BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi mengenai Terminologi Judul, Tinjauan Fungsi, Elaborasi Tema, dan Rangkuman.
2.1 Terminologi Judul
Adapun judul proyek perancangan yang berjenis fiktif ini adalah Pusat
Perbelanjaan di Kawasan Kualanamu.
Arti kata dari judul :
Pusat Perbelanjaan, adalah sebuah bangunan yang terdiri dari beberapa toko eceran, yang umumnya dengan satu atau lebih toko serba ada, toko grosir dan tempat parkir.
Kawasan, adalah daerah tertentu yang mempunyai ciri tertentu, seperti tempat tinggal, pertokoan, industri, dan sebagainya.
Berdasarkan batasan pengertian di atas, diambil kesimpulan bahwa P usat
P erbelanjaan di Kawasan Kualanamu sebuah pusat perbelanjaan yang mencakup
banyak kegiatan baik berbelanja, berjalan-jalan, berkumpul, makan, maupun rekreasi
yang berada di dekat bandara Kuala Namu
2.2 Konsep Aerotropolis
Aerotropolis dapat didefinisikan sebagai sebuah kota dimana tata letak, infrastruktur, dan ekonomi berpusat pada bandar udara (bandara). Hal ini membuat aerotropolis kerap dikenal sebagai kota bandara. Seperti konsep kota metropolis, bandara sebagai pusat aerotropolis juga memiliki kawasan pinggir kota (suburban) yang
terhubung oleh infrastruktur dan transportasi massal.
Istilah aerotropolis pertama kali dikemukakan oleh seorang seniman asal New York, Nicholas De Santis. Pada November 1939, gambar karya De Santis berupa atap gedung pencakar langit Bandara di tengah kota itu ditayangkan dalam Popular Science.
Konsep aerotropolis kemudian dicetuskan oleh John D. Kasarda pada tahun 2000dan telah menjadi “Ideas of 2006” pada majalah New York Times (CapitalAlliance, (2007).“The aerotropolis has emerged because of the advantages
airports and their environs provide to business in the new speed-driven,globally networked economy.”(Kasarda, 2007:108). Dari kutipan diatas Kasarda mengatakan
bahwa aerotropolis dapat berkembang karena untuk menghadapi tantangan bandara dan kawasan disekitarnya untuk menjadi kawasan bisnis yang berskala global dan menawarkan efisiensi waktu dalam pergerakan, karena langsung terhubung dengan
2.2.1. Jarak dan Lokasi Aerotropolis Secara Umum
Lokasi kota yang memiliki konseo Aerotropolis secara umum terletak di luar pagar Bandara, namun memiliki akses yang dekat ke Bandara. Sampai saat ini belum ada batasan-batasan yang mengatur dan menetapkan standar letak kota Aerotropolis terhadap Bandara, namun waktu 20-30 menit biasanya digunakan sebagai acuan untuk mengatur batas luar sebuah kota ya ng berkonsep Aerotropolis dalam beberapa studi rencana pengembangan kota aerotropolis.
2.2.2. Bangunan-Bangunan di Kawasan Aerotropolis
Beberapa fungsi bangunan yang biasanya ada pada kawasan Aerotropolis meliputi:,
Pertokoan Restoran
Kegiatan entertaiment dan kebudayaan Hotel dan akomodasinya
Bank dan penukaran mata uang asing Gedung perkantoran
Convention dan exhibition center Hiburan, rekreasi dan pusat kebugaran Logistik dab distribusi
Factory outlet
Pelayanan keluarga seperti klinik kesehatan dan penitipan anak
2.2.3. Tema dan Karakteristik Bangunan di Kawasan Aerotropolis
Pada dasarnya belum ada peraturan yang mengharuskan tema bangunan yang dirancang oada kawasan Aerotropolis. Namun menurut beberapa studi banding kawasan Aerotropolis di beberapa negara luar, tema perancangan kebanyakan pada kawasan
Bandar Udara adalah Hi-Tech, dimana bangunan yang ada berkarakter futuristik.
2.2.4. Studi Banding Kota Aerotropolis
Berikut merupakan beberapa kota yang dikembangkan dengan konsep kota Aerotropolis, beberapa diantaranya adalah:
A. Schiphol Aiport, Amsterdam, Nederland
Bandara Udara Internasional Schiphol dengan kode IATA AMS dan ICAO EHAM adalah bandara utama di Belanda yang terletak di selatan Amsterdam, persisnya di gemeente Haarlemmermeer. Schiphol adalah salah satu dari bandara-bandara di Eropa yang bersaing menjadi pintu masuk utama ke benua tersebut bersama Bandara London Heathrow di London, Britania Raya; Bandara Internasional Frankfurt di Frankfurt am Main, Jerman; dan Bandara Internasional Charles de Gaulle di Paris (Roissy), Perancis. Pada 2004, Schiphol meraih urutan keempat di Eropa untuk jumlah
penumpang sebesar 42.541.000 orang, setelah bandara-bandara tersebut.
Menurut Kasarda pada majalah “Atlantis Magazine by Polis | Platform for Urbanism” (2011), Schiphol Airport merupakan contoh bandara dengan konsep pengembangan kota aerotropolis. “ Kawasan itu (Schiphol Airport) menampilkan semua
karakteristik kota aerotropolis melalui observasi yang dilakukan; mulai dari berbagai bentuk sektor komersil multimodal sampai bagian-bagian pengembangan bangunan yang terintegrasi dengan bandara yang tersebar di berbagai batas bandara itu sendiri”.
Master Plan Amsterdam Airport Schiphol (AAS) terdiri dari: Commercial Real Estate Zone
Residential Business Zone (Hotel dan Apartment) Cargo & Logistics
Exhibition Complexes
Offices and Trade Centre
a. Lokasi
Amsterdam Schiphol Aerotropolis terletak di antara dua jalur jalan raya utama yang menghubungkan bandara ke pusat kota Amsterdam dan daerah perkotaan di sekitarnya. Schiphol memiliki sebuah stasiun kereta api modern yang berada di bawah terminal bandara, yang menghubungkan para wisatawan ke pusat kota Amsterdam, kota-kota lain di Belanda, serta Eropa Barat.
b. Jarak Dari Bandara
Amsterdam Schiphol Aerotropolis memiliki jarak 4 km dari bandara, dan 21,7 km menuju pusat Kota Amsterdam dengan waktu tempuh 28 menit.
c. Bangunan
Fungsi bangunan yang berada pada kawasan Amsterdam Schiphol Aerotropolis diantaranya Hotel New Hilton Schiphol, Hotel Sheraton, SHG (Schiphol Group‟s Head
Metafora. Hal ini dimaksudkan untuk merefleksikan konsep desain Bandar Udara Internasional Schiphol.
