• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Eksperimental Perbandingan Performansi Generator Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar, Biosolar Dan Pertadex

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Eksperimental Perbandingan Performansi Generator Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar, Biosolar Dan Pertadex"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN

PERFORMANSI GENERATOR DIESEL MENGGUNAKAN

SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTADEX

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

MARULI CESCO GULTOM

NIM : 080401140

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

Abstrak

Mesin diesel adalah salah satu tipe dari mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang panasnya dihasilkan dari pembakaran bahan bakar oleh udara bertekanan. Penggunaan bahan bakar yang tepat dapat menghasilkan pembakaran yang halus sehingga emisi gas buang yang dihasilkan lebih rendah. Untuk itu perlu dilakukan pengujian terhadap performansi mesin untuk mengetahui apakah kondisi, fungsi, dan kualitas mesin masih sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Oleh karena itu, penulis melakukan pengujian menggunakan bahan bakar solar, biosolar dan pertadex pada generator set Dong Fa model R 175 A.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan unjuk kerja mesin diesel menggunakan bahan bakar solar, biosolar dan pertadaex sehingga akan terlihat pengaruhnya terhadap parameter performansi mesin diesel. Penelitian ini juga untuk melihat kadar emisi gas buang mesin diesel mengggunakan bahan bakar tersebut.

Dari hasil perhitungan melalui data hasil pengujian dapat dilihat bahwa nilai konsumsi bahan bakar spesifiknya lebih baik jika menggunakan bahan bakar biosolar. Semakin besar pembebanan semakin besar efisiensi thermalnya.

(3)

Abstrak

Diesel engine is one of the type of combustion machine in is (internal combustion engine) which is heat yealded from combustion of fuel by air of having pressure. Usage of correct fuel can yield smooth combustion so that gas emission throw away of machine to know what is condition, function, and machine quality still as according to growth of technology in this time. Therefore, writer do examination use diesel fuel and biosolar of pertadex at generator set Dong Fa model R 175 A. As for target of this research is to know comparison of work diesel engine use diesel fuel, and biosolar of pertadex so that will seen its influence to parameter performance of diesel engine. This research also to see gas emission rate trhow away diesel engine by using fuel.

From result of calculation through dat result of examination can be seen that value consume spesific fuel of better him if using fuel of biosolar. Ever greater of ever greater encumbering of its efficiency of him.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat, kasih, kekuatan dan kesehatan yang diberikan selama pengerjaan skripsi

ini, sehingga skripsi ini dapat saya selesaikan.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan

untuk mencapai gelar sarjana di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini yaitu

“Kajian Eksperimental Perbandingan Performansi Generator Diesel

Menggunakan Bahan Bakar Solar, Biosolar Dan Pertadex”

Dalam penulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh

penulis. Untuk itu penulis secara khusus menyampaikan terima kasih kepada

dosen pembimbing bapak Tulus Burhanuddin Sitorus ST.MT , yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk memberikan saran dan membimbing serta

sumbangan pikiran bagi penulisan skripsi ini.

Selama penulisan skripsi ini, penulis juga mendapat banyak bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua penulis, Alm.Ayahanda R. Gultom dan Ibunda R.br

Pakpahan, yang telah memberikan dukungan doa, dana dan semangat serta

memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat mengikuti pendidikan

di Fakultas Teknik USU.

2. Bapak Dr.Ing.Ir.Ikwansyah Isranuri, selaku Ketua Departemen Teknik

Mesin Fakultas Teknik USU.

3. Bapak/Ibu Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Teknik Mesin USU.

4. Saudaraku yang tercinta, kakak Lisbet br.Gultom S,pd untuk doa-doa, dana

semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini, dan juga kepada

adik-adikku Dameria br.Gultom dan Harauli br.Gultom.

5. Rosmauli Simangunsong S,pd yang telah memberikan dukungan doa dan

(5)

6. Keluarga penulis, keluarga besar R.Gultom dan R.br.Pakpahan, keluarga

Tulang Febri Simangunsong.

7. Seluruh teman-teman penulis, baik teman satu angkatan 2005 juga teman-

teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah menemani

dan memberikan masukan serta semangat kepada penulis

8. Keluarga Iting di jalan Terompet dan juga kepada keluarga teman-teman

yang selalu memberikan nasehat kepada penulis

9. Staf laboratorium motor bakar Departemen Teknik Mesin USU, bang atin

dan bang adrian yang telah bersedia menemani selama penelitian ini berjalan

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

penyempurnaan dimasa mendatang.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Terima kasih.

Medan, Juli 2012

Penulis,

Maruli Cesco Gultom

Nim.080401140

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR NOTASI ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan Pengujian... 1

1.3Batasan Masalah ... 1

1.4Metodologi Penulisan ... 2

1.5Sistematika Penulisan ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Bakar ... 4

2.2 Klasifikasi Motor Bakar ... 4

2.2.1 Perbedaan Mesin Bensin Dan Mesin Diesel ... 5

2.2.2 Kelebihan Dan Kekurangan Anatara Mesin Bensin Dan Mesin Diesel ... 6

2.3 Prinsip Kerja Motor Bakar ... 7

2.3.1 Prinsip Kerja Mesin Bensin ... 8

(7)

2.4 Siklus Ideal ... 10

2.4.1 Siklus Otto ... 10

2.4.2 Siklus Diesel ... 11

2.5 Performansi Mesin Diesel ... 12

2.5.1 Daya ... 12

2.5.2 Torsi ... 12

2.5.3 Konsumsi Bahan Bakar (sfc) ... 13

2.5.4 Efisiensi Thermal ... 13

2.6 Emisi Gas Buang ... 14

2.7 Bahan Bakar Diesel ... 16

2.7.1 Bahan Bakar Solar ... 16

2.7.2 Bahan Bakar Biosolar ... 17

2.7.3 Pertadex... 18

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat ... 20

3.2 Alat Dan Bahan ... 20

3.2.1 Alat ... 20

3.2.2 Bahan... 23

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4 Metode Pengolahan Data ... 24

3.5 Pengamatan Dan Tahap Pengujian ... 24

(8)

3.7 Prosedur Pengujian Emisi ... 26

BAB 4 HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN 4.1 Daya ... 28

4.2 Torsi ... 28

4.3 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (sfc)... 32

4.3.1 Analisa Perhitungan Bahan Bakar Spesifik Menggunakan Bahan Bakar Solar ... 32

4.3.2 Analisa Perhitungan Bahan Bakar Spesifik Menggunakan Bahan Bakar Bioolar ... 36

4.3.3 Analisa Perhitungan Bahan Bakar Spesifik Menggunakan Bahan Bakar Pertadex ... 40

4.4 Efisiensi Thermal Brake ... 46

4.4.1 Analisa Perhitungan Efisiensi Thermal Brake Menggunakan Bahan Bakar Solar ... 47

4.4.2 Analisa Perhitungan Efisiensi Thermal Brake Menggunakan Bahan Bakar Biosolar... 49

4.4.3 Analisa Perhitungan Efisiensi Thermal Brake Menggunakan Bahan Bakar Pertadex ... 51

4.5 Emisi Gas Buang ... 55

4.5.1 Emisi Gas Buang Bahan Bakar Solar... 55

4.5.2 Emisi Gas Buang Bahan Bakar Biosolar ... 57

(9)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 62

5.2 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 64

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Mesin Bensin ... 9

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Diesel ... 10

Gambar 2.3 Diagram P-V dan T-S Siklus Otto ... 11

Gambar 2.4 Diagram P-V dan T-S Siklus Diesel ... 11

Gambar 3.1 Genset Dong Fa Model R 175 A ... 20

Gambar 3.2 Auto Gas Analyzer ... 21

Gambar 3.3 Tachometer... 22

Gambar 3.4 Multimeter ... 22

Gambar 3.5 Diagram Alir Pengujian Performansi Mesin Diesel ... 26

Gambar 3.6 Diagram Alir Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang ... 27

