PENGGUNAAN SLAG PADA BETON DAN PENGARUH
KUAT TEKANNYA TERHADAP TEMPERATUR
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Penyelesaian Pendidikan Sarjana Teknik Sipil
Disusun Oleh:
10 0404 148
CHAIRUNNISA TARIGAN
BIDANG STUDI STRUKTUR
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
i
ABSTRAK
Beton merupakan material utama untuk konstruksi yang banyak digunakan diseluruh dunia. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang teknologi beton untuk memenuhi kebutuhan dalam perkembangan infrastruktur dimulai dari jalan, gedung, jembatan, dan lain sebagainya. Semakin meluasnya penggunaan beton dan makin meningkatnya skala pembangunan menunjukkan juga semakin banyak kebutuhan beton dimasa yang akan datang, sehingga mempengaruhi perkembangan teknologi beton dimana akan menuntut inovasi – inovasi baru mengenai beton itu sendiri. Perkembangan zaman di era globalisasi ini mengakibatkan terus bertambahnya jumlah barang bekas/limbah yang keberadaannya dapat menjadi masalah bagi kehidupan, salah satunya adalah keberadaan slag. Untuk itu, banyak hal yang harus dilakukan untuk mendaur ulang guna mengatasi masalah keberadaan limbah ini. Salah satunya adalah teknologi beton dengan penambahan slag. Terjadinya perubahan suhu ekstrim seperti kebakaran tentunya akan membawa dampak kepada sifat – sifat beton, terutama beton yang menggunakan bahan tambah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan slag terhadap kuat tekan beton yang tidak dibakar dan beton yang dibakar pada suhu 400oC dengan waktu penahanan 1 jam. Beton dicampur dengan limbah dengan proporsi yang berbeda yaitu 0%, 15%, 30%, 45%.
Dari hasil pengujian pada beton yang tidak dibakar diperoleh hasil peningkatan nilai kuat tekan pada penambahan limbah 15% dan terjadi penurunan pada tiap penambahan selanjutnya. Dari hasil pengujian pada beton yang dibakar diperoleh hasil penurunan nilai kuat tekan pada penambahan limbah 0% dan terjadi penurunan pada tiap penambahan selanjutnya
Jika diadakan penelitian lebih lanjut ada baiknya nilai variasi penambahan limbah diperkecil agar dapat ditentukan dosis yang paling ekonomis.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah SWT yang telah
memberikan karunia kesehatan dan kesempatan kepada penulis untuk
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Shalawat dan salam atas Baginda Rasullah
Muhammad SAW yang telah memberi keteladanan dalam menjalankan setiap
aktifitas sehari-hari, sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil
bidang Struktur Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Utara, dengan judul “Penggunaan Slag Pada Beton Dan Pengaruh Kuat Tekannya Terhadap Temperatur”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak
terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga
penulisan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini pula, Penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Syahrizal, MT., selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Nursyamsi, ST. MT., sebagai Dosen Pembimbing, yang telah banyak
memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran dalam membantu saya menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4.
Bapak Ir. Sanci Barus, MT dan Ibu Rahmi Karolina, ST. MT., sebagai DosenPembanding dan Penguji, atas saran dan masukan yang diberikan kepada
iii 5. Ibu Rahmi Karolina, ST. MT., sebagai Kepala Laboratorium Bahan Rekayasa
Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing dan memberikan
pengajaran kepada Penulis selama menempuh masa studi di Departemen
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Pegawai Administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini
kepada penulis.
8. Teristimewa keluarga saya, pejuang tanpa tanda jasa Ir.H.Gunawan Tarigan,
MT dan Ibu negara Hj.Risna Sebayang serta abang dan adik saya Bima
Riswanta Tarigan SMB dan Dina Maharani Tarigan yang telah memberikan
doa, motivasi, akomodasi, semangat dan nasehat. Terima kasih atas segala
pengorbanan, cinta, kasih sayang dan doa yang tiada batas.
9. Teristimewa keluarga besar TFC, Mira Avrillia Syari S.Psi, Mutiara Sari
Siregar SE dan Nurhasah Lubis SKM yang telah memberikan doa, motivasi,
semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini, terima kasih atas doanya.
10. Teristimewa untuk anggota gerben, Aminatul Fadillah ST, Cece Mandasari
ST, Melli Astuti Simatupang ST, Suci Anugrah Sari yang telah memberikan
doa, motivasi, semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini, terima kasih
atas doanya.
11. Teristimewa untuk abang saya, Ari Yusman Manalu ST yang telah
memberikan masukan, dukungan, doa, motivasi, semangat dalam
iv 12. Buat kawan – kawan lab beton, Rahmad, Ozi, Zulfikar, Arif, Yashir, Nanda,
Bagus yang membantu dari awal sampai akhir, memberi masukan-masukan
hingga tugas akhir ini dapat diselesaikan dengan semaksimal mungkin.
13. Teman-teman mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Angkatan 2010, Iqbal, Rebi,
Iffah, Granson, Riki, Welman, Mangasi, Jihadan, Ari, serta teman-teman
angkatan 2010 sipil lainnya yang tidak dapat disebutkan seluruhnya terima
kasih atas semangat dan bantuannya selama ini.
14. Adik-adik Angkatan 2013 Rizka Amalia, Yahya, Raka, Akmal, Rizal, Pacuk,
Zaky, Husein, Irfan serta adik-adik angkatan 2013 sipil lainnya yang tidak
dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas semangat dan bantuannya
selama ini.
15. Dan segenap pihak yang belum penulis sebut disini atas jasa-jasanya dalam
mendukung dan membantu penulis dari segi apapun, sehingga Tugas Akhir
ini dapat diselesaikan dengan baik
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari Bapak dan Ibu Staf Pengajar serta rekan–rekan mahasiswa demi
penyempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata, Penulis berharap Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
yang sebesar–besarnya bagi kita semua. Amin.
