HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN
PERILAKU IBU TERHADAP STATUS KARIES
BALITANYA DI KECAMATAN
MEDAN SELAYANG
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh :
NILA SILVANA DWI
NIM : 060600062
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2010
Nila Silvana Dwi
Hubungan Pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap status karies
gigi balitanya.
xi + 42 halaman
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui prevalensi bebas karies,
pengalaman karies pada anak usia 3-4 tahun dan hubungan pendidikan, pengetahuan
dan perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi anak terhadap prevalensi bebas
karies dan pengalaman karies anak balitanya.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu beserta anak balitanya yang berusia
3-4 tahun yang diperoleh dari playgroup dan BKIA di kecamatan Medan Selayang.
Secara purposive diambil 4 playgroup dan 2 BKIA di Kecamatan Medan Selayang.
Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus cross sectional study,sebanyak
140 orang, 70 orang di Playgroup dan 70 orang di BKIA. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan klinis gigi pada balita. DiagnosA
karies gigi ditegakkan dengan pemeriksaan gigi secara visual (inspeksi) dan
selanjutnya dilakukan wawancara pada ibu balita dengan menggunakan alat bantu
kuesioner untuk mengetahui pendidikan ibu, dan pengetahuan serta perilaku ibu
Hasil penelitian menunjukkan 65% anak balita mengalami karies gigi. Terdapat
hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan prevalensi bebas karies
(p=0,001) dan rata-rata karies anak balitanya (p=0,001), antara pengetahuan ibu
terhadap rata-rata karies anak balitanya (p=0,004) dan prevalensi bebas karies anak
balitanya (p=0,013), serta terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku
memelihara kesehatan gigi ibu dengan rata-rata karies anak balitanya (p=0,000) dan
prevalensi bebas karies pada anak balitanya (p=0,010).
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 28 September 2010
Pembimbing : Tanda tangan
Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM. ...
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 28 September 2010
TIM PENGUJI
KETUA : Gema Nazri yanti, drg.
ANGGOTA : 1. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya skripsi
ini dapat diselesaikan tepat waktu sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan,
pengarahan, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati,
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. H. Ismet D. Nasution, drg., Sp.Pros., PhD selaku mantan Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang memberi izin dilaksanakannya
penelitian.
2. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM sebagai dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan perhatian dan telah rela meluangkan waktu untuk membimbing,
memberi pengarahan serta memberikan dorongan semangat kepada penulis selama
penulisan skripsi ini hingga selesai.
3. Simson Damanik, drg., M.Kes selaku Sekretaris Departemen, Gema Nazri
yanti, drg. dan Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes selaku dosen penguji dan
seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan
Gigi Masyarakat FKG-USU atas masukan dan bantuan yang diberikan sehingga
skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
5. Kepala Sekolah Playgroup Namira, Khansa, Bunayya, Happy Holi Kids dan
Kepala Puskesmas Kecamatan Medan Selayang yang telah memberi izin untuk dapat
dilakukannya penelitian ini.
Ucapan terima kasih tak terhingga kepada ayahanda Satiman Siddiq dan
ibunda tercinta Nursiah Husein atas segala pengorbanan, doa, dukungan dan kasih
sayang yang telah diberikan kepada penulis sampai saat ini. Terima kasih kepada
kakakku tercinta Winda Ayunasari, S.Si dan adinda tercinta M. Ihsan Fatwa yang
selalu memberikan motivasi selama berlangsungnya penyusunan skripsi ini beserta
seluruh keluarga besarku.
Selanjutnya, penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman terbaik
penulis terutama Sari, Halida, Wilna, Aida Fadila Darwis, drg., Nirma, Rahmatika,
Rohani, Bang Ahmad, Kak Marhamah, Munadiyah, Dini, Rizka, Tuti, Devi, Haqqi,
atas dukungan, bantuan, semangat dan dorongan yang diberikan dan teman-teman
seangkatan 2006 lain yang tidak mungkin disebutkan satu -persatu.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan
mutu kesehatan gigi masyarakat.
Medan, September 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Hipotesa Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi... ... 6
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 18
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 18
3.3 Variabel Penelitian ... 19
3.4 Defenisi Operasional ... 20
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden ... 24 4.2 Pengetahuan Ibu-Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Anak
Balita ... 24 4.3 Perilaku Ibu-Ibu Memelihara Kesehatan Gigi Anak
Balita ... 28 4.4 Pengalaman Karies Anak Balita ... 31
BAB 5 PEMBAHASAN ... 36
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 38 6.2 Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... . 39
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Persentase distribusi karakteristik responden……… 25
2. Pengetahuan ibu-ibu rumah tangga mengenai karies..……….. 26
3. Pengetahuan ibu mengenai waktu menyikat gigi..…..……….. 26
4. Pengetahuan ibu mengenai kandungan zat pada pasta gigi yang baik
untuk mencegah gigi berlubang………...…. 27
5. Pengetahuan ibu mengenai tindakan yang sebaiknya dilakukan setelah
anak mengonsumsi makanan/minuman manis………...… 27
6. Pengetahuan ibu mengenai jenis makanan dan minuman yang paling
berpotensi menyebabkan gigi berlubang………..…. 28
7. Pengetahuan ibu mengenai jenis minuman yang baik untuk
pertumbuhan gigi anak………..… 28
8. Pengetahuan ibu mengenai pengaruh gigi susu terhadap gigi
permanen……….. 29
9. Perilaku ibu-ibu memelihara kesehatan gigi anak balitanya………... 31
10. Kategori pengetahuan dan perilaku ibu dalam memelihara
kesehatan gigi anak………... 32
11. Prevalensi karies pada anak usia 3-4 tahun di Kecamatan
Medan Selayang……….…. 32
12. Hasil analisis statistik deft anak balita berdasarkan tingkat
pendidikan ibu di Kecamatan Medan Selayang………..…… 33
13. Hasil analisis statistik deft anak balita berdasarkan tingkat
pengetahuan ibu di Kecamatan Medan Selayang………..……. 33
14. Hasil analisis statistik deft anak balita berdasarkan perilaku
pendidikan ibu di Kecamatan Medan Selayang………..……… 34
16. Hasil analisis statistik bebas karies anak balita berdasarkan tingkat
pengetahuan ibu di Kecamatan Medan Selayang………….……….. 35
17. Hasil analisis statistik bebas karies anak balita berdasarkan perilaku
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Kuesioner
2 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah Play Group Namira,
Kecamatan Medan Selayang.