B. Aerotropolis Songdo IBD, Incheon, Korea Selatan
Aerotropolis Songdo IBD merupakan Aerotropolis yang berada di Korea Selatan, pembangunan Aerotropolis berada dekat dengan bandara Incheon yang dibangun di-atas pulau buatan yang dihubungkan dengan sebuah jembatan sepanjang 13 mil, Terletak di 1.500 hektare di dekat Seoul, Korea Selatan, Songdo Distrik Bisnis Internasional (IBD) adalah salah satu proyek real estate swasta terbesar di dunia, dan merupakan contoh utama dari sebuah kota tepi aerotropolis. Diposisikan untuk menjadi pusat bisnis baru di Asia Timur Laut, Cina, pasar regional Rusia dan Jepang mudah diakses dari Bandara Internasional Incheon, yang telah menerima berbagai
penghargaan.
Perusahaan-perusahaan ini juga membantu dalam pengembangan dan pengoperasian
infrastruktur kota Songdo cerdas dan berkelanjutan.
Gambar 2.3 Bird-Eye View kawasan CBD Schiphol
a. Lokasi
Songdo IBD terletak di jantung daerah perkotaan yang lebih besar: Songdo City, Yeonsu-gu, Incheon, Korea Selatan, yang terletak di dalam yang lebih besar Incheon Metropolitan City.
b. Jarak dari bandara
Jarak Aerotropolis Songdo IBD dengan bandara adalah 20 km yang dimana menempuh waktu 18 menit perjalanan dari Bandara Incheon
c. Bangunan
Fungsi bangunan yang berada pada Aerotropolis Songdo IBD adalah , Pusat Konvensi Songdo, Hotel Oakwood, Taman Biopark, Taman Teknologi, Pusat Riset dan Sekolah
2.2.5. Rangkuman Konsep Aerotropolis
Tabel 2.1 Rangkuman Konsep Kota Aerotropolis
Konsep Aerotropolis Aerotropolis A (Schiphol Aerotropolis)
Aerotropolis B (Songdo
IBD)
Lokasi Amsterdam Airport Schiphol Songdo-dong, Yeonsu- gu, Incheon, Korea Selatan
Jarak Dari Bandara 4kmdari bandara dan 21,7
kmmenuju pusat Kota
Amsterdam
20 kilometer dari Bandara Internasional Incheon. 26
kilometer dari Seoul
Bangunan Schiphol CBD
Hotel New Hilton Schiphol
Hotel Sheraton
Schiphol Real-Estate
Schiphol Group‟s Head Office
Schiphol Airport Shopping
Karakteristik Lainnya (jika ada)
Memiliki Fasilitas Stasiun Kereta Api modern yang dapat menghubungkan para wisatawan ke pusat kota Amsterdam, kota-kota lain di Belanda, serta Eropa
Barat.
Antara bandara dan IBD dihubungkan lewat suatu jalan tol laut
Keterangan Tambahan
Kawasan Bandara sudah dibangun dan masuk ke dalam tahapan pembangunan yang dinamakan “ Schiphol CBD New Method”
Bandara masih 50 % dalam proses pembangunan
Berdasarkan studi banding kedua Aerotropolis, ada beberapa kriteria menjadi sebuah dasar pemikiran dalam pemilihan lokasi, dan fungsi dari bangunan yang akan
dirancang.
Tabel 2.2 Konsep Perencanaan Aerotropolis
Konsep perencanaan aerotropolis
Lokasi Menurut studi banding yang di jelaskan di
pada sebuah daerah maupun kawasan pusat kegiatan nasional (PKN) ataupun daerah pusat-pusat pertumbuhan ekomomi utama.
Jarak dari bandara Jarak yang didapat dari studi banding adalah kisaran 4 km sampai dengan 20 km
Bangunan Fungsi bangunan menurut studi banding
diatas adalah bangunan yang memiliki fungsi sbb:
Indsutri
Perdangangan dan jasa Pariwisata
Cargo dan logistik
Berdasarkan Tabel 2.2 beberapa fungsi bangunan yang dapat dipilih untuk dirancang pada kawasan Aerotropolis di Bandara Kualanamu adalah bangunan dengan fungsi komersil dimana sebagai penyedia kawasan bisnis dan dalam bent uk akomodasi seperti hotel transit, dan juga sebagai area pariwisata.
Melihat dari beberapa studi banding yang diambil (Schiphol dan Songdo IBD), bangunan yang akan dirancang merupakan bangunan komersil yang menjadi pusat transaksi jual-beli di Kawasan Kualanamu, yaitu Pusat Perbelanjaan di Kawasan
2.3 Lokasi Perancangan
Lokasi perancangan berada di Kabupaten deli serdang dimana lokasi berada dekat dengan Bandara Kualanamu, dikarenakan konsep yang digunakan dalam perancagan adalah Aerotropolis sehinggan lokasi proyek harus berada dekat dengan Bandara Kualanamu. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara, secara administratif terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 Desa/Kelurahan (380 desa dan 14 kelurahan).
Pada pemilihan lokasi di Kabupaten deli serdang terdapat beberapa pertimbanagan berupa dari konsep Aerotropolis dan pertimbangan peraturan-peraturan berupa Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) untuk mengetahui tata guna lahan supaya proyek yang akan direncanakan sesuai dengan peraturan, lalu Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP) Bandara Kualanamu.
Site perancangan Pusat Perbelanjaan di Kawasan Kualanamu berada pada ring 2 dimana ketinggian bangunan 46 m.
2.3.1. Krite ria Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi site berdasarkan atas beberapa kriteria, seperti:
1. Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel diatas.
2. Berdasarkan peraturan KKOP Bandara Kualanamu yang terletak pada ring 2. 3. Lokasi site berpotensi sebagai pengembangan Aerotropolis.
4. Aksesbilitas lokasi site yang berada di jalan arteri ke arah Kualanamu sehingga mudah dicapai dari arah bandara Kualanamu maupun dari Kota Medan
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan lokasi Pusat Perbelanjaan di Kawasan Kualanamu adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan konsep Aerotropolis
Menurut konsep kota aerotropolis, area perdagangan barang/jasa (khususnya pusat perbelanjaan) harus berada dekat dengan bandara dimana terdapat peraturan jarak tempuh Bandara ke Kawasan Aerotropolis yaitu 2,5 mil, 5 mil, dan 10 mil. Lokasi Pusat Perbelanjaan di Kawasan Kualanamu ini berada pada radius 2,5 mil (4 Km)
2. Pencapaian yang dekat dengan Bandara
Kualanamu, dimana pusat perbelanjaan ini dapat menjadi rest area, sehingga para pengguna Bandara Kualanamu dapat menghabiskan waktu dalam menunggu jadwal penerbangan ataupun menjadi destinasi belanja bagi para turis yang datang melalui Bandara Kualanamu.