Medan, September 2015
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR NOTASI ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Pembatasan Masalah ... 4
1.4 Metodologi Penelitian ... 4
1.5 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum ... 7
2.2 Beton Segar (Fresh Concrete) ... 9
2.2.1 Kemudahan Pengerjaan (Workability) ... 10
2.2.2 Pemisahan Kerikil (Segregation) ... 12
2.2.3 Pemisahaan Air (Bleeding) ... 13
2.3 Beton Keras (Hardened Concrete) ... 14
vi
2.3.2 Kuat Tarik Beton ... 20
2.4 Bahan Penyusun Beton ... 21
2.4.1 Semen ... 21
2.4.1.1 Umum ... 21
2.4.1.2 Semen Portland ... 21
2.4.1.3 Jenis Semen Portland ... 22
2.4.1.4 Bahan Penyusun Semen Portland ... 23
2.4.1.5 Sifat - sifat Semen Portland ... 24
2.4.2 Agregat ... 26
2.4.2.1 Umum ... 26
2.4.2.2 Jenis Aggregat ... 26
2.4.3 Air ... 31
2.4.4 Bahan Tambahan ... 32
2.4.4.1 Umum ... 32
2.4.4.2 Jenis dan Pengaruh Bahan Mineral Pembantu .... 34
2.4.4.3 Slag ... 36
2.5 Kebakaran Pada Bangunan ... 39
2.5.1 Pengaruh Temperatur Tinggi Pada Beton ... 40
2.5.1 Identifikasi Kebakaran Terhadap Struktur Beton ... 41
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum ... 43
3.2 Bahan-Bahan Penyusun Beton ... 43
3.2.1 Semen Portland ... 44
vii
3.2.3 Agregat Kasar ... 47
3.2.4 Air ... 50
3.3 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) ... 51
3.4 Penyediaan Bahan Penyusun Beton ... 55
3.5 Pembuatan Benda Uji ... 55
3.6 Pengujian Sampel ... 56
3.6.1 Uji Kuat Tekan Beton ... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Nilai Slump ... 58
4.2 Kuat Tekan Sebelum Pembakaran ... 58
4.3 Kuat Tarik Sesudah Pembakaran ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 66
5.2 Saran ... 66
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerucut abrams ... 11
Gambar 2.2 Jenis – jenis slump ... 12
Gambar 2.3 Hubungan antara faktor air semen dengan kekuatan beton selama masa perkembangannya ... 16
Gambar 2.4 Hubungan antara umur beton dan kuat tekan beton ... 17
Gambar 2.5 Perkembangan kekuatan tekan mortar untuk berbagai tipe Portland semen ... 18
Gambar 2.6 Pengaruh jumlah semen terhadap kuat tekan beton pada faktor air semen sama ... 19
Gambar 2.7 Pengaruh jenis agregat terhadap kuat tekan beton ... 20
Gambar 3.1 Uji tekan beton ... 56
Gambar 3.2 Uji split cylinder ... 54
Gambar 4.1 Grafik kuat tekan sebelum bakar variasi limbah 0% ... 58
Gambar 4.2 Grafik kuat tekan sebelum bakar variasi limbah 15% ... 59
Gambar 4.3 Grafik kuat tekan sebelum bakar variasi limbah 30% ... 59
Gambar 4.4 Grafik kuat tekan sebelum bakar variasi limbah 45% ... 60
Gambar 4.5 Grafik kuat tekan sesudah bakar variasi limbah 0% ... 62
Gambar 4.6 Grafik kuat tekan sesudah bakar variasi limbah 15% ... 62
Gambar 4.7 Grafik kuat tekan sesudah bakar variasi limbah 30% ... 63
Gambar 4.8 Grafik kuat tekan sesudah bakar variasi limbah 45% ... 63
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Distribusi pengujian benda uji silinder ... 5
Tabel 2.1 Perkiraan kuat tekan beton pada berbagai umur ... 17
Tabel 2.2 Komposisi senyawa utama semen portland ... 23
Tabel 2.3 Komposisi senyawa pembentuk semen portland ... 24
Tabel 2.4 Batasan gradasi untuk agregat halus ... 28
Tabel 2.5 Susunan besar butiran agregat kasar ... 30
Tabel 2.6 Karakteristik fisik dari material pozzoland ... 36
Tabel 3 Proporsi campuran beton ... 53
Tabel 4.1 Kuat tekan beton tanpa pembakaran ... 58
Tabel 4.2 Kuat tekan beton rata - rata tanpa pembakaran ... 60
Tabel 4.3 Kuat tekan beton dengan pembakaran ... 61
x
DAFTAR NOTASI
SSD : saturated surface dry
n : jumlah sampel
f'c : kuat tekan beton karakteristik (MPa)
fc’ : kekuatan tekan (kg/cm2)
P : beban tekan (kg)
A : luas penampang (cm2)
S : deviasi standar (kg/cm2)
σ’b : kekuatan masing – masing benda uji (MPa)
σ’bm : kekuatan beton rata –rata (MPa)
N : jumlah total benda uji hasil pemeriksaan
Fct : tegangan rekah beton (kg/cm)
P : beban maksimum (kg)
L : panjang sampel (cm)
D : diameter (cm)
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Pemeriksaan Material
Lampiran II Perencanaan Campuran
Lampiran III Kuat Tekan Beton
i
ABSTRAK
Beton merupakan material utama untuk konstruksi yang banyak digunakan diseluruh dunia. Banyak penelitian yang telah dilakukan tentang teknologi beton untuk memenuhi kebutuhan dalam perkembangan infrastruktur dimulai dari jalan, gedung, jembatan, dan lain sebagainya. Semakin meluasnya penggunaan beton dan makin meningkatnya skala pembangunan menunjukkan juga semakin banyak kebutuhan beton dimasa yang akan datang, sehingga mempengaruhi perkembangan teknologi beton dimana akan menuntut inovasi – inovasi baru mengenai beton itu sendiri. Perkembangan zaman di era globalisasi ini mengakibatkan terus bertambahnya jumlah barang bekas/limbah yang keberadaannya dapat menjadi masalah bagi kehidupan, salah satunya adalah keberadaan slag. Untuk itu, banyak hal yang harus dilakukan untuk mendaur ulang guna mengatasi masalah keberadaan limbah ini. Salah satunya adalah teknologi beton dengan penambahan slag. Terjadinya perubahan suhu ekstrim seperti kebakaran tentunya akan membawa dampak kepada sifat – sifat beton, terutama beton yang menggunakan bahan tambah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan slag terhadap kuat tekan beton yang tidak dibakar dan beton yang dibakar pada suhu 400oC dengan waktu penahanan 1 jam. Beton dicampur dengan limbah dengan proporsi yang berbeda yaitu 0%, 15%, 30%, 45%.
Dari hasil pengujian pada beton yang tidak dibakar diperoleh hasil peningkatan nilai kuat tekan pada penambahan limbah 15% dan terjadi penurunan pada tiap penambahan selanjutnya. Dari hasil pengujian pada beton yang dibakar diperoleh hasil penurunan nilai kuat tekan pada penambahan limbah 0% dan terjadi penurunan pada tiap penambahan selanjutnya
Jika diadakan penelitian lebih lanjut ada baiknya nilai variasi penambahan limbah diperkecil agar dapat ditentukan dosis yang paling ekonomis.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Beton adalah suatu material yang secara harfiah merupakan bentuk dasar
dari kehidupan sosial modern. Beton adalah campuran antara semen, agregat
halus, agregat kasar, dan air, dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang
membentuk massa padat. Sebagai bahan konstruksi, beton saat ini lebih banyak
digunakan dibandingkan bahan kayu dan bahan lainnya. Bahan kayu sebagian
besar digunakan untuk bekisting dalam pembuatan konstruksi beton. Beton paling
banyak digunakan pada bidang konstruksi karena mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain harga relatif murah, bahan - bahannya mudah diperoleh,
awet, dan memiliki kuat tekan yang tinggi.
Bentuk paling umum dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri
dari agregat mineral (biasanya
beton dan bahan - bahan vulkanik seperti abu pozzolan sebagai pembentuknya
telah dimulai sejak zaman Yunani dan Romawi bahkan mungkin sebelumnya.
Dengan campuran
membangun infrastruktur seperti akuaduk, bangunan, drainase dan lain-lain.
Pembangunan infrastruktur di dunia saat ini sangat berkembang yang
berfungsi untuk menunjang kelangsungan pelayanan kepada masyarakat. Beton
merupakan bahan yang sangat penting dan banyak digunakan dalam kontruksi di
seluruh dunia. Banyaknya jumlah penggunaan beton dalam kontruksi
2 penambangan batuan sebagai salah satu bahan pembentuk beton secara
besar-besaran. Hal ini menyebabkan turunnya jumlah sumber alam yang tersedia untuk
keperluan pembetonan. Keterbatasan kemampuan alam dalam menyediakan
material pembentuk beton merupakan sebuah persoalan penting yang harus
diperhatikan saat ini. Semakin meluasnya penggunaan beton dan semakin
meningkatnya skala pembangunan menunjukkan semakin banyak kebutuhan
beton di masa yang akan datang. Dalam bidang rekayasa material, para ilmuan
terus melakukan penelitian dan inovasi, termasuk bahan bangunan terutama
komponen struktur.
Perkembangan teknologi beton saat ini telah mengalami kemajuan pesat
dengan adanya bahan tambahan yang dapat mendukung sifat – sifat beton,
menambah dan memperbaiki sifat beton sesuai dengan sifat beton yang
diinginkan. Sifat – sifat beton sangat bervariasi, tergantung pada pemilihan bahan
– bahan dan campuran yang digunakan.
Melihat fenomena di atas, banyak orang yang mulai memanfaatkan limbah
untuk digunakan sebagai bahan campuran beton. Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga). Limbah padat lebih dikenal sebagai
dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau
secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia senyawa organik dan senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
3 Saat ini karena lapisan ozon semakin menipis, mengakibatkan suhu di
bumi semakin meningkat. Dan bencana yang sering terjadi pada musim kemarau
adalah kebakaran. Kebakaran sebagai salah satu bencana baik pada bangunan
perumahan maupun industri, perlu semakin diwaspadai dalam setiap
pembangunan sarana dan prasarana. Ditinjau dari jenis bangunan yang terbakar
maka bangunan tempat tinggal menempati urutan pertama dengan jumlah kejadian
62 %, bangunan industri 15 %, pertokoan 11 %, perkantoran 7 % dan lainnya 5 %.
