• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Kupu-kupu, Desain Penangkaran dan Pengembangannya Sebagai Objek Wisata di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Kupu-kupu, Desain Penangkaran dan Pengembangannya Sebagai Objek Wisata di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi."

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU, DESAIN PENANGKARAN

DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI OBJEK WISATA DI

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI

MEIDILAGA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SEKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keanekaragaman Kupu-kupu, Desain Penangkaran dan Pengembangannya Sebagai Objek Wisata di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Meidilaga

(4)

ABSTRAK

MEIDILAGA. Keanekaragaman Kupu-kupu, Desain Penangkaran dan Pengembangannya Sebagai Objek Wisata di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Dibimbing oleh LIN NURIAH GINOGA dan BURHANUDIN MASYUD.

Kupu-kupu merupakan serangga pollinator (penyerbuk) yang memiliki keindahan bentuk dan warna sayap yang dapat menjadi objek wisata. Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan salah satu kawasan yang berpotensi untuk mendukung kehidupan kupu-kupu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman jenis kupu-kupu, mendesain penangkaran kupu-kupu, merancang program wisata yang berbasis kupu-kupu, dan mengkaji kelayakan usaha penangkaran kupu-kupu yang ada di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Metode yang digunakan adalah Line Transect dengan ukuran 20 x 20 m sebanyak 20 plot. Hasil pengamatan menemukan 412 individu dari 67 jenis kupu-kupu yang termasuk ke dalam 5 famili yang ada di HPGW. Jenis yang bisa ditemukan pada keenam lokasi penelitian adalah Cinitia iapis. Jenis ini juga paling mendominasi di setiap tipe habitat penelitian. Penangkaran kupu-kupu yang dikelola dengan sistem intensif dibutuhkan di HPGW untuk menjaga kelestarian kupu-kupu. Dua paket wisata berbasis kupu-kupu bisa di kembangkan di HPGW yaitu Butterfly finger dan Butterfly park yang bisa dipilih oleh semua kalangan umur.

Kata kunci: HPGW, Keanekaragaman, Kupu-kupu, Penangkaran, Wisata, .

ABSTRACT

MEIDILAGA. The Diversity of Butterfly, Captivity Design and Developments as Tourism Object in Gunung Walat Education Forest. Supervind by LIN NURIAH GINOGA and BURHANUDIN MASYUD.

Butterfly is a pollinator insect which has a beautiful form and color of wings that can be an attraction. Gunung Walat Education of Forest (GWEF) is an area that has a potential to support the life of butterfly. The aim of this research is to assess the diversity of butterfly species, to design a butterfly breeding to design tourism programs based on butterflies and also assess the feasibility of butterfly captivity busines at Gunung Walat Education Forest (GWEF). Method which is used in this research is Line Transect with the size of 20 x 20 m as much as 20 plot. This research found 412 individuals of 67 species of butterfly which belongs to 5 family in GWEF. Species that can be found in the six study sites is Cinitia iapis. This species also dominates in every type of research habitat. The butterfly captive breeding which is managed with intensive systems is needed to preserve GWEF butterfly. Two tour packages based on the butterfly that can be developed in GWEF are Butterfly finger and Butterfly park which can be choose by every age ranges.

(5)

Keywords: Butterfly, Captivity, Diversity, Gunung Walat Education Forest, Tourism.

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU, DESAIN PENANGKARAN

DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI OBJEK WISATA DI

HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI

MEIDILAGA

DEPARTEMEN

KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Keanekaragaman Kupu-kupu, Desain Penangkaran dan

Pengembangannya Sebagai Objek Wisata di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi.

Nama : Meidilaga NIM : E34080051

Disetujui oleh

Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi Pembimbing I

Dr Ir Burhanudin Masyud, MS Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni-Agustus 2012 ini ialah Kupu-kupu, dengan judul Keanekaragaman Kupu-kupu, Desain Penangkaran dan Pengembangannya Sebagai Objek Wisata di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi.

Terima kasih penulis ucapkan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, terima kasih di sampaikan kepada Ibu Ir Lin Nuriah Ginoga, MSi dan Bapak Dr Ir Burhanudin Masyud, MS yang telah memberikan ilmu, nasehat, dan bimbingan dengan ikhlas dan penuh kesabaran. Ucapan terimakasih kepada Ibu Resti Meilani S.Hut, MSi yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak Hutan Pendidikan Gunung Walat beserta jajarannya yang telah membantu dalam penelitian saya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga

Edelwais 45 dan seluruh keluarga Noes Camp 146 yang telah membantu dan memberikan keceriaan dalam penysunan skripsi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat dan Bahan 3

Jenis Data yang Dikumpulkan 3

Metode Pengambilan Data 3

Analisis Data Keanekaragaman 4

Distribusi Cahaya di Bawah Tajuk 6

Desain Penangkaran Kupu-kupu 6

Program Wisata 6

Analisis finansial usaha 7

HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Kondisi umum lokasi penelitian 8

Habitat Kupu-kupu 8

Komponen Fisik Habitat 9

Komponen Biotik Habitat 12

Kekayaan Jenis Kupu-kupu 15

Desain Penangkaran Kupu-kupu 20

Paket Wisata 26

Analisis Kelayakan Usaha 31

KESIMPULAN DAN SARAN 35

Kesimpulan 35

Saran 35

DAFTAR PUSTAKA 36

(10)

RIWAYAT HIDUP 55

DAFTAR TABEL

1 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener 5 2 Gambaran karakteristik habitat pada lokasi penelitian 8

3 Nilai LAI pada masing-masing tipe habitat 11

4 Jumlah jenis pakan larva, kupu-kupu, dan shelter, pada masing-masing

habitat 12

5 Jenis vegetasi yang mendominasi pada masing-masing habitat 13 6 Satwa lain yang berpengaruh terhadap kupu-kupu 15

7 Penyebaran jenis kupu-kupu tiap habitat 15

8 Jumlah jenis dan famili yang spesifik habitat tertentu 17

9 Koefisien kesamaan jenis kupu-kupu 18

10 Perbandingan nilai karakteristik habitat terhadap nilai keanekaragaman jenis, kemerataan jenis, dan kekayaan jenis pada masing-masing tipe

habitat 19

11 Alat dan bahan bangunan penangkaran 21

12 Tumbuhan yang ditanam di penangkaran 24

13 Jadwal kegiatan paket wisata butterfly finger 28

14 Jadwal kegiatan butterfly park 29

15 Jadwal kegiatan fun butterfly 30

16 Biaya operasional usaha penangkaran kupu-kupu 32

17 Penerimaan usaha penangkaran kupu-kupu 32

18 Pendapatan usaha penangkaran kupu-kupu 33

19 Perhitungan NPV usaha penangkaran kupu-kupu 33

20 Perhitungan BCR usaha penangkaran kupu-kupu 34

21 Perhitungan IRR usaha penangkaran kupu-kupu 34

22 Perhitungan BEP usaha penangkaran kupu-kupu 34

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 2

2 Analisis vegetasi hutan sejenis 3

3 Analisis vegetasi pada hutan campuran 4

4 Bentuk jalur metode transek 4

5 Tipe habitat kupu-kupu Hutan Pendidikan Gunung Walat, (a) Riparian, (b) Tegakan campuran, (c) Ekoton, (d) Tegakan puspa, (e) Tegakan

agathis, (f) Tegakan pinus 9

6 Suhu dan kelembaban rata-rata 10

7 Kondisi sungai pada saat penelitian 10

8 Tutupan tajuk tiap tipe habitat, (a) Riparian, (b) Tegakan campuran, (c)Ekoton, (d) Tegakan puspa, (e) Tegakan agathis, (f) Tegakan pinus 11 9 Nilai kekayaan jenis kupu-kupu pada tiap tipe habitat 16 10 Nilai keanekaragaman jenis tiap tipe habitat 16

(11)

12 Kupu-kupu Cinitia iapis 18

13 Pembagian zonasi lahan 20

14 Lokasi penangkaran kupu, A: Rencana lokasi penangkaran kupu-kupu, B; Bentuk bangunan penangkaran kupu-kupu 21

15 Bentuk penangkaran dan kantor 23

16 Bentuk 3 Dimensi di dalam penangkaran 25

17 Bentuk 3 Dimensi di luar penangkaran 26

18 Proses pembuatan embeding 27

19 Hasil akhir pembuatan embeding 28

DAFTAR LAMPIRAN

1 Manfaat tumbuhan untuk kupu-kupu di HPGW 38

2 Hewan lain yang berpengaruh terhadap kupu-kupu di HPGW 39 3 Jenis kupu-kupu yang ditemukan pada satu tipe habitat tertentu 40 4 Jumlah dan jenis kupu-kupu pada tiap tipe habitat 41

5 Jenis kupu-kupu pada habitat riparian 43

6 Jenis kupu-kupu pada tegakan Campuran 44

7 Jenis kupu-kupu pada habitat ekoton 45

8 Jenis kupu-kupu pada tegakan puspa 46

9 Jenis kupu-kupu pada tegakan agathis 48

10 Analisis vegetasi tingkat pohon 49

11 Analisis vegetasi tingkat tiang 50

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kupu-kupu merupakan salah satu jenis serangga dari ordo Lepidoptera yang memiliki keindahan warna pada sayapnya. Menurut Amir et al (2003) fungsi keberadaan kupu-kupu di alam salah satunya yaitu sebagai penyerbuk (pollinator). Semakin beragam tanaman inang maka semakin beragam pula jenis kupu-kupu yang ada di kawasan tersebut (Efendi 2009). Selain itu keberadaan kupu-kupu dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran lingkungan atau berubahnya habitat (Pollard 1992).