Gambar 4.1 Grafik Torsi vs Putaran Untuk Daya 400 Watt... 31

Gambar 4.2 Grafik Torsi vs Putaran Untuk Daya 800 Watt... 31

Gambar 4.3 Grafik Sfc vs Putaran Untuk Beban 400 Watt ... 45

Gambar 4.4 Grafik Sfc vs Putaran Untuk Beban 800 Watt ... 46

Gambar 4.5 Grafik Efisiensi Thermal vs Putaran Untuk Beban 400 Watt ... 54

Gambar 4.6 Grafik Efisiensi Thermal vs Putaran Untuk Beban 800 Watt ... 55

Gambar 4.7 Grafik Emisi Solar vs Putaran Untuk Beban 400 Watt ... 56

Gambar 4.8 Grafik Emisi Solar vs Putaran Untuk Beban 800 Watt ... 57

Gambar 4.9 Grafik Emisi Biosolar vs Putaran Untuk Beban 400 Watt... 58

Gambar 4.10 Grafik Emisi Biosolar vs Putaran Untuk Beban 800 Watt... 59

Gambar 4.11 Grafik Emisi Pertadex vs Putaran Untuk Beban 400 Watt ... 60

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Spesifikasi Bahan Bakar Solar... 17

Tabel 2.2 Spesifikasi Bahan Bakar Pertadex ... 19

Tabel 4.1 Tabel Hasil Perhitungan Torsi ... 31

Tabel 4.2 Tabel Hasil Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik... 44

Tabel 4.3 Tabel Hasil Perhitungan Efisiensi Thermal ... 53

Tabel 4.4 Emisi Bahan Bakar Solar Beban 400 Watt ... 56

Tabel 4.5 Emisi Bahan Bakar Solar Beban 800 Watt ... 56

Tabel 4.6 Emisi Bahan Bakar Biosolar Beban 400 Watt ... 55

Tabel 4.7 Emisi Bahan Bakar Biosolar Beban 800 Watt ... 58

Tabel 4.8 Emisi Bahan Bakar Pertadex Beban 400 Watt ... 59

(12)

DAFTAR NOTASI

Lambang Keterangan Satuan

PB Daya Keluaran Watt

n Putaran rpm

T Torsi N.m

Sfc Konsumsi Bahan Bakar Spesifik g/w.jam

Laju Aliran Bahan Bakar Kg/jam

CV Nilai Kalor Kj/Kg

sgf Spesific Grafity

η

b Efisiensi Thermal Brake
(13)

Abstrak

Mesin diesel adalah salah satu tipe dari mesin pembakaran dalam (internal combustion engine) yang panasnya dihasilkan dari pembakaran bahan bakar oleh udara bertekanan. Penggunaan bahan bakar yang tepat dapat menghasilkan pembakaran yang halus sehingga emisi gas buang yang dihasilkan lebih rendah. Untuk itu perlu dilakukan pengujian terhadap performansi mesin untuk mengetahui apakah kondisi, fungsi, dan kualitas mesin masih sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini. Oleh karena itu, penulis melakukan pengujian menggunakan bahan bakar solar, biosolar dan pertadex pada generator set Dong Fa model R 175 A.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan unjuk kerja mesin diesel menggunakan bahan bakar solar, biosolar dan pertadaex sehingga akan terlihat pengaruhnya terhadap parameter performansi mesin diesel. Penelitian ini juga untuk melihat kadar emisi gas buang mesin diesel mengggunakan bahan bakar tersebut.

Dari hasil perhitungan melalui data hasil pengujian dapat dilihat bahwa nilai konsumsi bahan bakar spesifiknya lebih baik jika menggunakan bahan bakar biosolar. Semakin besar pembebanan semakin besar efisiensi thermalnya.

(14)

Abstrak

Diesel engine is one of the type of combustion machine in is (internal combustion engine) which is heat yealded from combustion of fuel by air of having pressure. Usage of correct fuel can yield smooth combustion so that gas emission throw away of machine to know what is condition, function, and machine quality still as according to growth of technology in this time. Therefore, writer do examination use diesel fuel and biosolar of pertadex at generator set Dong Fa model R 175 A. As for target of this research is to know comparison of work diesel engine use diesel fuel, and biosolar of pertadex so that will seen its influence to parameter performance of diesel engine. This research also to see gas emission rate trhow away diesel engine by using fuel.

From result of calculation through dat result of examination can be seen that value consume spesific fuel of better him if using fuel of biosolar. Ever greater of ever greater encumbering of its efficiency of him.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang industri

terutama bidang permesinan, berbagai alat diciptakan untuk mempermudah dan

menambah kenyamanan manusia dalam mencukupi kebutuhannya. Generator set

(Genset) merupakan salah satu alat yang dapat menghasilkan energi listrik dimana

dalam penggunaannya membutuhkan mesin sebagai penggerak mulanya. Motor

bakar merupakan salah satu mesin yang digunakan sebagai penggerak mula.

Motor bakar merupakan suatu mesin konversi energi yang mengubah energi

kalor menjadi energi mekanik. Dengan adanya energi kalor sebagai suatu

penghasil tenaga maka sudah semestinya mesin tersebut memerlukan bahan bakar

dan sistem pembakaran yang digunakan sebagai sumber kalor. Dalam hal ini

bahan bakar yang sering digunakan adalah bensin, solar dan gas.

Untuk mengetahui performansi suatu mesin dengan menggunakan bahan

bakar tersebut, maka diperlukan suatu pengujian. Dari hasil pengujian dapat

diketahui apakah kondisi, fungsi, dan kualitas mesin masih sesuai dengan

perkembangan teknologi saat ini.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penyusun menulis Skripsi dengan judul

Kajian Eksperimental Perbandingan Performansi Generator Diesel

Menggunakan Solar, Biosolar Dan Pertadex”.

1.2 Tujuan Pengujian

Adapun tujuan dari pengujian ini adalah untuk membandingkan perfomansi

dari generator set menggunakan solar, biosolar dan pertadek.

1.3 Batasan Masalah

1. Bahan bakar yang digunakan adalah solar, biosolar dan pertadex

(16)

3. Perbandingan performansi mesin tersebut yang berupa: Daya, Torsi,

SFC, Efesiensi Termal, dan Emisi gas buang.

1.4 Metodologi Penulisan

Metodologi penulisan yang digunakan pada penulisan skripsi ini adalah

sebagai berikut :

a. Studi literatur, berupa studi kepustakaan, kajian dari buku-buku dan

tulisan-tulisan yang terkait.

b. Browsing internet, berupa studi artikel-artikel, gambar-gambar dan

buku elektronik (e-book) serta data-data lain yang berhubungan.

c. Metode studi lapangan, yaitu dengan mengambil data dari hasil

pengujian yang dilakukan di laboratorium fakultas teknik.

d. Diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing yang ditunjuk

oleh Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.

1.5 Sistematika Penulisan

Skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab dan masing-masing terdiri dari sub

bab dengan garis besar tiap bab adalah sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang, tujuan, batasan masalah, metodologi

penulisan dan sistematika penulisan.

BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan landasan teori mengenai defenisi motor bakar, klasifikasi

motor bakar, prinsip kerja motor bakar, performansi motor bakar, emisi gas buang

dan spesifikasi bahan bakar.

BAB 3 : METODOLOGI PENGUJIAN

Bab ini berisikan mengenai tempat dan waktu pelaksanaan pengujian, alat dan

(17)

BAB 4 : HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan analisa hasil pengujian dan perhitungan perbandingan

performansi.

BAB 5: KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini sebagai penutup berisikan kesimpulan dan saran dari hasil-hasil

perhitungan didalam perencanaan mesin pembakaran dalam.

DAFTAR PUSTAKA

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Motor Bakar

Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor,

yaitu mesin yang menggunakan energi thermal untuk melakukan kerja mekanik

atau yang mengubah energi thermal menjadi energi mekanik. Ditinjau dari cara

memperoleh energi thermal ini mesin kalor dibagi menjadi dua golongan, yaitu

mesin pembakaran luar dan mesin pembakaran luar.

Pada mesin pembakaran luar atau sering disebut juga sebagai external combustion engine (ECE) proses pembakaran terjadi di luar mesin, energi thermal dari gas hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja mesin melalui dinding

pemisah. Contohnya mesin uap. Pada mesin pembakaran dalam atau sering

disebut juga sebagai internal combustion engine (ICE), proses pembakaran berlangsung di dalam motor bakar itu sendiri sehingga gas pembakaran yang

terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja. Mesin pembakaran dalam

umumnya dikenal juga dengan nama motor bakar. Dalam kelompok ini terdapat

motor bakar torak dan sistem turbin gas.

2.2 Klasifikasi Motor Bakar

Motor bakar torak dapat diklasifikasikan atas mesin bensin dan mesin

diesel. Perbedaan pokok antara kedua mesin ini ada pada sistem penyalaannya.

