DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Barry Maitland, 1985, Shopping Mall: Planning and Design, Langman Group Limited, New York
ULI-The Urban Land Institute, 1977, Shopping Centre Development Handbook, Washington DC
Neufert, Ernets, 1996, Data Arsitek Jilid 1, Penerbit Erlangga, Jakarta Neufert, Ernets, 1996, Data Arsitek Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta Perda, 2006, Izin Mendirikan Banguan, Deli Serdang
Permen PU, 2014, Pedoman Perencanaan, Penyediaan, dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Jaringan Pejalan Kaki di Kawasan Perkotaan, Deli Serdang
BAPPENAS, 1999-2009, RTRW, Deli Serdang
Jurnal :
Planesa, 2012, Konsep Perencanaan Kawasan Perdagangan Koridor Jalan Tirtayasa, Kota Serang dengan Pendekatan Pedestrianisasi (memanusiakan pejalan kaki), Vol 2, Nomor 1, mei 2012
Taufan Hidjaz, 2007, Dimensi Interior, VOL. 5, NO. 2, Desember 2007: 61-70 Sintia Dewi Wulanningrum, 2014, Elemen-elemen Pembentuk Kota yang Berpengaruh terhadap Citra Kota, Volume 10 (2): 197-204, Juni 2014
Internet :
http://arsigraf.blogspot.co.id/2015/10/pengertian-definisi-mall-menurut.html http://herijurnalis.blogspot.co.id/2007/10/menggali-potensi-pusat-perbelanjaan-di.html
https://teematoe.files.wordpress.com/2013/03/saint-exupery-tgv_station_lyon.jpg,2016
http://microchem.co.id/gallery/29-ex-plaza-indonesia,2016
http://www.archdaily.com/241265/hashimoto-konoha-mall-jerde http://www.archdaily.com/36987/namba-parks-the-jerde-partnership
http://www.archdaily.com/501561/fuzhou-wusibei-thaihot-plaza-spark-architects
BAB III
METODOLOGI
3.1 Metode Penelitian
Jenis penilitian yang di pakai pada perancangan ini menggunakan metode kualitatif dengan penelitian deskriptif. Metode penelitian dengan penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan proses atau peristiwa yang sedang berlaku pada saat ini di lapangan yang dijadikan objek penelitian, kemudian data atau informasinya di analisis sehingga diperoleh suatu pemecahan masalah.(Sugiyono, 2012:1).
Menurut buku Metode Penelitian untuk Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif karangan Dr. Elvinaro Ardianto mencirikan metode kualitatif deskriptif sebagai berikut : Metode kualitatif deskriptif menitik beratkan pada observasi dan suasana alamiah (natural setting). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Ia membuat kateogri perilaku, mengamati gejala, dan mencatatnya dalam buku observasi. Ia tidak berusaha untuk memanipulasi variabel.” (Ardianto, 2011:60)
3.2 Teknik Pengumpulan Data
A.Observasi
Yaitu pengumpulan data dengan cara survey kelapangan. Mengamati permasalahan yang ada pada tapak dan mencatat data-data tapak, potensi tapak dan mengambil gambar yang dibutuhkan.
B. Metode Literatur
Metode literature adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari literature-literatur proyek yang sejenis dengan perancangan pusat perbelanjaan batang kuis. Data lain yang di butuhkan untuk perancangan ini adalah data primer dan sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui observasi / survey langsung ke lokasi perancangan.
Data primer tersebut di antaranya adalah : - Kondisi Tata Guna Lahan
- Kondisi Sirkulasi - Kondisi Ruang Terbuka - Kondisi Pedestrian - Kondisi Penanda
- Kondisi Pendukung Kegiatan - Kondisi Preservasi
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh langsung, tanpa melakukan survey maupun pengamatan langsung yang dapat diperoleh dari sumber-sumber terkait, seperti:
Data mengenai kondisi lokasi perancangan, pencapaian lokasi yang diperoleh dari google earth dan geoogle maps.
Data mengenai tata guna lahan, data ini dapat diperoleh dari pihak Bappeda Kabupaten Deli Serdang
Data jumlah penduduk di Deli Serdang dan jumlah wisatawan yang diperoleh dari BPS
C. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menelaah teori-teori, pendapat-pendapat serta pokok-pokok pikiran yang terdapat dalam media cetak, khususnya buku-buku yang menunjang dan relevan dengan masalah yang dibahas dalam penelitain.(Sarwono, 2010:34-35:).yaitu:
Memperoleh data melalu buku-buku Memperoleh data dari jurnal
Memperoleh data dari teori-teori ahli
1.3Teknik Diagnosa/Analisa
3.4 Kerangka Pendekatan
Diagram 3.1 Kerangka pendekatan (sumber : Olahan sendiri,2016)
Metode penelitian
Metode yang dipakai adalah metode kualitatif dengan
penelitian deskriptif
Pengumpulan Data
Observasi
1 . Survey lapangan
2 . Mencatat data tapak
3 . Mengambil gambar
Metode literatur
Mengumpulkan data literature-literatur proyek sejenis. Studi Pustaka
Mengumpulkan data melalui buku, jurnal dan teori para ahli.
Data Primer Data Sekunder
Teknik Diagnosa/Analisa
BAB IV
ANALISA PERANCANGAN
4.1 Analisa Kondisi Tapak dan Lingkungan
4.1.1 Lokasi
Peta Indonesia Peta Sumatera
Peta tapak perancangan Peta Deli Serdang Gambar 4.1 Lokasi Site
(sumber : google earth & google maps,2016)
Daerah Kecamatan Batang Kuis terletak di wilayah Kabupaten Deli Serdang dengan jarak dari Ibukota Kabupaten (Lubuk Pakam) sebesar 15 Km. Ketinggian wilayahnya dari atas permukaan laut antara 4 – 30 meter, dan dikategorikan daerah dataran rendah yang luasnya 40,34 Km2. Terdiri dari 11 Desa (Status Desa) dan 72 Dusun.
Table 4.1 Letak dan Geografis Daerah Kecamatan Batang Kuis
No Uraian Letak dan Geografis
1 P u l a u P r o p i n s i Kabupaten Kecamatan L e t a k
L u a s Ketinggian I k l i m Curah Hujan Kecepatan Angin Penguapan Keadaan Tanah Keadaan Topografi Kelurahan/Desa Penduduk Sumatera Sumatera Utara Deli Serdang Batang Kuis 335 - 341 LU 41 - 46 BT 4.034 Ha 4 – 30 meter
Rata-rata Max. 32 C Min. 22,4 C
1.821 mm/tahun 1,33 mm/dt 4,08 mm/hr
Umumnya putih campur pasir Relatif Datar
11 Desa (status desa) 62.348 Jiwa
2 Batas-Batas Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat
Kecamatan Pantai Labu
Kec. Beringin & Kec. Pantai labu Kecamatan Tanjung Morawa Kecamatan Percut Sei Tuan Sumber : kecamatan batangkuis dalam angka 2015
a. Potensi Site :
banyaknya wisatawan yang berkunjung. Sehingga berpotensi menambah pengunjung mall nantinya.
Lahan sekitar site masih berupa tanah kosong yang di tanaman jagung dan pepohonan. Ini berpotensi kepada perancangan karena perancang tidak perlu beradaptasi terhadap eksisting bangunan sekitarnya.
Keadaan topografi relative datar sehingga tidak perlu lagi menimbun ataupun meratakan lahan yang mengakibatkan penambahan biaya pekerjaan.
Lokasi perancangan berada di hook, ini berpotensi bangunan menjadi icon di kawasan ini.
b. Permasalahan site :
Lahan perancangan merupakan lahan kosong yang ditanami pohon, perancangan pusat perbelanjaan di lokasi ini mengakibatkan pengurangan RTH.
Lokasi berbatasan langsung dengan jalur cepat Bandar Udara Kualanamu.
c. Solusi:
Pada perancang pusat perbelanjaan hendaknya meletakkan RTH di beberapa bagian bangunan agar RTH di lokasi eksisting sebelumnya tetap ada.
4.1.2 Analisa Sirkulasi
Gambar 4.2 analisa sirkulasi (sumber : olahan sendiri,2016) Keterangan :
- Jalur kenderaan 2 arah - Jalur kenderaan 1 arah 1. Potensi :
- Site terletak di kawasan yang cukup ramai di lalui kenderaan karena site dekat dengan Bandar Udara Kualanamu yang ramai di kunjungi masyarakat tiap hari. Jalan yang berada di kawasan cukup lebar.
2. Masalah :
- Jalan di depan site merupakan jalur cepat menuju bandara. 3. Solusi :
- Membuat jalur lambat di depan site untuk jalur kenderaan memasuki kawasan agar tidak terjadi kemacetan di jalur cepat.