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) merupakan hutan pendidikan yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB. Areal ini terletak di wilayah Sukabumi dengan luasan 359 Ha dan berada pada ketinggian 500-700 mdpl. Topografi bervariasi dari landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan, sedangkan ke bagian utara mempunyai topografi yang semakin curam (Syaufina 2007).

Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki tumbuhan yang berbunga serta menghasilkan nektar dan serbuk sari diantaranya adalah bungur (lagerstroemia speciosa), johar (cassia sianera), dan waru (hibiscus tiliaceus) yang berguna sebagai pakan kupu-kupu(Purawidjaja 1989). Selain potensi vegetasi HPGW juga memiliki beberapa aliran air yang sangat mendukung terhadap keberadaan kupu-kupu.

Selain nilai ekologi kupu-kupu, kupu-kupu juga memiliki nilai estetik dengan berbagai keindahan bentuk dan warna sayap yang dimiliki. Gaya terbang dan hinggap yang dilakukan kupu-kupu bisa menjadi daya tarik tertentu sebagai objek wisata. Kehidupan kupu-kupu harus didukung dengan kondisi lingkungan yang baik sehingga keberadaan kupu-kupu bisa dijadikan sebagai indikator kualitas lingkungan. Banyaknya jenis kupu-kupu yang ditemukan pada suatu kawasan bisa menjadi parameter kondisi lingkungan tersebut yang masih baik.

Dalam bidang kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat disebut objek atau atraksi wisata (Windiyarti 1993). Kupu-kupu memiliki daya tarik sebagai objek wisata baik dari segi keindahan warna sayap, bentuk sayap, serta atraksi pola terbang yang berbeda, sehingga berpotensi untuk dijadikan sebagai objek dalam program wisata.

(14)

Tujuan Penelitian

1. Mengkaji keanekaragaman jenis kupu-kupu di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

2. Mendesain penangkaran kupu-kupu di Hutan Pendidikan Gunung Walat. 3. Merancang program wisata berbasis kupu-kupu di Hutan Pendidikan

Gunung Walat.

4. Mengkaji kelayakan usaha penangkaran kupu-kupu di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

Manfaat Penelitian

Informasi keanekaragaman jenis kupu-kupu di Hutan Pendidikan Gunung Walat dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam upaya pengembangan kawasan termasuk program wisata pendidikan di HPGW.

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan pada Bulan Juni-Agustus 2012. Lokasi pengamatan di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat pada enam tipe habitat. Lokasi pengamatan disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi penelitian Riparian

Tegakan campuran

Ekoton

Tegakan puspa

Tegakan agathis

(15)

Pengambilan data keanekaragaman dilakukan pada enam tipe habitat yaitu Tegakan Agatis, Tegakan Pinus, Tegakan Campuran, Tegakan Puspa, Habitat Riparian, dan Habitat Ekoton.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah thermometer dry-wet,

meteran, jaring serangga, alkohol 70%, spuitc, kertas papilot, hemisperical lens, kotak spesimen, kamera digital, alat tulis, kantong plastik, fieldguide kupu-kupu,

tallysheet, kamper, software hemiview 2.1 canopy analisis dan sketchup. Bahan yang di gunakan adalah kupu-kupu dan vegetasi.

Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data yang dikumpulkan terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer meliputi kondisi habitat (keberadaan daerah terbuka, ketersediaan air, penutupan tajuk), kondisi vegetasi (struktur, komposisi jenis), iklim mikro (suhu dan kelembaban udara), populasi kupu-kupu (jenis dan jumlah individu serta populasi), konstruksi bangunan penangkaran, dan bentuk penangkaran. Data sekunder meliputi kondisi fisik lokasi (letak, luas, dan topografi), dan kondisi biologi lokasi ( flora dan fauna), dan pengelolaan.

Metode Pengambilan Data Potensi Keanekaragaman

a Karakteristik Habitat

Pengambilan data karakteristik habitat dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap area terbuka, keberadaan sumber air, dan kondisi sumber air di setiap lokasi pengamatan. Pada setiap lokasi pengamatan dilakukan analisis vegetasi untuk mengetahui komposisi dan jenis vegetasi yang ada pada lokasi pengamatan. Analisis vegetasi menggunakan dua metode yaitu metode lingkaran 0.1 Ha (Gambar 2) dan metode berpetak yang berukuran 20x20 m sebanyak 5 plot pengamatan Gambar 3 (Soerianegara dan Indrawan 1978).

x1

r= 17,84 m

Luas lingkaran 0,1 Ha.

(16)

b Iklim Mikro

Pengukuran iklim mikro (suhu dan kelembaban udara) dilakukan pada setiap lokasi pengamatan. Pengukuran dilakukan pada jam 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB dengan interval 5 menit sekali agar terlihat fluktuasi suhu yang signifikan sebanyak 3 ulangan. Suhu udara diukur pada ketinggian 120 cm di atas permukaan tanah.

c Populasi Kupu-kupu

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode transek (Noerdjito dan Pudji 2003). Plot penangkapan kupu-kupu berukuran 20x20 m dengan jarak antar plot 10 m (Gambar 4). Penangkapan kupu-kupu dilakukan pada waktu aktif kupu-kupu yaitu pukul 08.00-11.30 dan 15.00-17.30 pada kondisi cuaca cerah. Kupu-kupu yang tertangkap kemudian di identifikasi menggunakan buku panduan lapang (fildguide). Buku identifikasi yang digunakan adalah,

Identification guide for butterflies of West Java (Schulze), Practical Guide to The Butterflies of Bogor Botanic Garden (Peggie dan Mohammad 2006), The Ilustrated Encyclopedia of the Butterfly World (Smart 1975).

Desain Penangkaran

Perencanaan penangkaran kupu-kupu mempertimbangkan kondisi topografi dan kemudahan aksesibilitas untuk dikunjungi. Bentuk dan konstruksi bangunan penangkaran disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

20 m

20 m

10 m 10 m

5 m 2m

Gambar 3 Analisis vegetasi pada hutan campuran

Plot 1 Plot 2

Jeda 10 m 20m

(17)

Program Wisata

Perencanaan program wisata bersifat edukatif yang berbasis kupu-kupu disesuaikan dengan ditemukannya kupu-kupu pada lokasi penelitian. Wisata ini meliputi pengenalan jenis dan karakteristik habitat yang dimanfaatkan kupu-kupu. Analisis Data Keanekaragaman

Keanekaragaman Jenis (H’)

Nilai keanekaragaman dihitung dengan menggunakan Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener (Magurran 1988) dengan rumus:

�′ = − ������ Keterangan:

H’ : Indeks keanekaragaman jenis Pi : Proporsi nilai penting

Untuk menentukan keanekaragaman jenis kupu-kupu, digunakan klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wieners seperti Tabel1 berikut.

Tabel 1 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (Facrul 2008) Nilai indeks

Shanon-Wiener

Kategori

> 3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi

1 – 3 Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies sedang dan kestabilan komunitas sedang

< 1 Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies rendah dan kestabilan komunitas rendah.

Kemerataan Jenis (E’)

Proporsi kelimpahan jenis kupu-kupu dihitung dengan menggunakan indeks kemerataan (Magurran 1988) yaitu :

= �′

��

Keterangan : S = jumlah jenis Kekayaan Jenis Margalef (Dmg)

Kekayaan jenis (Dmg) adalah jumlah total spesies dalam satu komunitas. Indeks kekayaan jenis (Magurran 1988) di hitung menggunakan rumus:

Keterangan :

S = Jumlah jenis

N = Jumlah total individu

Kesamaan Jenis / similarity coefficient jaccard (Sj)

Indeks kesamaan jenis digunakan untuk mengetahui nilai kesamaan jenis antar habitat (Magurran 1988) yang dihitung menggunakan rumus :

Keterangan :

a = Jumlah jenis yang ditemukan pada tipe habitat a dan b

ln : Logaritma natural

Dmg = (S-1)/ln N

(18)

b = Jumlah jenis yang hanya ditemukan pada tipe habitat a c = Jumlah jenis yang hanya ditemukan pada tipe habitat b Analisis Data Vegetasi

Analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui kondisi vegetasi pada habitat kupu-kupu sehingga dapat diketahui nilai komposisi dan dominansi tumbuhan pada suatu tipe habitat (Indriyanto 2006). Persamaan-persamaan yang dicari antara lain:

Kerapatan suatu jenis (K)

�= jumlah individu suatu jenis luas petak contoh Kerapatan relatif suatu jenis (KR)

� = kerapatan suatu jenis

kerapatan seluruh jenis � % Frekuensi suatu jenis (F)

= jumlah subpetak ditemukan suatu jenis jumlah seluruh subpetak contoh Frekuensi Relatif (FR)

= frekuensi suatu jenis

frekuensi seluruh jenis � % Dominasi suatu jenis (D)

= luas bidang dasar suatu jenis luas petak contoh Indeks Nilai Penting (INP) INP = KR + FR + DR

Distribusi Cahaya di Bawah Tajuk

Hasil foto yang diambil menggunakan lensa fisheye kemudian dianalisis menggunakan program Hemiview 2.1Canopy Analisis yang menghasilkan nilai LAI. LAI merupakan angka perbandingan antara total luas permukaan seluruh daun yang ada pada tajuk dengan luas bidang tanah yang dinaungi oleh tajuk tersebut.

