• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Efisiensi Pemasaran Ikan Segar Dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Efisiensi Pemasaran Ikan Segar Dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN EFISIENSI PEMASARAN IKAN

LAUT SEGAR DARI PELABUHAN PERIKANAN

NUSANTARA BRONDONG

MIFTACHUL HUDA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran Ikan Laut Segar Dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

(4)

RINGKASAN

MIFTACHUL HUDA. Strategi Efisiensi Pemasaran Ikan Segar Dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong. Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan ERNANI LUBIS.

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong merupakan pelabuhan perikanan yang paling sibuk di Jawa Timur. Ikan yang didaratkan di PPN Brondong beragam. Ikan swangi (Priacanthus tayenus) dan ikan kuniran (Upeneus sulphureus) merupakan ikan hasil tangkapan dominan serta ikan tongkol (Auxis thazard) dan ikan kakap merah (Lutjanus malabaricus) merupakan ikan ekonomis tinggi yang di daratkan di PPN Brondong. Ikan yang berasal dari PPN Brondong ini dipasarkan ke berbagai daerah baik di Lamongan sendiri, kota disekitar Jawa Timur hingga keluar provinsi. Ikan yang berasal dari PPN Brondong yang dipasarkan di berbagai tempat memiliki tingkat kenaikan harga yang signifikan. Kenaikan ini disebabkan adanya perlakuan dalam kegiatan pemasaran dan pengambilan keuntungan selama ikan didistribusikan.

Ikan dari PPN Brondong teridentifikasi adanya masalah dalam hal pemasarannya yaitu ketidak efisienan dari rantai pemasaran. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk menyusun strategi peningkatan efisiensi pemasaran ikan segar dari PPN Brondong. Secara khusus bertujuan [1] menghitung efisiensi pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong, [2] mengidentifikasi faktor-faktor berpengaruh pada efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong, dan [3] merumuskan strategi peningkatan efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November-Desember tahun 2014 di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan dengan metode kasus terhadap strategi peningkatan efisiensi pemasaran ikan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung di pelabuhan. Data sekunder yang diambil adalah terkait dengan jumlah hasil tangkapan nelayan, volume ikan yang dipasarkan, harga ikan yang ada di PPN, jumlah pengepul dan jumlah distributor. Responden yang diwawancarai untuk pengisian kuisioner adalah nelayan, pedagang/bakul, serta distributor. Pengambilan responden dilakukan secara purposive sampling yang dapat mewakili tujuan penelitian.

(5)

Faktor utama dari permasalahan tidak efisiennya pemasaran ikan segar dari PPN Brondong ada lima, yaitu: sumberdaya manusia, biaya penanganan, fasilitas yang masih sederhana, metode penanganan ikan pasca penangkapan dan lingkungan kerja yang tidak higienis. Melihat tidak efisiennya pemasaran ikan dari PPN Brondong, maka perlu adanya strategi untuk meningkatkan efisiensi pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong.

Strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran ikan di PPN Brondong antara lain: [1] pengoptimalan produksi ikan di PPN Brondong dan memperluas jaringan pemasaran ke kota-kota kecil yang belum menjadi lokasi pemasaran agar ikan dapat terpasarkan secara maksimal, [2] pengoptimalan coldstorage untuk menjaga stok ikan di PPN agar stabil dimusim paceklik, [3] peningkatan sarana dan prasarana untuk mendukung pengembangan industri perikanan sehingga ikan keluar dari pelabuhan sudah menjadi produk dengan nilai tambah, [4] menjalin kerjasama dengan pelabuhan lain untuk dapat mensuplai ikan ke PPN Brondong sebagai bahan baku perusahaan pengolahan ikan yang berdiri disekitar pelabuhan, [5] melakukan pemasaran komoditas ikan dengan harga yang bersaing dengan pelabuhan lain termasuk ikan yang menjadi bahan pokok perusahaan agar harga tidak dimonopoli perusahaan, [6] pembuatan peraturan pemerintah mengenai batas minimal harga ikan serta kriteria minimal kualitas ikan yang layak dipasarkan, [7] pengaktifan PPDI dengan sistem lelang untuk dapat meningkarkan efisiensi biaya pemasaran ikan serta menjalankan program SLIN, [8] pengaktifan PPDI beserta dermaga bongkarnya dan pengaktifan sistem lelang sehingga nelayan terhindar dari monopoli harga oleh perusahaan, selain itu juga dapat bersaing harga dan kualitas ikan dengan pelabuhan lain

(6)

SUMMARY

MIFTACHUL HUDA. Efficiency Fresh Fish Marketing Strategy from Brondong Fishing Port. Supervised by IIN SOLIHIN and ERNANI LUBIS.

Brondong fishing port is the busiest fishing port in East Java. Fish landed in Brondong fishing port is diverse. Spotted big eye fish (Priacanthus tayenus) and yellow goat fish (Upeneus sulphureus) is the dominant fish catches and eastern little tuna (Auxis thazard) and red snapper (Lutjanus malabaricus) is an economical high in fish landed in Brondong fishing port. Fish from Brondong fishing port is marketed to various regions in Lamongan, East Java town to the other provinces. Fish originated in Brondong fishing port are marketed in various places have a significant level of price increases. This increase was due to the treatment in marketing activities and making profits for fish distributed.

Fish from Brondong fishing port identified problems in terms of marketing, that is inefficiency of marketing actors. The general purpose of this research is to develop a strategy for increasing efficiency of fresh fish marketing in Brondong fishing port. The purpose of research are specifically is [1] calculate efficiency marketing of fish in Brondong fishing port, [2] identify the factors that affect the efficiency marketing of fish in Brondong fishing port, and [3] formulate a marketing strategy to increase the efficiency

This study was conducted in November-December 2014 at Brondong fishing port Lamongan, East Java. Research conducted by case method to increase efficiency fish marketing strategy in Brondong fishing port. The data used are primary data and secondary data. The primary data obtained through interviews and direct observation in the harbor. Secondary data taken is related to the amount of the catch, the volume of fish sold, the price of fish in the Brondong fishing port, the number of collectors and a number of distributors. Respondents were interviewed and for filling the questionnaire are fishermen, traders, as well as distributors. Intake of respondents taken by purposive sampling in order to represent research purposes.

Based on the analysis, showed that fish marketing spotted big eye, yellow goat fish, eastern little tuna and red snapper are derived from Brondong fishing port still be at a level not efficient even for red snapper efficient approach. Marketing said to be efficient if the efficiency of marketing (Eps) is less than five percent (Eps< 5%), and is said to be efficient if the value of marketing efficiency greater than five percent (Eps >5%). Spotted big eye fish and yellow goat fish respectively in the two chains have a level of marketing efficiency of 7.38% and 6.85%. Swordfish passed 5 chain to reach consumers, ranging from second to fifth chains have an efficiency level marketing supplyer of 22.94%, 17.20% level agents, 14.67% level, wholesalers and 14 retailers 57% level. Snapper into a commodity with all the value chain approach efficiently than eastern little tuna where the value of their marketing efficiency level supplyer 8.22%, 9.29% level agent, 6.51% level, wholesalers and retailers 5.44% level.

(7)

fishing port, so there needs to a strategy to improve the efficiency of fish marketing in Brondong fishing port.

The strategy can be applied to improve the efficiency of fish marketing in Brondong fishing port among other things: [1] optimization of fish production in Brondong fishing port and expand marketing network to smaller towns that are not yet marketing location so that the fish can be maximum marketed, [2] optimization coldstorage to preserve fish stocks in Brondong fishing por for stable season drought, [3] the improvement of facilities and infrastructure to support the development of the fishing industry so that the fish out of the harbor has become a product with added value, [4] to establish cooperation with other ports to be able to supply fish to Brondong fishing port as raw material for fish processing companies were established around the port, [5] doing commodity marketing of fish at a price competitive with other ports including fish that became a staple companies that price is not monopolized by the company, [6] making of government regulations on the minimum limit of the price of fish and the minimum quality criteria for marketable fish, [7] Activation PPDI with the auction system in order to improve the efficiency of fish marketing costs as well as running the program SLIN, [8] PPDI activation along with its loading dock and the activation of an auction system so that fishermen avoid monopoly pricing by companies , but it also can compete in price and quality of fish with other ports

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

STRATEGI PENINGKATAN EFISIENSI PEMASARAN IKAN

LAUT SEGAR DARI PELABUHAN PERIKANAN

NUSANTARA BRONDONG

MIFTACHUL HUDA

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran Ikan Segar dari Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Iin Solihin, S.Pi M.Si dan Ibu Dr Ir Ernani Lubis, DEA selaku pembimbing, Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si selaku penguji, serta Prof Dr Ir Mulyono S Baskoro, MSc selaku Komisi Pendidikan yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong yang telah memberikan ijin penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Terima kasih kepada Novia Nurul Afiyah dan Novita Putri yang turut membantu dalam proses pengambilan data. Terima kasih kepada Ibu Tri Wahyu Budiarti, Ibu Mas Umamah, Bapak Iqbal Himam, Wildy Kamali E, Oktavianto Prastyo D, Benaya M Simeon, Wahida Kartika, Nora Akbarsyah, Ramziah An-najah, Asep Hamzah, serta seluruh teman-teman Teknologi Perikanan Laut yang memberikan bantuan dalam pengerjaan maupun semangat tiada henti.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016