2.3.2. Alte rnatif Pe milihan Lokasi Alte rnatif 1
Lokasi berada pada Kecamatan Batang Kuis di jalan Bandara Kualanamu. Site berada di daerah perindustrian dan komersil. Rencana Sistem Perkotaan di K ubupaten Deli Serdang, kawasan ini merupakan kawasan Pedangangan jasa dan Kawasan wisata aktif. Lokasi site ini sangat cocok untuk kawasan wisata dan pusat oleh-oleh dikarenakan aksesbilitas yang baik dari Bandara Kualanamu.
Kasus Proyek : Pusat Perbelanjaan di Kawasan Kualanamu Status Proyek : Fiktif
Lokasi Proyek : Jln. Bandara Kualanamu, Kecamatan Batang Kuis, Deli Serdang Batas Utara : Pabrik batu
Batas Timur : Crew Hotel Batas Selatan : Pondok Pesantren Batas Barat : Sawah
Luas Lahan : 18 Ha (180.000 m2) Kontur : Datar
KDB : 60% KLB : 4 (max. 8)
Ketinggian(KKOP) : Maksimum 45 m GSB : Jln. Bandara Kualanamu : 9 m
Potensi Lahan: : - Lokasi Site dekat dengan bandara
- Aksesbilitas yang baik karena dekat dengan jalan besar
- Memiliki jalur service di samping site
- Berada pada kawasan komersil dan wisata
- Transportasi lancar dan baik
Alte rnatif 2
Lokasi ini berada pada Kecamatan Tanjung Morawa di jalan Batang Kuis, site berada di daerah kawasan perumahan, perkantoran, dan juga komersil. Pada Rencana Sistem Perkotaan di K ubupaten Deli Serdang kawasan ini merupakan kawasan perdagangan dan jasa lokal, industri, dan perumahan dan permukiman.
Gambar 2.6 P eta Alternatif 2 Site P erancangan Jl. Batang Kuis Kasus Proyek : Pusat Perbelanjaan di Kawasan Kualanamu
Status Proyek : Fiktif
Lokasi Proyek : Jln. Batang Kuis, Kecamatan Tanjung morawa, Deli Serdang Batas Utara : Perumahan
Batas Selatan : Area komersil Batas Barat : Perumahan TNI Luas Lahan : 18 Ha (180.000 m2) Kontur : Datar
KDB : 60% KLB : 4 (max. 8)
Ketinggian(KKOP) : Maksimum 45 m GSB : Jln. Batang Kuis : 9 m
Potensi Lahan : - Lokasi site berada dekat dengan jalan tol.
- Lokasi site berada di lahan hook. - Dekat dengan perumahan penduduk
2.4 Tinjauan Fungsi
2.4.1 Deskripsi Pengguna dan Kegiatan
Pengguna kegiatan dalam Pusat Perbelanjaan di Kawasan Kualanamu terdiri atas
pengunjung, penyewa, pengelola, dan servis.
Pengunjung , adalah pihak yang melakukan kunjungan ke Pusat Perbelanjaan di Kawasan Kualanamu, yang dibagi berdasarkan pertimbangan tertentu seperti :
a. Berdasarkan golongan:
- Masyarakat berpenghasilan menengah
b. Berdasarkan asal- usul:
- Pengunjung yang datang dari kawasan sekitar Kualanamu (Khususnya pengunjung
dari kecamatan Beringin dan kecamatan Batang Kuis).
- Pengunjung yang datang dari luar kawasan sekitar Kualanamu
c. Berdasarkan klasifikasi umur:
- Anak-anak ( usia 5-13 tahun )
- Remaja ( usia 14-24 tahun )
- Dewasa ( usia 25-45 tahun )
- Lanjut usia
d. Berdasarkan motivasi atau tujuan:
- Pengunjung untuk berbelanja
- Pengunjung hanya untuk berjalan jalan
Penyewa, adalah pihak yang menyewa retail-retail yang terdapat dalam bangunan untuk menjual barang dan jasa mereka kepada pengunjung yang datang.
Pengelola, adalah pihak yang melakukan pengelolaan kegiatan administrasi dan operasional yang dibedakan dalam 2 tingkatan, yaitu:
- Kepala bagian, terdiri dari kabag operasional, keuangan, pemasaran, keamanan,
pemeliharaan, dan perawatan gedung
Servis, adalah pihak yang melakukan kegiatan pelayanan bangunan seperti masalah teknis, kebersihan, keamanan, utilitas, pantry dan pergudangan
Berdasarkan pelaku kegiatan, maka kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Kegiatan pengunjung, aktivitas umum yang dilakukan pengunjung adalah: - Berbelanja
- Melihat pertunjukan yang diberikan oleh pihak pengelola - Jalan-jalan / cuci mata
- Makan / minum
- Melakukan kegiatan permainan
- Menggunakan fasilitas penunjang yang ada di shopping arcade
b. Kegiatan pengelola, aktivitas yang dilakukan oleh pengelola adalah: - Mengelola dan mengatur jalannya operasional bangunan
- Melayani kebutuhan para konsumen
- Persiapan peralatan dan tempat sebelum kegiatan pertunjukkan - Memberikan informasi singkat
- Melakukan kegiatan administrasi
- Penyelenggaraan kegiatan penunjang ( bisa saja bekerjasama dengan badan lain yang bersangkutan )
- Mengadakan publikasi
- Membersihkan setiap ruangan
- Melakukan perawatan dan perbaikan terhadap bangunan dan peralatan-peralatan yang ada didalamnya
- Mengurus loading dock - Mengurus utilitas bangunan
- Menjaga keamanan
2.4.2 Deskripsi Kebutuhan Ruang dan Besaran Ruang
Tabel 2.3 Kebutuhan Ruang dan Standarnya
Kelompok Ruang
Ruang Standar
(m2)
Unit Kapasitas Sumber
m2/org - Washtafel 1.35
m2/org
NAD
Keterangan:
TSS Time Saver Standart
NAD Neufert Architect Data
ASS Asumsi
2.4.3 Deskripsi Persyaratan dan Kriteria Ruang
Tabel 2.4 Tabel Persyaratan Ruang
Fungsi Kelompokfungsi Kebutuhanruang Persyaratan
Shoppingarcade Utama Kantorpengelola Mudah
dalam
Hall Cukupluas
Restoran Memerluka
nview
yangbagus
Café Memerlukanv
Supermarket Disesuaikand engan
Foodcourt Memerlukanv
iew yang bagus,suasana
tenang
Retail Disesuaikand
engan
modulstruktur
Musholla Nyaman,tenang
Areaparkir Kemu
dahan penca paian
A. Persyaratan dapur, ruang makan, dan gudangmakan
1. Dapur
- Luas dapur sekurang-kurangnya 40 % dari ruang makan atau 27 % dari luas bangunan
- Permukaan langit- langit harus menutupi seluruh atap ruang dapur - Dapur paling sedikit terdiri dari:
a. Tempat pencucianperalatan
c. Tempat persiapan
d. Tempat administrasi
2. Ruang makan
- Untuk setiap kursi tersedia ruangan minimal 0.85m - Pintu yang sesuai dengan standar.