Desain penangkaran kupu-kupu

Analisis yang digunakan untuk desain penangkaran menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan memperhatikan aksesibilitas, pengelolaan, letak dan luas, jenis yang akan ditangkarkan. Pembuatan desain penangkaran menggunakan softwear Sketchup pro.8.

Program Wisata

(19)

Analisis finansial usaha

1 Net Present Value (Nilai bersih saat ini) NPV =

2 Benefit Cost Ratio (Rasio pendapatan dan pengeluaran)

Net B/C =

(20)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi umum lokasi penelitian

Huatan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) mulai dirintis oleh IPB pada tahun 1967 yang bekerja sama dengan pemerintah daerah tingkat 1 Jawa Barat dan Direktorat Jendral Kehutanan. Berdasarkan keputusan kepala Jawatan Kehutanan Provinsi Jawa Barat No. 7041/IV/69 pada tanggal 14 Oktober tahun 1969 pengelolaan HPGW diserahkan kepada IPB. Pada tahun 2005 Mentri Kehutanan menerbitkan surat keputusan No. 188/Menhut-II/2005 tentang penunjukan dan penetapan kawasan hutan produksi terbatas komplek hutan HPGW seluas 359 Ha sebagai Kawasan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) (Muawin 2009).

Kawasan HPGW terletak pada kordinat geografis 6053’35”- 6055’10” lintang selatan dan 106047’50”- 106051’30” bujur timur. Kawasan ini memiliki luas 359 Ha yang terbagi menjadi 3 blok yaitu blok timur (Cikatomas) seluas 120 Ha, blok barat (Cimenyan) seluas 125 Ha, dan blok tengah (Tangkalak) seluas 114 Ha. HPGW berada pada ketingian 500-700 m dpl, Vegetasi yang paling dominan di kawasan HPGW adalah damar (Agathis loranthifolia), puspa (Schimma wallichii), dan pinus (Pinus merkusii) (Syaufina 2007). Klasifikasi iklim menurut Schmidt dan Ferguson HPGW termasuk kedalam tipe hujan A dengan suhu udara maksimum 29 0C dan minimum 19 0C. HPGW memiliki hari hujan rata-rata 13 hari/tahun dengan besaran curah hujan 827.7 mm.

Habitat Kupu-kupu

Hutan Pendidikan Gunung Walat memiliki tutupan vegetasi yang rapat sehingga menghalangi masuknya cahaya matahari kelantai hutan, kondisi tersebut akan mempengaruhi tumbuhan yang ada di bawahnya. Sedikitnya cahaya matahari yang masuk akan mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan bawah yang bersifat intoleran terhadap naungan (Indriyanto 2006). Sebagin besar tutupan vegetasi kawasan HPGW merupakan tegakan pinus yang mengandung zat alelopati yang menjadi penghambat tumbuhnya beberapa tumbuhan bawah. Zat alelopati bisa berada pada pohon yang masih hidup ataupun yang sudah mati baik berada pada akar, batang, dan daun yang jatuh (Hasanah 2011). Gambaran karakteristik habitat pada lokasi penelitian disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Gambaran karakteristik habitat pada lokasi penelitian No Tipe habitat Karakteristik

1 Riparian Memiliki karakteristik habitat dengan jalur aliran air, pada bagian tepinya ditumbuhi berbagai macam tumbuhan bawah, tutupan tajuk relatif jarang.

2 Tegakan Campuran Tegakan campuran merupakan tipe habitat yang di tumbuhi oleh berbagai jenis pohon diantaranya adalah kayu afrika, agathis, dan pinus.

(21)

Tabel 2 Gambaran karakteristik habitat pada lokasi penelitian (lanjutan)

Secara umum Hutan Pendidikan Gunung Walat berpotensi untuk mendukung kehidupan kupu-kupu. Daya dukung habitat yang ditemukan seperti pakan, cahaya matahari, suhu, kelembaban, dan air bisa ditemukan di Hutan Pendidikan Gunung Walat dan berada pada batas optimum untuk mendukung kehidupan kupu-kupu. Gambaran umum lokasi penelitian pada tiap tipe habitat disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Tipe habitat kupu-kupu Hutan Pendidikan Gunung Walat, (a) Riparian, (b) Tegakan Campuran, (c) Ekoton, (d) Tegakan Puspa, (e) Tegakan Agathis, (f)Tegakan Pinus.

Komponen Fisik Habitat

Komponen fisik pertama yang berpengaruh terhadap kupu-kupu adalah suhu dan kelembaban, hasil pengukuran suhu dan kelembaban disajikan pada Gambar 6.

No Tipe habitat Karakteristik

4 Tegakan Puspa Habitat yang didominasi oleh pohon Puspa, tegakan puspa merupakan pakan kupu-kupu terbesar di kawasan HPGW.

5 Tegakan Agathis Merupakan tipe habitat yang didominasi oleh pohon Agathis, terdapat aliran air yang mengering.

6 Tegakan Pinus Merupakan tipe habitat yang didominasi oleh pohon Pinus, sedikit ditemukan tumbuhan bawah.

( d ) ( e ) ( f )

( c )

(22)

Berdasarkan Gambar 6 tipe habitat yang memiliki suhu lingkungan rata-rata tertinggi adalah habitat Ekoton dengan nilai suhu 27.170 C dan memiliki kelembaban 71.75%. Tipe habitat yang memiliki suhu lingkungan rata-rata paling rendah adalah Tegakan Pinus memiliki nilai suhu 24.670 C dengan kelembaban rata-rata 74.49%. Tinggi rendahnya suhu lingkungan dipengaruhi oleh kelembabannya. Suhu dan kelembaban berada pada kisaran 24.67 0C – 27.17 0C yang sesuai untuk kupu-kupu beraktifitas, kisaran suhu yang bisa mendukung kehidupan kupu-kupu antara 21-34 0C (Gusnenti 2010). Sedangkan untuk suhu optimal bagi kupu-kupu adalah antara 28-35 0C (Guppy at all 2002) dalam Azahra (2012).

Waktu pengambilan data terhadap suhu dan kelembaban akan mempengaruhi nilai yang dihasilkan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2012 yang bertepatan dengan musim kemarau yang tentunya akan mempengaruhi nilai suhu lingkungan terutama pada siang hari. Amir at al (2003) mengemukakan bahwa curah hujan akan berbanding terbalik dengan reproduksi serangga, artinya jumlah serangga akan naik pada saat curah hujan turun dan jumlah serangga akan turun pada saat curah hujan tinggi. Kondisi air sungai tidak mengalir hanya berupa genangan. Kondisi air pada saat penelitian disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7 kondisi sungai pada saat penelitian Gambar 6 Suhu dan kelembaban rata-rata

26.830C 25.670C

27.170C 25.330C 25.500C 24.670C

72.58% 77.27% 71.75% 70.80%

76.33% 74.49%

Riparian Tegakan Campuran Ekoton Tegakan Puspa Tegakan Agathis Tegakan Pinus

(23)

Selain ketersediaan air komponen fisik yang mempengaruhi keberadaan kupu-kupu adalah daerah terbuka, cahaya matahari yang cukup, dan LAI. Semakin tinggi nilai LAI yang dihasilkan maka akan semakin rimbun tajuk tersebut. Foto yang dihasilkan dengan menggunakan lensa fisheye disajikan pada Gambar 8.

Nilai LAI berbanding terbalik dengan intensitas cahaya yang bisa masuk ke lantai hutan. Semakin tingginya nilai LAI maka intensitas cahaya yang masuk ke lantai hutan akan semakin sedikit. Nilai LAI pada tiap tipe habitat disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai LAI pada masig-masing tipe habitat

Tabel 3 menunjukan bahwa habitat yang memiliki kerapatan paling tinggi adalah Tegakan Pinus memiliki nilai LAI tertinggi yaitu 2.614 dan habitat yang memiliki kerapatan paling rendah adalah Tegakan Campuran sebesar 1.325.

No Tipe habitat LAI

1 Riparian 1.473

2 Tegakan Campuran 1.325

3 Ekoton 1.559

4 Tegakan Puspa 1.341

5 Tegakan Agathis 1.362

6 Tegakan Pinus 2.614

a b c

d e f

(24)

Kerapatan tajuk berpengaruh terhadap besar kecilnya intensitas cahaya yang bisa masuk akan mempengaruhi jumlah dan jenis kupu-kupu karena sifat kupu-kupu yang polikilotermik yaitu energi yang mengikuti suhu pada lingkungan di sekitarnya.

Nilai LAI yang didapatkan pada semua tipe habitat di HPGW masih di atas rata-rata nilai LAI Kebun Raya Bogor, Penelitian Azahra (2012), bahwa tutupan vegetasi habitat yang memiliki keanekaragaman kupu-kupu paling tinggi tidak berada pada tipe habitat yang memiliki nilai LAI paling kecil tetapi pada tipe habitat yang memiliki nilai LAI sebesar 1.221. Nilai LAI tersebut tidak jauh berbeda dengan nilai LAI di HPGW yang memiliki keanekaragaman kupu-kupu paling tinggi yaitu habitat Ekoton dengan nilai LAI sebesar 1.559.