(14)

DAFTAR ISI

Tempat dan Waktu Penelitian 4

Metode Penelitian dan Pengumpulan Data 5

Analisis Data 7

Analisis Efisiensi Pemasaran Distribusi Hasil Tangkapan 7

Faktor-faktor Berpengaruh Pada Efisiensi Pemasaran Ikan 7

Strategi Meningkatkan Efisiensi Pemasaran Ikan di PPN Brondong 8 3 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Kondisi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong 9

Lokasi Pemasaran Ikan PPN Brondong 11

Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong 12

4 EFISIENSI PEMASARAN IKAN LAUT SEGAR DI PPN BRONDONG

Pendahuluan 14

Materi dan Metode Penelitian 15

Hasil 17

Pembahasan 28

Kesimpulan 31

5 FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH PADA EFISIENSI PEMASARAN IKAN SEGAR DARI PPN BRONDONG

Pendahuluan 32

Materi dan Metode Penelitian 32

Hasil 34

Pembahasan 40

Kesimpulan 44

6 STRATEGI MENINGKATKAN EFISIENSI PEMASARAN IKAN DI PPN BRONDONG

Pendahuluan 44

Materi dan Metode Penelitian 45

Hasil 48

Pembahasan 54

Kesimpulan 56

7 PEMBAHASAN UMUM 57

8 KESIMPULAN DAN SARAN 58

DAFTAR PUSTAKA 59

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jenis data yang diambil pada saat penelitian 5

2 Perusahaan pengolahan disekitar PPN Brondong 9

3 Jumlah kapal dan jenis alat tangkap di PPN Brondong 11

4 Jumlah tenaga kerja yang berkecimpung di PPN Brondong 11

5 Tujuan dan volume pemasaran ikan dari PPN Brondong 12

6 Daftar fasilitas pokok di PPN Brondong 13

7 Fasilitas fungsional pendukung pemasaran ikan di PPN Brondong 13

8 Daftar fasilitas penunjang di PPN Brondong 14

9 Pemanfaatan ikan yang dipasarkan 17

10 Nama perusahaan pengolahan ikan di sekitar PPN Brondong 17

11 Margin harga ikan swangi 20

12 Margin harga ikan kuniran 20

13 Margin harga ikan tongkol 21

14 Margin harga ikan kakap merah 21

15 Perhitungan kenaikan harga ikan swangi 22

16 Perhitungan kenaikan harga ikan Kuniran 23

17 Perhitungan kenaikan harga ikan tongkol 23

18 Perhitungan kenaikan harga ikan kakap merah 25

19 Tingkat efisiensi pemasaran ikan swangi 26

20 Tingkat efisiensi pemasaran ikan kuniran 26

21 Tingkat efisiensi pemasaran ikan tongkol 27

22 Tingkat efisiensi pemasaran ikan kakap merah 28

23 Nilai efisiensi pemasaran semua pada setiap rantai 30

24 Komparasi penyebab tidak efisiennya pemasaran ikan 30

25 Penyebab tidak efisiennya pemasaran ikan 34

26 Jenis-jenis biaya pengeluaran untuk perlakuan 36

27 Permasalahan efisiensi pemasaran dan solusi 40

28 Penyajian matriks SWOT 45

29 Data internal dan eksternal yang dibutuhkan untuk analisis SWOT 46 30 Penilaian bobot faktor strategis internal untuk meningkatkan

efisiensi pemasaran ikan di PPN Brondong 47

31 Penilaian bobot faktor strategis eksternal untuk meningkatkan

efisiensi pemasaran ikan di PPN Brondong 48

32 Matriks IFAS (Internal Factor Strategy) 50

33 Matriks EFAS (External Factor Strategy) 52

34 Matriks SWOT 52

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong 4

2 Diagram Ishikawa 8

3 Pola analisis SWOT dan potensi pengembangan 9

4 Lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong 10

5 Diagram produksi ikan dominan di PPN Brondong menurut

jenisnya tahun 2013 12

(16)

7 Alur pemasaran ikan swangi dan ikan kuniran di PPN Brondong 18

8 Alur pemasaran ikan tongkol dari PPN Brondong 19

9 Alur pemasaran ikan kakap merah 19

10 Grafik tingkat kenaikan harga ikan di tiap rantai 29

11 Ilustrasi Diagram Ishikawa 33

12 Ikan yang diinjak di keranjang untuk memadatkan 35

13 Para buruh yang sedang mensortir ikan di TPI PPN Brondong 36

14 Pengangkutan ikan dengan keranjang dari TPI menuju truk 37

15 Penuangan ikan dalam drum yang hanya diberi bongkahan es 38

16 Hasil analisis diagram ishikawa pada faktor-faktor berpengaruh

terhadap efisiensi pemasaran di PPN Brondong 39

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Perkembangan harga ikan swangi selama 20 hari 63

2 Perkembangan harga ikan kuniran selama 20 hari 64

3 Perkembangan harga ikan tongkol selama 20 hari 65

4 Perkembangan harga ikan kakap merah selama 20 hari 66

5 Ikan yang masuk PPN Brondong dari jalur darat 67

6 Peta daerah pemasaran ikan tongkol dari PPN Brondong 68

7 Peta daerah pemasaran ikan kakap merah dari PPN Brondong 69

8 Penentuan nilai internal pada analisis SWOT 70

9 Penentuan nilai eksternal pada analisis SWOT 71

(17)

1.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Negara Indonesia yang merupakan Negara Maritim atau Kepulauan memiliki potensi lestari sumberdaya perikanan laut sekitar 6,5 juta ton/tahun dengan tingkat pemanfaatan mencapai 5,71 juta ton pada tahun 2011. Indonesia memiliki luas lautan mencapai 5,8 juta km2 yang terdiri dari perairan teritorial, perairan laut 12 mil dan perairan ZEE Indonesia (Noegroho, 2013). Salah satu wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia (WPP-RI) yang memiliki sumberdaya ikan yang cukup besar adalahWPP-RI 573 dengan potensi lestari 491,7 ribu ton/tahun dan WPP-RI 712 dengan potensi lestari 836,6 ribu ton/tahun (PUSDATIN KKP, 2011).

Jawa Timur dikelilingi oleh WPP-RI 573 dan WPP RI 712 yang memiliki potensi lestari perikanan masing-masing 491,7 ribu ton/tahun dan 836,6 ribu ton/tahun. Potensi yang ada di perairan membuat aktifitas bidang penangkapan ikan menjamur hampir di seluruh wilayah utara dan selatan Jawa Timur. Bukti besarnya produksi perikanan yang dimiliki Jawa Timur salah satunya dapat dilihat dengan adanya aktifitas bongkar muat hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong-Lamongan. Data Statistik Nasional menunjukkan total produksi ikan untuk tingkat provinsi Jawa Timur tahun 2013 sebesar 381.573,90 ton dan yang didaratkan di tempat pelelangan ikan PPN Brondong sebesar 70.150 ton (BPS, 2014).

Ikan merupakan komoditi mudah rusak sehingga diperlukan penanganan khusus dalam proses pemasaran agar tetap terjaga kesegarannya. Menurut Triyanti dan Shafitri (2012), pemasaran produk harus mendapatkan perhatian khusus karena merupakan salah satu kunci pengembangan usaha. Menurut Lubis (2012), pelabuhan perikanan adalah tempat awal dilakukan pemasaran ikan hasil tangkapan sehingga sejak dari pelabuhan perikanan sampai pendistribusiannya perlu diperhatikan penanganannya agar ikan tetap dalam kondisi segar ketika sampai di konsumen. Pemasaran memiliki peranan penting demi sampainya produk ke tangan konsumen.

Aktivitas pemasaran harus ada dalam setiap kegiatan produksi untuk dapat berkelanjutan. Menurut Anwar (2011), sistem pemasaran dapat dimaknai sebagai mata rantai penghubung antara pihak produsen dengan konsumen termasuk semua tata cara, arus, pelayanan, serta pelaku usaha. Memasarkan barang harus dapat dilakukan secara efisien agar harga komoditas yang dipasarkan tidak terlampau mahal dibandingkan biaya produksi.

Tingkat efisiensi dari suatu kegiatan pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus matematis. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Oktariza et al (1996), untuk melihat tingkat efisiensi pemasaran ada 4 analisis kuantitatif yang perlu diperhatikan meliputi margin pemasaran, biaya dan keuntungan pemasaran serta fisherman’s share. Efisiensi pemasaran ikan dianalisis meliputi biaya pemasaran, harga ikan di pasaran, keuntungan lembaga pemasaran, analisis efisiensi pemasaran, analisis margin pemasaran dan analisis saluran pemasaran (Ismail et al, 2008).