3. Gudang bahan makanan
- Jumlah bahan makanan yang dsimpan disesuaikan dengan jumlah bahan makanan - Tidak boleh menyimpan bahan lain selain makanan
- Dilengkapi dengan rak-rak tempat penyimpanan bahan makanan
B. Persyaratan tempat penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi
1. Penyimpanan bahan makanan
- Penempatan terpisah dengan makanan jadi - Bahan makanan disimpan dalam aturan sejenis
2. Penyimpanan makananjadi
- Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan
C. Persyaratan fasilitas sanitasi
1. Airbersih
kegiatan
2. Pembuangan air limbah
- Sistem pembuangan air limbah harus baik, tidak merupakan sumber pencemaran,
misalnya memakai saluran tertutup
3. Toilet
- Letak tidak berhubungan langsung ( terpisah dari ) dengan dapur,ruang persiapan makanan, ruang tamu, dan gudang makanan
- Di dalam toilet harus tersedia jamban, bak air, tempat cuci tangan dan sebagainya - Toilet untuk wanita terpisah dengan toilet untuk pria
- Toilet untuk tenaga kerja terpisah dengan toilet pengunjung - Tersedia cermin, tempat sampah, tempat abu rokok, dan sabun
- Lantai dibuat kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan dan kelandaiannya cukup
4. Tempat sampah
- Tempat sampah dibuat dari bahan kedap a ir, tidak mudah berkarat. Mempunyai tutup dan memakai kantong plastik khusus untuk sisa-sisa bahan makanan dan makanan jadi cepat membusuk
- Tersedia pada setiap tempat / ruang yang memproduksi
5. Tempat cuci tangan
6. Tempat mencuci peralatan
- Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat dan mudah dibersihkan
- Bak pencucian sedikitnya terdiri dari 3 bak pencuci, yaitu mengguyur, menyabun, dan
membilas
7. Tempat pencucian bahan makanan
- Terbuat dari bahan yang kuat, aman, tidak berkarat, dan mudah dibersihkan
8. Fasilitas penyimpanan pakaian (loker) karyawan
- Terbuat dari bahan yang kuat, aman, mudah dibersihkan dan tertutup rapat - Loker untuk pria dan wanita dibuat terpisah
D. Fasilitas pengelola
1. Berdasarkan peraturan ketenagakerjaan:
- Ruang kerja minimum 8m²
- Ruang gerak bebas masing- masing karyawan minimum 1.5m²
- Ruang udara minimum 12 m² pada ruang beraktivitas duduk dan 15m² pada ruang beraktivitas gerak
- Untuk ruangan ≤50 m² = 2.50m o Untuk ruangan ≥50 m² = 2.75 m
- Untuk ruangan ≥100 m² = 3.00m
- Untuk ruangan dari 250 – 2000 m² = 3.25m
3. Lebar minimum jendela adalah 1.25m
Istilah pusat perbelanjaan memiliki beberapa pengertian, diantaranya adalah :
a. Bentuk usaha perdagangan individual yang dilakukan secara bersama melalui penyatuan modal dengan tujuan efektivitas komersial (Beddington, Design For
Shopping Centre) .
b. Suatu tempat kegiatan pertukaran dan distribusi barang/jasa yang bercirikan komersial, melibatkan perencanaan dan perancangan yang matang karena bertujuan untuk memperoleh keuntungan ( profit ) sebanyak-banyaknya (Gruen, Centers for the
Urban Environment, Survival of the Cities)
c. Kompleks perbelanjaan terencana, dengan pengelolaan yang bersifat terpusat, dengan sistem menyewakan unit-unit kepada pedagang individu, sedangkan pengawasannya dilakukan oleh pengelola yang bertanggung jawab secara menyeluruh (Beddington,
Design For Shopping Centre)
d. Sekelompok kesatuan pusat perdagangan yang dibangun dan didirikan pada sebuah lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai, dan diatur menjadi sebuah kesatuan operasi, berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko, dan area perbelanjaan dari unit tersebut.
2.5 Klasifikasi Pusat Perbelanjaan
2.5.1 Berdasarkan Fungsi dan Kegiatan
a. Pusat perbelanjaan murni
Pusat perbelanjaan yang berfungsi sebagai tempat berbelanja dan sebagai tempat pertemuan masyarakat ( community center ) untuk segala urusan, baik untuk bersantai,
mencari hiburan.
b. Pusat perbelanjaan multi fungsi
Fungsi sebagai pusat perbelanjaan dicampur dengan fungsi lain yang berbeda namun
saling menunjang dan meningkatkan nilai komersialnya.
2.5.2 Berdasarkan Lokasi
a. Pasar ( market )
Merupakan kelompok fasilitas perbelanjaan sederhana (toko, kios, dan sebagainya) yang berada di suatu area tertentu pada suatu wilayah. Fasilitas perbelanjaan ini dapat bersifat terbuka ataupun berada didalam bangunan, biasanya berada dekat kawasan permukiman, merupakan fasilitas perbelanjaan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari
masyarakat di sekitarnya.
Berikut merupakan beberapa k lasifikasi pasar :
Pasar tradisional
tawar-mmenawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar.
Pasar modern
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namum pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang ( barcode ), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah
barang yang dapat bertahan lama
b. Shopping Street
Merupakan kelompok sarana perbelanjaan yang terdiri dari deretan toko atau kios terbuka pada suatu penggal jalan. Area perbelanjaan ini merupakan j enis pasar yang berlokasi di sepanjang tepi suatu penggal jalan. Jenis perbelanjaan semacam ini biasanya berkembang di kawasan-kawasan wisata atau kawasan pertokoan.
c. Shopping Precint
Merupakan kompleks pertokoan terbuka yang menghadap pada suatu ruang terbuka yang bebas. Perbelanjaan ini biasanya tumbuh didekat obyek atau kawasan wisata.
d. Shopping Arcade
biasanya mengambil jalan pada arcade sebagai area ruang makannya dengan
meletakkan meja makan dan kursi.
e. Shopping center
Shopping Center sebagai suatu sarana perdagangan terdiri dari berbagai jenis. Bila dilihat dari segi tata bahasa, pengertian pusat perbelanjaan dapat diuraikan sebagai
berikut :
Center (Pusat) :
1) Sebuah titik dimana perhatian orang diarahkan. (Oxford Advanced Learner‟s
Dictionary)
2) Sebuah tempat dimana aktifitas-aktifitas tertentu dikonsentrasikan.(Oxford Advanced Learner‟s Dictionary)
3) Tempat yang berada ditengah-tengah /mengumpul pada suatu dimana segala sesuatu
dipusatkan pada tempat tersebut.
