PERBEDAAN PENYEMBUHAN ANGULAR CHEILITIS
DENGAN PEMBERIAN NISTATIN DAN MIKONAZOL
TOPIKAL PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN
MULUT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
FATIN AMIRAH BT MOHD NORDIN NIM: 110600178
Dosen Pembimbing: Nurdiana, drg., Sp. PM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2015
Fatin Amirah Bt Mohd Nordin
Perbedaan Penyembuhan Angular Cheilitis dengan Pemberian Nistatin dan Mikonazol Topikal pada Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara.
x + 52 halaman
kelompok. Pada saat pemeriksaan eritema dengan uji T independent menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan di antara kelompok I dan II dimana nilai p>0,05. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada penyembuhan angular cheilitis menggunakan mikonazol topikal pada ukuran panjang fisur dibandingkan penderita angular cheilitis
yang menggunakan nistatin topikal sedangkan pada eritema tidak ada perbedaan yang signifikan untuk kedua kelompok.
PERBEDAAN PENYEMBUHAN ANGULAR CHEILITIS
DENGAN PEMBERIAN NISTATIN DAN MIKONAZOL
TOPIKAL PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN
MULUT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
FATIN AMIRAH BT MOHD NORDIN NIM: 110600178
Dosen Pembimbing: Nurdiana, drg., Sp. PM
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
PERSETUJUANSkripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 12 Agustus 2015
Pembimbing: Tanda tangan,
Nurdiana, drg., Sp. PM ---
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 12 Agustus 2015
TIM PENGUJI
KETUA : Nurdiana, drg., Sp. PM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul
“Perbedaan Penyembuhan Angular Cheilitis dengan Pemberian Nistatin dan
Mikonazol Topikal pada Pasien RSGM USU” ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tersayang, Ibunda Wan Asiah binti Wan Ismail dan Ayahanda Mohd Nordin bin Johar yang senantiasa mendoakan, menyayangi dan mendukung penulis. Pada kesempatan ini juga, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Nurdiana, drg., Sp. PM selaku dosen pembimbing skripsi yang sabar, tekun dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan bimbingan motivasi arahan serta saran-saran yang sangat berharga sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala keikhlasan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat,
1. Prof Nazruddin, drg., C. Ort, Ph.D, Sp. Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Sayuti Hasibuan, drg., Sp. PM selaku Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku tim penguji skripsi yang banyak memberikan saran kepada penulis.
3. Dr. Wilda Hafny Lubis, drg., M. Si selaku tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran yang bermanfaat kepada penulis.
5. Seluruh Staf Pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
6. Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara beserta staf yang telah memberikan izin, bantuan dan saran kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian.
7. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Shamini, Maya, Khalilah, Ezzati, Puspa, dan Raja yang telah banyak menghabiskan waktunya bersama penulis dalam menjalani perkuliahan dan memberikan bantuan, kritik dan saran kepada penulis selama penulisan skripsi, serta seluruh teman-teman stambuk 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
8. Teman-teman seperjuangan skripsi, kakak-kakak dan abang-abang Co-ass di Departemen Ilmu Penyakit Mulut.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini dan mengharapkan saran serta kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran gigi.
Medan, 7 Agustus 2015 Penulis,
DAFTAR ISI
2.2 Hubungan antara Perawatan dengan Mikroorganisme ... 8
2.3 Mekanisme Penyembuhan Angular Cheilitis... 9
2.5 Kerangka Konsep ... 12
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 13 4.1 Data Demografis Subjek Penelitian ... 20
4.2 Keadaan Klinis Subjek Penelitian ... 4.2.1 Panjang Fisur ... 21
4.2.2 Eritema ... 23
BAB 5 PEMBAHASAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 31
6.2 Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis berdasarkan usia
dan jenis kelamin ... 20 2 Analisis uji Repeated Anova dan Post Hoc untuk perbedaan ukuran
panjang fisur (mm) penderita angular cheilitis pada kelompok I dan
II untuk hari ke-0, 3, dan 5 ... 22 3 Analisis Uji T Independent untuk perbedaan ukuran panjang fisur (mm)
penderita angular cheilitis pada kelompok I dan II untuk hari 3-0, 5-3
dan 5-0 ... 23 4 Distribusi dan frekuensi eritema penderita angular cheilitis pada
kelompok I dan II untuk hari ke-0, 3, dan 5 ... 23 5 Analisis Uji Friedman dan Wilcoxon Signed Ranks untuk
perbedaan eritema penderita angular cheilitis pada kelompok I dan II
untuk hari ke-0, 3, dan 5 ... 24 6 Analisis Uji T Independent untuk perbedaan eritema penderita
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Rekam medik penelitian
2. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian
3. Lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed consent) 4. Surat persetujuan komisi etik (ethical clearence)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angular cheilitis adalah istilah yang digunakan untuk infeksi yang melibatkan komisura bibir dan dikenal sebagai commissural cheilitis, angular stomatitis, perleche
atau cheilosis. Walaupun angular cheilitis bukan suatu masalah yang membahayakan namun dapat mempengaruhi rasa nyaman seseorang dalam aktivitas keseharian seperti rasa sakit bila tertawa, makan dan minum. Anak-anak yang menderita angular cheilitis
juga akan sulit untuk makan sehingga asupan gizi berkurang sekaligus menyebabkan daya tahan tubuh mereka menurun.1-4
Prevalensi angular cheilitis menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan angka yang cukup tinggi. Angka kejadian angular cheilitis secara umum yang paling sering dijumpai adalah pada anak dan juga orang tua yang disebabkan faktor defisiensi nutrisi serta pemakaian gigi tiruan yang tidak adekuat.2,3 Hasil laporan tahunan kesehatan mulut Amerika Serikat tahun 2002 melaporkan bahwa sebanyak 2,5% orang dewasa menderita angular cheilitis, sedangkan pada survei penelitian di Kushalnagar, India didapati anak yang berasal dari Tibet menunjukkan tingkat prevalensi angular cheilitis yang tinggi sebanyak 15,3%.4,5 Menurut Feng, prevalensi lesi mukosa oral di Shanghai adalah 10,8% dan di antara lesi mukosa oral yang sering terjadi adalah angular cheilitis sebanyak 0,86%.6 Prevalensi angular cheilitis di Indonesia belum jelas diketahui.7
Kandidiasis adalah suatu infeksi yang disebabkan infeksi fungal dimana angular cheilitis merupakan salah satu bentuk kandidiasis oral.7 Faktor utama penyebab angular cheilitis adalah mikroorganisme yang disebabkan agen infeksi fungal dan bakterial.1,2