3 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah Play Group Khansa,
Kecamatan Medan Selayang.
4 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah Play Group Bunayya,
Kecamatan Medan Selayang.
5 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah Play Group Happy Holi
Kids, Kecamatan Medan Selayang.
6 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Puskesmas Kecamatan Medan
Selayang.
7 Perhitungan statistik.
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/
Kesehatan Gigi Masyarakat
Tahun 2010
Nila Silvana Dwi
Hubungan Pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap status karies
gigi balitanya.
xi + 42 halaman
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui prevalensi bebas karies,
pengalaman karies pada anak usia 3-4 tahun dan hubungan pendidikan, pengetahuan
dan perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi anak terhadap prevalensi bebas
karies dan pengalaman karies anak balitanya.
Populasi pada penelitian ini adalah ibu beserta anak balitanya yang berusia
3-4 tahun yang diperoleh dari playgroup dan BKIA di kecamatan Medan Selayang.
Secara purposive diambil 4 playgroup dan 2 BKIA di Kecamatan Medan Selayang.
Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus cross sectional study,sebanyak
140 orang, 70 orang di Playgroup dan 70 orang di BKIA. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan klinis gigi pada balita. DiagnosA
karies gigi ditegakkan dengan pemeriksaan gigi secara visual (inspeksi) dan
selanjutnya dilakukan wawancara pada ibu balita dengan menggunakan alat bantu
kuesioner untuk mengetahui pendidikan ibu, dan pengetahuan serta perilaku ibu
Hasil penelitian menunjukkan 65% anak balita mengalami karies gigi. Terdapat
hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan prevalensi bebas karies
(p=0,001) dan rata-rata karies anak balitanya (p=0,001), antara pengetahuan ibu
terhadap rata-rata karies anak balitanya (p=0,004) dan prevalensi bebas karies anak
balitanya (p=0,013), serta terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku
memelihara kesehatan gigi ibu dengan rata-rata karies anak balitanya (p=0,000) dan
prevalensi bebas karies pada anak balitanya (p=0,010).
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karies merupakan penyakit kronis nomor satu di dunia dan prevalensi
penyakit tersebut meningkat pada zaman modern. Peningkatan tersebut dihubungkan
dengan perubahan pola jenis makanan. Penyebaran penyakit karies dilihat sebagai
fenomena gunung es. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat
pula terjadi pada anak. Pembentukan karies pada anak disebabkan oleh faktor
etiologis kompleks.1
Pendidikan kesehatan gigi harus diperkenalkan sedini mungkin kepada anak
agar mereka dapat mengetahui cara memelihara kesehatan gigi dan mulut secara baik
dan benar. Dalam hal ini, peran orang tua terutama ibu, sangat berpengaruh dalam
pemeliharaan kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut anak karena anak masih
bergantung pada orang tua. Sikap dan perilaku ibu yang merupakan orang terdekat
dengan anak dalam pemeliharaan kesehatan memberikan pengaruh yang sangat
signifikan terhadap sikap dan perilaku anak.1,2
Menurut Tirthankar (cit. Sondang P dan T. Hamada, 2008), pendidikan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang
memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang
Wael A. Sabbah et all, dalam penelitiannya tentang prevalensi karies di antara
anak 1-5 tahun di Tabuk, Saudi Arabia menyebutkan bahwa tingkat pendidikan ibu
merupakan faktor yang paling penting yang mempengaruhi status karies anaknya.
Anak-anak dengan ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki resiko
karies lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak dengan ibu yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi. Selain pendidikan ibu, perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak
seperti frekuensi menyikat gigi dan pemberian makanan manis pada anak juga
merupakan hal yang signifikan hubungannya dengan status karies pada anak berumur
1-5 tahun.4 Penelitian tentang karies gigi pada anak usia 1-3 tahun di Iran menyatakan
bahwa prevalensi karies terlihat lebih tinggi pada anak yang memiliki orang tua
berpendidikan rendah, sebaliknya pada anak yang memiliki orang tua berpendidikan
tinggi, prevalensi karies cenderung lebih rendah. Hasil ini juga dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan dan pemeliharan kesehatan orang tua terhadap kesehatan gigi
dan mulut anaknya.5
Hasil penelitian terhadap anak prasekolah di Turki menunjukkan bahwa 40%
anak berumur 3 tahun mengalami karies gigi. Angka ini memiliki perbandingan yang
berbeda di setiap negara. Di USA, 35% anak mengalami karies gigi, sedangkan di
Inggris angka ini meningkat dua kali lipat dan untuk Australia mencapai tiga kali
lipat.Penelitian yang dilakukan pada anak berumur 4 tahun di Turki, menunjukkan
hasil yang tidak jauh berbeda dengan anak berumur 3 tahun, yaitu 50% anak
mengalami karies gigi, USA sebesar 49%, sedangkan Skotlandia memiliki angka
Penelitian pada anak-anak panti Karya Pungai Binjai tentang karies gigi dan
oral hygiene menyatakan bahwa karies gigi susu tiap anak berumur 2-5 tahun yaitu
8,05 ± 5,66 gigi yang terdiri atas rata-rata gigi yang berlubang dan masih dapat
ditambal yaitu 7,37 ± 4,86 gigi dan rata-rata gigi yang sudah tidak dapat ditambal lagi
0,68 ± 1,83 gigi, serta tidak dijumpai satu pun gigi susu yang sudah ditambal.7
Meinarly Gultom, dalam penelitiannya tentang pengetahuan, sikap, dan
tindakan ibu-ibu terhadap pemeliharaan kesehatan gigi anaknya di Kecamatan
Balige, Sumatera Utara melaporkan dari 150 orang responden, sekitar 62,67 %
mengetahui bahwa kesehatan gigi susu mempengaruhi gigi permanen, 67,33 %
mengetahui sikat gigi yang baik bagi anak balita, 54,67% mengetahui menyikat gigi
pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur dan 83,33% mengetahui ukuran pasta
gigi pada anak balita sebesar biji kacang polong. Sementara hasil pemeriksaan
kesehatan gigi dan mulut anak balita menunjukkan 49,33% anak menderita karies
botol dan gigi berlubang, juga masih ditemui penyakit gusi yaitu gusi berdarah
10,67% dan gusi bengkak 8,67%.8
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan
pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap status karies anak balitanya di
Playgroup dan BKIA di Kecamatan Medan Selayang. Tempat ini dipilih sebab
populasi anak berumur 3-4 tahun banyak dan mudah ditemui di Playgroup -
Playgroup dan BKIA. Dan berdasarkan hasil survei pendahuluan yang didapat,
pendidikan ibu pada anak balita di Playgroup rata-rata berpendidikan baik dan pada
populasi anak balita di BKIA, didapati kelompok balita dengan ibu yang
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan
masalah sebagai berikut “Apakah ada hubungan antara pendidikan, pengetahuan dan
perilaku ibu terhadap status karies anak balitanya.”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah, sebagai berikut :
1. Mengetahui prevalensi bebas karies dan pengalaman karies pada anak usia
3-4 tahun.
2. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap prevalensi bebas
karies dan pengalaman karies anak balitanya.
3. Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang pemeliharaan kesehatan
gigi anak terhadap prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak balitanya.
4. Mengetahui hubungan perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi
anak balitanya terhadap prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak
balitanya.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap prevalensi bebas karies
dan pengalaman karies anak balitanya.
2. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi anak
3. Ada hubungan perilaku ibu tentang pemeliharaan kesehatan gigi anak
balitanya terhadap prevalensi bebas karies dan pengalaman karies anak balitanya.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan :
1. Sebagai masukan bagi puskesmas dalam penyuluhan kepada ibu-ibu
pengunjung BKIA dan Posyandu untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu anak
balita.
2. Sebagai masukan kepada Playgroup dalam memberi penyuluhan kepada
ibu-ibu anak balita agar dapat meningkatkan pengetahuan ibu-ibu anak balita.
3. Sebagai masukan bagi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi
Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG-USU untuk menambah referensi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi
Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh
faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa
tetapi dapat pula terjadi pada anak.1 Karies gigi adalah suatu penyakit pada jaringan
keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik
yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan
terjadinya demineralisasi pada jaringan karies gigi, diikuti dengan kerusakan bahan
organiknya. Hal ini menyebabkan terjadinya invasi bakteri dan kerusakan pada
jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa
nyeri.3
Masalah gigi berlubang atau karies dialami oleh sekitar 85 persen anak usia di
bawah lima tahun di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan minum
susu botol pada usia akhir balita. Sejauh ini, karies gigi masih menjadi masalah
kesehatan anak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2003 menyatakan, angka
kejadian karies pada anak 60-90 persen.9
Karies adalah suatu proses kronis regresif yang disebabkan oleh terganggunya
keseimbangan antara gigi dan lingkungan dalam rongga mulut. Walaupun terdapat
disebabkan oleh kondisi lingkungan. Empat faktor utama harus berinteraksi secara
terus menerus untuk menciptakan lesi karies. Faktor-faktor tersebut adalah gigi yang
rentan, plak, substrat dan waktu.1
2.1.1 Faktor Etiologi
Faktor etiologi atau penyebab karies dibedakan atas faktor penyebab primer
yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi
yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi
biofilm. Keyes dan Jordan menyatakan bahwa karies merupakan penyakit
multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya
karies. Ada empat faktor utama yang memegang peranan yaitu : 3
a. Faktor host atau tuan rumah
Faktor host ini meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi),
struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis.
b. Faktor agen atau mikroorganisme
Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme
yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak gigi memegang peranan penting dalam
menyebabkan terjadinya karies.
c. Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena
membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada
d. Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang
berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang
dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi,
diperkirakan 6-48 bulan.
2.1.2 Faktor Risiko
Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko adalah :3
a. Penggunaan Fluor
Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan
hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat
meningkatkan remineralisasi.
b. Oral Higiene
Sebagaimana diketahui bahwa salah satu komponen dalam pembentukan
karies adalah plak. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menyikat gigi
dan penggunaan alat pembersih interdental yang dikombinasikan dengan pemeriksaan
gigi secara teratur.
c. Jumlah Bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai
jenis bakteri. Jumlah bakteri patogen yang banyak di dalam mulut akan
d. Saliva
Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan
sisa-sisa makanan di dalam mulut. Jika pH saliva terlalu rendah, maka keadaan di
dalam rongga mulut akan menjadi asam sehingga memudahkan terjadinya karies pada
gigi.
e. Pola makan
Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal
daripada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan.
Karies atau lubang gigi memiliki kedalaman dan besar yang berbeda-beda.
Derajat keparahannya dikelompokkan menjadi :10
1. Lubang pada email.
Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada rangsangan yang
berasal dari makanan atau minuman yang dingin terasa linu. Apabila rasa linu sudah
muncul hendaknya segera ke dokter gigi agar dapat dilakukan penambalan.
2. Lubang sampai dentin.
Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan.
Apabila makanan diangkat maka akan berkurang rasa sakitnya.
3. Lubang sampai syaraf gigi.
Gigi terasa sakit terus-menerus sifatnya tiba-tiba atau muncul dengan
sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit.
Hendaknya segera datang ke dokter gigi untuk dilakukan perawatan syaraf gigi.
Perawatan syaraf gigi membutuhkan beberapa kali kunjungan, sampai hilangnya
4. Tipe karies rampan.
Pemberian susu botol di malam hari (di sela-sela waktu tidur) dan
pemberian yang melebihi usia 12 bulan sering menimbulkan gigi berlubang.
Tanda-tanda gigi yang terkena adalah terlihat pada bagian depan gigi depan atas, terlihat
warna kecoklatan sampai hitam dan dapat meluas sampai ke gigi belakang. Karies
botol dapat dicegah dengan cara tidak memberikan air susu di tengah tidur malam dan
selalu bilas dengan air putih, membiasakan anak minum susu di gelas sejak anak
berulang tahun kesatu, pemberian jus buah-buahan hendaknya menggunakan gelas,
serta memperhatikan kebersihan rongga mulut.