(18)

konsumen. Pelabuhan merupakan tempat bertemunya antara nelayan dengan para pembeli ikan baik itu konsumen secara langsung atau pun dari para pemilik industri pengolahan ikan, sesuai dengan amanat PERMEN No. 8 tahun 2012 mengenai fungsi pengusahaan meliputi pelayanan bongkar muat ikan, pelayanan pengolahan hasil perikanan, serta pemasaran dan distribusi ikan. Para pengusaha yang membutuhkan ikan sebagai bahan baku untuk diproduksi menjadi barang konsumsi sangat bergantung pada kestabilan bahan baku yang ada di pelabuhan perikanan. Menurut PERMEN No. 16 tahun 2006 tentang fungsi pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan, pemasaran dan distribusi ikan, pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan, pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumber daya ikan, maka peran pelabuhan menjadi sangat penting disini untuk memastikan komoditas bahwa bahan baku untuk industri pengolahan tetap tersedia. Menjaga stabilitas harga ikan yang ada di pasaran juga turut menjadi tanggung jawab dari pihak pelabuhan dengan cara menjaga komoditas ikan tetap selalu ada tanpa ada dampak dari musim panen dan musim paceklik ikan. Selain menjaga agar ikan selalu ada, harga juga menjadi masalah yang tidak lepas dari jumlah ikan yang ada di pendaratan ikan. Harga ikan yang cenderung fluktuatif juga membuat para pemilik industri mengalami pasang-surut dalam kegiatan produksi olahan ikan ini sendiri.

Pemasaran ikan di PPN Brondong teridentifikasi adanya masalah. Permasalahan terjadi dari sisi nelayan yang ada di PPN Brondong dan dari sisi konsumen akhir. Nelayan PPN Brondong saat ini mendapatkan harga ikan hasil tangkapan belum sesuai dengan harga yang ada dipasaran. Nelayan selayaknya mendapatkan hasil penjualan layak yang mendekati harga ikan di tingkat konsumen. Ikan kakap merah dan ikan tongkol merupakan salah satu ikan yang di tingkat nelayan dengan konsumen akhir memiliki harga yang berbeda jauh. Ikan kakap merah di tingkat nelayan dijual dengan harga Rp.40.000/kg sedangkan ditingkat konsumen mencapai Rp.70.000/kg serta ikan tongkol ditingkat nelayan Rp.9.500/kg, ditingkat konsumen mencapai Rp.25.000/kg.

Melihat adanya permasalahan yang muncul tersebut, perlu menghitung efisiensi pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong. Selain itu perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemasaran ikan serta bagaimana strategi yang dapat meningkatkan efisiensi yang ada. Menurut Ismail

et al (2008), pemasaran merupakan kegiatan yang penting dalam menjalankan usaha perikanan, karena pemasaran merupakan tindakan ekonomi yang berpengaruh terhadap naik turunnya pendapatan nelayan. Produksi akan sia-sia bila harga rendah, maka pemasaran harus baik dan efisien. Hasil-hasil perikanan

(19)

Identifikasi Masalah

Aktivitas pemasaran ikan dari pelabuhan perikanan hingga mencapai konsumen merupakan hal yang harus ada untuk memastikan produk sampai di konsumen. Harga ikan di tingkat konsumen berbeda relatif tinggi dibanding harga ikan yang baru didaratkan di pelabuhan perikanan. Kurang efisiennya penanganan dan pemasaran ikan diindikasi menjadi penyebab perbedaan harga yang tinggi antara di tingkat nelayan dengan konsumen. Tingkat efisiensi pemasaran tiap jenis ikan juga memiliki perbedaan tergantung dari lokasi pemasarannya. Banyak faktor yang membuat pemasaran ikan menjadi tidak efisien mulai dari sumberdaya manusia hingga dari penggunaan alat transportasi dalam kegiatan pemasaran. Mengasilkan kegiatan pemasaran yang efisien diperlukan suatu strategi dimana dapat meningkatkan efisiensi dari aktivitas pemasaran itu sendiri.

Tujuan Penelitian

1. Menganalisis efisiensi pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong;

2. Mengidentifikasi faktor-faktor berpengaruh pada efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong;

3. Merumuskan strategi peningkatan efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong.

Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat diantaranya: 1. Akademisi : diharapkan dapat menambah wawasan mengenai kondisi

pemasaran ikan yang ada di PPN Brondong.

2. Distributor : diharapkan dapat menjadi solusi dalam penyelesaian masalah efisiensi pemasaran ikan.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola PPN Brondong untuk

mengefisienkan sistim pemasaran ikan

Kerangka Pemikiran

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong merupakan salah satu pelabuhan perikanan terbesar di Jawa Timur yang menjadi pusat pemasaran ikan. Aktivitas pemasaran ikan terjadi setiap hari di PPN Brondong dengan berbagai macam jenis ikan dipasarkan. Ikan yang berasal dari PPN Brondong dipasarkan ke berbagai daerah di pulau Jawa dan Bali. Ikan dipasarkan ke pasar tradisional dan perusahaan. Beberapa jenis ikan yang berasal dari PPN Brondong dikirim ke perusahaan untuk menjadi bahan baku olahan produk perikanan dan sebgaian jenis lainnya di kemas untuk kemudian di ekspor.

(20)

Melihat pentingnya efisiensi pemasaran dalam aktivitas perputaran produk perikanan ini, perlu adanya informasi mengenai tingkat efisiensi pemasaran yang ada di PPN Brondong, faktor-faktor berpengaruh dalam efisiensi pemasaran ikan serta strategi peningkatan efisiensi pemasaran ikan yang berasal dari PPN Brondong. Kerangka pemikiran ini disajikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka pemikiran efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong

2.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

(21)

Metode Penelitian dan Pengumpulan Data

Penelitian dilaksanakan berdasarkan studi kasus terhadap strategi peningkatan efisiensi pemasaran ikan dari Pelabuhan Perikanan Pantai (PPN) Brondong. Data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan observasi langsung di pelabuhan serta di setiap lokasi ikan dipasarkan. Wawancara dengan responden dilakukan langsung di setiap lokasi dengan meruntut tiap pelaku dari PPN Brondong hingga ke pedagang pengecer. Wawancara dilakukan terhadap 5 responden nelayan, 5 pemborong, 5 distributor, 5 sopir, 3 pedagang di pasar regional, 3 pedagang pasar kabupaten/kota dan 3 pedagang pasar kecamatan. Data sekunder yang dikumpulkan terkait dengan jumlah hasil tangkapan nelayan, volume ikan yang dipasarkan, harga ikan yang ada di PPN, jumlah pengepul dan jumlah distributor. Responden yang diwawancarai dan untuk pengisian kuisioner adalah nelayan, pedagang/bakul, serta distributor. Pengambilan responden dilakukan secara

purposive sampling agar dapat mewakili tujuan penelitian. Pada penelitian ini, data sekunder akan didapatkan dari instansi a) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong mengenai data fasilitas pelabuhan dan asal ikan yang didaratkan di pelabuhan, b) Dinas Kelautan dan Perikanan Lamongan mengenai informasi produksi dan nilai produksi ikan, pelaku usaha di Tempat Pelelangan Ikan, data statistik perikanan, serta lokasi tujuan distribusi ikan yang berasal dari PPN Brondong. Jenis data primer dan data sekunder yang diambil sesuai pada Tabel 1.

Pada penelitian efisiensi pemasaran ini, penelitian difokuskan pada aktivitas di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong sebagai lokasi awal pemasaran ikan. Lokasi selanjutnya yaitu pasar ikan Pabean surabaya sebagai lokasi pusat pemasaran ikan untuk tingkat agen penjualan ikan, pasar Larangan Sidoarjo sebagai lokasi pemasaran ikan yang berasal dari pasar pabean untuk pedagang tingkat pedagang besar, serta pasar Wonoayu Sidoarjo sebagai lokasi pemasaran tingkat pedagang pengecer.

Tabel 1. Jenis data yang diambil pada saat penelitian

No. Jenis

(22)

No. Jenis

(23)

Analisis Data Analisis Efisiensi Pemasaran Hasil Tangkapan

Analisis yang dilakukan adalah untuk mengukur tingkat efisiensi pemasaran ikan dari PPN Brondong hingga ke angan konsumen. Pengukuran tingkat efisiensi dilihat dari beberapa indikator pengukuran yaitu biaya pemasaran ikan segar, pangsa harga ikan segar, keuntungan lembaga pemasaran, dan efisiensi pemasaran.

