BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Landasan pacu (
runway)Bandar Udara Internasional Kualanamu (IATA: KNO, ICAO: WIMM) adalah sebuah bandar udara internasional yang melayani kota Medan dan sekitarnya. Bandara ini terletak 39 km dari kota Medan. Bandara ini adalah bandara terbesar kedua di Indonesia setelahBandar Udara Internasional Soekarno-Hatta. Lokasi bandara ini merupakan bekas areal perkebunan PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Beringin, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pembangunan bandara ini merupakan bagian dari MP3EI, untuk menggantikan Bandar Udara Internasional Polonia yang telah berusia lebih dari 85 tahun. Bandara Kualanamu diharapkan dapat menjadi bandara pangkalan transit internasional untuk kawasan Sumatera dan sekitarnya. Bandara ini mulai beroperasi sejak 25 Juli 2013 meskipun ada fasilitas yang belum sepenuhnya selesai dikerjakan. Adapun data dalam perhitungan panjang runway bandar udara internasional Kualanamu adalah sebagai berikut:
a) Spesifikasi bandar udara Internasional Kualanamu:
1) Landas pacu (runway) : dimensi = 3750 x 60 m2 2) Elevasi (min) : + 4 m dpl
3) Elevasi : RWY 05=6,960 meter (22, 834 feet) AMSL; RWY 23=6,095 meter (19,996 feet) AMSL 4) Reference temperatur : 31,8º C
6) Koordinate : 03°38’32”N 098°53’07”E b) Data pesawat (airplane characteristic data)
1) Jenis pesawat (models) : A330-300 (Airbus) 2) Jenis mesin (series engine) : GE CF6-80E1 3) Maximum Takeoff Weight (MTOW) : 212 000 Kg
4) Estimated Operational Empty Weight (OEW) : 119 831 Kg 5) Maximum Zero Fuel Weight (MZFW) : 16400 Kg
4.2. Analisis panjang runway berdasarkan metoda ICAO a) Takeoff Runway Availlable (TORA)
Perhitungan Takeoff Runway Availlable (TORA) menggunakan metoda ICAO Aerodrome Design Manual Part 1. Berdasarkan ICAO, perhitungan panjang runway untuk pesawat dengan MTOW lebih besar dari 60000 pounds (27200 Kg) digunakan manual yang dikeluarkan oleh pabrikasi pesawat masing-masing. Analisa panjang runway untuk jenis pesawat A330-300 menggunakan grafik manual yang dikeluarkan oleh pabrik pesawatnya sendiri dengan menggunakan data untuk Maximum Takeoff Weight (MTOW) 212000 Kg.
Panjang landasan pacu (runway Availlable) yang diperoleh dilakukan koreksi akibat pengaruh dari keadaan lokal lokasi bandara sebagai berikut:
a. Ketinggian permukaan laut (correction for elevation) Fe = 1 + 0.07
Fe = 1 + 0.07 = 1,001
b. Temperatur (correction for temperature) Ft = 1 + 0.01 x [ T – (15-0.0065 x h)] Ft = 1 + 0.01 x [ 31,8 – (15-0.0065 x 4,0)] = 1,6994
c. Koreksi kemiringan landasan (correction for gradient) Elevasi runway max = 5,42 m (lampiran height plan runway)
Elevasi runway min = 4,0 m (lampiran height plan runway)
=
= 0,0378 Fg = 1 + 0.1 x G = 1 + 0.1 x 0,0378 = 1,0415
Panjang runway setelah dilakukan koreksi (ARFL) ARFL = 2.255 x Fe x Ft x Fg
= 3995,17 m ≈ 3995 m.
Grafik takeoff weight limitation untuk jenis pesawat A330 dengan mesin yang berbeda, panjang runway masing-masingnya dapat ditentukan dengan cara yang sama. Berikut ini adalah daftar takeoff runway Availlable (Tabel 5.1) pesawat A330 dengan berbagai tipe mesin.
Tabel 4.1 Panjang runway pesawat A330 dengan berbagai tipe mesin Tipe mesin
PW 4000 RR TRENT 700 GECF6-80E1
Takeoff weight limitation (m) 2702 2720 2651
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis mesin pesawat yang digunakan mempengaruhi kebutuhan takeoff runway Availlable.
b. Landing Distance Availlable (LDA)
Kebutuhan Landing Distance Availlable (LDA) jenis pesawat A330 untuk semua jenis mesin adalah 2500 m, dengan panjang runway bandar udara internasional Kualanamu 3750 m.