Dimana penyebab utama kebakaran tersebut adalah akibat kelalaian manusia, baik
kelalaian pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun tahap pemanfaatan.
Terjadinya perubahan temperatur yang cukup tinggi, seperti yang terjadi
pada peristiwa kebakaran akan membawa dampak pada struktur beton. Gejala
yang umum timbul akibat kebakaran pada suatu gedung ialah permukaan struktur
berwarna hitam atau lebih sering kita katakan gosong yang di akibatkan tingginya
temperatur suhu api, hal tersebut akan mempengaruhi kualitas/kekuatan struktur
beton tersebut. Sehingga menyebabkan kekuatan beton menurun dan penggunaan
struktur bangunan tersebut juga akan berkurang (tidak maksimal). Akan tetapi
kekuatan struktur bangunan beton pasca kebakaran juga ditentukan oleh durasi
waktu yang diterima bangunan terhadap api pada saat terbakar.
Maka dari itu timbul pemikiran untuk menggunakan tahi besi yang
merupakan limbah industri sebagai bahan campuran beton dan melihat bagaimana
pengaruhnya jika diberi suhu bakar. Sampai saat ini, pemanfaatan limbah ini
masih relatif rendah, yaitu digunakan sebagai campuran dalam penimbunan.
4
1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan dalam penelitian untuk tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa tahi besi dapat digunakan
kembali dalam membuat beton baru dan dapat mengurangi limbah industri.
2. Mengetahui perilaku mekanik beton yang menggunakan slag.
1.3. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi cakupan / ruang lingkupnya
agar tidak terlalu luas. Batasan masalah meliputi:
1. Mutu beton yang direncanakan adalah f’c 25 Mpa.
2. Menggunakan bahan campuran tahi besi yang berasal dari growt sumatera.
3. Benda uji yang digunakan adalah kubus.
4. Pencampuran kadar limbah sebanyak 15%, 30%, 45% dari berat pasir.
5. Perawatan beton dengan cara perendaman dalam air selama 28 hari.
6. Pengujian mekanik berupa kuat tekan sebelum dan sesudah dibakar.
7. Suhu bakar yang diberikan adalah 400oC selama 1 jam.
8. Pembakaran beton dilakukan setelah umur beton lebih dari 28 hari.
1.4. Metodologi penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah kajian
eksperimen di Laboratorium Bahan Rekayasa Departemen Teknik Sipil Fakultas
5 1. Penyediaan bahan penyusun beton: batu pecah, pasir, semen dan bahan
campuran limbah besi.
2. Pemeriksaan bahan penyusun beton
• Analisa ayakan agregat halus dan agregat kasar.
• Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi agregat halus dan agregat kasar.
• Pemeriksaan kadar lumpur agregat halus dan agregat kasar.
3. Mix design (perencanaan campuran)
Penimbangan/penakaran bahan penyusun beton berdasarkan uji karakteristik
f’c 25 Mpa.
4. Pengujian kuat tekan sebelum dan sesudah dibakar menggunakan benda uji
6
1.6. Manfaat Penelitian
Dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa
manfaat bagi perkembangan teknologi beton, antara lain sebagai berikut:
1. Menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan atau individu untuk
menggunakan limbah besi ini sebagai campuran beton baru.
2. Penggunaan limbah besi ini dapat menjadi solusi untuk menambah kekuatan
beton baru dari yang direncanakan.
3. Dapat mengurangi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh limbah besi
ini.
4. Diharapkan dapat menjadi dasar bagi penanggulangan bangunan yang telah
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Beton dapat dimanfaatkan dalam banyak hal dalam dunia konstruksi.
Dalam teknik sipil, struktur beton digunakan untuk membangun pondasi, kolom,
balok, pelat atau pelat cangkang. Dalam teknik sipil hidro, beton digunakan untuk
bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran dan drainase perkotaan. Beton
juga digunakan dlam teknik sipil transportasi untuk mengerjakan rigid pavement.
Jadi beton hampir digunakan dalam semua aspek ilmu teknik sipil.
Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan
semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan
tambah (admixture atau additive) pada perbandingan tertentu. Campuran dari
bahan – bahan tersebut bila di diamkan, akan mengeras seperti bebatuan.
Pengeraan yang terjadi karena adanya reaksi kimia antara semen dan air. Beton
yang sudah mengeras dapat dianggap sebagai batu tiruan.
Ditinjau dari sudut estetika, beton hanya membutuhkan sedikit
pemeliharaan. Selain itu, beton tahap terhadap serangan api dalam batasan suhu
tertentu. Sifat yang kurang disenangi dalam beton adalah mengalami deformasi
yang tergantung pada waktu dan disertai dengan penyusutan akibat mengeringnya
beton serta gejala lain yang berhubungan dengan hal tersebut. Pengaruh –
pengaruh keadaan lingkungan, rangkak, penyusutan, pembebanan yang
mengakibatkan perubahan dimensi pada struktur beton dan elemen – elemennya
harus mendapat perhatian yang cukup pada tahap perencanaan untuk mengatasi
8 Agar hasil yang diperoleh memuaskan, dibutuhkan pengenalan yang baik
mengenai sifat – sifat yang berkaitan dengan suatu bahan yakni bahan – bahan
penyusunn beton tersebut. Kinerja yang menjadi perhatian penting para perencana
struktur ketika merencanakan struktur yang menggunakan beton ada dua, yaitu
kekuatan tekan dan kemudahan pengerjaannya. Peneliti terdahulu sudah
menghasilakn kontradiksi. Untuk menghasilkan kuat tekan beton yang tinggi,
penggunaan air atau faktor air semen haruslah kecil. Sayangnya hal tersebut dapat
menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan.
Parameter – parameter yang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah:
1. Kualitas semen.
2. Proporsi semen terhadap campuran.
3. Kekuatan dan kebersihan agregat.
4. Interaksi antara pasta semen dengan agregat.
5. Pencampuran yang cukup dari bahan – bahan pembentuk beton.
6. Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton.
7. Perawatan beton.
8. Kandungan klorida tidak melebihi 0.15% dalam beton yang diekspos dan
1% bagi beton yang tidak diekspos (Nawy, 1985:24).
Sebagai bahan konstruksi, beton memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan :
Kelebihan beton antara lain:
1. Dapat dibentuk dengan mudah sesuai kebutuhan konstruksi.
9 3. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
4. Biaya pemeliharaan yang kecil.
5. Harganya relatif murah.
6. Tersedianya material dasar.
Kekurangan beton antara lain:
1. Bentuk yang telah dibuat sulit dirubah.
2. Pelaksanaan pengerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
3. Berat sendiri beton besar, sekitar 2400kg/m3
4. Daya pantul suara yang besar.
5. Mempunyai kuat tarik yang rendah, sehingga mudah retak. Maka
dibutuhkan tulangan baja.
6. Sulit untuk dapat kedap air secara sempurna, sehingga selalu dapat
dimasuki air dan air yang membawa kandungan garam dapat merusak
beton.
7. Kualitasnya sangat bergantung pada cara pelaksanaan di lapangan. Beton
yang baik maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran
yang sama.
2.2 Beton Segar (Fresh Concrete)
Beton segar yang baik adalah beton segar yang dapat diaduk, diangkat,
dituangkan, dipadatkan dan tidak ada kecenderungan untuk terjadi segragasi
(pemisahan kerikil dari adukan) ataupun bleeding (pemisahan air dan semen dari
10 Dalam pengerjaan beton segar, tiga sifat penting yang harus diperhatikan
adalah kemudahan pengerjaan (workability), pemisahan kerikil (segregation),
pemisahan air (bleeding).
2.2.1 Kemudahan Pengerjaan (Workability)
Kemudahan pengerjaan beton merupakan salah satu kinerja utama yang
dibutuhkan. Walaupun suatu struktur beton dirancang agar mempunyai kuat tekan
yang tinggi, namun jika rancangan tersebut tidak dapat diimplementasikan di
lapangan karena sulit untuk dikerjakan maka rancangan tersebut menjadi
percuma.
Workability adalah kemudahan mengerjakan beton, dimana menuang dan
memadatkannya tidak menyebabkan munculnya efek negatif berupa pemisahan
agregat (segregation) dan keluarnya air dari campuran beton (bleeding).