Jalur kenderaan 2 arah, tidak padat
Jalur kenderaan 1 arah, padat dan
4.1.3 Analisa Ruang Terbuka
Gambar 4.3 analisa ruang terbuka (sumber : olahan sendiri,2016) 1. Potensi :
- Di sekitar site merupakan lahan kosong berupa pohon sejenis dan tanaman jagung yang merupakan ruang hijau. Pohon tertata rapi dan jarak antar pohon pun terukur. Ini berpotensi mengurangi pemanasan global di kawasan.
2. Masalah :
- Jenis pohon di sekitar site sama. Dari hasil analisa pohon yang di tanam di sekitar site untuk di jual setelah mencapai ukuran tertentu. Sehingga pohon di tanam bukan untuk kepentingan ruang hijau.
- Di sepanjang jalan tidak adanya pohon pembuffer polusi dari kenderaan yang melewati kawasan sehingga polusi langsung mengenai pemukiman warga sekitar dan juga site perancangan.
3. Solusi :
- Penanaman pohon di site yang bervariasi agar tidak terlihat monoton. Jenis dan ukuran pohon di pilih yang dapat menjadi peneduh. Pohon besar yang
- Pohon yang di tanam sebagai ruang hijau dan tidak untuk diperjual belikan.
- Penanaman pohon di sisi jalan untuk mengurangi polusi yg di sebabkan kenderaan yang lewat.
4.1.4 Analisa Pedestrian
Gambar 4.4 analisa pedestrian (sumber : olahan sendiri,2016)
1. Potensi :
- Di sepanjang sisi jalan terdapat pedestrian dan drainase. Pedestrian ini mencakup sisi kanan dan kiri jalan.
2. Masalah :
- Pedestrian yang terdapat di sepanjang sisi jalan hanya berupa tanah, tidak adanya perbedaan ketinggian atara jalan dan pedestrian. 3. Solusi :
4.1.5 Analisa Penanda
Gambar 4.5 analisa penanda (sumber : olahan sendiri,2016)
1. Potensi :
- Di sepanjang sisi jalan terdapat beberapa penanda yang telah di tempatkan di titik yang tepat.
2. Masalah :
- Ada penanda yang tidak tepat seperti kenyataannya, seperti penanda zebra cross yang di tempatkan di suatu titik namun kenyataannya tidak ada zebra cross
3. Solusi :
4.1.6 Analisa Pendukung Kegiatan
Gambar 4.6 analisa pendukung kegiatan (sumber : olahan sendiri,2016)
1. Potensi :
- Pendukung kegiatan kawasan perancangan ini adalah Bandar udara kualanamu, terminal dan permukiman warga.
2. Masalah :
- Tidak adanya halte di sekitar kawasan perancangan mengakibatkan angkutan umum hanya melewati kawasan tanpa berhenti di tapak perancangan.
3. Solusi :
- Membuat halte di sekitar tapak perancangan demi mempermudah wisatawan yang datang dari luar sumatera utara dan juga masyarakat yang tidak memiliki kenderaan pribadi untuk mengunjung kawasan.
Pemukiman warga
4.2Analisa Fungsional
4.2.1 Analisa Ruang
a. Ruang pengelola
Tabel 4.2 Ruang Pengelola
No Fungsi Jenis ruangan Standard m2/orang
Sumber Jumlah (unit)
Kapasitas Luas (m2)
1 Ruang pengelola Resepsionis 0,7 NAD 1 50 35
Ruang GM 4,5 NAD 1 5 22,5
Ruang wakil GM 4,5 NAD 1 4 18
Ruang sekretaris 4,5 NAD 1 2 9
Ruang tamu GM 5,4 NAD 1 4 21,6
Ruang kerja kabag
4,5 NAD 1 3 13,5
Ruang sekretaris 4,5 NAD 1 2 9
Ruang tamu 5,4 NAD 1 2 10,8
Ruang kerja kabag
4,5 NAD 1 3 13,5
Ruang sekretaris 4,5 NAD 1 2 9
Ruang tamu 5,4 NAD 1 2 10,8
Ruang staff 5-6 NAD 1 15 75
Ruang rapat 2 NAD 1 30 60
Ruang arsip 12 NAD 1 3 36
Ruang toilet 3 NAD 1 50 150
Ruang janiator 4 NAD 1 3 12
Ruang pantry 8 NAD 1 2 16
Sub total luas 521,7
Sirkulasi 20% 104,34
total 626.04
b. Fasilitas umum
Tabel 4.3 Fasilitas Umum
No
Fungsi Jenis ruangan Standard m2/orang
Sumber Jumlah (unit)
Kapasitas Luas (m2)
1 R. Informasi R. Informasi 2 NAD 1 6 12
2 Hall Hall 1,5 SB 1 500 750
3 ATM Center ATM Center 1 NAD 1 100 100
4 Mushollah Area sholat 2 NAD 1 70 140
Wudhu 1,2 NAD 2 18 36
Toilet 1,5 NAD 2 20 60
5 Toilet pria Bilik KM 1,5 NAD 75 1 112.5
Urinoir 0,24 NAD 25 1 60
Wastafel 0,3 NAD 25 1 75
6 Toilet wanita Bilik KM 1,5 NAD 25 1 112.5
Wastafel 0,3 NAD 25 1 75
Sub total luas 2.058
Sirkulasi 20% 411,6
total 2.469,6
(sumber : olahan sendiri,2016)
c. Fasilitas belanja
Tabel 4.4 Ruang Belanja
No
Fungsi Jenis ruangan Standard m2/orang
Sumber Jumlah (unit)
Kapasitas Luas (m2)
1 Men’s and
Woman fashion
Display area 1,9 NAD 1 70 133,5
Fiting room 1,2 NAD 4 4 4,8
Kasir 2 NAD 1 2 4
Gudang 6,5 NAD 1 3 19,5
Sub Total Luas (9 retail) 9 x 161.3 1,451.7
2 Bakery Area makan 1,6 NAD 1 25 40
Storage 16 SB 1 1 16
Kasir 2 NAD 1 2 4
Sub Total Luas (2 retail) 2 x 67 128
3 Batik fashion Display area 1,9 NAD 1 40 76
Fiting room 1,2 NAD 4 2 2,4
Kasir 2 NAD 1 2 4
Gudang 6,5 NAD 1 3 19,5
Sub Total Luas ( 4 retail ) 4 x 101.9 407.6 4 Sportwear
equipment
Display area 1,9 NAD 1 35 85,5
Fiting room 1,2 NAD 4 2 2,4
Kasir 2 NAD 1 2 4
Fitting area(shoes) 0,36 NAD 4 10 14,4
Gudang 6,5 NAD 1 3 19,5
Sub Total Luas ( 2 retail ) 2 x 125.8 251.6
5 Beauty care Display area 1,9 NAD 1 48 91,2
Fiting room 1,2 NAD 4 10 12
Kasir 2 NAD 1 2 4
Gudang 6,5 NAD 1 2 13
Sub Total Luas ( 3 retail ) 3 x 120.2 360.6 6 Accessories
shop
Display area 1,9 NAD 1 15 28,5
Kasir 2 NAD 2 2 4
Sub Total Luas ( 6 retail ) 195
7 Hypermart Display area 1,5 NAD 1 2.400 3.600
Kasir 2 NAD 8 2 32
R.Penitipan 0,6 NAD 1 100 60
R.Pengelola 2,4 NAD 1 10 24
Gudang 200/unit NAD - - 200
Sub Total Luas (1) 3.916
8 Departemen store
Display area 1,5 NAD 1 7.000 10.500
Kasir 2 NAD 20 3 120
R.Pengelola 2,4 NAD 1 10 24
R.Karyawan 2,4 NAD 1 70 168
Gudang 100/unit NAD 5 - 500
Sub Total Luas (1) 11.492
9 Baby shop Ruangan 152 SB 1 - 152
10 Retail Ruangan 4x6/unit SB 270 - 6480
11 Souvenir Display area 1,9 NAD 1 11 20,9
Kasir 2 NAD 1 2 4
Sub Total Luas (34) 34 x 24,9 846,6
Sub total luas 25.505,1
Sirkulasi 20% 5.101,02
total 30.606,12
(sumber : olahan sendiri,2016)
d. Fasilitas Rekreasi
Tabel 4.5 Fasilitas rekreasi
No
Fungsi Jenis ruangan Standard m2/orang
Sumber Jumlah (unit)
Kapasitas Luas (m2)
1 Fast food Order area 1.2 NAD 1 8 9.6
Area makan 1.6 NAD 1 100 160
Dapur 1.4 NAD 1 10 14
Storage 16 SB 1 2 32
Wastafel 0.3 NAD 4 4 4.8
Sub Total Luas ( 4 Retail) 4 x 220 880
2 Café Entrance 1.2 NAD 1 6 7.2
Food & drink stealing 1.2 NAD 1 6 7.2
Area makan 1.6 NAD 1 55 88
Kasir 2 NAD 1 2 4
Dapur 1.4 NAD 1 7 9,8
Storage 12 SB 1 1 12
Sub Total Luas ( 16 Retail) 16 x 128,2 2.051
Area makan 1,6 NAD 1 70 112
Dapur 1,4 NAD 1 20 28
