• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia ke Uni Eropa"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian Suherwin (2012), tentang harga Crude Palm Oil dengan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan umum penelitian adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi harga CPO dunia. Tujuan khusus penelitian menganalisis variabel-variabel seperti luas kebun kelapa sawit dunia time lag 5 tahun, biaya produksi CPO, produksi minyak kedelai dunia, harga minyak kedelai dunia, permintaan CPO dunia tahun sebelumnya, dan harga minyak bumi dunia terhadap harga CPO dunia baik secara langsung ataupun secara tidak langsung melalui intervening variabel.

(2)

goreng kelapa, impor minyak goreng sawit serta harga impor minyak goreng sawit.

Penelitian tentang produksi dan ekspor CPO yang dilakukan oleh Hansen (2008), tentang Peramalan Produksi dan CPO Indonesia serta Implikasi Hasil Ramalan terhadap Kebijakan. Besarnya jumlah produksi untuk ekspor ternyata tidak hanya membawa pengaruh yang baik bagi kinerja perekonomian, tetapi berpotensi menimbulkan kelangkaan CPO dalam negeri. Hal ini terjadi karena insentif yang tinggi dari para pengusaha kelapa sawit untuk mengekspor produknya sebagai respon dari meningkatnya harga CPO dunia. Oleh karena itu, perlu kebijakan yang tepat dalam meredam laju ekspor dan mengimbanginya untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Salah satu bagian dari perencanaan tersebut menyangkut peramalan produksi dan ekspor yang akan terjadi di masa yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis data, mendapatkan model peramalan terbaik dan menerapkan hasil peramalan tersebut dalam kebijakan. Data pada penelitian diperoleh dari Sub Direktorat Tanaman Perkebunan BPS yang berupa data triwulan produksi dan ekspor CPO Indonesia dari tahun 1994 sampai 2007 yang kemudian diagregasi ke bentuk triwulan.

(3)

investasi, produksi, perdagangan, pendapatan usaha tani dan distribusi kesejahteraan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai dampak tersebut menggunakan model ekonometrik industri. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kebijakan pajak ekspor telah menghambat laju pertumbuhan investasi, produksi, ekspor dan pendapatan usaha tani. Di sisi lain, kebijakan ini telah menjadi instrumen yang efektif untuk mengendalikan CPO domestik dan memasok harga minyak sawit dunia. Selain itu, kebijakan ini menjadi media untuk mentransfer kesejahteraan substansial dari produsen ke konsumen dan pemerintah.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Perdagangan Internasional

(4)

Secara teoritis, suatu negara (misal negara A) akan mengekspor suatu komoditi (misal CPO) ke negara lain (misal negara B) karena harga domestik di negara A lebih rendah jika dibandingkan dengan harga domestik di negara B. Struktur harga yang relatif rendah di negara A tersebut disebabkan adanya kelebihan penawaran (excess supply) yaitu produksi domestik yang melebihi konsumsi domestik. Dalam hal ini faktor produksi di negara A relatif berlimpah. Dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain (Salvatore, 1997).

Di pihak lain, negara B terjadi kekurangan penawaran karena konsumsi domestiknya melebihi produksi domestik (excess demand) sehingga harga menjadi tinggi. Dalam hal ini negara B berkeinginan untuk membeli komoditi negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B, maka dapat terjadi perdagangan antara kedua negara tersebut dimana negara A akan mengekspor komoditi CPO ke negara B (Salvatore, 1997).

Jumlah dan harga komoditas yang diekspor dapat ditentukan setelah diketahui kurva penawaran dan persediaan yang merupakan perangkat geometris utama. Secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 1.

(5)

Gambar 1. memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan internasional, harga di negara A sebesar A, sedangkan di negara B sebesar B. Penawaran di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih tinggi dari A sedangkan permintaan di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari B. Pada saat harga internasional sama dengan A atau B maka tidak terjadi perdagangan internasional. Apabila harga internasional lebih besar dari A maka terjadi excess supply (ES) pada negara A dan apabila harga internasional lebih rendah dari B maka terjadi excess demand (ED) pada negara B. Dengan demikian, dari A dan B tersebut akan terbentuk kurva ES dan ED di pasar internasional, dimana perpotongan antara kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P.

Jenis kebijakan perdagangan internasional terdiri atas :

a. Kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan perdagangan yang menginginkan adanya kebebasan dalam perdagangan, sehingga tidak ada rintangan yang menghalangi arus produk dari dan ke luar negeri.

(6)

b. Kebijakan Perdagangan Proteksionis adalah kebijakan/ aturan perdagangan yang berfungsi melindungi produk-produk dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk asing dengan melakukan cara membuat berbagai rintangan dan hambatan arus produksi dalam dan keluar negeri.