Pada motor bensin penyalaan bahan bakar dilakukan oleh percikan bunga api

listrik dari busi. Oleh sebab itu mesin bensin dikenal juga dengan sebutan spark ignition engine. Sedangkan pada mesin diesel penyalaan bahan bakar terjadi dengan sendirinya, oleh sebab itu bahan bakar disemprotkan/diinjeksikan ke

dalam ruang bakar yang berisi udara yang bertekanan dan bertemperatur tinggi.

Bahan bakar tersebut terbakar dengan sendirinya oleh udara yang mengandung

21% volume O2 setelah temperatur campuran itu melampaui temperatur nyala

(19)

2.2.1 Perbedaan Mesin Diesel Dan Mesin Bensin:

Jika diperhatikan lebih jauh terdapat banyak perbedaan antara mesin

bensin dan mesin diesel, antara lain [9]:

1. Cara pemberian Dan penyalaan Bahan bakar

Perbedaan utama terletak pada bagaimana memulai sesuatu pembakaran

dalam ruang silinder. Mesin besin mengawali pembakaran dengan

disuplainya listrik tegangan tinggi, sehingga menimbulkan percikan bunga

api di antara celah busi untuk memulai pembakaran gas. Motor diesel

memanfaatkan udara yang dikompresi untuk memulai pembakaran bahan

bakar solar. Dengan perbandingan kompresinya sangat tinggi sampai

berkisar 22 : 1, akibatnya tekanan naik secara mendadak (berlangsung

dalam beberapa milidetik) suhunya dapat mencapai 900-1000 derajat

celcius. Suhu setinggi itu dapat menyalakan bahan bakar solar menjelang

akhir langkah kompresi, solar disemprotkan ke udara yang sangat panas

itu. Akibatnya, bahan bakar langsung terbakar sebab titik nyala solar

sendiri Cuma 400 Celcius. Karena pembakaran terjadi akibat tekanan

kompresi yang sangat tinggi tadi, maka mesin diesel di sebut juga mesin

penyalaan kompresi (compression igniton engine). Sedangkan mesin

bensin di kenal dengan mesin penyalaan bunga api (spark ignition engine).

Dalam mesin bensin bahan bakar dan udara dicampur di luar silinder yaitu

dalam karburator dan saluran masuk (manifold). Sebaliknya mesin diesel

tidak ada campuran pendahuluan udara dan bahan bakar di luar silinder,

hanya udara yang diterima ke dalam silinder melalui saluran masuk.

2. Perbandingan Kompresi mesin diesel dan Bensin

Perbandingan kompresi adalah perbandingan volume udara dalam silinder

sebelum langkah kompresi dengan volume sesudah langkah kompresi.

Perbandingan kompresi untuk motor-motor bensin adalah berkisar 8 : 1

sedangkan perbandingan yang umum untuk motor-motor diesel adalah

16-22 : 1. Perbandingan kompresi yang tinggi pada motor diesel

menimbulkan kenaikan suhu udara cukup tinggi untuk menyalakan bahan

(20)

mempunyai efisiensi yang besar sebab kompresi yang tinggi menghasilkan

pemuaian yang besar dari gas-gas hasil pembakaran dalam silinder.

Karena itu tenaganya sangat kuat. Efisiensi tinggi yang dihasilkan

pembakaran motor diesel harus diimbangi dengan kekuatan

komponen-komponennya agar dapat menahan gaya-gaya pembakaran yang sangat

besar.

3. Disain Komponen Mesin Diesel dan Bensin

Untuk komponen mesin diesel harus dibuat kokoh dan kuat untuk dapat

menahan gaya pembakaran yang sangat besar. Pada umumnya

bagian-bagian yang dikuatkan adalah torak, pena torak, batang penghubung, dan

poros engkol serta sejumlah bantalan utama untuk mendukung poros

engkol.

2.2.2 Kelebihan Dan Kekurangan Antara Mesin Bensin Dan Mesin diesel

Berikut ini adalah perbandingan kelebihan dan kekurangan antara mesin

bensin dan mesin diesel[7]:

1. Getaran (kenyamanan pengendara dan penumpang)

Mesin bensin lebih halus dibandingkan mesin diesel. Hal ini disebabkan

karena mesin diesel menggunakan mekanisme kompresi tinggi dalam

proses pembakarannya (lebih tinggi dibandingkan mesin bensin). Namun

secara konstan teknologi mesin diesel semakin canggih dan sanggup

membuat mesin diesel modern jauh lebih halus dibandingkan mesin diesel

konvensional.

2. Performa

Mesin bensin memiliki Horse Power (Daya Kuda) lebih besar

dibandingkan mesin Diesel. Namun mesin Diesel memiliki torsi yang

lebih besar terutama pada putaran bawah. Akibatnya pengendara mobil

bermesin bensin akan merasakan kelincahan mobilnya. Sedangkan bagi

pengendara mobil Diesel akan merasakan manfaatnya ketika harus

membawa beban berat atau menempuh medan yang ekstrim.

3. Durability (Ketahanan/keawetan)

(21)

diesel bisa bekerja lebih lama daripada mesin bensin. Ini juga menjadi

salah satu faktor penentu mengapa mesin-mesin industri rata-rata

menggunakan teknologi diesel.

4. Efisiensi

Mobil bermesin Diesel dapat dikatakan lebih efisien dari mobil bermesin

diesel dengan kapasitas yang sama. Belum lagi bila dihitung perbedaan

harga perliter antara bensin (pertamax) dengan solar. Langkah Toyota

Indonesia mengeluarkan Kijang Innova versi Diesel (walaupun sedikit

lebih mahal) menjadi indikasi strong point teknologi mesin Diesel yang

tidak dimiliki mesin Bensin.

5. Ramah Lingkungan

Mesin bensin jelas lebih unggul namun kehadiran bio solar mulai

mengecilkan perbedaan ini. Tetapi tetap saja mesin bensin lebih unggul

terutama dengan adanya Catalytic Converter.

2.3 Prinsip Kerja Motor Bakar

Mesin bensin dan mesin diesel bekerja dengan torak bolak balik (naik

turun pada mesin gerak). Keduanya bekerja pada prinsip 4 langkah dan prinsip ini

umumnya digunakan pada teknik mobil. Untuk mesin dengan penyalaan busi

disebut mesin bensin dengan menggunakan bahan bakar bensin (premium),

sedangkan untuk mesin diesel menggunakan bahan bakar solar atau minyak

diesel.

Dalam proses pembakaran tenaga panas bahan bakar diubah ketenaga

mekanik melalui pembakaran bahan bakar didalam mesin. Pembakaran adalah

proses kimia dimana Karbondioksida dan zat air bergabung dengan oksigen dalam

udara. Jika pembakaran berlangsung maka diperlukan : a)Bahan bakar dan udara

dimasukkan kedalam mesin, b)Bahan bakar dipanaskan hingga suhu tinggi

Pembakaran menimbulkan panas dan menghasilkan tekanan, kemudian

menghasilkan tenaga mekanik. Campuran masuk kedalam mesin mengandung

(22)

2.3.1 Prinsip Kerja Mesin Bensin

Langkah-langkah yang terjadi pada mesin bensin 4 langkah adalah :

1. Langkah isap

Pada langkah isap, campuran udara yang telah bercampur pada karburator

diisap ke dalam silinder (ruang bakar). Torak bergerak turun dari titik mati atas

(TMA) ke titik mati bawah (TMB) yang akan menyebabkan kehampaan (vacum)

di dalam silinder, maka dengan demikian campuran udara dan bahan bakar

(bensin) akan diisap ke dalam silinder. Selama langkah torak ini, katup isap akan

terbuka dan katup buang akan menutup.

2. Langkah Kompresi

Pada langkah kompresi, campuran udara dan bahan bakar yang berada di

dalam silinder dimampatkan oleh torak, dimana torak akan bergerak dari TMB ke

TMA dan kedua katup isap dan buang akan menutup, sedangkan busi akan

memercikan bunga api dan bahan bakar mulai terbakar akibatnya terjadi proses

pemasukan panas.

3. Langkah Ekspansi

Pada langkah ekspansi, campuran udara dan bahan bakar yang diisap telah

terbakar. Selama pembakaran, sejumlah energi dibebaskan, sehingga suhu dan

tekanan dalam silinder naik dengan cepat. Setelah mencapai TMA, piston akan

didorong oleh gas bertekanan tinggi menuju TMB. Tenaga mekanis ini diteruskan

ke poros engkol. Saat sebelum mencapai TMB, katup buang terbuka, gas hasil

pembakaran mengalir keluar dan tekanan dalam silinder turun dengan cepat.