Storage 16 SB 1 2 32
Kasir 2 NAD 1 2 4
Westafel 0,3 NAD 1 4 1,2
Sub Total Luas ( 6 Retail) 6 x 220 1.320 4 Food
court
Area makan 1,6 NAD 1 200 320
Westavel 0,3 NAD 10 8 24
Counter 16/unit SB 10 - 160
Pantry 1,4 SB 10 10 140
Sub Total Luas 644
5 Bioskop Auditorium 0,8 NAD 5 200 800
Lobby 0,6 NAD 1 300 180
Loket 6,85 NAD 4 4 27,4
R.Karyawan 1,2-2 NAD 1 20 40
R.Admin 4,8-8 NAD 1 4 20
R.Proyektor 10-15 NAD 5 2 100
Gudang 25-30 NAD 1 2 60
Toilet 24 NAD 2 4 192
Cafeteria 4-5 NAD 1 10 50
Sub Total Luas 1.469,4
6 Fitness center
Fitness center 7,1 NAD 1 254 1800
7 Game zone
Game zone 2 NAD 1 500 1.000
Sub total luas 11.215,4
Sirkulasi 20% 2.243,08
total 13.458,48
e. Fasilitas Service
Table 4.6 fasilitas service
No Fungsi Jenis ruangan Standard m2/orang
Sumber Jumlah (unit)
Kapasitas Luas (m2)
1 Fasilitas service Loading dock 1,5 NAD 5 100 750
Tempat pengumpulan sampah
20 AS
2 2 40
Ruang fiterized tank
(air kotor) 20 AS
2 4 80
Ruang genset 60 NAD 2 2 120
Ruang PABX 50 NAD 2 1 50
Ruang ME 20 NAD 2 1 20
Ruang kontrol AHU 40 NAD 2 1 40
Ruang chiller 70 NAD 2 1 70
Ruang cooling
tower 50 NAD
2 1 50
Ruang ground tank 80 NAD 2 1 80
Ruang Monitor 20 AS 2 2 40
R.trafo 20 NAD 2 2 40
Ruang pompa air 20 NAD 2 2 40
Lift orang dan barang
1 NAD 2 20 10
Sub total luas 1.510
Sirkulasi 20% 302
Total 1.812 (sumber: olahan sendiri,2016)
Keteranagan:
NAD : Neufart Arsitek Data AS : Asumsi
f. Luas Seluruh Bangunan
Tabel 4.7 luas seluruh bangunan
No Nama Perzoning Luas
1 Ruang Pengelola 626.04 m2
2 Ruang Umum 2.469,6 m2
3 Fasilitas Belanja 30.606,12 m2
4 Fasilitas Rekreasi 13.458,48 m2
5 Fasilitas Service 1.812 m2
Total 48.972,24 m2
(sumber : olahan sendiri,2016)
g. Parkir
Berdasarkan standart jumlah parkir (Ir. Jimmy S Juwana, MSAE, Panduan Sistem Bangunan Tinggi, Erlangga, Jakarta 2004), adalah:
Menurut tingkat wilayah :
- 1 mobil untuk setiap 100 m2 lantai bruto: 48.972,24/100 = 490
mobil. 1 mobil memerlukan lahan 15 m2, jadi untuk 490 mobil
memerlukan lahan: 15 x 490 = 7.350 m2. Sirkulasi 20%: 7.350 x
20/100 = 1.470 m2. Jadi lahan untuk parkir shopping mall sebesar
7.350 + 1.470 = 8.820 m2
- Jumlah 3 sepeda motor = 1 mobil sehingga 490 mobil: 3 x 490 = 1.470 motor. Setiap 1 motor memerlukan lahan 2 m2 : 2 x 1.470 = 2.940 m2
- Total keseluruhan parkir : 8.820 + 2.940 = 11.760 m2 4.2.2 Analisa Suasana Ruang
Tabel 4.8 analisa suasana ruang
Fungsi Kebutuhan ruang Persyaratan
Pusat
perbelanjaan
Kantor pengelola Pencapaian mudah
Hall Luas
Restoran Memerlukan view yang bagus
Supermarket Di sesuaikan dengan modul struktur Food court Memerlukan view yang bagus, suasana
tenang dan nyaman
Retail Di sesuaikan dengan modul struktur Mushollah Nyaman dan tenang
Area parkir Kemudahan dalam pencapaian (sumber : olahan sendiri,2016)
4.2.3 Analisa Bentuk
Massa bangunan terdiri dari massa tunggal yang disesuaikan dengan zona dan fungsinya, dimana satu sama lain saling berkaitan. Massa bangunan dapat mencerminkan fungsi dan identitasnya melalui simbol-simbol tertentu yang dapat diolah pada massa bangunan.
Transformasi bentuk massa bangunan :
Karakter dan sifat dari sebuah pusat perbelanjaan dapat di transformasikan dalam betuk sebagai berikut :
A B C
A. Bentuk yang menunjukkan sesuatu yang murni dan rasional. Bentuk ini merupakan bentuk yang statis dan netral serta tidak memiliki arah ketentuan.
B. Bentuk yang terpusat, berarah kedalam dan pada umumnya bersifat stabil dan dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkarannya. Penempatan sebuah lingkaran akan memperkuat sifat dasarnya sebagai poros.
berbentuk kotak yang akan diterapkan pada pusat perbelanjaan dengan pertimbangan untuk memberi ketegasan dalam bangunan. Dan merespon fungsi bangunan yang bentuk ruangnya berbentuk grid.
4.3 Analisa Teknologi
4.3.1 Struktur
Tipe tanah tapak perancangan ini adalah tipe tanah putih campur pasir dengan topografi yang relative datar. Agar bangunan dapat berdiri kokoh di tapak ini maka perlu analisa struktur.
V Sistem struktur suatu bangunan pada umumnya terdiri dari struktur bawah (lower structure) dan struktur atas (upper structure).
a. Lower Structure
Lower Structure adalah struktur bawah bangunan atau pondasi. Karakter struktur tanah dan jenis tanah sangat menentukan jenis pondasi.. Ada beberapa persyaratan pokok struktur, yaitu:
Keseimbangan, agar massa bangunan tidak bergerak
Kestabilan, agar bangunan tidak goyah akibat gaya luar dan punya daya tahan terhadap gangguan alam, misalnya gempa, angin, dan kebakaran.
Kekuatan, berhubungan dengan kesatuan seluruh struktur yang menerima beban.
Fungsional, agar sesuai dengan fungsinya yang didasarkan atas tuntutan besaran ruang, fleksibilitas terhadap penyusunan unit-unit hunian, pola sirkulasi, system utilitas, dan lain-lain.
Ekonomis, baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaan.
Estetika struktur dapat merupakan bagian integral dengan ekspresi arsitektur yang serasi dan logis.
b. Upper Structure
gedung yang berada di atas muka tanah (SNI 2002). Struktur atas ini terdiri atas kolom, pelat, balok,dinding geser dan tangga, yang masing-masing mempunyai peran yang sangat penting.
Material struktur
Penggunaan bahan – bahan secara tepat dan efisien membutuhkan pengetahuan yang luas akan sifat – sifat mekanisnya. Diantara sifat – sifat ini yang paling penting adalah kekuatan, kekakuan dan elastisitas. Secara umum ada 4 bahan struktur utama, yaitu : pasangan bata, kayu, baja, dan beton bertulang. Berikut ini akan dijelaskan kelebihan dan kekurangan masing – masing material struktur :
Bata
Kelebihan :
1. Memiliki kekuatan tekan yang cukup
2. Dapat digunakan pada bangunan dalam dan luar bangunan 3. Mudah didapat dan harganya relatif murah
Kekurangan :
1. Biasanya sangat rapuh atau getas, berat dan tidak punya daktilitas.
2. Kekuatan tarik dan geser relatif rendah
3. Ketika momen lentur yang besar terjadi akibat tekanan angin pada dinding luar, maka tingkat tegangan lentur tarik harus dipertahankan supaya tetap rendah sehingga dibutuhakan ketebalan dinding yang besar.