itu, angular cheilitis dapat terjadi karena oklusi yang salah serta biasanya dihubungkan dengan kandidiasis atrofik kronis karena pemakaian gigi tiruan.8
Agen infeksi atau mikroorganisme merupakan penyebab utama dari angular cheilitis, dimana sebagian besar penyebab angular cheilitis adalah infeksi kombinasi dari kandida albikans dan stafilokokus aureus namun angular cheilitis lebih sering terjadi karena infeksi fungal.7 Penumpukan saliva yang telah terkontaminasi oleh mikroorganisme tersebut menyebabkan terjadi infeksi pada sudut mulut sehingga timbul inflamasi ringan yang secara klinis ditandai dengan fisur merah pada sudut mulut.4
Ohman dan Jontell menyatakan bahwa ada hubungan antara kandida albikans dan stafilokokus aureus dengan kasus angular cheilitis. Penelitian tersebut mengevaluasi mikroba dan perawatan antimikroba untuk angular cheilitis dimana setelah dilakukan pemeriksaan awal, pasien diberi obat atau salep yang mengandung nistatin serta krim asam fusidat.Lesiyang dirawat dengan nistatin sembuh setelah 28 hari.9
Devani dan Barankin menyatakan bahwa perawatan angular cheilitis dapat dilakukan dengan menghilangkan faktor etiologi utama. Jika faktor etiologi angular cheilitis adalah mikroorganisme dari agen infeksi seperti stafilokokus aureus, maka perawatan topikal antara mupirosin atau krim asam fusidat dengan 1% krim hidrokortison sangat baik dan efisien. Apabila angular cheilitis disebabkan oleh kandida maka salep antifungal seperti ketokonazol perlu diberikan untuk merawat lesi tersebut.10
American Dental Association (ADA) menyebutkan bahwa salah satu pengobatan
angular cheilitis adalah dengan krim antifungal topikal sedangkan literatur lain merekomendasikan antifungal termasuk nistatin, tablet hisap klotrimazol, atau flukonazol dosis tunggal 200 mg. Walaupun angular cheilitis dapat disebabkan oleh stafilokokus aureus, namun menurut beberapa literatur, angular cheilitis lebih sering dirawat dengan antifungal topikal dibandingkan antibakterial topikal.10,11
Berdasarkan beberapa penelitian dan fakta di atas, terlihat bahwa kandida albikans dan stafilokokus aureus adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan terjadinya
pemberian nistatin dan mikonazol topikal yang akan diuji pada pasien penderita angular cheilitis yang datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sumatera Utara (RSGM USU).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan suatu masalah yaitu: Apakah ada perbedaan penyembuhan angular cheilitis antara pemberian nistatin dan mikonazol topikal pada pasien RSGM USU.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perbedaan penyembuhan angular cheilitis antara pemberian nistatin dan mikonazol topikal pada pasien RSGM USU.
1.4 Hipotesis
Ada perbedaan penyembuhan angular cheilitis antara pemberian nistatin topikal dan pemberian mikonazol topikal pada pasien RSGM USU.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.5.1 Manfaat Teoritis
a. Sebagai tambahan pengetahuan bagi tenaga medis mengenai kandida albikans sebagai penyebab angular cheilitis.
b. Sebagai tambahan informasi bagi tenaga medis mengenai obat yang dapat digunakan pada perawatan angular cheilitis.
1.5.2 Manfaat Praktis
b. Penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi tenaga kesehatan untuk merawat
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Angular Cheilitis
2.1.1 Definisi
Angular cheilitis merupakan suatu infeksi yang terlihat pada satu atau kedua sisi sudut mulut. Angular cheilitis berasal dari kata angular yang artinya sudut, dan cheilitis yaitu inflamasi disertai dengan fisur pada kulit bibir dimulai di perbatasan mukokutan dan meluas ke dalam kulit. Angular cheilitis mempunyai nama lain seperti perleche,
commissural cheilitis dan angular stomatitis.Angular cheilitis dapat terjadi pada semua usia.10,11,12
2.1.2 Etiologi
Etiologi angular cheilitis adalah multifaktorial seperti agen infeksi, faktor mekanis dan defisiensi nutrisi dimana angular cheilitis dapat terjadi akibat satu faktor ataupun kombinasi beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain pemakaian gigitiruan atau pemakaian gigi tiruan yang tidak tepat dengan penurunan dimensi vertikal oklusi, keadaan defisiensi seperti hipovitaminosis (terutama vitamin B), malabsorpsi dan kekurangan zat besi, serta kelainan dimana terdapat perubahan pada anatomis bibir seperti, Orofacial granulomatosis, Crohn’s disease dan Down Syndrome.12
1. Agen Infeksi
Kandida albikans merupakan agen infeksi yang paling sering diisolasi dan secara normal terdapat dalam saliva, namun kandida albikans dapat menjadi faktor penyebab
angular cheilitis apabila jumlah koloni bertambah terutama pada pasien yang memakai gigi tiruan atau pada pasien diabetes.4 Pada beberapa kasus angular cheilitis yang melibatkan pasien diabetes mellitus yang tidak terkontrol terlihat adanya hubungan antara angular cheilitis dan diabetes mellitus. Xerostomia merupakan salah satu manifestasi dari diabetes mellitus di rongga mulut. Xerostomia atau mulut kering adalah kondisi yang diakibatkan oleh kurangnya sekresi saliva dimana menyebabkan efek self cleansing di dalam rongga mulut terganggu sehingga jumlah flora normal di dalam rongga mulut tidak seimbang. Angular cheilitis dapat terjadi karena ketidakseimbangan flora normal dalam mulut yang dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang biak dengan lebih cepat sehingga terjadi pertambahan jumlah koloni kandida albikans dan stafilokokus aureus.12
2. Faktor Mekanis
Angular cheilitis banyak terjadi pada orang tua yang menggunakan gigi tiruan dengan dimensi vertikal yang terlalu rendah (Gambar 1).14 Apabila tinggi dimensi vertikal berkurang karena kehilangan gigi atau pasien memakai gigi tiruan yang tidak adekuat maka akan menyebabkan sudut mulut turun dan membentuk lipatan-lipatan pada sudut mulut.13 Pada lipatan sudut mulut tersebut akan menyebabkan penumpukan saliva sehingga menciptakan suasana yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme agen infeksi.17,18
Kebiasaan menjilat sudut bibir dan kebersihan rongga mulut yang buruk juga dapat menyebabkan angular cheiltis dan seringkali terjadi pada anak-anak. Selain itu kebiasaan menghisap jari pada anak akan menyebabkan saliva berkumpul pada sudut mulut yang akan menimbulkan lingkungan yang sesuai untuk proliferasi mikroorganisme. Penyebab angular cheilitis lainnya pada anak adalah kebiasaan bernafas melalui mulut dan sering mengeluarkan air liur (mengences).13,14,15
3. Defisiensi Nutrisi
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), defisiensi nutrisi adalah ketidakseimbangan selular antara suplai makanan dan energi dengan kebutuhan tubuh untuk menjamin pertumbuhan, pemeliharaan, dan fungsi-fungsi spesifik. Defisiensi nutrisi yang sering terjadi pada penderita angular cheilitis antara lain adalah defisiensi zat besi, asam folat, vitamin B (B2, B6 atau B12), dan kekurangan protein.16