Menurut Anwar (1976), untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran Ikan pada masing-masing lembaga pemasaran, digunakan rumus sebagai berikut:

dimana:

Eps : Efisiensi Pemasaran

Bp : Biaya Pemasaran

HE : Harga Eceran

Kriteria:

– Eps < 5%, berarti efisien

– Eps > 5%, berarti tidak efisien

Efisiensi pemasaran terlihat dari sisi besarnya margin yang ada dari komoditas yang dipasarkan. Menurut Sudiyono (2004), secara matematis besarnya margin pemasaran dapat dilihat dengan menggunakan rumus (MP=Pr-Pf). MP adalah margin pemasaran, Pr adalah harga di tingkat pedagang pengecer, dan Pf adalah harga ditingkat produsen. Menurut Irawan (2007), efisiensi pemasaran merupakan maksimalisasi rasio luaran yang dilakukan oleh pedagang dan masukan yang meliputi sumberdaya ekonomi yang digunakan dalam kegiatan pemasaran.

Menurut Irawan (2007), sistem pemasaran semakin efisien apabila besarnya marjin pemasaran yang merupakan jumlah dari biaya pemasaran dan keuntungan pedagang semakin kecil. Dengan kata lain, perbedaan antara harga yang diterima petani dan harga yang dibayar konsumen semakin kecil.

Biaya pemasaran adalah semua biaya yang terjadi sejak produk selesai diproduksi dan di simpan dalam gudang dan sampai saat produk diubah kembali dalam bentuk tunai. biaya pemasaran merupakan biaya yang keluarkan dalam memasarkan, mendistribusikan, dan melayani produk atau jasa (Setiawan, 2014). Menurut Mulyadi (2005) biaya pemasaran adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan pemasaran produk.

Faktor-faktor Berpengaruh Pada Efisiensi Pemasaran Ikan

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap efisiensi pemasaran ikan salah satunya dapat dilakukan dengan mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan di pelabuhan perikanan Brondong melalui diagram ishikawa (fishbone diagram). Melalui diagram ini diharapkan nantinya akan teridentifikasi masalah-masalah beserta penyebabnya dalam pemasaran dan distribusi ikan yang ada di PPN Brondong.

(24)

Menurut Scavarda et al (2004) konsep dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan yang sering digunakan sebagai start awal meliputi material, mesin dan peralatan, sumber daya manusia, metode, lingkungan, dan pengukuran. Menurut Pande dan holpp (2001) kebanyakan penulis manajemen mutu merekomendasikan menggunakan metode

brainstorming untuk menghasilkan diagram sebab dan akibat (diagram ishikawa). Diagram fishbone (Gambar 2) merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan (Asmoko, 2013).

Gambar 2. Diagram Ishikawa

Strategi Meningkatkan Efisiensi Pemasaran Ikan Di PPN Brondong

Strategi efisiensi pemasaran ikan dari Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong dilakukan menggunakan analisis SWOT. Penggunaan analisis SWOT ini diperuntukkan untuk mencari solusi pemecahan masalah yang muncul dalam kegiatan rantai pasok yang ada di PPN Brondong. Melalui analisis SWOT ini diharapkan akan adanya solusi pemecahan masalah yang memberikan dampak positif terhadap tingkat efisiensi dari kegiatan pemasaran yang ada di PPN Brondong hingga mencapai industri pengolahan bahkan hingga konsumen akhir yang berbasis pada peningkatan peran pihak pelabuhan.

Analisis SWOT (Gambar 3) merupakan cara untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis dalam rangka memutuskan strategi yang ingin dilakukan. Penggunaan analisis ini berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths), peluang (oportunities), namun selain memanfaatkan itu juga harus meminimalisisr kelemahan (weaknesses), dan ancaman (threats). Analisis SWOT ini mempertimbangkan faktor lingkungan internal dari segi kekuatan dan kelemahan yang kemudian dibandingkan dengan faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Berdasarkan pertimbangan ini nantinya akan didapatkan suatu keputusan yang setrategis untuk mendapatkan tujuan yang maksimal dari suatu kegiatan (Rangkuti, 2011).

Proses Peralatan

Material Lingkungan n

Manajemen n

(25)

3.

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

Kondisi Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong terletak di Desa Brondong, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong secara geografis terletak pada koordinat 06o 53’

30, 81” LS dan 112o 17’ 01, 22” BT

. PPN Brondong memiliki lokasi yang strategis karena terletak di tengah beberapa pangkalan pendaratan ikan (PPI) yang ada di Kabupaten Lamongan diantaranya PPI Lohgung dan PPI Labuhan yang ada di sebelah barat PPN Brondong serta PPI Kranji dan PPI Weru yang berada di sebelah timur PPN Brondong. Lokasi pelabuhan dapat dilihat pada Gambar 4.

PPN Brondong juga memiliki nilai strategis dari sisi bisnis usaha pengolahan perikanan. Dibuktikan dengan telah adanya beberapa perusahaan pengolahan ikan yang berinvestasi dan didirikan di sekitar PPN Brondong serta mengambil bahan baku ikan dari pelabuhan tersebut. Berdasarkan data laporan tahunan PPN Brondong tahun 2013 terdapat 7 perusahaan yang berdiri di sekitar PPN Brondong. Secara rinci perusahaan yang berdiri disekitar PPN Brondong dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Perusahaan pengolahan disekitar PPN Brondong

NO NAMA PERUSAHAAN PRODUKSI OLAHAN

1. PT. HATNI Ikan fillet beku 2. PT. ANELA Ikan beku

3. CV. SINDI PRATAMA Surimi dan Ikan Beku 4. PT. 88 Surimi dan Ikan Beku 5. PT. 689 Ikan Beku dan Ikan Olahan 6. KUD. MINATANI Ikan Beku

7. PT. STARFOOD Ikan Beku

Sumber: PPN Brondong, 2013 (Diolah kembali)

3. Mendukung strategi turn arround

Peluang (O)

Kekuatan (S) Kelemahan (W)

Ancaman (T)

1. Mendukung strategi agresif

4. Mendukung strategi defensif

2. Mendukung strategi diversifikasi

(26)
(27)

Jumlah armada perikanan tangkap yang ada di PPN Brondong pada tahun 2013 mencapai 1.577 armada, dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 14.614 orang. Sebaran armada perikanan tangkap yang ada di PPN Brondong meliputi 2 kapal alat tangkap purse seine, 1.197 kapal dogol mingguan, 27 kapal dogol harian, 2 kapal payang, 247 kapal dengan alat tangkap rawai, dan 102 kapal

collecting (gendongan) (Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah kapal dan jenis alat tangkap di PPN Brondong

No. Jenis Alat

Tangkap Perikanan (Unit) Jumlah kapal Jumlah Nelayan / Kapal (orang) Jumlah Nelayan (orang)

1.

Tenaga kerja yang berkecimpung didalam pelabuhan perikanan nusantara juga sangat banyak yaitu mencapai 1.463 orang yang memiliki berbagai peran seperti bakul kecil, penjual besar/agen, tukang becak, kuli pikul, timbang dan sortir ikan, pedagang eceran dan tenaga kerja lainnya. Banyaknya tenaga kerja ini dikarenakan masyarakat yang tinggal disekitar PPN Brondong bergantung pada keberadaan pelabuhan ini. Besarnya perputaran uang yang ada di PPN Brondong dan banyaknya ikan yang didaratkan tiap hari juga membuat besarnya penyerapan tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.

.

Tabel 4. Jumlah tenaga kerja yang berkecimpung di PPN Brondong

NO. JENIS PEKERJAAN JUMLAH TENAGA KERJA

1. Bakul Kecil 42

Sumber: KUD Mina Tani tahun 2014

Lokasi Pemasaran Ikan PPN Brondong

(28)

Tabel 5. Tujuan dan volume pemasaran ikan dari PPN Brondong tahun 2013

Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong memiliki lima ikan dominan yaitu ikan kuningan (kuniran) (Priacanthus tayenus) 15.678 ton, ikan mata besar (swangi) (Upeneus sulphureus) 14.136 ton, ikan kapas-kapas (kapasan) (Lactarius lactarius) 6.986 ton, ikan layang (Decapterus russelli) 5.115 ton dan ikan ayam-ayam (Abalistes stellaris) 1.831 ton. Pada Gambar 5 ditunjukkan selain ikan dominan, juga terdapat ikan ekonomis tinggi yaitu kakap merah (Lutjanus malabaricus) sebanyak 585 ton dan ikan tongkol (Euthynus affinis) 1.183 ton.

Gambar 5. Diagram produksi ikan dominan di PPN Brondong menurut jenisnya

Fasilitas Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

Fasilitas yang ada di PPN Brondong terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu fasilitas pokok yang merupakan fasilitas utama dalam menunjang kegiatan operasional di pelabuhan perikanan, fasilitas fungsional yang merupakan pendukung pengembangan usaha perikanan tangkap yang ada di PPN Brondong, dan fasilitas penunjang merupakan fasilitas sekunder. Berikut ini merupakan rincian dari masing – masing fasilitas:

Fasilitas pokok yang ada di PPN Brondong ada enam jenis yaitu area lahan industri, dermaga, kolam pelabuhan, turap, jalan yang ada didalam pelabuhan dan

breakwater seperti yang tertera pada Tabel 6.