2.1.3 Indeks Karies
Indeks karies adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka untuk
mendapatkan data tentang status karies seseorang, agar penilaian yang dilakukan
dapat sama atau seragam. Indeks ini diperkenalkan oleh Klein H.3
Indeks karies untuk anak-anak dan orang dewasa memiliki perbedaan, yaitu
pada pemberian kodenya. Pada orang dewasa digunakan kode DMFT (Decay,
Missing, Filling, Tooth) dan pada anak-anak digunakan kode deft (decay, extracted,
filling, tooth). Indeks ini tidak menggunakan skor, pada kolom yang tersedia langsung
diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang), F (gigi yang ditumpat) dan
kemudian dijumlahkan sesuai kode. Nilai reratanya dihitung dengan menjumlahkan
2.2 Pendidikan Ibu
Penelitian tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan rongga mulut oleh ibu
yang memiliki anak prasekolah di Nigeria menyatakan bahwa, ibu dengan pendidikan
yang rendah cenderung tidak mementingkan dan acuh terhadap pelayanan kesehatan
rongga mulut yang ada. Ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu merupakan hal yang
berpengaruh terhadap persepsi ibu terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan,
khususnya kesehatan rongga mulut. Setiap ibu hendaknya mengetahui dan memahami
pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat menerapkannya
bagi anak-anaknya.10,11
2.3 Pengetahuan Ibu
Banyak faktor yang menyebabkan sulitnya meningkatkan kesehatan gigi dan
mulut pada anak. Salah satu faktor yang penting adalah peranan ibu. Sebagai
pemegang figur pertama yang dikenal anak sejak lahir, perilaku dan kebiasaan ibu
akan sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya.12
Banyak teori tentang tingkah laku seperti Health Belief Model dan teori
Reasoned Action menyatakan tentang peranan besar dari pengetahuan dan perilaku
dalam perubahan tingkah laku. Dalam hal ini, khususnya pada peranan pengetahuan
dan tingkah laku orang tua dalam perilaku kesehatan.13
Pengetahuan ibu mengenai kesehatan gigi anak ini meliputi pengetahuan ibu
tentang penyebab karies gigi, frekuensi menyikat gigi yang benar, tanda-tanda awal
dokter gigi secara berkala.10 Berikut merupakan penjelasan mengenai pengetahuan
ibu mengenai kesehatan gigi anak untuk mencegah karies :
a. Penyebab karies gigi
Karies gigi terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja tetapi
disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu. Plak
adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang
berkembang biak di atas suatu matriks, terbentuk dan melekat erat pada permukaan
gigi yang tidak dibersihkan. Plak memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies.3 Plak tidak hanya dapat menyebabkan karies yang baru, namun
dapat memperluas lesi karies yang sudah ada jika tidak dibersihkan dari permukaan
gigi.14
b. Waktu menyikat gigi yang baik
Waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah di pagi hari setelah makan dan
malam hari sebelum tidur. Dalam hal ini, peran ibu sangat penting dalam membantu
dan mengajarkan anak bagaimana cara menyikat gigi yang baik saat anak sedang
menyikat gigi, sebab anak akan lebih termotivasi jika kegiatan membersihkan gigi
dilakukan bersama ibu dibandingkan jika dilakukan oleh anak seorang diri.12,15
c. Tanda-tanda awal karies
Tanda-tanda awal karies secara umum adalah timbulnya white spot pada
permukaan gigi. White spot merupakan bercak-bercak putih pada permukaan gigi
yang merupakan awal terbentuknya karies. Faktor perilaku orang tua menjadi faktor
d. Makanan kariogenik
Pengetahuan ibu terhadap makanan yang bersifat kariogenik sangat
mempengaruhi kesehatan gigi anak. Seorang ibu harus memperhatikan diet yang tepat
untuk anaknya, yaitu memilihkan makanan yang baik untuk kesehatan gigi anaknya
serta mengurangi makanan-makanan manis yang bersifat kariogenik. Pada umumnya,
makanan yang manis seperti permen, coklat, susu dan biskuit sangat digemari oleh
anak-anak. Makanan tersebut merupakan makanan yang tergolong kariogenik yang
dapat diubah menjadi asam oleh bakteri yang dapat menyebabkan struktur gigi
melarut, sehingga gigi mudah terserang karies. Penelitian Al-Hussyeen dan Al-
Sadhan di Saudi tahun 2002 menunjukkan bahwa perbedaan frekuensi pemberian
konsumsi makanan kariogenik antara anak sangat berpengaruh terhadap status karies
anak. Ini terkait dengan pendidikan dan pengetahuan ibu terhadap kesehatan gigi,
khususnya mengenai pemberian pola makan anak.12,17 Menurut Marianna, melarang
anak untuk sama sekali tidak makan makanan manis, seperti permen dan cokelat
memang tidak mungkin. Untuk meminimalisasi akibat konsentrasi gula tinggi yang
merusak email gigi, sebaiknya anak dibiasakan minum air putih atau berkumur untuk
menurunkan konsentrasi gula pada mulut.18
e. Pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemeriksaan gigi rutin ke
dokter gigi.
Kesadaran orang tua untuk membawa anaknya berkonsultasi dinilai masih
rendah. Hal ini terlihat dari banyaknya kasus anak ke dokter gigi jika sudah terjadi
masalah, misalnya ketika pipi anak bengkak karena giginya rusak. Pemeriksaan ke
meskipun tidak ada masalah sebab ini merupakan hal yang penting sebagai kontrol
bagi kesehatan gigi anak.12,18
Selain itu, dokter gigi dapat menjadi sumber informasi yang bisa dipercaya
dalam menerangkan pentingnya merawat gigi dengan tepat. Orangtua sering
menganggap remeh kesehatan gigi anak. Padahal, kesehatan mulut dan gigi dapat
mengganggu perkembangan lain.18 Menurut Vincent Iannelli MD, waktu yang paling
tepat untuk membawa anak ke dokter gigi berdasarkan rekomendasi The American
Academy of Pediatric Dentistry, yaitu ketika anak telah memiliki gigi pertama atau
tidak lebih dari usia satu tahun. Semakin cepat anak memeriksakan gigi ke dokter
gigi, semakin cepat dia belajar menjaga kebersihan mulutnya. Misalnya, menghindari
meminum susu dari botol pada malam hari, mengenal cara menyikat gigi dengan
benar, dan memakan makanan yang akan mendukung pertumbuhan gigi yang sehat.
Dokter gigi akan menjelaskan lebih detail mengenai perawatan gigi anak.18
2.4 Perilaku ibu
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. Dari
uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua
kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak
(organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan.19
Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku ini dibedakan menjadi dua, yakni :19
a. Faktor internal, yaitu karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat
given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin
dan sebagainya.
b. Faktor eksternal, yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial budaya,
ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang
dominan yang mewarnai perilaku seseorang.