Shopping (Perbelanjaan) : suatu wadah yang menampung kelompok-kelompok dagang
dalam melakukan kegiatan jual beli, penyaluran, pertukaran, dan pertemuan antara persediaan dan penawaran barang dan saja suatu sistem manajemen yang terencana. (menurut Clivi Darlow dalam endelosed shopping centers).
Shopping Center :
pembangun, yang kemudian menyewakan toko-toko itu kepada orang lain, seringkali persetujuan sewa menyewa itu menetapkan bahwa hanya terdapat satu toko dari jenis dalam pusat perbelanjaan tersebut, bahwa masing masing toko itu akan penjualannya, dan lain- lain.(menurut Drs. Abdul rahman dalam ensiklopedia ekonomi keuangan perdagangan)
2) Adalah sebagai suatu kesatuan bangunan komersil yang dibangun dan didirikan pada suatu lokasi yang direncanakan, dikembangkan, dimulai dan diatur menjadi sebuah kesatuan operasi yang berhubungan dengan lokasi, ukuran, tipe toko dan area perbelanjaan dari unit tersebut. Unit ini juga menyediakan temat parkir yang dibuat
menurut tipe dan ukuran total dari toko-toko.(menurut urban institute).
f. Department store
Merupakan wadah perdagangan eceran besar dari berbagai jenis barang yang berada dibawah satu atap. Pada perbelanjaan ini transaksi masih menggunakan tenaga pelayan untuk membantu konsumen memilih dan mencari benda yang dikehendaki. Penataan barang-barangnya memiliki tata letak khusus yang memudahkan sirkulasi dan
mencapai kejelasan akses.
g. Supermarket
h. Shopping mall
Merupakan pengembangan dari pusat perbelanjaan yang dipadukan dengan sarana rekreasi dan hiburan. Dan umumnya bentuknya berupa selasar yang panjang. Barang yang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari- hari sampai kebutuhan
khusus.Tipe mall digolongkan dalam 3 (tiga) bagian yaitu :
Mall terbuka ( The Open Centre )
Awalnya berkembang di Eropa, daya tarik dari tipe mall ini terletak pada facade bangunan yang mengapit jalur pedestrian. Mall tipe ini juga memberikan kesan alami, hal ini terlihat pada arcade seperti pohon, semak-semak, bungan dan kursi taman. Tipe mall ini juga mempunyai kelemahan, utamanya bagi negara yang memiliki 4 (empat) musim. Yaitu adanya hambatan dari iklim, sehingga kegiatan perbelanjaan tidak dapat berlangsung sepanjang tahun. Mall terbuka dapat dibedakan lagi atas 3 (tiga) jenis, yaitu
Full Mall, Transit Mall dan Semi Mall.
a. Full Mall
Full Mall dihasilkan oleh jalan yang tertutup yang dulunya digunakan oleh lalu-lintas kendaraan dan kemudian mengembangkan pedestrian atau plaza dengan paving, pohon-pohon, tempat duduk, penerangan dan lainnya seperti sculpture dan batu-batuan.
b.Transit Mall
Transit Mall dikembangkan dari pemindahan lalu- lintas automobil dan truk pada site jalan dan hanya membiarkan lalu- lintas publik seperti bus dan taxi. Parkir pada
c. Semi Mall
Pada Semi Mall jumlah lalu- lintas dan parkir dikurangi. Pengembangan area pedestrian yang akan dihasilkan akan dilengkapi dengan pepohonan, tempat duduk,
penerangan dan asesories lainnya.
Mall Tertutup ( The Closed Mall Centre )
Mall tertutup memiliki konsep yang lengkap dimana penjual dan pembeli terlindung dalam satu area tertutup (bangunan) dan tempat pengaturan pengkondisian ruang, sehingga kegiatan jual beli dapat berlangsung sepanjang tahun. Mall tertutup dapat menjadi community centre bagi kegiatan sosial seperti kegiatan promosi, eksebisi, sekedar tempat berjalan-jalan dan lain- lainnya. Pada dasarnya Mall Tertutup menerapkan konsep mall kedalam bangunan. Konsep door street ini diterapkan secara konsekuen, sehingga elemenelemen luar dan elemen jalan seperti lampu- lampu jalan hadir secara nyata dalam mall tertutup. Selain terdapat pengaturan pengkondisian ruang, jenis mall ini juga menggunakan pecahan buatan (artifical lighting) untuk membantu menciptakan suasana yang diinginkan, tetapi ada juga yang menggunakan skylight sebagai salah satu elemen utama mall. Dalam merencanakan Mall tertutup, terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Magnet/Anchor
pimpong Effect tersebut, membuat mall menjadi daerah pergerakan aktivitas yang tinggi sehingga tidak ada retail shop yang tidak dilalui oleh pengunjung.
b. Tenant Mix
Pengaturan dari pihak-pihak penyewa yang akan menempati retailretail shop dan anchor, ditempatkan sesuai dengan tingkat ekonomi mayoritas pengunjung dan selera dari pengunjung. Pengaturan dan penempatan jenis-jenis retail tersebut harus sesuai dengan penempatannya, sehingga antara retail yang satu dengan yang lainnya tidak saling mengganggu. Perbandingan jumlah antara anchor dan retail-retail tersebut adalah 40 : 60. Hal ini dipertimbangkan dari infestasi dan pengambilan modal.
c. Design Criteria
Dalam perencanaan suatu mall haruslah terdapat kriteria-kriteria tertentu bagi para penyewa dalam mengatur retail yang disewanya, agar dapat membentuk satu kesatuan dengan retail-retail lainnya. Juga haruslah memperhatikan orientasi mall kedalam dan tidak banyak bukaan-bukaannya. Perencanaan suatu mall harus memperlihatkan kesan santai atau rilex, menyenangkan dan mudah dilalui juga harus diperhatikan pintu masuk yang jelas dan pintu keluar dari unit utamanya. Lay Out dari mall dibuat secara sederhana, mudah diidentifikasikan serta tidak membosankan.