4. Langkah buang

Pada langkah buang, torak terdorong ke bawah menuju TMB dan naik

kembali ke TMA untuk mendorong ke luar gas-gas yang telah terbakar di dalam

silinder. Selama langkah ini, katup buang membuka sedangkan katup isap

menutup. Untuk lebih jelas, prinsip kerja mesin bensin dapat dilihat pada gambar

(23)

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Mesin Bensin[13]

2.3.2Prinsip Kerja Mesin Diesel

Prinsip kerja mesin diesel 4 tak sebenarnya sama dengan prinsip kerja

mesin otto, yang membedakan adalah cara memasukkan bahan bakarnya. Pada

mesin diesel bahan bakar di semprotkan langsung ke ruang bakar dengan

menggunakan injector. Dibawah ini adalah langkah dalam proses mesin diesel 4

langkah :

1. Langkah Isap

Pada langkah ini piston bergerak dari TMA (Titik Mati Atas) ke TMB

(Titik Mati Bawah). Saat piston bergerak ke bawah katup isap terbuka yang

menyebabkan ruang didalam silinder menjadi vakum,sehingga udara murni

langsung masuk ke ruang silinder melalui filter udara.

2. Langkah kompresi

Pada langkah ini piston bergerak dari TMB menuju TMA dan kedua katup

tertutup. Karena udara yang berada di dalam silinder didesak terus oleh

piston,menyebabkan terjadi kenaikan tekanan dan temperatur,sehingga udara di

dalam silinder menjadi sangat panas. Beberapa derajat sebelum piston mencapai

TMA, bahan bakar di semprotkan ke ruang bakar oleh injector yang berbentuk

kabut.

3. Langkah Usaha

Pada langkah ini kedua katup masih tertutup, akibat semprotan bahan

bakar di ruang bakar akan menyebabkan terjadi ledakan pembakaran yang akan

meningkatkan suhu dan tekanan di ruang bakar. Tekanan yang besar tersebut akan

mendorong piston ke bawah yang menyebkan terjadi gaya aksial. Gaya aksial ini

(24)

4. Langkah Buang

Pada langkah ini, gaya yang masih terjadi di flywhell akan menaikkan

kembali piston dari TMB ke TMA, bersamaan itu juga katup buang terbuka

sehingga udara sisa pembakaran akan di dorong keluar dari ruang silinder menuju

exhaust manifold dan langsung menuju knalpot

Begitu seterusnya sehingga terjadi siklus pergerakan piston yang tidak

berhenti. Siklus ini tidak akan berhenti selama faktor yang mendukung siklus

tersebut tidak ada yang terputus. Untuk lebih jelas, prinsip kerja mesin diesel

dapat dilihat pada gambar 2.2.

Langkah isap Langkah kompresi Langkah usaha Langkah Buang

Gambar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Diesel[8]

2.4 Siklus Ideal

2.4.1 Siklus Otto

Siklus otto dapat dilihat pada gambar 2.3. Proses yang terjadi pada siklus otto adalah sebagai berikut:

Proses 6-1 : langkah isap

Proses 1-2 : kompresi isentropic

Proses 2-3 : proses pembakaran volume konstan dianggap sebagai proses pemasukan kalor

Proses 3-4 : proses isentropik udara panas dengan tekanan tinggi mendorong piston turun menuju TMB

Proses 4-5 : proses pelepasan kalor pada volume konstan piston

(25)

Gambar 2.3 Diagram P-V dan T-S Siklus Otto[5]

2.4.2 Siklus Diesel

Siklus diesel dapat dilihat pada gambar 2.4. Proses yang terjadi pada siklus

diesel adalah sebagai berikut:

Proses 6-1 : langkah isap

Proses 1-2 : langkah kompresi

Proses 2-3 : proses pemasukan kalor pada tekanan konstan

Proses 3-4 : langkah ekspansi

Proses 4-5 : proses pembuangan kalor pada volume konstan

Proses 5-6 : langkah buang pada tekanan konstan

(26)

2.5 Performansi Mesin Diesel

2.5.1 Daya Poros

Daya mesin adalah besarnya kerja mesin selama waktu tertentu. Pada

motor bakar daya yang berguna adalah daya poros, dikarenakan poros tersebut

menggerakan beban. Daya poros dibangkitkan oleh daya indikator , yang

merupakan daya gas pembakaran yang menggerakan torak selanjutnya

menggerakan semua mekanisme, sebagian daya indikator dibutuhkan untuk

mengatasi gesekan mekanik, seperti pada torak dan dinding silinder dan gesekan

antara poros dan bantalan. Prestasi motor bakar pertama-tama tergantung dari

daya yang dapat ditimbulkannya. Semakin tinggi frekuensi putar motor makin

tinggi daya yang diberikan hal ini disebabkan oleh semakin besarnya frekuensi

semakin banyak langkah kerja yang dialami pada waktu yang sama. Dengan

demikian besar daya poros itu adalah :

�� = 2�.(60�.�) (2.1) lit.3 hal 3-9

Dimana :

PB = daya ( W )

T = torsi ( Nm )

n = putaran mesin ( Rpm )

2.5.2 Torsi

Torsi adalah perkalian antara gaya dengan jarak. Selama proses usaha

maka tekanan-tekanan yang terjadi di dalam silinder motor menimbulkan suatu

gaya yang luar biasa kuatnya pada torak. Gaya tersebut dipindahkan kepada pena

engkol melalui batang torak , dan mengakibatkan adanya momen putar atau torsi

pada poros engkol. Untuk mengetahui besarnya torsi digunakan alat

dynamometer. Biasanya motor pembakaran ini dihubungkan dengan dynamometer

dengan maksud mendapatkan keluaran dari motor pembakaran dengan cara

(27)

PB = 2�

.( �.� )

60

T = ��.60

2�.� (2.2) lit.3 hal 3-9

2.5.3Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (SFC)

Konsumsi bahan bakar spesifik merupakan salah satu parameter prestasi

yang penting di dalam suatu motor bakar. Parameter ini biasa dipakai sebagai

ukuran ekonomi pemakaian bahan bakar yang terpakai per jam untuk setiap daya

kuda yang dihasilkan.

SFC = �̇ �� 103

�� (2.3) lit.3 hal 3-2

f = ����8�10−3

� � 3600 (2.4) lit.3 hal 2-7

Dengan :

SFC = konsumsi bahan bakar spesifik (kg/kw.h)

PB = daya (W)

f= konsumsi bahan bakar

sgf = spesifik grafity

t = waktu (jam)

2.5.4 Efisiensi Thermal Brake

Kerja berguna yang dihasilkan selalu lebih kecil dari pada energi yang

dibangkitkan piston karena sejumlah enegi hilang akibat adanya rugi-rugi mekanis

(mechanical losses). Dengan alasan ekonomis perlu dicari kerja maksimium yang dapat dihasilkan dari pembakaran sejumlah bahan bakar. Efisiensi ini disebut juga

sebagai efisiensi termal brake ( brake thermal efficiency, ηb).

Jika daya keluaran PB dalam satuan KW, laju aliran bahan bakar mf dalam

satuan kg/jam, maka:

ηb =

. ��

(28)

2.6 Emisi Gas Buang

Bahan pencemar (polutan) yang berasal dari kendaraan bermotor dapat

diklasifikasikan menjadi beberapa kategori sebagai berikut :

1. Sumber

Polutan dibedakan menjadi polutan primer atau sekunder. Polutan primer

seperti nitrogen oksida (NOx) dan hidrokarbon (HC) langsung dibuangkan ke

udara bebas dan mempertahankan bentuknya seperti pada saat pembuangan.

Polutan sekunder seperti ozon (O3) dan peroksiasetil nitrat (PAN) adalah polutan

yang terbentuk di atmosfer melalui reaksi fotokimia, hidrolisis atau oksidasi.

2. Komposisi Kimia

Polutan dibedakan menjadi organik dan inorganik. Polutan organik

mengandung karbon dan hidrogen, juga beberapa elemen seperti oksigen,

nitrogen, sulfur atau fosfor, contohnya : hidrokarbon, keton, alkohol, ester dan

lain-lain. Polutan inorganik seperti : karbon monoksida (CO), karbonat, nitrogen

oksida, ozon dan lainnya.

