkiraan tingkat pengembalian relatif atas uang turun, dan permintaan atas uang

turun. Variabel terakhir ðe –rm, menunjukkan perkiraan tingkat pengembalian atas

barang-barang relatif terhadap uang. Perkiraan tingkat pengembalian dari memegang

barang adalah tingkat perkiraan keuntungan modal yang terjadi ketika harganya naik

dan karenanya sama dengan perkiraan laju inflasi ðe. Kalau perkiraan laju adalah

10%, misalnya, maka harga-harga barang diharapkan naik sebesar 10% dan perkiraan

tingkat pengembaliannya adalah 10%. Ketika ðe–rm, perkiraan tingkat pengembalian

(61)

2.8. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Bahmani (2002) meneliti tentang Stabilitas

Permintaan Uang di Korea dengan menggunakan pendekatan error correction

mechanism. Variabel yang digunakan adalah M1, M2, M3, pendapatan, tingkat

bunga, nilai tukar riil. Hasil empiris menunjukkan bahwa di Korea tidak ada agregat

moneter yang memiliki hubungan yang stabil dengan pendapatan, tingkat bunga dan

nilai tukar. Sehingga mengindikasikan semua observasi pada periode krisis Asia

Timur di atas tahun 1997 memiliki hubungan lebih tidak stabil.

Hidayat (2006) meneliti tentang Hubungan Kausalitas dan Kointegrasi Antara

Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Selama

Periode 1970-2003. Dalam penelitiannya dilakukan uji unit root menunjukkan hasil

estimasi uji akar unit (unit root test) untuk jumlah uang beredar (JUB), inflasi (IHK),

dan pertumbuhan ekonomi (PDB) untuk derajat integrasi 0 (level) dan derajat

integrasi 1 (first defference). Melalui uji ADF dan PP memperlihatkan bahwa data

time series dari semua variabel yang diteliti tidak stasioner (non stationary) pada

derajad integrasi 1, I (0) atau tingkat level kecuali untuk variabel inlasi (IHK) yang

stasioner pada tingkat signifikan 1 persen baik dengan uji ADF maupun uji PP.

Namun semua variabel tersebut akan stasioner pada tingkat integrasi 1, I (1) atau first

defference pada tingkat signifikan 1-5 persen. Hal ini terlihat dari nilai ADF dan PP

statistik yang lebih besar dari critical value dari Mackinnon. Sehingga dapat

disimpulkan ke semua variabel yang diteliti terintegrasi pada derajad 1 (first

(62)

terdapat hubungan keseimbangan jangka panjang. Dengan pendekatan Granger

causality dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang searah antara

jumlah uang beredar dengan pertumbuhan ekonomi, hubungan searah antara

pertumbuhan ekonomi dan inflasi, hubungan searah antara jumlah uang beredar

dengan inflasi.

Kharie (2006) yang meneliti tentang hubungan kausal dinamis antara

variabel-variabel moneter utama dan output dengan pendekatan vector autoregression.

Variabel-variabel yang digunakan adalah suku bunga Riil SBI (RIR), jumlah uang

beredar riil (RM1), Nilai tukar Riil Rupiah terhadap USD (RER), Output Riil (GDP),

harga-harga (CPI). Hasil yang diperoleh yaitu kebijakan moneter di bawah sistem

nilai tukar mengambang dapat dijalankan dengan menjadikan suku bunga SBI jangka

waktu 1 bulan sebagai sasaran operasionalnya. Pilihan atas variabel ini selain

didasarkan pada besarnya respon negatif nilai tukar riil rupiah dan harga-harga

terhadap perubahan suku bunga riil SBI dan besarnya respon positif harga-harga

terhadap perubahan nilai tukar riil rupiah, juga didasarkan pada pengaruh negatif

perubahan variabel tersebut terhadap pertumbuhan jumlah uang beredar riil yang

relatif besar. Selain itu, perubahan suku bunga SBI (dibanding perubahan uang

primer) dapat memberikan sinyal arah kebijakan moneter yang lebih cepat dan jelas

terhadap pelaku pasar baik secara institusi maupun personal.

Mansur (2007) mengkaji Cointegration Error Correction and The Demand

For Money In Bangladesh. Variabel yang digunakan yaitu uang riil, pendapatan riil,

(63)

menghasilkan bahwa inflasi dan tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap

permintaan uang. Sedangkan pendapatan riil berpengaruh positif terhadap permintaan

uang.