(29)

Tabel 6. Daftar fasilitas pokok di PPN Brondong

No Jenis Fasilitas Volume Kondisi

1.

Fasilitas fungsional memiliki peran yang penting dalam kegiatan perikanan yang ada di dalam pelabuhan. Fasilitas yang harus ada terutama fasilitas yang mendukung aktivitas pemasaran ikan. Meliputi fasilitas aktivitas dari ikan turun dari kapal hingga ikan siap dipasarkan keluar dari Pelabuhan. Setidaknya ada 16 jenis fasilitas yang ada di PPN Brondong yang dapat mendukung kelancaran kegiatan pemasaran. Jenis fasilitas yang mendukung pemasaran dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Fasilitas fungsional pendukung pemasaran ikan di PPN Brondong

No Jenis Fasilitas Volume Tingkat Pemanfaatan

1.

(30)

Tabel 8. Daftar fasilitas penunjang di PPN Brondong

No Jenis Fasilitas Volume

1.

4.

EFISIENSI PEMASARAN IKAN LAUT SEGAR DI PPN

BRONDONG

Pendahuluan

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong merupakan pelabuhan perikanan yang paling sibuk di Jawa Timur. Ikan yang didaratkan sangat bervariasi. Beberapa jenis ikan yang didaratkan di PPN Brondong diantaranya Ikan tongkol (Euthynus affinis) dan kakap merah (Lutjanus malabaricus) yang merupakan ikan ekonomis tinggi serta ikan kuniran (Upeneus sulphureus) dan ikan swangi (Priacanthus tayenus) merupakan hasil tangkapan dominan yang didaratkan di PPN Brondong. Ikan yang berasal dari PPN Brondong ini dipasarkan ke berbagai daerah baik di Lamongan sendiri, kota di sekitar Jawa Timur maupun keluar Provinsi Jawa Timur. Ikan yang berasal dari PPN Brondong memiliki tingkat kenaikan harga yang sangat signifikan dimana di tingkat pelabuhan harga salah satu ikan yaitu kakap merah hanya Rp.45.000/kg namun di tingkat konsumen mencapai Rp.60.000-80.000/kg. Kenaikan ini disebabkan karena adanya penanganan ikan selama pendistribusian. Distribusi merupakan bagian dari pemasaran yang selalu muncul ketika melakukan perpindahan barang barang dari satu tempat ke tempat yang lainnya dan terjadi pertambahan nilai. Distribusi merupakan faktor penting yang membuat perpindahan barang menjadi cepat (Deswindi, 2007).

Pemasaran dilakukan menggunakan alat transportasi darat berupa truk bak terbuka atau pick-up dimana ikan dimasukkan ke dalam drum ataupun palka fiber

yang diletakkan di atas kendaraan. Proses pemasaran ikan yang berasal dari PPN Brondong melalui banyak tangan/pelaku atau juga yang biasa disebut rantai pemasaran. Panjangnya rantai yang dilalui ini membuat pemasaran ikan yang menjadi tidak efisien. Rantai pemasaran mencakup semua link dari titik produksi (proses penangkapan ikan) sampai pengguna akhir atau konsumen akhir. Rantai pemasaran berisi kumpulan sub-pasar atau sistem pemasaran. Sebuah sistem pemasaran didefinisikan sebagai mata rantai hubungan antara produsen / pemasok dan konsumen, termasuk semua mekanisme yang menentukan hubungan antara laba produsen dan penyediaan produk fisik (Cenini, 2012).

(31)

Ikan Swangi (Priacanthus tayenus) Ikan Kuniran (Upeneus sulphureus)

Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus)

Gambar 6. Ikan obyek penelitian

Materi dan Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong, Pasar Pabean Surabaya (pasar induk), Pasar Larangan Sidoarjo (pasar kabupaten), dan Pasar Wonoayu (pasar kecamatan/desa). Penelitian dilakukan pada bulan November hingga Desember 2014. Pengambilan data dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu melakukan wawancara langsung dengan para pelaku yang ada di setiap lokasi pemasaran ikan. Wawancara dilakukan terhadap lima responden nelayan, lima pemborong, lima distributor, lima sopir, tiga pedagang di pasar regional, tiga pedagang pasar kabupaten/kota dan tiga pedagang pasar kecamatan. Penentuan jumlah responden diatas dikarenakan telah memiliki kesamaan informasi, sehingga informasi sudah dianggap cukup karena saling melengkapi dari responden yang sebelumnya.

(32)

pelaku dan besarnya margin yang terjadi, maka akan didapatkan tingkat efisien dari pemasaran ikan yang berasal dari PPN Brondong.

Efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat, berdaya guna, bertepat guna. Efisien artinya melakukan sesuatu dengan sumber daya yang hemat atau dengan tanpa pemborosan, sedangkan efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum (Anggrahini, 2011).

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (2006), efisiensi tata niaga dianalisis berdasarkan efisiensi teknis dan ekonomis. Efisiensi teknis dipilih karena memiliki kriteria yang jelas meliputi input pendapatan dan biaya barang yang dipasarkan hingga output dari barang yang dipasarkan. Pengukuran efisiensi ekonomis menggunakan margin rantai nilai yang ada di pasar sebagai alat ukurnya. Efisiensi teknis merupakan pengendalian fisik dari produk atau komoditas yang mencakup prosedur, teknis, dan besarnya skala operasi. Tujuan dari efisiensi teknis ini untuk penghematan fisik seperti mengurangi kerusakan barang, mencegah merosotnya mutu produk, dan menghemat tenaga kerja yang akan berdampak pengurangan ongkos berupa uang yang tergantung pada

economic environment dalam rantai nilai yang berlangsung. Efisiensi ekonomis menunjukkan bahwa perusahaan atau industri dengan teknik, skill dan pengetahuan yang ada, dapat bekerja atas dasar biaya rendah dan memperoleh keuntungan.

Margin pemasaran adalah perbedaan harga antara yang harus dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Menurut Anwar (1976), untuk menghitung margin pemasaran dapat menggunakan rumus:

=

dimana :

MP : Margin pemasaran

HK : Harga ditingkat konsumen HP : Harga ditingkat nelayan

(33)

dimana:

Eps : Efisiensi Pemasaran

Bp : Biaya Pemasaran

HE : Harga Eceran

Kriteria:

– Eps < 5%, berarti efisien

– Eps > 5%, berarti tidak Efisien

Hasil

Alur dan Lokasi Pemasaran

Berdasarkan observasi dan wawancara di PPN Brondong yang termasuk ikan ekonomis tinggi yaitu ikan tongkol dan ikan kakap merah, serta ikan kuniran dan ikan swangi merupakan ikan dominan. Ikan tongkol, kakap merah, kuniran dan swangi memiliki pemasaran serta pemanfaatan yang berbeda. Bentuk pemasaran tersebut tertera pada Tabel 9.

Tabel 9. Pemanfaatan ikan yang dipasarkan

NO. NAMA IKAN PEMANFAATAN

1. Ikan tongkol Konsumsi segar utuh

2. Ikan kakap merah Konsumsi segar utuh dan fillet

3. Ikan swangi Surimi dan konsumsi segar utuh 4. Ikan kuniran Surimi dan konsumsi segar utuh

Masing-masing pemasaran ikan memiliki alur yang berbeda-beda. Khusus ikan swangi dan ikan kuniran yang merupakan bahan baku untuk surimi, memiliki alur pemasaran yang sama yaitu dibawa menuju pabrik pengolahan yang ada di sekitar PPN Brondong. Ikan swangi dan ikan kuniran diolah di pabrik pengolahan yang berdiri di sekitar PPN Brondong (Tabel 10). Ikan yang telah diolah akan langsung dipasarkan keluar negeri untuk memenuhi pasar ekspor.

Tabel 10. Nama perusahaan pengolahan ikan di sekitar PPN Brondong

NO NAMA PERUSAHAAN PRODUKSI OLAHAN

1. PT. HATNI Ikan fillet beku 2. PT. ANELA Surimi dan Ikan beku 3. CV. SINDI PRATAMA Surimi dan Ikan Beku 4. PT. 88 Surimi dan Ikan Beku 5. PT. 689 Ikan Beku dan Ikan Olahan 6. PT. STARFOOD Surimi dan Ikan Beku

Alur pemasaran ikan swangi dan ikan kuniran memiliki kesamaan. Kesamaan ini dikarenakan kedua ikan ini merupakan bahan pokok untuk dijadikan surimi oleh perusahaan yang ada di sekitar PPN Brondong dan sebagian lagi dijual dalam bentuk ikan segar seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7. Ikan

��� = ��

(34)

swangi dan kuniran yang berbentuk segar dipasarkan di kota Lamongan, Sidoarjo, Tuban, Bojonegoro dan juga Surabaya.