.
c. Runway End Safety Area (RESA)
Bandar udara Internasional Kualanamu memiliki RESA dikedua runway existingnya dengan dimensi yang berbeda. Pada runway 05 memiliki RESA dengan dimensi 180 m x 120 m, sedangkan untuk runway 23 dengan dimensi 180 m x 120 m. Berdasarkan ICAO annex 14 dimensi RESA pada runway 05 dan runway 23 yang mensyaratkan panjang minimum 90 m ujung runway strip dan lebar minimum dua kali lebar runway sudah memenuhi ketentuan.
d. Clear way
Menurut ICAO annex 14, panjang maksimum clearway adalah setengah jarak panjang area lepas landas yang ada. Pada clearway terdapat penambahan lebar kearah lateral sekurang-kurangnya 75 m disetiap sisinya dari garis sumbu perpanjangan runway. Berdasarkan rekomendasi ICAO tersebut, maka dimensi clearway pada bandar udara internasional Kualanamu pada runway 05 (300 m x 150 m) dan runway 23 (300 m x 150 m) sudah memenuhi ketentuan.
e. Stopway
Stopway atau overrun (inggris) di bandar udara internasional Kualanamu mempunya ukuran 60 m x 60 m. Dimensi panjang overrun sudah memenuhi ketentuan ICAO yaitu 60 m untuk kode angka 4. Pada tugas akhir ini tidak diperoleh kemiringan overrun secara detail.
f. Analisa angin
Pada tugas akhir ini tidak diperoleh data angin secara detail dari station BMKG Medan. Data yang diperoleh hanya berupa data angin rata-rata dari BMKG Medan dimana angin perpermukaanan datang dari arah barat laut dan barat daya dengan kecepatan angin rata-rata (5-10 knots). Panjang runway bandar udara 3750 m, maka Sesuai dengan persyaratan ICAO, Aerodrome Reference Field Length (ARFL) >1500 m, pesawat dapat landing atau takeoff pada 95% dari waktu dengan komponen cross wind tidak melebihi 20 knots. Dengan kecepatan angin perpermukaanan 10 knots, panjang runway sudah memenuhi ketentuan
ICAO. Arah azimuth landasan existing bandar udara juga sesuai dengan arah angin.
4.3. Landasan hubung (taxiway)
Bandar udara Internasional Kualanamu memiliki dua landasan hubung (taxiway), dengan masing-masing dimensinya yaitu, taxiway A (3750 x 30 m) dan taxiway B (2000 x 30 m). Berikut adalah analisis taxiway utama bandar udara internasional Kualanamu.
a. Analisis karakteristik taxiway
1) Panjang taxiway : 3750 m
2) Lebar taxiway : 30 m
3) Lebar shoulder : 15 m
4) Lebar taxiway plus shoulder : 45 m
5) Lebar taxiway strip : 3990 m x 300 m
Referensi kode huruf dan kode angka bandar udara dapat dilihat pada Tabel 5.2 berikut ini:
Tabel 4.2 Aerodrome reference code
Code element I Code element II
Code number Aerodrome reference field length (m) Code letter Wing span (m)
Outer main gear wheel span (m)
1 < 800 A < 15 < 4.5
3 1200 – 1800 C 24 - < 36 6 - < 9
4 >1800 D 36 - < 52 9 - < 14
E 52 - < 65 9 - < 14 F 65 - < 80 14 - < 16
(sumber:ICAO, 1999)
Berdasarkan tabel 5.2 diatas, maka bandar udara internasional Kualanamu yang memiliki ARFL > 1800 (3750 m) digolongkan kedalam kode nomor 4, sedangkan berdasarkan karakteristik pesawat maksimum yang dilayani yaitu A 330-300 dengan wing span 60,304 m (197 ft 10 in) (lampiran), maka bandar udara digolongkan kedalam kode huruf E. Lebar taxiway minimum yang disyaratkan ICAO untuk bandar udara kode huruf E yaitu 23 m (Tabel 3.6).
Lebar landas hubung dan bahunya (Width of the taxiway and shoulder) berdasarkan ICAO (Tabel 3.8) untuk bandar udara dengan kode huruf E yaitu 44 m, sedangkan lebar taxiway strip (Wstrip) yaitu 80 m.