Unsur – unsur yang mempengaruhi workability antara lain:
1. Jumlah air pencampur
Semakin banyak air yang digunakan maka akan semakin mudah
pengerjaannya.
2. Kandungan semen
Jika fas tetap, semakin banyak pemakaian semen maka semakin banyak
pula kebutuhan airnya sehungga keplastisannyapun semakin tinggi.
3. Gradasi campuran kerikil dan pasir
Bila campuran pasir dan kerikil mengikuti gradasi yang telah disarankan
11 adalah distribusi ukuran dari agregat berdasarkan hasil persentase berat
yang lolos pada setiap ukuran saringan dari analisa saringan.
4. Bentuk butiran agregat kasar
Agregat berbentuk bulat akan lebih mudah untuk dikerjakan
5. Cara pemadatan dan alat pemadat
Bila cara pemadatan dilakukan dengan alat getar maka diperlukan tingkat
kelecakan yang berbeda, sehingga diperlukan umlah air yang lebih sedikit
daripada bila dipadatkan dengan tangan.
6. Butir maksimum.
Percobaan slump dilakukan untuk mengetahui tingkat kemudahan
pengerjaan. Percobaan ini dilakukan dengan alat berbentuk kerucut terpancung
yang dinamakan kerucut Abrams yang memiliki dimensi diameter atas 10 cm,
diameter bawah 20 cm dengan tinggi 30 cm, yang dilengkapi dengan kuping
untuk mengangkat beton segar dan tongkat pemadat.
Gambar 2.1. Kerucut Abrams
Ada tiga jenis slump yaitu slump sebenarnya, slump geser, slump runtuh, seperti
12
Gambar 2.2 Jenis – jenis slump
1. Slump sebenarnya, merupakan penurunan umum dan seragam tanpa ada
adukan beton yang pecah, oleh karena itu dapat disebut slump yang
sebenar. Pengambilan nilai slump sebenarnya dengan mengukur
penurunan minimum dari puncak kerucut.
2. Slump geser terjadi bila separuh puncaknya tergeser atau tergelincir ke
bawah pada bidang miring. Pengambilan nilai slump geser ini ada dua
yaitu dengan mengukur penurunan minimum dan penurunan rata-rata dari
puncak kerucut.
3. Slump runtuh, terjadi pada kerucut adukan beton yang runtuh seluruhnya
akibat adukan beton yang terlalu cair, pengambilan nilai slump ini dengan
mengukur penurunan minimum dari puncak kerucut
2.2.2 Pemisahan Kerikil (Segregation)
Kecenderungan butir – butir kasar untuk lepas dari campuran beton
dinamakan segregasi. Hal ini menyebabkan sarang kerikil yang pada akhirnya
akan menyebabkan keropos pada beton. Ada dua tipe pemisahan agregat, yaitu
pemisahan partikel berat ke dasar beton segar atau pemisahan agregat kasar dari
campuran beton karena penggetaran yang salah. Segregasi ini disebabkan oleh
beberapa hal:
13 1. Campuran kurus atau kurang semen.
2. Terlalu banyak air
3. Besar ukuran agregat maksimum lebih dari 40 mm
4. Permukaan butiran agregat, semakin kasar permukaan butir agregat maka
semakin mudah terjadinya segregasi.
5. Jumlah agregat halus sedikit
Terjadinya segregasi pada beton berakibat kurang baik terhadap beton
setelah mengeras. Untuk mengurangi kecenderungan pemisahan agregat tersebut,
maka dapat diupayakan sebagai berikut:
1. Mengurangi jumlah air yang digunakan
2. Adukan beton jangan dijatuhkan dengan ketinggian terlalu besar
3. Cara mengangkut, penuangan maupun pemadatan harus mengikuti
cara-cara yang betul
2.2.3 Pemisahan Air (Bleeding)
Bleeding adalah keluarnya air pada permukaan beton sesudah dicampur
tetapi belum mengalami pengikatan. Jadi bleeding adalah bentuk dari segregasi.
Air yang naik ini membawa semen dan butir – butir pasir halus, yang pada saat
beton mengeras akan membentuk selaput. Bleeding disebabkan karena partikel –
partikel agregat dalam campuran beton tidak mampu menahan air.
Bleeding dapat menyebabkan kelemahan, porositas dan keawetan yang
kurang. Kantung-kantung air terjadi di bawah agregat kasar atau di bawah
tulangan, yang menimbulkan daerah-daerah lemah dan mereduksi ikatan-ikatan.
14 Bleeding dapat dikurangi dengan cara :
1. Memberi lebih banyak semen
2. Menggunakan air seminimal mungkin
3. Menggunakan pasir lebih banyak
4. Meningkatkan hidrasi semen dengan menggunakan semen dengan kadar
C3S yang tinggi
2.3 Beton Keras
Sifat-sifat beton yang mengeras mempunyai arti yang penting selama masa
pemakaiannya. Perilaku mekanik beton keras merupakan kemampuan beton di
dalam memikul beban pada struktur bangunan. Sifat-sifat penting dari beton yang
telah mengeras antara lain : kekuatan tekan beton dan kekuatan tarik belah beton.
2.3.1 Kekuatan Tekan Beton (f’c)
Kuat tekan beton merupakan sifat yang paling penting dalam beton keras.
Kekuatan tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan
luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin
tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu
beton yang dihasilkan.
Kekuatan tekan benda uji beton dihitung dengan rumus :
��′= �
� ...(1)
dengan : fc’ : kekuatan tekan (kg/cm2)
15 A : luas permukaan benda uji (cm2)
Nilai kuat beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat
tekan beton ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah
pengecoran.
Kekuatan tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’ dengan
satuan N/mm2 atau Mpa dan juga memakai satuan kg/cm2. Kekuatan tekan beton
merupakan sifat yang paling penting dari beton keras. Untuk struktur beton
bertulang pada umumnya menggunakan beton dengan kuat tekan pada umur 28
hari berkisar 17-35 Mpa, untuk beton prategang digunakan beton dengan kuat
tekan lebih tinggi, berkisar antara 30-45 Mpa.
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi mutu dari kekuatan beton, yaitu :
1. Proporsi bahan-bahan penyusunnya
2. Metode perancangan
3. Perawatan
4. Keadaan pada saat pengecoran dilaksanakan, yang terutama dipengaruhi
oleh lingkungan setempat.
Dari faktor-faktor utama tersebut termasuk didalamnya beberapa faktor lain
yang mempengaruhi kekuatan tekan beton, yaitu :
1. Faktor air semen dan kepadatan
2. Umur beton
3. Jenis semen
4. Jumlah semen
16 1. Faktor air semen dan kepadatan
Semakin rendah nilai faktor air semen semakin tinggi kuat tekan betonnya,
namun kenyataannya pada suatu nilai faktor air semen tertentu semakin
rendah nilai faktor air semen kuat tekan betonnya semakin rendah pula, hal
ini karena jika faktor air semen terlalu rendah adukan beton sulit
dipadatkan. Dengan demikian ada suatu nilai faktor air semen tertentu
(optimum) yang menghasilkan kuat tekan beton maksimum. Duff dan
Abrams (1919) meneliti hubungan antara faktor air semen dengan
kekuatan beton pada umur 28 hari dengan uji silinder yang dapat dilihat
pada Gambar 2.3.
Kepadatan adukan beton sangat mempengaruhi kuat tekan betonnya
setelah mengeras. Untuk mengatasi kesulitan pemadatan adukan beton
dapat dilakukan dengan cara pemadatan dengan alat getar (vibrator) atau
dengan memberi bahan kimia tambahan (chemical admixture) yang besifat
mengencerkan adukan beton sehingga lebih mudah dipadatkan
Umur / Waktu (Hari)
17 2. Umur beton
Kekuatan tekan beton akan bertambah dengan naiknya umur beton.
Biasanya nilai kuat tekan ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28
hari. Kekuatan beton akan naik secara cepat (linear) sampai umur 28 hari,
tetapi setelah itu kenaikannya tidak terlalu signifikan (Gambar 2.4).
Umumnya pada umur 7 hari kuat tekan mencapai 65% dan pada umur 14
hari mencapai 88% - 90% dari kuat tekan umur 28 hari.