3. Bahan Penyusun

Polutan dibedakan menjadi partikulat atau gas. Partikulat dibagi menjadi

padatan dan cairan seperti : debu, asap, abu, kabut dan spray, partikulat dapat

bertahan di atmosfer. Sedangkan polutan berupa gas tidak bertahan di atmosfer

dan bercampur dengan udara bebas.

a.) Partikulat

Polutan partikulat yang berasal dari kendaraan bermotor umumnya

merupakan fasa padat yang terdispersi dalam udara dan membentuk asap. Fasa padatan tersebut berasal dari pembakaran tak sempurna bahan bakar dengan

udara, sehingga terjadi tingkat ketebalan asap yang tinggi. Selain itu partikulat

juga mengandung timbal yang merupakan bahan aditif untuk meningkatkan

kinerja pembakaran bahan bakar pada mesin kendaraan.

Apabila butir-butir bahan bakar yang terjadi pada penyemprotan kedalam

silinder motor terlalu besar atau apabila butir–butir berkumpul menjadi satu, maka

(29)

atau angus. Hal ini disebabkan karena pemanasan udara yang bertemperatur

tinggi, tetapi penguapan dan pencampuran bahan bakar dengan udara yang ada

didalam silinder tidak dapat berlangsung sempurna, terutama pada saat–saat

dimana terlalu banyak bahan bakar disemprotkan yaitu pada waktu daya motor

akan diperbesar, misalnya untuk akselerasi, maka terjadinya angus itu tidak dapat

dihindarkan. Jika angus yang terjadi itu terlalu banyak, maka gas buang yang

keluar dari gas buang motor akan bewarna hitam.

b.) Unburned Hidrocarbon (UHC)

Hidrokarbon yang tidak terbakar dapat terbentuk tidak hanya karena

campuran udara bahan bakar yang gemuk, tetapi bisa saja pada campuran kurus

bila suhu pembakarannya rendah dan lambat serta bagian dari dinding ruang

pembakarannya yang dingin dan agak besar. Motor memancarkan banyak

hidrokarbon kalau baru saja dihidupkan atau berputar bebas (idle) atau waktu pemanasan.

Pemanasan dari udara yang masuk dengan menggunakan gas buang

meningkatkan penguapan dari bahan bakar dan mencegah pemancaran

hidrokarbon. Jumlah hidrokarbon tertentu selalu ada dalam penguapan bahan

bakar, di tangki bahan bakar dan dari kebocoran gas yang melalui celah antara

silinder dari torak masuk kedalam poros engkol, yang disebut dengan blow by gasses (gas lalu). Pembakaran tak sempurna pada kendaraan juga menghasilkan gas buang yang mengandung hidrokarbon. Hal ini pada motor diesel terutama

disebabkan oleh campuran lokal udara bahan bakar tidak dapat mencapai batas

mampu bakar.

c.) Carbon Monoksida (CO)

Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon

monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon

dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna. Karbon monoksida

merupakan senyawa yang tidak berbau, tidak berasa dan pada suhu udara normal

berbentuk gas yang tidak berwarna. Gas ini akan dihasilkan bila karbon yang

terdapat dalam bahan bakar (kira–kira 85 % dari berat dan sisanya hidrogen)

terbakar tidak sempurna karena kekurangan oksigen. Hal ini terjadi bila campuran

(30)

selama idling pada beban rendah atau pada output maksimum. Karbon monoksida

tidak dapat dihilangkan jika campuran udara bahan bakar gemuk. Bila campuran

kurus karbon monoksida tidak terbentuk.

d.) Oksigen (O2)

Oksigen (O2) sangat berperan dalam proses pembakaran, dimana oksigen

tersebut akan diinjeksikan keruang bakar. Dengan tekanan yang sesuai akan

mengakibatkan terjadinya pembakaran bahan bakar.

2.7 Bahan Bakar Diesel

2.7.1 Bahan Bakar Solar

Baha n bakar solar ada lah baha n bakar minyak ha sil sulingan dari

minyak bu mi mentah, ba ha n bakar ini ber war na kuning coklat ya ng

jer nih. Penggunaa n solar pada u mu mnya ada lah untuk ba han bakar

pada semua jenis mesin D iesel denga n putara n tinggi (diata s 1000

rpm) . Bahan bakar solar mempuyai sifat utama, yaitu[11] :

1. Tidak mempunyai warna atau hanya sedikit kekuningan dan berbau

2. Encer dan tidak mudah menguap pada suhu normal

3. Terbakar secara spontan pada suhu 3500C

4. Mampu menimpulkan panas yang besar (10.500 kcal/kg)

Untuk lebih jelas spesifiksi bahan bakar solar dapat dilihat pada tabel di bawah

(31)

Tabel 2.1 Spesifikasi bahan bakar solar[11]

No Karakteristik Satuan Batasan Metode Uji

Min. Max. ASTM Lain

1 Angka setana - 48 - D-613

2 Indeks setana - 45 - D4737

3 Berat jenis Kg/m3 815 870

D-1298/D-4737

4 Viskositas mm2/sec 2,0 5,0 D-445

5 Kandugan sulfur % m/m - 0,35 D-1552

6 Destilasi : T 95 0C - 370 D-86

7 Titik nyala 0C 60 - D-93

8 Titik tuang 0C - 18 D-97

9 Residu karbon Merit - Kelas I D-4530

10 Kandungan air mg/kg - 500 D-1744

11 Korosi bilah tembaga Merit - Kelas I D-130

12 Kandungan abu % m/m - 0,01 D-482

13 Kandungan sedimen % m/m - 0,01 D-473

14 Bilangan asam kuat mg KOH/g - 0 D-644

15 Bilangan asam total mg KOH/g - 0,6 D-644

16 Penampilan visual - Jernih dan

terang

17 Warna No.ASTM - 3,0 D-1500

2.7.2 Bahan Bakar Biosolar

Biosolar adalah campuran dari 95% solar produksi kilang Balongan dan

5% FAME (fatty acid methyl ester). Biosolar ini diluncurkan Pertamina juga

karena Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi nasional

dan Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan

bahan bakar nabati (biofuel) sebagai bahan bakar lain.

Biosolar aman dipakai untuk mobil, biosolar juga ramah lingkungan,

pembakarannya bersih, dan merupakan bahan yang dapat di perbarui (soalnya

(32)

atau minyak goreng bekas yang diubah melalui proses transesterifikasi yang

sebenarnya bisa mereaksikan minyak-minyak itu dengan metanol dan katalisator

NaOH atau KOH, nama lain dari FAME adalah biodiesel.

Keunggulan Biosolar adalah dengan kandungan minyak nabati, BBM

menjadi lebih ramah lingkungan. Kepala Divisi BBM Pertamina, Djaelani Sutomo

mengatakan Biosolar memiliki angka cetane 51 hingga 55 atau lebih tinggi dari

pada solar standar yang sekitar 48. Makin tinggi angka cetane, makin sempurna

pembakaran sehingga polusi dapat ditekan. Kerapatan energi pervolume yang

diperoleh juga makin besar. Selain itu, campuran FAME menurunkan sulfur

sehingga tidak lebih dari 500 ppm. Sedangkan kelemahan Biosolar tidak seperti

solar murni, ternyata Biosolar memiliki kelemahan. Kelemahannya tak cocok

dipakai untuk kendaraan bermotor yang memerlukan kecepatan dan daya, karena

biodiesel menghasilkan tenaga yang lebih rendah dibandingkan solar murni.

Bahan bakar biosolar ini mempunyai sifat – sifat yang sama seperti bahan

bakar solar seperti yang dapat dilihat diatas pada tabel 2.1.