Komponen Biotik Habitat Vegetasi

Analisis vegetasi sebagai komponen habitat kupu-kupu dibedakan menjadi 3 yaitu vegetasi yang berfungsi sebagai pakan larva, tumbuhan pakan kupu-kupu, dan tumbuhan pelindung atau sering dikenal sebagai shelter. Vegetasi pakan larva adalah tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat induk kupu-kupu untuk meletakan telurnya. Setiap jenis kupu-kupu memiliki tanaman pakan larva yang spesifik. Tumbuhan pakan kupu-kupu adalah tumbuhan yang memiliki bunga dan mengandung nektar, tidak ada spesifikasi dalam penentuan pakan kupu-kupu. Tumbuhan shelter adalah tumbuhan yang berfungsi sebagai tempat berlindung kupu-kupu, umumnya memiliki daun yang rindang dan lebar. Hasil identifikasi jenis tumbuhan pakan larva, pakan kupu-kupu, dan shelter yang ditemukan di HPGW disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah jenis vegetasi pakan larva, pakan kupu-kupu, dan shelter pada masing-masing habitat

No Tipe Habitat Pakan Kupu-kupu Pakan Larva Shelter

1 Riparian 2 6 5

2 Tegakan Campuran 1 2 5

3 Ekoton 2 0 4

4 Tegakan Puspa 4 2 4

5 Tegakan Agathis 4 7 8

6 Tegakan Pinus 1 4 2

(25)

Tabel 5 Jenis vegetasi yang mendominasi pada masing-masing habitat

Keterangan : A; Riparian, B; Teagakan Campuran, C; Ekoton, D; Tegakan Puspa, E; Tegakan Agathis, F; Tegakan Pinus.

Habitat Tingkat dan INP

Tumbuhan bawah INP Pancang INP Tiang INP Pohon INP

A Lophatherum gracille 60.07 - - Schimma wallichii 172.85

B Stenochlaena palustris 31.71 - - Maesopsis elemii 185.36 Pinus merkusii 133.22

C Lophatherum gracile 72.77 - - Pinus merkusii 192.5 Pinus merkusii 218.53

D Salaginella wildenowii 59.10 - - Schimma wallichii 300

E Agathis loranthifollia 54.61 - - Agathis loranthifolia 300

(26)

Pengamatan yang dilakkan di HPGW menemukan 20 jenis pakan larva dengan jenis pakan larva terbanyak pada tipe habitat Tegakan agathis dengan jumlah 7 jenis. Pakan larva yang ditemukan diantaranya adalah Syzygium aqueum, Coffea sp, dan Artocarpus heterophyllus.

Jenis pakan kupu-kupu yang ditemukan di HPGW sebanyak 12 jenis dengan jenis pakan kupu-kupu terbanyak pada tipe habitat Tegakan Puspa dan Tegakan Agathis dengan jumlah yang ditemukan sebanyak 3 jenis. Beberapa pakan kupu-kupu yang ditemukan diantaranya adalah Clidemia hirata, Peronema canescens, dan Impatiens balsamina.

Tumbuhan berfungsi sebagai shelter yang ditemukan di HPGW sebayak 20 jenis. Habitat yang memiliki tumbuhan shelter paling banyak adalah Tegakan Agathis dengan jumlah yang ditemukan sebanyak 8 jenis. Beberapa jenis tumbuhan untuk shelter diantaranya adalah Averrhoa carambola, Pithecellobium jiringa, dan Costus speciosus. Selengkapnya manfaat tumbuhan untuk kupu-kupu disajikan pada lampiran 1.

Keanekaragaman vegetasi dalam suatu habitat yang berfungsi sebagai pakan bisa mempengaruhi jumlah jenis dan individu dalam suatu habitat. Vegetasi merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk keberlanjutan hidup kupu-kupu, faktor vegetasi terhadap kenekaragaman jenis kupu-kupu akan berkorelasi positif dengan keanekaragaman jenis vegetasi dan jumlah jenisnya sebagai tumbuhan pakan (Indriani 2010).

Sedikitnya tumbuhan bawah yang ada di HPGW bisa disebabkan oleh tutupan tajuk yang rapat karena sifat tumbuhan bawah yang intoleran terhadap naungan. Faktor lain yang bisa menyebabkan sedikitnya tumbuhan bawah adalah zat alelopati. Alelopati merupakan zat pada tumbuhan yang bisa menghambat tumbuhnya tumbuhan bawah. Zat ini terdapat pada tumbuhan yang masih hidup atau sudah mati baik pada batang, akar dan daun Hasanah (2011).

Satwa Lain

Satwa lain yang ditemukan dibedakan menjadi 3 katagori yaitu, satwa pesaing kupu-kupu, satwa pemangsa kupu-kupu, dan satwa yang diuntungkan oleh keberadaan kupu-kupu. Kupu-kupu termasuk kedalam kelas insekta yang berperan sebagai polinator terutama untuk tumbuhan berbunga dan tumbuhan berbuah. Selain sebagai pollinator kupu-kupu bisa menjadi mangsa dan pesaing bagi satwa lain terutama jenis burung-burungan yang pakannya serangga dan madu.

(27)

Tabel 6 Satwa lain yang berpengaruh terhadap kupu-kupu

Tipe habitat Pemangsa Pesaing Di untungkan

Riparian 4 0 1

Tegakan Campuran 4 0 1

Ekoton 4 0 1

Tegakan Puspa 3 2 0

Tegakan Agathis 4 0 2

Tegakan Pinus 3 1 1

Kekayaan Jenis Kupu-kupu

Berdasarkan hasil pengamatan pada enam tipe habitat Hutan Pendidikan Gunung Walat diperoleh 412 individu kupu-kupu dari 67 jenis kupu-kupu. Kupu-kupu yang ditemukan terdiri dari 5 famili yaitu Papilionidae yang berjumlah 5 jenis, pieridae berjumlah 7 jenis, Nymphalidae berjumlah 40 jenis, Lycaenidae berjumlah 5 jenis, dan Hesperiidae berjumlah 10 jenis. Penyebaran jenis kupu-kupu pada enam tipe habitat yang berbeda di Hutan Pendidikan Gunung Walat berdasarkan familinya tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7 Penyebaran jenis kupu-kupu tiap habitat Habitat/ Famili

Family ∑

A B C D E

Jumlah Jenis

Riparian 3 2 17 0 0 22

Tegakan Campuran 0 2 17 0 2 21

Ekoton 2 5 18 3 6 34

Tegakan Puspa 1 6 20 2 2 31

Tegakan Agathis 1 3 16 0 1 21

Tegakan Pinus 0 4 16 1 4 25

Keterangan : A;Papilionidae, B;Pieridae, C;Nyimphalidae, D;Lycaenidae, E Hesperiidae.

Pada enam tipe habitat tidak semuanya ditemukan jenis kupu-kupu dari 5 famili, hanya pada dua tipe habitat saja yaitu Ekoton dan Tegakan puspa. Perbedaan jumlah jenis di temukannya kupu-kupu di karenakan daya dukung lingkungan berupa cahaya matahari dan pakan. Amir et al (2003) mengemukaan bahwa kupu-kupu memiliki ketergantungan dengan cahaya matahari dalam melakukan aktifitasnya, habitat ekoton antara pinus dengan padang ilalang memiliki tutupan tajuk yang relatif jarang. Selain itu pada bagian padang ilalang vegetasi sangat terbuka lantai hutan hanya di tutupi ilalang dan terkadang sebagian ilalang di buka untuk perkebunan masyarakat sekitar.

(28)

Kekayaan Jenis Margalef (Dmg)

Hasil perhitungan tingkat kekayaan jenis kupu-kupu pada masing-masing tipe habitat disajikan pada Gambar 9.

Kekayaan jenis merupakan tingkat ukuran paling sederhana dalam menggambarkan keanekaragaman jenis. Kekayaan jenis diukur berdasarkan jumlah jenis yang ditemukan dalam suatu komunitas. Gambar 9 menunjukan bahwa habitat yang memiliki kekayaan jenis kupu-kupu tertinggi adalah tipe habitat Ekoton (Tegakan pinus dengan padang ilalang) dengan kekayaan jenis sebesar 7.56. Keanekaragam yang tinggi dipengaruhi oleh daya dukung lingkungan. Salah satu tumbuhan yang dapat ditemukan pada ekoton adalah harendong (Clidemia hitra) yang sedang berbunga.

Kekayaan jenis dalam tiap tipe habitat berbanding lurus dengan jumlah jenis yang ditemukan pada setiap tipe habitat. Semakin tinggi nilai kekayaan jenis pada suatu habitat maka semakin besar juga jumlah jenis dalam habitat itu. Faktor tersebut akan mempengaruhi nilai keanekaragaman jenis pada tiap tipe habitat. Keanekaragaman Jenis (H’)

Hasil perhitungan, tingkat keanekaragaman jenis kupu-kupu pada tiap tipe habitat disajikan pada Gambar 10.