Gabungan Mall Terbuka dan Tertutup (The Composite Mall Centere)
a. Paths
Paths adalah jalur sirkulasi atau jalur pergerakan manusia. Contohnya jalan, pedesterian, dan jalur kereta.
b. Nodes
Nodes adalah pusat dari aktifitas. Baik berupa pertemuan dari paths maupun persilangan dari beberapa paths, atau menunjukkan pada suatu konsentrasi tertentu seperti plaza. Yang dimaksud dengan Nodes pada bangunan mall adalah anchor tenant (penyewa utama) yang menjadi daya tarik pada konsumen. Perletakan nodes disetiap pengakhiran poreder yang terdapat disetiap lantai suatu mall. Jarak maksimal antara magnet tersebut disetiap lantainya maksimum 200 meter, sedangkan jarak optimumnya
180 meter.
2.5.3 Berdasarkan Luas Areal Pelayanan
a. Neighborhood Centre( Pusat Perbelanjaan Lokal )
Melayani kebutuhan sehari-hari yang meliputi supermarket dan toko-toko yang luas. Lantai penjualan (Gross Lea sable Ar ea /GLA) antara 30.000-100.000 square feet (2787-9290 m2). Jangkauan pelayanan antara 5.000-40.000 jiwa (skala lingkup).Unit
terbesar berupa supermarket, dan luas site yang dibutuhkan antara3-10 Ha.
b. Community Centre( Pusat Perbelanjaan Distrik )
Junior Depa rtmentStore, Supermarket, dan toko-toko. Luas site yang diperlukan antara 10-30 Ha.
c. Main Centre / Regional Centre( Pusat Perbelanjaan Regional )
Pusat perbelanjaan dengan skala kota yang memiliki jangkauan pelayanan diatas 150.000 jiwa penduduk, dengan fasilitas- fasilitas meliputi pasar, toko, bioskop, dan bank yang terletak pada tempat strategis dan bergabung dengan perkantoran, tempat
rekreasi dan
kesenian. Luas lantai penjualan / GLA antara 300.000-1.000.000 squarefeet ( 27.870-92.900 m2 ). Pusat perbelanjaan tersebut terdiri atas dua atau lebih Department Store dan berbagai jenis toko.
2.5.4 Studi Banding Arsitektur Dengan Fungsi Sejenis
a. Mitsui Outlet Park KLIA Sepang, Malaysia
Mitsui Outlet Park KLIA dibuka pada tahun 2015 dan ini adalah factory outlet terbaru di Malaysia yang menjanjikan turis dan pembeli pengalaman baru dalam berbelanja di factory outlet terbesar di Asia Tenggara. Mitsui Outlet Park KLIA menawarkan pembeli total 140 outlet belanja yang menempati area sebesar 25,000sqm. Lokasi Mitsui Outlet Park ini sempurna dan strategis untuk sebuah pusat perbelanjaan,
Gambar 2.7 Bird -Eye View Mitsui Outlet P ark Malaysia
Memiliki konsep arsitektur global Jepang dan desain rumah yang berskala besar, Mitsui Outlet Park dikembangkan berdasarkan tema "Paradise Village" (Kampung Surga), menampilkan empat konsep khas yaitu Suns hine Square, Pier Walk, Tropical Plaza dan Beach Walk, masing- masing mewakili desain arsitektur setiap daerah. Pada Sunshine Square pengunjung akan disuguhkan konsep berbelanja melalui koridor mewah dengan pancaran sinar matahari melalui skylight, Pier Walk mempromosikan suasana dermaga terbuka, sedangkan Tropical Plaza dan Beach Walk mempromosikan
suasana plaza yang santai.
b. Paseo Mall, Bangkok, Thailand
Gambar 2.11 The P aseo Ma ll Tha iland
The Paseo Mall terletak di lanjutan dari jalan On Nut yang kemudian menjadi jalan Lat Krabang jalan. The Paseo Mall bisa ditemukan di dekat Bangkok Airport yang terletak disebelah kanan bangunan tersebut. The Paseo Mall memiliki pasar malam modern tapi otentik, hanya berjalan kaki singkat dari dua hotel di dekat Bangkok Airport ini, yaitu The Ivory Suvarnabhumi dan the Regent Suvarnabhumi Hotels. The Paseo Mall merupakan kompleks pusat perbelanjaan, pasar malam dan restoran kecil.
Pusat perbelanjaan ini mengkhususkan diri terutama di fashion wanita.
Gambar 2.12 P asar Ma lam di Luar Ma llGambar 2.13 Konsep multi massa P aseo
c. Paris Van Java Mall, Bandung, Indonesia
Paris van JavaResort Lifestyle Place (juga dikenal dengan nama Paris VanJavaMall) adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Bandung, Jawa
Barat. Mall ini bisa dicapai beberapa menit dengan mengemudi dari tol Pasteur.
Mal yang diresmikan pada bulan Juli 2006 ini, dirancang dengan nuansa openair yang alami serta pemandangan burung-burung merpati hias yang beterbangan bebas.Faktor lain yang menjadi daya tarik adalah konsep bangunan yang kental dengan desain Eropa.Paris van Java Mall adalah mall yang terbagi menjadi first floor, ground floor, upper ground serta lower ground dengan salah satu department store terbaik di Indonesia, SogoDepartment Store di lantai teratas. Fasilitas lainnya yang cukup menjadi daya tarik adalah pasar swalayan Carrefour, toko buku Gramedia, serta bioskop Blitzmegaplex. Selain itu, di Paris van Java juga
berjejerkafe-kafe.
Gambar 2.15 Gaya Interior P ar is Van Java Gambar 2.16 Konsep Retail di P VJ
Paris van Java pada dibangun diatas kawasan bersejarah. Namun perencanaan proyek ini tidak melibatkan bangunan eksisting, melainkan membuat bangunan baru dengan tema kolonial. Fungsi utama adalah shopping center, pusat wisata kuliner, serta fungsi lifestyle masyarakat kota. Konsep shopping ma ll terbuka dengan bangunan bergaya kolonialmembuat suasana kolonialnya kian terasa.
Tabel 2.5 Tabel Perbandingan Proyek Sejenis
Mitsui Outlet Park The Paseo Mall Paris Van Java
Arsitek Mitsui Fudosan Co.,Ltd
- Wawa Sulaeman
Gaya
Bangunan
Modern Modern Kolonial
bioskop,
Jadwal Buka Setiap Hari:
2.6 Elaborasi Tema
2.6.1 Pengertian Te ma
Pendekatan tema perancangan proyek “Pusat Perbelanjaan di Kawasan
Kualanamu” melalui pedekatan tema Arsitektur Metafora .
Pengertian Metafora berasal dari bahasa yunani metapherein (latin: metafora, inggris : metaphor, perancis : metaphore). “Meta” dapat diartikan sebagai memindahkan
atau berhubungan dengan perubahan. “Pherein” berarti mengandung atau memuat.