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28
PC Type 1 0.40 0.65 0.88 0.95 1.0
Tabel 2.1 Perkiraan Kuat Tekan Beton pada berbagai Umur (Tri Mulyono, 2003)
18 3. Jenis semen
Semen Portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai kualitas
tertentu yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif. Jenis
Portland semen yang digunakan ada 5 jenis yaitu : I, II, III, IV, V. Jenis –
jenis semen tersebut mempunyai laju kenaikan kekuatan yang berbeda
sebagai mana tampak pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5. Perkembangan kekuatan tekan mortar untuk berbagai tipe Portland semen (Tri Mulyono, 2003)
4. Jumlah semen
Jika faktor air semen sama (slump berubah), beton dengan jumlah
kandungan semen tertentu mempunyai kuat tekan tertinggi sebagaimana
tampak pada Gambar 2.9. Pada jumlah semen yang terlalu sedikit berarti
jumlah air juga sedikit sehingga adukan beton sulit dipadatkan yang
mengakibatkan kuat tekan beton rendah. Namun jika jumlah semen
berlebihan berarti jumlah air juga berlebihan sehingga beton mengandung
19 sama (fas berubah), beton dengan kandungan semen lebih banyak
mempunyai kuat tekan lebih tinggi.
Gambar 2.6. Pengaruh jumlah semen terhadap kuat tekan beton pada faktor air semen sama (Kardiyono, 1998)
5. Sifat agregat
Sifat agregat yang paling berpengaruh terhadap kekuatan beton ialah
kekasaran permukaan dan ukuran maksimumnya. Permukaan yang halus
pada kerikil dan kasar pada batu pecah berpengaruh pada lekatan dan besar
tegangan saat retak – retak beton mulai terbentuk. Oleh karena itu
kekasaran permukaan ini berpengaruh terhadap bentuk kurva tegangan –
regangan tekan dan terhadap kekuatan betonnya yang terlihat pada
Gambar 2.7. Akan tetapi bila adukan beton nilai slump nya sama besar,
pengaruh tersebut tidak tampak karena agregat yang permukaannya halus
memerlukan air lebih sedikit, berarti fas nya rendah yang menghasilkan
20
Gambar 2.7. Pengaruh jenis agregat terhadap kuat tekan beton (Mindess, 1981)
Pada pemakaian ukuran butir agregat lebih besar memerlukan jumlah pasta
lebih sedikit, berarti pori-pori betonnya juga sedikit sehingga kuat tekannya lebih
tinggi. Tetapi daya lekat antara permukaan agregat dan pastanya kurang kuat
sehingga kuat tekan betonnya menjadi rendah. Oleh karena itu pada beton kuat
tekan tinggi dianjurkan memakai agregat dengan ukuran besar butir maksimum 20
mm.
2.3.2 Kekuatan Tarik Belah (Fct)
Salah satu kelemahan beton adalah mempunyai kuat tarik yang sangat kecil dibandingkan dengan kuat tekannya yaitu 10%–15% f’c. Kuat tarik beton
berpengaruh terhadap kemampuan beton di dalam mengatasi retak awal sebelum
dibebani. Pengujian terhadap kekuatan tarik beton dapat dilakukan dengan cara:
Pengujian tarik belah (pengujian tarik beton tak langsung) dengan
21 pengalihan tegangan tarik melalui bidang tempat kedudukan salah satu silinder
dan silinder beton tersebut terbelah sepanjang diameter yang dibebaninya.
Tegangan tarik tidak langsung dihitung dengan persamaan :
�= 2�
��� ...(2)
Dimana : T = kuat tarik beton (MPa) P = beban hancur (N) l = Panjang spesimen (mm) d = diameter spesimen (mm)
2.4 Bahan Penyusun Beton 2.4.1 Semen
2.4.1.1 Umum
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan
menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi
mortar, sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran
beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete).
Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga – rongga udara di antara butiran agregat.
2.4.1.2 Semen Portland
Semen Portland adalah suatu bahan pengikat hidrolis (hydraulic binder)
yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat
hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat
22
2.4.1.3 Jenis – Jenis Semen Portland
Jenis/tipe semen yang digunakan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kuat tekan beton, dalam hal ini perlu diketahui tipe semen yang
telah distandarisasi di Indonesia.
Peraturan beton 1989 (SKBI.4.53.1989) membagi semen portland menjadi
5 jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu:
• Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti jenis – jenis lainnya. Digunakan untuk
bangunan – bangunan umum yang tidak memerlukan persyaratan khusus.
• Tipe II, semen portlad yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan untuk konstruksi
bangunan dan beton yang terus – menerus berhubungan dengan air kotor
atau tanah atau untuk pondasi yang tertahan di dalam tanah yang
mengandung air agresif (garam – garam sulfat) dan saluran air buangan
atau bangunan yang berhubungan langsung dengan rawa.
• Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kekuatan awal yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan
terjadi. Semen jenis ini digunakan pada daerah yang bertemperatur rendah,
terutama pada daerah yang mempunyai musim dingin.
• Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi rendah. Digunakan untuk pekerjaan – pekerjaan yang besar dan
masif, umpamanya untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar
23
• Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan yang tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk bangunan yang
berhubungan dengan air laut, air buangan industri, bangunan yang terkena
pengaruh gas atau uap kimia yang agresif serta untuk bangunan yang
berhubungan dengan air tanah yang mengandung sulfat dalam persentase
yang tinggi.
2.4.1.4Senyawa Kimia Dalam Semen Portland
Bahan utama pembentuk semen portland adalah kapur (CaO), silica
(SiO3), alumina (Al2O3), sedikit magnesia (MgO), dan terkadang sedikit alkali.
Untuk mengontrol komposisinya, terkadang ditambahkan oksida besi, sedangkan
gipsum (CaSO4.2H2O) ditambahkan untuk mengatur waktu ikat semen. (Tri
Mulyono, 2004)
Komposisi senyawa utama dan senyawa pembentuk dalam semen portland
dapat dilihat pada tabel 2.2 dan 2.3 berikut ini.
Nama Kimia Rumus Kimia Notasi Persen
Berat
Tabel 2.2. Komposisi Senyawa Utama Semen Portland (Tri Mulyono, 2003)
Oksida Notasi Nama Senyawa Persen Berat
24
Tabel 2.3 Komposisi Senyawa Pembentuk Semen Portland (Tri Mulyono, 2003)
2.4.1.5Sifat – Sifat Semen Portland
Adapun sifat – sifat fisik semen yaitu :
a. Kehalusan Butir
Kehalusan semen mempengaruhi waktu pengerasan pada semen. Waktu
pengikatan menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Semakin halus
butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal
tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butir semen yang tinggi
dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi
menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan
mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butir semen yang
lewat ayakan No.200 harus lebih dari 78%.
b. Waktu ikatan
Waktu ikatan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai satu tahap
dimana pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan. Waktu tersebut
terhitung sejak air tercampur dengan semen. Waktu ikat semen dapat
25 a. Waktu ikat awal (initial setting time), yaitu waktu dari pencampuran
semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat
keplastisan.
b. Waktu ikat akhir (final setting time), yaitu waktu antara
terbentuknya pasta semen hingga beton mengeras.
Pada semen portland initial setting time berkisar 1 – 2 jam, tetapi tidak boleh
kurang dari 1 jam, sedangkan final setting time tidak boleh lebih dari 8 jam.
Untuk kasus – kasus tertentu, diperlukan initial setting time lebih dari 2 jam
agar waktu terjadinya ikatan awal lebih panjang. Waktu yang panjang ini
diperlukan untuk transportasi, penuangan, pemadatan dan pemerataan.
c. Panas hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen beraksi dengan air,
dinyatakan dalam kalori/gram. Jumlah panas yang dibentuk antara lain
bergantung pada jenis semen yang dipakai dan kehalusan butiran semen.
Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah
yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada beberapa struktur beton,
terutama pada struktur beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat
pelaksanaan.
d. Perbahan volume
Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang
menyatakan kemampuan pengembangan bahan – bahan campurannya dan
kemampuan untuk mempertahankan volume setelah pengikatan terjadi.
26 karena itu pengembangan beton dibatasi 0.8%. pengembangan semen ini
disebabkan karena adanya CaO bebas, yang tidak sempat bereaksi dengan
oksida – oksida lain. Selanjutnya CaO ini akan bereaksi dengan air
membentuk Ca(OH)2 dan pada saat kristalisasi volumenya akan membesar.