Kayu
Kelebihan :
1. Kemuluran terjadi sedikit pada suhu kamar
Kekurangan :
1. Mudah rusak karena pembusukan, pengrusakan akibat jamur dan serangga
2. Mudah terbakar
3. Mengalami kembang susut akibat kelembaban relatif lingkungan yang berubah terus – menerus sehingga kadar kelembaban dan ukuran kayu juga berubah terus – menerus
4. Kekuatan kayu dipengaruhi oleh arah serat kayu dan arah beban yang bekerja. Kekuatan kayu dalam tarik dan tekan relatif sama jika beban bekerja sejajar serat kayu, tetapi jika beban tegak lurus terhadap serat kayu, mengakibatkan kekuatannya kecil karena serat dengan mudah dapat dihancurkan
5. Tidak cocok untuk struktur dengan bentang yang sangat panjang dan struktur yang sangat tinggi. Baja
Kelebihan :
1. Mempunyai kekuatan tarik dan tekan yang tinggi dan sangat kuat
2. Ulet, daktil dan elastik
3. Effisiensi struktur tinggi, yaitu perbandingan antara kekuatan terhadap beratnya
4. Memungkinkan diperolehnya hasil struktur yang ringan, ramping, rapi dan presisi yang tinggi
5. Cocok untuk struktur dengan bentang yang sangat panjang dan struktur yang sangat tinggi
6. Cocok untuk struktur yang bersifat statis tentu Kekurangan :
1. Mahal
3. Mudah terkena korosi akibat ketidak stabilan kimianya yang tinggi
4. Bila digunakan untuk kerangka bangunan yang sifatnya kaku atau frame, potongan – potongan baja yang terpisah harus disambung secara efektif dan tidak mudah untuk mendapatkan hasil sambungan kaku yang benar – benar bagus
5. Sambungan baut kurang efektif untuk penyebaran beban karena lubang baut mengurangi ukuran efektif penampang elemen(perlemahan) dan mengakibatkan konsentrasi tegangan
6. Sambungan keling dapat rusak bila mengalami beban diluar kemampuan ketahanannya, baik kerusakan dalam arah geser, dukung ( tekan ) maupun tarik 7. Sambungan las lebih rapi dan menyebarkan tegangan
lebih efektif tapi berbahaya jika dikerjakan secara tidak sempurna. Proses pengelasan menuntut ketrampilan dan keahlian yang tinggi. Untuk alasan
– alasan tersebut pengelasan di tempat bangunan biasanya dihindari dan dilakukan di pabrik tapi konsekuensinya kebutuhan pengangkutan elemen ke lokasi membatasi ukuran dan bentuk dari komponen itu sendiri.
Beton
Kelebihan : 1. Murah
2. Kuat terhadap tekan 3. Tahan api
5. Bahan – bahan lain dapat ditambahkan atau digabungkan kedalamnya dengan mudah untuk menambahkan sifat yang dimilikinya
6. Proses pencetakan memberikan sambungan antar elemen yang sangat efektif dan menghasilkan struktur yang menerus yang bisa menaikkan effisiensi struktur
7. Cocok untuk struktur dengan bentang yang sangat panjang dan sangat tinggi
Kekurangan :
1. Kekuatan dalam arah tarik dan geser relatif rendah 2. Berat jenis tinggi
Struktur kolom dan balok
Pusat perbelanjaan memiliki ruangan-ruangan berbentuk grid. Struktur yang dipakai adalah struktur rigid frame. Sistem struktur ini terdiri dari kolom dan balok yang bekerja saling mengikat satu dengan yang lainnya.
Struktur kolom
Kolom merupakan elemen tekan, karena disamping memikul gaya tekan juga memikul momen lentur dalam dua arah (biaxial bending). Dengan adanya gaya tekan ini maka timbul fenomena tekuk (buckling) yang harus ditinjau pada kolom, terutama terjadi pada kolom panjang. Apabila kolom tersebut telah menekuk maka kolom tersebut tidak mempunyai kemampuan lagi untuk menerima beban tambahan. Sedikit 38 saja penambahan beban akan terjadi keruntuhan.
tulangan pada kolom ( berpenampang segi empat ) dapat dilakukan dengan:
- Tulangan dipasang simetris pada dua sisi kolom (two faces) - Tulangan dipasang pada empat sisi kolom (four faces) Pada perencanaan gedung ini dipakai perencanaan kolom dengan menggunakan tulangan pada empat sisi penampang kolom (four faces).
Struktur balok
Dalam pradesain tinggi balok menurut RSNI 2002 merupakan fungsi dari bentang dan mutu baja yang digunakan. Secara umum pradesain tinggi balok direncanakan L/10 - L/15, dan lebar balok diambil 1/2H - 2/3H dimana H adalah tinggi balok.
Pada perencanaan balok maka pelat dihitung sebagai beban dimana pendistribusian gayanya menggunakan metode amplop. Dalam metode amplop terdapat 2 macam bentuk yaitu pelat sebagai beban segi tiga dan pelat sebagai beban trapesium.
Perhitungan penulangan balok struktur beton menggunakan program SAP 2000. Prosedur desain elemen-elemen balok dari
struktur dengan SAP 2000 terdiri tiga tahap sebagai berikut: • Desain tulangan pokok untuk menahan momen lentur • Desain
tulangan geser (sengkang) untuk menahan gaya geser • Desain tulangan untuk menahan torsi.
Analisa plat lantai
menopang pelat akan sama. Sedangkan bila panjang tidak sama dengan lebar, balok yang lebih panjang akan memikul beban lebih besar dari balok yang pendek (penulangan satu arah). 24 Dimensi bidang pelat dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 2.2 Dimensi bidang pelat Langkah perencanaan penulangan pelat adalah sebagai berikut ini: 1. Menentukan syarat-syarat batas, tumpuan dan panjang bentang. 2. Menentukan tebal pelat lantai (berdasarkan rumus SKSNI 03-xxxx-2002).
Analisa tangga
Struktur tangga digunakan untuk melayani aksebilitas antar lantai pada gedung yang mempunyai tingkat lebih dari satu. Pada bangunan berlantai banyak tangga merupakan komponen yang harus ada karena selain sebagai akses vertikal juga difungsikan untuk tangga darurat jika peralatan transportasi vertikal lainnya tidak berfungsi atau bila terjadi kebakaran.
Gambar 4.7 Sketsa tangga (sumber : olahan sendiri,2016) Adapun parameter yang perlu diperhatikan pada perencanaan struktur tangga adalah sebagai berikut:
- Lebar anak tangga - Tebal selimut beton - Tebal pelat tangga
Gambar 4.8 pendemensian tangga (sumber : olahan sendiri,2016)
Keterangan : - o = langkah naik - a = langkah datar
Perhitungan gaya-gaya dalam yang terjadi pada struktur tangga dilakukan dengan menggunakan program SAP 2000. Untuk perhitungan penulangan pelat tangga dapat mengikuti prosedur yang sama dengan penulangan pelat lantai setelah didapat gaya - gaya dalam yang ada dalam output SAP 2000.
Analisa lift
4.3.2 Analisa Utilitas
A. Pencahayaan
Pencahayaan pada bangunan terbagi dua yaitu pencahayaan alami dan buatan. Pemakaian pencahayaan buatan terlalu banyak dapat menyumbang pemanasan global sedangkan pencahayaan alami tidak menyebabkan kerugian. Penerapan pencahayaan pada pusat perbelanjaan ini memakai pencahayaan alami dan buatan. Dimana pencahayaan alami yaitu memanfaatkan cahaya matahari, sedangkan pencahayaan buatan memanfaatkan listrik.
B. Pengkondisian udara
Iklim di kawasan perancangan tergolong panas dengan suhu rata-rata 320C. Suhu normal nyaman manusia adalah 220C sehingga perlunya
pendingin ruangan alami maupun buatan di dalam pusat perbelanjaan agar pengunjung nyaman. Adapun pendingin ruangan alami yaitu penanam pohon di sekitar site dan memperbanyak bukaan, untuk pendingin buatan berupa AC.
C. Penyediaan dan Distribusi Listrik
Di dalam pusat perbelanjaan ada beberapa ruangan yang membutuhkan listrik sehingga bangunan memerlukan pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan suatu ruangan itu. Untuk penyediaan listrik di pusat perbelanjaan, listrik dialirkan dari PLN maupun genset.
D. Penyedian Air Bersih
Pada bangunan pusat perbelanjaan ini memiliki fasilitas service berupa toilet dan juga memiliki retail maupun restoran yang menjual jasa berupa makanan. Sehingga pusat perbelanjaan membutuhkan pasokan air untuk memenuhi kebutuhan yang ada pada fasilitas itu. Penyedia air bersih bersumber dari PDAM ataupun sumur buatan.
E. Pembuangan Air Kotor
F. Penangkal petir.
Pusat perbelanjaan ini direncakan memiliki 4 lantai, ketinggian bangunan memerlukan kemanan berupa penangkal petir. Di sekitar site bangunan ini nantinya akan menjadi bangunan paling tinggi di banding dengan bangunan sekitarnya. Saat petir meyambar bangunan yang akan di laluinya adalah bangunan yang paling dekat dengan jangkauannya dan dapat di simpulkan bangunan ini nantinya bangunan yang paling dekat yang dijangkau petir.
G. Pemadam Kebakaran
Setiap bangunan wajib memiliki sistem kebakaran. Setiap ruangan di pusat perbelanjaan ini memakai system pendeteksi kebakaran yang berbeda-beda karena setiap ruangan memiliki suhu panas yang berbeda. H. System komunikasi
Komunikasi di dalam pusat perbelanjaan ini memili 2 komunikasi, yaitu komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi antar ruangan sedangkan eskternal komunikasi adalag komunikasi pusat perbelanjaan dengan bangunan lainnya.
I. Audio dan komunikasi visual
Sebuah pusat perbelanjaan selalu memiliki pusat untuk menginformasikan sebuah informasi kepada pengunjung sehingga pusat perbelanjaan ini di lengkapi dengan audio dan komunikasi untuk menginformasikan sesuatu hal penting.
