• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA MINYAK KELAPA SAWIT (CPO) DI SUMATERA UTARA TAHUN 2000-2011.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA MINYAK KELAPA SAWIT (CPO) DI SUMATERA UTARA TAHUN 2000-2011."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

i

Minyak Kelapa Sawit (CPO) di Sumatera Utara Tahun 2000-2011. Skripsi. Medan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Medan. September 2012.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah produksi, ekspor, impor, konsumsi, pajak ekspor dan harga dunia mempengaruhi harga minyak kelapa sawit (CPO) di Sumatera Utara”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh produksi, ekspor, impor, konsumsi, pajak ekspor, dan harga dunia mempengaruhi harga minyak kelapa sawit (CPO) di Sumatera Utara. Dan untuk mengetahui variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi harga minyak kelapa sawit (CPO) di Sumatera Utara. Waktu penelitian ini dilakukan pada tahun 2012 dengan menggunakan series data volume produksi, ekspor, pajak ekspor, impor, harga CPO di Sumatera Utara dan harga dunia CPO pada tahun 2000-2011.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara teknik pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan cara mencatat data-data yang diperoleh dari beberapa sumber data diantaranya adalah badan pusat statistik dan direktorat perindustrian dan perdagangan di Sumatera Utara. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan model persamaan Y = a +b1X 1+

b2X2+b3X 3+b4X4 +b5X5 +b6X6 + e, dengan alat bantu program spss 17.00.

Setelah data dianalisis dengan bantuan program spss, maka diperoleh model persamaan Y= -1482,232 - 454,446X1 + 8,948X2 + 0,003X3 - 0,990X4 + 1,306X5

-163,478X6. Dengan nilai koefisien determinasi (R) sebesar 0,990 yang berarti

variabel X1, X2, X3,X4, X5, dan X6, menjelaskan pengaruh terhadap variabel Y

sebesar 99% (R x 100% ; 0,990 x 100%=99%) sedangkan sisanya 1% dijelaskan oleh variabel-variabel lain, diluar penelitian ini. Setelah dilakukan uji hipotesis secara simultan (Uji-F) variabel X1, X2, X3,X4, X5, dan X6 secara bersama-sama berpengaruh

secara signifikan terhadap Y. dan setelah dilakkukan uji hipotesis secara parsial (Uji- t) variabel X1, X2, X3,X4, X5, dan X6 secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

(4)

ii

Zulfirman Ginting, Register Number : 708221087. The Factor saffecting the price of Crude Palm Oil (CPO0 in North Sumatra in 2000-2011. Thesis. Management, faculty of Economics, state University of Medan. September 2012.

The problem of this studyis “Do the production, export, import, consumption,

export tax an world price affect the price of Crude Palm Oil (CPO) in North Sumatra”. The prupose of this study is to find out how big the effect of production export, import, consumption, export tax an world price in the price of Crude Palm Oil (CPO) in north Sumatra. This research is done in 2012 which used series volume data of production export, import, consumption, price of CPO in North Sumatra sn dthe world price of CPO in 2000-2011.

The techniques to collection of the data are collecting the secondary data which is done by taking the data from some institutes such as Badn Pusat Statistik and Direktorat Perindustrian dan Perdagangan Sumatera Utara. Technique analysis data is use multiple regression analysis with the model equation Y= a+b1X1 +b2X2+

b3X3+b4X4+b5X5+ b6X6+ e, which helped with program SPSS 17.00.

(5)

xi

DAFTAR TABEL

(6)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.0 Pergeseran kurva Permintaan dan Penawaran ... 15

Gambar 2.0 Skema Sistem Produksi ... 18

Gambar 3.0 Kerangka Pemikiran ... 48

Gambar 4.1 Perkembangan Harga CPO di Sumatera Utara...68

Gambar 4.2 Perkembangan Produksi CPO di Sumatera Utara...71

Gambar 4.3 Perkembangan Ekspor CPO di Sumatera Utara...73

Gambar 4.4 Perkembangan Impor CPO di Sumatera Utara...75

Gambar 4.5 Perkembangan Konsumsi CPO di Sumatera Utara...76

Gambar 4.6 Perkembangan Harga Dunia CPO...78

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Crude palm oil (CPO) berasal dari buah kelapa sawit yang didapatkan dengan

cara mengekstark buah sawit tersebut. Selain berupa minyak sawit sebagai produk

utama, proses ini pula menghasilkan produk sampingan berupa tandan kosong yang

biasanya diolah menjadi kompos, serat perasan, lumpur sawit/solid, dan bungkir

kelapa sawit (Semangun et. All, 2005).