Tabel 4.3 Jarak as taxiway dengan as runway Code
letter
Code number
Instrument runway (m) Non-instrumen runway (m)
1 2 3 4 1 2 3 4
B 87 87 - - 42 52 - - C - - 168 - - - 93 D - - 176 176 - - 101 101 E - - - 182,5 - - - 107,5 F - - - 190 - - - 115 (sumber:ICAO, 1999)
Berdasarkan ICAO, 1999 jarak minimum antara as taxiway dengan as runway (instrumen runway) untuk bandar udara dengan kode huruf E dan kode angka 4 adalah 182,5 m. Perbandingan karakteristik taxiway bandar udara Kualanamu dengan persyaratan ICAO dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut:
Tabel 4.4. Perbandingan taxiway eksisting bandar udara Kualanamu dengan ICAO Karakteristik taxiway Bandara Internasional Kualanamu (m) ICAO 1999 (m) Lebar taxiway 30 23
Lebar taxiway + shoulder 45 44
W strip 195 80
Pada tikungan taxiway, jari-jari kurvanya harus cukup halus untuk berbelok pesawat. Jari-jari taxiway yang perlu diperhatikan antara lain jari-jari belokan (R) taxiway dan jari-jari fillet (F). Jari-jari belokan (R) taxiway yaitu jarak dari titik pusat lingkaran sampai ke center line tikungan pada suatu belokan taxiway. Jari-jari fillet (F) yaitu jarak dari pusat lingkaran ke ujung terluar tikungan taxiway. Jari-jari belokan (R) dan jari-jari fillet (F) bandar udara
internasional Kualanamu dan kebutuhan tikungan taxiway pesawat A330-300 dapat dilihat pada gambar 5.4 dan 5.5 berikut:
(Sumber, A330 Airplane characteristic)
Gambar 4.3. (900) Turn-runway to taxiway
22,86(75,0ft) 30,48 (100ft) 6,04 (19,8ft) 5,39 (17,7ft) ) 4,78(15,68ft) 45,72 (150ft) R=38,25(125,5ft)
Gambar 4.4. Tikungan taxiway bandar udara internasional Kualanamu Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa bandar udara internasional Kualanamu memiliki dimensi jari-jari belokan yang cukup lebar sehingga memberikan pelayanan yang baik dan halus bagi keleluasaan tikungan terhadap pesawat yang beroperasi terutama pesawat kritis yang ditinjau yaitu A330. Pesawat A330-300 memberikan standar tikungan minimal dengan radius belokan (R) 38,25 m, sementara tikungan taxiway pada bandar udara Internasional Kualanamu cukup besar yaitu dengan radius (R) 60 m. Jari-jari fillet taxiway bandara (F) 35 m juga cukup untuk melayani pesawat A330 yang hanya membutuhkan jari-jari Fillet (F) minimal 30,48 m. Perbandingan tikungan taxiway dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut:
Tabel 4.5 Perbandingan kebutuhan tikungan taxiway
Tikungan taxiway Fillet radius (F) Radius of taxiway turn (R)
Kualanamu 35 m 60 m
A330-300 30,48 m 38,25 m
b. Analisis kemiringan perpermukaanan perkerasan taxiway
Kemiringan perpermukaanan taxiway yang akan dianalisis yaitu kemiringan transversal dan longitudinal.
1) Kemiringan tranversal (tranverse slope)
Bandar udara Kualanamu tergolong dalam kode huruf E, sehingga berdasarkan Tabel 3.7 kemiringan tranversal yang diijinkan adalah 1,5 %. Berikut dilakukan analisis beberapa titik dari gambar height plan pada taxiway utama (Twy A) dengan persamaan :
½ lebar taxiway = 15 m
2) Kemiringan longitudinal (longitudinal slope)
Kemiringan longitudinal yang diijinkan untuk bandar udara dengan kode huruf E juga 1,5%. Perubahan kemiringan memanjang (longitudinal slope changes) harus diberi daerah transisi dengan tingkat perubahan tidak melebihi 1% per 30 m untuk kode huruf C, D, E, dan F.