J. Keamanan
Di pusat perbelanjaan sering terjadi kejahatan berupa pencurian dan hipnotis, untuk itu bangunan memerlukan sebuah teknologi untuk memantau keamanan pengunjung.
4.3.3 Tata lingkungan
a. Soft Material (Vegetasi)
Penataan vegetasi berfokus pada Jenis Vegetasi sesuai dengan kondisi tanah, peranannya sebagai penyangga atau konservasi, dan fungsi arsitekturnya sebagai pengarah, pembatas dan penciptaan ruang, peneduh serta estetis.
b. Hard Material
Elemen Penerangan buatan (Lampu taman, Lampu dalam bangunan, dll)
Pagar pembatas, dapat berupa Vegetasi, pagar besi.
Sitting group, diletakan sesuai jarak tempuh pejalan kaki, yaitu setiap 30 – 45m tanpa mengganggu pergerakan pejalan kaki
Pot tanaman, perletakannya disesuaikan dengan posisi sitting group Tempat Sampah, diletakkan di posisi mudah dijangkau dan terlihat
4.4 Analisa dan Penerapan Tema.
Penerapan tema tangible metafora pada bangunan mall batang kuis ini menganalogikan sebuah bentuk terasering sawah. Dimana terasering sawah terbagi menjadi 3 jenis yaitu teras kredit, teras gulud, teras bangku. Pemilihan analogi bentuk terasering pada bangunan mall karena Batang kuis merupakan kawasan pertanian di daerah deli serdang sehingga bentuk mall mengikuti karekteristik kontur dan guna lahan di kawasan perancangan. Bentuk terasering sawah di daerah ini adalah jenis terasering kredit di mana padi ditanam pada tanah yang landai dengan kemiringan 3-10% ini di karenakan kontur kawasan yang relative datar .
Kontur tanah Padi
Gambar 4.9 teras kredit (sumber : olahan sendiri,2016)
tangga yang bertujuan agar lapisan tanah tidak hilang. Pemilihan terasering gulud agar kontur kawasan tidak monoton dan membentuk skyline yang bertangga-tangga oleh bangunan.
Teras gulud
Gambar 4.10 teras gulud (sumber : olahan sendiri,2016)
Bangunan shoping mall memiliki bentuk teras gulud dimana teras yang diterapkan pada tiap lantainya, pada tiap lantainya akan memiliki perbedaan gubahan massa dimana tiap lantainya akan di mundurkan.
Push Lantai
Gambar 4.11 penerapan tema pada bangunan (sumber : olahan sendiri,2016)
4.5Kesimpulan.
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep Dasar Penerapan Tema
Pusat perbelanjaan batang kuis dirancang dengan menganalogikan sebuah bentuk terasering sawah dimana batang kuis merupakan tempat pertanian dan ini menjadi sebuah identitas di kawasan. Bentuk terasering sawah gulud tersebut diterapkan pada tiap lantai bangunan. Selain itu, penerapan padi-padi di sawah dianalogikan menjadi pepohonan di setiap lantainya sehingga pada bentuk arsitektur tersebut dapat langsung terlihat oleh pengguna, menguatkan gagasan bahwa pembangunan pusat perbelanjaan batang kuis harus tetap melibatkan unsur lokal dan identitasnya.
Gambar 5.1 Penerapan terasering gulud pada bangunan (sumber : olahan sendiri,2016)
Penerapan terasering sawah ini juga bertujuan agar visual pengunjung terhadap tinggi lantai bangunan ideal sehingga saat melihat keseluruhan bangunan.
5.2 Konsep Perancangan Tapak
5.2.1 Konsep Hirarki Ruang Luar
[image:34.595.145.464.100.306.2]
Gambar 5.3 Hirarki ruang (sumber : olahan sendiri,2016)
Hirarki ruang luar bangunan mall di bagi menjadi beberapa bagian. Area entrance berada di depan tapak sebagai penerima pemgunjung. Area bangunan berada di tengah-tengah tapak sebagai center di site ini, ruang hijau berada di pinggir site untuk membaffer polusi dan souvenir berada di belakang bangunan karena gedung parkir kawasan terletak di bagian belakang bangunan.
5.2.2 Pemintakatan Ruang Luar
Bangunan mall RTH
Entrance Souvenir
Gambar 5.4 Pemintakataan (sumber : olahan sendiri,2016)
Entra
Bangunan n
souvenir
RTH RTH
5.2.3 Konsep Gubahan Massa
Gambar 5.5 Site perancangan. Gambar 5.6 Massa bangunan di naikkan (sumber : olahan sendiri,2016) (sumber : olahan sendiri,2016)
Gambar 5.7 Tapak perancangan di Gambar 5.8 Pada sudut bangunan di tinggikan 1.5 meter dari tinggi jalan. potong mengikuti bentuk jalan, untuk (sumber : olahan sendiri,2016) menghormati sudut
(sumber : olahan sendiri,2016)
Gambar 5.9 GSB bangunan di potong Gambar 5.10 Penerapan
Penerapan peraturan mendirikan bangunan dan tema metafora bentuk terasering gulud sehingga menghasilkan massa bangunan bertangga-tangga pada gambar 5.8 dan muka bangunan menghadap jalan utama Batang Kuis.
[image:36.595.117.487.191.402.2]5.2.4 Konsep Entrance
Gambar 5.11 Entrance bangunan (sumber : olahan sendiri,2016) Entrance untuk drop off Entrance pejalan kaki
Bangunan memiliki 3 entrance utama, entrance untuk drop off di pisahkan dengan entrance bagi pejalan kaki. Entrance drop off untuk kenderaan masuk melalui jalan batang kuis, untuk pejalan kaki berada pada hook bangunan dan sudut belakang bangunan.
Gambar 5.12 Perubahan massa bangunan oleh entrance(sumber : olahan sendiri,2016)
[image:37.595.144.498.101.319.2]5.2.5 Konsep Sirkulasi
Gambar 5.13 Sirkulasi luar bangunan(sumber : olahan sendiri,2016) Arah sirkulasi
Retail
Sirkulasi yang di terapkan pada bangunan ini adalah pola sirkulasi gabungan antara spiral dan radial. Sirkulasi luar bangunan mengelilingi bangunan agar pengunjung dapat menikmati luar ruang bangunan dan untuk mengarahkan pengunjung melalui retail-retail yang berada di ground.
Gambar 5.14 Perubahan massa bangunan oleh sirkulasi(sumber : olahan sendiri,2016)
Penerapan konsep sirkulasi pada kawasan mengakibatkan perubahan bentuk massa pada bangunan. Pada bagian tengah bangunan di potong oleh sirkulasi sehingga bangunan menjadi 2 massa. Sirkulasi di tengah bangunan fungsinya untuk sirkulasi spiral yang menghubungkan antara hook jalan dan taman yang berada di bagian samping dan belakang bangunan.
Pada massa bangunan bagian belakang di potong oleh sirkulasi sehingga retail souvenir terpisah dengan massa bangunan.
5.2.6 Konsep Parkir
Parkir off street Parkir masuk Parkir keluar
[image:38.595.189.480.512.717.2]Parkir di letakkan di basement dan juga gedung parkir kawasan yang letaknya berada di bagian belakang bangunan. Di depan bangunan juga terdapat parkir off street di peruntuhkan untuk pengunjung yang waktu kunjungannya tidak lama. Parkir masuk basement melalu jalan batang kuis dan untuk parkir keluar langsung ke jalan pendidikan yang berada di samping bangunan.
[image:39.595.235.419.236.505.2]5.2.7 Konsep Tata Hijau
Gambar 5.16 Tata hijau(sumber : olahan sendiri,2016)
5.2.8 Konsep Utilitas
Gambar 5.17 Utilitas (sumber : olahan sendiri,2016)
Utilitas
5.3 Konsep Perancangan Bangunan
5.3.1 Konsep Pemintakatan
[image:41.595.177.484.148.442.2]Atrium Retail Souvenir Service
Gambar 5.18 Pemintakatan bangunan(sumber : olahan sendiri,2016) Setelah dilakukan penzoningan pada bangunan, dapat di peroleh pembagian area pada bangunan. area atrium di letak di tengah-tengah bangunan, retail berada di seepanjang pinggir bangunan, souvenir di letak di belakang bangunan dan untuk service di letak di bagian belakang bangunan.
5.3.2 Konsep Tata Ruang Dalam
5.3.3 Konsep Suasana Ruang
Konsep suasana ruang di tiap-tiap ruang berbeda beda. Untuk retail di susun berderet dengan sirkulasi yang lebar, pencahayaan mencukupi, ruangan di lengkapi pendingin ruangan dan langi-langit ruang di tutup dengan plafond.
Untuk atrium di buat lebar dan dan tinggi, pada tiap lantai di atasnya bagian atas atrium menjadi void. Di bagian atrium di tempatkan sebagai tempat pameran mobil dan furniture.