Tipe habitat yang memiliki nilai keanekaragaman tertinggi adalah Ekoton sebesar 3.08. Berdasarkan indeks Shanon-winer nilai tersebut termasuk kedalam kategori keanekaragaman tinggi yang berarti penyebaran jumlah individu tiap

Gambar 9 Nilai kekayaan jenis kupu-kupu pada tiap tipe habitat

(29)

spesies dan kestabilan komunitas tinggi. Kategori sama dimiliki juga oleh Tegakan puspa dengan nilai keanekaragaman sebesar 3.03. Tegakan Agathis merupakan tipe habitat yang memiliki nilai paling rendah sebesar 2.72. Tipe habitat ini termasuk kedalam keanekaragaman sedang dengan penyebaran jumlah individu tiap spesies dan kesetabilan komunitas sedang.

Diantara seluruh jenis yang ada, terdapat 30 jenis kupu-kupu yang hanya di temukan pada salah satu tipe habitat tertentu saja seperti tersaji pada Tabel 8 Jumlah jenis yang hanya ditemukan pada masing-masing habitat meliputi 6 jenis di habitat Riparian, Ekoton dan Tegakan Puspa, 7 jenis pada habitat Tegakan Campuran, 2 jenis pada habitat Tegakan agathis, dan 3 jenis pada Tegakan Pinus. Untuk lebih jelasnya tersaji pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah jenis dan famili kupu-kupu yang spesifik habitat tertentu

Adanya perbedaan daya dukung habitat terhadap kehidupan kupu-kupu menyebabkan beberapa jenis kupu-kupu tidak bisa di temukan pada habitat lain. Alikodra (2002) mengemukakan bahwa ketersediaan makanan atau kemampuan habitat dalam mendukung kehidupan mahluk hidup akan mempengaruhi jumlah jenis dan individu dalam suatu habitat. Jenis-jenis kupu-kupu yang ditemukan pada tiap tipe habitat bisa di lihat pada Lampiran 4.

Kemerataan Jenis (E’)

Berdasarkan hasil perhitungan indeks kemerataan jenis (Evannes) pada tiap tipe habitat tersaji pada Gambar 11.

No Tipe habitat Jumlah jenis Famili

1 Riparian 6 2

2 Tegakan Campuran 7 2

3 Ekoton 6 2

4 Tegakan Puspa 6 3

5 Tegakan Agathis 2 1

6 Tegakan Pinus 3 2

Jumlah 30 5 famili

(30)

Nilai kemerataan terendah yaitu sebesar 0.69 diperoleh pada tipe habitat hutan riparian. Nilai ini menunjukan adanya dominansi jenis tertentu pada tipe habitat tersebut, yaitu jenis Cinitia iapis dari famili Nymphalidae, jenis Cinitia iapis juga ditemukan pada lima tipe habitat lainnya dengan jumlah individu paling tinggi. Begitu juga dengan kegiatan lapang Eksplorasi Fauna Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) HIMAKOVA (2007) yang menemukan 27 jenis kupu-kupu, Jenis Cinitia iapis merupakan jenis paling dominan serta dapat ditemukan pada kedua lokasi yang dijadikan tempat pengamatan, Indeks kemerataan jenis merupakan indikator untuk mengetahui dominansi antar jenis dalam suatu komunitas. Apabila setiap jenis memiliki jumlah individu yang sama maka komunitas tersebut memiliki nilai Evennes maksimal, sebaliknya apabila nilai evannes kecil, maka dalam suatu komunitas tersebut tedapat jenis yang dominan dan jenis tidak dominan (Indriani 2010). Jenis kupu-kupu Cinitia iapis disajikan pada Gambar 12.

Kesamaan Jenis Kupu-kupu

Berdasarkan hasil perhitungan, koefisien kesamaan jenis kupu-kupu di Hutan Pendidikan Gunung Walat tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9 Koefisien kesamaan jenis kupu-kupu

Tipe habitat A B C D E F

Riparian (A) 0.23 0.22 0.33 0.23 0.24

Tegakan Campuran (B) 0.28 0.33 0.40 0,24

Ekoton (C) 0.32 0.34 0.42

Tegakan Puspa (D) 0.37 0.30

Tegakan Agathis (E) 0.18

Tegakan Pinus (F)

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa koefisien kesamaan jenis tertinggi ditemukan pada tipe habitat tegakan pinus dengan ekoton dengan nilai kesamaan jenisnya sebesar 0.42. Ditemukan pula 16 jenis kupu-kupu yang sama pada tipe habitat keduanya. Nilai koefisien kesamaan jenis yang tinggi memperlihatkan

(31)

adanya kesamaan jenis antara kedua tipe habitat tersebut. Jenis yang paling banyak ditemukan pada kedua tipe habitat ini adalah dari genus Ypthima, antara lain Ypthima baldus horsfieldi, Ypthima iarba eupheites, Ypthima nigricans.

Habitat yang memiliki koefisien kesamaan paling rendah adalah antara habitat pinus dan damar dengan nilai koefisien kesamaan sebesar 0,18. Terdapat 7 jenis kupu-kupu yang bisa ditemukan pada kedua tipe habitat tersebut yaitu

Eurema sari, Cinitia iapis, Melanitis leda (simessa), Mycalesis horsfieldi, Mycalesis janardana, Ypthima baldus horsfieldi, dan Ypthima philomela. Koefisien kesamaan jenis menunjukan seberapa besar kesamaan antar komunitas jenis. Semakin besar nilai kesamaan jenis maka semakin besar pula kesamaan habitatnya, sebaliknya rendahnya nilai koefisien kesamaan jenis ini menunjukan rendahnya pula kesamaan habitat antara kedua tipe habitat tersebut.

Perbandingan Nilai Karakteristik Habitat pada masing-masing Tipe Habitat Keenam tipe habitat memiliki karakteristik masing-masing yang berpengaruh terhadap tingkat kekayaan, keanekaragaman, dan kemerataan jenis kupu-kupu. Perbandingan nilai karakteristik habitat terhadap nilai keanekaragaman jenis, kemerataan jenis, dan kekayaan jenis pada masing-masing tipe habitat disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Perbandingan nilai karakteristik habitat terhadap nilai keanekaragaman jenis, kemerataan jenis, dan kekayaan jenis pada masing-masing tipe habitat Keterangan: A; Riparian, B; Tegakan campuran, C; Ekoton, D; Tegakan puspa, E; Tegakan agathis,

F; Tegakan pinus, H; Keanekaragaman jenis, E’; Kemerataan jenis, Dmg; Kekayaan

jenis, 0C; Suhu, K;Kelembaban, LAI; Leaf area index.

Indeks keanekaragaman jenis tertinggi dan indeks kekayaan tertinggi berada pada suhu rata-rata 27.170C dengan kelembaban 71.75% yaitu pada tipe habitat Ekoton. Indeks keanekaragaman terendah adalah habitat tegakan agathis dengan suhu rata-rata 25.50 0C dengan kelembaban 76.33%. Tipe habitat yang memiliki indeks kekayaan tertinggi memiliki suhu rata-rata yang paling mendekati suhu ideal kupu-kupu yaitu antara 28 0C – 35 0C (Guppy dan Shepard 2001)

dalam Azahra (2011). Secara keseluruhan rentang suhu yang dihasilkan antara 210C – 34 0C dan kelembaban antara 44%-95% masih dalam batas toleran untuk mendukung kehidupan kupu-kupu (Gusnenti 2010).

(32)

Indeks kemerataan kupu-kupu tertinggi yaitu pada rata-rata suhu 25.670C dengan kelembababn 77.27% dan nilai LAI sebesar 1.325 berada pada tipe habitat Tegakan Campuran. Tipe habitat ini memiliki 2 jenis tumbuhan pakan larva, 1 jenis tumbuhan pakan kupu-kupu, dan 5 jenis tumbuhan sebagai shelter. Jenis tumbuhan yang bisa ditemukan pada habitat ini adalah dari famili Poaceae dan Moraceae. Tipe habitat ini memiliki jumlah shelter yang relative banyak dibandingkan dengan tipe habitat lainnya. Shelter merupakan salah satu komponen penting dalam mendukung keberlanjutan kupu-kupu (Grizimek, 1975)

dalam Indriyani (2010).

Jenis kupu-kupu Cinitia iapis merupakan jenis yang paling dominan dan ditemukan pada semua lokasi penelitian. Keberadaan jenis Cinitia iapis didukung oleh tanaman inangnya yaitu Melastoma candidium yang bisa ditemukan hampir seluruh lokasi penelitian (Noerdjito 2011). HPGW memiliki beberapa tumbuhan dari famili Poaceae sebagai tanaman inang kupu-kupu Ypthima Sp, lethe Sp,

Mycalesis Sp, dan Melanitis Sp. Tumbuhan dari famili Moraceae merupakan tanaman inang dari jenis kupu-kupu Neptis Sp, Delias Sp, dan Euploea Sp.

Shelter dijadikan tempat berlindung kupu-kupu tetapi beberapa jenis menghasilkan zat bau yang dikeluarkan dari dalam tubuhnya sebagai perlindungan sehingga pemangsa tidak mau mendekat.