Alasan dilakukan kebijakan proteksionis adalah: Pertama, hanya negara maju saja yang dapat diuntungkan, karena memiliki modal dan teknologi tinggi. Selain itu harga jual produk dari negara-negara maju dinilai terlalu tinggi dibanding dengah harga bahan baku yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang. Kedua, untuk melindungi industri dalam negeri yang baru tumbuh. Ketiga, untuk membuka lapangan kerja. Untuk membuat proteksi maka industri dalam negeri dapat tetap hidup dan dengan demikian akan mampu membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Keempat, untuk menyehatkan neraca pembayaran. Kelima untuk meningkatkan penerimaan negara

2.2.2 Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Ekspor CPO Indonesia

2.2.2.1 Harga

(7)

merupakan insentif yang besar bagi pengusaha CPO domestik untuk mengekspor CPO dan menghindarkan diri dari kewajibannya untuk memenuhi kebutuhan CPO dalam negeri. Ketika terjadi kenaikan harga CPO dunia, para produsen sawit akan lebih memilih memasarkan produknya di pasar internasional (Wardani, 2008).

Ekspor merupakan kelebihan penawaran domestik yang tidak dikonsumsi oleh konsumen negara itu sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk stok. Sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Jumlah stok diasumsikan tetap dari tahun ke tahun, maka : = Stok pada tahun t

QDt = Jumlah penawaran domestik (Rahardja dan Manurung, 2002) = Jumlah produksi

2.2.2.2 Elastisitas Permintaan

(8)

permintaan mempengaruhi total penerimaan yang diterima oleh penjual ataupun produsen. Hubungan keduanya adalah sebagai berikut:

1. Permintaan tidak elastis sempurna (=0), perubahan harga tidak mempengaruhi kuantitas yang diminta atas barang. Dengan demikian, kenaikan harga akan meningkatkan total penerimaan.

2. Permintaan tidak elastis (< 1), persentase perubahan kuantitas yang diminta lebih kecil dari persentase perubahan harga. Oleh karena itu, kenaikan harga akan meningkatkan total penerimaan penjual/ produsen.

3. Permintaan uniter elastis (= 1), persentase perubahan kuantitas sama dengan persentase perubahan harga. Dengan demikian, tidak ada pengaruh terhadap total penerimaan.

4. Permintaan elastis (> 1), persentase perubahan kuantitas yang diminta lebih besar dari persentase perubahan harga. Oleh karenanya, kenaikan harga akan menurunkan total penerimaan penjual/ produsen.

5. Permintaan elastis sempurna (tak terhingga), kenaikan harga akan menyebabkan permintaan turun jadi 0. Oleh karenanya, kenaikan harga sekecil apapun akan menghilangkan total penerimaan. Sementara penurunan harga akan menurunkan total penerimaan.

E = ∆Q x ∆P Q1

P1

Keterangan:

E = Elastisitas

∆Q = Perubahan jumlah barang ∆P = Perubahan harga

(9)

Q1 = Jumlah barang mula-mula ……….. (3)

Empat faktor utama dalam menentukan elastisitas permintaan: 1. Produk substitusi.

Semakin banyak produk pengganti (substitusi), permintaan akan semakin elastis. Hal ini dikarenakan konsumen dapat dengan mudah berpindah ke produk substitusi jika terjadi kenaikan harga, sehingga permintaan akan produk akan sangat sensitif terhadap perubahan harga.

2. Jumlah pendapatan yang dibelanjakan.

Semakin tinggi bagian pendapatan yang digunakan untuk membelanjakan produk tersebut, maka permintaan semakin elastis. Produk yang harganya mahal akan membebani konsumen ketika harganya naik, sehingga konsumen akan mengurangi permintaannya. Sebaliknya pada produk yang harganya murah.

3. Produk mewah versus kebutuhan.

Permintaan akan produk kebutuhan cenderung tidak elastis, dimana konsumen sangat membutuhkan produk tersebut dan mungkin sulit mencari substitusinya. Akibatnya, kenaikan harga cenderung tidak menurunkan permintaan. Sebaliknya, permintaan akan produk mewah cenderung elastis, dimana barang mewah bukanlah sebuah kebutuhan dan substitusinya lebih mudah dicari. Akibatnya, kenaikan harga akan menurunkan permintaan.

4. Jangka waktu permintaan dianalisis.

(10)

produk yang biasa dikonsumsi. Dalam jangka panjang, konsumen telah menyadari kenaikan harga, sehingga mereka akan pindah ke produk substitusi yang tersedia. Selain itu, dalam jangka panjang kualitas dan desain produk juga berubah, sehingga lebih mudah menyebabkan konsumen pindah ke produk lain (yasinta.wordpress.com, 2008).