Akibat pembesaran volume tersebut, ruang antar partikel terdesak dan akan
timbul retak – retak.
2.4.2 Agregat 2.4.2.1 Umum
Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan
pengisi dalam campuran beton. Kandungan agregat dalam campuran beton
biasanya sangat tinggi, yaitu berkisar 60% - 70% dari volume beton. Walaupun
fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar
sehingga karakteristik dan sifat agregat memiliki pengaruh langsung terhadap sifat
– sifat beton.
2.4.2.2 Jenis Agregat
Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat
buatan (pecahan). Agregat alam dan pecahan inipun dapat dibedakan berdasarkan
beratnya, asalnya, diameter butirnya (gradasi), dan tekstur permukaannya.
27
1. Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi
alami dari batu-batuan atau berupa pasir buatan yang dihailkan oleh
alat-alat pemecah batu, dan mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm atau lolos
saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200.
a. Pasir galian
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau
dengan cara menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam,
bersudut, berpori dan bebas dari kandungan garam
b. Pasir sungai
Pasir ini diperoleh langsung dari sungai, yang pada umumnya berbutir
halus, bulat – bulat akibat proses gesekan. Daya lekat antara butir –
butirnya agak kurang karena butir yang bulat. Karena ukuran
butirannya kecil, maka baik dipakai untuk memplester tembok juga
untuk keperluan lainnya.
c. Pasir laut
Pasir laut adalah pasir yang diambil dari pantai. Butirannya halus dan
bulat akibat gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang paling jelek
karena banyak mengandung garam. Garam ini menyerap kandungan
air dari udara dan ini mengakibatkan pasir selalu agak basah dan
menyebabkan pengembangan bila sudah menjadi bangunan. Karena
itu sebaiknya pasir pantai (laut) tidak dipakai dalam campuran beton.
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi
28 a. Susunan Butiran ( Gradasi )
Agregat halus yang digunakan harus mempunyai gradasi yang baik, karena
akan mengisi ruang-ruang kosong yang tidak dapat diisi oleh material lain
sehingga menghasilkan beton yang padat disamping untuk mengurangi
penyusutan. Analisa saringan akan memperlihatkan jenis dari agregat
halus tersebut. Melalui analisa saringan maka akan diperoleh angka Fine
Modulus. Melalui Fine Modulus ini dapat digolongkan 3 jenis pasir yaitu :
Pasir Kasar : 2,9 < FM ≤ 3,2
Pasir Sedang : 2,6 < FM ≤ 2,9
Pasir Halus : 2,2 < FM ≤ 2,6
Selain itu ada juga batasan gradasi untuk agregat halus, sesuai dengan ASTM C 33 – 74 a. Batasan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Ukuran Saringan ASTM Persentase berat yang lolos pada tiap saringan
9.5 mm (3/8 in) 100
4.76 mm (No. 4) 95 – 100
2.36 mm ( No.8) 80 – 100
1.19 mm (No.16) 50 – 85
0.595 mm ( No.30 ) 25 – 60
0.300 mm (No.50) 10 – 30
0.150 mm (No.100) 2 – 10
Tabel 2.4 Batasan Gradasi untuk Agregat Halus
b. Kadar Lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron ( ayakan
no.200 ), tidak boleh melebihi 5 % ( ternadap berat kering ). Apabila kadar
Lumpur melampaui 5 % maka agragat harus dicuci.
29 d. Agregat halus harus bebas dari pengotoran zat organic yang akan
merugikan beton, atau kadar organic jika diuji di laboratorium tidak
menghasilkan warna yang lebih tua dari standart percobaan Abrams –
Harder dengan batas standarnya pada acuan No 3.
e. Agregat halus yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan
dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif
terhadap alkali dalam semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan
pemuaian yang berlebihan di dalam mortar atau beton dengan semen kadar
alkalinya tidak lebih dari 0,60% atau dengan penambahan yang bahannya
dapat mencegah pemuaian.
f. Sifat kekal ( keawetan ) diuji dengan larutan garam sulfat :
• Jika dipakai Natrium – Sulfat, bagian yang hancur maksimum 10 %.
• Jika dipakai Magnesium – Sulfat, bagiam yang hancur maksimum
15%.
2. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 5 mm.
Agregat harus mempunyai gradasi yang baik, artinya harus tediri dari butiran
yang beragam besarnya, sehingga dapat mengisi rongga-rongga akibat ukuran
yang besar, sehingga akan mengurangi penggunaan semen atau penggunaan
semen yang minimal.
Agregat kasar yang digunakan pada campuran beton harus memenuhi
30 1. Susunan butiran (gradasi)
Agregat kasar harus mempunyai susunan butiran dalam batas-batas
seperti yang terlihat pada tabel 2.5.
Ukuran Lubang Ayakan (mm)
Persentase Lolos Kumulatif (%)
38,10 95 – 100
19,10 35 – 70
9,52 10 – 30
4,75 0 – 5
Tabel 2.5. Susunan Besar Butiran Agregat Kasar (ASTM, 1991)
2. Agregat kasar yang digunakan untuk pembuatan beton dan akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang akan berhubungan
dengan tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang reaktif terhadap
alkali dalam semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian
yang berlebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang reaktif terhadap
alkali dapat dipakai untuk pembuatan beton dengan semen yang kadar
alkalinya tidak lebih dari 0,06% atau dengan penambahan bahan yang
dapat mencegah terjadinya pemuaian.
3. Agregat kasar harus terdiri dari butiran-butiran yang keras dan tidak
berpori atau tidak akan pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti
terik matahari atau hujan.
4. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 75 mikron (ayakan
no.200), tidak boleh melebihi 1% (terhadap berat kering). Apabila kadar
31 5. Kekerasan butiran agregat diperiksa dengan bejana Rudellof dengan beban
penguji 20 ton dimana harus dipenuhi syarat berikut:
• Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5 - 19,1 mm lebih dari
24% berat.
• Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19,1 - 30 mm lebih dari
22% berat.
6. Kekerasan butiran agregat kasar jika diperiksa dengan mesin Los Angeles
dimana tingkat kehilangan berat lebih kecil dari 50%.
2.4.3 Air
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang sangat penting. Air
diperlukan untuk bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas antar butir
– butir agregat agar mudah dikerjakan dan dipadatkan. Kandungan air yang
rendah menyebabkan beton sulit dikerjakan (tidak mudah mengalir) dan
kandungan air yang tinggi menyebabkan kekuatan beton akan rendah. Selain itu
kelebihan air akan menyebabkan semen bergerak kepermukaan adukan beton
segar yang baru dituang (bleeding), kemudian menjadi buih dan membentuk
lapisan tipis yang dikenal dengan laitance (selaput tipis). Selaput tipis ini akan
mengurangi daya lekat antara lapisan beton dan merupakan bidang sambung yang
lemah. Apabila ada kebocoran cetakan, air bersama semen juga dapat keluar,
sehingga terjadi sarang – sarang kerikil.
Selain dari jumlah air, kualitas air juga harus dipertahankan. Karena
32 tahannya berkurang. Pengaruh pada beton diantaranya pada lamanya waktu ikatan
awal adukan beton dan kekuatan beton setelah mengeras.
Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Tidak mengandung lumpur.
2. Tidak mengandung garam – garaman.
3. Tidak mengandung klorida.
4. Tidak mengandung senyawa sulfat.
Air yang mengandung kotoran yang cukup banyak akan mengganggu
proses pengerasan atau ketahanan beton. Kotoran secara umum dapat
menyebabkan :
1. Gangguan pada hidrasi dan pengikatan
2. Gangguan pada kekuatan dan ketahanan
3. Perubahan volume yang dapat menyebabkan keretakan
4. Korosi pada tulangan baja maupun kehancuran beton
5. Bercak-bercak pada permukaan beton.
2.4.4 Bahan Tambahan 2.4.4.1 Umum
Bahan tambah (admixture) adalah bahan-bahan yang ditambahkan ke
dalam campuran beton pada saat atau selama percampuran berlangsung. Fungsi
dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih
33 Admixture atau bahan tambah yang didefenisikan dalam Standard
Definitions of terminology Relating to Concrete and Concrete Aggregates (ASTM
C.125-1995:61) dan dalam Cement and Concrete Terminology (ACI SP-19)
adalah sebagai material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan
dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau selama pengadukan
berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik
dari beton misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan, mempercepat
pengerasan, menambah kuat tekan, penghematan, atau untuk tujuan lain seperti
penghematan energi.