Rangkuti (2008) mengkaji Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Uang Kartal di Indonesia. Variabel yang digunakan jumlah uang kartal, pendapatan

perkapita, tingkat inflasi, kurs, tingkar suku bunga. Metode yang digunakan dalam

analisis ini adalah Ordinary Least Square (OLS). Dari penelitian ini menghasilkan

bahwa pendapatan, inflasi, nilai tukar berpengaruh positif terhadap permintaan uang

kartal sedangkan tingkat suku bunga memiliki pengaruh negatif terhadap permintaan

uang kartal.

Sidiq (2005) mengkaji Stabilitas Permintaan Uang di Indonesia: Sebelum dan

Sesudah Perubahan Sistem Nilai Tukar. Variabel yang digunakan permintaan uang,

tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat bunga luar negeri, pendapatan riil, tingkat

inflasi dan nilai tukar. Dalam analisa jangka pendek menunjukkan bahwa variabel

GDP berpengaruh signifikan dan positif terhadap permintaan uang riil baik untuk

M1dan M2. Variabel tingkat suku bunga dalam negeri (deposito) mempunyai

pengaruh positif terhadap permintaan uang. Variabel tingkat inflasi mempunyai

pengaruh negatif terhadap permintaan uang. Variabel nilai tukar juga secara statistik

berpengaruh signifikan positif terhadap permintaan uang riil baik untuk M1 dan M2

artinya bila nilai rupiah terdepresiasi terhadap dolar US akan meningkatkan

permintaan uang riil di Indonesia. Hal ini terjadi karena masyarakat banyak

(64)

dan jasa akibat depresiasi rupiah. Dan persentase kenaikan permintaan uang nominal

lebih besar dari persentase kenaikan harga sehingga permintaan uang riil akan

meningkat.

Sulaiman (2008) mengkaji tentang Permintaan Uang di Indonesia dengan

Pendekatan Stok Penyangga. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

produk domestik bruto, suku bunga deposito 3 bulan, dan inflasi dengan

menggunakan data triwulan. Metode yang digunakan dalam analisis ini yaitu

Ordinary Least Square (OLS), Error Correction Mechanism (ECM), dan Vector

Autoregression (VAR). Dalam analisis ini menghasilkan bahwa produk domestik

bruto dan inflasi mempunyai pengaruh positif dan suku bunga deposito 3 bulan

mempunyai pengaruh negatif.

2.9. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran

Pendapatan Domestik Bruto

Tingkat Bunga

Tingkat Inflasi

(65)

2.10. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian yang

kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas,

maka hipotesis adalah sebagai berikut:

1. Produk domestik bruto berpengaruh positif terhadap permintaan uang

di Indonesia.

2. Tingkat Bunga berpengaruh negatif terhadap permintaan uang di Indonesia.

Gambar

Gambar 1.1. Pertumbuhan Jumlah Uang Beredar, PDB, Tingkat Bunga, dan Tingkat Inflasi
Gambar 2.2. Permintaan Uang untuk Transaksi dan Berjaga-jaga
Gambar 2.3. Penurunan Kurva LM
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Asmidar (2018) dengan judul “Hubungan Kebiasaan Merokok Anggota Keluarga Di Dalam Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Usia

Terdapat 2 jenis pompa yang dibutuhkan pada sistem kali ini, yaitu pompa yang digunakan untuk mendinginkan air menuju ke chiller , dan pompa yang digunakan

Perbedaan dengan penelitian peneliti yaitu terdapat pada variabel penelitian (usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, dan hipertensi) pada kejadian PJK. Karyadi Semarang”

Penampilan Beberapa Genotip Jagung Protein Mutu Tinggi (QPM) pada Lahan Kering dan Lahan Sawah.. Badan Penelitian

Inkonsistensi struktural didalam pengangkatan dan penempatan guru sebagaimana diangkat didalam literatur sekunder berhubungan hanya dengan guru-guru PNS karena guru-guru kontrak

Sebaliknya apabila manusia memilih amal munkar, maka apa yang mereka lakukan tiada nilai dihadapan Allah swt dalam kata lain yang dilakukan hanyalah amalan yang sia-sia atau

Berdasarkan beberapa uraian yang telah dikemukakan diatas dimana investasi swasta, pengeluaran pemerintah, serta penyerapan tenaga kerja sangat mempengaruhi

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah membuat suatu sistem pemesanan barang berbasis web yang dapat membantu untuk memperoleh informasi berkaitan furniture yang dipasarkan