Desain Penangkaran Kupu-kupu Lokasi dan Luas Areal Penangkaran

Lokasi yang dijadikan penangkaran di sebelah timur kantor HPGW. Pertimbangan pemilihan lokasi ini berdasarkan kemudahan aksesibilitas dan ruang terbuka untuk pencahayaan yang mendukung kehidupan kupu-kupu. Lokasi ini memiliki luas 1000 m2 dengan panjang 40 m dan lebar 25 m. Lebar lokasi sendiri terbagi menjadi 2 bagian dengan perbedaan ketinggian 1,65 m.

Luasan 1000 m2 dialokasikan untuk kantor dan taman, kandang display, dan kebun pakan (Gambar 13). Penangkaran berbentuk persegi panjang (Gambar 14) dengan panjang 25 m dan lebar 15 m sehingga luas penangkaran kupu-kupu sebesar 375 m2 (Gambar B).

Gambar 13 pembagian zonasi lahan 40 m

Kebun pakan (Luas 250 m2)

25 m

15 m 15 m 10 m

Kandang display (Luas 375 m2)

Taman dan kantor (Luas 375 m2)

(33)

Gambar 14 lokasi penangkaran kupu, A; Rencana lokasi penangkaran kupu-kupu, B; Bentuk bangunan penangkaran kupu-kupu.

Bangunan penangkaran yang baik memiliki kurang lebih 70% ruang keluar masuknya sinar matahari dan udara. Lokasi penangkaran memiliki suhu maksimal mencapai 310C dengan kelembaban 65%. Lokasi penangkaran yang berada pada daerah terbuka dengan tutup penangkaran dari kawat kasa dimungkinkan untuk keluar masuknya udara dan sinar matahari secara maksimal. Kecukupan masuknya sinar matahari dan udara bisa menjaga kestabilan suhu dan kelembaban dalam ruangan, karena kelembaban yang berlebih akan berdampak pada kesehatan satwa yang ditangkarkan (Gita 2011).

Konstruksi Bangunan Penangkaran dan Kantor

Bentuk penangkaran memperhatikan nilai estetik dan nilai ekologi serta kekuatan atau daya tahan terhadap lingkungan. Alat dan bahan bangunan penangkaran disajikan pada Tabel 11.

(34)

Tabel 11 Alat dan bahan bangunan penangkaran (lanjutan)

Jumlah total biaya 39225000

Biaya pembuatan penangkaran membutuhkan dana total sebesar Rp 64.915.000 dari rincian kebutuhan dasar bahan bangunan sebesar Rp 39.225.000 ditambah dengan penyediaan dan pemeliharaan vegetasi sebesar Rp 10.000.000 dan biaya pengerjaan penangkaran sebesar Rp 15.690.000 ( 40% dari pembelian besi). Khusus untuk bahan yang terbuat dari besi harganya bisa berubah-ubah sesuai dengan harga besi pada saat pembelian. Harga pada Tabel 11 berdasarkan harga besi sebesar Rp 9.850/Kg.

Bangunan kantor berbentuk persegi 8 menghadap utara dengan panjang diameter 5 m, tinggi total bangunan 6 m, sisi dinding kantor terbuat dari batu bata setinggi 4 m tapi 3 bagian sisi paling depan terbuat dari kaca termasuk pintunya hal ini selain menambah estetik juga pencahayaan yang maksimal pada bagian dalam kantor, manfaat kantor sebagai pusat pengelolaan penangkaran dan penyimpanan spesimen kupu-kupu. Manfaat lain dari kantor ini adalah pusat informasi mengenai wisata yang berbasis kupu-kupu.

(35)

Komponen Vegetasi dan kupu-kupu di Penangkaran

Penangkaran merupakan habitat buatan yang diperuntukan untuk satwa sehingga diperlukan faktor-faktor yang mendukung kehidupan satwa tersebut. Vegetasi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu tumbuhan yang berbunga dan mengandung madu untuk pakan kupu-kupu, tumbuhan untuk ulat yang menjadi tempat bertelurnya kupu-kupu, tumbuhan yang berfungsi sebagai shelter atau berlindung di tengah teriknya matahari, serta tumbuhan yang berfungsi untuk memperindah tampilan penangkaran. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi kehidupan kupu-kupu adalah cahaya matahari dan sumber air.

Manfaat lain dari penangkaran adalah objek wisata, sehingga diperlukan manajemen pengelolaan wisata yang berbasis kupu-kupu. Taman merupakan salah satu komponen penting dalam penangkaran, karena Taman adalah penataan bagian suatu objek yang memberikan kesan pertama sehingga diperlukan penataan yang baik dan indah. Vegetasi untuk kupu-kupu terutama pakan ulat yang ditanam terbagi menjadi 2 di dalam kandang display dan di kebun pakan. Kebun pakan berada dibelakang penangkaran yang menjadi stok makanan khususnya pada saat fase ulat. Jenis tumbuhan yang di tanam di dalam kandang display dan di kebun pakan jenisnya sama tetapi jumlahnya berbeda.

Jenis pakan yang ditanam di penangkaran disesuaikan dengan jenis kupu-kupu yang akan di tangkarkan terutama pada fase larva yang selektif dalam memilih makannya. Dalam kandang display maksimal terdapat 5 jenis kupu-kupu yang berbeda. Jenis yang ditangkarkan diantaranya adalah Troides Helena, Papilio memnon, Cinitia iapis, Graphium sarpedon. Jumlah jenis kupu-kupu yang ditangkarkan bisa berubah sesuai dengan kemudahan pakan yang didapatkan, Jenis tumbuhan yang ditanam disajikan pada Tabel 12.

(36)

Tabel 12 Tumbuhan yang ditanam di kandang display dan kebun pakan

No Jenis tumbuhan Manfaat Jumlah

Kandang

5 Bunga pagoda Pakan

kupu-kupu

10 -

6 bunga kupu-kupu Pakan kupu-kupu Setiap jenis ataupun individu larva kupu-kupu akan berbeda dalam mengkonsumsi makannya. Gusnenti (2010) dalam penelitiannya larva jenis Pachliopta aristolochia bisa mengkonsumsi daun A. tagala sebanyak 0-5 g/hari. Troides Helena bisa mengkonsumsi A. tagala sebanyak 19.767 ± 2.324 g/ siklus larva atau sekitar 6-8 daun A. tagala (Pasaribu 2012). Perbedaan konsumsi pakan setiap individu kupu-kupu bisa menjadi perhitungan seorang pengelola dalam menyediakan makanan untuk kupu-kupu terutama pada saat fase ulat.

Pemberian pakan pada saat fase ulat dilakukan di dalam toples, ulat ini berasal dari hasil perkawinan kupu-kupu dewasa di dalam kandang display yang di pindahkan ketika masih telur. Telur yang menetas di dalam toples akan di beri makan daun inangnya yang diganti setiap hari untuk menjaga kesegaran dan nutrisi yang di butuhkan. Daun inang yang di berikan berasal dari kebun pakan yang disediakan sampai menjadi kepompong.

Pengelolaan Penangkaran

Pengelolaan penangkaran kupu-kupu dilakukan dengan sistem intensif yaitu pengelolaan dengan melakukan pengaturan perkawinan dan jumlah populasi dalam suatu komunitas dilakukan juga pemberian pakan secara intensif untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Dewi (2003) keberhasilan dalam suatu penangkaran sangat dipengaruhi oleh kondisi pakan dimana pakan yang baik akan mempengaruhi terhadap kesehatan satwa dan reproduksinya.

(37)

dipindahkan kedalam toples dan disimpan pada rak yang ada di dalam kantor pengelolaan. Semua telur akan di rawat sampai menjadi kupu-kupu dewasa yang siap dilepaskan di kandang display. Apabila kapasitas penangkaran sudah optimal maka kupu-kupu dewasa yang baru menetas akan dijadikan sebagai produk yang berbahan dasar kupu-kupu diantaranya bingkai kupu-kupu (figura), embedding,

gantungan kunci, dan garis buku.

Pengelolaan kesehatan dan pakan sangat diperlukan di penangkaran. Fase larva merupakan fase paling rentan terhadap serangan parasit. Parasit ini bisa menyebabkan bau yang menyengat dan berair bahkan bisa menyebabkan kematian. Jenis parasit kupu-kupu di penangkaran diantaranya adalah B. lasus,

Xanthopimpla Sp, Megaselia Sp (Rohmatulloh 2002). Keberhasilan dalam metamorfosa ulat menjadi kupu-kupu diharapkan dapat meningkatkan pasangan kawin dan perilaku kawin yang berdampak pada banyaknya jumlah telur yang dihasilkan.

Kebun pakan yang disediakan di penangkaran disediakan untuk pakan ulat sehingga jenis pakan yang tanam disesuaikan dengan jenis kupu-kupu yang di tangkarkan. Selain cadangan makanan di dalam penangkaran tumbuhan di kebun pakan di peruntukan untuk makanan ketika didalam toples ulat kupu-kupu. Setelah menjadi kepompong, kemudian dikeluarkan di kandang besar sampai menjadi kupu-kupu dewasa.

Pemanfaatan kupu-kupu hidup didalam penangkaran dilihat dari warna sayap dan aktraksi terbang. Prilaku kawin kupu-kupu bisa menjadi salah satu daya tarik untuk dinikmati pengunjung. Jumlah populasi yang berlebih didalam penangkaran bisa di manfaatkan untuk embedding dan pembuatan bingkai kupu-kupu atau souvenir lain yang berbahan dasar kupu-kupu-kupu-kupu. Gambaran penataan vegetasi di dalam penangkaran yang diharapkan ketika penangkaran sudah terbangun seperti disajikan pada Gambar 16 dan Gambar 17.