Bahan tambah biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan
harus dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang justru akan dapat
memperburuk sifat beton.
Di Indonesia bahan tambah telah banyak dipergunakan. Manfaat dari
penggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan dengan menggunakan bahan
agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan yang akan dipakai di lapangan.
Dalam hal ini bahan yang dipakai sebagai bahan tambah harus memenuhi
ketentuan yang diberikan oleh SNI.
Untuk memudahkan pengenalan dan pemilihan admixture, perlu diketahui
terlebih dahulu kategori dan penggolongannya, yaitu :
1. Air entraining Agent, yaitu bahan tambah yang ditujukan untuk
membentuk gelembung-gelembung udara berdiameter 1 mm atau lebih
kecil didalam beton atau mortar selama pencampuran, dengan maksud
mempermudah pengerjaan beton pada saat pengecoran dan menambah
34 2. Chemical admixture, yaitu bahan tambah cairan kimia yang ditambahkan
untuk mengendalikan waktu pengerasan (memperlambat atau
mempercepat), mereduksi kebutuhan air, menambah kemudahan
pengerjaan beton, meningkatkan nilai slump dan sebagainya.
3. Mineral admixture (bahan tambah mineral), merupakan bahan tambah
yang dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja beton. Pada saat ini, bahan
tambah mineral ini lebih banyak digunakan untuk memperbaiki kinerja
tekan beton, sehingga bahan ini cendrung bersifat penyemenan.
Keuntunganannya antara lain : memperbaiki kinerja workability,
mempertinggi kuat tekan dan keawetan beton, mengurangi porositas dan
daya serap air dalam beton. Beberapa bahan tambah mineral ini adalah
pozzolan, fly ash, slag, dan silica fume.
4. Miscellanous admixture (bahan tambah lain), yaitu bahan tambah yang
tidak termasuk dalam ketiga kategori diatas seperti bahan tambah jenis
polimer (polypropylene, fiber mash, serat bambu, serat kelapa dan
lainnya), bahan pencegah pengaratan dan bahan tambahan untuk perekat
(bonding agent).
2.4.4.2 Jenis dan Pengaruh Bahan Mineral Pembantu
Bahan mineral pembantu saat ini banyak ditambahkan kedalam campuran
beton dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi pemakaian semen,
mengurangi temperatur akibat reaksi hidrasi, mengurangi bleeding atau
35 sebagai bahan pengganti semen atau sebagai bahan tambahan pada campuran
untuk mengurangi pemakaian agregat.
Mineral pembantu yang digunakan umumnya mempunyai komponen aktif
yang bersifat fozzolanik (material pozzoland), yaitu dapat bereaksi dengan kapur
bebas (kalsium hidroksida) yang dilepaskan semen saat proses hidrasi dan
membentuk senyawa yang bersifat mengikat pada temperatur normal dengan
adanya air.
Material pozzoland dapat berupa material yang sudah terjadi alami
ataupun yang didapat dari hasil industri. Masing – masing mempunyai komponen
aktif yang berbeda. Umumnya material pozzoland ini lebih murah daripada semen
portland sehingga biasanya digunakan sebagai pengganti semen. Persentase
penggantian semen ini harus diperhatikan karena dapat menyebabkan penurunan
kekuatan beton.
Penambahan material pozzoland juga dapat berpengaruh terhadap
kelecakan beton. Dengan bertambahnya partikel halus ini kemungkinan terjadi
bleeding pada betonsegar akan berkurang karena kelebihan air akan terserap oleh
partikel halus. Kebutuhan air pada beton dapat meningkat untuk kelecakan yang
sama karena ukuran partikel material pozzoland yang halus. Namun bentuk
partikel material ini lebih memengaruhi akan kebutuhan airnya.
Material
Bentuk partikel Massa jenis
Semen Portland 10 – 15 <1 Angular,
irregular ~3.2 Pozzoland alamiah 10 – 15* <1 Angular,
36
Silika Fume 0.1 – 0.3 15 – 25 Spherical 2.2
Rice Hush ash 10 – 20* 50 – 100 Cellular,
irregular <2.0
Calcined clay 1 – 2 ~15 Platey 2.4
*setelah dihaluskan
Tabel 2.6 Karakteristik fisik dari material pozzoland
Bentuk seperti bola (spherial) menghasilkan kelecakan yang lebih baik
dari pada bentuk yang bersudut (angular) karena luas permukaan yang lebih kecil.
Bentuk bola juga mempunyai efek ball-bearing yang dapat meningkatkan
kelecakan campuran beton segar. Material pozzoland dengan bentuk bersudut,
berongga (cellular) ataupun bentuk tak tentu (irregular) membutuhkan
penggunaan bahan kimia pembantu (superplasticizer) agar didapat kelecakan
yang baik.
2.4.4.3 Slag
Slag merupakan hasil residu pembakaran tanur tinggi. Slag baja
merupakan limbah padat dari proses pemurnian besi cair dalam pembuatan baja.
Definisi slag dalam ASTM. C.989, “Standard spesification for ground granulated
Blast-Furnace Slag for use in concrete and mortar”, (ASTM, 1995: 494) adalah
produk non-metal yang merupakan material berbentuk halus, granular hasil
pembakaran yang kemudian didinginkan, misalnya dengan mencelupkan dalam
air.
Steel slag (kerak baja) adalah produk sampingan yang terbentuk dalam
37 tiga proses, yaitu: proses pembuatan besi, proses pembuatan baja, dan proses
pemberian bentuk produk (Umegaki, 1986; Anon., 1994).
Keuntungan menggunakan slag dalam campuran beton adalah sebagai
berikut (Lewis, 1982).
1. Mempertinggi kekuatan tekan beton karena kecenderungan melambatnya
kenaikan kekuatan beton
2. Menaikkan ratio antara kelenturan dan kuat tekan beton.
3. Mengurangi variasi kekuatan tekan beton
4. Mempertinggi ketahanan terhadap sulfat dalam air laut.
5. Mengurangi serangan alkali-silika.
6. Mengurangi panas hidrasi dan menurunkan suhu.
7. Memperbaiki penyelesaian akhir dan memberi warna cerah pada beton.
8. Mempertinggi keawetan karena perubahan volume.
9. Mengurangi porositas dan serangan klorida.
Faktor – faktor yang menentukan sifat penyemenan dalam slag adalah
komposisi kimia, konsentrasi alkali dan reaksi terhadap sistem, kandungan kaca
dalam slag, kehalusan dan temperatur yang ditimbulkan selama proses hidrasi
berlangsung (Cain, 1994:505).
Slag adalah kerak, bahan sisa dari dari pengecoran besi, dimana prosesnya
memakai dapur (furnace) yang bahan bakarnya dari udara yang ditiupkan.
Material penyusun slag adalah kapur, silika dan alumina yang bereaksi pada
temperatur 1600oC dan membentuk cairan. Bila cairan ini didinginkan secara
lambat maka akan terjadi kristal yang tak berguna sebagai campuran semen dan
38 secara cepat dan mendadak, maka akan membentuk granulated glass yang sangat
aktif, yang cocok untuk pembuatan semen slag. Bijih dari kerak tersebut
kemudian digiling hinga halus, dapat dipakai sebagai bahan pengganti semen pada
pembuatan beton.