Menurut Oxford Learner‟s Dictionary (2015), secara umum metafora memiliki pengertian sebagai berikut:
A figure of speech denoting by a word or phrase usually one kind of object or
idea in pla ce of another to suggest a likeness between them
A figure of speech in which a term is transferred from the object it ordinarily
designates to on object it may designate only by implicit comparison or
analogies
A figure of speech in which a name or quality is attributed to something to which
it is not literally applicable
The use of words to indicate something different from the literal meanin
Berikut beberapa cara pandang terhadap metafora, antara lain sebagai berikut:
Secara etimologi, metafora menunjukkan pemindahan (transfer) sesuatu yang
lain adalah looking at the abstraction (melihat hubungan antar hal secara abstrak).
Secara epistemologis, sesuai dengan pengertiannya, metafora dalam arsitektur
dilakukan dengan cara displacement of concept (Schon, 1963- 1967) yaitu dengan mentransfer konsep suatu objek kepada objek lain sehingga mempermudah pemahaman lewat perbandingan yang lebih sederhana.
Secara aksiologis, sejarah mencatat bahwa tanda tanda penggunaan metafora
dalam karya arsitektur sesungguhnya te lah lama ada. Kualitas arsitektur piramida secara estetis dan structural menjadi symbol bangsa mesir kuno akan keyakinan tentang keabadian. Bangsa yunani membedakan penggunaan tiang dorik dan ionic sebagai pemujaan berdasar gender. Gothic dengan konsep kesemerawangan kulit bangunan menjadi sebuahstandar bagi gereja untuk mewujudkan suasana kehadiran Tuhan dalam perwujudan cahaya dan masih banyak lagi contoh bangunan pada zaman pra modern yang sarat akan
simbol-simbol metaforik.
Menurut penerapannya dalam desain, arsitektur metafora memiliki berbagai
jenis.Berikut merupakan beberapa kategori metafora menurut para ahli:
1. Kategori metaphor dalam arsitektur menurut Antoniades (1990):
Intangible metaphor : metafora dalam tataran ide, konsep atau kualitas kualitas khusus.
puri atau istana, maka wujud rumah menyerupai istana.Dapat dirasakan dari suatu karakter visual atau material.
Combination : Merupakan penggabungan intangible metaphors dan tangiblemetaphors dengan membandingkan suatu objek visual dengan yang lain dimana mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek visualnya. Dapat dipakai sebagai acuan kreativitas perancangan.Dimana secara konsep dan visual saling mengisi sebagai unsur-unsur awal dan visualisasi sebagai pernyataan untuk mendapatkan kebaikan kualitas dan dasar.
( Antoniades, 1990, A.C. P oetics of Architecture van nostrand Reinhold,
New York)
2. Broadbent tentang analogic design mengindikasikan pembagian me taphor dalam 3 kategori yaitu :
Visual, metafora secara visual.
Structural, metafora dalam aspek struktur, fungsi, dan sistem.
Philosophical, metafora dalam aspek ide, konsep, dan nilai.
(Broadbent, Geoffry / Bunt, Richard / Jencks, 1980; sign, symbol and architecture; John Wiley and sons; New York)
Arsitektur yang berdasarkan prinsip-prinsip metafora, pada umum nya dipakai jika:
1. Mencoba atau berusaha memindahkan keterangan dari suatu subjek ke
2. Mencoba atau berusaha untuk melihat suatu subjek seaka n-akan sesuatu
hal yang lain.
3. Mengganti fokus penelitian atau penyelidikan area konsentrasi atau penyelidikan lainnya (dengan harapan jika dibandingkan atau melebihi perluasan kita dapat menjelaskan subjek yang sedang dipikirkan dengan cara
baru).
Kegunaan penerapan metafora dalam arsitektur sebagai salah satu cara atau metode sebagai perwujudan kreativitas arsitektural, yakni sebagai berikut :
1. Memungkinkan untuk melihat suatu karya arsitektura l dari sudut pandang yang lain.
2. Mempengaruhi untuk timbulnya berbagai interpretasi pengamat.
3. Mempengaruhi pengertian terhadap sesuatu hal yang kemudian dianggap menjadi hal yang tidak dapat dimengerti ataupun belum sama sekali ada pengertiannya.
4. Dapat menghasilkan arsitektur yang lebih ekspresif.
2.6.2 Inte rpretasi Tema
Interpretasi dari suatu karya bernama Metafora dapat berbeda-beda pada setiap individu atau kelompok. Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan objeknya, sebuah arsitektur bisa memiliki multi- interpretasi bahasa metafora bagi yang
melihatnya.
Penerapan arsitektur metafora dalam perancangan bangunan Pusat Perbelanjaan di Kawasan Kualanamu yang dilakukan adalah analogi metafora dari bentuk sayap pesawat. Pemilihan sayap pesawat sebagai metafora dari bentuk pusat perbelanjaan didasari oleh bentuk sayap pesawat yang sederhana dan dinamis, namun memiliki peran vital bagi keseimbangan pesawat itu sendiri.Seperti layaknya sayap pesawat pada pesawat terbang, kehadiran bangunan pusat perbelanjaan ini diharapkan memiliki
peranan penting pada kawasan kualanamu yang direncanakan menjadi kota aerotropolis.
Gambar 2.17 Berdasarkan Jenis Sayapnya Gambar 2.18 Sayap jenis High-Wing
2.6.3 Keterkaitan Te ma Dengan Judul
terbang. Maka dari itu, tema metafora tangible sangat cocok diterapkan pada
perencanaan Pusat Perbelanjaan di Kawasan Kualanamu.