Menurut Zaidan terdapat hubungan antara penderita anemia defisiensi besi dengan
angular cheilitis. Defisiensi besi dalam plasma darah akan menghambat penyembuhan lesi dan dapat menyebabkan angular cheilitis. Oleh karena itu, pada penelitian tersebut setelah diberikan diet suplemen yang mengandung zat besi, lesi angular cheilitis
sembuh.15
2.1.3 Gambaran Klinis
Gambar 2. Angular cheilitis 19
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis angular cheilitis dimulai dengan melakukan anamnesis tehadap pasien dan melakukan pemeriksaan klinis. Selain itu dapat juga dilakukan pemeriksaan penunjang.10
1. Anamnesis
Anamnesis dilakukan untuk mengetahui keadaan lesi termasuk durasi, perawatan sebelumnya, dan rekurensi jika ada. Selain itu, anamnesis juga penting untuk mendapatkan informasi dengan menanyakan langsung pada pasien tentang riwayat penyakit sistemik seperti anemia, penyakit diabetes mellitus, pemakaian obat-obatan dan alergi.10
2. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis dilakukan untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dengan observasi langsung lesi yang ditandai dengan eritema dan fisur pada sudut mulut pasien. Pemeriksaan intra oral juga dilakukan untuk melihat kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan yang tidak adekuat yaitu gigi tiruan dengan tinggi dimensi vertikal yang berkurang.18
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan mikrobiologi pada lesi dapat membantu dalam menentukan jenis mikroorganisme yang menyebabkan lesi tersebut. Pada beberapa kasus juga dianjurkan
mikroorganisme yang terlibat karena kebanyakan etiologi yang menyebabkan angular cheilitis pada pemakaian gigi tiruan adalah kandida. Pemeriksaan hematologi diperlukan untuk mendiagnosis angular cheilitis yang disebabkan oleh anemia defisiensi besi dengan cara mengukur jumlah serum besi atau ferritin, dan serum vitamin B12. 12,13,15
2.1.5 Perawatan
Perawatan angular cheilitis mencakup identifikasi dan mengoreksi faktor etiologi antara lain memperbaiki gizi buruk, memperbaiki kehilangan dimensi vertikal, mengoreksi gangguan sistemik seperti diabetes dan anemia, serta menjaga kebersihan ronggga mulut yang optimal.22,23
Angular cheilitis yang disebabkan oleh kandida albikans dapat dirawat dengan antifungal topikal sedangkan angular cheilitis yang disebabkan oleh stafilokokus aureus dapat dirawat dengan antibakterial topikal.18,20 Pada kasus angular cheilitis yang disebabkan oleh defisiensi nutrisi, pengobatan dapat berupa pemberian suplemen vitamin B dan zat besi.15,16
2.2 Hubungan Antara Perawatan dengan Mikroorganisme Penyebab
Angular Cheilitis
Martins menyatakan bahwa kandida dan stafilokokus merupakan mikroorganisme yang hidup sebagai flora normal rongga mulut manusia.19 Namun, apabila jumlah koloninya semakin bertambah maka flora normal rongga mulut manusia akan terganggu sehingga pada akhirnya mikroorganisme ini menjadi agen infeksi suatu penyakit mulut seperti angular cheilitis.20 Kandida albikans dikultur pada 93% dari lesi aktif angular cheilitis sedangkan sebagai flora normal dapat ditemukan pada 35-37% dari penderita yang telah sembuh dari angular cheilitis. Stafilokokus aureus juga sering dihubungkan dengan angular cheilitis dan dapat dikultur 63% dari lesi aktif angular cheilitis.13
dirawat dengan menggunakan mikonazol 2%.17 Mikonazol tergolong dalam golongan antifungal yaitu golongan azol.24
Ellepola dan Samaranayakemenyatakan bahwa mikonazol merupakan antifungal yang terbaik untuk merawat angular cheilitis.Angular cheilitis karena infeksi kandida albikans dapat dirawat dengan aplikasi antifungal topikal seperti nistatin sedangkan
angular cheilitis karena stafilokokus aureus dapat dirawat dengan aplikasi antibakterial topikal seperti krim asam fusidatsebanyak 3 kali sehari.12,24
2.3 Mekanisme Penyembuhan Angular Cheilitis
Secara umum, proses fisiologis penyembuhan luka dapat dibagi ke dalam 4 fase utama. Pertama, respon inflamasi akut terhadap cedera mencakup hemostasis, pelepasan
histamine dan mediator lain dari sel yang rusak, dan migrasi sel darah putih (leukosit polimorfonuklear dan makrofag) ke tempat yang rusak tersebut. Kedua fase destruktif yaitu pembersihan jaringan mati dan yang mengalami devitalisasi oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag. Ketiga, fase proliferatif yaitu pembuluh darah baru, yang diperkuat oleh jaringan ikat menginfiltrasi luka sehingga memerlukan pasokan nutrisi yang cukup. Faktor sistemik dapat memperlambat penyembuhan luka pada stadium ini. Durasi penyembuhan pada fase proliferatif adalah 3-4 hari. Keempat, fase maturasi mencakup reepitelisasi, kontraksi luka dan reorganisasi jaringan ikat.25
Pada angular cheilitis terdapat sedikit jaringan yang hilang, maka penyembuhan terjadi dengan penyatuan kedua tepi luka berdekatan dan saling berhadapan. Jaringan granulasi yang dihasilkan sangat sedikit. Reepitalisasi secara normal sudah sempurna dalam 10-14 hari dan biasanya hanya menyisakan jaringan parut tipis, yang dengan cepat dapat memudar dari warna merah muda menjadi putih.25
-methylsterols), dimana ini merupakan konstituen penting dari membran sel fungal yang menjadi permeabel terhadap konstituen intraseluler dan menyebabkan perubahan dalam beberapa fungsi membran terkait.23,24
2.4 Kerangka Teori
Angular Cheilitis Agen Infeksi
• Kandida albikans
• Stafilokokus aureus
Faktor Mekanis
• Gigi tiruan
Defisiensi Nutrisi
• Vitamin B2, B6 atau B12 dan zat besi
Perawatan
Antifungal Antibakterial
Antimikroba
Memperbaiki faktor mekanis
2.5 Kerangka Konsep
Variabel Eksperimental • Nistatin Topikal
• Mikonazol Topikal
Variabel Tercoba
Penyembuhan Angular Cheilitis
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental kuasi dengan rancangan paralel, dimana subjek yang dilibatkan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok pengobatan dan jumlah subjek dalam tiap-tiap kelompok pengobatan harus seimbang atau sama.27 Subjek pada penelitian jenis eksperimental kuasi yaitu non randomized pre-post test group design akan diperiksa sebelum dan sesudah pemberian nistatin dan mikonazol topikal. Penelitian ini melihat penyembuhan antara penggunaan nistatin dan mikonazol topikal pada pasien yang menderita angular cheilitis.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Sumatera Utara. Tempat ini dipilih karena merupakan salah satu tempat rujukan pasien gigi dan mulut di Sumatera Utara khususnya di kota Medan. Rumah sakit ini memiliki instalasi khusus penyakit mulut yang banyak menangani kasus penyakit mulut dan salah satunya adalah kasus angular cheilitis. Lokasi pemeriksaan dilakukan di Instalasi Penyakit Mulut RSGM USU. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2015.