2.2.2.3 Produk Domestik Bruto

Menurut Lipsey (1995), Gross Domestic Product (GDP) atau disebut juga dengan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan nasional yang diukur dari sisi pengeluaran yaitu jumlah pengeluaran konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor-impor. PDB dikategorikan menjadi dua, yaitu nominal dan riil. Dikatakan PDB nominal, apabila PDB total yang dinilai pada harga-harga sekarang. Sedangkan PDB yang dinilai pada harga periode dasarnya disebut PDB riil sering disebut sebagai pendapatan nasional riil. Pendapatan nasional dapat dihitung berdasarkan dua harga yang telah ditetapkan pasar, yaitu PDB harga berlaku dan PDB harga konstan.

(11)

2.2.2.4 Teori Konsumsi

1. Teori konsumsi Keynes terdiri dari konsep yaitu kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propersity to consume), rasio konsumsi terhadap pendapatan dan pendapatan sebagai determinan konsumsi yang penting.

2. Teori konsumsi Kuznet menolak asumsi Keynes tentang kecenderungan konsumsi rata-rata menurun saat pendapatan naik. Menurutnya rasio antara konsumsi dengan pendapatan ternyata stabil dari dekade ke dekade, walaupun telah terjadi kenaikan pendapatan.

3. Teori konsumsi berdasar hipotesis siklus hidup yang dikemukakan oleh Ando, Brumberg dan Modigliani membagi konsumsi seseorang berdasarkan tiga bagian yaitu bagian I adalah umur 0 sampai dengan t1 seseorang mengalami

dissaving, bagian II adalah umur t1 sampai dengan t2 seseorang mengalami

saving, dan bagian III adalah umur t2

4. Teori konsumsi pendapatan permanen oleh Friedman berasumsi konsumsi seharusnya tergantung pada pendapatan permanen karena konsumen menggunakan tabungan dan pinjaman untuk melancarkan konsumsi dalam menanggapi perubahan pendapatan sementara.

dimana orang kembali melakukan dissaving.

(12)

2.2.2.5 Teori Eksternalitas

Dalam suatu perekonomian modern, setiap aktivitas mempunyai keterkaitan dengan aktivitas lainnya. Apabila semua keterkaitan antara suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya dilaksanakan melalui mekanisme pasar atau melalui suatu sistem, maka keterkaitan antar berbagai aktivitas tersebut tidak menimbulkan masalah. Akan tetapi banyak pula keterkaitan antar kegiatan yang tidak melalui mekanisme pasar sehingga timbul berbagai macam masalah. Keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak melalui mekanisme pasar adalah apa yang disebut dengan eksternalitas (Ferry, 2010).

Eksternalitas adalah suatu efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan. Eksternalitas digambarkan sebagai efek yang dirasakan oleh seseorang yang ditimbulkan oleh tindakan orang lain. Definisi eksternalitas secara implisit membedakan antara dua kategori yaitu eksternalitas dalam hal hubungan laba dan eksternalitas konsumsi setiap kali tingkat utilitas terpengaruh.

Eksternalitas jika ditinjau dari segi pihak-pihak yang melakukan dan pihak yang menerima akibat dari eksternalitas dapat dibagi menjadi empat yaitu:

1. Eksternalitas produsen terhadap produsen

Eksternalitas produsen terhadap produsen terjadi ketika output dan input yang digunakan oleh suatu perusahaan mempengaruhi output dan input yang digunakan oleh perusahaan lain.

2. Eksternalitas produsen terhadap konsumen

(13)

3. Eksternalitas konsumen terhadap produsen

Jenis eksternalitas konsumen terhadap produsen jarang terjadi didalam praktek. Eksternalitas konsumen terhadap produsen meliputi efek dari kegiatan konsumen terhadap output perusahaan.

4. Eksternalitas konsumen terhadap konsumen

Eksternalitas konsumen terhadap konsumen terjadi ketika kegiatan suatu konsumen mempengaruhi utilitas konsumen lain.

Jenis-jenis eksternalitas yang lainnya adalah : 1. Eksternalitas uang/Pecuniary externalities

Menurut Dagupta dan Pearce, eksternalitas berupa uang merujuk pada pengaruh produksi atau utilitas pada pihak ketiga karena perubahan permintaan. Eksternalitas negatif berupa uang dapat terjadi ketika peningkatan produksi suatu industri menyebabkan peningkatan harga input yang digunakan oleh industri lain. Eksternalitas berupa uang juga mempengaruhi penawaran pasar dan kondisi permintaan. Intinya eksternalitas uang hanya mempengaruhi harga tanpa mempengaruhi kemungkinan teknis produksi atau komsumsi. 2. Eksternalitas teknikal/Technical Eksternalities

(14)