Produk minyak kelapa sawit Indonesia meningkat dengan tajam dari 450.000

ton pada tahun 1976 menjadi 12,11 juta ton pada tahun 2005. Indonesia merupakan

produsen minyak kelapa sawit terbesar setelah Malaysia, dengan menyumbangkan

sebesar 34 persen dari total produksi dunia (2005). Sementara produk sumbangan

Malaysia sebesar 54% dari total produksinya. Dalam satu decade terakhir, rata-rata

perkembangan produksi minyak kelapa sawit Indonesia mencapai 21,67%, sedangkan

pertumbuhan produksi Malaysia hanya tumbuh 7,7%. Hal ini mengisyaratkan adanya

ekspansi yang cepat dalam luas area tanah dan produksi minyak kelapa sawit di

negeri ini (Munadi, 2007).

Aspek kualitas yang kedua berhubungan dengan aroma, rasa, kejernihan serta

kemurnian produk. Minyak kelapa sawit yang bermutu prima (special kuality)

(8)

mengandung asam lemak bebas (FFA) tidak lebih dari 2 % pada saat pengapalan

untuk di ekspor dan di impor. Sedangkan untuk standart kualitas kelapa sawit

mengandung tidak lebih dari 5% asam lemak bebas.

Semakin pentingnya kedudukan minyak kelapa sawit (CPO) sebagai bahan

baku minyak goring di satu pihak dan perolehan devisa dilain pihak menyebabkan

pemerintah dihadapkan pada pilihan yang sulit antara kepentingan menjaga harga

minyak goren sebagai salah satu kebutuhan pokok atau kepentingan meningkatkan

perolehan devisa. Pilihan sulit ini dapat dirasakan ketika nilai tukar mata uang rupiah

melemah sejak pertengahan 1997. Dengan menurunnya mata uang rupiah, produsen

CPO lebih mengutamakan untuk melakaukan ekspor dari pada memenuhi kebutuhan

dalam negeri. Produsen dengan berbagai cara berusaha untuk dapat mengekspor

sebanyak-banyaknya. Akibatnya stok minyak goring dalam negeri menurun, yang

pada gilirannya akan meniingkatkan harga. Untuk melindungi konsumen dalam

negeri, maka pemerintah berusaha membatasi ekspor minyak kelapa sawit ini.

Pembataasan melalui kuota ekspor ternyata tidak berhasil, maka kemudian ditempuh

melalui kebijaksanaan pada system perpajakan, yaitu dengan memungut pajak ekspor

CPO.

Namun demikian penetapan PE CPO yang tinggi tidak serta merta

menurunkan harga CPO dalam negeri karena produsen akan tetap mengekspor CPO

keluar negeri selama masih ada selisih keuntungan harga jual setelah ditambah pajak

ekspor. Selain itu penetapan harga ekspor CPO justru menurunkan harga jual tandan

(9)

merugi. Dampak lain dari penetapan PE CPO ini adalah menurunnya daya saing

ekspor minyak sawit Indonesia dipasar Internasional. Harga jual ekspor CPO

Indonesia menjadi tidak kompetitif karena harus terbebani oleh pajak ekspor. Hal ini

akan mendorong pembeli CPO diluar negeri untuk beralih kenegara lain yang

menjual minyak kelapa sawit dengan harga yang lebih murah.

Sebagai komoditi yang diperdagangkan di pasar intenasional maka pengaruh

supply dan demand komoditi ini turut berperan dalam pembentukan harga dalam

negeri (Domestic). Penstabilan harga dalam negeri sangat penting guna menjamin

ketersediaan minyak kelapa sawit sebagai bahan baku industry khusunya industry

minyak goring. Dalam beberapa waktu yang lalu Indonesia sempat mengalami

beberapa kali kelangkaan minyak goring akibatnya berkurangnya pasokan bahan

baku minyak sawit. Kurangya pasokan bahan baku kelapa sawit untuk kebutuhan

industry minyak goring dikarenakan sebagian produsen minyak sawit lebih memilih

menjual produknya keluar negeri (ekspor) daripada menjual ke industry minyak

goreng dalam negeri. Hal ini disebabkan karena tingginya harga CPO di pasaran

internasional.