Pada bagian café dan restoran di letakkan di tempat strategis yang memiliki view bagus, pencahayaan ruangan cukup, langit-langit di tutup plafond, dan di dalam ruang di lengkapi pendigin ruangan.Pada bagian tenant ruangan dibuat lebar, sirkulasi dalam ruang di tata rapid an nyaman.
5.3.4 Konsep Sirkulasi Ruang Dalam
1. Sirkulasi Horizontal
Sirkulasi horizontal pada bangunan menggunakan sirkulasi linear. Pemilihan sirkulasi linear ini karena jalan lurus dapat menjadi tempat retail yang berderet dan rapi di sepanjang sirkulasi. Di sampan itu , jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah, memtong jalan bercabang-cabang dan membentuk putaran.
2. Sirkulasi Vertical
Pusat perbelanjaan Batang Kuis ini terdiri dari beberapa lantai, oleh karena itu membutuhkan sirkulasi vertical untuk mencapai tiap lantainya. Adapun sirkulasi yang di pakai pada bangunan ini adalah :
A. Escalator (Tangga Berjalan)
Kelebihan menggunakan escalator adalah: a. Escalator mampu mengangkat banyak orang b. Lebih hemat listrik dari pada lift
B. Lift
Kelebihan menggunakan lift adalah:
a. Pencapaian langsung ke tiap lantai yang di inginkan.
b. Waktu tempuh lebih singkat
c. Kapasitasbergantung pada ukuruan, jumlah dan kecepatan lift.
d. banyak mengangkut banyak orang. C. Tangga
Pencapaian dengan tangga membutuhkan waktu lama dan menjadikan alternative pencapaian pada saat darurat dan memerlukan tenaga.
5.3.5 Bentuk dan Estetika Bentuk
Bentuk penempatan ruang-ruang dalam bangunan yaitu berupa Mall Added, dimana retail terletak di antara supermarket dan departemen store. Pemilihan bentuk ini agar pengunjung tertarik untuk melalui semua bangunan karena tenant utamanya terletak di ujung bangunan.
Gambar 5.19 Mall Added (sumber : Lion Edger,1976)
5.4 Konsep Perancangan Struktur Bangunan
5.4.1 Konsep Dasar Struktur dan Konstruksi
ini adalah struktur tiang pancang. Untuk upper struktur bangunan terdiri dari kolom grid, plat lantai beton bertulang, core dan dinding bata.
5.4.2 Konsep Pemilihan Jenis Struktur, Bahan dan Sistem Konstruksi
A. Lower Struktur
Tabel 5.1 Pemilihan Jenis Lower Struktur
No Struktur Bahan Konstruksi Gambar
1 Tiang Pancang Baja Memberikan titik tempat untuk menancapkan tiang pancang. Memberikan nomor referensi di setiap tiang pancang. Sebelum di jacking posisi tiang pancang harus di check dan berada dalam posisi vertical.
2 Dinding penahan tanah
(retaining wall)
Beton bertulang
Menggali tanah yang hendak di jadikan basement, membuat mal sepanjang tanah yang ingin di tahan kemudian mencornya.
(sumber : Olahan sendiri,2016)
B. Upper Struktur
Tabel 5.2 Pemilihan Jenis Upper Struktur
No Struktur Bahan Konstruksi Gambar
1 Kolom beton bertulang
Semen, air, pasir, besi
Menentukan grid kolom berupa, merangkai tulangan, membuat bekisting, setelah bekisting siap masukkan adukan semen. Tunggu sampe kering
2 Balok Semen,
air, pasir, besi
3 Plat lantai Semen, air, pasir, besi
Membuat tulangan, membuat bekisting, setelah bekisting siap masukkan adukan semen. Tunggu sampe kering
4 Core Semen,
air, besi
Membuat tulangan, membuat bekisting, setelah bekisting siap masukkan adukan semen. Tunggu sampe kering
5 Atap ( space frame )
Pabrikasi Ahli propesional
(sumber : olahan sendiri,2016)
5.4.3 Konsep Metode Pembangunan dan Tahap Pembangunan
Tahapan-tahapan pembangunan:
1. Tahapan pertama di mulai dari pekerjaan pembersihan lahan.
2. Sebelum melakukan penggalian untuk basement,
persiapkan pencegahan bahaya longsor mengelilingi lahan galian dengan menggunakan struktur dinding penahan sheet pile yang di tanam mengelilingi galian.
3. Kemudian pekerjaan penggalian tanah untuk basement, jika ada genangan air maka perlu di persiapkan sumuran untuk menampung air kemudian di pompa keluar. 4. Setelah penggalian selesai, mulai pelaksanaan
pemancangan pondasi menggunakan alat pemukul.
5. Kemudian melanjutkan dengan pengecoran pondasi, dasar basement, kolom dan balok.
6. Setelah itu melanjutkan pertiap lantainya di tasnya.
7. Untuk pengecoran beton pada tiap lantainya menggunakan molen.
9. Kemudian pemasangan mekanikal elektirkal, rencana kebakaran, sanitasi plumbing dan ducting ac.
10.Setelah itu pemasangan dinding, lantai keramik dan plafond.
11.Setelah itu finishing akhir.
12.Semua pekerjaan di pantau dengan kurva s.
5.5 Konsep Perancangan Utilitas Bangunan
5.5.1 Konsep Sistem Penyediaan Air Bersih
Untuk bangunan Shopping Mall ini penyediaan air bersih bersumber dari PAM atau sumur artetis. Sistem kerjanya yakni air bersih dari PAM atau sumur artesis masuk ke dalam distribusi bangunan dan ditampung dalam ground reservoir kemudian dialirkan ke tiap-tiap bangunan pada kawasan bangunan shopping mall.
5.5.2 Konsep Sistem Pengelolaan Limbah
Drainase untuk air kotor langsung dialirkan melalui pipa-pipa untuk dibuang kesaluran lingkungan, sedangkan untuk air kotor yang bercampur limbah dialirkan melalui pipa-pipa untuk dibuang ke septictank.
5.5.3 Konsep Sistem Kebakaran
Pencegahan kebakaran dapat dilakukan dengan pemakaian struktur dari bahan bangunan yang tahan api misalnya beton. Sedangkan untuk penanggulangan menggunakan tindakan pendeteksian awal, pemadaman api pengendalian asap dan penyelamatan pengunjung melalui prosedur evakuasi. Untuk sarana deteksi dan alarm kebakaran menggunakan heat and smoke detector. Sedangkan istem pemadaman api menggunakan hydrant dan sprinkler.
- Hydrant terbagi menjadi Hydrant di dalam gedung dan di luar gedung, untuk di luar gedung dilengkapi dengan Siamese connection.
bangunan shopping mall ini, untuk jarak dua sprinkler biasanya 4 meter di dalam ruangan,dan 6 meter di koridor.
5.5.4 Konsep Sistem Elektrikal
Listrik bersumber dari PLN yang disalurkan ke gardu utama setelah melalui transformator, aliran listrik didistribusikan ke tiap-tiap lantai melalui Sub Distribution Panel (SDP). Shopping mall ini direncanakan memiliki Genset yang digunakan apabila aliran listrik terputus.
5.5.5 Konsep Sistem Transportasi
Untuk transportasi vertikal menggunakan lift, escalator dan tangga. Sedangkan untuk sistem transportasi horizontal melalui koridor, hall, pedestrian ways dan jembatan untuk menghubungkan bangunan yang terpisah.
5.5.6 Konsep Sistem Penangkal Petir
Untuk bangunan shopping mall dengan ketinggian 4 lantai menggunakan system sangkar faraday.
5.5.7 Konsep Sistem Pengolahan Sampah
Pembuangan sampah dibuang secara manual dimana disediakan bak penampungan sampah di tiap unit retail pertokoan maupun di bagian tertentu di dalam shopping mall tersebut yang kemudian diambil oleh staff bagian kebersihan untuk dibuang menjadi satu pada bak penampungan sampah utama yang ukurannya lebih besar, selanjutnya sampah tersebut akan dialihkan ke luar tapak oleh Dinas Kebersihan Kota untuk dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir.
5.5.8 Konsep Sistem Keamanan
Sistem keamanan di dalam bangunan maupun di luar bangunan shopping mall ini menggunakan CCTV (Closed Circuit Television) yang dapat mengamati seluruh kondisi luar maupun dalam bangunan shopping mall ini. Diletakkan di tempat-tempat tertentu yang dipadati oleh banyak pengunjung, CCTV ini dapat diamati dari ruang pengawas dan dilengkapi dengan alarm jika ada yang merusak sistem ini.
5.5.9 Konsep Sistem Komunikasi
Komunikasi Eksternal, merupakan sistem komunikasi yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan luar bangunan shopping mall ini, media yang digunakan meliputi telepon,faksimil dan koneksi internet.