2.2.2.6 RSPO

Dilatarbelakangi oleh anggapan bahwasannya

Certified Sustainable Palm Oil (CSPO) adalah kelanjutan daripada sistem RSPO pada tahun 2004 adalah dimulainya perdagangan CSPO dimulai pada Bulan September 2008. Adapun negara yang berkomitmen terhadap penggunaan 100 % minyak sawit berkelanjutan bersertifikat RSPO adalah Jerman, Inggris, Belanda, Perancis dan Belgia (RSPO, 2013).

perkebunan kelapa sawit berasal dari konversi hutan dan merusak lingkungan, maka munculah kebijakan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO). RSPO bertujuan untuk mempromosikan pengembangan dan penggunaan minyak kelapa sawit yang berkelanjutan dengan kerjasama di antara mata rantai penyedia produksi. Sebagai bukti penerapan RSPO, dilakukan audit dan sertifikasi oleh pihak ketiga yang independen yang berperan sebagai lembaga sertifikasi (RSPO, 2013).

2.3Kerangka Pemikiran

Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dan hasil penelitian terdahulu ada beberapa variabel yang dimasukkan dalam skema kerangka pemikiran yaitu Harga CPO dunia, harga minyak rapeseed dunia, harga minyak kedelai dunia, PDB Uni Eropa, kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi Uni Eropa.

(15)

Harga minyak rapeseed dan minyak kedelai akan berpengaruh terhadap volume ekspor Indonesia karena minyak rapeseed dan minyak kedelai merupakan jenis minyak nabati yang fungsinya dapat menggantikan fungsi minyak CPO yaitu sebagai bahan bakar biodiesel. Sebagai barang subtitusi pengaruh dari perubahan harga minyak rapeseed dan minyak kedelai adalah semakin tinggi harga minyak rapeseed dan minyak kedelai akan berdampak terhadap tingginya ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

Perkembangan kegiatan dalam perekonomian menyebabkan jumlah barang da antara pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan masyarakat, apabila pertumbuhan ekonomi baik maka tingkat pendapatan masyarakat juga akan meningkat. Semakin tinggi PDB Uni Eropa maka akan berpengaruh terhadap meningkatnya volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

(16)

Konsumsi menjadi salah satu variabel yang digunakan untuk melihat jumlah volume ekspor CPO di Indonesia ke Uni Eropa. Berapa besar jumlah konsumsi CPO Uni Eropa akan sangat berpengaruh terhadap besarnya jumlah permintaan CPO Uni Eropa terhadap Indonesia. Semakin besar konsumsi CPO Uni Eropa maka akan semakin tinggi volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

Untuk lebih jelasnya faktor-faktor yang mempengaruhi volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa dapat dijelaskan pada skema kerangka pemikiran pada pada Gambar 2.

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Ekspor CPO

Indonesia ke Uni Eropa

Harga CPO

Harga Minyak Rapeseed

Harga Minyak Kedelai

PDB Uni Eropa

Kebijakan Perdagangan CSPO

(17)

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Harga CPO berpengaruh negatif dan tidak nyata terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Harga minyak rapeseed, harga minyak kedelai, PDB Uni Eropa berpengaruh positif dan tidak nyata terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa. Sementara kebijakan perdagangan CSPO dan konsumsi CPO Uni Eropa berpengaruh positif dan nyata terhadap volume ekspor CPO Indonesia ke Uni Eropa.

Gambar

Gambar 1. Keseimbangan Harga di Pasar Internasional
Gambar 2.  Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian, pengamatan dan informasi yang penulis dapatkan, dalam pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor dan pelayanan terhadap wajib pajak kendaraan

Dari hasil pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa partisipasi publik di Kabupaten Sleman berjalan dengan baik dan Tahapan tingkat partisipasi publik deliberatif berbasis website

e) Jika penganalisis dikeluarkan, sementara mineral berada pada pentas dengan paksi panjangnya seiad dengan arah getaran bagi pengkutub, adakah ia akan kelihatan gelap

Dengan metode deskriptif analitis ini akan dikaji mengenai konsistensi Pasal 153 ayat (1) huruf f Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Penerapan

Morinda citrifolia L dapat menurunkan kadar gula darah karena aktivitas antioksidan yang dimilikinya yang terdapat dalam.. Morinda citrifolia L

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti maka disimpulkan secara umum bahwa: Guru menanamkan perilaku disiplin dengan cara menetapkan

Adapun kendala pelaksanaan grading system remunerasi pada BPR Konvensional di Sidoarjo adalah pemberian insentif yang diberlakukan BPR adalah sama terhadap semua karyawan

Apabila penetuan nilai ini berdasarkan pada nilai hasil tes belajar yang digunakan pada kriterium peserta didik, maka pada hal ini mengandumg arti bahwa nilai yang