Gambar 7. Alur pemasaran ikan swangi dan ikan kuniran di PPN Brondong

Ikan tongkol dan ikan kakap merah yang ada di PPN Brondong tidak semua berasal dari kapal yang mendarat di PPN Brondong, namun sebagian berasal dari pangkalan pendaratan ikan (PPI) yang ada di sekitar PPN Brondong, seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 5 dimana ikan tongkol berasal dari PPI Labuhan serta ikan kakap merah dari PPI Kandang Semangkon dan PPI Kranji.

Ikan tongkol memiliki daerah pemasaran yang cukup luas meliputi Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan dan Malang (Lampiran 6). Ikan tongkol dipasarkan dalam bentuk segar karena dijual di pasar tradisional dan dipergunakan untuk konsumsi rumah tangga.

(35)

Gambar 8. Alur pemasaran ikan tongkol dari PPN Brondong

Ikan kakap merah memiliki pasar tersendiri dan dipasarkan dalam bentuk

fillet serta dikonsumsi segar utuh. Pemasaran ikan kakap meliputi Surabaya dan Sidoarjo untuk masuk di perusahaan fillet ikan, dan Singaraja-Bali untuk dijadikan konsumsi ikan segar utuh di restoran. Lokasi pemasaran secara detail dapat dilihat pada Lampiran 7.

Sama halnya dengan ikan tongkol, ikan kakap merah setidaknya untuk mencapai konsumen dalam bentuk segar setidaknya membutuhkan lima rantai hingga sampai ditangan konsumen. Namun ada juga yang mencapai enam rantai karena dijual di restoran-restoran yang ada di sekitar tempat wisata di Pulau Bali. Secara detail rantai pemasaran ikan kakap merah dapat dilihat pada Gambar 9.

(36)

Harga dan Margin Pemasaran Ikan

Panjangnya alur pemasaran ikan yang dilakukan oleh pelaku menjadikan adanya kenaikan harga akibat adanya margin dari ikan yang dipasarkan. Setiap perpindahan pelaku yang dilalui sampai ke konsumen atau pembeli terakhir memerlukan atau menimbulkan adanya margin. Margin pemasaran ikan dari setiap jenis ikan berbeda-beda tergantung dari harga ikan itu sendiri ketika pertama kali dijual oleh nelayan dan juga jumlah pelaku yang ada didalamnya.

Ikan Swangi (Upeneus sulphureus) dan Ikan Kuniran (Priacantus tayenus)

Ikan swangi dan kuniran memiliki tingkat margin yang sama dalam aktivitas distribusi pemasaran. Kesamaan ini dikarenakan harga ikan cenderung ditentukan oleh pabrik berdasarkan pada stok ikan yang didaratkan pada hari itu. Fluktuatif harga sangat tinggi karena ikan yang didaratkan di PPN Brondong dalam pembongkarannya bergantian, sehingga harga ikan akan mengalami fluktuasi sesuai kapasitas produksi dari perusahaan pengolahan ikan yang ada di PPN Brondong. Rincian margin secara detail untuk ikan swangi dan kuniran terlihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.

Tabel 11. Margin harga ikan swangi

No. Rantai Rata-rata R2 : Distributor/Supplyer utusan Pabrik

Tabel 12. Margin harga ikan kuniran

No Rantai Harga Ikan Rata-rata R2 : Distributor/Supplyer utusan Pabrik

(37)

Ikan Tongkol (Euthynus affinis)

Margin ikan tongkol memiliki perbedaan dengan ikan kuniran dan ikan swangi. Perbedaan ini dikarenakan jumlah rantai yang harus dilalui oleh ikan ini sendiri untuk mencapai konsumen akhir juga lebih panjang. Pada Tabel 13 ikan tongkol harus melalui 5 rantai atau pelaku yang di setiap rantai terjadi kenaikan harga yang disebabkan adanya pengambilan keuntungan dan biaya pemasaran ikan.

Tabel 13. Margin harga ikan tongkol

No Rantai Harga Ikan (Rp) Rata-rata Tingkat Kenaikan Harga Ikan (Rp) kenaikan (%) Prosentase

1 R1 9.775

2 R2 13.775 4.000 41%

3 R3 18.775 5.000 36%

4 R4 22.775 4.000 21%

5 R5 26.775 4.000 15%

Margin 17.000

Keterangan:

R1 : Produsen (nelayan/pemborong) R2 : Distributor/Supplyer

R3 : Agen Pasar Regional (Pasar Pabean Surabaya)

R4 : Pedagang besar Pasar Kabupaten (Pasar Larangan Sidoarjo)

R5 : Pedagang pengecer Pasar Kecamatan/Pasar Desa (Kecamatan Wonoayu)

Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa dalam pemasaran ikan tongkol terjadi 4 kali proses kenaikan harga dikarenakan harus melalui 5 pelaku yang berbeda sebelum diterima konsumen. Komoditas ikan tongkol terjadi margin sebesar 17.000/kg ketika di pasar kecamatan atau pasar desa. Adanya margin yang terjadi pada komoditas ikan tongkol ini disebabkan oleh pengambilan keuntungan, pemberian perlakuan untuk menjaga kualitas ikan, biaya transportasi selama distribusi, dan biaya resiko ikan yang tidak terjual.

Ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus)

Ikan kakap merah memiliki kenaikan harga yang berbeda dengan komoditas ikan lain. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan jumlah rantai yang harus dilalui oleh ikan kakap merah untuk mencapai konsumen akhir yaitu lebih panjang dan harga ikan ini yang lebih mahal. Ikan kakap merah harus melalui 5 rantai dimana disetiap rantai terdapat margin pemasaran karena adanya pengambilan keuntungan dan biaya pemasaran ikan. Margin secara terperinci disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Margin harga ikan kakap merah

No. Rantai Harga Ikan (Rp) Rata-rata Tingkat Kenaikan Harga Ikan (Rp) kenaikan (%) Prosentase

1 R1 48.650

2 R2 53.650 5.000 10%

3 R3 61.650 8.000 15%

4 R4 66.650 5.000 8%

5 R5 71.650 5.000 8%

(38)

Keterangan:

R1 : Produsen (nelayan/pemborong) R2 : Distributor/Supplyer

R3 : Agen Pasar Regional (Pasar Pabean Surabaya)

R4 : Pedagang besar Pasar Kabupaten (Pasar Larangan Sidoarjo)

R5 : Pedagang pengecer Pasar Kecamatan/Pasar Desa (Kecamatan Wonoayu)

Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa dalam pemasaran ikan kakap sama dengan ikan tongkol terjadi empat kali proses kenaikan harga dikarenakan harus melalui lima pelaku yang berbeda sebelum mencapai tangan konsumen. Komoditas ikan kakap merah terjadi margin sebesar 22.000/kg ketika di pasar kecamatan atau pasar desa. Adanya margin yang terjadi pada komoditas ikan kakap merah ini disebabkan oleh pengambilan keuntungan, pemberian perlakuan untuk menjaga kualitas ikan, biaya transportasi selama distribusi, dan biaya resiko ikan yang tidak terjual.

Penyebab Kenaikan Harga Ikan dan Biaya Pemasaran

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga pada ikan yang dipasarkan. Masing-masing ikan memiliki penyebab adanya kenaikan harga. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha dalam setiap rantai pemasaran menjadi penyebab tingginya harga ikan. Ini terlihat dari beberapa ikan yang terdapat dibawah ini.

Ikan Swangi (Upeneus sulphureus) dan Ikan Kuniran (Priacantus tayenus)

Ikan swangi yang memiliki rantai pemasaran paling pendek diantara ikan lainnya. Banyak faktor yang menyebabkan munculnya margin pemasaran pada ikan tersebut. Faktor-faktor tersebut meliputi pihak nelayan dan pihak distributor seperti yang terdapat pada Tabel 15.

Tabel 15. Perhitungan kenaikan harga ikan swangi

No. Rantai Komposisi biaya pemasaran Biaya Pemasaran (Rp/kg) Tempat Terjadi Kenaikan

1 R1

ikan dari kapal-TPI 5.165

(39)

Ikan kuniran sama dengan ikan swangi yang memiliki rantai pemasaran paling pendek diantara ikan lainnya. Faktor yang menyebabkan munculnya margin pemasaran pada ikan tersebut meliputi pihak nelayan dan pihak distributor tabel 16.

Tabel 16. Perhitungan kenaikan harga ikan Kuniran

No. Rantai Komposisi biaya pemasaran Pemasaran Biaya (per-kg)

Biaya Angkut Kapal-TPI 60 Biaya resiko 700

ikan dari TPI-pabrik 1.071

Total Biaya Pemasaran Nelayan-Pabrik 6.236

Harga ikan mulai muncul dari penjualan yang dilakukan oleh nelayan atau pemborong di TPI. Penambahan biaya pemasaran juga bertambah ketika sampai di tangan distributor. Penambahan itu meliputi biaya pemberian es, biaya kuli angkut dari TPI ke mobil pick-up, biaya sopir, biaya resiko dan biaya retribusi pembelian ikan.