3.3 Populasi dan Sampel
(n-1) (r-1) ≥ 15
Perhitungan banyak sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah: (n-1) (r-1) ≥ 15
n: Jumlah sampel dalam setiap kelompok
Jumlah sampel minimum yang dibutuhkan adalah 16 orang pada setiap kelompok, maka besar sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah minimum sebanyak 32 orang di mana 16 orang diberi nistatin topikal dan 16 orang diberi mikonazol topikal. Teknik pengambilan sampel adalah non probability sampling dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah pengambilan sampel yang didasarkan pada penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau pada penelitian ini adalah dengan memilih sampel sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.29
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi
a. Pasien yang menderita angular cheilitis bilateral berusia 6-12 tahun yang datang bersama orang tua/wali.
b. Pasien yang memiliki BMI normal. c. Pasien kooperatif dan disiplin.
d. Pasien tidak memakai pesawat ortodonti lepasan.
3.4.2 Kriteria Eksklusi
a. Pasien tidak bersedia menjadi subjek penelitian. b. Pasien yang sedang mengkonsumsi obat-obatan.
3.5 Variabel Penelitian
1. Variabel tercoba : Penyembuhan angular cheilitis • Panjang fisur
• Eritema 2. Variabel eksperimental : Nistatin topikal
Mikonazol topikal
3.6 Definisi Operasional
a. Penyembuhan angular cheilitis
Angular cheilitis adalah infeksi disertai fisur pada kulit bibir dimulai di perbatasan mukokutan dan meluas ke dalam kulit. Penyembuhan angular cheilitis ditandai dengan berkurang atau tidak terlihat adanya fisur pada komisura bibir dan biasanya hanya kelihatan jaringan parut tipis, yang dengan cepat dapat memudar dari warna merah muda menjadi putih atau hilang eritema di sekitar lesi tersebut.21
Pengukuran panjang fisur angular cheilitis adalah pada kunjungan I (hari ke-0) sebelum diberi pengobatan kemudian pada kunjungan II (hari ke-3) dan kunjungan III (hari ke-5) setelah diberi pengobatan. Panjang fisur angular cheilitis diukur pada kedua sisi lesi, sebelah kiri dan kanan dijumlahkan kemudian dibagi dua untuk mendapatkan rata-rata ukuran panjang fisur.
•Cara ukur : Ukuran panjang fisur angular cheilitis
•Alat ukur : Menggunakan jangka dan penggaris •Skala ukur : Numerik
Ada atau tidak eritema pada sekitar angular cheilitis yang dicatat pada kunjungan I (hari ke-0) sebelum diberi pengobatan kemudian pada kunjungan II (hari ke-3) dan kunjungan III (hari ke-5) setelah diberi pengobatan.
• Cara ukur : Ada atau tidak eritema
b. Nistatin dan mikonazol topikal
Nistatin topikal yaitu Myco-Z ointment® 10 g berisi nistatin 100.000 unit dan zinc oxide sebanyak 200 mg per gram sedangkan mikonazol topikal yaitu Daktarin oralgel®
10 g berisi mikonazol 20 mg/g atau 2%.
3.7 Sarana Penelitian
3.7.1 Alat
1. Formulir pencatatan rekam medik penelitian. 2. Alat tulis.
3. Timbangan berat badan. 4. Pengukur tinggi badan.
5. Tiga serangkai (sonde, pinset dan kaca mulut). 6. Nierbeken. 4. Mikonazol topikal (Daktarin oralgel®).
3.8 Prosedur Penelitian
1. Pengumpulan data dilakukan pada pasien angular cheilitis yang berobat ke RSGM USU.
3. Identitas pasien didapatkan dengan wawancara secara langsung kepada pasien atau orang tua pasien. Selanjutnya data mengenai kondisi angular cheilitis diperoleh melalui pemeriksaan klinis untuk melihat eritema dan ukuran panjang fisur diukur dengan menggunakan jangka serta penggaris. Data yang diperoleh dicatat pada rekam medik penelitian.
4. Setelah itu, subjek dimasukkan dalam kelompok I (diberi nistatin topikal) atau kelompok II (diberi mikonazol topikal). Tanggal pemberian obat kepada setiap subjek dicatat pada rekam medik penelitian.
5. Subjek dijelaskan cara penggunaan obat yaitu dengan mengoleskan selapis tipis obat dengan menggunakan cotton bud dan diinstruksikan waktu pengolesan obat adalah setelah sarapan, setelah makan siang dan sebelum tidur. Cara penggunaan obat juga dijelaskan kepada orang tua karena subjek masih dalam rentang usia 6-12 tahun dan perlu pengawasan orang tua.
6. Orang tua juga diinstruksikan untuk mengawasi anak supaya tidak menjilat sudut mulut dan tidak makan serta minum selama 30 menit sampai 1 jam setelah pengaplikasian obat untuk memaksimalkan kerja obat.
7. Orang tua diberi instruksi membawa anak kontrol pada kunjungan II (hari ke-3) dan kunjungan III (hari ke-5) untuk dilakukan pemeriksaan klinis dan melihat penyembuhan lesi pada pasien.
3.9 Pengolahan dan Analisis Data
Data disajikan dalam bentuk tabel kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan sistem manual dan komputerisasi. Analisis data statistik pada penelitian ini terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang hanya mempunyai satu variabel penelitian dan bertujuan untuk mendiskripsikan variabel tersebut.28
Variabel univariat pada penelitian ini adalah:
2. Distribusi dan frekuensi eritema penderita angular cheilitis pada kelompok I dan II untuk kunjungan I (hari ke-0), kunjungan II (hari ke-3) dan kunjungan III (hari ke-5).