4.4. Area parkir Pesawat (Apron) a. Analisis ukuran apron existing
Dimensi dari apron existing bandar udara internasinal Kualanamu adalah 205m x 216m dengan luas apron 200.000 m2. Jarak sisi terluar apron dengan centerline runway yaitu 345 m. Kapasitas apron (parkir pesawat) setelah
dialihkan dari bandar udara Polonia Medan menjadi bandar udara internasional Kualanamu dalam perencanaannya dapat dilihat pada Gambar 5.7 berikut:
Sumber: PT Angkasa Pura II KNO
Berbagai jenis pesawat yang beroperasi dibandar udara Kualanamu cukup beragam disamping pesawat kecil seperti B 737 terdapat pula pesawat berbadan lebar seperti B747 – 400, B 777, dan A300. Berikut ini adalah data pergerakan/penerbangan pesawat tahun 2009-2013:
Tabel 5.8 Data pergerakan Penumpang dan Pesawat (domestic/ Internasional) pesawat tahun 2009-2013
No. URAIAN TAHUN 2009 % 2010 % 2011 % 2012 % 2013 % 1 PESAWAT Internasional 10,672 2.77% 12,193 14.25% 14,934 22.48% 15,426 3.29% 17,170 11.31% Domestik 39,611 -6.95% 44,994 13.87% 46,918 4.24% 50,544 7.99% 53,291 5.07% Jumlah 50,283 -4.99% 57,187 13.73% 61,753 7.98% 65,970 6.83% 70,461 6.81% 2 PENUMPANG Internasional 932,994 -0.10% 1,136,211 21.78% 1,419,229 24.91% 1,552,968 9.42% 1,712,440 10.27% Domestik 3,840,146 2.93% 4,967,810 29.37% 5,606,312 12.85% 6,310,989 12.57% 6,577,205 4.22% Sub Jumlah 4,773,140 2.32% 6,104,021 27.88% 7,025,541 15.10% 7,863,957 11.93% 8,289,645 5.41% Transit Int’l 0.00% 572 0.00% 9,763 1606.82% 946 90.31% 3,354 254.55% Transit Domestik 183,201 20.53% 84,982 53.61% 134,803 58.63% 127,011 -5.78% 65,706 -48.27% Jumlah 4,956,341 2.90% 6,189,575 24.88% 7,170,107 15.84% 7,991,914 11.46% 8,358,705 4.59% 3 KARGO (KG ) Internasional 3,672,458 22.98% 2,339,061 36.31% 5,257,337 124.76% 4,666,159 11.24% 5,174,434 10.89% Domestik 31,164,759 -8.35% 33,462,117 7.37% 42,001,125 25.52% 38,128,175 -9.22% 39,099,072 2.55% Jumlah 34,837,217 10.15% 35,801,178 2.77% 47,258,462 32.00% 42,794,334 -9.45% 44,273,506 3.46%
Berdasarkan data penerbangan yang diperoleh dari PT.Angkasa Pura II tersebut kemudian pesawat yang dianalisa, dikelompokkan berdasarkan wingspan sesuai dengan penempatan pesawat parkir pada apron bandara dan juga untuk mempermudah analisis. Jumlah pesawat kemudian dari 2009-2013 ditotal. Data pergerakan pesawat tahun 2009-2013 sesuai dengan pengelompokan wingspan pesawat parkir.
Jumlah penumpang untuk tahun 2009 adalah : 8,358,705 orang, sehingga diperolehjumlah penggunaan pesawat oleh penumpang. Hasil penggunaan pesawat oleh penumpang dapat dilihat pada :
Tabel 4.7 pesawat dan penumpang Tahun Type Penerbangan Pesawat Penumpang Kargo Normal Transite 2009 Domestik 39,611 3,840,146 183,201 31,164,759 Internasional 10,672 932,994 - 3,672,458 Jumlah 50,283 477,3140 183,201 34,837,217 2010 Domestik 44,994 4,967,810 84,982 33,462,117 Internasional 12,193 1,136,211 572 2,339,061 Jumlah 57,187 6,104,021 85,554 35,801,178 2011 Domestik 46,784 5,606,312 134,803 42,001,125 Internasional 14,934 1,419,229 9,763 5,257,337 Jumlah 61,718 7,025,541 144,566 47,258,462 2012 Domestik 50,522 6,310,989 127,011 38,128,175
Internasional 15,426 1,552,968 946 4,666,159 Jumlah 65,948 7,863,957 127,957 42,794,334 2013 Domestik 53,291 6,577,205 65,706 39,099,072 Internasional 17,170 1,712,440 3,354 5,174,434 Jumlah 70,461 8,289,645 69,060 44,273,506
Analiasa dilakukan berdasarkan jumlah penumpang dari tahun 2009 sampai 2013. Kenaikan persentase setiap tahun dijelaskan pada:
Tabel 4.8 Presentase kenaikan pesawat dan penumpang
Tahun Pesawat Kenaikan (%) Penumpang Normal Kenaikan (%) Transite Kenaikan (%) 2009 50,283 10.65 477,3140 25.32 183,201 4.30 2010 57,187 13.73 6,104,021 27.88 85,554 - 5.30 2011 61,718 7.92 7,025,541 15.01 144,566 6.89 2012 65,948 6.85 7,863,957 11.94 127,957 -11.48 2013 70,461 6.84 8,289,645 5.42 69,060 -46.02 Rata - rata 9.20 5,952,095 17.12 122.067.6 -10.33
b. Analisis dimensi apron untuk umur fungsional 10 tahun
Dari data lalu lintas pesawat udara diatas didapat perencanaan penggunaan kapasitas apron untuk 10 tahun kedepan, dengan asumsi pertumbuhan sebesar 5 % tiap tahun.