Proses reduksi dilakukan dengan menggunakan tungku pelebur yang
disebut juga tanur tinggi (blast furnace). Biji besi hasil penambangan dimasukkan
ke dalam tanur tinggi tersebut dan didalam tanur tinggi dilakukan proses reduksi
tidak langsung yang cara kerjanya sebagai berikut :
Bahan bakar yang digunakan untuk tanur tinggi ini adalah batu bara yang
telah dikeringkan (kokas). Kokas dengan kandungan karbon (C) diatas 80%, tidak
hanya berfungsi sebagai bahan bakar, tetapi juga berfungis sebagai pembentuk gas
CO yang berfungsi sebagai reduktor. Untuk menimbulkan proses pembakaran
maka ke dalam tanur tersebut ditiupkan udara dengan menggunakan blower
sehingga terjadi proses oksidasi sebagai berikut :
2C + O2 2CO + Panas
Gas CO yang terjadi dapat menimbulkan reaksi reduksi terhadap biji yang
dimasukkan ke dalam tanur tersebut. Sedangkan panas yang ditimbulkan berguna
untuk mencairkan besi yang telah tereduksi tersebut. Untuk mengurangi
kotoran-kotoran (impuritas) dari logam cair, ke dalam tanur biasanya ditambahkan
sejumlah batu kapur (limestone). Batu kapur tersebut akan membentuk terak
(slag) dan dapat mengikat kotoran-kotoran yang ada didalam logam cair. Karena
berat jenis terak lebih rendah dari berat jenis cairan besi maka terak tersebut
39
2.5 Kebakaran pada bangunan
Kebakaran adalah suatu proses kimia, yaitu oksidasi dari suatu material
organik. Material organik adalah material yang mengandung unsur karbon pada
susunan molekulnya. Oksidasi dari material organik ini akan menghasilkan unsur
karbon, hydrogen, belerang serta cahaya dan panas. Peningkatan temperatur pada
saat terjadi kebakaran menyebabkan perubahan pada sifat material dari sebuah
struktur. Perubahan sifat ini dapat digunakan untuk memperkirakan temperatur
yang terjadi pada saat kebakaran.(Yulia, 2013).
Kebakaran dapat menyebabkan hancurnya struktur bangunan dan
hilangnya umur bangunan. Sifat beton adalah bahwa temperatur akibat kebakaran
tidak menyebabkan perubahan mendadak, seragam dan mungkin berbahaya pada
40 kelengasan yang progresif pada pasta semen yang menyebabkan pengembangan
termal dari agregat.
Panas akibat kebakaran diteruskan ke massa beton/mortar dengan dua
macam mekanisme yakni:
1. Secara radiasi, yaitu pancaran panas yang diterima oleh permukaan beton
sehingga permukaan beton menjadi panas. Pancaran panas akan sangat
potensial, jika suhu sumber panas relatif tinggi.
2. Secara konveksi, yaitu udara panas yang bertiup atau bersinggungan
dengan permukaan beton/mortar sehingga beton menjadi panas. Bila
tiupan angin semakin kencang, maka panas yang dipindahkan dengan
cara konveksi semakin banyak.(Sumardi, 2000).
2.5.1 Pengaruh Temperatur Tinggi Pada beton
Pengaruh temperatur tinggi terhadap beton dapat mengakibatkan
perubahan, antara lain :
- Pada suhu 100ºC : air kapiler menguap.
- Pada suhu 200ºC : air yang terserap di dalam agregat menguap.
Penguapan menyebabkan penyusutan pasta.
- Pada suhu 400ºC : pasta semen yang sudah terhidrasi terurai kembali
sehingga kekuatan beton mulai terganggu.
Ca(OH)2 CaO + H2O
Dengan demikian beton yang di bawah pembebanan lebih kuat daripada
yang tidak dibebani. Pada temperatur 600ºC di bawah beban 0.4 fc’ tidak
41
2.5.2 Identifikasi Kebakaran Terhadap Struktur Beton
1. Perubahan warna pada beton
Warna beton setelah terjadi proses pendinginan membantu dalam
mengidentifikasi temperatur maksimum yang pernah dialami dalam
beberapa kasus.
Perubahan warna yang terjadi pada permukaan beton yaitu:
a. <300ºC : tidak berubah
b. 300ºC - 600ºC : merah muda
c. 600ºC - 900ºC : putih keabu – abuan
d. 900ºC : kekuning – kuningan
e. >1200ºC : kuning
Ciri diatas tidak mutlak, tergantung jenis agregat di dalam beton. Warna
beton yang terbakar, dapat menentukan tingkat kebakaran, seperti warna
mulai merah hingga putih dapat menunjukkan bahwa kebakaran tersebut
cukup parah.
2. Spalling dan crazing pada beton
Spalling adalah gejala melepasnya sebagian permukaan beton dalam
bentuk lapisan tipis beberapa cm. Spalling dapat diartikan tertekan dengan
penampakan dengan bagian permukaan beton yang keluar/lepas/terpisah.
Crazing adalah gejala remuk pada permukaan beton (seperti pecahnya
kulit telur).
Spalling terjadi pada suhu 150 - 1100ºC
Destructive cracking terjadi pada suhu 220 - 400ºC
42 3. Retak (cracking)
Pada temperatur tinggi, pemuaian besi beton akan lebih besar daripada
betonnya sendiri. Tetapi pada konstrksi beton, pemuaian akan tertahan
sampai suatu taraf tertentu karena adanya lekatan antara besi beton dengan
beton. Keretakan diklasifikasikan kedalam 2 jenis, antara lain:
- Retak ringan, yakni pecah pada bagian luar beton yang berupa garis –
garis yang sempit dan tidak terlalu panjang dengan pola menyebar.
Retak ini disebabkan oleh proses penyusutan beton pada saat terjadi
kebakaran.
- Retak berat, yakni ukuran retak lebih dalam dan lebar, terjadi secara
tunggal atau kelompok.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Umum
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kajian eksperimental
yang dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil
Universitas Sumatera Utara. Secara umum urutan tahap penelitian meliputi :
a. Penyediaan bahan penyusun beton.
b. Pemeriksaan bahan.
c. Perencanaan campuran beton (Mix Design).
d. Pembuatan benda uji.
e. Pemeriksaan nilai slump.
f. Pengujian kuat tekan beton umur 28 hari sebelum dibakar.
g. Pengujian kuat tekan beton setelah dibakar.
3.2 Bahan – bahan penyusun beton
Bahan penyusun beton terdiri dari semen portland, agregat halus, agregat
kasar dan air. Sering pula ditambah bahan campuran tambahan yang sangat
bervariasi untuk mendapatkan sifat-sifat beton yang diinginkan. Biasanya
perbandingan campuran yang digunakan adalah perbandingan jumlah bahan
44
3.2.1 Semen Portland
Semen Portland adalah suatu bahan pengikat hidrolis (hydraulic binder)
yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat
hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat
sebagai bahan tambahan yang digiling bersama – sama dengan bahan utamanya.
Semen Portland yang dipakai untuk struktur harus mempunyai kualitas
tertentu yang telah ditetapkan agar dapat berfungsi secara efektif.
Semen yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen jenis OPC
(Ordinary Portland Cement) atau Tipe I, yang diproduksi oleh PT. SEMEN
PADANG dalam kemasan 1 zak 50 kg.
3.2.2 Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat berupa pasir alam sebagai hasil disintegrasi
alami dari batu – batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat – alat
pemecah batu, dan mempunyai ukuran butir terbesar 5 mm atau lolos saringan
no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat halus (pasir) yang dipakai dalam
campuran beton diperoleh dari quarry Sei Wampu, Binjai. Pemeriksaan yang
dilakukan terhadap agregat halus meliputi :
Analisa ayakan pasir
Pemeriksaan berat isi pasir
Pemeriksaan berat jenis dan absorbsi pasir
45 a. Tujuan :
Analisa Ayakan Pasir
Untuk memeriksa penyebaran butiran (gradasi) dan menentukan nilai modulus
kehalusan pasir (FM)
b. Hasil pemeriksaan :
Modulus kehalusan pasir (FM) : 2.10
Pasir dapat dikategorikan pasir halus.
c. Pedoman :
Berdasarkan nilai modulus kehalusan (FM), agregat halus dibagi dalam
beberapa kelas, yaitu :
Pasir halus : 2.20 < FM < 2.60
Pasir sedang : 2.60 < FM < 2.90
Pasir kasar : 2.90 < FM < 3.20
a. Tujuan :
Pemeriksaan Berat Isi Pasir
Untuk menentukan berat isi (unit weight) pasir dalam keadaan padat dan
longgar.
b. Hasil pemeriksaan :
Berat isi keadaan rojok / padat : 1311.290 kg/m3.
Berat isi keadaan longgar : 1168.996 kg/m3.