Kestabilan harga dalam negeri menjadi hal yang mutlak untuk menjadi

perhatian pemerintah. Hal ini cukup beralasan karena minyak sawit merupakan bahan

baku utama dari industri minyak goring yang merupakan salah satu dari Sembilan

bahan kebutuhan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Dalam sejaran tercatat

beberapa kali rezim pemerintah di Indonesia jatuh dari tampuk kekuasaan yang salah

(10)

diambil pemerintah tidak bias dilepaskan dari kebijakan untuk mengendalikan harga

termasuk harga minyak sawit. Karena itu untuk menjaga agar tingkat harga minyak

sawit didalam negeri tetap stabil maka kita perlu memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya baik dari sisi penawaran maupun permintaannya. Dari sisi

penawaran, kita harus memperhatikan kecukupan kebutuhan dalam negeri dengan

terus meningkatkan produksi kelapa sawit baik diperkebunan milik Negara, swasta,

maupun rakyat. Sedangkan disisi permintaan selain untuk konsumsi dalam negeri,

harus diperhatikan juga besarnya permintaan konsumsi dunia lewat jalur ekspor. Hal

ini penting karena besarnya permintaan ekspor akan mengganggu pemenuhan bagi

konsumsi dalam negeri untuk keperluan industry makanan tapi lebih dari itu dimasa

depan CPO akan menjadi andalan salah satu sumber bahan bakan alternatif pengganti

bahan bakar fosil.

Peningkatan harga CPO di pasar internasional yang tercatat Bloomberg,

sepanjang tahun 2010 terus mengalami peningkatan pada triwulan 1 tahun 2010 harga

CPO sebesar 762,03 USD/ Metrik ton, harganya terus meningkat hingga pada

triwulan akhir 2010 harganya menjadi 1051,37USD/ metrik ton.

Untuk harga rata-rata Crude palm oil (CPO) tahun 2011 diyakini lebih tinggi

dari tahun 2010 yang mencapai US$ 840/ metrik ton (MT). meski harga CPO tahun

2011 menembus US$1.330/ MT, namun rata-rata harga CPO tahun 2011 sekitar

US$900 hingga US$1000/MT. permintaan CPO dunia tiap tahunnya meningkat

antara 2-3 juta ton, namun dengan permintaan yang lebih tinggi disbanding dengan

(11)

Pengamat ekonomi dari Universitas Sumatera Utara (USU) Jhon Tabfu

ritonga mengatakan, prospep kenaikan harga CPO bisa saja terjadi karena tingginya

minyak dunia yang mengakibatkan melonjaknya harga BBM. CPO sudah bisa

menjadi bahan baku pangan, biofuel (BBM), industry kecantikan dan produk

kesehatan.

Secara siklus harga CPO cenderung menurun pada maret-April 2012, karena

produksi meningkat. Pada periode itu ada penigkatan produksi dari minyak nabati

lainnya di Amerikan Latin dan India kemudian, harga CPO melemah lagi pada

September 2011. Namun, pada kuartal IV yakni oktober-Desember, harga CPO terus

menanjak hingga tutup tahun 2011. Perkembangan rata-rata tahunan minyak kelapa

sawit (CPO) disumatera utara pada periode 2000-2010 adalah sebagai berikut :

Tahun CPO Lokal (Rp/Kg)

Pergerakan harga CPO dalam beberapa tahun terakhir di pasar internasional

juga dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak dunia karena itu dimasa yang akan

(12)

manusia baik sebagai sumber bahan makanan juga sebagai bahan bakar alternatif.

Pentingnya peran minyak kelapa sawit ini lah yang membuat komoditi ini menarik

untuk dianalisa teerutama dilihat dari sisi perkembangan faktor harga kelapa sawit

disumatera utara yang selalu berfluktuasi dari tahun ketahun. Hal ini tidak terlepas

dari pengaruh penawaran dan permintaan minyak sawit itu sendiri seperti harga

dunia, produksi, konsumsi, ekspor, Impor, pajak ekspor dan konsumsi di sumatera

utara.