Tahun Pesawat Keterangan
0 2013 70,461 1 2014 73,985 2 2015 77,503 3 2016 81,030 4 2017 84,553 5 2018 88,076 6 2019 91,599 7 2020 95,122 2009 2010 2011 2012 2013 PESAWAT 50,283 57,187 61,718 65,948 70,461 PENUMPANG 4,773,140 6,104,021 7,025,541 7,863,957 8,289,645 0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 9,000,000 0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000
8 2021 98,645
19 2022 102,168
10 2023 105,692
Tabel 4.10.Peningkatan Pergerakkan Pesawat asumsi 5%
Tabel 4.11. Grafik Peningkatan Pergerakkan Pesawat asumsi 5%
Dengan jumlah parking stand existing yang ada di di bandar udara Internasional Kualanamu sejumlah 33 ditambah dengan 3 parking stand di apron kargo maka jumlah keseluruhan sebanyak 36 parking stand. Dengan kondisi existing apron
70,461 73,985 77,503 81,030 84,553 88,076 91,599 95,122 98,645 102,168 105,692 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 1
Analisis dimensi
apron
untuk umur fungsional 10
tahun
pada tahun 2013 maka jumlah parking stand yang ada sudah terpakai seluruhnya untuk melayani jumlah pergerakkan pesawat. Dengan asumsipertumbuhan pergerakkkan pesawat sebesar 5 % setiap tahun maka dibutuhkan adanya penambahan parking stand. Penambahan jumlah parking stand dapat dihitung denga rumus :
a jumlah pergerakkan pesawat udara
tahun 2013 70,461
b jumlah parking stand tahun 2013 33 c jumlah pergerakkan pesawat udara
tahun 2023 (asumsi 5% pertahun) 105,695 RUMUS x ( ) X ( ) = 49,50 = 49 parking stand
Dari perhitungan diatas jumlah parking stand pada tahun 2023 sebanyak 49 parking stand. Dengan demikian perlu adanya penambahan sebanyak 16 parking stand untuk dapat mengakomodir pergerakan pesawat udara sebanyak 105,695.
4. 5. Pembahasan
a. Landasan pacu (runway)
Perhitungan panjang runway memakai suatu standar yang di sebut ARFL (Aerodrome Reference Field Length). Menurut ICAO, ARFL adalah runway
minimum yang dibutuhkan untuk lepas landas pada maximum sertifikated take off weight, elevasi permukaan laut, kondisi standar atmosfer, keadaan tanpa angin bertiup, runway tanpa kemiringan. Setiap pesawat mempunyai ARFL berbeda-beda yang dikeluarkan oleh pabrik pembuatnya.
Analisa panjang runway jenis pesawat A330-300 yang dikeluarkan oleh pabrik pesawatnya dengan menggunakan data Maximum Takeoff weight (MTOW) 212.000 Kg. Berdasarkan MTOW dan airport pressure altitude (elevasi) diperoleh ukuran panjang landasan pacu (runway length) sebesar 7400 feet (2255 m). Panjang tersebut harus dipenuhi dengan melakukan koreksi akibat pengaruh kondisi lokal lokasi bandar udara diantaranya terhadap ketinggian permukaan laut, temperatur dan kemiringan landasan. Diketahui panjang runway bandar udara Kualanamu yaitu 3750 m.