2.7.3 Pertamina Dex

Meningkatnya kebutuhan konsumsi bahan bakar solar pada kendaraan dan

mesin - mesin di Indonesia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan

seperti polusi udara. Oleh karenanya, PT. Pertamina (Persero) sebagai produsen

bahan bakar minyak Indonesia berupaya meningkatkan kualitas bahan bakar solar

yang diproduksi yaitu dengan cara memproduksi bahan bakar solar Pertadex yang

merupakan bahan bakar solar jenis baru yang memiliki kualitas tinggi. Bahan

bakar ini memiliki angka setana yang tinggi sebesar 53 serta kandungan

senyawaan impurities yang sangat rendah sehingga bahan bakar ini baik untuk operasi mesin diesel. Untuk menjaga mutu bahan bakar Pertadex yang diproduksi

maka perlu dilakukan pengujian mutu terhadap produk tersebut sehingga bahan

bakar tersebut layak untuk dipasarkan. Sifat dan karakteristik bahan bakar

(33)
[image:33.595.114.523.106.683.2]

Tabel 2.2 Spesifikasi bahan bakar pertamina dex[15]

No Karakteristik Satuan Batasan Metode Uji

Min. Max. ASTM Lain

1 Angka setana - 51 - D-613

2 Indeks setana - 48 - D4737

3 Berat jenis Kg/m3 820 860 D-4052-96

4 Viskositas mm2/sec 2,0 4,5 D-445

5 Kandungan sulfur % m/m - 0,05 D-2622-98

6 Destilasi : T 90

T 95

Titik didih akhir

0

C

0

C

0

C

-

-

-

340

360

370

D-86-99a

7 Titik nyala 0C 50 - D-93-99c

8 Titik tuang 0C - 18 D-97

9 Residu karbon Merit - 0,3 D-4530-93

10 Kandungan air mg/kg - 500 D-1744-92

11 Korosi bilah

tembaga

Merit - Kelas I D-4815

12 Kandungan abu % m/m - 0,01 D-130-94

13 Kandungan sedimen % m/m - 0,01 D-482-95

14 Bilangan asam kuat mg KOH/g - 0 D-473

15 Bilangan asam total mg KOH/g - 0,3 D-644

16 Penampilan visual - Jernih dan

terang

17 Warna No.ASTM - 3,0 D-1500

18 Partikulat mg/l - 10 D-2276-99

19 Lubrisitas mikron - 460 D-6079-99

20 Stabilitas oksidasi g/m3 - 25 D-2274-94

(34)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pengujian dilakukan di laboratorium motor bakar Departemen Teknik

Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara selama lebih kurang 3 bulan.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Genset Diesel Dong Fa model R175 A

Gambar 3.1 Genset Dong Fa model R 175 A

Spesifikasi:

Max output : 4,86 Kw (6,6 Ps)

Rated output : 4,41 Kw (6 Ps)

Rated speed : 2600 rpm

(35)
[image:35.595.187.440.112.334.2]

2. Auto gas analyzer untuk megetahui emisi gas buang motor

Gambar 3.2 Auto gas analyzer

Spesifikasi :

Gas Measurment Ranges

Range Resolution

HC 0-30000ppm 1ppm

CO 0-15% 0.001 vol%

CO2 0-20% 0.01 vol%

O2 0-25% 0.01 vol%

NOx 0-5000ppm 1ppm

Temperature: 0 - 50 °C oper., -20 to 70 °C storage Humidity: Up to 95% non-condensing

Altitude -300 to 2,500 m

Vibration 1.5 G sinusoidal 5-1000 Hz.

Shock 1.22m drop to concrete floor (gas analyzer)

(36)

3. Tachometer untuk mengetahui putaran mesin

[image:36.595.195.363.110.282.2]

Gambar 3.3 Tachometer

Spesifikasi:

Display Counts : 99.999 counts LCD

Range rpm : 5 to 99.999

Ft/min : 0.2 to 6560

M/min : 0.05 to 1999.9

Basic Accuracy : ±0.05% ±1d

Max RPM Resolution (rpm) : 0.1

4. Multi meter untuk mengetahui tegangan dan kuat arus dari genset

[image:36.595.193.367.532.714.2]
(37)

Spesifikasi:

Power Supply : 2 x AA 1.5V Battery

Dimension : 180 x 89 x 51.1mm

AC Volts : 400mV / 4V / 40V / 400V / 1000V, +/-3.0+3, 0.1Mv to 1,000V

DC Volts : 400mV / 4V / 40V / 400V / 1000V, +/-1.0+10, 0.1Mv to 1,000V

AC Current : 400uA / 4000uA / 40mA / 400mA / 4A / 10A, +/-1.5%+3 ,0.1UA

to 10A

DC Current : 400uA / 4000uA / 40mA / 400mA / 4A / 10A, +/-1.5%+3 ,0.1UA

to 10A

Capacitance : 50nF/ 200Nf / 2Uf / 20Uf / 200Uf / 20Mf ,+/-2%+5, 0.01nF

Resistance :400 / 4K / 40K / 400K / 4M / 40M Ohm, +/-0.5%+3, 0.1 ohm

5. Alat bantu perbengkelan, seperti : kunci pas, kunci ring, obeng, tang, dan palu.

6. Stop watch untuk menentukan waktu yang dibutuhkan mesin untuk

menghabiskan bahan bakar dengan volume 50 mili liter ( ml )

7. Bola lampu pijar digunakan sebagai beban

8. Botol infus digunakan untuk menentukan jumlah bahan bakar yang akan

dipakai

3.2.2 Bahan

Bahan yang menjadi objek pengujian ini adalah bahan bakar solar,

biosolar dan pertamina dex.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan dalam pengujian ini meliputi :

1. Data primer, merupakan data yang diperoleh langsung dari pengukuran

dan pembacaan pada unit instrumentasi dan alat ukur pada masing –

(38)

2. Data sekunder, merupakan data tentang karakteristik bahan bakar yang

digunakan dalam pengujian

3.4 Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil pengujian diolah menggunakan rumus yang

ada, kemudian hasil dari peritungan disajikan dalam bentuk tabulasi dan grafik.

3.5 Pengamatan dan Tahap Pengujian

Parameter yang akan ditinjau dalam pengujian ini adalah :

1. Torsi motor ( T )

2. Daya motor ( N )

3. Konsumsi bahan bakar spesifik ( sfc )

4. Efisiensi thermal

5. Emisi gas buang

Prosedur pengujian dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu :

1. Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar solar

2. Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar biosolar

3. Pengujian mesin diesel menggunakan bahan bakar pertamina dex

3.6 Prosedur Pengujian Performansi Mesin Diesel

Prosedur pengujian performansi motor dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Mengoperasikan mesin dengan cara memutar poros engkol mesin,

kemudian memanaskan mesin selama 10-15 menit

2. Mengatur putaran mesin pada 550 rpm menggunakan tuas kecepatan dan

(39)

3. Menentukan konsumsi bahan bakar yang akan diuji.

4. Menyalakan lampu sebagai beban yaitu sebesar 400 watt

5. Mencatat tegangan dan kuat arus menggunakan multi meter

6. Mencatat waktu yang dibutuhkan mesin untuk menghabiskan 50 ml bahan

bakar menggunakan stopwatch

7. Mengulang pengujian menggunakan beban dan variasi putaran yang

berbeda

Untuk lebih ringkasnya prosedur pengujian performansi yang dilakukan dapat

(40)

Gambar 3.5 Diagram Alir Pengujian Performansi Mesin

Catatan: Untuk menentukan jumlah bahan bakar yang digunakan dipakai botol infus 500 cc

3.7 Prosedur Pengujian Emisi Gas Buang

Pengujian emisi gas buang yang dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan alat auto logic gas analyzer. Pengujian ini dilakukan bersamaan dengan pengujian performansi motor bakar diesel dimana gas buang yang

Mulai

Kesimpulan

Selesai

• Volume bahan bakar yang diuji sebanyak 50 ml

• Putaran mesin: n rpm

• Beban: p watt

• Mencatat waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan 50 ml bahan bakar

• Mencatat tegangan dan kuat arus yang dihasilkan generator

Mengulang pengujian dengan beban dan putaran yang berbeda

(41)

dihasilkan mesin pada saat pengujian diukur untuk mengetahui kadar emisinya.

[image:41.595.184.389.150.676.2]

Prosedur pengujian dapat dilihat melalui diagram alir berikut ini :

Gambar 3.6 Diagram Alir Prosedur Pengujian Emisi Gas Bang Mulai

Selesai Kesimpulan Menyambungkan perangkat auto gas analyzer ke komputer

Memasukkan gas fitting ke dalam knalpot motor

Menunggu kira-kira 2 menit hingga tampilan stabil dan melihat

tampilannya di komputer

Mengulang pengujian dengan beban dan putaran yang berbeda

(42)

BAB 4

HASIL DAN ANALISA PENGUJIAN

4.1 Daya

Besarnya daya yang dihasilkan oleh mesin menggunakan bahan bakar

solar, biosolar dan pertadex pada saat pengujian dilaksanakan dapat dilihat dari

besar kuat arus pada bola lampu yang digunakan,yaitu sebesar 400 Watt Dan 800

Watt.

4.2 Torsi

Besarnya torsi mesin dari masing-masing pengujian pada tiap variasi

beban dan putaran dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :

PB =

2�� 60

x

T

T = ��.60

2��

Dimana :

PB = Daya (Watt)

n = Putaran mesin (rpm)

T = Torsi (N.m)

Dengan daya yang sama pada masing-masing pengujian, maka besarnya

torsi yang dihasilkan mesin mengunakan bahan bakar solar, biosolar dan pertadex

akan menjadi sama juga yaitu pada variasi putaran mesin yang sama.