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas peneliti merasa tertarik untuk

membuat suatu kajian yang lebih mendalam mengenai masalah tersebut yang

berbentukk karya ilmiah yang penulis beri judul “Faktor-faktor Yang mempengaruhi

Minyak Kelapa Sawit (CPO) di Sumatera Utara Tahun 2000-2011”.

1.2 Identifikasi Masalah

Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi harga minyak kelapa sawit

disumatera utara menyebabkan tingkat harga CPO di sumatera utara yang selalu

berfluktuasi dari waktu kewaktu. Berangkat dari hal ini lah penelitian ini ingin

melihat :

a. Apakah produksi, ekspor, impor, konsumsi, pajak ekspor dan harga dunia

berpengaruh sigifikan terhadap harga minyak kelapa sawit di Sumatera

Utara

b. Faktor manakah yang paling dominan dalam mempengaruhi harga minyak

(13)

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah penelitian tersebut maka penelitian ini

dibatasi pada pengaruh produksi, ekspor, impor, konsummsi, pajak ekspor dan harga

dunia terhadap harga CPO di Sumatera Utara. Data yang digunakan berupa angka

agregat nasional yang merupakan series data tahun 2000-2011 yang diperoleh dari

berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Perindustrian

dan Perdagangan (DISPERINDAG) Sumatera Utara.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah penelitian tersebut, maka permasalahaan penelitian

ini dirumuskan sebagai berikut, “Apakah produksi, ekspor, impor, konsumsi, pajak

ekspor, dan harga dunia mempengaruhi minyak kelapa sawit (CPO) di Sumatera

Utara”.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahun pengaruh produksi, ekspor, impor, konsumsi, pajak

ekspor, dan harga dunia mempengaruhi minyak kelapa sawit (CPO) di

Sumatera Utara

b. Untuk mengetahui variabel yang dominan dalam mempengaruhi minyak

kelapa sawit (CPO) di Sumatera Utara.

1.6 Manfaat Penelitian

(14)

a. Bagi Peneliti

Penelitan ini merupakan wahana untuk mengaplikasi teori yang telah

dipelajari selama ini dengan kenyataan empirik dilapangan disamping

menambah keterampilan serta wawasan penulis dalam neganalisa faktor yang

mempengaruhi harga minyak kelapa sawit di Sumatera Utara. Hasil penelitian

ini diharapkan dapat memperluas wawasan penulis dalam bidang teori

penawaran dan permintaan serta teori perdagangan internasional

b. Bagi Masyarakat

Sebagai informasi yang bermanfaat bagi masyarakat secara umum

c. Bagi Pemerintah

Sebagai informasi yang bermanfaat bagi pemerinta dalam merumuskan

kebijakannya, terutama yang berkaitan dengan tata niaga minyak sawit

menyangkut masalah pengaturan ekspor CPO dan penyediaan bahan baku

bagi industry hilir CPO di dalam negeri dengan mempertimbangkan

faktor-faktor yang mempengaruhi harga minyak sawit seperti produksi, ekspor,

impor, konsumsi, pajak ekspor, dan harga dunia

d. Bagi Unimed

Sebagai informasi yang bermanfaat bagi Mahasiswa Unimed dan para dosen

(15)

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini, maka terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Y = -1482,232 - 454,446 X1 + 8,948 X2 + 0,003 X3– 0,990 X4 + 1,306 X5 - 163,478 X6

Yang berarti :

a. Konstanta sebesar -1482,232 dapat diartikan bahwa Harga Domestik

Sawit akan bernilai sebesar (Rp. 1.482,232) pada saat Produksi, Harga

Minyak Dunia, Ekspor, Impor, Konsumsi Dalam Negeri, dan Pajak

Ekspor bernilai nol (tidak ada).

b. Koefisien regresi Produksisebesar -454,446 menyatakan bahwa kenaikan

satu Juta Ton Produksi akan mengurangi Harga Domestik Sawit sebesar

(Rp. 454,446).

c. Koefisien regresi Harga Minyak Duniasebesar 8,948 menyatakan bahwa

kenaikan satu UU$/Ton Harga Minyak Dunia akan meningkatkan Harga

Domestik Sawit sebesar Rp. 8,948.

d. Koefisien regresi Eksporsebesar 0,003 menyatakan bahwa kenaikan satu

(16)

f. Koefisien regresi Konsumsi sebesar 1,306 menyatakan bahwa kenaikan

Seribu Ton Konsumsi dalam Negeri akan meningkatkan Harga Domestik

Sawit sebesar Rp.1,306.

g. Koefisien regresi Pajak Ekspor sebesar - 163,478 menyatakan bahwa kenaikan satu Persen Pajak Ekspor akan Mengurangi Harga Domestik

Sawit sebesar (Rp.163,478).