Variabel bivariat pada penelitian diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi. Analisis data dilakukan dengan metode uji Repeated Anova untuk menguji perbedaan pada lebih dari dua kali pengukuran dimana sampel pada uji ini adalah sampel independent. Analisis data lain seperti uji T independent juga digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata (mean) antara dua kelompok, dimana tidak terdapat hubungan antara dua sampel yang akan diuji. Uji T merupakan uji parametrik sehingga sebelum menggunakan analisis uji T harus dilakukan uji Normalitas yaitu uji
Shapiro Wilk untuk mengetahui apakah variabel berdistribusi normal yaitu mempunyai sebaran yang normal dan dianggap bisa mewakili populasi.28
Variabel bivariat pada penelitian ini adalah:
1. Analisis perbedaan ukuran panjang fisur (mm) penderita angular cheilitis pada kelompok I dan II untuk kunjungan I (hari ke-0), kunjungan II (hari ke-3) dan kunjungan III (hari ke-5) dengan menggunakan uji Repeated Anova dan Post Hoc.
2. Analisis perbedaan eritema penderita angular cheilitis pada kelompok I dan II untuk kunjungan I (hari ke-0), kunjungan II (hari ke-3) dan kunjungan III (hari ke-5) dengan menggunakan uji Friedman dan Wilcoxon Signed Ranks.
3. Analisis perbedaan ukuran panjang fisur (mm) penderita angular cheilitis pada kelompok I dan II untuk kunjungan I (hari ke-0), kunjungan II (hari ke-3) dan kunjungan III (hari ke-5) dengan menggunakan uji T independent.
3.10 Etika Penelitian
Etika penelitian dalam penelitian ini mencakup: 1. EthicalClearance
Peneliti mengajukan lembar persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan Sumatera Utara berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional.
2. Lembar persetujuan (informed consent)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1Data Demografis Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai April 2015 di Rumah Sakit Gigi dan Mulut USU. Subjek berjumlah 32 orang yang berkunjung ke RSGM USU dan dipilih secara non probability sampling yaitu purposive sampling dan dibagi menjadi dua kelompok perlakuan. Hasil penelitian dianalisis secara univariat dan bivariat.
Tabel 1. Distribusi dan frekuensi penderita angular cheilitis berdasarkan usia dan jenis kelamin
Usia (tahun) Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%) Laki-laki Perempuan
4.2 Keadaan Klinis Subjek Penelitian 4.2.1 Panjang fisur
Pada pemeriksaan kunjungan I (hari ke-0) nilai rata-rata ukuran panjang fisur pada kelompok I adalah 8,41 ± 3,12 mm. Setelah diberikan pengobatan terjadi pengurangan ukuran panjang fisur dengan nilai rata-rata pada kunjungan II (hari ke-3) adalah 7,08 ± 2,91 mm dan pada kunjungan III (hari ke-5) adalah 5,31 ± 2,68 mm (Tabel 2). Nilai rata-rata ( ± sd) ukuran panjang fisur pada kelompok II untuk pemeriksaan pada kunjungan I (hari ke-0) adalah 8,59 ± 1,49 mm. Setelah diberikan pengobatan terjadi pengurangan ukuran panjang fisur dengan nilai rata-rata pada kunjungan II (hari ke-3) adalah 6,48 ± 2,07 mm dan pada kunjungan III (hari ke-5) terjadi pengurangan panjang fisur dengan nilai rata-rata 4,41 ± 1,64 mm untuk kelompok II (Tabel 2).
Hasil analisis uji Repeated Anova dan Post Hoc kelompok I dapat dilihat pada tabel 2. Analisis ukuran panjang fisur pada penderita angular cheilitis dengan uji statistik menggunakan Repeated Anova menunjukkan nilai p = 0,000 (p<0,05), dimana terdapat perbedaan yang signifikan ukuran panjang fisur pada kelompok I saat pemeriksaan kunjungan I (hari ke-0), kunjungan II (hari ke-3) dan kunjungan III (hari ke-5). Hasil analisis Post Hoc Test juga menunjukkan nilai p = 0,000 (p<0,05), dimana terdapat perbedaan yang signifikan ukuran panjang fisur pada kelompok I saat perbandingan Mean Difference (I-J) yaitu pada hari 0-3 adalah 1,34 mm, pada hari 3-5 adalah 1,77 mm dan pada hari 0-5 adalah 3,11 mm. Analisis ukuran panjang fisur pada penderita angular cheilitis dengan uji statistik menggunakan Repeated Anova
Tabel 2. Analisis uji Repeated Anova dan Post Hoc untuk perbedaan ukuran panjang fisur (mm) penderita angular cheilitis pada kelompok I dan II untuk hari ke-0, 3, dan 5
Tabel 3. Analisis Uji T Independent untuk perbedaan ukuran panjang fisur (mm) penderita angular cheilitis pada kelompok I dan II untuk hari 3-0, 5-3 dan 5-0
Hari Kelompok N ± sd Nilai p
Pada saat pemeriksaan dijumpai eritema pada seluruh subjek kelompok I dan II (100%). Pada hari ke-3 jumlah eritema berkurang yaitu pada kelompok I sebanyak 8 orang (50%) yang masih mempunyai eritema sedangkan pada kelompok II sebanyak 5 orang (31,25%). Pada hari ke-5 jumlah eritema semakin berkurang dimana pada kelompok I masih terdapat 1 orang yang mempunyai eritema (6,25%) sedangkan pada kelompok II tidak ada eritema (100%). Distribusi dan frekuensi eritema penderita
angular cheilitis pada kelompok I dan II dapat dilihat pada tabel 4.
Analisis eritema pada penderita angular cheilitis dengan uji statistik menggunakan Friedman Test menunjukkan nilai p = 0,000 (p<0,05), dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada eritema kelompok I dan II saat pemeriksaan kunjungan I (hari ke-0), kunjungan II (hari ke-3) dan kunjungan III (hari ke-5) (Tabel 5). Hasil analisis uji Wilcoxon Signed Rank pada kelompok I menunjukkan pada hari 3-0 nilai p = 0,005 (p<0,005), pada hari 5-0 nilai p = 0,000 (p<0,005), dan pada hari 5-3 nilai p = 0,008 (p<0,05) artinya, terdapat perbedaan yang signifikan pada subjek yang mengalami eritema. Hasil analisis uji Wilcoxon pada kelompok II menunjukkan pada hari 3-0 nilai p = 0,001 (p<0,005), pada hari 5-0 nilai p = 0,000 (p<0,005), dan pada hari 5-3 nilai p = 0,025 (p<0,05) artinya, terdapat perbedaan yang signifikan pada subjek yang mengalami eritema (Tabel 5).