Berdasarkan karakteristik pesawat maximum yang dilayani yaitu A330-300 dengan wingspan 60,304 m, maka bandar udara digolongkan kedalam kode huruf E. Menurut ICAO annex 14, lebar runway minimum untuk bandar udara dengan kode huruf E yaitu 45 m. Bandar udara Kualanamu memiliki ukuran lebar runway 60 m, sehingga sudah memenuhi ketentuan ICAO. Panjang dasar landasan ditentukan dengan kondisi asumsi di bandar udara sebagai berikut :
1. Elevasi/ketinggian bandara pada muka air laut rata-rata
2. Temperatur bandara ditentukan pada suhu standar 15°C (59°F) 3. Landas pacu rata searah longitudinal
4. Tidak ada angin yang bertiup di landas pacu 5. Pesawat dimuati dengan kapasitas penuh
6. Tidak ada angin yang mempengaruhi selama penerbangan ke tujuan 7. Temperatur standar selama penerbangan
Panjang aktual landas pacu ditentukan dari panjang dasar landasan dan angka-angka koreksi ketinggian, temperatur dan koreksi terhadap gradien.
Koreksi terhadap Ketinggian
Semakin tinggi suatu tempat akan menyebabkan kerapatan udara menjadi semakin rendah, hal ini akan mengakibatkan pesawat memerlukan jarak yang lebih panjang untuk tinggal landas. Panjang dasar landasan (basic runway length) merupakan suatu kebutuhan dasar yang diperlukan oleh masing-masing pesawat dalam melakukan manuver lepas landas (penerbangan/take-off) atau pendaratan (landing). Setiap pesawat memiliki panjang dasar landasan sendiri terkait dengan kemampuan masing-masing pesawat dalam melakukan manuver penerbangan/pendaratan. Panjang dasar landasan ditentukan oleh industri pesawat terbang, meskipun demikian bagi perencana bandara perlu mengetahui konsep penentuan panjang dasar landasan suatu pesawat.
Panjang dasar landasan suatu pesawat ditentukan oleh beberapa faktor berikut ini :
1. Pendaratan Normal (normal landing case), 2. Lepas Landas Normal (normal take-off case),
3. Lepas Landasr dengan Gangguan Mesin (Engine Failure take-off case).
b. PerhitunganPCN Pada Runway
• Dalam penyelenggaraan operasi bandara salah satu faktor penting adalah keamanan dan keselamatan penerbangan sebagaimana Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan yang menjelaskan bahwa keamanan penerbangan diwujudkan dari penyelenggaraan penerbangan yang bebas dari gangguan dan/atau tidakan yang melawan hukum
• Guna menunjang kelancaran dan keamanan dalam penyelenggaraan penerbangan, maka fasilitas suatu bandara harus senantiasa dalam kondisi baik dan siap pakai serta memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Untuk itu semua fasilitas yang ada harus secara teratur dilakukan pemeriksaan, perawatan, pemeliharaan dan perbaikan.
• Dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan penerbangan yang aman dan lancar di bandara bandara tersebut, perlu dilakukan penelitian/kajian yang mendalam terhadap kemampuan daya dukung fasilitas dimaksud dengan menggunakan peralatan Heavy Weight Deflectometer (HWD), sehingga diperoleh kepastian dan keyakinan terhadap kemampuannya untuk operasional pesawat yang lebih besar
• Maksud dari pelaksanaan Pengukuran PCN Bandar Udara Internasional Kualanamu yang merupakan Bagian dari Pekerjaan Pengukuran PCN 1 Bandara (KNIA) adalah untuk melakukan analisis dan evaluasi kemampuan teknis fasilitas landasan melalui penelitian daya dukung
fasilitas landasan dengan menggunakan peralatan Heavy Weight Deflectometer (HWD).
• Perencanaan Pengukuran PCN Bandara Internasional Kualanamu bertujuan agar mendapatkan kepastian dan keyakinan terhadap kemampuan dan performance fasilitas landasan dalam mendukung beroperasinya pesawat terbang yang lebih besar melalui kajian nilai Pavement Clasification Number (PCN)
• Ruang lingkup pekerjaan pengukuran PCN ini meliputi pengujian fasilitas landasan yang meliputi fasilitas:
• Runway. • Taxiway. • Apron.
• Untuk bandara Kualanamu pengujian hanya dilakukan pada Runway dan Fillet exit Taxiway.