Untuk Daya PB 400 Watt

N=550 rpm

400 = 2.3,14.550

60

T = 24000

3454 = 6,94 N.m

N=600 rpm

400 = 2.3,14.600

(43)

T = 24000

3768 = 6,36 N.m

N=650 rpm

400 = 2.3,14.650

60

T = 24000

4082 = 5,87 N.m

N=700 rpm

400 = 2.3,14.700

60

T = 24000

4396 = 5,45 N.m

N=750 rpm

400 = 2.3,14.750

60

T = 24000

4710 = 5,09 N.m

Daya,PB : 800 Watt

N=550 rpm

800 = 2.3,14.550

60

T = 48000

3454 = 13,89 N.m

N=600 rpm

800 = 2.3,14.600

60

T = 48000

3768 = 12,73 N.m

N=650 rpm

800 = 2.3,14.650

60

T = 48000

4082 = 11,75 N.m

N=700 rpm

800 = 2.3,14.700

(44)

T = 48000

4396 = 10,91 N.m

N=750 rpm

800 = 2.3,14.750

60

T = 48000

[image:44.595.113.522.233.393.2]

4710 = 10,19 N.m

Tabel 4.1 Tabel Hasil Perhitungan Torsi

Daya (Watt) Putaran (rpm) Torsi (N.m)

400

550 6,94

600 6,36

650 5,87

700 5,45

750 5,09

800

550 13,89

600 12,73

650 11,75

700 10,91

750 10,19

Perbandingan harga torsi untuk masing-masing pengujian pada tiap variasi

beban dan putaran dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.1 Grafik Torsi vs Putaran Untuk Daya 400 Watt 0

1 2 3 4 5 6 7 8

550 600 650 700 750

T

or

si

(N

.m

)

[image:44.595.117.478.466.683.2]

Putaran(rpm)

Grafik Torsi Vs Putaran

(45)

Analisa :

1. Torsi minimum pada daya 400 watt diperoleh pada putaran 750 rpm yaitu

sebesar 5,09 N.m

2. Torsi maximum pada daya 400 watt diperoleh pada putaran 550 rpm

yaitu sebesar 6,94 N.m

Gambar 4.2 Grafik Torsi vs Putaran Untuk Daya 800 Watt

Analisa :

1. Torsi minimum pada daya 800 watt diperoleh pada putaran 750 rpm yaitu

sebesar 10,19 N.m

2. Torsi maximum pada daya 800 watt diperoleh pada putaran 550 rpm

yaitu sebesar 13,89 N.m

4.3 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik

Konsumsi bahan bakar spesifik (spesific fuel consumption, sfc) dari masing-masing pengujian pada tiap variasi beban dan putaran dapat dihitung

menggunakan persamaan berikut :

SFC = ���10

3

��

0 2 4 6 8 10 12 14 16

550 600 650 700 750

T

or

si

(N

.m

)

[image:45.595.115.487.166.422.2]

Putaran(rpm)

Grafik Torsi Vs Putaran

(46)

Dengan :

SFC = konsumsi bahan bakar spesifik (g/kW.h)

mf = laju aliran bahan bakar (kg/jam)

PB = daya (w)

4.3.1 Analisa Perhitungan SFC Menggunakan Bahan Bakar Solar

Daya,PB : 400 Watt

Putaran : 550 rpm

Pada putaran 550 rpm, lamanya waktu yang diperoleh untuk menghabiskan 50 cc bahan bakar adalah 14,05,85 menit atau 843 detik. Untuk analisa perhitungan nilai SFC pada variasi putaran yang lain, data hasil pengujian dapat dilihat pada lampiran.

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10−3

843

x

3600

= 0,17508 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

= 0,17508�103

0,4

= 437,7 g/kW.h

Putaran : 600 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10−3

802,2

x

3600

= 0,18399 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,18399�10

(47)

= 459,97 g/kW.h

Putaran : 650 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

669

x

3600

= 0,22062 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,22062�10

3 0,4

= 551,55 g/kW.h

Putaran : 700 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10−3

603

x

3600

= 0,24477 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,24477�10

3 0,4

= 611,92 g/kW.h

Putaran :750 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10−3

486,6

x

3600
(48)

Maka :

SFC = ���10

3 ��

= 0,30332�10

3 0,4

= 758,3 g/kW.h

Daya,PB : 800 Watt

Putaran : 550 rpm

mf = ����50�10

−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

787,2

x

3600

= 0,1875 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,1875�103

0,8

= 234,37 g/kW.h

Putaran : 600 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

629,4

x

3600

= 0,2345 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,2345�10

3 0,8

(49)

Putaran : 650 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10−3

509,4

x

3600

= 0,28975 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,28975�10

3 0,8

= 362,18 g/kW.h

Putaran : 700 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10−3

489

x

3600

= 0,30184 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,30184�10

3 0,8

= 377,3 g/kW.h

Putaran : 750 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

429

x

3600

= 0,34405 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

(50)

= 0,34405�10

3 0,8

= 430,06 g/kW.h

4.3.2 Analisa Perhitungan SFC Menggunakan Bahan Bakar Biosolar

Daya,PB : 400 Watt

Putaran : 550 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10−3

904,8

x

3600

= 0,16312 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,16312�10

3 0,4

= 407,8 g/kW.h

Putaran : 600 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

738,6

x

3600

= 0,19983 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3 �

= 0,19983�10

3 0,4

= 499,57 g/kW.h

Putaran : 650 rpm

mf =

����50�10−3

(51)

= 0,82�50�10

−3

678,6

x

3600

= 0,2175 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,2175�10

3 0,4

= 543,75 g/kW.h

Putaran : 700 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

605,4

x

3600

= 0,2438 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,2438�10

3 0,4

= 609,5 g/w.h

Putaran : 750 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

499,2

x

3600

= 0,29567 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3 ��

= 0,29567�10

3 0,4

(52)

Daya,PB : 800 Watt

Putaran : 550 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

844,2

x

3600

= 0,17484 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3 �

= 0,17484�10

3 0,8

= 218,55 g/kW.h

Putaran : 600 rpm

mf = ����50�10

−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

728,4

x

3600

= 0,20263 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3 �

= 0,20263�10

3 0,8

= 253,28 g/kW.h

Putaran : 650 rpm

mf = ����50�10

−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

600

x

3600
(53)

Maka :

SFC = ���10

3 ��

= 0,246�10

3 0,8

= 307,5 g/kW.h

Putaran : 700 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

510

x

3600

= 0,28941 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,28941�10

3 0,8

= 361,76 g/kW.h

Putaran : 750 rpm

mf = ����50�10

−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

491,4

x

3600

= 0,30036 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,30036�10

3 0,8

(54)

4.3.3 Analisa Perhitungan SFC Menggunakan Bahan Bakar Pertadex

Daya,PB : 400 Watt

Putaran : 550 rpm

mf = ����50�10

−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

831

x

3600

= 0,17761 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,17761�10

3 0,4

= 444,02 g/kW.h

Putaran : 600 rpm

mf = ����50�10

−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

793,8

x

3600

= 0,18594 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,18594�103

0,4

= 464,85 g/kW.h

Putaran : 650 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

726

x

3600
(55)

Maka :

SFC = ���10

3 ��

= 0,2033�10

3 0,4

= 508,25 g/kW.h

Putaran : 700 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

610,8

x

3600

= 0,24165 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3 �

= 0,24165�10

3 0,4

= 604,12 g/kW.h

Putaran : 750 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

546

x

3600

= 0,27032 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3

��

= 0,27032�10

3 0,4

(56)

Daya,PB : 800 Watt

Putaran : 550 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

799,2

x

3600

= 0,18468 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3 �

= 0,18468�10

3 0,8

= 230,85 g/kW.h

Putaran : 600 rpm

mf = ����50�10

−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

630

x

3600

= 0,23428 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3 ��

= 0,23428�10

3 0,8

= 292,85 g/kW.h

Putaran : 650 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

554,4

x

3600
(57)

Maka :

SFC = ���10

3 ��

= 0,26623�10

3 0,8

= 332,78 g/kW.h

Putaran : 700 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

500,4

x

3600

= 0,29496 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3 �

= 0,29496�10

3 0,8

= 368,7 g/kW.h

Putaran : 750 rpm

mf =

����50�10−3

x

3600

= 0,82�50�10

−3

441,6

x

3600

= 0,33423 kg/jam

Maka :