2.6.4 Studi Banding Arsitektur Dengan Tema Sejenis
a. Museum Of Fruit, Yamanshi, Jepang
Gambar 2.19 F asad Museum Of F ruit Gambar 2.20 MOF di malam hari
Bangunan yang berlokasi di Jepang tepatnya di kota Yamanashi ini didirikan pada tahun 1996 dan berfungsi sebagai museum serta green house dengan material baja dan kaca.Berlokasi sekitar 30 km dari Gunung Fuji, Museum of Fruit berada pada salah satu daerah gempa bumi yang paling aktif di dunia. Pusat pengetahuan ini memiliki tiga struktur shell yang terbuat dari baja dengan tinggi sampai 20 meter dan bentang 50 meter yang dihubungkan oleh bangunan bawah tanah.Sebagian dari dome ini dilapisi kaca dan terbentuk dari baja yang berbentuk pipa. Dimensi typical adalah 40 meter
Gambar 2.21 Site P lan Museum Of F ruit
Kompleks bangunan ini terdiri dari tiga massa utama, yaitu: Fruit Plaza, green house, dan workshop. Ketiga massa ini ditata menyebar seolah-olah berupa bibit yang disebar di sebuah lahan.Kehadiran metafora terlihat pada bangunan yang menjadi obyek kasus, yaitu Museum of Fruit. Pada bangunan ini, sang perancang menghadirkan sifat-sifat buah dan bibit dalam bentuk bangunan. Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan Museum of Fruit ini merupakan perumpamaan Arsitektur sebagai sebaran bibit dan buah. Bukan hanya bentuk buah atau bibit yang dimunculkan pada bentuk arsitektural bangunan ini, tapi juga sifat-sifatnya. Hal inilah yang membuat bangunan ini dikatakan memiliki tema metafora. Terlebih lagi bentuk dan sifat buah atau bibit yang diambil tersebut sesuai dengan fungsi bangunannya yaitu sebagai Museum buah-buahan. Jadi dalam pencapaian ide bentuknya, Itsuko Hazegawa mentransfer sifat-sifat buah dan
b. Sydney Opera House, Sydney, Australia
Gambar 2.22 Sydney Opera House
Selain dapat dikategorikan berdasarkan kiasan obyeknya, sebuahkarya arsitektur bisa memiliki multi- interpretasi bahasa metafora bagi yangmelihatnya. Sydney Opera House adalah salah satu contohnya. Sydney Opera Housedirancang oleh Jørn Utzon, seorang arsitek kelahiran Denmark. Setiap orang yangmelihat karya arsitektur ini, akan menghasilkan berbagai macam interpretasi sesuaidengan pikiran masing- masing. Ada yang berpendapat bahwa konsep metaforaSydney Opera House berasal dari cangkang siput atau kerang. Ada pula yangberpendapat, karya arsitektur ini adalah kiasan layar kapal yang sedang terkembang.Dan ada pula yang berpe ndapat, bagaikan bunga yang
sedang mekar.
menjadi suatu mahakarya yang indah dan dikenang sepanjang masa pada tahun 1957
untuk memenuhi ambisi pemerintah setempat.
Gambar 2.23 P enerapan Bentuk Cangkak Gambar 2.24 P otongan Sydney Opera
Bentuknya yang melengkung berwarna putih menggunakan sistem struktur cangkang (shell system) selaras dan seolah-olah seperti echo dari pelengkung jembatan Sydney ini merupakan sistem struktur ruang dimana hal ini dinding tanpa tiang menyatu dengan atap seperti pada rumah siput. Bentuk dan warna yang ditampilkan oleh sistem tersebut selain memberikan kesan sesuai dengan lingkungan, yaitu siput binatang laut, didukung oleh lokasinya di tepian air yang sangat luas terbuka membuat Sydney Opera House terlihat monumental.
2.6.5 Studi Banding Arsitektur Dengan Tema dan Fungsi Sejenis
Arsitektur Metafora banyak diterapkan pada bangunan komersial, khususnya bangunan pusat perbelanjaan (shopping mall). Berikut beberapa bangunan pusat perbelanjaan
dengan penerapan tema Arsitektur Metafora.
a. Starhill Gallery, Kuala Lumpur
Gambar 2.25 Starhill Gallery Kuala Lumpur
Starhill Gallery mungkin merupakan mall atau pusat perbelanjaan paling ikonik di Kuala Lumpur, Malaysia. Menampilkan deretan retail- retail mewah dan restoran berkonsep fine dining, mall ini merupakan ikon baru di daerah Bukit Bintang.Reinvention mall ini dirancang oleh Stephen Pimbley yang juga merupakan pendiri Spark dan arsitek di balik tempat makan populer di Singapore,Clarke
Quay. Desain mall yang menerapkan tema Tangible Metaphor ini menyediakan banyak
Gambar 2.26 Bongkahan Kristal Gambar 2.27 Fasad Starhill Gallery
Keseluruhan fasade mall ini sendiri sangat menarik perhatian karena terdiri dari kaca dan panel batu yang membungkus rapat mall ini, seperti halnya bentuk sebuah bongkahan kristal. Fasade bangunan yang terdiri dari baja ringan Spark, batu, dan kaca. Material kaca yang dipakai pada bangunan ini adalah yang pertama digunakan di Malaysia yang dibuat oleh RFR, tim yang membuat piramida ikonik untuk museum
Louvre, Prancis.
b. EX Plaza Indonesia
Gambar 2.29 EX Plaza Indonesia
Entertainment X'nter (disebut juga EX) adalah sebuah pusat perbelanjaan yang terletak di Jakarta, Indonesia. EX tersambung langsung dengan Plaza Indonesia dan Grand Hyatt Jakarta. EX dibuka pada tanggal 14 Februari2004(sekarang tutup). Berapa penyewa terbesar antara lain XXI,Celebrity Fitness,Hard Rock Cafe dan Fashion TV Bar.
Dalam buku “Indonesian Architecture Now”, Imelda Akmal menulis bahwa
gubahan massa E.X yang terdiri atas lima buah kotak dengan posisi miring adalah hasil ekspresi dari gaya kinetik mobil- mobil yang sedang bergerak dengan kecepatan tinggi dan merespon gaya sentrifugal dari Bundaran Hotel Indonesia yang padat. Kolom-kolom penyangga diibaratkan dengan ban-ban mobil, sedangkan beberapa lapis dinding melengkung sebagai kiasan garis-garis ban yang menggesek aspal. Dari konsep-konsep tersebut, gaya kinetik merupakan sebuah obyek yang abstrak (intangible). Kita tidak dapat melihat gaya kinetik secara visual. Akan tetapi, ban-ban mobil merupakan obyek yang dapat kita lihat secara visual (tangible). Perpaduan antara gaya kinetik (obyek abstrak) dan ban-ban mobil (konkrit) inilah yang menghasilkan metafora kombinasi.
2.6 Rangkuman
Konsep Aerotropolis merupakan konsep kota mandiri dimana segala kegiatan yang ada pada kota tersebut berpusat pada bandar udara. Bandara pada kota aerotropolis menjadi rotor pergerakan ekonomi yang signifikan yang memiliki potensi ekonomi
tinggi.
Tema arsitektur metafora. Pendekatan metafora yang diambil adalah Tangible
metaphor dari bentukan sayap pesawat terbang Boeing 777, mengingat pusat perbelanjaan yang direncanakan terletak di kawasan kualanamu, yang direncanakan menjadi sebuah kota aerotropolis (bandara sebagai pusat kegiatan dari kota). Bentukan pesawat terbang yang diterapkan pada desain pusat perbelanjaan ini juga mempertegas kehadiran Bandara Internasional Kualanamu sebagai imej dari kawasan tersebut dan juga menegaskan bahwa pusat perbelanjaan yang akan direncanakan merupakan bagian