5.5.10 Konsep Sistem Audio dan Komunikasi Visual
BAB VI
PERANCANGAN ARSITEKTUR
6.1 Gambar Arsitektural
[image:49.1191.181.1004.166.717.2]6.1.1 Poster
6.1.2 Perspektif
6.2. Gambar Struktural
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi Judul
Judul perancangan ini adalah “Pusat Perbelanjaan Batang Kuis”. Adapun penjelasan dari judul tersebut adalah sebagai berikut :
Pusat dalam bahasa indonesia berarti tempat yang letaknya berada di
tengah.
Perbelanjaan dalam bahasa indonesia belanja berarti uang yang akan
dikeluarkan untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan secara harfiah, belanja adalah suatu kegiatan membeli sesuatu untuk kebutuhan hidup yang mencakup kebutuhan primer, sekunder dan tersier.
Pusat Perbelanjaan dapat di artikan sebuah tempat yang didalamnya terjadi kegiatan jual beli kebutuhan masyarakat.
Menurut Jeffrey D. Fisher, Robert, Martin dan Paige Mosbaugh, definisi pusat perbelanjaan adalah sebuah bangunan yang terdiri dari beberapa toko eceran, yang umumnya dengan satu atau lebih toko serba ada,toko grosir dan tempat parkir. (1991 : 121)
Menurut Rubenstain (1978) mall adalah sebagai suatu area pergerakan (linier) pada suatu area pusat bisnis kota atau Central Bussiness Distric (CBD) yang lebih diorientasikan bagi pejalan kaki, berbentuk pedestrian dengan kombinasi plaza dan ruang-ruang interaksional.
Menurut maitland (1987), mall adalah pusat perbelanjaan yang berintikan suatu atau beberapa department store besar sebagai daya tarik dari retail-retail kecil dan rumah makan dengan tipologi bangunan seperti toko-toko yang menghadap ke koridor utama mall atau pedestrian yang merupakan unsur utama dari shopping mall, dengan fungsi sebagai sirkulasi dan sebagai ruang komunal bagi terselenggaranya interaksi antar pengunjung dan pedagang.
Batang kuis adalah salah satu kecamatan yang berada di kabupaten deli
yang memiliki jalur pedestrian yang di antaranya berderet retail yang mencakup banyak kegiatan baik berbelanja,berjalan-jalan, berkumpul, makan, maupun rekreasi yang berada di Batang Kuis.
2.2 Lokasi
2.2.1 Kriteria Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dari sebuah perancangan. Untuk memilih lokasi yang akan dijadikan sebagai tapak perancangan perlu terlebih dahulu membuat kriteria-kriteria pemilihan lokasi.
Table 2.1 kriteria pemilihan lokasi
No Kriteria Lokasi
1 Tinjauan terhadap struktur kota
Tapak harus berada pada wilayah RUTRK yang tata guna lahannya diperuntukkan daerah perdagangan dan jasa(RTRW Kabupaten Deli Serdang)
2 Pencapaian Lokasi terletak pada daerah yang mudah dicapai oleh kenderaan pribadi, kenderaan umum, ataupun pejalan kaki(NAD)
3 Area pelayanan Area di sekitar site hendaknya merupakan fungsi-fungsi yang dapat saling mendukung dengan bangunan yang direncanakan atau di sekitar sarana prasarana yang membutuhkan jasa atau pelayanan yang berhubungan dengan berbelanja, seperti permukiman penduduk, terminal dan pusat komersil lainnya(asumsi). 4 Status kepemilikan Lokasi yang di pilih hendaknya memiliki
status kepemilikan yang jelas seperti lokasi tersebut merupakan milik pemerintah atau pribadi(asumsi).
Sehingga biaya dapat di maksimalkan lebih banyak pada pembangunan proyek(asumsi).
6 Peraturan Daerah yang dipilih sebagai lokasi perancangan harus memiliki peraturan pendirian bangunan yang jelas, agar ada batasan-batasan perancangan sehingga pembangunan yang dilakukan sejalan dengan rencana pengembangan di darah tersebut(asumsi).
Sumber : RTRW Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010-2030,2016 1. Tinjauan Terhadap Struktur Kota
Batang Kuis merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yang mengalami pengembangan sistem Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK). Konsep pelayanan PPK ini ditetapkan berdasarkan pertimbangan Struktur Ruang Kawasan Perkotaan Mebidangro dan potensi pengembangan Kabupaten Deli Serdang, dengan kriteria dan pertimbangan sebagai berikut (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Deli Serdang tahun 2005-2025) :
Peluang pengembangan Kabupaten Deli Serdang sebagai kawasan metropolitan yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Metropolitan Mebidangro (Medan-Binjai-Deli Serdang-Karo), Keberadaan Bandara Kualanamu sebagai pusat transportasi
regional,
Mensejajarkan Wilayah Sibolangit (bagian selatan) dengan bagian wilayah lainnya,
Menghidupkan kembali bekas Stasiun Kereta Api menjadi pusat pelayanan sekaligus menjadi pusat kegiatan dengan mengintegrasikan antara penggunaan lahan yang ada (konsep pengembangan Transit Oriented Development/TOD),
Ketersediaan jaringan jalan di selatan Kabupaten Deli Serdang yang menghubungkan dengan wilayah lainnya.
Berdasarkan konsep pengembangan diatas, maka strategi untuk mewujudkannya adalah sebagai berikut :
Memaduserasikan dan kerjasama pembangunan kawasan industri dengan Kota Medan maupun Binjai,
Pengembangan Kawasan Aerocity untuk mendukung keberadaan Bandara Kualanamu,
Membuka jalur regional (akses) masuk dan keluar Kabupaten Deli Serdang dengan prioritas memberikan akses untuk simpul kegiatan di Selatan Kabupaten Deli Serdang,
Rencana jalan Inner Ring Road dan Outer Ring Road Mebidangro, Pengembangan sentra-sentra industri pertanian di bagian selatan
Kabupaten Deli Serdang,
Peningkatan fungsi jalan yang menghubungkan simpul kegiatan wilayah selatan dengan Bandar Udara Internasional Kualanamu, Pembangunan unit-unit pengumpul hasil pertanian di bagian selatan
Kabupaten Deli Serdang.
[image:79.595.115.513.523.742.2]Sistem pusat-pusat pelayanan di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2 Rencana Sistem Perkotaan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2025
NO HIRARKI KOTA FUNGSI YANG DIKEMBANGKAN
1 Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Lubuk Pakam
Pusat pemerintahan kabupaten; Perdagangan dan jasa;
Kota transit;
Pusat pelayanan fasilitas sosial dan umum;
Permukiman perkotaan
Pancur Batu Perdagangan dan jasa regional (pasar induk dan terminal sayur);
NO HIRARKI KOTA FUNGSI YANG DIKEMBANGKAN
Pendidikan dan olah raga; Pariwisata;
Perumahan dan permukiman. 2 Pusat
Pelayanan Kawasan (PPK)
Tanjung Morawa
Perdagangan dan jasa lokal; Industri;
Perumahan dan permukiman. Batang Kuis Perdagangan dan jasa lokal;
Pengolahan pertanian dan perkebunan; TOD
Perumahan dan permukiman; Kota transit
Percut Sei Tuan
Perdagangan dan jasa regional; Pengolahan pertanian dan perikanan; Perumahan dan permukiman.
Industri;
Pusat pendidikan dan olah raga; Hamparan
Perak
Perdagangan dan jasa; Industri;
Kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam);
Pariwisata, dan Kegiatan Militer
Perumahan dan permukiman. Sunggal Perdagangan dan jasa lokal;
Industri;
Perumahan dan permukiman.
Deli Tua Perdagangan dan jasa regional (pasar induk sayuran);
TOD
NO HIRARKI KOTA FUNGSI YANG DIKEMBANGKAN
Perumahan dan permukiman.
Pagar Merbau
Perdagangan dan jasa lokal;
Pengolahan pertanian dan perkebunan; Perumahan dan permukiman.
Tembung Perdagangan dan jasa; Industri;
Perumahan dan permukiman. Galang Perdagangan dan jasa lokal;
Pengolahan pertanian dan perkebunan; TOD
Militer
Perumahan dan permukiman. Sibolangit Perdagangan dan jasa lokal;
Pariwisata; Agropolitan
Kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam)
Perumahan dan permukiman. Gunung
Meriah
Pengolahan pertanian; Kehutanan
Namo Rambe
Pengolahan pertanian; Perumahan
Pariwisata Bangun
Purba
Pengolahan pertanian dan perkebunan; Perumahan dan permukiman;
Patumbak Pengolahan pertanian dan perkebunan; Perumahan;
NO HIRARKI KOTA FUNGSI YANG DIKEMBANGKAN
Perdagangan dan jasa.
3 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)
STM Hulu Pengolahan pertanian; Kehutanan
Pariwisata
Kutalimbaru Pengolahan pertanian dan perkebunan; Perumahan dan permukiman;
Kehutanan
Biru-biru Pengolahan pertanian; Pariwisata
STM Hilir Pengolahan pertanian; Kehutanan
Labuhan Deli
Pengolahan pertanian dan perikanan; RTH;
Perumahan dan permukiman; Perdagangan dan jasa.