(38)

Gambar 17 Bentuk 3 dimensi di luar penangkaran

Paket Wisata

Wisata dapat diartikan sebagai perjalanan untuk mengunjungi objek-objek tertentu untuk mendapatkan kesenangan. Namun wisata tidak hanya sekedar mengadakan perjalanan, tetapi juga berinteraksi dengan lingkungan menggunakan sumberdaya yang ada (Holden 2000). Sumberdaya yang dapat dimanfaatkan dalam hal ini adalah wisata kupu-kupu HPGW, yang salah satu tindakannya adalah dengan membuat taman kupu-kupu dan penangkaran kupu-kupu yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kupu-kupu merupakan mahluk hidup yang berkembang biak dan memiliki teritori atau jelajah sehingga kecil kemungkinan untuk menemukan jenis kupu-kupu setiap harinya. Manipulasi komponen pakan bisa menjadi salah satu alternatif untuk menarik kupu-kupu datang ke suatu tempat yang kita inginkan. Beberapa jenis kupu-kupu ada yang menyukai bau-bauan, dan tak jarang jenis yang menyukai wangi-wangian.

Penambahan jenis pakan ulat dan pakan kupu-kupu yang tersentral pada suatu tempat bisa menjadi salah satu alternatif terbaik untuk mengundang kupu-kupu untuk datang mencari makan. Buah-buahan dan bau-bauan (air seni dan udang busuk) bisa menjadi salah satu alternatif yang digunakan untuk mengumpulkan kupu-kupu pada waktu-waktu tertentu sehingga kegiatan wisata bisa berjalan setiap tahunnya. Ada tiga paket wisata yang berbasis kupu-kupu di HPGW yaitu Butterfly finger, Butterfly park, dan Fun butterfly.

Paket Wisata Butterfly Finger

(39)

di Alam”. Lama tempuh paket wisata ini adalah 3.5 jam. Adapun kegiatan yang dilakukan pengunjung dalam paket wisata ini antara lain:

a Pengenalan Habitat

Pada aktivitas ini pengunjung dapat lebih mengetahui mengenai tempat tinggal kupu-kupu. Pengunjung diharapkan akan lebih mendapatkan kesadaran lebih untuk melestarikan lingkungan dan menjaga agar kupu-kupu tidak punah.

b Penyampaian Materi

Penyampaian materi mengenai siklus hidup, marfologi, pakan, dan lain sebagainya. Pada aktivitas ini pengunjung juga akan diberikan penjelasan mengenai aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan setelahnya.

c Menangkap Kupu-kupu

Penangkapan kupu-kupu dilakukan di alam dengan menggunakan jaring khusus, Kegiatan ini diharapkan menjadi kegiatan yang menjadi wisata yang menarik karena pengunjung dapat turut aktif sehingga dapat memberikan kepuasan lebih bagi pengunjung.

d Pengenalan dan Penyadapan Pohon Pinus

Tujuan dari penyadapan adalah untuk mengenalakan bahan dasar yang merupakan cairan resin yang berasal dari pohon Pinus pada saat pembuatan

embeding atau pembuatan produk dari kupu sebagai pemanfaatan dari kupu-kupu.

e Embeding

Embeding merupakan pembuatan produk yang nantinya dihasilkan oleh setiap pengunjung yang bisa dibawa pulang salah satu contohnya adalah gantungan kunci. Alternatif lain yang bisa dilakukan untuk produk kupu-kupu adalah book lend. Book lend merupakan pembuatan produk penganti dari

embeding. Apabila kegiatan embeding tidak bisa dilakukan karena faktor waktu dan bahan yang sulit didapatkan, book lend atau dalam bahasa indonesia disebut dengan garis buku dapat dilakukan.

(40)

Dalam paket wisata diperlukan jadwal kegiatan program untuk terciptanya kenyamanan, kesenangan, dan wawasan kupu-kupu dapat diserap oleh pengunjung. Adapun rincian kegiatan wisata tersebut disajikan dalam Tabel 13.

Tabel 13 Jadwal kegiatan paket wisata Butterfly finger

Waktu Kegiatan Keterangan Alat dan Bahan

09.00-Materi umum Seorang pemandu melakukan ice

breaking untuk memberikan materi

dan gambaran awal acara

Pengeras suara, leptop,

Perjalanan di pandu oleh pemandu wisata

Pemandu menjelaskan pakan apa saja yang ada di alam dan dapat ditemukan kupu-kupu yang ada dialam dan membawa kupu-kupu untuk nantinya di buat produk

Jaring-kupu-kupu, kertas papilot, jarm suntik (bila perlu)

Penyadapan pinus Pemandu menunjukan bagaimana

cara membuat koakan yang di ikuti oleh seluruh pengunjung.

Pengunjung beristirahat dan makan yang telah disediakan

Pemandu menjelaskan cara membuat

embeding dengan baik dan benar

kepada para pengunjung

Cetakan embeding, gurinda, kertas pasir halus, kawat penggantung kunci.

Paket wisata Butterfly Park

Paket wisata ini mengutamakan pengenalan kupu-kupu di taman kupu-kupu dan penangkaran kupu-kupu. Paket wisata ini bertemakan “Mengenal habitat

(41)

buatan kupu-kupu serta keanekaragaman jenisnya”. Paket wisata ini akan ditempuh dalam waktu 3 jam. Adapun kegiatan yang dilakukan pengunjung dalam paket wisata ini antara lain:

a Pemberian Materi Kupu-kupu

Pertama-tama pengunjung akan diberikan materi atau pengetahuan mengenai kupu-kupu, mulai dari siklus hidup, marfologi, pakan, dan lain sebagainya. Pada aktivitas ini pengunjung juga akan diberikan penjelasan mengenai aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan setelahnya.

b Kunjungan Taman Kupu-kupu

Kegiatan ini merupakan kegiatan pengunjung untuk melihat keanekaragaman jenis kupu-kupu beserta keindahannya serta dijelaskan komponen vegetasi di dalamnya.

c Permainan Outbond Kupu-kupu

Permainan outbond ini disesuaikan dengan kondisi dan keadaan pengunjung pada saat melakukan kunjungan wisata, salah satu contohnya adalah permainan menangkap kupu-kupu di taman dengan menggunakan sumpit dan juaranya berhak mendapatkan hadiah dari pengelola. Jadwal program untuk paket wisata Butterfly Park dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jadwal kegiatan paket wisata Butterfly Park

Waktu Kegiatan Keterangan Alat dan Bahan

Pemandu merapihkan pengunjung

untuk persiapan materi.

Pengeras suara

09.10-09.45

Materi umum Seorang pemandu melakukan ice

breaking untuk memberikan materi dan

gambaran awal kegiatan. kupu-kupu dan menikmati estetikanya. Selain itu pengunjung akan diberi

Pemandu memimpin rombongan

menuju lokasi

Pengeras suara

10.25-11.10

Penangkaran kupu-kupu Pengunjung melihat penangkaran dan

pelestarian kupu-kupu.

permainan yang disediakan bertujuan

untuk mengetahui sejauh mana

pengunjung mengetahui kupu-kupu.

(42)

Paket wisata Fun Butterfly

Paket wisata ini merupakan gabungan antara paket butterfly finger dan

butterfly park. Paket wisata ini bertemakan “belajar dan ceria bersama kupu -kupu”. Paket wisata ini akan ditempuh dalam waktu 3.5 jam. Adapun kegiatan yang dilakukan pengunjung dalam paket wisata ini antara lain:

a Pemberian Materi Kupu-kupu

Pengunjung akan diberikan materi atau pengetahuan mengenai kupu-kupu, mulai dari siklus hidup, marfologi, dan pakan,. Pada aktivitas ini pengunjung juga akan diberikan penjelasan mengenai aktivitas yang akan dilakukan selanjutnya.

b Pengenalan Habitat

Pada aktifitas ini pengunjung dapat lebih mengetahui mengenai tempat tinggal kupu-kupu dan diharapkan mendapat pengetahuan tentang kesadaran lebih untuk melestarikan lingkungan dan menjaga agar kupu-kupu tidak punah.

c Menangkap Kupu-kupu

Pengunjung diberkan kesempatan untuk bisa menangkap kupu-kupu di alam. Kecerian saat menangkap kupu-kupu diharapkan bisa menambah semangat untuk melakukan kegiatan selanjutnya.

d Pengenalan dan Penyadapan Pohon Pinus

Tujuan dari penyadapan adalah untuk mengenalakan bahan dasar yang merupakan cairan resin yang berasal dari pohon Pinus pada saat pembuatan

embeding atau pembuatan produk dari kupu sebagai pemanfaatan dari kupu-kupu.

e Taman Kupu-kupu

Pengunjung bisa melihat proses-proses metamorfosis kupu-kupu mulai dari telur sampai menjadi kupu-kupu dewasa. Pengunjung juga bisa menikmati keindahan kupu-kupu di dalam penangkaran dengan jarak yang dekat.

f Produk Kupu-kup

Pengunjung membuat produk dengan bahan dasar kupu-kupu. Ada dua alternataif dari produk ini yaitu embedding dan book lend yang nantinya bisa dibawa pulang oleh pengunjung . jadwal wisata paket Fun butterfly bisa dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 jadwal kegiatan paket Fun Butterfly

Waktu Kegiatan Keterangan Alat dan Bahan

09.00-09.10

Mengumpulkan pengunjung

Pemandu merapihkan pengunjung. Pengeras suara

09.10-09.45

Materi umum Seorang pemandu melakukan ice

breaking untuk memberikan

materri dan gambaran awal

Perjalanan dipandu oleh pemandu wisata

(43)

Tabel 15 jadwal kegiatan paket Fun Butterfly (lanjutan)

Waktu Kegiatan Keterangan Alat dan Bahan

10.00-10.15

Pengenalan habitat di alam

Pnjelasan mengenai daya dukung habitat untuk kelangsungan hidup kupu-kupu

Pengunjung menangkap

kupu-kupu yang ada dialam dengan ceria

Pengeras suara

10.45-11.00

Menyadap pohon

pinus

Pemandu memperlihatkan cara

membuat koakan yang diikuti pengunjung wisata

Pengunjung masuk kedalam

penangkaran kupu-kupu,

menikmati keindahan kupu-kupu pada jarak dekat.