Ikan Tongkol (Euthynus affinis)

Panjangnya rantai pemasaran ikan tongkol membuat margin pemasaran tinggi. Faktor penyebab margin pemasaran meliputi pihak nelayan, pihak distributor, pihak pedagang ikan di pasar regional, pedagang di pasar kabupaten, dan pedagang di pasar kecamatan/desa berlomba-lomba mempertahankan kualitas ikan yang mengakibatkan meningkatnya margin. Faktor penyebab kenaikan harga ikan tongkol dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Perhitungan kenaikan harga ikan tongkol

No. Rantai Komposisi biaya pemasaran Biaya Pemasaran (Rp/kg) Tempat Terjadi Kenaikan

1 R1

Biaya Melaut 1.323

Harga awal dari nelayan Biaya Angkut Kapal-TPI 60

Biaya resiko 500

(40)

No. Rantai Komposisi biaya pemasaran Biaya Pemasaran (Rp/kg) Tempat Terjadi Kenaikan

Jasa mengangkut dari TPI ke

pick up 150

Retribusi pembelian ikan 50 Biaya transport dari

PPN-Retribusi harian pasar 10

Total biaya pemasaran/kg

regional-pasar kabupaten 500

Total biaya pemasaran 3.340

5 R5

Biaya transportasi 1.500

Pedagang Kecil

Retribusi harian 200

Total biaya pemasaran ikan 3.900 Total keseluruhan biaya pemasaran ikan

dari nelayan-konsumen 15.513

(41)

Ikan Kakap Merah (Lutjanus malabaricus)

Ikan kakap merah yang memiliki rantai pemasaran cukup panjang membuat munculnya margin pemasaran yang cukup besar pula. Faktor-faktor tersebut meliputi dari pihak nelayan, pihak distributor, pihak pedagang ikan di pasar regional, pedagang di pasar kabupaten, dan pedagang di pasar

kecamatan/desa berlomba-lomba mempertahankan kualitas ikan yang

mengakibatkan naiknya margin harga ikan sendiri. Detail dari penyebab margin harga ikan dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Perhitungan kenaikan harga ikan kakap merah

No. Rantai Komposisi biaya pemasaran Pemasaran Biaya (Rp/kg) Pengambilan keuntungan 5000

Total biaya pemasaran/kg

ikan dari kapal-TPI 10000

2 R2

Pemberian es 360

Distributor (Pengepul) dari TPI menuju pasar

ikan regional Pengambilan keuntungan 3000

Biaya buruh packing 600 BBM kendaraan 400

kendaraan ke pasar 100

Pedagang ikan grosir di pasar regional Pemberian tambahan es 120

Pengambilan keuntungan 5000 Retribusi harian pasar 10

Biaya resiko 500

Total biaya pemasaran/kg 5730

4 R4

Pengambilan keuntungan 2000

Pedagang ikan di pasar kabupaten Pemberian es 1 balok 240

Retribusi harian pasar 100 Biaya resiko 1000 Biaya transportasi pasar

regional-pasar kabupaten 1000

Total biaya pemasaran 4340

5 R5

BBM 1500

Pedagang Kecil (Pasar Kecamatan/Desa) Pemberian es batu 200

Pengambilan keuntungan 2000 Retribusi harian 200

Total biaya pemasaran 3900 Total keseluruhan biaya pemasaran ikan

(42)

Penyebab munculnya harga dimulai dari harga penjualan di TPI. Biaya pemasaran juga terjadi di pihak distributor yang menyebabkan terjadinya margin karena harus mengeluarkan biaya-biaya lainnya. Biaya yang dikeluarkan meliputi membayar jasa pikul dari TPI menuju pick-up, pemberian es untuk ikan, biaya bahan bakar minyak kendaraan, upah sopir, pengambilan keuntungan, biaya retribusi pembelian ikan dari TPI dan biaya resiko. Biaya yang dikeluarkan tidak sampai disini, karena masih ada penanganan dan pengambilan keuntungan yang harus diperoleh oleh pedagang di pasar regional, pasar kabupaten dan pasar kecamatan, maka terjadi pula kenaikan harga ikan di setiap pelaku-pelaku yang ada didalam alur distribusi ikan ini.

Tingkat Efisiensi Pemasaran

Nilai efisiensi pemasaran ikan tergantung dari biaya yang dikeluarkan oleh para pelaku usaha dalam operasional pemasarannya. Tingkat efisiensi pemasaran tiap rantai dan tiap ikan berbeda-beda. Ikan swangi, kuniran, tongkol dan kakap merah memiliki variasi nilai efisiensi yang berbeda.

Ikan Swangi dan Ikan Kuniran

Ikan swangi dan kuniran pada pelaku kedua memiliki nilai efisiensi pemasaran yang sama. Pelaku usaha dan lokasi pemasaran yang sama membuat nilai efisiensi antara kedua ikan tidak ada perbedaan. Pada Tabel 19 dan Tabel 20 dapat dilihat secara rinci tingkat efisiensi pemasaran dari kedua ikan tersebut.

Tabel 19. Tingkat efisiensi pemasaran ikan swangi

Rantai Biaya Pemasaran (Rp/kg) Harga (Rp) Nilai (Eps) tiap rantai Nelayan-Konsumen Nilai (Eps)

R1 5.165 11.000

45,64% R2 996 13.500 7,38%

Total 6.161

Tabel 20. Tingkat efisiensi pemasaran ikan kuniran

Rantai Biaya Pemasaran (Rp/kg) Harga (Rp) Nilai (Eps) tiap rantai Nelayan-Konsumen Nilai (Eps)

R1 5.165 13.125

39,91% R2 1.071 15.625 6,85%

Total 6.236

(43)

Ikan Tongkol

Ikan tongkol melewati lima pelaku usaha untuk mencapai konsumen. Banyaknya rantai atau pelaku yang dilalui membuat adanya kenaikan harga yang berdampak pada tingkat efisiensi pemasaran ikan. Tingkat efisiensi pemasaran tiap rantai dalam suatu komoditas ikan berbeda-beda. Perbedaan ini karena biaya yang dikeluarkan disetiap pelaku usaha tidak sama. Tingkat efisiensi pemasaran tiap rantai ikan tongkol secara detail seperti pada Tabel 21.

Tabel 21. Tingkat efisiensi pemasaran ikan tongkol

Rantai Biaya Pemasaran (Rp/kg) Harga (Rp) Nilai (Eps) tiap rantai Nilai (Eps) Nelayan-Konsumen

R1 1.883 9.775

R3 : Agen Pasar Regional (Pasar Pabean Surabaya)

R4 : Pedagang besar Pasar Kabupaten (Pasar Larangan Sidoarjo)

R5 : Pedagang pengecer Pasar Kecamatan/Pasar Desa (Kecamatan Wonoayu)

Ikan tongkol melalui lima rantai dengan mengalami empat kali kenaikan harga. Berdasarkan analisis dengan rumus efisiensi pemasaran (Eps), didapatkan nilai efisiensi pemasaran dari tiap rantai dan nilai Eps keseluruhan. Nilai efisiensi pemasaran mulai dari pelaku kedua hingga kelima secara berurutan didapatkan 22,94% ditingkat distributor, 17,20% ditingkat agen, 14,67% ditingkat pedagang besar, dan 14,57% ditingkat pengecer. Nilai efisiensi pemasaran untuk keseluruhan dari nelayan hingga konsumen mencapai 57,94%. Melihat besarnya nilai dari masing-masing rantai menunjukkan bahwa aktivitas pemasaran ikan tongkol yang berasal dari PPN Brondong Lamongan masih belum efisien.

Ikan Kakap Merah

Ikan kakap merah memiliki nilai efisiensi pemasaran (Eps) yang mendekati efisien. Ikan kakap merah melewati lima pelaku usaha untuk mencapai konsumen. Biaya pemasaran yang dikeluarkan untuk tiap kilogram ikan kakap merah relatif besar namun berimbang dengan kualitas ikan. Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kualitas ikan agar tetap segar. Tingkat efisiensi pemasaran tiap rantai ikan kakap merah secara detail seperti pada Tabel 22.