Pantai Labu Pengolahan pertanian dan perikanan; Transpotasi;
Perdagangan dan jasa; Perumahan dan permukiman Beringin Pengolahan pertanian;
Transpotasi;
Dari tabel diatas, fungsi yang dikembangkan di Kecamatan Batang Kuis adalah perdagangan dan jasa lokal, pengolahan pertanian dan perkebunan, TOD, perumahan dan permukiman, dan kota transit.
Gambar 2.1 Tata Ruang Kuala Namu
(Sumber : RTRW Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010-2030,2016)
Ditinjau dari tata ruang Kuala Namu kawasan batang kuis diperuntuhkan untuk sawit, hutan kota, perdagangan dan jasa. Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa perancangan sebuah fasilitas pusat perbelanjaan di kawasan batang kuis merupakan tapak yang tepat.
2. Pencapaian
Ada beberapa akses untuk mencapai lokasi tapak perancangan. Seperti dari gerbang utama kualanamu, jalan tol dan kereta api. Masing-masing akses ini memiliki jarak tempuh yang berbeda-beda.
Gambar 2.3 Lubuk pakam-site (sumber :google maps,2016)
Gambar 2.4 Tj morawa – site (sumber : google maps,2016) 3. Area pelayanan
Lokasi site dekat dengan Bandar Udara Kualanamu yang berjarak 6,8 Km dengan waktu tempuh sekitar 10 menit. Lokasi site juga dekat dengan pemukiman penduduk dan hotel.
4. Status kepemilikan
Status kepemilikan site merupakan pemilik pribadi. Karena lokasi site berada dekat dengan pemukiman penduduk.
5. Nilai lahan
direncanakan di daerah ini, harga lahan sangat murah namun setelah Bandar udara di bangun di kawasan ini harga lahan pun ikut naik.
6. Peraturan
Peraturan pembangunan di kawasan ini masih dalam tahap perencanaan. Sehingga peraturan yang dipakai yaitu peraturan pembangunan fasilitas yang berada di luar Bandar udara Kualanamu dan juga MEBIDANGRO.
2.2.2 Deskripsi Kondisi Eksisting Lokasi Tapak Perancangan
Lokasi tapak yang menjadi tempat perancangan telah dipilih oleh dosen pembimbing tugas akhir. Lokasi berada di kabupaten deli serdang, kecamatan batang kuis yang merupakan pintu gerbang utama Bandar udara kualanamu. Adapun kondisi tapak adalah sebagai berikut :
Gambar 2.5 lokasi perancangan (sumber : google earth,2016) a. Luas lahan : 1,5 hektar
b. Kontur : Relative datar
c. GSB : 11 meter
d. KDB : 70% - 80%
e. KLB : 4
f. Pemilik : Pribadi
g. Bangunan eksisting : Lahan kosong h. Keistimewaan site :
2.3 Tinjauan Fungsi
Fungsi dari bangunan yang yang di rencanakan adalah sebuah pusat perbelanjaan. Pusat perbelanjaan adalah sekelompok penjual eceran dan usaha komersil yang merencanakan, mengembangkan, mendirikan, memiliki dan mengelola sebuah property tunggal. Pada lokasi property ini berdiri disediakan juga tempat parkir.
Tujuan dan ukuran besar dari pusat perbelanjaan ini umumnya ditentukan dari karakteristik pasar yang dilayani. Konfigurasi umum pusat perbelanjaan contohnya adalah gedung tertutup dan pasar terbuka, (International Council of Shopping Center,1999). Selain sebagai tempat berbelanja pusat perbelanjaan juga adalah tempat berkumpul dan berekreasi. Ketiga unsur itu umumnya ada pada suatu pusat perbelanjaan dimana pada perkembangannya saling mempengaruhi.
Klasifikasi pusat perbelanjaan , yaitu:
a. Berdasarkan Aspek Perkotaan menurut U.L.I. standar (Shopping Centers, Planning, Development & Administration, Edgar Lion P.Eng):
1. Neighborhood Centre (Pusat Perbelanjaan Lokal)
Melayani kebutuhan sehari hari yang meliputi supermarket dan toko-toko yang luas.Lantai penjualan (Gross Leasable Area /GLA) antara 30.000-100.000 square feet (2787-9290 m2).Jangkauan pelayanan antara 5.000-40.000 jiwa penduduk (skala lingkup).Unit terbesar berupa supermarket, memiliki 35-40 toko dan luas site yang dibutuhkan antara 3-10 Ha.
2. Community Centre (Pusat Perbelanjaan Distrik)
3. Main Centre / Regional Centre (Pusat Perbelanjaan Regional) Pusat perbelanjaan dengan skala kota yang memiliki jangkauan pelayanan diatas 150.000 jiwa penduduk, dengan fasilitas-fasilitas meliputi pasar, toko, bioskop, dan bank yang terletak pada tempat strategis dan bergabung dengan perkantoran, tempat rekreasi dan kesenian. Luas lantai penjualan / GLA antara 300.000-1.000.000 squarefeet (27.870-92.900 m2).Pusat perbelanjaan tersebut terdiriatas dua atau lebih Department Store dan memiliki 80 jenis toko.
b. Berdasarkan Cara Pelayanan
1. Shopping Existing Personal Services
Pembeli dilayani langsung oleh para pelayan.Setelah transaksi, pelayan langsung meminta pembayaran dan membungkus barang tersebut.
2. Self Selection
Pembeli dapat memilih dan membeli barang-barang, kemudian mengumpulkan ke pelayan dan meminta bon pembayaran, lalu ke kasir untuk membayar dan mengambil barang. 3. Self Services
Pembeli dapat memilih dan mengambil barang-barang yang dibutuhkan, kemudian diletakkan pada keranjang / kereta dorong yang telah disediakan, lalu langsung dibawa ke kasir untuk pembayaran dan pembungkusan.
c. Berdasarkan Bentuk Fisik 1. Market
2. Shopping Street
Toko-toko berderet di kedua sisi jalan, dengan pencapaian langsung dari jalan utama.
Gambar 2.6 Dongmen street
(sumber : https://www.google.com/search?q=dongmen+street,2016) 3. Shopping Precint
[image:88.595.260.427.141.265.2]Toko-toko yang membentuk sebuah lingkaran yang bebas dari kendaraan, dan khusus untuk pejalan kaki.
Gambar 2.7 Dresden shopping spezial
(sumber : https://www.google.com/search?q=dongmen+street&biw,2016) 4. Department Store
Kumpulan beberapa toko yang berada di bawah satu atap bangunan. Luas lantainya berkisar antara 2.500 – 10.000 m2. 5. Supermarket
Toko dengan ruangan yang luas dan menjual bermacam-macam barang yang diatur secara berkelompok dengan sistem self service. Luas lantainya berkisar 1.000 – 2.500m2.
perilaku pembeli dan penjual seperti disampaikan dalam Lang(1987:114).
6. Shopping Centre
Bangunan atau kompleks pertokoan yang terdiri dari stan-stan took yang disewakan atau dijual.
7. Shopping Mall
Bangunan atau kompleks pertokoan yang memilih sistem selasar atau satu koridor utama disepanjang toko-toko yang menerus.
d. Berdasarkan Luas dan Macam-Macam Desain 1. Full Mall
Full mall terbentuk oleh sebuah jalan, di mana jalan tersebut sebelumnya digunakan untuk lalu lintas kendaraan, kemudian diperbaharui menjadi jalur pejalan kaki, plaza (alun-alun) yang dilengkapi paving, pohon-pohon, bangku-bangku, pencahayaan dan fasilitas-fasilitas baru lainnya seperti patung dan air mancur.
2. Transit Mall
Transit mall atau transit way dikembangkan dengan memindahkan lalu lintas mobil pribadi dan truk ke jalur lain dan hanya mengijinkan angkutan umum seperti bus dan taksi. Area parkir direncanakan tersendiri dan menghindari sistem parkir pada jalan (on-street parking), jalur pejalan kaki diperlebar dan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti : paving, bangku, pohon-pohon, pencahayaan, patung, air mancur dan lain-lain. Transit mall telah dibangun di kota-kota dengan rata-rata ukurannya lebih besar dari full mall maupun semi mall.
3. Semi Mall
A. Bentuk Pusat Perbelanjaan 1. Pusat perbelanjaan terbuka
Semua jalan yang direncanakan mengutamakan kenyamanan pejalan kaki, letaknya dapat di pusat kota, sistem penghawaannya dengan system penghawaan alami. Pusat perbelanjaan terbuka cocok untuk daerah beriklim sedang. Berjalan-jalan di dalamnya menjadi suatu keistimewaan tersendiri dan lebih menghemat energi.
2. Pusat perbelanjaan komposit
Pusat perbelanjaandengan bagian yang terbuka dan tertutup. Bagian yang tertutup diletakkan di tengah sebagai pusat dan menjadi magnet yang menarik pengunjung untuk masuk ke pusat perbelanjaan. 3. Pusat perbelanjaan tertutup
Pusat perbelanjaa