RUNWAY
Lapisan perkerasan Tebal (mm) Bahan
Surface course(mm) 540 Asphaltic concrete
Base course(mm) 400 Granular material
Subgrade 1000 Tanah dasar
S
Sistem PCN (Pavement Classification Number) digunakan bersama-sama dengan ACN (Aircraft Classification Number). PCN adalah nilai untuk permukaan landasannya (runway, apron dan taxiway) sedangkan ACN adalah nilai yang dimiliki oleh sebuah pesawat tertentu dengan konfigurasi tertentu pula. Sistem ACN/PCN ini berlaku untuk pesawat dengan All-up Mass lebih dari 12500 lbs atau 5700 kg. Aturannya cukup sederhana, pesawat yang boleh melewati sebuah pavement harus memiliki nilai ACN yang lebih kecil atau sama dengan PCN.
c. Landasan hubung (taxiway)
Bandar udara Internasional Kualanamu memiliki dua landasan hubung (parallel taxiway), pembahasan ditujukan terhadap taxiway utama (taxiway A) dengan dimensi 3750 m x 30 m. Dan taxiway B dengan dimesi 2000 m x 30 m. Berdasarkan hasil analisis taxiway, dapat dilakukan perbandingan ukuran taxiway bandar udara Kualanamu dengan ketentuan ICAO.
Tabel 4.12. Perbandingan taxiway eksisting bandar udara Kualanamu dengan ICAO Karakteristik taxiway Bandar udara Kualanamu (m) ICAO 1999 (m) Lebar taxiway 30 23
Lebar taxiway + shoulder 45 44
W strip 3990 x 300 80
Kondisi existing taxiway bandar udara Kualanamu berdasarkan tabel diatas sudah memenuhi ketentuan yang dikeluarkan ICAO. Analisis kemiringan taxiway sebagian besar sudah memenuhi ketentuan ICAO, namun ada beberapa titik yang tidak sesuai dengan ketentuan.
Pesawat A330-300 memberikan standar tikungan minimal dengan radius belokan (R) 38,25 m, sementara tikungan taxiway pada Bandar udara Kualanamu cukup besar yaitu dengan radius (R) 60 m. Jari-jari fillet taxiway bandara (F) 35 m juga cukup untuk melayani pesawat A330 yang hanya membutuhkan jari-jari Fillet (F) minimal 30,48 m.
Berdasarkan hasil analisis bandara udara internasional Kualanamu memiliki dimensi jari-jari belokan yang cukup lebar sehingga memberikan pelayanan yang baik dan halus bagi keleluasaan tikungan terhadap pesawat yang beroperasi terutama pesawat kritis yang ditinjau yaitu A330.
d. Area parkir Pesawat Udara (Apron)
Dimensi dari apron existing bandar udara internasinal Kualanamu adalah 315m x 210m dengan luas apron 20.000 m2. Analisis apron dilakukan untuk mengetahui kelayakan kapasitas parkir pesawat untuk waktu 10 tahun kedepan.
4. 6. Analisa Permasalahan
Dengan asumsi pertumbuhan pergerakkan pesawat sebesar 5 % per tahun, maka pergerakkan pesawat udara meningkat dari tahun 2013 sampai 2023 sebesar 105.461. sehingga parking stand pada tahun 2013 sebanyak 33 + 3 parking stand di area apron kargo. Berdasarkan hitungan dijelaskan bahwa pada tahun 2023 dibutuhkan penambahan parking stand sebanyak 16.
4. 7. Penyelesaian Permasalahan a. Alternatif 1
Tidak melakukan penambahan kapasitas parking stand atau perluasan apron, hal ini dapat dilakukan dengan cara :
1. Pemanfaatan waktu operasi Bandar udara yang masih tersedia (lowong) biasanya pada saat malam hari setelah jam 00.00 wib;
3. Tidak menjadikan Bandar udara Kualanamu sebagai Home Base (penempatan pesawat untuk menginap).
b. Alternatif 2
Melakukan perluasan apron (penambahan kapasitas parking stand) sesuai dengan kebutuhan pergerakkan pesawat pada tahun 2023 sebanyak 16 parking stand dengan konsekuensi :
1. Penambahan biaya Investasi yang cukup besar; 2. Pengerjaan apron akan memakan waktu lama;
3. Saat pengerjaan penambahan kapasitas apron maka akan menggangu operasional bandar udara Kualanamu.