SFC = ���10

3 �

= 0,33423�10

3 0,8

= 417,78 g/kW.h

Hasil perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik menggunakan bahan

bakar solar, biosolar dan pertamina dex dengan variasi beban dan putaran yang

(58)
[image:58.595.112.514.107.282.2]

Tabel 4.3 Tabel Hasil Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar Spesifik Beban (Watt) Putaran (rpm) sfc (g/kW.h)

Solar Biosolar Pertamina Dex

400

550 437,7 407,8 444,02

600 459,97 499,57 464,85

650 551,55 543,75 508,25

700 611,92 609,5 604,12

750 758,3 739,17 675,8

800

550 234,37 218,55 230,85

600 293,12 253,28 292,85

650 362,18 307,5 332,78

700 377,3 361,76 368,7

750 430,06 375,45 417,78

Perbandingan harga sfc untuk masing-masing pengujian pada tiap variasi

beban dan putaran dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.3 Grafik SFC vs Putaran Untuk Beban 400 Watt

Analisa :

1. SFC minimum diperoleh saat menggunakan bahan bakar biosolar pada

putaran 550 rpm yaitu sebesar 407,8 g/kW.jam.

2. SFC maximum diperoleh saat menggunakan bahan bakar solar pada

putaran 750 rpm yaitu sebesar 758 g/kW.jam.

3. Untuk putaran 650, 700, dan 750 rpm SFC minimum diperoleh saat

menggunakan bahan bakar pertadex. 0 100 200 300 400 500 600 700 800

550 600 650 700 750

sf c ( g /k W .h) Putaran (rpm)

SFC vs Putaran

Solar

Biosolar

[image:58.595.115.479.342.562.2]
(59)

4. Untuk beban 400 watt SFC lebih baik saat menggunakan bahan bakar

pertadex.

5. Semakin besar nilai laju aliran bahan bakar, semakin besar pula konsumsi

bahan bakar spesifiknya

[image:59.595.152.518.187.403.2]

Gambar 4.4 Grafik Sfc vs Putaran Untuk Beban 800 Watt

Analisa :

1. SFC minimum diperoleh saat menggunakan bahan bakar biosolar pada

putaran 550 rpm yaitu sebesar 218,55 g/kW.jam.

2. SFC maximum diperoleh saat menggunakan bahan bakar solar pada

putaran 750 rpm yaitu sebesar 430,06 g/kW.jam

3. SFC minimum diperoleh saat pengujian menggunakan beban 800 Watt

4. Semakin besar beban atau daya yang digunakan semakin kecil konsumsi

bahan bakarnya

4.4 Efisiensi Thermal Brake

Efisiensi thermal brake dari masing-masing pengujian pada tiap variasi

beban dan putaran dapat dihitung menggunakan persamaan berikut :

η

b

=

�� . ��

3600 0

5 10 15 20 25 30 35

550 600 650 700 750

S

F

C

(

g

/k

W

.h)

Putaran (rpm)

SFC vs Putaran

Efisiensi Thermal (%)

Biosolar

(60)

dimana :

η

b : efisiensi thermal brake

CV : nilai kalor bahan bakar (kj/kg)

4.4.1 Analisa Perhitungan Efisiensi Thermal Brake Menggunakan Bahan Bakar Solar

Daya,PB : 400 Watt

CV solar = 55588,35 kj/kg

Putaran : 550 rpm

Pada putaran 550 rpm, nilai ṁf dapat dilihat pada perhitungan nilai ṁf untuk

putaran 550 rpm. Untuk nilai ṁf pada variasi putaran yang lain juga dapat dilihat

pada perhitungan nilai ṁf pada masing-masing variasi putarannya. Untuk nilai

kalor (Caloric Value,CV) untuk masing-masing bahan bakar dapat dilihat pada lampiran hasil pengujian menggunakan bom kalorimeter.

Putaran : 550 rpm

η

b

=

�� . ��

3600

= 0,4

0,17508�55588,35

3600 = 0,147951 = 14,7951 %

Putaran : 600 rpm

η

b

=

�� � . ��

3600

= 0,4

0,18399�55588,35

3600 = 0,140791 = 14,0791 %

Putaran : 650 rpm

η

b

=

��

�� . ��

3600

= 0,4

(61)

Putaran : 700 rpm

η

b

=

��

�� . ��

3600

= 0,4

0,24477�55588,35

3600 = 0,105830 = 10,583 %

Putaran : 750 rpm

η

b

=

�� . ��

3600

= 0,4

0,30332�55588,35

3600 = 0,085401 = 8,5401 %

Daya,PB : 800 Watt

Putaran : 550 rpm

η

b

=

�� . ��

3600

= 0,8

0,1875�55588,35

3600 = 0,276316 = 27,6316 %

Putaran : 600 rpm

η

b

=

. ��

3600

= 0,8

0,2345�55588,35

3600 = 0,220927 = 22,0927 %

Putaran : 650 rpm

η

b

=

�� � . ��

3600

= 0,8

(62)

Putaran : 700 rpm

η

b

=

��

�� . ��

3600

= 0,8

0,30184�55588,35

3600 = 0,171645 = 17,1645 %

Putaran : 750 rpm

η

b

=

�� . ��

3600

= 0,8

0,34405�55588,35

3600 = 0,150584 = 15,0584 %

4.4.2 Analisa Perhitungan Efisiensi Thermal Menggunakan Bahan Bakar Biosolar

Daya,PB : 400 Watt

CV biosolar : 56764,85 kj/kg

Putaran : 550 rpm

η

b

=

�� . ��

3600

= 0,4

0,16312�56764,85

3600 = 0,155506 = 15,5506 % Putaran : 600 rpm

η

b

=

��

�� . ��

3600

= 0,4

0,19983�56764,85

3600 = 0,126942 = 12,6942 %

Putaran : 650 rpm

η

b

=

�� � . ��

3600

= 0,4

(63)

Putaran : 700 rpm

η

b

=

. ��

3600

= 0,4

0,2438�56764,85

3600 = 0,104049 = 10,4049 %

Putaran : 750 rpm

η

b

=

�� . ��

3600

= 0,4

0,29567�56764,85

3600 = 0,085796 = 8,5796 %

Daya,PB : 800 Watt

Putaran : 550 rpm

η

b

=

�� � . ��

3600

= 0,8

0,17484�56764,85

3600 = 0,290183 = 29,0183 %

Putaran : 600 rpm

η

b

=

�� � . ��

3600

= 0,8

0,20263�5676485

3600 = 0,250378 = 25,0378 %

Putaran : 650 rpm

η

b

=

�� � . ��

3600

= 0,8

(64)

Putaran : 700 rpm

η

b

=

��

�� . ��

3600

= 0,8

0,28941�56764,85

3600 = 0,175306 = 17,5306 %

Putaran : 750 rpm

η

b

=

Gambar

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Mesin Bensin[13]
Gambar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Diesel[8]
Tabel 2.2 Spesifikasi bahan bakar pertamina dex[15]
Gambar 3.2 Auto gas analyzer
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa performansi mesin diesel satu silinder Tecquipment TD111 Four-Stroke Diesel Engine menggunakan variasi bahan

Darmanto, S,2006, Analisa Biodisel Kelapa Sebagai Bahan Bakar Alternatif Minyak Diesel, TRAKSI Vol.. “Internal Combustion

KAJIAN PERFORMANSI MESIN DIESEL DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI CAMPURAN BAHAN BAKAR.. PERTADEX DAN MINYAK POLIPROPILENA CAIR

Selanjutnya minyak yang di dapat dari proses pirolisis di uji pada mesin diesel TD-115 yang telah di campur dengan bahan bakar pertadex.. Penelitian ini bertujuan untuk

Bahan bakar yang digunakan dalam pengujian yaitu biodiesel biji canola. Mesin uji yang digunakan untuk mendapatkan unjuk kerja mesin

Motor diesel adalah salah satu dari internal combustion engine (motor dengan pembakaran didalam silinder), dimana energi kimia dari bahan bakar langsung diubah

Prinsip kerja pembakaran motor diesel yaitu udara segar dihisap masuk kedalam silinder atau ruang bakar kemudian udara tersebut dikompressi oleh torak sehingga udara

Dari kedua model pembakaran diesel bahan bakar ganda baik yang digunakan untuk simulasi mesin diesel maupun mesin dual fuel hasil yang disajikan pada gambar 28