2. Diperoleh nilai R2 sebesar 0,990. yang berarti variabel Produksi, Harga

Minyak Dunia, Ekspor, Impor, Konsumsi, Pajak Ekspor menjelaskan

pengaruh terhadap variabel Harga CPO di Sumatera Utara sebesar 99% (R2 X

100% ; 0,990 X 100% = 99%) sedangkan sisanya 1% (100% - R2) dijelaskan

oleh variabel – variabel lain di luar model penelitian ini.

3. Setelah dilakukan Uji Hipotesis secara Simultan (Uji – F), Variabel variabel

Produksi, Harga Minyak Dunia, Ekspor, Impor, Konsumsi dan Pajak Ekspor

secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Harga CPO di

Sumatera Utara.

4. Setelah dilakukan Uji Hipotesis secara parsial (Uji – t,) variabel variabel

Produksi, Harga Minyak Dunia, Ekspor, Impor, Konsumsi dan Pajak Ekspor

(17)

1. Konsumsi Di Sumatera Utara minyak sawit harus selalu menjadi perhatian

bagi Pemerintah Daerah dalam hal ini Departemen Perindustrian dan

Perdagangan. Konsumsi minyak sawit harus selalu dijaga ketersediaannya

oleh Pemerintah Daerah guna menjamin kestabilan harga di Sumatera Utara.

2. Untuk menjaga keseimbangan antara ekspor, produksi dan konsumsi dalam

negeri, Pemerintah Daerah diharapkan mampu mengambil kebijakan yang

menguntungkan semua pihak (produsen dan konsumen CPO) seperti

Penerapan Pajak Ekspor yang tidak memberatkan produsen dan pemberian

subsidi harga minyak goreng kepada masyarakat.

3. Fluktuasi harga minyak sawit dunia hendaknya mampu diatasi Pemerintah

Daerah dengan meningkatkan stok minyak sawit dalam negeri agar gejolak

kenaikan harga dunia tidak terlalu berimbas ke harga Di Sumatera Utara

(Peran BULOG harus lebih ditingkatkan).

(18)
(19)
(20)

Gambar

Tabel 1.1 Perkembangan Harga CPO di Sumatera Utara ....................................5
Gambar 1.0   Pergeseran kurva Permintaan dan Penawaran  ............................. 15

Referensi

Dokumen terkait

Inggris yang komunikatif. Kemudian pada tahun 2012 ia mendapat beasiswa ke Australia untuk melanjutkan S2 selama 2 tahun. Yang kemudian pada tahun 2014 ia kembali ke

Sedangkan Pendekatan Perundang-undangan (Statue Approach ) dipergunakan dalam penelitian ini karena focus penelitian ini adalah berbagai peraturan perundang-undangan

Pada Gambar 2 dapat dilihat hasil uji kekerasan kompon karet dari pewarna alami yang menggunakan beberapa variasi warna, dimana Formula A= tepung kulit

Beberapa penelitian terdahulu tentang Theory of Planned Behavior terbukti mampu memprediksi dan menjelaskan perilaku konsumen organik Republik Ceko (Zagata, 2012), dan

uji hipotesis menggunakan Independent samples t-test pada kelompok perlakuan p = 0,029 (p < 0,05), hal ini menunjukkan bahwa perbedaan penambahan intervensi

Berdasarkan hasil dan analisis data studi kasus tentang kebiasaan belajar siswa SMP Negeri 1 Rantau Pandan Kabupaten Bungo Propinsi Jambi sesuai dengan analisis

Perubahan sistem politik Indonesia pasca reformasi dilakukan oleh Presiden BJ Habibie pada tahun 1999 masa kepemimpinannya, meskipun masa kepemimpinan itu, tidak

Berdasarkan pada nilai batas plastisnya (PL) > 30 dan nilai indeks kelompok (GI) tanah asli sebesar 48,85 maka menurut klasifikasi AASHTO tanah tersebut termasuk pada spesifikasi