Tabel 22. Tingkat efisiensi pemasaran ikan kakap merah

Rantai Biaya Pemasaran (Rp/kg) Harga (Rp) Nilai (Eps) tiap rantai Nilai (Eps) Nelayan-Konsumen

(44)

Keterangan:

R1 : Produsen (nelayan/pemborong) R2 : Distributor/Supplyer

R3 : Agen Pasar Regional (Pasar Pabean Surabaya)

R4 : Pedagang besar Pasar Kabupaten (Pasar Larangan Sidoarjo)

R5 : Pedagang pengecer Pasar Kecamatan/Pasar Desa (Kecamatan Wonoayu)

Berdasarkan hasil analisis menggunakan rumus efisiensi pemasaran, maka ikan kakap merah merupakan komoditi yang hampir mendekati efisien. Nilai efisiensi pemasaran (Eps) ikan kakap merah dibawah sepuluh persen. Nilai efisiensi pemasaran pada tingkat ditributor atau supplyer sebesar 8,22%, 9,29% ditingkat agen, 6,51% ditingkat pedagang besar dan 5,44% ditingkat pengecer. Nilai efisiensi ini menunjukkan bahwa ikan kakap merah mendekati efisien dalam hal pemasarannya.

Pembahasan

Lokasi pemasaran dan jumlah pelaku yang ada dalam satu alur pemasaran ikan menjadi kunci dari tingkat margin dan efisiensi pemasaran yang terjadi pada komoditas ikan yang berasal dari PPN Brondong. Menurut Sobariah dan Ganjar (2013), salah satu penyebab terjadinya kesenjangan penerimaan keuntungan adalah karena rantai pemasaran yang masih terlalu panjang dimana dari produsen ke pedagang pengumpul, pedagang pengumpul ke pedagang besar, pedagang besar ke pengecer, dari pengecer baru sampai ke konsumen akhir dalam hal ini pembeli. Pada Gambar 10 menunjukkan bahwa jumlah rantai mempengaruhi margin ikan yang dipasarkan. Hal ini karena adanya perlakuan dan pengambilan keuntungan oleh setiap pelaku yang ikut melakukan aktivitas pemasaran ikan. Menurut Hapsari (2013), margin pemasaran jumlah produksi, harga per kilogram, biaya pemasaran dan musim adalah faktor-faktor yang mempengaruhi margin pemasaran ikan.

(45)

Gambar 10. Grafik tingkat kenaikan harga ikan di tiap rantai

Setiap ikan yang dipasarkan memiliki tingkat kenaikan harga yanng berbeda tergantung dari jenis ikan, harga ikan yang ada di tingkat nelayan serta dari penanganan yang diberikan selama proses pemasaran. Pada ikan swangi dan ikan kuniran ikan yang berasal dari nelayan dibeli oleh supplyer yang langsung dibawa menuju pabrik pengolahan memiliki harga yang berbeda. Perbedaan harga terjadi ditingkat nelayan karena jenis ikan kuniran memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi. Sedangkan untuk margin dari ikan swangi mengalami kenaikan harga yang sama karena penanganan yang diberikan dalam proses pemasaran sama yaitu berupa pemberian es sebelum ikan dibawa menuju pabrik.

Ikan tongkol dan kakap merah merupakan ikan ekonomis tinggi memiliki margin yang berbeda meskipun jumlah rantai pemasaran yang dilewati sama. Tingkat ekonomis dan penanganan yang diberikan pada ikan berbeda membuat harga masing-masing ikan mengalami kenaikan harga yang berbeda pula. Ikan kakap merah menjadi ikan yang memiliki harga lebih tinggi dibandingkan dengan tongkol ini dikarenakan permintaan dan pangsa pasar yang berbeda. Ikan tongkol biasa dipasarkan hanya dalam bentuk segar utuh dan dijual di pasar tradisional. Sedangkan untuk ikan kakap merah pemasaran meliputi ikan segar utuh yang dipasarkan baik di pasar tradisional maupun restoran. Selain itu, ikan kakap merah juga dipasarkan dalam bentuk fillet yang kemudian diekspor menuju negara-negara sekitar Indonesia untuk dipasarkan di supermarket.

Tingkat efisiensi pemasaran ikan yang berasal dari PPN Brondong untuk jenis ikan swangi, kuniran, tongkol dan kakap merah masih berada pada tingkat tidak efisien meskipun untuk ikan kakap merah mendekati efisien. Menurut Anwar (1976), Pemasaran dikatakan efisien jika nilai efisiensi pemasaran lebih kecil dari lima persen (Eps<5%), dan dikatakan tidak efisien jika nilai efisiensi pemasaran lebih besar dari lima persen (Eps>5%). Berdasarkan hasil analisis efisiensi pemasaran, ikan swangi dan kuniran masing-masing pada rantai kedua memiliki tingkat efisiensi pemasaran sebesar 7,38% dan 6,85%. Ikan tongkol yang melewati 5 rantai untuk mencapai konsumen, mulai dari rantai kedua hingga

Rantai 1 Rantai 2 Rantai 3 Rantai 4 Rantai 5

Ikan Kakap Merah Rp48,650 Rp53,650 Rp61,650 Rp66,650 Rp71,650

Ikan Tongkol Rp9,775 Rp13,775 Rp18,775 Rp22,775 Rp26,775

(46)

kelima memiliki tingkat efisiensi pemasaran sebesar 22,94% ditingkat supplyer, 17,20% ditingkat agen, 14,67% ditingkat pedagang besar dan 14, 57% ditingkat pengecer. Ikan kakap menjadi komoditas dengan nilai semua rantai yang mendekati efisien dibandingkan ikan tongkol dimana didapatkan nilai efisiensi pemasaran 8,22% ditingkat supplyer, 9,29% ditingkat agen, 6,51% ditingkat pedagang besar dan 5,44% ditingkat pedagang pengecer. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Nilai efisiensi pemasaran semua pada setiap rantai

Rantai

Nilai efisiensi pemasaran per-rantai semua Ikan

Swangi Kuniran Tongkol Kakap Merah

R1 - - - -

R2 7,38% 6,85% 22,94% 8,22%

R3 17,20% 9,29%

R4 14,67% 6,51%

R5 14,57% 5,44%

Nilai efisiensi setiap ikan berbeda meskipun margin serta penanganan yang dilakukan sama. Sedangkan penyebab perbedaan nilai efisiensi pemasaran tersebut karena berbedanya upah buru sortir, biaya resiko, upah kuli angkut, biaya es serta biaya transportasi (Tabel 24). Ikan tongkol memiliki nilai yang paling tidak efisien dibandingkan ikan swangi, kuniran dan kakap merah. Penyebab utama ikan tongkol berbeda jauh dengan ketiga ikan lainnya karena ikan sejak awal tidak diberi penanganan dengan baik ketika berada di atas kapal. Selain itu rantai pemasaran yang panjang mengakibatkan pelaku pemasaran harus mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk menjaga suhu ikan agar tetap dingin dan tidak mengalami penurunan mutu. Berbeda dengan ikan swangi dan kuniran yang memiliki rantai pemasaran pendek serta ikan kakap merah ketika di atas kapal sudah ditangani dengan baik, sehingga pelaku pemasaran cukup mempertahankan suhu tanpa harus memberikan biaya penanganan lebih.

Tabel 24. Komparasi penyebab tidak efisiennya pemasaran ikan

Nama Ikan Penyebab Tidak Efisiennya Pemasaran Ikan

Ikan Swangi -Jumlah buruh sortir yang banyak -Upah buruh sortir yang mahal -Biaya resiko

-Penggunaan jasa pikul di setiap rantai

-Upah kuli angkut darmaga-TPI, TPI-Supplyer, dan Supplyer-transportasi pengangkut

-Biaya es

-Lantai TPI tempat meletakkan ikan kotor, sehingga banyak ikan rusak, kualitas menurun serta penyusutan berat.

Ikan Kuniran -Jumlah buru sortir yang banyak -Upah buruh sortir yang mahal -Biaya resiko

-Penggunaan jasa pikul di setiap rantai

-Upah kuli angkut darmaga-TPI, TPI-Supplyer, dan Supplyer-transportasi pengangkut

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran efisiensi pemasaran ikan dari PPN  Brondong
Gambar 3. Pola analisis SWOT dan potensi pengembangan (Sumber: Rangkuti, 2011).
Gambar 4. Lokasi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong
Tabel 5. Tujuan dan volume pemasaran ikan dari PPN Brondong tahun 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Salah satu faktor sosial yang perlu diperhatikan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia adalah adanya dukungan keluarga, karena sebagian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian Praktik Kerja Lapangan di SMK Batik 2 Surakarta. Jenis penelitian ini kualitatif

Pekerjaan ini baja kerja panas AISI H11 digunakan untuk menyelidiki peran lingkungan kerja yang berbeda (pendinginan kering, pendinginan basah dan gas tekan) dan

Setelah penulis melakukan survey awal dengan mendata nilai Askeb IV patologi pada mahasiswa tingkat III semester IV Prodi DIII Kebidanan STIKes Prima Nusantara

Uji regresi linier sederhana untuk mengetahui pengaruh komunikasi interpersonal guru dalam meningkatkan rasa percaya diri anak usia dini Raudatul Athfal Asiah Kota Pekanbaru,

RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang

Di penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan adalah (i) Perancangan alat pengukur curah hujan otomatis, (ii) Merancang modul pengirim data dari arduino, (iii)