Dari uraian di atas dapat dirumuskan bahwa perilaku adalah merupakan
totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang, yang merupakan hasil bersama atau
resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. 19
Berdasarkan teori Bloom, status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik
maupun sosial budaya), perilaku dan pelayanan kesehatan. Dari keempat faktor
tersebut, perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status
kesehatan gigi dan mulut.20
Perilaku ibu menentukan kesehatan gigi anak, sebab ibu merupakan figur
cukup berperan dalam menjaga kondisi kesehatan giginya, termasuk dalam hal
menyikat gigi dan pola makan anak.15 Hal ini dapat dikontrol dengan pengawasan dan
perilaku kesehatan terhadap gigi anak oleh ibu dari sejak dini, yakni meliputi :12
1. Ibu hendaknya terbiasa untuk membantu dan mengajari anak saat sedang
menyikat gigi. Bila ibu bersama-sama dengan anak melakukan pembersihan gigi,
anak akan lebih termotivasi dan meniru contoh dari ibunya. Selain itu ibu juga dapat
memperhatikan apakah cara sikat gigi anak sudah benar. Sebaiknya ibu tidak
membiarkan anak sendirian atau hanya ditemani oleh pengasuhnya saat menyikat
gigi. Pasta gigi dengan aneka rasa dan warna memang menarik bagi anak, dan
formulanya sudah dirancang sedemikian rupa agar aman bila tertelan. Pasta gigi yang
mengandung fluor sebaiknya diberikan setelah anak berusia 3 tahun di mana ia sudah
mampu berkumur.
2. Ibu harus mengawasi jenis jajanan anak. Permen dan coklat atau makanan
manis lain tetap dapat diberikan, namun perlu ditekankan tentang pentingnya
menyikat dan membersihkan gigi sebelum tidur.
3. Sebaiknya seorang ibu dapat meluangkan waktu untuk melihat dan
memeriksa rongga mulut anak. Bila hal ini sering dilakukan, anak tidak akan terlalu
merasa asing saat harus dibawa ke dokter gigi. Sehingga bila ada kelainan dalam
rongga mulut anak dapat ditemukan sedini mungkin.
Dari keterangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesehatan gigi anak
sangat dipengaruhi oleh perilaku kesehatan yang diterapkan ibu terhadap anaknya
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan rancangan cross
sectional.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi adalah ibu beserta anak balitanya yang berusia 3-4 tahun di
playgroup dan BKIA di kecamatan Medan Selayang. Secara purposive diambil 4
playgroup dan 2 BKIA di Kecamatan Medan Selayang. Besar sampel diperoleh
dengan menggunakan rumus cross sectional study oleh Budiharto untuk populasi
subyek penelitian kurang dari 10.000 orang. Berdasarkan perhitungan, diperoleh
jumlah sampel minimum adalah 137 orang, besar sampel yang diambil peneliti adalah
3.3 Variabel Penelitian
Variabel Bebas (Faktor Risiko)
No. Variabel Kategori Skala Ukuran Keterangan
1. Pendidikan Ibu Tinggi
Sedang
Rendah
Ordinal -Tinggi, jika pendidikan ibu
lulus Perguruan Tinggi.
-Sedang, jika pendidikan ibu lulus SLTP dan SLTA.
-Rendah, jika pendidikan ibu hanya lulusan SD dan tidak lulus SD.
2. Pengetahuan Ibu Baik
Cukup
Kurang
Ordinal -Baik, bila 80% pertanyaan
dijawab dengan benar (8-10 pertanyaan).
-Cukup, bila 60-70% pertanyaan dijawab dengan benar (6-7 pertanyaan).
-Kurang, bila <60% pertanyaan dijawab dengan benar (1-5 pertanyaan)
3. Perilaku Ibu Baik
Cukup
Kurang
Ordinal -Baik, bila 80% pertanyaan
dijawab dengan benar (8-10 pertanyaan).
-Cukup, bila 60-70% pertanyaan dijawab dengan benar (6-7 pertanyaan).
Variabel terikat (faktor efek)
No. Variabel Kategori Skala Ukuran Keterangan
1. Status karies pada anak balita yaitu :
-Prevalensi bebas karies
diukur dengan persentase.
-deft diukur dengan rata-rata.
3.4 Defenisi Operasional
1. Pendidikan ibu, adalah tingkat pendidikan formal ibu yang meliputi
beberapa kriteria yaitu : Tinggi (lulus Perguruan tinggi), sedang (lulus SLTA dan
SLTP) dan rendah (lulus SD dan tidak lulus SD).
2. Pengetahuan ibu, yaitu pemahaman ibu tentang :
a. Penyebab gigi berlubang. Penyebab gigi berlubang yang memegang
peranan penting adalah plak.
b. Tanda-tanda awal karies, yaitu dimulai dengan timbulnya bercak-bercak
putih pada permukaan gigi.
c. Waktu yang baik untuk menyikat gigi, yaitu dua kali sehari, setiap sehabis
sarapan dan sebelum tidur di malam hari.
d. Ukuran sikat gigi bagi anak balita, yaitu anak balita memiliki ukuran sikat
gigi khusus yang tidak sama dengan ukuran sikat gigi orang dewasa.
f. Setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis, memberikan
anak minum air putih atau berkumur adalah hal yang penting dilakukan.
g. Jenis makanan dan minuman manis yang menyebabkan gigi berlubang.
h. Jenis makanan yang dapat mendukung pertumbuhan gigi yang sehat pada
anak, seperti susu yang mengandung kalsium dan vitamin D.
i. Gigi susu yang dicabut sebelum waktunya akan mengganggu pertumbuhan
gigi tetap.
j. Kunjungan ke dokter gigi merupakan tindakan yang baik untuk pemeriksaan
rongga mulut anak.
3. Perilaku ibu, yaitu tindakan ibu di dalam memelihara gigi anak balitanya
terhadap karies :
a. Sejak kapan ibu menyikat gigi anak dan mengajari anak cara menyikat
gigi.
b. Waktu menyikat gigi anak setiap hari.
c. Memberikan pasta gigi yang mengandung fluor.
d. Memberikan sikat gigi yang khusus untuk anak.
e. Setelah mengkonsumsi makanan atau minuman yang manis, ibu memberi
anak minum air putih atau berkumur.
f. Mengawasi jajanan anak, yaitu apakah ibu memberikan anak makanan
seperti biskuit, permen, atau coklat.
g. Memberikan anak makanan yang baik bagi pertumbuhan gigi anak, yaitu
h. Frekuensi pemberian makanan yang bersifat kariogenik pada anak, yaitu
apakah ibu memberikan anak makanan seperti biskuit, permen, atau coklat di luar
jam-jam makan.
i. Meluangkan waktu untuk melihat dan memeriksa rongga mulut anak,
yaitu apakah ibu memeriksa rongga mulut anak setiap sebulan sekali.
j. Apakah ibu membawa anak ke dokter gigi sejak pertama kali gigi anak
tumbuh.