Tabel 5. Analisis Uji Friedman dan Wilcoxon Signed Ranks untuk perbedaan eritema penderita angular cheilitis pada kelompok I dan II untuk hari ke-0, 3, dan 5 Kelompok n Kunjungan Mean Rank Nilai P Hari Nilai p
Hasil analisis uji T independent pada kelompok I dan II pada hari 0, hari ke-3, dan hari ke-5 terlihat pada tabel 6. Uji statistik menggunakan Independent T Test
Tabel 6. Analisis Uji T Independent untuk perbedaan eritema penderita angular cheilitis
pada kelompok I dan II untuk hari ke-0, 3 dan 5
Hari Kelompok n Mean Rank Nilai P
0 I (Nistatin) 16 16,50 1,000
II (Mikonazol) 16 16,50
3 I (Nistatin) 16 15,00 0,288
II (Mikonazol) 16 18,00
5 I (Nistatin) 16 16,00 0,317
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut USU dengan jumlah subjek sebanyak 32 orang dengan manifestasi klinis angular cheilitis bilateral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penyembuhan angular cheilitis dengan pemberian nistatin dan mikonazol topikal terhadap pasien RSGM USU berusia 6-12 tahun.
Hasil penelitian Cross menunjukkan bahwa kebersihan mulut yang optimal dapat mengurangi risiko angular cheilitis.34 Berdasarkan tabel 1 diperoleh data jumlah subjek penelitian laki-laki lebih banyak menderita angular cheilitis sebanyak 18 orang (56,25%) berbanding perempuan sebanyak 14 orang (43,75%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Cindra yang menunjukkan bahwa siswa perempuan daripada SD GMIM Tonsea Lama lebih banyak menjaga kebersihan rongga mulut berbanding siswa laki-laki.33 Kebersihan mulut yang buruk dapat menyebabkan terjadi angular cheilitis akibat ketidakseimbangan flora normal rongga mulut. Apabila jumlah koloni agen infeksi seperti kandida albikans dan stafilokokus aureus semakin bertambah serta berkembang biak, maka pada akhirnya mikroorganisme ini menjadi agen infeksi terhadap suatu penyakit mulut yaitu angular cheilitis.12,19,20
Subjek pada penelitian ini sebanyak 32 pasien angular cheilitis dengan rentang usia 6-12 tahun. Hasil penelitian Havaldar menunjukkan bahwa angular cheilitis sering terjadi pada anak-anak yang mempunyai maloklusi ringan.5 Kasus maloklusi ringan yang terjadi pada masa gigi bercampur sering terjadi pada anak yang berusia rentang 6-12 tahun sehingga dimensi vertikal berkurang dan menyebabkan lipatan pada sudut mulut. Pada lipatan mulut tersebut akan terjadi penumpukan saliva sehingga menciptakan suasana yang sesuai untuk pertumbuhan agen infeksi dan terjadinya
Obat topikal didefinisikan sebagai obat yang dipakai di tempat lesi. Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Pada penelitian ini digunakan dua jenis obat topikal yaitu nistatin (ointment)
dan mikonazol jel. Salep dengan bahan dasar hidrokarbon seperti vaselin, berada lama di atas permukaan kulit dan kemudian berpenetrasi. Jel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel organik dan anorganik. Penetrasi jel mampu menembus lapisan hipodermis sehingga banyak digunakan pada kondisi yang memerlukan penetrasi. Rute difusi jaur transfolikuler jel juga baik, disebabkan kemampuan jel membentuk lapisan absorpsi. Sifat dasar salep hidrokarbon sukar dicuci, tidak mengering dan tidak berubah waktu dalam waktu yang lama dimana salep ini ditujukan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai penutup. Jel pula segera mencair jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan. Berdasarkan sifat dan komposisi jel, sediaan jel memiliki keistimewaan yaitu mampu berpenetrasi lebih baik daripada krim dan disukai secara kosmetika.36
hasil analisis uji Post Hoc (Tabel 2) dimana terdapat perbedaan yang signifikan pada hari 0-3, hari 3-5, dan hari 0-5 sehingga menunjukan nilai p = 0.00 (p<0,05). Menurut penelitian Ellepolla dan Samaranyake, cara kerja mikonazol adalah dengan menghambat enzim sitokrom p-450 yang terlibat dalam sintesa sel fungal. Apabila sintesa sel fungal terhambat maka terjadi perubahan dalam membran sel fungal sehingga menyebabkan perubahan dalam beberapa fungsi membran yang terkait dan penyembuhan fisur dari
angular cheilitis terjadi tanpa hambatan dari sel fungal yang merusak jaringan sekitarnya. Sementara itu, cara kerja nistatin terjadi dengan mengikat ergosterol membran sel jamur yang akan menyebabkan kerusakan permeabilitas sel. Apabila biosintesis ergosterol ini dihalang maka akan merusak permeabilitas sel membran fungal dan pada akhirnya sel jamur akan mati sehingga terjadi penyembuhan fisur dari
angular cheilitis dengan menggunakan nistatin topikal.3,24
aktivitas fungisida dan fungistastik namun nistatin hanya dapat merusak permeabilitis sel fungal sehingga sel fungal mati sedangkan mikonazol dapat menghambat dan merusak sel fungal dan bakteri seperti kandida albikans dan stafilokokus aureus.24 Perbedaan penyembuhan angular cheilitis dalam hal ini dapat berhubungan dengan
angular cheilitis yang disebabkan oleh infeksi campuran dari kandida albikans dan stafilokokus aureus yang dapat diisolasi pada 54% lesi, sehingga pada penelitian ini penyembuhan fisur dari angular cheilitis lebih cepat dengan menggunakan mikonazol topikal dibandingkan nistatin topikal.
Eritema merupakan salah satu tanda inflamasi yang terlihat sebagai lesi merah. Inflamasi terjadi akibat reaksi tubuh terhadap invasi mikroorganisme atau terhadap trauma karena luka dan sebagainya.35 Pada saat pemeriksaan dijumpai eritema pada kelompok I dan II yaitu masing-masing kelompok 16 orang (100%). Pada hari ke-3 jumlah eritema berkurang yaitu pada kelompok I adalah 8 orang (50%) yang masih mempunyai eritema sedangkan pada kelompok II adalah 5 orang (31,25%). Pada hari ke-5 jumlah eritema semakin berkurang dimana pada kelompok I masih terdapat 1 orang yang mempunyai eritema sedangkan pada kelompok II tidak ada eritema (100%) (6,25%) (Tabel 4).
penelitian Ohman dan Jontell, angular cheilitis yang dirawat dengan nistatin sembuh sepenuhnya setelah 28 hari sedangkan angular cheilitis yang dirawat dengan plasebo yaitu tanpa kandungan obat sembuh setelah 42 hari dan terjadi rekuren.9 Hal ini sesuai dengan penelitian ini karena penggunaan obat antifungal topikal lebih mempercepat penyembuhan angular cheilitis. Mekanisme kerja antifungal nistatin dan mikonazol topikal bertindak secara aktif dalam penyembuhan angular cheilitis ditandai dengan hilangnya eritema dan pengurangan fisur pada kedua kelompok.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada penyembuhan angular cheilitis dengan menggunakan nistatin dan mikonazol topikal pada ukuran panjang fisur. Penderita angular cheilitis
yang menggunakan mikonazol topikal lebih cepat mengalami penyembuhan fisur dibandingkan nistatin topikal. Selain itu, pada eritema tidak ada perbedaan yang signifikan pada penyembuhan angular cheilitis dengan menggunakan nistatin dan mikonazol topikal.