Pemandu wisata

11.45-12.30

Produk kupu-kupu Pemandu menjelaskan produk

yang berbahan dasar kupu-kupu dan cara pembuatannya. jenis kupu-kupu akan meningkat pada saat menurunnya curah hujan. Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan kupu-kupu pada spot lokasi yang nantinya di kunjungi untuk wisata dengan cara pemancingan. Pemancingan merupakan teknik pengumpulan individu dengan menggunakan hal-hal yang menarik dan disukai kupu-kupu, contohnya menggunakan udang busuk dan beberapa tempat madu untuk menarik kupu-kupu dating ke lokasi itu.

Pengelolaan pengunjung merupakan salah satu metode untuk dapat memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif yang dihasilkan dalam penyelenggaraan kegiatan wisata (Rachmawati 2012). Salah satu cara untuk pengelolaan pengunjung yang dapat dilakukan untuk paket wisata di HPGW antara lain sistem booking dan pengurusan izin masuk kawasan. Sistem

booking ini mengaharuskan pengunjung untuk memesan terlebih dahulu paket wisata yang ada sehingga jumlah pengunjung dapat dikendalikan dan tidak mengganggu ekosistem yang ada di HPGW. Selain itu pengelolaan pengunjung dapat dilakukan dengan penyediaan pemandu wisata atau interpreter untuk mendampingi pengunjung dan menjelaskan mengenai kupu-kupu yang ada di HPGW. Hal ini bertujuan untuk adanya pengawasan bagi pengunjung. Selain itu diharapkan informasi kepada pengunjung akan lebih tersampaikan.

Analisis kelayakan usaha penangkaran kupu-kupu Komponen biaya

(44)

penangkaran kupu-kupu adalah wisata dan produk kerajinan (figura dan

embedding). Dalam suatu usaha minimalnya ada 2 komponen biaya yaitu biaya investasi, biaya operasional. Biaya investasi adalah biaya awal yang dikeluarkan untuk memulai suatu usaha, biaya ini dikeluarkan hanya sekali, cenderung besar, dan memiliki usia pakai yang lama. Biaya operasional terbagi 2 yaitu biaya tetap dan biaya fariabel. Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan terus menerus secara berkala untuk keberlanjutan suatu usaha. Biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh besar kecilnya suatu produksi.

Untuk bangunan suatu penangkaran membutuhkan dana sebesar Rp 64.915.000 dengan rincian seperti pada Tabel 11. Biaya operasional meliputi petugas administrasi, pemelihara kupu-kupu, tukang kebun, dan perawatan invesatasi. Biaya variabel meliputi listrik, pakan tambahan, dan bahan baku produksi. Biaya operasional penangkaran kupu-kupu disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16 biaya operasional usaha penangkaran kupu-kupu

No Biaya operasional Jumlah (Rp/tahun)

Biaya tetap 1 Upah

a. Petugas administrasi 7 200 000

b. Pemelihara kupu-kupu 7 200 000

c. Tukang kebun 7 200 000

2 Perawatan investasi 6 000 000

Biaya variabel

1 Listrik 2 400 000

2 Pakan tambahan 1 200 000

3 Bahan baku produksi

a. Figura 24 000 000

b. Embedding 4 800 000

Total 60 000 000

Komponen penerimaan

Penerimaan merupakan seluruh uang yang diterima pada suatu usaha dari penjualan produk. Produk yang ditawarkan adalah paket wisata dan aneka kerajinan kupu-kupu. Jika diasumsikan kunjungan wisata sebesar 6000 orang/tahunnya dengan tiket masuk penangkaran sebesar Rp 10.000. pemasukan wisata merupakan pemasukan terbesar dibandingkan dengan penjualan produk lain. Figura dijual dengan harga Rp 35.000/buah dengan modal Rp 20.000/buah dan embedding dijual seharga Rp 10.000/buah dengan modal Rp 4.000/buah. Komponen penerimaan usaha penangkaran kupu-kupu disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17 penerimaan usaha penangkaran kupu-kupu

No Penerimaan Jumlah (Rp/tahun)

Produk kerajinan

1 Figura 42 000 000

2 Embedding 12 000 000

Wisata

1 Tiket masuk 60 000 000

(45)

Biaya yang diterima setiap tahunnya merupakan modal untuk keberlanjutan usaha, karena biaya yang diterima nantinya akan dikurangi dengan biaya operasional sehingga menghasilkan pendapatan bersih. Tingginya biaya investasi mengakibatkan keuntungan negatif pada tahun pertama namun pada tahun kedua dan seterusnya keuntungan penangkaran mulai positif dan pada tahun ke tiga biaya investasi sudah tergantikan. Data pendapatan usaha penangkaran kupu-kupu disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 pendapatan usaha penangkaran kupu-kupu

Item Tahun ke (dalam 1000)

0 1 2 3 4 5

Pendapatan 0 114 000 114 000 114 000 114 000 114 000 Biaya 64 915 60 000 60 000 60 000 60 000 60 000 Pendapatan bersih -64 915 54 000 54 000 54 000 54 000 54 000 Pendapatan aktual

(i=5%) -64 915 51 408 48 978 46 656 44 442 42 336 Kelayakan usaha

Analisis ini didasarkan atas kelayakan usaha berdasarkan penghasilan finansial. Ada 3 analisis yang digunakan yaitu Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR). NPV merupakan selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan berdasarkan discount faktor yang dilihat saat ini. BCR merupakan kriteria kelayakan suatu usaha untuk dijalankan dengan melihat perbandingan antara penerimaan yang masuk dengan biaya yang dikeluarkan selama usaha berlangsung. IRR merupakan keberhasilan untuk mengembalikan modal usaha yang ditanamkan.

a Net Present Value (NPV)

Pada usaha penangkaran kupu-kupu Nilai NPV mencapai Rp 168.875.000, nilai ini menunjukan keuntungan yang akan diperoleh selama usaha lima tahunan pada saat suku bunga sebesar 5%. Usaha penangkaran kupu-kupu ini dikatakan layak karena nilai NPV yang dihasilkan lebih besar dari 0. Perhitungan usaha NPV penangkaran kupu-kupu di HPGW disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19 Perhitungan NPV usaha penangkaran kupu-kupu

No Item Jumlah (Rp/5tahun)

1 Total penerimaan 570 000 000

2 Total biaya 300 000 000

3 Pendapatan bersih 270 000 000

4 Pv positif (i=5%) 233 820 000

5 NPV 168 875 000

b Benefit Cost Ratio (BCR)

Gambar

Gambar 1 Lokasi penelitian
Gambar 2  Analisis vegetasi hutan sejenis
Gambar 4 Bentuk jalur metode transek
Tabel 1 Klasifikasi nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (Facrul 2008)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Pembangunan Daerah Pertumbuhan Ekonomi Kecamatan Ketimpangan Distribusi Pendapatan Antar Kecamatan Ketersedian Infrastruktur Tipologi

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan remaja putri kelas XI tentang gangguan menstruasi di SMA 1 Sukoharjo tahun 2014,

Tabel 5.3 Tabulasi silang responden berdasarkan ketepatan menggosok Gigi dengan stadium karies gigi pada anak kelas 5 dan 6 di SDN Bulak Rukem 2 Surabaya pada tanggal 10 Juli 2017

Diener (1984) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki Subjective Well Being yang tinggi ialah seseorang yang puas terhadap kondisi hidupnya dan memiliki pengalaman positif

berikut: a) tingginya angka kejadian penyakit Demam Berdarah, sehingga berdampak pada kualitas hidup sehat masyarakat desa Purwosari, b) tingginya angka perokok

dari pekerjaan proyek pembangunan rumah hunian, sehingga dapat diketahui durasi penyelesaian proyek dan (2) Mengetahui aktivitas mana saja yang merupakan lintasan

Dan pendekatan yang vulgar kepada arti modernitas, di mana penonjolan segi-segi kehidupan material merupakan gejala yang amat umum, akan senantiasa merongrong atau memperlemah

(3) Untuk mengetahui hasil pengembangan pendidikan kedisiplinan di MTs Muhammadiyah Kemuning Tegalombo Pacitan. Untuk mengumpulkan data, penulis menggunakan beberapa