4. Status karies gigi anak balita, dilihat dari kondisi gigi anak, yaitu indeks
deft anak untuk mengetahui pengalaman karies pada anak dan prevalensi bebas
karies, untuk mengetahui anak yang bebas karies.
3.5 Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dengan cara melakukan pemeriksaan klinis gigi
pada balita. Diagnosis karies gigi ditegakkan dengan pemeriksaan gigi secara visual
dan menggunakan alat bantu sonde dan kaca mulut.
Pemeriksaan karies gigi dilakukan dengan menggunakan indeks Klein. Indeks
ini tidak menggunakan skor, pada kolom yang tersedia langsung diisi kode d, e, f, dan
kemudian dijumlahkan sesuai kode. Rerata def adalah jumlah seluruh nilai def dibagi
atas jumlah orang yang diperiksa.3 Selanjutnya, dilakukan wawancara pada ibu balita
dengan menggunakan alat bantu kuesioner.
3.6 Pengolahan Data
Editing dilakukan pada semua kuesioner untuk memeriksa kelengkapan
jawaban yang telah diisikan dalam kuesioner. Setelah itu, data diolah menggunakan
program MS. Excel.
3.7 Analisis Data
Data dianalisis dengan uji ANOVA dan Chi square dengan menggunakan
program SPSS. Uji ANOVA digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara
pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap deft gigi anak balitanya,
sedangkan uji Chi square digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara
pendidikan, pengetahuan dan perilaku ibu terhadap prevalensi bebas karies pada anak
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Karakteristik Responden
Pendidikan responden ibu 45,71% lulus SLTP/lulus SLTA dan 40,71% lulus
perguruan tinggi. Kelompok umur anak 4 tahun 62,14% (Tabel 1).
Tabel 1. PERSENTASE DISTRIBUSI KARAKTERISTIK RESPONDEN (n=140)
Karakteristik Jumlah Persentase
Pendidikan Ibu-ibu
Tidak Lulus SD/Lulus SD
Lulus SLTP/Lulus SLTA
Lulus Perguruan Tinggi (D3, D4,
S1, S2, S3)
Umur Anak Balita (tahun)
3
4.2 Pengetahuan Ibu-ibu Mengenai Kesehatan Gigi Anak Balita
Sebanyak 42,14% ibu mengetahui penyebab utama gigi berlubang adalah plak
pada gigi. Sementara itu, hanya 26,43% ibu yang mengetahui tanda awal adanya gigi
berlubang dimulai dengan timbulnya bercak-bercak putih pada permukaan gigi (Tabel
Tabel 2. PENGETAHUAN IBU-IBU RUMAH TANGGA MENGENAI KARIES (n=140)
Pengetahuan mengenai karies Jumlah Persentase Plak gigi penyebab utama gigi berlubang
Tahu Tanda awal gigi berlubang dimulai dengan timbulnya
bercak-bercak putih pada permukaan gigi Tahu
Didapati 63,57% ibu mengetahui bahwa waktu menyikat gigi yang baik dalam
satu hari yaitu pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur (Tabel 3).
Tabel 3. PENGETAHUAN IBU MENGENAI WAKTU MENYIKAT GIGI (n=140)
Waktu menyikat gigi yang baik dalam satu hari Jumlah Persentase Benar
Pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur Salah
Keseluruhan responden mengetahui bahwa ukuran sikat gigi yang baik untuk
anak balita memiliki ukuran yang lebih kecil daripada ukuran sikat gigi orang
dewasa. Sebanyak 52,86% ibu mengetahui bahwa kandungan zat pada pasta gigi yang
baik untuk mencegah gigi berlubang adalah pasta gigi yang mengandung fluor (Tabel
Tabel 4. PENGETAHUAN IBU MENGENAI KANDUNGAN ZAT PADA PASTA GIGI YANG BAIK UNTUK MENCEGAH GIGI BERLUBANG (n=140)
Kandungan zat pada pasta gigi yang baik untuk mencegah gigi berlubang
Pengetahuan ibu mengenai tindakan yang sebaiknya dilakukan setelah anak
mengonsumsi makanan/minuman manis 50,71% menjawab dengan menyikat gigi dan
36,43% minum air putih (Tabel 5).
Tabel 5. PENGETAHUAN IBU MENGENAI TINDAKAN YANG SEBAIKNYA DILAKUKAN SETELAH ANAK MENGONSUMSI MAKANAN/ MINUMAN MANIS (n=140)
Tindakan yang sebaiknya dilakukan setelah anak mengonsumsi makanan/minuman manis
Jumlah Persentase
Sebanyak 65,71% ibu mengetahui bahwa makanan yang paling berpotensi
menyebabkan gigi berlubang adalah makanan yang manis, seperti coklat dan permen,
45% ibu menjawab bahwa minuman yang berpotensi menyebabkan gigi berlubang
adalah minuman yang manis, dan 27,14% ibu menjawab minuman yang asam (Tabel
Tabel 6. PENGETAHUAN IBU MENGENAI JENIS MAKANAN DAN
MINUMAN YANG PALING BERPOTENSI MENYEBABKAN GIGI BERLUBANG (n=140)
Jenis makanan dan minuman yang paling berpotensi menyebabkan gigi berlubang
Jumlah Persentase
Jenis makanan yang paling berpotensi menyebabkan gigi berlubang
Benar
Makanan yang manis, seperti coklat dan permen Salah
Makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin
92
48
65,71
34,29 Jenis minuman yang paling berpotensi
menyebabkan gigi berlubang Benar
Sebanyak 70,71% ibu mengetahui bahwa susu adalah minuman yang baik
untuk menunjang pertumbuhan gigi anak (Tabel 7).
Tabel 7. PENGETAHUAN IBU MENGENAI JENIS MINUMAN YANG BAIK UNTUK PERTUMBUHAN GIGI ANAK (n=140)
Jenis minuman yang baik untuk pertumbuhan gigi anak
Ibu yang mengetahui pengaruh gigi susu yang dicabut sebelum waktunya
menjadi tidak rapi, 4,29% menjawab bahwa gigi permanen tumbuhnya menjadi
lamban (Tabel 8).
Tabel 8. PENGETAHUAN IBU MENGENAI PENGARUH GIGI SUSU TERHADAP GIGI PERMANEN (n=140)
Pengaruh gigi susu yang dicabut sebelum waktunya pada gigi permanent
Jumlah Persentase
Benar
Gigi permanen tidak rapi
Gigi permanen tumbuhnya lamban Salah
Sebanyak 94,29% ibu mengetahui bahwa penting mengunjungi dokter gigi
secara berkala 6 bulan sekali untuk melakukan pemeliharaan kesehatan gigi dan
5,71% tidak mengetahui.