6.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk menambah variabel penelitian pada penyembuhan angular cheilitis yaitu nyeri karena merupakan salah satu simtom dari angular cheilitis. Jumlah sampel subjek penelitian juga disarankan untuk ditambah agar hasil penelitian yang akan diperoleh lebih tepat.
Selain itu dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang perawatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Greenberg MS, Glick M, Ship JA. Burkets’s oral medicine. 11th ed., Hamilton: BC Decker Inc, 2008: 97.
2. College of Dental Hygienists of Ontario. Angular cheilitis
3. Scully C. Oral and maxillofacial medicine: The basis of diagnosis and treatment. 2th ed., Philadelphia: Churchill Livigstone, 2008: 148.
4. Dental Oral and Craniofacial Data Resource Center. Oral infections.
5. Havaldar KS, Bhat SS, Hegde SK. Oral health status of Tibetan and local school children of Kushalnagar, mysore district, India: A comparative study. J Indian Soc Pedo and Prev Dent 2014; 32(2): 125-129.
6. Feng J, Zhou Z, Shen X, Wang Y, Shi L, Wang Y, et al. Prevalence and distribution of oral mucosal lesions: a cross-sectional study in Shanghai, China.
7. Herawati E. Kandidiasis rongga mulut gambaran klinis dan terapinya.
8. Suyoso S. Kandidiasis mukosa
promosi-kesehatan/majalah-rs/doc_download/83-kandidiasis-mukosa. (8 September 2014) .
9. Ohman SC, Jontell M. Treatment of angular cheilitis: The significance of microbial analysis, antimicrobial treatment, and interfering factors. http://informahealthcare.com/doi/abs/10.3109/00016358809004776?journalCode=o od. (9 Juli 2014).
11. Skinner N, Junker JA. What is angular cheilitis and how is it treated. The J Family Practice2005; 54(5): 470-471.
12. Hari S, Anil S. Angular cheilitis: Review of etiology and clinical management. K Dent J 1989; 13(2); 229-231.
13. Park KK, Brodell RT, Helms SE. Angular cheilitis, part 1: Local etiologies.
14. Stolman LP. Oral infections. Can Fam Physician 1976; 22: 70.
15. Siegel MA, Silverman Jr S, Sollecito TP. Clinician’s guide treatment of common oral condiotions. 7th ed., American Academy of Oral Medicine, 2009: 12.
16. Zaidan TF. Angular cheilitis and iron deficiency anemia. MDJ 2008; 5(1); 37-39. 17. Cawson RA, Odell EW. Oral pathology and oral medicine. 8th ed., Philadelphia:
Churchill Livigstone, 2008: 215.
18. Stoopler ET, Nadeau C, Sollecito TP. How do i manage a patient with angular cheilitis
19. Martins CA, Yumi KC, Jorge AO. Presence of staphylococcus spp. and candida spp. in the human oral cavity. Braz J Microb 2002; 33; 236-240.
20. Samson NG. Managing patients with oral candidiasis
21. Campbell C, Parish LC. Angular cheilitis: a maligned condition. Skin Med 2013; 11(4): 198-200.
22. Park KK, Brodell RT, Helms SE. Angular cheilitis, part 2: nutritional, systemic, and drug-related causes and treatment. qhi_archive/ArticlePDF/CT/088010027.pdf. (30 Augustus 2014).
23. Cassady KA, Yun H. Anti-infective agents. in: olson jm. clinical pharmacology made ridiculously simple, 2th ed., Miami: MedMaster, Inc., 2003: 110.
24. Ellepola AN, Samaranayake LP. Oral Candidal infections and antimycotics. Cri Rev Oral Biol Med 2000; 11(2): 172-198.
26. Centers For Disease Control and Prevention. Healthy weight: assessing your weight: bmi: about BMI for children and teens
27. Praktiknya AW. Dasar-dasar metodologi penelitian kedokteran dan kesehatan, Ed 1., Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011: 131-132.
28. Riwidikdo H. Statistik kesehatan: belajar mudah teknik analisis data dalam penelitian kesehatan, Ed 1., Jakarta: Mitra Cendikia, 2008: 20, 49, 131.
29. Murti B. Desain dan ukuran sampel untuk penelitian kuantitatif dan kualitatif di bidang kesehatan, Ed 1., Gadjah Mada: Gadjah Mada University Press, 2006: 66-67 30. World Health Organization. BMI classification.
http://www.who.int/features/factfiles/obesity/facts/en/. (31 Disember 2014).
31. Alexander KC. Girl with soreness at corners of the mouth.
http://www.paedriatricsconsultant360.com/Girl-With-Soreness-Corners-Mouth/page/0/1/. (26 Juni 2015).
32. Cameron AC. Widmer RP : Handbook of pediatric dentistry. 3rd ed., Canberra: Mosby Elseveir, 2009: 341-342.
33. Cindra AAK. Gambaran status gingiva pada anak usia sekolah dasar di SD GMIM Tonsea Lama . Skripsi. Minahasa: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi, 2013: 4.
34. Cross D. Eide ML. Kotinas A. The cilinical features of angular cheilitis occuring during orthodontic treatment: a multi-centre observational study. Journal of orthodontics 2010; 37; 80-86.
35. Punchard NA. Whelan CJ. Adcock I. Journal of Inflammation 2004; 1: 1.
36. Yanhenderi. Yenny SW. Berbagai bentuk sediaan topikal dalam dermatologi. CDK 2012; 39(6): 423-430.
LAMPIRAN 1
No.
REKAM MEDIK PENELITIAN PERBEDAAN PENYEMBUHAN
ANGULAR CHEILITIS DENGAN PEMBERIAN
NISTATIN DAN MIKONAZOL TOPIKAL PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tanggal Pemeriksaan : / / 20 Tanggal Pemberian Obat : / / 20 Jenis Obat topikal : Nistatin/ Mikonazol
A. DATA DEMOGRAFI
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Body Mass Index (BMI)
a. Berat Badan : kg b. Tinggi Badan : m c. BMI : kg/(m)2
2. Pemeriksaan Rongga mulut
Hari 0 3 5
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Saya Fatin Amirah Nordin, saat ini sedang menjalani pendidikan Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul
“Perbedaan Penyembuhan Angular Cheilitis dengan Pemberian Nistatin dan
Mikonazol Topikal pada Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut USU”. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan penyembuhan angular cheilitis antara pemberian nistatin dan mikonazol topikal.