4.3 Perilaku Ibu-ibu Memelihara Kesehatan Gigi Anak Balita
Sebanyak 55% ibu membersihkan gigi anak sejak pertama kali gigi anak
tumbuh, dan 66,43% ibu menyikat gigi anak dengan pasta gigi sejak anak berumur 3
tahun. Didapati 47,14% ibu membantu menyikat gigi anak sebanyak 2 kali sehari
yaitu pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur, 62,86% ibu memberikan pasta
gigi anak yang mengandung fluor dan semua ibu memberikan anak sikat gigi yang
sesuai ukuran mulut anak untuk menyikat gigi.
Sebanyak 61,43% ibu selalu memberikan anak minum atau berkumur setelah
mengonsumsi makanan atau minuman yang manis, 69,29% memberikan susu yang
biskuit, permen atau coklat hampir setiap hari. Hanya 22,86% ibu yang meluangkan
waktu sebulan sekali untuk memeriksa keadaan rongga mulut anak dan 40% ibu
mengaku membawa anak berkunjung ke dokter gigi untuk pemeriksaan gigi secara
Tabel 9. PERILAKU IBU-IBU MEMELIHARA KESEHATAN GIGI ANAK BALITANYA (n=140)
Perilaku ibu memelihara kesehatan gigi anak balita Jumlah Persentase Membersihkan gigi anak sejak pertama kali gigi anak
tumbuh Menyikat gigi anak dengan pasta gigi sejak anak
berumur 3 tahun Ya Membantu menyikat gigi anak 2 kali sehari, pagi
sesudah sarapan dan malam sebelum tidur Ya Memberikan anak pasta gigi mengandung fluor
Ya Memberikan sikat gigi ukuran kecil untuk anak
Ya Selalu memberikan anak minum atau berkumur
setelah mengonsumsi makanan yang manis Ya Memberikan susu untuk pertumbuhan gigi anak
Ya Memberikan anak makanan seperti biskuit, permen
atau coklat setiap hari Ya Meluangkan waktu sebulan sekali untuk memeriksa
keadaan rongga mulut anak Ya Membawa anak berkunjung ke dokter gigi 6 bulan
Sebanyak 57,14% ibu memiliki kategori berpengetahuan baik dan 45% ibu
memiliki kategori berperilaku baik (Tabel 10).
Tabel 10. KATEGORI PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DALAM MEMELIHARA KESEHATAN GIGI ANAK (n=140)
Kategori Responden Ibu Jumlah Persentase Pengetahuan Ibu
4.4 Pengalaman Karies Anak Balita
Sebanyak 45,28% anak berumur 3 tahun mengalami karies dan 77,01% anak
berumur 4 tahun mengalami karies (Tabel 11).
Tabel 11. PREVALENSI KARIES PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
Umur (tahun)
Karies Jumlah
Ada Tidak Ada
Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan rata-rata deft
anak balitanya (p= 0,001), yaitu rata-rata deft balita ibu berpendidikan rendah 3,95,
Tabel 12. HASIL ANALISIS STATISTIK deft ANAK BALITA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
TINGKAT PENDIDIKAN IBU
Deft Jumlah sampel
Hasil Analisis Statistik
Rata-Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan rata-rata deft
anak (p=0,004). Rata-rata deft balita ibu dengan kategori pengetahuan baik 2,43,
rata-rata deft balita ibu dengan kategori pengetahuan sedang 4,33 dan rata-rata-rata-rata deft balita
ibu dengan kategori pengetahuan kurang 4,70 (Tabel 13).
Tabel 13. HASIL ANALISIS STATISTIK deft ANAK BALITA BERDASARKAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI IBU DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
PENGETAHUAN KESEHATAN
GIGI IBU
Deft Jumlah sampel
Hasil Analisis Statistik
Rata-Ada hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan rata-rata deft anak
balitanya (p= 0,000), rata-rata deft balita dari ibu berperilaku baik 2,10, rata-rata deft
balita dari ibu berperilaku sedang 3,54 dan rata-rata deft balita dari ibu berperilaku
Tabel 14. HASIL ANALISIS STATISTIK deft ANAK BALITA BERDASARKAN PERILAKU PEMELIHARAAN GIGI ANAK DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
Hasil Analisis Statistik
Rata-Prevalensi bebas karies anak balita berdasarkan tingkat pendidikan ibu,
menunjukkan hubungan yang bermakna (p=0,001), anak yang bebas karies pada ibu
berpendidikan rendah 21,05%, ibu yang berpendidikan menengah 23,44% dan ibu
yang berpendidikan tinggi 52,63% (Tabel 15).
Tabel 15. HASIL ANALISIS STATISTIK BEBAS KARIES ANAK BALITA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
Hasil Analisis Statistik
Ya
Prevalensi bebas karies anak balita berdasarkan tingkat pengetahuan ibu,
berpengetahuan baik 43,75%, ibu yang berpengetahuan sedang 30% dan ibu yang
berpengetahuan kurang 10% (Tabel 16).
Tabel 16. HASIL ANALISIS STATISTIK BEBAS KARIES ANAK BALITA BERDASARKAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI ANAK DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
Hasil Analisis Statistik
Ya
Prevalensi bebas karies anak balita berdasarkan perilaku ibu, menunjukkan
hubungan yang bermakna (p=0,010), anak yang bebas karies pada ibu berperilaku
baik 46,03%, ibu yang berperilaku sedang 31,58% dan ibu yang berperilaku kurang
Tabel 17. HASIL ANALISIS STATISTIK BEBAS KARIES ANAK BALITA BERDASARKAN TINGKAT PERILAKU PEMELIHARAAN GIGI ANAK DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
PERILAKU
Hasil Analisis Statistik
BAB 5
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, persentase karies pada anak berumur 3 tahun 45,28%,
lebih rendah dari prevalensi karies anak yang berumur 4 tahun yaitu 77,01%. Hasil ini
hampir sama dengan penelitian tentang karies gigi pada anak balita berumur 3 tahun
di Turki yaitu 40%, namun lebih rendah dari prevalensi karies pada anak berumur 4
tahun yaitu 50%.6 Hasil ini menunjukkan seiring pertumbuhan anak faktor resiko
karies juga bertambah dan semakin lama gigi terpapar di dalam mulut maka gigi
semakin berpotensi mengalami karies.12,14
Semakin rendah pendidikan ibu, semakin rendah prevalensi bebas karies
(p=0,001) dan semakin rendah pendidikan ibu semakin tinggi rata-rata karies anak
balitanya (p=0,001). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di
Turki tentang faktor resiko karies pada anak balita yaitu tingkat pendidikan ibu
berpengaruh terhadap status karies anak. Semakin rendah pendidikan ibu karies gigi
pada anak balita semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan ibu
tingkat karies gigi balita semakin rendah.6 Hasil ini juga sama dengan hasil penelitian
Sugito FS tentang karies pada balita di Jakarta tahun 2008 yang menyatakan bahwa
pendidikan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan karies balitanya.14
Penelitian menunjukkan semakin baik pengetahuan ibu semakin rendah
rata-rata karies anak balitanya (p=0,004), dan begitu pula sebaliknya semakin baik
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di Eropa tahun 2008 yang
menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan deft anak
(p=0,001). 13
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa semakin baik perilaku ibu semakin
rendah rata-rata karies anak balitanya (p=0,000), sebaliknya semakin baik
pengetahuan ibu semakin tinggi prevalensi bebas karies pada anaknya (p=0,010).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan Saied MZ di Eropa tahun
2008 yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dengan deft
anak (p=0,001).13 Hasil penelitian di London mengungkapkan bahwa 69% dari
anak-anak yang ibunya memberikan oral health education di rumah memperlihatkan bebas
karies daripada anak-anak yang tidak dididik tentang kesehatan gigi dan mulut oleh
ibunya. Hal ini disebabkan karena ibu merupakan figur utama yang perilakunya
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan 35% anak balita berumur 3-4 tahun bebas karies
gigi. Pengalaman rata-rata karies gigi anak balita 3,29. Terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan ibu terhadap prevalensi bebas karies (p=0,001) dan
rata-rata karies anak balitanya (p=0,001). Terdapat hubungan antara pengetahuan ibu
terhadap rata-rata karies anak balitanya (p=0,004) dan prevalensi bebas karies anak
balitanya (p=0,013). Hubungan antara perilaku ibu dengan rata-rata karies anak
balitanya juga memiliki hubungan yang signifikan (p=0,000) dan prevalensi bebas
karies pada anak balitanya (p=0,010).
6.2 Saran
1. Puskesmas mengadakan program penyuluhan kesehatan khususnya mengenai
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak kepada masyarakat Kecamatan Medan
Selayang secara berkala dan berkesinambungan.
2. Diharapkan peran orang tua semakin membaik dalam membiasakan anak
melakukan penyikatan gigi secara teratur sejak dini dan membawa anak untuk
mendapatkan perawatan gigi di klinik gigi.
3. Play group melakukan program penyuluhan kepada ibu-ibu balita tentang
DAFTAR PUSTAKA
1. Pertiwi AS. Gambaran pola karies gigi permanen ditinjau dari dental neglect
siswa kelas 5-6 SDN Cikudayasa 2 Kecamatan Cileunyi Bandung. Jurnal
Kedokteran Gigi Anak. Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad,
2008.
2. PDGI online. Inisiatif Kesehatan gigi dan mulut, paradigma sehat .
3. Sondang P, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press,
2008: 4-15.
4. Sabbah WA, Stewart BL, Owusu GB. Prevalence and determinants of caries
among 1-5 year-old Saudi children in Tabuk, Saudi Arabia. The Saudi Dental
Journal 2009; 1(2):1-2.
5. Mohebbi SZ, Virtanen JI, Vahid-Golvayegani M, Vehkalahti MM. Early
childhood caries and dental plaque among 1-3-year-olds in Tehran,Iran.
Journal of Indian Society of Pedodontics and Preventive Dentistry 2006; 3(4):
4-9.
6. Namal N, Vehit H.E, Can G. Risk factor for dental caries in Turkish preschool
children. Istambul. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2005; 9(10): 115-118.
7. Octiara E, Roesnawi Y. Karies gigi, oral hygiene dan kebiasaan
membersihkan gigi pada anak-anak panti Karya Pungai di Binjai. Medan.
8. Gultom M. Pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu-ibu terhadap pemeliharaan
kesehatan gigi anaknya di Kecamatan Balige, Sumatera Utara. Skripsi.
Medan: Bagian Kesehatan Gigi Masyarakat USU, 2009.
9. Evy. Kebiasaan minum susu botol, picu karies gigi.
10.Riyanti E. Pengenalan dan perawatan kesehatan gigi anak sejak dini.
Laboratorium Klinik Utama Pramita. Jurnal Kedokteran Gigi Anak. Bandung:
Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad 2005.
11.Adeleke OA, Danfillo IS. Utilization of oral health service by mothers of
preschool children in Jos North Local Government Area, Plateau State,
Nigeria. Plateau State. Malawi Medical Journal 2005 ; 16(2): 33-36.
12.Mozharta M. Perilaku ibu tentukan kesehatan gigi anak. 2008.
13.Saied MZ, Virtanen JI, Ghofranipour F, Murtomaa H. Influence of mothers’
oral health knowledge and attitudes on their children’s dental health.
European Archives of Paediatric Dentristy 2008; 2(9): 16-68.
14.Sugito FS, Djoharnas H, Darwita RR. Relationship between breastfeeding and
early childhood caries (ECC) severity of children under three yers old in DKI
Jakarta. Jakarta. Makara Kesehatan 2008; 12(2): 87-92.
15.Suryawati S, Tantur S, Handayani T, Resmisari T, Wahyuni S.Gigi berlubang
atau karies gigi pada balita.
16.Riyanti E. Penatalaksanaan perawatan nursing mouth caries. Jurnal
Kedokteran Gigi Anak. Bandung: Bagian Kedokteran Gigi anak FKG Unpad
2005.
17.Al-Hussyeen AA, Al-Sadhan SA. Feeding practices and behaviour of Saudi
Children with early childhood caries and dental knowledge of mothers.
Riyadh. Saudi Dental Journal 2002; 14(3): 112-117.
18.PDGI online. Perawatan gigi dimulai dari gigi susu (18 september 2009).
19.Notoadmojo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Cet. ke-1, Juni. Jakarta :
Rineka Cipta, 2003: 120-121.
20.Anitasari S, Liliwati. Pengaruh frekuensi menyikat gigi terhadap tingkat
kebersihan gigi dan mulut siswa-siswi sekolah dasar negeri di Kecamatan
Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Dentika Dental