Angular cheilitis adalah luka pada satu atau kedua sudut mulut dengan karakteristik rasa pedih dan kelihatan merah. Luka tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain adalah infeksi jamur dan bakteri. Penelitian ini bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang perawatan angular cheilitis dengan menggunakan obat sesuai penyebab lesi tersebut.
Saya akan memberikan lembar penjelasan kemudian jika saudara bersedia, maka saudara diminta untuk menandatangani lembar persetujuan. Setelah itu saya akan mencatat identitas saudara (nama, usia dan jenis kelamin) pada rekam medis.
Pemeriksaan yang akan saya lakukan adalah memeriksa luka pada sudut mulut dengan menggunakan kaca mulut, lalu saya akan mengukur panjang luka tersebut dan melakukan pemeriksaan tinggi dan berat badan. Kemudian saya akan memberi saudara obat yang harus dioleskan tiga kali sehari pada luka dan saudara diminta untuk datang pada hari ke 3 dan hari ke 5 untuk memeriksa apakah angular cheilitis sudah sembuh.
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan, partisipasi dan kesediaan saudara, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama :
Umur : Jenis kelamin : Alamat : No. HP :
Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dengan sadar atau tanpa paksaan dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada penelitian yang berjudul:
“Perbedaan PenyembuhanAngular Cheilitis dengan PemberianNistatin dan
Mikonazol Topikalpada Pasien di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
Universitas Sumatera Utara”
Maka dengan surat ini, saya nyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini.
Medan,...
Yang menyetujui, Subjek penelitian
LAMPIRAN 5
Kelompok I : Variable panjang fisur
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
fisur0 .178 16 .191 .955 16 .578
fisur3 .207 16 .066 .904 16 .093
fisur5 .159 16 .200* .938 16 .328
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
General Linear Model
Within-Subjects Factors
Measure:MEASURE_1
waktu
Dependent
Variable
1 fisur0
2 fisur3
3 fisur5
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
fisur0 8.4125 3.12066 16
fisur3 7.0750 2.90941 16
Multivariate Testsb
b. Design: Intercept
Within Subjects Design: waktu
Pairwise Comparisons
Measure:MEASURE_1
(I) waktu (J) waktu
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for
Differencea
Lower Bound Upper Bound
1 2 1.337* .161 .000 .995 1.680
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Kelompok I : Varible eritema
Friedman Test
Ranks
Mean Rank
eritema0 1.28
eritema3 2.03
eritema5 2.69
Test Statisticsa
N 16
Chi-Square 22.533
df 2
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
eritema5 - eritema3 Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 7b 4.00 28.00
Ties 9c
Total 16
a. eritema5 < eritema3
b. eritema5 > eritema3
Test Statisticsb
eritema5 -
eritema3
Z -2.646a
Asymp. Sig. (2-tailed) .008
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
eritema5 - eritema0 Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 15b 8.00 120.00
Ties 1c
Total 16
a. eritema5 < eritema0
b. eritema5 > eritema0
c. eritema5 = eritema0
Test Statisticsb
eritema5 -
eritema0
Z -3.873a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
eritema3 - eritema0 Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 8b 4.50 36.00
Ties 8c
Total 16
a. eritema3 < eritema0
b. eritema3 > eritema0
c. eritema3 = eritema0
Test Statisticsb
eritema3 -
eritema0
Z -2.828a
Asymp. Sig. (2-tailed) .005
a. Based on negative ranks.
Kelompok I : Variable panjang fisur
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
fisur0 .162 16 .200* .965 16 .751
fisur3 .181 16 .168 .950 16 .484
fisur5 .190 16 .125 .920 16 .166
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
General Linear Model
Within-Subjects Factors
Measure:MEASURE_1
waktu
Dependent
Variable
1 fisur0
2 fisur3
3 fisur5
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
fisur0 8.5938 1.49152 16
fisur3 6.4750 2.07155 16
Multivariate Testsb
Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.
waktu Pillai's Trace .959 1.634E2a 2.000 14.000 .000
Wilks' Lambda .041 1.634E2a 2.000 14.000 .000
Hotelling's Trace 23.337 1.634E2a 2.000 14.000 .000
Roy's Largest Root 23.337 1.634E2a 2.000 14.000 .000
a. Exact statistic
b. Design: Intercept
Within Subjects Design: waktu
Pairwise Comparisons
Measure:MEASURE_1
(I) waktu (J) waktu
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.a
95% Confidence Interval for
Differencea
Lower Bound Upper Bound
1 2 2.119* .332 .000 1.411 2.827
Based on estimated marginal means
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Kelompok II : Variable eritema
Friedman Test
Ranks
Mean Rank
eritema0 1.16
eritema3 2.19
eritema5 2.66
Test Statisticsa
N 16
Chi-Square 25.125
df 2
Asymp. Sig. .000
a. Friedman Test
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
eritema5 - eritema3 Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 5b 3.00 15.00
Ties 11c
Total 16
a. eritema5 < eritema3
b. eritema5 > eritema3
Test Statisticsb
eritema5 -
eritema3
Z -2.236a
Asymp. Sig. (2-tailed) .025
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
eritema5 - eritema0 Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 16b 8.50 136.00
Ties 0c
Total 16
a. eritema5 < eritema0
b. eritema5 > eritema0
c. eritema5 = eritema0
Test Statisticsb
eritema5 -
eritema0
Z -4.000a
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Based on negative ranks.
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
eritema3 - eritema0 Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 11b 6.00 66.00
Ties 5c
Total 16
a. eritema3 < eritema0
b. eritema3 > eritema0
c. eritema3 = eritema0
Test Statisticsb
eritema3 -
eritema0
Z -3.317a
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Based on negative ranks.
T-Test
Kelompok I dan II : Variable panjang fisur
Group Statistics
Variances t-test for Equality of Means
selisih
Kelompok I dan II : Variable eritema
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
eritema0 Mikonazol 16 16.50 264.00
Nistatin 16 16.50 264.00
Total 32
eritema3 Mikonazol 16 18.00 288.00
Nistatin 16 15.00 240.00
Total 32
eritema5 Mikonazol 16 17.00 272.00
Nistatin 16 16.00 256.00
Total 32
Test Statisticsb
eritema0 eritema3 eritema5
Mann-Whitney U 128.000 104.000 120.000
Wilcoxon W 264.000 240.000 256.000
Z .000 -1.063 -1.000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .288 .317
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a .381a .780a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok